ABSTRAK Lintang Marisa (105051001900) Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Novel adalah salah satu media yang banyak diminati oleh berbagai kalangan, dan dapat digunakan sebagai media dakwah secara bil Al-Qolam, hal ini tentu menjadi sebuah alternatif cara berdakwah oleh karena itu penulis mengangkat novel “Cinta di Ujung Sajadah” karya Asma Nadia sebagai salah satu novel Islami diantara banyak novel Islami lainnya yang juga mengandung pesan dakwah. Karena novel menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah, Asma Nadia memasukan pesan dakwah melalui tulisannya. Diantaranya novel Cinta di ujung Sajadah. Seperti penelitian analisis lainnya, pada skripsi ini penulis mengkategorisasikan, pesan apa saja yang terkandung dalam novel tersebut? Dan pesan dakwah apa yang cenderung mendominasi isi novel Cinta di ujung Sajadah? Analisis isi (Content Anaiysis) merupakan tehnik penelitian untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi dalam bentuk lambang ataupun tulisan. Analisis isi merupakan tehnik penelitian untuk memperoleh gambaran pesan komunikasi yang dilakukan secara objektif. Lalu dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis isi yakni melalui pendekatan kuantitatif, dengan membuat kategorisasi pesan meliputi pesan aqidah, akhlak, dan syariah yang terdapat pada paragraf dan dialog dalam novel “Cinta di ujung Sajadah”. Pesan-pesan yang diangkat untuk memyampaikan nilai-nilai ketauhidan pada novel Cinta di ujung Sajadah meliputi nilai aqidah, akhlak, dan syariah. dari uraian penelitian ini dapat disimpulkan pesan dakwah yang terdapat dalam novel “Cinta di ujung Sajadah” karya Asma Nadia pengandung pesan aqidah sebanyak 28,6%, pesan akhlak sebanyak 54,3%, pesan syariah sebanyak 17,1% dan pesan yang paling dominan dalam katogori besar adalah pesan akhlak dengan prosentasi54,3%.
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah sang pencipta alam, yang telah memberikan nikmat yang tiada terkira bagi semua mahluk-Nya. Shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad Saw, yang telah Engkau berikan kemuliaan serta wahyu kepadanya. Sehingga sampai kepada kami umatnya, yaitu ajaran tentang Ibadah Kepada Allah yang Maha Esa. Salawat serta salam juga tercurah kepada keluarganya, sahabatnya-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia mengajarkan dan menyebarkan ajaran-ajarannya yang Rahmatan lil’alamin. Merupakan sebuah anugrah terindah serta, kebahagiaan yang tiada terkira dirasakan oleh penulis, setelah pada akhirnya skripsi ini terselesaikan. Semua impian dan cita-cita penulis dapat terwujud karena adanya dukungan dari beberapa pihak, yang dengan senang hati memberikan bantuan, serta bimbingan dan motifasi kepada penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terkita kepada: 1. Dr. Arif Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Pudek I Drs.Wahidin Saputra, M.A, selaku bidang Akademi. Pudek II Drs. H. Mahmud Djalal, M.A, selaku bidang Administrasi dan Kepegawaian. Pudek III Drs. Studi Rizal, LK, M.A, selaku bidang Kemahasiswaan 3. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
i
4. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus sebagai pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta memberikan saran, kritik dan motivasi dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Para dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu serta pengetahuan yang tiada terkira kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan jenjang S-I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Mba’ Asma Nadia sebagai pengarang Novel yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak informasi kepada penulis, Mas Andi yang telah memfasilisasi pertemuan dengan Pengarang. 7. Kedua orang tua saya tercinta, H. Mulyono. SH., serta Hj. Rr. Supantini. S.pd., atas segenap doa, cinta dan kasih sayang, serta motivasi baik moril maupun materiil yang di berikan ke 8. pada saya. Tanpa mereka saya bukanlah siapa-siapa. 9. Mas Wiko, Mba’ Wulan dan Surya, sebagai kakak dan adik tercinta, serta keluarga besar saya yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan do’a. 10. Kak Rosdiana, Ani, dan Mas Luqman sebagai juri/koder, yang telah meluangkan waktu untuk membaca, mengerti dan meresapi novel ”Cinta di Ujung Sajadah” sehingga dapat bertindak sebagai juri. 11. Aa’ Ubay Ashari (Fak. Adab) yang pernah dan telah banyak memberikan motifasi, semoga Allah berkenan menjaga silaturahmi yang telah terjalin
i
sejak sekolah, kuliah dan hingga saat ini, Amin. Mas Ferly dan Keluarga yang banyak memberikan support, Bang Ferdy, serta semua Anak BPAP 2009, Bang Yudi Nur, yang selalu memberikan semangat. SahabatSahabatku, Aa’Bai, Ii khoirul, Aziz, (Fak. Ekonomi), Tofik, Bang Ayik, Bang Hamdi, Kak Rika, Ani. 12. Rekan-rekan KPI 2005, khususnya KPI B, ”yang telah menjalani kebersamaan selama empat tahun, menimba ilmu di kampus tercinta ini. Semoga kita dapat mengembangkan diri serta mengaplikasikan ilmu yang telah kita pelajari, semangat terus dalam mengapai cita-cita!!”, Kru Majalah Risalah NU, ”yang telah memberikan kesempatan saya untuk menjadi Jurnalis. Teman-teman magang serta karyawan Bank Muamalat, Tbk. yang telah memberikan kesempatan untuk belajar hal-hal baru.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah, penulis kembalikan semoga semua yang di berikan kepada penulis menjadi amal ibadah yang tak terhapuskan untuk selamanya. Tiada hal yang lebih berarti selain harapan dan doa, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin. Wassalam. Jakarta, 01 Februari 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................
6
D. Metodologi Penelitian ...................................................
6
E. Tinjauan Pustaka...........................................................
10
F. Sistematika Penulisan ...................................................
10
LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Analisis Isi ..................................................
12
B. Konsep Dakwah...........................................................
13
1. Pengertian Dakwah .................................................
13
2. Meteri Dakwah..........................................................
16
3. Tujuan Dakwah.......................................................
18
C. Ruang Lingkup Novel ...................................................
22
1. Pengertian Novel.....................................................
22
2. Pengertian Novel Islam ...........................................
23
3. Unsur Intrinsik Novel..............................................
24
D. Novel Sebagai Media Dakwah ......................................
27
i
BAB III
SEKILAS TENTANG NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH A. Latar Belakang Terwujudnya Novel Cinta Di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia........................................................
29
B. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah dan Karya-
BAB IV
Karya Asma Nadia........................................................
29
1. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah ...................
29
2. Sinopsis Novel Emak Ingin Naik Haji .....................
32
3. Sinopsis Novel Jilbab Traveler ................................
34
4. Asma Nadia dan Karya - Karyanya .........................
36
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA A. Isi pesan Dakwah dalam novel Cinta di Ujung Sajadah .
42
B. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah..................................................................... 55 C. Kategorisasi Pesan Yang Paling Dominan Dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah ................................................. BAB V
69
PENUNTUP A. Kesimpulan...................................................................
71
B. Saran.............................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
73
LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Kategori Pesan Dakwah............................................................
8
Tabel 2
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan...........................................
43
Tabel 3
Rincian Hasil Kategori Pesan Aqidah .......................................
45
Tabel 4
Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah ..........................................
45
Tabel 5
Rincian Hasil Kategori Pesan Akhlak .......................................
47
Tabel 6
Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak ..........................................
48
Tabel 7
Rincian Hasil Kategori Pesan Syariah.......................................
53
Tabel 8
Rincian Kategorisasi Pesan Syariah ..........................................
53
Tabel 9
Pesan Dakwah Yang Paling Dominan.......................................
70
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
:
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran II
:
Surat Penelitian / Wawancara
Lampiran III :
Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancar Dengan Narasumber
Lampiran IV :
Isi Hasil Wawancara
Lampiran V
Kumpulan Isi Kalimat Dan Paragraf Dalam Dialog
:
Pada Novel Cinta di Ujung Sajadah Lampiran VI :
Kumpulan Kooding Sheet Isi Pesan Dakwah dalam Novel Cinta di ujung Sajadah
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan perkembangan media komunikasi dan informasi, memudahkan kita dalam memperoleh informasi. Media komunikasi yang telah ada seperti surat kabar, buku, majalah dan novel masih menjadi pilihan khalayak dalam memenuhi informasi yang dibutuhkan, ditengah kemajuan media komunikasi dan informasi elektronik seperti e-book, internet, televisi dan radio. Namun novel atau buku sebagai sumber informasi yang diterbitkan masih tetap eksis di kalangan pembaca. Pada mulanya Islam disebarkan dengan cara bil Al-lisan yaitu penyampaian melalui mulut kemulut atau dikenal dengan ceramah. Cara berdakwah seperti ini di anggap sangat efektif, walaupun hambatannya sangat besar. Hal ini dilakukan karena pada saat itu media dakwah dengan tulisan belum banyak berkembang. Namun dengan perkembangan zaman yang semakin baik, telah menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dalam penyebaran agama Islam. Saat ini kegiatan dakwah juga dapat dilakukan melalui tulisan. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan komunikasi kepada khalayak sebagai bentuk alternatif dari media komunikasi. Jika di tinjau dari segi prosesnya Aktifitas dakwah merupakan proses komunikasi. Dalam bukunya “Komunikasi Dakwah” Toto Tasmara menjelaskan bahwa dakwah adalah proses komunikasi yang khas1 dari hal itu jelas salah satu hasil dari perkembangan zaman yang banyak digunakan saat ini
1
Toto Tasmara, komunikasi dakwah. (Bandung: Alumni, 1991) Cet Ke-2, h. 16
i
Sudah jelas motifasi Al-Qur’ an yang memerintahkan umatnya untuk belajar membaca Al-Quran. Hal ini secara eksplisit disebutkan dalam lima ayat permulaan surat Al-Alaq [96] yang memiliki arti sebagai berikut:2
* () &' !"#$% )-./ +, 345 12 0 35 ' !"#$% 12 839:; “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang mengejar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Bagi Thanthawi Jawhari, 3sebagaimana dikutip oleh Suf Kasman dalam bukunya Jurnalisme Universal: menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, menyebutkan bahwa ayat tersebut mendobrak kejumudan masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi pengindraan, hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal-hal yang tidak kalah penting, yaitu: tulisan.4 Dakwah sendiri menurut Syaikh Ali Makhfudz dalam Hidayat AlMursyidin sebagaimana di kutip oleh Nurul Badrutamam, adalah
َِ ُْ َ َ ا سَ ََ ا َِْْ وَا َِْ ِْ وَاْ َ ُْ ِ َُْ وْ فِ وِا َِ ُْ ا ِ!ِ" َ#َ "ِ!ِ وَا$ْ َ دَةِ ا$ ' ِ ُ َِ ُ*)ْ ز 2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989), h. 1079 3 Thanthawi Jawhari adalah seorang cendikiawan mesir kelahiran tahun 1870 beliau adalah salah seorang tokoh pembaharu yang memotivasi kaum muslimin untuk menguasai ilmu secara luas. Beliau juga seorang ahli filsafat dan seorang tokoh “musafir ilmu” yang luas ilmunya. Gagasan dan pemikiran membuat Thanthawi di perhitungkan dalam jajaran pemikir islam terlihat dalam 3 hal: (1) obsesinya untuk memajukan daya pikir islam, (2) pentingnya ilmu bahasa dalam menguasai idiom-idiom modern, (3) pengkajian terhadap Al-Qur’an sebagai satusatunya kitab suci yang memotifasi pengembang ilmu. Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. Ke-4, jilid 2, h.107 4 Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Mendasari Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qolam, (Jakarta: penerbit TERAJU,2005), cet. Ke-1, h.87
i
(usaha mendorong manusia kearah kebajikan dan petunjuk Tuhan dan mengajak berbuat yang makruf dan menjauhi yang munkar agar meraih kebahagiaan dunia akhirat.)5 Sedangkan dalam al-Qalam menurut Abdurrahman Bin Nasir ALSa’di, seperti yang di kutip oleh Suf Kasman adalah mencangkup segala keseluruhan apa yang dipergunakan untuk menulis sebagai ilmu pengetahuan. AL-Mansyur dan Al-Manuzum (menyiarkan dan sistematis). Dengan demikian dakwah bil qalam sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat dalam Islam Aktual, sebagaimana yang dikutip oleh Suf Kasman adalah dakwah melalui media cetak.6 Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang
memungkinkan
seseorang
berkomunikasi
secara
intens
dan
menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya. Salah satu media cetak yang di dalamnya terdapat pesan dakwah yaitu Dalam novel ”Cinta Di Ujung Sajadah karya Asma nadia” di dalam novel ini pengarang ingin melukiskan kisah seorang gadis kecil yang di tinggalkan karena masa lalu ibunya yang kelam. gadis kecil itu tinggal bersama ibu dan kedua saudara tirinya. Kedua saudaranya selalu membuat gadis kecil bernama Cinta kehilangan kasih sayang keluarga yang utuh, namun dengan ke ikhlasannya menjalani hidup ia selalu merasa bahwa setiap perjalanan memiliki makna. Dari sudut pandang yang berbeda penulis ingin memasukan pesan-pesan dakwah di setiap cerita dalam novel ” Cinta Di Ujung Sajadah”. Tidak seperti kisah yang banyak di alami anak-anak lazimnya merasa lengkap dengan ke dua orang tua tetapi tidak dengan seorang ”Cinta” anak tunggal yang hidup dengan keterasingan dalam keluarga karena harus berbagi kasih sayang seorang ayah kepada saudara tirinya yang selalu merasa tersaingi. Tokoh utama dalam novel ini mengambarkan sosok seorang anak perempuan yang kuat meski tidak pernah mengenal sosok ibunya yang telah
5
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), cet. Ke-1, h.36 6 Suf Kasman , Ibid, h. 118
i
tiada. Di dalam novel di ceritakan melalui ungkapan Mbo Nah, seorang pengasuh Cinta, kronologi kepergian Ibu yang di sayangi oleh cinta. Konflik yang di bangun dalam setiap ceritanya sangat beragam, perjalanan tiap tokoh juga sangat menarik. Dalam novel ini juga di ceritakan tahapan-tahapan perjalanan atau kronologis awal perkenalan yang di alami tokoh utama, hingga akhirnya berjumpa dengan ibu kandungnya setelah pencarian panjang dalam kerinduannya. Dalam novel ini tokoh utama di gambarkan oleh sosok perempuan yang bernama Cinta, lembut dan pintar dalam kesehariannya ia begitu ramah. Hal ini mengangkat nilai-nilai moral dalam kehidupan sosial. Pemecahan konflik dalam cerita ini mengangkat jiwa berserah kepada Allah SWT. Sebagai pencipta yang mengetahui apa-apa yang tidak di ketahui manusia. Novel ini menjelaskan bentuk ketakwaan yang dimiliki setiap manusia dengan cara yang berbeda-beda, unik dan istimewa. Itulah hubungan novel dengan dakwah sebagai media komunikasi dimana di dalamnya terdapat proses komunikasi yang mengandung pesanpesan dan moral. Biasanya pesan moral itu mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran. 7 Menurut Ir. Hadianto, M.Si dalam buku Membudayakan Kebiasaan Menulis, ia mengatakan bahwa kebiasaan menulis (dalam hal ini adalah termasuk novel) bisa diartikan
secara sederhana. Namun dapat pula
ditafsirkan lebih luas. Jadi tidak sekedar menuangkan informasi atau pesan dari bahasa lisan kebahasa tulisan. Karena dilihat dari pandangan komunikasi, pertanyaan “mengapa kita menulis” dapat ditelusuri dari segi motifasi menulis dan tujuan-tujuan yang paling hakiki dari komunikasi. Tetapi, masih menurut beliau, apapun juga motivasinya tulis-menulis selalu berhubungan dengan usaha atau kegiatan yang di lakukan oleh seorang penulis mengungkapkan
7
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Press, 1995), cet. Ke-1, h. 322
i
Gajahmada University
fakta-fakta, perasaaan, dan isi pikirannya secara jelas dan efektif kepada pembaca.8 Sejalan dengan mengikuti alur logika tersebut, dapat dikatakan bahwa karya sastra Asma Nadia yang berjudul Cinta di Ujung Sajadah yang menjadi pokok penelitian yang memuat pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam ajaran Islam. Karena Asma Nadia adalah seorang muslimah dan aktifis dakwah, dan oleh karenanya tidak mustahil bila ia mendasari pandangan tentang nilai-nilai ketauhidan sebagaimana yang diajarkan Islam. Hasyim mengatakan dan telah dikutup oleh Prof. Dr. Nabilah Lubis: “ Apabila karya sastra itu mengajak kejalan yang benar, dan menegakkan amal saleh melalui tokoh-tokohnya maka ia berarti mereka menganut ajaran bahwa segala sesuatu dari Allah, untuk Allah dan karena Allah. Sedangkan bila sastra itu mempunyai tujuan lain dan melepaskan diri dari ajaran agama, maka karyakarya sastranya mengandung ajaran seni untuk seni atau seni untuk sastra.”9 Nabilah Lubis pun mengatakan bahwa seorang ”sastrawan” termasuk khalifah Allah dibidang bahasa dan sastra dan sastra mempunyai tanggung jawab dan kewajiban seperti khalifah Allah pada bidang-bidang yang lain, dan harus bergerak dalam melaksanakan amanat Allah mengajak umat untuk menuju ke jalan yang benar dan menjauhi larangan-Nya, yaitu “amar ma’ruf nahi munkar”.10 Berdasar hal inilah, yang menjadi landasan mengapa peneliti tertarik mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ini dibatasi pada dialog-dialog yang terdapat dalam paragraf pada Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia yang mengandung 8
Hadiyanto, Membudayakan Kebiasaan Menulis, (Jakarta: PT. Fikahati Areksa, 2001), cet. Ke-1, h. 9-10 9 Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta,: Penerbit Yayasan Media Alo Indonesia, 2001), cet. Ke-2, h. 12 10 Ibid., h. 12
i
unsur-unsur pesan dakwah yaitu aqidah, akhlak dan syariah. Mengacu pada hal diatas, dirumuskan ke dalam perumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Pesan apa saja yang terkandung dalam novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia? 2. Pesan dakwah apa yang cenderung mendominasi isi novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. b. Mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat dalam novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis yaitu memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan gambaran secara utuh tentang dunia pernovelan islam. b. Manfaat
Akademis
yaitu
memberikan
kontribusi
tentang
pengembangan media dakwah dengan memasukan pesan dakwah ke dalam karya tulis berupa novel. D. Metodologi Penelitian Analisis ini mengunakan analisis isi yang biasa di pakai untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan dakwah. R. Holisty mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi pesan alam suatu yang sistematis menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan-pesan tatanan yang di sampaikan. Menemukan teori-teori tentang tulisan sastra dan dakwah di dalam novel Cinta di Ujung Sajadah.
i
Jadi bukan hanya sekedar sebuah tulisan semata melainkan sebagai media yang di dalamnya terdapat pesan-pesan dakwah.11 Metode analisis isi juga di artikan sebagai objek data analisis secara manifest, artinya di analisis menutut apa yang di katakannya (tersurat) bukan menutut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat).12 Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang di manfatkan untuk menarik kesimpulan yang reflicable (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya. 13 Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel “ Novel Cinta di Ujung Sajadah” karya Asma Nadia yang di terbitkan oleh PT. Lingkar Pena Kreativa, Agustus 2008, dan unit pengamatannya adalah tiap paragraph dan dialog yang mengandung pesan dakwah dalam novel tersebut. 1. Alat Pengumpulan Data a. (coding sheet), yaitu tabel yang
berisi kategori-kategori
pesan
dakwah yang menjadi objek penelitian. Coding sheet di buat berdasarkan kategori yang di tetapkan. b. Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Teknik yang di gunakan adalah interview terpimpin, yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengarang novel ” Novel Cinta di Ujung Sajadah.”, yang di jawab langsung bebas dan terbuka. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Asma Nadia (pengarang) pada, hari Jumat, 8 Januari 2010 dikediamannya, Jl. Kemang Swatama, Studio Alam Depok. Penulis juga berkomunikasi lewat media handphone di nomor 0818674667
dan
media
email
dengan
Alamat
email
asma.nadia@gmail.
11
R. Holisty, Et al, Konteks Analisis dalam Handbook Psykology, edit by: Gardner
Lindsey 12
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan Aplikasi (jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), h.7 13 Klaus Krippendrof, analisis isi: Pengantar Teori dan Metodologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) h.56
i
c. Studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data-data berupa bukubuku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi, dan novel. Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi dan wawancara. Kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat ringkas, kemudian hasilnya di uraikan dengan dijelaskan
dalam deksripsi hasil penelitian. Karena teknik analisis data yang dipakai oleh penulis adalah analisis deskriptif. Maka data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dan wawancara dijabarkan dengan memberikan analisis kemudian diambil kesimpulan akhir. 2. Teknik Pengumpulan data a. Kategorisasi Penyusunan kategori pesan yang di teliti meliputi tiga kategori besar yaitu aqidah, akhlak, syariah. Data tersebut di buat dalam bentuk cooding sheet. Dan untuk memperoleh rehabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri/koder. Tabel 1 Kategorisasi Pesan No
KATEGORI
1
Aqidah
2
Akhlak
3
Syariah
Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing ketegori mengunakan rumus sebagai berikut: P=
F × 100% N
Keterangan :
P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Populasi
i
b. Analisis Data Data akan dianalisa mengunakan metode kuantitatif dengan mengunakan analisa deskriptif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan menjelaskan dan menggambarkan tokoh dan menganalisis isi novel Novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang cermat mengenai isi novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan dimintakan pengujian kategori kepada tiga juri atau koder. Hasil kesepakatan tim juri tersebut, dijadikan koefisien reliabilitas dengan rumus dari Holisty14, yaitu : Koefisien Reliabilitas =
2M N1 + N 2
Keterangan : 2M
: Nomor keputusan yang sama antar juri
N1+N2
: Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M
: Kesepakatan dengan juri
N
: Jumlah yang di teliti
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antara juri (komposit reliabilitas) dengan menggunkan rumus: Komposit Reliabilitas =
N ( X antar juri ) 1 = ( N − 1)( X antar juri )
Keterangan : N
: Jumlah juri
X
: Rata-rata
14
Jumroni & Suhaimi, Metode-Metodegi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Prees, 2006), cet ke-1
i
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, terbukti dengan banyaknya skripsi yang ditemukan penulis di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menjadikan skripsi berikut sebagai referensi yaitu: Analisis isi pesan Dakwah dalam novel ”Terbakar Kumandang Azan” karya Yusni A. Ghazali yang di tulis oleh Izzah, 2009. Diketahui bahwa pesan doniman dalam novel ”Terbakar Kumandang Azan” yaitu pesan Syariah dengan hasil prosentase 37,2%, pesan Akhlak dengan prosentase 36,2%, dan pesan Aqidah mendapatkan prosentase terendah yaitu 26,6%. Kemudian skripsi yang berjudul Analisis isi pesan dakwah dalam novel ”Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007. Secara garis besar ia membahas pesan moral yang terdapat dalam novel ”Gadis Pantai”. Dengan mengunakan pendekatan kuantitatif. Pesan dakwah yang paling dominan yaitu dengan prosentase 38,1%, akhlak 28,6% dan syariah 11,2%. Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi, belum terdapat skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam ”Novel Cinta di Ujung Sajadah.” Oleh karena itu penulis mengajukan judul tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis sehingga antara bab satu dengan bab lainnya saling berhubungan, maka penulisan skripsi ini disusun kedalam lima bagian: BAB I
:
Pendahuluan berisi latar belakang masalah pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka, Sistematika penulisan.
i
BAB II :
Landasan teoritis berisikan, Pengertian analisis isi, Konseptual dakwah, Pengertian dakwah, Materi dakwah, Tujuan dakwah, Ruang lingkup novel, Pengertian novel dan pengertian novel Islam, Unsur intrinsik novel, Novel sebagai media dakwah.
BAB III :
Sekilas tentang nonel Cinta Di Ujung Sajadah karya Asma Nadia, sinopsis Novel Cinta Di Ujung Sajadah, sinopsis Emak Ingin Naik Haji, sinopsis novel Jilbab Traveler karya Asma Nadia. Asma Nadia dan karya-karya Asma Nadia.
BAB IV :
Analisis isi pesan dakwah dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia, Isi pesan dakwah dalam novel cinta di ujung sajadah, Analisis isi pesan dakwah dalam novel cinta di ujung sajadah, Kategorisasi pesan yang paling dominan dalam novel cinta di ujung sajadah.
BAB V :
Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
i
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi
Jalaludin Rahmat menjelaskan dalam bukunya, definisi analisis isi (content) merupakan teknik penelitian untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dll. 15 Agus Putranto menjelaskan penelitian dengan menggunakan analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian data yang terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci tentang objek penelitian yaitu beberapa pesan komunikasi. 16 Menurut Wazer dan Wiener analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.17 Berger menyatakan bahwa, analisis isi adalah teknik penelitian yang melibatkan pengukuran suatu pesan. Seperti menghitung kekerasan, menentukan presentase orang kulit hitam, atau apapun secara acak dari beberapa bentuk komunikasi seperti: komik, komedi situasi, opera sabun, berita, dsb. 18 Atberton dan Klemmack (1982) mendefinisikan analisis isi (content analysis) sebagai studi tentang arti komuniksi verbal. Bahan yang di pelajari dapat berupa bahan yang diucapkan atau bahan tertulis. Biasanya, peneliti tertarik akan ide atau sikap dan tidak dengan pengetahuan, kinerja dan tingkah laku atau keadaan mental.19
15
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian, Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 19 16 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikaisi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), cet ke-1, hal.146 17 Jumroni & Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komuniksi, (Jakarta: UIN Jakarta Prees, 2006), cet ke-1, hal.68-69 18 Ibidh, hal.69 19 Irawa Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, h.72
i
Pelopor analisis isi adalah Harold D Laswell, yang mempelopori teknik symbol cooding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis untuk kemudian di beri interpretasi. 20
B. Konsep Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Adapun beberapa definisi mengenai pengertian dakwah, didalam kamus bahasa Arab definisi dakwah yaitu: a. Dakwah Secara Etimologi Kata dakwah dari Bahasa Arab yaitu ‘da’awatan’ sebuah isim masdar dari kata da’a yad’u, yang berarti memanggil, mengajak atau menyeru.21
Pengertian dakwah menurut etimologis adalah, panggilan, seruan, ajakan. Pengertian dakwah menurut istilah dalam arti terbatas yaitu, penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan,maupun secara lukisan (panggilan, seruan ajakan kepada manusia kepada Islam) 22 Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial (makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan Sunah Rasul23. Secara harfiyah, dakwah seperti yang disebutkan Al-Quran yaitu: Ajakan: sesuai dengan surat An-Nahl ayat 125:
.أ'ن-ه/ا01 ا2)3اﺱﻥ36))ا3 070!0'أدعإ “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan)...” Islam adalah agama dakwah, karena disebarkan dan diperkenalkan
20
Bambang Setiwan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi,h.7-9 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia 22 Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta: Gema Insani, 2004 ), h.152 23 M. Natsir. Fiqhud Dakwah ( Solo: CV. Ramdani, 1965 ), h. 109 21
i
melalui aktivitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam berdakwah. Alquran merupakan sumber utama dalam melakukan dakwah, yang mengandung pesan untuk melaksanakan nilainilai kebenaran.24 Dakwah Islam tidak sekedar diartikan sebagai ajaran Islam, tetapi lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima informasi keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai pengundang harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati.25 Dalam buku Membumikan Al-Quran, Quraisy Syihab berpendapat bahwa pesan dakwah adalah Al Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi akidah, ibadah, dan akhlak. Dasar dari pembagian tersebut merujuk pada tujuan pokok diturunkannya Al-Quran yaitu sebagai petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jalan menerangkan norma-norma agama dan susila.26 b. Dakwah Secara Terminologi Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah berarti setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil orang untuk beriman dan taat pada Allah SWT. Sesuai dengan garis Aqidah, Syariah, dan Akhlak Islamiyah. 27 Menurut Prof. H Muzayyin Arifin, ia mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan berupa ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya. Yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain. Baik secara individual ataupun secara kelompok, agar timbul di dalam diri seseorang suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta
24
Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004 ), h.33 25 Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya ( Jakarta: Gema Insani, 1999 ), h.80 26 Quraisy Syihab, Membumikan Al-Quran, ( Bandung: Mizan,1997 ), h.40 27 Faizah, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pradana Media, 2006), Cet. I, hal.Vii
i
pengalaman terhadap agama sebgai Message (pesan) yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur paksaan.28 Menurut Prof. Thoha Yahya Umar M.A Dakwah dapat diartikan dalam dua perspekfif, yaitu: a. Pengertian dakwah secara Umum Adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara, tuntunan b. Pengertian dakwah menurut ajaran agama Ialah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana pada jalan yang benar, sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka. Baik di dunia maupun di akherat.29 Ahmad Mubarok mendefinisikan kegiatan dakwah ialah, mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan definitif. Sedangkan perumusannya dapat diambil dari al-quran dan hadist. Dakwah ditunjukan kepada manusia, sementara manusia bukan hanya mahluk yang memiliki telingan dan mata. Tatapi juga mahluk yang berjiwa dan juga dapat berfikir. Yang dapat menerima dan menolak sesuai dengan persepsinya terhadap dakwah yang ia terima.30 Dakwah Islam tidak hanya diartikan sebagai ajaran Islam, tetapi lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima informasi keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai pengundang harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati. 31 Dakwah menurut Syaikh Ali Mahfudz yaitu mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari
28
Arifin H. M, Psikologi Dsakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet ket-4, hal.6 H. Hasanudin, Retorika Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), cet ke-2, hal. 8 30 Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), cet ke-1, hal. vii 31 Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani, 1999), h.80 29
i
perbuatan jelek, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akherat.32 Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai mahluk sosial (makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan sunah Rasul. 33 Dari penjabaran di atas, terdapat banyak perbedaan dalam perumusan mengenai definisi dakwah. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang yang sama dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha untuk mengajak individu atau golongan, agar mengikuti ajaran Islam dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan seharihari. Dakwah yang di ajarkan oleh Rasullulah mengajarkan kita untuk menjadikan dakwah itu mudah, jika tidak bisa melalui ucapan, lakukanlah dengan tulisan jika tidak dapat, contohkan lah melalui perbuatan dengan tujuan mendapatkan kehidupn yang bahagia, baik di dunia maupun di akherat. 2.
Materi dakwah
Maddah (materi dakwah) adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, membahas yang menjadi dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, akidah, syari’ah, akhlak.34 A.
Aqidah, pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga
32
Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia, (jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h.28 33 M. Natsir. Fiqhud Dakwah (Solo: CV. Ramdani, 1965), h.109 34 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71
i
menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul35. Aqidah dalam Islam adalah bersifat ‘Itiqad bathinyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.36 a) Iman kepada Allah SWT b) Iman kepada Malaikat-Nya c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya e) Iman kepada hari akhir f) Iman kepada qadha dan qadhar37 B. Akhlak, kata akhlak sebenarnya berasal dari Al-Quran, yang berasal dari kata khalaqa-yakhluqu yang artinya menciptakan. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah Swt). Sedangkan menurut AlGhazali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi: 1.) Akhlak kepada Allah 2.) Akhlak terhadap sesama manusia 3.) Ahlak terhadap hewan, tumbuhan, alam. C. Syariah, secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah swt. Kepada nabi Muhammad saw. 35
AA. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga Swadaya, 2004), h.34 36 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ihklas,1983), h. 60 37 Moh. Ali Aziz, ilmu dakwah,h.95
i
Berbentuk wahyu di dalam Al-Quran dan sunnah. Syariah yang mencakup pengertian dalam hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam Al-Quran dan hadits shahih atau ditetapkan dengan ijma’. 38 1) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, sholat, zakat, shaum (puasa), haji bila mampu. 2) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-Qununul Khas (hukum perdata); muamalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris) dan sebagainya. Kemudian Al- Qunnul’am (hukum publik), hinayah, (hukum pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan damai) dan sebagainya. 3. Tujuan Dakwah
Tujuan pelaksanaan dakwah ada dua yaitu: a. Tujuan langsung yakni ditujukan langsung kepada masyarakat agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangnnya. b. Tujuan tidak langsung, yaitu dengan membentuk kader-kader da’i baik melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal, sehingga mereka dapat diterjunkan langsung kedalam masyarakat.39 Jadi tujuan utamanya adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.40 Secara garis besar, ajaran Islam meliputi tiga aspek penting yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Dengan begitu bisa di katakan akhlak merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus menjadi puncak dari
38
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,
39
Hasanudin, Hukum Dakwah :Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
40
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 5
h. 343
h. 35
i
seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan, semua bentuk ibadah bermuara pada pembentukan akhlak yang mulia.41 Dalam Kategori, aspek-aspek ini digunakan untuk kepentingan pengukuran analisis isi, dengan terlebih dahulu penulis harus membuat karakteristik yang spesifik.42 Dalam penelitian ini kategori-kategori yang digunakan ialah: 1. Aqidah Pengertian Aqidah, Aqidah secara etimologi berasal dari al’Aqlidu yakni ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, dan mantap.43 Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan dan membenarkan dalam hati bahwa semua yang dibawa Rasullulah adalah benar dan hak. Dalam hal ini iman ditetapkan sebagai landasan yang disebut rukun iman.44 Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam Islam I’tiqad bersifat yang menckup masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman.45 2. Syari’ah Secara bahasa (etimologi), kata “syari’ah” berasal dari Bahasa Arab yaitu yasro’u sebuah fiil mudhore dari syaro’a,46 yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-peraturan mengenai tingkah laku yang meningkat harus di patuhi dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 47 Dalam syariah terkandung nilai-nilai yang jelas, adapun nilainilai tersebut yaitu:
41
Didin Hafidhuddin, Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pusaka Zaman, 2000), cet ke-1, h.71 42 Jumroni & Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komuniksi, (Jakarta: UIN Jakarta Prees, 2006), cet ke-1, hal. 74 43 Kamus Lisan al-Arab. III:295-300 44 Syeikh Thahir Bin Shaleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, (al-Qahirah: 1386 H, T.pn), hlm, 3 45 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya, 1971), Cet. 2, hal. 1 46 47
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,
h. 343
i
1) Ibadah, secara bahasa berasal dari abada-ya’budu-‘abdan‘ibaadatan yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina.
Kesemua
pengertian
itu
mempunyai
makna
yang
berdekatan.48 a. Secara
bahasa
mu’aamalatan
berasal sama
dari
dengan
kata wazan
‘aamala-yu’aamilufaa’ala-yufaa’ila-
mufaa’alatan, artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. 49 b. Menurut istilah, pengertian muamalah dapat di bagi dua macam, yaitu pengertian muamalah secara luas
dan secara
sempit. Definisi muamalah di jelaskan oleh para ahli sebagai berikut: AlDimyati berpendapat bahwa muamalah adalah: Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi. 50 dalam arti luas yaitu, Al-Qununul khas (hukum perdata), muamalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris), dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh ulama sebagai berikut: Muamalah menurut Fuqaha yaitu segala hokum yang dilaksanakan untuk kebaikan keluarga, masyarakat dan Negara atau kemaslahatan dunia.51 3. Akhlak Akhlak secara etimologi berarti tingkah laku atau perbuatan. Dan secara terminologis akhlak adalah tingkah laku (etik) manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya52 48
Al-Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah fi al-Islam, Munassasah al-Risalah, (Beirut: T.pn.,1979). Cet. 6, h.27 49 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT> Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1 50 Al-Dimyanti, dalam: I’anat al Thalibin, Toha Putra, Semarang, tt, hlm. 2 51 Tengku Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy, Kuliah Ibadah, h. 5 52 E. Hasan Shaleh, studi Islam di Perguruan Tingg, h.57
i
Akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang ciptakan oleh Allah kepada manusia. akhlak berarti sifat yang ada dalam diri manusia, yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Dalam hal ini secara garis besar akhlak di bagi menjadi : 1. Akhlak kepada Allah SWT Akhlak kepada Allah, yaitu adab kepada Al-Khaliq (Maha Pencipta) yang telah menciptakan makhluk-makhluk yang ada di dunia ini. Manusia wajib tunduk terhadap peraturan Allah, serta dan berserah kepada apa yang telah di tetapkan-Nya. Hal ini tentu mengambarkan sifat manusia sebagai hamba. 2. Akhlak terhadap sesama manusia, prinsip hidup dalam Islam yaitu kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama manusia, kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggota badan dengan anggota badan lainnya mempunnyai hubungan yang erat. 3. Akhlak terhadap sesama makhluk Allah, adalah sikap menghargai semua makhluk yang Allah ciptakan, bahwa sesungguhnya seluruh alam bersujud kepada Allah, sehingga sesama makhluk Allah yang berjalan di muika bumi ini harus saling menjaga, menghargai, menyayangi ciptaanya seperti, tumbuhan, hewan, alam semesta.
C. Ruang Lingkup Novel 1. Pengertian Novel Novel adalah istilah asing yang pada masa penjajahan Belanda di gunakan untuk terjemahan dari istilah Roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedang istilah roman berasal dari genre romeance dari abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan.
i
Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, Prancis dan bagian-bagian Eropa daratan yang lain53 Ismail Kusmayadi, menjelaskan dalam bukunya “Think Smart Bahasa Indonesia” bahwa Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa narasi, bersifat imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen, merupakan peniruan dari kehidupan manusia, dan melibatkan banyak tokoh54 Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-prinsip Dasar Sastra menjelaskan kata novel berasal dari kata latin novellus yang di turunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”55 Menurut Abdullah Ambary, Novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya56 Menurut Suprapto novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sikap perilaku.57 Zainuddin, berpendapat dalam bukunya “Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia” Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik.58 Novel merupakan satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya sastra yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti: plot, tokoh, setting, dan lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya kompleksitas Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa Secara istilah banyak para ahli mengartikan novel sebagai suatu karya 53
Jakob Sumardjo dan Saini K.M Apresiasi Ksusasrtaan, (Jakarta: Penerbit Gramedia, 1986), cet. Ke-1, h.29 54 Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung:Media Grafindo Pratama 2006), h.45 55 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 164 56 Abdullah Ambary, Inti Sari Sastra Indonesia,(Bandung: Djantika, 1983), h. 16 57 Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, (Surabaya: Indah, 1993), h. 53 58 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992),h.99
i
yang menceritakan tentang kehidupan baik secara fiksi yang mengandung suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan penulisnya. Novel merupakan produk masyarakat kota yang terpelajar, mapan, kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa perkembangannya terjadi pada tahun 1970-an.59 2. Pengertian Novel Islam
Novel Islam merupakan karya sastra, yang berisikan kisah cerita yang memiliki nilai-nilai dakwah. Dalam alur cerita novel tersebut terdapat unsur-unsur dakwah. Nilai-nilai dakwah yang dimasukkan dalam isi cerita novel memberikan pesan dakwah yang sengaja dimasukkan oleh pengarang novel. Adapun nilai-nilai dakwah yang dimasukkan seperti aqidah, akhlak, syariah. Sunarwoto Prono Legsono, mengartikan sastra Islami dalam 3 bagian yaitu: a. Sastra Islami adalah karya sastra yang menampilkan persoalan (tema) dan latar belakang dunia Islam. Tidak hanya dalam konteks Indonesia, tetapi dunia Islam secara universal. b. Sastra Islami adalah karya yang menampilkan tokoh-tokoh Islam. Para pelaku cerita adalah orang-orang Islam yang berjuang atau memperjuangkan ke-Islamannya. c. Para penulis adalah orang-orang Islam. 60
3. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut membangun cerita. Dengan adanya perpaduan unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung yang berbeda mempengaruhi. 59
Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni, 1999), h.12 60 Sunarwoto Prono Legsono, Menandai Kebangkitan Fiksi Islam. h.30
i
Menurut Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.61 Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu: 1. Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain62. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antara peristiwa yang dikisahkana secara linear, akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanan plot berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami63. Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah64. Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara berurutan cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot balik (flash back), yakni peristiwa yang diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan 61
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995), h.23 62 Ibid , h.110 63 Ibid , h.120 64 Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986), h.49
i
tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Namun tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorotbalik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai plot, menambahkan satu kategori plot yaitu progresif-regresif atau dapat dinamakan plot-campuran65. 2. Tokoh dan Penokohan Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau ada beberapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafirkan oleh pembaca, lebih menunujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita66. Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu: a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot67. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan
tokoh-tokoh
didalam
peristiwa-peristiwa
yang
68
membangun cerita . 65
Burhan Nurgiantoro, , Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995), h.153-156 66 Ibid, h. 164-165 67 Ibid , h. 176 68 Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003), h.16
i
b. Tokoh Protagonis Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilainilai yang ideal bagi kita69. c. Tokoh Antagonis Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita70 d. Tokoh Tritagonis Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan antagonis. e. Tokoh pembantu atau tambahan Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai pemenang atau penengah jika terjadi konflik. 3. Setting atau latar Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi71. 4. Point Of View
69
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995), h. 178 70 Ibid , h.180 71 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gajah mada University Press, 1995), h.81
i
Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai72. Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih73.
D. Novel Sebagai Media Dakwah
Pengertian media itu sendiri secara etimologi diambil dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat perantara dalam buku Asmuni Syukir mendefinisikan media sebagai sesuatu yang dapat di jadikan alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu, dapat berupa (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagai. 74 Kebutuhan media untuk menyapaikan pesan dakwah sangat urgen sekali seperti yang di ungkapkan oleh M. Bahri Ghazali “kepentingan dakwah terhadap media atau alat sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan mudah di cerna dan diterima oleh komunikan (mad’unya)75 Tulisan merupakan cara atau media informasi yang memiliki kelebihan diantara media-media dakwah lainnya seperti, elektronik, berceramah, dan lainnya. Hal ini di buktikan dengan adanya perbedaan cara penyampaiannya. Berdakwah melalui media elektronik tentu hanya bisa dinikmati pada satu saat, dalam kesempatan yang berbeda tentu akan berbeda pula yang di terima mad’u. Sedangkan pada media bi Al-qolam atau media tulisan, disaat yang
72
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003) h.16 73 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 204 74 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya:Al-Ihklas, 1983. h. 104 75 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komuniktif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984 Cet Ke-2 h. 225
i
berbeda mad’u masih bisa menciptakan rasa, pesan, pengertian yang sama dari sumber tulisan yang pernah di bacanya. Novel Islam sebagai media tulis yang memiliki kelebihan, banyak novelis Islam yang memasukan nilai-nilai dakwah. Karena hal itu merupakan salah satu cara mengemas materi dakwah agar selalu terlihat menarik, tidak monoton, dapat menghibur, dapat di nikamati kapan saja, dalam jangka waktu yang lama, pembaca juga dapat membaca ulang jika lupa. Dakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah Saw. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat pada sejumlah pengurus Arab saat itu Atau yang paling mungkin lagi karena pesan pertama Al-Quran adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat kaitannya dengan perintah menulis 76. Sebuah novel bernilai dakwah bila segala unsur yang terdapat dalam novel tersebut memiliki pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai keIslaman. Hal itu juga bisa dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam berdakwah, dan pengetahuan pengarang mengenai Islam. Dalam novel banyak terdapat pesan-pesan dakwah yang disampaikan di setiap uraian kalimatnya. Dengan membaca novel Islam, pembaca secara tidak langsung telah mendapat pesan-pesan dakwah serta pengetahuan tentang Islam yang terdapat didalam novel yang dibacanya. Pembaca juga akan mencerna nilai-nilai dakwah yang terkandung di dalam novel. Dengan narasi dan alur cerita yang di ciptakan, pembaca akan memperoleh pengetahuan baru tanpa merasa digurui. Novel sebagai media informasi tertulis, tidak terbatas ruang dan waktu sehingga pembaca memiliki waktu untuk memahami pesanpesan dakwah dalam novel tersebut. Pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan pesan-pesan dakwah tersebut dalam berbagai kesempatan dan kehidupan bermasyarakat.
76
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewar Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h.5
i
BAB III SEKILAS TENTANG NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH
A. Latar Belakang Terwujudnya Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia
Asma adalah seorang penulis yang telah banyak menciptakan karya tulis, karyanya berupa cepen dan novel. Salah satunya adalah novel dengan judul ”Air Mata Peri” yang ceritanya berkaitan erat dengan kehidupan sosial yang ada di sekeliling kita. Menurut Asma Nadia novel ini cukup diminati oleh berbagai kalangan, sehingga keinginannya besar untuk menambahkan beberapa cerita agar dapat menguatkan isi didalam tulisannya. Dari penambahan tersebut Asma mencetak ulang sebagai edisi revisi dari cerita dalam novel “Air Mata Peri” menjadi “Cinta Di ujung Sajadah”. Dalam novel edisi revisi ada beberapa bab yang di tambahkan di tengah dan akhir novel ini. Dalam novel ini Asma terinspirasi dari beberapa hasil pengamatannya, milinglis, dan masalah sosial yang sering terjadi saat ini. Saat ini nilai-nilai penghormatan terhadap orang tua menurut Asma di rasa sangat kurang sekali, sehingga Asma merasa perlu menulis sebagai media komunikasi, serta penyampaian pesan melalui cerita tanpa ada kesan menggurui pembaca. Menurut Asma menulis adalah media iklan, sehingga Asma dapat menggambarkan nilai-nilai di dalamnya.
B. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah dan Karya-Karya Asma Nadia 1. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah
Tokoh utama dari novel Cinta di ujung sajadah adalah seorang anak perempuan bernama “Cinta” yang sejak kecil ditinggal ibunya. Ayuningsih adalah ibu Cinta, ibunya memiliki masa lalu yang berbeda, tidak seperti kebanyakan orang, masa lalu yang kelam membuat ibunya enggan membiarkan Cinta tau akan keberadaannya. Ia meninggalkan
i
anaknya, karena ia tidak ingin anaknya malu ketika mengetahui masa lalu ibunya. Ayuningsih menitipkan anaknya kepada orang yang telah ia percaya yaitu Mbok Nah, Mbok Nah mengurus Cinta dari kecil hingga dewasa bersama ayah dan ibu tiri Cinta. Ia sangat menyayangi Cinta seperti anaknya sendiri, Dengan berlalunya waktu Cinta pun tumbuh besar, saat itu ia berfikir siapakah orang yang melahirkannya itu, dimana dan kenapa ia pergi meninggalkan Cinta. Mbok Nah yang mengetahui pertanyaan itu merasa bimbang, Ayuningsih pernah berpesan jangan pernah memberitahukan tentang keberadaannya. Mbok Nah Merasa iba melihat Cinta yang begitu ingin melihat sosok ibunya, ia berjanji akan mengatakan semuanya kepada Cinta saat waktunya telah tiba. Kakak tiri Cinta yang kurang bersahabat membuat Cinta merasa kehilangan kasih sayang ayah kandungnya. Anggun dan Cantik selalu menginginkan Cinta untuk tidak bahagia. Sehingga setiap ada kesempatan ke dua kakak tirinya selalu membuat papa marah dengan Cinta dengan tingkahnya. Namun Cinta beruntung Allah memberikan teman-teman yang begitu mencintainya. Senyuman teman-temannya mengobati luka hatinya terhadap kakak tirinya. Kerinduan pada ibu selalu ia rasakan walau ia telah memiliki pengganti ibu, hal itu tidak lebih baik menurutnya untuk menutupi kekosongan di hatinya. Sering ia berfikir bahkan bertanya kepada temantemannya, bagaimana caranya ia bisa memeluk ibu, ia ingin sekali berbakti kepada ibu seperti anak-anak lainnya, sehingga ia berfikir apa yang bisa membuat ibu bangga, bahagia. Suatu ketika Cinta pernah mengungkapkan tentang keinginannya mengunakan jilbab, tapi ia masih harus menyiapkan dirinya. Dukungan dari teman-temannya pun membuat Cinta menjadi yakin ia akan segera melaksanakannya. Makky tetangga dekat rumahnya, sangat baik mau mengajarkan Cinta untuk belajar photografi, Makky kadang main kerumah Cinta hanya untuk mengajaknya mengenal lebih jauh aktifitas photografinya. Sehingga
i
membuat kakak Cinta marah karena mereka juga ingin berteman dengan Makky. Berjalan dengan waktu Mbok Nah ingin memberi tahu Cinta tentang ibunya, namun waktu datang ketika Cinta berjalan genap 17 tahun yang artinya Cinta akan lebih siap dari bebelumnya untuk mengetahui tentang ibunya. Saat itu cinta berusaha menyiapkan dirinya menjelang usianya yang ke 17 tahun dengan segala perubahan yang di inginkannya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Saat malam tiba Cinta mengistirahatkan tubuhnya untuk menyambut pertambahan usianya esok pagi, tiba-tiba kakaknya, Anggun dan Cantik tanpa di ketahui oleh siapapun masuk kedalam kamar Cinta dan memotong rambut Cinta, yang diakui banyak orang bahwa mahkota kita adalah rambut. Kegalauan pun terjadi saat pagi, Cinta menyambut hari bahagianya dengan mendapati potongan rambut dekat tempat tidurnya, ia terkejut melihat rambutnya yang tak beraturan. Termenung Cinta dalam kamarnya, berfikir siapa orang yang mampu melakukannya, apa yang di inginkan orang itu dengan memotong rambutnya. Ingatan pada ibu membuat ia merasa rindu dan berharap ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada ibu. Di hari ulang tahunnya ia meneguhkan diri untuk memakai jilbab sebagai wujud baktinya kepada orang tua. Saat itu ketika keluarganya berkumpul untuk merayakan pesta, ayah Cinta terkejut dan semua pun tidak percaya dengan apa yang di lakukan Cinta “ ia menutupi hampir sebagian tubuhnya”77 ayahnya merasa ia masih terlalu muda untuk melakukan itu. Tapi keyakinannya menghantarkannya untuk bertemu ibu. Saat itulah Mbok Nah menceritaka ibunya, selang beberapa waktu lalu ia bergegas mencarinya. Beberapa tempat ia singgahi Ibunya belum juga di temukan. Perjalanan panjang ia tempuh hingga ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Adji, mereka berkenalan, Adji sempat membantunya mencari alamat. Dengan waktu yang semakin sore akhirnya
77
Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
i
Cinta memutuskan untuk melanjutkan perjalannya ke Jogja dan Adji mengantarkannya sampai stasiun. Selang beberapa hari Cinta meninggalkan rumah sampai di kota Jogja Cobaan silih berganti, dan tak lama kemudian Ia di berikan obat kesendiriannya jalan oleh Allah, setelah sms dari kawan-kawannya yang tidak selalu di balasnya dengan alasan tidak ingin merepotkan, temantemannya memberikan kejutan. Mereka datang ke Jogja untuk membantu Cinta menemukan ibunya. Adji pun ikut serta dalam pencarian itu. Waktu semakin larut mereka mengistirahatkan diri untuk pencarian besok pagi. Hari pun terus berlalu, setelah pagi tiba Cinta bersama teman-teman melanjutkan pencariannya. hingga akhirnya Cinta dapat menemukan seorang ibu yang mengetahui keberadaan Ibunya. dan cinta mendapati makam ibu yang selama ini di carinya. Cinta ingin menjadi anak yang berbakti kepada ibunya, ia pun melakukan apa yang biasa ia lalukan untuk Almarhum Ibu. Akhir dari cerita hidup Cinta, Ia menjalani hidupnya bersama Makky, laki-laki yang juga pernah menemani pencariannya saat di Jogja. Yang juga berakhlak baik, “yang seumur hidupnya menjauhi hal-hal yang di larang Allah karena nasehat ayahnya” 78 2. Sinopsis Emak Ingin Naik Haji “Mak Ingin ku bawa kau Pada rumah impianmu Yang dari dalamnya Terpancar keindahan ilahi Dan berjuta kebesaran-nya Tapi mak Tanganku terlalu lemah Dan daya yang kupunya
78
Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
h.318
i
Melintas celah batu karang79
Harapan seorang anak yang ingin sekali memberangkatkan ibunya ke tanah suci mekkah, menjadi cerita yang sangat menarik seperti apa yang pernah kita pelajari Haji adalah rukun Islam yang ke-5. oleh karena itu berangkat haji adalah impian semua orang. Sama halnya dengan Emak yang berharap suatu saat bisa berangkat haji. Namun keterbatasan biaya yang semakin meningkat membuat hambatan Emak untuk mewujudkan mimpinya. Zein anak Emak satu-satunya berharap suatu
saat bisa
memberangkatkan Emak pergi haji. Seperti juragan haji yang setiap tahun bisa berangkat haji. Emak melihat mudahnya juragan haji untuk melaksanakan ibadah haji. Tidak Cuma haji konon juragan hajipernah sampai membawa 22 orang sanak keluarganya dalam paket umroh bersama selebritis terkenal80. Zein sebagai anak Emak satu-satunya ia terus berusaha mewujudkan mimpi Emaknya. “sudah lima jam dan Zein belum juga
mendapatkan
pembeli. Meski lelaki itu sudah membanting harga bahkan menawarkan fasilitas khusus81. Zein berfikir, menurutnya hanya merampok dan membunuh saja yang belum pernah ia lakukan. Dalam beberapa waktu Emak sering menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan Ibadah Haji, mulai dari rasa air zam-zam, sosok Emak hingga berdiri berjam-jam memandangi rumah juragan haji, memberikan semangat pada Zein untuk mengisi satu demi satu kolom dalam kertas undian yang hampir terabaikan. Mulai dari nama, alamat, no KTP, sambil berdoa tak putus. Dengan harapan yang ia bangkitkan membuat niat jeleknya untuk menyatroni rumah juragan Haji pudar. Hari-demi hari, hingga waktu yang di nantinya tiba, yaitu waktu dimana pengumuman akan segera di beritahu melalui surat kabar pagi hari ini.
“Dan Zein merasa dadanya meledak saat menemukan namanya 79
Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), Cover belakang novel emak ingin naik haji 80 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.2 81 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.4
i
tercantum di halaman depan. Keriangan yang membuatnya melompat dan menari-nari di sepanjang jalan82 . kebahagiaan itu menyelimutinya dengan
senangnya Zein berusaha nenunjukan kepada Emak, namun angin
telah
lebih dulu merebut paksa hingga Porche hitam menabrak tubuhnya
dengan
keras. Dalam pandangannya yang mulai mengabur, Zein melihat Emak
dengan pakaian Ihram, mengelilingi Ka’bah. “Wajah Emak tersenyum menayapnya”83. Dalam novel Enak ingin naik Haji, Asma Nadia menggambarkan tentang kisah seorang anak yang dengan tulus ingin memberikan hal yang sangat di impikan Ibunya, dalan novel ini memiliki pesan moral ke cintaannya ke pada orang tua, hal ini masuk dalam kategori pesan ahlak kepada sesama manusia. 3. Sinopsis Novel Jilbab Traveler
Dalam novel Jilbab traveler, terdapat perbedaan antara novel yang telah Asma Nadia ciptakan dengan karya yang lain karena di dalam buku ini tidak hanya terdapat cerita sastra semata, tetapi menyerupai kamu kantong. Hal ini di yakinkan dengan adanya translater dari beberapa bahasa beserta artinya, seperti bahasa ketika ada di kariabia Asma Nadia menggunakan bahasa negara tersebut, untuk membuat pembacanya terasa nyaman membaca novelnya. Asma tidak hanya bercerita namun memberikan tips, trik dan bahasa yang kiranya akan selalu di gunakan dan di perlukan selama perjalanan ke karibia seperti. Hola, Como : Halo Esta usted? : apa kabarmu Muy bien, gracias. Y usted : Sangat baik, terimakasih. Dan kamu? Dll. Pada
bab2
berikut
Asma
dan
kawan-kawan
menceritakan
perjalannya ke beberapa negara seperti Belanda, Asma tidak hanya menceritakan perjalannya ke Belanda melaikan memberikan banyangan seorang muslimah atau wanita berjilbab juga bisa keluar negeri tanpa
82 83
Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.12 Asma Nadia, Emak ingin Naikm Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h. 4
i
khawatir, namun tips-tips pun tak lupa di berikan Asma untuk bisa survive hidup di negara orang. Dalam bab ini Asma pun menuliskan beberapa kalimat yang sering di butuhkan saat ke Belanda seperti, Apa kabar: Hallo Saya tidak bisa berbahasa : ik spreek geen Nederlands. Apakah anda bisa berbahasa inggris? : Speekt u engel/ Jangan pegang saya! : Blijf van me af! Akan saya penggil polisi : ik roep de politie.dll Dalam pertengahan novel Asma dan kawan-kawan menceritakan saat perjalanannya ke Hongkong, di tulis oleh Wina Karni. Wina Karni menggambarkan bahwa jilbab bukan masalah saat pergi ke Hongkong, menurutnya disana ada kurang lebih 120.000 warga Indonesia di antara apartemen-apartemen menjulang. Wina memberikan gambaran pada pembaca tentang sejarah negara itu adalah bekas jajahan Inggris yang diserahkan ke pangkuan Cina pada tanggal 1 juli 1997. disana termasuk minoritas penduduk muslim tetapi tidak ada alasan untuk tidak menginjakan kaki disana karena muslimah. Wina berpendapat tidak sidikit orang yang merasa menemukan hidayah dan merasa menjadi muslimah yang kaffah setelah berada di Hongkong. Wina pun memberikan tips sebelum bepergian ke Hongkong. Di harapkan banyak orang yang bisa mempersiapkan lebih matang agar tidak ada hal-hal yang di inginkan. Mulai dari memeriksa paspor, “sebagai turis, kamu nggak perlu membuat visa kunjungan, cukup membayar fiskal di kantor imigrasi yang besarnya kurang lebih Rp.1.000.000.00. tapi kabarnya, kalau kita udah punya NPWP, urusan fiskal gratis kok84. Hongkong memiliki empat musim : musim dingin, musim panas, musim gugur, dan musim kemarau. Di Hongkong cuaca yang paling dingin jatuh di bulan Desember dan Januari. Adapun kata-kata yang sering sekali di gunakan saat berkomunikasi dengan masyarakat Hongkong. Oleh karena itu Wina memberikan kamus survive di Hongkong. Bahasa pokok masyarakat Hongkong yaitu bahasa 84
Asma Nadia, dkk, jilbab traveler, (Asma Nadia Publishing House 2009), h. 176
i
Cantonis. Bahasa nasionalnya bahasa nasionalnya bahasa Inggris. Adapun kata-kata yang sering di gunakan seperti. Niko kei ti Jien? : ini berapa harganya. Hou beng a : sangat murah Hou kuai a : sangat mahal. Ni/Le yiu pin to : anda akan pergi kemana? Novel ini sangat menarik untuk di baca karena kita dapat memperoleh informasi negara-negara, tips, dan trik yang di berikan oleh para penulis sehingga kita memiliki banyak referensi perjalanan dengan kamus survive di negara orang, dalam novel ini mengangkat tentang dunia sosial. Sehingga dalam pengamatan dapat di kategorikan memiliki pesan akhlak. 4. Asma Nadia dan karya-karyanya
Penulis novel Cinta di Ujung Sajadah adalah Asma Nadia yang merupakan nama pena dari Asmarani Rosalba. Wanita kelahiran Jakarta 26 Meret 1972. Asma Nadia telah menikah dan dianugrahi dua anak. Saat ini Asma Nadia bertempat tinggal di Jalan Kemang Swatama Residance,
Blok-B no.3, Studio Alam Depok. Mba Asma begitu
panggilan akrabnya, merupakan penyayang. Saat ini Asma Nadia Lingkar Pena (FLP).
pribadi di
yang
kenal
sangat
sebagai
baik
ketua
dan Forum
85
Ketika di temui disela-sela kesibukannya saat baru tiba di rumah pada hari jumat, 8 Januari 2010 di daerah Depok, Asma Nadia banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi seorang penulis. Selain penulis Asma Nadia juga seorang ibu yang sangat menyayangi keluarganya, ia cukup perhatian dengan anak-anaknya terbukti saat ditemui di kediamannya ketika di wawancara, Asma Nadia menyertakan anak keduanya, Adam untuk ikut serta menjawab sejarah kecil pada saat ibu dua anak itu mulai menulis. Asma Nadia juga bercerita tentang anak pertama dan keduanya yang bernama Caca dan Adam kedua anaknya juga 85
Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010
i
memiliki hobi yang sama yaitu menulis. Ia bersyukur memiliki suami yang sangat pengertian dan mendukung aktifitasnya86. Ia juga memberikan kepercayaan kepada sang suami, akan anak-anaknya ketika ia sedang melakukan kegiatan di luar rumah. Dukungan dari kedua anak dan suaminya membuat Asma Nadia dapat selalu menciptakan karya-karya yang indah serta dapat di nikmati oleh berbagai kalangan. Anak ke dua dari pasangan H. Amin Ivo’s dan Hj. Maria Amin. Memiliki hobi membaca, menulis, Adik dari Helvy Tiana Rosa ini juga sangat menyukai traveling, sehingga dari hobinya tersebut Asma Nadia menciptakan sebuah karya yaitu Novel Jilbab Traveler. Menurutnya menulis itu adalah sebuah media iklan yang memberikan kontribusi kepada para pembaca, hal ini dimanfaatkan Asma Nadia untuk mengungkapkan hal-hal yang ingin pembaca ketahui serta tidak sempat terpikirkan oleh pembaca itu sendiri, sehingga tulisannya memiliki nilainilai pesan moral. 87 Asma, kecil bersekolah di SD Kartini 2 Kebayoran Baru, Jakarta. Mba Asma di besarkan dari keluarga seniman. Asma tergolong anak yang cukup pintar. Asma melanjutkan sekolahnya di SMP 78, dan ia
mulai
mengembangkan hobinya saat duduk di kelas 2 SMP. serta mulai mempublikasikan karyanya semenjak lulus dari SMA 1 Budi Utomo Jakarta sasarannya adalah berbagai majalah keIslaman. Ia juga menulis lirik sejumlah lagu, misalnya yang dinyanyikan oleh kelompok Snada.88 Asma dikenal sebagai penulis yang gencar mengajak kepada kebaikan. Jenis karyanya berupa Buku fiksi maupun non fiksi, karya yang di tulisnya kerap mengundang simpati pembacanya. Karyanya yang berupa Buku-buku kumpulan cerpen maupun kumpulan novel remaja cukup di gemari, hal ini di buktikan dengan karyanya “Cinta Tak Pernah Menar,” kumpulan Cerpennya meraih Pena Award. Rembulan di Mata Ibu 86
ibid Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 88 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008), 87
h. 325
i
(2001), memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional. Dengan diraihnya Pena Award Adikarya IKAPI. Hal tersebut membuktikan bahwa karya-karyanya
memiliki pengaruh,
terhadap dunia kepenulisan di Indonesia. serta mendapat tempat di hati pembacanya. 89 Dengan karya-karya yang diciptakannya Asma tidak hanya menghibur pembacanya. Melainkan juga dapat menjadi teladan bagi pembaca-pembacanya. Di dalam dunia kepengarangan, Asma juga tidak hanya di kenal sebagai pengarang fiksi remaja, namun juga dikenal sebagai pengarang yang karyanya dapat diterima oleh berbagai kalangan. Novel Cinta di Ujung Sajadah, adalah novel yang di buat sebagai penyepurna novel awal yang berjudul Air Mata Peri, Asma merasa harus menambahkan bab pada novel Air Mata Peri agar lebih menarik, penambahan itu terdapat pada awal bagian serta akhir bagian. Asma berharap novel ini dapat memberikan nilai manfaat untuk para pembacanya.90 Asma berharap, semua kalangan dapat menikmati kisah yang ada di dalamnya, sehingga dapat menjadi informasi positif. Bagi ibu yang membacanya menjadi lebih sayang kepada anaknya, dan untuk para anak, akan lebih menghormati ibu serta bertambah sayang pula terhadap ibunya. Ia juga menyampaikan pesan ahlak yaitu kita harus selalu berbakti walaupun orang tua kita telah meninggal. Terciptanya novel Cinta di Ujung Sajadah adalah media iklan yang positif sebagai masukan agar pembaca tidak merasa di gurui. 91 Aktifitas menulisnya di awali dari keresahan, ketika Ia melihat sesuatu Ia merasa resah dan harus membuat hal yang dapat memenuhi kebutuhan para pembacanya, seperti saat Asma melihat saat ini banyak sekali anak yang kurang mencintai ibunya, ibu yang juga kurang
89
Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 91 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 90
i
mencintai anaknya, sehingga terciptalah novel ini, begitupun ketika Ia melihat fonomena lain yang ada di sekelilingnya. 92 Inspirasinya di dapat tidak hanya dari lingkungannya, tetapi ia menciptakanan karya dengan kepekaannya terhadap kebutuhan para pembacanya.93. Saat ini Nadia telah telah menghasilkan 34 lebih buku hasil karyanya. karya-karyanya tidak hanya dibuatnya sendiri tetapi juga ada beberapa karyanya yang di buat bersama penulis lainnya. 94 Kemampuannya
dalam
menulis
membuatnya
mendapatkan
penghargaan dari Mejelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA). Ia juga pernah membuat Preh (A Waiting), adalah naskah dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Ia berharap lewat tulisannya memberikan nilai-nilai yang sedikit terabaikan karena perbedaan zaman, hal ini juga di sampaikan di dalam novel Cinta di Ujung Sajadah,
yaitu nilai
penghormatan terhadap orang tua khususnya ibu yang telah memberikan kehidupan.95 Asma sebagai penulis, yang juga sebagai ketua FLP, mencoba menyuarakan sebuah gerakan “Perempuan Indonesia Menulis”. Dan melalui mailing list yang dibuatnya sejak tanggal 24 Maret tahun 2008, yaitu:
[email protected],
Asma
juga
berhasil
memberdayakan pembacanya untuk ikut bersamanya menyusun buku.96 Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar Pena, dan manajer Lingkar Pena Publishing House. Karena karya-karyanya ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan penulisan serta keperempuanan, baik di dalam maupun di luar negeri. Terakhir dalam perjalanannya keliling Eropa usai mendapatkan undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus 92
Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 94 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008), 93
h. 325 95 96
Wawancara pribadi dengan Asma Nadia, Jumat 8 Januari 2010 Asma Nadia, Cinta di Ujung Sajadah, (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008),
h. 325
i
September 2009), Asma sempat diundang untuk memberikan workshop dan dialog kepenulisan. di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama dengan FLP dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR Gathering), dan Newcastle. Terakhir melalui Yayasan Asma Nadia, mba Asma merintis Rumah Baca Asma Nadia RBA), rumah sederhana untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja kurang mampu. Saat ini RBA ada di tiga titik di Jakarta, Gresik, Bogor, Balikpapan, Pekanbaru, Jogja, dll. 97 Sejak tahun 2009 awal, Asma merintis penerbitan sendiri: “Asma Nadia Publishing House”. Salah satu buku yang diterbitkan telah dialihkan ke layar lebar, berjudul Emak Ingin Naik Haji. Uniknya, seluruh royalti dari buku tersebut diberikan untuk sosial kemanusiaan khususnya membantu mewujudkan mimpi mereka yang saleh dan salehan, yang rindu tanah suci tapi kurang mampu.98
Karya-karya Amar Asma Nadia
Adapun karya-karya yang telah dibuatnya, banyak diantara di terbitkan oleh Penerbit Mizan, yaitu : a. Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan Kesenian b. Jakarta Cinta Tak Pernah Menar, kumpulan cerpen, meraih Pena Award c. Rembulan di Mata Ibu (2001), novel, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional d. Dialog Dua Layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002 e. 101 Datang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005 f. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. g. Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci (Asma Nadia Publishing House)
97 98
Asma Nadia, Emak ingin Naik Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h. 185 Asma Nadia, Emak ingin Naik Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009), h.186
i
h. Jilbab Traveler (AsmaNadia Publishing House) i.
Muhasabah Cinta Seorang Istri
j.
Catatan hati bunda
Karya-karya berikut ditulis bersama penulis lain:
a. Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005 b. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005 c. Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005 d. Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman, Penerbit Lingkar Pena, 2005 e. Jatuh Bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005 f. Gara-gara Jilbabku, Penerbit Lingkar Pena, 2006 g. Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006 h. The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006 i.
Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007
j.
Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007
k. Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007. l.
Badman: Bidin
m. Suparman Pulang Kampung n. Pura-Pura Ninja o. Catatan Hati di Setiap Sujudku (kumpulan tulisan dari mailing list).
i
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA
A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Adapun pengertian akhlak yang terkait dengan isi novel Cinta di Ujung Sajadah yaitu, akhlak adalah tindakan seseorang untuk mendorong, melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi: 4.) Akhlak kepada Allah 5.) Akhlak terhadap sesama manusia 6.) Ahlak terhadap hewan, tumbuhan, alam. Pada pembahasan Bab IV ini penulis akan menguraikan data dalam memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” karya Asma Nadia. Data yang diolah berupa kalimat atau dialog yang terdapat dalam paragrap yang mengandung pesan dakwah. Di dalam novel ini banyak terdapat pesan akhlak Pengolahan data pada novel “Cinta di Ujung Sajadah” sesuai dengan kategori yang ditentukan, yaitu kategori pesan aqidah, yang meliputi Iman kepada Allah, Iman Kepada Rasul, Iman Kepada Kitab. Kemudian akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia. Selanjutnya kategori syariah dengan subkategori ibadah dan muamalah, yang kemudian akan ditampilkan dalam data dan jumlah frekuensi. Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”, peneliti membuat pengujian kategori yang sudah penulis tetapkan kepada tiga orang juri yang dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan mereka dan pengetahuan mereka dalam bidang dakwah dan komunikasi. Koder terdiri dari juri 1 yaitu Rosdiana, juri 2 yaitu Triani Sugianingsih, juri 3 yaitu Luqman Sjarif. Hasil dari kesepakatan tim juri
i
tersebut dijadikan sebagai koefisien. Berikut ini adalah tabel rincian kesepakatan antar juri. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas kategori antar juri, penulis menguraikan rumus dari Hostly99, sebagai berikut: Koefisien reliabilitas =
2M N1 + N 2
2M
= Nomor keputusan yang sama antar juri
NI+N2
= Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M
= Kesepakatan antar juri
N
= Jumlah yang diteliti Tabel yang menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri berada pada
halaman lampiran. Berikut ini adalah tabel hasil kesepakatan antar juri: Tabel 2 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Item
Kesepakatan
Ketidaksepakatan
Nilai
Ke 1 dan 2
70
65
5
0,93
Ke 2 dan 3
70
68
2
0,97
Ke 1 dan 3
70
64
6
0,91
Dari tabel diatas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2 sebesar 0,93 , menujukkan bahwa terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar juri. Pada kesepakatan juri 2 dan 3 nilai kesepakatannya sebesar 0,97, angka tersebut menunjukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri. Sedangkan kesepakatan tertinggi berada pada kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,91, itu berarti juri 2 dan juri 3 lebih memahami pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”.
99
Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet ke-1
i
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri dapat dihitung dengan rumus komposit reliabilitas sebagai berikut: Komposit Reliabilitas =
N ( X antar juri ) 1 + ( N − 1)( X antar juri )
Keterangan : N
= Jumlah juri
X
= Rata-rata
Aqidah
= 20 : 70 = 0,28
Akhlak
= 38 : 70 = 0,54
Syariah
= 12 : 70 = 0,17
Jadi 0,28+0,54+0,17 = 0,99 Komposit Reliabilitas
=
N ( X antar juri ) 1 + ( N − 1)( X antar juri )
=
3(0,99) 1 + (3 − 1)(0,99)
=
2,97 1 + 1,98
= 0,99 Dari hasil yang ditemukan penulis maka rata-rata tingkat kesepakatan antar juri cukup tinggi yaitu sebesar 0,99 Setelah penulis melakukan perhitungan reliabilitas kepada tiga juri terhadap kategori-kategori yang telah penulis buat. Selanjutnya akan ditampilkan data mengenai kalimat atau dialog dalam paragraf yang mengandung pesan dakwah, kemudian dihitung mendapatkan nilai frekuensi dari masing-masing kategori tersebut. Berikut ini merupakan rincian hasil penelitian dengan memakai rumus penelitian: P= F/N X 100% Keterangan: i
P : Presentase F : Frequensi data N : Jumlah data yang dimaksud Tabel 3 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah Novel “Cinta di Ujung Sajadah” No.
Kategori pesan aqidah
F
%
1.
Iman kepada Allah
16
80
2.
Iman kepada Rasul
4
20
Jumlah
20
100
Dari rincian hasil kategorisasi diatas menunjukkan pesan aqidah yang terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” adalah pesan yang mengandung unsur Iman kepada Allah yang mendominasi terlihat dari hasil prosentase Iman Kepada Allah sebanyak 80%, sedangkan prosentase Iman kepada Rasul hanya 20%. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan aqidah. Tabel 4 Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah No
Halaman/
Kutipan/uraian
Paragraph
Keterangan
1.
H.3 , P.1
Ia, Allah mengabulkan doanya.
Iman kepada Allah
2.
H.4, P.9
Ya Allah, bisiknya.
Iman kepada Allah
3.
H.5, P.2
Berkali - kali perempuan muda Iman kepada Allah itu menyapa dan bershalawat, hingga
langkahnya
menjauhi
Raudhah.
4.
H.5, P.3
Allah mengembalikan ruh Nabi Iman kepada Rasul
i
untuk menjawab siapa saja yang mengucap salam dan shalawat kepada Nabi di masjidnya. 5.
H.5, P.3
6.
H.5, P.4
Itu sebabnya dia selalu ingin Iman kepada Rasul mengulang salam kepada lelaki yang telah memberikannya cahaya bagi seluruh manusia. Assalamu’alaika ya Iman kepada Rasul rosuulallahi….
7.
H.119, P.8
8.
H.142, P.1
Memanglah, Islam itu rahmatan Iman kepada Rasul lil alamim. Anak ibarat investasi orang tua di masa depan. Anak ibarat….” Tidak jarang perempuan dengan Iman kepada Allah tahi lalat itu minta di ajarkan mengaji oleh Mbok Nah. “Allah bersama tiap niat baik, Iman kepada Rasul Cinta!” Iman kepada Allah Amiin.
9.
H.146, P.4
10.
H.147, P.5
11.
H.147, P. 6
“Allah memberikan ilmu dan hidayah pada siapa yang di kehendakinya, bukan begitu?”
12.
H.162, P.8
13.
H.187, P.1
Allah, mulai hari ini, Iman kepada Allah kusandarkan diri sepenuhnya, padaMu.. Tuhan, ini seperti jawaban atas Iman kepada Allah semua doa dan kerinduan.
14.
H.232, P.2
15.
H.232, P.4
“sebab Ayah tahu, ayah bisa Iman kepada Allah menitipkan istri dan anak-anak ayah, pada penjagaan Allah. Dan Dia…” “Hanya Dia sebaik-baik penjaga, Iman kepada Allah Makky.”
16.
H.234, P.6
Apakah ini cara-Nya memberi Iman kepada Allah
i
kemudahan
untuk
menguak
semua rahasia? 17.
H.237, P.5
Allah. Hati Cinta berbisik.
Iman kepada Allah
18.
H.266, P.2
Ya Allah.
Iman kepada Allah
Cinta
bersender
di
dinding
tembok sebuah rumah mencoba menarik napas dalam-dalam. 19.
H.288, P.10
Dia senang perjalanan ini telah Iman kepada Allah mendekatkan Cinta, yang baru berjilbab,
untuk
bersandar
sepenuhnya kepada Allah. 20.
H.299, P.9
Hanya Gusti Allah yang tahu, Iman kepada Allah bagaimana dia menangis sejak jauh darimu.
Tabel 5 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak Novel “Cinta di Ujung Sajadah” No.
Kategori pesan akhlak
F
%
1.
Akhlak kepada Allah
2
5,3
2.
Akhlak kepada sesama manusia
36
94.7
Jumlah
38
100
Dari rincian hasil penelitian kategorisasi pesan akhlak diatas, sub kategori hubungaan sesama manusia yang lebih banyak dimuat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” dengan prosentase 94,7% sedangkan hubungan antar sesama manusia prosentasenya sebesar 5,3%. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan akhlak. Tabel 6
i
Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak No. 1.
Halaman/
Kutipan/uraian
Paragraf H.6, P.4
Keterangan
Dan jika ada pahala dan kebaikan, Akhlak kepada limpahkan untuk Ibu, yang kini sesama manusia disisi-Mu.
Rindu ke rumah-Mu,
adalah rindunya juga
2.
H.36, P.5
“Sabar ya, Non. Bapak mungkin lagi Akhlak kepada banyak pikiran.”
3.
H.41, P.5
sesama manusia
“Non, kedalam yuk, nanti masuk Akhlak kepada angin!” Mbok Nah melingkarkan sesama manusia sweater ke pundak Cinta
4.
H.43, P.5
Peter tidak keberatan, “Setidaknya Akhlak kepada aku bersyukur, Cinta. Punya Mami sesama manusia yang baik banget!” Ya, tentu saja. Siapa yang tidak? “Wajar surga di taruh di kaki Ummi, ya? Aisyah tersenyum lagi.
5.
H.44, P.5
Jika saja mama masih ada. Cinta Akhlak kepada siap
sujud
dan
mencium
kaki sesama manusia
perempuan itu. 6.
H.47, P.4
“Assalamu’alaikum!”
Akhlak kepada Allah
7.
H.49, P.6
“aku masuk dulu, Makky.”
Akhlak kepada sesama manusia
8.
H.53, P.4
“Betul, Nak! Itu artinya sudah ada Akhlak kepada kecenderungan
hati.
Awalnya sesama manusia
simpati. Maka hati kita akan terus mengingat dia, lidah kita akan terus menyebut namanya, dan perbuatan kita selalu ditujukan untuk meraih
i
dan perhatian dia.” 9.
H.119, P.5
“Kalau begitu masih nyambung ya Akhlak kepada antara
orang
tua
yang
sudah sesama manusia
meninggal dengan anak yang masih di dunia?” 10.
H.121, P.4
Duh, Ibu! Bakti seperti apa yang Akhlak kepada bisa
persembahkan? sesama manusia
ananda
Cikupkah dengan doa dan sholat?
11.
H.125, P.1
Alhamdullilah. Kalimat itu tidak Akhlak kepada
terucap, tapi terlihat jelas dari gerak- Allah gerik mulut Aisyah, yang hari itu mengenakan
kerudung
super
lebarnya. 12.
H.127, P.2
“harus kita tengok. Ujian sudah Akhlak kepada dekat.
Ada
yang
tahu
nggak sesama manusia
alamatnya?” 13.
H.127, P. 4
“boleh! Jangan lupa patungan, ya. Akhlak kepada Beliin apa gitu.”
sesama manusia
“black forest yang enak!” 14.
H.131, P.3
Seorang anak perempuan, mungkin Akhlak kepada adik Mirna menyilakan duduk. Lalu sesama sambil melompat-lompat berlari ke manusia. dalam dan berteriak nyaring.
15.
H.135, P.5
Berarti masalahnya bukan soal ibu Akhlak kepada kandung atau bukan. Tapi lebih sesama manusia kepada kasih sayang, cinta dan perhatian manusia kepada manusia lainnya. Lantas,
Jika kasusnya
seperti Mirna, masih haruskah anak berbakti?
16.
H.143, P.1
Bahwa arti hidup baginya kini Akhlak kepada
i
adalah
mempersembahkan
bakti sesama manusia
terbaik untuk almarhumah Ibu.
17.
H.148, P.3
“Eh, iya terima kasih, Nak! Intinya Akhlak kepada saya salut sama komitmen Cinta sesama manusia untuk tidak bergosip lagi. Itu benarbenar sikap yang tegas dari seorang muslim, sikap salih, dan menjadi amal jariah bagi orang tua. Insya Allah!”
18.
H.170, P.1
Cinta talah mempersiapkan lahir Akhlak kepada batinnya untuk hari ini. Ia akan jadi sesama manusia sebaik-baik
anak,
agar
bisa
mengalirkan pahala terus menerus pada Ibu. Cuma itu bakti satusatunya yang mungkin belum ia persembahkan, kepada Ibu yang telah berpulang. 19.
H.187, P.7
Dulu sekali ia hampir menolak Akhlak kepada ketika majikannya meminta untuk sesama manusia merahasiakan
semua
dan
baru
memberikan surat-surat yang dia kirimkan setelah Cinta berusia tujuh belas tahun. 20.
H.188, P.1
Setelah itu terserah Cinta. Bok, biar Akhlak kepada sesama manusia dia mengambil sikap.
21.
H.196, P3
“Saya duduk disini, ya?”
Akhlak kepada
Cinta mengangguk.
sesama manusia
“Boleh?” Cinta mengangguk lagi. “Nanti nggak ada yang marah?” Aduh, Cinta mulai mengomel dalam
hati, cowok ko bawel banget sih?
i
22.
H.198, P.2
“Silahkan!” jawabnya pendek. Dia bersyukur, Allah mengutus dua Akhlak kepada
sahabat terbaik. Neta dan Aisyah, Allah hingga gadis itu bisa meniti hari, tanpa godaan yang berarti. 23.
H.234, P.5
Udah atuh ikut sama Ibu, mau? Ada Akhlak kepada kamar biar tidak besar. Milik putri sesama manusia Ibu dulu.”
24.
H.256, P.4
“Cari siapa, Cah Ayu?”
Akhlak kepada
“dari Jakarta, ya?”
sesama manusia
“Celana Jinsnya apik!” 25.
H.257, P.3
“Cari siapa, Dik?”
Akhlak kepada
Seorang lelaki dengan kumis tebal sesama manusia dan tato naga di lengannya, keluar dari sebuah rumah, dan menegur Cinta. Perempuan-perempuan yang berusaha mendekati Cinta, serempak membuat jarak 26.
H.268, P.4
“Maafin aku, Net. Aku Cuma nggak Akhlak kepada ingin merepotkan kalian.”
27.
H.269, P.1
sesama manusia
“Aku minta maaf, juga pada Aisyah. Akhlak kepada Sebab
telah
membuat
kalian sesama manusia
binggung. 28.
H.273, P.1
“Assalamua’laikum,
apa
kabar, Akhlak kepada
Cinta?” 29.
H.279, P.7
sesama manusia
“Kita harus beli sesuatu buat ibumu, Akhlak kepada Cinta.”
30.
H.279, P.8
sesama manusia
Hadiah untuk Ibu. Ya…harusnya Akhlak kepada begitu. Tapi bagaimana kalau Ibu sesama manusia sudah tidak ada…sudah mening…
i
31.
32.
H.296, P.1
H.296, P.4
Sementara Adji masih meneriakan Akhlak kepada salam lewat jendela.
sesama manusia
“Maaf, Bu…kami mencari…”
Akhlak kepada
Adji yang tiba-tiba suda berdiri di sesama manusia samping Makky melengkapi, ”Kami mencari Ibu Ayuningsih. 33.
H.302, P.5
Terbatuk-batuk
perempuan
itu Akhlak kepada
berjalan ke belakang. Tidak berapa sesama manusia lama, keluar dengan beberapa gelas air putih di atas baki, “Diminum, Nak….ayo!.” 34.
H.302, P.6
Neta
dan
Aisyah
mengangguk Akhlak kepada
sopan. 35.
H.303,P.2
sesama manusia
“Maaf, Bu…apakah Cinta,
bisa Akhlak kepada
bertemu Ibu Ayuningsih sekarang? sesama manusia Apakah
beliau
sakit?”
Adji
mengambil inisiatif bertanya. 36.
H.305, P.4
“Maafkan saya….,”perempuan itu Akhlak kepada menubruk Cinta yang berjongkok sesama manusia dengan wajah pasi. Menyentuh pipi gadis
itu
lembut,
“Maafkan
saya…Cinta!” 37.
H.309, P.3
Terakhir, Cinta mencium tangan Akhlak kepada perempuan sederhana itu dengan sesama manusia hormat, “Saya pamit Bu.”
38.
H.309, P.5
“Datanglah kalau kamu kangen.”
Akhlak kepada sesama manusia
Tabel 7 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah Novel “Cinta di Ujung Sajadah” i
No.
Kategori pesan syariah
F
%
1.
Ibadah
10
83,3
2.
Muamalah
2
16.7
Jumlah
12
100
Dari rincian hasil penelitian penelitian dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” banyak terdapat pesan ibadah terlihat dari prosentase data sebesar 83,3%, untuk pesan yang mengandung muamalah prosentase data sebesar 16,7%. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan syariah. Tabel 8 Rincian Kategosisasi Pesan Syariah No.
1.
Halaman/
Kutipan/uraian
paragraf
H.3 , P.2
Keterangan
Rukun dan wajib haji, kecuali tawaf Ibadah Waada’sudah selesai
2.
H.102, P. 4
“artinya, sunatullah itu sudah dari Muamalah sononya begitu. Ada yang putih ada yang hitam, Ada yang hak ada yang batil. Ada yang baik dan juga ada yang jahat. Ada yang kurus dan ada yang ….”sambil mengarahkan pandangan ke Aisyah.
3.
H.119, P. 2
“ada tiga perkara, yang menolong orang Muamalah yang sudah meninggal. Pertama: amal jariah. Kedua: ilmu yang bermanfaat. dan tiga ananda cinta yang
baik…”
Iwan menatap Cinta dengan pandangan
i
kebapaan, ketiga Adalah,"anak yang sholeh Atau nasihat!” 4.
H.162, P.5
Cinta pasrah dalam sujud panjang Ibadah pertamanya, hari ini.
5.
H.170, P.2
Ia membalut kepalanya dengan sehelai Ibadah jilbab. Kain persegi panjang berwarna pink. Sambil meniatkan, dalam hati.
6.
H.232, P.6
Makky
bangkit,
menggulung
kaus Ibadah
tangan panjangnya setengah lengan lalu melangkah ke kamar mandi untuk mengmbil wudhu. 7.
H.232, P.7
Dia akan shalat dan menerima kepada Ibadah Allah dalam sujud akhir, untuk menjaga Cinta, untuknya.
8.
H.238, P.1
“Yang
Heran, si Lin rajin sholatnya, Ibadah
Neng. Setiap sholat dia berdoa lama sekali. Meski sampai sekarang Ibu tak pernah mengerti benar apa doanya.” 9.
H.274, P.5
Allah memberi banyak kejutan hari ini. Ibadah Hadiah karena sholat malamnya kah?
10.
H.274, P.7
Allah
Maha
Baik.
Padahal
shalat Ibadah
malamnya sudah mepet azan subuh! 11.
H.289, P.2
Tengah malam saat terbangun, Aisyah Ibadah menemukan
Cinta
sudah
menghampamparkan sajadah. Sedang khusyuk
berdoa.
dalam
balutan
Wajah
beningnya
mukena
putih,
menengadah. Ada titik air mata yang mengalir
deras
sementara
bibirnya
melantunkan doa-doa panjang. Tidak lama dilihatnya Cinta bersujud, lama
i
sekali. 12.
H.291, P. 4
Cinta
semakin
memperkuat
doa. Ibadah
Semoga Allah memberinya kesempatan bertemu ibu, memeluk dan menciumi wajahnya, lalu bersimpuh di kakinya, dimana surga terlukis disana.
B. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah
Setelah melakukan pengolahan data untuk memperoleh koefisien reliabilitas kategori dan rincian hasil hasil kategorisasi pesan yang terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”, maka dapat ditemukan pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel tersebut seperti terlihat dalam uraian berikut. 1. Pesan Dakwah yang mengandung Aqidah
Aqidah Islam dasarnya adalah Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada qadha dan qadar. Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam iman kepada Allah dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”
Ia bersyukur, Allah mengabulkan doanya. Mengizinkan kakinya menapaki tanah suci H.3 , P.1 Kalimat tersebut, terdapat di bagian awal cerita dalam novel Cinta di Ujung Sajadah. Hal ini menjelaskan tentang keadaan tokoh utama dalam novel ini, yang berucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan padanya untuk menapaki kakinya di tanah suci. Sebagai manusia kita wajib bersyukur kepada Allah dengan memenuhi pangilannya jika kita sudah di percayakan atau di cukupkan.
Ya Allah, bisiknya. H.4, P.9
i
Berkali - kali perempuan muda itu menyapa dan bershalawat, hingga langkahnya menjauhi Raudhah. H.5, P.2 Allah mengembalikan ruh Nabi untuk menjawab siapa saja yang mengucap salam dan shalawat kepada Nabi di masjidnya. H.5, P.3 Penulis
ingin
menyampaikan
pesan
untuk
hamba
Allah,
Berbanyaklah berucap salam atas junjungan Nabi besar dimanapun, karena Nabi dan Rasul Allah mendengar dan menjawab salam kita. Itu sebabnya dia selalu ingin mengulang salam kepada lelaki yang telah memberikannya cahaya bagi seluruh manusia. H.5, P.3 Pengarang novel ingin menyampaikan pesan kepada kita, bahwa kerinduan akan menjadikan kita semakin dekat dengan bersalawat kepada kekasih Allah, secara tidak langsung kita akan mendapatkan berkah serta menentramkam jiwa.
Assalamu’alaika ya rasuulallahi…. H.5, P.4
Pesan yang terdapat didalam kalimat ini adalah iman kepada Rasull yang telah membawa kita dari zaman jahiliah kezaman yang berakhlak mulia. Hendaknya kita memberikan salam sebagai tanda keimanan kita kepada Allah seperti dalam rukun Iman. Memanglah, Islam itu rahmatan lil alamim. Anak ibarat investasi orang tua di masa depan. Anak ibarat….” H.119, P.8 Islam adalah agama yang di rahmati Allah, penulis juga menyampaikan pesan bahwa doa anak kepada orang tuanya akan sampai walau terbatas ruang dan waktu, bahkan ketikan orang tuanya telah tiada. Oleh karena itu di katakana anak ibarat investasi orang tuanya. Tidak jarang perempuan dengan tahi lalat itu minta di ajarkan mengaji oleh Mbok Nah. H.142, P.1 Pesan yang di sampaikan dalam kalimat ini yaitu penulis menggambarkan sosok seorang perempuan yang masih ingin belajar
i
mengaji walaupun usianya tidak lagi remaja. Di dalam Al-Quran di jelaskan dalam surat Al-A’laq “Yang artinya bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal daging…” “Allah bersama tiap niat baik, Cinta!” H.146, P.4 Penulis ingin menyampaikan pesan kepada kita jika kita memiliki niat baik segeralah untuk di laksanakan. Karena di setiap niat, Allah pasti mengetahui. Karena kita pun hidup tidak akan selamanya.
Amiin. H.147, P.5
Dalam kata ini mengandung nilai pesan berharap ke riddhaan Allah, penulis menyampaikan nilai-nilai iman kepada Allah ketika kita memiliki pengharapan atas doa kita mengucapkan Amin. “Allah memberikan ilmu dan hidayah pada siapa yang di kehendakinya, bukan bgitu?” H.147, P. 6 Penulis menggambarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah mengijinkan untuk terjadi bgitupun dengan
ilmu
yang
akan
Allah
Beri
kepada
siapa
yang
di
kehendakinyaNya.
Allah, mulai hari ini, kusandarkan diri sepenuhnya, padaMu.. H.162, P.8
Pesan yang dapat di ambil dari pengalan kalimat ini adalah, kepasrahan tokoh utama yang bermana Cinta ketika ia meksanakan shalatnya yang lebih khuysuk dari biasanya, ia menumpahkan kesedihan, kemarahan, kekecewaan, rasa takut yang gamang kepada EmpuNya. Hal ini dapat mencerminkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa karena hanya kepadanya kita dapat mengenbalikan apa-apa yang kita jalani.
i
Tuhan, ini seperti jawaban atas semua doa dan kerinduan. H.187, P.1
Doa kita setiap saat pasti akan di ijabah oleh Allah hanya kita tidak tahu kapan Allah akan mewujudkannya, namun kita sebagai mahluk ciptaannya haru selalu memohon dann berdoa karena Allah lebih tau waktu yang terbaik untuk kita. seperti Cinta dalam novel ini yang selalu berdoa dan Allah menjawab Atas doa dan kerinduannya terhadap Ibunya.
“sebab Ayah tahu, ayah bisa menitipkan istri dan anak-anak ayah, pada penjagaan Allah. Dan Dia…” H.232, P.2
Dalam novel ini pengarang menggambarkan pesan Iman kepada Allah melalui Sosok seorang ayah dari Makky, yaitu kita semata-mata hanya dapat menjaga orang-orang yang di cintai sebatas pandangan kasat mata tetapi sesungguhnya penjagaan Allah lah yang lebih utama dan sesungguhnya Allah Maha Tinggi.
“Hanya Dia sebaik-baik penjaga, Makky.” H.232, P.4
Dalam memunajat kepada Allah serta memohon penjagaan, dalam novel ini di ungkapkan oleh sosok Makky, pemuda yang baik percaya bahwa hanya Allah yang dapat menjaga hambanya. Oleh karena itu kita hanya boleh memohon penjagaaan kepadaNya. Apakah ini cara-Nya memberi
kemudahan untuk menguak semua
rahasia?. H.234, P.6
Pesan yang dapat di tarik dari cerita ini yaitu, Allah tidak akan mencoba hambanya di luar batas kemampuan hambanya, oleh karena itu kita dalam menemui keberhasilan pasti akan melewati cobaan yang menguji kesabaran dan ke ikhlasan kita.
i
Allah. Hati Cinta berbisik. Tersentuh dengan ketulusan perempuan yang ada di depannya, orang lain boleh melihat Lin sebagai anak yang malang , karena lahir tidak normal H.237, P.5
Selalu mengingat Allah adalah baik untuk kita dimana pun kita berada agar selalu dalam lindungannya. Ya Allah. Cinta bersender di dinding tembok sebuah rumah mencoba menarik napas dalam-dalam. H.266, P.2
Cinta dalam cerita ini sebagai tokoh utama selalu mengingat Allah dimanapun ia berada sebagai rasa kepasrahan terhadap Allah dari setiap cobaan.
Dia senang perjalanan ini telah mendekatkan Cinta, yang baru berjilbab, untuk bersandar sepenuhnya kepada Allah. H.288, P.10
Pengarang menceritakan betapa kagumnya seorang Makky dengan Cinta yang tambah dekat dengan Allah dengan memilih untuk berjilbab. Hal ini juga berklaitan dengan perintah Allah dalam Al’Quran. “Hanya Gusti Allah yang tahu, bagaimana dia menangis sejak jauh darimu”. H.299, P.9 Allah maha melihat apa-apa yang tidak di ketahui hambanya, dalam novel ini menceritakan kepasrahan seorang ibu yang jauh dari anaknya. Pesan yang di sammpaikan adalah kesabaran akan takdir yang di tetapkan Allah.
2. Pesan Dakwah yang mengandung Akhlak
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk dalam akhlak kepada Allah dan Akhlak kepada sesama dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”
i
Dan jika ada pahala dan kebaikan, limpahkan untuk Ibu, yang kini disisiMu. Rindu ke rumah-Mu, adalah rindunya juga. H.6, P.4
Harapan seorang anak kepada Allah untuk ibunnya yang juga merindukan rumah Allah.
“Sabar ya, Non. Bapak mungkin lagi banyak pikiran.” H.36, P.5
Sifat bijak yang dimiliki Mbo Nah, mencerminkan akhlak kita terhadap sesama manusia, yang tidak luput dari amarah.
“Non, kedalam yuk, nanti masuk angin!” Mbok Nah melingkarkan sweater ke pundak Cinta. H.41, P.5
Kasih sayang seorang mbo kepada anak majikannya, mengambarkan sifat kasih sayang antar sesama
Peter tidak keberatan, “Setidaknya aku bersyukur, Cinta. Punya Mami yang baik banget!” Ya, tentu saja. Siapa yang tidak? “Wajar surga di taruh di kaki Ummi, ya? Aisyah tersenyum lagi. H.43, P.5 Pengarang mengambarkan adab terhadap orang tua melalui seorang Peter (teman sekolah Cinta), yang mengungkapkan kepada temantemannya bahwa ia bersyukur memiliki orang tua yang menyayanginya, perhatian padanya. Jika saja mama masih ada. Cinta siap sujud dan mencium kaki perempuan itu. H.44, P.5 Pengarang mencerminkan akhlak kepada sesama manusia terutama dengan Ibu melalui sosok cinta, karena kita ketahui bahwa surga berada di bawah telapak kaki Ibu. “Assalamu’alaikum!” H.47, P.4
i
Pengarang ingin menyampaikan melalui ungkapan salam, karena di dalam ajaran agama Islam berucap salam sama dengan kita mendoakan seseorang yang kita ucapkan salam. “aku masuk dulu, Makky.” H.49, P.6 Pengarang ingin menyampaikan pesan melalui sapaan kecil kepada Makky, sebagai adab ketika meninggalkan seseorang dengan berpamitan. “Betul, Nak! Itu artinya sudah ada kecenderungan hati. Awalnya simpati. Maka hati kita akan terus mengingat dia, lidah kita akan terus menyebut namanya, dan perbuatan kita selalu ditujukan untuk meraih dan perhatian dia.” H.53, P.4 Jika kita suka dengan sesuatu, akan timbul bayangan untuk selalu mengingat, dalam cerita ini Cinta selalu membicarakan anak Makky lakilaki yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, sehingga temannya merasa ada yang berbeda dari Cinta. “Kalau begitu masih nyambung ya antara orang tua yang sudah meninggal dengan anak yang masih di dunia?” H.119, P.5 Pengarang ingin mengulas tentang hal-hal yang terkait dengan adab terhadap orang
tua. Bahwa sesungguhnya doa anak yang sholeh itu
sampai kepada orang tua yang telah tiada. Duh, Ibu! Bakti seperti apa yang bisa ananda persembahkan? Cikupkah dengan doa dan sholat? H.121, P.4
Rasa Cinta dan sayangnya terhadap Ibu ia lukiskan dengan harapan apa yang dia lakukan dapat membuat Ibunya bangga walau hanya seuntai doa. Alhamdullilah. Kalimat itu tidak terucap, tapi terlihat jelas dari gerakgerik mulut Aisyah, yang hari itu mengenakan kerudung super lebarnya. H.125, P.1
Aisyah mengambarkan rasa bahagianya, sehingga mengucapkan tanda syukur. Hal ini mencontohkan kepada kita arti penting rasa syukur.
i
“harus kita tengok. Ujian sudah dekat. Ada yang tahu nggak alamatnya?” H.127, P.2
Perhatian yang di gambarkan oleh teman-teman Cinta untuk menjenguk Mirna, hal yang patut di teladani, karena sesama manusia harus saling tolong menolong, jika ada sodara semuslim tertimpa musibah, kita pun merasa sakitnya. Seperti satu tubuh. “boleh! Jangan lupa patungan, ya. Beliin apa gitu.” “black forest yang enak!” H.127, P. 4 Ketika kita nenjenguk orang sakit tentulah utama doa yang kita bawa, buah tangan adalah rasa syukur kita kepada Allah untuk berbagi pada sesama. Seorang anak perempuan, mungkin adik Mirna menyilakan duduk. Lalu sambil melompat-lompat berlari ke dalam dan berteriak nyaring. H.131, P.3 Anak-anak itu seperti kertas yang akan bernuansa ketika kita mulai mencoretkan pena, sehingga kita harus dapat mencontohkan hal yang baik kepada anak-anak agar kelak dapat memahami nilai-nilai. Berarti masalahnya bukan soal ibu kandung atau bukan. Tapi lebih kepada kasih sayang, cinta dan perhatian manusia kepada manusia lainnya. Lantas, Jika kasusnya seperti Mirna, masih haruskah anak berbakti? H.135, P.5
Kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk selalu menghormati orang tua, seperti apa yang di katakan pengarang saat wawancara, bahwa kita tidak selalu mengerti cara orang tua menyayangi kita. Bahwa arti hidup baginya kini adalah mempersembahkan bakti terbaik untuk almarhumah Ibu. H.143, P.1
i
Di ulas dengan indah oleh pengarang, bahwa pesan akhlak ini mengingatkan kepada pembaca, bahwa seorang anak harus menyadari pengorbanan seorang Ibu. Sehingga kita harus tetap berbuat baik padanya. “Eh, iya terima kasih, Nak! Intinya saya salut sama komitmen Cinta untuk tidak bergosip lagi. Itu benar-benar sikap yang tegas dari seorang muslim, sikap salih, dan menjadi amal jariah bagi orang tua. Insya Allah!” H.148, P.3 Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa, sikap istiqomah harus ada di dalam jiwa setiap muslim agar dapat menjaga nilai-nilai yang di ketahui. Cinta talah mempersiapkan lahir batinnya untuk hari ini. Ia akan jadi sebaik-baik anak, agar bisa mengalirkan pahala terus menerus pada Ibu. Cuma itu bakti satu-satunya yang mungkin belum ia persembahkan, kepada Ibu yang telah berpulang. H.170, P.1 Cinta memilih untuk mendekatkan diri dengan berjilbab, karena ia merasa hanya ini yang bisa ia persembahkan. Rasa sayang, ikhlas akan membuat segala yang dapat dilakukan dengan syariat menjadi indah. Dulu sekali ia hampir menolak ketika majikannya meminta untuk merahasiakan semua dan baru memberikan surat-surat yang dia kirimkan setelah Cinta berusia tujuh belas tahun. H.187, P.7 Sikap Mbo Nah, mengambarkan kepada kita tentang arti sebuah kejujuran, oleh karena itu ia merasa anak harus tau oleh siapa di lahirkan, kesabaran Mbo Nah patut di teladani. Setelah itu terserah Cinta. Bok, biar dia mengambil sikap. H.188, P.1
Manusia harus memiliki harapan. Dari cerita ini kita di ajarkan untuk bias menjadi orang yang sabar. “Saya duduk disini, ya?” Cinta mengangguk. “Boleh?” Cinta mengangguk lagi.
i
“Nanti nggak ada yang marah?” Aduh, Cinta mulai mengomel dalam hati, cowok ko bawel banget sih? “Silahkan!” jawabnya pendek. H.196, P3
Cinta merasa Adji laki-laki yang baru di kenalnya terlalu berlebihan, hingga membuat cinta kurang merasa nyaman dengan duduknya. Hal ini dapat memberikan kita gambaran bagaimana cara yang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dia bersyukur, Allah mengutus dua sahabat terbaik. Neta dan Aisyah, hingga gadis itu bisa meniti hari, tanpa godaan yang berarti. H.198, P.2 Manusia tidak ada yang dapat hidup sendiri, cinta bersyukur karena Allah maha baik, begitu pun dengan kita harus bersyukur dengan titipan Allah, keluarga, teman yang berbaik kepada kita. Udah atuh ikut sama Ibu, mau? Ada kamar biar tidak besar. Milik putri Ibu dulu.” H.234, P.5 Dalam keadaan sulit, seorang Ibu tak di kenal berbuat baik kepada Cinta, hal ini mencontohkan kepada kita untuk selalu berbua baik tanpa harus menilai dari golonggan, fisik dan kedudukan. “Cari siapa, Cah Ayu?” “dari Jakarta, ya?” “Celana Jinsnya apik!” H.256, P.4 Dimanapun kita berada kita harus memiliki tata krama sehingga orang pun dapat menghargai kita. “Cari siapa, Dik?” Seorang lelaki dengan kumis tebal dan tato naga di lengannya, keluar dari sebuah rumah, dan menegur Cinta. Perempuan-perempuan yang berusaha memdekati Cinta, serempak membuat jarak H.257, P.3 Sesungguhnya setiap manusia terpadat rasa kasih dan sayang, tercermin dari pengalan dialog di atas, bahwa tidak semua dapat di nilai
i
dari luarnya saja, bagus diluar belum tentu bagus di dalam demikian sebaliknya. “Maafin aku, Net. Aku Cuma nggak ingin merepotkan kalian.” H.268, P.4 Cinta yang rindu terhadap Ibu merasa cukup dia yang mencari, Ahlak yang baik membuat teman-temannya menyayanginya. Sehingga sikap Cinta patut di teladani. “Aku minta maaf, juga pada Aisyah. Sebab telah membuat kalian binggung. H.269, P.1 Ia
pun
sayang
terhadap
teman-temannya,
karena
didalam
persahabatan harus saling pengertian.
“Assalamua’laikum, apa kabar, Cinta?” H.273, P.1
Ucapan salam dari Makky ini membuat cinta bahagia karena, Makky beserta kawan-kawannya sampai juga di jogja.
“Kita harus beli sesuatu buat ibumu, Cinta.” H.279, P.7
Hal ini mengambarkan indahnya kebersamaan, cinta kepada orang tua. Hadiah untuk Ibu. Ya…harusnya begitu. Tapi bagaimana kalau Ibu sudah tidak ada…sudah mening… H.279, P.8
Putus asa adalah hal yang di benci Allah, oleh karena itu kita harus tetap optimis dalam segala hal, agar kehidupan kita menjadi indah.
Sementara Adji masih meneriakan salam lewat jendela. H.296, P.1
i
Adji, teman baru cinta memiliki kepribadian yang berbeda dengan makky. “Maaf, Bu…kami mencari…” Adji yang tiba-tiba suda berdiri di samping Makky melengkapi, ”Kami mencari Ibu Ayuningsih. H.296, P.4 Makky membantu Cinta untuk menemukan Ibunya, hal ini adalah rasa kesetiakawanan terhadap sahabat. Terbatuk-batuk perempuan itu berjalan ke belakang. Tidak berapa lama, keluar dengan beberapa gelas air putih di atas baki, “Diminum, Nak….ayo!.” H.302, P.5 Seorang Ibu yang baik hati, memberikan minum kepada cinta dan kawan-kawan.
Neta dan Aisyah mengangguk sopan. H.302, P.6
Sikap yang dapat di teladani ketika kita bertamu ke rumah orang lain. “Maaf, Bu…apakah Cinta, bisa bertemu Ibu Ayuningsih sekarang? Apakah beliau sakit?” Adji mengambil inisiatif bertanya. H.303,P.2 Harapan Cinta adalah harapan kawan-kawannya yang ingin melihat cinta bahagia bertemu dengan ibunya.
“Maafkan saya….,”perempuan itu menubruk Cinta yang berjongkok dengan wajah pasi. Menyentuh pipi gadis itu lembut, “Maafkan saya…Cinta!” H.305, P.4 Setiap anak yang menyayangi Ibunya pasti ingin sekali berbakti, bgitupun dengan Cinta, namun kenyataan selalu sama dengan harapan. Terakhir, Cinta mencium tangan perempuan sederhana itu dengan hormat, “Saya pamit Bu.” H.309, P.3
i
Cinta mencerminkan anak yang Sholeha, ia tetap menghormati orang lain yang lebih tua seperti menghormati orang tuanya. “Datanglah kalau kamu kangen.” H.309, P.5 Datang ke pusara Ibunya, dapat mengobati hatinya yang rindu.
3. Pesan Dakwah yang Mengandung Syariah.
Berikut ini adalah kutipan pesan dakwah aqidah yang termasuk Ibadah dan Muamalah Dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”
Rukun dan wajib haji, kecuali tawaf Waada’sudah selesai. Tetapi hatinya merasa ibadah terasa lengkap setelah ia mencapai Madinah.H.3 , P.2 Kerinduannya terhadap rumah Allah menjadi contoh kita agar selalu optimis, bahwa Allah akan membuat indah pada waktunya. “artinya, sunatullah itu sudah dari sononya begitu. Ada yang putih ada yang hitam, Ada yang hak ada yang batil. Ada yang baik dan juga ada yang jahat. Ada yang kurus dan ada yang ….”sambil mengarahkan pandangan ke Aisyah. H.102, P. 4 Allah ciptakan ada siang dan malam, ada baik juga buruk, hal ini menjawab ke alpaan kita bahwa didunia tidak di ciptakan baik semua tetapi juga sebaliknya agar menjadi seimbang. “ada tiga perkara, yang menolong orang yang sudah meninggal. Pertama: amal jariah. Kedua: ilmu yang bermanfaat. dan tiga ananda Cinta yang baik…” Iwan menatap Cinta dengan pandangan kebapaan, ketiga Adalah, "anak yang sholeh Atau salehat!” H.119, P. 2 Hal ini mengingatkan kepada kita tentang anak yang sholeh yang selalu ingin memberikan kebahagiaan kepada orang tuannya.
Cinta pasrah dalam sujud panjang pertamanya, hari ini. H.162, P.5
i
Cinta merasa ini saatnya mengadu kepada Allah atas kesedihan yang di alaminya, hal ini memberikan kita cerminan bahwa, hanya kepada Allah sajalah kita memohon dan meminta. Ia membalut kepalanya dengan sehelai jilbab. Kain persegi panjang berwarna pink. Sambil meniatkan, dalam hati. H.170, P.2 Niatnya yang baik membuatnya menemukan apa yang ia cari. Yaitu bisa membahagiakan Ibu.
Makky bangkit, menggulung kaus tangan panjangnya setengah lengan lalu melangkah ke kamar mandi untuk mengmbil wudhu. H.232, P.6 Makky laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, mengerti akan kewajibannya sebagai manusia untuk mensucikan diri dan beribadah, kita pun harus mengetahui kewajiban kita kepada Allah Dia akan shalat dan meminta kepada Allah dalam sujud akhir, untuk menjaga Cinta, untuknya. H.232, P.7 Manusia hanya dapat menjaga manusia lainnya sebatas pandangan mata, namun Allah yang maha tinggi akan menjaga apa-apa yang Dia kehendaki. “Yang Heran, si Lin rajin sholatnya, Neng. Setiap sholat dia berdoa lama sekali. Meski sampai sekarang Ibu tak pernah mengerti benar apa doanya.”.238, P.1 Lin anak yang berbeda dengan anak lainnya, Namun dengan keterbatasannya ia selalu berdoa kepada Allah. Mengingatkan kepada kita yaitu yang membedakan kita di mata Allah bukanlah nilai, golongan, tetapi kadar ke imanan. Allah memberi banyak kejutan hari ini. Hadiah karena sholat malamnya kah? H.274, P.5 Berbaik sangka kepada Allah, Allah memberikan apa yang kita minta, Allah juga memberikan Apa yang terbaik untuk kita.
i
Allah Maha Baik. Padahal shalat malamnya sudah mepet azan subuh! H.274, P.7 Allah akan memberi apa yang hambanya minta, dengan Rahmannya dengan Maha Rahimnya, Allah dekat sedekat urat nadi kita. Tengah malam saat terbangun, Aisyah menemukan Cinta sudah menghampamparkan sajadah. Sedang khusyuk berdoa. Wajah beningnya dalam balutan mukena putih, menengadah. Ada titik air mata yang mengalir deras sementara bibirnya melantunkan doa-doa panjang. Tidak lama dilihatnya Cinta bersujud, lama sekali. H.289, P.2 Hanya kepadanya kita kembali, sehingga hanya kepadanya juga kita patut berserah diri. Cinta semakin memperkuat doa. Semoga Allah memberinya kesempatan bertemu ibu, memeluk dan menciumi wajahnya, lalu bersimpuh di kakinya, dimana surga terlukis disana. H.291, P. 4 Setiap orang harus berusaha dan berdoa karena itu adalah jalan dari jawaban yang akan Allah berikan. C. Kategorisasi Pesan yang Paling Dominan Dalam Novel “Cinta di Ujung Sajadah”
Dalam mencari pesan dakwah yang paling dominan dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” ini, maka penulis menggunakan rumus: P=F×
100% N
Berikut ini tabel penghitungan pesan yang paling dominan dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah”
Tabel 9
i
No.
Kategorisasi
Frekuensi
Prosentase
1.
Aqidah
20
28,6
2.
Akhlak
38
54,3
3.
Syariah
12
17,1
Total
70
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kalimat dan dialog yang terdapat dalam paragraf yang mengandung pesan aqidah yaitu sebesar 28,6%, yang mengandung pesan akhlak sebesar 54,3%, dan untuk pesan syariah yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang adalah sebesar 17,1%. Dapat diketahui dari hasil penelitian diatas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel “Pesantren Ilalang adalah pesan akhlak dengan prosentase sebesar 54,3%.
i
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa pembahasan-pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam novel “ Cinta di ujung Sajadah “ mengandung nilai pesan dakwah di antaranya pesan Akidah, Ahklak, dan Syariah. Namun di dalam novel ini pesan yang paling dominan adalah pesan ahklak. Melalui novel ini Asma Nadia ingin menyampaikan pesan dakwah yang berkaitan erat dengan penghormatan kepada orang tua, kepribadian, serta cara berbakti kepada orang tua. Seperti adab kita terhadap orang tua, Asma Nadia menceritakan bagaimana menghormati ibu, melakukan bakti walaupun ibu yang telah melahirkan kita telah tiada. 2. Dari kategori besar yang terdapat dalam novel “Cinta di ujung Sajadah” pesan yang paling dominan adalah pesan akhlak dengan prosentase sebesar 54,3%, kemudian diikuti oleh pesan akidah dengan prosentase sebesar 28,6%, selanjutnya yang terakhir yaitu pesan syariah dengan prosentase sebesar 17,1%. Akhlak dalam penelitian ini merupakan kategorisasi yang paling dominan dalam novel “Cinta di ujung Sajadah”, karena novel ini banyak mengangkat nilai nilai akhlak kepada sesama manusia dan nilai-nilai akhlak kepada Allah. Kita tidak selamanya memahami cara orang tua memberi kasih dan sayangnya” oleh karena itu novel ini dapat menjadi jawaban akan rasa cinta dan sayang orang tua terhadap anaknya. Dalam cerita ini mengungkapkan kepada pembaca bahwa dalam kondisi apapun kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk berbakti kepada ke dua orang tua.
i
Katagori pesan Aqidah yang terdapat dalam novel “Cinta di ujung Sajadah”
karya Asma Nadia meliputi Iman kepada Allah dengan
presentase 80% Iman kepada Rasulluloh dengan presentase sebesar 20%. Katagori pesan Akhlak yang dapat dalam novel “Cinta di ujung Sajadah” karya Asma
Nadia meliputi Ahlak kepada Allah dengan
persentase yaitu 51,3% dan ahlak kepada sesama manusia sebesar 94,7%. Kategori pesan Syariah yang terdapat pada novel “Cinta di ujung Sajadah” karya Asma Nadia meliputi ibadah kepada Allah presentase sebesar 83,3% dan muamalah sebesar 16,7%. . B. Saran
1. Semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, media cetak mampu memberikan kontribusi positif untuk para pembaca, sehingga diharapkan para akademisi Fakultas Dakwah dan komunikasi dapat lebih memperhatikan novel sebagai media cetak, karena novel dapat dijadikan sebagai media dakwah. Dengan keunggulannya, yaitu tidak terbatas ruang dan waktu, dapat di baca berulang-ulang, serta dapat bertahan lama. Semoga novel-novel Islami mengalami perkebangan kearah positif serta dapat berkembang lebih pesat di zaman yang semakin maju. 2. Kepada pengarang, semoga semangat akan selalu ada. Semoga Mba Asma Nadia dapat terus berkarya, untuk mengembangkan sayap yang lebih lebar lagi di dunia pernovelan, jangan pernah berhenti semangat untuk melahirkan karya-karya yang dapat menghidupkan kembali nafas-nafas Islam di hati para pembacanya yang mulai terkikis. Khususnya kaum muslimin yang pada saat ini semakin hari semakin jauh dari nilai-nilai keislamannya. 3. Kepada seluruh aktivis dakwah, para novelis di Indonesia, semoga dapat terus berkarya. Jangan pernah ragu untuk melahirkan karya-karya yang bernuansa keIslaman, karena hal itu merupakan bagian dari dakwah bi Al’qolam yang sangat baik.
i
DAFTAR PUSTAKA
Ahamad, Amrullah, Dasar-dasar Strategi Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, Cet ke-1 Al-Dimyanti, dalam: I’anat al Thalibin, Toha Putra, Semarang, hlm. 2 Al-Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah fi al-Islam, Munassasah al-Risalah, Beirut: T.pn., 1979. Cet. 6 Ali Aziz, Moh., ilmu dakwah,h.95 Anshari Saifuddin, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta: Gema Insani, 2004 ), h.152 Ambary, Abdullah, Inti Sari Sastra Indonesia,Bandung: Djantika, 1983 Arifin H. M, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, cet ket-4 Asamaya Enung, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004 ), h.33 Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, Surabaya: Ikhlas, 1983. Cet. Ke-1 Badrutamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005, cet. Ke-1 Birowo, M. Antonius, Metode Penelitian Komunikaisi: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gintanyali, 2004, cet ke-1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet. Ke-4, jilid 2 Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. Ke-4, jilid 2, h.107 Faizah, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pradana Media, 2006), Cet. I, hal.Vii
i
Gazali, M. Bahri, Dakwah Komuniktif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1984 Cet Ke-2 Hamid al-Atsari AA., Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga Swadaya, 2004), h.34 Hasanudin, H, Retorika Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, cet ke-2 Hadiyanto, Membudayakan Kebiasaan Menulis, Jakarta: PT. Fikahati Areksa, 2001, cet. Ke-1 Hafidhuddin, Didin, Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, Jakarta: Pusaka Zaman, 2000, cet ke-1 Hasanudin, Hukum Dakwah, Jakarta” Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Holisty, R. Et al, konteks Analisis dalam Handbook Psykology, edit by: Gardner Lindsey Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet ke-1 Kamus Lisan al-Arab. III:295-300 Kasman, Suf, Jurnalisme Universal: Mendasari Prinsip-Prinsip Dakwah Bi AlQolam, Jakarta: Penerbit TERAJU,2005, cet. Ke-1 Kippendorff, Klaus, Analisis isi Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, cet. Ke-3 Kusmayadi, Ismail, Think Smart Bahasa Indonesia, Bandung:Media Grafindo Pratama 2006 Kusnawan, Aep, Berdakwah Lewar Tulisan, Bandung : Mujahid, 2004 Lubis, Nabilah, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta,: Penerbit Yayasan Media Alo Indonesia, 2001, cet. Ke-2 Luth, Thohir. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya Jakarta: Gema Insani, 1999 Mubarok, Ahmad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pranada Media, 2006, cet ke-1 Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy,Tengku, Kuliah Ibadah, h. 5
i
Mujieb, M. Abdul, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, Cet. Ke-1 Nadia, Asma, Cinta di Ujung Sajadah, Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008 Nadia, Asma, dkk, Jilbab Traveler, (Asma Nadia Publishing House 2009) Nadia, Asma, Emak Ingin Naik Haji, (Asma Nadia Publishing House 2009 Nurgiantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995 Natsir, M, Fiqhud Dakwah ( Solo: CV. Ramdani, 1965 ), h. 109 Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan Aplikasi Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006 Prono Legsono, Sunarwoto, Menandai Kebangkitan Fiksi Islam. h.30 Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian, Komunikasi, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1993 Soehartono, Irawa, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-6 Shihab, Quraisy, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997. Sofia, Adib dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, Bandung : Katarsis, 2003 Suhaimi & Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Prees, 2006, Cet ke-1 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Sumardjo, Jacob dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986 Sumardjo, Jacob, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni, 1999). Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, Surabaya: Indah, 1993 Syeikh Thahir Bin Shaleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, al-Qahirah: 1386 H, T.pn Tarigan, Henry Guntur, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: Angkasa, 1984 Tasmara, Toto,. Komunikasi Dakwah, Jakarta, 16 Februari 2009.
i
Umar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah,Jakarta: PT. Wijaya, 1971, Cet. 2 Wahyudi, J.B., Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Bidang Kewartawanan, Surat Kabar, Majalah, Radio, dan Televisi. Bandung: Alumni, 1991 Cet Ke-2 Yunus Muhammad, Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992
i