eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (4) 1197-1212 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2015
ANALISIS KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KERJASAMA GERMAN-INDONESIAN COOPERATION FOR A TSUNAMI EARLY WARNING SYSTEM (GITEWS) 2005-2014 Praditha Ajeng Destanti 1 Nim. 0902045051 Abstract This study aims to make explanation on the background of Indonesian with German Cooperation established in the 2005 – 2014. The type of research is “explanative – descriptive“ which will describe and explain about the reasons for why cooperation happens. The results of this study indicate that the reason for Indonesian Government to cooperate with Germany related experience catastrophic tsunami in Acehin 2004, as well as geographically Indonesian is prone to earthquake-tsunami disaster, so Indonesian need a disaster management system in order to minimize the impact of disasters and also describing about the cooperation process between those two countries. Keywords: GITEWS, Tsunami, Indonesia-German Pendahuluan Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Dengan korban sekitar 280.000 jiwa yang terjadi di berbagai negara, membuatnya menjadi salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Gempa terjadi pada pukul 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° EKoordinat: 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa Bumi dengan kekuatan yang besar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Gempa tersebut mengakibatkan terjadinya tsunami di Aceh. Tsunami Aceh adalah salah satu bencana alam yang dahsyat. Pada bencana tersebut mengakibatkan lebih dari 200.000 korban jiwa di Aceh. Kejadian bencana ini mengganggu fungsi masyarakat, akses warga terhadap kebutuhan dasar. Kegiatan perekonomian setempat terganggu dan berpotensi menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan dalam jangka pendek dan menengah. Ombak tsunami setinggi 9 meter dan gempa mengakibatkan puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Email :
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Banda Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memperkirakan kerugian akibat gempa dan gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara mencapai US$ 4-4,5 miliar. Kasus gempa tsunami Aceh tahun 2004 kemudian mendorong simpati dari negaranegara lain yang saling bahu-membahu dalam memberikan bantuan, baik secara langsung ataupun melalui pengiriman logistik hingga obat-obatan. Terdapat juga kelompok negara yang bukan saja memberikan bantuan secara langsung, namun juga membangun kerjasama teknis sebagai langkah preventif agar dampak bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami dapat diminimalisir jumlah korban dan kerugian yang di alaminya. Salah satu negara yang turut membantu dalam hal ini adalah Jerman. Hubungan kerjasama bilateral Indonesia dengan Jerman dimulai tahun 1952 sejak diresmikannya hubungan diplomatik untuk pertama kalinya melalui pendirian Kantor Perwakilan RI di Bonn, Jerman Barat, yang kemudian diresmikan menjadi Kedutaan Besar RI di Bonn pada tahun 1954. Indonesia juga menjalin hubungan bilateral dengan Jerman Timur melalui pendirian Kedutaan Besar RI di Berlin Timur pada tahun 1976. Salah satu bentuk kerjasama yang diwakilkan oleh Mr. Thomas Rachel sebagai Parliamentary State Secretary, Kementerian Pendidikan dan Riset Federal Jerman (BMBF) pada kunjungannya tanggal 22 September 2010 juga berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam kerjasama riset dan teknologi serta menjelaskan beberapa langkah-langkah lanjutan dalam hal yang akan terus dikembangkan antara lain adalah proyek kerjasama German-Indonesia Tsunami Eary Warning System (GITEWS). Kerjasama tersebut untuk mendukung pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami di Samudera Hindia. Proyek GITEWS termasuk jenis bantuan untuk rekonstruksi pasca tsunami Aceh tahun 2004 ditujukan kepada daerah-daerah yang terkena dampak tsunami di sepanjang Samudera Hindia. Proyek ini di danai oleh Federal Ministry of Education and Research (BMBF). Kerjasama yang diprakarsai oleh Pemerintah Jerman tersebut berlangsung kurang lebih selama 9 tahun (2005 – 2014). Kerjasama tersebut terbagi dalam 2 fase yakni “German-Indonesia Tsunami Early Warning System” (GITEWS) 2005-2011 dan “Project for Training, Education & Consulting for Tsunami Early Warning System” (PROTECTS) 2011-2014. Sistem peringatan dini tsunami nasional yang sebagian besar dikontribusikan dari kerjasama Indonesia-Jerman ini telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada 11 November 2008 hingga saat ini masih beroperasi dengan baik.
1198
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
Sejak 14 Maret 2005, Pemerintah Indonesia dan Jerman secara resmi memulai kerjasamanya dalam membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi dan tsunami dimasa mendatang pada daerahdaerah yang berpotensi tsunami. Hingga akhir 2009, sebagian besar pembangunan telah diselesaikan. Kerjasama di bidang optimalisasi, operasionalisasi, dan pemeliharaan sistem akan berlangsung hingga Maret 2011. Teknologi yang dikembangkan oleh GITEWS bertujuan untuk menghasilkan peringatan yang cepat dan terpercaya. Teknologi ini memadukan jaringan pemantauan seismologi dan geodesi untuk pengamatan bumi dengan pengukuran di samudera dan pengamatan satelit. Teknologi tersebut memiliki disain yang terbuka, artinya, sebuah desain yang memudahkan usaha pemaduan antara peralatan dan data eksternal yang sesuai. Selain bantuan teknis, proyek GITEWS juga mendukung peningkatan kapasitas untuk lembaga-lembaga di Indonesia yang terkait dengan Sistem Peringatan Dini. Kegiatan kerjasama ini sepenuhnya sejalan dengan strategi di tingkat regional dan global untuk sistem peringatan dini yang dikoordinasikan oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) yang berada dibawah United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Kerjasama antara Indonesia dan Jerman tercatat dalam Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman tentang kerjasama di bidang Riset Ilmiah dan Teknologi tahun 1979 yang telah diratifikasi dan dapat diperpanjang otomatis setiap 2 tahun. Dengan kesepakatan di dalamnya yang menyebutkan bahwa kedua Negara menyadari manfaat-manfaat yang akan diperoleh kedua Negara dan kepentingan bersama dalam memajukan riset ilmiah dan teknologi. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian tentang kerjasama German-Indonesian Cooperation For a Tsunami Early Warning System (GITEWS) tahun 2005 – 2014 menjadi penting dilakukan, dikarenakan untuk mengembangkan kerjasama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berlangsung selama kurang lebih tiga dekade ini telah banyak dirasakan manfaatnya secara riil bagi pembangunan di Indonesia serta pengembangan inovasi bagi kedua negara. Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk mem\ngkaji tentang pada kerjasama antara Indonesia dan Jerman serta prosesnya pada German-Indonesian Cooperation for a Tsunami Early Warning System - GITEWS 2005-2014. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Kerjasama Bilateral Kerjasama bilateral merupakan hubungan atau bentuk kerjasama yang dijalankan oleh dua negara. Berdasarkan berbagai definisi, kerjasama bilateral ternyata lebih menekankan pada aktor formal yaitu pemerintah, birokrat atau elit politik, meskipun juga dapat membuka peluang keterlibatan aktor-aktor yang lebih luas, misalnya pertukaran pelajar dan budaya, penyediaan tenaga ahli dan lain-lainnya. Kerjasama bilateral merupakan bentuk kerjasama yang popular yang telah lama ada di dunia, bahkan jauh sebelum Perang Dunia I.
1199
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Konsep hubungan bilateral telah menjadi konsep dasar dalam hubungan internasional. Hubungan bilateral lahir dari asumsi saling membutuhkan antara negara satu dengan negara lainnya. Sikap saling membutuhkan ini tidak lepas dari konsep bahwa negara tidak dapat mempertahankan eksistensinya tanpa hubungan dengan negara-negara lain di dunia ini. Sikap saling membutuhkan ini terwujud dalam hubungan antarnegara baik dalam pengembangan, peningkatan, kerja sama dan berbagai hubungan mutualistik antara dua negara serta dalam pengaktualisasian dan pembuktian negara sebagai salah satu aktor dalam hubungan internasional. Dalam menjalin kerangka hubungan kerjasama untuk saling mengisi antara negara satu dengan yang lainnya, maka sebuah negara tidak pantas untuk bersikap arogan terhadap negara lain. Pentingnya hubungan bilateral yang dijalankan oleh sebuah nation-state juga diuraikan oleh Jowondono sebagai berikut: “…Bahwasanya hubungan bilateral merupakan hubungan interaksi antara dua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspekaspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan dan mengucilkan keberadaan negara tersebut serta mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai tambah yang menguntungkan dari hubungan bilateral ini.” Interaksi internasional sebagai bentuk hubungan antar bangsa yang berlangsung dalam masyarakat yang heterogen, dimana hubungan tersebut dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hubungan yang terjadi pada dasarnya dilatar belakangi oleh kebutuhan tiap-tiap negara berbeda, sehingga kebutuhannya tidak dapat dipenuhi sendiri. Maka pemecahan permasalahan tersebut adalah dengan cara bekerjasama dengan negara lain, tentunya yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan. Untuk menjalankan hubungan antar negara, termasuk dalam hubungan bilateral, dikenal 2 (dua) istilah yang popular, yakni hard power dan soft power. Perbedaan antara keduanya cukup mencolok ketika dilihat dari tiga hal: ciri, instrumen, dan implikasinya. Soft power berciri mengkooptasi atau mempengaruhi dan dilakukan secara tidak langsung. Sedangkan hard power bersifat memaksa atau memerintah dan dilakukan secara langsung. Instrumen yang digunakan oleh hard power antara lain kekuatan militer. Berdasarkan pemaparan teori diatas, hubungan bilateral yang dijalin IndonesiaJerman dalam bentuk kerjasama sudah mencapai usia 60 tahun. Lamanya hubungan kerjasama bilateral yang telah dijalani kedua negara terus dikembangkan seiring berjalannya waktu dengan situasi dan kondisi yang menyesuaikan bentuk kerjasama antar kedua negara. Adanya kepentingan yang saling menguntungkan bagi Indonesia dan Jerman, membuka peluang kedua negara untuk menjalin hubungan kerjasama bilateral dalam berbagai bidang untuk kemajuan kedua negara. Kerjasama yang dijalin Jerman yang merupakan negara dengan IPTEK yang maju dengan Indonesia yang merupakan negara berkembang, termasuk ke dalam kerjasama fungsional yang di dalamnya mengenai kerjasama perekonomian dan teknis untuk mendukung perkembangan IPTEK di Indonesia.
1200
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
Konsep Kepentingan Nasional Interaksi merupakan inti dari Hubungan Internasional. Dibalik suatu interaksi tentu ada kepentingan yang melatarbelakangi interaksi tersebut. Negara sebagai aktor utama dalam Hubungan Internasional, juga memiliki kepentingan yang melatarbelakangi mereka dalam melaksanakan hubungan internasional dengan negara lain. Kepentingan tersebut umumnya disebut dengan national interest atau kepentingan nasional. Interest merupakan salah satu dari esensi Hubungan Internasional disamping actors dan power. Tidak ada definisi pasti mengenai kepentingan nasional. Namun pada intinya, konsep kepentingan nasional merujuk pada tujuan kesejahteraan pemerintah nasional pada tingkat internasional, seperti penjagaan kemerdekaan politik dan integritas teritorial. Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (Security) dari kesejahteraan (Prosperity). Kepentingan nasional diidentikkan dengan dengan “tujuan nasional”. Contohnya kepentingan pembangunan ekonomi, kepentingan pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau kepentingan mengundang investasi asing untuk mempercepat laju industrialisasi. Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”. Menurut Morgenthau : ”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik”. Dari penjelasan mengenai konsep kepentingan nasional jika dikaitkan dengan penelitian ini yakni terjalinnya kerjasama antara Indonesia dan Jerman berdasarkan adanya kepentingan dari masing-masing negara untuk mendukung pembangunan di masing-masing negara. Kerjasama yang dijalin akan menguntungkan kedua belah pihak dan dapat berpengaruh pada kerjasama selanjutnya antar dua negara. Proyek GITEWS merupakan hal baru bagi Indonesia dan dengan adanya bantuan dari German, Indonesia mendapat keuntungan tersendiri dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pula dengan Jerman yang membutuhkan Indonesia untuk mengembangkan teknologi serta dapat menjadi suatu prestasi tersendiri bagi Jerman apabila proyek tersebut dapat menjadi solusi bagi negara-negara yang berpotensi tsunami.
1201
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Konsep Natural Disaster Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Beberapa konsep mengenai bencana alam yaitu : 1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Bencana alam geologis, bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. 2. Bencana alam klimatologis, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya). 3. Bencana alam ekstra-terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
1202
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
Keamanan ekonomi (economic security) berhubungan dengan perolehan pendapatan, baik melalui lapangan kerja maupun jaring pengaman sosial. Pemaknaan lain dari keamanan ekonomi ialah bebas dari kemiskinan, yang merupakan produk proses ekonomi, sosial, dan politik, yang saling berhubungan satu sama lain, dan secara berkala menekan masing-masing dengan cara yang membuat kehidupan manusia menjadi semakin sengsara. Kriteria-kriteria keamanan ekonomi yang tidak terpenuhi akan mengakibatkan munculnya kerentanan ekonomi (economicvulnerability). Dalam konteks bencana alam, kerentanan ekonomi dapat berbentuk kehilangan sumber pendapatan dan aset akibat bencana alam, beban utang/kredit akibat bencana alam, ketidakmampuan mengakses sumber pendapatan, dan kebutuhan sandang papan yang tak tercukupi.
Metode Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksplanatif, dimana penulis menjelaskan tentang kepentingan Indonesia pada kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jerman dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada proyek pengembangan dan pembangunan Tsunami Early Warning System tahun 2005-2014. Data-data yang disajikan adalah data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka dan literatur-literatur seperti buku, internet, dan lain-lain.Teknik analisis data yang digunakan yaitu content analysis. Hasil Penelitian Keberadaan program GITEWS tahun 2005 mampu mendukung pencapaian kepentingan nasional Indonesia berkaitan dengan human security, yaitu untuk mendukung program tanggap bencana. Program ini tidak hanya memerlukan sebuah sosialisasi dan evalusasi oleh pemerintah, namunjuga memerlukan seperangkat peralatan mutakhir, seperti yang ada pada program GITEWS untuk memberikan informasi secara up to date dan langsung (direct response) pada saat terjadi bencana alam. Kemudian program ini juga berguna untuk mengurangi kerugian karena informasi yang beredar sebelumnya akan ditindaklanjuti dan direspon oleh masyarakat, pemerintah untuk dapat mempersiapkan diri, meskipun dalam kurun waktu yang sangat cepat. Proses Kerjasama Indonesia dan Jerman Dalam GITEWS Kerjasama German-Indonesia Tsunami Eary Warning System (GITEWS) merupakan tindak lanjut dari tragedi tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Secara politis pada 5 Januari 2005 Eropa memperingati korban tsunami dengan aksi mengheningkan cipta di berbagai kota besar dan dalam sidang parlemen. Jerman menyatakan sekitar 1.000 warganya yang sedang berwisata di Asia Tenggara hilang. Pemerintah Jerman memutuskan bantuan senilai 500 juta Euro untuk bantuan kemanusiaan dan pembangunan kembali di kawasan bencana.
1203
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Sebelum Proyek GITEWS ini dijalankan pasca tsunami 2004, Indonesia pernah melakukan kerjasama sistem deteksi dini tsunami pada tahun 2002 sudah mulai dijalankan oleh pemerintah Jepang, namun karena Indonesia belum menghadapi tsunami pada saat itu sehingga bantuan diberikan pada Proyek Sabo Dam. Sistem GITEWS merupakan prosedur ilmiah dan teknologi baru. Sebelumnya, Indonesia memiliki sistem peringatan dini tsunami namun tidak optimal karena situasi geologi yang unik. Saat tsunami melanda Indonesia, khususnya Aceh, perjalanan gelombang sangat ekstrim selama waktu 20 menit. Makanya, sistem GITEWS didesain mengatasi hal tersebut. Beberapa fitur GITEWS terbagi atas hal, masingmasing yaitu : a. Sistem ini telah dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi Indonesia dan berbeda dari sistem peringatan dini lainnya karena memakai perangkat teknologi terbaru. b. Ketika tsunami terjadi, gelombang pasang (dalam kasus ekstrim) bisa mencapai pantai dalam waktu 20 menit, sehingga hanya sedikit waktu tersisa untuk memperingatkan penduduk sekitar. Ini adalah faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk konsep seluruh sistem. c. Mengingat lebih dari 90% tsunami disebabkan gempa bumi yang cukup kuat, sistem ini menggunakan perangkat lunak bernama SeisComP3, yang bisa dengan cepat (dalam dua menit) memastikan lokasi dan kekuatan gempa. Total jaringan seismologi di seluruh Indonesia pada 2008 ketika sistem ini dipasang, jumlahnya tak kurang dari 120 stasiun pengamatan. SeisComP3 juga digunakan di India, Maladewa, Pakistan, Thailand, dan Afrika Selatan. d. Sistem ini juga menggunakan pengukur gelombang pasang yang terintegrasi dengan sistem penerimaan GPS dalam menerima data level permukaan laut (vertikal dan horisontal) di sembilan lokasi di Samudera Hindia, GPS yang bekerja secara independen sebagai pengukur tsunami. Perangkat lunak bernama TsunAWI untuk mensimulasi dan menyatukan gambaran umum situasi secara keseluruhan dengan membandingkannya dengan database, serta Decision Support System (DSS) untuk mengumpulkan semua data, informasi, dan pemodelan arus untuk membuat keputusan apakah peringatan tsunami perlu disebarluaskan atau tidak. Pendekatan terbaru dalam konsep GITEWS adalah bisa memicu alarm yang kuat selama lima menit yang didasarkan pada model berbasis kopling data seismik dengan pengukuran GPS.Lebih dari 300 sensor didistribusikan ke seluruh Indonesia dan memberikan data secara real time ke pusat peringatan. GITEWS membentuk struktur inti peringatan dini tsunami. Berbekal dengan pengalaman sistem peringatan tsunami yang ada di Amerika Serikat dan Jepang, Indonesia memiliki kondisi khusus. Makanya, komponen yang dikembangkan melalui sistem peringatan dini tsunami paling modern. Tujuan utama pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini adalah untuk terciptanya sebuah sistem yang dapat menginformasikan serta memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu Gempa yang berpotensi Tsunami dalam kurun waktu yang lebih cepat agar kerugian Nyawa dan Materi dapat dihindarkan semaksimal mungkin.
1204
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
Kepentingan Indonesia Dalam Menerima Bantuan dan Kerjasama GermanIndonesian Cooperation For A Tsunami Early Warning System (GITEWS) Indonesia merupakan salah satu dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yang mencapai angka di atas 237 juta jiwa pada tahun 2010/2011. Sebagian penduduk Indonesia tinggal di wilayah-wilayah kota utama (urban) dan sebagian besar kotakota tersebut terletak di wilayah pesisir (coastal civilization). Akibatnya kondisi ini sangat rentang akan bencana tsunami karena letak geografis, sebagian kota-kota tersebut, diantaranya Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar hingga kota-kota di pantai barat Sumatera, Nusa Tenggara hingga Papua menjadi rentan terkena dampak tsunami. Keberadaan program GITEWS tahun 2005 mampu mendukung pencapaian kepentingan nasional Indonesia berkaitan dengan human security, yaitu untuk mendukung program tanggap bencana. Program ini tidak hanya memerlukan sebuah sosialisasi dan evalusasi oleh pemerintah, namun juga memerlukan seperangkat peralatan mutakhir, seperti yang ada pada program GITEWS untuk memberikan informasi secara up to date dan langsung (direct response) pada saat terjadi bencana alam. Kemudian program ini juga berguna untuk mengurangi kerugian karena informasi yang beredar sebelumnya akan ditindaklanjuti dan direspon oleh masyarakat, pemerintah untuk dapat mempersiapkan diri, meskipun dalam kurun waktu yang sangat cepat. 1. Untuk Mendukung Program Tanggap Bencana Program Cepat Tanggap Bencana ini mengadopsi dari pendekatan Manajemen Bencana yang meliputi bantuan darurat, pemulihan dan pencegahan, dan upaya mitigasi.Pendekatan ini dirancang dalam kerangka kerja berkelanjutan mulai dari perencanaan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan evaluatif untuk memastikan koordinasi yang tepat sasaran. Pemerintah Indonesia bersama dengan pihak Jerman juga terus meningkatkan kapasitas untuk merespon, mencegah, serta mengurangi dampak bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia Bahaya bencana alam dapat mengancam siapa saja yang berakibat kerugian yang ditimbulkan dapat dikurangi dengan pemahaman baik akan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut. Maka dari itu, pengembangan kapasitas sesama relawan dalam penilaian prioritas kebutuhan pada kondisi bencana merupakan bagian terpadu dari program tanggap bencana, termasuk pada program deteksi dini tsunami. Tercapainya tujuan ini merupakan bagian dari kerjasama antara Indonesia dan Jerman dengan melibatkan berbagai pihak yang berpengalaman guna memberikan pembekalan sesama relawan berupa pelatihan dasar Cepat Tanggap Bencana serta kerangka kerja operasional dan kelembagaan yang sederhana. Hal ini dimaksudkan agar informasi lapangan, penggalangan dukungan dan pemberdayakan jaringan relawan kami dapat secepatnya diperoleh, sehingga pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dapat sesegera mungkin diberikan. Kemudian berkaitan dengan program GITEWS dengan tanggap bencana maka ini berkaitan dengan tiga hal, yaitu deteksi dini tsunami merupakan
1205
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
fasilitas primer dalam tanggap bencana alam, gempa bumi dan tsunami, deteksi dini tsunami awal mobilisasi masyarakat, khususnya kaum rentan yaitu orang tua dan anak-anak dalam tanggap bencana alam, gempa bumi dan tsunami dan deteksi dini tsunami adalah kebijakan tunggal dari pemerintah untuk merespon secara nyata atas tsunami yang baru saja terjadi dalam tanggap bencana alam, gempa bumi dan tsunami. Tercapainya tujuan ini, pemerintah Indonesia juga telah bekerjasama dengan pihak yang berpengalaman guna memberikan pembekalan sesama relawan berupa pelatihan dasar Cepat Tanggap Bencana serta kerangka kerja operasional dan kelembagaan yang sederhana. Hal ini dimaksudkan agar informasi lapangan, penggalangan dukungan dan pemberdayaan jaringan relawan dapat secepatnya diperoleh, sehingga pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dapat sesegera mungkin diberikan. Kemudian berkaitan dengan program GITEWS dengan tanggap bencana ini berkaitan dengan tiga hal, yaitu : a. Deteksi dini tsunami merupakan fasilitas primer dalam tanggap bencana alam, gempa bumi dan tsunami. b. Deteksi dini tsunami awal mobilisasi masyarakat, khususnya kaum rentan yaitu orang tua dan anak-anak dalam tanggap bencana alam, gempa bumi dan tsunami. c. Deteksi dini tsunami adalah kebijakan tunggal dari pemerintah untuk merespon secara nyata atas tsunami yang baru saja terjadi dalam tanggap bencana alam, gempa bumi dan tsunami. 2. Untuk Mengurangi Kerugian Akibat Tsunami Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Untuk itulah, GITEWS menjadi bagian dari kerjasama yang dapat mendukung kepentingan Indonesia untuk mengurangi kerugian, baik jiwa, materi, infrastruktur dan lain-lainnya. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera,Jawa - Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia,
1206
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Indonesia terletak di daerah dengan tingkat aktivitas gempabumi tinggi, hal tersebut sebagai akibat bertemunya tiga lempeng tektonik utama dunia yakni : Samudera India – Australia di sebelah selatan, Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Eurasia, dimana sebagian besar wilayah Indonesia berada di dalamnya. Pergerakan relatif ketiga lempeng tektonik tersebut dan dua lempeng lainnya, yakni laut Philipina dan Carolina mengakibatkan terjadinya gempa-gempa bumi di daerah perbatasan pertemuan antar lempeng dan juga menimbulkan terjadinya sesar-sesar regional yang selanjutnya menjadi daerah pusat sumber gempa. Sejak tahun 1991 sampai dengan 2009 tercatat telah terjadi 30 kali gempa merusak dan 14 kali tsunami yang sangat merusak, dintaranya tsunami pada 12 Desember 1991 di Flores telah menelan korban 2000 jiwa lebih, diikuti Tsunami Jawa Timur 1994, Tsunami Biak 1996, Tsunami Sulawesi tahun 1998, Tsunami Maluku Utara 2000 dan Tsunami Raksasa Aceh Desember 2004, Nias 2005, Jawa Barat 2006 serta Bengkulu 2007. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan ratarata hampir 1 tahun sekali tsunami menghantam pantai kepulauan Indonesia. Hasil penelitian Paleotsunami menunjukkan bahwa 600 tahun lalu terjadi tsunami besar yang melanda Aceh dan Thailand. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah Aceh rawan tsunami besar Kepentingan Jerman Dalam Kerjasama German-Indonesian Cooperation For A Tsunami Early Warning System (GITEWS) Keberadaan Jerman melalui program GITEWS ternyata menunjukkan adanya kepentingan strategis dari negara ini sehingga Jerman bersedia untuk mengalokasikan anggaran yang besar dalam program deteksi dini tsunami tersebut. Kepentingan ini berkaitan dengan kapasitas Jerman sebagai negara industri, sekaligus inovator pada bidang teknologi dan informasi. Inilah yang mendorong Jerman berupaya menjadikan GITEWS sebagai tolok ukur kerjasama sehingga kerjasama ini terus bertahan dan berevaluasi menjadi PROTECTS. 1. Pengembangan GITEWS ke PROTECTS Proyek PROTECTS memanfaatkan produk "GITEWS - Peningkatan Kapasitas Masyarakat Lokal" dan pengalaman-pengalaman di Daerah Percontohan GITEWS sebagai masukan untuk pengembangan referensi nasional dan integrasi peringatan dini dan kesiapsiagaan tsunami ke dalam manajemen bencana di Indonesia secara keseluruhan. Penguatan BPBD untuk pengelolaan risiko tsunami berorientasi-masyarakat dianggap perlu untuk menjadikan peringatan dini tsunami yang efektif. Proyek ini akan turut mendukung usaha-usaha tercapainya pemahaman bersama mengenai InaTEWS dan layanan peringatan kepada instansi terkait dan masyarakat umum. Proyek ini juga akan turut membagikan pengalaman dari Indonesia kepada platform internasional dan regional seperti ICG IOTWS dan UNISDR.
1207
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Wilayah proyek PROTECTS terletak di DIY (Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur (ke delapan kabupaten rawan tsunami), Bali (Badung, Gianyar, Tabanan, Buleleng) dan Lombok (Kota Mataram, Lombok Utara dan Lombok Timur). Kerjasama di Sumatra Barat difokuskan untuk mendukung pengembangan lebih lanjut rantai peringatan di tingkat provinsi dan perencanaan kontingensi. Proses pendampingan teknis di tingkat nasional dan pengembangan modul pelatihan, dikoordinasikan oleh anggota tim yang bekerja di kantor proyek di BMKG dan BNBP, Jakarta. 2. Mengembangkan Kepentingan Jerman Pada Bidang Teknis Penanganan Bencana Tsunami di Indonesia Dalam mengembangkan kepentingannya di Indonesia, Jerman mengembangkan Landasan untuk politik ekonomi Jerman yang berlaku sejak tahun 1949 adalah model Ekonomi Pasar Berorientasi Sosial. Asas kebijakan ekonomi tersebut menjamin kebebasan berusaha, sekaligus berupaya menciptakan keseimbangan sosial. Konsep yang dikembangkan di masa pascaperang oleh Ludwig Erhard, yang kemudian menjadi Kanselir Federal, telah membuka jalan ke arah perkembangan baik bagi Jerman. Tantangan untuk berperan aktif dalam pengaturan globalisasi telah diterima oleh Jerman yang menjadi pendukung pembentukan sistem ekonomi global dengan peluang layak bagi semua pihak. Kemudian berkaitan dengan kerjasama deteksi dini tsunami, baik GITEWS ataupun PROTECTS maka sebenarnya terdapat beberapa negara yang memiliki program teknis ini, diantaranya adalah Amerika Serikat. Negara adikuasa ini memiliki perangkat unggulan deteksi dini tsunami yang dinamakan dengan DART (Deep Ocean Assesment and Reporting of Tsunamis). Perangkat program milik Amerika Serikat ini dirancang pada pertengahan tahun 1990-an dan kemudian diresmikan pada tahun 2001. DART terintegrasi dengan satelit NOOA (National Oceanographic and Atsmospheric Administration) dan PMEL (Pacific Marine Environmental Laboratory). Dipilihnya Jerman sebagai patner kerjasama dalam program peringatan dini tsunami ternyata berkaitan dengan beberapa hal, pertama, Jerman merupakan negara yang menawarkan program GITEWS pertama kali,kedua Jerman memberikan berbagai kemudahan dalam transfer teknologi dimana dengan program GITEWS juga diikutsertakan para teknisi dan ketiga, pemerintah Jerman dan Indonesia berhasil merumuskan kesepahaman dengan mengabaikan kepentingan politis sehingga melalui GITEWS dapat tercapai sebagai laboratorium bersama dengan Indonesia sebagai pilot project dan nantinya dapat dimanfaatkan di negara-negara lain di wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara. Kesimpulan Berdasar pada pemaparan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan tentang penelitian “Analisis Kepentingan Indonesia Dalam Kerjasama GITEWS Tahun 2005-2014”bahwa : a. Dinamika globalisasi yang semakin kompleks menjadikan kerjasama luar negeri Indonesia memiliki peranan penting untuk menentukan pencapaian kepentingan nasional Indonesia. Salah satunya adalah kerjasama antara Indonesia dan Jerman
1208
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
dalam menangani bencana gempa tsunami dalam program GITEWS tahun 2005, dimana pencapaian ini tidak lepas dari kedekatan hubungan negara dan posisi GITEWS merupakan bagian dari spill over atau mutual relationship, antara Jerman dan Indonesia. b. Implementasi program GITEWS sejak tahun 2005 mampu berkembang sebagai kerjasama teknis/fungsional yang solid. Ini menunjukkan adanya kepentingan dari Indonesia dibalik kerjasama ini yaitu sebagai wujud untuk mengurangi dampak buruk akibat tsunami. Bagaimanapun juga Indonesia merupakan negara yang terletak di wilayah cincin api (ring of fire) yang rawan terhadap bencana gempa tsunami. Keberadaannya tidak dapat diprediksi atau dihilangkan, namun dengan kesiapan dan deteksi dini melalui GITEWS nantinya akan lebih banyak yang dapat diselamatkan, baik manusia, infrastruktur, harta benda dan lain-lainnya. c. Implementasi program GITEWS sejak tahun 2005 juga berkaitan dengan kepentingan Jerman. Negara Eropa ini memang menjadi salah satu partner penting bagi kerjasama luar negeri Indonesia. Keberadaan Jerman sebagai salah satu negara termaju di dunia, baik secara perekonomian ataupun penguasaan teknologi menjadikan penanggulangan tsunami melalui GITEWS dan PROTECTS di Indonesia menjadi tolok ukur untuk dapat dikembangkan di negara lain dan berarti akan mendukung kepentingan nasional Jerman. Selain itu, kerjasama ini juga ditujukan oleh Jerman dalam mendukung diplomasi kemanusiaan. Daftar Pustaka Buku dan Jurnal Blair, Lawrence and Lorne Blair, 2010, Ring of Fire : Indonesia Odysey, Edition Didier Millet Publisher, Singapore. Davis, Lee Allyn, 2008, Natural Disaster, Fact on File Publisher, New York. Hobbs, Joseph J. 2008, World Regional Geography, Bellmont California : BrookCole. Juwandono, 1991, Hubungan Bilateral : Definisi dan Teori, Rajawali Press, Jakarta. Librayanto, Rony 1998, Ilmu Negara Suatu Pengantar, Pustaka Refleksi, Makasar. Murata, Susumu, 2010, Tsunami : Survive to Tsunami, World Scientific Publishing, New Jersey and Singapore. Oppenheim, Felix E., 1987. National Interest, Rationality, and Morality. Political Theory, Vol. 15. Perwita, Anak Agung B. & Yanyan M. Yani, 2006, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Edisi kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rudy, T.May 2002, Study Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Refika Aditama, Bandung.
1209
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Santos, Indria and Alxander Borde, 2013, The Economic Impact of Natural Disaster, Oxford University Press, New York. Toress, John A. 2008, Disaster in the Indian Ocean, Delaware : Mitchel Lane Publisher. Williams, Simon, 2012, The Role of the National Interest in the National Security Debate, United Kingdom: Royal College of Defence Studies. Suradi dan Mariman Darto, 2005, Pelayanan Sosial Terhadap Bencan Alam, STKS Press, Jakarta. Esteban, Miguel and Hiroshi Takagi, 2015, Handbook of Coastal Disaster Mitigation for Enginer. Surat Kabar “Jepang Kembali Dukung Pembangunan Infrastruktur Penanggulangan Bencana Indonesia”, Kompas, tanggal 9 November 2002 Internet (Web Site) Asian Tsunami 2004, diakses http://www.soschildrensvillages.org.uk/news/archive/2014/12/asiantsunami-2004-a-timeline, pada tanggal 13 Mei 2016. Kronologi
dari
Benacana Tsunami Aceh 2004, diakses http://www.dw.com/id/kronologi-bencana-tsunami-2004-di-aceh/a18146413, pada tanggal 13 Mei 2016.
dari
Indonesia-Germany Relations, diakses http://jakartaglobe.beritasatu.com/tag/indonesia-germany-relations, tanggal 12 Mei 2016.
dari pada
German-Indonesia Tsunami Eary Warning System, diakses dari http://www.earthobservations.org/documents/sbas/di/42_the_german_indo nesian_tsunami_ews.pdf, pada tanggal 12 Mei 2016. Bangun Pertingatan Tsunami Aceh, Jerman Sumbang Ri 61 Triliun, diakses dari http://news.liputan6.com/read/2150864/bangun-sistem-peringatantsunami-aceh-jerman-sumbang-rp-610-m, pada tangga; 12 Mei 2016. GTZ
Gitews, diakses dari http://www.gitews.org/fileadmin/documents/content/wp6000/GTZIS_GITEWS_Newsletter_08_Bahasa.pdf, pada tanggal 13 Mei 2016.
26 Desember 2004 : Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh, diakses dari http://www.indonesiamedia.com/2012/12/26/26-desember-2004-bencanagempa-bumi-dan-tsunami-di-aceh/ pada tanggal 28 April 2015.
1210
Analisis Kepentingan Indonesia dalam Kerjasama GITEWS (Praditha Ajeng D)
Kerangka Acuan Proses Pengumpulan Data dan Analisa Bersama Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Post Disaster Needs Assessment) Gempa Bumi Sumatra Barat 2009, diakses dari https://www.humanitarianresponse.info/system/files/documents/files/Pada ng%20Indonesia%20TOR.doc pada tanggal 28 Juni 2015. Bappenas:
Kerugian Akibat Bencana di Aceh, diakses dari http://bisnis.tempo.co/read/news/2005/01/18/05655133/bappenaskerugian-akibat-bencana-di-aceh-us-4-4-5-miliar pada tanggal 28 Juni 2015.
Momentum 60 tahun Hubungan Bilateral Indonesia dan Jerman, diakses dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6 018&Itemid=29 pada tanggal 2 Oktober 2014 Kerjasama Riset dan Teknologi Indonesia-Jerman diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/110-oktober-2010/960kerjasama-riset-dan-teknologi-indonesia-jerman.html pada tanggal 04 Oktober 2014. Indonesia
Rawan Gempa Bumi dan Tsunami, dalam https://inatews.bmkg.go.id/new/about_inatews.php?urt=3, diakses pada tanggal 21 Juni 2016.
Pengembangan Kapasitas di Tingkat Masyarakat Selama Proyek Protecs, dalam http://www.gitews.org/tsunami-kit/id/id_project_info_protecs.html, diakses pada tanggal 16 Juni 2016. Pasar
Unggulan dan Inovasi, dalam https://www.tatsachen-ueberdeutschland.de/id/pasar-unggulan-dan-inovasi, diakses pada tanggal 22 Juni 2016.
Selama Bencana Tsunami Aceh Pemerintah Jerman Telah Banyak Membantu, dalam https://www.harianaceh.co.id/2014/12/24/selama-bencana-tsunami-aceh2004-negara-jerman-telah-banyak-membantu/, diakses pada tanggal 22 Juni 2016. Berakhirnya kerjasama Indonesia-Jerman tentang peringatan dini tsunami, diakses dari http://p3sdlp.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/419-berakhirnyakerjasama-indonesia--jerman-tentang-peringatan-dini-tsunami pada tanggal 23 November 2014. German-Indonesian Cooperation for a Tsunami Early Warning System diakses di http://www.gitews.org/tsunami-kit/id/id_gitews.html pada tanggal 24 November 2014.
1211
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1197-1212
Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman tentang kerjasama di Bidang-Bidang Riset Ilmiah dan Pengembangan Teknologi, diakses dari http://treaty.kemlu.go.id/uploadspub/3505_DEU-1979-0052.pdf pada tanggal 12 Februari 2016. NDBC Dart, dalam http://www.ndbc.noaa.gov/dart.shtml, diakses pada tanggal 3 Agustus 2016. JMA
Earthquake Information, dalam http://www.jma.go.jp/jma/en/2011_Earthquake/Information_on_2011_Eart hquake.html, diakses pada tanggal 3 Agustus 2016.
Kedutaan
Besar Jerman di Jakarta : Kerjasama RI-Jerman, dalam http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/03_20Botschaft_20idn/B otschafter__und__Abteilungen/Die-Arbeitsbereichde-der-Botschaftidn.html, diakses pada tanggal 2 agustus 2016.
1212