ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA KARYA GRUP BAND WALI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Kom. I)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh: Zamal Abdul Nasir NIM. 208051000035
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK Musik merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang mudah diterima oleh masyarakat. Meningkatnya minat masyarakat terhadap musik pada hari ini dapat dimanfaatkan oleh para dai untuk menjadikan musik sebagai media komunikasi dakwah yang cukup efektif. Dakwah melalui media musik ini antara lain dilakukan oleh group musik pop papan atas Indonesia WALI Band. Selain menyalurkan bakat dan mencari nafkah di bidang seni musik, para personel WALI yang nota bene berasal dari latar belakang pendidikan pesantren dan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga menggunakan musik sebagai media dakwah dengan cara menciptakan beberapa lagu-lagu bernafaskan Islam. Dengan cara demikian, para audiens yang mendengarkan lirik-lirik lagu WALI diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menghayati pesan-pesan dakwah Islami yang terkandung di dalamnya. Salah satu lagu religi WALI yang bernuansa dakwah adalah single “Abatasa”. Tak lama setelah dirilis dan dijadikan sebagai theme song program Ramadhan pada tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV, lagu “Abatasa” langsung direspon positif oleh pasar industri musik Indonesia dan digandrungi oleh masyarakat pecinta musik Indonesia. Penelitian ini berupaya menjawab 2 (dua) pertanyaan utama, yakni: (1) Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa karya group band Wali?; dan (2) Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu Abatasa karya group band Wali? Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Subyek penelitian ini adalah para personil WALI Band dan objek penelitian ini adalah isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu “Abatasa”. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dua kesimpulan sebagai berikut: (1) Lagu Abatasa memuat pesan-pesan dakwah yang berdimensi akidah, syariah dan akhlak. Pesan akidah direpresentasikan dalam bagian Reff dan Song II yang mengekspesikan simbol-simbol keislaman seperti “Tuhan”, “takwa”, “syurga”, “mukmin” dan “haqqul yaqin”. Pesan syariah direpresentasikan dalam Song I yang mengekspresikan simbol-simbol keislaman seperti “mushala”, “pengajian” dan “belajar”. Pesan akhlak direpresentasikan dalam frase “mak minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam Song I; dan (2) Pesan utama yang paling dominan dalam lagu Abatasa adalah pesan akidah. Wacana akidah yang sangat dominan dalam lagu Abatasa ini dimaksudkan untuk memperkenalkan, menamkan dan memperkuat akidah umat Islam, khususnya kalangan anak-anak Muslim.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Pemilik Keindahan, yang telah menganugerahkan kekuatan kreatifnya kepada manusia. Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengakui bahwa hanya dengan limpahan kasih sayang dan kemurahannya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Pamungkas yang selalu mengajarkan kepada umatnya untuk memuja keindahan dan mencintai kedamaian. Semoga nilai-nilai keindahan, kebajikan dan cinta kasih yang didakwahkan beliau senantiasa memberikan pencerahan bagi kehidupan umat manusia dan bangsa Indonesia. Merupakan suatu kebahagian bagi penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dalam rangka penyelesaian studi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah melewati pelbagai kesulitan dan hambatan yang penuh pelajaran bagi penulis. Alhamdulillah, berkat doa, keyakinan, ketekunan dan usaha yang cukup maksimal pada akhirnya segala halangan dan rintangan tersebut teratasi. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Skripsi ini juga bukanlah suatu upaya hasil penulis seorang, tetapi juga meliibatkan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
vi
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mencurahkan segala perhatian dan bantuan selama penyusunan skripsi ini, antara lain: 1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. Sunandar, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan kontribusi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat disetiap kehidupan yang di arungi oleh penulis. 5. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang memberikan kemudahan dalam mengakses literatur-literatur yang dibutuhkan dalam rangka penyelesaian skripsi ini. 6. Orang tua tercinta H. Moh. Nasir (almarhum) dan Hj. Siti Haroya, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan pengorbanan yang
vii
tak terkira serta memberikan fasilitas pendidikan dari kecil hingga dewasa. 7. Mertua tercinta, H. Nasrul Haryanto dan Hj. Sriningsih, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan moril kepada penulis. 8. Kakak-kakak dan Adik tercinta Qoriyah Lili Awaliah, Isnaniah, dan Nur Amaliah, yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis. 9. Isteri tercinta Nuning Nassityrona, S.Pd, yang selalu memberikan spirit,
motivasi
dan
energi
kreatif
sehingga
penulis
dapat
merampungkan skripsi ini dan menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Para personel WALI, khususnya Faank, Apoy, Tomi dan Ovie, serta keluarga besar WALI yang telah membantu penulis dalam melakukan observasi dan riset lagu “Abatasa”. 11. Teman-teman PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rahmat Hidayatullah, Iwan Buana FR, Sahirul Alim, Ahmad Furqon, Dodo Murtado, Abdul Muis Shobri, Zamzami, Adli Fadli, Andri Poerwito, yang senantiasa memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan menjadi amal soleh di sisiNya. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, guna kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari
viii
bahwa di dalamnya masih banyak kekurangan. Semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat. Amin.
Jakarta, 23 Mei 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv ABSTRAK ..............................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................
7
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
9
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 15 A. Analisis Isi .................................................................................... 15 1. Pengertian Analisis Isi ............................................................ 15 2. Pendekatan Analisis Isi ........................................................... 16
ix
x
3. Macam-macam Analisi Isi ...................................................... 18 B. Dakwah ......................................................................................... 20 1. Pengertian Dakwah ................................................................. 20 2. Subyek dan Obyek Dakwah .................................................... 23 3. Tujuan Dakwah ....................................................................... 24 4. Pesan Dakwah ......................................................................... 26 5. Metode Dakwah ...................................................................... 38 6. Media Dakwah ........................................................................ 44 C. Musik dan Lagu ............................................................................ 47 1. Pengertian Musik dan Jenis-jenis Musik ................................ 47 2. Pengertian Lagu dan Unsur-unsur Lagu ................................. 48 D. Dakwah Melalui Musik dan Lagu ................................................ 51
BAB III
GAMBARAN UMUM GRUP BAND WALI ................................. 56 A. Sejarah WALI ............................................................................... 56 B. Biodata Personil WALI ................................................................ 60 C. Diskografi WALI .......................................................................... 62 D. Prestasi WALI ............................................................................... 67 E. Lembaga Sosial WALI ................................................................. 69 F. Dakwah Musikal WALI ................................................................ 75 G. Gambaran Umum Lagu Abatasa ................................................... 77
xi
BAB IV
PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA ........................... 80 A. Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa ............................... 80 1. Pesan Akidah .......................................................................... 81 2. Pesan Syariah .......................................................................... 85 3. Pesan Akhlak .......................................................................... 91 B. Isi Pesan Dakwah Yang Paling Dominan dalam Lirik Lagu Abatasa .......................................................................................... 94
BAB V
PENUTUP .......................................................................................... 96 A. Kesimpulan ................................................................................... 96 B. Saran ............................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 99 LAMPIRAN ............................................................................................................ 106
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kesenian Islam yang tengah mengalami perkembangan pesat dalam arena budaya populer di Indonesia adalah musik Islami. Musik Islami telah menjadi salah satu sub-genre musik pop dalam industri musik Indonesia. Produk-produk musik Islami tersebut diproduksi dan dikemas dalam pelbagai format baik digital maupun non-digital dan didistribusikan secara luas oleh para pelaku bisnis dari pelbagai sektor industri seperti perusahaan rekaman, agensi artis, telekomunikasi, media massa dan media elektronik. Produk-produk musik Islami ini biasanya mulai memenuhi acara-acara di televisi, radio dan mediamedia lainnya sepanjang bulan Ramadhan. Fenomena perkembangan musik Islami ini terutama diwakili oleh albumalbum musik pop religi yang dirilis oleh sejumlah musisi atau grup band pengusung aliran pop rock yang sudah memiliki popularitas di blantika musik Indonesia, seperti Gigi, Opick, Ungu, Wali dan sebagainya. Grup band Gigi pernah merilis album “Raihlah Kemenangan” menjelang Ramadhan tahun 2004 dan mendulang sukses di pasar industri musik Indonesia. Dengan irama lebih menghentak, paduan rock, punk hingga new wave, yang merupakan ciri khas mereka, album religi dengan kemasan baru seperti itu sukses menarik perhatian generasi muda. Pada tahun-tahun berikutnya, Gigi kembali merilis sejumlah album religi setiap kali menjelang bulan Ramadhan, antara lain album “Raihlah
1
Kemenangan” Repackage (2005), album “Pintu Sorga” (2006), album “Jalan Kemenangan” (2008), single album “Beribadah Yuk” (2009), album “Amnesia” (2010), dan single album “Pemimpin dari Sorga” (2011). 1 Musisi lain, Opick, juga melakukan hal yang sama. Pada tahun 2005, Opick merilis album religi bertajuk “Istighfar”. Sebulan pertama setelah dirilis, album tersebut mampu mencetak doubel platinum dengan penjualan lebih dari 300 ribu kopi. Setelah itu, Opick kembali meluncurkan sejumlah album religi setiap kali menjelang bulan Ramadhan, antara lain album “Semesta Bertasbih” (2006), album “Ya Rahman” (2007), album “Cahaya Hati” (2008), album “Di Bawah Langit-Mu” (2009), album Shallu „Ala Muhammad (2010), dan album “The Best of Opick” (2011). Kesuksesan Opick salah satunya ditunjang oleh warna musik yang disuguhkannya. Musisi yang memiliki latar belakang sebagai seorang rocker ini memperluas unsur-unsur musik nasyid, yang selama ini identik dengan musik akapela, sehingga menjadi komposisi yang jauh lebih variatif.2 Grup band lain yang juga cukup konsisten menggarap album religi adalah Ungu. Pada tahun 2006, Ungu merilis sebuah mini album untuk menyambut Ramadhan 1427 H bertajuk “SurgaMu”. Hanya dalam tempo sepuluh hari sejak dirilis, mini album SurgaMu telah terjual sebanyak 150 ribu keping. Dalam satu
1
Lihat Denny Sakrie, “Musik Religi (Lagi)”, dalam http://www.bengkelmusik.com/forum/f46/musik-religi-t3104, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Tiga Belas Tahun Perjalanan Musik Gigi”, dalam http://www.gigionline.com/v2/profile.php, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan Adib Hidayat, Gigi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009). 2 Lihat “Opick”, http://id.wikipedia.org/wiki/Opick, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Opick Ya-Rahman”, http://datasharing.wordpress.com/2011/02/21/opick-ya-rahman/, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Opick: Penyanyi Religius Yang Pernah Hidup Menggelandang”, http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=9939, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick: Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Hikmah, 2006).
2
bulan, mini album SurgaMu telah memperoleh double platinum untuk penjualan di atas 300.000 keping. Pada tahun-tahun berikutnya, Ungu terus merilis sejumlah album religi, antara lain mini album “Para Pencari-Mu” (2007), album “Aku dan Tuhanku” (2008), album “Maha Besar” (2009), single album “Doa untuk Ibu” (2010), dan single album “Kupinang Kau Dengan Bismillah” (2011).3 Selain Gigi, Opick dan Ungu, band lain yang kerap merilis album religi adalah Wali. Grup band yang sempat meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pencetak rekor download RBT terbanyak dan tercepat pada tahun 2010 ini pernah merilis album religi bertajuk “Ingat Shalawat” pada tahun 2009 dan single album “Tobat Maksiat” pada tahun 2010 dan “Abatasa” pada tahun 2011. Singel Tobat Maksiat dan Abatasa sempat mendulang popularitas sepanjang tahun 2011 karena dijadikan sebagai “theme song” untuk sinetron “Islam KTP” dan program Ramadhan tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV. Wali adalah salah satu group band yang mengusung lagu pop melayu. Group band ini berdiri pada tanggal 31 Oktober 1999 di Jakarta dengan nama Fiera. Karena memiliki hobi yang sama di musik, para personel Fiera sama-sama berkomitmen untuk berjuang di dunia musik. Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang sekitar sembilan tahun, akhirnya band ini berhasil mengeluarkan album perdana pada tahun 2008 yang berjudul “Orang Bilang” dan muncul
3
Lihat “Album Religi Ungu Terjual 150 Ribu Keping Dalam 10 Hari”, dalam http://musik.kapanlagi.com/berita/album-religi-ungu-terjual-150-ribu-keping-dalam-10-hario6gcm10.html, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Ungu (Grup Musik)”, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ungu_(grup_musik), diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan Trinity Optima Production, Official Book of Ungu: Penguasa Hati (Jakarta: Kawan Pustaka, 2009).
3
dengan nama band barunya, yaitu Wali. Band ini terdiri dari empat personil, yakni Faank (vokal), Apoy (gitar), Ovie (keyboard), dan Tomy (drum). Seluruh personil group band Wali notabene berlatarbelakang pendidikan pesantren dan sempat mengenyam kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 2011, band ini sempat diangkat sebagai Duta Pesantren oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.4 Dengan latar belakang tersebut, maka tak mengherankan jika Wali dapat menciptakan lagu-lagu pop religi yang menarik minat masyarakat Indonesia. Para personel Wali nampaknya menyadari bahwa lagu-lagu pop religi yang diciptakannya dapat digunakan sebagai media dakwah atau sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat dengan cara yang menghibur, mudah dicerna dan tidak menggurui. Dakwah sendiri adalah seruan atau ajakan keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dan tingkah laku saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Oleh karena itu, dakwah membutuhkan metode tertentu agar pesan-pesan yang hendak dikomunikasikan dapat dicerna oleh audiens. Metode dakwah merupakan cara seorang juru dakwah untuk mengajak manusia kembali ke jalan yang benar berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis. Metode dakwah 4
Lihat “Trend Lagu Religi di Bulan Ramadhan”, dalam http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Single Abatasa Wali di Posisi 1 Weeekly Top 10 Flexy Tone”, dalam http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_1_Weeekly_Top _10_Flexy_Tone, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Wali, Single Religi Abatasa” http://www.nagaswarafm.com/wali-single-religi-abatasa.php, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan “Wali Ubah Citra Pesantren”, dalam http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=98375, diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
4
harus selalu mengalami modifikasi sesuai perkembangan zaman dan teknologi, serta menggunakan pendekatan-pendekatan dari berbagai disiplin ilmu agar dapat aktual, rasional dan efektif. Pada saat ini, dakwah harus disampaikan secara lebih efektif dengan menggunakan pelbagai media informasi dan komunikasi yang telah berkembang pesat. Salah satu media yang bisa digunakan untuk berdakwah adalah seni musik. Seni adalah salah satu unsur penting dalam sistem kebudayaan. Melalui kesenian
manusia
mampu
memperoleh
saluran
untuk
mengekspresikan
pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya. Di antara jenis kesenian yang diciptakan manusia adalah musik. Musik adalah salah satu cabang seni yang disampaikan melalui nada dan irama. Musik memiliki daya komunikasi massa yang tinggi dan seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mengandung masalah kehidupan sosial sehari-hari. Dalam dakwah Islam, musik merupakan bagian dari media dakwah yang bisa menjadi daya tarik bagi pendengarnya. Al-Izzu bin Salam, seperti yang dikutip oleh Toha Yahya Umar, mengatakan, “adapun nyanyian yang dapat mengingatkan orang kepada akherat, tidak mengapa bahkan sunnah.”5 Metode dakwah melalui musik ini mengingatkan kita pada cara-cara yang pernah dilakukan oleh Wali Songo dan para penyebar Islam di Nusantara. Dalam sejarah penyiaran Islam di Nusantara, banyak reportase yang meriwayatkan bahwa para pendakwah Islam kerap memanfaatkan seni sebagai medium ampuh dalam mendiseminasikan ajaran agama. Peranan penting seni dalam penyebaran 5
Toha Yahya Umar, Hukum Seni Musik, Suara, Tari Dalam Islam (Jakarta: Wijaya, 1983), h. 144.
5
agama Islam ini, misalnya, dapat dilihat dari kesaksian seorang ahli sejarah Islam abad ke-15 M, Syaikh Zainuddin al-Ma„bari. Dalam Tuhfah al-Mujâhidîn, sebuah buku yang memuat laporan tentang penyebaran Islam di India dan Asia Tenggara, al-Ma‟bari menghikayatkan bahwa keberhasilan dakwah Islam di wilayah ini banyak dibantu oleh pembacaan kisah Nabi Muhammad SAW yang dinyanyikan dengan indah. Fakta historis tersebut bahkan masih dapat kita saksikan sampai saat ini, di mana pembacaan riwayat Nabi dengan cara dinyanyikan, seperti pada pembacaan Kasidah Burdah, Kasidah Barjanji, Syair Rampai Maulid, dan sebagainya senantiasa dipraktikkan oleh masyarakat Muslim Indonesia di pelbagai daerah.6 Banyaknya minat masyarakat akan seni musik pada saat ini menjadikan musik sebagai penyampaian pesan dakwah yang cukup efektif. Demikianlah yang dilakukan oleh group band Wali. Selain menyalurkan bakat dan hobi mereka di bidang seni musik, Wali juga menggunakan musik sebagai media dakwah, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Islam melalui dunia yang mereka geluti. Ini salah satu cara mereka untuk menyampaikan pesan-pesan Islami kepada masyarakat. Dengan cara begitu, audiens yang mendengar atau meghafal lirik lagunya diharapkan dapat mengetahui dan memahami pesan-pesan Islami yang terkandung di dalam lirik-lirik lagu mereka. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis akan mengkaji isi pesan lagu “Abatasa” grup band Wali. Lagu ini mendorong anak-anak untuk 6
Lihat Rahmat Kemat, “Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi”, dalam http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantara-legasi_26.html, diakses 12 Januari 2014.
6
semangat mengaji atau menuntut ilmu dan memuat pesan-pesan tentang akidah, ibadah dan muamalah. Dalam lagu ini, pengarang menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan semua muslim dari yang kaya sampai yang miskin. Pengarang juga mengajak audiens untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan berharap agar amal ibadahnya diterima oleh Allah sehingga bisa masuk surga. Selain itu, pengarang juga menyebut istilah “haqqul yaqin” yang jika dikaji secara mendalam memiliki makna yang sangat luas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan mengangkat judul: “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Lagu Abatasa Karya Grup Band Wali.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, pesan dakwah yang dimaksud adalah ungkapanungkapan yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa grup band Wali yang mengandung ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan Sunah. Adapun isi pesan dakwah yang dimaksud dalam penelitian terdiri dari aspek akidah, syari‟ah dan akhlak. Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada lagu Abatasa yang merupakan single album religi grup band Wali yang dirilis pada tahun 2011. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
7
1. Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa karya group band Wali? 2. Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu Abatasa karya group band Wali?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu “Abatasa” group band Wali? 2. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu “Abatasa” group band Wali?
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan ilmu dakwah dan komunikasi, khususnya pengembangan teori tentang metode dakwah melalui media kesenian. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan memotivasi kepada para praktisi dan elemen-elemen masyarakat,
8
mahasiswa dan pelajar untuk mengembangkan berbagai metode dakwah melalui media kesenian atau media-media lain yang berkembang saat ini.
E. Tinjauan Pustaka Judul penelitian ini memiliki kemiripan dengan judul skripsi-skripsi lain yang telah ditulis oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mencoba menganalisis isi pesan dakwah yang terkandung dalam media seni, khususnya musik. Skripsi-skripsi tersebut antara lain: 1. “Analisis Isi Pesan Dakwah Album Cahaya Hati Opick”, yang ditulis oleh Andi Harsayudi. Isi dari skripsi ini mendeskripsikan pesan aqidah dalam Album Cahaya Hati Opick, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak menceritakan tentang keagungan dan kekuasaan Tuhan. 2. “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Syair Lagu Grup Musik Rock Purgatory Album 7:172”, yang ditulis oleh Syarifah Farah. Isi dari skripsi ini menjelaskan pesan akidah, akhlak dan muamalah dalam Album 7:172, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak menceritakan tentang tema-tema itu. 3. “Analisis Isi Lirik Lagu Dalam Album Laskar Cinta Group Band Dewa”,
yang
ditulis
oleh
Lisnawati.
Isi
dari
skripsi
ini
mendeskripsikan pesan akhlak dalam Album Laskar Cinta, karena lirik-lirik yang tertuang dalam album itu lebih banyak menceritakan tentang moral.
9
4. “Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Syair Lagu Sakha Dalam Album Allah Yang Kucintai”, yang ditulis oleh Siti Fadhilah. Isi dari skripsi ini lebih banyak mengandung pesan akhlak dalam Album Allah Yang Kucintai, karena lirik-lirik yang tertuliskan dalam album itu lebih banyak menceritakan tentang etika. 5. “Analisis Isi Pesan Dakwah pada Lirik Lagu Album “Ingat Sholawat” Group Band Wali”, yang ditulis oleh Zulfikar. Isi dari skripsi ini menjelaskan pesan akidah, ibadah dan akhlak dalam Album “Ingat Sholawat”, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak menceritakan tentang tema-tema itu. Dari sekian banyak skripsi yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya skripsi Zulfikar yang membahas tentang Wali Band. Namun demikian, Zulfikar memfokuskan kajiannya pada album “Ingat Shalawat”. Dengan demikian, skripsi yang menganalisis single album grup band Wali yang berjudul “Abatasa” belum ada. Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan penelitian ini untuk menganalisis isi lagu “Abatasa” grup band Wali.
F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
10
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7
2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah para personil Group Band Wali, yang terdiri dari, Apoy (gitaris), Faank (vokalis), Tomi (drummer), dan Ovie (keyboardis). b. Objek Penelitian Objek penelitian ini isi pesan dakwah yang terdapat dalam lagu “Abatasa”.
3. Teknik dan Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 6.
11
dengan atau tanpa pedoman (guide) wawancara.8 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer yang mengajukan pertanyaan dan interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Subjek-subjek yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah para personel group band Wali, yakni Apoy (gitaris), Faank (vokalis), Tomi (drummer), dan Ovie (keyboardis).
b. Dokumentasi Dokumentasi adalah proses mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan realitas.10 Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain karya-karya Wali baik dalam format digital maupun nondigital, tulisan, reprotase, dan berita yang berkaitan dengan group band Wali.
4. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan 8
B. Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 133. 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 186. 10 S. Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 231.
12
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.11
5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulis Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2007.
G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran umum tentang ha-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab dan masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai beriku: PENDAHULUAN, membahas latar belakang masalah, perumusan
BAB I
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
ISLAM, MUSIK DAN DAKWAH, membahas hubungan antara musik dan dakwah dalam tradisi Islam.
BAB III
BIOGRAFI DAN KARIR WALI BAND DALAM INDUSTRI MUSIK POP RELIGI DI INDONESIA, membahas sejarah WALI Band, biodata personel WALI Band, diskografi WALI Band,
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.
13
penghargaan WALI Band, lembaga sosial WALI Band, dakwah musikal Wali dan gambaran umum lagu Abatasa. BAB IV
ANALISIS ISI PESAN LAGU ABATASA GRUP WALI BAND, membahas pesan dakwah dalam lagu Abatasa dan pesan dakwah yang paling dominan dalam lagu Abatasa.
BAB V
PENUTUP, membahas kesimpulan dan saran.
14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Isi 1. Pengertian Analisis Isi Analisis isi (content analysis) digambarkan oleh para ahli sebagai studi ilmiah tentang isi komunikasi. Analisis isi adalah studi tentang isi dengan mengacu pada makna, konteks dan maksud yang terkandung dalam pesan. O.R. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai teknik untuk membuat kesimpulan secara sistematis dan obyektif dengan cara mengidentifikasi karakteristik khusus suatu pesan.1 Klaus Krippendorff mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang valid dan dapat ditiru dari teks ke konteks penggunaannya.2 Penggunaan analisis isi dilakukan jika seorang peneliti ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dan sebagainya.3
1
O.R. Holsti et. al, ―Content Analisis‖, dalam Garner Lindzey & Elliot Aronson (ed.), Hand Book Of Sosial Psychology, (Reading, MA: Addison-Wesley, 1968), h. 608. 2 Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (London: Sage Publication, 2004), h. 18. 3 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 68.
15
Analisis isi juga dapat digunakan untuk studi-studi yang bersifat eksplorasi dan deskriptif. Hardjana menjelaskan teknik analisis isi umumnya memberikan manfaat untuk ketiga kegiatan yaitu: (1) Membuat paparan tentang apa, bagaimana, dan kepada siapa suatu komunikasi ditayangkan; (2) Membuat inferensi tentang anteseden mengenai sebab musabab mengapa suatu komunikasi dinyatakan; dan (3) Membuat inferensi tentang apa dampak dari komunikasi yang dinyatakan itu.4 Menurut Burhan Bugin, metode analisis isi merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang tebuka dari komunikator yang dipilih.5 Dengan demikian, metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam bidang keilmuan komunikasi karena objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang disampaikan oleh suatu media komunikasi.
2. Pendekatan Analisis Isi Salah satu perdebatan yang berlangsung di kalangan para pengguna analisis isi adalah apakah analisis isi itu pendekatan kuantitaif atau kualitatif. Berelson berpendapat bahwa analisis isi adalah pendekatan kuantitatif. Menurut B. Berelson, analisis isi adalah teknik penelitian untuk deskripsi yang objektif, sistematis dan kuantitatif dari isi komunikasi yang
4
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h. 71. Burhan Bugin (ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 134. 5
16
nyata.6 D. Silverman, dalam diskusinya tentang metode kualitatif, tidak mengakui analisis isi sebagai teknik analisis data kualitatif, karena analisis isi merupakan metode kuantitatif.7 Di lain pihak, C. Selltiz et. al. berpendapat bahwa kuantifikasi yang berlebihan (over quantification) dalam analisis isi pada dasarnya lebih menekankan pada ―prosedur analisis‖ daripada ―karakter data‖. 8 Menurut M. Abrahamson, analisis isi dapat digunakan untuk mengkaji hampir seluruh jenis komunikasi. Analisis isi dapat memfokuskan baik pada
aspek-aspek
kuantitaif
maupun
kualitatif
dari
pesan-pesan
komunikasi.9 Dengan demikian, analisis isi pada dasarnya dapat digunakan dalam pendekatan kuantitatif dan pendekatan kulalitatif. Noeng Muhajir menyatakan bahwa analisis isi dapat digunakan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dioperasikan dengan cara mengemukakan ketepatan dalam mengidentifikasi isi dari pesan dakwah yang muncul, seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang-ulang dari kata tertentu. Sedangkan pendekatan kualitatif adalah dengan menggunakan seperangkat tema sebagai suatu bentuk pedoman dalam membahas seluruh isi pesan dengan mencoba menerangkan bagaimana tema tersebut kemudian dikembangkan oleh suatu sumber media dengan meneliti masalah yang 6
B. Berelson, Content Analysis in Communication Research, (New York: The Free Press,
1952). 7
D. Silverman, Interpreting Qualitative Data, (Thousands Oaks, CA: Sage, 1993) h. 59. C. Selltiz, M. Jahoda, M. Deutsch dan S.W. Cook, Research Methods in Social Relation, (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1959) h. 336. 9 M. Abrahamson, Social Research Methods, (Englewoods Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1983) h. 286. 8
17
ada di dalamnya yang tidak mencakup jumlah. George dan Kraucer, sebagaimana di kutip Muhajir, menyatakan bahwa content analysis qualitative lebih mampu menyajikan nuansa dan lebih mampu melukiskan prediksinya lebih baik.10
3. Macam-macam Analisi Isi Menurut Klaus Krippendorff, setidak-tidaknya ada 4 (empat) jenis analisis isi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pertama, analisis wacana (discourse analysis). Secara sederhana analisis wacana mencoba memberikan pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan kata/frase yang ditulis oleh pengarang. Analisis wacana memfokuskan pada bagaimana fenomena-fenomena partikular dimunculkan oleh pengarang teks. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunkan analisis wacana adalah karya Van Dijk (1991) yang mencoba mempelajari bagaimana pers mengungkap masalah rasisme; kemunculan kaum mioritas, menjelaskan konflik antar etnis, dan mengumpulkan data tentang pemberian stereotipe (penilaian buruk kepada suatu kelompok). Selain penelitian itu juga terdapat penelitian tentang program berita dan dialog di TV Amerika Serikat yang memunculkan tetang fenomena partikular, yaitu visi ideologi ekonomi Amerika Serikat.11 Kedua, analisis retorika (rhetorical analysis). Analisis retorika berfokus kepada bagaimana pesan itu disampaikan serta dampak (langsung 10
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000),
11
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 14.
h. 69.
18
ataupun jangka panjang) yang dirasakan oleh para penerima pesan atau audiens.
Peneliti
yang
menggunakan
pendekatan
ini
harus
mengidentifikasi elemen-elemen struktural seperti ungkapan, gaya argumentasi, serta gestur dsan penekanan dalam pidato. Di antara banyak penelitian analisis retorika, salah satunya adalah Kathleen Hall Jamieson‟s book Packaging the Presidency (1984). Dalam buku itu dijelaskan tentang analisis retorika terhadap pidato-pidato presiden Amerika Serikat.12 Ketiga, analisis isi etnografis (ethnographic content analysis). Analisis ini dimunculkan oleh Altheide (1987). Walaupun terkesan sangat kualitiatif-antropologis, pendekatan ini tidak menghindari cara yang bersifat kuantitatif, namun malah mendukung penghitungan data dari analisis isi dengan tulisan. Pendekatan ini dikerjakan dengan deskripsi narasi memfokuskan pada situasi yang berkembang, setting/kondisi, gaya, gambar, makna, dan gagasan penting agar dikenali/dipahami oleh aktor atau pembicara secara kompleks.13 Keempat, analisis percakapan (conversation analysis). Analisis ini diawali dengan merekam percakapan dengan setting dan tujuan yang biasa/umum. Selanjutnya hasil rekaman itu dianalisa lebih dalam menjadi konstruksi kolaboratif. Analisis ini dilakukan pertama kali oleh Harvey Sack
(1974)
yang
menganalisis
tentang
lawakan
(jokes)
yang
mengkonsturksi kolaborasi dari komunikator dengan judul History 17.14
12
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 16. Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 17. 14 Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 17. 13
19
B. Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dakwah secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟ayad‟u-da‟watan, artinya mengajak, menyeru atau memanggil. Menurut Warson Munawir, dakwah adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).15 Sedangkan dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam. Para ahli mengajukan beberapa definisi yang berbeda sesuai dengan sudut pandang mereka dalam mendefinisikan istilah tersebut. Menurut Abu Bakar Aceh, sebagaimana dikutip Toto Jumantoro, dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat baik.16 Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun msayarakat. Terwujudnya dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini ia harus lebih berperan menuju
15
Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h. 439. Toto Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur‟ani, (Jakarta: Amzah, 2001), h. 18. 16
20
kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.17 Menurut Nasarudin Latif dakwah adalah setiap aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil maupun lainnya, untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah. 18 Menurut
Bakhial
Khauli,
sebagaimana
dikutip
Ghazali
Darussalam, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturanperaturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.19 Menurut Syekh Ali Mahfudz, sebagaimana dikutip Abdul Kadir Sayid Abdul Rauf, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.20 Toha Yahya Umar, sebagaimana dikutip Kafiudin dan Maman Abdul Jalil, mendefinisikan dakwah berdasarkan dua kategori, yaitu dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Secara umum dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara dan tuntutan, bagaimana
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194. 18 Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara, 1998), h. 11. 19 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN. BHD, 1996), h. 5. 20 Abdul Kadir Sayid Abdul Rauf, Dirasah fi al-Da‟wah al-Islamiyah, (Kairo; Dar alTiba‘ah al-Mahmadiyah, 1987), h. 10.
21
seharusnya
menarik
perhatian,
manusia
menganut,
menyetujui,
melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu. Secara khusus dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.21 Dalam al-Qur‘an, kata dakwah dapat berarti menyeru kepada kebaikan maupun keburukan. Hal ini misalnya disebutkan dalam Q.S. alMu‘min (40): 41 sebagai berikut: ―Hai kaumku! Bagaimanakah kamu, aku seru kamu (ad‟ukum) kepada keselamatan tapi kamu menyeru (tad‟ukum) ke neraka.‖ Berdasarkan ayat di atas, dapat dikatakan bahwa dakwah dapat berarti menyeru kepada kebaikan atau sebaliknya menyeru kepada keburukan. Namun demikian, ayat di atas menegaskan bahwa dakwah yang dikehendaki oleh Islam adalah dakwah kepada kebajikan. Lebih dari itu, dakwah pada hakikatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia, tetapi juga mengubah manusia baik individu maupun kelompok menuju ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, konsep dakwah Islam memuat juga konsep perubahan individu dan transformasi sosial. Perubahan individu dan transformasi sosial yang dimaksud adalah perubahan dan transformasi dari kondisi kurang baik atau tidak baik menuju kepada kondisi yang lebih baik.22 Dakwah menurut konsepsi Islam adalah mengajak atau menyeru kepada kebaikan sesuai dengan ajaran dan 21
Kafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 3. 22 Irfan Hielmy, Dakwah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h. 9-10.
22
nilai-nilai Islam. Jadi, seruan atau ajakan kepada kejahatan tidak termasuk ke dalam konsep dakwah Islam. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran sesuai dengan petunjuk Al-Qur‘an dan Hadis dengan menggunakan media tertentu agar manusia mendapatkan kebahagian baik di dunia dan akhirat.
2. Subyek dan Obyek Dakwah Subyek dakwah adalah pelaku dakwah. Faktor subyek dakwah sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah. Maka, subyek dakwah dalam hal ini da‘i atau lembaga dakwah hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah yang profesional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan individual maupun kolektif. Di samping itu, kesiapan subyek dakwah baik penguasaan terhadap materi maupun metode, media dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasialan.23 Objek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah. Sebagai objek dakwah, masyarakat baik idividu maupun kelompok memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hai ini seorang da‘i hendaklah memahami karakter siapapun yang menjadi objek dakwahnya agar pesan-pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad‘u.24
23 24
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 13. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 19.
23
3. Tujuan Dakwah Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai tujuan tertentu.25 Dalam bentuk asalnya dakwah merupakan aktifitas nubuwwah dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia, dengan tujuan utamanya berkaitan erat dengan tujuan wahyu (AlQur‘an dan Al-Hadits) bagi kehidupan umat manusia. Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT. Menurut Samsul Munir Amin, tujuan dakwah pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu:26 1. Tujuan Umum Dakwah (Major Objective), yaitu sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya. Tujuan utama adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus mengarah ke sana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat umum atau global, oleh karena itu masih juga memerlukan perumusan-perumusan secara terperinci pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara tujuan dakwah yang utama itu menunjukan pengertian bahwa dakwah kepada seluruh umat baik yang sudah memeluk agama maupun yang 25
Aminudin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah: Diktat Kuliah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisonga, 1992), h. 49. 26 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 60-62.
24
masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat disini menunjukan pengertian seluruh alam. Sedangkan yang berkewajiban berdakwah ke seluruh umat adalah Rasulullah SAW dan utusan-utusannya yang lain. Allah berfirman: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang tidak diperintahkan itu, berarti)kamu tidak menyampikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk bagi orang yang kafir‖ (QS. Al-Maidah (5): 67). 2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective), yaitu perumusan tujuan dan penjabaran, dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana, dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antar juru dakwah yang satu dengan yang lainya hanya karena masih umumnya tujuan yang hendak tercapai. Tujuan khusus dakwah sebagai terjemah dari tujuan umumnya Dakwah dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: (1) Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwaan kepada Allah SWT; (2) Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf; (3) Mengajak manusia agar beriman kepada Allah (memeluk agama Islam); dan (4) Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
25
4. Pesan Dakwah Pesan dakwah menurut Kamus Besar Indonesia mengandung arti perintah, nasihat permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.27 Menurut Onong Uchana Effendy, pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Lambang yang dimaksudkan di sini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasa lah yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. 28 Menurut Toto Tasmara, pesan dalam Islam ialah perintah, nasihat, permintaan, amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah baik secara tertulis maupun bentuk pesan-pesan (risalah).29 Menurut Wardi Bachtiar, pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang bersumber dari Al-Qur‘an dan Hadits sebagai sumber utama yang
27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9, h. 761. 28 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h. 18. 29 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 43.
26
meliputi Aqidah, Syariah, dan Akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.30 Menurut Mustofa Bisri, pesan dakwah dapat dibedakan dalam dua kerangka besar, yaitu: (a) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan khalik (hablu min Allah) yang berorientasi kepada kesalehan individu; (b) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan manusia (Hablu min al-nas) yang menciptakan kesalehan sosial.31 Menurut Barmawai Umari, materi dakwah ada 10 bagian, yaitu: 1. Aqidah, yaitu menyebarkan dan menanamkan pengertian Aqidah Islamiyah yang berpangkal dari rukun Iman yang prinsipil dengan berbagai perinciannya. 2. Akhlak, yaitu menerangkan Akhlakul Karimah (Akhlak yang mulia) dan Akhlakul Madzmumah ( akhlak yang tercela) dengan segala dasarnya, hasilnya, dan akibatnya, kemudian diikuti dengan contohcontoh yang telah berlaku adalam sejarah. 3. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soalsoal Ibadah, Muamalat, Ahwalus sahsyiah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim dan masalah lainnya. 4. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antara penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap golongan lain (Non Muslim).
30
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 33-34. 31 Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung: Mizan, 1995), h. 28.
27
5. Pendidikan, yaitu melukiskan sistem pendidikan ala Islami yang telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam yang dimasa sekarang dimasa yang akan datang. 6. Sosial, yaitu mengemukakan bagimana solidaritas menurut hukum agama, tolong-menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran ALQur‘an dan Hadits-hadits Nabi. 7. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak bertentangan-bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sikap asimilasi dan akulturasi, sesuai dengan ruang dan waktu. 8. Kemasyarakatan, yaitu menguraikan konstruksi masyarakakat yang penuh berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama. 9. Amar Ma‘ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh kebahagiaan Dunia dan Akhirat. 10. Nahi Munkar, yaitu melarang manusia dari berbuat jahat agar terhindar dari malapetaka yang akan datang. 32 Dengan demikian, pesan dakwah mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna yang bersumber dari Al-Qur‘an dan Sunah yang berupa aqidah, syariah dan akhlak yang disampaikan untuk mengajak manusia baik individu ataupun golongan melalui media lisan maupun tulisan agar mengikuti ajaran Islam
32
Barmawi Umary, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: Ramdani, 1987), h. 57-58.
28
dan mampu mensosialisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapat kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Berikut ini diuraikan tiga aspek isi pesan dakwah Islam tersebut, yakni akidah, syariah dan akhlak: 1. Aqidah adalah keyakinan batiniah yang tercakup dalam rukun iman, namun permasalahannya tidak hanya yang wajib dipercaya saja tetapi mencakup juga persoalan masalah yang dilarang oleh tuntunan agama. Aqidah merupakan materi yang wajib disampaikan oleh para dai, dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang keyakinan kaum muslim terhadap keberadaan Allah SWT dengan segala kemahakuasaan-Nya, maka akan menambah kecintaan para objek dakwah terhadap Tuhan-Nya, sehingga terlahir pribadi-pribadi muslim yang taat dan patuh akan perintah dan larangan Allah SWT.33 Dalam akidah Islam, keyakinan merupakan prasyarat dari keimanan seseorang. Orang yang beriman haruslah orang yang yakin, dan keyakinan yang haruslah mencapai tingkat paling tinggi, yang disebut dengan i‟tiqad jazim (keyakinan utuh). Hal ini terkait dengan definisi iman, yaitu pembenaran dalam hati, pengakuan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota badan. Adanya ketiga unsur ini merupakan bukti betapa keyakinan haruslah inheren (melekat) dalam iman. Keyakinan itu tempatnya
di dalam hati, diketahui melalui
manifestasinya, yang diungkapkan dalam bentuk ungkapan dan
33
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 94-95.
29
tindakan. Adanya pembenaran, ungkapan, dan tindakan sebagai pilar dari iman, merupakan gambaran dari keyakinan utuh tersebut. Keyakinan harus seperti ini, tidak boleh dihinggapi purbasangka (zhann), apalagi keraguan (syakk).34 Ditinjau dari segi kuat dan tidaknya, akidah dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu: Pertama, tingkat ragu (taqlid), yakni orang yang berakidah hanya karena ikut-ikutan saja, tidak mempunyai pendirian sendiri. Akan tetapi dalam masalah keyakinan yang bersifat individual harus memiliki keyakinan utuh, dan tidak dibenarkan adanya taqlid (kepercayaan atas dasar pernyataan atau keyakinan orang lain); Kedua, tingkat yakin, yakni orang yang berakidah atau sesuatu dan mampu menunjukkan bukti, alasan, atau dalilnya, tapi belum mampu menemukan atau merasakan hubungan kuat dan mendalam antara obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil) yang didapatnya. Sehingga tingkat ini masih mungkin terkecoh dengan sanggahansanggahan yang bersifat rasional dan mendalam. Atau keyakinan yang didasarkan kepada pengetahuan semata. Firman Allah: ―Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin‖ (Q.S. al-Takatsur/102: 5); Ketiga, tingkat „ain al-yaqin, yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu secara rasional, ilmiah, dan mendalam mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil). Tingkat ini tidak terkecoh dengan
34
Sahrin Harahap, Ensiklopedia Akidah Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 702.
30
sanggahan-sanggahan yang bersifat rasional dan ilmiah. Atau berkeyakinan yang didasarkan kepada penglihatan rohani yang disebut „ain al-bashirah (melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan
keyakinan
yang
kuat).
Firman
Allah:
―Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin‖ (QS. at-Takatsur/102: 7); Keempat, tingkat haqq al-yaqin, yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu, disamping mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan bukti atau data (dalil) secara rasional, ilmiah, dan mendalam, juga mampu menemukan dan merasakannya melalui pengalaman-pengalaman dalam pengamalan ajaran agama. Atau berkeyakinan yang didasarkan kepada pengetahuan dan penglihatan rohani. Orang yang telah memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang diri, ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya. Firman Allah: ―Dan Sesungguhnya al-Qur‟an itu benar-benar kebenaran yang diyakini (haqqul yaqin)‖ (Q.S. al-Haqqah/69: 51).35 Keempat tingkatan akidah tersebut didasarkan atas sedikit banyak atau besar kecilnya potensi dan kemampuan manusia yang dikembangkan dalam menyerap akidah tersebut. Semakin sederhana potensi yang
35
Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 1993), h. 84-85.
31
dikembangkan akan semakin rendah akidah yang dimiliki, demikian pula sebaliknya. 2. Syariah adalah ketentuan atau norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (muamalah).36 Secara garis besar, syariah terdiri dari dua aspek, yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah hubungan manusia dengan Tuhan yang tercermin dalam dalam rukun Islam. Muamalah adalah hubungan manusia dengan manusia, bahwasanya Islam mengatur hubungan sosial kemanusian dalam kehidupan sehari-hari, agar tercipta harmonisasi dan kerukunan dalam bermasyarakat, secara terperinci baik hubungan syariah tentang ibadah dan muamalah terdapat dalam buku Fiqih yang bersumber dari Al-Quran, Hadist serta Ijtihad para ulama. Istilah ―ibadah‖ secara etimologis merupakan bentuk mashdar dari kata „abada yang tersusun dari huruf „ain, ba, dan dal. Kata tersebut mempunyai dua makna pokok yang tampak bertentangan atau bertolak belakang. Pertama, mengandung pengertian lin wa zull, yakni kelemahan dan kerendahan. Kedua mengandung pengertian syiddat wa qilaz, yakni kekerasan dan kekasaran.37 Terkait dengan kedua makna ini, Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama diperoleh kata „abd yang bermakna mamluk (yang dimiliki) dan
36
E. Hasan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinanan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55. 37 Abu Husain Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Mu‟jam Maqayis al-Lugah, (Beirut: Dar alFikr, t.th), juz IV, h. 205.
32
mempunyai bentuk jamak „abid dan „ibad. Bentuk pertama menunjukkan makna budak-budak dan yang kedua untuk makna ―hamba-hamba Tuhan‖. Dari makna terakhir inilah bersumber kata „abada, ya‟budu, ‟ibadatan yang secara leksikal bermakna ―tunduk merendahkan dan menghinakan diri kepada dan di hadapan Allah.38 Sedangkan secara terminologis, Hasbi Ash-Shiddieqy mengutip beberapa pendapat, antara lain; Mengesakan Allah, menta‘zimkan-Nya dengan sepenuh-sepenuhnya, ta‘zim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Sedangkan ulama akhlak mengartikan ibadah dengan mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggaran segala syariat (hukum). Ulama fiqh mengartikan ibadah dengan segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.39 Menurut Quraish Shihab, Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.40
38
H. Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. I, h. 149-150. 39 TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. VII, h. 1. 40 M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. I, h. xxi.
33
Istilah ―muamalah‖ berakar dari kata „amala yang mengandung arti ―saling berbuat‖, ―saling bertindak‖, ―saling mengamalkan‖ atau ―berbuat secara timbal balik‖. Lebih sederhana lagi berarti ―hubungan antara orang dengan orang.‖41 Muamalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa„alah, yaitu ―saling berbuat‖. Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masingmasing.42 Secara terminologis, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah dalam arti sempit. Pengertian muamalah dalam arti luas yaitu ―menghasilkan hal-hal duniawi supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi,‖43 atau ―segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.‖44 Dalam versi Muhammad Yusuf Musa, ―muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.‖45 Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukumhukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
41
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), cet. 1, h. 175. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. 2, h. vii. 43 Al-Dimyati, I„anat al-Thalibin, (Semarang: Toha Putra, t.th.), h. 2. 44 Al-Dimyati, I„anat al-Thalibin, h. 2. 45 Abdul Madjid, Pokok-Pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1986), h. 1. 42
34
Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut. Menurut Hudhari Byk, ―muamalah adalah semua
akad
yang
membolehkan
manusia
saling
menukar
manfaatnya.‖46 Menurut Rasyid Ridha, ―muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.‖47 Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian muamalah dalam arti sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan Allah dan manusia wajib mentaati-Nya. Para ulama ahli ijtima„î membagi muamalah menjadi dua kategori, yaitu mu„amalah maddiyah dan mu„amalah adabiyah.48 Sementara itu, para ulama fiqh, sebagaimana dikemukakan Nasrun Haroen,49 membagi muamalah menjadi dua kategori, yakni muamalah yang hukumnya ditunjuk langsung oleh nash (al-Qur‘an dan Sunah), dan muamalah yang hukumnya tidak ditunjuk langsung oleh nash. Jenis muamalah yang ditentukan langsung oleh Allah lewat nash hukumnya bersifat permanen dan tidak dapat diubah, serta tertutup dari perubahan. Di dalam kerangka tiga bidang utama sistem hukum Islam, kajian studi hukum muamalah sebagaimana dikenal dalam kajian fiqh, hanya 46
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 2. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 2. 48 Moenawar Kholil, Kembali Kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 221. 49 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. xii-xiv. 47
35
merupakan kategori ahkam al-mu„amalah dalam pengertian sempit. Adapun ahkam al-mu„amalah dalam pengertian luas tidak lain hanya merupakan bagian dari aspek syariah dalam arti sempit, bahkan hanya merupakan subsistem dari ahkam al-„amaliyah. Menurut Suparman Usman, ahkam al-mu„amalah sebagai perangkat ketentuan hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia (makhluk), meliputi: (a) Ahkam al-ahwal al-syakhsiyah, yakni bidang hukum yang mengatur tentang hukum orang (subyek hukum) dan hukum keluarga, seperti hukum perkawinan; (b) Ahkam al-madaniyah, yakni bidang hukum yang mengatur tentang hukum benda (obyek hukum), atau yang mengatur masalah yang berkaitan dengan benda, seperti jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, penyelesaian harta warisan atau hukum kewarisan; (c) Ahkam al-jinayah, yakni bidang hukum yang berhubungan dengan yang dilarang atau tindak pidana (delict, jarîmah), dan ancaman atau sanksi hukum bagi yang melanggarnya (‗uqûbah), atau yang lazim disebut dengan hukum pidana; (d) Ahkam al-qada wa al-murafa„ah, yakni bidang hukum yang berkaitan dengan acara di peradilan (hukum formil), yang antara lain menyangkut aturan tentang alat-alat bukti, saksi, pengakuan, dan yang menyangkut aturan tentang pelaksanaan hukuman dan lain-lain, atau yang lazim disebut dengan hukum acara; (e) Ahkam al-dusturiyah, yakni bidang hukum yang berkaitan dengan masalah politik, yang antara lain menyangkut pengaturan dasar dan sistem negara,
36
perundang-undangan dalam negara, syarat-syarat, hak dan kewajiban pemimpin, hubungan pemimpin dengan rakyatnya, dan lain-lain, atau yang lazim disebut dengan hukum tata negara dan perundangundangan; (f) Ahkam al-dauliyah, yakni bidang hukum yang mengatur hubungan antar negara, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang, atau yang lazim disebut dengan hukum internasional; dan (g) Ahkam al-iqtishadiyah wa al-maliyah, yakni bidang hukum yang mengatur tentang perekonomian dan keuangan dalam suatu negara, atau yang lazim disebut dengan hukum ekonomi dan hukum perbankan.50 3. Akhlak secara etimologis berarti berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi sebuah kepribadiannya. 51 Akhlak terbagi ke dalam tiga kategori yaitu: (a) Akhlak kepada Allah yaitu perilaku manusia kepada pencipta-Nya; (b) Akhlak kepada Manusia yaitu perilaku atau perbuatan manusia kepada sesama, dan perbuatan itulah yang menentukan baik atau buruknya akhlak seseorang. Contohnya yaitu memberi salam, berkata sopan, menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan terima kasih kepada orang lain dan sebagainya; (c) Akhlak terhadap lingkungan (akhlak terhadap hewan, dan tumbuhan) 50
Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 24-25, 41. Lihat pula Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam; Ilmu Ushulul Fiqh, (terj.) Noer Iskandar, dkk., (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 40-41. 51 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 4.
37
yaitu perilaku manusia dalam merawat dan menjaga lingkungan sekitar.
5. Metode Dakwah Dalam segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu ―meta‖ (melalui) dan ―hodos‖ (jalan, cara).52 Dengan demikian, bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata metodos, artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.53 Menurut Masdar Helmy, metode dakwah dapat diartikan sebagai jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.54 Menurut Toto Tasmara, metode dakwah adalah caracara tertentu yang dilakukan seorang da‘i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 55 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. Dalam rangka dakwah Islamiyah agar masyarakat dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus dan ikhlas, maka penyampaian dakwah 52
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 61. Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35. 54 Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV. Toha Putra, 1973), h. 21. 55 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43. 53
38
harus melihat situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Di sini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah. Landasan umum mengenai metode dakwah adalah Al-Qur‘an Surah alNahl ayat 125 yang disebutkan sebagai berikut: ―Telah pasti datangnya ketetapan Allah Maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.‖ Pada ayat tersebut terdapat metode dakwah yang akurat. Kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode Al-Hikmah. Kata ―hikmah‖ dalam Al-Qur‘an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma‘rifat. Bentuk masdarnya adalah ―hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Toha Yahya Umar menyatakan bahwa Hikmah berarti meletakan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan
tidak
bertentangan
dengan
larangan
Tuhan.56
Syekh
Muhammad Abduh memberikan definisi hikmah sebagai berikut:
56
Hasanuddin, Hukum Dakwah, h. 35.
39
―Hikmah adalah ilmu yang sahih (benar dan sehat) yang menggerakan kamauan
untuk
melakukan
suatu
perbuatan
yang
bermanfaat/berguna.‖57 Kata hikmah sering diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa hingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemaunnya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik, maupun terasa tertekan. Dalam bahasa komunikasi disebut sebagai frame of reference, field of reference, dan field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap pihak komunikan(objek dakwah).58 Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilaksanakan atas dasar persuasive. Karena dakwah bertumpu pada human oriented maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama (bersifat informatif), sebagaimana ketentuan AlQuran: ―Bahwasannya engkau itu adalah yang member peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka‖ (QS. Al-Ghasyiyah (88): 21-22). Metode bi al-Hikmah mengandung pengertian yang luas. Kata alHikmah sendiri di dalam Al-Qur‘an dalam berbagai bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 280
kali. Secara
57
harfiah kata
tersebut
Mohammad Natsir, Fiqhu Da‟wah: Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dak‟wah, (Jakarta: Yayasan Capita Selecta, 1966), h. 164. 58 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 37.
40
mengandung
makna
kebijaksanaan.
Bila
dilihat
dari
sudut
pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti yang bermacam-macam, seperti: (1) Kenabian (Nubuwwah); (2) Pengetahuan tentang AlQur‘an;
(3)
Kebijaksanaan
pembicaraan
dan
perbuatan;
(4)
Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudannya dalam kehidupan; (5) Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang membawa kepada kemaslahatan ummat; (6) Meletakan suatu urusan pada tempatnya yang benar; (7) Sunnah Nabi; (8) Sikap adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. 59 Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni: (a) Mengenal strata mad‟u; (b) Kapan harus bicara, kapan harus diam; (c) Mencari titik temu; (d) Toleran tanpa kehilangan sibghah; (e) Memiliki kata yang tepat; (f) Cara berpisah; (g) Uswatun hasanah; dan (h) Lisanul hal. 2. Metode Mau‘izah Hasanah. Terminologi mau‟izhah hasanah dalam perspektif dakwah sangat populer, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau tabligh) seperti Maulid Nabi dan Isra‘ Mi‘raj, istilah mau‟izhah hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan ―acara yang ditunggu-tunggu‖ yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara. Namun demikian agar tidak menjadi kesalahpahaman, maka akan di jelaskan pengertian mau‟izhah hasanah. 59
Said Ali bin Wahaf al-Qahatahani, Al-Hikmah fi al-Da‟wa ila Allah Ta‟ala, (Beirut: Muassasah, t.th.), h. 27.
41
Secara bahasa, mau‟izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau‘izhah dan hasanah. Kata Mau‟izhah berasal dari kata wa‟adzaya‟idzu-wa‟dzan-wa‟izatan
yang
berarti
nasihat,
bimbingan,
pendidikan dan peringatan,60 sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Mau‟izah hasanah atau nasihat yang baik maksudnya adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenaan dihati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, menghindari sikap kasar, dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajarannya yang disampaikan oleh pihak objek dakwah. Jadi, dakwah bukan propaganda. Jadi kalau kita telusuri kesimpulan dari mau‟idzatul hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau mem-beberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. 3. Metode Mujadalah. Dari segi etimologi (bahasa), lafadz mujadalah terambil dari kata ―jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila
60
Hasanuddin, Hukum Dakwah, h. 37.
42
ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” (perdebatan).61 Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.62 Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar waalmunadzarah, mengartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat bermakna pula ―Datang untuk memilih kebenaran‖ dan apabila berbentuk isim ―al-Jadlu” maka berarti ―pertentangan atau perseteruan yang tajam‖.63 Al-Jazirah menambahkan bahwa, lafadz “al-Jadlu” Musytaq dari lafadzh “al-Qotlu” yang berarti sama-sama terjadi pertentangan, seperti halnya terjadinya perseteruan antara dua orang yang saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah. Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian alMujadalah (al-Hiwar). Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana
yang
mengharuskan
lahirnya
permusuhan
di
antara
keduanya.64
61
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), Op. Cit., h. 175 62 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 553. 63 Ali al-Jarisyah, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, (Al-Munawaroh: Dar al-Wifa, 1989), h. 19. 64 World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Etika Diskusi, (terj.) Abdus Salam M, dan Muhil Dhafir, (Surakarta: Era Inter Media, 2001), h. 21.
43
6. Media Dakwah Kata media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi berarti alat perantara. 65 Media adalah segala sesuatu yang bisa dijadikan alat perantara yang membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien. 66 Dalam Kamus Telekomunikasi, media berarti sarana yang digunakan untuk komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya, banyak atau Bedanya. ― jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Adapun bentuk jenisnya beragam.‖ 67 Menurut Laswell komunikasi meliputi lima unsur: (a) Komunikator (communicator, source, sender); (b) Pesan (massage); (c) edia (channel, media); (d) Komunikan (communicate, receiver, receipent); (e) Efek (effect, impact, influence).68 Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.69 Secara umum media-media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokan pada: a. Media Visual, yakni bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan untuk kepentingan dakwah indera penglihatan perangkat media visual 65
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), h. 17. Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1940), h. 225. 67 Gozali, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227. 68 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h. 18. 69 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 35. 66
44
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah adalah film slide, transparansi, overhead proyektor (OHP), gambar, foto dan lain sebagainya. b. Media Audio, yakni alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana pertunjukan
kegiatan
dakwah
yang
ditangkap
melalui
indra
pendengaran. Media audio sudah bisa digunakan orang untuk berbagai kegiatan secara efektif. Media audio ini cukup tinggi efektifitasnya dalam penyebaran informasi, terlebih lagi untuk media audio yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dua arah seperti, telepon atau handphone, radio, tape recorder. Dengan media audio komunikasi dapat berlangsung tanpa batas dan jarak. c. Media Audio Visual, yakni media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsur gambar(visual)dan suara(audio) secara bersamaan. Pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi. Adapun yang termasuk dalam media audio visual adalah televisi, film dan sinetron, video. d. Media Cetak, yakni media untuk menyampikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media cetak merupakan media yang sudah lama dikensal dan mudah dijumpai di mana-mana. Adapu yang termasuk dalam media cetak antara lain buku, majalah, surat kabar, bulletin, brosur, dan lain-lain.70
70
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 116-125.
45
Menurut Zaini Muhtaram, yang dapat dijadikan sebagai media dakwah secara umum dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk di antaranya: a.
Media lisan, media yang paling banyak digunakan karena sifatnya praktis dan ekonomis, yang termasuk media lisan adalah: diskusi, khutbah, ramah tamah.
b. Media cetak, disebut juga media tulisan, pemikiran-pemikiran, ajaran Islam dituangkan dalam bentuk surat kabar, majalah, dan sebagainya. c.
Media elektronik, media yang lahir dari pemikiran manusia dalam bidang teknologi modern, sehingga penonton atau pendengar dapat terpancing emosi dan tingkah laku, kata-kata, ataupun suara yang dihasilkan. Yang termasuk jenis media elektronik adalah radio, televisi, tave, film dan sebagainya.
d. Media
organisasi,
organisasi
dakwah
merupakan
alat
untuk
pelaksanaan dakwah yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. e.
Media seni dan budaya, media ini merupakan media yang sangat diminati dan akan terus diwariskan, dakwah melalui seni dan budaya telah dilakukan oleh para guru dan da‘i dizaman dahulu hingga sekarang, seperti wayang, gamelan, seni musik dan sebagainya. 71 Dakwah
sebagai
bagian
dari
aktifitas
komunikasi
sangat
membutuhkan media sebagai penunjang proses kegiatan dakwah islamiah, sehingga tujuan dakwah untuk menuju kehidupan bermasyarakat yang islami dapat terwujud. Musik adalah suatu bentuk yang dapat dikeluarkan 71
Zaini Muhtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 602.
46
aneka perasaan manusia yang diungkapkan dengan nada atau vokal maupun instrumental yang tersusun secara harmonis, sebagai bagian dari seni, dan keberadaan musik dalam Islam tidak jauh berbeda dengan keberadaan seni-seni lainnya. Dalam perkembangan Islam musik mendapat banyak perhatian dari musisi-musisi yang berasal dari Islam. Para musisi-musisi Indonesia kini telah banyak menggunakan musik sebagai metode berdakwah. Musik dianggap lebih mudah dipahami dan digemari masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan akan cepat diterima oleh mad‘unya.
C. Musik dan Lagu 1. Pengertian Musik dan Jenis-jenis Musik Menurut Adjie Esa Putra, musik adalah kesenian yang bersumber dari bunyi. Musik di bangun oleh empat unsur, yaitu nada atau bunyi yang teratur, amplitudo atau kuat lemahnya bunyi yang dalam bahasa musiknya disebut ―dinamik‖ unsur waktu yang terdiri atas panjang pendeknya bunyi (hitungan panjang pendeknya atau ketukan nada), serta timbre atau warna suara (sound).72 Musik dapat dibedakan menjadi musik instrumental dan musik vokal. Musik instrumental adalah suara yang diperdengarkan melalui alatalat musik, sedangkan seni musik vokal adalah suara yang dilagukan atau
72
Adjie Esa Poetra, 1001 Jurus Menyanyi Mudah, (Bandung: DAR! Mizan, 2008), h. 28.
47
dinyanyikan dengan perantara oral tanpa iringan instrumental musik.73 Selain dapat dimainkan secara terpisah, kedua jenis seni musik itu, yakni instrumental dan vokal, juga dapat dipadukan secara bersamaan. Musik merupakan produk budaya yang tinggi atau merupakan seni yang indah.74 Musik merupakan sarana budaya yang hadir dalam masyarakat sebagai konstruksi dari realitas sosial yang dituangkan dalam bentuk lirik lagu. Musik merupakan perilaku sosial yang kompleks dan universal yang di dalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan. Pesan atau ide yang disampaikan melalui musik atau lagu biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme dan sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.75
2. Pengertian Lagu dan Unsur-Unsur Lagu Pengertian lagu seringkali dibedakan dengan pengertian musik. Menurut kamus Besar Indonesia, lagu merupakan ragam suara yang berirama (dalam bercakap-cakap, bernyanyi, membaca, dan lain-lain), atau nyanyian.76 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
73
Abdurrahman al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 13. 74 Dloyana Kesumah dkk., Pesan-pesan Budaya Lagu-lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya Terhadap Prilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV Eka Putra, 1995), h. 1. 75 Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta, 2003), h. 7-8. 76 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 486.
48
musik lebih luas dari pada pengertian lagu. Namun demikian, musik dan lagu berkaitan erat satu sama lain. Menurut Adhani, sebagaimana dikutip Sumarlam dkk., lagu pada dasarnya merupakan gambaran hidup pencipta, tidak jarang apa yang mereka tuangkan ke dalam sebuah lirik mewakili pengalaman hidup mereka. Sebuah wacana lagu dikatakan puitis jika pengarang dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, dan menimbulkan tanggapan yang jelas bagi pendengar.77 Pada dasarnya puisi atau lagu merupakan gambaran hidup penulis, tidak jarang apa yang mereka tuangkan ke dalam sebuah lirik lagu mewakili pengalaman hidup mereka. Lagu merupakan ungkapan perasaan dan luapan hati dari penyanyinya. Fungsinya adalah sebagai media hiburan yang di dalamnya mempunyai sasaran informasi, enak didengar dan dimengerti sehingga pesan yang diinginkan dapat tersampaikan dengan baik kepada apresiator. Pesan dalam lagu biasanya diekspresikan dalam lirik lagu. Menurut kamus Bahasa Indonesia, lirik berarti karya sastra (puisi) yang berisi curahan rasa pribadi, atau juga susunan kata sebuah nyanyian. 78 Lirik lagu atau syair dapat dipandang sebagai salah satu karya seni bersifat tertulis yang bentuknya mirip dengan puisi. Bahasa pada lirik lagu merupakan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang
77
Sumarlam, Agnes Adhani dan A. Indratmo, Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama, (Bandung: Pakar Raya, 2004), h. 55. 78 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 528.
49
padu dan pemilihan kata-kata kias dan imajinatif.79 Setiap unsur pada lirik lagu saling berkesinambungan satu sama lain, sehingga menimbulkan arti tersendiri yang mewakilkan pesan dari pembuatnya. Pencipta lagu ini menggunakan dan memainkan bahasa yang tepat untuk dijadikan lirik-lirik lagu yang indah, mudah dimengerti dan diresapi oleh apresiator. Sehingga pesan yang diinginkan dapat tersampaikan dengan baik. Lagu juga dapat digunakan sebagai media yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai konteks kegiatan manusia, termasuk kegiatan dakwah sebagaimana dilakukan oleh Band Wali. Lagu pada umunya memiliki 2 (dua) unsur, yaitu tema dan variasi. Tema adalah lagu pokok yang menjadi landasan pengembangan lagu, serangkaian melodi atau kalimat lagu yang merupakan elemen utama dalam konstruksi sebuah komposisi, melodi pokok yang polanya selalu diulang–ulang dan dapat diuraikan dalam berbagai variasi.80 Sedangkan variasi adalah pengulangan sebuah lagu utama yang biasanya disebut tema dengan
perubahan
(disebut
variasi–variasi)
sementara
tetap
mempertahankan unsur tertentu dan menambah atau menggantikan unsur lain.81 Bentuk variasi ini pada umumnya ditemukan pada pengulangan atau repetisi.82
79
Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi, (Jakarta: PT Gramedia, 2002), h. 1. Pono Banoe, Kamus Musik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), hal. 409. 81 Karl Edmund-Prier, Ilmu Bentuk Analisis Musik, (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1996), h. 38 – 39. 82 Stanley Sadie (ed.), The New Grove Dictionary of Music and Musicians, Second Edition, Volume 25, (New York: Macmillan Publisher Limited, 2002), h. 284-322. 80
50
D. Dakwah Melalui Musik dan Lagu Menurut Rahmat Hidayatullah, setiap kali mendiskusikan subjek musik dalam kebudayaan Islam, kita selalu saja tidak dapat mengelak dari isu tentang status (hukum) musik dalam pandangan Islam. Isu tersebut telah banyak diperdebatkan oleh para ulama dan teolog. Lantaran tidak adanya ayat-ayat alQuran yang secara eksplisit melarang atau membolehkan musik, ditambah sengketa tentang otentisitas beberapa Hadis Nabi yang berkaitan dengan musik, perbedaan pendapat tentang status musik dalam Islam pun terus berkelanjutan sepanjang sejarah Islam. Yusuf al-Qardhawi, dalam al-Halal wa al-Haram, menghalalkan musik (dalam kondisi-kondisi tertentu) dengan argumen bahwa beberapa Hadis Nabi—yang menurutnya lebih otentik—memperkenankan musik. Sebaliknya, Muhammad Nashiruddin al-Albani, dalam Tahrim Alat al-Tharab, mengharamkan musik dengan argumen bahwa banyak Hadis Nabi—yang menurutnya lebih otentik—melarang musik.83 Menurut Abdul Hadi WM, keberatan sejumlah ulama terhadap musik yang mengakibatnya timbulnya larangan dan pengharaman terhadap musik, didasarkan pada beberapa hadis yang kurang lebih sama banyaknya dengan hadis yang membolehkan penggunaan musik dalam kehidupan sosial dan keagamaan orang Islam. Oleh karena itu persoalan boleh tidaknya musik dan bagaimana hukumnya dalam Islam menjadi sangat pelik. Para cendekiawan atau ulama yang menganggap musik sesungguhnya tidak dilarang secara hakiki dalam Islam, mendasarkan pandangannya pertama-tama pada seruan al-Qur‘an bahwa 83
Rahmat Hidayatullah, ―Musik Islam: Kesinambungan dan Perubahan‖, Makalah disampaikan dalam acara 5th Session of Ciputat Music Space Offline Series, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 Juli 2013, h. 1.
51
memperindah suara dan lagu dalam menyampaikan ajaran kitab suci sangat dianjurkan. Selain itu mereka beranggapan bahwa hadis-hadis yang berisi larangan terhadap musik kebanyakan kurang sahih, dan beberapa lagi di antaranya masih perlu ditafsirkan dengan cara yang berbeda-beda, menggunakan kaidah yang berbeda-beda pula, sebab maksud hadis yang berbeda-beda itu memilki kepentingan yang berbeda-beda pula. Perbedaan tafsir itu ketara dalam berbagai kitab tafsir al-Qur`an, kitab Fiqih, tafsir Hadis dan risalah Tasawuf yang berbedabeda sesuai dengan paham dan mazhab yang dianut penulisnya. 84 Di sisi lain, berbeda dengan sebagian besar ulama fiqih, yang memperdebatkan kehadiran musik dan seni suara dalam lingkungan pemeluk agama Islam, adalah pandangan para filosof dan sufi yang begitu apresiatif sekaligus kritis. Sejak lama mereka berpendapat bahwa musik (al-musiqa) dan seni suara (al-handasa) merupakan ekspresi jiwa yang penting dalam membangun kebudayaan dan peradaban Islam. Bagi mereka seni musik dan suara adalah ungkapan keselarasan nada dan suara yang diperuntukkan bagi pendengaran, sebagaimana seni hias dan kaligrafi yang diperuntukkan bagi mata. Dari indera pendengaran dan penglihatan itu kemudian keselarasan itu dialirkan ke dalam jiwa pendengar atau penikmatnya sebagai hidangan kerohanian yang memberikan cita keindahan (al-lazat) tersendiri.85 Menurut Quraish Shihab, pada dasarnya tidak ada larangan menyanyikan lagu di dalam Islam. Bukankah ketika Nabi SAW pertama kali tiba di Madinah,
84
Abdul Hadi WM, ―Wacana Seni Islam: Musik, Religiusitas dan Spiritualitas‖, dalam http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/07/03/musik-dalam-religiusitas-spiritualitas-islam/, diakses 12 Januari 2014. 85 Abdul Hadi WM, ―Wacana Seni Islam: Musik, Religiusitas dan Spiritualitas‖.
52
beliau disambut dengan nyanyian. Ketika ada perkawinan, Nabi juga merestui nyanyian
yang
menggambarkan
kegembiraan.
Yang
terlarang
adalah
mengucapkan kalimat-kalimat, baik yang ketika bernyanyi ataupun berbicara yang mengandung makna-makna yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.86 Dalam kenyataannya, sejarah mencatat bahwa para penyebar Islam di Nusantara kerap menggunakan musik dan bentuk-bentuk kesenian lainnya sebagai media dakwah. Melalui tarekat-tarekat sufi yang aktif sejak abad ke-15, para penyebar Islam di Nusantara mengembangkan beberapa jenis musik dan tarian, baik yang berakar dari tradisi Arab-Persia maupun tradisi Melayu-Jawa. Jejakjejak estetika Islam tersebut dapat diidentifikasi dalam Saluang Minang yang mencerminkan pengaruh tilawah pada musik lokal, tari Seudati Aceh yang tumbuh dari tarian-tarian sufi, tari Pantil di Madura, zikir rebana, zapin dan rampak yang tumbuh di lingkungan masyarakat Melayu. Demikian pula tembangtembang suluk dalam bahasa Jawa, Sunda dan Madura; Tâj al-Salâtin, Samrah alMuhimmah, Serat Menak, Hikayat Amir Hamzah, Umar Umaya, Menak Cina dan sebagainya. Di Jawa, para Wali Songo seperti Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati dalam dakwahnya sering menggunakan gamelan. Berkat kreativitas para wali inilah estetika Gamelan Jawa, Sunda dan Madura berbeda dengan estetika Gamelan Bali yang masih meneruskan tradisi Hindu—Gamelan Jawa dan Degung Sunda cenderung kontemplatif, karena dalam
86
M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama, (Bandung, Mizan, 1999),
h. 8.
53
estetika Islam yang diutamakan adalah penciptaan suasana khusuk dalam merenungi Tuhan.87 Dalam berdakwah, para Wali Songo juga kerap menciptakan lagu sebagai media untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat Jawa. Raden Paku atau Sunan Giri, yang disebut oleh Belanda sebagai ―Paus dari Timur‖, merupakan pencipta lagu rakyat Pucung dan Asmarandana. Begitu pula dengan Sunan Kalijaga, beliau adalah pencipta lagu yang paling populer dalam sejarah rakyat Jawa, Lir-ilir. Sunan Kudus juga memiliki keahlian serupa dalam menciptakan lagu-lagu, seperti Maskumambang dan Mijil. Sementara Sunan Muria adalah tokoh yang menggunakan gamelan untuk menarik masyarakat agar masuk Islam. Lagu-lagu Jawa Sinom dan Kinanti adalah hasil gubahan beliau.88 Sumarsam, seorang etnomusikolog Indonesia, pernah mengemukakan tentang relasi intim antara Islam dan kesenian tradisional Jawa, baik dalam komunitas Islam abad ke-18 dan 19 maupun dalam tradisi pondok pesantren. Dalam kenyataannya, alih-alih menghindari pertunjukan musik (musical performance) dan penerimaan musik (musical reception), kebanyakan Muslim Indonesia justru merayakan penggunaan musik dan pertunjukan seni lainnya serta menganggapnya sebagai komponen penting bagi identitas komunitas mereka. Bahkan Wali Songo sendiri kerap diasosiasikan sebagai penemu seni pertunjukan (art performance) di Nusantara, baik dalam bentuk aransemen lagu dan melodi, gamelan, dan wayang kulit. Musik gamelan sendiri seringkali dimanfaatkan untuk
87
Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖, dalam http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantara-legasi_26.html, diakses 12 Januari 2014. 88 Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖.
54
menarik masyarakat kepada Islam, dan sejumlah instrumen gamelan dalam sekatenan bahkan hingga saat ini dipertunjukkan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.89 Dengan demikian, sejak masa lalu seni musik telah digunakan sebagai media dakwah oleh para ulama untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Penggunaan musik sebagai media dakwah sebagaimana dicontohkan oleh para penyebar Islam dan Wali Songo di atas dapat dikatakan masih sangat relevan untuk diadopsi pada hari ini. Menurut Sidi Gazalba, musik merupakan salah satu media yang dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang mudah diterima oleh khalayak. Sifatnya yang menghibur dapat dimanfaatkan penyanyi atau seniman untuk memasukan pesan-pesan dakwah di dalamnya, sehingga secara tidak langsung khalayak telah menerimanya dengan suka hati dan tidak membosankan untuk didengar berulang-ulang kali bahkan menirukannya, karena musik merupakan kesenian yang amat menarik untuk manusia dan sudah naluri manusia untuk menyukai hal-hal yang bersifat estetika dan keindahan.90 Efektifitas musik sebagai media dakwah merupakan terobosan yang sanggat tepat pada saat ini, karena secara naluriah manusia menyukai hal-hal yang bersifat keindahan dan kesenangan. Pesan-pesan keagamaan yang dibalut dengan iringan musik yang indah membuat pesan-pesan tersebut mudah masuk ke dalam relung hati nurani dan secara psikologis dapat menginspirasi para pendengar untuk merenungi makna-makna yang dikandung dalan pesan-pesan tersebut. 89 90
Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖. Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1998), h. 186.
55
BAB III GAMBARAN UMUM GRUP BAND WALI
A. Sejarah WALI Nama WALI, sebuah band musik pop yang saat ini digawangi oleh Faank (Vocal), Apoy (Guitar), Tomi (Drum), dan Ovie (Keyboard & Synt), dideklarasikan pada awal tahun 2007. Namun demikian, band ini sesungguhnya telah terbentuk jauh sebelum nama WALI mencuat ke permukaan, yakni pada pada tanggal 31 oktober 1999. Ketika itu, band ini bernama FIERA, sebuah simbol yang mewakili inisial nama personel masing-masing, yakni Faank (Vocal), Ihsan (Drum), Endang (Bass), Raden (Guitar II), dan, Apoy (Guitar I). Seiring berjalannya waktu, FIERA harus merombak nama grup band karena beberapa faktor yang mendorong band tersebut untuk berubah baik secara institusi maupun personal. Salah satu faktor tersebut adalah keluarnya Endang dan Raden dari FIERA pada tahun 2007 karena kesibukannya masing-masing. Hengkangnya Endang dan Raden meninggalkan masalah bagi band FIERA. Pasalnya, mereka kehilangan 2 (dua) personil yang mengisi posisi Bass dan Gitar II, sehingga band FIERA hanya menyisakan 3 (tiga) personel pada waktu itu, yakni Faank, Ihsan dan Apoy.1 Namun permasalahan tersebut akhirnya dapat diselesaikan dengan mengambil langkah efisien menggantikan gitar II dengan keyboard synthetizer untuk mempertebal harmonisasi lagu. Pilihan Fiera jatuh pada Ovie yang ketika 1
Lihat http://waliband.net/profil.php, diakses http://waliband.net/news227.php, diakses pada 14 Mei 2014.
56
14
Mei
2014;
dan
itu berstatus sebagai keyboardist pengiring untuk sebuah paduan suara mahasiswa yang ada di kampus UIN Jakarta (PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Di lain pihak, posisi Bass yang sebelumnya diisi oleh Endang yang keluar dari band FIERA kemudian digantikan oleh Nuam.
Layaknya pengantin baru, FIERA
mencoba saling memahami dan mengerti satu sama lain. Dan pada kesempatan yang sama, FIERA mencoba meng-upgrade bersama daya juangnya. Tak tanggung-tanggung nama band inipun akhirnya disepakati untuk dirubah menjadi WALI. Dengan demikian, line up band WALI sejak saat itu adalah Faank (Vokal), Apoy (Gitar/Song Writer), Tomy2 (Drum), Ovie (Keyboard & Synt), dan Nuam (Bass).3 Nama WALI sendiri diadopsi dari bahasa Indonesia yang berarti wakil. Penggunaan kata WALI untuk grup band tersebut dikarenakan mudah diucapkan oleh semua masyarakat Indonesia. Di sisi lain, penggunaan kata WALI sebagai nama grup juga mewakili segala keterbatasan yang ada bagi Faank dan kawankawan. Beberapa orang kerap menghubungkan nama WALI dengan WALI SONGO karena melihat latar belakang para personil WALI yang nota bene berasal dari dunia pesantren dan sempat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Meskipun asumsi tersebut ada benarnya, namun para personel WALI sendiri tidak pernah secara eksplisit menyatakan hubungan langsung antara nama band WALI dengan WALI SONGO. Bagi para personil
2
Ketika WALI BAND masih bernama FIERA, Tomy adalah Ihsan. Ibid. Dalam masa promosi album pertama, Nuam yang mengisi posisi Bass harus keluar dari WALI karena faktor yang kurang begitu jelas. Posisi Bass kemudian digantikan oleh personil lama band FIERA, yakni Endang, yang berstatus sebagai additional player di WALI Band hingga saat ini. 3
57
WALI, bila ada yang mengaitkan nama band WALI dengan WALI SONGO, anggap saja ―BUY ONE GET ONE FREE‖.4 Gayung bersambut, pada pertengahan tahun 2007 bersama manajernya yang bernama Adzee dari Positif Art Management, yang juga sempat menjadi mahasiswa di UIN Jakarta, WALI mendapatkan kesempatan memasuki dunia rekaman melalui salah satu Major Label bernama NAGASWARA. Sejak saat itulah nama WALI Band mulai populer dan merekah blantika musik Indonesia melalui album perdana yang bertajuk ―Orang Bilang‖.5 Genre musik yang diusung oleh band WALI adalah ―Local Pop Creative‖. Menurut Faank, genre musik WALI disebut ―Local Pop Creative‖ berdasarkan beberapa alasan tertentu. Disebut lokal karena WALI mengangkat musik-musik etnis lokal ciri khas Indonesia. Disebut pop karena karena musik WALI memang beraliran pop. Disebut kreatif karena di dalam musik WALI banyak kreasi-kreasi yang dimaksudkan sebagai pembeda dengan band-band yang lain. Kendati demikian, lanjut Faank, sekarang ini masyarakat menjuluki musik WALI dengan istilah ―Pop Melayu‖. Faank sendiri menyatakan, ―Tapi whatever lah, yang jelas kalo Wali sendiri gak pernah mengkotak-kotakkan genre.‖6 Dengan demikian, meskipun WALI mengidentiufikasi genre musiknya dengan istilah ―Local Pop Creative‖, mereka sesungguhnya menyerahkan perihal tersebut kepada para konsumen dan penggemar musik WALI.
4
Ibid. Ibid. 6 Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi. 5
58
Terkait dengan influence dari musisi-musisi atau band-band lain, Faank menegaskan bahwa masing-masing personel pada dasarnya memilik influence yang berbeda-beda. Faank menyatakan: ―Tomy seneng Dave Grohl (Bassis Nirvana—pen.), Mike Portnoy (Drumer Dream Theater—pen.). Apoy seneng Steve Vai (Solo Guitarist— pen.), tapi yang paling meng-inflence dia itu lagu-lagu (Rock—pen.) jadul tahun 1990-an. Ovie seneng sama Yovie Widianto (Kahitna Band—pen.). Kalo gua sendiri (Faank—pen.) lebih seneng sama Armand Maulana (GIGI Band—pen.).‖7 Sejak meluncurkan album perdana bertajuk ―Orang Bilang‖, yang kemudian disusul oleh album-album berikutnya, WALI mulai menjadi salah satu band populer papan atas di Indonesia dan telah meraih berbagai prestasi sepanjang karirnya. Pada tahun 2013, WALI bahkan disebut-sebut oleh berbagai media sebagai salah satu band yang bertarif show termahal di Indonesia. Namun demikian, bagi para personil WALI, jika benar WALI menjadi band dengan bayaran termahal, maka hal itu tak menjadi pembenaran bagi mereka untuk bersikap sombong. Menurut gitaris Wali, Apoy, jika membicarakan soal bayaran, maka hal itu sangat relatif. Baginya, karena bayaranlah membuat mereka tak bisa bergerak ke mana-mana. Apoy menyatakan: ―Yang perlu diketahui, selama ini yang kami kejar bukanlah semata-mata hanya bayaran. Untuk apa uang banyak kalau enggak bisa membahagiakan orang-orang sekitar kita? Buat apa punya rezeki banyak kalau orang lain tidak kecipratan?‖8 Apoy menegaskan, jika Wali berbahagia, maka semua orang yang bekerja sama dan membantu Wali juga harus merasa bahagia. Ia pun menyatakan tak 7
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi. Lihat ―Band Wali Dikabarkan Bertarif Show Termahal, Ini Komentar Mereka‖, dalam http://www.tribunnews.com/seleb/2013/04/24/band-wali-dikabarkan-bertarif-show-termahal-inikomentar-mereka, diakses 15 Mei 2014. 8
59
perlu sombong dengan apa yang sudah diraih Wali hingga saat ini. Bagi Apoy, ―Untuk apa sombong? Toh mereka semua yang mendoakan, membantu. Bukan hanya orang yang kami kenal yang mendoakan, orang-orang yang tidak kami kenal pun memberikan doanya kepada kami. Itulah yang membuat kami haram hukumnya untuk sombong.‖ 9
B. Biodata Personil WALI Personil resmi WALI BAND saat ini terdiri dari 4 (empat) orang, yakni Faank (Vokal), Apoy (Gitar/Song Writer), Tomy (Drum), dan Ovie (Keyboard & Synt). Berikut ini dideskripsikan biodata dan profil masing-masing personil. 1. Faank (Vocalis) Nama lengkap Faank adalah Farhan ZM. Posisi Faank dalam WALI BAND sebagai Vokalis. Faank lahir di Sukabumi pada 23 Mei 1979. Anak ke-2 dari 6 bersaudara ini adalah seorang Muslim. Faank sempat menempuh pendidikan di Pondok Pesantren La Tansa dan kuliah S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara musikalitas, Faank ter-influence oleh U2, Deep Purple, GIGI dan musisi idolanya adalah David Coverdale (Vokalis Deep Purple). Saat ini Faank bermukim di Jl. Sosial No. 20 RT 02 RW 06 Jatiwaringin Pondok Gede, Bekasi. 2. Apoy (Gitaris/Song Writer) Nama lengkap Apoy adalah Aan Kurnia. Posisi Apoy di WALI BAND adalah sebagai Gitaris. Apoy lahir di Jakarta pada 8 Maret 1979. Anak bungsu dari 9
9
Ibid.
60
bersaudara ini adalah seorang Muslim. Apoy sempat sempat belajar di Pondok Pesantren La Tansa dan kuliah S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara musikalitas, Apoy ter-influence oleh Offening, Green Day dan Fire Hous. Musisi idolanya adalah Steve Vai, Joe Satriani dan Andy Tummons. Saat ini Apoy menetap di di Royal Serpong Village Jl. Cataluna No. 71 Pondok Jagung Serong Tangerang Banten. 3. Tomy (Drumer) Nama lengkap Tomy adalah Ihsan Bustomi. Posisi di WALI BAND sebagai Drumer. Ia lahir di Jakarta pada 30 Januari 1984. Anak ke-4 dari 5 bersaudara ini adalah seorang Muslim. Pendidikan terakhir Tommy adalah S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara musikalitas, Tomy ter-influence oleh Nirvana, Green Day dan RATM. Musisi idolanya Dave Grohl, Virgie Donati, Benyamin. S dan Tre Cool. Saat ini Tomy tinggal di Jl. Trigasi Taman 3 Blok B3 No. 01 RT 04 RW 11 Bekasi Timur. 4. Ovie (Keyboardis) Nama lengkap Ovie adalah Hamzah Shopi. Posisi di WALI BAND sebagai Keyboardis. Ovie lahir di Bogor pada 03 November 1985. Anak ke-4 dari 5 bersaudara ini adalah seorang Muslim. Oppy sempat kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun tidak sempat menyelesaikan studinya di kampus tersebut. Secara musikalitas, Ovie ter-influence oleh Gun n’ Roses (GNR), DEWA 19, POTRET, dan SLANK. Musisi idolanya adalah Richard Clayderman, Bon Jovi, Ahmad Dani, Anto Hoed, Mely Goeslaw, Daniel
61
Sahuleka dan Maxim. Ovie saat ini menetap di Jl. Cilebut Raya RT 01 RW 001 No. 41 Kec. Sukaraja, Bogor.
C. Diskografi WALI Sepanjang karirnya di blantika musik Indonesia, WALI telah merilis 3 album (#1 Orang Bilang, #2 Cari Jodoh, #3 Aku Bukan Bang Toyib), mini album (Ingat Shalawat), album 3 in 1 (Cari Berkah dan Cinta Itu Amanah), dan beberapa single album, salah satunya adalah ―Abatasa‖ yang sempat begitu populer di kalangan masyarakat karena dijadikan sebagai theme song program Ramadhan tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV.10 Album pertama WALI diberi judul ―Orang Bilang‖. Album ini dirilis pada tahun 2008 dengan mengangkat hit single yang berjudul ―Dik‖. Lagu ―Dik‖ yang diciptakan oleh Apoy ini bercerita tentang ungkapan rasa sayang dan cinta abadi seseorang terhadap pasangannya. Lagu-lagu lain dalam album ini antara lain ―Emang Dasar‖ yang bercerita tentang kekesalan seorang wanita terhadap pasangannya yang berselingkuh, ―Orang Bilang‖, ―Tetap Bertahan‖, ―Egokah Aku‖, dan sebagainya. Keseluruhan lagu dalam album ini diciptakan oleh Apoy (gitaris). Album ini terdiri dari 10 (sepuluh) lagu dengan judul-judul sebagai berikut: (1) Orang Bilang; (2) Dik; (3) Tetap Bertahan; (4) Egokah Aku; (5)
10
Lihat ―Trend Lagu Religi di Bulan Ramadhan‖, dalam http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan, diakses 14 Mei 2014; dan ―Single Abatasa Wali di Posisi 1 Weeekly Top 10 Flexy Tone‖, dalam http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_1_Weeekly_Top _10_Flexy_Tone, diakses 14 Mei 2014.
62
Sahabat… Aku Cinta; (6) Emang Dasar; (7) Ku Bangga; (8) Aku Bukan Taruhan; (9) Maafkan Aku Tak Setia; dan (10) Aku Sakit.11 Album kedua WALI dirilis pada tahun 2009 dengan judul ―Cari Jodoh‖. Lagu Cari Jodoh datang dari curhatan para sahabat, sehingga membuat Apoy tertarik untuk menghadirkan karya yang memang disukai banyak orang dan dihadirkan lewat sentuhan hati dan kejujuran. Tembang Cari Jodoh juga sempat masuk dalam kompilasi SCTV by Request. Semenjak berhasil bikin ―sengatan‖ di scene musik lokal, WALI semakin pandai dalam meracik kumpulan nada-nada menjadi terdengar lebih harmonis. Buktinya, di album kedua ini sejumlah lagu seperti ―Baik-Baik Sayang‖, ―Yank‖, ―Kekasih Halal‖, ―Puaskah‖ hingga ―Jodi‖ (Jomblo Ditinggal Mati) hadir dalam lirik dan aransemen yang jujur, jelas, dan easy listening. Album ini memuat 10 (sepuluh) lagu dengan judul-judul sebagai berikut: (1) Cari Jodoh; (2) Baik-baik Sayang; (3) Harga Diriku; (4) Jodi; (5) Jangan Tuduh Aku; (6) Kekasih Halal; (7) Puaskah; (8) Yank; (9) Adinda; dan (10) Suka Atau Tidak.12 Hampir semua lagu-lagu WALI di album ini mewakili kejadian, perasaan, kondisi seseorang, dan segala sesuatu yang sering dialami banyak orang, Karena memang sejak awal, lagu-lagu WALI inginnya dapat mewakili perasaan setiap orang. Misalnya lagu Baik-Baik Sayang. Lagu itu sebuah jawaban keseharian orang terhadap teman atau pacarnya untuk menenangkan hati. Kalo Kekasih Halal, tentang harapan seorang cowok mendapat kekasih yang sesuai dengan perasaannya. Yang heboh mungkin Jodi. Lagu ini tentang kesetiaan. Liriknya 11 12
Lihat http://www.waliband.net/discography1.php, diakses 14 Mei 2014. Lihat http://www.waliband.net/discography2.php, diakses 14 Mei 2014.
63
agak memprihatinkan karena ditinggal kekasih. Tapi bagaimana caranya harus terdengar bahagia ditengah kesedihan.13 Semenjak mendapat respon yang luar biasa, WALI dianggap berhasil menancapkan karirnya di scene musik lokal. Terbukti, empat single yang diluncurkan di album Orang Bilang, yaitu Dik, Egokah Aku, Emang Dasar & Aku sakit berhasil memikat banyak orang. Terbukti, angka aktivasi Ring Back Tone (RBT) tembus hingga 4 juta download lebih. Hasil ini tentunya menjadi sebuah prestasi yang nggak bisa dipandang remeh. Di tahun 2010, WALI meraih kesuksesan besar. Kesuksesan lagu Cari Jodoh yang dibawakan band WALI telah melanglang buana di belahan Eropa dan mendapat perhatian dari pecinta musik di sana. Lagu Cari Jodoh, yang versi Inggrisnya berjudul ―I No Can Do‖, dilantunkan penyanyi Fabrizio Faniello. Menyusul berikutnya, lagu Baik Baik Sayang dari album kedua WALI memanen Top Download kurang lebih 26 juta downloader, meraih rekor MURI, dialihbahasakan dan kembali dinyanyikan juga Fabrizio dengan judul ―My Heart Is Asking You‖. Kesuksesan lagu Baik-baik Sayang kemudian diangkat ke layar lebar berjudul sama dengan lagunya, ―Baikbaik Sayang‖. Film ini berlatar belakang cerita di lingkungan pesantren. Para personel Wali, YAKNI Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie (keyboard) berperan sebagai dirinya sendiri.14 Pada tahun yang sama, yakni 2009, WALI meluncurkan sebuah mini album bertema religi dengan judul album ―Ingat Sholawat‖. Dengan lagu andalan bertajuk ―Mari Sholawat‖, sebuah lagu yang mengambil nafas dari Sholawatan 13 14
Ibid. Ibid.
64
tapi diramu dengan sentuhan pop yang ringan dan sedikit sound rock di dalamnya. Lagu ini juga memiliki sentuhan nuansa etnis serta memasukkan lirik jenaka, sehingga lagu ini bisa diterima dengan mudah tapi dengan pesan yang cukup kuat. Bahkan di album ini, mereka juga meluncurkan idiom-idiom baru, yang juga mempunyai makna dan pesan yang kuat. Seperti tampak di lagu lainnya yang berjudul ―Tomat‖ (Tobat Maksiat). Lagu tersebut juga dipakai untuk soundtrack sinetron ―Islam KTP‖ di SCTV yang membuat lagu ini semakin disukai dan pesan yang ada di dalam lagu ini semakin mengena di hati masyarakat. Mini album Ingat Shalawat ini terdiri dari 5 (lima) lagu dengan judul-judul sebagai berikut: (1) Ya Allah; (2) Tuhan; (3) Mari Shalawat; (4) Tomat (Tobat Maksiat); dan (5) Aku Cinta Allah.15 Album ketiga WALI dirilis pada tahun 2011 dengan judul ―Aku Bukan Bang Toyib‖. Menurut Apoy, album ―Aku Bukan Bang Toyib‖ ini memiliki benang merah dari konsep album ―Cari Jodoh‖. Kalau album Cari Jodoh banyak berkisah soal para pesonel WALI yang belum punya jodoh saat itu, maka di album ketiga lagu-lagu WALI banyak bercerita seputar pengalaman mereka sebagai orang yang sudah menikah, khususnya Apoy, Faank dan Tomi—ketika itu hanya Ovie satu-satunya personil WALI yang belum menikah. Salah satunya adalah kisah yang digulirkan dalam lagu ―Aku Bukan Bang Toyib‖. Siapa pun mafhum, sebutan ―Bang Toyib‖ selalu ditujukan kepada para suami pekerja keras yang lupa pulang ke rumah, lupa kepada anak dan istri. Sebaliknya, meski tergolong ke dalam suami-suami pekerja keras, para personil WALI tak mau
15
Lihat http://www.waliband.net/discography3.php, diakses 14 Mei 2014.
65
disamakan ke dalam jenis ―Bang Toyib‖ di atas. Bang Toyib dalam versi band itu, adalah Bang Toyib yang memang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak istri mereka. Menurut Apoy, ―Jujur saja, sekarang istri-istri kita mulai teriak karena kesibukan kita yang luar biasa. Tapi kesibukan kita itu karena benar-benar kerja. Bukan sengaja menjadi Bang Toyib yang lupa anak istri. Artinya sesibuk apa pun, kita pasti pulang ke rumah.‖16 Namun demikian, secara musikalitas, dalam album ketiga ini Apoy memastikan bahwa WALI tidak berubah. Sejak awal, WALI telah sepakat untuk tampil dengan karakter musik yang ringan, agar mudah diterima sebagian besar masyarakat Indonesia. Pilihan ini tentu saja sebanding dengan kesuksesan besar yang diraih WALI sejak menelurkan album ―Cari Jodoh‖ di tahun 2009. Hingga bulan Desember 2010, WALI telah mencatat pemakaian Ring Back Tone (RBT) dari lagu-lagu mereka di titik 25 juta pengguna. Sulit membayangkan jika ada band lain di Indonesia atau dunia yang dapat melampaui rekor band dari Ciputat, Tangerang Selatan ini. ―Hanya saja, ada filosofi tersendiri di album terbaru WALI. Filosofi-filosofi itulah yang sangat mempengaruhi tema dari lagu-lagu yang kita buat,‖ jelas Apoy. Album ini terdiri dari 10 (sepuluh) lagu dengan juduljudul sebagai berikut: (1) Aku Bukan Bang Toyib; (2) Aku Tidak Malu; (3) Doaku Untukmu Sayang; (4) Langit Bumi; (5) Masih Adakah; (6) Nenekku Pahlawanku; (7) Salam Rindu; (8) Sayang Lahir Batin; (9) Setia Jujur dan Taqwa; dan (10) Yang Penting Halal.17
16 17
Lihat http://www.waliband.net/discography4.php, diakses 14 Mei 2014. Ibid.
66
Pada tahun 2012, WALI merilis Album 3 in 1 bertajuk ―Cari Berkah dan Cinta Itu Amanah‖. Album 3 in 1 ini memuat beberapa lagu-lagu di album sebelumnya ditambah tiga single terbaru WALI, di antaranya ―Cari Berkah‖ (CABE), ―Cinta Itu Amanah‖ (CIA) dan ―Sayang Lahir Batin‖. Menurut Apoy, proses terciptanya lirik ―Cari Berkah‖ tidak lepas dari pengalaman panjang kehidupan dia dan rekan-rekannya. Para personil WALI semula bukan siapasiapa. Namun siapa yang bisa menduga, setiap album yang mereka telurkan mendapat sambutan hangat dari masyarakat sehingga saat ini WALI merupakan salah satu band besar di Tanah Air. Menurut Apoy, ―intinya, rejeki yang kita dapat selama ini adalah manusia yang jamin, sementara keberkahannya hanya Allah yang jamin. Jadi jangan takut berbagi, tidak akan miskin.‖ Album 3 ini 1 ini dirilis pada 24 Oktober 2012 secara live on air di SCTV dan didistribusikan di KFC Store di seluruh Indonesia. Album 3 in 1 ini memuat 14 (empat belas) lagu sebagai berikut: (1) Cari Berkah; (2) Cinta Itu Amanah; (3) Sayang Lahir Batin; (4) Doaku Untukmu Sayang; (5) Nenekku Pahlawanku; (6) Baik-baik Sayang; (7) Harga Diri; (8) Dik; (9) Tobat Maksiat (Tomat); (10) Puaskah; (11) Emang Dasar; (12) Aku Bukan Bang Toyib; (13) Yang; dan (14) Cari Jodoh.18
D. Prestasi WALI Sepanjang karirnya di industri musik Tanah Air, WALI telah meraih berbagai prestasi, penghargaan dan popularitas di mata masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, buah dari kerja keras serta dedikasi penuh WALI di ranah industri
18
Lihat http://www.waliband.net/discography5.php, diakses 14 Mei 2014
67
musik Indonesia telah mengukuhkan WALI sebagai salah satu band papan atas yang bertarif show termahal di Indonesia, bahkan telah merambah ke pasar musik mancanegara. Dalam perjalanan panjang itu, WALI telah meraih banyak sekali penghargaan. Beberapa penghargaan tersebut dapat dilhat dalam tabel di bawah ini.19 Tabel 1. Penghargaan WALI BAND SCTV Inbox Awards 2013 untuk kategori ―Band Paling Inbox‖ pada tanggal 28 September 2013 Anugerah Apresiasi Pendidikan Islam dari KEMENAG RI sebagai Santri Pengembang Seni dan Tradisi Islam pada tanggal 13 Desember 2013 Smartone Nagaswara Music Awards 2012 kategori "Best Of The : Best" dengan single "Sayang Lahir Bathin" pada tanggal 9 Desember 2012 di Hongkong IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) Awards 2012 kategori "Artis Peduli Zakat" pada tanggal 4 Oktober 2012 SCTV Inbox Awards 2012 untuk kategori ―Band Paling Inbox‖ pada tanggal 28 September 2012 SCTV Music Awards 2012 untuk kategori ―Album Pop Grup Ngetop‖ pada tanggal 27 April 2012 Halo Selebriti Awards 2011 (SCTV) untuk kategori ―Band Paling : Favorit‖ pada Oktober 2011 Inbox Awards 2011 (SCTV) untuk kategori ―Band Paling Inbox‖ pada tanggal 25 September 2011 SCTV Awards 2011 untuk kategori ―Band Paling Ngetop‖ pada tanggal 25 November 2011 Nagaswara Music Awards (NMA) 2011 untuk kategori ―Best Album‖ pada tanggal 3 Desember 2011 Islam Fair Indonesia Awards 2011 untuk kategori ―Tokoh Musik dan Seni‖ pada tanggal 9 Desember 2011 : Penghargaan 13 th AMI Awards untuk I-Ring Terbanyak tahun 2010 Special Award dalam SCTV Music Award untuk RBT Terlaris tahun 2010 Penghargaan SCTV Music Award untuk Lagu Paling Ngetop tahun
2013
:
2012
2011
2010
19
Lihat http://www.waliband.net/penghargaan.php, diakses 14 Mei 2014.
68
2009
2008
2010 Penghargaan SCTV Music Award untuk Album POP Duo/Band Ngetop tahun 2010 Penghargaan 15th TELKOMSEL untuk The Best Artist Of Digital Music 2009-2010 pada tanggal 26 Mei 2010 Penghargaan NAGASWARA untuk 16 Juta Download RBT 2nd Album Cari Jodoh tahun 2010 Penghargaan Museum Rekor Dunia-Indonesia atas rekor Perolehan RBT terbanyak dalam waktu 4 bulan pada Maret 2010 Penghargaan 11 Tahun Halo Selebriti untuk ―Band favorit Pilihan Pemirsa Halo Selebriti SCTV‖ pada tanggal 18 Oktober 2010 Penghargaan Sahabat Setia SmarTone untuk category My Favorite Song of 2010 Award di Hongkong pada November 2010 Penghargaan Sahabat Setia SmarTone untuk category Band of the Year Award di Hongkong pada November 2010 Nagaswara Music Award untuk kategori ―Most Band Perform‖ pada tanggal 7 Desember 2010 Nagaswara Music Award untuk kategori ―Special Award Best Achievement‖ pada tanggal 7 Desember 2010 Indigo Award 2010 untuk kategori ―Best Digital Music Band/Duo‖ pada tanggal 8 Desember 2010 : Inbox Award SCTV untuk Nada Sambung Pribadi Terlaris tahun 2009 Penghargaan Klik Award untuk Video Clip Ter-request tahun 2009 Penghargaan INDOSAT Top Download tahun 2009 Penghargaan NAGASWARA 2008 untuk 1.000.000 RBT Download : Lagu D.I.K No.1 di Telkomsel, Xl Dan Indosat pada tanggal 22 mei 2008 : Faank: 3rd Winner The Best Vocal IAIN se-Indonesia, tahun 2002
2002 Sumber:http://www.waliband.net/penghargaan.php, diakses 14 Mei 2014.
E. Lembaga Sosial WALI Tahun 2009-2010 merupakan sejarah penting eksistensi WALI dalam industri musik di Indonesia. WALI seakan sampai pada puncak karirnya di dunia musik Indonesia. Bagaimana tidak, musik-musik WALI mendapatkan tempat ternyaman dihati mayoritas masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
69
hadirnya berbagai macam penghargaan untuk WALI band. Dari mulai Top RBT Download dari berbagai operator telekomunikasi Indonesia hingga MURI pun tidak ketinggalan memberikan penghargaan yakni rekor perolehan download terbanyak hanya dalam 4 bulan sejak album ke 2 di rilis. Diperkuat pula oleh perolehan award dari NAGASWARA sebagai label musik yang menaungi WALI, yakni WALI telah sukses meraih 16 ribu download RBT untuk lagu baik baik sayang dan cari jodoh. Alhasil, WALI menjadi sebuah fenomena baru dalam industri musik Indonesia yang diwakili oleh sebuah band sederhana yang mampu menembus rekor trend RBT di Indonesia bahkan dunia.20 Keberhasilan WALI dalam karirnya di dunia musik tidak lantas WALI kehilangan jati dirinya dan melupakan masa lalunya. WALI band yang kita kenal pernah mengenyam pendidikan di pesantren, merasa perlu lebih mengamalkan ajaran-ajaran agama
yang pernah
mereka
peroleh di
pesantren dulu.
Pengamalannya justru ingin mereka tingkatkan saat mereka sampai pada puncak kesuksesan seperti saat ini. Mereka sadar kesuksesan yang mereka raih tidak lepas dari dukungan dan juga doa dari orang tua, kerabat, guru serta para sahabat yang sejak awal mendukungnya. Oleh karenanya mereka tidak melupakan bahwa saat mereka sukses mereka pun harus membantu meringankan beban orang lain, utamanya adalah para dhuafa yang seringkali terpuruk menghadapi kehidupan yang semakin menggilas.21 Maka sejak 2010 WALI BAND dan managemen sepakat menyisihkan pendapatannya untuk disalurkan kepada yang berhak, utamanya dalam dunia 20 21
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=50, diakses 14 mei 2014. Ibid.
70
pendidikan. Dana sosial berupa zakat, infaq dan shodaqoh WALI dan management, yang semula dikeluarkan sendiri-sendiri, sejak saat itu mulai dikelola dalam tubuh management WALI. Seiring waktu dan semakin berkembangnya program-program sosial WALI band maka timbul dan terbesitlah niatan untuk melembagakan aksi-aksi sosial WALI dalam sebuah organisasi sosial tersendiri. Atas dasar kebutuhan akan standar profesionalisme dalam sebuah organisisi sosial, maka pada 3 April 2012 WALI BAND dan managemen membentuk sebuah organisasi sosial, kemanusiaan dan keagamaan yang bernama WALI Care Foundation (WCF). WCF adalah organisasi non profit di bidang sosial, kemanusian dan keagamaan serta pendidikan. Badan hukum lembaga ini adalah Yayasan sejak dikeluarkannya Akta notaris Irwan Azwir Tanjung SH, tepatnya tanggal 3 April 2012 dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM, Nomor: AHU – 3994. AH. 01.04. WCF didirikan dengan tujuan membantu meringankan kesulitan dan beban hidup kaum fakir miskin terutama pada kebutuhan mendasar manusia berupa sandang, pangan dan papan juga kesehatan dan pendidikan.22 Visi WCF adalah ―terwujudnya masyarakat berdaya dan mandiri yang bersumber pada kepedulian publik dalam skala nasional dan internasional.‖ Adapun misi WCF adalah: (1) Membangun dan Meningkatkan nilai kepedulian serta partisipasi sumbangsih masyarakat lokal dan global; (2) Mendorong kerjasama program terhadap organisasi sosial ditingkatan nasional dan internasional; (3) Menumbuhkembangkan dan mendayagunaan aset masyarakat melalui muamalat syariah untuk kepentingan umat secara global (rahmatan lil
22
Ibid.
71
‘alamin); dan (4) Mengembangkan nilai zakat, Infaq, Shodaqoh, Hibah, Wakaf sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan. 23 Sebagai sebuah lembaga sosial kemanusiaan, WCF memiliki beberapa program, antara lain: (1) Pemberdayaan Bantuan Sosial; (2) Penghimpunan Dana Sosial; dan (3) Zakat & Wakaf Produktif. Dalam bidang Pemberdayaan Bantuan Sosial, WCF telah melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:24 1.
SALAMI, Sekolah Pelatihan dan Keterampilan Insani (Program pelatihan life sklill dan pengembangan talenta bagi yatim, dhuafa, dan anak terlantar)
2.
KAMPUNG TIMPANG, Program pemberdayaan masyarakat pedesaan dan wilayah kumuh perkotaan
3.
TETAP BERTAHAN, Program tanggap bencaran
4.
PARA PENGABDI, Program pengabdian guru dan ustadz ke daerah terpencil dan pemukiman kumuh padat penduduk
5.
SAFARI BERKAH, Program kunjungan WALI band ke panti asuhan dan pondok pesantren
6.
BENAH SURAU, Program pembelajaran agama dan skill masyarakat seputar musholla hingga renovasi bangunan
7.
SEMARAK HARI BERKAH, Program acara dalam memeriahkan hari besar Islam dan nasional
23 24
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=52, diakses 14 Mei 2014. Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=44, diakses 14 Mei 2014.
72
8.
KAMPUNG DUNIA & AKHIRAT, Majelis dzikir, fikir, sedekah dan penampilan musik kaum muda, pengajian bulanan bersama WALI dan para DAI nasional dan internasional
9.
AKU TIDAK MALU, Program bantuan alat bantu dan pemberdayaan penyandang cacat
10.
ASAH ASIH ASUH, Program beasiswa bagi anak yatim dan dhuafa TKSMP
11.
SOLEH SMART REGENERATION, Program beasiswa bagi anak yatim dan dhuafa SMA-Kuliah
12.
BAIK BAIK SAYANG, Program bantuan bagi penderita sakit keras
13.
BTS, Bantuan tepat sasaran, program santunan langsung bagi yatim dan dhuafa
14.
NENEKKU PAHLAWANKU, Program bantuan bagi jompo dan lansia terlantar
15.
CAHAYA TUNANETRA, Program pemberdayaan skill dan keagamaan bagi penyandang tunanetra
16.
AMBULANCE UMMAT
17.
GARASI MEDIKA & KLINIK KELILING
18.
DONOR DARAH & SUNATAN MASSAL
19.
BANTUAN PEMAKAMAN DHUAFA. Dalam bidang Penghimpunan Dana Sosial, WCF telah melakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut:25
25
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=42, diakses 14 Mei 2014.
73
1.
KAIS (Kantong Infaq dan Shodaqoh)
2.
ZAHA (Zakat Hartaku)
3.
KENCANA (Kemanusiaan dan Bencana)
4.
KAYA (Kantor Yatim)
5.
DAMIMI (Pemberdayaan Ekonomi Mikro)
6.
BENDI (Beasiswa Pendidikan)
7.
PS-2T (Peduli Sarana dan Prasarana Sekolah)
8.
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
9.
RUMII (Rumah Ibadah Islam)
10.
SAM KLIN (Sedekah Ambulance dan Klinik Pengobatan
11.
MADU (Makam Dhuafa)
12.
WAKAF KU (Wakaf Kita untuk Ummat)
13.
TAQUR (Tabungan Qurban)
14.
PUNDI CSR (Pundi Corporate Social Responsibility). Dalam bidang Zakat & Wakaf Produksif, WCF telah melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut:26 1.
Yang Penting Halal (Program pemberdayaan kemandirian ekonomi bagi fakir miskin)
2.
Salami (Sekolah Alam Qur’ani) – (Pondok Pesantren Pemberdayaan untuk Yatim Dhuafa/P3YD)
3.
Rumah Pengobatan Dhuafa/RPD (Klinik pengobatan gratis untuk kaum fakir miskin)
26
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=46, diakses 14 Mei 2014.
74
4.
Rumah Asuh Fuqoro (Panti Asuhan anak fakir miskin, yatim piatu dan jompo terlantar)
5.
Pondok Talenta (Rumah singgah Anak usia produktif yang terlantar)
6.
Bangun Tani & Nelayan/BTN (Program pemberdayaan petani, peternak dan nelayan fakir.
F. Dakwah Musikal WALI Wacana yang diangkat dalam lagu-lagu WALI pada dasarnya berkisar di seputar tema-tema musik pop secara umum. Namun demikian, di mata masyarakat WALI identik dengan band Musik Religi lantaran latar belakang para personelnya yang berasal dari pendidikan pesantren dan pernah menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lebih dari itu, para personel WALI kerap dianggap ustadz di kalangan para musisi dan artis Indonesia lantaran kerap mengangkat tema-tema keislaman dalam beberapa lagu-lagu yang diciptakan Apoy. Pandangan masyarakat ini nampaknya cukup representatif. Hal ini dapat dilihat dalam lagulagu Religi WALI yang mencerminkan latar belakang para personelnya sebagai santri dan penguasaan mereka terhadap wawasan keislaman yang cukup mendalam, sebagaimana dapat dilihat, misalnya, dalam lagu ―Abatasa‖. Menurut Faank, ―selain huruf hijaiyah, Abatasa itu kalo diplesetin artinya ―Anak Band Tapi Santri‖. Di satu sisi kita anak band, di sisi lain kita santri.‖27 Menurut Faank, WALI mengangkat tema-tema keislaman karena dakwah merupakan kewajiban setiap individu. Seraya mengutip pandangan Apoy, Faank
27
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
75
menyatakan bahwa dakwah itu bukan hanya tugas atau kewajiban Ustad dan Kyai. Setiap individu itu wajib berdakwah dengan cara apapun. Karena kebetulan saat ini WALI bekerja sebagai musisi, maka WALI berdakwah melalui lagu. Oleh karena itu, WALI kerap menyisipkan pesan-pesan dakwah dalam lagu-lagunya. Namun demikian, lanjut Faank, ―WALI tidak bermaksud mendakwahi orang lain atau menasehati orang lain, tetapi lebih menasehati diri sendiri, karena para personel WALI sendiri merasa belum menjadi manusia (Muslim) yang sempurna. Kalaupun ada orang-orang tertentu yang terinspirasi atau tergerak oleh lagu-lagu religi WALI, itu adalah bonus dari lagu-lagu tersebut.‖28 Faank sendiri tidak begitu mengetahui sejauh mana efektifitas lagu-lagu religi WALI terhadap para pendengarnya, karena menurutnya hal itu membutuhkan survey tersendiri. Namun demikian, menurut laporan yang diterima Faank dari beberapa audiens, lagu-lagu WALI telah menginspirasi mereka untuk lebih rajin melaksanakan shalat dan meningkatkan perasaan religiusitas mereka. Terkait status musik dalam Islam, Faank berpendapat bahwa Islam itu fleksibel dan memberikan kemudahan kepada umatnya untuk melakukan sesuatu, termasuk bermusik, sejauh tidak melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam. Dengan demikian, status musik dalam hukum Islam pada dasarnya halal. Menurut Faank, jika status musik dalam Islam diharamkan, kenapa Rhoma Irama yang memiliki pengetahuan agama yang jauh lebih baik daripada para personel WALI juga memainkan musik, bahkan dikenal sebagai Raja Dangdut. Faank juga mencontohkan para Wali Songo yang menggunakan musik sebagai media
28
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
76
dakwah. Di samping itu, dalam persoalan tersebut WALI juga kerap meminta nasihat dari para ulama. Menurut Faank, para ulama yang dimintakan pendapatnya menyatakan bahwa musik halal menurut Islam sepanjang musik itu tidak digunakan untuk sesuatu yang berbau maksiat. Menurut Faank, saat ini musik tengah digandrungi oleh pelbagai kalangan di Indonesia, oleh karena itu musik dapat digunakan untuk meularkan hal-hal yang baik kepada masyarakat. Menurut Faank, musik Islami tidak ditentukan oleh genre, aliran atau instrumen yang dimainkan oleh musisi, melainkan dalam lirik-lirik yang bermuatan pesanpesan Islam.29
G. Gambaran Umum Lagu Abatasa Salah satu single musik religi WALI yang sempat begitu populer di kalangan masyarakat adalah ―Abatasa.‖ Tak lama setelah dirilis dan dijadikan sebagai theme song program Ramadhan tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV, lagu ―Abatasa‖ langsung direspon positif dan digandrungi oleh masyarakat pecinta musik Indonesia. sebagaimana lagu-lagu lainnya, lagu ―Abatasa‖ diciptakan oleh gitaris sekaligus song writer WALI, yakni Apoy. Sebelum menguraikan analisis tentang pesan-pesan dakwah dalam lagu ―Abatasa‖ pada bab berikutnya, penulis akan mendeskripsikan terlebih dahulu latar belakang historis penciptaan lagu ―Abatasa‖ dan motivasi dasar penciptaan lagu tersebut oleh pengarang. Menurut Apoy, proses penciptaan lagu abatasa dimulai ketika tour WALI Jawa Timur. Ketika itu, terbersit dalam benak Apoy
29
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
77
untuk menciptakan lagu yang memuat pesan dakwah untuk anak-anak Muslim Indonesia. Apoy menyatakan: ―Proses penciptaan lagu Abatasa dimulai ketika tour Jawa Timur. Inspirasinya begini. Abatasa itu kan huruf hijaiyah yang paling mudah diucapkan oleh anak-anak kecil. Dengan Abatasa, saya ingin memperkenalkan lagu yang sangat mudah, familiar dan tidak asing untuk anak-anak kecil. Tetapi di situ juga ada makna Ilahinya. Jadi dengan alif ba ta tsa jim ha, anak-anak kita ajak untuk mengenal Allah. Dengan alif ba ta tsa jim ha, anak-anak kita kenalkan aqidah. Bahkan anak-anak pra SD pun biasanya yang diajarkan pertama kali adalah alif ba ta tsa jim ha. Dan akhirnya alif ba ta tsa jim ha ini juga yang mewakili huruf hijaiyah yang lain dan membuat mereka jadi penasaran apa sih huruf-huruf hijaiyah yang lain selain alif ba ta tsa jim ha.‖30 Senada dengan Apoy, Faank menyatakan sebagai berikut: ―Tujuan dari penciptaan lagu Abatasa adalah: Pertama, mengenalkan huruf hijaiyah kepada anak-anak; Kedua, menggunakan musik sebagai media pengenalan huruf hijaiyah karena anak-anak biasanya lebih mudah meresapi suatu ajaran lewat lagu.‖31 Untuk mencapai tujuan di atas, dalam lagu Abatasa Apoy menggunakan idiom-idiom keislaman yang telah dikenal luas oleh masyarakat Muslim Indonesia seperti mushalla, pengajian, ustadz Mahmudin, mukmin, taqwa, syurga dan sebagainya. Menurut Apoy, penggunaan idiom-idiom yang sudah sangat populer di kalangan umat Islam itu merupakan strategi agar lagu Abatasa mudah dihapal dan pesan-pesan keislaman yang terkandung di dalamnya mudah diserap oleh masyarakat. Apoy menyatakan: ―Dalam lagu tersebut saya menggunakan mama ustadz Mahmudin sebagai tokoh fiktif. Ini lebih kepada pengucapan aja agar lebih mudah dan Mahmudin ini nama yang lumayan umum. Dan lagi-lagi, kenapa mencantumkan nama ustadz Mahmudin? Supaya lagu ini juga punya perhatian tersendiri bagi para pendengarnya untuk semakin penasaran terhadap konten selanjutnya… Jadi ini lebih pada strategi; Abatasa, ustadz 30 31
Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan. Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
78
Mahmudin dan haqqul yaqin, semua itu adalah strategi saya, padahal intinya adalah Allah.‖32 Senada dengan Apoy, Faank menyatakan: ―Ustad Mahmudin itu tokoh fiktif. Awalnya ustad Muttaqin, saya bilang itu kan nama saya, saya bukan ustad. Makannya kita cari nama lain dan ketemu nama Mahmudin. Biasanya dalam Islam nama yang ada ―din‖-nya identik dengan sosok religius, makanya nama Muttaqin kita ganti menjadi Mahmudin.‖33 Dengan demikian, pesan yang hendak disampaikan oleh pencipta dalam lagu Abatasa adalah penanaman akidah kepada anak-anak Muslim Indonesia dan mendorong mereka untuk mempraktikan ajaran-ajaran Islam baik dalam aspek syariah maupun akhlak.
32 33
Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan. Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
79
BAB IV PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA
A. Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa Dalam bagian ini, penulis akan menganalisis isi pesan dakwah dalam lagu Abatasa grup band Wali. Isi pesan dakwah dimaksud mencakup dimensi akidah, syariah dan akhlak. Sebelum memaparkan analisis penulis, berikut ini dideskripsikan lirik lagu Abatasa secara utuh. Song I Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin Reff Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin Song II Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin Kan mak yang ngajarin Islam itu haqqul yaqin Reff Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua
80
Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin Amin, amin, amin!
1. Pesan Akidah Dalam bab II telah dikemukakan bahwa akidah berkaitan dengan keyakinan seorang Muslim terhadap dasar-dasar ajaran Islam yang tercakup dalam rukun iman. Dengan demikian, pesan akidah dalam penelitian ini berkaitan dengan upaya grup band Wali untuk menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah Islam yang berpangkal dari rukun Iman kepada audiens atau pendengar melalui lagu Abatasa. Pesan akidah dalam lagu Abatas dapat dilihat dalam bagian Reff dan Song II sebagai berikut: Reff Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin Song II Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin Kan mak yang ngajarin Islam itu haqqul yaqin Dalam bait-bait lagu di atas, pengarang mengekspresikan beberapa idiom-idiom keislaman yang berdimensi akidah seperti “Allah”, “takwa”, “syurga”, “mukmin” dan “haqqul yaqin”. Bait pertama dan kedua dalam Reff yang berbunyi “Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua, Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya
81
sampai yang miskin” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan inti tauhid, yakni kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bait ini merefleksikan upaya pengarang untuk mengingatkan kembali esensi Rukun Islam pertama, yakni mengucapkan syahadat “la ilaha illallah, muhammadun rasulullah ”. dalam bait tersebut, aspek yang ditekankan adalah la ilaha illallah. Kalimat ini merupakan ikrar atau kesaksian seorang Muslim bahwasanya tidak ada yang berhak disembah di langit dan di bumi dengan haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bait ketiga dalam Reff yang berbunyi “Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan nilai taqwa. Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dalam pengertian itu terkandung seluruh aspek ajaran Islam yang tercermin dalam perilaku taqwa. Taqwa diaplikasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu hubungan antara seorang makhluk dengan Khaliknya. Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hubungan perhambaan yang ditandai dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah diawali dengan pengakuan dan keyakinan akan kemahakuasaan-Nya. Keyakinan itu akan mendorong untuk mewujudkannya dalam tingkah laku, berupa taat dan patuh kepada semua aturan yang telah digariskan Allah. Ketaatan dan kepatuhan yang didasarkan atas keyakinan akan melahirkan ketenangan batin dan keikhlasan.
82
Bait keempat dalam Reff yang berbunyi “Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan kepercayaan muslim terhadap hari akhir, khususnya surga. Bait ini menekankan bahwa seorang Muslim harus beriman bahwa surga adalah hak, yang disediakan hanya bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan harus senantiasa berharap dan merindukan surga Allah di akhirat kelak. Bait pertama dalam Song II yang berbunyi “Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan pengakuan seseorang sebagai mukmin. Istilah mukmin ini berkaitan dengan trilogi islam, iman dan ihsan. Dilihat dari prestasi amaliyahnya, kaum muslimin dapat dikategorikan ke dalam tiga jenjang prestasi, yaitu muslim, mukmin dan muhsin. Para ulama menyatakan bahwa setiap mukmin pasti muslim,
karena orang yang telah
merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Sebaliknya, belum tentu setiap muslim itu pasti mukmin, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan iman yang sempurna. Bait kedua dalam Song II yang berbunyi “Kan mak yang ngajarin Islam itu haqqul yaqin” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan
83
kebenaran agama Islam dan keyakinan Muslim terhadap agama Islam harus didasarkan pada keyakinan yang sebenar-benarnya (haqqul yaqin). Bait ini memuat pesan agar seorang Muslim meyakini bahwa satu-satunya agama yang benar adalah Islam dan karenanya ia memilih untuk memeluknya, bukan memeluk agama-agama lain. Dalam hal ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya agama yang diridlai Allah hanyalah agama Islam” (QS. Ali Imran/3: 19). Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang haq yang diridlai oleh Allah bagi hamba-hambaNya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus meyakini Islam sebagai agama yang benar secara haqq al-yaqin. Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab II, haqqul yaqin adalah tingkatan keyakinan tertinggi, di mana keimanan seseorang didasarkan kepada pengetahuan dan penglihatan rohani. Orang yang telah memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang diri, ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya. Dengan demikian, bait-bait yang terdapat dalam bagian Reff dan Song II lagu Abatasa memuat dimensi akidah yang sangat kuat. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari lagu Abatasa adalah memperkenalkan gagasan tauhid dan memperkuat pemahaman akidah umat Islam, khususnya kepada anak-anak yang menjadi target utama lagu tersebut. Hubungan antara keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaqwaan, haqqul yaqin dan syurga dapat dianggap sebagai jalinan
84
wacana keakidahan yang cukup koheren. Lebih dari itu, pengarang mengingatkan bahwa keimanan seorang Muslim kepada Allah tidak cukup dengan hanya didasarkan pada faktor keturunan dan taqlid, tetapi harus didasarkan pada pencarian yang sejati sehingga ia mencapai pada tingkatan haqqul yaqin.
2. Pesan Syariah Dalam bab II telah dikemukakan bahwa syariah merupakan ketentuan atau norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama makhluk. Dengan demikian, syariah secara garis besar terdiri dari dua aspek, yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah hubungan manusia dengan Allah sebagai Sang Khaliq berupa kepatuhan terhadap perintah-Nya, yang tercermin dalam ritual-ritual keagamaan yang telah ditetapkan secara qath’i. Sedangkan muamalah adalah hubungan manusia dengan manusia, yang memuat aturan tentang hubungan sosial kemanusian dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta harmoni dan kerukunan dalam bermasyarakat. Pesan syariah dalam lagu Abatasa dapat diidentifikasi dalam baitbait Song I, yang memuat aspek ibadah dan muamalah. Namun demikian, dimensi ibadah dan muamalah ini dapat dikatakan bersifat umum, dalam artian tidak mengacu secara langsung pada praktik-praktik ritual peribadatan dan praktik-praktik muamalah sebagaimana diajarkan dalam kitab-kitab fiqh. Dengan kata lain, dimensi ibadah dan muamalah tersebut
85
lebih mengacu pada ibadah dan muamalah dalam pengertian luas. Berikut ini bait-bait yang terdapat dalam Song I: Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin Aspek ibadah dalam lagu Abatasa direpresentasikan oleh beberapa idiom-idiom atau simbol-simbol keislaman seperti “mushola”, “pengajian” dan “belajar”. Bait pertama dalam Song I berbunyi: “mak minta ijin untuk pergi ke mushola itu”. Sebagaimana diketahui, mushala adalah tempat atau rumah kecil menyerupai mesjid yang digunakan sebagai tempat mengaji dan shalat bagi umat Islam. Dalam tradisi Islam Indonesia, musola juga sering disebut dengan istilah “surau” (Sumatera) atau “langgar” (Jawa). Definisi musola sebagai langgar atau surau adalah definisi yang sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) masyarakat Indonesia, di mana arti langgar adalah masjid kecil tempat mengaji atau bersalat, tetapi tidak digunakan untuk salat Jum’at. Dengan demikian, mushalla mempunya arti dan fungsi yang sama seperti mesjid secara kebahasaan. Namun, penggunaan kata masjid dalam hukum (fiqh) mempunyai kekhususan yang tidak terdapat dalam mushola sebagai tempat shalat secara umum. Kendati demikian, istilah mushola yang digunakan dalam lagu Abatasa dapat pula diartikan masjid. Pemilihan kata “mushola” nampaknya lebih didasarkan pada konteks lagu Abatasa yang memotret masyarakat Muslim Indonesia di daerah perkampungan yang lebih akrab dengan istilah mushalla. Bagi masyarakat Indonesia, mushalla merupakan
86
tempat belajar pengetahuan dasar tentang keislaman, selain fungsi utamanya sebagai tempat shalat. Ini konsisten dengan bait ketiga lagu Abatasa yang berbunyi: “Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali” dan bait keempat yang berbunyi: “Mak tolong izinin belajar sama ustad Mahmudin.” Dengan demikian, aspek yang ditekankan oleh pengarang adalah mushala sebagai tempat pendidikan Islam, yang dalam tradisi Islam Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pengajian”. Hubungan antara “mushola” dengan “pengajian” dalam lirik lagu Abatasa di atas berhubungan erat dengan kewajiban menuntut ilmu dalam Islam. Hubungan tersebut tercermin dalam bait ketiga yang berbunyi “Mak tolong izinin belajar sama ustad Mahmudin.” Kata “belajar” dalam bait tersebut mencerminkan kesadaran pengarang bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap Muslim, sebagaimana disebutkan dalam Hadis Nabi sebagai berikut: “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik). Menuntut ilmu merupakan salah satu kegiatan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ibadah dalam konteks ini memiliki pengertian yang lebih luas daripada sekedar ibadah mahdhah. Ibadah dalam pengertian yang mudah ditangkap oleh masyarakat muslim seringkali mengambil pengertian yang lebih khusus yakni pengabdian kepada Tuhan dalam bentuknya yang paling pribadi berupa ritual-ritual keagamaan. Ketika disebut ibadah, maka yang tergambar adalah shalat,
87
puasa, zakat, haji dzikir dan membaca al-Qur’an. Pemahaman ini tentu saja mereduksi secara besar-besaran makna ibadah dalam pengertiannya yang genuine. Ketika Allah menyatakan bahwa “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. al-Dzariat (51): 56-58), maka makna ibadah tersebut tidak mungkin hanya berarti shalat, puasa, zakat, haji, berzikir, membaca al Qur-an dan sejenisnya. Ini karena kehidupan tidak mungkin hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut, melainkan untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan dan
mengembangkan
kehidupan
itu
sendiri.1
Jamal
al-Banna
menyimpulkan bahwa ibadah adalah seluruh tindakan amal yang dicintai Tuhan.2 Dengan demikian, menuntut ilmu dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Kegiatan belajar atau menuntut ilmu yang dimaksud dalam lagu Abatasa adalah mempelajari ilmu-ilmu keislaman (ilmu syar’i), yaitu ilmu yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan pahamkan dia dalam agama” (HR. Al-Bukhari). Ilmu semacam ini dapat diperoleh dengan cara belajar kepada seorang ulama yang dianggap menguasai ajaran-ajaran Islam. Dalam hal ini, Nabi bersabda: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya 1
Lihat Husein Muhammad, “Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah Kemanusiaan”, dalam https://www.kontras.org/kegiatan/data/IBADAH%20SOSIAL.pdf, diakses 10 Mei 2014. 2 Jamal al Banna, Nahwa Fiqh Jadid, (Kairo: Dar al Fikr al Islami, 1996), Vol. I, h. 64.
88
para nabi tidak mewariskan dinar tidak pula dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya, dia telah memperoleh bagian yang melimpah” (HR. Abu Dawud). Dalam lagu Abatasa, representasi ulama tercermin dalam sosok Ustadz Mahmudin yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman kepada anak-anak di mushola. Pengajian di mushola yang dibimbing oleh ulamaulama lokal seperti Ustadz Mahmudin ini merupakan panorama umum yang seringkali kita lihat dalam tradisi Islam Indonesia pada masa lalu. Saat ini, tradisi semacam itu nampaknya mulai memudar akibat modernisasi, urbanisasi dan perkembangan gaya hidup, sehingga kebanyakan anak-anak Muslim lebih sering menghabiskan waktu di mall, play station dan tempat-tempat hiburan lainnya. Dengan demikian, lagu Abatasa hendak mengingatkan kembali kepada orang tua dan anak-anak akan pentingnya menuntut ilmu-ilmu keislaman kepada seorang ustadz di mushola dalam rangka memperkuat keimanan dan keislaman generasi anak-anak Muslim modern. Selain aspek ibadah, dalam Song I lagu Abatasa juga terdapat aspek muamalah. Hal ini dapat dilihat dalam baik kedua yang berbunyi: “Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku.” Ungkapan dalam bait ini menunjukkan bahwa kegiatan pengajian di mushola, selain berdimensi ibadah, juga memiliki dimensi muamalah berupa pergaulan antara sesama Muslim. Mengikuti pengajian di mushola merupakan salah satu pengamalan dari perintah Allah agar setiap muslim salang tolong-
89
menolong dalam kebajikan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. al-Maidah (5): 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” Di samping ayat di atas, banyak Hadis Nabi yang menyuruh seorang Muslim untuk bergaul dengan sesama agar tercipta tali silaturahmi yang kuat di antara umat Islam. Hadis-hadis dimaksud antara lain: “Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur” (HR. Bukhari). “Seorang Muslim yang berinteraksi dengan masyarakat dan ia bersabar atas keburukan masyarakatnya adalah lebih baik daripada seorang Muslim yang tidak bergaul dengan masyarakatnya serta tidak sabar atas keburukan mereka” (HR Muslim). “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjagkan umurnya, hendaklah menyambung hubungan famili” (HR. al-Bukhari). Aspek muamalah dalam lirik lagu Abatasa hanya diartikulasikan dalam bait kedua Song I. Dalam bait-bait lainnya tidak terdapat dimensi muamalah. Dimensi muamalah dimaksud berkaitan dengan kegiatan
90
sosialisasi, pergaulan, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, dimensi muamalah ini perlu dipahami dalam pengetian luas.
3. Pesan Akhlak Pesan
akhlak
dalam
lagu
Abatasa
pada
dasarnya
tidak
diekspresikan secara eksplisit. Namun jika merujuk pada tiga kategori akhlak sebagaimana telah disebutkan dalam bab II, yakni akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak terhadap lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa lagu Abatasa mengandung pesan-pesan akhlak. Pesan akhlak yang paling menonjol dalam lagu Abatasa dapat dilihat dalam frase “mak minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam Song I. Frase ini mencerminkan perilaku, budi pekerti atau tata krama seorang anak terhadap orang tua sebagaimana diajarkan Islam. Meskipun sang anak dalam lagu Abatasa bermaksud melakukan kegiatan positif yang diajarkan agama, yakni mengaji ke mushalla, namun sang anak tersebut tidak melupakan adab dan sopan santunnya terhadap orang tua, yakni meminta izin untuk pergi mengaji ke mushalla. Perilaku tersebut mencerminkan bakti seorang anak terhadap orang tua. Islam mengajarkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia:
91
“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits di atas menunjukkan betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah SAW menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Berbakti kepada kedua orang tua adalah berbuat baik kepada keduanya dengan harta, bantuan fisik, kedudukan, perilaku dan perkataan. Dalam surat al-Isra’ ayat 23-24, Allah berfirman: “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya
atau
kedua-duanya
sampai
berumur
lanjut
dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. AlIsra’/17:23). “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan
ucapkanlah,
“Wahai
Tuhanku,kasihilah
mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al-Isra’/17:24). Manifestasi akhlak anak terhadap orang tua tercermin dalam beberapa sikap sebagai berikut: (1) Mencintai mereka melebihi kerabat lainnya; (2) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih
92
sayang;
(3)
Berkomunikasi
kepadanya
dengan
khidmat
dan
mempergunakan kata-kata yang lembut; (4) Mematuhi perintah dan nasihatnya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam; (5) Tidak menyinggung perasaannya dan menyakiti hatinya; dan (6) Mendoakan keselamatan dan pengampunan bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat. Dalam lagu Abatasa, sosok orang tua direpresentasikan oleh ibu— lagu tersebut menggunakan istilah “mak”. Penghormatan terhadap ibu merupakan kewajiban utama yang diajarkan Islam. dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bedasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa frasa “mak minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam lagu Abatasa merefleksikan pesan dakwah yang berdimensi akhlak.
93
B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan dalam Lirik Lagu Abatasa Berdasarkan analisis penulis terhadap lagu Abatasa sebagaimana dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi akidah merupakan pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa dibandingkan dengan dimensi syariah dan akhlak. Dimensi syariah hanya terdapat dalam Song I yang terdiri dari empat bait. Diemensi akhlak hanya direpresentasikan dalam frasa “mak minta izin” dan “mak tolong izin dalam Song I. Sedangkan dimensi akidah terdapat dalam bagian Reff yang terdiri dari dua bait dan Song II yang terdiri dari empat bait. Dengan kata lain, dimensi akidah menempati peringkat dan nilai tertinggi, dimensi syariah berada di peringkat kedua, dan dimensi akhlak memiliki nilai yang paling kecil. Pesan akidah yang paling dominan dalam lagu Abatasa ini juga diakui secara eksplisit oleh Apoy sebagai pencipta lagu. Apoy menyatakan: “Pesan utama yang mau disampaikan dalam lagu Abatasa, jujur saja ini sangat berbicara tentang akidah, tentang pengakuan kita terhadap Allah, mengajak kita untuk ke mushalla, sosialisasi di situ untuk menghormati guru, dan akhirnya juga memiliki aspek aqidah, ibadah, muamalah. Rangkaian ini akan berujung pada “haqqul yaqin”. Haqqul yaqin ini adalah inti utama daripada lagu Abatasa. Jadi benar-benar yakin seyakin-yakinnya, yakin yang sangat haq terhadap Allah, terhadap Islam, terhadap (keputusan) menjadi seorang mu’min, terhadap (keputusan) menjadi seorang muslim. Haqqul yaqin ini juga menjadi kata didik kepada anak-anak, kan seru ketika anak kecil sudah mengucapkan kata-kata haqqul yaqin. Dan ini memicu saya untuk mencoba membiasakan kata haqqul yaqin, mendidik kata haqqul yaqin dari usia dini. Jadi haqqul yaqin tidak hanya dimiliki oleh seorang ustadz atau mereka-mereka yang memiliki umur (dewasa), tetapi anak TK pun akan lebih keren ketika mereka lebih tinggi memaknai haqqul yaqin seperti “ana haqqul yaqin sama ente.”3 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek akidah merupakan pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa. Pesan utama lagu
3
Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan.
94
Abatasa adalah untuk memperkenalkan, menamkan dan memperkuat akidah Islam terutama di kalangan anak-anak Muslim.
95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan analisa terhadap muatan pesan dakwah dalam lagu Abatasa karya WALI Band, penulis memperoleh kesimpulan atau hasil penelitian sebagai berikut: 1. Lagu Abatasa memuat pesan-pesan dakwah yang berdimensi akidah, syariah dan akhlak. Pesan akidah direpresentasikan dalam bagian Reff dan Song II yang mengekspesikan simbol-simbol keislaman seperti “Tuhan”, “takwa”, “syurga”, “mukmin” dan “haqqul yaqin”. Pesan akidah tersebut diartikulasikan dalam jalinan wacana keakidahan yang cukup koheren, sehingga idiom-idiom religius yang diungkapkan dalam lagu tersebut memiliki pertautan erat antara satu sama lain. Pesan syariah direpresentasikan dalam Song I yang mengekspresikan simbol-simbol keislaman seperti “mushala”, “pengajian” dan “belajar”. Pesan syariah yang mengandung dimensi ibadah dan muamalah ini dapat dikatakan bersifat umum, yakni tidak mengacu secara langsung pada praktik-praktik ritual peribadatan dan praktik-praktik muamalah sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab fiqh pada umumnya. Dengan kata lain, dimensi ibadah dan muamalah tersebut lebih mengacu pada ibadah dan muamalah dalam pengertian luas.
Pesan akhlak
direpresentasikan dalam frase “mak minta izin” dan “mak tolong
96
izinin” dalam Song I. Frase ini mencerminkan perilaku, budi pekerti atau tata krama seorang anak terhadap orang tua sebagaimana diajarkan Islam. Pesan akhlak dalam lagu Abatasa tidak diekspresikan secara eksplisit. Namun jika merujuk pada pembagian tiga kategori akhlak, yakni akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak terhadap lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa lagu Abatasa mengandung pesan-pesan akhlak. 2. Pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa adalah pesan akidah. Wacana akidah yang sangat dominan dalam lagu Abatasa ini dimaksudkan untuk memperkenalkan, menanamkan dan memperkuat akidah umat Islam, khususnya kalangan anak-anak Muslim. Lebih dari itu, melalui lagu Abatasa, pengarang hendak mengingatkan bahwa keimanan seorang Muslim kepada Allah tidak cukup dengan hanya didasarkan pada faktor keturunan dan taqlid, tetapi harus didasarkan pada pencarian yang sejati sehingga ia mencapai pada tingkatan haqqul yaqin.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Umat Islam, khususnya para dai, diharapkan dapat mengembangkan berbagai media kreatif dalam kegiatan dakwah Islam. Salah satu media dakwah yang dapat digunakan secara optimal adalah musik, mengingat
97
musik pada hari ini sangat digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama anak-anak muda, dan pesan-pesan yang disampaikan melalui musik relatif mudah diserap dan diterima oleh masyarakat. 2. Para personil WALI band diharapakan selalu memiliki semangat yang besar dalam menciptakan karya-karya terbaik, baik lagu-lagu bernuansa umum ataupun bernuansa religi yang memiliki nilai-nilai positif bagi masyarakat. Di samping itu, akan lebih baik jika WALI Band menciptakan lagu-lagu religi dalam satu album utuh dan produski lagu-lagu religi tersebut tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pencerahan spiritual yang lebih intens dari lagu-lagu religi tersebut.
98
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Usia Jenis Kelamin Posisi
: : : :
Aan Kurnia (Apoy) 35 Tahun Laki-laki Gitaris/Song Writer Wali Band
Menyatakan bahwa saudara Zamal Abdul Nasir, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, benar-benar telah melakukan wawancara dengan saya sebagai responden penelitian. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang Selatan, 5 Mei 2014
Aan Kurnia
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Usia Jenis Kelamin Posisi
: : : :
Farhan Zainal Muttaqin (Faank) 35 Tahun Laki-laki Vokalis Wali Band
Menyatakan bahwa saudara Zamal Abdul Nasir, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, benar-benar telah melakukan wawancara dengan saya sebagai responden penelitian. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bekasi, 3 Mei 2014
Farhan Zainal Muttaqin
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rauf, Abdul Kadir Sayid, Dirasah fi al-Da’wah al-Islamiyah, Kairo; Dar al-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987. Abrahamson, M., Social Research Methods, Englewoods Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1983. Al-Abrasyi, Atiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Al-Baghdadi, Abdurrahman, Seni dalam Pandangan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1993. Al-Banna, Jamal, Nahwa Fiqh Jadid, Kairo: Dar al Fikr al Islami, 1996. Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005. Al-Husaini, al-Hamid, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw, Bandung: Pustaka Hidayah, 2009. Ali, Hasan Abdul, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Qurn al Rabi’ al Hijry, Mesir: Dar al Fikr, 1977. Al-Jarisyah, Ali, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, Al-Munawaroh: Dar al-Wifa, 1989. Al-Qahatahani, Said Ali bin Wahaf, Al-Hikmah fi al-Da’wa ila Allah Ta’ala, Beirut: Muassasah, t.th. Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009. An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. An Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro, 1989. Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager, Jakarta: Tazkia Publising, 2009. Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Arikunto, S., Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
99
Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, Jakarta: Bulan Bintang, 1991. Azis, Moh Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004. Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997. Banoe, Pono, Kamus Musik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003. Berelson, B., Content Analysis in Communication Research, New York: The Free Press, 1952. Bilgrami, Hamid Hasan dan Asyraf, Sayyid Ali, Konsep Universitas Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989. Bisri, Mustofa, Saleh Ritual Saleh Sosial, Bandung: Mizan, 1995. Bugin, Burhan (ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press, 2001. Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia: Nur Niaga SDN. BHD, 1996. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1997. Djohan, Psikologi Musik, Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta, 2003. Edmund-Prier, Karl, Ilmu Bentuk Analisis Musik, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1996. Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994. Firdaus, Aunur Rofik Lil, Opick: Oase Spiritual Dalam Senandung, Jakarta: Hikmah, 2006. Gazalba, Sidi, Islam dan Kesenian, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1998. Gozali, Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djambatan, 1992. Harahap, Sahrin, Ensiklopedia Akidah Islam, Jakarta: Kencana, 2009. Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
100
Helmy, Masdar, Dakwah aalam Alam Pembangunan, Semarang: CV. Toha Putra, 1973. Hidayat, Adib, Gigi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009. Hidayatullah, Rahmat, “Musik Islam: Kesinambungan dan Perubahan”, Makalah disampaikan dalam acara 5th Session of Ciputat Music Space Offline Series, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 Juli 2013. Hielmy, Irfan, Dakwah Bil Hikmah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002. Holsti, O.R., et. al, “Content Analisis”, dalam Garner Lindzey & Elliot Aronson (ed.), Hand Book Of Sosial Psychology, Reading, MA: Addison-Wesley, 1968. Ibn Faris, Abu Husain Ahmad, Mu’jam Maqayis al-Lugah, Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Jumantoro, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2001. Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Kafiudin dan Jalil, Maman Abdul, Prinsip dan Strategi Dakwah Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001. Karim, Abdul, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1940. Kesumah, Dloyana, dkk., Pesan-pesan Budaya Lagu-lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya Terhadap Prilaku Sosial Remaja Kota, Jakarta: CV Eka Putra, 1995. Krippendorff, Klaus, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, London: Sage Publication, 2004. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988. Latif, Nasarudin, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara, 1998. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000.
101
Muhtaram, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996. Munawwir, Warson, Kamus Al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1994. Mursyi, Muhammad Munir, al-Tarbiyah al-Islamiyah, Kairo: Dar al Kutb, 1982. Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Natsir, Mohammad, Fiqhu Da’wah: Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dak’wah, Jakarta: Yayasan Capita Selecta, 1966. Nurdin, Muslim, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta, 1993. Poetra, Adjie Esa, 1001 Jurus Menyanyi Mudah, Bandung: DAR! Mizan, 2008. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994. Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Sadie, Stanley (ed.), The New Grove Dictionary of Music and Musicians, Second Edition, Volume 25, New York: Macmillan Publisher Limited, 2002. Salabi, Ahmad, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Saleh, E. Hasan, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinanan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, Jakarta: ISTN, 2000. Salim, Abd. Muin, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994. Sanwar, Aminudin, Pengantar Ilmu Dakwah: Diktat Kuliah, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisonga, 1992. Selltiz, C., Jahoda, M., Deutsch, M. dan Cook, S.W., Research Methods in Social Relation, New York: Holt, Rinehart & Winston, 1959. Shihab, M. Quraish, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah, Bandung: Mizan, 1999. Shihab, M. Quraish, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama, Bandung, Mizan, 1999. Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2001. Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000.
102
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996. Silverman, D., Interpreting Qualitative Data, Thousands Oaks, CA: Sage, 1993. Sumarlam, Adhani, Agnes dan Indratmo, A., Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama, Bandung: Pakar Raya, 2004. Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1986. Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1986. Trinity Optima Production, Official Book of Ungu: Penguasa Hati, Jakarta: Kawan Pustaka, 2009. Umar, Toha Yahya, Hukum Seni Musik, Suara, Tari Dalam Islam, Jakarta: Wijaya, 1983. Umary, Barmawi, Azas-azas Ilmu Dakwah, Solo: Ramdani, 1987. Waluyo, Herman J., Apresiasi Puisi, Jakarta: PT Gramedia, 2002. World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Etika Diskusi, (terj.) Abdus Salam M dan Muhil Dhafir, Surakarta: Era Inter Media, 2001.
Internet http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/07/03/musik-dalam-religiusitasspiritualitas-islam/, diakses 12 Januari 2014. http://datasharing.wordpress.com/2011/02/21/opick-ya-rahman/, tanggal 13 Desember 2013.
diakses
pada
http://id.wikipedia.org/wiki/Opick, diakses pada tanggal 13 Desember 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Ungu_(grup_musik), Desember 2013.
diakses
pada
tanggal
13
http://musik.kapanlagi.com/berita/album-religi-ungu-terjual-150-ribu-kepingdalam-10-hari-o6gcm10.html, diakses pada tanggal 13 Desember 2013. http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan, diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
103
http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=9939, diakses pada tanggal 13 Desember 2013. http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantaralegasi_26.html, diakses 12 Januari 2014. http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantaralegasi_26.html, diakses 12 Januari 2014. http://waliband.net/news227.php, diakses pada 14 Mei 2014. http://waliband.net/profil.php, diakses 14 Mei 2014 http://walicare.org/blog/?page_id=42, diakses 14 Mei 2014. http://walicare.org/blog/?page_id=44, diakses 14 Mei 2014. http://walicare.org/blog/?page_id=46, diakses 14 Mei 2014 http://walicare.org/blog/?page_id=50, diakses 14 mei 2014. http://walicare.org/blog/?page_id=52, diakses 14 Mei 2014. http://www.bengkelmusik.com/forum/f46/musik-religi-t3104, tanggal 13 Desember 2013.
diakses
pada
http://www.gigionline.com/v2/profile.php, diakses pada tanggal 13 Desember 2013. http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=98375, tanggal 13 Desember 2013.
diakses
pada
http://www.nagaswarafm.com/wali-single-religi-abatasa.php, diakses pada tanggal 13 Desember 2013. http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_ 1_Weeekly_Top_10_Flexy_Tone, diakses pada tanggal 13 Desember 2013. http://www.tribunnews.com/seleb/2013/04/24/band-wali-dikabarkan-bertarifshow-termahal-ini-komentar-mereka, diakses 15 Mei 2014 http://www.waliband.net/discography1.php, diakses 14 Mei 2014. http://www.waliband.net/discography2.php, diakses 14 Mei 2014. http://www.waliband.net/discography3.php, diakses 14 Mei 2014. http://www.waliband.net/discography4.php, diakses 14 Mei 2014. 104
http://www.waliband.net/discography5.php, diakses 14 Mei 2014 http://www.waliband.net/penghargaan.php, diakses 14 Mei 2014. https://www.kontras.org/kegiatan/data/IBADAH%20SOSIAL.pdf, diakses 10 Mei 2014.
Wawancara Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan. Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
105
LAMPIRAN
v
l; ,
,r;M trwww W
WW 1_WW
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASDAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI : (021)7432728/ 74703580 Telepon/Fa.x
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412Indonesia Website: urrv.fdkuirriakarta.ac.i
E-mail :
[email protected]
t 12014 Nomor : Un.01/F5lPP.00.915L3 Lamp :1(satu)bundel Hal : BimbinganSkripsi
Jakarta,<:; Juni20l4
KepadaYth. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA DosenFakultasDakwahdanIlmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Assalamu'alaikumWn Wb. Bersamaini kami sampaikanoutline dannaskahproposalskripsiyang diajukanoleh UIN Syarif HidayatullahJakartasebagai mahasiswaFakultasDakwahdanIlmu Komunikasi berikut, Nama NomorPokok Jurusan Semester Telp. JudulSkripsi
ZarnalAbdul Nasir 1000035 20805 KomunikasidanPenyiaranIslam (KPD XII (DuaBelas) Musik Pop Religi SebagaiMedia Dakwah: AnalisisIsi Pesan LaguABATASA GrupWali Band.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 24 Juni - 24 Desember2014. Demikian, atasperhatian dan kesediaannyakami sampaikanterima kasih. Wassalamu'alaikum Wn Wb.
Tembusan: l. Dekan 2.KetuaJurusan Komunikasi dan PenyiaranIslam (KPD
/
1
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASDAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Tefepon/Fa.r : (021)7432728I 74703580 Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412Indonesia website; nvr!.tdkuiniakarta.ac.id, E-mail: dakrvahri)f'dk.uirrjakarra.ac.id
Nomor Lampiran Hal
A
: Un.Ol/F5 IPF.00.v 4 lnu2Tt "t
Jakarta-/- Juli2014
.
: Izin Penelitian(Skripsi)
Kepada Yth,
&" K,^;;i; CA,?o,Y> di Tempat Assalamu'alaikum Wr.IItb. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Svarif Hidavatullah Jakarta menerangkanbahwa: Nama Nomor Pokok Tempat/TanggalLahir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat Telp.
ZamalAbdulNasir
20805 l 00003s Jakarta, 17Januari1981 XII (Duabelas) Islam KomunikasidanPenyiaran Kembangan JakartaBarat Srengseng
adalahbenar mahasiswaFakultasDakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakartayang akan melaksanakanpenelitian/mencaridata dalam rangka penulisan skripsi Musik Pop Religi sebagei Media Dah,uah (Analisis Pesan Lagu Abatasa Grup Wali Band). Sehubungan dengan itu, dimohon kiranl'a Bapak/lbn/Sdr. dapat menerima/mengizinkanmahasiswakami tersebut dalam pelaksanaankegiatan dimaksud. Demikian, ataskerjasamadan bantuannyakami mengucapkanterima kasih. Wassal amu'alaikunt Wr.Wb. a.n.Dekan g: Tata Usaha
-'.,-
l\'.
Dra. Ma
NIP. I Tembusan: Dekan FakultasDakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarla.
udah Tasyrifatun
1987023 001
I
I
;
KBMBNTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASDAKWAHDAN ILMU KOMUNIKASI Teleponffar : (021)7432728I'l 4'703580 :dakrvahrr?tdk.uiniakarta.ac.id Jl. Ir.H.JuandaNo.95Ciputatl54l2Indonesia websile:ruvu,.l'dkuiniakarta.ac.id,E-mail
Nomor Lampiran Hal
A
t f)]?.t2014 : un.ol /F5tPP .00.s
Jakarta. L- Juli20l4
.t
: Izin Penelitian(Skripsi)
KepadaYth,
4t;h;; 2;i;;; ;"i.isi" Zraank) di Tempat Assalamu' alaikumWr.Wb. Dekan FakultasDakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkanbahwa: Nama Nomor Pokok Tempat/TanggalLahir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat Telp.
ZamalAbdulNasir l 000035 20805 17Januari1981 Jakarta, XII (Duabelas) Islam KomunikasidanPenyiaran Kembangan JakartaBarat Srengseng
adalahbenar inahasiswaFakultasDakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif perrelitian/mencari data dalam rangka HidayatullahJakartayang akan melaksanakan penulisan skripsi ]Iusik Pop Religi sebagai Media Dalcvvah(Analisis Pesan Lagu Abatasa Grup Wali Band). Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibr"r/Sdr. dapat menerima/mengizinkanmahasiswakami tersebut dalam pelaksanaankegiatan dimaksud. Demikian, ataskerjasamadan bantuannyakami mengucapkanterima kasih. Wassalantu'alai kum Wr.Wb.
e. Tata Usaha
''j".r
,rl
Dra. Ma
NIP. i Tembusan: Dekan FakultasDakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Jakarta.
udah Tasvrifatun
2 001 198703
r :
SURAT KETERANGAN WAWANCARA Sayayangbertandatangandi bawahini : Nama Usia JenisKelamin Posisi
: : : :
FarhanZainalMuttaqin(Faank) 35 Tahun Laki-laki VokalisWali Band
Menyatakan bahwa saudaraZamal Abdul Nasirn mahasiswaJurusanKomunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, benar-benartelah melakukan wawancara dengan saya sebagairespondenpenelitian. i
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnyauntuk dipergunakan sebagaimanamestinya.
Bekasi,3 Mei2014
1 I
r ,
t'
:'
SURAT KETERANGAN WAWANCARA Sayayangbertandatangandi bawahini : Nama Usia JenisKelamin Posisi
Aan Kurnia (Apoy) 35 Tahun Laki-laki Gitaris/Sons WriterWali Band
JurusanKomunikast MenyatakanbahwasaudaraZamal Abdul Nasir, mahasiswa dan PenyiaranIslam FakultasDakwah dan Ilmu KomunikasiUniversitasIslam Negeri (UIN) Jakarta,benar-benar telah melakukanwawancaradengan saya penelitian. responden sebagai
I
;
untuk dipergunakan Demikian pernyataanini dibuat dengansebenar-benarnya sebagaimana mestinya. TangerangSelatan,5 Mei2014
Aan Kurnia
.1
,{
# I a
{t ..D
1 T 4T Sr
.1 ,1
{
I
v I
I
I
a