ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh TRIANI SUGIANINGSIH NIM: 105051001915
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
TRIANI SUGIANINGSIH NIM: 105051001915
Di bawah bimbingan:
Umi Musyarofah, MA NIP: 150281980
JURUSAN KOMUNIKASI DANPENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
ABSTRAK Triani Sugianingsih Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi Novel sebagai media cetak masih memiliki pengaruh penting dalam menyampaikan dakwah, terbukti dengan masih cukup banyaknya penggemar novel di Indonesia . Novel menjadi media yang efektif dalam berdakwah karena pembaca dapat memahami lewat perspektif masing-masing, pesan yang ingin disampaikan pengarang. Novel diharapkan dapat membantu para aktivis dakwah dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan pesan aqidah, akhlak dan syariah kepada pembaca. Khususnya dai yang kurang mampu atau kurang percaya diri berbicara dalam sebuah majelis, sehingga dai tetap bisa menuangkan pemikiran mereka dan berdakwah menggunakan media cetak atau tulisan. Dalam novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi yang merupakan kumpulan dari pengalaman pribadi pengarang sebagai pengajar di sebuah pesantren. Novel ini cukup berbeda dibanding novel best seller lain yang banyak mengusung tema seputar percintaan. Novel ini berkisah tentang kehidupan di pesantren dengan segala konflik dan permasalahannya yang disisipkan berbagai pesan dakwah yang lekat dengan kehidupan pesantren. Karena novel ini bernuansa Islam, maka diduga didalamnya terdapat pesan dakwah. Mengacu pada hal diatas, dapat disimpulkan perumusan masalahnya adalah apakah isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel Pesantren Ilalang? Apa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel tersebut? Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yakni melalui pendekatan kuantitatif, dengan membuat kategorisasi pesan meliputi pesan aqidah, syariah, akhlak, yang terdapat dalam paragraf dan dialog dalam novel Pesantren Ilalang. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, pesan dakwah yang terdapat dalam novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi ialah seputar aqidah, akhlak dan syariah. Dan pesan yang paling dominan disampaikan adalah pesan syariah, karena novel ini berlatar tempat pesantren sehingga pengarang lebih banyak memasukkan pesan ibadah/ syariah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, sembah sujud dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat selesai. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan jasa dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi sekaligus Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Jalal, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Study Rizal, LK, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi
dan
Penyiaran Islam,dan Umi Musyarofah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus sebagai Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta telah memberikan saran, kritik dan motivasi dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Muammar S, Si (Amar De Gapi), sebagai pengarang novel dan telah menjadi narasumber yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai dan berbagi cerita serta dorongan motivasi dan semangatnya.
4. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Sumarlan serta Almh. Ibu Juminem, atas segenap doa, cinta, kasih sayang, serta motivasi baik moril maupun materiil yang diberikan kepada saya. Tanpa mereka saya bukanlah siapasiapa. 5. Kedua kakak saya Hermanto,dan Dwi Susilowati,serta kakak ipar saya Dadang Supriyanto atas segala perhatian dan doa. 6. Seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan, memberikan perhatian dan dukungannya. 7. Kak Ros, kak Eva serta Robi’ah sebagai juri/koder, yang telah meluangkan waktu untuk membaca, mengerti dan meresapi novel Pesantren Ilalang sehingga dapat menilai dan bertindak sebagai juri. 8. Teman-teman saya angkatan 2005, seluruh anak kelas KPI B, Dina, Eha, Ita, Nanda, serta seluruh teman yang selalu baik dan selalu memberi motivasi, dukungan, dan tempatku bertanya. Segala bantuan yang temanteman berikan hanya Allah Swt yang akan membalas. 9. Serta seluruh kerabat, tetangga saya, teman rumah saya dan pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan seluruh bantuannya. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT, Amin.
Penulis
Triani Sugianingsih
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………….. i KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv DAFTAR TABEL……………………………………………………………….vi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………...5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...…………………………………5 D. Metodologi Penelitian…….……………………………………….6 E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………10 F. Sistematika Penulisan ……………………………………………11
BAB II
LANDASAN TEORI A.Pengertian Analisis Isi ………………………………………….12 B. Pengertian Pesan Dakwah……………….……………………...13 C. Pengertian Novel dan Novel Islam 1. Pengertian Novel……………..………………………………19 2. Pengertian Novel Islam………………………………………20 D.Novel Sebagai Bentuk Sastra…………………………..……….21 E. Unsur Intrinsik Novel……………………………………….….22 F. Novel Sebagai Media Dakwah…………………………….…...26
BAB III
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI A. Latar Belakang Kehidupan Amar De Gapi………………………28 B. Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang a) Unsur Intrinsik Novel Pesantren Ilalang……………………..34 b) Sinopsis Novel Pesantren Ilalang…………………………… 37 C. Karya-Kaya Amar De Gapi………………………………………41
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang……………….42 B. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang……...54 C. Pesan Dakwah Dominan dalam Novel Pesantren Ilalang………..74
BAB V
PENUTUP A. Simpulan…………………………………………………………75 B. Saran ……………………………………………………………..77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Kategorisasi Pesan Dakwah……………………………………………….8 2. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan..……………………………………..43 3. Rincian Hasil Kategori Pesan Aqidah……………………………………45 4. Rincian Kategosisasi Pesan Aqidah……………………………………...46 5. Rincian Hasil Kategori Pesan Akhlak……………………………………48 6. Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak……………………………………...48 7. Rincian Hasil Kategosi Pesan Syariah…………………………………...50 8. Rincian Kategosisasi Pesan Syariah……………………….......................51 9. Pesan Dakwah Dominan dalam Novel Pesantren Ilalang………………..74
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin pesatnya perkembangan media komunikasi dan informasi. Media komunikasi melalui tulisan seperti buku , novel, surat kabar, atau majalah masih memiliki pembaca setia. Ditengah maraknya media komunikasi dan informasi elektronik seperti televisi, internet, bahkan e-book (electronic book), ternyata buku atau novel yang diterbitkan masih tetap eksis di pasaran. Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik ynag menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan yang menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah,brosur dan materi cetak lain1. Sebenarnya sejak zaman Rasulullah SAW karya sastra dalam bentuk tulisan telah diterapkan walaupun masih sangat sederhana, terbukti saat Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menulis wahyu yang turun dari Allah SWT berupa ayat-ayat Al-Quran dengan pelepah kurma agar tidak tercecer atau hilang. Pada abad selanjutnya banyak pujangga Islam yang menuangkan karya mereka tentang pemikiran mereka mengenai Islam melalui tulisan yang berbentuk kitab. Setelah revolusi industri, kemudian menghasilkan alat-alat percetakan yang memudahkan karya tulis dibuat ke dalam bentuk buku yang bisa dicetak dalam jumlah banyak.
1
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Grasindo, 2000) hlm.1
Walaupun saat ini sudah banyak masyarakat yang ingin membaca buku atau novel hanya dengan mengakses internet. Bagi masyarakat sibuk di perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi mungkin ini adalah salah satu alternatif baik untuk tetap bisa memperoleh pengetahuan melalui buku, dan tidak perlu repot-repot ke toko buku. Banyak orang berpendapat buku adalah jendela dunia, melalui buku kita bisa memperoleh pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Buku juga menjadi media hiburan, jika kita membaca buku atau novel ber’genre’ humor, seperti komik. Buku juga merupakan media edukasi yang tepat dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Pembaca novel di Indonesia sudah cukup banyak, mereka tidak hanya dari kalangan dewasa, tapi saat ini anak-anak remaja beranjak dewasa juga menikmati novel. Novel yang paling diminati pembaca khususnya bertemakan cinta, yang dibumbui unsur komedi. Sesuatu yang bertemakan cinta pasti mendapat perhatian lebih,dan pasti digemari banyak orang. Cinta merupakan kata ampuh dalam menyampiakan pesan komunikasi. Terbukti dengan banyaknya novel yang bertemakan cinta menjadi best seller, film tentang percintaan menjadi box office, dan banyaknya program acara televisi yang mengatas namakan cinta memperoleh rating tinggi. Sastra Islam(fiksi Islami) merupakan karya seni dan merupakan unsur penting peradaban Islam. Apa yang dimaksud dengan sastra Islam paling tidak mengacu pada pengertian dan hakikat Islam sendiri yang tentu saja terbuka
diperdebatkan. Secara general Islam berarti “berserah diri” dihadapan yang Maha Mutlak. Dalam hal ini, tauhidlah landasannya.2 Begitu pula dengan novel Islam yang banyak mengusung tema cinta, namun tetap memasukkan unsur-unsur dakwah dalam cerita. Karena esensi karya sastra Islam, seperti novel Islam selalu mengandung unsur dakwah. Dakwah dapat diartikan dengan seruan, undangan atau ajakan yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak, dimana pihak pertama da’i berusaha menyampaikan pesan, informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua mad’u namun dalam proses berdakwah hendaknya pesan-pesan agama disampaikan dengan cara yang baik.3 Saat ini media dakwah sudah mulai berkembang, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, dakwah tidak hanya dapat dilakukan dari masjid ke masjid, terbatas ruang dan waktu. Aktivis dakwah sudah banyak menggunakan media komunikasi seperti buku, televisi, radio, sampai internet yang bisa diakses oleh siapapun diseluruh penjuru dunia. Begitu pula dengan Novel Islam yang saya baca yang berjudul “Pesantren Ilalang” novel ini tidak seperti kebanyakan novel yang dipajang dirak-rak toko buku yang kebanyakan bertemakan cinta. Novel “Pesantren Ilalang” mengisahkan tentang pengabdian seorang guru yang harus mengajar disebuah pesantren yang letaknya cukup jauh dari kota, bisa disebut pedalaman. Novel ini pengarang tulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai pengajar di Pesantren Subulussalam Aceh, Singkil. 2 3
Helmi Setiawan, Sastra-Sastra Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2004) hlm.24 Toha Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992) hlm.1
Mungkin novel ini tidak jauh berbeda kisahnya dengan novel best seller seperti novel Laskar Pelangi yang bertemakan tentang pengabdian seorang guru yang mencurahkan segenap hati dan jiwa demi kepentingan pendidikan, yang membedakan hanya setting tempat dan waktu. Karena pengarang sebagai pelaku kejadian dan tokoh utama, maka deskripsi yang dituturkan pengarang sangat detail mengenai situasi tempat dan setting waktu. Novel ini bercerita tentang tokoh utama yang bernama ustadz Kemal yang tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan saat dirinya telah lulus dari Universitas. Awalnya tawaran sebagai pengajar di pesantren yang letaknya jauh dari kota tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sampai akhirnya dia sangat menikmati sebagai pengajar dan sangat mencintai anak-anak didiknya. Walaupun dia hanya mendapat gaji dengan honor kecil. Kehidupan pesantren tradisional yang sangat sederhana tidak membuat ustadz Kemal menyerah dan merasa bosan untuk mengajar. Berbagai konflik yang terjadi selama ustadz Kemal mengajar menjadi perekat antara usatadz Kemal dengan seluruh penghuni pesantren. Hingga akhirnya ustadz Kemal diberi kepercayaan menjadi Kepala Sekolah. Ustadz Kemal juga harus melibatkan diri secara pribadi dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh para santri. Penulis cukup mahir dalam menceritakan tiap konflik yang terjadi dengan sangat menarik dan cukup membuat pembaca penasaran. Karakter tokoh utama yang sangat kalem dan sabar serta penggambaran aktivitas sehari-hari para santri di pesantren tradisional, merupakan daya tarik khusus bagi pembaca yang tidak pernah merasakan kehidupan pesantren.
. Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap novel yang sarat dengan pesanpesan dakwah. Maka peneliti tertarik untuk meneliti sebuah novel, dengan mengangkat judul penelitian “Analisis Pesan Dakwah Dalam Novel Pesantren Ilalang Karya Amar De Gapi”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Dari beberapa karya yang telah dihasilkan oleh Amar De Gapi, dalam hal ini penulis membatasi dengan mengambil salah satu karya yaitu novel ” Pesantren Ilalang”. Penelitian ini dibatasi pada tiap paragraf dan dialog yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”. Karena buku ini bernuansa Islam, maka diduga di dalamnya banyak terdapat pesan dakwah yang mengandung unsur-unsur pesan dakwah yaitu aqidah, akhlak, syariah. Mengacu pada hal di atas, kemudian peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel “Pesantren Ilalang”? 2. Apa pesan dakwah yang cenderung mendominasi isi novel tersebut? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui pesan dakwah yang disampaikan melalui novel ”Pesantren Ilalang”. b. Mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat dalam novel ”Pesantren Ilalang”. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan praktis yaitu menambah pengetahuan dan wawasan para
juru dakwah mengenai pentingnya pemanfaatan berbagai media dakwah melalui media cetak yaitu sebuah novel. b. Kegunaan
akademis
yaitu
memberikan
kontribusi
tentang
pengembangan media dakwah dengan memasukkan pesan dakwah ke dalam karya tulis berupa novel D. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis isi yang biasanya dipakai untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan dakwah. R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi pesan dalam suatu yang sistematis menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan-pesan tatanan yang disampaikan oleh komunikator.4 Metode analisis isi juga diartikan sebagai objek data dianalisis secara manifest, artinya dianalisis menurut apa yang dikatakannya (tersurat) bukan menurut arti yang terkandung diatas baris demi baris (tersirat)5. Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang reflicable (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya6. Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel “Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi yang diterbitkan oleh Diva Press pada tahun 2009, dan unit pengamatannya adalah tiap paragraph dan dialog yang mengandung
4
R. Hostly. Et al, Konteks Analisis dalam Handbook Psycology, edited by: Gardner
Lindsey 5
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Garafindo, 2006), h.7 6 Klaus Krippendrof, Analisis isi: Pengantar Teori dan Metodologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) h.56
pesan dakwah dalam novel tersebut.
1. Alat pengumpulan data: a. Koding (coding sheet) , yaitu tabel yang berisi kategori-kategori pesan dakwah yang menjadi objek penelitian. Coding sheet dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan. b. Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Teknik yang digunakan adalah interview terpimpin, yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengarang novel “Pesantren Ilalang”, yang dijawab langsung dengan bebas dan terbuka. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Amar De Gapi (pengarang) pada tanggal 13 Mei 2009 di School Of Universe Parung, Bogor. Penulis juga
berkomunikasi
lewat
media
handphone
di
nomor
08158397731 dan media facebook atau email dengan alamat
[email protected] c. Studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data-data berupa bukubuku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi, dan novel. Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi dan wawancara. Kemudian mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan membuat
ringkas, kemudian hasilnya diuraikan dengan dijelaskan dalam deskripsi hasil
penelitian. Karena teknik analisis data yang dipakai oleh penulis adalah analisis deskriptif. Maka data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dan wawancara dijabarkan dengan memberikan analisis kemudian diambil kesimpulan akhir .
2. Teknik Pengumpulan Data a. Kategorisasi Penyusunan kategorisasi pesan yang diteliti meliputi tiga kategori besar yaitu aqidah, akhlak, syariah Data tersebut dibuat dalam bentuk cooding sheets. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri/koder. Koder terdiri dari juri 1 adalah Rosdiana yang merupakan alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, juri 2 adalah Robiatul Adawiyah alumni Universitas Indonesia jurusan Geografi, saat ini mengajar privat dan TPA, juri 3 adalah Amla Eva Nadya alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Perbankan Syariah. Tabel I Kategorisasi Pesan NO
KATEGORI
1
Aqidah
SUB KATEGORI 1. Iman Kepada Allah 2. Iman Kepada Rasul
2.
Akhlak
1. Akhlak kepada sesama manusia
2. Akhlak kepada Allah 3.
Syariah
1. Ibadah 2. Muamalah
Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori menggunakan rumus sebagai berikut: P=F
X 100%
N Keterangan:
P = Prosentase F = Frekuensi N= Jumlah Populasi
b.
Analisa Data Data akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisa dengan
menggunakan kuantitatif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan menjelaskan dan menggambarkan tokoh dan menganalisis isi novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang cermat mengenai isi novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder. Hasil kesepakatan tim juri tersebut, dijadikan koefisien reliabilitas dengan rumus dari Hostly7, yaitu: Koefisien reliabilitas =
2m N1+N2
7
Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet ke-1
Keterangan : 2M
: Nomor keputusan yang sama antar juri
NI+N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M
: Kesepakatan antar juri
N
: Jumlah yang diteliti
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antara juri (komposit reliabilitas) dengan menggunakan rumus: Komposit reliabilitas = N (X antar juri)
1+(N-1)(X antar juri)
Keterangan : N
: Jumlah juri
X
: Rata-rata
c. Waktu dan Tempat Penelitian Peneliti melakukan wawancara dengan penulis novel yaitu Amar De Gapi pada tanggal 13 Mei 2009, yang bertempat di School of Universe Parung, Bogor. Kemudian di waktu yang berbeda pada tanggal 8 Juni 2009 penulis bertemu langsung dengan 3 juri, dan semua data terkumpul pada 22 Juni 2009. d. Teknis Penulisan Untuk keperluan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta, Ceqda, 2007). E.
Tinjauan Pustaka Terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, terbukti
dengan banyaknya skripsi yang ditemukan penulis di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta di Perpustakaan Utama UIN Jakarta, penulis menjadikan skripsi berikut sebagai referensi yaitu: Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel ”Di Atas Sajadah Cinta” Karya Habiburahman El-Shirazy , ditulis
oleh Zakiyah Fiddini, 2008 unit pengamatan skripsi ini adalah per bab dan dialog, dengan membagi 3 kategori pesan yaitu aqidah, akhlak syariah. Dalam skripsi ini pesan dakwah yang paling dominan adalah aqidah dengan prosentase 52,63%, kemudian akhlak dengan prosentase 26,31%, sedangkan syariah dengan prosentase 5,26 %. Kemudian skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan Dakwah dalam novel ”Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007. Secara garis besar ia membahas pesan moral, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pesan dakwah yang paling dominan yaitu aqidah dengan prosentase 38,1%, akhlak 28,6%, dan syariah 11,2%. Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi, belum terdapat skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Oleh karena itu penulis mengajukan judul tersebut. F.
Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis, maka penulisan skripsi ini
disusun: BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, perumusan
pembatasan dan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teoritis, berisikan konseptualisasi dakwah, pengertian pesan dakwah, unsur-unsur dakwah, pengertian novel dan novel Islam, novel sebagai bentuk sastra, unsur intrimsik, novel sebagai media dakwah.
BAB III : Sekilas tentang biografi Amar De Gapi, membahas tentang latar belakang kehidupan Amar De Gapi, unsur intrinsik dalam novel Pesantren Ilalang, karya-karya Amar De Gapi. BAB IV : Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi, membahas isi pesan dakwah, analisis isi pesan dakwah dan pesan dakwah paling dominan. BAB V : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi Dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat menjelaskan, definisi analisis isi (content analysis) merupakan tekhnik penelitian untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dll.8 Menurut Klauss Krippendorf metode analisis isi ialah sebuah teknk penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan objektif karakteristik-karakteristik dalam sebuah teks.9 Menurut Agus Putranto menjelaskan penelitian dengan menggunakan metode analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian data yang secara terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci tentang objek penelitian yaitu berupa pesan komunikasi.10 Menurut Wazer dan Wiener analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.11 Berger menyatakan bahwa, analisis isi adalah teknik penelitian yang melibatkan
pengukuran
suatu
pesan.
Seperti
menghitung
kekerasan
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 19 Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 19, diterjemahkan oleh Farid Wjidi M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), hal.146 11 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal.68-69
menentuakan presentase orang kulit hitam, atau apapun secara acak dari beberapa bentuk komunikasi seperti: komik, komedi situasi, opera sabun, berita dsb.12 B. Pengertian Pesan Dakwah Pesan (message) dakwah adalah pesan yang dikomunikasikan, dalam dakwah adalah ajaran Islam yang dikemas dengan baik oleh da’i13. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pesan dakwah adalah perintah, nasihat, permintaan amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain14. Pengertian dakwah menurut etimologis adalah ‘panggilan, seruan, ajakan’. Pengertian dakwah menurut istilah dalam arti terbatas yaitu,penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan,maupun secara lukisan (panggilan, seruan ajakan kepada manusia kepada Islam)15 Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial (makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan Sunah Rasul16. Islam adalah agama dakwah, karena disebarkan dan diperkenalkan melalui aktivitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam
12
Ibidh, hal. 69 13 Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, ( Jakarta: Gema Insani, 2001 ), h.28 14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997 ), h.761 15 Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta: Gema Insani, 2004 ), h.152 16 M. Natsir. Fiqhud Dakwah ( Solo: CV. Ramdani, 1965 ), h. 109
berdakwah. Alquran merupakan sumber utama dalam melakukan dakwah, yang mengandung pesan untuk melaksanakan nilai-nilai kebenaran.17 Dakwah Islam tidak sekedar diartikan sebagai ajaran Islam, tetapi lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima informasi keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai pengundang harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati.18 Dalam buku Membumikan Al-Quran, Quraisy Syihab berpendapat bahwa pesan dakwah adalah Al Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi akidah, ibadah, dan akhlak. Dasar dari pembagian tersebut merujuk pada tujuan pokok diturunkannya Al-Quran yaitu sebagai petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jalan menerangkan norma-norma agama dan susila.19 1. Unsur-Unsur Dakwah Dakwah dikatakan berhasil apabila semua unsur dalam dakwah dipenuhi dan bisa dioperasionalkan dengan baik. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah : •
Da’i Seorang da’i hendaknya memiliki kepribadian yang baik bagi
seorang da’i. kepribadian itu bisa bersifat ruhaniah, (psikologis), yang meliputi sikap, sifat,dan kemampuan diri seorang da’i. sifat dari pribadi dai diantaranya, iman kepada Allah, ikhlas yang tidak mementingkan 17
Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004 ), h.33 18 Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya ( Jakarta: Gema Insani, 1999 ), h.80 19 Quraisy Syihab, Membumikan Al-Quran, ( Bandung: Mizan,1997 ), h.40
kepribadian, ramah dan penuh pengertian, tawadhu’ rendah diri, sederhana dan jujur, tidak egois, sabar20 Seorang da’i menyampaikan dakwah secara sengaja untuk mengajak setiap manusia ke jalan kebenaran sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 104:
☺ !" #$%&
'( )*+,-./ 0- 1 3456☺ ,7 8 9;<= *+ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung” a) Objek Dakwah Mereka yang menerima dakwah (mad’u) lebih tepat disebut mitra dakwah daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah, padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syariah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dihayati dan diamalkan bersama-sama.21
b) Materi Dakwah Maddah (materi dakwah) adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
20 Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004 ), h.37 21 Drs. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Ilmu Dakwah, h.90
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, membahas yang menjadi dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, akidah, syari’ah, akhlak.22 1. Aqidah, secara etimologi diambil dari kata “aqad” yakni ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, permanent, saling mengikat, dan rapat. Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam I’tiqad bersifat yang mencakup masalah masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman. 23 pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh,
yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul24. Aqidah dalam Islam adalah bersifat ‘Itiqad bathinyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.25 a) Iman kepada Allah
22
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT Wijaya, 1971) hal.1 24 AA. Hamid al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga Swadaya, 2004), h.34 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ihklas,1983), h. 60 23
b) Iman kepada Malaikat-Nya c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya e) Iman kepada hari akhir f) Iman kepada qadha dan qadhar 2. Akhlak, kata akhlak secara etimologi berasala dari bahasa Arab, dalam bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara linguistik kata akahlak merupakan isim dari jaid. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah Swt). Ada pula yang mengatakan akhlak yaitu perkataan jama, dari bahsa Arab yang berarti khulk, sedangkan didalam kamus Al- Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Sedangkan di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan akhlak ialah sifat manusia yang terdidik26. Sedangkan menurut Al-Ghazali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi: a) Akhlak kepada Allah b) Akhlak terhadap sesama manusia 3. Syariah, secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah swt. Kepada nabi Muhammad saw. Berbentuk wahyu di dalam Al-Quran dan sunnah. Sedangkan secara terminologi
26
Asamaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992), hal.1
syariah ialah ketentuan (norma) Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (muamalah)27. Syariah yang mencakup pengertian dalam hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam Al-Quran dan hadits shahih atau ditetapkan dengan ijma’. a) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, sholat, zakat, shaum (puasa), haji bila mampu. b) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-Qununul Khas (hukum perdata); muamalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris) dan sebagainya. Kemudian Al- Qunnul’am (hukum publik), hinayah, (hukum pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan damai) dan sebagainya. c) Media Dakwah Media berasal dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat perantara. Pengertian media secara istilah
segala sesuatu yang dapat
dijadikan alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.28 Media adalah alat atau perantara dalam menyampaikan dakwah, saat ini para juru dakwah (dai) sudah menggunakan teknologi. Dengan cara berdakwah melalui berbagai media, seperti media cetak yaitu melalui buku, koran , majalah dan novel. Melalui media elektronik yaitu radio, televisi, hingga dakwah melalui internet. 27
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta:PT Pustaka Firdaus, 1994), hal.343 28 Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h.165
d) Metode Dakwah Metode dakwah adalah cara atau jalan yang hArus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq29
B.
Pengertian Novel dan Novel Islam 1) Pengertian Novel Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan dari kata “novies” yang berarti baru. Menurut Henry Tarigan dalam bukunya PrinsipPrinsip Dasar Sastra dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenisjenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa narasi, bersifat imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen, merupakan peniruan dari kehidupan manusia, dan melibatkan banyak tokoh30. Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik.31
29
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.35 30 Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung:Media Grafindo Pratama 2006), h.45 31 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992),h.99
Novel merupakan satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya sastra yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti: plot, tokoh, setting, dan lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya kompleksitas. Novel merupakan produk masyarakat kota yang terpelajar, mapan, kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa perkembangannya terjadi pada tahun 1970-an.32
2)
Pengertian Novel Islam Novel Islam merupakan novel yang berisikan kisah cerita yang memiliki nilai-nilai dakwah. Dalam alur cerita novel tersebut, menyisipkan unsur dakwah. Nilai-nilai dakwah yang dimasukkan dalam isi cerita novel Islam sengaja dimasukkan oleh pengarang novel. Biasanya nilai-nilai dakwah yang dimasukkan seperti aqidah, akhlak, syariah. Novel Islam menurut Amar De Gapi adalah novel yang berkisah sesuai dengan norma-norma agama Islam. Maksudnya setiap kisah yang terkandung di dalamnya harus memberi perubahan, wawasan yang baik pada pembaca. Khususnya pembaca digiring untuk menjadi lebih taat kepada Allah Swt, juga kisah tentang pembelajaran tentang aturan Islam33 Menurut Sunarwoto Prono Legsono dalam buku Menandai Kebangkitan Fiksi Islam, mengartikan sastra Islami dalam 3 bagian:
32 Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni, 1999), h.12 33 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu, 13 Mei 2009
1) Sastra Islami adalah karya sastra yang menampilkan persoalan (tema) dan latar belakang dunia Islam. Tidak hanya dalam konteks Indonesia, tetapi dunia Islam secara universal. 2) Sastra Islami adalah karya yang menampilkan tokoh-tokoh Islam. Para pelaku cerita adalah orang-orang Islam yang berjuang atau memperjuangkan ke-Islamannya. 3) Para penulis adalah orang-orang Islam.
C.
Novel Sebagai Bentuk Sastra Karya sastra adalah karya yang kreatif, sehingga ada hal yang baru
muncul, sastra mempunyai intensitas terhadap realitas bukan sekedar meletakkan kembali realitas tersebut.34 Dalam hal ini beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian dari sastra: 1) Menurut M. Atar Semi, bahwa sastra adalah bentuk seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.35 2) Panuti Sujiman mengemukakan, sastra adalah karya lisan dan tulisan yang memilki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, karakteristik, keindahan dalam isi dan ungkapannya.36 34 Goenawan Muhammad, Sejarah Sastra Indonesia, Perkembangan Yang Tak Pernah Mengagetkan,( Prisma no.8 tahun 1998 ), h.53 35 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, ( Padang: Angkasa Raya, 1998 ), h.8
3) Menurut Jan Van Luxembrug, pada dasarnya sastra adalah seni kreatif. Hal ini lahir karena adanya objek peristiwa dari kegiatan manusia itu sendiri. Dan sastra merupakan ciptaan sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi.37 Segala yang berhubungan dengan sastra adalah sesuatu yang bisa dipahami dan dimengerti. Dan sebuah karya sastra selalu mengandung banyak pesan di dalamnya, yang dirangkai dengan kata-kata indah.
D.
Unsur Inrinsik Novel Novel memiliki unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi. Menurut Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas penagarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.38
36
Panuti Sujiman, Kamus Istilah Sastra, ( Jakarta: UI Press, 1990 ), h.71 Jan Van Luxembrug, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta: PT Gramedia, 1989 ), h.112 38 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995), h.23 37
Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu: 1. Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain39. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antara peristiwa yang dikisahkana secara linear, akan memepermudah pemahamankita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanan plot berarti kemudahan serita umtuk dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami40. Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah41. Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara berurutan cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot balik (flash back), yakni peristiwa yang diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita
39
Ibid , h.110 Ibid , h.120 41 Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986), h.49 40
dikisahkan. Namun tidak ada novel yang secara mutlak berplot luruskronologis atau sebaliknya sorot-balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai plot, menambahkan satu kategori plot yaitu progresif-regresif atau dapat dinamakn plot-campuran42. 2. Tokoh dan Penokohan Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagio jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau ada beberapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter,menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafirkan oleh pembaca, lebih menunujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita43. Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu: a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga
42 Burhan Nurgiantoro, , Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995), h.153-156 43 Ibid, h. 164-165
tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot44. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh-tokoh didalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita45. b. Tokoh Protagonis Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, megartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita46.
c. Tokoh Antagonis Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita47 d. Tokoh Tritagonis Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan antagonis. e. Tokoh pembantu atau tambahan
44
Ibid , h. 176 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003), h.16 46 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995), h. 178 47 Ibid , h.180 45
Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagi pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau penengah jika terjadi konflik. 3.
Setting atau latar Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu temapat yang diceritakan dalam karya fiksi48.s 4.
Point Of View Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana yang
dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai49. Sudut pandang dalam novel tersebut memiliki keindahan dan tatanan bahasa, yang tetap sesuai dengan gaya bahasa sastra dan menggugah pembacanya
48
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gajah mada University Press, 1995), h.81 49 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003) h.16
untuk terus membaca dan tidak merasa bosan terlarut dalam cerita yang diceritakan. Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalm bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih50. E.
Novel Sebagai Media Dakwah Tulisan merupakan salah satu dari sekian banyak cara dalam berdakwah,
saat ini telah banyak penulis yang mengaplikasikan hal tersebut ke dalam sebuah buku. Novel merupakan salah satunya, banyak pembaca yang menikmati novel Islam. Novel Islam dibuat karena hal itu merupakan salah satu cara mengemas materi dakwah agar selalu terlihat menarik, tidak monoton, dapat menghibur, dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, pembaca juga membaca ulang materi dakwah yang disampaikan jika lupa. Dakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah Saw. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat pada sejumlah pengurus Arab saat itu Atau yang paling mungkin lagi karena pesan pertama Al-Quran adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat kaitannya dengan perintah menulis51. Sebuah novel bernilai dakwah bila segala unsur yang terdapat dalam novel tersebut memiliki pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai keislaman. Hal itu juga bisa
50 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 204 51 Aep Kusnawan, Berdakwah Lewar Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h.5
dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam berdakwah, dan pengetahuan pengarang mengenai Islam. Dalam
novel terdapat banyak pesan-pesan dakwah
yang dapat
disampaikan dari setiap uraian kalimat yang diuntai oleh pengarang. Pengarang juga dapat menyisipkan pengetahuan Islam mereka kedalam alur cerita sebuah novel. Pembaca juga dapat mengikuti alur cerita yang dibuat pengarang, pembaca mulai menenggelamkan atau menyatu dengan alur cerita. Biasanya tanpa sadar pembaca, juga ikut membayangkan dan ikut merasakan menjadi tokoh utama . Pemanfaatan novel Islam sebagai media komunikasi dakwah merupakan salah satu alternatif pengarang dalam mencapai target dakwah penggemar novel. Pengarang sebagai dai bisa memasukkan materi-materi dakwah dan referensi mengenai pengetahuan Islam ke dalam teks narasi dalam sebuah novel Dengan membaca novel Islam, secara tidak langsung pembaca telah mendapat pesan-pesan dakwah dan pengetahuan tentang Islam, pembaca juga tidak merasa digurui. Novel juga dapat memberikan waktu kepada pembaca untuk memahami pesan-pesan dakwah dalam novel tersebut. Pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan pesan-pesan dakwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI A.
Latar belakang Kehidupan Amar De Gapi
Penulis novel Pesantren Ilalang adalah Amar De Gapi yang merupakan nama pena dari Muammar S.Si. Pria kelahiran Blang Kumot, Aceh pada 12
Januari 1977, saat ini bermukim di komplek Griya Melati, Blok D, Bubulak Bogor. Bang Amar begitu pria ini akrab dipanggil, merupakan pribadi yang sedikit pemalu, saat ditemui disela-sela aktivitas mengajarnya di sekolah alam pada Rabu, 13 Mei 2009 di daerah Parung. Bang Amar banyak bercerita tentang dirinya. Alasan mengapa ia menggunakan nama pena juga dijelaskan, Amar merupakan nama panggilannya sejak kecil. Sedangkan Gapi merupakan sebutan bagi anak-anak Aceh yang memiliki kulit putih atau cerah. Bang Amar juga menceritakan kalau dia merupakan anak kedua dari pasangan M. Yacob dan Khadijah Yusuf. Kakaknya sudah lama merantau jadi perhatian orang tuanya tercurah seluruhnya untuknya. Saat bang Amar kecil, pemberontak GAM telah membuat keadaan di Aceh menjadi daerah operasi militer, karena GAM telah membuat rakyat Aceh risau. Bang Amar juga termasuk anak yang jahil, suasana di Aceh sedikit mencekam bila malam tiba. Pada waktu itu bila Maghrib tiba pintu rumah sudah mulai tetutup. Bang Amar kecil bersekolah di SDN Lhok Igeuh, Aceh Pidie. Dia bercerita saat SD dia termasuk anak yang cukup nakal. Dia suka tidak mengikuti pengajian, dan malah bersembunyi di kolong tempat tidur, biasanya ayahnya akan memarahinya. 52 Bang Amar tergolong anak yang cukup pintar karena, ia selalu bersekolah di sekolah negeri, seperti pendidikan SMP yang ditempuhnya di SMP No.1 Kota Bakti, Aceh Pidie. Kehidupannya semasa SMP sama seperti anak SMP kebanyakan. Bakat menulisnya telah terlihat sejak kecil. Tapi ia mulai
52
Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009
memberanikan diri untuk mempublikasikan tulisannya, saat ia duduk bangku SMA yang ditempuhnya di SMA N Darussalam Banda Aceh. Saat itu ia mengikuti semacam lomba menulis kreatif yang diadakan oleh kantor pos dekat rumahnya dan tidak disangka dirinya memenangkan lomba tersebut, bahkan tulisannya sempat dipajang di kantor pos tersebut53. Hobi menulisnya berlanjut hingga di bangku kuliah, bang Amar berkuliah di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh jurusan Matematika. Bang Amar merupakan mahasiswa yang cukup aktif, ia merupakan salah satu anggota BEM, sehingga biasanya tulisannya dimuat di buletin kampus. Terbukti dengan pengalaman organisasinya sebagai Ketua Humas KAMMI periode 1998-2001 daerah Aceh, Banda Aceh, NAD. Kemudian ia juga menjabat sebagai Ketua Rohani Islam (Rohis) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Unsyiah, Banda Aceh-NAD periode 1999-2001. Ia juga menjadi Ketua Bidang Jurnalistik dan Data, Social Service Centre, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Banda Aceh pada tahun 1998-2001, karena dirinya aktif menulis54. Dia juga cukup sering mengirimkan hasil tulisannya ke majalah-majalah Islam seperti Annida, Sabili, Koran Republika dan masih banyak lagi. Biasanya tulisannya berkisah tentang pengalaman pribadi yang dialaminya, maupun pengalaman pribadi orang lain yang diceritakannya kembali ke dalam tulisan dengan sangat baik. Sama halnya dengan novel Pesantren Ilalang yang merupakan novel pertamanya. Novel ini merupakan pengalaman pribadinya saat mengajar di 53 54
Ibidh Ibidh
Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil selama 2001-2004. Pengalamannya selama mengajar selalu ditulisnya dibuku catatan hariannya, sehingga tidak ada satu pun kejadian menarik yang dialaminya luput dari tulisannya55. Bang Amar beraktivitas sebagai pengajar di sekolah alam (School of Universe) Parung, Bogor. Bang Amar sangat dekat dengan dunia pendidikan, karena dia menganggap mengajar sama dengan berdakwah. Bang Amar sangat mendedikasikan dirinya dalam mengajar, ia hampir mempergunakan seluruh waktunya di sekolah dari pukul 08.00-16.00, dirinya berada di sekolah. Jadi ia jarang sekali berada di rumah, ia mengkhususkan waktunya pada hari Sabtu dan Minggu hanya untuk keluarga. Dalam urusan rumah tangga Bapak dari Muhammad Faruq Abdillah dan Muhammad Afif Abdillah ini menyerahkan masalah pendidikan yang terbaik untuk anaknya kepada sang istri Susanna. Kebetulan istrinya merupakan lulusan S2 IPB, sehingga sang istri mendedikasikan seluruh waktunya menjadi ibu rumah tangga, hanya untuk mencurahkan segala perhatian kepada anaknya. Bapak yang satu ini sangat menyayangi keluarganya, ia juga sempat menyatakan alasan mengapa ia memberanikan diri untuk mengirimkan tulisannya kepada penerbit yaitu agar hasil tulisannya kelak bisa menjadi referensi yang baik bagi anak cucunya kelak dan anaknya bisa belajar dari pengalaman pribadi bapaknya.
55
Ibidh
Alasan yang cukup sederhana tetapi merupakan salah satu hal yang cukup penting56. Sebenarnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengirimkan hasil tulisannya selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil, dijadikan sebuah novel. Hal ini bisa terwujud karena dorongan sang istri, saat mengetahui dirinya telah menyelesaikan tulisannya, sang istri memberikan ide untuk mengirimkannya kepada penerbit. Saat itu bang Amar berfikir kenapa tidak dicoba, kemudian dia memasukkan hasil tulisannya ke sebuah penerbit. Tetapi ternyata penerbit tersebut menolak untuk menerbitkan tulisannya menjadi novel. Alasan penerbit tersebut menolak tulisan bang Amar karena tulisannya tidak sesuai dengan konsep penerbit tersebut57. Bang Amar tidak berputus asa, ia kemudian mencari tahu tentang penerbit lewat browsing internet. Kemudian pilihannya jatuh ke penerbit diva press, karena menurutnya cover buku yang diterbitkan penerbit tersebut sangat menarik. Saat ia mengirimkan tulisannya ke penerbit diva press tidak berselang lama, ia dikabari pihak penerbit bahwa tulisannya bisa diterbitkan menjadi sebuah novel. Hal ini bisa terwujud berkat dorongan istri dan teman-temannya. Bahkan teman mengajarnya ada yang didaulat menjadi editor untuk mengoreksi apabila terdapat kesalahan pada tanda baca pada tulisannya58. Bang Amar sangat mencintai pekerjaannya sebagai pengajar disekolah tempatnya mengajar saat ini, karena sekolah alam dimana ia mengajar merupakan sekolah inklusif. Sekolah alam tersebut juga memiliki metode belajar khusus, 56
Percakapan melalui handphone, pada 2 Juni 2009 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 58 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 57
yaitu anak didiknya belajar di alam terbuka. Anak didik bang Amar di sekolah alam juga tidak hanya berasal dari anak-anak normal seperti kebanyakan, tetapi juga terdapat anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak-anak autis yang bersosialisasi di kelas yang sama. Dalam menghadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus bang Amar dituntut memiliki kesabaran lebih dibanding dengan mengajar anak-anak normal lain. Metode belajar yang diberikan juga tidak sama dengan anak-anak normal. Selain harus memiliki kesabaran lebih, dirinya juga dituntut harus memiliki daya kreatifitas tinggi dalam mengajar59. Novel Pesantren Ilalang menceritakan segala pengalaman pribadi yang dirasakan Bang Amar selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil. Novel ini sedikit berbeda dengan novelnovel best seller lain yang banyak menekankan cerita tentang percintaan. Novel ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi tenaga pengajar lain yang baru terjun menjadi pengajar di tempat terpencil dengan segala keterbatasan fasilitas. Novel ini bisa menjadi sedikit gambaran bagi pembaca yang belum pernah merasakan kehidupan pesantren. Dalam novel ini bang Amar juga ingin menyampaikan pesan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membuat anak-anak didiknya patah semangat. Bahkan mantan anak didik bang Amar di pesantren ada yang menuntut ilmu sampai ke negara Mesir. Dan tidak sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membatasi prestasi seseorang, asal kita memiliki niat, doa, dan usaha.
59
Ibidh
Pesantren Ilalang merupakan novel perdana bang Amar, ia berharap novel ini dapat menjadi awal yang baik bagi dirinya dalam melakukan aktivitas dakwah melalui media tulisan atau novel. Bang Amar berharap novel Pesantren Ilalang dapat diterima masyarakat dan penggemar novel Islam. Saat ini bang Amar juga sedang menulis mengerjakan novel berikutnya, masih berkisah mengenai pengalaman pribadinya sendiri. Novel ini bercerita tentang masa kecil bang Amar di Aceh, yang saat itu masih dilanda kecemasan karena saat itu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melakukan pemberontakan dan berkuasa. Bang Amar ingin menggambarkan bagaimana suasana sangat mencekam dan rasa tidak aman mengancam warga Aceh sewaktu-waktu saat itu60. Bang Amar sangat independent dalam menulis, karena dirinya menulis sesuai dengan apa
yang ada dalam pikirannya dan apa yang dirasakannya.
Dirinya mengaku tidak pernah terpengaruh oleh karya-karya pengarang novel lain. Itu sebabnya dia lebih memilih membuat novel berdasarkan pengalaman pribadi dirinya61. Menulis merupakan salah satu cara bang Amar dalam berdakwah, namun dirinya mengaku akivitasnya sebagai pengajar juga merupakan salah satu cara dalam berdakwah.
Ia akan sangat senang bila novel Pesantren Ilalang bisa
menjadi referensi postif bagi pembacanya. Bang Amar juga sempat bercerita novel Pesanten Ilalang akan segera diterbitkan di negara Malaysia. Dan novel berikutnya yang saat ini sedang dikerjakannya bisa segera diterbitkan62.
60
Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 Percakapan melalui handphone pada 2 Juni2009 62 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 61
B. a)
Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang Unsur Intrinsik Dalam Novel Pesantren Ilalang Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Pesantren Ilalang, diantaranya adalah: 1.Plot Dalam novel Pesantren Ilalang cerita yang digambarkan termasuk dalam kategori plot progresif atau lurus, yaitu novel ini mulai menceritakan tentang alasan tokoh utama bisa mengajar di Pasantren yaitu tahap awal, yang terdapat dalam novel berikut: Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan akan skenario Tuhan. Meski serba kebetulan dan tak diharapkan, dan meski dengan sedikit rasa keikhlasan di dada, tetap bisa memberi warna lain akan jalan hidup. Profesi yang kujalani sekarang sebagai seorang guru: jauh dari harapan, dan tak pernah singgah di impianku. Latar belakang pendidikanku yang di fakultas MIPA Matematika bertolak belakang dengan apa yang kujalani sekarang. Setelah lulus kuliah, tawaran mengajar di Pesantren as-Salam, menghadapkanku pada kenyataan lain: menjadi seorang guru di tempat yang terpencil? Segala predikat harus kutanggalkan sejenak. Melipat rapi dalam benak kepala63. Kemudian masuk ke tahap tengah atau konflik, seperti kutipan dalam novel berikut: Rahmad duduk di bangku kelas tiga Tsanawiyah, dia tergolong anak pintar. Dia sering jadi bintang dilapangan sepak bola, dia juga selalu mengumandangkan azan dan dan ayat-ayat suci al-Quran di masjid. Namun rahmad menjadi pribadi yang berbeda saat dikirimi kabar melalui surat bahwa ayahnya yang menjadi tulang pungung keluarganya ditangkap polisi karena terlibat kasus narkoba. Dirumahnya, ditemukan satu kilogram pil ekstasi yang berasal dari temannya di Medan. Rahmad menangis tersedu-sedu, ia menyesali setiap butir nasi yang masuk ke dalam perutnya, setelah tahu itu adalah hasil dari penjualan barang haram. Puncak dari kegamangan jiwanya, ia kabur dari pesantren64. Dan akhirnya sampai pada tahap akhir atau penyelesaian, yang terdapat dalam novel berikut: 63 64
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.7-9 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 141-143
Didalam laci lemari Rahmad ditemukan surat yang berisi tentang keinginannya untuk pergi berjihad ke Ambon.Ustadz Kemal yang merupakan guru yang paling dekat mendapat tugas untuk menyusul Rahmad ke Medan, mencari dimana pos relawan jihad Ambon. Ketika tiba di Medan dan bingung harus mencari kemana, akhirnya Ustadz Kemal berinisiatif menghubungi Ustadz Amir yang rumahnya berada di Binjai. Dan ternyata Rahmad juga berada disana, karena Rahmad juga kebingungan dan tidak menemukan posko jihad Ambon. Setelah bertemu dengan Rahmad, hari itu juga aku langsung membawa Rahmad ke pesantren65. 2. Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam novel yang memiliki beberapa cerita ini dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu. a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam novel tersebut adalah Ustadz Kemal, Siti, Rahmad, Kepala Sekolah, Ustadzah Ainun. b. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, sesuai dengan novel tersebut adalah Ustadz Kemal. c. ]Tokoh antagonis adalah tokoh yang menantang protagonis, sesuai dengan novel tersebut adalah Amran, Rahmad. d. Tokoh tritagonis adalah tokoh penengah, sesuai dengan novel tersebut yaitu Ustadzah Sarah, Ustadzah Mutia, Ustadz Ramzy. e. Tokoh Pembantu atau tambahan yaitu tokoh pembantu pelaku tokoh utama yaitu Fauzan, Haris, Ustadz Amir. 3. Setting atau latar Latar tempat cerita dalam novel merupakan Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil, berada di perbatasan Sidikalang dan Nangroe Aceh Darussalam. Latar waktu dalam novel dikisahkan pada tahun 2001 sampai tahun 200466.
65
66
Ibid, h. 144-147 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h 6
Latar
sosial
Subulussalam-Aceh
Pondok Singkil
Pesantren berada
di
Modern daerah
Husni
Thamrin,
perbatasan
dan
perkampungan yang cukup jauh letaknya dari kabupaten kota, masyarakat sekitar pesantren masih memiliki pemikiran tradisional dan masih dekat dengan budaya mistis, pengetahuan agama belum diaplikasikan dengan baik. Dan mata pencaharian masayarakat sekitar masih tradisional, seperti berburu (keluar-masuk hutan), menjadi sopir angkutan, buruh tani dan pekerjaan kasar lain67. 4. Point Of View Sudut pandang yang digunakan pengarang sudut pandang orang pertama karena pengarang memposisikan dirinya sendiri dalam cerita. Tata bahasa yang digunakan oleh penulis juga sudah baik dan telah memenuhi standard Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Gaya bahasa yang digunakan juga menggugah hati pembaca. Pembaca juga digiring ke dalam alur cerita yang menarik dan tidak mudah ditebak. b)
Sinopsis Novel Pesantren Ilalang Dalam benak Ustadz Kemal tidak pernah terlintas dalam pikirannya selepas lulus kuliah di sebuah Universitas di Banda Aceh, dia akan menjadi seorang guru, tapi kenyataan berbeda dengan harapan dan impian68.
67 68
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.71 Ibidh, h.19
Setelah lulus kuliah dirinya ditawari pekerjaaan sebagai guru/ustadz di pesantren as-Salaam, letak pesantren tersebut cukup jauh dari kota Banda Aceh, terletak di perbatasan Aceh dan Medan, Aceh-Singkil. Semula dia ditawari mengajar dengan gaji sebesar Rp 450.000,- tidak sesuai dengan kenyataan, karena menurut Kepala
Sekolah ustadz Kemal
hanya
mendapat gaji sebesar Rp 300.000,- terkadang gaji tersebut dibayar tidak tepat waktu, mengingat keuangan yayasan tidak cukup baik69. Keuangan yayasan hanya bergantung dari iuran para santri dan tidak sedikit santri yang menunggak iuran bulanan. Karena orang tua para santri berasal dari keluarga kurang mampu. Biasanya mereka hanya bekerja keluar masuk hutan untuk berburu atau menjadi supir angkutan. Ustadz Kemal mengaajar lebih daari lima mata pelajaran, kkhususnya mata pelajaran karena background pendidikannya yang berasal dari fakultas MIPA. Guru di as-Salam, banyak yang tidak betah dengan kondisi tersebut sehingga, banyak guru yang menyerah dan meninggalkan asSalaam.Perasaan tersebuut sering menghinggaapi perasaan Ustadz Kemal, tetapi perasaan tersebut mulai hilang ketika memikirkan para santri70. Sebagai guru ustadz Kemal juga bertindak sebagai teman curhat para santri, mereka malah sering meminjaam uang kepada Ustadz Kemal saat kiriman uang dari orang tua mereka belum tiba. Seiring dengan waktu ustadz Kemal menganggap para santrinya sebagai teman dan saudaranya.
69 70
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 35 Ibidh, h.79
Tahun pertama ustadz Kemal dihadapkan dengan masalah, ada salah satu santri putri bernama Siti, mengalami kesurupan. Selama beberapa bulan Siti selalu kerasukan, tidak banyak hal yang dapaat dilakukan oleh para guru, saat Siti kesurupan para guru dan santri hanya bisa membacakan Ayat Kursi, karena tidak ada penghuni pesantren yang bisa melakukan pengobatan ruqyah, seperti yang dicontohkan Rasulullah. Setelah diselidiki ustdz Kemal ddaan atas pengakuan para jin yang merasuki Siti. Para jin tersebut disuruh merasuki tubuh Siti oleh salah satu santri, yang bernama Amran. Tidak jelas, mengapa Amraan melakukan hal tersebut. Setelah ustadz Kemal melakukan penggeledehan di kamar santri putra, dia menemukan sekumpulan penggalan ayat alQuran, lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan ayat al Quran, bungkusan kain, serta selongsong peluru. Akhirnya barang-barang tersebut dibawa ustad Kemal untuk dimusnahkan. Sedangkan Siti setelah kembali kerumah orang tuanya, beberapa bulan kemudian akhirnya jin yang merasuki tubuh Siti tidak pernah merasuki tubuhnya lagi71. Pada tahun kedua, pesantren as-Salam kedatangan guru baru, usatadz Iman. Dia membaawa suasana baru, karena semenjak kedatangannya, terdapat program renungan Shubuh, para santri juga dapat mengisi pidato bergantian. Masalah yang dihadapi adalah seoraang santri yang bernama Rahmad tertimpa masalah saat mengetahui ayahnya adalah seorang pengedar narkoba, dia sangat terpukul menghadapi masalah tersebut dan
71
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 55
memutuskan untuk pergi berjihad ke Ambon, tetapi akhirnya dia kembali ke pesantren dijemput ustad Kemal. Permasalahan kembali muncul saat ada seorang anak yang merupakan warga desa sekitar pesantren yang tersambar petir. Setelah kejadian tersebut para santri jaadi lebih sering beribadah, mereka melakukaan shalat berjamaah tepat pada waktunya, mereka rajin melakukan tadarus, mereka belajar dengan sangat rajin, mereka sebenarnya takuta akan kematian ynag datang tidak terduga72. Pada tahun ketiga, ustad Kemal mengajar, dia diangkat menjadi Kepala Sekolah pessantren as-Salam. Setelah ustadz Iman diterima menjadi PNS, dan menikah dengan ustadzah Mutia. Tidak banyak pilihan guru yang akan dijadikan kepala sekolah. Saat menjadi kepala sekolah, masalah yang dihadapinya adalah saat mengetahui santrinya yang bernama Haris ditimpa musibah, karena Haris dituduh membeli barang tadahan. Dia membeli parabola dari temannya yang ternyata adalah barang hasil curian. Haris dipanggil ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang tidak dilakukannya73. Tahun ketiga merupakan tahun terakhir ustadz Kemal berada di AsSalam karena dia menikah dan mendapatkan seorang istri yang shalehah, yang medapat beasiswa di sebuah perguruan tinggi di luar negeri. Tetapi kenangannya selama mengajar di as-Salam tidak akan pernah dia lupakan. Pengalamanya, tersebut ditulis disebuah buku catatan hariannya, dan
72 73
Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.188 Ibidh, h. 209
kemudian dijadikan sebuah novel untuk mengabadikan pengalaman hidupnya, dan berbagi pengalaman dengan para pembaca74.
C.
Karya-karya Amar De Gapi Pada tahun 1998 membuat Solving Linier Equation System Using Gauss Seidel Method karya tulis yang dibuat sesuai dengan ilmu yang dipelajari bang Amar dibangku kuliah. Pada tahun 2000 karyanya yang berjudul Pancaran di Kursi Pengantin dimuat di Surat Pembaca majalah Annida75. Masih pada tahun 2000 bulan April karyanya yang berjudul Air Mata Megawati dipublikasikan pada Surat Pembaca, majalah SAKSI. Tepat di tahun yang sama pula karyanya yang berjudul Ramadhan Bersama KAMDA dimuat di berita Republika yang terdapat bagian kolom daerah. Kemudian novel perdananya yang diterbitkan pada Februari 2009 yaitu Pesantren Ilalang76.
74 Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.285 Percakapan melalui facebook pada 13 Juni 2009 76 Ibidh 75
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI
A.
Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang Pada pembahasan Bab IV ini penulis akan menguraikan data dalam
memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah dalam novel “Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Data yang diolah berupa kalimat atau dialog yang terdapat dalam paragrap yang mengandung pesan dakwah. Pengolahan data pada novel “Pesantren Ilalang” sesuai dengan kategori yang ditentukan, yaitu kategori pesan aqidah, yang meliputi Iman kepada Allah, Iman Kepada Rasul, Iman Kepada Kitab. Kemudian akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia. Selanjutnya kategori syariah dengan subkategori ibadah dan muamalah, yang kemudian akan ditmapilkan dalam data dan jumlah frekuensi. Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalm novel “Pesantren Ilalang”, peneliti membuat pengujian kategori yang sudah penulis tetapkan kepada tiga orang juri yang dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan mereka dan pengetahuan mereka dalam bidang dakwah dan komunikasi. Koder terdiri dari juri 1 yaitu Amla Eva Nadya, juri 2 yaitu Rosdiana,
juri 3 yaitu Robiatul Adawiyah. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien. Berikut ini adalah table rincian kesepakatan antar juri. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas kategori antar juri, penulis menguraikan rumus dari Hostly77, sebagai berikut: Koefisien reliabilitas = 2M N1+N2 2M
= Nomor keputusan yang sama antar juri
NI+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M
= Kesepakatan antar juri
N
= Jumlah yang diteliti
Tabel yang menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri berada pada halaman lampiran. Berikut ini adalah tabel hasil kesepakatan antar juri: Tabel 2 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan
77
Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
Ke 1 dan 2
73
65
8
0,89
Ke 2 dan 3
73
67
6
0,91
Ke 1 dan 3
73
71
2
0,97
Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet ke-1
Dari tabel diatas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2 sebesar 0,89 , menujukkan bahwa terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar juri. Pada kesepakatan juri 2 dan 3 nilai kesepakatannya sebesar 0,91, angka tersebut menunjukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri. Sedangkan kesepakatan tertinggi berada pada kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,97, itu berarrti juri 1 dan juri 3 lebih memahami pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”. Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri dapat dihitung dengan rumus komposit reliabilitas sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas =
N (X antar juri) 1+(N-1) (X antar juri)
Keterangan : N = Jumlah juri X = Rata-rata Aqidah = 47:73 = 0,64 Akhlak = 60:73 = 0,82 Syariah = 96:73 = 1,31 Jadi 0,64+0,82+1,31 = 2,77
Komposit Reliabilitas =
N (X antar juri)
1+(N-1) (X antar juri) =
3 (2,77) 1+(3-1)(2,77)
=
8,31 1+5,54
=
1,27
Dari hasil yang ditemukan penulis maka rata-rata tingkat kesepakatan antar juri cukup tinggi yaitu sebesar 1,27. Setelah penulis melakukan perhitungan reliabilitas kepada tiga juri terhadap kategori-kategori yang telah penulis buat. Selanjutnya akan ditampilkan data mengenai kalimat atau dialog dalam paragraf yang mengandung pesan dakwah, kemudian dihitung mendapatkan nilai frekuensi dari masing-masing kategori tersebut. Berikut ini merupakan rincian hasil penelitian dengan memakai rumus penelitian: P= F/N X 100% Keterangan: P
: Presentase
F
:Frequensi data
N
: Jumlah data yang dimaksud
Tabel 3
Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah Novel “Pesantren Ilalang” No.
Kategori pesan aqidah
F
%
1.
Iman kepada Allah
16
94,1
2.
Iman kepada Rasul
1
5,9
17
100
Dari rincian hasil kategorisasi diatas menunjukkan pesan aqidah yang terdapat dalam novel ”Pesantren Ilalang” adalah pesan yang mengandung unsur Iman kepada Allah yang mendominasi terlihat dari hasil prosentase Iman Kepada Allah sebanyak 94,1%, sedangkan prosentase Iman kepada Rasul hanya 5,9%. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan aqidah. Tabel 4 Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah No
Halaman/
Kutipan/uraian
Keterangan
Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan
Iman kepada
paragraf 1.
H.7, P.1
akan skenario Tuhan. 2.
H.8, P.3
Seperti bertambahnya
Allah keimanan seseorang
tatkala mendengar ceramah seorang ustadz
Iman kepada Allah
yang menggelora. 3.
H.10, P.1
Senada dengan tasbih yang dilantunkan oleh
Iman kepada
hati-hati yang sadar akan kemaha sempurnaan
Allah
Tuhan.
4.
H.44, P.1
Setiap pasang mata terjaga menyongsong berkah dari Sang Maha Pencipta.
5
H.51, P.1
Allah
Kecuali dengan kemurahan hati Sang Khalik dengan
Cahaya
Kasih
Iman kepada
Nya
untuk
tidak
Iman Kepada Allah
terjerumus kejurang kemusyrikan. 6.
H.53, P.1
Pengobatan
terhadap
Siti
tak
kunjung
membuahkan hasil. Tak seorang pun diantara
Iman kepada Rasul
mereka yang bisa melakukan rukyah, termasuk aku. Pengobatan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. 7.
H.83,P.1
Aku mencoba menghanyutkan diri dalam
Iman kepada
kekhusukan berharap meraih keridhaan Illahi.
Allah
Mencari setitik ketenangan untuk jiwa. 8.
H.103, P.1
“Doa pengasih dan dan doa untuk memanggil jin” kata ustadz Amir.
“Dan biasa digunakan
Iman kepada Allah
untuk jimat.” Katanya lagi 9.
H.110, P.2
Aku menemukan sekumpulan penggalan ayat-
Iman kepada
ayat Alquran di beberapa murid Tsanawiyah,
Allah
lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan ayat Al-Quran tersebut. Tulisan berbahasa Arab itu ada di buku pelajaran santri bernama Rahmad. Doa menolak turunnya hujan , doa supaya sembuh dari sakit gigi, doa pengasih,
doa tahan dari tusukan benda tajam, doa membuat omongan agar didengar orang, doa memanggil roh atau jin. 10.
H.112, P.2
“Barang siapa yang menggantungkan jimat,
Iman kepada
maka Allah tidak akan menolongnya, dan
Allah
barang pengasihan
siapa
yang ,maka
menggantungkan Allah
akan
menggagalkannya.” Arti hadits itu begitu lancar keluar dari mulutnya. 11.
H.139, P. 4
Namun Allah berkehendak lain. Kudapat kabar
Iman kepada
dari santri yang satu daerah dengan Siti.
Allah
Beberapa minggu setelah siti kembali ke rumahnya, ia sembuh total seperti tidak terjadi apa-apa. Tanpa pengobatan dukun ataupun dokter. Kelima puluh empat jin yang merasuki tubuh Siti tak pernah mengganggunya lagi. 12.
H.143, P. 1
Aku mencoba menopang jiwanya dengan
Iman kepada
memberi semangat bahwa: Allah tidak akan
Allah
mencoba hambaNya di luar kemampuannya. 13.
H.178, P.1
Aku bertakbir dan bertasbih saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ustadzah
Iman kepada Allah
Mutia. 14.
H.178, P.5
“Serahkan semuanya kepada Allah. Hanya Dia
Iman kepada
yang paling tahu mana yang terbaik untuk
Allah
hamba-Nya 15.
H.192, P.4
Ternyata sang Illahi menjawab kesedihan hati si
Iman kepada
kakek, selang dua jam kemudian si kakek
Allah
meninggal. 16.
H.247,P. 2
Ternyata Allah menjawab perkataanku sebagai
Iman kepada
sebuah doa. Dan terkabulkan. 17.
H.303, P.1
Allah
Ya Allah jangan Kau bangunkan aku dalam
Iman kepada
mimpi yang tak kuharap hanya sekejap ini. Tlah
Allah
kukumpulkan yang terserak. Kau himpun yang terpisah.
Kau
bawa
kami dalam
berkah
dijalanMu. Maka biarkan sayap-sayap kami mengepakkan cinta dan mimpi kami setingitingginya. Mengekalkan kebahagiaan ini.
Tabel 5 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak Novel ”Pesantren Ilalang” No.
Kategori pesan akhlak
F
%
1.
Akhlak kepada Allah
2
10
2.
Akhlak kepada sesama manusia
18
90
20
100
Dari rincian hasil penelitian kategorisasi pesan akhlak diatas, sub kategori hubungan manusia kepada Allah yang lebih banyak dimuat dalam novel “Pesantren Ilalang” dengan prosentase 90%, sedangkan hubungan antar sesama manusia prosentasenya sebesar 10%. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan akhlak. Tabel 6 Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak No.
Halaman/
Kutipan/uraian
Keterangan
paragraf 1.
H.21, P.2
“Assalamu’alaikum
warahmatullahi
wabarakatuh.”
ketua
Bapak
Akhlak kepada
yayasan sesama manusia
memberi salam. ”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.” Jawaban salam yang semangat. 2.
H.23, P.2
“Assalamu’alaikum. Maaf ustadz Kemal,
Akhlak kepada
sandalnya saya pakai. Terima kasih.
sesama manusia
Tertanda Ustadz Arif 3.
4.
H.30, P.2
H.38, P.2
Namun aku cukup amanah dalam hal
Akhlak kepada
memegang rahasia orang lain.
sesama manusia
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
Akhlak kepada
barakatuh…!” si anak memberi salam.
sesama manusia
Salam dijawab dengan suara keras oleh santri yang berada di luar kelas, mengusir
kantuk di pelupuk mata. 5.
H.57, P.2
“Assalamu’alaikum.”
Seseorang
Akhlak kepada
memberiku salam. “Wa’alaikum salam.”
sesama manusia
Jawabku. 6.
H.63, P.1
Ah! tidak…,tidak… aku
tidak boleh
percaya dengan apa yang dikatakannya
Akhlak kepada Allah
(jin). Meskipun itu benar. 7.
8.
H.65, P.2
H.70, P.3
“Assalamu’alaikum.
Maaf
ustadz,
Akhlak kepada
menggangggu sebentar.”
sesama manusia
“Baik kalau begitu. Karena kamu muslim,
Akhlak kepada
maka setiap kali masuk ke tubuh Siti sesama manusia wajib kasih salam.” 9.
H.75, P.3
Aku sudah lebih terbiasa dengan menu
Akhlak kepada
makanan disini. Meski awalnya sempat sesama manusia kaget. Namun, rasa ingin mengabdiku menutup semua kekurangan yang sering terlintas didepan mata. 10.
11.
H.75, P.4
H.73-74, P.4
Kami jadi lebih kuat dengan kebersamaan
Akhlak kepada
dalam senasib dan sepenanggungan
sesama manusia
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
Akhlak kepada
barakatuh…!”
sesama manusia
suaraku
terdengar
dicorong mikrofon yang bertengger di sudut atas masjid. ”Wa’alaikum salam wa
rahmatullahi
wa
barakatuh..”
suara
menjawab salam terdengar dari asrama putra dan putri. 12.
H.97, P.1
Hanya kata sabar yang keluar dari mulut
Akhlak kepada
Bapak ketua yayasan, menggambarkan
Allah.
keuangan yang sulit saat itu. 13.
H.164, P.1
Akhirnya masalah ini jatuh ke tangan
Akhlak kepada
kepala desa. Selaku pimpinan warga, dia
sesama manusia
minta maaf kepada seluruh warga asSalam. 14
H.168, P.1
Aku menutup pelajaran dengan senyum
Akhlak kepada
yang selalu menjadi ciri khasku dalam sesama manusia setiap menagajar, juga dalam keseharian. Sama dengan senyumku saat kelas akan dimulai. 15.
16.
H.179, P.1
H.187, P.1
Ia
berterimakasih
atas
saran
yang
Akhlak kepada
kuberikan.
sesama manusia
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un..!” aku
Akhlak kepada
berucap
dalam
bingung
dan
takut. sesama manusia
Berpuluh pasang mata berkedip menatap jasad yang masih berlumuran Lumpur. Hangus mengenaskan. 17.
H.208, P.3
“Assalamualaikum, ustadz Kemal.” Lelaki
Akhlak kepada
bertubuh sedang dan berkulit putih itu sesama manusia memberiku salam. Kakinya yang basah naik ke atas koridor. Dia meletakkan payungnya yang basah di atas lantai semem. Tangannya yang dingin menjulur ke
arahku.
tangannya
Aku
menyambut
uluran
sambil
menjawab
salam
darinya. ”Wa’alaikum salam.” 18.
H.253, P.1
“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!”
Akhlak kepada sesama manusia
”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh..” 19.
H.277, P.4
Dia juga mengatakan sikapku yang Akhlak kepada melarang santri untuk menonton acara keyboard dangdutan semalam suntuk sesama manusia adalah tindakan yang sangat benar. Karena ditempat itulah salah satu ajang pertemuan untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas.
20.
H.281, P.3
Sebelum beranjak dari atas masjid aku menitipkan kata sabar kepada Haris untuk menyikapi hidupnya.
Akhlak kepada sesama manusia
Tabel 7 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah Novel ”Pesantren Ilalang” No.
Kategori pesan syariah
F
%
1.
Ibadah
82
83,3
2.
Muamalah
14
16,7
96
100
Dari rincian hasil penelitian penelitian dalam novel “Pesantren Ilalang” banyak terdapat pesan ibadah terlihat dari prosentase data sebesar 83,3%, untuk pesan yang mengandung muamalah prosentase data sebesar 16,7%. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan syariah. Tabel 8 Rincian Kategosisasi Pesan Syariah No.
Halaman/
Kutipan/uraian
paragraf 1.
H.44, P.1
Keteranga n
Seperti biasa, penghuni asrama melaksanakan shalat Shubuh berjamaah di masjid.
Ibadah
2.
H.45, P.2
Lantunan ayat kursi keluar dari mulut beberapa
Ibadah
santri putri. 3.
H.49, P.1
Dia pula yang membetakku untuk bersegera ke
Ibadah
masjid untuk shalat berjamaah. 4.
H.55,P.1
Hanya
saja aku disuruh oleh Ustadz Amir
Ibadah
membaca Ayat Kursi sambil memencet jempol kaki siti, saat jin yang ada di tubuhnya mengamuk. 5.
H.82, P.2
Setelah itu aku berwudhu. Rasa sejuk itu ke
Ibadah
seluruh jiwaku. 6.
H.82, P.4
Di masjid, Ustadz Aziz memimpin shalat
Ibadah
berjamaah, suasana hening. 7.
H.83, P.2
Setelah shalat Ashar, semua santri putra dan
Ibadah
putri membaca Alquran di masjid. Kurang lebih lima belas menit. Aku juga melakukan hal yang sama seperti mereka. Aku ikut larut membaca kalam Illahi di dalam masjid yang lapang berlantai keramik berwarna hijau. 8.
H.90,P.1
Minggu sore setelah sholat ashar berjamaah di
Ibadah
masjid, Amran mengajak Deni murid kelas tiga Tsanawiyah ke perkebunan kelapa di belakang asrama putra pesantren as-Salam. 9.
H.104, P.2
Di pagi-pagi buta setelah shalat berjamah di
Ibadah
masjid,
otakku
kembali
dicekoki
oleh
pertanyaan-pertanyaan tentang doa pemanggil jin dan doa pengasih yang dikatakan Ustadz Amir kemarin sore. 10.
H.104,P.4
Mulutku membaca hafalan ma’sturat di luar
Ibadah
kepala. 11.
H.108, P.6
Setelah shalat dzuhur aku mengingat kembali nama-nama pemilik jimat
Ibadah
dari benda-benda
jimat yang kutemukan. 12.
H.138, P.4
Dia mengadakan ceramah Subuh rutin, yang
Ibadah
sebelumnya tidak pernah diadakan sebelumnya di Pesantren as-Salam. 13.
H.141, P.4
Orang-orang akan terkesima dengan mendengar
Ibadah
indahnya lantunan ayat-ayat suci al-Quran yang ia baca hampir setiap hari menjelang sholat Maghrib tiba. 14.
H.144, P.1
Rahmad ingin pergi berjihad ke Ambon. Ia tak Muamalah ingin mati sia-sia, tapi dengan cara pergi berjihad ke Ambon.
15.
H.152, P.2
Setelah wudhu dan sholat sunnah witir tiga rakaat,
hilang
semua
kemarahan
yang
membakar habis emosiku. Pikiranku sedikit lebih tenang.
Ibadah
16.
155, P.1
Keesokan
harinya,
penggundulan
bagian Muamalah
samping kiri dan kanan kepalanya. Sanksi bagi siapa saja yang ketahuan merokok. 17.
H.178, P.5
“Cobalah istikharah”
Ibadah
18.
H.188, P,2
Saat hari menjelang Maghrib, tak seperti
Ibadah
biasanya anak-anak sudah berkumpul di dalam masjid lebih awal. Listrik padam, hanya ada lilin dan beberpa buah lampu teplok menyala. Biasanya, menjelang Maghrib guru-guru disini harus menggiring anak-anak untuk shalat di masjid. Meski aturan yang disepakati akan ada sanksi bagi mereka yang masbuk mengerjakan shalat Maghrib berjamaah di msjid. Toh tetap saja ada anak yang terlambat. Tapi tidak demikian halnya dengan hari itu. 19.
H.188, P.3
Semua anak serius membaca al-Quran. Tak ada
Ibadah
yang bercanda aku sangat yakin kalau mereka semua takut akan kematian. 20.
H.189, P.2
Semua santri putra dan putri ikut shalat jenazah
Ibadah
di masjid sekolah.
21.
H.190, P.3
Selama satu minggu sejak peristiwa anak yang meninggal disambar petir, santri putra dan putri
Ibadah
tidak jadi lebih disiplin, dan rajin dalam segala hal. Membaca al-Quran, menghafal kosakata bahasa Arab, mengulang pelajaran di asrama atau masjid. 22.
H. 192, P.1
Ia menjadi penghubung kami, jika shalat
Ibadah
jenazah yang enggan dilakukan di masjid sekolah dimulai. 23.
H.209, P.4
“Alhamdulillah, baik ustadz.”
Ibadah
24
H.216, P.1
“Barang siapa membeli, menyewa, menukar, Muamalah menerima gadai, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan
sesuatu
benda,
yang
diketahui atau sepatutnya. Harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan.”
25.
H.216, P.2-4)
“Barang siapa menarik keuntungan dari hasil Muamalah sesuatu
benda,
yang
diketahuinya
atau
sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari hasil kejahatan.”
“Si
pelaku
penadahan
bisa
dikenakan hukuman kurungan empat tahun penjara atau membayar denda satu juta rupiah.” Dua ayat ini terdapat dalam pasal 480 KUHP. 26.
H.220, P.2
“Ternyata hukum tidak bisa ditawar lagi. Haris Muamalah
tetap
berada
diantara
membingungkan,
dua
sekaligus
opsi
yang
menakutkan
baginya. Ia harus membayar denda satu juta rupiah tanpa kurang. 27.
H.253, P.1
Suatu saat, Setelah shalat Zhuhur berjamaah di
Ibadah
masjid, Bapak ketua yayasan dan tamunya juga ikut shalat di masjid berbentuk kubus itu. 28.
H.253, P.2
Setelah selesai shalat dan dzikir, Bapak ketua
Ibadah
yayasan mengambil alih mikrofon yang masih berada di tangan Ustadz Subki. 29.
H. 263, P.1
Aku berharap akan tertidur lagi setelah shalat
Ibadah
Subuh berjamaah di masjid, dan bangun menjelang Zhuhur bila ingin shalat jamaah dan makan siang. 30.
H.285, P.2
Ceramah setelah shalat Maghrib pun, akhirnya
Ibadah
jadi ajang pelampiasan kemarahanku. 31.
H.286, P.1
Kali ini aku tak berkompromi dengan aturan Muamalah menggunduli rambut bagi yang kedapatan melanggarnya.
32.
H.286, P.2
Setelah shalat Shubuh, sidang kemarahanku
Ibadah
digelar 33.
H.287, P.1
Shalat Zhuhur dan Ashar berjamaah.
Ibadah
34.
H.287, P.1
Shalat Maghrib berjamaah.
Ibadah
35.
H.287, P.2
Waktu luang antara Maghrib dan Isya biasanya
Ibadah
diisi dengan tadarus bersama atau kultum secara bergiliran. Sampai menjelang shalat Isya. Otomatis mereka menunggu selesainya shalat berjamaah, ketimbang makan malam. 36.
H.297, P.2
Saat setelah shalat Isya di dalam masjid, desiran
Ibadah
alunan dzikir masih terdengar pelan dari mulut para santri yang menunaikan perintahNya. Suasana begitu syahdu dan tenang.
B.
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang Setelah melakukan pengolahan data untuk memperoleh koefisien reliabilitas
kategori dan rincian hasil hasil kategorisasi pesan yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”, maka dapat ditemukan pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel tersebut seperti terlihat dalam uraian berikut. 1.
Pesan Dakwah yang mengandung Aqidah Aqidah Islam dasarnya adalah Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat,
Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada qadha dan qadar.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam Iman kepada Allah dalam novel “Pesantren Ilalang”. Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan akan skenario Tuhan. ( H.7, P.1) Kalimat tersebut terdapat dalam bagian awal novel “Pesantren Ilalang”. Hal ini menjelaskan betapa pengarang novel yang merupakan tokoh utama dalam novel tersebut menjalani hidup ini dengan percaya bahwa segala yang ia lakukan dalam hidup ini telah digarariskan oleh Allah Swt. Sebagai manusia kita hanya dapat berusaha dengan sepenuh hati dan tetap berdoa untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti bertambahnya keimanan seseorang tatkala mendengar ceramah seorang ustadz yang menggelora. (H.8, P.3) Pengarang novel yang merupakan representasi dari Ustadz Kemal, selalu memperoleh ilmu pengetahuan yang baru dari belajar baik dari buku dan juga mendengarkan orang yang mempunyai pengalaman lebih banyak. Senada dengan tasbih yang dilantunkan oleh hati-hati yang sadar akan kemaha sempurnaan Tuhan. (H.10, P.1) Sebagai manusia biasa, kita harus selalu bersyukur akan kebesaran, berkah yang diberikan dan kekuasaan Allah, salah satunya dengan selalu mengingatNya yaitu dengan berzikir. Setiap pasang mata terjaga menyongsong berkah dari Sang Maha Pencipta. (H.44, P.1)
Kita harus selalu bersyukur akan segala berkah yang diberikan oleh Allah Swt, menjalani hidup ini dengan segala keikhlasan, dan selalu berfikir positif dengan berkah yang diberikanNya, karena percayalah segala sesuatu yang diberikan Allah Swt kepada pasti yang terbaik untuk kita. Kecuali dengan kemurahan hati Sang Khalik dengan Cahaya Kasih Nya untuk tidak terjerumus kejurang kemusyrikan. (H.51, P.1) Pengarang novel ingin menyampaikan pesan agar kita jangan gampang percaya dengan apa dikatakan orang, terutama bisikan syetan yang selalu bertujuan untuk menggoyahkan keyakinan kita terhadap Allah Swt. Aku mencoba menghanyutkan diri dalam kekhusukan berharap meraih keridhaan Illahi. Mencari setitik ketenangan untuk jiwa. (H.83,P.1) Saat manusia ditimpa musibah cara yang paling tepat adalah mengadu pada Sang Khalik, penguasa alam semesta dengan segala isinya. Berharap akan menemukan jawaban akan segala pertanyaan yang ada dalam hati dan pikiran kita. Kita akan menjadi lebih ringan dalam menghadapi segala cobaan dan akan lebih ikhlas dalam menjalaninya. “Doa pengasih dan doa untuk memanggil jin” kata ustadz Amir. “Dan biasa digunakan untuk jimat.” Katanya lagi (H.103, P.1) Sebagai manusia modern yang berfikiran logis, sebaiknya kita tidak mengamalkan hal-hal yang tidak dianjurkan Allah Swt dan Rasulullah. Karena hal-hal yang berhubungan dengan jimat dikhawatirkan mendekati syirik (mempersekutukan Allah), walaupun doa tersebut berasl dari penggalan ayat suci alQuran, tetapi sebaiknya doa-doa tersebut tidak dipraktekkan.
Aku menemukan sekumpulan penggalan ayat-ayat Alquran di beberapa murid Tsanawiyah, lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan ayat Al-Quran tersebut. Tulisan berbahasa Arab itu ada di buku pelajaran santri bernama Rahmad. Doa menolak turunnya hujan , doa supaya sembuh dari sakit gigi, doa pengasih, doa tahan dari tusukan benda tajam, doa membuat omongan agar didengar orang, doa memanggil roh atau jin. (H.110, P.2) Dalam Pesantren yang masih lekat dengan unsur tradisional, biasanya amalan berupa doa-doa tersebut diatas sering diberikan langsung oleh pengajar. Sebenarnya doa-doa tersebut tidak diperbolehkan diamalkan, namun dalam kasus yang terjadi di Pesantren yang terdapat dalam novel, doa-doa tersebut masih diamalkan, malah menjadi ‘senjata pamungkas’ dalam mengerjai teman sekamarnya. “Barang siapa yang menggantungkan jimat, maka Allah tidak akan menolongnya, dan barang siapa yang menggantungkan pengasihan ,maka Allah akan menggagalkannya.” Arti hadits itu begitu lancar keluar dari mulutnya. (H.112,P.2) Pengarang novel menjelaskan bahwa mengamalkan doa-doa tersebut sama dengan menggantungkan jimat dan Allah tidak akan membantu manusia yang melakukan hal tersebut. Sebaiknya setiap manusia percaya akan kemampuan diri sendiri dan tetap berdoa pada Allah Swt. Hal itu jelas tertulis dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad. Namun Allah berkehendak lain. Kudapat kabar dari santri yang satu daerah dengan Siti. Beberapa minggu setelah siti kembali ke rumahnya, ia sembuh total
seperti tidak terjadi apa-apa. Tanpa pengobatan dukun ataupun dokter. Kelima puluh empat jin yang merasuki tubuh Siti tak pernah mengganggunya lagi. (H.139, P. 4) Pengarang novel ingin menyampaikan pesan bahwa selama kita tidak meyakini syetan, maka syetan tersebut akan pergi dengan sendirinya. Syetan merasuki jiwa manusia yang percaya akan kehadirannya, karena manusia makhluk lemah yang bisa dipengaruhi lewat alam pikirannya. Jadi sebagai manusia yang bertakwa sebaiknya kita lebih mendekatkan diri pada Allah Swt, dengan lebih memperbanyak ibadah dan berfikir positif. Aku mencoba menopang jiwanya dengan memberi semangat bahwa: Allah tidak akan mencoba hambaNya di luar kemampuannya.(H.143, P. 1) Pengarang novel ingin menyampaikan bahwa kita harus selalu percaya segala yang diberikan Allah Swt, baik itu rizki atau cobaan merupakan sebuah berkah yang patut disyukuri. Karena Allah selalu memberikan berkah di balik peristiwa atau musibah. Manusia akan menjadi lebih dewasa saat dia melewati sebuah cobaan. “Serahkan semuanya kepada Allah. Hanya Dia yang paling tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. (H.178, P.5) Percayalah hanya Allah yang mengerti segala kebutuhan makhlukNya, dan akan memberikan yang terbaik untuk setiap manusia. Sebaiknya kita menyerahkan hasil dari perbuatan yang kita lakukan setelah kita berusaha dengan maksimal dan berikhtiar.
Ternyata sang Illahi menjawab kesedihan hati si kakek, selang dua jam kemudian si kakek meninggal. (H.192, P.4) Allah akan memberikan yang terbaik setiap makhlukNya, seperti kematian kakek dalam novel. Kakek tersebut merasa sudah cukup hidupnya di dunia ini dan dia merasa kesedihan teramat sangat karena istrinya, teman hidupnya dalam keadaan susah dan senang telah dipanggil Sang Maha Pencipta. Jika manusia berdoa dengan sungguh Allah akan mengabulkan doa tersebut jika hal itu terbaik untuk makhlukNya. Ternyata Allah menjawab perkataanku
sebagai sebuah doa. Dan
terkabulkan. (H.247,P. 2) Terkadang tanpa diduga apa yang manusia ucapkan sering menjadi sebuah doa, apabila meyakini perasaan tersebut hal itu akan menjadi doa. Sebaiknya kita berhati-hati akan ucapan kita. Ya Allah jangan Kau bangunkan aku dalam mimpi yang tak kuharap hanya sekejap ini. Tlah kukumpulkan yang terserak. Kau himpun yang terpisah. Kau bawa kami dalam berkah dijalanMu. Maka biarkan sayap-sayap kami mengepakkan cinta dan mimpi kami seetingi-tingginya…. Mengekalkan kebahagiaan ini. (H.303, P.1) Pengarang novel ingin berbagi kisahnya saat dia menemukan belahan jiwanya, yaitu istrinya, dia sangat bersyukur Allah memberikan seorang istri yang terbaik untuknya. Padahal sebelum menikah dia belum mengenal istrinya lebih dalam, karena dia menikah melalui taaruf. Allah paling mengetahui jodoh yang terbaik untuk setiap makhlukNya.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam Iman kepada Rasul dalam novel “Pesantren Ilalang”. Pengobatan terhadap Siti tak kunjung membuahkan hasil. Tak seorang pun diantara mereka yang bisa melakukan rukyah, termasuk aku. Pengobatan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. (H.53, P.1) Pengarang novel lebih mengajurkan kita untuk kembali ke jalan yang diridhai Allah, saat syetan mengganggu manusia. Karena ada pengobatan yang telah dicontohkan Rasulullah, hal itu jauh lebih baik dan sudah terbukti hasilnya.
2. Pesan Dakwah yang Mengandung Akhlak . Sub kategori yang mengandung pesan akhlak adalah akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia. Berikut ini adalah kutipan beserta uraian dari pesan akhlak kepada sesama manusia. “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh..”Bapak ketua yayasan memberi salam. ”Waalaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.” Jawaban salam yang semangat. (H.21, P.2) Dalam dialog diatas, bapak ketua yayasan sebagai pemimpin dalam pesantren selalu memberikan contoh yang baik kepada seluruh penghuni as-Salam dengan selalu mengucapkan salam saat ingin membuka pembicaraan, karena salam merupakan doa, dan orang yang menjawab salam mendapat berkah “Assalamu’alaikum. Maaf ustadz Kemal, sandalnya saya pakai. Terima kasih. Tertanda Ustadz Arif.(H.23, P.2)
Dari dialog diatas dijelaskan bahwaustadz Amir yang merupakan salah satu pengajar di pesantren as-Salam harus selalu memberi teladan yang baik kepada santrinya. Dengan selalu meminta izin bila hendak meminjam barang seseorang tetapi lebih baik jika kita meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik barang sebelum meminjam, agar orang tersebut mengetahui dan tidak perlu repot mencari. Namun aku cukup amanah dalam hal memegang rahasia orang lain. (H.30, P.2) Ustadz Kemal sebagai orang yang cukup dekat dengan para santri harus sanggup memegang amanah atas rahasia yang dipercayakan kepadanya. Sebagai seorang yang amanah, dia tidak menyebarkan rahasia tersebut ke pengajar lain karena kepercayaan adalah hal yang harus dipegang teguh. “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!” si anak memberi salam. Salam dijawab dengan suara keras oleh santri yang berada di luar kelas, mengusir kantuk di pelupuk mata. (H.38, P.2) Dalam dialog diatas para santri dalam keseharian belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran muhadharah (pidato) para santri harus memulai pidato dengan mengucap salam. Dari dialog tersebut dapat diketahui bahwa saat menjawab para santri tidak merasa kantuk. “Assalamu’alaikum.” Seseorang memberiku salam. “Wa’alaikum salam.” Jawabku. (H.57, P.2) Dalam dialog tersebut, ustadz Kemal menjawab salam yang dikatakan seseorang kepadanya, dengan reaksi langsung. Hal ini juga menjelaskan bahwa
kita harus menghormati orang yang memberi salam kepada kita dengan langsung menjawab salam hingga jawaban salam tersebut terdengar orang yang memberikan salam. “Assalamu’alaikum. Maaf ustadz, menggangggu sebentar.” (H.65, P.2) Dalam dialog diatas, saat santri ingin berbicara dengan para ustadz (pengajar), mereka sebaiknya menyapa diawali dengan salam, dan sebaiknya saat berbicara dengan orang yang dihormati harus dengan kata-kata yang sopan. “Baik kalau begitu. Karena kamu muslim, maka setiap kali masukke tubuh Siti wajib kasih salam.” (H.70, P.3) Dari dialog diatas, ustadz Kemal menyuruh jin yang mengaku merasuki tubuh Siti untuk memberi salam kepadanya saat dia berbicara dengan ustadz Kemal, hal itu menandakan kalau jin tersebut adalah jin muslim. Ustadz Kemal ingin membiasakan hal-hal yang bersifat baik kepada sesame makhluk ciptaan Allah. Aku sudah lebih terbiasa dengan menu makanan disini.meski awalnya sempat kaget. Namun, rasa ingin mengabdiku menutup semua kekurangan yang sering terlintas didepan mata. (H.75, P.3) Ustadz Kemal sebagai pengajar yang baru mengajar dan baru mersakan kehidupan pesantren yang berada di pedesaan dengan segala keterbatasan fasilitas dan hal-hal yang sederhana, harus tetap berada dipesantren as-Salam dengan ikhlas karena rasa ingin mengabdinya yang begitu dalam. Kami
jadi
lebih
kuat
sepenanggungan. (H.75, P.4)
dengan
kebersamaan
dalam
senasib
dan
Karena kebersamaan yang dijalani oleh ustadz Kemal dan seluruh penghuni pesantren, hal itu yang mempererat hubungan senasib dan sepenanggungan. Hal itu yang membuat ustadz Kemal selalu ingin kembali mengajar di pesnatren asSalam, dan ikhlas menjadi pengajar di as-Salam walaupun dengan bayaran yang sangat minim. “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!” suaraku terdengar dicorong mikrofon yang bertengger di sudut atas masjid. ”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh..” suara menjawab salam terdengar dari asrama putra dan putri. (H.73-74, P.4) Dalam mengawali pembicaraan ustadz Kemal selalu mengawali dengan salam, karena hal itu merupakan akhlak baik, dan sebagai muslim yang baik sebaiknya kita juga selalu menjawab salam. Akhirnya masalah ini jatuh ke tangan kepala desa. Selaku pimpinan warga, dia minta maaf kepada seluruh warga as-Salam. (H.164, P.1) Dalam kalimat ini, kepala desa selaku pemimpin yang bijaksana akan meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan oleh warga desanya, karena dia merupakan representasi dari seluruh warganya. Dia juga harus memberi teladan yang baik pada warganya. Aku menutup pelajaran dengan senyum yang selalu menjadi ciri khasku dalam setiap mengajar, juga dalam keseharian. Sama dengan senyumku saat kelas akan dimulai.(H.168, P.1)
Ustadz Kemal merupakan orang yang ramah dan mudah bersahabat, dia juga murah senyum, karena senyum dapat mencairkan suasana saat ustadz Kemal ingin memulai pelajaran. Saat kita tersenyum wajah kita akan terlihat lebih indah. Ia berterimakasih atas saran yang kuberikan. (H.179, P.1) Ustadzah Mutia mengucapkan terimakasih kepada ustadz Kemal atas saran yang diberikannya, karena saat kita menemukan masalah dan kita menghadapi kebingungan saat akan menyelesaikan masalah tersebut, mungkin bertanya atau berbagi pendapat dengan orang lain dapat membantu menemukan jawaban dari masalah tersebut. Setelah kita selesai meminta tolong pada orang lain sebaiknya kita mengucapkan terima kasih, itu adalah adab dalam pergaulan. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un..!” aku berucap dalam bingung dan takut. Berpuluh pasang mata berkedip menatap jasad yang masih berlumuran Lumpur. Hangus mengenaskan. (H.187, P.1) Saat para santri as-Salam mengetahui bahwa warga sekitar meninggal saat memonton pertandingan bola para santri mereka langsung mengucap doa, yang ditujukan bagi anak yang meninggal tersebut, walaupun sebenarnya mereka ketakutan, dan kaget. “Assalamualaikum, ustadz Kemal.” Lelaki bertubuh sedang dan berkulit putih itu memberiku salam. Kakinya yang basah naik ke atas koridor. Dia meletakkan payungnya yang basah di atas lantai semen. Tangannya yang dingin menjulur ke arahku. Aku menyambut uluran tangannya sambil menjawab salam darinya. ”Wa’alaikum salam.” (H.208, P.3)
Lelaki tersebut merupakan kerabat dari salah seorang santri, walaupun dia bukan penghuni pesantren tetapi dia tetap memberi contoh akhlak yang baik dengan mengucapkan salam kepada ustadz Kemal. Sebagai muslim yang baik ustadz Kemal langsung menjawab salam pria tersebut. “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…!” ”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh..” (H.253, P.1) Dalam novel ini pesan akhlak yang banyak dimuat adalah mengucap salam, karena hal itu sangat penting dalam pergaulan, dengan mengucap salam kita berarti mendoakan orang yang menjawab salam. Dia juga mengatakan sikapku yang melarang santri untuk menonton acara keyboard dangdutan semalam suntuk adalah tindakan yang sangat benar. Karena ditempat itulah salah satu ajang pertemuan untuk melakukan ha-hal yang tidak pantas. (H.277, P.4) Ustadz Kemal melarang santri menonton acara keyboard dangdutan untuk menghindari hal atau tindakan yang dilarang agama, dan tidak sesuai dengan ajaran agama, dia merasa bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan para santri as-Salam. Sebelum beranjak dari atas masjid aku menitipkan kata sabar kepada Haris untuk menyikapi hidupnya. (H.281, P.3) Sebagai pengajar yang baik dan guru yang dipercaya muridnya, dia selalu memberikan nasehat yang baik untuk para santrinya, dan memberikan pendapat mengenai masalah yang dihadapi para santrinya. Hal yang paling dibutuhkan saat seseorang santrinya dilanda masalah adalah perhatian dari orang lain. Walaupun
sebebenarnya kata sabar tidak menyelesaikan masalah, tetapi hal itu yang bisa dilakukan oleh orang yang beriman saat ditimpa musibah. Pesan akhlak yang mengandung sub kategori akhlak kepada Allah yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”. Ah! tidak…,tidak… aku tidak boleh percaya dengan apa yang dikatakannya (jin). Meskipun itu benar. (H.63, P.1)
Pengarang novel ingin meyakinkan hatinya, bahwa dia tidak boleh percaya pada sesuatu yang dibisikkan oleh syetan.Sebagai manusia yang diciptakan Allah Swt dengan sempurna mengapa kita harus percaya kepada syetan, sebaiknya kita selalu percaya pada apa yang diperintahkan Allah, karena kita makhluk ciptaanNya. Hanya kata sabar yang keluar dari mulut Bapak ketua yayasan, menggambarkan keuangan yang sulit saat itu. (H.97, P.1) Ketua yayasan sebagai penyandang dana dari seluruh kegiatan yang ada di pesantren as-Salam,selalu berfikir positif, tidak pernah mau memberitahu tentang masalah kesulitan keuangan yang terjadi di dalam pesantren. Dia tidak ingin membebani pikiran pengajar di as-Salam. Sebagai muslim yang baik sabar adalah tindakan yang paling baik saat terdapat masalah, walau sebagai manusia biasa sabar adalah hal yang sulit dilakukan. 3.
Pesan Dakwah yang Mengandung Syariah.
Subkategori yang meliputi pesan syariah adalah ibadah dan muamalah. Berikut kutipan pesan syariah yang mengandung sub kategori ibadah. Seperti biasa, penghuni asrama melaksanakan shalat Shubuh berjamaah di masjid. (H.44, P.1) Kehidupan di setiap pesantren yaitu mewajibkan setiap penghuni asrama untuk shalat berjamaah tepat pada waktunya, hal itu merupakan cara mendisiplinkan tiap santri uantuk shalat tepat waktu, tidak menunda-nundanya. Karena keutamaan shalat adalah berada di awal waktu.
Lantunan ayat kursi keluar dari mulut beberapa santri putri. (H.45, P.2) Santri putri membacakan ayat kursi saat Siti mengalami kerasukan, hal ini biasa yang dilakukan saat ada seseorang yang kerasukan. Tetapi akan lebih baik saat ada yang kerasukan disembuhkan dengan rukyah, yaitu pengobatan yang dilakukan Rasulullah. Hanya saja aku disuruh oleh Ustadz Amir membaca Ayat Kursi sambil memencet jempol kaki siti, saat jin yang ada di tubuhnya mengamuk. (H.55,P.1) Para santri putri ingin membantu Siti saat dia mengalami kerasukan, dengan membacakan ayat kursi. Sebagai guru yang bukan berlatang belakang pendidikan pesantren ustadz Kemal merasa bingung saat dia harus mengahadapi santri yang kerasukan, yang bisa dilakukannya hanya mengikuti perintah ustadz Amir yang merupakan pengajar yang sudah lama mengajar di as-Salam.Seharusnya ayat kursi tidak hanya dibaca saat seseorang kerasukan saja, tetapi juga diamalkan setiap saat.
Setelah itu aku berwudhu. Rasa sejuk itu ke seluruh jiwaku. (H.82, P.2) Saat ustadz Kemal menghadapi masalah dia akan segera mengadu kepada sang Pencipta diawali dengan thaharah atau bersuci. Saat dia berwudhu dia merasakan masalah yang dihadapinya bisa sedikit berkurang. Di masjid, Ustadz Aziz memimpin shalat berjamaah, suasana hening. (H.82, P.4) Kehidupan dipesantren selalu dikaitkan dengan ibadah saat sholat berjamaah seluruh penghuni pesantren wajib ikut, bagi yang tidak berhalangan. Saat shalat berjamaah adalah saat yang paling hening dan khusyuk, karena pada saat itu manusia menghadap Allah Swt. Setelah shalat Ashar, semua santri putra dan putri membaca Alquran di masjid. Kurang lebih lima belas menit. Aku juga melakukan hal yang sama seperti mereka. Aku ikut larut membaca kalam Illahi di dalam masjid yang lapang berlantai keramik berwarna hijau. (H.83, P.2) Ustadz Kemal ikut membaca alQuran seperti para santri lakukan, dengan membaca al Quran, segala permasalahan dalam dirinya, bisa sedikit dilupakan berganti dengan ketenangan batin. Segala ibadah yang dilakukan membuat hati dan pikiran tenang. Minggu sore setelah sholat ashar berjamaah di masjid, Amran mengajak Deni murid kelas tiga Tsanawiyah ke perkebunan kelapa di belakang asrama putra pesantren as-Salam. (H.90,P.1)
Pada kalimat ini yang mendung pesan dakwah adalah saat para santri melaksanakan shalat ashar berjamaah, dalam shalat akan lebih banyak pahala yang didapat saat kita melakukan berjamaah dan tepat waktu. Di pagi-pagi buta setelah shalat berjamah di masjid, otakku kembali dicekoki oleh pertanyaan-pertanyaan tentang doa pemanggil jin dan doa pengasih yang dikatakan Ustadz Amir kemarin sore. (H.104, P.2) Pesan ibadah yang terdapat dalam kalimat ini adalah shalat berjamaah yang dilakukan seluruh penghuni pesantren yang dilakukan di masjid di lingkungan pesantren as-Salam. Mulutku membaca hafalan ma’sturat di luar kepala. (H.104,P.4) Dari kalimat diatas ustadz Kemal membaca hafalan ma’sturat untuk mengusir kegundahan dalam hatinya. Hal ini biasa dia lakukan setelah melaksanakan shalat. Setelah shalat dzuhur aku mengingat kembali nama-nama pemilik jimat dari benda-benda jimat yang kutemukan. (H.108, P.6) Ustadz Kemal setelah melaksanakan shalat dzuhur kembali mengingat nama-nama pemilik jimat yang dia temukan saat melakukan pemeriksaan di seluruh ruangan santri putra. Setelah shalat biasanya pikiran ustadz Kemal kembali jernih tidak dipengaruhi emosi. Dia mengadakan ceramah Subuh rutin, yang sebelumnya tidak pernah diadakan sebelumnya di Pesantren as-Salam. (H.138, P.4) Ustadz Subkhi yang merupakan tenaga pengajar baru, mengadakan ceramah shubuh rutin yang belum pernah diadakan sebelumnya di pesantren as-Salam. Hal
ini merupakan salah satu ibadah dan dapat menjadi ajang dakwah kepada seluruh penghuni santri. Para santri juga dapat mengisi ceramah tersebut sebagai ajang latihan. Orang-orang akan terkesima dengan mendengar indahnya lantunan ayat-ayat suci al-Quran yang ia baca hampir setiap hari menjelang sholat Maghrib tiba. (H.141, P.4) R ahmad adalah salah satu anak yang berbakat, dia bisa mengumandangkan dan melantunkan suci alQuran menjelang sholat Maghrib tiba, dia juga termasuk anak yang pintar. Selain anak yang sholeh, dia juga anak yang mudah bersosialisasi. Setelah wudhu dan sholat sunnah witir tiga rakaat, hilang semua kemarahan yang membakar habis emosiku. Pikiranku sedikit lebih tenang. (H.152, P.2) Saat ustadz Kemal dilanda emosi dia lebih tenang mengadu kepada Allah, dengan membersihkan diri atau thaharah, seluruh badannya kembali segar, setelah melaksanakan salat witir, hatinya menjadi tenang. Aku bertakbir dan bertasbih saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ustadzah Mutia.(H.178, P.1) Ustadz Kemal mengucap syukur saat mendengar berita bahwa ustadz Iman melamar ustadzah Mutia, ini merupakan berita bahagia, yang patut disyukuri. Sebagia manusia kita bersyukur dengan mengingat Allah. “Cobalah istikharah” (H.178, P.5) Saat ustadzah merasa bimbang dengan jawaban lamaran dari ustadz Iman, ustadz Kemal memberi saran kepada usatdzah Mutia untuk berserah diri kepada
Allah dengan melakukan shalat istikharah, lebih memantapkan hatinya dalam memilih jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di hatinya. Karena hanya Allah yang akan memberikan jalan keluar terbaik dari kebimbangan setiap manusia. Saat hari menjelang Maghrib, tak seperti biasanya anak-anak sudah berkumpul di dalam masjid lebih awal. Listrik padam, hanya ada lilin dan beberapa buah lampu teplok menyala. Biasanya, menjelang Maghrib guru-guru disini harus menggiring anak-anak untuk shalat di masjid. Meski aturan yang disepakati akan ada sanksi bagi mereka yang masbuk mengerjakan shalat Maghrib berjamaah di msjid. Toh tetap saja ada anak yang terlambat. Tapi tidak demikian halnya dengan hari itu. (H.188, P,2) Setiap santri di as-Salam menjadi rajin dalam beribadah dan melaksanakan ibadah tepat waktu, pasca kejadian anak kecil yang tersambar petir. Mereka semua takut menghadapi kematian, manusia akan memikirkan rajin melaksanakan ibadah saat dihadapkan dengan kematian, mereka takut saat kematian menjemput, mereka belum siap, atau masih diliputi dosa. Semua anak serius membaca al-Quran. Tak ada yang bercanda aku sangat yakin kalau mereka semua takut akan kematian. (H.188, P.3) Semua santri menjadi rajin beribadah dan serius dalam melaksanakan ibadah karena merasa takut akan kematian, tetapi akan lebih baik jika para santri mempunyai kesadaran yang tumbuh dari dalam hati bila menyangkut ibadah, karena ini merupakan hubungan yang dilakukan manusia dengan sang Pencipta.
Semua santri putra dan putri ikut shalat jenazah di masjid sekolah. (H.189, P.2) Untuk menghormati anak yang meninggal tersambar petir di pesantren asSalam seluruh penghuni as-Salam mengikuti shalat jenazah untuk mendoakan arwah anak tersebut. Selama satu minggu sejak peristiwa anak yang meninggal disambar petir, santri putra dan putri tidak jadi lebih disiplin, dan rajin dalam segala hal. Membaca al-Quran, menghafal kosakata bahasa Arab, mengulang pelajaran di asrama atau masjid. (H.190,P.3) Satu minggu setelah kejadian anak yang meninggal disambar petir kesadaran akan kematian dapat menjemput pada waktu yang tak terduga, membuat mereka rajin beribadah tetapi setelah satu minggu berlalu, mereka kembali seperti semula. Ia menjadi penghubung kami, jika shalat jenazah yang enggan dilakukan di masjid sekolah dimulai. (H. 192, P.1) Haris menjadi penghubung warga as-Salam saat mengetahui ada warga sekitar yang meninggal tetapi tidak mau disholatkan di masjid pesantren as-Salam. Warga as-Salam merasa ikut bertanggung jawab saat ada warga desa yang meninggal. Mereka khawatir warga desa tidak melaksanakan shalat jenazah. “Barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya. Harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan.” (H.216, P.1)
“Barang siapa menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda, yang diketahuinya atau sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari hasil kejahatan.” .“Si pelaku penadahan bisa dikenakan hukuman kurungan empat tahun penjara atau membayar denda satu juta rupiah.” Dua ayat ini terdapat dalam pasal 480 KUHP. (H.216, P.2-4) “Ternyata hukum tidak bisa ditawar lagi. Haris tetap berada diantara dua opsi yang membingungkan, sekaligus menakutkan baginya. Ia harus membayar denda satu juta rupiah tanpa kurang. (H.220, P.2) Dari uraian diatas dijelaskan bahwa Haris membeli antenna parabola dari seorang temannya. Tetapi ternyata barang tersebut merupakan barang curian hal tersebut langsung diketahui polisi, Haris dibawa ke kantor polisi, sebagai wali kelas usatadz Kemal membela Haris, dengan menjelaskan kepada polisi bahw aHaris tidak bersalah, tapi ternyata hal itu tidak berarti karena barang bukti telah ditemukan di rumah Haris. Sehingga Haris harus menanggung hasil kejahatan orang lain dengan membayar denda atau menerima hukuman penjara. Akhirnya pihak keluarga berusaha mencari uang untuk membayar uang denda. dari uraian diatas dijelaskan bahwa hukum tidak main-main, dan kita harus mematuhi hukum yang berlaku di Negara tempat kita tinggal. Setelah selesai shalat dan dzikir, Bapak ketua yayasan mengambil alih mikrofon yang masih berada di tangan Ustadz Subki. (H.253, P.2) Hal yang biasa penghuni as-Salam adalah shalat berjamaah diikuti dengan berdzikir, hal yang selalu menjadi ibadah yang selalu dilakukan penghuni asSalam.
Waktu luang antara Maghrib dan Isya biasanya diisi dengan tadarus bersama atau kultum secara bergiliran. Sampai menjelang shalat Isya. Otomatis mereka menunggu selesainya shalat berjamaah, ketimbang makan malam. (H.287, P.2) Setelah melakukan shalat berjamaah penghuni asrama mengisi waktu luang dengan memperbanyak beribadah sebelum makan malam ,karena biasanya jika ibadah dilaksanakan setelah makan malam mereka menjadi kurang konsentrasi karena kenyang. Saat setelah shalat Isya di dalam masjid, desiran alunan dzikir masih terdengar pelan dari mulut para santti yang menunaikan perintahNya. Suasana begitu syahdu dan tenang (H.297, P.2) Saat berdzikir adalah saat yang tepat seseorang berkomunikasi dengan Allah Swt, kita akan merasa sangat dekat dengan sang Maha Pancipta. Berikut adalah kutipan pesan yang mengandung sub kategori muamalah dalm novel “Pesantren Ilalang”. Rahmad ingin pergi berjihad ke Ambon. Ia tak ingin mati sia-sia, tapi dengan cara pergi berjihad ke Ambon. (H.144, P.1) Setelah mengetahui kalau ayahnya adalah seorang pengedar narkoba, Rahmad menjadi pendiam dan tidak pernah menjadi muadzin, dia menyesal selama ini menerima nafkah haram, akhirnya dia memutuskan untuk pergi berjihad ke Ambon memperjuangkan agama Islam disana. Keesokan harinya, penggundulan bagian samping kiri dan kanan kepalanya. Sanksi bagi siapa saja yang ketahuan merokok. (155, P.1)
Sanksi yang diberikan tersebut untuk dipatuhi seluruh santri putra pesantren as-Salam tanpa terkecuali. Karena merokok makruh hukumnya, merokok juga dapat merusak kesehatan dan kita menjadi boros dalam keuangan. Kali ini aku tak berkompromi dengan aturan menggunduli rambut bagi santri yang kedapatan melanggarnya. (H.286, P.1) Ustadz Kemal langsung melaksanakan hukuman bagi santri yang melanggar peraturan, agar santri lebih disiplin dan taat peraturan.
C
Kategorisasi Pesan yang Paling Dominan Dalam Novel Pesantren
Ilalang Dalam mencari pesan dakwah yang paling dominan dalam novel ”Pesantren Ilalang” ini, maka penulis menggunakan rumus: P = F X 100% N Berikut ini tabel penghitungan pesan yang paling dominan dalam novel ”Pesantren Ilalang” Tabel 9 No.
Kategorisasi
Frekuensi
Prosentase
1.
Aqidah
17
23,3
2.
Akhlak
20
27,4
3.
Syariah
36
49,3
Total
73
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kalimat dan dialog yang terdapat dalam paragraf yang mengandung pesan aqidah yaitu sebesar 23,3%, yang mengandung pesan akhlak sebesar 27,4%, dan untuk pesan syariah yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang adalah sebesar 49,3%. Dapat diketahui dari hasil penelitian diatas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel “Pesantren Ilalang adalah pesan syariah dengan prosentase sebesar 49,3%.