ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi pada Gerai Dinar) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh: Anna Madania 104046201705
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
LEMBAR LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
4
Maret
2009
Anna Madania
PENGESAHAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi pada Gerai Dinar) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Januari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada program studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 4 Maret 2009 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, MM NIP. 150 210 422
UJIAN PANITIA UJI AN 1. Ketua
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM ( …………...... ) NIP. 150 210 422
2. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag
( …………...... )
NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I
: Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, RFA
( …………...... )
4. Pembimbing II
: Dr. Fuad Thohari
( …………...... )
5. Penguji I
: Asmawi, M. Ag
( …………...... )
NIP.
6. Penguji II
: Nuryamin Aini NIP.
( …………...... )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi Tuhan sekalian alam, sumber dari suarasuara hati yang bersifat Mulia, sumber ilmu pengetahuan. Yang memenuhi hati manusia dengan cahaya-Nya, yang telah melapangkan dengan kelimpahan Iman dan indahnya bertawakal, Allah SWT. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan segenap kemampuan maksimal penulis, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis sangat berterimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu hingga akhirnya tercipta sebuah karya yang mudah-mudahan bermanfaat bagi banyak kalangan. Dengan penuh ketulusan penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia selaku Ketua Program Studi Mu’amalat (Ekonomi Islam) dan Bapak Azharuddin Lathif, MA. selaku Sekretaris Program Studi. 3. Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, MM., M.Si., AAIJ., RFA dan Bapak Dr. Fuad Thohari selaku Dosen Pembimbing. 4. Bapak Muhaimin Iqbal selaku Presiden Gerai Dinar 5. Bapak Ibnu Siena selaku Agen Gerai Dinar
6. My Beloved Parents “Apa-Umi”, My Lovely Brothers “Adib, Hilman, dan Yayang (Fawa)”, atas doa dan motivasinya. 7. Kakakku tersayang “Suhaemi (alm.)”, dan semua keluarga yang telah memberi support dalam bentuk apapun. 8. Sahabat-sahabatku “Foel Family”, “Adem Ayem Sweety Girlzz”. Sahabat/i PMII. Thank’s for you all. 9. K’Indy, K’Iis, K’Vivi, makasih bantuannya. Mas Bahrul, thank’s for thing’s all. Penulis membuka pintu untuk kritikan dan saran untuk menjadikan skripsi ini dapat diterima oleh banyak kalangan. Semoga semua kebaikan sahabat/i mendapat limpahan karunia dari Allah SWT. Semoga Allah selalu mengiringi langkah kita. Amin. Wallâhu al-Muwaffiq ilâ Aqwâmi at-Tharîq
Jakarta, 11 Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan............................................................... .
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................
5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................
6
E. Review Studi Terdahulu........................................................................
6
F. Kerangka Konseptual.............................................................................
10
G. Pedoman Penulisan Laporan..................................................................
11
H. Sistematika Penulisan............................................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Investasi 1. Pengertian Investasi.........................................................................
13
2. Tujuan Investasi...............................................................................
14
3. Proses Investasi................................................................................
15
B. Return Yang Diharapkan dan Risiko 1. Pengertian Return dan Risiko..........................................................
18
2. Estimasi Return dan Risiko..............................................................
21
a. Pengembalian Aktual (Return).....................................................
21
b. Risiko...........................................................................................
22
C. Investasi Syari’ah 1. Pengertian Investasi Syari’ah...........................................................
25
2. Prinsip Investasi Syari’ah dan Bentuk Investasi Syari’ah................
27
3. Landasan Hukum Investasi Dinar....................................................
31
4. Zakat................................................................................................
32
D. Konsep Dinar 1. Pengertian Dinar..............................................................................
35
2. Sejarah Singkat Dinar......................................................................
37
3. Keunggulan-Kelemahan Dinar........................................................
43
4. Standar Emas (Arti, Syarat, dan Macam)........................................
45
E. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 1.
Konsep Wadiah................................................................................
2.
49 Pengerti
an SWBI.............................................................................
50
3.
Landasa n Hukum SWBI..................................................................
4.
52 Mekanis
me Pelaksanaan SWBI....................................................... 5.
52 Mekanis
me Pelaksanaan SBIS.........................................................
55
BAB III METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM GERAI DINAR A. Konsep Hipotesis...................................................................................
59
B. Metode Penelitian..................................................................................
61
C. Gambaran Umum Gerai Dinar...............................................................
68
1. Produk-Produk Gerai Dinar.............................................................
69
2. Sistem Pemasaran pada Gerai Dinar................................................
76
BAB IV ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi Pada Gerai Dinar) A. Pergerakan Harga Dinar dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ……..
79
B. Pengembalian Yang Diharapkan (Expected Return) atas Dinar dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.........................................................................
85
C. Risiko Dinar dan SWBI……………………………………………….
89
D. Optimalisasi Investasi Dinar dan SWBI (Komparasi Dinar dan SWBI)................................................................
90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................
95
B. Saran......................................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 4.1.
Harga Dinar dan Bonus SWBI………………………………..
80
Tabel 4.2.
Return Dinar dan SWBI............................................................
86
Gambar 3.1. Grafik Pertumbuhan Pengunjung Situs....................................
77
Gambar 4.1. Harga Dinar periode Januari 2003-Maret 2008………………
82
Gambar 4.2. Return Dinar……………………………………………….. ..
83
Gambar 4.3. Bonus SWBI periode Januari 2003-Maret 2008……………..
84
Gambar 4.4. Bonus SBIS periode April-Oktober 2008………………….. ..
85
Gambar 4.5. Posisi Dinar dan SWBI berdasarkan Expected Return dan Risikonya...........................
90
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama sempurna telah mengatur segala yang ada pada manusia dalam syari’at yang merupakan sistem hukum berdasarkan wahyu, yaitu yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seiring perkembangan zaman, masalah yang ada mulai kompleks seperti perkembangan ekonomi syari’ah, dan hukum Islam dituntut untuk relevan terhadap permasalahan yang baru tersebut. Permasalahan ekonomi syari’ah dan maraknya perkembangan Lembaga Keuangan Syari’ah tidak luput dari pantauan hukum Islam, harus terus beriringan dan tidak boleh keluar dari ketentuan hukum Islam. Implementasi keuangan syari’ah dalam kehidupan merupakan salah satu bentuk pemenuhan kewajiban manusia terhadap agamanya. Hukum Islam bukan hanya sekedar menganjurkan ibadah kepada Tuhannya sebagai jalan menuju kebahagiaan akhirat, tetapi usaha untuk dapat mencapai kesejahteraan, kesuksesan, dan kebahagiaan di dunia pun dianjurkan. Dengan demikian ada ibadah yang langsung tertuju untuk Tuhan (Hablun min Allâh) dan ada ibadah yang dalam bentuk harus melalui interaksi dengan manusia (Hablun min an-Nâs).
Salah satu aplikasi usaha mencapai kebahagiaan di dunia adalah dengan bekerja, sebagaimana tertuang dalam surat at-Taubah ayat: 105.
☺ "# $%& ⌧! /0123% '( )*+,$☺-. 9 -<'-. 9:7 ;' 45678 E7FG'H< ?@;ABCD. MN97 '( ☺, ,IJ)K ☺7 Artinya: Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S. at-Taubah :105)
Berbagai macam cara bekerja seperti berdagang, menjadi karyawan dan sebagainya. Bagi orang-orang yang memiliki kelebihan modal, ada alternatif untuk menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, yaitu dengan cara berinvestasi. Baru-baru ini mulai bermunculan berbagai macam bentuk investasi, yaitu suatu bentuk usaha menempatkan aset, baik berupa dana, pada suatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang.1 Kegiatan investasi keuangan syari’ah pada prinsipnya harus terkait langsung dengan kegiatan usaha yang spesifik menghasilkan manfaat, karena hanya atas manfaat tersebut dapat
1
M. Firdaus NH, dkk, Sistem Keuangan dan Investasi Syari’ah, (Jakarta:Renaisan Anggota IKAPI. 2005), h. 12.
dilakukan bagi hasil. Rasulullah sendiri tidak setuju membiarkan sumber modal tidak produktif. Dalam hadits Riwayat Muslim2 dikatakan:
)ِ(&'َلَ ا%َ ِ$ُِ وَ ا#ُ"!ِ ََْآَنَ َِ ُ ٍ َِ اََْْرِ ُُْلُ أَرْضٍ وَآَُْا ُُْو 6)روا. َِْ9ْ3ُ0ْ"َ 8ََِنْ أ7َ ُ6َ5ََْ أ4َ'ْ3َ0َِْْ أَو2َْر1َ0ْ"َ ٌُ أَرْض.َ ْ-ََ َْ آ.م.ص (;"9 “Ada beberapa orang Anshar yang mempunyai kelebihan tanah dan biasanya
mereka menyewakan dengan sepertiga dan seperempat (dari hasil tanah itu), lalu Nabi Muhammad SAW bersabda:”Barangsiapa yang mempunyai tanah, maka hendaklah dia tanami atau hendaklah diberikan kepada saudaranya. Jika tidak mau, maka hendaklah dia menahannya”. (HR. Muslim)
Bentuk pilihan investasi sangat banyak, ada yang menanamkan modal di perusahaan atau perdagangan. Penawaran untuk melakukan investasi pun sangat marak. Seperti reksadana, saham, obligasi, deposito, dan sebagainya. Investasi adalah komitmen sejumlah dana untuk tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan ketika seseorang memutuskan untuk berinvestasi. Namun demikian, harapan memperoleh keuntungan tersebut tidak lepas dari kemungkinan terjadinya hal yang tidak diharapkan (risiko). Investasi sebagai sebuah perencanaan finansial seseorang di masa yang akan datang harus memperhatikan faktor tersebut. Bagi para perencana finansial, inflasi adalah faktor ketidakpastian terbesar yang paling sulit dihindari. Inflasi ini terjadi
2
Ash Shan’ani, Subulussalam, Penerjemah: Abu Bakar Muhamad, (Surabaya: al-Ikhlas, 1991), h. 284.
karena penurunan daya beli uang, yang disebabkan nilai nominal mata uang kertas tidak sama dengan nilai intrinsiknya.3 Dinar yang terbuat dari emas merupakan alat tukar yang telah lama ditingalkan. Dinar memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nominalnya. Keberadaan Dinar saat ini yang tidak berlaku sebagai mata uang mulai dilirik sebagai alat investasi, yang menandakan solusi untuk berinvestasi dengan dinar merupakan pilihan yang tepat karena nilai Dinar (emas) yang relatif stabil dibandingkan dengan mata uang kertas yang terus-menerus turun. Hal ini terbukti pada tahun tahun 1997-1998, nilai rupiah ketika itu mengalami penurunan terhadap US Dollar sebesar 86%, juga terhadap daya beli komoditi standar seperti emas murni.4 Harga emas yang awalnya Rp. 26.000,00/gram sebelum krisis menjadi Rp. 161.000,00/gram selama krisis. Informasi lain menyebutkan bahwa dalam kurun 40 Tahun terakhir Rupiah mengalami penurunan daya beli rata-rata 8% pertahun sedangkan US Dollar mengalami penurunan rata-rata 5 % pertahun. Sebaliknya, dalam kurun waktu yang sama nilai Dinar mengalami kenaikan nilai rata-rata 28,73% pertahun terhadap rupiah, dan kenaikan nilai rata-rata 10,12% pertahun terhadap US Dollar.5
3
Muhaimin Iqbal, Dinar Solution (Dinar Sebagai Solusi), (Jakarta: Gema Insani. 2008), h.
20. 4
Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Depok: Spiritual Learning – Dinar Club, 2007), hal. 53. 5
Http://www.dinarclub.org.
Gerai Dinar sebagai tempat yang berfungsi untuk menyediakan pengadaan Dinar dan memberikan konsultasi rencana investasi merupakan suatu yang berbeda dengan tempat yang memiliki aktivitas yang sama. Jaringan Gerai Dinar yang bekerjasama dengan Dinar Club yang mewadahi anggota masyarakat yang sudah secara aktif menggunakan Dinar, mengembangkan etika jual beli Islami yang transparan dan margin jual beli yang rendah. Keunggulan Gerai Dinar lainnya adalah menyediakan pelayanan dalam bentuk investasi, proteksi nilai aset, qiradh, pinjaman, zakat, mas kawin, dan masih banyak lainnya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tepatnya berinvestasi dengan Dinar emas atas analisis return dan risikonya. Untuk itu penulis memilih judul “ANALISIS ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi Pada Gerai Dinar) ”.
B. Pembatasan Masalah Masalah yang dirumuskan adalah Investasi Dinar pada Gerai Dinar. Dalam hal ini analisis investasi dinar dibatasi pada analisis return dan risk yang kemudian dikomparasi dengan SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Hal ini dilakukan agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas. Untuk itu, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme pengelolaan investasi Dinar di Gerai Dinar?
2. Bagaimana hasil analisis return dan risk investasi pada Dinar? 3. Apakah investasi Dinar lebih baik dibandingkan dengan investasi di SWBI?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui mekanisme pengelolaan Dinar di Gerai Dinar 2. Mengetahui hasil analisis return dan risk pada investasi Dinar 3. Mengetahui hasil analisis investasi Dinar dan investasi SWBI untuk melihat keunggulan di antara keduanya
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Teoritis Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan investor, praktisi, akademisi institusi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang konsep investasi Dinar. 2. Praktis
Penulisan ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana bagi pemerintah dan ekonom muslim Indonesia dalam menggali lebih jauh tentang keunggulan investasi Dinar. 3. Kebijakan Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi investor untuk memutuskan berinvestasi secara tepat agar mendapat keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
E. Review Studi Terdahulu Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai investasi. Tetapi hanya berkisar pada konsep atas investasi itu sendiri. Ada pula yang membahas lebih jauh, yaitu yang membahas investasi portofolio (saham) dan investasi reksadana. Begitu juga dengan penelitian Dinar, hanya membahas keberadaan dan eksistensi Dinar dalam sistem moneter.
Seperti beberapa penelitian sebagai berikut: No. 1.
Nama Jalaluddin
Tahun 2003
Judul
Ket.
Dinar-Dirham; Skripsi – FSH UIN Menggagas Standarisasi Sistem Moneter Negara- Syarif Hidayatullah Negara Islam.
Jakarta 2.
Abdul Ghofur
2006
Realisasi Penggunaan Skripsi – FSH UIN Dinar-dirham pada Syarif Hidayatullah Produk BMT al-Kautsar Jakarta
3.
Indira Sari
2007
Analisis Portofolio Skripsi – FSH UIN Investasi Saham Syari’ah Jakarta Islamic Syarif Hidayatullah Indeks (Studi Kasus Jakarta Pada Bursa Efek Jakarta)
4.
Darwis Harahap
2006
Stabilitas Dinar Emas Thesis – dan Dolar AS yang Diukur dengan Nilai Universitas Tukar Rupiah Indonesia
PSTTI
1. Pemasalahan yang diangkat dalam penelitian “Dinar dan Dirham; Menggagas Standariasi Sistem Moneter Negara-Negara Islam” adalah tentang konsep uang dalam Islam, yang berfungsi dan memiliki sifat sebagai alat tukar, bukan komoditi yang diperdagangkan, pengukur satuan nilai, dan public good. Juga tentang keunggulan-kelemahan Dinar. Dalam
penelitian
ini penulis
memandang bahwa Dinar
merupakan suatu pilihan yag tepat untuk diterapkan sebagai mata uang/alat tukar berstandar Internasional di samping Euro. Dipaparkan pula tentang aplikasi Dinar-Dirham jika diterapkan dalam sistem
perekonomian
negara lain,
juga dalam
tatanan
perekonomian
Indonesia. 2. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian “Realisasi Penggunaan Dinar-Dirham Pada Produk BMT al-Kautsar” adalah penekanan pada pengelolaan Dinar dan Dirham pada BMT al-Kautsar, keuntungan yang diperoleh masyarakat dan BMT al-Kautsar ketika bertransaksi dengan Dinar-Dirham. Penelitian ini juga memaparkan alasan nasabah bertransaksi dengan Dinar yang berupa data statistik. Sebagai realisasi dari penggunaan Dinar-Dirham dalam bertransaksi, BMT alKautsar mampu meningkatkan assetnya. Di samping itu, muncul bermacam produk inovatif yang membuat nasabah melirik keberadaan BMT al-Kautsar. 3. Penelitian “Analisis Portofolio Investasi Saham Syari’ah Jakarta Islamic Indeks (Studi Kasus Pada Bursa Efek Jakarta)” memaparkan langkah-langkah
yang
dapat
memberikan
gambaran
dalam
menentukan saham prospektif, pengamatan terhadap pergerakan harga saham dan juga menganalisis tingkat keuntungan dan risiko dari saham-saham prospektif tersebut yang nantinya dapat terlihat apakah saham-saham ini dapat memberikan keuntungan yang diharapkan oleh investor. 4. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Harahap
adalah
melakukan
perbandingan stabilitas Dinar emas dan US Dollar yang diukur dengan nilai tukar rupiah. Data yang digunakan adalah indeks harga Emas dan
US Dollar diukur dengan nilai tukar rupiah. Penulis mencoba memberikan indikasi positif jika transaksi dengan Dinar emas lebih menguntungkan bagi bangsa Indonesia dibanding dengan US Dolar atau sebaliknya. Selama ini semua transaksi memakai US Dollar – sebagian negara–negara di Eropa menggunakan Euro- sehingga ketergantungan terhadap US Dollar terus meningkat. Hal ini juga terkait pada teori supply and demand sehingga US Dollar terus menguat. Artinya, ketika permintaan US Dolar terus bertambah maka nilai US Dollar akan menguat. Harahap menggunakan data indeks harga Emas dan Dolar AS yang diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS). Hal ini dilakukan untuk menguji hasil penelitian yang telah menghasilkan teori yang menyatakan dinar lebih stabil daripada US Dollar. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya yakni terletak pada instumen investasi pembanding yang digunakan. Penulis menggunakan SWBI sebagai instrumen pembanding atas Dinar Emas. Alat ukur yang digunakan penulis adalah besaran harga Dinar emas dan sejumlah besaran investasi (SWBI) yang diukur dengan Rupiah. Penulis mencoba membandingkan di antara kedua besaran untuk melihat mana yang lebih menguntungkan dari kedua instrumen tersebut.
F. Kerangka Konseptual
DINAR/EMAS
PILIHAN INVESTASI
RETURN
RISK
OPTIMIZE RE RETURN (Maximizing Return and Minimizing Risk)
HASIL INVESTASI
KOMPARASI SWBI
KEPUTUSAN INVESTASI
Skema di atas menunjukkan langkah-langkah dalam menentukan kebijakan investasi. Langkah pertama adalah memilih instrumen investasi kemudian dilihat dan dianalisis return atau keuntungan yang diharapkan dan risiko yang akan diterima jika instrumen tersebut dipilih. Investor harus peka dalam menentukan instrumen investasi. Dalam hal ini optimalisasi
keuntungan yang diharapkan, memaksimalkan return dan meminimalisasi risiko menjadi sebuah langkah yang harus ditempuh. Setelah mengidentifikasi dan mendapatkan hasil yang tepat mengenai return dan risiko, maka instrumen tersebut dapat dibandingkan dengan instrumen lain dengan mengidentifikasi hal yang sama (return dan risiko). Setelah semua hasil identifikasi didapatkan, maka investor dapat mengambil suatu kesimpulan atas instrumen yang akan dipilihnya.
G. Pedoman Penulisan Laporan Penulisan Penelitian ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan Untuk penyusunan penelitian ini, pembahasan dibagi menjadi lima bab yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub bab, sehingga secara keseluruhan menjadi satu kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran. Secara garis besar muatan yang terkandung dalam masing-masing bab sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka konseptual, pedoman penulisan laporan, sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas teori-teori yang menjadi dasar dari penelitian, yaitu: pengertian investasi, tujuan investasi, proses investasi, pengertian
return dan risiko, estimasi return dan risiko, investasi syari’ah, konsep Dinar, keunggulan-kelemahan Dinar, pengertian SWBI, persyaratan SWBI yang diatur dalam PBI No. 6/7/PBI/2004, mekanisme pelaksanaan SWBI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM GERAI DINAR Bab ini akan menguraikan metode-metode yang dipakai dalam penelitian dan gambaran umum mengenai Gerai Dinar, yaitu: gambaran umum Gerai Dinar, produk-produk Gerai Dinar, sistem pemasaran Gerai Dinar. BAB IV ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi Pada Gerai Dinar) Dalam bab ini akan dibahas analisis return dan risk investasi Dinar dengan proses melihat pergerakan harga Dinar dan SWBI, penghitungan pengembalian yang diharapkan pada Dinar dan SWBI, penghitungan risiko pada Dinar dan SWBI, dan komparasi investasi Dinar dengan SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). BAB V PENUTUP PENUTUP
Dalam bab akhir ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Investasi Investasi yang diharapkan menghasilkan keuntungan tidak dapat berdiri sendiri, artinya diperlukan beberapa proses dalam mengejar tujuan tersebut. Namun sebelum seorang investor memutuskan melakukan suatu investasi, diperlukan pemahaman terhadap investasi tersebut. Setidaknya mengetahui pengertian, tujuan, dan proses investasi. 1. Pengertian Investasi Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menurut kamus lengkap Ekonomi, investasi didefinisikan dengan melihat dua macam aktivitas, yaitu: a. Pengeluaran untuk pembelian surat-surat berharga, seperti efek (stocks), deposito, obligasi, saham (shares), dan lain-lain, yang mengharapkan penerimaan dalam bentuk bunga (interest), dividen, atau peningkatan nilai dari surat-surat berharga tersebut. Disebut juga dengan investasi keuangan (Finansial Investment). b. Pengeluaran modal untuk pembelian aset fisik, seperti pabrik, mesin, peralatan, persediaan, dan lain-lain, yang menciptakan aset baru dan
akan menambah kapasitas produksi. Disebut juga investasi nyata (Real Investment). Sedangkan kamus besar Bahasa Indonesia memberi definisi investasi dengan penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujan memperoleh keuntungan.6 Definisi lain menyebutkan bahwa investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.7 Dua aktivitas investasi di atas dapat dilakukan oleh perorangan, perusahaan, dan lembaga keuangan. Aktivitas untuk investasi nyata dapat dilakukan dengan membeli benda-benda yang berwujud, seperti contoh di atas. Sedangkan investasi keuangan melibatkan lembaga sebagai wadah bagi investor dalam bertransaksi, yang disebut pasar modal di mana sekuritas jangka panjang diperdagangkan. Dan sebenarnya lembaga investasi keuangan dapat memberikan fasilitas untuk investasi nyata. Jadi, kedua bentuk investasi ini bersifat saling melengkapi, bukan kompetitif. 2. Tujuan Investasi
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, (Jakarta: Depdiknas Balai Pustaka,2005), h. 441. 7
Eduardus Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, (Yogyakarta: BPFE. 2001), h. 3.
Pada dasarnya tujuan investasi secara umum adalah menghasilkan suatu keuntungan. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Hal ini dapat diartikan bahwa investor mengurangi atau menunda sejumlah konsumsi saat ini dan digunakan unruk keperluan lain agar dapat memberikan harapan meningkatnya kemampuan konsumsi di masa yang akan datang, yang diperoleh dari meningkatnya kesejahteraan investor tersebut. Secara khusus tujuan investasi antara lain:8 a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang menginvestasikan sebagian dari penghasilannya biasanya berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya atau paling tidak mempertahankan yang ada padanya sekarang ini agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Untuk mengurangi tekanan inflasi Melakukan investasi sama halnya dengan menghindari diri dari risiko penurunan nilai kekayaannya akibat pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak
8
Ibid., h. 5..
Di beberapa negara, ada kebijakan yang mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat, yakni melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi di bidang usaha tertentu. 3. Proses Investasi Proses investasi merupakan tahapan investasi berkesinambungan yang perlu dilakukan oleh seorang investor. Dengan proses investasi investor dapat menentukan atau membuat keputusan atas sekuritas yang akan dipilih juga seberapa banyak sekuritas yang akan dipilih, serta waktu melakukan investasi tersebut. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:9 a. Menentukan Tujuan dan Kebijakan Investasi Setiap Investor memiliki kebijakan dan tujuan yang berbeda mengenai instrumen apa yang akan dipakai dalam investasinya. Misalnya, investor yang menginginkan keuntungan yang tinggi biasanya memilih sekuritas yang mudah diperdagangkan seperti saham, yang tentunya memiliki tingkat risiko yang tinggi pula. Dan bagi investor yang tidak menginginkan tingkat risiko tinggi bisa saja berinvestasi di obligasi, meskipun keuntungan yang akan diperoleh tidak tinggi, dengan alasan dinilai lebih aman.
9
Abdul Halim, Analisis Investasi, (Depok: Salemba Empat. 2003), h 3.
Dalam menentukan tujuan investasi sebaiknya investor mempertimbangkan beberapa hal, seperti tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return), tingkat risiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Karena terdapat hubungan yang erat antara ketiga aspek tersebut untuk strategi investasi. b. Melakukan Analisis Tahapan ini berarti investor melakukan analisis terhadap sekuritas yang dipilihnya, dengan tujuan mengidentifikasi sekuritas yang salah harga, misalnya pada saham, apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Atau pada instrumen investasi lain yang dipilihnya, dengan menganalisis berbagai batasan yang mempengaruhi keberlangsungan instrumen tersebut, seperti beban pajak yang harus ditanggung. c. Melakukan Pembentukan Portofolio Pada tahap ini perlu diperhatikan identifikasi sekuritas mana yang akan dipilih, proporsi dana yang akan dialokasikan, dan waktu atau peramalan kapan dana tersebut tepat untuk dialokasikan, juga kombinasi sekuritas yang efisien (diversifikasi), dengan tujuan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. d. Melakukan Evaluasi Portofolio
Tahap ini adalah proses di mana investor mengevaluasi portofolio yang telah dibentuk terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun tingkat risiko yang akan ditanggung. Ini dapat dilakukan dengan menilai kinerja portofolio atas dasar assets yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menggunakan
rate of return, atau dengan membandingkan atas dua set portofolio yang memiliki risiko yang sama. e. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio Dari hasil evaluasi portofolio, selanjutnya akan dilakukan revisi atau perubahan terhadap pembentukan komposisi sekuritas yang dinilai kurang tepat dan kurang efisien. Revisi ini dapat dilakukan secara total dengan mengubah portofolio yang ada, kemudian membentuk portofolio baru atau dilakukan secara terbatas dengan mengubah proporsi atau komposisi dana yang dialokasikan. B. Return Yang Diharapkan dan Risiko Dalam berinvestasi akan diharapkan suatu keuntungan. Namun keuntungan tersebut tidak dapat menjadi suatu kepastian, karena adanya
risiko.10 Jadi, harapan memperoleh keuntungan tersebut adalah suatu kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang
10
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2001), h.50.
dilakukan. Oleh karena itu return dan risiko menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh investor. 1. Pengertian Re Return turn dan Risiko
Return atau keuntungan merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
Return ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis atau disebut dengan actual return, dan kedua return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang atau disebut dengan expected return, atau disebut juga dengan rata-rata tertimbang yang faktor penimbangnya adalah probabilitas masing-masing return. Sumber return investasi terdiri dari dua komponen, yaitu:
a. Capital Gain (Loss) Merupakan keuntungan atau kerugian diperoleh investor dari kelebihan kenaikan atau penurunan (harga jual/harga beli) suatu surat berharga. Atau bisa juga disebut sebagai perubahan harga sekuritas.
b. Yield Merupakan pendapatan atau keuntungan yang diperoleh investor secara periodik. Yield didasarkan atas persentase dari modal yang ditanamkan, misalnya bunga obligasi atau dividen atas saham.
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return).11 Semakin besar penyimpangan berarti semakin besar risiko yang dihadapi. Ada beberapa sumber risiko yang harus diperhatikan oleh investor, karena sumber risiko ini mempengaruhi besarnya risiko investasi, di antaranya: a. Risiko Suku Bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Misalnya perubahan suku bunga yang mempengaruhi harga saham. Ketika suku bunga turun, maka harga saham akan naik, begitu pula sebaliknya ketika suku bunga naik, maka harga saham akan turun. Hal ini terjadi karena jika suku bunga naik, maka return investasi yang berkaitan dengan suku bunga (misalnya deposito) akan naik pula. Kondisi seperti ini akan menarik minat investor untuk memindahkan modal yang ditanamnya dari saham ke deposito. Jika sebagian besar investor berpikiran dan melakukan hal yang sama, maka berlakulah hukum permintaan-penawaran, dengan demikian harga saham akan turun. b. Risiko Pasar Risiko ini timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubahubah, seperti resesi ekonomi, kerusuhan, perubahan politik, dan
11
Abdul Halim, Analisis Investasi, h 38.
lainnya. Dan risiko ini ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. c. Risiko Inflasi Risiko ini erta kaitannya dengan daya beli, di mana daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh berkurang. Sehingga menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil. d. Risiko Bisnis Risiko ini biasa timbul karena menurunnya profitabilitas perusahaan itu sendiri dan perusahaan pendukung, perusahaan seperti emiten. e. Risiko Finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang sebagai pembiayaan modalnya. f. Risiko Mata Uang Risiko ini timbul akibat dari perubahan nilai tukar mata uang domestik, misalnya Rupiah terhadap US Dollar. Beberapa sumber risiko di atas tidak saling berhubungan, tetapi dapat terjadi secara bersamaan. Dari risiko-risiko tersebut juga ada yang dapat dihindari dan tidak dapat dihindari. Seperti risiko bisnis dapat dihindari dengan membuat perencanaan yang matang akan investasi, dan sebagainya. 2. Estimasi Return dan Risiko
Mengetahui secara pasti return dan risiko atas investasi adalah hal yang dirasa mustahil, karena return dan risiko adalah sebuah ketidakpastian, bisa saja return yang diharapkan di masa yang akan datang atau risiko yang diperkirakan berlainan dengan return atau risiko yang diterima. Return dan risiko hanya dapat diperkirakan dengan pengestimasian, dengan kata lain keduanya tidak dapat dipastikan secara jelas. a. Pengembalian Aktual (Return) Seperti telah dikemukakan di atas bahwa return dapat dihitung atau dapat diperkirakan dengan observasi historis terhadap tingkat pengembalian. Menurut Yogianto, cara perhitungan mengenai return adalah sebagai berikut:
Ri =
( Pi − Pi −1 ) Pi −1
(2.1)
Keterangan:
Ri
: Return atau keuntungan yang diperoleh pemodal
Pi
: Harga instrumen investasi per unit akhir periode i
Pi −1
: Harga instrumen investasi per unit akhir periode i-1
Penghitungan ini dimaksud sebagai asumsi nilai yang wajar bagi input di masa yang akan datang, dan pengembalian aktual (actual return) ini dapat dihitung dari data bulanan ataupun data mingguan. b. Menghitung Pengembalian Yang Diharapkan (Expected Return) Estimasi return dalam investasi berarti memperhitungkan kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau dikenal dengan probabilitas kejadian. Penghitungan return yang diharapkan dapat dilakukan dengan cara menghitung rata-rata dari semua return yang mungkin terjadi, yang telah diberi bobot berdasarkan probabilitas kejadiannya. Secara matematis, rumus tersebut dituliskan dalam persamaan berikut:
Ri E ( R) = ∑ i =1 N n
(2.2)
Keterangan:
E (R)
: Pengembalian Yang Diharapkan (Expected Return)
Ri
: Tingkat Pengembalian Aktual (Return)
N
: Periode Pengamatan
c. Menghitung Risiko Dalam berinvestasi tidak hanya diperhatikan return yang akan diterima, begitu juga dengan risiko. Risiko merupakan pengembalian
aktual investasi yang menyimpang, dalam hal ini dapat diperkirakan dengan menghitung varian dan standar deviasi return investasi. Ini juga sejalan dengan Proffesor Harry Markowitz, seorang tokoh pengembang teori potofolio yang memperkenalkan konsep risiko dengan kuantitatif, maksudnya adalah risiko dapat dijadikan ukuran statistik atau disebut dengan varian.12 Dalam pengembalian aktiva, varian didefinisikan sebag ai ukuran penyimpangan penghasilan yang mungkin bagi tingkat pengembalian (return) di sekitar pengembalian yang diharapkan (expected return). Secara matematis, rumus untuk menghitung varian dan standar deviasi dituliskan sebagai berikut: n
σ2 =∑
[R − E (R) ]
i =1
σ = (σ
2
i
N
1 2 2
)
(2.3)
(2.4)
Keterangan:
12
σ2
: Varian
σ
: Standar Deviasi
E ( R)
: Pengembalian Yang Diharapkan (expected return)
Fabozzi J Frank, Manajemen Investasi, Buku 1 Prentice Hall, (Jakarta: Salemba Empat, 1999), h. 67.
Ri
: Tingkat Pengembalian Aktual (return)
N
: Periode Pengamatan
Namun dalam hal ini, ada beberapa kritikan terhadap konsep yang dipakai oleh Markowitz dalam penggunaan varian sebagai alat ukur risiko.13 Pertama, varian mengukur penyimpangan pengembalian di sekitar nilai yang diharapkan, ini berarti varian harus mempertimbangkan pula pengembalian di atas atau di bawah nilai pengembalian yang diharapkan. Dan pada dasarnya para investor lebih senang menggunakan pengembalian di atas pengembalian yang diharapkan. Tetapi pengembalian di atas ini tidak dapat digunakan sebagai konsep yang cukup akurat, karena terkait risiko yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Begitu pula dengan konsep di bawah pengembalian nilai yang diharapkan (downside risk) yang akhirnya lebih banyak digunakan oleh para praktisi dan peluangnya dapat dipertanggung jawabkan. Lagi-lagi karena risiko tidak dapat diprediksi secara pasti. Markowitz seperti yang dikutip oleh J. Frank dalam bukunya Manajemen Investasi, sebenarnya menyadari keterbatasan pengukuran yang menggunakan varian, namun ia tetap menggunakan konsep ini dengan alasan keterbatasan sumber daya saat itu. Namun hal ini bukan berarti teori yang dikeluarakan Markowitz tidak berlaku lagi meskipun mempengaruhi perhitungan terhadap risiko tersebut. Kedua, pada konsep varians ini, Markowitz tidak 13
Ibid., h. 68-69.
memperhatikan distribusi probabilita yang tidak simetris disekitar pengembalian yang diharapkan. Karena ia hanya menerapkan satu ukuran tentang pengembalian bervariasi di sekitar pengembalian yang diharapkan. C. Investasi Syariah 1. Pengertian Investasi Syari’ah Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan asset, baik berupa harta maupun dana pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau meningkatkan nilainya di masa mendatang.14Investasi menurut syari’ah dapat didefinisikan sama dengan definisi investasi secara umum, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan prinsip syari’iah. Dalam investasi syari’ah tidak diperkenankan hal-hal yang keluar dari koridor syari’ah. Investasi syari’ah memiliki prinsip sesuai dengan ajaran Islam. Begitu pula dengan sesuatu yang menjadi landasan bagi berjalannya investasi syari’ah harus sesuai dengan sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di dalamnya banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa dalam Islam sangat dianjurkan mengelola apa yang telah dianugerahkankan Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di bumi dengan sebaik-baiknya dan untuk memberikan manfaat kepada orang banyak secara umum dan pengelola secara khusus. Hal ini
14
M. Firdaus, Sistem Keuangan dan Investasi Syari’ah, h. 12.
menggambarkan bahwa Islam merupakan ajaran yang sempurna, teratur dan memperhatikan kemaslahatan umat yang memeluknya karena segala sesuatunya telah diatur dan tertera dalam kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat. Dalil tentang investasi ini tidak hanya ada dalam Al-Qur’an dan AsSunnah, namun seiring perkembangan pemikiran para ulama terdahulu, maka ada beberapa kaidah hasil ijtihad para ulama yang dapat dijadikan acuan bagi berjalannya investasi syari’ah. Adapun dalil yang menjadi landasan mengenai investasi syari’ah ada di dalam Al-Qur’an surat an-Nisa yang berbunyi:
XY W'+ /TU*V OPQRS;'Q _[`?W,a' ].^ -+# Z [\R /0 (# Y78 *b;'`-.7 XY 4 ])*f+ 6e' d' c?';AO*+ k(78 4 ][ij# Z h-8 Mmn l☺2*F& ]7 '(⌧K V Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Q.S. An-Nisa:29)
Ayat di atas menunjukkan bahwa ada larangan untuk tidak merugikan orang lain dalam melakukan transaksi. Jangan sampai orang menjadi terzhalimi karena merasa dirugikan. Bermuamalah yang baik adalah ketika orang merasa ridha dan ikhlas dengan apa yang kita lakukan padanya. Ayat ini juga memaparkan tentang investasi yang digambarkan oleh kata ”tijarah” yang artinya perdagangan. Perdagangan adalah salah satu bentuk
investasi riil, dan dalam Islam Rasulullah telah banyak mengajarkan cara berdagang yang baik. Dalam suatu riwayat, Rasulullah pernah memerintahkan untuk mengelola harta yang kita punya dan tidak menginginkan sumber modal tidak produktif. Hal ini tertera dalam Hadits riwayat Muslim15 dari Jabir bin Abdillah yang berbunyi:
ٍ ْآَنَ َِ ُ ٍ َِ اََْْرِ ُُْلُ أَر:َ3ُْ'َ2 ُ=َ(ْ?ِ ا=ِ رَﺽِ)َ ا2 َِِِْ ض ْ َ2 َْ2َْر1َ0ْ"َ ٌُ أَرْض.َ ْ-ََ َْ آ.م.َلَ ا'&(ِ) ص%َ ِ$ُِ وَ ا#ُ"!ِ ََْوَآَُْا ُُْو (;"9 6)روا. َِْ9ْ3ُ0ْ"َ 8ََِنْ أ7َ ُ6َ5ََْ أ4َ'ْ3َ0ِْأَو “Dari Jabir bin Abdillah r.a.: ”Ada beberapa orang Anshar yang
mempunyai kelebihan tanah dan biasanya mereka menyewakan dengan sepertiga dan seperempat (dari hasil tanah itu), lalu Nabi Muhammad SAW bersabda:”Barangsiapa yang mempunyai tanah, maka hendaklah dia tanami atau hendaklah diberikan kepada saudaranya. Jika tidak mau, maka hendaklah dia menahannya”. (HR. Muslim).
Hadits di atas juga menunjukkan bagaimana Islam melarang sesuatu yang tidak produktif. Islam menganjurkan untuk memanfaatkan apa-apa yang telah Allah SWT ciptakan bagi manusia. Hadits ini menggambarkan salah satu bentuk akad dalam memanfaatkan harta, yaitu akad Muzara’ah. Akad ini biasa diberlakukan untuk paroan hasil pertanian. Orang yang memiliki tanah akan membagi hasil garapan tanah tersebut untuk pengelola dengan kesepakatan kedua belah pihak. 2. Prinsip Investasi Syari’ah dan Bentuk Investasi Syari’ah
15
ِAsh Shan’ani, Subulussalam, h. 284.
Investasi dalam Islam harus sesuai dengan syari’at Islam, dan selama transaksi yang dilakukan tidak melenceng dan tidak ada dalil yang mengharamkannya, maka boleh dilakukan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Investasi, agar investasi tersebut sesuai dengan syari’at Islam, seperti: meyakini adanya Tuhan yang mengatur kehidupan, halal, dan maslahah. Seseorang yang yakin dengan adanya Tuhan, dan ketika orang tersebut melakukan sesuatu, kehati-hatian dalam melangkah akan diperhatikan. Atau ketika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan kepada dirinya, sikap lapang dada lah yang akan dipilihnya. Dengan adanya prinsip ini dan ketika para investor meyakininya, maka akan lahir akhlak mulia dan etika dalam berbisnis. Kehalalan suatu bentuk investasi mencakup beberapa hal, di antaranya niat dan motivasi, transaksi, prosedur pelaksanaan transakasi, jenis dan penggunaan barang atau jasa yang ditransaksikan. Niat dan Motivasi sangat diperlukan karena orientasinya adalah memberikan manfaat bagi pihak yang terlibat dalam transaksi. Begitu pula dengan transaksi, mulai dari pihak yang bertransaksi harus memiliki kesadaran dan pemahaman tentang transaksi yang Islami, jenis barang atau jasa yang jelas kehalalannya, prosedur dan bentuk transaksi yang jelas juga professional, serta penggunaan barang atau jasa yang ditransaksikan harus sesuai dengan manfaat awalnya, jangan sampai manfaat awal dari barang atau jasa tersebut adalah halal kemudian berubah menjadi haram.
Prinsip ini dapat terlaksana jika para investor menjauhi unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, seperti maisir, gharar, dan riba. Maisir; dalam bahasa Arab berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah, tanpa kerja keras, atau biasa dikenal dengan judi/untung-untungan. Maisir dapat diartikan juga sebagai transaksi yang hanya menguntungkan salah satu pihak atau bisa juga mendatangkan uang dari untung-untungan yang bukan diperoleh dari bekerja. Contohnya judi, atau ada transaksi investasi modern yang disebut spekulasi valas, ini sama dengan judi karena mereka yang melakukan transaksi ini berspekulasi untuk mendapatkan harga valas yang belum pasti dan berharap mendapatkan harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Ghar Gharâ âr menurut beberapa pendapat ulama, pengertian gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi atau belum dapat diketahui secara pasti, akibat dari ini adalah kerusakan harta dan kebencian.16 Bisa jadi dalam transaksi yang bersifat gharar ada ketidakrelaan salah satu pihak, seperti transaksi jual beli anak lembu yang masih dalam kandungan, atau jual beli buah yang belum masak. Adanya ketidakpastian ini akan menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak, karena bisa jadi buah belum masak yang dijual tidak masak seluruhnya atau bahkan banyak yang busuk. Riba secara bahasa berarti pertumbuhan, pertambahan, perluasan. Secara istilah dapat dilihat dari praktik yang telah dilakukan oleh kaum jahiliyah, yaitu
16
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 46.
transaksi yang mengidentifikasikan jumlah tertentu di muka terhadap modal yang digunakan. Segala bentuk transaksi yang mensyaratkan tempo dengan tambahan di muka adalah termasuk riba. Kemaslahatan berarti dapat memberikan manfaat bagi semua orang, baik bagi dirinya ataupun orang lain. Manfaat di sini berupa manfaat di dunia dan akhirat. Jadi, seorang investor tidak boleh hanya mengejar keuntungan dunia dan mengabaikan keuntungan yang seharusnya diperoleh di akhirat, tetapi kedua hal tersebut harus diperhatikan. Karena segala jenis investasi yang tidak dapat memberikan manfaat dunia dan akhirat, dan hanya untuk segelintir orang justru akan membawa kepada kehancuran di dunia dan akhirat. Secara umum akad Investasi Syari’ah terbagi ke dalam dua macam, yaitu: akad Musyârakah dan Mudhârabah. Akad Musyârakah atau dikenal dengan Syirkah yakni akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Sedangkan akad Mudhârabah diartikan sebagai akad kerjasama antata dua pihak, di mana pihak pertama sebagai penyedia modal yang disebut shâhibul mâl, sedangkan pihak lain sebagai pengelola yang disebut sebagai mudhârib. Keuntungan usaha atas Mudhârabah dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dibuat para pihak. Sedangkan kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan akibat kelalaian pengelola. Bentuk akad ini sama seperti Muzâra’ah dan Musâqah, tetapi akad ini berlaku untuk pertanian. Bentuk investasi Islami pada dasarnya berasal dari akad-akad yang telah lama ada dalam Islam, tetapi ada juga yang berasal dari konvensional dan kemudian disaring agar diperkenankan dalam Islam.17 Bentuk-bentuk invetasi Islami yang telah berjalan ialah PTCs (Participations Term Certificates) atau disebut pengganti surat hutang dan Mudhârabah Certificates dari Pakistan, Government Investment
Certificates dari Malaysia. Sedangkan untuk Indonesia telah berjalan saham syari’ah, reksadana syari’ah, sukuk, dan produk-produk investasi dari perbankan syari’ah seperti tabungan Wadîah, tabungan Mudhârabah, dan deposito syari’ah. 3. Landasan Hukum Investasi Dinar Emas Dinar yang terbuat dari emas merupakan instrumen tepat dalam investasi untuk saat ini. Persepsi orang terhadap emas yang mengakui kestabilan nilainya menjadi alasan utama mengapa emas sekarang mulai dilirik sebagai alat investasi. Emas juga memiliki manfaat emosional untuk dinikmati keindahannya, seperti dipergunakan untuk perhiasan. Selain itu emas juga dapat disimpan dalam bentuk koin emas atau emas batangan dengan tujuan menjaga nilai asset dari inflasi.
17
Iqbal, Dinar Solution (Dinar sebagai Solusi), h. 101.
Islam telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa emas merupakan ukuran nilai bagi semua akumulasi nilai dan basis bagi keuntungan. Ketika itu emas dijadikan sebagai alat tukar dalam bertransaksi, tetapi sekarang ketika emas tidak lagi berfungsi sebagai alat tukar, perlahan emas mulai diperkenalkan sebagai alat yang cukup stabil dalam transaksi. Pada awalnya emas tidak diperkenalkan sebagai alat investasi, tetapi kondisi perekonomian sekarang ini menuntut agar emas diperlakukan demikian. Tujuan dalam investasi emas bukan semata-mata untuk mencari keuntungan tetapi lebih kepada menjaga nilai asset. Karena emas yang terus menerus dikumpulkan dan disimpan, dikhawatirkan akan timbul penimbunan mata uang (iktinâz) yang jelas dilarang dalam Islam. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka investasi emas sekarang ini mulai diperkenalkan dalam berbagai inovasi produk yang menghindari penyimpanan yang dapat menimbulkan penimbunan emas tersebut. Islam tidak melarang transaksi apapun selama belum ada dalil yang memberikan keterangan bahwa hal tersebut dilarang untuk dilakukan. Ada beberapa syarat bertransaksi dalam Islam, khususnya emas. Dalam hadits riwayat Bukhari dari Abu Sa’id disebutkan bahwa ketika seseorang bertransaksi maka emas ditukar dengan emas yang ukuran dan beratnya sama, begitu juga dengan perak harus sama berat dan ukurannya. Tidak boleh dilebihkan atau dikurangkan satu dengan yang lainnya dan tidak boleh dalam keadaan ghaib atau tidak ada barangnya, harus tunai dan
konkret ada di tempat transaksi. Selain itu jelas harus menjauhi tiga hal yang dilarang dalam Islam, yaitu maisir, gharâr, dan riba. 4. Zakat Zakat adalah ibadah dalam bidang harta, yang memiliki peran penting baik dalam ajaran Islam juga untuk kesejahteraan umat. Zakat bukan berarti harta seseorang berkurang, tetapi harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, berkembang, bertambah (tumbuh), dan suci. Dalam ajaran Islam segala sesuatu yang diperintah oleh Allah pasti memiliki keutamaan dan hikmah. Adapun hikmah berzakat18 ialah
pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, yaitu sebagai rasa syukur seseorang atas rizki yang diberikan kepadanya. Kedua, zakat memiliki fungsi untuk menolong, membantu dan membina para mustahiq, yaitu orang yang berhak menerima zakat, ke arah kehidupan yang lebih baik. Juga sebagai sarana terciptanya hubungan sosial yang baik antara si kaya dan si miskin. Ketiga, sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana bagi umat Islam, seperti pendidikan, kesehatan, ibadah, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi lain dapat tercipta pembangunan kesejahteraan umat karena zakat merupakan instrument pemerataan pendapatan jika dikelola dengan baik.
18
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 10-12.
Seiring perkembangan kehidupan, juga bentuk transaksi dalam perekonomian. Maka objek zakat pun terus mengikutinya, seperti zakat profesi, zakat perdagangan mata uang, bahkan zakat investasi. Dengan demikian, hal yang menjadi objek zakat modern dapat disesuaikan atau diqiyaskan dengan objek zakat yang telah menjadi ketentuan dalam AlQur’an. Seperti zakat profesi diqiyaskan nishab dan kadarnya dengan zakat perdagangan, dan ada pula yang mengqiyaskan dengan zakat pertanian. Dalam hal ini, kaitan zakat dengan investasi dinar memiliki dua objek yang berbeda, yaitu zakat emas dan zakat investasi. Terhadap emas atau perak yang telah sampai nishabnya dan haulnya diwajibkan zakat, sebagaimana Allah memerintahkan dalam surat at-Taubah ayat 34 yang berbunyi:
Z )'+ 'oU*V AB/@RS;'Q &'` Fhr /q*f+ )*pX\ k(78 '( KR<. ('G,st. *b;'`-.7 kkW. 'u^ -+# y <7`% d' /0&@wx'Q sV /0t9z'Q /TU*V 57o AB'} [8*i)Q XY A|n*i-. ]s,~'G y <7`% M :2*.# u⌧<7 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (QS. 9:34)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang Islam yang tidak mengeluarkan zakat atas emas dan perak atau harta yang lain yang dimilikinya, sama dengan orang Yahudi dan Nasrani, dan perbuatan ini akan mendapat siksa dari Allah SWT. Allah SWT menyuruh orang Muslim untuk berzakat dengan tujuan membersihkan harta mereka, karena di dalam harta tersebut ada hak orang yang membutuhkan. Harta yang dikeluarkan untuk zakat tidak akan berkurang justru akan bertambah, karena Allah SWT akan memberikan ganti yang berlebih. Nishab zakat emas adalah dua puluh mitsqal atau 20 dinar, sedangkan nishab zakat perak adalah 200 Dirham. Menurut Jumhur jika disetarakan atau dikonversi ke dalam gram sama dengan 85 gram emas.19 Dua ratus Dirham sama dengan 595 gram perak. Untuk kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2.5%, zakatnya setara dengan setengah Dinar untuk nisab 20 Dinar sampai haul (1 tahun), sedangkan Dirham zakatnya adalah 5 Dirham untuk nisab 200 Dirham sampai haul (1 tahun) sebagaimana tertera dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud dari ‘Ali bin Abi Thalib20 yang berbunyi:
19
20
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, cetakan V, (Bandung: Mizan, 1999), h. 259. Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, h. 25.
ََنِ دِرْهَ;ٍ وَﺡَلGَFِ َCَ ْ-ََ إِذَا آ: م.ل رﺱل ا= صA : لA ض.") ر2 2 َُْوْنPِ2 َCَ َ َُْن8&Gََ)ْءٌ ﺡN َCْ0َ"َ2 َOْ0ََو.َ;ُِ دَرَاهKَ9ْ3َ5 َْ0ِLَ َُْل4َْْ ا0َ"َ2 ٍَ ِ) َلOْ0ََ و.َCََِبِ ذ9ِ4ِ(َ ََ زَاد3َ ٍُ دِْ'َرTِْ َْ0ِLَ َُْل4َْْ ا0َ"َ2 َدِْ'َرً وَﺡَل (.W ) رT"G5? إAو,9 أ داود وه ﺡ6 )روا.َُْل4ِْ ا.ْ0َ"َ2 َُْل4َ 8&Gَزَآَةٌ ﺡ “Apabila engkau mempunyai 200 Dirham (perak) dan telah mencapai setahun, maka dalam sekian Dirham itu zakatnya 5 Dirham. Dan tidak ada sedikit pun kewajiban engkau ( mengeluarkan zakat) emas kecuali engkau mempunyai 20 Dinar dan sudah mencapai setahun, maka zakatnya seperdua (1/2) Dinar. Sesuatu yang lebih dari itu, maka zakatnya menurut perhitungannya. Tidak ada zakat dalam harta itu sehingga mencapai setahun.” (HR. Abu Dawud dan hadits ini Hasan, tetapi diperselisihkan tentang bersambung sanadnya hingga Nabi SAW).
Zakat investasi memiliki objek berupa property, saham, obligasi, atau surat berharga lainnya, dan segala sesuatu yang dikelola dan diambil keuntungannya. Zakat investasi ini dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishabnya 85 gram emas dengan kadar zakatnya 2,5%, yang dikeluarkan setelah dikurangi berbagai biaya dan setelah satu tahun (haul).
D. Konsep Dinar 1. Pengertian Dinar Dinar adalah koin yang terbuat dari emas, yang merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa. Sedangkan Dirham adalah koin yang terbuat dari perak yang memiliki karakteristik seperti emas, yaitu mudah dilebur dan ditempa kembali. Kata Dinar sendiri sebetulnya bukan berakar dari bahasa Arab, melainkan bahasa Yunani (Bizantium) atau
bahkan mungkin berasal dari bahasa Persia, dinarius. Sementara kata Dirham berasal dari kata Drachma yang berarti mata uang yang terbuat dari perak.21 Dinar dan Dirham merupakan alat tukar yang telah dipergunakan sejak awal Islam, baik untuk kegiatan mu’âmalah maupun ibadah seperti zakat, sampai jatuhnya kekhalifahan Utsmaniyah Turki. Pada awalnya muslimin menggunakan uang emas dan perak berdasarkan standar berat Dinar dan Dirham yang digunakan oleh bangsa Persia. Namun kemudian standar tersebut diganti oleh khalifah Umar bin Khaththâb. Khusus pada masa khlaifah Usman bin ‘Affân r.a., ketika itu kaum muslim menggunakan emas dan perak yang mirip dengan cetakan bangsa Persia, hanya dimodifikasi sedikit dengan mencantumkan kaligrafi Arab di pinggir lingkaran koinnya. Beradasarkan ketetapan yang diputuskan Sayyidina Umar bin Khaththab, Radiyallâhu ‘anhu, standar hubungan berat antara uang emas dan perak yaitu 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham. Berat 1 Dinar sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya. Jika dikonversi dengan timbangan gram, maka Dinar emas memiliki kadar 22 karat emas (917)
21
M. Luthfi Hamidi, MA. Gold Dinar (Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan). (Jakarta: Senayan Abadi Publishing. 2007). h. 81.
dengan berat 4.25 gram. sedangkan Dirham perak memiliki kadar perak murni dengan berat 2.975 gram (ada juga yang menyebutkan 3 gram).22 2. Sejarah Singkat Dinar Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam, karena Dinar sudah dipakai bangsa Romawi dan Dirham sudah dipakai bangsa Persia. Namun jauh sebelum itu ternyata emas dan perak, telah dipergunakan sebagai alat tukar ketika manusia menemukan uang sebagai ukuran harga segala sesuatu. Penemuan ini bukan tidak melalui proses, tetapi penemuan besar ini merupakan sebuah isyarat bahwa banyak kekurangan yang tejadi ketika pertukaran komoditi dan jasa dilakukan dengan sistem barter.23 Menurut Ahmad Hasan, kekurangankekurangan yang ada pada sistem barter adalah sebagai berikut24: 1. Kesulitan dalam mewujudkan kesepakatan mutual Sulitnya mencari keinginan yang sesuai antara orang yang melakukan transaksi menjadi salah satu kekurangan dari sistem barter. Misalnya, seorang pemilik zaitun membutuhkan wol. Maka orang yang membutuhkan wol tersebut harus mencari pemilik wol untuk memenuhi kebutuhannya. Namun dalam hal ini pemilik wol belum tentu membutuhkan zaitun, malah justru membutuhkan komoditi yang lain.
22
M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham), h. 19
23
Barter adalah pertukaran barang dengan barang, atau barang dengan jasa secara langsung tanpa menggunakan uang sebagai perantara dalam proses pertukaran komoditi dan jasa tersebut. 24
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami (Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami), ed., Penerjemah: Saifurahman Barito dan Zulfikar Ali, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 25.
2. Perbedaan ukuran komoditi dan jasa, dan sebagian barang yang tidak dapat dibagi atau dipecah Orang yang memiliki seekor kambing membutuhkan beberapa helai pakaian. Namun ukuran seekor kambing tidak sama dengan sehelai baju, dan tidak mungkin pula kambing tersebut dibagi-bagi. 3. Kesulitan mengukur standar harga barang dan jasa Dalam sistem barter sangat sulit untuk mengetahui ukuran barang dan jasa ketika ditukarkan dengan barang dan jasa lainnya. Misalnya, di sebuah pasar terdapat bebrapa barang, seperti:gandum, sutera, minyak, kambing, unta. Berapa banyak ukuran minyak untuk ditukarkan dengan unta. Atau berapa banyak ukuran sutera untuk ditukarkan dengan gandum. Inilah beberapa kesulitan dan kekurangan ketika menggunakan sistem barter. Emas dan perak telah digunakan sebagai alat tukar oleh berbagai bangsa, seperti bangsa Lydia, bangsa Yunani, bangsa Romawi, Persia, hingga masa pemerintahan Islam. a. Bangsa Lydia Lydia Bangsa Lydia (Lydian) bermukim di Asia kecil, bangsa ini adalah bangsa kerajaan kecil yang dibangun Gyges yang kemudian terjadi pewarisan tahta hingga akhirnya tunduk dan jatuh di pangkuan Persia. Menurut sejarah bangsa ini, uang pertama kali muncul di tangan para pedagang yang merasa kesulitan dalam bertransaksi. Akhirnya, pada
masa Croesus (570-546 SM), Negara berkepentingan mencetak uang dengan mata uang yang halus dan akurat.25 b. Bangsa Yunani Pada awalnya bangsa Yunani menggunakan koin-koin perunggu sebagai alat tukar, juga emas dan perak yang masih berupa batangan (belum dicetak), hingga terjadi percetakan emas dan perak pada tahun 406 SM dengan mengukir bentuk berhala mereka atau pemimpin, dan juga negeri-negeri mereka. Adapun mata uang utama mereka adalah Drachma, yaitu mata uang yang terbuat dari perak. c. Bangsa Romawi Sebelum abad ke -3 SM, bangsa Romawi menggunakan mata uang yang terbuat dari perunggu yang disebut aes (Aes Signatum Aes
Rude), selain itu mereka juga menggunakan mata uang dari tembaga. Menurut sejarah bangsa mereka, orang yang pertama kali mnecetak mata uang tersebut adalah Servius Tullius pada tahun 269 SM. Kemudian mereka mencetak Denarius yang terbuat dari emas, dan dijadikan sebagai mata uang utama imperium Romawi (dicetak tahun 268 SM). Pada mata uang tersebut diberikan ukiran-ukiran Tuhan dan pahlawan-pahlwan mereka, hingga pada masa Julius Caessar
25
Ibid., h. 28.
mencetak gambarnya di atas mata uang tersebut. Mata uang ini terus berkembang sesuai dengan kepentingan politik yang berkuasa bahkan nilainya pun turut berubah. Pada akhirnya perputaran ekonomi masyarakat kacau balau dan pedagang tidak mau lagi menerima mata uang tersebut dengan nilai harga tertulis.
d. Bangsa Persia Seperti dipaparkan di atas bahwa bangsa Persia pernah menaklukkan bangsa Lydia, maka percetakan uang bangsa Persia adalah mengadopsi percetakan uang bangsa Lydia. Mata uang yang beredar di bangsa ini adalah mata uang yang terbuat dari emas dan perak murni berbentuk persegi, dan kemudian dimodifikasi menjadi bundar dengan berbagai macam ukiran. Namun mata uang bangsa ini ikut hancur ketika sistem kenegaraan mereka hancur. e. Masa Pemerintahan Islam Pada masa sebelum Islam, bangsa Arab Hijaz masa Jahiliyyah tidak memiliki mata uang sendiri. Mereka menggunakan mata uang yang diperoleh dari perjalanan mereka berdagang ke negeri Syam (Syria) dan Yaman. Mata uang yang dipergunakan adalah mata uang Dinar emas Hercules, Byzantium, dan Dirham perak dinasti Sasanid dari Iraq, juga sebagian mata uang bangsa Himyar, Yaman.
Ketika itu emas dan perak tidak diperjualbelikan dan tidak diterima kecuali sebagai emas dan perak yang tidak ditempa. Hal ini terjadi karena beragam bentuk dan ukuran juga penipuan atas mata uang emas dan perak yang beredar ketika itu, seperti nilai yang tertera melebihi nilai yang sebenarnya. Namun ketika Nabi diutus sebagai Rasul, beliau menetapkan ukuran Dirham agar Islam memiliki mata uang resmi. Hal ini juga dilakukan untuk menyamakan perbedaan ukuran Dirham sebelumnya, yaitu ada yang 20, 12, dan 10 Qirath menjadi 14 Qirath (karat), sama dengan 6
Daniq (dua butir uir-uir belalang) atau seukuran dengan 7 Mitsqal (gram).26 Selain Dinar dan Dirham, dikenal dan dipergunakan juga uang logam yang terbuat dari tembaga atau lebih dikenal dengan fulus. Rasulullah tidak banyak melakukan perubahan terhadap penggunaan mata uang dikarenakan kesibukannya dalam memperkuat tiang-tiang agama. Begitu pula ketika masa pemerintahan khalifah Abu Bakar r.a. beliau hanya meneruskan apa yang telah menjadi ketetapan pada masa Rasulullah. Sebenarnya pada masa khalifah Umar pun sama, tetapi menurut riwayat, pada tahun 20 H Dirham yang telah ditetapkan ketika masa Rasulullah dimodifikasi dengan menambah ukiran kalimat tauhid dan kalimat Muhammad Rasulullah dalam jenis tulisan Kufi
26
Ibid., h. 32
meskipun masih mengikuti model cetakan Sasanid berukiran Kisra. Begitu juga masa khalifah Usman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib meneruskan pencetakan Dirham, hanya ada penambahan pada penulisan tanggal dan tahun pembuatannya. Setelah masa Khulafaurrasyidin, pencetakan uang pada masa dinasti Umaiyah masih meneruskan pencetakan ketika Khulafaur Rasyidin. Baru ketika dinasti tersebut dipimpin oleh Abdul Malik bin Marwan pada tahun 76 H, beliau membuat mata uang model Islam tersendiri lepas dari ciri khas Byzantium dan Persia. Hal ini dilakukan atas berbagai pertimbangan dan alasan, dan ini mampu merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi. Hingga akhirnya tampuk kepemimpinan dipegang oleh dinasti Abbasiyah. Pencetakan Dinar di awal masa pemerintahan ini masih mengikuti model dinasti Umaiyah. Pada masa dinasti Abbasiyah ini banyak terjadi pengurangan timbangan atas nilai Dirham dan Dinar, juga pencampuran dengan logam lain dalam pembuatannya, hingga akhirnya banyak penipuan atas mata uang yang beredar dan melemahnya pemerintahan. Keadaan ini sempat diperbaiki pada masa pemerintahan Ahmad bin Thulun dengan melakukan pencetakan yang ketat sehingga ukurannya kembali kepada standar semula. Pada masa dinasti Fathimiyah, Dinar-Dirham campuran sangat banyak beredar. Standar yang ada pun tidak lagi berlaku, karena pada masa
itu perbandingan Dinar dan Dirham adalah 1:34, padahal standar sebenarnya adalah 1:10.27 Selain Dinar dan Dirham, dikenal juga mata uang fulus, yaitu mata uang yang terbuat dari tembaga. Ini tersebar luas pada masa pemerintahan Mamluk, bahkan menjadi mata uang utama. Dirham yang beredar pun adalah Dirham campuran, karena pada masa itu bahan baku perak tidak mencukupi untuk pencetakan mata uang. Ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi perak untuk pembuatan pelana dan bejana.28 Nilai Dirham campuran sama dengan nilai Dirham perak murni. Dan uang tembaga banyak tersebar dan murah. Para pedagang dan masyarakat tidak mau menerima keputusan yang berdampak inflasi keuangan ini. Pada tahun 1839 tepatnya pada masa dinasti Ottoman, pemerintahan Utsmaniyah yang awalnya memiliki system keuangan resmi yang terbuat dari emas, perak dan tembaga menerbitkan mata uang baru yang diberi nama Gaima dalam bentuk kertas bank note dengan ganti imbangan emas. Tetapi nilainya terus merosot. Pada tahun 1880 pemerintah melakukan intervensi untuk memperbaiki system keuangannya, dan melahirkan Lyra Usmaniyah atas dasar emas,
27
Ibid., h. 38
28
Ibid.,39.
hingga akhirnya Turki memberlakukan penggunaan uang kertas dan membatalkan transaksi dengan Dinar dan Dirham (emas dan perak). 3. Keunggulan – Kelemahan Dinar dan Dirham Sebagai suatu komoditi, Dinar dan Dirham memiliki keunggulan dan kelemahan dari berbagai sudut. Salah satunya dapat dilihat dari keunggulan Dinar dan Dirham sebagai uang logam (kesimpulan dari pendapat Ja’far al-Dimsyaqi dan al-Dahlawi dan para ahli ekonomi), di antaranya:29 a. Dinar dan Dirham yang merupakan logam dapat dilebur dan dicetak kembali tanpa mengurangi berat dan nilainya. b. Tidak mudah rusak dan dapat diberi ukiran c. Emas adalah logam yang relatif jarang dan ini mendorong peningkatan kekuatan nilai tukarnya. Hal ini dapat dilihat dari sepotong kecil emas dapat ditukar dengan berbagai komoditi yang diinginkan, artinya emas akan selalu berharga dan memiliki nilai meski terpotong-potong. d. Nilai tukar emas yang relatif tetap karena sedikit sekali produksi atas emas dibandingkan dengan jumlah yang tersedia. Dan harga penukaran yang stabil di berbagai Negara. Karena nilai tukar yang berstandar Internasional, tidak seperti mata uang kertas yang memiliki perbedaan nilai tukar yang mencolok. Intinya adalah emas dan perak tidak mengenal batas wilayah dan waktu.
29
Ibid., h.71
e. Kesamaan total dalam unit uang dalam ukuran dan timbangannya. Karena berat dan ukuran emas yang dijadikan mata uang sesuai dengan nilai yang berlaku atas mata uang tersebut. Ini merupakan sesuatu yang adil ketimbang mata uang kertas yang nilai nominalnya sangat jauh dengan nilai intrinsiknya. Maka ini akan meminimalkan spekulasi dan manipulasi. f. Uang emas tidak akan mengalami inflasi dan tidak dapat didevaluasi oleh kebijakan suatu pemerintahan, karena emas adalah asset nyata bukan merupakan hutang. Sehingga akan mendorong penyebaran risiko moneter dan menghidupkan kembali sektor riil. Adapun kelemahan dari Dinar dan Dirham adalah sebagai berikut: a. Tidak praktis dalam transaksi, penyimpanan dan penggunaan seharihari (tidak mudah dibawa karena bobot atau beban yang cukup berat jika membawa dalam jumlah banyak). b. Kemungkinan untuk menerbitkan dalam tipe bertingkat yang sesuai dengan volume interaksi dagang yang berbeda tidak ada. c. Risiko membawa dalam jumlah banyak sangat besar. d. Biaya penerbitan sesuai dengan nominal yang tertera atau yang akan berlaku. Tidak seperti uang kertas yang memiliki biaya lebih kecil dalam penerbitannya. 4. Standar Emas Dalam sejarah perkembangan sistem moneter Internasional, emas pernah digunakan sebagai standar moneter Internasional. Sebelum
Perang Dunia I, negara-negara utama di dunia menggunakan standar emas bagi transaksi dalam negeri. Namun setelah Perang Dunia I, emas mulai ditinggalkan dengan alasan jumlah emas yang tersedia semakin tidak cukup untuk menunjang transaksi-transaksi nasional maupun internasional yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Padahal mereka masih percaya pada nilai emas. Akhirnya setelah Perang Dunia II emas dibebaskan peranannya sebagai standar moneter. Yang akhirnya standar moneter Internasional dialihkan ke Dolar Amerika. Tetapi mulai awal tahun 60’an setelah perang Vietnam, Dolar Amerika banyak beredar di luar Amerika yang mengakibatkan inflasi di dalam negeri Amerika. Akibatnya kepercayaan orang luar terhadap Dolar Amerika menurun, orang mulai enggan memegang Dolar, dan posisinya sebagai standar moneter Internasional terus melemah.30 Ini adalah suatu bukti bahwa emas merupakan sesuatu yang berharga dan bernilai. Standar emas berarti nilai mata uang Negara didasarkan atas nilai seberat emas tertentu.31 Masyarakat bebas untuk melebur mata uang emas atau membuat emas batangan menjadi mata uang kertas serta menukarkan mata uangnya dengan emas atau sebaliknya dengan perbandingan yang telah ditentukan oleh Bank Sentral.
30
31
Boediono, Ekonomi Moneter, edisi III, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 182.
Dr. H. Murasa Sarkaniputra, Ilmu Ekonomi (Pengantar Ekonomi Moneter: Suatu Awalan). Bahan Pengajaran Ekonomi, Perbankan dan Asuransi Islam, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2000), h. 35
Suatu Negara dikatakan memakai standar emas apabila:32 1. Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai saberat emas tertentu 2. Setiap orang boleh membuat dan melebur uang emas 3. Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak
terbatas
pada
harga
tertentu
(yang
sudah
ditetapkan
pemerintah) MacamMacam-macam standar emas Menurut perkembangannya, standar emas dapat dibedakan atas 3 macam: 1) Standar Emas Penuh (Full Gold Standard) Standar emas ini disebut juga Gold Specise Standard/Gold Coins
Standard, maksudnya bahwa suatu system keuangan, mata uang emaslah yang sepenuhnya beredar dalam masyarakat. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a) Pemerintah
selalu
memelihara
perbandingan
nilai
antara
nilai
kesatuan uang dengan seberat emas tertentu b) Bank Sentral bersedia membeli dan menjual emas kepada siapapun dengan harga yang sesuai dengan harga yang ditetapkan undangundang c) Mata uang emas beredar dalam lalu lintas pertukaran
32
Nopirin, Ph. D, Ekonomi Moneter Buku II, (Yogyakarta: BPFE. 2000), h. 177
d) Masyarakat mempunyai kebebasan untuk menempa atau melebur mata uang emas 2) Standar Inti Emas (Gold Billion Standard) Standar yang diberlakukan suatu Negara sebagai jaminan (decking) terhadap mata uang yang telah beredar sebagai alat pembayaran yang sah, juga diperuntukkan bagi persediaan emas sebagai reserve untuk pinjam-meminjam luar negeri. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a) Pemerintah
selalu
memelihara
perbandingan
nilai
antara
nilai
kesatuan uang dengan seberat emas tertentu b) Bank Sentral bersedia membeli dan menjual emas kepada siapapun dengan harga yang sesuai dengan harga yang ditetapkan undangundang c) Mata uang emas beredar dalam lalu lintas pertukaran, tetapi dalam jumlah yang lebih kecil d) Masyarakat tidak mempunyai kebebasan untuk menempa atau melebur mata uang emas 5. Standar Emas Internasional Standar emas bermula di Inggris tahun 1816 dan menyebar hamper ke seluruh dunia tahun 1837, sesudah itu Jerman menjadi negeri standar emas. Tahun 1871-1872 Perancis, Belgia, Itali, Spanyol, Yunani, Finlandia, Rusia dan beberapa Negara Amrika Latin menjadi Negara yang
menggunakan standar emas, kecuali Tiongkok menggunakan standar perak dan kertas. Syarat-syarat standar emas: a. Negara yang berada dalam standar emas harus berada dalam standar emas, artinya harus memelihara nilai kesatuan uangnya dengan berat emas tertentu. b. Kebebasan ekspor-impor, maksudnya membebaskan pemasukan dan pengiriman emas ke dalam dan luar negeri. JenisJenis-jenis Standar Moneter33: 1. Standar Tunggal, apabila suatu Negara menggunakan satu jenis logam seperti emas atau perak sebagai standar. 2. Standar Kembar, apabila suatu Negara menggunakan dua jenis logam sebagai mata uang dan menjaganya seberat emas atau perak tertentu. 3. Standar Piutang, apabila dalam Negara yang memberlakukan system standar
kembar
tidak
didukung
oleh
undang-undang,
missal
pencabutan hak masyarakat untuk menempa atau melebur emas. Maka standar kembar akan pincang dengan sendirinya. 4. Standar Kertas, di mana tiap kesatuan uang tidak dipelihara nilainya dengan seberat ukuran-ukuran tertentu dari logam emas atau perak.
33
Jalaluddin, “Dinar-Dirham; Menggagas Standarisasi Sistem Moneter Negara-Negara Islam, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h.15.
E. Sertifikat Wadîah Bank Bank Indonesia 1. Konsep Wadîah Wadîah ialah memanfaatkan sesuatu di tempat yang bukan pada pemiliknya.34 Menurut ulama madzhab Hanafi, Wadîah adalah mengikutsertakan orang lain, dalam memelihara harta, baik melalui ungkapan, tindakan, ataupun isyarat. Wadîah juga dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan jika si penitip menghendaki. Dasar hukum mengenai Wadîah terdapat dalam Al-Qur’an surat anNisa ayat 58 dan surat Al-Baqarah ayat 283, yang menerangkan tentang menunaikan amanat. Juga dalam Hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah dan ijma ulama atas legitimasi wadiah karena kebutuhan manusia. Dalam akad Wadîah ini diperhatikan juga tentang rukun dan syaratnya, yaitu yang berlaku umum untuk akad-akad lainnya dalam Islam. Akad Wadîah tidak mengikat kedua belah pihak, status Wadîah di tangan orang yang dititipi adalah bersifat amanat. Jika terjadi kerusakan atas barang yang diamanatkan, maka tidak menjadi tanggung jawab orang yang dititipi selama bukan atas kelalaiannya. Pada dasarnya penerima Wadîah tidak
34
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004), h. 245.
boleh meminta imbalan, kecuali harta atau barang yang dititipkan memerlukan ruang dan perawatan khusus, maka boleh meminta imbalan dengan akad sewa. Akad Wadîah terbagi ke dalam dua macam, yaitu:
1) Wadiah Yad Amanah Wadîah Yad Amanah adalah akad penitipan di mana pihak yang menerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai pemiliknya meminta barang tersebut. Pada akad Wadîah
Yad Amanah, penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang yang dititipi selama bukan kelalaiannya.
2) Wadiah Yad Dhamanah Wadîah Yad Dhamanah adalah akad penitipan di mana pihak yang menerima titipan boleh memanfaatkan barang titipan tersebut, baik dengan izin atau tanpa izin pemiliknya. Pada akad Wadîah Yad
Dhamanah penerima titipan bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang tersebut, dan semua manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan barang tersebut menjadi hak penerima titipan.
2. Pengertian SWBI Sertifikat Wadîah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka waktu pendek dengan prinsip Wadiah.35 Maksudnya adalah perjanjian penitipan dana antara bank pemilik dana dengan pihak penerima titipan (Bank Indonesia) yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. SWBI merupakan salah satu instumen kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai wadah bagi bank syari’ah yang kelebihan likuiditas untuk dititipkan pada Bank Indonesia, dan ada bonus atas transaksi penitipan dana tersebut. Pada dasarnya fungsi SWBI sama dengan SBI, yakni sebagai instrument pengendali moneter melalui pengawasan kinerja bank umum, maka bank syari’ah juga dapat melakukan transaksi dengan Bank Sentral melalui SBI. Namun perbankan Syari’ah umumnya menghindari unsur yang bertentangan dengan prinsip syari’ah yaitu maisir, gharar, dan riba. Sedangkan SBI menggunakan sistem bunga berdasarkan atas diskonto. Oleh karena itu untuk memfasilitasi kinerja perbankan syari’ah, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan baru yaitu SWBI. Bahkan telah diubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah (SBIS). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah, maka yang disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan
35
Widyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h. 149.
prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 3. Landasan Hukum SWBI Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) diatur dalam PBI No. 2/9/PBI/2000 tertanggal 23 Februari 2000, dan PBI No. 6/7/2004 tertanggal 16 Februari 2004 tentang perubahan atas PBI No. 2/9/PBI/2000. Dan diubah lagi dalam Peraturan Bank Indonesia No. 10/ 11 /PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah tertanggal 31 Maret 2008. Selain itu juga terdapat fatwa yang menguatkan SWBI, yaitu Fatwa DSN No. 36/DSNMUI/X/2002 yang dikeluarkan tanggal 23 Oktober 2002 M atau tanggal 16 Sya’ban 1423 H. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Namun Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Bank Indonesia ini diberlakukan, tetap berlaku dan tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sampai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia tersebut jatuh waktu. 4. Mekanisme Pelaksanaan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Tata cara atau mekanisme pelaksanaan SWBI telah diatur dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia. Sesuai dengan namanya, SWBI menggunakan prinsip wadiah di mana pemilik dana (Bank Syariah atau UUS) melakukan perjanjian penitipan dana dengan penerima titipan (Bank Indonesia) yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. Karakteristik SWBI (pasal 6): a. SWBI diterbitkan dan ditatausahakan tanpa warkat (scripless). b. SWBI tidak dapat diperjualbelikan (non negotiable). Jumlah Dana dan Jangka Waktu Penitipan Penitipan (Pasal 3 dan 4): a. Bank Syari’ah atau UUS yang ingin menitipkan sejumlah dananya kepada BI mengajukan permohonan penitipan dana wadiah kepada BI. b. Jumlah dana yang dititipkan minimum sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan untuk jumlah dana di atas angka tersebut hanya belaku untuk kelipatan kelipatan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah). c. Jangka waktu penitipan adalah 7 (tujuh) hari, 14 (empat belas) hari, dan 28 (dua puluh delapan) hari. Dana yang telah dititipkan tidak dapat diambil hingga masa kontrak berakhir. Tetapi Bank Indonesia dapat mengakhiri penitipan dana wadiah jika diperlukan. Cara Penyelesaian Transaksi: a. Penyelesaian dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal permohonan. Jika tanggal tersebut jatuh pada hari libur, maka transaksi dilakukan pada hari kerja berikutnya.
b. Persetujuan BI dilakukan dengan mendebet rekening Giro Bank Syari’ah atau UUS sebesar nilai titipan dana. c. Pada saat jatuh tempo, BI akan mengkredit rekening Giro Bank Syari’ah atau UUS sebesar nilai titipan dana. Dan akan memberikan bonus atas penitipan dana wadiah tersebut sesuai kewenangan BI. Bonus biasanya dihitung dengan acuan tingkat indikasi imbalan PUAS yang merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat indikasi imbalan sertifikat IMA. Sanksi dapat dikenakan kepada Bank Syari’ah atau UUS jika: a. Saldo rekening giro Rupiah Bank Syariah atau UUS tidak mencukupi untuk penyelesaian
Penitipan
Dana Wadiah, dengan
demikian
permohonan Penitipan Dana Wadiah dibatalkan Bank Indonesia dan dikenakan sanksi berupa surat peringatan dan wajib membayar denda sebesar 10/00 (satu perseribu) dari Penitipan Dana Wadiah yang dibatalkan atau sebanyak-banyaknya Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar Rupiah). b. Bank Syari’ah atau UUS melakukan pembatalan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak pembatalan pertama, Bank Syariah atau UUS tidak diperbolehkan mengajukan permohonan Penitipan
Dana
Wadiah
selama
7
dikeluarkannya surat peringatan ketiga.
(tujuh)
hari
sejak
tanggal
c. Bank atau UUS yang mengambil dana sebelum jatuh tempo tidak akan diberikan bonus dan dikenakan sanksi membayar biaya administrasi sebesar: •
Titipan Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 100 miliar dikenakan biaya Rp. 5 juta
•
Titipan di atas Rp. 100 miliar sampai dengan Rp. 500 miliar dikenakan biaya Rp. 10 juta
•
Titipan di atas Rp. 500 miliar dikenakan biaya Rp. 15 juta
Sedangkan untuk transaksi pada Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah (SBIS) adalah sebagai berikut: Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah menggunakan akad Ju’alah, yaitu akad janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (’iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang diterbitkan kemudian membayarkannya pada saat jatuh waktu SBIS. SBIS SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut (pasal 4) : a. Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah); b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan. Jangka waktu SBIS dihitung 1 (satu) hari setelah tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat
diagunkan
kepada
Bank
Indonesia;
dan
tidak
dapat
diperdagangkan di pasar sekunder. Maksudnya adalah SBIS dapat diagunkan kepada Bank Indonesia dalam rangka Repo SBIS, Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek, atau fasilitas lainnya bagi BUS atau UUS. BUS atau UUS dapat mengajukan Repo SBIS kepada Bank Indonesia. Transaksi Repurchase Agreement (Repo) SBIS adalah transaksi pemberian pinjaman oleh Bank Indonesia kepada BUS atau UUS dengan agunan SBIS (collateralized borrowing). Repo SBIS yang berlaku menggunakan prinsip qard yang diikuti dengan rahn. Yakni Bank Indonesia memberikan pinjaman dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam (BUS atau UUS) mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus dalam jangka waktu tertentu dan menyerahkan agunan berupa SBIS sebagai jaminan untuk mendapatkan qard. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS harus menandatangani Perjanjian Pengagunan SBIS dalam Rangka Repo SBIS serta menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Dan Bank Indonesia dapat mengenakan biaya atas Repo SBIS karena BUS atau UUS tidak menepati jangka waktu kesepakatan pembelian SBIS. Tata Cara dan Syarat Penerbitan/ enerbitan/P itan/Pembelian SBIS: 1. Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan apabila terdapat suatu kondisi dimana Bank Indonesia tidak menetapkan pemenang lelang dari seluruh
penawaran lelang SBIS yang masuk, antara lain karena penawaran yang masuk dinilai berada di luar kewajaran dari perkiraan potensi likuiditas. 2. BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian SBIS secara langsung dan/atau melalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, yaitu perusahaan yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan jasa perantara bagi kepentingan nasabahnya di bidang pasar uang rupiah dan valuta asing dengan memperoleh imbalan atas jasanya. 3. BUS atau UUS yang melakukan Transaksi dan pembelian, serta Repo SBIS wajib memiliki Rekening Giro dan Rekening Surat Berharga untuk penyelesaian transaksi dan pembelian, serta Repo SBIS. Tata Cara Penyelesaian Transaksi: Transaksi: 1. Bank Indonesia akan mendebet Rekening Giro atas pembelian SBIS oleh BUS atau UUS; atau mendebet Rekening Surat Berharga dan Rekening Giro atas Repo SBIS termasuk memindahkan pencatatan SBIS dalam rangka pengagunan. 2. Bank Indonesia melunasi SBIS sebesar nilai nominal dan membayar imbalan pada saat jatuh waktu atau Bank Indonesia dapat membayar imbalan SBIS sebelum jatuh waktu, jika BUS atau UUS tidak dapat memenuhi kewajiban Repo SBIS. Dalam transaksi ini, Bank atau UUS dapat dikenakan sanksi: 1. BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS atau yang mengajukan Repo SBIS tidak memiliki saldo Rekening Giro yang cukup untuk
memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS atau Repo SBIS. Sehingga transaksi SBIS ini dinyatakan batal. Adapun sanksi atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa:
a.
Teguran tertulis.
b. Kewajiban membayar sebesar 1 0/00 (satu per seribu) dari nilai Transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap Transaksi SBIS yang dinyatakan batal. 2. Pembatalan transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa: a. Pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya b. Larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturutturut, terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan teguran tertulis
BAB III METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM GERAI DINAR
A. Konsep Hipotesis Statistik merupakan suatu alat dan juga metode analisa yang digunakan untuk mengevaluasi data di mana pada akhirnya akan diperoleh suatu kesimpulan dari data sampel yang ada.36 Salah satu metode analisis yang ada pada statistik adalah pengujian hipotesis. Hipotesis ini jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan peneliti yang masih harus diuji kebenarannya. Pada dasarnya hipotesis merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pemecahan persoalan atau untuk dasar penelitian lebih lanjut. Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “hupo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori).37 J. Supranto memberikan definisi pengujian hipotesis sebagai prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan atau diuji. Dalam pengujian hipotesis, digunakan data yang dikumpulkan dari sample yang
29
Samsubar Saleh, Statistik Induktif, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001), h. 1.
37
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 35.
merupakan data perkiraan. Ini menunjukkan adanya unsur ketidakpastian yang menyebabkan risiko bagi pembuatan keputusan. Besar kecilnya risiko dinyatakan dalam nilai probabilitas. Penolakan dalam pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah, sedangkan menerima suatu hipotesis semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempunyai bukti untuk mempercayai sebaliknya. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak digunakan istilah hipotesis nol dengan lambang (H0), ini mengakibatkan diterimanya hipotesis alternatif yang dilambangkan dengan (Ha). Secara teori kesalahan dalam pengujian hipotesis dan memilih hipotesis yang baik dan benar diuraikan sebagai berikut: a. Apabila H0 kita nyatakan diterima kemudian dibuktikan melalui penelitian diterima, maka kesimpulan yang dibuat adalah benar. b. Apabila H0 kita nyatakan diterima kemudian dibuktikan melalui penelitian
ditolak,
maka
kesimpulan
yang
diambil
merupakan
kesalahan yang disebut kesalahan Model I ( α ). c. Apabila H0 kita tolak kemudian dibuktikan melalui penelitian ditolak, maka kesimpulan yang dibuat adalah benar. d. Apabila H0 kita tolak kemudian dibuktikan melalui penelitian diterima, maka kesimpulan yang diambil merupakan kesalahan yang disebut kesalahan Model II (β).
Jenis Pengujian Hipotesis Jenis pengujian hipotesis yang dikenal dalam penelitian ada dua, yaitu: a. Hipotesis Direksional (hipotesis langsung) adalah rumusan hipotesis yang arahnya sudah jelas. Pengujian ini menggunakan uji satu pihak (one tailed test). Jenis hipotesis ini terbagi dari uji pihak kiri dan uji pihak kanan. b. Hipotesis Non Direksional (hipotesis tidak langsung) adalah hipotesis yang tidak menunjukkan arah tertentu. Pengujian ini menggunakan uji dua pihak (two tailed test).
B. Metode Penelitian 1. Sumber Data dan Jenis Penelitian Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yang berupa data sekunder yakni harga Dinar pada Gerai Dinar akhir bulan yang dicerminkan pergerakan nilai emas selama 5 tahun 3 bulan, periode Desember 2003 sampai dengan Maret 2008 dengan mengolah sendiri data emas standar internasional yang diperoleh dari situs www.kitco.com. Dan
bonus SWBI dengan periode yang sama dengan Dinar yang dikeluarkan Bank Indonesia melalui situs resmi www.bi.go.id. Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitan guna memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan cara membaca dan mencatat dari berbagai literatur, text book, artikel-artikel, buku-buku ilmiah dan materi perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar dalam pembahasan masalah yang ada. b. Penelitian
Lapangan
(Field
Research), yaitu penelitian secara
langsung ke sumber data untuk mendapatkan data sekitar masalah yang akan diteliti dan melakukan wawancara (interview) dengan pihak yang terkait. 2. Objek Penelitian Yang menjadi objek tempat atas penelitian ini adalah Gerai Dinar, yang beralamat di Jl. Prof. Lafran Pane 189, Kelapa Dua, Depok 16951, Jawa Barat, Indonesia. 3. Variabel Penelitian a. Dinar Dinar adalah koin yang terbuat dari emas, yang merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa dengan berat 4.25 gram
dengan kadar 22 karat. Pada penelitian ini Dinar yang akan diteliti adalah Dinar yang dikeluarkan oleh Gerai Dinar yang diproduksi PT. Antam. Dinar emas sangat stabil nilainya dan kebal inflasi, karena emas tidak terpengaruh oleh penurunan mata uang Negara manapun. Kenaikan selalu berpihak pada emas, hal ini disebabkan oleh terus merosotnya nilai mata uang di berbagai Negara. Selain itu nilai yang tertera pada emas sama dengan nilai emas itu sendiri, berbeda dengan uang kertas yang memiliki nilai nominal lebih besar dari nilai intrinsiknya.
b. SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka waktu pendek dengan prinsip wadiah. Maksudnya adalah perjanjian penitipan dana antara bank pemilik dana dengan pihak penerima titipan (Bank Indonesia) yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. SWBI merupakan salah satu instumen kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai wadah bagi bank syari’ah yang kelebihan likuiditas untuk dititipkan pada Bank Indonesia, dan ada bonus atas transaksi penitipan dana tersebut. 4. Teknik Analisis Data
Metode awal dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang merupakan alat pengukur dalam investasi, seperti menghitung pengembalian aktual emas, menghitung pengembalian yang diharapkan, dan menghitung risiko emas. Metode-metode tersebut menggunakan rumus di bawah ini: 1. Menghitung pengembalian aktual emas dengan metode penghitungan menggunakan rumus:
Ri =
( Pi − Pi −1 ) Pi −1
Keterangan:
Ri
: Return atau keuntungan yang diperoleh pemodal
Pi
: Harga emas per unit akhir periode i
Pi −1
: Harga emas per unit akhir periode i-1
2. Menghitung pengembalian yang diharapkan dimaksudkan untuk mengetahui perolehan tingkat keuntungan tertentu. Menghitung pengembalian yang diharapkan diberi notasi E(R) dan dituliskan dalam persamaan berikut: n Ri E ( R) = ∑ i =1 N
Keterangan:
E ( R)
: Pengembalian Yang Diharapkan
Ri
: Tingkat Pengembalian Aktual
N
: Periode Pengamatan
3. Menghitung risiko emas bertujuan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya risiko atas instrumen investasi tersebut. Caranya dapat dilakukan dengan menghitung varian dan standar deviasi return investasi bersangkutan, bisa dituliskan sebagai berikut:
n
σ =∑ 2
[R − E (R) ] 2
i
N
i =1
σ = (σ
1 2 2
)
Keterangan:
σ2
: Varian Return
σ
: Standar Deviasi
E ( R)
: Pengembalian Yang Diharapkan
Ri
: Tingkat Pengembalian Aktual
N
: Periode Pengamatan
Metode yang digunakan selanjutnya adalah Perbandingan Variabel Bebas (uji t). Dalam pengujian ini digunakan pengujian dua arah (two
tailed test) untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara dua instrumen, kemudian dilanjutkan dengan pengujian satu arah (one tailed
test) untuk mengetahui suatu hasil yang lebih baik antara dua instrumen. Karena sampel (n > 30), maka kedua pengujian ini menggunakan rumus z dengan menentukan nilai ( α ) sebagai tingkat nyata atau probabilita. Prosedur pengujian dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Langkah pertama : Menetapkan Hipotesis Hipotesa pertama yang akan diuji adalah apakah return Dinar emas memiliki perbedaan dengan return SWBI pada H0 dan apakah return Dinar emas tidak memiliki perbedaan dengan return SWBI pada Ha. Kemudian hipotesa kedua yang akan diuji apakah return Dinar emas lebih baik dibandingkan dengan return SWBI pada H0 dan apakah return SWBI lebih baik dibandingkan dengan return Dinar emas pada Ha. Kedua hipotesis ini disajikan seperti berikut: 1. Ho H1
2. Ho
: µ1 = µ2 : µ1 ≠ µ2
: µ1 > µ2
H1
: µ1 < µ2
Langkah kedua : Menentukan z
z=
σX
X1 − X 2
σ X1 − X 2
1− X 2
=
S12 S 22 + n1 n2
Di mana : z
: nilai distribusi z
X 1 : nilai rata-rata X pada variabel Dinar emas X 2 : nilai rata-rata X pada variabel SWBI S12 : variance nilai X pada variabel Dinar emas S 22 : variance nilai X pada variabel SWBI n1 : jumlah observasi pada variabel Dinar emas n2 : jumlah observasi pada variabel SWBI Langkah Langkah ketiga : Mencari Titik Kritis Untuk mencari titik kritis atau z = tabel perlu ditetapkan tingkat signifikansi yang akan dicapai, misalnya α = 5%. Sesudah itu mengacu
pada derajat kebebasan (df). Nilai kritis dicari di dalam tabel z dengan α = 5% dengan df = n-1. Langkah keempat : Pengambilan Keputusan Dalam pengambilan keputusan didasarkan pada: (1) berdasarkan perbandingan z hitung dengan z tabel; (2) berdasarkan nilai probabilitas. Berdasarkan perbandingan z hitung dengan z tabel Dasar pengambilan keputusan sama dengan: a. Uji Dua Pihak Jika: -t ≤ t hitung ≤ + t, maka H0 diterima dan Ha ditolak. b. Uji Satu Pihak Jika: + t tabel ≥ t hitung, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Begitu juga sebaliknya Jika: + t tabel ≤ t hitung, maka Ha diterima dan H0 ditolak Langkah kelima : Pengambilan Kesimpulan Atas dasar pengambilan keputusan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Uji Satu Pihak Jika H0 diterima, dapat disimpulkan bahwa return Dinar emas lebih baik dibandingkan dengan return SWBI. Jika H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa return SWBI lebih baik dibandingkan dengan return Dinar emas.
2. Uji Dua pihak Jika H0 diterima, dapat disimpulkan bahwa kedua rata-rata sampel dari kedua populasi tersebut adalah berbeda. Jika H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa kedua rata-rata sampel dari populasi tersebut adalah sama.
C. Gambaran Umum Gerai Dinar Gerai Dinar adalah sebuah jaringan yang bekerjasama dengan Dinar
Club yang mewadahi anggota masyarakat yang sudah secara aktif ataupun belum menggunakan Dinar untuk mengatasi berbagai permasalahan mengenai Dinar atau bisa juga berfungsi sebagai konsultan investasi. Gerai Dinar mengembangkan etika jual beli Islami yang transparan dan margin jual beli yang rendah, yaitu tidak lebih dari 2,5% dari harga pasar yang berlaku.38 Gerai Dinar sangat mengedepankan sistem penjualan atau transaksi yang syar’i, seperti transparansi dalam jual beli. Dengan transparansi, harga jual dan harga beli yang berlaku pada Gerai Dinar tidak perlu dikhawatirkan kebenarannya. Dan dengan transparansi inilah diharapkan masyarakat dapat memberikan kepercayaannya pada Gerai Dinar.
38
www.geraidinar .com.
Dinar yang dipasarkan oleh jaringan Gerai Dinar adalah Dinar yang diproduksi langsung oleh Logam Mulia yang merupakan unit bisnis dari PT. Antam Tbk, sebuah Badan Usaha Milik Negara yang telah menjadi perusahaan publik. Alasan Gerai Dinar bekerjasama dengan PT. Antam untuk pengadaan Dinar adalah Dinar logam mulia sesuai dengan Dinar di awal agama Islam berkembang dan juga kadar emas yang terpercaya, karena diuji dan disertifikasi sesuai ISO Guide 17025 yang dikeluarkan KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan sertifikasi LBMA (London Bullion Market
Association). Koin Dinar yang ada di Gerai dinar adalah koin Dinar yang memiliki sertifikat yang di dalamnya diterangkan spesifikasi kadar emas dan logam campurannya, juga berat dari koin dinar tersebut. Berat koin Dinar adalah 4,25 gram dengan kadar emas (Au) sebanyak 91,7% dan perak (Ag) sebanyak 8,3%. 1. ProdukProduk-produk Gerai Dinar Gerai Dinar memberikan konsultasi dan menyediakan pengadaan Dinar dan emas batangan logam mulia untuk berbagai keperluan, seperti: investasi, proteksi nilai aset, qiradh/mudharabah, qardh/pinjaman, zakat, mas kawin, hadiah, wakaf tunai, dan lain-lain. a. Investasi Dinar Investasi dalam bentuk Dinar merupakan suatu pilihan yang tepat. Dari beberapa analisis investasi sektor riil ataupun di pasar uang, seperti
reksadana, saham, deposito, maka investasi Dinar lah yang paling aman. Dengan menggunakan parameter yang mudah dipahami masyarakat awam seperti hasil investasi, risiko, tingkat kesulitan, proteksi nilai dan likuiditas dapat dilihat beberapa perbandingan keempat bentuk investasi di atas. Tingkat hasil investasi pada deposito dapat diasumsikan tidak lebih dari 15%, dan ini menjadi tingkat hasil yang cukup rendah dengan kondisi perekonomian dan inflasi saat ini. Saham dan reksadana dapat dikatakan pilihan yang cukup menarik, karena tingkat hasil yang diberikan cukup menjanjikan. Namun kembali kepada kondisi perekonomian yang selalu tidak stabil, maka proteksi nilai terhadap mata uang yang terus menyusut tidak dapat dihindari. Investasi sektor riil sangat mungkin memberikan hasil yang cukup tinggi, dapat diasumsikan dengan tingkat hasil 50% bahkan lebih, tetapi investasi ini jika tidak dapat dikelola dengan baik dan benar dapat mengakibatkan kebangkrutan. Sedangkan investasi pada Dinar menjanjikan tingkat hasil yang cukup stabil dengan tingkat risiko yang rendah dan terjaganya proteksi nilai, karena nilai emas yang tidak pernah turun terhadap mata uang apapun. Pada dasarnya bukan harga emas yang terus naik, tetapi nilai mata uang fiat (kertas) yang selalu mengalami penyusutan. Menurut fakta dalam kurun waktu 40 tahun daya beli rupiah mengalami penurunan sebesar 8% pertahun. Sedangkan emas, dalam kurun
waktu yang sama mengalami nilai kenaikan rata-rata 28.73% pertahun. Bagaimana jika Dinar yang merupakan koin emas dijadikan sebagai alat investasi. Tanpa diputar pun nilai emas akan selalu naik dan terjaga. b. Tabungan Haji dan Pensiun Gerai Dinar bekerjasama dengan biro perjalanan haji memberikan pelayanan tabungan haji kepada calon jamaah haji berupa tabungan Dinar, yaitu menabung dalam bentuk koin Dinar. Produk ini dibuat untuk mencegah nilai mata uang rupiah yang terus menyusut. Sebagai contoh: Biaya Perjalanan Haji awal tahun 2006 sebesar Rp. 26.000.000,00. Jika seseorang memutuskan menabung dalam bentuk koin Dinar dalam mempersiapkan biaya perjalanan hajinya untuk tahun tersebut, maka asumsi yang dipakai untuk menabung adalah asumsi harga emas tahun sebelumnya, yakni tahun 2005. Harga emas ketika itu Rp. 140.000,00 setara dengan 185,71 gram emas atau sekitar 43 7/10 keping Dinar. Pada waktu keberangkatan tahun 2006, orang tersebut akan memperoleh tabungan dalam koin Dinar dengan jumlah keping yang sama, tidak bertambah dan berkurang. Namun jika dikonversi ke dalam nilai Rupiah, dengan harga emas tahun 2006 Rp. 165.000,00. maka orang tersebut akan mendapat Rp. 30.642.857,14. Dia mendapat selisih Rp. 4.642.857,14, yang merupakan keuntungan baginya. Sedangkan jika orang tersebut menabung dalam bentuk rupiah, maka kondisi yang terjadi tidak akan seperti contoh tersebut
karena kondisi perekonomian yang tidak pernah stabil. Kalaupun ada keuntungan, mungkin hanya berkisar 10%-15% saja. Sedangkan untuk tabungan pensiun, bentuk pengelolaannya hampir sama dengan tabungan haji. Tabungan pensiun ini biasanya dalam jangka menengah ke atas, dan bisa saja di kombinasikan dengan produk lain untuk mendapat return lebih. Contohnya dapat dikombinasikan dengan produk Qiradh, yang dapat memberikan bagi hasil. c. Qard/Pinjaman Untuk sementara produk ini belum berjalan karena belum ada nasabah yang membutuhkan, tetapi ini dapat digunakan ketika ada permintaan dari nasabah. Pada dasarnya bentuk produk ini sama dengan pinjaman dalam bentuk mata uang lain. Namun objek yang digunakan adalah koin Dinar, yang nantinya pengembalian pun harus dalam bentuk koin Dinar dengan jumlah yang sama, tidak ada tambahan dan pengurangan. Jika ada selisih dalam pengembalian tersebut dalam rupiah karena inflasi, maka itu bukanlah riba tetapi dapat diniatkan sebagai ucapan terimakasih. d. Wakaf Tunai Gerai Dinar juga menyediakan pelayanan untuk wakaf tunai dalam bentuk koin Dinar. Produk ini hanya sebagai media dalam pengadaan Dinar untuk wakaf tunai, bukan kepada pengelolaan wakaf tunai
tersebut. Tetapi bisa saja Dinar yang diwakafkan tersebut dikelola dengan produk Qiradh yang ada di Gerai dinar yang nantinya hasil pengelolaan tersebut dapat dialokasikan untuk kemaslahatan ummat, sedangkan Dinar yang dikelola masih tetap utuh jumlah dan nilainya. e. Mas Kawin dan Hadiah Produk lain yang ditawarkan adalah pengadaan dinar untuk mas kawin (mahar) dan hadiah. Karena dinar terbuat dari emas, maka sangat pas dengan kebiasaan pemberian mahar berupa emas yang berlaku di Indonesia. Ini dapat dijadikan sebuah alternatif di mana emas yang diperdagangkan saat ini banyak dipermainkan oleh para pedagang emas. Emas yang banyak beredar saat ini adalah emas yang tidak lagi murni, banyak sekali campuran dengan logam lain. Bahkan ada kadar emas yang hanya 18%, sisanya adalah logam lain, seperti perak atau tembaga. Dinar juga sangat cocok dijadikan sebagai hadiah untuk rekan atau keluarga.
f. Zakat Produk ini sama dengan produk sebelumnya. Gerai Dinar hanya memfasilitasi pengadaan koin Dinar saja, bukan mengelola zakat tersebut. Jadi jika ada nasabah yang menginginkan berzakat dalam
bentuk koin Dinar, maka Gerai Dinar siap menyediakan Dinar dalam jumlah berapapun. g. Transakasi Barang dan Jasa Salah satu misi dari Gerai Dinar adalah bagaimana masyarakat yang telah memiliki Dinar dapat bertransaksi dengan Dinar, karena nilainya yang selalu stabil. Transaksi yang berlaku bukan hanya dalam bentuk barang, tetapi bentuk jasa pun diharapkan dapat berjalan. Contohnya, jual-beli rumah atau barang apapun, juga dalam pemberian upah atas jasa. h. Qiradh/Mudharabah Produk ini adalah bentuk kerjasama antara nasabah (shâhibul mal) dengan Gerai Dinar (mudhârib). Mudharabah ini dapat dilakukan secara terbuka ataupun terbatas waktu, tempat, jenis usaha, dan sebagainya sesuai dengan kesepakatan. Namun yang berjalan sekarang ini adalah usaha pengadaan dan penjualan dinar ke masyarakat. Produk ini ada karena kekurangan pasokan koin Dinar, tetapi lebih tepatnya adalah inisiatif mengcover keterlambatan dalam produksi/pencetakan koin Dinar. Karena permintaan koin Dinar semakin banyak sedangkan persediaan Dinar di Gerai Dinar terkadang tidak dapat memenuhi permintaan yang ada, maka produk ini dapat dijadikan alternatif.
Produk ini diaplikasikan dalam bentuk mudharabah dengan prosentase bagi hasil yang ditawarkan adalah 50% : 50%. Ilutrasinya sebagai berikut: -
Minimum Dinar yang di-Qiradh-kan adalah 20 Dinar dengan alasan bahwa agar biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi dari bagi hasil tersebut.
-
Jumlah Dinar yang dititipkan tersebut, sewaktu-waktu dapat dijual oleh Gerai Dinar kepada masyarakat dan dari hasil penjualan tersebut dibelikan kembali logam mulia agar modal tetap terjaga dalam bentuk dan nilai Dinar.
-
Misalnya anda membeli Dinar Rp. 1000.000,00/keping. Berarti ketika itu anda membeli 20 Dinar senilai Rp. 20.000.000,00, kemudian anda Qiradh-kan. Ternyata ketika Gerai Dinar menjual Dinar
kepada
masyarakat,
harga
Dinar
naik
menjadi
Rp.
1.065.000,00/keping. Maka untuk 20 Dinar yang baru terjual ada selisih sebesar Rp. 1.300.000,00. Asumsikan saja selisih tersebut jika dikonversi ke dalam Dinar adalah 1,2 Dinar. -
Dari pengadaan kembali Dinar tersebut, Gerai Dinar harus mengeluarkan pajak sebesar 2% dan biaya operasional 1%. Berarti untuk pengadaan 20 Dinar, total biaya dan pajak
yang harus
dikeluarkan adalah 2% x 20 = 0,4 ditambah 1% x 20 = 0,2 sama dengan 0,6 atau 60%, keuntungan bersih yang diterima oleh anda dan Gerai Dinar dari penjualan tersebut adalah 0,6 atau 60%.
-
Setelah bagi hasil, anda akan mendapat 0,3 Dinar dan Gerai Dinar akan mendapat 0,3 Dinar.
-
Ini hanya dalam sekali perputaran saja, bagaimana jika Dinar tersebut berhasil diputar sebanyak sekali dalam sebulan. Hal ini sangat mungkin terjadi, maka keuntungan yang akan diperoleh dalam satu tahun adalah 20 Dinar + (0,3 x 12) = 23,6 dinar. Atau misalkan saja Dinar anda hanya berputar hanya sebanyak dua bulan sekali maka keuntungan dari selisih penjualan Dinar tersebut adalah 20 Dinar + (0,3 x 12/2) = 21,8 Dinar. Ini sangat cukup untuk memenuhi kewajiban anda membayar zakat sebanyak ½ Dinar untuk nishab emas yaitu 20 Dinar dan telah jatuh haulnya (1 tahun). Setalah zakat dibayarkan anda masih memiliki 21,3 Dinar.
Dari beberapa produk yang ditawarkan di atas, sebenarnya Dinar dapat dimanfaatkan dalam tiga pilihan layanan yang ditawarkan Gerai Dinar:
1) Get the Dinar and Keep it Own Membeli Dinar dan menyimpannya sendiri, keuntungan dari pilihan ini adalah pembeli dapat menyimpannya sendiri, sehingga merasa lebih nyaman dan dapat menggunakan atau memanfaatkan Dinar jika sewaktuwaktu dibutuhkan. Kerugiannya adalah keamanan dalam penyimpanan Dinar tersebut.
2) Keep the Dinar in Save at a Cost
Layanan ini mirip dengan jasa penyimpanan melalui safe deposit box. Pembeli Dinar menitipkan Dinarnya kepada Gerai Dinar untuk dijaga keamanannya. Dengan ini pembeli dikenakan biaya sebesar 0,5% pertahun dari jumlah Dinar yang dititipkan, biaya ini meliputi biaya asuransi syari’ah, biaya safe deposit box, dan biaya tanggung jawab penyimpanan. Keuntungan dari layanan ini adalah Dinar anda akan aman dan anda dapat mengambil Dinar tersebut kapanpun anda membutuhkannya. Kekurangannya adalah Dinar anda yang nilai yang jumlahnya tetap akan berkurang karena biaya yang dikenakan atas layanan ini, dan jika sudah sampai haulnya maka anda harus mengeluarkan zakat atas Dinar yang anda miliki, yang otomatis mengurangi nilai Dinar anda.
3) Make the Dinar Productive in Qiradh Program Layanan ketiga adalah investasi Dinar yang telah dipaparkan di atas sehingga Dinar yang dimiliki terus berputar dan menghasilkan keuntungan. Kekurangan dari layanan ini adalah Dinar yang diQiradh-kan tidak dapat diambil sewaktu-waktu ketika dibutuhkan sampai jatuh tempo (habis masa perjanjian). 2. Sistem Pemasaran dan Pertumbuhan Dinar di Gerai Dinar Dinar Gerai Dinar memiliki cara memasarkan Dinar yang unik, yaitu melalui website dan penjualan secara langsung dengan perantara agen (marketer).
a. Melalui Website Konsep pemasaran melalui website dirasa cukup efektif untuk kondisi sekarang ini. Karena kesibukan para investor atau para calon pembeli, selain itu banyak sekali orang yang menggunakan jasa dunia maya untuk melakukan berbagai transaksi ataupun sekedar mendapatkan informasi. Gerai Dinar sendiri memiliki situs resmi dengan nama www.GeraiDinar.org. Situs ini diharapkan menjadi media bagi para investor ataupun para pencari informasi tentang ekonomi Islam secara umum, dan khususnya tentang Dinar, juga untuk kepentingan kegiatan yang menunjang Gerai Dinar sendiri. Cara pemasaran seperti ini cukup berhasil, dan keberhasilan tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengunjung situs ini. Pertumbuhan pengunjung situs ini dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2008 dapat dilihat pada grafik: Gambar 3.1. Grafik Pertumbuhan Pengunjung Situs
GRAFIK PERTUMBUHAN PENGUNJUNG SITUS 25000 20000 15000 Series1
10000 5000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
(Sumber: www.geraidinar.com)
b. Melalui Agen Cara pemasaran lain yang digunakan oleh Gerai Dinar adalah pemasaran melalui agen. Agen di Gerai Dinar dibagi ke dalam dua macam, yaitu agen mandiri dan agen referral. Agen mandiri adalah agen yang wajib memiliki 100 Dinar dengan modalnya sendiri untuk nantinya dipasarkan (dijual). Jadi, 100 Dinar yang dimilikinya merupakan persediaan. Sedangkan agen referral tidak mesti memiliki 100 Dinar. Untuk pengadaan Dinar jika ada pembeli, maka agen referral ini dapat memesan langsung ke Gerai Dinar atau melalui agen mandiri tadi. Sistem pemasaran agen ini memiliki konsep MGM (Member Get
Member), maksudnya adalah nasabah atau orang yang telah memiliki Dinar dari pembeliannya di Gerai Dinar berarti dia termasuk ke dalam member Gerai Dinar. Jika ada orang lain yang ingin membeli Dinar melalui orang tersebut, maka dia akan mendapat keuntungan dari penjualan tersebut. Konsep ini berbeda dengan konsep MLM (Multi
Level Marketing), karena hanya member yang aktiflah yang akan banyak mendapat keuntungan. Untuk komisi pemasaran ini sebesar 1% dari jumlah Dinar yang dijual. Sebenarnya margin penjualan Dinar adalah 4%, tetapi margin tersebut dialokasikan untuk beberapa item,
seperti pajak sebesar 2%, Gerai Dinar sebesar 1%, dan sisanya sebesar 1% untuk agen. Mengenai omzet harian Gerai Dinar tidak dapat dipaparkan secara detail, karena itu merupakan internal perusahaan. Namun secara umum omzet Gerai dinar perhari sebelum krisis mencapai 200 Dinar. Dan setelah krisis, ketika orang telah sadar akan pentingnya investasi dan banyak orang yang mulai melirik keberadaan Dinar emas karena harganya yang stabil, maka omzet penjualan Dinar di Gerai Dinar mencapai 500 Dinar/hari.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pergerakan Harga Dinar dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pergerakan harga Dinar rata-rata atau Moving Average Dinar digunakan untuk menganalisis harga Dinar, dengan tujuan menghitung rata-rata bergerak yang menunjukkan arah pergerakan Dinar periode tertentu. Pada penelitian ini pergerakan harga Dinar disajikan dalam bentuk grafik dengan periode selama 5 tahun 3 bulan atau selama 63 bulan, dimulai bulan Januari 2003 sampai dengan bulan Maret 2008. Harga Dinar yang digunakan adalah harga emas hari terakhir pada bulan yang diteliti dan mengacu pada harga emas dunia yang diperoleh dari situs www.kitco.com. Harga Dinar ini kemudian dikonversi ke dalam Rupiah dengan cara mengalikan harga emas tersebut dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Sedangkan data SWBI diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia yakni www.bi.go.id. Sama halnya dengan Dinar, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) disajikan dalam bentuk grafik dengan periode yang sama seperti Dinar. Data data SWBI yang akan dianalisis adalah data Bank Indonesia Wadiah
Certificates -Bonus atau Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Karena perubahan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah (SBIS), maka data terbaru SBIS periode bulan April-September yang diperoleh dari website Bank Indonesia tidak dianalisis terlalu mendalam.
Adapun data harga Dinar dan bonus SWBI bulanan periode Januari 2003 sampai dengan Maret 2008 dapat dilihat pada tabel 4.1 : Tabel 4.1. Harga Dinar (belum termasuk harga cetak dan biaya lainnya) dan Bonus SWBI No. 1
Tahun
Bulan
2003 Januari
Dinar (Rupiah)
Bonus SWBI
408,504.46
7.52%
2
Februari
390,464.56
6.49%
3
Maret
377,294.85
10.32%
4
April
369,769.44
9.91%
5
Mei
377,335.47
5.50%
6
Juni
358,651.57
7.98%
7
Juli
383,879.28
10.50%
8
Agustus
399,002.27
7.11%
9
September
407,501.90
3.50%
10
Oktober
415,477.56
8.75%
11
November
425,414.46
5.26%
12
Desember
443,502.39
4.96%
423,813.52
4.85%
13
2004 Januari
14
Februari
433,271.71
3.15%
15
Maret
458,563.53
3.34%
16
April
418,156.66
2.10%
17
Mei
458,578.38
2.10%
18
Juni
464,422.26
3.85%
19
Juli
444,265.54
4.12%
20
Agustus
474,573.45
3.15%
21
September
481,215.77
4.12%
22
Oktober
489,267.07
5.08%
23
November
508,855.42
5.76%
24
Desember
513,673.23
4.78%
482,673.46
4.11%
25
2005 Januari
26
Februari
502,710.61
3.75%
27
Maret
509,532.22
3.58%
28
April
526,800.68
4.49%
29
Mei
494,469.90
3.75%
30
Juni
525,005.14
4.62%
31
Juli
529,343.56
4.56%
32
Agustus
550,139.77
3.92%
33
September
601,741.90
4.11%
34
Oktober
584,599.77
4.77%
35
November
622,143.61
5.17%
36
Desember
637,355.98
5.42%
667,371.87
4.32%
37
2006 Januari
38
Februari
651,849.61
4.62%
39
Maret
664,038.26
4.75%
40
April
728,850.46
4.80%
41
Mei
737,187.99
7.97%
42
Juni
703,134.42
4.95%
43
Juli
723,974.60
5.06%
44
Agustus
728,210.26
5.79%
45
September
696,440.42
4.45%
46
Oktober
708,140.64
5.33%
47
November
742,083.57
8.54%
48
Desember
730,688.60
8.62%
742,518.24
8.07%
49
2007 Januari
50
Februari
770,276.10
4.53%
51
Maret
758,529.03
6.48%
52
April
774,235.50
6.27%
53
Mei
764,072.44
6.26%
54
Juni
738,352.00
5.33%
55
Juli
755,381.12
5.71%
56
Agustus
788,822.57
5.15%
57
September
852,870.54
6.61%
58
Oktober
908,286.96
6.47%
59
November
921,031.00
6.87%
60
Desember
978,611.72
6.80%
61
Januari
1,090,595.29
5.95%
62
Februari
1,103,803.97
6.06%
Maret
1,070,274.96
6.32%
63
2008
(sumber: www.kitco.com dan www.bi.go.id, data diolah sendiri)
Gambar 4.1. Harga Dinar Periode Januari 2003-Maret 2008
Rupiah
GRAFIK HARGA DINAR 1200000.00 1000000.00 800000.00 600000.00 400000.00 200000.00 0.00 1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 Bulan ke39
(Data diolah sendiri dari berbagai sumber )
Grafik di atas menunjukkan secara visual bahwa fluktuasi harga Dinar yang disebabkan menguat atau melemahnya nilai mata uang uang Rupiah terhadap mata uang lain di dunia, khususnya Dolar Amerika. Padahal Dinar tidak akan pernah berkurang nilainya, karena emas memiliki nilai nominal sama dengan intrinsiknya. Meskipun ada beberapa periode yang mengalami penurunan, tetapi Dinar akan kembali stabil. Penyebabnya adalah nilai mata uang kertas yang selalu menyusut terhadap daya beli masyarakat. Jadi, emas akan selalu terlihat stabil dan kalaupun ada kenaikan atau penurunan bukan terhadap nilai emas tersebut, tetapi nilai mata uang yang digunakan sebagai konversi nilai emas yang menyusut terhadap mata uang lainnya. Dari grafik di atas dapat dilihat kenaikan yang cukup kentara di akhir tahun 2007 dan awal 2008. Harga Dinar melonjak naik yang disebabkan oleh turunnya nilai Rupiah dan adanya kenaikan harga minyak dunia karena spekulasi Amerika. Gambar 4.2. Return Dinar 39
BPS (Badan Pusat Statistik) dan www.kitco.com
RETURN DINAR 0.1500 0.1000 0.0500 0.0000 -0.0500
1
6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61
-0.1000 Bulan ke-
(Sumber data sama dengan grafik di atas)
Grafik di atas menunjukkan bahwa fluktuasi return Dinar yang cukup signifikan, ini disebabkan oleh harga emas dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Kedua faktor tersebut sangat menentukan harga Dinar karena Dinar memakai acuan emas standar Internasional. Ketika harga emas dunia naik dan nilai tukar rendah, maka harga Dinar dalam kondisi yang baik. Tetapi akan berbanding terbalik ketika harga emas dunia naik dan nilai tukar rupiah tinggi, ini akan mengakibatkan harga Dinar naik pula.
Gambar 4.3. Bonus SWBI periode Januari 2003-Maret 2008
Grafik Bonus SWBI
Series1
12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 1
4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 Bulan ke-
(Sumber data: www.bi.go.id)
Bonus SWBI adalah posisi di mana Bank Indonesia memberikan bonus atas sejumlah dana yang dititipkan Bank Syariah atau UUS kepadanya. Grafik bonus SWBI di atas menunjukkan fluktuasi yang cukup kentara, karena pemberian bonus tersebut adalah kebijakan Bank Indonesia dengan melihat beberapa faktor seperti kondisi perekonomian sehingga besar-kecilnya bonus yang diberikan salah satunya mengacu kepada faktor tersebut. Selain itu perkembangan dan peran perbankan syariah pun turut andil dalam penentuan bonus SWBI, karena jika kondisi perbankan syariah bagus maka akan semakin banyak dana yang terhimpun maka bank syariah akan mengalokasikan lebih banyak untuk SWBI.
Gambar 4.4. Bonus SBIS periode April-Oktober 2008
GRAFIK SBIS 0.80% 0.72%
0.70% 0.60%
0.60%
0.66%
0.64%
0.62%
0.61%
0.53%
0.50% 0.40%
Series 1
0.30% 0.20% 0.10%
7
6
5
4
3
2
1
0.00% April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober
(Sumber data: www.bi.go.id)
Sama halnya dengan SWBI, bonus SBIS juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas. Yang membedakan antara SBIS dengan SWBI adalah bentuk akad yang digunakan. SBIS menggunakan akad Ju’alah, sedangkan SWBI menggunakan akad Wadiah. Bonus SBIS yang diberikan oleh Bank Indonesia pada grafik di atas tidak terlalu menunjukkan kenaikan yang tinggi per bulannya. Hal ini dikarenakan perubahan SWBI ke SBIS yang belum terlalu lama jangka waktunya dan masih memerlukan adaptasi bagi bank syariah atas akad yang baru ini.
B. Pengembalian Yang Diharapkan (Expected Return) atas Dinar dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Setelah dihimpun data historis Dinar dan SWBI, maka tahap selanjutnya adalah mengetahui pengembalian yang diharapkan (expected return) atas Dinar dan SWBI dengan melihat rata-rata tertimbang dari berbagai return historis, yang mana faktor penimbangnya adalah probabilitas masing-masing return.
Oleh karena itu, sebelumnya perlu diketahui masing-masing return dari data historis tersebut dengan formula yang telah dipaparkan di bab sebelumnya, yaitu persamaan (2-1). Cara yang digunakan adalah nilai akhir asset ( Pi −1 ) dikurangkan dari nilai akhir asset ( Pi ) dan kemudian selisih tersebut dibagi dengan nilai awal asset ( Pi −1 ), hasilnya adalah return dari masing-masing data historis. Selanjutnya, untuk mengetahui pengembalian yang diharapkan (expected return) dapat digunakan cara mengetahui rata-rata return dari data historis tersebut. Berikut adalah hasil perhitungan return dari masing-masing data historis (actual return) Dinar dan SWBI: Tabel 4.2.
Return Dinar dan SWBI
Return No.
Tahun
Bulan Dinar
1
2003 Januari
SWBI
-
0.0063
2
Februari
-0.0442
0.0054
3
Maret
-0.0337
0.0086
4
April
-0.0199
0.0083
5
Mei
0.0205
0.0046
6
Juni
-0.0495
0.0067
7
Juli
0.0703
0.0088
8
Agustus
0.0394
0.0059
9
September
0.0213
0.0029
10
Oktober
0.0196
0.0073
11
November
0.0239
0.0044
12
Desember
0.0425
0.0041
-0.0444
0.0040
13
2004 Januari
14
Februari
0.0223
0.0026
15
Maret
0.0584
0.0028
16
April
-0.0881
0.0018
17
Mei
0.0967
0.0018
18
Juni
0.0127
0.0032
19
Juli
-0.0434
0.0034
20
Agustus
0.0682
0.0026
21
September
0.0140
0.0034
22
Oktober
0.0167
0.0042
23
November
0.0400
0.0048
24
Desember
0.0095
0.0040
-0.0603
0.0034
25
2005 Januari
26
Februari
0.0415
0.0031
27
Maret
0.0136
0.0030
28
April
0.0339
0.0037
29
Mei
-0.0614
0.0031
30
Juni
0.0618
0.0039
31
Juli
0.0083
0.0038
32
Agustus
0.0393
0.0033
33
September
0.0938
0.0034
34
Oktober
35 36 37
-0.0285
0.0040
November
0.0642
0.0043
Desember
0.0245
0.0045
0.0471
0.0036
-0.0233
0.0039
2006 Januari
38
Februari
39
Maret
0.0187
0.0040
40
April
0.0976
0.0040
41
Mei
0.0114
0.0066
42
Juni
-0.0462
0.0041
43
Juli
0.0296
0.0042
44
Agustus
0.0059
0.0048
45
September
-0.0436
0.0037
46
Oktober
0.0168
0.0044
47
November
0.0479
0.0071
48
DeSember
-0.0154
0.0072
0.0162
0.0067
0.0374
0.0038
49
2007 Januari
50
Februari
51
Maret
-0.0153
0.0054
52
April
0.0207
0.0052
53
Mei
-0.0131
0.0052
54
Juni
-0.0337
0.0044
55
Juli
0.0231
0.0048
56
Agustus
0.0443
0.0043
57
September
0.0812
0.0055
58
Oktober
0.0650
0.0054
59
November
0.0140
0.0057
60
Desember
0.0625
0.0057
61
Januari
0.1144
0.0050
62
Februari
0.0121
0.0051
-0.0304
0.0053
63
2008
Maret
Expected Return Dinar dan SWBI
Expected Return / E(R)
Dinar
SWBI
0.0166
0.0046
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa E ( R) Dinar adalah 0.0166 atau sebesar 1.66%. Sedangkan E ( R) SWBI adalah 0.0046 atau sebesar 0.46%. Penghitungan menunjukkan kenuntungan yang diharapkan (Expected Return) terbesar adalah
E ( R) Dinar, tetapi ini bukan berarti sebuah kesimpulan Dinar tersebut prospektif karena risiko dari masing-masing instrument belum dilihat. Risiko dari dari Dinar dan SWBI perlu diketahui karena merupakan sebuah penyimpangan dari return yang diharapkan terhadap pengembalian aktualnya.
C. Risiko Dinar dan SWBI Setelah pengembalian yang diharapkan diketahui, tahap selanjutnya adalah mengetahui tingkat risiko atas asset yang dijadikan instrument investasi. Pada dasarnya investor selalu dihadapkan dengan ketidakpastian memperoleh tingkat
keuntungan, ada kemungkinan untuk keuntungan tersebut menyimpang dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat penyimpangan (risiko) suatu asset menggunakan persamaan (2-3) dan (2-4). Caranya dengan menghitung varian σ 2 dan standar deviasi σ investasi tersebut. Karena standar deviasi dan varian dapat menunjukkan seberapa besar penyebaran distribusi probabilitas (variabel random di antara rata-ratanya). Kedudukan risiko di sini dapat disamakan dengan standar deviasi. Berikut adalah penghitungan varian dan standar deviasi atas Dinar dan SWBI: Varian dan Standar Deviasi Dinar ; SWBI No
Instrument
Varian
STDEV
E(R)
1
Dinar
0.0019
4.38%
1.66%
2
SWBI
0.0000024
0.1536%
0.46%
Tabel di atas menunjukan varian Dinar sebesar 0.0019 dan standar deviasinya sebesar 4.38%. Sedangkan pada SWBI diketahui variannya sebesar 0.0000024 dan standar deviasinya sebesar 0.46%. Risiko tertinggi terletak pada Dinar,
tetapi tingkat
pengembalian pada Dinar cukup besar yakni 1.66%. Tingkat risiko SWBI sangat kecil dibandingkan dengan Dinar, yakni sebesar 0.1536%, begitu juga tingkat pengembalian pada SWBI tidak menunjukkan angka yang lebih besar yakni sebesar 0.46%. Dengan diketahuinya tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dari masing-masing instrumen, maka ini bisa dijadikan perbandingan untuk mengetahui instrumen mana yang lebih baik. Ini dapat dilihat melalui grafik di bawah ini:
Gambar 4.5. Posisi Dinar dan SWBI berdasarkan Expected Return dan Risikonya
Risk (STDEV)
Posisi Dinar dan SWBI 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% 0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
SWBI, Dinar
2.00%
Return/ E(R)
(Data diolah sendiri)
Grafik di atas menunjukkan posisi Dinar dan SWBI berdasarkan Expected
Return dan Risikonya. SWBI berada di posisi 0.46% (Expected Return) dan 0.153% (Risiko), sedangkan Dinar berada di posisi 4.38% (Expected Return) dan 1.66% (Risiko). Secara visual dapat dilihat bahwa Dinar berada di posisi yang paling baik dibandingkan SWBI. Namun untuk lebih yakin dengan hal tersebut, maka akan dilakukan pengujian selanjutnya.
D. Optimalisasi Investasi Dinar dan SWBI (Komparasi Dinar dan SWBI) Tahap selanjutnya dalam analisis ini adalah mengetahui apakah ada perbedaan antara investasi emas dan SWBI dengan metode Perbandingan Variabel Bebas (uji t). Dalam pengujian ini digunakan pengujian dua arah (two tailed test) untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara dua instrumen, kemudian dilanjutkan dengan pengujian satu arah (one tailed test) untuk mengetahui suatu hasil yang lebih baik antara dua
instrumen. Karena sampel (n > 30), maka kedua pengujian ini menggunakan rumus Z0 dengan menentukan nilai ( α ) sebagai tingkat nyata atau probabilita. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini, di antaranya: membuat hipotesa, mencari nilai kritis,menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0, test statistik, membuat keputusan dengan membandingkan antara nilai kritis dengan test statistiknya, dan membuat kesimpulan atas pengujian tersebut. 1. Pengujian Dua Arah (two tailed test). Secara umum dapat dikatakan bahwa rata-rata dua sampel tersebut berbeda, tetapi harus ditentukan hipotesa yang menganggap bahwa dua sampel tersebut memiliki rata-rata yang sama dan menganggap bahwa dua sampel tersebut memiliki ratarata yang berbeda. Ini disajikan dalam bentuk hipotesa nol (H0) dan hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2 , dipaparkan dalam kalimat sebagai berikut: H0 : Ada perbedaan yang signifikan antara return Dinar dan SWBI Ha : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara return Dinar dan SWBI Taraf signifikansi yang digunakan adalah sebesar α = 0.05, nilai kritis z α /2 = ± 1.96. H0 diterima bila -1.96 ≤ z ≤ 1.96 dan H0 ditolak bila z > 1.96 atau z < -1.96. Dalam kondisi seperti ini secara otomatis Ha diterima. Untuk mengetahui nilai z, maka digunakan rumus:
z=
X1 − X 2
σ X1 − X 2
dengan σ X
1− X 2
=
S12 S 22 + n1 n2
maka, z = 0.011958
= 2.1503
0.005561
H0 ditolak
Ha diterima 95% H0 diterima
-1.96
1.96
( α /2) = 0.025
2.1503
Dari pengujian di atas dapat dilihat bahwa -z α /2 ≤ z ≥ z α /2 (-1.96 ≤ 2.1503 ≥ 1.96), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dan menunjukkan sebuah kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara return Dinar dan
return SWBI. 2. Pengujian Satu Arah (one tailed test) Pengujian satu arah ini hanya melihat salah satu sisi daerah penolakan, di sini akan digunakan daerah penolakan positif atau uji pihak kanan. Hipotesa pengujian ini dikemukakan dengan: H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2 , dipaparkan dalam kalimat sebagai berikut:
H0 : Return Dinar sama dengan return SWBI Ha : Return Dinar lebih besar atau lebih baik dari return SWBI Taraf signifikansi yang digunakan sama dengan taraf signifikansi pada pengujian dua arah, yaitu sebesar
α = 0.05, nilai kritis Z α = 1.645.
Kondisi H0 diterima jika z ≤ 1.645 yang secara otomatis menolak Ha, dan H0 ditolak bila z > 1.645 yang otomatis menerima Ha. Maka nilai z adalah z = 0.011958
= 2.1503
0.005561
Ha diterima 95% H0 diterima
( α ) = 0.05
1.645
Penghitungan di atas menunjukkan bahwa z > z α (2.1503 > 1.645), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Karena H0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa antara return Dinar dan SWBI ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan, dan dapat disimpulkan bahwa Dinar menunjukkan return yang lebih baik dibandingkan dengan return SWBI pada
α = 0.05.
Pengujian di atas memberikan sebuah kondisi yang mungkin saja terjadi, bahwa return Dinar memang lebih unggul dibandingkan dengan
SWBI. Rata-rata return Dinar pertahun menunjukkan angka 1.66%, sedangkan SWBI hanya menunjukkan angka sebesar 0.46%. jadi, return Dinar lebih unggul sebesar 1.20% dari return SWBI. Selain itu risiko yang dimiliki Dinar yang tidak pernah terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara tertentu, karena Dinar ini mengikuti prosedur Internasional. Meskipun secara angka risiko emas menunjukkan angka yang lebih besar dibandingkan SWBI, yaitu sebesar 4.38% : 0.1536% atau kurang lebih 1: 28.49, tetapi risiko yang dimaksud adalah karena pengaruh turunnya nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang di dunia, khususnya Dolar Amerika yang digunakan sebagai ukuran bagi Dinar Indonesia, bukan karena risiko atas nilai emas itu sendiri. Nilai Dinar emas akan selalu stabil karena Dinar memiliki nilai sesuai dengan kondisi Dinar itu sendiri.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan penulis, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengelolaan Dinar pada Gerai Dinar diaplikasikan dalam beberapa produk, seperti investasi, proteksi nilai aset, qiradh/mudharabah,
qardh/pinjaman, zakat, mas kawin, hadiah, wakaf tunai, dan lain-lain. Salah satu bentuk pengelolaan Dinar di Gerai Dinar adalah qiradh atau
mudharabah, yaitu salah satu bentuk kerjasama antara pemilik Dinar (shâhibul mal) dengan Gerai Dinar (mudhârib) dalam pengadaan Dinar yang akan ada bagi hasil dari selisih penjualan Dinar tersebut. Pada jenis pengelolaan ini para pemilik Dinar akan menyerahkan Dinar yang mereka miliki untuk dikelola oleh Gerai Dinar. Gerai Dinar mempergunakan Dinar yang diserahkan tersebut untuk menutupi kekurangan cadangan Dinar yang dimiliki atas beberapa permintaan yang disebabkan waktu produksi yang tidak cepat. Dari penjualan Dinar tersebut ke pihak lain, ada selisih harga sekarang dan harga yang lalu. Dari selisih inilah dilakukan bagi hasil, biasanya sebesar 50%:50%.
2. Hasil pengujian menunjukkan perbedaan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) Dinar yang cukup signifikan dengan SWBI. E(R) Dinar menunjukkan angka sebesar 1.66%, sedangkan E(R) SWBI sebesar 0.46%. Risiko Dinar ditunjukan oleh angka sebesar 4.38%, sedangkan risiko SWBI sebesar 0.1536%. Dari beberapa data tersebut dapat diketahui lebih dini bahwa Dinar memiliki tingkat pengembalian yang baik meski risiko pada Dinar lebih besar dari SWBI. Ini menunjukkan secara visual bahwa investasi Dinar dapat dikatakan lebih baik. 3. Pengujian Hipotesis menyatakan bahwa E(R) Dinar lebih besar daripada SWBI. Pada pengujian dua arah (two tailed test) diketahui bahwa -z α /2 ≤ z ≥ z α /2 (-1.96 ≤ 2.1503 ≥ 1.96), ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dan menunjukkan sebuah kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara return Dinar dan return SWBI. Untuk pengujian satu arah (one
tailed test) ini dapat dilihat hasil t hitung yang menunjukkan angka lebih besar daripada t tabel, yaitu z > z (2.2285 > 1.645) dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa Dinar menunjukkan
return yang lebih baik dibandingkan dengan return SWBI.
B. Saran Saran yang ditulis ini semoga dapat dijadikan acuan dan masukan bagi pihakpihak terkait.
1. Bagi para investor sebaiknya memilih alat investasi yang dirasa cukup aman dan dapat memberi keuntungan. Selain keuntungan, risiko dan faktor penyebab risiko dari instrumen tersebut harus diperhatikan pula. Karena return dan risiko adalah dua hal penting yang tidak terpisahkan dalam menganalisis alat investasi. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada investor yang berani berinvestasi pada instrumen yang memiliki risiko yang besar, yang tentunya akan memberikan pengembalian yang menjanjikan. 2. Nilai emas yang stabil dan kebal inflasi dapat dijadikan sebuah alternatif bagi siapapun yang menginginkan sebuah kondisi yang nyaman. Tapi pengembalian emas ini hanya dapat dirasakan dalam jangka waktu panjang, karena nilai emas tidak terus menerus mengalami kenaikan. Jadi, bagi investor yang ingin berinvestasi di Emas sebaiknya memilih emas ini sebagai alat investasi jangka panjang. 3. Bagi pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi keberadaan
emas
sebagai alat
investasi, atau
bahkan
dapat
dipergunakan sebagai alat tukar kedua setelah rupiah. Karena nilainya yang tidak pernah menyusut terhadap mata uang apapun di Dunia. Untuk pengadaan Dinar sebaiknya pemerintah mengkaji ulang atas penetapan pajak, karena dirasakan ada ketidakadilan. Hal ini dapat dirasakan dengan tidak adanya penetapan pajak terhadap perhiasan
yang sama-sama terbuat dari emas, atau emas lantakan yang juga mulai dipergunakan sebagai alat investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim Al-Jawi, Sufyan, Kemilau Investasi Dinar Dirham (Mu’amalah Syar’i Tanpa Riba), Depok: Pustaka Adina, 2007
Ash Shan’ani, Subulussalam, Penerjemah: Abu Bakar Muhamad, Surabaya: al-Ikhlas, 1991
Bewley, AbdalHaqq dan Amal Abdalhakim-Douglas, Restorasi Zakat (Menegakkan
Kembali Pilar yang Runtuh), Depok: Pustaka Adina, 2005
Boediono, Ekonomi Moneter, ed III, Yogyakarta: BPFE, 1999 El-Diwany, Tarek, The Problem With Interest (Sistem Bunga dan Permaslahannya). Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003 Frank, Fabozzi J, Manajemen Investasi, Buku 1 Prentice Hall, Jakarta: Salemba Empat, 1999 Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002 Hakim, Abdul, Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: EKONISIA, 2002 Halim, Abdul, Analisis Investasi. Depok: Salemba Empat, 2003
Hamidi, M. Luthfi, Gold Dinar (Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan), Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007 Hasan, Ahmad, Mata Uang Islami (Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami, Bandung: INFID, 2004
Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004 Husnan, Suad, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001 Iqbal, Muhaimin, Mengembalikan Kemakmura Islam dengan Dinar dan Dirham, Depok: Spiritual Learning – Dinar Club, 2007
………….., Dinar Solution (Dinar Sebagai Solusi), Jakarta: Gema Insani, 2008 NH, M. Firdaus, dkk, Sistem Keuangan dan Investasi Syari’ah, Jakarta:Renaisan Anggota IKAPI, 2005
Nopirin, Ekonomi Moneter Buku II, Yogyakarta: BPFE. 2000
Palaloi, M. Ihsan, dkk, Kemilau Investasi Emas (Menjaga dan Melejitkan Kesehatan
Finansial
dengan
Emas),
Jakarta:
Penerbit
Science
Research
Foundation, 2006
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2006
Saleh, Samsubar, Statistik Induktif, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001
Sarkaniputra, Murasa, Ilmu Ekonomi (Pengantar Ekonomi Moneter: Suatu Awalan). Bahan Pengajaran Ekonomi, Perbankan dan Asuransi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2000
Sharpe, William F, dkk, Investasi Jilid I, Jakarta: Indeks, 2005 Sula, M. Syakir, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004
Tandelilin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta: BPFE, 2001
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, Jakarta: Depdiknas Balai Pustaka, 2005
Widyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005 Qardawi, Yusuf , Hukum Zakat, cet V, Bandung: Mizan, 1999 Jalaluddin, “Dinar-Dirham; Menggagas Standarisasi Sistem Moneter Negara-Negara Islam”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 6/7/2004 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/11/PBI/2008 Http://www.geraidinar.com www.kitco.com www.bps.com www.bi.go.id
Lampiran: Daftar Harga Emas Dunia dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tahun
Bulan
2003 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2004 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2005 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Harga Emas (US Dollar) 367.40 349.60 336.30 338.90 364.10 346.70 354.60 375.30 384.20 384.50 398.50 415.20 402.00 409.90 426.40 386.80 394.10 394.20 389.60 409.30 418.10 429.30 451.70 438.10 421.20 434.60 427.40 434.40 417.00 434.40 430.10
Nilai Tukar Rupiah 8877 8917 8957 8711 8274 8259 8643 8488 8468 8627 8523 8528 8417 8439 8586 8631 9290 9406 9104 9257 9189 9099 8994 9361 9149 9235 9518 9682 9467 9649 9826
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
2006
2007
2008
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli August September Oktober November Desember Januari Februari Maret
435.00 468.70 465.80 493.40 516.60 568.70 560.80 581.50 659.30 638.90 600.20 633.50 626.90 602.80 607.20 646.30 634.30 652.30 672.10 663.30 678.00 662.20 647.50 663.60 673.20 744.90 796.70 783.10 833.30 925.30 972.90 930.00
10097 10250 10020 10067 9850 9369 9280 9117 8826 9212 9353 9124 9274 9224 9311 9167 9197 9088 9150 9130 9117 9212 9104 9088 9355 9141 9102 9390 9376 9410 9058 9188
Lampiran: Harga Emas Dunia (US Dollar) dan Nilai Tukar Rupiah
Harga Emas
No.
1
Tahun
(US Dollar)
Nilai Tukar Rupiah
367.40
8877
Bulan
2003 Januari
2
Februari
349.60
8917
3
Maret
336.30
8957
4
April
338.90
8711
5
Mei
364.10
8274
6
Juni
346.70
8259
7
Juli
354.60
8643
8
Agustus
375.30
8488
9
September
384.20
8468
10
Oktober
384.50
8627
11
November
398.50
8523
12
Desember
415.20
8528
402.00
8417
13
2004 Januari
14
Februari
409.90
8439
15
Maret
426.40
8586
16
April
386.80
8631
17
Mei
394.10
9290
18
Juni
394.20
9406
19
Juli
389.60
9104
20
Agustus
409.30
9257
21
September
418.10
9189
22
Oktober
429.30
9099
23
November
451.70
8994
24
Desember
438.10
9361
421.20
9149
25
2005 Januari
26
Februari
434.60
9235
27
Maret
427.40
9518
28
April
434.40
9682
29
Mei
417.00
9467
30
Juni
434.40
9649
31
Juli
430.10
9826
32
Agustus
435.00
10097
33
September
468.70
10250
34
Oktober
465.80
10020
35
November
493.40
10067
36
Desember
516.60
9850
Januari
568.70
9369
38
Februari
560.80
9280
39
Maret
581.50
9117
40
April
659.30
8826
37
2006
41
Mei
638.90
9212
42
Juni
600.20
9353
43
Juli
633.50
9124
44
Agustus
626.90
9274
45
September
602.80
9224
46
Oktober
607.20
9311
47
November
646.30
9167
48
Desember
634.30
9197
Januari
652.30
9088
50
Februari
672.10
9150
51
Maret
663.30
9130
52
April
678.00
9117
53
Mei
662.20
9212
54
Juni
647.50
9104
55
Juli
663.60
9088
56
August
673.20
9355
57
September
744.90
9141
58
Oktober
796.70
9102
59
November
783.10
9390
60
Desember
833.30
9376
61
Januari
925.30
9410
62
Februari
972.90
9058
Maret
930.00
9188
49
63
2007
2008