ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PADA PENGEMBANGAN UKM KERIPIK TEMPE (Studi Kasus Pada Ukm Keripik Tempe Purnama Sanan – Malang) FINANCIAL AND TECHNICAL FEASIBILITIES ANALYSES OF UKM KERIPIK TEMPE (A Case Study On the UKM Keripik Tempe Purnama of Sanan – Malang). Nitya Permata Kencani 2*); Usman Effendy 1*); Shyntia Atica1*) 1)Teaching Staff of agricultur technical industry departement, FTP Brawijaya University 2)Alumnus of agricultur technical industry departement, FTP Brawijaya University
Abstrak Menurut Kanwil Disperindag (2010), pada tahun 2007 industri keripik tempe masih mencapai 80-90 industri keripik tempe, di tahun 2010 menurun menjadi 65 industri kripik tempe. Hal tersebut dikarenakan para pemilik industri keripik tempe tersebut tidak memiliki pengetahuan dalam menganalisa finansial dan teknis usaha, sehingga banyak terjadi kerugian. Penelitian ini dilaksanakan di UKM “Keripik Tempe Purnama” Jalan Sanan no 44, Malang. Aspek teknis yang dianalisis antara lain bahan baku dan bahan pembantu, proses produksi, kapasitas produksi, penjadwalan produksi, kebutuhan tenaga kerja dan perhitungan waktu kerja. Sedangkan, aspek finansial yang dianalisis yaitu perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), efisiensi usaha (R/C ratio) dan Payback Period (PP). Kata kunci : Keripik Tempe, Waktu Baku, Harga Pokok Produksi, Break Event Point, R/C Ratio, Payback Period. Abstract According to the Regional Office of Industry and Commerce Department (2010), in 2007, Chips of fermented soybean cake industries reached 80-90, in 2010 they decreased to 65 Chips of fermented soybean cake industries. The case was caused by owner Chips of fermented soybean cake industries owners had no knowledge in analyzing the business financial and technique, thus it much happened losses. This research was implemented at the UKM (small and medium enterprise) (of) “Keripik Tempe Purnama” on Jalan Sanan No. 44, Malang. Technical aspects analyzed were, main and aux materials, production process, production capacity, and working hour calculation. While, financial aspects analyzed were the computation of Production Cost, Break Event Point, Return Cost Ratio and Payback Period. Key words: Chips of fermented soybean cake, Standard Time , Production Cost, Break Event Point, R/C Ratio, Payback Period. PENDAHULUAN Tempe merupakan pangan terfermentasi oleh kapang Rhizopus sp yang memiliki protein nabati tinggi dan mudah didapat juga murah harganya. Keripik tempe adalah makanan yang terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian digoreng dengan menggunakan tepung yang telah dibumbui. Di negara-negara yang sedang berkembang, usaha yang banyak tumbuh di masyarakat pada umumnya tergolong sebagai usaha kecil (Margono, 2003).
Terdapat penurunan industri keripik tempe di Malang setiap tahunnya. Pada tahun 2007 masih mencapai 80-90 industri keripik tempe, di tahun 2010 menurun menjadi 65 industri kripik tempe (Kanwil Disperindag, 2010). Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang menganalisis teknis dan financial pada usaha tersebut. UKM “Keripik Tempe Purnama” merupakan UKM keripik tempe yang berada di Jalan Sanan no 44 kota Malang. Permasalahan yang terdapat pada
UKM keripik tempe Purnama ini adalah belum pernah dilakukan analisa kelayakan finansial dan teknis sehingga pemilik belum mengetahui apakah usahanya menguntungkan atau merugikan. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UKM “Keripik Tempe Purnama” Jalan Sanan no 44, Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni tahun 2012. Identifikasi Masalah Sanan merupakan sentra produksi dan penjualan keripik tempe. Keberadaan unit produksi keripik tempe purnama merupakan salah satu di sentra industri sanan. Teknologi yang digunakan pun masih sederhana yaitu secara manual. Maka dari itu perlu adanya analisa kelayakan finansial dan teknis pada UKM “keripik tempe Purnama” Malang, agar dapat mencegah kerugian. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan bertujuan untuk mendapatkan berbagai macam data yang akan digunakan sebagai data penulisan laporan penelitian, data yang menunjang tersebut meliputi : a. Observasi Observasi atau pengamatan langsung dilakukan di UKM “keripik tempe Purnama” Malang. Adapun hal-hal yang diamati UKM “keripik tempe Purnama” Malang, yaitu mengamati jalannya proses produksi dari pemotongan tempe sampai dengan proses pengemasan keripik tempe yang diproduksi secara manual. b. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara melakukan survei langsung ke lokasi dan tanya-jawab dengan pemilik UKM “keripik tempe Purnama” Malang. Adapun data-data yang dikumpulkan dari hasil wawancara di UKM “keripik tempe Purnama” Malang antara lain data-data mengenai kebutuhan bahan baku utama, kebutuhan bahan baku pembantu, kebutuhan bahan pengemas, kebutuhan utilitas (air, listrik, LPG ), waktu proses dan kebutuhan tenaga kerja.
c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar-gambar mengenai proses kegiatan produksi yang berlangsung di UKM “keripik tempe Purnama” Malang. Adapun gambar-gambar yang berkaitan dengan proses produksi antara lain alat-alat produksi, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat keripik tempe, dan gambargambar yang diambil dari setiap tahapan proses produksi. Analisis Kelayakan Teknis 1.Pengukuran Waktu Kerja Hal yang pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan yaitu untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan dilakukan pada saat menetapkan tujuan pengukuran. Langkah-langkah dalam menentukan Time Study adalah sebagai berikut: Kelompokan data kedalam sub-grup dan tentukan harga rata-ratanya. Hitung rata-rata dari harga rata-rata subgrup
dimana : X = harga rata-rata dari sub-grup ke-i k = banyaknya sub-grup yang terbentuk
Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
dimana : N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan X = waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan
Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata- sub-grup
dimana : n = besarnya sub-grup
Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB)
Batas kontrol inilah yang dipergunakan untuk menguji keseragaman data dengan kriteria bila data dari sub-grup di plot dan ternyata keluar dari batas kontrol, maka data-data yang berada pada sub-grup yang bersangkutan tidak diikut sertakan dalam perhitungan. Sedangkan bila tidak ada sub-grup tersebut diikut sertakan dalam perhitungan waktu baku. Menghitung banyak pengukuran yang diperlukan (N')
dimana : N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan, dan rumus ini digunakan untuk tingkat ketelitian 10% dan tingka keyakinan 90%
Melakukan perhitungan waktu baku Jika pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku, caranya untuk mendapat waktu baku itu sebagai berikut: Menghitung waktu siklus rata-rata
Menghitung waktu normal Wn = Ws x p Dimana P adalah faktor penyesuaian.
Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa pekerja bekerja tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Aturan pemberian faktor penyesuaian untuk menormalkan kerja para operator/pekerja :
P = 1 ⇒ bila pekerja bekerja dengan wajar artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. P < 1 ⇒ bila pekerja dianggap bekerja secara lambat. P > 1 ⇒ bila pekerja dianggap bekerja secara cepat Menghitung waktu baku Wb = Wn + I Dimana : I =
allowance atau kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.
Kelonggaran ini biasanya diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan tak dapat dihindarkan oleh pekerja. Umumnya kelonggaran dinyatakan dalam persen dari waktu normal. 2. Bahan Baku dan Bahan Pembantu 3. Bahan Pengemas 4. Proses Produksi 5. Kapasitas Produksi 6. Penjadwalan Produksi 7. Kebutuhan Tenaga Kerja Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan usaha dianalisis dengan beberapa metode, yaitu: a. Harga Pokok Produksi (HPP) Harga Pokok Produksi (HPP) menunjukkan biaya yang dimasukkan ke dalam proses produksi selama satu periode ditambah biaya persediaan awal barang dalam proses pada awal periode berikutnya. Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh UKM, dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
b. Break Event Point (BEP) Break Event Point (BEP) merupakan teknis untuk analisis hubungan antara biaya tetap, biaya variabel dan harga jual. Perhitungan BEP adalah sebagai berikut:
BEP (unit) = FC____ P - VC BEP (price) = FC______ 1 – (VC/P)
Keterangan: FC = Fixed Cost (biaya tetap) VC = Variable Cost (biaya tidak tetap) P = price (harga jual)
c. Efisiensi Usaha (R/C ratio) R/C ratio merupakan perbandingan antara TR (Total Revenue) atau total penerimaan dengan TC (Total Cost) atau total biaya produksi. R/C ratio dirumuskan sebagai berikut:
dengan : TR = P x Q TC = TFC + TVC
Keterangan: TR: Total Revenue (jumlah seluruh penerimaan yang diperoleh) P : Price (harga) Q : Quantity (jumlah unit) TC: Total Cost (jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan)
Adapun kriteria pengujian dengan menggunakan R/C ratio adalah: R/C < 1 usaha tidak efisien dan merugikan R/C = 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak merugikan R/C > 1 usaha efisien dan menguntungkan d. Payback Period (PP) Payback Period merupakan perhitungan atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutupi modal awal dari suatu proyek dengan menggunakan arus kas masuk yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Rumus umum untuk menghitung PP adalah sebagai berikut: PP =
X 1 tahun
Keterangan : I : Jumlah modal (modal investasi dan modal kerja) Ab : rata – rata penerimaan bersih
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil UKM Keripik Tempe “Purnama” UKM Keripik Tempe Purnama merupakan salah satu UKM keripik tempe yang berada di Jalan Sanan Malang. UKM Keripik Tempe Purnama beralamat di Jalan Sanan No. 44, kota Malang, Propinsi Jawa Timur. UKM keripik tempe milik Ibu Hj. Suwarni sudah berdiri sejak tahun 1990. Menurut Mariana (2009), salah satu produk konsumer goods yang menjadi icon kota Malang setelah apel Batu adalah keripik tempe yang berada di Kampung Sanan kota Malang yang dikelola oleh sebagian besar warga kampung Sanan mempunyai potensi untuk meningkatkan ekonomi daerah melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui wadah usaha kecil menengah (UKM). Potensi Pasar Suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan bagi suatu industri adalah pangsa pasar yang akan dituju. Target utama pemasaran produk keripik tempe Purnama adalah daerah Jawa Timur khususnya Malang dan sekarang sudah melayani permintaan dari luar Jawa Timur seperti Jakarta. Berdasarkan hasil survey diperoleh data bahwa terdapat produk pesaing dari segi harga yang bernama keripik tempe ”Bu Noer” dan “Lancar Jaya”. Perbandingan harga jual produk keripik tempe “Purnama” dan keripik tempe merk ”bu Noer” dan “Lancar Jaya” dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Perbandingan Harga Keripik tempe “Purnama”, “Bu Noer” dan “Lancar Jaya” Nama
Purnama
Bu Noer
Lancar Jaya
Rasa original Rp 5.500 Rasa manisRp 5.500 pedas
Rp 6.000
Rp 6.500
Rp 7.000
Rp 6.500
Sumber: Data primer diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh informasi bahwa harga keripik tempe milik UKM “Purnama” Malang lebih murah jika dibandingkan dengan keripik tempe merk “Bu Noer” maupun “Lancar Jaya”. Hal tersebut merupakan keunggulan keripik
tempe “Purnama” sehigga konsumen memilih keripik tempe “Purnama”. Dari segi rasa, keduanya memiliki persamaan, yaitu keripik tempe memiliki rasa yang khas dengan tambahan bumbubumbu sebagai varian rasanya. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun. Akan tetapi jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan (Kotler, 2004). Analisis Kelayakan Hal-hal yang dikaji di UKM “Purnama” Malang meliputi beberapa aspek, yaitu aspek teknis dan aspek finansial. Aspek teknis meliputi bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan, bahan pengemas, proses produksi, kapasitas produksi, penjadwalan produksi, kebutuhan tenaga kerja. kelayakan finansial pada UKM "Keripik Tempe Purnama" antara lain Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), Efisiensi Usaha (R/C Ratio), dan Payback Period (PP). Analisis Teknis Analisis teknis dimaksudkan memberikan batasan garis besar parameterparameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan industri yang akan didirikan untuk memproduksi keripik tempe. Pengkajian aspek teknis meliputi bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan, bahan pengemas, proses produksi, kapasitas produksi, penjadwalan produksi, kebutuhan tenaga kerja. Bahan Baku Pada UKM keripik tempe ”Purnama” Malang, bahan baku yang digunakan untuk memproduksi keripik tempe adalah tempe kedelai yang merupakan makanan tradisional Indonesia dan memiliki merupakan sumber
protein. Untuk mengantisipasi ketidaktersediaan bahan baku, maka pemilik keripik tempe Purnama menjalin kontrak dengan produsen tempe yaitu bapak Joko yang merupakan sepupu sang pemilik sehingga proses produksi dapat berjalan lancar. Jumlah tempe yang digunakan untuk tiap proses produksi adalah sebanyak 16 kotak tempe yang berukuran 20cm x 80cm per kotak. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kelangsungan proses produksi (Mahar dan Yurinda, 2008). Bahan Pembantu Bahan pembantu adalah bahan yang digunakan untuk melengkapi bahan baku sehingga akan diperoleh produk yang sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang diinginkan (Mahar dan Yurinda, 2008). Kebutuhan bahan pembantu ini disesuaikan dengan formulasi terbaik dan paling optimal. Pembelian bahan pembantu dilakukan setiap 1 bulan. Pada proses pembuatan keripik tempe, bahan pembantu yang diperlukan antara air, bawang putih, garam, MSG, tepung terigu, tepung kanji, kemiri, daun jeruk dan minyak goreng. Proses Produksi Tahapan proses produksi meliputi persiapan bahan, pencampuran dan pembuatan adonan, pengadukan adonan, pemotongan tempe, penggorengan dan pengemasan. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu (Ibrahim, 2003). Kapasitas keripik tempe ”Purnama” Malang yang diproduksi adalah sebesar 17,5 kg keripik tempe dan menghasilkan 350 bungkus keripik tempe, per bungkus netto sebesar 50 gr sehingga total 17.500 gr atau 17,5 kg per 8 jam kerja. Sehingga UKM keripik tempe Purnama mampu menghasilkan 1 produk setiap 82,28 detik.
Penjadwalan Produksi Penentuan jadwal produksi yang tepat harus memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk tiap tahapan proses. Jadwal produksi yang tepat juga akan menentukan jumlah persediaan yang harus dipersiapkan untuk menjamin kontinyuitas proses produksi (Husnan dan Suwarsono, 2003). Penjadwalan jam kerja ditetapkan kurang lebih 8 jam kerja yang dimulai pada pukul 07.00 hingga 12.00 dan pukul 13.00 sampai dengan 16.00 WIB. Istirahat dilakukan setiap 12.00 hingga 13.00 WIB. Selama 1 bulan UKM keripik tempe Purnama melakukan 20 kali produksi dengan 6 orang tenaga kerja langsung dan 1 orang supervisor. 8 jam kerja tersebut adalah total jam kerja dengan untuk satu kali proses produksi selama 1 hari. Dalam 1 kali proses produksi mampu menghasilkan 350 kemasan produk tanpa pergantian shift. Kebutuhan Tenaga Kerja Menurut Soeharto (2002), tenaga kerja bertindak sebagai operator yang mengoperasikan mesin-mesin produksi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi sehingga untuk melakukan proses produksi diperlukan tenaga kerja yang mencukupi kebutuhan. Tenaga kerja pada UKM ”Purnama” berjumlah 6 orang pada bagian produksi (tenaga kerja langsung) dan 1 orang sebagai supervisor atau pengawas produksi. Dengan begitu tenaga kerja yang ada sudah memadai untuk memproduksi Keripik Tempe di UKM ”Purnama”. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu kerja yang diukur ada 3 stasiun kerja, antara lain stasiun kerja pemotongan, stasiun kerja penggorengan, dan stasiun kerja pengemasan. Pada 3 stasiun kerja tersebut diamati total 6 pegawai, masing-masing terdapat 2 pegawai pada tiap stasiun kerja. Dari hasil perhitungan subgrup dari proses produksi keripik tempe, didapatkan nilai
rata-rata sebesar 66,81 detik dengan standar deviasi 3,21 detik. Sedangkan standar deviasi subgrup sebesar 1,6 detik. Berdasarkan hasil perhitungan, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) didapat masing-masing, BKA sebesar 70,02 detik dan BKB sebesar 63,61 detik.
Gambar Grafik Kontrol Waktu Penyesuaian Batas kendali digunakan untuk mengendalikan keseragaman data yang telah diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan. Banyaknya pengukuran setelah dilakukan perhitungan didapatkan sebesar 2,76 (N’). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan telah cukup karena hasil N’ yang lebih kecil dibandingkan dengan N (N’ = 2,76 < N = 4). Maka perhitungan selanjutnya dapat dilakukan ke tahapan berikutnya, yaitu perhitungan waktu siklus. Waktu siklus bertujuan untuk mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran, didapatkan sebesar 66,81. Pada metode objektif ini operator pertama-tama dinilai kecepatan kerjanya oleh pengamat, tanpa memperhatikan tingkat kesulitan kerja (Wignjosoebroto, 2003). Setelah mendapatkan perhitungan penyesuaian dengan metode objektif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mendapatkan waktu normal. Waktu normal yang diperoleh sebesar 73,49 detik. Setelah waktu normal diketahui, maka dilakukan perhitungan waktu baku dengan memperhitungkan faktor kelonggaran. Nilai dari kelonggaran yang diperoleh sebesar 0,10. Perhitungan nilai kelonggaran mengacu pada Tabel berikut :
Tabel Kelonggaran Kelonggaran % Tenaga yang dikeluarkan 3 Sedang Sikap kerja 1 Duduk Gerakan kerja 0 Normal Keadaan suhu tempat kerja 1 Normal Keadaan lingkungan 1 Bersih, sehat, bising rendah Kebutuhan pribadi 2 Hambatan tak terhindarkan 2 Total 10% Sumber : Data primer diolah, 2013
Waktu baku dari proses produksi pekerjaan ini sebesar 80,84 detik atau 1 menit 21 detik. Waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Dalam hal ini, waktu baku yang diperoleh pada proses produksi keripik tempe sebesar 80,41 detik atau 1 menit 21 detik. Analisis Finansial Metode yang digunakan untuk menganalisa kelayakan finansial pada UKM "Keripik Tempe Purnama" antara lain Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), Efisiensi Usaha (R/C Ratio), dan Payback Period (PP). Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi dapat diartikan sebagai biaya produksi perunit. Menurut Soeharto (2002) untuk mengetahui HPP dari suatu produk menggunakan rumus pembagian jumlah seluruh biaya dengan jumlah barang yang dihasilkan. Terdapat beberapa komponen biaya dalam suatu industri, antara lain Fixed Cost (FC) dan Variable Cost (VC). Fixed Cost (FC) atau biaya tetap adalah biaya bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Dalam UKM Keripik Tempe Purnama biaya tetap dijelaskan dalam tabel berikut
Rincian Biaya Tetap Selama 1 Tahun Jenis Biaya (Rp) Pemeliharaan Alat dan Bangunan Bangunan (1% dari nilai awal) 700.000 1 Alat Industri (5% dari nilai awal) 169.700 Etalase (2% dari nilai awal) 142.000 Alat Transportasi (2% dari nilai awal) 1.000.000 2 Penyusutan 11.438.000 3 Beban Telepon 6.000.000
No
Total
19.449.700
Biaya tidak tetap UKM Keripik Tempe Purnama dijelaskan dalam tabel berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Jenis Tempe Tepung terigu Tepung kanji Daun jeruk Garam Vetsin Kemiri Bawang putih Minyak goreng Plastik Stiker Kardus "1 kg Kardus "2 kg Kardus "3 kg Kardus "4 kg Kardus "5 kg Tenaga Kerja Pemotongan Tenaga Kerja Penggorengan Tenaga Kerja Pengemasan Listrik Gas Total
Biaya (Rp) 105.600.000 26.880.000 5.040.000 864.000 384.000 120.000 1.800.000 1.140.000 86.400.000 14.280.000 7.128.000 4.000.000 5.000.000 7.000.000 8.000.000 10.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 950.315 6.408.000 362.994.315
Biaya tetap dan tidak tetap Keripik Tempe Purnama antara lain biaya tetap Keripik Tempe Purnama sebesar Rp. 19.449.700. biaya tidak tetap Keripik Tempe Purnama sebesar Rp. 362.994.315, sehingga total cost sebesar Rp.382.444.015. Jumlah produksi perhari sebesar 350 kemasan, dalam 1 tahun mampu menghasilkan 84.000 kemasan. Rumus HPP adalah :
Rin No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tempe Tepung Tepung Daun je Garam Vetsin Kemiri Bawang Minyak Plastik Stiker Kardus Kardus Kardus Kardus Kardus Tenaga Tenaga Tenaga Listrik Gas
Didapatkan hasil HPP sebesar Rp. 4.553. Pemilik UKM Keripik tempe Purnama menjual keripik tempenya dengan harga Rp.5.500, sehingga pemilik mendapatkan keuntungan sebesar 20%. Menurut Subanar (2001), besarnya mark up ditingkat produsen langsung ke konsumen sebesar 20%, jika melalui agen atau pengecer mark up sebesar 40% dan bila pengecer menjual produk ke konsumen akhir mark up yang ditetapkan bisa mencapai 70%. Break Event Point (BEP) BEP atau break event point adalah dimana pada saat pendapatan penjualan cukup untuk menutupi biaya produksi yang dikeluarkan akan tetapi tidak ada laba / keuntungan sedikitpun didapat, break event point merupakan suatu teknik untuk analisa hubungan antara biaya variable, biaya tetap, keuntungan dan volume produksi (Yamit, 2003). Perhitungan Break Event Point dari UKM keripik tempe purnama maka harus dilakukan perhitungan Biaya tetap dibagi dengan pengurangan antara harga jual dan biaya tidak tetap perkemasan.
Biaya tetap keripik tempe purnama sebesar Rp.19.449.700, harga jual sebesar Rp.5.500 dan biaya tidak tetap per unit sebesar Rp.4.321, sehinga dengan rumus diatas dapat diketahui bahwa Break Event Point dari UKM keripik tempe purnama sebesar 16.502 unit. Efisiensi Usaha (R/C Ratio) Setiap pengusaha harus mengetahui tingkat keefisienan usaha yang sedang di jalankan. Dengan mengetahui tingkat keefisienan usahanya maka pemilik dapat menentukan apakah harus memperbaiki usaha, menambah skala atau bahkan menghentikan usaha tersebut. Salah satu metode menganalisa efisiensi usaha dengan perhitungan R/C ratio. R/C ratio adalah kepanjangan dari Return Cost Ratio (Karwan, 2009). R/C ratio merupakan perbandingan antara TR (Total Revenue) atau total penerimaan dengan TC (Total
Cost) atau total biaya produksi. Rumus sebagai berikut :
Total pendapatan UKM Keripik Tempe Purnama sebesar Rp. 462.000.000, didapatkan dari total produksi per tahun sebesar 84.000 dikalikan harga jual Rp. 5.500. Sedangkan TC (Total Cost) atau total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap selama 1 tahun. Nilai total biaya UKM Keripik Tempe Purnama dapat diketahui sebesar Rp. 382.444.015. Sehingga didapatkan hasil R/C Ratio dari UKM Keripik Tempe Purnama sebesar 1,21. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha UKM Keripik Tempe Purnama termasuk usaha yang menguntungkan. Adapun kriteria pengujian dengan menggunakan R/C ratio adalah (Karwan, 2009) : R/C < 1 usaha tidak efisien dan merugikan, R/C = 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak merugikan, R/C > 1 usaha efisien dan menguntungkan. Payback Period (PP) Metode payback period merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutupi intial investment dari suatu proyek dengan cash inflow yang dihasilkan. Metode ini mengakui seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, satuan hasilnya waktu misalnya tahun / bulan. Biasanya pedoman yang digunakan untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah proyek yang paling cepat mengembalikan modal (Pudjosumarto, 2000). Cara medapatkan perhitungan Payback Period (PP) adalah dengan mebandingkan antara Investasi awal dengan pendapatan bersih rata tiap tahun. Investasi awal UKM Keripik Tempe Purnama antara lain Tanah, Bangunan Lokasi usaha, Instalasi, Mesin dan Alat, serta Etalasi. Diketahui investasi awal untuk pendirian UKM Keripik Tempe Purnama sebesar Rp. 160.593.400. Laba bersih UKM Keripik Tempe Purnama didapatkan dari Total penerimaan tiap tahun sebesar Rp.462.000.000 dikurangi total biaya pertahun sebesar Rp. 382.444.015, dan
dikurangi biaya pajak sebesar Rp.11.933.398 maka didapatkan nilai pendapatan bersih sebesar Rp.67.622.587. Setelah didapatkan nilai investasi awal dan pendapatan bersih, dapat diketahui nilai Payback Period (PP) sebesar 2,3 tahun. KESIMPULAN DAN SARAN UKM Keripik Tempe Purnama mampu memproduksi 350 kemasan per 8 jam kerja. Dari analisa teknis perhitungan waktu kerja dapat diketahui bahwa proses produksi per kemasan sebesar 80,84 detik atau 1 menit 21 detik, sehingga per 8 jam kerja mampu menghasilkan 356 kemasan. Prosentase kehilangan sebesar 1,6%, tidak menyimpang jauh, sehingga proses produksi sesuai dengan kapasitas produksinya. Dapat disimpulkan UKM keripik tempe Purnama layak secara teknis. Nilai Harga Pokok Produksi keripik tempe UKM Purnama sebesar Rp.4.553. Pemilik UKM Keripik tempe Purnama menjual keripik tempenya dengan harga Rp.5.500, sehingga pemilik mendapatkan keuntungan sebesar 20%. Break Event Point dari UKM keripik tempe purnama sebesar 16.502 unit. Hasil R/C Ratio dari UKM Keripik Tempe Purnama sebesar 1,21. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha UKM Keripik Tempe Purnama termasuk usaha yang menguntungkan. nilai Payback Period (PP) sebesar 2,37 tahun. Dapat disimpulkan UKM keripik tempe Purnama layak secara finansial. Saran yang dapat diberikan untuk UKM Keripik tempe “Purnama” adalah perlunya perbaikan dari segi pengembangan mesin dan teknologi produksi agar proses produksi lebih efisien serta perlu dilakukan analisa sensitivitas pada UKM keripik tempe “Purnama”. DAFTAR PUSTAKA Husnan dan Suwarsono. 2003. Studi Kelayakan Proyek edisi ketiga. Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta Karwan, D. H. Drs. MM. 2009. Analisis Aspek Perencanaan Usaha. Http://www.depdiknas.go.id/kewwirau sahaan12/materi/analisis-aspekperencanaan.usaha. Diakses tanggal 10 Maret 2012 Kotler,P. 2004. Manajemen Pemasaran (Sudut Pandang Asia). Edisi Ketiga. Indeks Jakarta. Mahar, A. dan Yurinda A. P. 2008. Ekstraksi dan Pengeringan Waluh untuk Mendapatkan Produk Fine Powder. http://eprints.undip.ac.id/3501/1/Arnin da-Mahar-Perdanianti-(L2C604121)dan-Yurinda-Arum-Pratiwi(L2C604181).pdf. Tanggal akses 20 Agustus 2012 Margono Tri. 2003. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDIILIPI. Andi Offset. Yogyakarta Mariana Rina. 2009. Pengaruh Diferensiasi Produk Kripik Tempe Terhadap Loyalitas Konsumen. Jurnal Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner Vol 1 No.1. Universitas Negeri Malang. Malang Pudjosumarto,M. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. FE-UNIBRAW.Malang Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Penerbit Erlangga. Jakarta. Subanar, H. 2001. Manajemen Usaha Kecil. Edisi Kesatu. BPFE. Yogyakarta. Wignjosoebroto, S., (2003), Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Jakarta : Guna Widya Yamit, Z. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit Ekonisia FE. UII. Yogyakarta
