ANALISIS KENDALA PENERAPAN BANK SYARIAH DI LUBUK RAJA OKU SUMATERA SELATAN (Studi Kasus Di Desa Battuwinangun) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh: GRAND ABDUL HAKIM. F NIM 103046128225
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS KENDALA PENERAPAN BANK SYARIAH DI LUBUK RAJA OKU SUMATERA SELATAN (Studi Kasus Di Desa Battuwinangun) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muamalat/Perbankan Syariah. Jakarta, 22 Juni 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012 Panitia Ujian 1. Ketua
: Dr. Euis Amalia. M. Ag NIP. 197107011998032002
( .………………… )
2. Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001
( ……...………….. )
3. Pembimbing I : Dr. Ir. H. Murasa Sarkani Putra
(………………….. )
4. Pembimbing II : Dr. Syahrul A’dham. M. Ag NIP. 197305042000031002
( ……..…………... )
4. Penguji I
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM ( ............................. ) NIP. 195505051982031012
5. Penguji II
: M. Nur Rianto Al Arif. SE. M.Si NIP. 19811013
(...………………... )
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Mei 2010
Grand Abdul Hakim. F NIM 103046128225
iii
ABSTRAKSI
Semakin menggiurkannya bisnis di sektor perkebunan karet dewasa ini telah memikat industri keuangan baik konvensional maupun syariah untuk berlombalomba menjadi mitra usaha para pengusaha perkebunan karet. Salah satu daerah penghasil karet adalah Lubuk Raja OKU Sumsel. Dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi norma-norma agama Islam, idealnya bank syariah lebih banyak digunakan sebagai mitra dalam usaha perkebunan karet. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan pengusaha perkebunan karet di Battuwinangun terhadap bank syariah dan kendala penerapan bank syariah pada sektor perkebunan karet di desa Battuwinangun. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif dalam menggambarkan dan menjelaskan mengenai usaha, pelaku usaha, dan persepsi masyarakat tentang bank syariah dan produk pembiayaan yang ditawarkan oleh pihak bank. Jenis data yang digunakan adalah data primer melalui instrumen wawancara dan kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan data-data dan dokumen-dokumen. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pada dasarnya pengusaha perkebunan karet memiliki respon dan pandangan yang positif terhadap sistem ekonomi syariah yang diterapkan oleh bank syariah. Namun belum adanya kerjasama dan sosialisasi yang maksimal menjadi kendala utama produk pembiayaan bank syariah belum banyak digunakan.
iv
v
אאא
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, mengiringi selesainya penulisan skripsi ini, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada penerang bagi kehidupan yaitu Nabi Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat dan umatnya sampai akhir zaman. Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH. MA. MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Euis Amalia, M.Ag. selaku Ketua Jurusan dan H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. selaku Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Ir. H. Murasa Sarkani Putra dan Dr. Syahrul A’dham. M. Ag atas kesediannya memberikan waktu luang kepada penulis untuk membimbing,
vi
mengarahkan dan memberikan berbagai petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, salam ta’dzim penulis mudah-mudahan semua menjadi berkah dan manfaat. 4. Kepala Perpustakaan Utama dan Fakultas beserta para stafnya yang telah banyak membantu penulis melakukan penelitian. 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu kepada penulis sejak penulis duduk di bangku kuliah hingga lulus dari kampus tercinta ini. 6. Kedua orang tua penulis: Ayahanda Drs. Fachruddin. Rusman dan Ibunda Siti Atikah yang senantiasa penulis mohon ridho dan doa-doanya, terutama dalam membantu, mendukung dan memotivasi penulis baik secara moriil dan materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Adik-adikku Nyimas Jannatul Firdaus dan Bunia Darojatun Aliya yang selalu penulis banggakan dan sayangi sepenuh hati. 8. Kepada bapak H. Fathoni yang telah bermurah hati memberikan banyak masukan dan izin kepada penulis untuk tinggal selama penelitian, Bapak H. Ramadhon, Bapak Syafa’at, Bapak Poniran selaku PPL dishutbun Lubuk Raja, dan segenap masyarakat Battuwinangun yang telah turut membantu atas kelancaran skripsi ini baik secara langsung atau tidak langsung. 9. Sahabat-sahabatku yang selalu setia menemani saat suka dan duka Opik, Ari yang telah membantu penulis dengan mengizinkan penulis menjadi benalu di kosan, Edoy, Razka, Udin atas kiriman-kiriman film narutonya,
vii
dan teman-teman kosan lainnya yang tentunya tidak bisa desebutkan semuanya. 10. Sahabat terbaik penulis Digdo, Harun, Iwan atas banyak masukan dan inspirasinya, My group yang sudah sibuk dengan dunia masing-masing Bedol, Yasir, Ratih, dan sahabat-sahabat seperjuangan jurusan perbankan syariah khususnya kelas A yang slalu memberikan motivasi buat penulis. Besar harapan penulis bahwa tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi khasanah Ilmu Ekonomi Islam dan aparat pembuat kebijakan khususnya pedidikan ekonomi syariah. Peulis sadar bahwa masih diperlukan banyak penyempurnaan dalam penulisan skripsi ini, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Atas semua perhatiannya penulis haturkan terima kasih. Jakarta, 16 Mei 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Judul .................................................................................................. i Lembar Pengesahan .......................................................................................
ii
Lembar Pernyataan ........................................................................................
iii
Abstraksi ........................................................................................................
iv
Kata Pengantar ...............................................................................................
v
Daftar Isi ........................................................................................................
viii
Daftar Tabel ...................................................................................................
ix
Daftar Lampiran .............................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................
6
D. Tinjauan Kajian Terdahulu .....................................................................
7
E. Kerangka Teori dan Konseptual .............................................................
11
F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan .............................................................................
15
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah .........................................................................
17
B. Strategi Pemasaran .................................................................................
24
C. Teori Pengambilan Keputusan ...............................................................
29
viii
ix
BAB III Gambaran Umum Objek Penelitian
39
A. Perkebunan Karet Desa Battuwinangun ............................................
48
B. Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Baturaja ............................. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
51
A. Karakteristik Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun ..... B. Pandangan Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun
57
Terhadap Bank Syariah ......................................................................... C. Kendala Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun Untuk
61
Menggunakan Produk Pembiayaan Bank Syariah ................................. BAB V PENUTUP
77
A. Kesimpulan ............................................................................................
77
B.
Saran ......................................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
83
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Dosis Pemupukan Karet Berdasarkan Fase Pertumbuhannya ..........
46
Tabel 4.1 Pendidikan formal ............................................................................. 51 Tabel 4.2. Pendidikan agama .............................................................................
52
Tabel 4.3. Luas kebun karet ............................................................................... 53 Tabel 4.4. Jenis tanaman .................................................................................... 53 Tabel 4.5. Tingkat pendapatan bersih responden dalam setiap bulannya .......... 54 Tabel 4.6. Tentang aktif mengikuti pengajian rutin ........................................... 56 Tabel 4.7. Tingkat ketaatan terhadap perkataan ulama ...................................... 56 Tabel 4.8. Mengenai pemahaman terhadap fatwa MUI tentang bunga bank haram ................................................................................................
58
Tabel 4.9. Mengenai pengetahuan tentang bank syariah ...................................
59
Tabel 4.10.Mengenai nilai keberkahan dalam menjalankan aktifitas ekonomi .. 59 Tabel 4.11.Sikap responden setelah mengetahui tentang bank syariah ..............
60
Tabel4.12.Mengenai pengetahuan dan penggunaan produk pembiayaan modal kerja ................................................................................................... 61 Tabel 4.13.Mengenai pengalaman dalam menggunakan jasa bank syariah .......
63
Tabel 4.14.Mengenai produk bank syariah yang digunakan ..............................
64
Tabel 4.15. Mengenai alasan menggunakan jasa bank syariah ..........................
65
Tabel 4.16.Mengenai sosialisasi tentang bank syariah di Battuwinangun .........
68
Tabel 4.17.Pandangan responden terhadap kesamaan sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional ...................................................
69
xi
Tabel 4.18.Pandangan responden terhadap fatwa MUI tentang bunga bank menurut pendidikan keagamaan ....................................................... 72 Tabel 4.19.Tentang aktif mengikuti pengajian rutin ........................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Kuisioner Untuk Pengusaha Perkebunan Karet Battuwinangun ...........................................................................
84
Lampiran 2. Wawancara Tidak Terstruktur Dengan Responden ...................
87
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Dengan Responden yang Menggunakan Produk Pembiayaan Modal Kerja Bank Syariah Mandiri Baturaja ......................................................................................
88
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Dengan Pemerintah.................................
89
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Dengan Ulama Setempat ........................ 91 Lampiran 7. Pedoman Wawancara Dengan Pihak Bank Syariah Mandiri Baturaja ......................................................................................
92
Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian Dari Kepala Desa Battuwinangun Lampiran 9. Persyaratan Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah Mandiri .........
94
Lampiran 10. Data Sekunder Dari Penyuluh Pertanian Dishutbun Kecamatan Lubuk
Raja
Tentang
Perkebunan
Karet
di
Desa
Battuwinangun ...........................................................................
95
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu harus diarahkan pada sektor industri. Tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain, salah satunya adalah seperti sektor pertanian dan perkebunan. Sebagai negara agraris dan kaya akan sumber daya alamnya, sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Karena lebih dari setengah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan dan mengandalkan sektor tersebut. Bank dunia (world bank) pun pernah menyarankan kepada pemerintah agar lebih menitikberatkan investasi di sektor tersebut, mengingat sebagian besar penduduk miskin berada di pedesaan.1 Sehingga secara otomatis akan mampu menekankan angka kemiskinan. Karet adalah salah satu sektor perkebunan andalan Indonesia dan merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, 7% perkebunan besar negara dan 8% perkebunan besar milik swasta.
1
20
Mohammad Nur Salim, “Nasib Petani di negeri Agraris”, SINDO, 14 Februari 2009, h.
2
Jumlah
tersebut
masih
akan
bisa
ditingkatkan
lagi
dengan
memaksimalkan lahan-lahan kosong dan melakukan peremajaan terhadap tanaman-tanaman tua di beberapa wilayah penghasil karet di Indonesia, seperti di Sumatera dan Kalimantan.2 Selain itu, peluang bisnis perkebunan karet semakin menggiurkan mengingat pertumbuhan ekonomi dan teknologi dunia yang cukup pesat selama 10 tahun terakhir, terutama di Asia Pasifik dan Amerika latin. Sehingga berdampak terhadap tingginya permintaan karet alam. Namun meningkatnya permintaan karet alam dunia belum tentu dapat diikuti oleh kemampuan para produsen dalam memenuhi kebutuhan tersebut, karena kenaikan produksi hanya mampu berkisar 2 – 3% pertahun, sedangkan tingkat permintaan karet alam diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun sekitar 4% pertahunnya.3
Tingginya defisit karet di dunia dapat
menyebabkan lonjakan harga yang pesat. Peluang-peluang tersebut yang kemudian membuat industri-industri keuangan konvensional melirik dan berlomba-lomba berburu untung dalam bisnis perkebunan karet. Sedangkan industri keuangan syariah dengan produk murabahah pun ikut bermain dan bersaing bersama industri keuangan konvensional dalam berburu di sektor perkebunan karet. Salah satu contoh daerah tersebut adalah usaha perkebunan karet di kecamatan lubuk raja. Secara geografis lubuk raja merupakan salah satu 2
Chairil Anwar, “Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia”, Makalah Diakses Pada 15 Februari 2009 dari www.ipard.com 3
Efan, “Siap-Siap Meraup Untung dari Karet di Tahun 2008” Media Perkebunan, Edisi 62 (Maret 2008): h. 8
3
kecamatan
yang
ada
di
kabupaten
OKU
yang
memiliki
prospek
pengembangan perkebunan karet yang sangat potensial. Berdasarkan data dari dinas perhutanan dan perkebunan kecamatan Lubuk Raja bahwa luas areal perkebunan karet baru di kecamatan tersebut mencapai 9.300,5 ha. Luas tanaman menghasilkan (TM) mencapai 5.067,75 ha. Luas tanaman belum menghasilkan (TBM) mencapai 2.787,75 ha. Luas tanaman tua atau tanaman rusak (TT/TR) mencapai 1.445,5 ha. Sedangkan tingkat produksi mencapai 6.569,54 ton per bulan.4 Harga lateks perkilogramnya dalam kondisi normal berkisar antara Rp 9.000 – 15.000. Harga karet mentah sangat fluktuatif karena bergantung kepada tingkat permintaan terutama negara-negara industri. Namun pada masa krisis gobal seperti yang terjadi pada bulan november 2008 lalu harga karet terjun bebas mencapai sekitar Rp 3.500 per kilogramnya.5 Namun demikian, harga karet akan cepat pulih dan meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lubuk Raja merupakan masyarakat yang masih kental dengan tradisi keagamaan. Sehingga peranan ketokohan/ulama mempunyai andil yang cukup besar dalam kehidupan mereka. Dari keterangan-keterangan di atas, maka seharusnya bank syariah dapat berkembang pesat dan menjadi solusi dalam pemenuhan kebutuhan modal 4
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kecamatan Lubuk Raja, Rekapitulasi Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kecamatan Lubuk Raja OKU, 10 Januari 2009 5
Wawancara pribadi dengan tengkulak lateks di desa Battuwinangun kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Sumsel, 10 Januari 2009
4
kerja bagi para pengusaha perkebunan rakyat di Lubuk Raja. Apalagi mengingat telah banyak fatwa MUI dan sosialisasi yang berkaitan dengan perbankan syariah. Begitu juga dengan margin dan fasilitas pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah pun cukup ringan dan bersaing. Namun demikian, masih sedikit pengusaha perkebunan karet rakyat di Lubuk Raja yang menggunakan jasa keuangan syariah sebagai mitra dalam memenuhi kebutuhan permodalan mereka masih sedikit. Hal ini sebagaimana hasil dari tanya jawab penulis dengan pihak pemerintah (penyuluh pertanian dishutbun) mengenai pengusaha perkebunan rakyat yang menggunakan produk pembiayaan modal kerja bank syariah di Battuwinangun. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai kendala penerapan bank syariah di OKU Sumatera Selatan yang ditinjau dari respon pengusaha perkebunan karet terhadap terhadap eksistensi bank syariah. Hal menarik lain yang penulis temukan adalah berdasarkan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh IPB yang bekerjasama dengan Bank Indonesia tahun 2004 mengenai potensi pengembangan perbankan syariah di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa kabupaten OKU merupakan daerah kedua yang memiliki potensi tertinggi dalam pengembangan perbankan syariah di Sumatera Selatan. Selain itu, pemerintah melalui departemen pertanian dan departemen kehutanan pun mulai aktif dalam mensosialisasikan program pembiayaan perkebunan yang dapat digunakan oleh para pelaku
5
usaha perkebunan dan prosedur pengajuannya, baik dengan sistem syariah maupun konvensional melalui berbagai media cetak dan elektronik.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Mengingat terlalu luasnya wilayah kecamatan Lubuk Raja dan jumlah pemilik perkebunan karet yang mencapai sekitar 3.333 kepala keluarga (KK), serta keterbatasan dana dan resiko-resiko lainnya yang harus penulis hadapi dalam penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian ini berdasarkan: 1. Lokasi penelitian, yaitu desa Battuwinangun yang merupakan desa baru dari pemekaran desa Batumarta I. 2. Ditinjau dari tingkat pengetahuan pengusaha perkebunan karet rakyat terhadap eksistensi bank syariah. 3. Pengusaha perkebunan karet rakyat yang memiliki luas kebun karet minimal 2 hektar. 4. Produk pembiayaan modal kerja bank syariah mandiri. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pandangan pengusaha perkebunan karet rakyat terhadap bank Syariah?
6
b. Bagaimana kendala pengusaha perkebunan karet rakyat untuk menggunakan jasa bank syariah dalam memenuhi kebutuhan modal kerja? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis pandangan pengusaha perkebunan karet rakyat terhadap bank syariah. b. Untuk menganalisis kendala pengusaha perkebunan karet rakyat untuk menggunakan jasa bank syariah dalam memenuhi kebutuhan modal kerja. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini adalah: a. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan penulis tentang usaha perkebunan karet di desa Battuwinangun
dan
pembiayaan
modal
kerja
untuk
usaha
perkebunan karet rakyat yang berdasarkan prinsip syariah yang dapat diakses oleh para pelaku usaha perkebunan rakyat. b. Bagi program studi muamalat, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan dalam mengkaji mengenai produk perbankan syariah yang memfasilitasi sektor perkebunan, khususnya perkebunan karet. c. Bagi industri keuangan syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bisnis perkebunan karet dan
7
karakteristik pengusaha perkebunan karet rakyat, terutama dalam memilih produk pembiayaan modal kerja di desa Battuwinangun. d. Bagi pelaku usaha perkebunan karet dan umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai produk pinjaman terutama yang berdasarkan prinsip syariah yang dapat diakses oleh para pelaku usaha perkebunan dalam memenuhi kebutuhan modal usaha.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan tinjauan kajian terdahulu terhadap beberapa laporan penelitian dan skripsi yang telah ada. Dari tinjauan kajian terdahulu yang telah penulis lakukan, pada dasarnya belum ada skripsi atau penelitian yang membahas secara khusus mengenai produk murabahah untuk perkebunan. Karena sampai saat ini, pembahasan skripsi atau laporan penelitian yang berkaitan dengan perbankan atau sistem ekonomi syariah dalam pertanian yang penulis temukan, hanya membicarakan mengenai sistem bagi hasil dalam pertanian bahan pangan, seperti padi, dengan sistem yang digunakan dalam pertanian tersebut lebih dikenal dengan muzara’ah. Sedangkan perkebunan karet, sangat berbeda dengan pertanian bahan pangan seperti padi baik secara siklus penanaman, teknik pengelolaan, kuantitas panen, tingkat keuntungan, tingkat resiko dan sebagainya. Sehingga dengan perbedaan tersebut, maka akan berpengaruh pula terhadap sistem
8
pembiayaan yang dianggap lebih cocok oleh lembaga keuangan syariah untuk diterapkan pada sektor tersebut, apalagi mengingat potensi pengembangan bisnis perkebunan yang sangat menggiurkan pada masa yang akan datang. Namun, jika hanya penelitian yang berkaitan tentang produk murabahah pada bank syariah, maka penulis menemukan beberapa skripsi yang cukup berkaitan yang membahas mengenai permasalahan tersebut, diantaranya adalah: 1. Skripsi yang ditulis oleh saudari Ummu Sri Nurbaya tantang pengaruh pembiayaan modal kerja murabahah terhadap pendekatan nasabah UKM (studi kasus di PT. BPR Syariah Wakalumi Cikupa) tahun 2008. Dengan pendekatan kuantitatif dan jumlah sampel yang digunakan oleh saudari ummu adalah 66 nasabah dari 88 populasi dalam penelitian lapangannya, diketahui bahwa dari hasil pengujian hipotesa yang dilakukan secara serentak dan individual, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jumlah pembiayaan terhadap pendapatan. Faktor yang mempengaruhi tersebut sebesar 50,30%, sedangkan sisanya (49,61%) dipengaruhi oleh faktor lain. 2. Skripsi yang ditulis oleh saudari Fitri Siti Nurmaya Sari tentang korelasi alokasi dana pembiayaan murabahah terhadap tingkat volume tenaga kerja dan pendapatan (studi kasus BPRS Amanah Ummah Leuwiliang kabupaten Bogor}tahun 2008 Dengan pendekatan kuantitatif dan sampel yang digunakan adalah sembilan nasabah industri BPRS yang mendapatkan modal pembiayaan
9
murabahah, diketahui bahwa dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat volume tenaga kerja dan pendapatan masing-masing industri tidak memiliki hubungan (korelasi) terhadap pengalokasian pembiayaan murabahah. Hal ini, terjadi karena BPRS Amanah Ummah masih bersikap hati-hati akan resiko yang terjadi untuk mengalokasikan dananya di sektor industri. Sehingga BPRS amanah ummah belum bisa memaksimalkan kinerjanya dalam peningkatan pembiayaan murabahah untuk diimplementasikan di sektor industri. 3. Skripsi yang ditulis oleh saudari Siti Arfah tentang Strategi pemasaran produk pembiayaan murabahah dan pengaruhnya terhadap pendistribusian dana BMT el-Syifa Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan, tahun 2006 Dengan pendekatan kualitatif dan metode wawancara terhadap para pengurus BMT el-Syifa, saudari Arfah memaparkan mengenai strategi pemasaran yang baik yang dapat diterapkan dan digunakan oleh BMT elSyifa dalam memasarkan produk murabahahnya. Namun dalam skripsi tersebut penulis tidak menemukan mengenai bagaimana strategi yang telah digunakan oleh BMT el-Syifa dalam memasarkan produk murabahahnya dan bagaiamana pengaruh strategi tersebut terhadap pendistribusian dana BMT el-Syifa. 4. Potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di wilayah Sumatera Selatan, laporan penelitian Bank Indonesia yang bekerjasama dengan IPB.
10
Dalam laporan penelitian tersebut, dijelaskan bahwa berdasarkan respon dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah, maka pengembangan perbankan syariah di Sumatera Selatan memiliki potensi yang cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa secara lokasi yang memiliki potensi pengembangan perbankan syariah tertinggi berturut-turut adalah kota Palembang, kabupaten OKU, Pangkal Pinang, dan Musi Banyu Asin. Berdasarkan judul laporan penelitian tersebut, maka responden yang dipilih dalam penelitian tersebut adalah masyarakat secara umum. Sedangkan pembahasan yang akan penulis angkat dalam skripsi ini berbeda dengan skripsi-skripsi atau laporan penelitian yang telah penulis jelaskan di atas. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari pembahasan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu mengenai persepsi pengusaha perkebunan karet rakyat terhadap produk pembiayaan bank syariah dalam memenuhi kebutuhan modal kerja di desa Battuwinangun. Responden yang dipilih dalam penelitian ini hanya pihak-pihak yang memiliki kaitannya dengan usaha perkebunan karet sebagaimana dijelaskan pada sub bab berikutnya. Selain itu, dalam pengembangan usaha perkebunan karet jumlah modal kerja yang dibutuhkan cenderung lebih besar, sedangkan keuntungan baru akan didapat pada tahun kelima atau keenam.
11
E. Kerangka Teori dan Konseptual Adapun kerangka teori dan konseptual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Murabahah merupakan sistem jual beli yang harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati. Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan jangka pendek yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah kepada nasabah guna pembelian barang.6 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk merupakan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis mengenai karakteristik dan perilaku pengusaha perkebunan karet rakyat dalam memilih dan menggunakan jasa bank syariah.
F. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif. Karena berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis ingin menggambarkan mengenai usaha, pelaku usaha perkebunan karet rakyat dan kendala penerapan produk pembiayaan modal kerja pada sektor perkebunan karet di desa Battuwinangun.
6
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), hal. 39
12
2.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu gejala data-data dan informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari lapangan.7
3.
Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a)
Data Primer, yaitu data-data yang diperoleh dari responden langsung melalui instrumen wawancara dan kuisioner.
b)
Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh berdasarkan datadata dan dokumen-dokumen yang ada baik di lapangan maupun dengan
melakukan
kajian
kepustakaan
mengenai
usaha
perkebunan karet. 4. Pengumpulan Data Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, data penelitian dikumpulkan melalui: a. Studi lapangan, dilakukan guna memperoleh data primer dan data skunder
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data secara lisan dari dinas kehutanan dan perkebunan desa Battuwinangun untuk memperoleh data mengenai gambaran usaha perkebunan karet di desa Battuwinangun. Untuk memperoleh data mengenai pelaku usaha perkebunan karet dan peluang produk 7
hal. 35
Irawan soehartono, Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), cet 1,
13
murabahah untuk usaha perkebunan karet di desa Battuwinangun, penulis munggunakan kuisioner dan wawancara dengan responden pelaku usaha perkebunan karet rakyat di desa Battuwinangun, dinas kehutanan dan perkebunan desa dan Ulama. b. Studi kepustakaan, yaitu metode digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data-data dari literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti baik berupa buku, majalah, artikel dan sebagainya.
Data
tersebut
akan
penulis
gunakan
untuk
memperkuat hasil analisa yang dibangun berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan. 5. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para kepala keluarga yang menjadi pelaku usaha perkebunan karet rakyat di desa Battuwinangun yang berjumlah 568 KK. Berkaitan dengan ukuran jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, menurut Gay Umar Husein (2002) bahwa ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan bentuk penelitian yang digunakan antara lain: 1. Metode deskriptif minimal 10% populasi. 2. Metode deskriptif kolerasional, minimal 30 subjek.8 Berdasarkan pendapat di atas, maka besar sampel yang penulis gunakan adalah 130 sampel, yaitu lebih dari 20% dari jumlah populasi.
8
Gay Umar Husein, Riset Akuntansi dalam Tesis Dede Abdul Fatah, ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Karyawan Muslim Pertamina Dalam Membayar Zakat Profesi Melalui Baituzzakah Pertamina,” Tesis Pasca sarjana Universitas Indonesia, 2006
14
6. Teknik Penarikan Sampel Dalam
penelitian
ini,
metode
sampling
dilakukan
dengan
menggunakan metode non probabilitas sampling yang penetapan sampelnya dilakukan secara subjektif karena akibat adanya penilaian tertentu atau keadaan tertentu.9 Karena pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan jumlah sampel terlebih dahulu sebagaimana dijelaskan dalam sub bab sebelumnya, maka jenis metode non probabilitas sampling yang digunakan disebut quota sampling. Kemudian data dari sampel tersebut penulis analisis dengan menggunakan metode prosentase, yaitu: P = f/n x 100% Keterangan : P : Prosentase f : Frekuensi n : Jumlah Sampel 100% : Bilangan Tetap10 7. Metode Analisa Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan penulis analisis dengan menggunakan: a. Teknik analisis kualitatif, yaitu metode analisis yang menjabarkan data hasil penelitian kedalam bentuk tulisan. 9
Mustafa Edwin Nasution dan Hardius Usman, Proses Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), cet. 3, hal. 108 10
M Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi Ekonomi dan Kebijakan Politik serta Ilmu-ilmu Lainnya, (Jakarta:Kencana, 2005) h.171-172
15
b. Teknik analisis kuantitatif, yaitu metode analisis yang memaparkan data-data hasil penelitian dalam bentuk angka dan tabel. 8. Teknik Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah dibagi ke dalam lima bab, yaitu: Bab I
: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metodologi penelitian dan teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Berisikan tentang kajian teoritis yang meliputi teori pembiayaan murabahah, strategi pemasaran, dan teori pengambilan keputusan konsumen.
Bab III
: Memberikan gambaran secara umum tentang objek penelitian yang meliputi gambaran umum perkebunan karet di desa Battuwinangun, dan gambaran umum produk pembiayaan modal kerja bank syariah mandiri Baturaja.
Bab IV
: Membahas tentang hasil penelitian yang meliputi analisis karakteristik
pengusaha
perkebunan
karet
rakyat
di
desa
16
Battuwinangun, pandangan pengusaha perkebunan karet rakyat terhadap eksistensi bank syariah, dan kendala penerapan bank syariah di desa Battuwinangun. Bab V
: Penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.
39
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perkebunan Karet di Desa Battuwinangun Kebun karet merupakan salah satu budi daya perkebunan jangka panjang, hal ini mengingat pada umumnya masa produksi kebun karet yang cukup lama, yaitu dimulai pada tahun ke lima hingga tahun ke dua puluh lima. Namun dengan teknik yang baik dan benar dalam pengelolaan kebun karet, maka selain tingkat produksi yang dapat meningkat juga masa produksi yang dapat berlangsung lebih lama. Teknik tersebut meliputi, pemilihan dan penggunaan bibit-bibit yang unggul dan sesuai dengan struktur tanah serta kondisi geografis yang akan ditanami, pengelolaan tanah, perawatan pra produksi, penyadapan, perawatan pada masa produksi dan sebagainya. Battuwinangun merupakan salah satu desa pemekaran dari desa Batumarta I. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari kantor kedesaan, desa Battuwinangun terdiri dari tujuh kampung, yaitu Banjar Sari, Cimalaya, Trimulyo, Cindra Mulya, Despot, Sumber Mulyo, dan Klutum. Luas keseluruhan perkebunan karet rakyat di desa Battuwinangun adalah mencapai 1.016,5 hektar yang terdiri dari 600,25 hektar tanaman menghasilkan (TM), 347,75 hektar tanaman belum menghasilkan (TBM), dan 68,5 hektar tanaman tua (TT). Rata-rata tingkat produksi lateks di desa Battuwinangun adalah mencapai 802,8 ton karet kering/tahun. Mengingat
40
mayoritas penduduk di desa Battuwinangun adalah masyarakat transmigrasi, maka kebun karet yang dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat adalah milik pribadi yang merupakan "jatah transmigrasi" dari pemerintah.1 Budi daya kebun karet telah lama dikenal dan dilakukan oleh masyarakat di daerah Batumarta I dan sekitarnya. Budi daya ini telah dimulai sejak sekitar tahun 1960. Ketika itu, Battuwinangun yang masih merupakan bagian dari desa Batumarta I adalah salah satu daerah transmigrasi yang mayoritas penduduknya berasal dari daerah Jawa Tengah. Kini, seiring dengan perkembangan desa, penduduk di desa tersebut tidak hanya masyarakat transmigran dari pulau jawa. Namun telah banyak para pendatang baru dari daerah-daerah tetangga dan daerah-daerah lainnya. Selain sebagai pengusaha perkebunan karet rakyat, sebagian besar masyarakat Battuwinangun juga memiliki mata pencaharian lain yang cukup beragam, seperti berdagang, bertani, pegawai negeri sipil, guru, dan sebagainya. Sehingga sumber pendapatan mereka tidak hanya diperoleh dari usaha perkebunan karet saja. Masyarakat Battuwinangun juga merupakan masyarakat yang masih sangat kental dengan kultur agamanya. Hal tersebut terlihat dari aktif dan hidupnya kegiatan-kegiatan keagamaan di desa, seperti kegiatan yasin dan tahlil setiap minggu yang digilir disetiap rumah penduduk, pengajian rutin (mingguan, bulanan, dan triwulan), istighotsahan, dan sebagainya.
1
2009
Wawancara pribadi dengan Yani (kepala desa Battuwinangun). Battuwinangun 16 Juni
41
Adapun fasilitas penunjang yang ada dalam usaha budi daya karet di Battuwinangun diantaranya adalah telah adanya perusahaan negara (BUMN) yang bergerak di bidang karet yaitu PTPN yang berada tidak jauh dari Battuwinangun. Untuk jalan produksi dan pemasaran, nampak cukup bagus dan masih layak, sehingga masih dapat dimasuki kendaraan-kendaraan pengangkut. Namun demikian, para tengkulak karet cenderung menjual lateksnya ke pabrik swasta yang berada di palembang. Namun dibeberapa dusun ada juga beberapa jalan yang kondisinya rusak, dengan total sepanjang 5 KM. Terlihat dari adanya kendaraan pengangkut lateks yang cukup sering terjebak dalam lobang lumpur jalan ketika penulis sedang melakukan kegiatan observasi dan penelitian. Sedangkan jalan yang kondisi kerusakannya berat hanya mampu diakses dengan menggunakan jalan kaki dan motor. Dari segi keamanan, pada dasarnya Battuwinangun merupakan daerah yang cukup aman terutama dalam keberlangsungan usaha. Namun ketika awal terjadinya krisis global yang mengakibatkan harga lateks pun ikut terjun bebas hingga mencapai Rp 3.500, bibit-bibit kriminal mulai muncul kembali. Ketika itu, penulis mendengar kabar dari masyarakat bahwa ada seorang bidan dan temannya yang dipukul hingga tangannya cidera (patah tulang) dan motornya dirampas ketika sedang melintas di sekitar perkebunan karet pada malam hari. Namun kini, seiring dengan kembali membaiknya harga karet, keamanan di Battuwinangun telah berangsur normal kembali. Sehingga masyarakat sudah dapat leluasa dan tidak merasa khawatir dalam melaksanakan kegiatan
42
sehari-hari, terutama dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi. Begitu juga dengan keamanan harta dan kekayaan mereka. Sedangkan untuk beban biaya dari pemerintah yang dibebankan atas usaha kebun karet hanya pajak atas tanah (PBB) yang nilainya bergantung pada lokasi kabun karet. Adapun besarnya pajak untuk kebun karet yang berada di pinggir jalan utama adalah sebesar Rp 25.000 Untuk yang berada di pinggir jalan alternatif adalah Rp 18.000 dan untuk yang berada di pedalaman kampung adalah Rp 12.000 Sebagaimana keterangan di atas, walau Battuwinangun tergolong desa baru (pemekaran), namun budi daya kebun karet di desa tersebut telah berlangsung cukup lama. Selain itu, aktifnya dinas hutbun dalam memberikan kegiatan penyuluhan tentang perkebunan karet terhadap masyarakat pekebun karet di desa tersebut, telah menambah pengetahuan dan pengalaman masyarakat dibidang budi daya karet. Namun demikian, tidak menjamin semua masyarakat akan mengelola kebun karetnya sebagaimana teknik budi daya yang telah disampaikan oleh penyuluh perkebunan karet. Hal ini karena sebagian pekebun masih terbiasa mengelola perkebunan karetnya secara tradisional dengan modal pengetahuan yang berdasarkan pengalaman seadanya. Teknik pembibitan pohon karet yang digunakan oleh masyarakat adalah dengan cara okulasi. Yaitu batang bawah menggunakan GT yang merupakan klon ungulan anjuran untuk batang bawah. Sedangkan untuk batang atas yang masyarakat gunakan cukup beragam, seperti PR, PB, TM dan sebagainya.
43
Penggunaan salah satu teknik ini berdampak pada tingkat produksi lateksnya yang lebih tinggi di banding bibit biasa.2 Frekuensi kegiatan penyadapan yang dilakukan oleh masyarakat pekebun karet pun beragam, ada yang dilakukan setiap hari, ada pula yang dilakukan 2 hari sekali. Walau terjadi perbedaan intensitas penyadapan, namun hasil rata-rata lateks yang mereka peroleh setiap bulan dalam kondisi normal adalah sama, yaitu sekitar 300 – 350 kg karet basah/bulan.3 Para pengusaha perkebunan karet rakyat menjual hasil sadapannya kepada tengkulak yang biasa datang ke desa Battuwinangun setiap minggunya. Penjualan hasil sadapan (lateks) yang dilakukan oleh para pekebun pun beragam, ada yang menggunakan sistem mingguan, ada juga yang menggunakan sistem setengah bulan. Perbedaan sistem ini akan berpengaruh terhadap harga dan bobot lateks. Selisih harga lateks mingguan dengan setengah bulan dapat mencapai Rp 2.000/kg. Harga lateks juga dapat dipengaruhi jenis lateks yang dijual, yaitu ada lateks bersih dan ada lateks kotor. Lateks bersih merupakan getah karet yang tidak tercampur dengan kulit pohon bekas sadapan dan sampah-sampah lain. Selisih harga ini bisa mencapai Rp 1.000/kg. Para pekebun biasa melakukan kegiatan penyadapan pohon karet setelah shalat subuh sekitar pukul 5.30 sampai pukul 10.00 pagi. Dalam rentan waktu tersebut, mereka mampu menyadap antara 1 ha - 2 ha kebun karet. 1 ha
2
Wawancara pribadi dengan PPL dinas Hutbun kecamatan Lubuk Raja. Battuwinangun 25 Juni 2009 3
Wawancara pribadi dengan Majani dan Poniran. Battuwinangun 22 Juni 2009.
44
kebun karet dapat ditanami sekitar 555 – 600 batang pohon karet. Guna memperoleh hasil yang maksimal, sebagian dari penyadap menggunakan zat perangsang getah. Mengenai tenaga penyadap, sebagian besar dari masyarakat melakukan penyadap sendiri. Namun bagi mereka yang memiliki kesibukan lain seperti PNS, mengajar, berdagang, dan sebaginya, mereka mengupahkan semua kegiatan perkebunannya kepada tenaga penyadap (buruh) dengan sistem pembayaran dalam istilah jawa disebut "mertelu" dari hasil sadapan. Sistem mertelu adalah sistem bagi hasil yang biasa digunakan di lingkungan pertanian atau perkebunan. Dalam sistem ini, pemilik kebun selain sebagai pemilik tanah juga sebagai investor, sedangkan tenaga penggarapan dan pengelolaannya diserahkan kepada orang lain (buruh tani). Sesuai dengan nama "mertelu", maka besar bagi hasil yang dimiliki oleh buruh tani adalah sepertiga dari hasil ladang atau kebun.4 Selain keuntungannya yang cukup menjanjikan, biaya-biaya yang dibutuhkan dalam budi daya kebun karet pun cukup besar. Biaya-biaya tersebut meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembelian bibit unggulan, perawatan, peremajaan dan sebagainya. Begitu juga bagi mereka yang hendak mengembangkan usaha perkebunannya. Dari tahun ke tahun, harga tanah dan kebun karet di Battuwinangun terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 1997 harga tanah kosong di desa tersebut sekitar Rp 2.500.000 per hektar. Sedangkan
4
Wawancara pribadi dengan Yani. Battuwinangun 16 Juni 2009
45
harga kebun karet yang sudah siap sadap adalah sekitar Rp 6.000.000. Namun pada tahun 2009 harga tanah kosong di daerah ini sudah mencapai Rp 45.000.000 – Rp 70.000.000 per hektar. Sedangkan untuk harga kebun yang sudah siap sadap dapat mencapai sekitar Rp 70.000.000 – Rp 120.000.000. Besarnya harga bergantung pada lokasi lahan atau kondisi kebun.5 Adapun untuk biaya pembukaan lahan dapat mencapai sekitar Rp 7.000.000 per hektar, namun tetap bergantung kepada kondisi dan lokasi lahan. Harga bibit karet pun cukup beragam bergantung kepada kwalitas bibit yang digunakan. Bibit karet Sembawa dengan sertifikat merah sekitar Rp 5.500 per batang, sedangkan sertifikat biasa sekitar Rp 4.500 per batang. Untuk bibit tradisional hasil okulasi masyarakat adalah sekitar Rp 3.500 per batang.6 Perawatan kebun karet yang dilakukan oleh para pekebun di Battuwinangun meliputi pemupukan, pengobatan (penanggulangan hama dan penyakit), dan penyiangan gulma. Pemupukan biasa dilakukan dua kali dalam satu tahun. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, KCL, dan TSP atau SP 36. Untuk harga pupuk-pupuk tersebut adalah Urea Rp 70.000 per 50 kg, KCL Rp 135.000 per 50 kg, dan TSP atau SP 36 Rp 150.000 per kg. Dosis pupuk anjuran dari balai penelitian
5
Wawancara pribadi PPL dinas Hutbun kecamatan Lubuk Raja. Battuwinangun 25 Juni
6
Wawancara Pribadi PPL dinas Hutbun kecamatan Lubuk Raja. Battuwinangun 25 Juni
2009 2009
46
pekebunan
karet
sembawa
untuk
tanaman
karet
berdasarkan
fase
pertumbuhannya adalah sebagai berikut:7 Tabel 3.1 Dosis Pemupukan Karet Berdasarkan Fase Pertumbuhannya Fase Pertumbuhan
Urea
TSP/SP36
KCL
TBM 1
118 gram
50 gram
50 gram
TBM 2
116 gram
133 gram
75 gram
TBM 3
190 gram
133 gram
100 gram
TBM 4
214 gram
166 gram
100 gram
TBM 5
238 gram
166 gram
100 gram
TM
280 gram
180 gram
156 gram
Namun demikian, dengan berbagai alasan belum tentu para pekebun menggunakan acuan pemupukan tersebut. Bahkan dari beberapa pekebun yang penulis temui, ada dari mereka yang memupuk hanya setahun sekali. Selain dengan pupuk tunggal, para pekebun pun ada juga yang memupuk menggunakan pupuk majemuk yang khusus untuk tanaman karet, seperti gramafix karet. Dosis yang digunakan adalah 80 kg/hektar/6 bulan Sedangkan pengobatan dan penanggulan hama dilakukan jika pohon karet mulai terserang hama atau penyakit. Adapun penyakit yang cukup banyak terjadi di perkebunan karet rakyat yang penulis temui diantaranya adalah Brown Blast.8
7
Wawancara pribadi PPL dinas Hutbun kecamatan Lubuk Raja. Battuwinangun 25 Juni
2009 8
Brown Blast adalah jenis penyakit tidak menular yang menyerang bidang sadap, terjadi karena penyadapan terlalu sering apalagi jika disertai penggunaan bahan perangsang lateks
47
Berdasarkan intensitasnya, Untuk penyiangan gulma dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu pada TBM, TM remaja, dan TM dewasa. Pada TBM intensitas penyiangan gulma dilakukan cukup tinggi, yaitu dapat mencapai dua sampai tiga kali dalam setahun. Hal ini dikarenakan masih tingginya persaingan dalam memperoleh sinar matahari antara pohon karet dan gulma, sehingga gulama yang tumbuhpun cukup subur. Pada masa-masa ini pengeluaran untuk biaya perawatan cukup tinggi. Seiring dengan semakin tingginya pohon karet dan rimbunnya dahan pohon karet, maka intensitas penyiangan pun terus berkurang. Dalam kondisi tersebut para pekebun hanya melakukan penyiangan jika gulma telah tumbuh cukup tinggi. Untuk meminimalisir biaya penyiangan, terutama saat tingginya persaingan antara pohon karet dengan gulma dalam memperoleh sinar matahari, para pekebun melakukan penyiangan jika tinggi gulma mencapai sekitar 50 cm. Meminimalisir biaya-biaya pada masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) juga dapat dilakukan dengan sistem tumpangsari. Selain menjadi penghasilan tambahan sebelum pohon karet berproduksi, penerapan pola tumpangsari di kebun karet juga memiliki banyak manfaat. Namun selama penulis melakukan penelitian di Battuwinangun, sedikit dari para pekebun yang menggunakan sistem tumpang sari.
48
B. Produk Pembiayaan Modal Kerja Bank Syariah Mandiri Baturaja Bank Syariah Mandiri UPS Baturaja berlokasi di jl. Pahlawan Kemarung No. 415 Bturaja 32116. Bank syariah mandiri UPS Baturaja beroperasi sejak tahun 2004. Seperti halnya bank-bank syariah lainnya, pembiayaan murabahah merupakan produk unggulan bank syariah tersebut. Adapun nilai pembiayaan yang dapat dipenuhi langsung oleh Bank Syariah Mandiri UPS Baturaja adalah
49
4. Biaya blokir BPKB Adapun persyaratan pembiayaan pada bank syariah mandiri adalah sebagai berikut: a. Tujuan Konsumtif 1. Pegawai/karyawan : a. Identitas diri dan pasangan b. Kartu Keluarga dan surat nikah c. Slip gaji 2 bulan terakhir d. Surat keterangan bekerja atau SK Pengangkatan terakhir e. Copy rekening bank 3 bulan terakhir f. Data obyek pembiayaan 2. Wirausaha : a. Identitas diri dan pasangan b. Kartu Keluarga dan surat nikah c. Legalitas usaha d. Laporan keuangan 2 tahun terakhir e. Past performance 12 bulan terakhir f. Rencana usaha 12 bulan yad. g. Data obyek pembiayaan b. Tujuan Produktif 1. Perorangan : a. Identitas diri dan pasangan b. Kartu Keluarga dan surat nikah
50
c. Legalitas usaha d. Laporan keuangan 2 tahun terakhir e. Past performance 12 bulan terakhir f. Rencana usaha 12 bulan yad. g. Data jaminan 2. Badan Usaha a. Identitas diri pengurus b. Akta pendirian usaha c. Legalitas usaha d. Laporan keuangan 2 tahun terakhir e. Past performance 12 bulan terakhir f. Rencana usaha 12 bulan yad. g. Data jaminan
51
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun Budidaya karet merupakan salah satu usaha andalan yang dimiliki oleh masyarakat Battuwinangun dan sekitarnya secara turun temurun. Namun demikian, tidak semua pemilik kebun karet menggarap sendiri kebun karetnya, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan pekerjaan/mata pencaharian lainnya. Sehingga pengelolaan kebunnya diserahkan kepada orang lain yang dipercaya dengan sistem yang digunakan adalah mertelu. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik pengusaha perkebunan karet di desa Battuwinangun, berikut penulis sajikan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di desa tersebut: 1. Profil pendidikan pengusaha perkebunan karet rakyat Tabel 4.1 Pendidikan formal No
Keterangan
Distribusi frekuensi
Persentase
1
Tidak Sekolah
1
0.77
2
SD
28
21.54
3
SLTP
46
35.38
4
SLTA
34
26.15
5
Diploma
13
10
6
Sarjana (S1)
8
Jumlah Soal: Apa pendidikan terakhir anda?
130
6.15 100
52
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa tingkat pendidikan formal responden cukup beragam, bahkan ada juga yang tidak pernah merasakan pendidikan formal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari 130 responden, responden yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal adalah 0,77% (1 orang), sedangkan yang lainnya adalah 21.54% berpendidikan akhir SD, 35.38% berpendidikan akhir SLTP, 26.15% berpendidikan akhir SLTA, 10% berpendidikan Diploma, dan 6,15% berpendidikan sarjana. Tabel 4.2 Pendidikan agama No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Pernah
78
60
2
Tidak Pernah
52
40
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda pernah mengikuti sekolah agama? Begitu juga dengan pendidikan non formal (pendidikan agama). Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa dari 130 responden yang pernah mengenyam pendidikan agama adalah 60%, sedangakan yang tidak pernah mengenyam pendidikan keagamaan adalah 40%.
53
2. Profil usaha pekebun karet rakyat di Battuwinangun Tabel 4.3 Luas kebun karet No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
2 ha – 3 ha
64
49.23
2
3,1 ha – 4 ha
39
30
3
4,1 ha – 5 ha
20
15.39
4
> 5 ha
7
5.38
Jumlah
130
100
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa dari 130 responden yang penulis teliti memiliki luas lahan kebun karet rakyat yang cukup beragam, yaitu 49.23% responden memiliki lahan seluas antara 2 hektar hingga 3 hektar, 30% antara 3,1 hektar hingga 4 hektar, 15.39% antara 4,1 hektar hingga 5 hektar, dan 5.38% lebih dari 5 hektar. Tabel 4.4 Jenis tanaman No
Jenis Tanaman
Luas lahan
Persentase
1
TBM (<6 th)
112.5
24.51
2
TM (6 – 9 th)
81
17.65
3
TM (10 – 20 th)
201.5
43.9
4
TT (>20 th)
64
13.94
Jumlah
459
100
•
TBM
= Tanaman Belum Menghasilkan
•
TM
= Tanaman Menghasilkan
•
TT
= Tanaman Tua
Rata-rata masa produktif tanaman karet adalah sekitar 20 tahun. Namun demikian, penggunaan bibit berkualitas dan perawatan tanaman
54
yang baik dan benar mampunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap masa produksi tanaman dan jumlah lateks yang dihasilkan. Faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat produksi lateks adalah umur tanaman karet. Untuk tanaman karet muda (6 – 9 tahun) rata-rata karet yang dihasilkan adalah sekitar 50 – 150 kg per hektar. Sedangkan tanaman karet yang berumur 10 – 20 tahun tingkat produksinya dapat mencapai 300 – 350 kg per bulan. Kemudian tingkat produksi tersebut akan terus menurun setelah berumur 20 tahun ke atas. Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa luas lahan yang dimiliki oleh 130 responden adalah mencapai 486.5 hektar dengan komposisi 24.51% TBM, 17.65% TM (6 – 9 tahun), 43.9% TM (10 – 20 tahun), 13.94% TT (>20 tahun). Tabel 4.5 Tingkat pendapatan bersih responden dalam setiap bulannya No Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
<1 juta
0
0
2
1 juta – 2 juta
26
20.00
3
2,1 juta – 3 juta
40
30.77
4
3,1 juta – 4 juta
35
26.92
5
> 4 juta
29
22.31
Jumlah
130
100
Soal: Berapa tingkat pendapatan bersih anda dalam setiap bulannya? Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pengusaha perkebunan karet rakyat di Battuwinangun cukup tinggi dan beragam. Hal
55
ini terlihat dari rata-rata pendapatan mereka diatas 1 juta dalam setiap bulannya dengan asumsi harga lateks adalah Rp 6.000/kg harga ketika itu. Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh informasi bahwa 20% dari responden yang berjumlah 130 orang memiliki pendapatan bersih antara 1 juta hingga 2 juta, 30.77% berpendapatan antara 2,1 juta hingga 3 juta, 26.92% reponden berpendapatan 3,1 juta hingga 4 juta, dan 22.31% responden berpendapatan diatas 4 juta dalam setiap bulannya. Harga lateks Rp 6000 / kilgram adalah harga lateks terendah pada bulan Mei 2009 dalam setiap kilogramnya. Sedangkan sejak bulan Oktober 2009, harga lateks telah normal yaitu berkisar pada Rp 10.000 / kilogram. Besarnya rata-rata tingkat pendapatan responden tersebutlah yang menjadi pertimbangan bagi industri perbankan untuk menawarkan pembiayaan/kreditnya.di Battuwinangun. 3. Profil sosial keagamaan pengusaha perkebunan karet rakyat Masyarakat desa Battuwinangun merupakan masyarakat yang memiliki tingkat keagamaan yang cukup tinggi. Hal tersebut tampak dari aktifnya kegiatan-kegiatan keagamaan di desa tersebut, seperti pengajian rutin mingguan, kegiatan tahlil malam jum’at, pengajian bulanan, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
56
Tabel 4.6 Tentang aktif mengikuti pengajian rutin No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Selalu
85
65.38
2
Sering
41
31.54
3
Terkadang
4
3.08
4
Jarang
0
0
5
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda aktif dalam mengikuti pengajian rutin di masyarakat? Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa mayoritas responden aktif dalam kegiatan pengajian rutin. Dari 130 responden yang menyatakan selalu ikut pengajian rutin adalah 65.38%, sedangkan yang menyatakan sering 31.54%, dan 3.08% yang menyatakan terkadang. Selain keaktifan dalam mengikuti pengajian rutin, ketataan terhadap ulama juga menjadi ciri khas bagi masyarakat pengusaha perkebunan di Battuwinangun. Tabel 4.7 Tingkat ketaatan terhadap perkataan ulama No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Selalu
45
34.62
2
Sering
62
47.69
3
Terkadang
18
13.85
4
Jarang
5
3.85
5
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda mengikuti apa yang dikatakan oleh ulama?
57
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa tingkat ketaatan masyarakat pekebun karet rakyat di Battuwinangun terhadap perkataan ulama cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari 34.62% menyatakan selalu mengikuti perkataan ulama, 47.69% menyatakan sering, 13.85% menyatakan terkadang, dan 3.85% menyatakan jarang. Alasan ini lahir karena masyarakat menganggap bahwa ulama memiliki pengetahuan yang lebih di bidang agama. Sehingga apa yang dikatakan dan dinasehatkan oleh ulama akan cenderung diikuti. Namun demikian, informasi yang penulis peroleh dari responden yang menyatakan terkadang menunjukkan bahwa maksud mereka menyatakan terkadang adalah jika perkataan ulama tersebut adalah baik, maka mereka akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan informasi tersebut, maka kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga keuangan syariah dalam mengenalkan dan mempromosikan produk-produknya. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh AC Nielson Frontier mengenai karakteristik konsumen Indonesia yang suka berkumpul dan agamis, maka strategi promosi ini akan cukup efektif mengingat pengajian adalah sebagai sentral kegiatan rutin di masyarakat dan ulama merupakan panutan sentral masyarakat Battuwinangun. B. Pandangan Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun Terhadap Bank Syariah Pada bagian ini penulis ingin menjelaskan mengenai pandangan pengusaha perkebunan terhadap bank syariah. Dari penelitian yang telah
58
penulis lakukan di desa Battuwinganun, penulis memperoleh informasi sebagai berikut: Tabel 4.8 Mengenai pemahaman terhadap fatwa MUI tentang bunga bank haram No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Tahu
21
16.15
2
Sedikit Tahu
63
48.46
3
Tidak Tahu
46
35.39
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda tahu mengenai fatwa MUI tentang haramnya bunga bank? Pengetahuan mengenai fatwa MUI tentang haramnya bunga bank merupakan hal penting dalam mengetahui bagaimana pandangan responden terhadap bank syariah. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 130 responden yang menyatakan mengetahui adalah 16.15%, sedangkan yang menyatakan sedikit mengetahui adalah 48.46%, dan yang menyatakan tidak mengetahui 35.39% Dari data tersebut maka tampak bahwa sebagian besar responden telah mengetahui fatwa MUI tentang haramnya bunga bank. Mereka mengetahui mengenai fatwa ini dari siaran di televisi.
59
Tabel 4.9 Mengenai pengetahuan tentang bank syariah No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Tahu
7
5.38
2
Sedikit Tahu
88
67.69
3
Tidak Tahu
35
26.93
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda tahu tentang bank syariah? Sedangkan untuk pengetahuan tentang bank syariah, informasi yang penulis peroleh cukup beragam. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengetahui tentang bank syariah adalah 5.38%, untuk responden yang sedikit mengetahui adalah 67.69, dan 26.93% adalah responden yang tidak mengetahui. Tabel 4.10 Mengenai nilai keberkahan dalam menjalankan aktifitas ekonomi No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Sangat Penting
86
66.15
2
Penting
44
33.85
3
Kurang Penting
0
0
4
Tidak Penting
0
0
Jumlah
130
100
Soal Apakah nilai keberkahan adalah penting dalam menjalankan aktifitas ekonomi? Berdasarkan tabel tersebut, maka diketahui bahwa responden yang menganggap keberkahan dalam beraktifitas ekonomi adalah sangat penting mencapai 66.15%, sedangkan yang menganggap penting adalah 33.85%.
60
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa nilai keberkahan dalam usaha merupakan hal yang cukup diperhatikan oleh responden. Berdasarkan informasi tersebut menunjukkan bahwa responden adalah masyarakat yang cukup religius. Sebagai konsumen yang kental dengan nilai-nilai keagamaan, apalagi didukung oleh fatwa MUI mengenai keharaman bunga bank. Maka seyogyanya konsumen cenderung memilih perbankan syariah sebagai mitra usaha para pengesaha perkebunan karet di Battuwinangun. Namun dalam kenyataannya sedikit sekali yang telah menjadikan perbankan sayariah sebagai mitra usaha mereka. Tabel 4.11 Sikap responden setelah mengetahui tentang bank syariah No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Sangat Setuju
7
5.38
2
Setuju
123
94.62
3
Kurang Setuju
0
0
4
Tidak Setuju
0
0
Jumlah
130
100
Soal:
Setelah mengetahui tentang ekonomi syari’ah apakah bapak akan menjadi nasabah di bank syariah? Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa responden memiliki
respon yang positif terhadap bank syariah. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam tabel di atas bahwa responden yang menyatakan sangat setuju untuk menjadi nasabah bank syariah setelah mengetahui tentang bank syariah adalah 5.38%, sedangkan yang menyatakan setuju adalah 94.62%.
61
Namun demikian dalam jawabannya responden yang menyatakan setuju tetap mensyaratkan jika bank syariah lebih menguntungkan. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa walaupun responden adalah masyarakat yang religius, dalam pengambilan keputusan untuk memilih produk
cenderung
tetap
berpikir
rasional.
Sehingga
produk
yang
menguntungkan tetap menjadi pertimbangan dan motivasi dasar dalam memilih suatu produk.
C. Kendala Pengusaha Perkebunan Karet Rakyat Untuk Menggunakan Produk Pembiayaan Bank Syariah Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai kendala penggunaan produk pembiayaan modal kerja bank syariah oleh para pengusaha perkebunan karet di Battuwinangun. Berikut informasi yang penulis peroleh dari penelitian di desa Battuwingaun: 1.
Minimnya pengetahuan mengenai produk bank syariah dan pengalaman menggunakan jasa bank syariah. Berikut data yang penulis peroleh di lapangan mengenai pengetahuan responden terhadap produk pembiayaan modal kerja pada bank syariah. Tabel 4.12 Mengenai pengetahuan dan penggunaan produk pembiayaan modal kerja No
Keterangan
Pernah
Tidak Pernah
Frekuensi
1
Tahu
4 (3.08%)
1 (0.77%)
5
2
Tidak Tahu
0
125 (96.15%)
125
Jumlah
4
126
130
62
Soal:
Apakah anda tahu tentang produk pembiayaan murabahah pada bank syariah? Apakah anda pernah menggunakan produk pembiayaan murabahah pada bank syariah? Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa dari 130
responden, hanya 4 orang (3.08%) responden yang tahu dan pernah menggunakan produk pembiayaan modal kerja pada bank syariah, 96.15% (125 orang) menyatakan tidak tahu dan tidak pernah, sedangkan 1 orang (0.77%) menyatakan tahu tapi tidak pernah menggunakan produk pembiayaan tersebut. Sebagaimana di jelaskan dalam bab II bahwa informasi dan pengetahuan konsumen merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk. Maka minimnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki pengusaha perkebunan karet Battuwinangun tentang produk murabahah pada bank syariah di desa Battuwinangun berpengaruh juga kepada minimnya mereka menggunakan jasa bank syariah. Informasi ini pun menunjukkan akan minimnya peran aktif pihak bank syariah dalam mempromosikan produknya, apalagi mengingat karakter masyarakat Battuwinangun cenderung bersifat pasif dalam memperoleh informasi. Sehingga yang menjadi informasi utama mereka adalah keluarga, teman, dan tetangga. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Murti Sumarni mengenai sumber informasi yang digunakan oleh calon pembeli/pengguna produk.
63
Informasi lain yang penulis temukan, yaitu ternyata responden yang telah menggunakan jasa pembiayaan bank syariah lebih mengenal dan menyebut produk pembiayaan tersebut dengan produk kredit/pinjaman bank syariah, bukan pembiayaan murabahah. Berikut data yang penulis peroleh di lapangan mengenai pengalaman masyarakat Battuwinangun dalam menggunakan jasa bank syariah. Tabel 4.13 Mengenai pengalaman dalam menggunakan jasa bank syariah No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Selalu
2
1.54
2
Sering
2
1.54
3
Jarang
9
6.92
4
Tidak Pernah
117
85.39
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda pernah menggunakan jasa atau berhubungan dengan bank syariah?
Tabel tersebut menjelaskan bahwa dari 130 responden terdapat 1.54% yang menyatakan selalu menggunakan jasa bank syariah, 1.54% yang menyatakan sering, 6.92% yang menyatakan jarang, dan 85.39% yang menyatakan tidak pernah. Informasi ini juga memperkuat penjelasan sebelumnya mengenai alasan minimnya masyarakat yang menggunakan produk bank syariah. Pengalaman merupakan informasi yang sangat penting bagi konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam
bab
II
bahwa
pengalaman
merupakan
media
64
pembelajaran konsumen tentang suatu produk. Pengalaman inilah yang akan menentukan apakah seorang konsumen akan kembali mengkonsumsi produk tersebut atau beralih ke produk lain. Kemudian penulis memberikan beberapa pertanyaan tambahan terhadap responden yang pernah menggunakan jasa bank syariah tersebut untuk menggali informasi mengenai produk yang digunakan dan alasan menggunakan jasa syariah dan produk apa yang digunakannya. Dari pertanyaan tersebut, penulis memperoleh informasi sebagai berikut: Tabel 4.14 Mengenai produk bank syariah yang digunakan No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Tabungan
7
33.33
2
Tabungan Mabrur
12
57.14
3
Murobahah
2
9.52
Jumlah
21
100
Soal: Produk apa yang anda gunakan dalam bank syariah? Dari tabel di atas menjelaskan bahwa mayoritas produk bank syariah yang digunakan oleh responden yang pernah menggunakan jasa bank syariah adalah tabungan haji (57.14%), kemudian tabungan (33.33%), sedangkan produk pembiayaan murabahah hanya 2 orang (9.52%). Informasi lain yang penulis peroleh dari responden tersebut adalah hanya 4 responden yang hingga saat ini masih aktif menggunakan jasa bank syariah. Sedangkan yang lainnya sudah tidak pernah lagi. Hal tersebut dikarenakan responden sudah tidak memiliki kepentingan terhadap produk tersebut.
65
Tabel 4.15 Mengenai alasan menggunakan jasa bank syariah No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Sesuai dengan Syariah
4
19.05
2
Dianjurkan Oleh Tokoh/Ulama
1
4.76
3
Ikut-Ikutan
11
52.38
4
Lebih Menguntungkan
5
23.81
Jumlah
21
100
Soal: Apakah alasan anda untuk menggunakan jasa bank syariah? Dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa mayoritas reponden menggunakan bank syariah karena alasan ikut-ikutan yaitu 52.38%, kemudian karena alasan lebih menguntungkan 23.81%, dan dianjurkan oleh tokoh/ulama 4.76%, sedangkan untuk alasan karena sesuai syariah hanya 19.05%. Adapun rincian dari informasi diatas yaitu 11 responden yang menjawab ikut-ikutan adalah responden yang menggunakan produk tabungan mabrur, 4 responden yang menggunakan produk tabungan syariah mandiri menjawab karena sesuai syariah, dan 5 responden yang terdiri dari 2 responden yang menggunakan produk murabahah dan 3 responden menggunakan produk tabungan syariah mandiri menjawab lebih menguntungkan. Kemudian, berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari responden yang menyatakan alasan ikut-ikutan adalah karena ketika itu untuk tabungan haji di Battuwinangun oleh tokoh setempat dialokasikan kepada bank syariah. Informasi ini pun menunjukkan bahwa peranan
66
tokoh sangatlah penting dalam mempengaruhi keputusan responden dalam memilih suatu produk. Sedangkan responden yang menggunakan produk pembiayaan murabahah
beralasan
bahwa
pembiayaan
bank
syariah
lebih
menguntungkan dibandingkan bank lain. Persepsi tingkat kepuasan ini terbangun setelah responden mencoba barbagai produk yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional lainnya. Dari wawancara yang penulis lakukan terhadap responden yang telah menggunakan jasa pembiayaan pada bank syariah. Penulis memperoleh informasi bahwa mereka merasa puas dengan pelayanan dan produk yang diberikan oleh bank syariah, baik kepuasan terhadap produknya yang dianggap lebih menguntungkan, juga kepuasan terhadap keramahan sikap yang ditunjukkan oleh para pegawai bank syariah kepada nasabahnya. Dan penilaian ini terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka setelah menggunakan berbagai jasa perbankan, baik bank konvensional maupun bank syariah. Ini merupakan poin penting yang telah dimiliki oleh bank syariah dalam membangun persepsi tentang bank syariah di mata pelanggannya. Dan ini menjadi modal utama mereka untuk tetap menggunakan produk pembiayaan bank syariah. Hal ini memperkuat penjelasan sebelumnya mengenai
pengalaman
konsumen
dapat
mempengaruhi
keputusan
konsumen pada waktu yang akan datang dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk.
67
Faktor lain yang menyebabkan minimnya pengetahuan dan penggunaan pengusaha perkebunan karet terhadap produk pembiayaan modal kerja syariah adalah disebabkan terlalu pilah-pilihnya pihak bank syariah dalam menawarkan produk pembiayaan kepada pengusaha perkebunan karet di desa Battuwinangun. Hal ini sangat berbeda dengan bank konvensional yang cenderung lebih berani dalam menawarkan produk kreditnya. Sehingga produk kredit bank konvensional lebih dikenal dan menjadi pilihan mayoritas pengusaha perkebunan karet rakyat di Battuwinangun. Selain itu, penulis juga mengkaji profil dari responden yang telah menggunakan produk pembiayaan murabahah. Dari data profil tersebut penulis memperoleh informasi bahwa responden yang telah menggunakan produk pembiayaan murabahah memiliki lahan diatas 5 hektar dengan tingkat produksi rata-rata diatas 1 ton perbulan dan penghasilan bersih rata-rata perbulan diatas 4 juta dalam setiap bulannya. Kendala lain yang menyebabkan minimnya pengetahuan mengenai bank syariah terutama mengenai pembiayaan modal kerja adalah karena minimnya sosialisasi dan promosi yang dilakukan oleh bank syariah. Pemasaran merupakan kegiatan pokok dalam memperkenalkan dan mengkomunikasikan produk atau jasa yang mereka tawarkan kepada konsumen guna mencapai suatu tujuan. Karena itu, maka peningkatan sosialisasi mengenai ekonomi Islam, perbankan syariah, dan produkproduknya sangatlah penting.
68
Berikut informasi yang penulis peroleh mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh bank syariah di Battuwinangun Tabel 4.16 Mengenai sosialisasi tentang bank syariah di Battuwinangun No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Pernah
3
2.31
2
Tidak Pernah
127
97.69
Jumlah
130
100
Soal: Apakah di daerah anda pernah ditawari atau dilakukan sosialisasi tentang bank syariah? Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa mayoritas dari 130 responden menyatakan bank syariah belum pernah melakukan sosialisasi produk di Battuwinangun yaitu 97.69%, sedangkan 2.31% menyatakan pernah. Dari jawaban tersebut kemudian penulis mengakaji ulang dan diperoleh informasi bahwa ketiga orang tersebut ternyata responden yang ditawarkan langsung oleh pihak bank syariah untuk mengambil pembiayaan murabahah. Namun demikian, pada dasarnya permasalahan ini dapat diatasi dengan melakukan pendekatan terhadap tokoh atau ulama setempat, dan untuk tidak terlalu pilah-pilih dalam menawarkan produk pembiayaan modal kerja. Hal ini mengingat sosialisasi dan promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut oleh masyarakat cenderung lebih efektif. Selain itu, berdasarkan keterangan-keterangan di atas juga tampak bahwa bank syariah
cenderung
pembiayaannya.
“bermain
aman”
dalam
menawarkan
dan
69
2. Anggapan kesamaan sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional Berikut data yang penulis peroleh mengenai pandangan responden terhadap kesamaan sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional. Tabel 4.17 Pandangan responden terhadap kesamaan sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Sangat Setuju
0
0
2
Setuju
104
80
3
Kurang Setuju
28
21.54
4
Tidak Setuju
8
6.16
Jumlah
130
100
Soal: Ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam prakteknya bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional, bagaimana menurut anda?
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden masih beranggapan pada prakteknya bank syariah sama dengan bank konvensional. Hal ini terlihat dari 80% yang menyatakan setuju, 21.54% menyatakan kurang setuju dan hanya 6.16% yang menyatakan tidak setuju. Anggapan ini terbentuk karena belum adanya pengenalan dan sosialisasi lebih lanjut secara langsung kepada masyarakat Battuwinangun tentang ekonomi Islam, bank syariah dan produk-produknya. Sehingga walaupun ada sebagian masyarakat Battuwinangun yang faham tentang
70
bank syariah, namun kenyataannya informasi yang mereka miliki tentang bank syariah masih terbatas. Selain itu, persepsi di atas juga terjadi karena belum adanya keberpihakan dari ulama atau tokoh masyarakat setempat terhadap bank syariah. Selain itu, sepertinya terjadi perbedaan faham dan persepsi antara ulama setempat dengan bank syariah. Bahkan sepertinya terjadi saling menyalahkan antara pihak bank syariah dan ulama setempat. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan ulama setempat menunjukkan bahwa ulama setempat masih beranggapan praktek bermuamalah yang dilakukan oleh bank syariah belum sesuai dengan prinsip syariah, karena dianggap sama saja dengan kredit bank konvensional. Alasan ini karena ulama tersebut menemukan fakta lapangan yang menunjukkan bahwa pembiayaan syariah pada prakteknya masih sama dengan kredit konvensional yang memberikan pembiayaan dalam bentuk pinjaman uang yang dalam pembayarannya disyaratkan tambahan dari modal yang dipinjam. Karena pandangan tersebutlah ulama setempat masih enggan untuk ikut membantu mengenalkan dan mempromosikan ekonomi syariah yang dipraktekkan oleh bank syariah melalui kegiatankegiatan keagamaan, seperti pengajian, silaturrahim, dan sebagainya. Kemudian penulis mencoba melakukan wawancara secara mendalam kepada nasabah yang mengambil pembiayaan syariah, guna meniliti lebih lanjut pernyataan dari ulama tersebut. Hasil wawancara tersebut diketahui
71
ternyata menguatkan apa yang ditemukan oleh ulama mengenai praktek pembiayaan oleh bank syariah di lapangan. Yaitu bank syariah tidak memberikan 100% yang dibutuhkan oleh nasabah. Sehingga praktek ini dianggap sama dengan bank konvensional yang memberikan pinjaman uang
kepada
nasabah
dengan
mensyaratkan
tambahan
dalam
pengembaliannya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh nasabah yang pernah menggunakan pembiayaan murabahah bahwa bank syariah tidak memberikan seluruh dana yang dibutuhkan oleh nasabah. Namun hanya 75 – 80% dari dana yang dibutuhkan oleh nasabah. Pernyataan ini juga senada yang disampaikan oleh bagian markating bank syariah mandiri dalam wawancara tidak resmi yang penulis lakukan. Namun di sisi lain, pihak bank syariah Baturaja pun menyatakan bahwa hambatan yang sering ditemui dalam mengembangkan dan memasyarakatkan bank syariah adalah minimnya pemahaman masyarakat terutama dari pihak ulama sendiri yang justru malah “mengecibir” bank syariah. 3. Masih banyaknya berkas pengajuan kredit yang tetap ditahan oleh pihak bank konvensional walaupun pinjaman telah lunas, dan bahkan dalam pengambilannya cenderung dipersulit. Kendala lain yang penulis peroleh berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penelitian, diketahui bahwa dalam mempertahankan nasabah kredit, bebarapa lembaga keuangan konvesional menahan berkas
72
dan jaminan kredit nasabah. Sehingga ketika nasabah telah lunas kreditnya, berkas kredit tetap tidak diberikan dan disimpan di bank. Adapun alasan yang disampaikan oleh pihak bank adalah untuk mempermudah jika suatu saat bapak atau ibu mengajukan permohonan kredit kembali. Pada dasarnya strategi ini memang banyak digunakan oleh lembaga keuangan dalam mempertahankan nasabah pembiayaannya agar tidak pindah ke bank lain. Sehingga akibatnya adalah sampai saat ini guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya, pengusaha perkebunan karet rakyat di Battuwinangun akan kembali mengajukan kepada bank konvensional mengingat berkasnya masih tertahan di bank tersebut. 4. Masih banyaknya respon negatif terhadap fatwa MUI tentang haramnya bunga bank. Tabel 4.18 Pandangan responden terhadap fatwa MUI tentang bunga bank menurut pendidikan keagamaan No
Keterangan
Pernah
Tidak Pernah
Distribusi Frekuensi
1
Sangat Setuju
0
0
0
2
Setuju
31 (23.85%)
9 (6.92%)
40
3
Kurang Setuju
43 (33.08%)
25 (19.23%)
68
4
Tidak Setuju
4 (3.08%)
18 (13.85%)
22
Jumlah
130
Soal: Setujukah anda dengan fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram?
73
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden bersebrangan dengan fatwa MUI tentang haramnya bunga bank. Hal ini tampak dari 52.31% responden menyatakan kurang setuju dan 16.92% yang menyatakan tidak setuju, sedangkan yang setuju terhadap fatwa MUI hanya 30.77%. Namun jika dilihat dari pengalaman pendidikan keagamaan responden pada tabel di atas, tidak menunjukkan bahwa pendidikan keagamaan memiliki pengaruh terhadap pandangan responden terhadap keharaman bunga sebagaimana difatwakan oleh MUI. Dari informasi yang penulis peroleh lebih lanjut, terdapat beberapa alasan responden berpandangan seperti di atas. Responden yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju terhadap fatwa MUI mengenai haramnya bunga bank adalah selain belum adanya himbauan dari ulama setempat untuk memilih bank yang berdasarkan syariah, karena mereka menganggap bahwa penerapan bunga oleh bank adalah hal yang wajar. Menurut mereka, dengan adanya bunga maka bank bisa menggaji karyawan-karyawannya. Sedangkan responden yang menyatakan setuju adalah karena mereka hanya mengikuti apa yang disepakati oleh ulama melalui MUI, tanpa ada pertimbangan lain. 5. Belum adanya dukungan dari ulama setempat terhadap perkembangan bank syariah di Battuwinangun. Selain sebagaimana yang telah penulis sampaikan pada poin sebelumnya
mengenai
pandangan
ulama
Battuwinangun
terhadap
74
pelaksanaan bank syariah yang belum sesuai dengan syariah. Penulis pun melakukan wawancara secara khusus kepada ulama Battuwinangun mengenai pandangannya terhadap bank syariah. Dari wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa ulama setempat memang belum menunjukkan keberpihakannya terhadap bank syariah. Sikap ini diambil karena ulama menilai bank syariah belum memenuhi kriteria syariah. Hal ini diperkuat dari temuan ulama di lapangan mengenai adanya kesamaan dalam praktek pembiayaan murabahah dengan kredit bank
konvensional,
yaitu
sama-sama
dalam bentuk
uang
yang
pembayarannya diangsur dan nilainya akan lebih besar dari modal yang diberikan oleh bank. Alasan ulama atas belum terpenuhinya kriteria syariah dalam operasional bank syariah adalah karena ulama memandang para pengelola bank syariah sendiri tidak memahami tetang hukum Islam. Alasan ini juga yang membuat ulama masih enggan untuk mensosialisasikan dan menganjurkan kepada masyarakat untuk beralih dan menggunakan jasa bank syariah. Hal lain yang penulis peroleh adalah ternyata ulama di Battuwinangun juga belum faham mengenai sistem operasional bank syariah. Sehingga hal yang wajar jika terjadi perbedaan pandangan antara ulama dengan pihak bank syariah. Namun demikian hal yang disayangkan adalah belum adanya pendekatan yang dilakukan oleh pihak bank syariah kepada ulama atau tokoh masyarakat.
75
Sebagai kelompok acuan bagi masyarakat yang religius, ulama mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat Battuwinangun dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi mengingat aktifnya masyarakat dalam kegiatan keagamaan (pengajian), baik mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan. Tabel 4.19 Tentang aktif mengikuti pengajian rutin No
Keterangan
Distribusi Frekuensi
Persentase
1
Selalu
85
65.38
2
Sering
41
31.54
3
Terkadang
4
3.08
4
Jarang
0
0
4
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
130
100
Soal: Apakah anda aktif dalam mengikuti pengajian rutin di masyarakat? Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa mayoritas responden aktif dalam kegiatan pengajian rutin. Dari 130 responden yang menyatakan selalu ikut pengajian rutin adalah 65.38%, sedangkan yang menyatakan sering 31.54%, dan 3.08% yang menyatakan terkadang. Di Battuwinangun, kegiatan pengajian bukan hanya sekedar rutinitas keagamaan saja. Akan tetapi juga sebagai salah satu sarana bersilaturahmi, berbagi informasi, bahkan kebijakan-kebijakan pemerintah pun banyak yang disampaikan dalam kegiatan-kegiatan pengajian. Dari informasi tersebut dan berdasarkan penelitian oleh AC Nielsen dan Frontier tentang karakteristik khas konsumen Indonesia
76
bahwa salah satu karakteristik khasnya adalah suka berkumpul, maka dengan melakukan pendekatan kepada ulama dan menjadikan kegiatan rutin pengajian dan kegiatan agama lainnya sebagai salah satu media sosialisasi adalah merupakan salah satu strategi yang cukup bagus dan lebih efektif. Selain itu, ulama juga merupakan kelompok acuan bagi konsumen yang religius dalam mempertimbangkan pemilihan dan penggunaan suatu produk.
77
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini mencakup dua hal pokok, yaitu: 1. Pengusaha perkebunan karet rakyat Battuwinangun pada dasarnya memiliki respon dan pandangan yang positif terhadap sistem ekonomi yang berdasarkan prinsip syariah sebagaimana yang diterapkan oleh bank syariah. Hal ini mengingat masyarakat Battuwinangun adalah masyarakat yang masih mentradisikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya. 2. Belum adanya kerja sama dan sosialisasi mengenai lembaga keuangan syariah dan
produk-produknya
di
Battuwinangun,
menjadi
kendala
utama
terhambatnya perkembangan bank syariah di desa tersebut. Sehingga produkproduk bank syariah yang dikenal dan digunakan oleh pengusaha perkebunan karet rakyat di Battuwinangun masih sangat minim. Namun demikian, produk yang dapat memberikan keuntungan tetap menjadi syarat dan pilihan.
B. Saran-Saran Saran yang ditujukan kepada pihak lembaga keuangan syariah, ulama, pemerintah, dan pengusaha perkebunan karet rakyat adalah sebagai berikut:
78
1. Untuk lembaga keuangan syariah Mengingat
minimnya
pengetahuan
dan
informasi
masyarakat
Battuwinangun mengenai jasa keuangan syariah dan produk-produknya, maka sebaiknya bank lembaga keuangan syariah dapat lebih aktif dalam mensosialisasikan dan menawarkan produk-produknya kepada masyarakat, terutama produk pembiayaan modal kerja kepada pengusaha perkebunan karet di Battuwinangun. Mengingat penting dan besarnya peranan ulama di masyarakat, sebaiknya lembaga keuangan syariah pun dapat lebih aktif dalam menjalin kerjasama dengan ulama setempat. Sehingga selain kesalah fahaman dan perbedaan pandangan dapat diminimalisir. Selain dengan ulama, sebaiknya pihak lembaga keuangan syariah juga dapat lebih aktif dalam membangun kerjasama dengan pihak kepemerintahan (dishutbun). Hal ini mengingat besarnya peranan dishutbun di masyarakat Battuwinangun. 2. Untuk ulama setempat Mengingat peranan ulama yang cukup besar di masyarakat, maka sebaiknya ulama pun dapat ikut berperan aktif dalam mensosialisasikan tentang ekonomi syariah kepada masyarakat, baik melalui pengajianpengajian, ataupun media-media dakwah lainnya. Selain itu, jika terjadi perbedaan pandangan hukum syariah dalam pelaksanaan bermuamalah oleh lembaga keuangan syariah, diharapkan untuk
79
dapat didiskusikan dan dimusyawarah dengan pihak-pihak terkait. Dan diharapkan untuk tidak mengeluarkan pendapat yang dapat membingungkan masyarakat, sehingga kemaslahatan ummat tetap menjadi prioritas. 3. Untuk pemerintah Sebagai instansi pemerintahan yang lebih banyak berinteraksi dengan para pelaku usaha perkebunan, maka sebaiknya dishutbun tidak hanya memfasilitasi masyarakat pekebun dengan informasi dan pengetahuan mengenai pengelolaan perkebunan saja, akan tetapi termasuk juga sosialisasi dan mengaktifkan kembali bantuan fasilitas yang berkaitan dengan administrasi pertanahan yang lebih mudah dan terjangkau, seperti sertifikat tanah, HGU (hak guna usaha), dan sebagainya. 4. Untuk pengusaha perkebunan karet rakyat Mengingat pentingnya pemenuhan administrasi yang berkaitan dengan pertanahan, baik untuk pengajuan pinjaman maupun masa depan usahanya, maka guna merealisasikannya sebaiknya masyarakat pun dapat bersifat aktif dan tidak hanya menunggu kebijakan dari pemerintah. Selain itu, sebaiknya masyarakat pun mulai membiasakan diri untuk mengelola usahanya secara lebih profesional, bukan secara tradisional lagi. Untuk meminimalisir biaya-biaya pada masa tanaman karet belum berproduksi (TBM), maka sebaiknya pengusaha perkebunan karet melakukan tumpang sari dengan tanaman lain yang cocok dan dianjurkan, seperti tanaman kacang-kacangan atau jagung.
80
DAFTAR PUSTAKA
Al-Son’ani, Subulussalam, Dahlan: Bandung, t.th
Antonio, M. Syafi'i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Gema Insani: Jakarta, 2005
Anwar, Chairil. “Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia”, Makalah Diakses Pada 14 Maret 2008 dari www.ipard.com
Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah, PT. Raja Grafindo: Jakarta, 2007
Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi Ekonomi dan Kebijakan Politik serta Ilmu-ilmu Lainnya, Jakarta:Kencana, 2005
Supriyadi, Ahmad. “Karakteristik Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah” Artikel Diakses Pada 25 Juli 2008 dari http://www.sinarharapan.com
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kecamatan Lubuk Raja, Rekapitulasi Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kecamatan Lubuk Raja OKU, 10 November 2008
Efan, “Siap-Siap Meraup Untung dari Karet di Tahun 2008” Media Perkebunan, Edisi 62 (Maret 2008)
Fatah. Dede Abdul, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Karyawan Muslim Pertamina Dalam Membayar Zakat Profesi Melalui Baituzzakah Pertamina, Tesis Pasca sarjana Universitas Indonesia, 2006 F. Engel, James. Dkk. Perilaku Konsumen, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1994
Firdaus, Muhammad. Dasar dan Strategi Pemasaran Syariah: Edukasi Profesional Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005
81
Handi, Irawan D. “Sepuluh Karakteristik Unik Konsumen Indonesia”, Majalah Marketing Edisi Khusus, XXII (Agustus, 2007) Hasana, Nurul. “Praktek Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus BSM dan BMI Cabang Bogor), Tesis S2 Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007,
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Prenada Media, 2003
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1997
Maksum, M. Hadi. “Memahami Perilaku Konsumen”, Artikel Diakses Pada 20 Juli 2008 Dari http://marketing.infogue.com
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, UPP AMP YKPN: Yogyakarta, 2005
Mukhlis, “10 Karakteristik Unik Konsumen Indonesia”, Artikel Diakses pada 25 Juli 2008 dari http://roniyuzirman.wordpress.com/2007/09/28/10-karakterunik-konsumen-indonesia
Nasution. Mustafa Edwin dan Usman. Hardius, Proses Penelitian Kuantitatif, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta, 2008
Perwataatmadja, Karnaen. dkk, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, Prenada Media: Jakarta, 2005
Pratama, Ahmad. “Potensi Produk-Produk Syariah di Indonesia”, Artikel Diakses pada 28 Juli 2008 dari http://www.rileks.com/artikel/?act=detail&artid=31102006120340
Salim, Mohammad Nur. “Nasib Petani di negeri Agraris”, SINDO, 14 Januari 2008
82
Schiffman Leon G.dan Kanuk, Leslie Lazar. Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004
Simanjuntak, Rosidin. “Teori Perilaku Konsumen”, Artikel Diakses pada 1 Agustus2008 dari http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msg00303.html
Soehartono, Irawan. Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995
Sukardi, Bayu. “Perilaku Konsumen Indonesia”, Artikel Diakses pada 25 Juli 2008 dari http://www.wpfind.com/10%20Karakter%20Konsumen/tags
Sumarni, Murti Manajemen Pemasaran Bank, Yogyakarta: Liberty, 2002
Supriyadi, “Memahami Konsumen Indonesia”, Artikel Diakses pada 25 Juli 2008 dari http://www.ketokone.com/komunitas/index.php/topic,49.0.html
Swastha, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua, (Yogyakarta: Liberty, 2005)
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Press, 2001
Wawancara pribadi dengan tengkulak lateks di desa Battuwinangun kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Sumsel, 15 Desember 2008
Widiarto, Arie. “Menangkan Hati Konsumen”, Artikel Diakses pada 28 Juli 2008 dari http:// www.detikpublishing.com/index.php/home.indexread/
Wiroso, Jual Beli Murabahah, UII Press: Yogyakarta, 2005
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003
PEDOMAN KUISIONER UNTUK PENGUSAHA PERKEBUNAN KARET BATTUWINANGUN A. Pengantar : 1. Isi daftar pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat anda 2. Kerahasiaan identitas anda dijamin 3. Isi jawaban sesuai dengan kondisi anda 4. Tandai jawaban anda dengan member tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia! 5. Saya ucapkan terima kasih atas kesedian dan bantuannya.
B. Profil Responden Nama
: …………………………………………….
Jenis kelamin
: Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
Usia
: ……………………………………………..
Luas perkebunan yang dimiliki
: …………………………………………......
Tingkat produksi karet setiap bulan : ……………………………………………..
C. Daftar pertanyaan: •
Mengungkap karaktersitik responden 1. Apa pendidikan terakhir anda? a. SD
b. SLTP (SMP/MTs)
d. Sarjana (S1, S2, S3)
c. SLTA (SMU/MA)
e. lain-lain (…….)
2. Apakah anda pernah mengikuti sekolah agama? a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Berapa tingkat pendapatan bersih anda dalam setiap bulan? a. <1 juta
b. 1 juta – 2 juta
d. 3,1 juta – 4 juta
e. > 4 juta
c. 2,1 juta – 3 juta
4. Selain berkebun karet, Apakah anda memiliki mata pencaharian lain? a. Ya •
b. Tidak
Pertanyaan mengungkap sosial keagamaan 1. Apakah anda aktif dalam mengikuti pengajian rutin di masyarakat?
84
a. Selalu
b. Sering
d. Jarang
e. Tidak pernah
c. Terkadang
2. Apakah anda mengikuti apa yang dikatakan oleh tokoh/ulama? a. Selalu
b. Sering
d. Jarang
e. Tidak pernah
c. Terkadang
3. Apakah nilai keberkahan adalah penting dalam menjalankan aktifitas ekonomi?
•
a. Sangat penting
b. Penting
c. Cukup penting
d. Kurang penting
e. Tidak penting
Pertanyaan Mengungkap Pengetahuan/Pemahaman 1. Apakah anda tahu mengenai fatwa MUI tentang haramnya bunga bank? a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Sedikit tahu
d. Tidak tahu
2. Apakah anda tahu tentang bank syariah? a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Sedikit tahu
d. Tidak tahu
3. Apakah anda tahu tentang produk pembiayaan murabahah pada bank syariah? a. Sangat tahu •
b. Tahu
c. Sedikit tahu
d. Tidak tahu
Pertanyaan Mengungkap Pengalaman 1. Apakah anda pernah menggunakan jasa atau berhubungan dengan bank syariah? a. Selalu
b. Sering
c. Terkadang
d. Jarang
e. Tidak pernah 2. Apakah anda memiliki rekening pada bank syariah? a. Punya
b. Pernah punya
c. Tidak punya
3. Apakah anda mengetahui tentang bank syariah? a. Tahu
b. Tidak Tahu
4. Darimana anda mengetahui tentang perbankan syariah? a. Dari iklan di tv b. Dari ceramah-ceramah oleh kyai/ulama c. Dari sosialisasi yang dilakukan oleh bank syariah di daerah d. Dari teman atau kerabat. 5. Apakah di daerah anda pernah ditawari/dilakukan sosialisasi tentang bank syariah? a. Pernah
b. TIdak pernah
85
6. Apakah anda tahu tentang produk pembiayaan modal kerja murabahah pada bank syariah? a. Tahu
b. Tidak Tahu
7. Apakah anda pernah menggunakan produk pembiayaan modal kerja murabahah pada bank syariah? a. Pernah
b. Tidak Pernah
8. Apakah anda pernah mengajukan permohonan pembiayaan usaha kepada bank syariah? a. Pernah dan diterima •
b. Pernah dan ditolak
c. Tidak pernah
Pertanyaan mengungkap sikap 1. Dalam prakteknya lembaga keuangan syari’ah tidak ada bedanya dengan lembaga keuangan konvensional? a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju 2. Setujukah anda dengan fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram? a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju 3. Setelah megetahui tentang ekonomi syari’ah apakah bapak akan menjadi nasabah di bank syariah? a. Sangat setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
c. Kurang setuju
4. Berikut ini urutkan dengan menggunakan angka alasan-alasan yang anda prioritaskan dalam memilih dan menggunakan jasa pembiayaan/kredit usaha perbankan. (……) Sesuai ajaran Islam
(……) Syarat dan prosesnya yang mudah
(……) Lokasi yang dekat
(……) Biaya bank yang ringan
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
•
Pedoman Kuisioner Untuk Pengusaha Perkebunan Karet Battuwinangun
•
Wawancara Tidak Terstruktur Dengan Responden
•
Pedoman Wawancara Dengan Responden yang Menggunakan Produk Pembiayaan Modal Kerja Bank Syariah Mandiri Baturaja
•
Pedoman Wawancara Dengan Pemerintah
•
Pedoman Wawancara Dengan Ulama Setempat
•
Pedoman Wawancara Dengan Pihak Bank Syariah Mandiri Baturaja
•
Surat Keterangan Penelitian Dari Kepala Desa Battuwinangun
•
Persyaratan Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
•
Data Sekunder Dari Penyuluh Pertanian Dishutbun Kecamatan Lubuk Raja Tentang Perkebunan Karet di Desa Battuwinangun
83
92
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PIHAK BSM
Penulis
: Bagaimana proses dan prosedur pengajuan pembiayaan murabahah?
Pihak BSM
: Untuk prosedur pengajuan saya rasa sama seperti bank-bank pada umumnya, seperti datang ke bank, mengajukan permohonan, jaminan, dan seterusnya. Lebih jelasnya nanti silakan minta di bagian cs saja.
Penulis
: Sampai saat ini yang menjadi kendala dan tantangan yang dihadapi oleh BSM dalam mengoptimalkan produk tersebut?
Pihak BSM
: Sampai saat ini tidak ada kendala yang cukup berarti, justru kita malah memperoleh respon yang cukup positif. Paling kendala yang sampai saat ini cukup sering kita temui adalah pemahaman masyarakat, terutama dari kalangan ulama sendiri, karena tidak sedikit dari ulama yang justru malah “mengecibir” bank syariah
Penulis
: Berapa lama akad murabahah untuk perkebunan berlangsung?
Pihak BSM
: Masalah berapa lama akad ini berlangsung itu disesuaikan dengan kemampuan nasabah, dan paling lama adalah 5 tahun.
Penulis
: Bagaimana jika belum memiliki pengalaman di bidang perkebunan karet, namun ingin mengajukan pembiayaan ini?
Pihak BSM
: Bagi kami itu bukanlah syarat utama, yang penting punya kemauan dan tentunya memenuhi kriteria dan syarat yang telah kami tentukan. Masalah pengalaman nanti akan kami bantu.
Penulis
: Terus berapa lama pencairannya?
Pihak BSM
: Kami memiliki kebijakan dan ketentuan sendiri, namun intinya jika nasabah yang mengajukan sudah lolos dan kami anggap layak, maka dana bisa segera cair.
Penulis
: Dalam pencairannya bank memberikan dananya 100%?
Pihak BSM
: Ya kita ga bisa berikan 100% kebutuhannya.
Penulis
: Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank memberikan uang dan nasabah yang membeli kebutuhannya sendiri atau bank yang membelikan dan nasabah tinggal langsung terima jadi?
93
Pihak BSM
: Bank memberikan kebutuhannya dalam bentuk uang dan nasabah yang membeli kebutuhannya sendiri. Jadi kita percayakan semuanya kepada nasabah.
Penulis
: Sampai saat ini bagaimana respon masyarakat sekitar terhadap produk tersebut?
Pihak BSM
: Seperti yang tadi saya bilang sebelumnya, responnya cukup bagus, banyak masyarakat yang mengambil produk ini, terutama dari daerah sekitar Batumarta.
WAWANCARA DENGAN RESPONDEN YANG MENGGUNAKAN PRODUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA BANK SYARIAH MANDIRI Penulis
: Bagaimana pandangan bapak mengenai produk pembiayaan pada bank syariah?
Responden
: Produknya bagus dan sangat menguntungkan, apalagi pelayanannya sangat ramah, ketika datang disambut dengan senyuman, semua pegawai ramah, bahkan kredit saya waktu itu cepat cair hanya dalam waktu 1 minggu. Sangat jauh jika dibandingkan pelayanan dari bankbank lain yang pernah saya coba.
Penulis
: Setelah bank menyetujui pembiayaan anda, dalam pencairannya, bank yang memberikan uang yang anda butuhkan atau bank sendiri yang membelikan kebutuhan usaha bapak?
Responden
: Kalo saya waktu itu bank kasih uangnya, jadi saya beli sendiri, kamudian sertifikat tanah yang saya beli ditahan oleh bank sampe kredit saya lunas, begitu juga jawaban dari responden lainnya.
Penulis
: Apakah bank memberikan 100% dana untuk membeli tanah?
Responden 1 : Waktu itu dana yang saya butuhkan untuk beli tanah adalah 70 juta, dan bank syariah kasih saya 50 juta, jadi sisanya yang 20 juta saya yang penuhin. Responden 2 : Dana yang dibutuhkan untuk beli kebun 2 hektar waktu itu sekitar 150 juta, dan dana dari bank syariah dapat 100 juta. Dan kurangnya pake uang saya sendiri. Ketika itu, saya pinjemnya pake 2 nama, karena kata pihak bank syariah Baturaja kalo ngambilnya 1 orang langsung 100 juta harus dapat acc dari bank cabang di palembang, jadi prosesnya akan lebih lama lagi. Karena itu, saya pinjemnya pake 2 nama biar prosesnya cepat dan gak perlu nunggu acc dari bank cabang di palembang, itupun semua pihak bank syaraiah Baturaja yang atur.
88
WAWANCARA DENGAN PEMERINTAH
Penulis
: Apakah pihak pemerintah pernah melakukan sosialisasi tentang pembiayaan syariah untuk perkebunan?
Kades
: Kita tidak pernah melakukannya, tapi jika ada pihak bank atau lembaga yang ingin promosi ya kita hanya memfasilitasi kedua belah pihak, misalnya bisa kita umumkan dalam acara pengajian rutin yasinan. Dan biasanya kalau ada informasi dari pemerintahan selama ini disampaikannya dalam yasinan.
Penulis
: Apakah ada pabrik pengolah lateks terdekat dari desa Battuwinangun?
Kades
: Di dekat sini ada pabrik PTPN, tapi setau saya tengkulak2 karet tidak menjualnya ke PTPN.
Dan informasi yang penulis peroleh dari tengkulak karet di Battuwinangun bahwa mereka menjual lateksnya ke perusahaan swasta di palembang, hal ini karena harga belinya lebih bagus dari pada di PTPN Penulis
: Fasilitas dan kebijakan apa yang telah diberikan oleh pemerintah dalam membantu para pekebun karet di Batuwinagun?
Kades
: Sampai saat ini yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah lewat PPL dengan melakukan penyuluhan dan memberikan informasi tentang bagaimana teknik berkebun yang baik kepada masyarakat.
Penulis
: Mengingat pentingnya jaminan dalam pembiayaan, dan masih cukup banyak para pekebun yang belum memiliki sertifikat tanah. Solusi dan langkah apa yang dilakukan oleh pemerintah menyikapi hal tersebut?
Kades
: Dulu pernah ada namanya PRONA, tapi sekarang belum adalagi program pemerintah yang seperti itu.
Dan informasi yang penulis preoleh dari responden bahwa dalam mensertifikasikan tanah mereka mengajukan dan mengurus sendiri. Namun ada juga masyarakat yang
89
masih kurang peduli dengan permasalahan administrasi pertanahan, dengan mereka telah membayar pajak kepada pemerintah mereka telah merasa cukup. Penulis
: Bagaimana sikap dan tindakan pemerintah guna mencegah terjadinya tindak kriminal yang dapat merugikan para pekebun karet?
Kades
: Sampai saat ini untuk desa Battuwinangun belum ada kejadian tentang pencurian getah karet. Dan justru yang pernah beberapa kali terjadi adalah pencurian motor. Tapi jika itu terjadi pasti akan kita berikan hukuman seperti halnya tindak kejahatan lainnya.
Penulis
: Bagaimana ketentuan-ketentuan dan kebijakan pemerintah berkaitan dengan biaya-biaya yang dibebankan kepada pekebun karet?
Kades
: Kita hanya membebani kepada masyarakat dengan pajak tahunan, yang ketentuannya ditentukan berdasarkan luas tanah dan lokasinya.
90
WAWANCARA DENGAN ULAMA SETEMPAT
Penulis
: Bagaimana pandangan bapak tentang bank syariah?
Ulama
: Bank syariah itu belum memenuhi kriteria syar’i. Karena di lapangan banyak penyimpangan
Penulis
: Menurut bapak, bagaimana prospek perkembangan bank syariah?
Ulama
: Pesimis, karena pengelolanya tidak memahami tentang hukum Islam itu sendiri, dan hukum ekonomi Islam.
Penulis
: apakah ada usaha pendekatan dari bank syariah terhadap ulama di Battuwinangun untuk membantu dalam mensosialisasikan ekonomi Islam dan bank syariah di masyarakat?
Ulama
: Jelas ga pernah ada. Dan jika ada paling hanya dalam seminar, jadi hanya orang-orang tertentu saja. Dan ternyata efeknya tidak terlalu positif untuk bank syariah itu sendiri.
Penulis
: Bagaimana pandangan anda terhadap fatwa MUI tentang haramnya bunga bank?
Ulama
: Sangat setuju. Karena sudah sangat jelas yang namanya bunga haram karena termasuk riba. Apalagi itu fatwa MUI tho.
Penulis
: Apakah bapak/ibu pernah ikut mensosialisasikan mengenai ekonomi Islam/perbankan syariah dalam kegiatan da'wah anda?
Ulama
: Kalau tentang ekonomi Islam secara umum pernah saya bahas dalam pengajian atau ceramah, tapi tidak untuk tentang bank syariah. Lha wong bank syariah sendiri dalam praktek di lapangannya masih melenceng.
91