ANALISIS KAWASAN II SEBAGAI SUAKA PERIKANAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN NATUNA Nurzuri Nikmawati Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar,S.Pi,MP Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, @yahoo.com
Fitria Ulfah, SP,M.M Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kawasan 2 sebagai suaka perikanan dengan melihat kondisi eksisting wilayah untuk melihat analisis resiko dan analisis keterwakilan ekosistem penting serta menganalisis keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi pada ikan. Banyaknya penggunaan zat beracun yang digunakan nelayan setempat menyebabkan resiko pada pertumbuhan ikan.. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sekunder dari penelitian Review Monitoring Terumbu Karang dan Ikan terancam punah 2014, dengan pengumpulan data di lapangan pada 21 responden. Sedangkan metode primer yaitu 2 stasiun menggunakan identifikasi morfometrik dan meristik, data yang dikumpulkan adalah data kondisi kualitas perairan dan pengamatan ikan yang terancam punah. Hasil analisis pada Kawasan 2 yaitu tingkat analisis kondisi eksisting bahwa di kawasan ini tingkat resiko rendah di karenakan jauh dari pusat Kota dan pemukiman yang sedikit dengan analisis tingkat keterwakilan ekosistem penting karang mempunyai tingkatan yang paling tinggi, mangrove dan lamun keberadaannya mencukupi. Dan untuk tingkat keanekaragaman jenis ikan di kategorikan baik karena masih mempunyai beraneka jenis ikan di Kawasan 2 KKPD. Kata kunci : Suaka Perikanan, KKPD Kabupaten Natuna, Analisis Faktor Resiko, Analisis Keterwakilan, Identifikasi Ikan, Jenis Ikan Karang. ASYLUM FISHERES, KKPD NATUNA REGENCY, RISK FACTOR ANALYSIS, REPRESENTATION ANALYSIS, IDENTIFICATION OF FISH, REEF FISH.
Nurzuri Nikmawati Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar,S.Pi,MP Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH
Fitria Ulfah, SP,M.M Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH
ABSTRACT Reserch aimed to analyze the 2 areas as asylum fisheries by looking at the area to see the condition of the existing risk analysis and analysis of the representation of important ecosystems and analyze the diversity, uniformity, and dominance in fish. The heavy use of toxic substances used local fishermen pose a risk to the growth of the fish . The method used is a secondary method of research Coral Reef Monitoring Review and fish are threatened with extinction in 2014, with data collection in the field on 21 respondents. While the primary method that is 2 stations using morphometric identification and meristik, the collected data is data conditions and water quality observations endangered fish. The analysis of Region 2 is the level of analysis that the existing condition in this region because of the low level of risk away from the center and the little settlement with the analysis of the level of representation is important reef ecosystems have the highest level, mangrove and seagrass existence is sufficient. And for a greater diversity of fish species categorized either because they have various types of fish in the Area 2 KKPD.
Keywords: Asylum Fisheries, KKPD Natuna regency, Risk Factor Analysis, Representation analysis, identification of fish, reef fish.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Natuna adalah salah satu wilayah yang termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau. Ibu kota Kabupaten Natuna terletak di Ranai. Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 264.198,37 km2 dengan luas daratan 2.001,30 km2 dan lautan 262.197,07 km2 . Kawasan Dua diperuntukkan untuk mendukung Kegiatan Suaka Perikanan. Suaka Perikanan merupakan salah-satu jenis ekowisata (Gale, 2003) yang dapat didefinisikan sebagai sebuah perjalanan ke suatu area yang relatif tidak mengganggu daerah tujuan, biasanya sering dikombinasikan dengan wisata dan kajian alam liar beserta biota-biotanya termasuk budaya yang ada di daerah tujuan tersebut. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin didapat dari penelitian yang dilakukan ialah: 1) Melihat potensi sumberdaya perairan dalam yang disesuaikan dengan tema kawasan 2 KKPD sebagai suaka perikananan 2) Menganalisis keterwakilan kawasan 2 KKPD Kabupaten Natuna Suaka Perikanan 3) Mengetahui keragaman jenis ikan di Kawasan 2 KKPD Kabupaten Natuna Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi untuk pengembangan Kawasan II
KKPD Natuna sebagai daerah kegiatan Suaka Perikanan. 2. Masukan mengenai pengelolaan penetapan Kawasan Konservasi 3. Memberikan strategi mengenai kesesuaian kawasan untuk dijadikan kawasan suaka perikanan METODELOGI Ruang Lingkup dalam penelitian ini, antara lain adalah: a. Kondisi biofisik lingkungan di Kawasan II KKPD Kabupaten Natuna b. Kondisi sosial di Kawasan II KKPD Kabupaten Natuna dan sekitarnya yang terdiri dari : - Aspek kependudukan dan pendidikan masyarakat lokal. - Aspek pemanfaatan kawasan II, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengumpulan Data Pengumpulan dan update data -
Kondisi eksisting KKPD Kawasan Dua Pengumpulan data sekunder : peta administrasi, peta RT/RW, peta RBI, citra Natuna, data statistik Natuna (DKP, BPS, Bappeda), peta sumberdaya dan data lainnya yang terkait
-
Observasi pengumpulan lapangan
dan data
Metode Pengambilan Sampel Kualitas Perairan Kualitas perairan terdiri dari parameter fisika dan kimia, Alat yang digunakan disajikan pada Tabel 1berikut : N Parame o ter 1. Suhu
2. Kecerah an 3. Oksigen Terlarut (DO) 4. Derajat Keasam an (PH) 5. Salinitas 6. Arus 7. Kondukt ivitas 8. Kedala man 9. Posisi Geografi s
Alat Ketera ngan Insitu
Mulititest Model YK2005WA Secchi disc Insitu Mulititest Insitu Model YK2005WA PH Meter Insitu CP-401 Saltmeter Current Drouge Conductivit y Meter CC-401 Garmin Fish finder GPS Garmin
Insitu Insitu Insitu
Insitu
1.1. Kondisi eksisting kawasan konservasi 1.2. Analisis Faktor resiko/kerentanan lingkungan konservasi (environmental risk surface/ERS) 2. Analisis sebaran aktivitas manusia 3. Penentuan nilai intensitas dan cakupan pengaruh aktivitas 4. Rujukan literarur dan pihak terkait 1.3.Analisis keterwakilan habitat atau keanekaragaman melalui pendekatan Indeks keanekaragaman relative (relative biodiversity index/RBI) 5. Penentuan target konservasi 6. Rujukan literatur terkait Analisis menggunakan perangkat lunak dan aplikasi Marxan, Arcgis v.9.3, PAT (Protected Area Tools) v.3.0 TNC, spreadsheet excel dan R.
Insitu
Metode analisis data Metode analisis kondisi eksisting, indeks keterwakilan dan kerentanan KKPD Kawasan Dua (Schill, S and G. Raber, 2009) meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Screening, Analisis dan Review Data :
Analisis Data Ikan Karang Indeks Keanekaragaman (H’) Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis.Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan ShanonWiener (Krebs, 1999; Krebs, 2001; Molles, 2002). Indeks Keseragaman (E) Indeks keseragaman menunjukkan merata atau tidaknya
pola sebaran jenis suatu spesies. Formula yang digunakan untuk menghitung indeks tersebut adalah (Krebs, 1989; Barbour et al. 1987): Indeks Dominansi (C) Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai spesies yang mendominasi pada suatu populasi. Odum (1993) untuk mengetahui adanya pendominasian jenis tertentu dapat digunakan indeks dominansi Ikan Karang Seperti halnya terumbu karang, metode RRI juga diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui secara umum jenis-jenis ikan yang dijumpai pada setiap titik pengamatan. Sedangkan pada setiap titik transek permanen, metode yang digunakan yaitu metode “Underwater Fish Visual Census” (UVC), dimana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 1 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (2.5 m x 70 m) = 350 m2 (Gambar 2).
Teknik pengamatan ikan dengan metode UVC Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan
Lieske dan Myers (1994). Sama seperti halnya pada karang, nilai indek keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index = H’) (Shannon, 1948; Zar, 1996) dan indeks keseragaman untuk jenis ikan karang di masing-masing stasiun pengamatan. Kondisi Fisika-Kimia Perairan Parameter kualitas perairan umumnya pada setiap stasiun tidak ada perbedaan yang signifikan,begitu juga dengan penulangan yang dilakukan pada waktu pagi dan sore hari. Sumber : Data Primer pengukuran kualitas perairan tahun 2014 40 20
36
30.33
7.81 7.43
35
30.32
36
30.33
7.81 7.42
7.82
0 1
2 Stasiun
Data Primer tahun 2014 Ikan Napoleon dan Penyu Pada hasil survey yang telah di lakukan penyu belum di katakan hewan yang terancam punah dikarenakan disana di lakukannya tempat penangkaran penyu,beda halnya dengan Napoleon tidak di jumpai di Kawasan KKPD hanya masyarakat disana melakukan pembudidayaan dan pembesaran yang bibitnya di ambil dari pulau tiga. Sebaran Aktivitas Manusia Ada beberapa aktivitas manusia yang dilakukan di Kawasan 2
3
7.41
Kawasan Konservasi Perairan daerah di Kecamatan Bunguran Utara terdapat banyak aktivitas manusia, dimana adanya kegiatan masyarakat terbagi 2 yaitu adanya kegiatan budidaya perikanan seperti ikan Napoleon, Kerapu serta ikan karang lainnya dengan adanya budidaya tentunya mempunyai sifat positif dan negatifnya dimana secara positif yaitu terciptanya sumber pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan dari pelaku usaha budidaya serta penduduk secara berkelanjutan,dilihat dari negatifnya budidaya akan menghasilkan sejumlah limbah organic terutama yang mengandung nitrogen dan fosfor yang besar akibat pemberian pakan yang tidak efektif dan efisien sehingga terjadi sisa pakan yang menumpuk di dasar perairan,pada saat jumlahnya melampaui batas tertentu limbah tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas perairan . Analisis Faktor Resiko Kawasan 2 data sebaran aktivitas manusia tersebut, didapatkan perhitungan analisis faktor resiko di kawasan 2 dengan menggunakan Arc GIS yaitu KKPD di kawasan 2 jika aktivitas manusia yang tinggi akan sangat mempengaruhi analisis faktor resiko, pada kawasan 2 memiliki tingkat resiko rendah dikarenakan sedikitnya pengaruh aktivitas manusia yang berhubungan langsung
dengan wilayah KKPD yang dapat memberikan dampak langsung. Analisis Keterwakilan Kawasan
Tingkat
pengolahan data oleh Arc Gis diperoleh hasil bahwa di kawasan 2 ketiga ekosistem sudah semua mewakili untuk sesuai dijadikan KKPD hal ini dapat terlihat dipeta bahwa ekosistem terumbu karang memiliki tingkat keberadaan tertinggi yang juga didukung oleh mangrove dan lamun yang keberadaannya mencukupi. Dari hasil keterkaitan yang ada pada di antara ketiga ekosistem penting didapatkan hasil yang menunjukan bahwa kawasan 2 layak untuk dijadikan Daerah Konservasi Perairan Daerah sebagai suaka perikanan adalah terletak di daerah Pulau Meraguk. Potensi perikanan Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), Dominansi (C) jenis ikan yang di temukakan pada kawasan 2 KKPD pada dua titik dapat di lihat pada tabel jenis ikan yang lebih banyak yaitu Scarus quoyi yang berjumlah 125 ekor dan yang lebih banyak di temukan ikan – ikan herbivore pada pulau Meraguk. Dari tabel juga telah diketahui dimana jenis ikan yang ada pada kawasan 2 dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman (H’) untuk mengetahui keanekaragaman yaitu mempunyai tingkat keanekaragaman sedang, dengan menggunakan rumus indeks keseragaman (E) dapaat di tentukan bahwa mempunyai tingkat keseragaman yang seimbang dan dengan rumus indeks dominansi (C) maka tidak ditemukannya spesies yang mendominansi.
Penyu Di kawasan 2 terdapat penangkaran penyu tepatnya di Pulau Meraguk. Masyarakat sering mengambil dan menjual telur Penyu ketika musim penyu bertelur secara sembunyi – sembunyi oleh masyarakat harga yang dijual perbutir biasanya Rp.2.000 – Rp. 3.000. Ikan Napoleon Tidak ditemukan ikan Napoleon di kawasan 2 KKPD sebagai suaka perikanan. Namun, di beberapa tempat masyarakat sudah membudidayakan dan pembesaran ikan Napoleon yang sumber bibitnya berasal dari alam di ambil di Pulau Tiga, kemudian di besarkan di dalam keramba. Pengelolaan Kawasan II KKPD di Kabupaten Natuna 1. Pemantapan status kawasan II di Desa Kelarik Kecamatan Bunguran Utara Pulau menjadi KKPD melalui SK Bupati Natuna Nomor: 299 Tahun 2007 dan selajutnya ditindak lanjuti melalui peraturan daerah. Penataan kawasan 2. Organisasi pengelola kawasan Struktur organisasi pelaksanaan pengelolaan KKPD Kabupaten Natuna dilakukan oleh suatu organisasi yang memadai agar tercipta pengaturan dan pengelolaan yang efektif, dikembangkan dan ruang lingkup kerja instansi yang terkait baik secara struktural
maupun administratif. Dibentuknya COREMAP II . KESIMPULAN SARAN
DAN
Kesimpulan -
Pulau Meraguk berpotensi sebagai di Kawasan 2 KKPD yang dijadikannya sebagai tema suaka perikanan dengan di dukungnya kegiatan budidaya dan pembesaran ikan Napoleon, yang di anggap langka. - Adanya ikan Kerapu serta ikan karang yang bermacam – macam jenisnya dapat meningkatkan potensi kawasan II sebagai KKPD sebgai tema Suaka Perikanan. - Dengan di dukung pula terdapat tempat pendaratan penyu di Pulau Meraguk, dan Paus terdampar mempunyai nilai keunikan sendiri di Kawasan II KKPD Kabupaten Natuna. Saran Dari dari keseluruhan yang telah saya paparkan dapat di berikan beberapa saran yaitu: - Perlu diadakannya penelitian lagi untuk tahun – tahun selanjutnya untuk mengetahui perubahan adanya kemajuan dan penurunan. Pemberdayaan masyarakat melalui kearifan lokal yang diformalkan di tingkatkan Pembentukan kelembagaan pengelola KKPD Kawasan II sebagai Suaka Perikanan; Peningkatan kesadaran masyarakat melalui peningkatan kualitas SDM;
3. Masukan dan saran sangat di harapkan sekali kepada rekan – rekan untuk menambah kekurangan yang ada di skripsi saya. DAFTAR PUSTAKA
Ambo Tuwo,Surabaya 2011.Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut .Brilian Internasional. Asyari,2007. fungsi dan peraturan di suaka perikanan konservasi perairan. Widyaiwara Madya .bppp.tegal BAPPEDA Kabupaten Natuna, 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Natuna Tahun 2011 -2031. Pemerintah Kabupaten Natuna. Ranai BPS Kabupaten Natuna, 2014. Natuna Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna. Ranai Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004, Surat Keputusan Ditjen KP3K No.SK.64C/P3K/IX/200 4 (Lampiran III), Pedoman Pengelolaan Terumbu Karang, Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, Ditjen., KP3K, Jakarta Dermawan, A. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan
Konservasi Penyu. Jakarta: Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan RI Efendi. 1997.Fresh Water Fishes of Western Indonesia, Sulawesi. Periplus Editions Limited. Jakarta Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Edrus, Isa N., et.al. 2012. Pedoman Survei Populasi Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus Ruppell 1835). Jakarta: Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony fishes part 3 (Menidae to Pomacentridae). Rome, FAO. 2001. pp. 27913380.; Gatot Sudiono. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan
Laut Daerah (KKLD)Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat.Tesis.Universita Diponegoro Hadi, Sudharto P., 2005, Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Sosial :Kuantitatif, Kualitatif, dan Kajian Tindak, Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP.Semarang. Jauhari S, Shut dkk. 2001. Laporan Identifikasi Populasi Fauna Suku Penyu (Cheloniidae) dan Penyu Belimbing (Dermochelys coricea). Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publishers, New York, Singapore, Sidney. Kuiter, R.H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia Krebs, C.J. 1999: Ecological methodology. – Addison Wesley Longman, MenloPark,California, USA. Krebs, C.J. 2001. Ecology: the Expe-rimental Analysis of Distribution and Abudance. 5th Ed.Benyam in Cu-
mining’s, an Inprint of Addision Wesley Longman Inc. LIPI-PIU, 2006. Manual Monitoring Kesehatan Karang (Reef Health Monitoring).Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. LIPI, 2004, Studi Base Line Ekologi Kabupaten Natuna, CRITC-Jakarta Molles, M.C. 2002. Ecology: Concepts and Application. 2th Ed. The Mc-Graw-Hill Companies, USA. Nybakken, J.W. 1998. Biologi laut: Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia, Jakarta. 458p. Odum, H.T. 1993. What is an ecosystem? pp. 34-38 in The System in the Sea, D.D. Platt, ed.Proceedings of the Island Institute Conference at Harvard University, June, 1992. Odum., H.T. 1994. Ecological and General Systems: An Introduction to Systems Ecology.(Revised edition of: Systems Ecology, 1983, John Wiley, 644 pp.) University Press of Colo., PO Box 849,Niwot, CO., 80544. 644 pp. Odum , E. P. 1993 . Dasar dasar Ekologi.
Terjemahan Tjahjono Samingan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007, Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan Sadili Didi,2014 Pemanfaatan Ikan Napoleon di BKIPM – KKP Supriharyono, 2007, Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Susanto, 2011. Profil Jejaring Kawasan Konservasi Perairan Daerah,KKJI, KP3K, KKP-RI Wiadnya, D.G.R 2011. BioEkologi Ikan Napoleon Cheilinus undulatus (Rüppell, 1835) dan Terumbu Karang [online] http://eafm- indonesia.net.