ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH TERHADAP INVESTASI DINAR (Studi Kasus Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari‟ah
Oleh : FENTY FUMIATY NIM 082311048
JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. Jl. Tugu Lapangan Tambakaji, Ngaliyan Semarang H. Tolkah, MA Karonsih Baru Raya No. 87 RT 3/XII, Ngaliyan Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks.
Kpd Yth.
Hal
Dekan Fakultas Syariah
: Naskah Skripsi A.n. Sdri. Fenty Fumiaty
IAIN Walisongo Semarang Di Semarang
Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari : Nama NIM Judul Skripsi
: Fenty Fumiaty : 082311048 : ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH TERHADAP INVESTASI DINAR (Studi Kasus Tabungan M-Dinar di BMT Artha Kencana Mulia Semarang)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Semarang, 16 Juni 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag NIP. 19630801 199203 1 001
H. Tolkah, MA NIP. 19690507 199603 1 005
ii
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun
pikiran-pikiran
orang
lain
kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang,16 Juni 2012 Deklarator
FENTY FUMIATY NIM : 082311048
iv
ABSTRAK Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syariah (termasuk BMT) untuk memobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha. Mudharabah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari bentuk kerjasama yang bersifat amanah, tolong menolong dan saling membantu antar sesama manusia. Hal ini dikarenakan mudharabah merupakan akad dimana pemilik modal (shahibul maal) yang tidak pakar dalam memutarkan uang bekerja sama dengan seseorang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu (mudharib). Mudharabah merupakan skim fiqh yang paling popular diterapkan perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah (LKS) seperti Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Baitul Mal wat Tamwil (BMT) “Artha Kencana Mulia” Semarang, merupakan salah satu lembaga keuangan syari‟ah yang menyediakan produk penghimpunan dana berupa investasi mudharabah. Menyediakan wadah investasi di bidang keuangan syariah melalui produk Dinar. BMT “Artha Kencana Mulia” menghadirkan kembali Dinar dan Dirham sebagai solusi dan timbangan yang adil di tengah-tengah masyarakat. BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, sebagai lembaga keuangan syariah tidak menutup kemungkinan terdapat ketidaksesuaian dalam melakukan kegiatan investasi menggunakan prinsip mudharabah. Sehingga perlu diteliti bagaimana pelaksanaan investasi mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia”? Dan bagaimana tinjaun hukum Islam terhadap pelaksanaan investasi mudharabah menggunakan dinar di BMT ini? Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research). Adapun teknik pengumpulan data meliputi interview, dokumentasi, sedangkan teknik analisisnya deskriptif analitis. Deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan obyek penelitian apa adanya secara proporsional. Sedangkan maksud analitis adalah berfikir tajam dan mendalam dengan berusaha menemukan kelemahan atau kekurangannya. Hasil penelitian ini adalah bahwa dalam operasionalnya, BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang menghimpun dana untuk diinvestasikan dalam bentuk dinar (dirham) dengan sistem bagi hasil mudharabah. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah (penabung atau shahibul maal) setiap bulannya ke rekening masing-masing. Nisbah yang ditentukan diawal perjanjian adalah 50:50, dengan keuntungan yang didapat dari usaha pengadaan dinar itu sendiri. Dimana hal ini dirasa belumlah sesuai dengan ketentuan dan aturan hukum Islam, dimana BMT tidak diperkenankan menjanjikan pemberian keuntungan tetap perbulan dalam jumlah tertentu dengan sistem persentase sebagaimana lazim berlaku dalam tatanan perbankan konvensional.
v
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra‟d : 11)
vi
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan untuk : Mama dan Papa yang kusayangi di dunia ini Do‟a, kasih sayang, tuntunan, dukungan baik moril maupun materiil Dengan tulus ikhlas selalu menemani di setiap langkah putrimu. Alm. Om Amir dan Bibi Wahyuni Nasehat dan bimbingan kalian menuntun arah perjalanan hidupku Mengajarkan hidup yang sebenarnya Maafkan atas segala kesalahan keponakanmu ini Om Aziz dan Bule Mu‟alifah Terimakasih atas nasehat dan kebaikannya selama ini Teh Fany, Aa Fathur, Mba Iffah, Mas Teguh, Mas Sugi, Mba Zulia Yang selalu memberikan doa dan semangat Syifa Chairunnisa Ramadhani Keponakan pertama yang lucu, memberikan senyum untuk penulis Di akhir-akhir perjuangan menyusun skripsi Abah Imam Taufik dan Ummi Arikha Terimakasih atas bimbingannya selama penulis tinggal di asrama Darul Falah B.9, mohon maaf atas segala khilaf Saudari-saudariku di Asrama Darul Falah B.9 Yang tidak dapat disebutkan satu per satu Kuroh, Ika Nur Handayani, Lady Nahdhiatul Ummah Sahabat-sahabatku sepanjang hidup penulis Terima kasih atas kesabaran menghadapi penulis, memberikan arti sahabat yang sebenarnya, canda, tawa, duka, luka kita telah lalui bersama Last but Not Least Dan untuk “Noor” (cahaya) yang selama ini telah memberikan „warna di atas kanvas putih‟ dalam kehidupan penulis Terima kasih atas segala yang telah diberikan telah mengajarkan penulis untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi (semoga) Dedikasiku untuk kalian semua……..
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH TABUNGAN
TERHADAP
M-DINAR
DI
INVESTASI BMT
DINAR
“ARTHA
(STUDI
KENCANA
KASUS MULIA”
SEMARANG). Shalawat dan Salam Allah SWT semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah sematahasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada : 1.
Bapak DR. H. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.
2.
Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
viii
3.
Bapak H. Tolkah., MA. selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah bersedia
meluangkan
waktu,
tenaga
dan
pikirannya
di
sela-sela
kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4.
Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.
5.
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Muamalah, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.
6.
Bapak / Ibu pegawai Perpustakaan Institut IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
7.
Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do‟a, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.
8.
Om Amir (alm) dan Bibi Yuni sekeluarga yang telah mendidik dan mengajarkan penulis tentang makna hidup yang sebenarnya. Terimakasih atas do‟a dan semuanya.
9.
Segenap Staf dan Karyawan di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, terima kasih yang telah dengan ramah dan sabar membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.
ix
10.
Sahabat-sahabatku (Kuroh, Ika Nur Handayani, Lady Nahdhiatul Ummah) bersama-sama menghadapi segala macam cobaan. Tawa, canda, luka, sedih telah kita lalui semuanya.
11.
Teman-teman IAIN Walisongo angkatan 2008, khususnya jurusan Muamalah B 08 (Ana Mar‟atun, Masulah, Nurjannah, Heru, Endro dll)
12.
Teman-teman baruku KKN angkatan 58, posko 48 Ketitang (Mae, Ayik, Ayu, Nurul, Sulis, Afif, Maksun, Ipul, Hasan, Anam, Fikri, Amin), sungguh 45 hari yang tidak akan terlupakan. Harapan dan do‟a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa
dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 16 Juni 2012 Penulis,
Fenty Fumiaty NIM: 082311048
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . i HALAMAN NOTA PEMBIMBING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii HALAMAN DEKLARASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv HALAMAN ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. v HALAMAN MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………xiv BAB I
: Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan …………………………………….1 B. Perumusan Masalah ………………………………………………9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………10 D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………10 E. Metode Penelitian ………………………………………………..13 F. Sistematika Penulisan ……………………………………………17
BAB II
: Akad Mudharabah dalam Fiqh Islam & Teori tentang Dinar A. Pengertian Mudharabah dan Landasan 1. Pengertian Mudharabah……………………………………...20 2. Landasan Syariah Mudharabah ………………………………24
xi
B. Rukun dan Syarat Mudharabah 1. Rukun Mudharabah………………………………………….29 2. Syarat Mudharabah………………………………....………30 C. Jenis-jenis Mudharabah 1. Mudharabah Muthlaqoh……………………………………36 2. Mudharabah Muqayyadah…..………………………….… 37 D. Pendapat Ulama Tentang Mudharabah……………………..........38 E. Investasi dalam Islam 1. Pengertian Investasi…………………………………………44 2. Dasar Hukum Berinvestasi…………………………………47 3. Investasi Dinar Emas……………………………………….49 BAB III : Pelaksanaan Akad Mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia” A. Gambaran Umum BMT ”Artha Kencana Mulia” 1. Sejarah Berdirinya BMT ”Artha Kencana Mulia”…………...59 2. Visi dan Misi BMT ”Artha Kencana Mulia”..………………61 3. Lokasi BMT ”Artha Kencana Mulia”..…………………….61 4. Komitmen Pelayanan……………………………………….62 5. Struktur Organisasi BMT ”Artha Kencana Mulia”………… 62 6. Produk dan Jasa BMT ”Artha Kencana Mulia”……………..63 B. Aplikasi Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar di BMT ”Artha Kencana Mulia”……………………………....65 1. Tata Cara Akad Mudharabah dalam Tabungan M-Dinar…70
xii
2. Pendapat Nasabah Terhadap Investasi Mudharabah dalam Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”……..75 3. Perhitungan Profit Sharing (Bagi Hasil) dalam Investasi Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”……..77 BAB IV : Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi di BMT “Artha Kencana Mulia” A. Analisis Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar dalam Bentuk
Tabungan
M-Dinar
di
BMT
“Artha
Kencana
Mulia”……………………………………………………………..81 B. Tinjauan Hukum Islam Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”………………..88 BAB V : Penutup A. Kesimpulan………………………………………………………93 B. Saran-saran……………………………………………………….94 C. Penutup…………………………………………………………...95 DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Roda-roda Penggerak Sistem Ekonomi Islam……………………………55 3.1 Bagan Struktur Organisasi BMT “Artha Kencana Mulia”………………62 3.2 Skema Kerjasama Pihak yang Menjalankan M-Dinar…………………..66
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejauh ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan, seolah-olah Islam hanya berkaitan dengan masalah ritual bukan suatu sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Manusia adalah khalifah di bumi, Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang khalifah untuk dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.1 Dengan kata lain, dalam Islam tidak ada pemisah antara amal dunia dan amal akhirat, sebab sekecil apapun aktivitas manusia di dunia harus didasarkan pada ketetapan Allah SWT, agar kelak selamat di akhirat.2 Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Bersamaan dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat kembali ke ajaran agama, banyak bermunculan lembaga-lembaga ekonomi yang berusaha untuk menerapkan prinsip syari‟at Islam, dapat dicontohkan dengan ketentuan-
1
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 3 2 Rachmat Syafi‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 15. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah sebagai berikut : Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), Karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat” (QS. AnNisa: 134)
1
2
ketentuan dasar ekonomi seperti larangan riba, adanya prinsip bagi hasil, pengenaan zakat, dan lain-lain.3 Walaupun terdapat persamaan dengan sistem ekonomi yang lain, namun dalam sistem ekonomi Islam terdapat perbedaan pandangan dengan sistem ekonomi yang lain dan ini terlihat dalam idealitas transaksi pemesanan, bagi hasil, asuransi, jaminan, deposito, pinjaman, jual beli valas, jual beli saham, dan premi dalam transaksi perbankan. Aktivitas-aktivitas itu dapat bernilai ibadah manakala yang melingkupi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Islam.4 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi :
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu‟ah: 10)5 Dari ayat di atas dapat kita tafsirkan secara jelas, bahwasanya Allah telah memerintahkan kita untuk mencari karunia-Nya, rezeki yang telah Allah persiapkan untuk semua makhluk yang ada di muka bumi. Salah satu upaya agar kita beruntung seperti yang tersirat di dalam ayat tersebut adalah dengan melakukan perencanaan finansial untuk menunjang kehidupan kita di masa depan, apalagi di zaman modern seperti sekarang. Tujuan jangka panjangnya
3
Muhammad Syafi‟i Antonio, op.cit., hlm. 4 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm. xxi 5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 554 4
3
adalah untuk menjamin keberlangsungan hidup kita ketika memasuki masa “pensiun”. Selain itu, bagaimana agar harta kita bermanfaat dunia dan akhirat. Dalam pengelolaan finansial, hal yang lazim menjadi fokus perhatian masyarakat adalah bagaimana berinvestasi. Dalam hal ini, banyak pilihan yang bisa kita ambil. Namun, dalam ekonomi konvensional, ladang investasi yang tersedia pada umumnya belum tentu sesuai kaidah syariah. Sebagai Muslim, kita tidak boleh terjebak untuk ikut dalam ladang investasi ribawi. Istilah investasi6 berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan investment.7 Hakikat investasi adalah penanaman modal untuk proses produksi. Karena Islam adalah agama yang mudah, tentunya batasan syar‟i tidak menjadikan kita kesulitan dalam mengelola finansial. Oleh karena itu, upaya untuk memutar modal dalam investasi, sehingga mendatangkan return merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan. Oleh sebab itu, ajaran tentang mekanisme investasi bagi hasil harus dikembangkan, sehubungan dengan masalah kapital dan keahlian.8 Bila dalam ekonomi konvensional alat investasi – lebih khusunya uang atau saham – memiliki fluktuasi nilai yang ditentukan oleh pasar, dalam Islam dikenal alat investasi yang bernama dinar.
6
Aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. 7 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm. 31 8 Muhamad, Dasar-dasar Keuangan Islam, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), Cet. I, hlm. 75
4
Investasi (saving) emas menjadi pilihan yang menjanjikan.9 Hal ini dikarenakan emas adalah salah satu alternatif investasi yang sangat menguntungkan. Nilai investasinya yang tidak tergerus inflasi, tren harga yang terus meningkat, ditambah lagi transaksi jual belinya fleksibel dan pasar terbuka, membuat komoditas itu menjadi pilihan alternatif investasi. Hal itu pula yang mendorong lembaga jasa keuangan ikut menawarkan produk gadai emas, murabahah emas, dan mudharabah atau qiradh emas. Akan tetapi, memperlakukan emas (dan pasangannya, perak) sebagai investasi dalam arti ditabung untuk sekadar menjaga nilai justru sangat merugikan masyarakat secara keseluruhan. Dalam pandangan Islam, emas beserta pasanganya perak, adalah uang, alat tukar yang harus beredar. Emas dan perak, dalam bentuk mata uang Dinar emas (4.25 gr) dan Dirham perak (2.975 gr) harus ditransaksikan dalam perdagangan sehari-hari. Ia harus berpindah tangan, dipertukarkan dengan komoditas dan jasa, dan tidak ditimbun dalam brankas, hanya untuk suatu saat ditukarkan kembali menjadi rupiah. Dalam surat at-Taubah ayat 34-35 Allah SWT menegaskan :
Artinya : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (baik sebagai komoditi maupun mata uang) dan tidak menyalurkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan 9
Moh. Ismail Yusanto, dkk, Dinar Emas: Solusi Krisis Moneter, (Jakarta: PIRAC, 2001), hlm. 117
5
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, “inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.” (QS. At-Taubah: 34-35)10 Memperlakukan Dinar dan Dirham sebagai “alat investasi” pasif seperti ini melawan perintah Allah Ta‟ala, sebab didalam Al Qur‟an telah jelas disebutkan bahwasanya :
Artinya : “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu” (QS. Al- Hasyr: 7)11 Agar dinar bisa beredar dan kita sebagai seorang Muslim dapat berinvestasi secara benar dan tepat sesuai syar‟i maka ada beberapa prasarana yang harus ada dan saat ini telah dirintis. Salah satunya melalui lembaga keuangan non bank atau lembaga pembiayaan (multifinance) dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT). BMT sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah memiliki karakteristik sebagai lembaga keuangan yang memadukan antara fungsi Baitul Maal (sosial / tabarru) dengan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana umat Islam seperti zakat, infaq, maupun shadaqah. Selain itu BMT juga berfungsi sebagai usaha komersil (tamwil) yakni mencari keuntungan dengan menghimpun dan mengelola dana masyarakat dalam bentuk jasa simpanan dan pembiayaan berdasarkan konsep syariah. Tidak hanya itu, BMT dapat
10 11
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 192 Ibid, hlm. 546
6
melakukan fungsi terpisah yakni berorientasi mencari keuntungan atau lembaga sosial semata.12 BMT menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dari hanya satu BMT pada tahun 1992, kini telah mencapai jumlah 1.975 BMT yang tersebar di 26 Propinsi di seluruh Indonesia. Sejak tahun 1997 hingga sekarang ini, bahkan ketika krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia, BMT yang operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari‟ah telah mampu bertahan dan berkembang dengan baik.13 Hal ini dibuktikan dengan eksisnya produkproduk muamalah dan bertambahnya nasabah di BMT, terutama di BMT “Artha Kencana Mulia” (AKM) Semarang. Sebagai lembaga keuangan syari‟ah produk-produk yang ditawarkan BMT AKM pada masyarakat berdasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum Islam salah satunya adalah produk pembiayaan investasi mudharabah yang menggunakan prinsip bagi hasil. Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan yang sama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib).14 Melalui mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.15 Menurut fuqaha mudharabah adalah suatu perjanjian dimana seseorang 12
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 126 13 Zaenul Arifin, Memahami Bank Syari‟ah: Linglung, Peluang, Tantangan dan Prospek, (Jakarta: Pustaka Ilmu,1999), hlm. 133 14 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 83 15 Muhamad, op.cit., hlm. 80
7
memberikan hartanya kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan proporsi yang telah disetujui, seperti ½ dari keuntungan atau ¼ dan sebagainya.16 Pembagian keuntungan akan terjadi bila ada keuntungan dalam kerja sama tersebut dan dia (pemilik dana) tidak akan memperoleh pengembalian apapun bila terjadi kerugian dalam usahanya.17 Secara
keseluruhan
landasan
syariah
mudharabah
lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan suatu usaha. Sebagaimana frman Allah :
Artinya : “Dan yang lainnya, bepergian di muka bumi mencari karunia Allah” (QS. Al-Muzammil: 20)18 BMT ”Artha Kencana Mulia” Semarang merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang menyediakan produk penghimpunan dana berupa tabungan M-Dinar berbasis investasi mudharabah. Dalam produk ini, penentuan besarnya prosentase bagi hasil tidak didasarkan pada unsur immaterialnya tetapi cenderung pada unsur materialnya. Disamping itu segala resiko yang timbul akan ditanggung bersama, sehingga tidak terjadi ketidakadilan dan eksploitasi dari pihak satu ke pihak lain. Secara konsep BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang ini menghendaki adanya bebas bunga sehingga tercipta keadilan, ta‟awun dan 16
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan dalam Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. III, hlm. 65 17 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Soeroya Nastangin dari “Economic Dectrines of Islam”, Jilid I, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 302 18 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 575
8
kebersamaan yang pada akhirnya dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Akan tetapi jika kita perhatikan, praktek perhitungan bagi hasil (profit sharing) dalam investasi tabungan M-Dinar ini masih menjadi pertanyaan yang membingungkan umat Islam, karena investasi Islam merupakan investasi yang sarat dengan risiko, seperti model mudharabah. Para fuqaha sepakat, bahwa transaksi mudharabah tidak boleh dibarengi dengan syarat yang menambah ketidakjelasan keuntungan atau penipuan (gharar).19 BMT “Artha Kencana Mulia”, yang berkantor di Jalan Durian Raya, Banyumanik – Semarang ini merupakan lembaga keuangan syariah yang diamanatkan oleh ICMI Jawa Tengah agar mendirikan lembaga keuangan yang dikelola secara syariah. Lembaga keuangan syariah pimpinan Bapak Adityawarman memiliki badan hukum No. 14290/BH/XVI/2001. Dari segi pelayanan BMT ini cukup baik, terbukti dengan sistem transaksi yang dapat diakses secara online. Sehingga semua transaksi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Selain itu, BMT “Artha Kencana Mulia” juga melakukan kerja sama dengan Gerai Dinar, Logam Mulia, PT Antam Tbk, Peruri, dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Dalam peristiwa tersebut tentu sangat menarik untuk dikaji ulang, mengingat hal tersebut merupakan suatu fenomena yang dapat dikatakan baru dalam dunia ekonomi syariah. Hal ini seperti yang telah tersirat dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi SAW bahwa ‟Perumpamaan seorang mukmin 19
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, diterjemahkan oleh Imam Ghazali dan Achmad Zaidun dari “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid”, Jilid III, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Cet. 3, hlm. 105
9
adalah seperti seorang pedagang yang keuntungannya tidak diserahkan kepadanya sehingga modalnya diserahkan. Demikian pula orang mukmin yang tidak
diserahkan
(dikerjakan)
kepadanya
sunnahnya
sehingga
diserahkan (dikerjakan) kewajibannya‟.20 Sehubungan dengan adanya praktek investasi dinar yang terjadi di BMT ”Artha Kencana Mulia” Semarang tersebut, Penulis tertarik untuk membahasnya mengenai bagaimana kajian hukum Islam berkenaan dengan praktek investasi dinar tersebut. Untuk membahas permasalahan tersebut Penulis mengambil sebuah judul yaitu : ”Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar” (Studi Kasus Tabungan MDinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang).
B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, maka pokok yang menjadi kajian skripsi ini yaitu : 1.
Bagaimana pelaksanaan akad mudharabah pada investasi tabungan MDinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang?
2.
Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai akad mudharabah pada praktek investasi tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang?
20
Hadits ini dikemukakan oleh Imam Al-Kasani dalam Badai‟ Ash-Shanai‟; lihat: Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-„Ilmiyah, t.t), hlm. 868
10
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian adalah : 1.
Mengetahui pelaksanaan akad mudharabah terhadap investasi dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang dari sisi tinjauan hukum Islam.
2.
Mengetahui konsistensi BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang dalam penggunaan akad mudharabah terhadap investasi dinar. Manfaat Penelitian adalah :
1.
Membantu memberikan tambahan dan masukan bagi BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang agar dapat terus berkembang lebih baik sesuai dengan ketentuan akhlak dan prinsip syariah.
2.
Memberi manfaat bagi penulis secara teori dan aplikasi terhadap perkembangan ilmu di lapangan.
3.
Sebagai sumber masukan yang positif serta menambah khasanah bacaan ilmiah untuk penelitian lebih lanjut.
D. Tinjauan Pustaka Dalam hal penelitian lapangan ini, penulis bukanlah yang pertama membahas mengenai akad mudharabah dan dinar. Beberapa karya ilmiah yang lain maupun beberapa buku-buku yang terkait dengan permasalahan peneliti, diantaranya yaitu : 1.
Penelitian skripsi oleh Arnik Romi Sholekhah dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Aplikasi Investasi Dinar dengan Akad Qirad di Gerai Dinar Surabaya”. Mekanisme transaksi
11
investasi yang ada di Gerai Dinar Surabaya ini sama halnya dengan investasi yang lainnya hanya saja perantara bendanya berbeda, di Gerai Dinar Surabaya menggunakan dinar sedang investasi lain pada umumnya menggunakan surat berharga. Dalam investasi dinar, investor diharuskan untuk menyerahkan minimal 20 keping dinar. Kemudian dinar tersebut dikelola oleh Gerai Dinar dan investor akan mendapatkan bagi hasilnya setelah jatuh tempo yaitu dalam jangka satu tahun. Akad yang digunakan adalah akad qirad namun dalam akad tersebut tidak ditentukan besarnya bagi hasil untuk investor. 2.
Karya ilmiah berupa skripsi yang ditulis oleh Mudrikah (2102185) yang merupakan mahasiswa S1 IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syari‟ah. Dalam karyanya yang berjudul ”Persepsi Ulama Karanggede Tentang Praktek Penukaran Emas Di Toko Emas Pasar Karanggede Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali”. Dalam penelitian tersebut bermaksud untuk membahas bagaimana praktek penukaran emas dengan emas, dimana pembeli yang ingin menukarkan emas yang lama dengan emas yang baru dengan tanpa menjualnya terlebih dahulu, bahkan banyak terjadi penambahan timbangan. Padahal dalam hadits Nabi telah dijelaskan bahwa menjual emas dengan emas itu tidak boleh, kecuali harus sama kualitas dan kuantitasnya atau harus seimbang dan tunai.
3.
Penelitian Agus Muthoin (2101051) Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang mengenai “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penghitungan Profit Sharing Dalam Investasi Syari‟ah (Studi Lapangan
12
di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Sumber Usaha Karangduren Kec. Tengaran Kab. Semarang)”. Penelitian ini menjelaskan bahwasanya BMT Sumber Usaha Karangduren Kec. Tengaran Kab. Semarang menghimpun dana untuk diinvestasikan kepada pihak ketiga dengan sistem bagi hasil mudharabah, dengan menggunakan metode revenue sharing dalam penghitungannya yakni pendapatan bank (laba kotor), bukan profit yang diterima bank atau pendapatan bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank (laba bersih). Disisi lain, dalam pengambilan nisbah bagi hasil, pihak BMT menentukan besarnya prosentase nisbah tanpa ada akad tawar-menawar dengan pihak investor di awal transaksi dan bersifat tidak tetap dalam 1 tahun. 4.
Karya ilmiah yang disusun oleh Widiyanto (2101200) Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah (Studi Kasus di BMT Tumang Boyolali)” didapatkan dengan sistem jatuh tempo, yaitu pengembalian modal mudharabah beserta bagi hasilnya di laksanakan satu kali sesuai dengan kesepakatan/waktu yang telah ditentukan, keuntungan yang dibagi hasilkan pun adalah keuntungan riil sehingga pembiayaan dengan sistem ini sah dan sesuai dengan prinsip-prinsip akad mudharabah.
5.
Diantara sekian buku yang membahas tentang investasi dinar adalah antara lain, Dinar The Real Money karya Muhaimin Iqbal, yang memaparkan tentang konsep dinar yang menjadi solusi bagi umat Islam untuk perencanaan finansial untuk rentang waktu yang panjang. Lebih
13
dari itu, perencanaan tersebut dalam bentuk Dinar, yaitu uang emas Islam yang sudah terbukti lebih dari 1.400 tahun berhasil mempertahankan daya belinya. Karena harta bagi seorang Muslim hanyalah sebagai alat untuk menunjang tujuan hidupnya yang lebih utama, yaitu mencari ridha Allah semata, maka dalam mencari dan mengelola kekayaan finansial tersebut tidak dibolehkan keluar dari aturan yang syar‟i.21 Penulis tertantang untuk meneliti lebih detail berkaitan dengan syarat dan rukun akad mudharabah dalam investasi dinar tersebut. Terlebih hal ini merupakan suatu fenomena yang bisa dibilang baru dalam perkembangan ekonomi Islam, serta seberapa jauh
investasi dinar itu bermanfaat bagi
masyarakat khususnya kaum muslimin.
E. Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Untuk mendapatkan kajian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka dalam menelaah data dan mengumpulkan serta menjelaskan objek pembahasan dalam skripsi ini, penulis menempuh metode sebagai berikut : 1.
Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian lapangan (field research), yaitu peneliti terlibat secara langsung di dalam penelitiannya, peneliti berpartisipasi selama beberapa lama dalam
21
hlm. 107
Muhaimin Iqbal, Dinar Solution: Dinar Sebagai Solusi, (Jakarta: Gema Insani, 2008),
14
kehidupan sehari-hari kelompok sosial yang diteliti22 atau kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di lembaga-lembaga, organisasi masyarakat (sosial) maupun lembaga pemerintah.23 Dengan begitu, data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informasi, pelaku), aktivitas, dan tempat yang menjadi subjek penelitiannya yang dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala dalam hal ini di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang dengan menggunakan metode kualitatif. 2.
Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.24 Dalam penelitian field research sumber data dibedakan antara data primer dan data sekunder. a.
Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.25 Dalam hal ini, sumber data primer Penulis ialah data langsung yang berasal dari hasil wawancara mendalam (indepth interview). Data jenis ini akan diperlakukan sebagai sumber primer yang mendasari hasil penelitian ini. Objek penelitian ini adalah 3 kelompok; 1). Pegawai BMT ”Artha Kencana
22
Dolet Unaradjan, Pengantar Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000),
hlm. 194 23
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. Ke-11, 1998), hlm. 22 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 107 25 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 62
15
Mulia”, 2) pihak eksekutif BMT ”Artha Kencana Mulia”, dan 3) beberapa nasabah atau investor yang menggunakan tabungan MDinar. b.
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.26 Data yang diperoleh Penulis akan diolah sebagai pendukung atas penelitian dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah, meliputi data yang bersumber dari al-Qur‟an, hadist, buku-buku, artikel, jurnal ilmiah yang berkenaan dengan pembahasan penelitian ini dan penelusuran melalui internet. Pada dasarnya data sekunder sebagai sumber yang mampu memberikan informasi tambahan yang dapat memperkuat data pokok.27 Dengan dua macam sumber tersebut, proses dan hasil penelitian
ini diharapkan dapat mengungkap dan menjelaskan pelaksanaan akad mudharabah terhadap investasi dinar di BMT tersebut. 3.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi alat utama metode
26 27
Ibid. Sumadi Suryabrata, op.cit, hlm. 8
16
dan teknik analisis data.28 Untuk mendukung penulisan skripsi ini, ada beberapa teknik pengumpulan data yang Penulis gunakan, yakni : a.
Wawancara Mendalam (indepth interview) Wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.29 Wawancara tidak terstruktur30 atau wawancara mendalam (indepth
interview)
dilakukan
untuk
memperoleh
informasi
mendalam mengenai pemahaman dan wawasan serta respon pihak BMT maupun para nasabah. Wawancara ini akan dilakukan secara terarah dan intensif. Meskipun teknik wawancara digulirkan seperti ”bola salju”, namun substansi permasalahan tetap mengacu pada pedoman yang telah dirancang. b.
Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.31 Penelitian ini akan diperkaya dengan dokumen yang menginformasikan latar belakang atau proses pelaksanaan akad mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia”. Dokumen atau risalah yang berkembang sebelum dan selama adanya akad mudharabah terhadap investasi dinar ini penting
28
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana 2010), hlm. 107 29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 186 30 Wawancara tak tersruktur ini bersifat luwes, susunan pertanyaan dapat dirubah dan berkembang pada saat wawancara, disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan keadaan yang diperlukan. Lihat dalam buku Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 88 31 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 188
17
untuk bisa mengungkap berbagai informasi yang tidak bisa di tangkap oleh media massa maupun wawancara mendalam. 4.
Analisis Data Dalam analisis data Penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu
prosedur
pemecahan
masalah
yang
diselidiki
dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.32 Penggunaan metode deskriptif analisis berguna ketika peneliti menggambarkan (mendeskripsikan) data, sekaligus menerangkannya (mengeksplanasikannya) ke dalam pemikiran-pemikiran yang rasional. Sehingga tercapailah sebuah analisis data yang memiliki nilai empiris. Oleh karena itu metode ini sering disebut dengan metode analisis deskriptif (deskriptif analisis).33
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masingmasing mempunyai titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang saling mendukung dan saling melengkapi. Adapun garis besar sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
32
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001), hlm. 63 33 Tim Penulis Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Semarang: 2000, hlm. 17
18
BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: AKAD MUDHARABAH DALAM FIQH ISLAM & TEORI TENTANG DINAR Bab ini berisi pembahasan pandangan Islam mengenai pengertian dan landasan syariah mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, jenis-jenis mudharabah, penerapan dan skema mudharabah, serta mengenai investasi dinar emas.
BAB III :
PELAKSANAAN
AKAD
MUDHARABAH
DI
BMT
“ARTHA KENCANA MULIA” Bab ini membahas mengenai sejarah, tujuan, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan jasa BMT “Artha Kencana Mulia”, dan aplikasi investasi dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”. BAB IV : ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN INVESTASI DINAR DI BMT ”ARTHA KENCANA MULIA” Pembahasan mengenai kajian pandangan hukum Islam sendiri berkenaan dengan pelaksanaan investasi dinar di BMT ”Artha Kencana Mulia”
19
BAB V
: PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dalam bab IV dan saran-saran yang direkomendasikan oleh penulis kepada instansi yang terkait serta penutup.
20
BAB II AKAD MUDHARABAH DALAM FIQH ISLAM & TEORI TENTANG DINAR
A. Pengertian Mudharabah Dan Landasan Syariah Mudharabah 1.
Pengertian Mudharabah Mudharabah34 adalah akad35 yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman Nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.36 Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-Qur‟an, sunnah, maupun ijma‟.37
34
Mudharabah (sleeping partnership) disebut juga qiradh atau muqaradah atau muamalah.. Menurut para ulama fiqh perbedaan itu terletak dalam hal kebiasaan penyebutan dari tiap-tiap daerah Islam. Penduduk Irak menyebutnya dengan mudharabah atau kadang kala juga muamalah,, sedangkan masyarakat Islam Madinah atau penduduk Hijaz lainnya menyebutnya dengan muqaradhah atau qirad. Lihat: „Alaudin Al Kasani, Bada‟I‟ al-Shana‟I fi Tartibi alSyara‟I, Juz IV, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1996), hlm. 129. Tetapi nama mudharabah tersebut lebih luas, mudharabah dipakai oleh Imam Hanafi sedangkan Qiradh dipakai oleh Imam Syafi‟i. Lihat: Mustofa Ahmad Al-Zarqa, Al-Madkhal Al-Fiqhi Al-„Am, Juz I, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1986), hlm. 552 35 Akad adalah perikatan, perjanjian dan pemufakatan yaitu pertalian ijab dan qabul yang sesuai dengan kehendak syari‟at yang berpengaruh pada obyek perikatan. (lihat dalam bukunya: M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Ed. 1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. I, hlm. 101). Menurut Mustafa Az-Zarqa‟ akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. (lihat di halaman berikutnya, 102). 36 Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), hlm. 180 37 M. Anwar Ibrahim, Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut Empat Mazhab. Makalah tidak diterbitkan, hlm. 1-2. Menurut Al-Qur‟an, lihat misalnya dalam QS (73:20). Menurut Sunnah, diantaranya hadis Ibnu Abbas ra bahwa Nabi mengakui syarat-syarat mudharabah yang ditetapkan Al-„Abbas bin Abdul Muthalib kepada mudharib. Menurut Ijma, karena sistem ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman sesudahnya. Para sahabat banyak yang mempraktikkannya dan tidak ada yang mengingkarinya.
21
Secara etimologis, mudharabah berasal dari kata al-dharb ()الضزب yang berarti bepergian atau berjalan. Selain al-dharb disebut juga qiradh ( )القزاضdari al-qardhu ( )القزضberarti al-qath‟u (( )القطعpotongan).38 Makna keduanya memiliki relevansi satu sama lain, yaitu : Pertama karena yang melakukan usaha yadhrib fil ardhi (berjalan dimuka bumi) dengan berpergian untuk berdagang, maka ia berhak mendapat keuntungan karena usaha dan kerjanya. Kedua karena masing-masing orang yang berserikat
yadhribu bisahmin (mengambil bagian dalam
keuntungan).39 Secara terminologi, pada dasarnya terdapat kesepakatan ulama dalam substansi pengertian mudharabah. Hanya saja terdapat beberapa variasi bahasa yang mereka gunakan dalam mengungkapkan definisi tersebut. Berikut pengertian mudharabah menurut para ulama fiqh : Menurut ulama Hanafiyah mendefinisikan “mudharabah adalah suatu perjanjian untuk berkongsi di dalam keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain”.40 Sementara madzhab Maliki menamai “mudharabah sebagai Penyerahan uang di muka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya”.41 Madzhab Syafi‟I mendefinisikan “mudharabah bahwa pemilik modal menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan
38
Hendi Suhendi, Fiqh Mualamah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 135 Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syari‟ah, (Yogyakarta: UII Press, 2004), Cet ke-2, hlm.36 40 Ibnu Abidin, Radd al-Muchtar ala al-Durr al-Mukhtar, Juz IV, (Beirut: Dar Ihya alTurats, 1987), hlm. 483 41 Ad-Dasuqi, Hasyiyat al-Dasuqi ala al-Syarhi al-Kabir, Juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), hlm. 63 39
22
dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya”.42 Sedangkan menurut ulama Hanbali mendefinisikan “mudharabah dengan pengertian penyerahan suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya”.43 Selain definisi dari empat madzab tersebut ada beberapa definisi dari ulama lain, yakni salah satunya Imam Saraksi, salah seorang pakar perundangan Islam yang dikenal dalam kitab “Al-Mabsut” telah memberikan definisi mudharabah dan keterangan sebagai berikut : Perikatan mudharabah adalah diambil dari pada perkataan “usaha (darb) di atas bumi. Dinamakan demikian karena mudharib (pengguna modal orang lain) berhak untuk bekerja sama bagi hasil atas jerih payah dan usahanya. Selain mendapat keuntungan ia juga berhak untuk mempergunakan modal dan menentukan tujuannya sendiri. Orangorang Madinah memanggil kontrak jenis ini sebagai „mudharabah‟ dimana perkataan ini diambil dari perkataan „qard‟ berarti „menyerahkan‟. Dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan atas modalnya kepada amil (pengguna modal)”.44 Sayyid Sabiq berpendapat, mudharabah ialah akad antara dua belah pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian.45 Definisi mudharabah dalam ensiklopedi Islam : “Mudharabah adalah usaha bersama dimana satu pihak menyediakan modal sedangkan pihak lainnya sebagai pihak yang
42
Al Nawawi, Raudhat al-Thalibin, vol.IV, (Beirut: Dar al Fikr, tt.), hlm. 289 Al Bahuti, Kasysyaf al-Qina, vol.II, hlm. 509 44 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari‟ah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hlm. 33 45 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hasanuddin dari “Fiqhus Sunnah”, Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. I, hlm. 217 43
23
mengerjakannya atau sebagai pekerja. Dan keduanya menerima sejumlah hasil dari kerja sama tersebut”.46 Menurut fatwa DSN-MUI yang ditandatangani oleh K.H. Ali Yafie (Ketua) dan Nazri Adlani (Sekretaris) pada tanggal 1 April 2000 (26 Dzulhijjah 1420 H)47 tentang bagi hasil dengan cara mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak; pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal; sedangkan pihak kedua („amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.48 Jadi, dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mudharabah adalah suatu akad (kontrak) yang memuat penyerahan modal khusus atau semaknanya dalam jumlah jenis dan karakternya (sifatnya) dari seorang pemilik modal (shahibul maal) kepada pengelola (mudharib)49 untuk dipergunakan sebagai usaha dengan ketentuan jika usaha tersebut mendatangkan hasil maka hasil (laba) tersebut dibagi berdua berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sementara jika usaha tersebut tidak mendatangkan hasil atau bangkrut maka kerugian materi sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal dengan syarat dan rukunrukun tertentu. Jika kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau 46
Cyrill Glasse, Ensiklopedi Islam (ringkas), diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas‟adi dari “The Concise Encyclopaedia of Islam”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 276 47 Jaih Mubarok, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syari‟ah di Indonesia, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm. 73 48 Fatwa DSN-MUI Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah 49 Dalam beberapa literatur fiqh, dan perekonomian Islam istilah mudharib dapat diinisialkan kepada pemilik modal. Jika menggunakan istilah ini, maka pengelola usahanya disebut dharib. Sementara dalam tulisan ini penyebutan dipastikan dengan istilah shahibul maal sebagai penyedia modal dan mudharib sebagai pengelola usaha.
24
kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.50 Mudharabah dengan kata lain merupakan perjanjian yang diatur paling sedikit dua pihak, dapat dilakukan atas nama perseorangan atau lembaga, antara perseorangan atau seseorang dengan lembaga atau sebaliknya lembaga dan seseorang pihak yang memiliki modal disebut shahibul maal51 sedang orang atau lembaga yang menerimanya dan menjalankan aktivitas usaha disebut pengusaha atau mudharib. Islam menghalalkan praktik bagi hasil serta mengharamkan riba, keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. 2.
Landasan Syariah Mudharabah Para ulama mazhab sepakat bahwa mudharabah hukumnya dibolehkan berdasarkan al-Qur‟an, sunnah, ijma‟ dan qiyas.52 Hal ini dikarenakan akad mudharabah bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang pakar dalam memutarkan uang. Banyak orang yang memiliki modal akan tetapi tidak pandai untuk mengelola dan memproduktifkan uangnya, begitu pun sebaliknya sementara banyak pula yang memiliki keahlian di bidang perdagangan tetapi tidak memiliki modal. Atas dasar saling menolong dalam pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan untuk saling
50
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Diskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: EKONESIA, 2004), hlm. 69 51 Atau disebut juga rabb al-maal 52 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2010), Cet. I, hlm. 367
25
bekerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.53 Dengan demikian, akad mudharabah tercakup oleh dalil-dalil umum yang menghalalkan seseorang atau suatu lembaga untuk berniaga dan mencari keuntungan yang halal, serta dalil-dalil yang menghalalkan segala hal yang bermanfaat atau yang manfaatnya lebih besar dibanding madharat-nya. Secara umum landasan dasar syari‟ah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadist-hadist berikut ini54 : a.
Al-Qur‟an 1) Dalam surat Al-Muzzamil ayat 20
… … Artinya : “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah”. (QS. Al-Muzzamil: 20)55 Dasar dilakukannya akad mudharabah dalam ayat ini adalah kata „yadhribun‟ yang sama dengan akar kata mudharabah yang memiliki makna melakukan suatu perjalanan usaha.56
53
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet. II, hlm. 176 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999), hlm. 135 55 Departemen Agama RI, loc.cit. 56 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. I, hlm. 225 54
26
2) Dalam surat Al- Jumu‟ah ayat 10
Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu‟ah: 10)57 3) Dalam surat Al-Baqarah ayat198
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”. (QS. Al-Baqarah: 198)58
Dalam surat Al-Jumuah ayat 10 dan surat Al-Baqarah ayat 198 di jelaskan bahwa mudharib sebagai enterpreneur adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan perjalanan (dharb) untuk mencari karunia Allah SWT.59 b.
Al-Hadits Rasulullah pernah melakukan akad mudharabah dengan Siti Khadijah
(sebelum
menikah
dengannya)
yang
hartanya
diperdagangkan di negeri Syam, atau yang seumpamanya, dan para
57
Departemen Agama RI, loc.cit. Ibid, hlm. 31 59 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 33 58
27
sahabat Nabi telah sepakat menetapkan cara perdagangan seperti ini.60 Diriwayatkan tatkala datang seorang laki-laki dengan membawa tiga anak perempuan seperti seorang tahanan, Rasulullah berkata, “Wahai hamba-hamba Allah, lakukanlah mudharabah dengan laki-laki tersebut, pinjami dia”.61 Hadits yang diriwayatkan oleh Shuhaib :
َث فِْيِن ٌ ال َ َح:َسّلَ َم قَب ل َ ًَ ِػّلَ ْو َ هلل ُ ِ صَّلََ ا َ ِّن النَج َ هلل ػَنْوُ أ ُ ن صُيَْْت َس ضَِِ ا ْ َػ ِّشؼِْشِ ِلّلْجَ ْتِ الَ ِلّلْجَ ْغ َ ظ الْ ُج ِش ثِب ل ُ خ ّْل َ ًَ ل ًَا ْلمُقَب َس ضَ ُخ ٍج َ َالْجَ ْغُ إِ لََ َأ:ُا لْ َج َش كَخ Artinya : “Dari Shuhaib r.a. sesungguhnya nabi saw. bersabda: Ada tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: (1) jual beli tempo, (2) muqaradhah (berbagi laba) (3) mencampurkan antara gandum dengan tepung untuk kebutuhan rumah tangga bukan untuk dijualbelikan” ( HR. Ibnu Majah)62 c.
Ijma‟ Mudharabah telah ada sejak masa Jahiliah dan pada masa Islam tetap dibenarkan sebagai praktek. Ibnu Hajar berkata, “Yang kita pastikan adalah bahwa mudharabah telah ada pada masa Nabi
60
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini (ed.), Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Shaleh), diterjemahkan oleh Syarifuddin Anwar dan Misbah Musthafa dari Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtishar, (Surabaya: CV. Bina Iman, 2007), Cet. VII, hlm. 678 61 As-Sarakhi, al-Mabsut, vol.11, hlm. 151 dan vol. 22, hlm. 99. Saya kutip dari M. Nejatullah Siddiqi, Partnership and Profit Sharing in Islamic Law, Internasional Institute of Islamic Economics, The Islamic Foundation, Leicerter, Islamabad, 1988, hlm. 4 62 Muhammad bin Isma‟il Al-Kahlani, Subus As-Salam, Juz 3, (Mesir: Maktabah wa Mathba‟ah Mushthafa Al-Babiy Al-Halabi , 1960), Cet. IV, hlm. 76
28
saw. Beliau mengetahui dan mengakuinya. Seandainya tidak demikian, niscaya ia sama sekali tidak boleh.”63 Para sahabat banyak melakukan akad mudharabah dengan cara memberikan harta anak yatim sebagai modal kepada pihak lain, dan tidak ada riwayat yang menyatakan bahwa para sahabat yang lain mengingkarinya. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan sebagai ijma‟.64 d.
Qiyas Adapun qiyas mudharabah disamakan dengan musyaqah.65 Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada yang kaya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemaslahatan. 66 Selanjutnya dalam kaidah ushul fiqh :
َح ِش ِّميب ْ َػّلََ ت َ ل ٌ ِّْن َّذُ لَ َدل ْ إل ثَب حَ ُخ إ الَ َأ ِ ل فِِ ال ُمؼَب َمّلَ ِخ ا ُص ْ أل َا Artinya : “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”67 63
Sayyid Sabiq, op.cit., Al-Fikri, Al-Mu‟amalat Al-Maddiyah wa Al-Adabiyah, (Mesir: Mathba‟ah Mushthafa AlBabiy Al-Halaby, 1357 H), Cet. I, hlm. 180 65 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Diterbitkan kerjasama antara DSN MUI dengan Bank Indonesia, 2001), hlm. 42. Lihat juga Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press), hlm. 16. Musyaqah adalah suatu akad penyerahan pepohonan kepada orang yang merawatnya dengan kesepakatan bahwa buahnya dibagi antara keduanaya, dimana sipenggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan (Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, op.cit, hlm. 100) 66 Rachmat Syafi‟i, op.cit., hlm. 226 67 Dewan Syariah Nasional (DSN) selalu menggunakan kaidah ini dalam keputusankeputusannya (Himpunan Fatwa DSN Edisi Kedua Tahun 2003). Lihat: A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Cet. I, hlm. 130 64
29
B. Rukun dan Syarat Mudharabah 1.
Rukun Mudharabah Dalam transaksi menggunakan akad mudharabah masing-masing pihak mempunyai beberapa ketetentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam rangka mengikat jalinan kerjasama tersebut dalam kerangka hukum. Menurut Hanafiah rukun mudharabah adalah ijab dan qabul dengan lafal yang menyatakan maksud akad tersebut. Lafal untuk ijab adalah lafal mudharabah, muqaradhah, dan muamalah atau lafal lain yang memiliki
arti
demikian. Sebagai
contoh,
pemilik modal
mengatakan: “Ambilah modal ini dengan mudharabah, dengan ketentuan-ketentuan yang diperoleh dibagi di antara kita berdua dengan nisbah setengah, seperempat, atau sepertiga.”68 Adapun lafal untuk qabul yang digunakan adalah: saya ambil (ُخذْ ت َ )أ, atau saya terima (ُ) َقبِلْت, atau saya setuju (ُضيْت ِ ) َرdan semacamnya.69 Rukun mudharabah menurut pandangan jumhur ulama ada tiga, yaitu „aqid (pemilk modal) dan pengelola („amil/mudharib), ma‟qud alaih (modal, pekerjaan dan keuntungan), dan yang terakhir shighat (ijab dan qabul).70 Rukun mudharabah akan sempurna jika memenuhi rukunrukun sebagai berikut :71
68
a.
Pemodal (shahibul maal),
b.
Pengelola (mudharib),
„Alaudin Al-Kasani, op.cit, Juz. 6, hlm. 121 Ibid. 70 Ahmad Wardi Muslich, op.cit, hlm. 371 71 Adiwarman Azwar Karim, op.cit., hlm. 97 69
30
2.
c.
Ada usaha yang dibagihasilkan,
d.
Nisbah keuntungan,
e.
Ada ijab dan qabul
Syarat-syarat Mudharabah Syarat adalah hal yang sangat berpengaruh atas keberadaan sesuatu tapi bukan merupakan bagian atau unsur pembentuk dari sesuatu tersebut.72 Syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukunrukun mudharabah itu sendiri. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut : a.
Syarat yang berkaitan dengan „aqid Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku, pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal) sedangkan pihak kedua bertindak sebagai
pelaksana usaha
(mudharib). Keduanya sama dengan muwakkil dan wakil, sehingga keduanya sah untuk melakukan tasharruf.73 Diantara syarat keduanya ialah : 1) Pemilik modal dan pengelola ialah seorang yang merdeka dan bukan budak karena seorang budak tidak dibenarkan untuk bertransaksi kecuali dengan seizin tuannya. Sesuai dengan sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, مه با ع عبدا له ما ل فما له لبا ئعه إال أن يثتز طه المبتا ع 72
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), Cet. II, hlm. 119-120 73 Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, Terjemahan Fathul Mu‟in, diterjemahkan oleh Moch. Anwar, dkk, dari “Fathul Mu‟in”, Jilid 1, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), Cet. I, hlm. 917
31
Artinya : “Barang siapa menjual seorang budak yang memiliki harta, maka harta budak itu adalah milik penjualnya, kecuali bila pembelinya mensyaratkan agar harta tersebut menjadi miliknya.” (HR. al-Bukhary dan Muslim)74 2) Keduanya cakap bertindak hukum secara syar‟i, telah baligh, sehat akalnya dan rasyid (mampu membelanjakan hartanya dengan baik dalam hal-hal yang berguna). Hal ini sesuai perintah Allah Ta‟ala :
Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan”. (QS. An-Nissa: 5)75
3) Memiliki
wilayah
al-tawkil
wa
al-wikalah
(memiliki
kewenangan mewakilkan/memberikan kuasa dan menerima pemberi kuasa), karena penyerahan modal oleh pihak pemberi modal kepada pihak pengelola modal merupakan suatu bentuk pemberian kuasa untuk mengelola modal tersebut.76 4) Tidak disyaratkan aqidain harus muslim, sehingga mudharabah bisa dilakukan antara muslim dan dzimmi atau (musta‟man) yang ada di negeri Islam.77
74
Muhammad Arifin Badri, “Rukun-Rukun Akad Mudharabah”, www.PengusahaMuslim.com, diakses 03 Maret 2012. 75 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 77 76 Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari‟ah, op.cit., hlm. 56 77 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 842
dalam
32
b.
Syarat yang berkaitan dengan modal (maal) Modal adalah sejumlah uang78 pemilik dana yang diberikan (diserahkan) kepada mudharib untuk diinvestasikan (dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah. Adapun syarat-syarat modal adalah : 1) Modal harus dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk piutang, tetapi tidak berarti harus ada di majelis akad. 2) Jumlah modal harus diketahui secara pasti, hal ini bertujuan agar modal yang dikelola dapat dipisahkan dari keuntungan yang akan dibagi untuk kedua belah pihak. 3) Modal tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola (mudharib) secara langsung (tidak berangsur-angsur).
c.
Syarat yang berkaitan dengan sighat (ijab dan qabul) Sighat (ucapan) adalah penawaran dan penerimaan harus diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukkan kemauan mereka untuk menyempurnakan kontrak. Sighat tersebut harus sesuai dengan hal-hal berikut : 1) Harus jelas menunjukkan maksud untuk melakukan akad mudharabah, baik secara eksplisit maupun implisit.
78
Jumhur Ulama sepakat bahwasanya modal mudharaah harus berupa uang, seperti dinar, dirham (mata uang), rupiah, dolar dan sebagainya. Alasan Jumhur Ulama adalah apabila modal mudharabah berupa barang maka aka nada unsure penipuan (gharar), karena dengan demikian keuntungan menjadi tidak jelas ketika akan dibagi, dan hal ini akan menimbulkan perselisihan di antara pemilik modal dan pengelola. Malik berkata: “Pinjaman Qiradh (mudharabah) hanya baik dalam wujud mata uang (emas dan perak), sedangkan barang-barang lain tidak pernah diperbolehkan”. Lihat, Imam Malik Ibn Annas, Al-Muwatta‟ Imam Malik Ibn Anas, diterjemahkan oleh Dwi Surya Atmaja dari “Al-Muwatta‟ of Imam Malik Ibn Anas The First”, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999), Cet. I, hlm. 383
33
2) Ijab dan qabul harus sesuai maksud pihak pertama cocok dengan keinginan pihak kedua, karena sighat dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syarat-syarat yang diajukan dalam penawaran. 3) Kontrak boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisa juga secara tertulis dan ditandatangani. Singkat kata, tidak ada kata-kata khusus yang harus diucapkan oleh masing-masing pihak agar mudaharabah dapat terjalin antara mereka. Hal ini dikarenakan akad mudharabah bukanlah amalan ibadah, layaknya shalat, haji, dan lain-lain. Akan tetapi, mudharabah adalah salah satu wujud interaksi sesama umat manusia, sehingga dapat dijalin dengan ungkapan apa saja, yang menunjukkan akan maksud dan kesepakatan kedua belah pihak, baik disampaikan secara lisan atau tulisan. Penjelasan ini didukung oleh kaidah dalam ilmu fiqih yang berbunyi :
ٌح َّكمَخ َ ُا لؼَب َد ُح م Artinya : “Adat-istiadat itu memiliki kekuatan hukum”.79 Yang dimaksud dengan adat-istiadat di sini ialah adat-istiadat yang telah berlaku dan dijalankan oleh setiap orang dan tidak menyelisihi syariat.
79
A. Djazuli, op.cit., hlm. 33
34
d.
Syarat yang berkaitan dengan keuntungan Shahibul maal memberikan modalnya kepada mudharib dan sebagai imbalannya ia memperoleh bagian tertentu dari keuntungan yang diperoleh, akan tetapi jika mengalami kerugian beban keseluruhan ditanggung oleh shahibul maal, dan mudharib tidak menerima apa-apa atas jasa yang telah ia kerjakan karena ia juga kehilangan keuntungan yang merupakan upahnya apabila terjadi kerugian dalam bisnis.80 Nisbah (keuntungan) adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan modal, keuntungan merupakan tujuan akhir dari akad mudharabah. Keuntungan (nisbah) memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan persentase dari jumlah modal yang diinvestasikan, melainkan hanya keuntungannya saja setelah dipotong besarnya modal. 2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada awal kontrak. Misalnya, 60% dari keuntungan untuk pemodal dan 40% untuk pengelola. 3) Kalau jangka waktu mudharabah relatif lama tiga tahun ke atas maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu.
80
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, op.cit., hlm. 380-381. Beliau juga menegaskan bahwa mudharabah tidak dapat dilakukan tanpa membagi hasil keuntungan, karena apabila seluruh keuntungan ditetapkan untuk pemilik barang, maka kontrak itu di sebut Bazat: Atau tidak seluruhnya ditetapkan untuk pengelola, hal ini dianggap suatu pinjaman.
35
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pemodal dan biaya-biaya saja yang ditanggung pengelola.
Kesepakatan
ini
penting
karena
biaya
akan
mempengaruhi nilai keuntungan.81 e.
Syarat yang berkaitan dengan usaha (al-„aml) Usaha atau pekerjaan diharapkan dapat mewakili atau menggambarkan adanya kontribusi mudharib dalam usahanya untuk mengembangkan modal kepada penyedia dana. Syarat-syarat yang harus diterapkan adalah sebagai berikut : 1) Penyedia dana tidak boleh membatasi kegiatan mudharib, seperti melarang mudharib untuk tidak sukses dalam pencarian laba. 2) Bentuk usaha/pekerjaan merupakan hak khusus mudharib, tidak ada intervensi manajemen dari pemilik dana, meskipun demikian madzhab Hanbali membolehkan adanya peran serta/partisipasi dari pemilik dana dalam pekerjaan/usaha tersebut. 3) Mudharib harus mematuhi syarat-syarat yang diajukan oleh pemilik dana, asalkan syarat-syarat tersebut tidak bertentangan dengan kontrak mudharabah itu. Hal ini sesuai dengan :
ط ػَّلََ ال َش ُ ّن َّخْ َت ِش َ َأ ّنَ ُو كَب-هلل ص ِ صَب حِتِ سَ سٌُْ لِ ا-ٍحزَا م ِ ن ِ ْحّكِْْم ث َ ن ْ ًََ ػ ٍِ فَِ كَجَذ ْ ِل مَب ل َ ج َؼ ْ َّن الَ ت ْ َا,ِض ِش ةُ لَ ُو ثِو ْ َّ ,ًال مُقَب َس ضَخ ً ػغَب ُه مَب ْ ِا رَا َا,ِجل ُ ّن َف َؼّلَتْ شَ ْئًب ْ فَِب.ٍن مَسِْل َ ْل ثِ ِو ثَغ َ ِال تَ ْنز َ ًَ ,ٍحش ْ َحمِّلَ ُو فَِ ث ْ َ ًَ الَ ت,ٍَس عَجَخ ِ ْ ِت مَب ل َ ْضمِن َ ك فَقَ ْذ َ ن رٰ ِل ْ ِم Artinya : “Dan dari Hakim bin Hizam, sahabat Rasullah saw. “Sesungguhnya ia pernah memberi isyarat kepada 81
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 335
36
seseorang, (yaitu) apabila ia memberi kepadanya harta pinjaman, maka ia menetapkan (syarat-syaratnya) : Hendaklah engkau jangan jadikan hartaku ini (untuk membeli) binatang, jangan engkau membawanya di laut, dan jangan engkau membawanya di tempat yang berair. Kemudian jika engkau lakukan salah satu dari padanya, maka berarti engkau bertanggung jawab atas hartaku itu.”(HR. Daraquthni)82
C. Jenis-jenis Mudharabah Pada prinsipnya mudharabah sifatnya mutlak. Artinya shahibul maal tidak menetapkan syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Hal ini disebabkan karena ciri khas mudharabah zaman dulu, yakni berdasarkan hubungan langsung dan personal yang melibatkan kepercayaan atau amanah yang tinggi.83 Prinsip bagi hasil dengan akad mudharabah ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni yang bersifat tidak terbatas (muthlaqah, unrestricted) dan bersifat terbatas (muqayyadah, restricted)84 : 1.
Mudharabah muthlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.85
82
A. Qadir Hassan, dkk, Terjemahan Nailul Authar; Himpunan Hadits-hadits Hukum, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), hlm. 1833 83 Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah di Lembaga Keuangan Syari‟ah Mikro Baitul Maal wat Tamwil, (Yogyakarta: Megistra Insania Press, 2005), hlm. 5 84 Muhammad Syafi‟i Antonio, op.cit, hlm. 138 85 Ibid, hlm. 137
37
Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan atau lembaga keuangan syari‟ah lainnya (non bank) diaplikasikan pada tabungan dan deposito.86 2.
Mudharabah muqayyadah Mudharabah muqayyadah adalah suatu akad mudharabah dimana pemilik modal memberikan ketentuan atau batasan-batasan yang berkaitan dengan tempat kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang menjadi objek usaha, waktu, dan dari siapa barang tersebut dibeli.87 Adanya pembatasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki dunia usaha.88 Adapun jenis mudharabah muqayyadah terbagi menjadi dua, yaitu: a.
Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat) Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat) yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi atau memberi syarat kepada mudharib dalam penglolaan dana seperti misalnya hanya melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja.89 Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
86
Gemala Dewi, op.cit., hlm. 84 Ahmad Wardi Muslich, op.cit., hlm. 372 88 Kamil Musa, Ahkam Al-Muamalah, (Beirut: Muasisah Ar-Risalah, 1994), Cet. II, hlm. 87
345 89
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet II, hlm. 36
38
dipatuhi oleh bank. Misalnya, disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu. b.
Mudharabah muqayyadah of balance sheet Mudharabah muqayyadah of balance sheet ini merupakan jenis mudharabah dimana penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.90
D. Pendapat Ulama tentang Mudharabah Tidak ada perselisihan lagi di kalangan muslimin tentang kebolehan akad mudharabah. Hal ini dikarenakan mudharabah telah ada sejak zaman jahiliyah, kemudian diakui oleh Islam. Definisi di atas selain menjelaskan wujud mudharabah yang utuh, juga tersirat dimensi filosofis yang melandasinya, yaitu adanya penyatuan antara modal (capital) dan usaha (skill dan entrepreneurship) yang dapat membuat pemodal (shahibul maal) dan pengusahanya (mudharib) berada dalam kemitraan usaha yang lebih fair dan terbuka.91 Kegiatan ekonomi ini juga lebih mengarah kepada aspek solidaritas yang tinggi dari pemilik modal untuk dapat membantu para tenaga terampil
90 91
Heri Sudarsono, op.cit., hlm. 60 Muhammad, op.cit., hlm. 54
39
kurang modal, karena dalam kehidupan keadaan seperti ini memang tidak bisa dihindarkan. 1.
Hukum mudharabah Dilihat dari segi hukumnya terdapat dua macam hukum mudharabah, yaitu: a.
Mudharabah fasid Apabila dalam melaksanakan mudharabah ada syarat-syarat yang tidak terpenuhi, maka mudharabah tersebut dapat digolongkan menjadi mudharabah yang fasid atau rusak. Fuqaha sepakat bahwa hukum mudharabah yang rusak adalah dibatalkannya mudharabah itu dan dikembalikannya harta modal kepada pemiliknya selama harta itu belum habis diputar.92
b.
Mudharabah shahih Apabila dalam melaksanakan akad mudharabah semua syarat dan rukun telah terpenuhi maka disebut mudharabah shahih. Mudharabah yang sah meliputi: 1) Tentang kekuasaan mudharib Para fuqaha telah sepakat bahwa sesungguhnya yang diberi modal adalah mudharib sebagai wakil (pemegang amanah) bagi si pemilik modal ketika terjadi transaksi, karena semua yang ia lakukan telah mendapat izin dari pemilik modal dan itulah sebenarnya makna dari kata wakil.
92
Ibn Rusd, Bidayatul Mujtahid, II, Darul Qutub Islamiyah, hlm. 245
40
Jika mudharabah itu dibatalkan karena beberapa sebab yang berlaku maka mudharabah itu dikategorikan sebagai ijarah dan si pelaksana sebagai penjual jasa.93 2) Tentang berbagai usaha yang dilakukan mudharib dalam mudharabah Tindakan hukum mudharib hukumnya berbeda-beda tergantung kepada jenis mudharabah-nya. Jika mudharabah mutlak adalah akad penyerahan modal oleh shahibul maal kepada mudharib tanpa menentukan jenis usaha, tempat, waktu sifat dan orang yang menjadi mitra usahanya. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah akad mudharabah di mana pemilik modal menentukan jenis usaha, waktu, dan lain sebagainya. 3) Sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh mudharib Dalam mudharabah ada beberapa ketentuan yang tidak boleh dilakukan oleh mudharib kecuali ada nash yang membolehkannya, misalnya: a) Mudharib tidak boleh berhutang untuk untuk menambah modal. b) Mudharib tidak boleh membeli barang dengan cara hutang sekalipun shahibul maal mengizinkannya. c) Mudharib tidak boleh membeli barang melebihi modal mudharabah baik dibayar secara langsung atau tidak, karena
93
Wiroso, Op. cit., hlm. 238
41
adanya larangan mengambil untung dari sesuatu yang tidak dimiliki. d) Mudharib juga tidak boleh memberikan harta pada orang lain untuk
mudharabah
atau
berserikat
dengannya,
atau
mencampurkan dengan hartanya sendiri atau dengan harta orang lain kecuali, jika pemilik modal mengatakan “kerjakanlah menurut
pendapatmu”
atau
ia
memberi
izin
pada
pengelolaannya.94 4) Mudharib mengulang mudharabahnya Pertama, madzhab Hanafi berpendapat tidak boleh bagi mudharib mengulang mudharabah harta itu dengan orang lain, kecuali diizinkan oleh pemilik harta.95 Kedua, madzhab Malikiyah berkata bahwa pengelola (amil) adalah penjamin (dhamin) jika ia pinjamkan harta tanpa izin pemiliknya, artinya pelimpahannya pada yang lain untuk dikelola dan untung saat itu adalah milik pengelola kedua dan pemilik harta, tidak ada laba bagi pengelola pertama karena keuntungan pinjaman adalah bonus, tidaklah ia berhak kecuali dengan pengelolaan yang sempurna. 2.
Hal-hal yang membatalkan mudharabah Akad mudharabah akan menjadi batal atau berakhir jika terjadi hal-hal sebagai berikut:
94
Ibid, hlm. 243 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Madzhab, (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2001), Cet. II, hlm. 424 95
42
a.
Pembatalan dan larangan mengunakan modal (pencopotan modal) Mudharabah menjadi batal dengan pembatalan, larangan menggunakan
modal
atau
pencopotan
jika
terdapat
syarat
pembatalan atau larangan yaitu mudharib mengetahui pembatalan dan larangan tersebut modalnya berbentuk tunai atau tidak tunai waktu terjadinya pembatalan dan larangan tersebut. Sedangkan, jika mudharib mengetahui pencopotan dan modal tadi dalam bentuk barang dagangan maka ia boleh menjualnya agar menjadi uang tunai dan ada laba. Shahibul maal tidak boleh melarangnya, karena itu bentuk dari pembatalan haknya ini disepakati oleh para ulama dari empat madzhab.96 b.
Meninggalnya salah seorang dari keduanya Jika shahibul maal atau mudharib meninggal maka batal mudharabah itu menurut jumhur, karena mudharabah mencakup wakalah. Wakalah batal dengan meninggalnya orang yang mewakilkan atau wakilnya. Mudharabah itu batal, baik pekerja mengetahui kematian pemilik modal atau tidak, karena kematian adalah hukum yang menggugurkan itu tidak tergantung kepada pengetahuan sebagaimana dalam wakalah. Malikiyah berpendapat bahwa tidak batal mudharabah dengan meninggalnya salah seorang dari keduanya dan ahli waris
96
Wiroso, op.cit., hlm. 260
43
pemilih harta melanjutkan mudharabah tersebut jika mereka orangorang yang dipercaya.97 c.
Salah seorang dari mereka berdua jadi gila Mudharabah batal karena gila membatalkan kemampuan untuk melakukan muamalat dan setiap yang membatalkan wakalah juga membatalkan mudharabah, seperti pingsan dan larangan terhadap pemilik modal. Adapun larangan terhadap pekerja karena bodoh maka ia tidak dicopot menurut Hanafiyah, karena ia seperti anak-anak yang mumayyiz dan mumayyiz boleh menerima wakalah dari orang lain. Demikian juga dengan orang yang bodoh.98
d.
Pemilik modal jadi murtad Jika shahibul maal dibunuh karena murtad atau ikut perang dan hakim menguatkan keikutsertaannya itu, maka mudharabah batal di hari murtadnya itu menurut Abu Hanifah, karena ikut ke medan perang sama dengan mati, dan mati menyebabkan hilangnya kemampuan pemilik modal. Kalau pekerja murtad maka mudharabah tetap berlangsung, karena adanya kemampuan pemilik modal walaupun pekerja telah membeli dan menjual serta mendapatkan laba, kemudian ia dibunuh karena murtad atau meninggal atau ikut ke medan perang maka seluruh yang telah ia lakukan hukumnya boleh dan laba dibagi untuk keduanya, sebagaimana yang disepakati karena pekerjaan orang
97 98
Ibnu Rusyd, Op. cit., hlm. 240 Wiroso, Op.cit, hlm. 266
44
yang murtad sah karena ia adalah manusia yang bisa membedakan (mumayyiz) tanpa ada kekurangan padanya. e.
Hancurnya harta mudharabah di tangan pekerja Mudharib lalai dalam memelihara harta, atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan diadakannya akad. Dalam kondisi yang semacam ini maka akad mudharabah batal. Demikian
juga
mudharabah
batal
jika
pekerja
menghancurkan modal atau menginfakkannya atau diserahkan kepada orang lain lalu dihancurkannya sehingga perkerja tidak berhak membeli sesuatu modal untuk mudharabah99
E. Investasi Dalam Islam 1. Pengertian Investasi Investasi berasal dari bahasa Inggris “invest” yang berarti menanam, menginvestasikan (uang, modal).100 Penanaman uang atau modal ini bisa berupa dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya, dalam suatu proses produksi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, dan dapat pula berarti “Pertambahan persediaan bendabenda yang ada”.101 Di dalamnya tercakup pula persediaan bahan-bahan dasar dan benda-benda konsumsi.
99
Ibid, hlm. 261 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1987), Cet. ke-XV, hlm. 330 101 Winardi, Ilmu Ekonomi, (Bandung: CV. Tarsito, 1976), hlm. 54 100
45
Selain itu dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dinyatakan bahwa investasi adalah setiap bentuk modal yang ditanamkan untuk memperoleh hasil atau keuntungan setelah jangka waktu tertentu. Besarnya investasi biasanya dinilai dengan uang.102 Sedangkan dalam istilah manajemen, investasi diartikan sebagai pemupukan dan pendayagunaan dana dan sumber hari ini demi keuntungan hari esok. Lebih jelas dalam bukunya Drs. Salim Basalamah, M.S. dkk, James C. Van Horne mengemukakan bahwa investasi adalah kegiatan yang dilangsungkan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada waktu sekarang ini dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang diharapkan di masa mendatang. Sedang Fietz Berald mengatakan bahwa investasi adalah aktifitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumbersumber untuk dipakai mengadakan barang modal pada saat sekarang ini dan dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.103 Dalam Islam, pengertian investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan kembalinya (return) tidak pasti dan tidak tetap. Hal ini berbeda dengan membungakan uang yang kurang mengandung resiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang
102
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid. 7, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989), hlm.
213 103
Salim Baslamah, M.S. dkk, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal (Sebuah studi proyek bermotif laba), (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 8
46
relatif pasti dan tetap.104 Pada dasarnya investasi dalam perspektif syariah adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam Islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap Muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah. Oleh karena itu Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produktif. Islam mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Sesuai dengan definisi di atas, menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori kegiatan investasi karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai mudharib atau pengelola dana. Investasi yang aman secara duniawi belum tentu aman dari sisi akhiratnya. Maksudnya investasi yang sangat menguntungkan sekalipun dan tidak melanggar hukum positif yang berlaku belum tentu aman kalau dilihat dari sisi syari‟ah Islam. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syari‟ah Islam dan tidak mengandung riba. Di sisi lain investasi juga hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh pihak yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syari‟ah Islam.105
104
Muhammad Syafi‟i Antonio, Op cit, hlm. 59 Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, penyunting, Irwan Kelana & Dadi M. Hasan Basri, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. ke-1, hlm. 140 105
47
2. Dasar Hukum Berinvestasi Beberapa landasan syari‟ah baik dalam al-Qur‟an, Hadits Nabi, maupun kaidah fiqh yang mendasari dalam bentuk investasi harus dilakukan berdasarkan syari‟ah. Dalam firman Allah SWT surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:
. . . . Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu…” (QS. An-Nisa: 29)106 Dan surat at-Taubah ayat 34:
Artinya: “dan ada di antara mereka yang mengubur emas dan perak dan menggunakannya tidak di jalan Allah; beritahukan mereka akan mendapat siksa yang pedih” (Q.S. at-Taubah: 34)107 Dari ayat kedua diatas jelas sekali bahwa dianjurkan pada setiap mahluk di bumi ini semata-mata rahmat dari Allah, tapi Allah melarang untuk memakan harta sesama dengan jalan yang batil. Semua pengeluaran yang dilakukan dengan tujuan pameran atau kemegahan yang dipamerkan dan dapat mencerminkan kesombongan mempunyai pengaruh pelebaran dari pada penyempitan. Kesenjangan sosial antara
106 107
Departemen Agama RI, hlm. 83 Ibid, hlm. 192
48
yang kaya dan yang miskin telah disalahkan oleh Islam. Nabi mengajarkan kepada kaum Muslim untuk rendah hati dan mendesak mereka untuk menerapkan pola hidup yang tidak mencerminkan kesombongan. Sebagaimana beliau berkata:108 “Aku tidak kuatir kamu akan menderita karena miskin. Bagaimanapun, aku merasa yakin bahwa dunia akan berkembang sendiri untukmu seperti yang telah dilakukannya sebelum kamu, dan bahwa kamu akan saling memandang demi kepentingannya seperti yang terjadi sebelum kamu, demikian rupa sehingga hal ini akan menghancurkan kamu seperti yang terjadi sebelum kamu”. Ajaran Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi karena Nabi tidak setuju membiarkan sumber daya secara tidak produktif. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
ن أ ثِ سّلمخَ ػَنْ َأ ْ َِ ػ َ ْن َّح ْ َ حَ َذ حَنَب مؼب ً ّخ ػ: ً قب ل ا لش ثْغ ثن ّنب فغ أ ثٌ تٌ ثخ ن كب ْ َ م: ل اهلل صّلَ اهلل ػّلْو ً سّلم ُ ٌُْ قب ل سَ س: ثِِ ُىشَ ّش ح َس ضَِِ اهلل ػَنْ ُو قب ل سكْ أ ْس ضَو ِ فإ ّن أ ثَ َفّلْ ُْ ْم,ُّنت لوُ َأ ْس ضٌ فّلْز س ػيب أ ً لِ َْمْنَحْيب أ خَب ه 109 )(سًاه مسّلم Artinya:“Rabi‟ bin Nafi‟ Abu Taubah berkata: Mu‟awiyah mengkhabarkan dari Yahya dari Abi Salamah dari Abu Hurairah ra, berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa mempunyai tanah, maka hendaklah tanahnya itu ditanaminya atau hendaklah diberikan saudaranya. Jika dia tidak mau berbuat demikian, maka hendaklah dia memelihara tanahnya itu”. (H.R Muslim) Ini karena pengembangan tanah dan investasi yang produktif diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Islam untuk hal-hal
108
M. Umer Chapra, Al qur‟an Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Seri Tafsir Al Qur‟an Bil Ilmi No. 06), (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 57 109 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), hlm. 102
49
yang penting maupun kenikmatan dan tentunya melakukan hal ini sesuai dengan sistem Islam.110 3. Investasi Dinar Emas Banyak alat instrumen investasi yang sering digunakan oleh masyarakat untuk berinvestasi. Misalnya tanah, emas, rumah, asuransi unit-link, deposito, saham, obligasi (syariah dan konvensional), reksadana, dan lain sebagainya. Namun belum banyak yang mengetahui bahwa dinar (koin dinar emas) merupakan salah satu instrumen investasi. a.
Mengenal dinar (dirham) Islam Di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan dinar dan dirham telah digunakan sejak awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.111 Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan
dengan
pencetakan
uang
dirham
pertama
di
Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 dinar sama dengan 10 dirham.112 Berat 1 dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya.113
110
M. Umer Chapra, op.cit, hlm. 61 M.Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar&Dirham, (Depok: Spiritual Learning Centre & Dinar Club, 2007), hlm. 18 112 Ibid 113 Zallum, Abdul Qadim, Ahmad S., dkk, Sistem Keuangan di Negara Khalifah, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2006), hlm. 110 111
50
Timbangan berat uang 1 dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma. Selama tujuh abad dari abad ke-13 sampai awal abad ke-20, dinar dan dirham adalah mata uang yang paling luas digunakan. Penggunaan dinar dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Utsmaniyah yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia. Atas dasar rumusan hubungan berat antara dinar dan dirham dan hasil penimbangan dinar ini, maka dapat pula dihitung berat 1 dirham adalah 7/10 × 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram.114 Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga dikenal uang logam yang dibuat dari tembaga atau perunggu. Dalam fiqh Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang hakiki (thaman haqiqi dan thaman khalqi) sedangkan uang dari temabaga atau perunggu dikenal sebagai fulus dan menjadi alat tukar berdasar kesepakatan atau thaman istilahi. Dari sisi sifatnya yang
114
Mengenai kemurnian emas yang dipakai di dinar dan perak yang dipakai di dirham belum ditemukan referansi yang kuat. Meskipun demikian ada referensi yang menunujukkan bahwa emas yang dipakai untuk dinar adalah memiliki kemurnian 22 karat. Hal ini masuk akal karena pemurnian emas yang dilakukan dengan teknologi zaman itu kemungkinan besar memang hanya mendekati 22 karat atau mendekati kemurnian 91.7%; alas an kedua adalah apabila pemurnian mencapai 24 karat atau 99.999+% uang dinar akan terlalu lembek sehingga mudah berubah bentuk. Mengenai perak ada disebutkan perak murni, namun inipun tidak murni 100% karena dengan teknologi yang ada saat inipun tingkat kemurnian perak hanya mencapai 99.999+%. Wallahu A‟lam.
51
tidak memiliki nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sekarang.115 Di Indonesia di masa ini, dinar dan dirham hanya diproduksi oleh Logam Mulia, PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini logam mulialah yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu memproduksikan dinar dirham dengan kadar dan berat sesuai dengan standar dinar dan dirham di masa awal-awal Islam.116 Standar kadar dan berat inipun tidak hanya disertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association (LBMA).117 b.
Bukti stabilitas daya beli dinar (emas) dan dirham (perak) Beberapa bukti sejarah yang bisa diandalkan karena diungkapkan dalam al-Qur‟an dan hadits, untuk menguatkan teori bahwa harga emas (dinar) dan perak (dirham) adalah tetap, sedangkan mata uang lain yang tidak memiliki nilai intrinsik terus mengalami penurunan daya beli (terjadi inflansi). Dalam al-Qur‟an yang agung, Allah SWT berfirman:
115
Waqar Masood Khan, Transition to Riba Free Economy, (New Delhi: Adam Publisher, 2004), hlm. 225 116 Muhaimin Iqbal, Dinar the Real….,hlm. 32 117 Ibid
52
Artinya: “Dan Demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka, „sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)‟. Mereka menjawab, „Kita berada (disini) sehari atau setengah hari‟. Berkata (yang lain lagi), „Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”. (QS. Al Kahfi: 19)118 Dari ayat tersebut diungkapkan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli makanan di Kota dengan uang peraknya. Jika diasumsikan, para pemuda tersebut membawa 2-3 keping uang perak saja, maka ini dikonversikan ke nilai Rupiah sekarang akan berkisar Rp 90.000. Dengan perak yang sama sekarang (1 dirham sekarang sekitar Rp 30.000) kita dapat membeli makanan untuk beberapa orang. Jadi setelah lebih kurang 18 abad (sejak zaman Ashabul Kahfi) daya beli uang perak relatif sama.119 Mengenai daya beli uang emas dinar dapat dilihat dari hadits:
ػغَب ُه دِّنَبسًا َّّشْتَشُِ ثِوِ أُضْحَِْخً أًَْ شَب ًح ْ ّن النّجَِِ أ َ َِ أ ِ ِن ػُشًَْ َح الْجَبسِق ْ ًََػ ِِن فَجَب عَ إِحْذَا ُىمَب ثِذِّنَب ٍس فَأَ تَب ُه ثِّشَب ٍح ًَدِ ّنَبسٍفَ َذ ػَب لَ ُو ثِبلْ َج َش كَ ِخ ف ِ ْ َفَب شْ َتشٍَ شَبت خشَجَ ُو ْ َ ًَقَ ْذأ.َِِخ ْمسَخُ إِلَب ال َنسَب ئ َ ْ سًََا ُه ال.ِح فِْو َ ِثَْؼِ ِو َفّكَبّنَ لٌَْ ِاشْتَشٍَ ُتشَاثًب َل َش ث ُسقْ لَ ْفظَو ُ َّ ج ًَلَ ْم ٍ ِّن حَذ َ ُْ ضِم ُ ِالْجُخَبس “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia 118 119
Departemen Agama, op.cit, hlm. 295 Muhaimin Iqbal, op.ct, hlm. 33-34
53
berkata „Saya mendengar penduduk bercerita tentang Urwah, bahwa Nabi saw memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau. Lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu ekor kambing. Nabi saw mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya „Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung. ” (HR Bukhari)120 Dari hadits tersebut bisa diketahui bahwa harga pasaran kambing pada zaman Rasulullah saw adalah satu dinar. Jika kita anggap harga kambing yang sedang adalah satu dinar, yang kecil setengah dinar dan yang besar dua dinar pada zaman Rasulullah saw maka sekarang pun dengan setengah sampai dua dinar (saat ini dinar Rp 2.203.213,-) kita bisa membeli seekor kambing di manapun di seluruh dunia.121 c.
Aplikasi investasi berbasis dinar Uang memiliki tiga fungsi yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange), fungsi satuan pembukuan (unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of value).122 Di Indonesia saat ini uang yang diakui sebagai alat tukar hanya uang rupiah, maka dinar belum menjadi alat tukar yang sah dalam bermuamalah. Meskipun demikian, dua fungsi uang yang lain dapat diperankan oleh dinar dengan jauh lebih baik dibandingkan mata uang rupiah.123 Dinar apabila digunakan sebagai alat ukur dan alat untuk menyimpan atau mempertahankan kekayaan umat Islam sudah
120
Ibid Ibid 122 Muhaimin Iqbal, Dinar Solution…..,hlm. 107 123 Ibid 121
54
memberi manfaat yang besar karena kekayaan umat ini tidak bisa dipermainkan oleh para spekulan pasar uang, manfaat dinar tidak berhenti disini.124 Dinar hanyalah salah satu dari roda-roda ekonomi Islam yang akan memakmurkan umat ini dan mengunggulkannya diatas umat yang lain sebagaimana janji Allah SWT dalam al-Qur‟an:
Artinya: “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman” (Q.S Ali Imron: 139)125 Roda-roda ekonomi Islam yang harus ikut berputar bersama dengan kembalinya dinar dan (dirham) adalah sistem pembiayaan yang bebas riba, pengelolaan pasar Islam dengan aturan syariah Islam dan memasyarakatnya zakat, infaq, sedekah dan wakaf seluasluasnya. Ilustrasi berikut menggambarkan sistem ekonomi Islam yang digerakkan oleh roda-rodanya.126
124
Muhaimin Iqbal, op.cit, hlm. 137 Departemen Agama RI, hlm. 67 126 Muhaimin Iqbal, op.cit, hlm. 138 125
55
Pembiayaan Bebas Riba: Qirad/Mudharaba h
Pasar yang Syar'i Akses bebas pelaku Pasar yang adil, jujur, hati-hati & competent
Uang yang adil: Dinar & Dirham
Harta yang berputar: ZIS, & Wakaf
Gambar 2.1: Roda-roda Penggerak Sistem Ekonomi Islam Satu dinar didefinisikan sebagai satu koin emas dengan berat 4,25 gram dan kadar 22 karat.127 Dinar menjadi salah satu alat investasi yang patut diperhitungkan, mengingat nilainya yang terus terapresiasi terhadap dollar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Jika diperbandingkan, maka investasi dalam dinar merupakan yang paling menguntungkan dan mendapat nilai tambah secara syari‟ah. Misalnya saja perbandingan antara asuransi, deposito, dan dinar, diinvestasikan Rp. 500.000/ bulan, untuk masing-masing instrumen investasi tersebut, selama 20 tahun. Maka analisisnya sebagai berikut:128
127
Ibid, hlm. 162 Muhaimin Iqbal, “Bagaimana Langkah Memulai Investasi di Dinar Emas Dirham Perak”, dalam http://dinaremasku.com, diakses pada tanggal 10 April 2012 128
56
Asuransi
Deposito
Dinar
Dengan hasil investasi 12% per tahun, maka setelah 20 tahun kita menaruh uang di asuransi tersebut, uang kita menjadi Rp 162 juta. Pada asuransi ini, uang kita ada yang “disedot” untuk biaya akuisisi, atau biaya administrasi yang lumayan besar dari premi yang kita bayarkan setiap bulannya. Namun, kelebihannya ada nilai proteksi yang diberikan dari asuransi ini Dengan hasil investasi 8% per tahun, maka setelah 20 tahun, uang kita akan menjadi Rp 224 juta. Lebih besar dari asuransi, karena di deposito tidak ada biaya akuisisi seperti di asuransi. Namun, deposito tidak memiliki nilai proteksi. Dengan rata-rata apresiasi nilai emas per tahun dari statistik 40 tahun Kitco, yaitu 31% per tahun. Maka setelah 20 tahun, uang kita menjadi Rp 4,1 Milyar. Sangat jauh berbeda dengan dua instrumen sebelumnya.
Keunggulan investasi emas (dinar) ini yaitu memiliki nilai nyata (tangible), senilai benda fisiknya (intrinsic) dan dan nilai yang melekat atau bawaan pada benda itu (innate).129 Ketiga keunggulan nilai ini tdak dimiliki oleh investasi bentuk lain seperti saham, surat berharga dan uang kertas. Default value (nilai asal) dari investasi emas tinggi, kalau tidak ada campur tangan berbagai pihak dengan kepentingannya sendiri-sendiri otomatis nilai emas akan kembali ke nilai yang sesungguhnya yang memang tinggi. Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam berinvestasi dinar, yaitu sebagai berikut:130 Kelebihan dinar meliputi: a.
129 130
Ibid. Ibid
Memiliki sifat unit account; mudah dijumlahkan dan dibagi
57
b.
Sangat liquid untuk diperjual-belikan karena kemudahan dibagi dan dijumlahkan
c.
Memiliki nilai da‟wah tinggi karena sosialisasi dinar akan mendorong sosialisasi syariat Islam itu sendiri
d.
Nilai Jual kembali tinggi, mengikuti perkembangan harga emas internasional; hanya dengan dikurangkan biaya administrasi dan penjualan sekitar 4% dari harga pasar
e.
Mudah diperjual belikan sesama pengguna karena tidak ada kendala model dan ukuran
Sedangkan kelemahan dinar yaitu: a.
Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena PPN 10% (Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/Kmk.03/2002 bisa diperhitungkan secara netto antara pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka yang harus dibayar „toko emas‟ penjual Dinar adalah 2%)
b.
Ongkos cetak masih relatif tinggi yaitu berkisar antara 3% – 5 % dari nilai barang tergantung dari jumlah pesanan Sejak ribuan tahun lalu sampai sekarang seluruh peradaban
manusia di muka bumi mengakui tingginya nilai emas ini. Emas berlaku secara universal dan tidak mengenal istilah kadaluwarsa. Dinar dan dirham sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena dinar (Dinarium) sudah dipakai di Romawi sebelumnya dan dirham sudah dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada sebelum
58
Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan oleh Rasulullah SAW, maka hal itu menjadi ketetapan (taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran Islam itu sendiri, dinar dan dirham masuk kategori ini.
59
BAB III PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH DI BMT “ARTHA KENCANA MULIA”
A. GAMBARAN UMUM BMT “Artha Kencana Mulia” 1.
Sejarah Berdirinya BMT “Artha Kencana Mulia” Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasinalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasioanal daerah. Disamping itu di tengahtengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran BMT agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut. Di bawah naungan organisasi yang sangat terpecaya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Orwil Jateng BMT “Artha Kencana Mulia” lahir, yang digagas oleh Bapak Ade Adityawarman beserta rekanrekannya.131 Berlangsung di kampus UNISSULA pada hari Sabtu tanggal 25 Juni 2011, sekaligus pula diadakan acara diskusi yang bertajuk
131
Hasil wawancara dengan Bapak M.Hasyim pada tanggal 07 Juni 2012
60
“Membangun Kemakmuran Indonesia dengan Ekonomi Islam: Dinar dan Dirham sebagai Solusi”, bersamaan dengan Musywil ke-5 yang secara aklamasi memilih Dr. Ir .Didik Eko Budi Santoso MT sebagai ketua ICMI Jateng periode 2011-2016.132 Beberapa tamu undangan antara lain Ir. H. Muhaimin Iqbal (anggota DSN dan Founder Gerai Dinar), para praktisi, akademisi ekonomi Islam, anggota Parpol, dan dari pemerintah provinsi Jateng. Acara diskusi resmi di buka pada pukul 09.00 WIB oleh salah satu Presidium Nasional ICMI yaitu Dr. Hj. Muh. Ibrahim.133 BMT “Artha Kencana Mulia” menyediakan wadah investasi di bidang keuangan syariah melalui produk dinar. Menghadirkan kembali dinar dan dirham sebagai solusi dan timbangan yang adil di tengahtengah masyarakat.134 Hadir di tengah-tengah pemukiman masyarakat yang padat di area yang nyaman. Sejak 11 November 2011, BMT “Artha Kencana Mulia” telah resmi dan mendapatkan pengakuan dari Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Tengah untuk menjadi Badan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Artha Kencana Mulia, dengan nomor badan usaha : 14290/BH/XIV/2011.135 BMT ini hanyalah satu dari sekian banyak BMT bentukan ICMI yang tersebar di berbagai penjuru tanah air. Untuk lebih mesukseskan BMT ini maka di lakukan penandatanganan
132
Data diambil dari Dokumen BMT “Artha Kencana Mulia” Kseisundip, “FoSSEI Jateng Goes To ICMI Jateng „Diskusi Pakar Bersama Ir. H. Muhaimin Iqbal”, dalam http://kseirsundip.wordpress.com/2011/07/20/35/ , diakses tanggal 20 Mei 2012 134 Khoirul Anwar, “Cendekiawan Muslim Jawa Tengah, Mandiri Melalui ICMI Business Centre” dalam http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/05/12/cendikiawan-muslim-jawatengah-mandiri-melalui-icmi-business-centre/, diakses pada tanggal 12 April 2012 135 Data diambil dari Dokumen BMT “Artha Kencana Mulia” 133
61
“Dukung Gerakan Dinar Dirham” oleh seluruh pengurus ICMI yang hadir pada acara ini.136 Dengan memegang komitmen menjunjung nilainilai keadilan, BMT “Artha Kencana Mulia” hadir membangun kemakmuran Indonesia dengan Ekonomi Islam yang bebas ribawi. Bersama dinar dan dirham diyakini mampu memberikan solusi untuk melindungi harta umat. 2.
Visi dan Misi BMT “Artha Kencana Mulia” Suatu organisasi atau perusahaan mana pun pasti memiliki visi dan misi, sehingga dengan visi dan misi yang dimiliki tersebut, arah dan perkembangan dapat terarah. Begitu pula dengan BMT “Artha Kencana Mulia”, mempunyai arah dan perkembangannya sendiri. a.
Visi Mencerahkan dunia melalui sistem Ekonomi Islam
b.
Misi
Meningkatkan kesadaran masyarakat
Mengembangkan Institusi Islam yang nyata
Menciptakan praktik-praktik bisnis Islam yang modern.
Memperkuat
melindungi
menumbuhkan
kesejahteraan
masyarakat sebagai perwujudan Rahmatan Lil Alamin. 3.
Lokasi BMT “Artha Kencana Mulia” BMT “Artha Kencana Mulia” terletak di Jalan Durian Selatan I No. 12, Srondol Wetan, Semarang. Lokasi ini dipilih karena:
136
Khoirul Anwar, op.cit.
62
a.
Dekat dengan tempat nasabah, sehingga mempermudah nasabah untuk menabung dan mengambil uang.
b.
Letaknya yang sangat strategis, sehingga mempermudah bagi para nasabah untuk menjangkaunya.
c.
Jalannya ramai dan banyak perumahan mewah sehingga lebih berpotensi untuk mendapatkan calon nasabah atau investor.
4.
Komitmen Pelayanan Dalam rangka mendukung pelayanan prima, cepat tepat dan amanah sesuai dengan prinsip syariah. BMT “Artha Kencana Mulia” memiliki sarana perkantoran yang nyaman untuk nasabah.
5.
Struktur Organisasi Dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan struktur organisasi yang baik dan jelas, sehingga dapat diketahui tugas masing-masing dan kesimpangsiuran dalam menjalani tugas dapat dihindari. Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi RAPAT ANGGOTA
UNIT JASA
PENGURUS
PENGAWAS
UNIT SIMPAN PINJAM
UNIT PERDAGANGAN
ANGGOTA
63
Sumber: Dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”.137 Sedangkan nama dan tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut:138 I.
PENGURUS 1. Ketua
: DR. Suharnomo M.Si
2. Sekretaris
: Budi Setiyono, Ph.D
3. Bendahara
: Adityawarman M. Acc. Ak.
II. PENGELOLA 1. Manager
: Sofyan Eko Putra, SE.
2. Accounting
: Khoirul Anwar
3. Teller
: Masykur Hasyim
4. Customer Service
: Ulin Ni‟mah
III. BADAN PEMERIKSA (PENGAWAS) 1. Ketua
: Fuad Mas‟ud. SE.,MIR
2. Anggota
: DR. Sudarno, SE., MSi Dr. Ing Asnawi, ST
IV. DEWAN PENANGGUNG JAWAB Ketua ICMI Jateng 6.
: Dr. Ir. H. Didik Eko Budi Santoso, ST. MT.
Produk dan Jasa BMT “Artha Kencana Mulia” a.
Tabungan M-Dinar Tabungan untuk perorangan, perusahaan atau lembaga berbasis Dinar guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
137 138
Data diambil dari dokumen BMT “Artha KencanaMulia” Semarang Data diperoleh dari dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
64
Tabungan M-Dinar memiliki prosedur dan mekanisme yang sama dengan tabungan di bank syariah, dilakukan dengan akad mudharabah, jadi akan ada bagi hasil dari tabungan tersebut yang akan masuk secara otomatis setiap awal bulan. b.
DinarKu Produk kepemilikan dinar melalui pembelian emas secara tunai dan atau penjualan dinar, dengan akad sharf. Dinar sebagai alternatif yang aman untuk menjaga fortofolio asset kekayaan.139 Selain itu merupakan „jembatan‟ untuk mewujudkan ibadah haji, mempersiapkan pendidikan untuk anak, memiliki tempat tinggal dan kendaraan.140
c.
Tabungan M-Dinar untuk Pensiun Tabungan M-Dinar Pensiun adalah tabungan pensiun untuk perorangan, perusahaan atau lembaga yang berbasis dinar. Program ini ditawarkan secara otomatis atau sukarela kepada karyawan. Secara otomatis berarti perusahaan mendaftarkan karyawan sebagai nasabah Tabungan M-Dinar, secara sukarela berarti bahwa karyawan secara tidak dipaksa ikut dalam program Tabungan M-Dinar Pensiun yang ditawarkan oleh BMT “Artha Kencana Mulia”, dengan cara pemotongan gaji untuk melakukan setoran. Teknis Pelaksanaan ini dapat di diskusikan untuk disetujui bersama agar pelaksanaan program ini dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang maksimal.
139 140
Data diperoleh dari brosur produk DinarKu oleh BMT “Artha Kencana Mulia” Ibid
65
B. Aplikasi Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar Di BMT “Artha Kencana Mulia” Dari tahun ke tahun BMT “Artha Kencana Mulia” menunjukkan kerja yang sangat baik. Terbukti dengan meningkatnya volume usaha dan semakin meningkatnya aset, dan di sisi lain, keberadaannya semakin dipercaya masyarakat.141 Sebagai lembaga keuangan syariah BMT “Artha Kencana Mulia” tidak hanya menampung dana dari masyarakat, tetapi juga menyalurkan dana ke masyarakat. Penyaluran dana ini biasanya dilakukan oleh BMT “Artha Kencana Mulia” dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan terhadap usaha yang dijalankan oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian penulis bahwa dalam produk penghimpunan dana investasi, BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang membuka layanan kepada masyarakat dalam produk, yaitu Tabungan M-Dinar (Online Transactions Record), yang berdasarkan prinsip mudharabah (bagi hasil). Teknologi M-Dinar merupakan infrastruktur produk Gerai Dinar yang baru hasil kolaborasi dengan Koperasi BMT Daarul Muttaqiin,142 sehingga terjalin kerjasama diantara keduanya.
141
Hasil wawancara dengan Bapak Masykur Hasyim, selaku Bagian Teller di BMT “Artha Kencana Mulia” pada tanggal 11 Juni 2012 142 Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua, Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012
66
Gambar 3.2:143 Skema kerjasama pihak yang menjalankan M-Dinar Dalam tabungan M-Dinar ini BMT “Artha Kencana Mulia” bertindak sebagai pengelola dana (mudharib), sedangkan nasabah sebagai penyandang dana (shahibul maal) dengan sistem bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh pihak BMT “Artha Kencana Mulia” dengan nasabah. Simpanan atau tabungan merupakan akad mudharabah muthlaqah yang berarti pihak mudharib (BMT) diberi kuasa penuh untuk menjalankan usahanya tanpa batasan dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis usaha dan nasabah atau pelanggannya. Simpanan adalah perjanjian kerjasama antara pemilik modal (penabung atau shahibul maal) dengan pengusaha (BMT atau mudharib) atas dasar bagi hasil. BMT “Artha Kencana Mulia” sangat berhati-hati dalam menyalurkan dana tersebut ke dalam bentuk pembiayaan, terlebih-lebih dalam pembiayaan investasi mudharabah, karena dalam pembiayaan investasi mudharabah memiliki resiko yang sangat tinggi sehingga menuntut kepercayaan dan kejujuran (amanah) yang tinggi dari nasabah. Oleh karena itu BMT “Artha 143
Dokumen BMT Daarul Muttaqin
67
Kencana Mulia” sangat selektif dan berhati-hati dalam melakukan pembiayaan ini.144 Tujuan tabungan M-Dinar adalah memungkinkan kita semua pengguna dinar untuk mencicil dinar dalam bentuk tabungan, tidak harus dalam kelipatan 1 dinar serta memeratakan dinar untuk seluruh golongan masyarakat yang tertarik memiliki dinar dengan cara yang bertahap.145 Tabungan M-Dinar memiliki prosedur dan mekanisme yang sama dengan tabungan di bank syariah. Bedanya dengan tabungan bank, tabungan M-Dinar ini dalam satuan dinar, termasuk bagi hasilnya juga dalam satuan dinar. Penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menandatangani BMT atau menggunakan aplikasi online yang sebelumnya dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan pihak BMT. Bukti kepemilikan Tabungan M-Dinar adalah berupa nomor rekening M-Dinar dan juga akan dapat buku tabungan M-Dinar, serta histori transaksi ataupun saldo tabungan dapat dipantau di situs http://m-dinar.com, sama seperti internet banking pada bank.146 Terkait mengenai legalitas produk-produk Dinar berbasis teknologi seperti M-Dinar, maka ada dua aspek legalitas yang bisa dijelaskan, yakni sebagai berikut:147 Legalitas dari aspek hukum positif negara (Indonesia dan
144
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012 145 Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua, Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012 146 Ibid 147 Raja Dinar, “Aspek Syar‟I M-Dinar” dalam http://aspek-syari-m-dinar-.php.htm/, diakses pada tanggal 11 Mei 2012
68
juga negara-negara lain dimana M-Dinar digunakan) dan aspek legalitas dari segi Syariah. Dari sisi hukum positif negara, harus diakui bahwa kecepatan perkembangan teknologi mendahului kecepatan perkembangan hukum positif buatan manusia. Sangat bisa jadi memang belum ada hukum yang pas yang mengatur transaksi pembayaran global yang menggunakan system e-payment, paypal, e-gold, e-dinar, Goldmoney, dan lain sebagainya. Sedangkan dasar BMT “Artha Kencana Mulia” untuk melakukan usaha adalah menggunakan Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi.148 Sejak 11 November 2011, BMT “Artha Kencana Mulia” telah resmi dan mendapatkan pengakuan dari Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Tengah untuk menjadi Badan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah “Artha Kencana Mulia”, dengan nomor badan usaha: 14290/BH/XIV/2011.149 Berbeda dengan sistem hukum buatan manusia yang selalu terlambat mengantisisipasi perkembangan zaman; hukum Allah sebaliknya sangat antisipatif dan selalu fit untuk perkembangan teknologi yang secanggih apapun. Inilah makna Islam sebagai agama akhir zaman itu; kembali ke Islam tidak identik dengan kembali ke sistem yang kuno.
148
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012 149 Data diperoleh dari dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
69
Contoh hadits berikut :150
ت ًَ الْفِضَ ُخ ثِب ِ َت ثِب لزَ ى ُ َهلل ال ّز ى ِ قَب لَ سَ سٌُ لُ ا: َت قَب ل ِ ِن الّصَب م ِ ْن ػُجَب دَحَ ث ْ ًََ ػ ل سٌََا ًء ٍ ح مِ ْخالً ِثمِ ْخ ِ ْح ثِب ْل ِمّل ُ ّْشؼِْ ِش ًَ ال َت ْمشُ ثِب ل َت ْم ِش ًَ ا ْل ِمّل َ ّشؼِْ ُش ثِب ل َ لْفِضَ ِخ ًَ الْ ُج ُش ثِب لْ ُج ِش ًَ ال ُ (سًََاه.ٍّن َّذًا ثَِْذ َ ف شِئتُمْ إِرَا كَب َ َْف فَجِ ْؼٌُا ك ُ أل صْنَب َ ْت ىَزِهِ ا ْ َِثسٌََا ٍء َّذًا ثَِْ ٍذ فَإِرَا اِخْ َتّلَف )ٌسّلِم ْ ُم Artinya: “Dari „Ubadah bin As-Shamit, ia mengatakan bahwasanya Rasullah bersabda: “(Diperbolehkan menjual) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya‟ir dengan sya‟ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai – dari tangan ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai – dari tangan ke tangan.” (HR. Muslim) Dr. Wahbah Al-Zuhayli, dalam mengartikan jual beli „tunai dari tangan ke tangan dalam satu majlis bay‟ (satu pertemuan atau sesi perdagangan), beliau menyatakan bahwa majlis bay‟ tidak berarti harus satu rauangan atau tempat fisik dimana penjual dan pembeli bertemu secara fisik. Mereka (penjual dan pembeli) bisa saja terpisah secara fisik – asal keduanya bisa saling berkomunikasi – maka mereka masih dapat dikatakan dalam satu majlis bay‟.151 Situasi berikut menjadi sepenuhnya sesuai syariah dengan penafsiran yang tepat, yaitu: a.
Jual beli gandum dalam gudang yang sangat besar sekalipun, dapat cukup dilakukan
serah
terimanya
dengan
penyerahan
akses
terhadap
pemanfaatan gandum tersebut ke pembeli. Akses ini bisa berupa kunci gudang, bisa user id dan password untuk pemindahan barang dan lain sebagainya.
150
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Harun Zen & Zaenal Mutaqin dari “Bulughul Maram min Adillatil Ahkam”, (Bandung: Jabal, 2011) hlm. 207 151 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islmai wa Adillatuh, dalam bahasa Inggris: “Financial Transactions In Islamic Jurisprudence”, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2003), hlm. 180
70
b.
Perpindahan uang dari account to account, dari satu mata uang ke mata uang lainnya lewat transfer M-banking, internet banking menjadi punya dasar yang syar‟i.
c.
Perpindahan account M-Dinar dari Gerai Dinar ke account pelanggan MDinar juga memiliki dasar yang sama. Begitu pelanggan M-Dinar menerima user id dan password atau bertambah saldo-nya di M-Dinar Accountnya, pembeli tersebut memiliki akses penuh dan dapat memanfaatkan Dinar yang ada di accountnya; artinya Dinar sudah dapat diartikan di delivered.152 Dalam merespon perkembangan perdagangan Islami dan juga modern,
para ulama sebaiknya lebih akurat hingga bisa merumuskan penafsiran yang applicable sampai sekarang sehingga tidak ketinggalan teknologi dan tidak pula meninggalkan hukum syariah. 1.
Tata cara akad mudharabah dalam tabungan M-Dinar Adapun ketentuan teknis menabung yang berlaku dalam produk M-Dinar adalah sebagai berikut :153 a.
Tabungan dengan prinsip mudharabah
b.
Tidak diperkenankan joint account
c.
Setoran dan penarikan akan dikonversikan ke dalam satuan Dinar
d.
Satu orang hanya memiliki 1 (satu) rekening di KJKS “Artha Kencana Mulia”, kecuali bagi orang tua yang membuka rekening untuk anak yang masih dibawah perwalian
152 153
Raja Dinar, op.cit. Data diperoleh dari brosur Tabungan M-Dinar
71
e.
Penabung di bawah perwalian, harus menggunakan nama orang tua atau wali siswa
f.
Mengisi aplikasi Tabungan M-Dinar
g.
Setoran awal rekening min. Rp. 50.000,-
h.
Setoran selanjutnya min. Rp. 50.000,-
i.
Biaya pembukaan rekening baru Rp. 25.000,-
j.
Membawa asli dan fotokopi KTP/SIM/Paspor
k.
Transaksi penarikan tunai min. Rp. 100.000,- kecuali jika nasabah ingin meutup rekening
l.
Penarikan dengan nominal 1 (satu) Dinar dan kelipatannya dapat dilakukan dalam bentuk koin fisik Dinar
m. Penarikan dengan nominal selain 1 (satu) Dinar, diberikan dalam bentuk Rupiah, setara Kurs Beli saat transaksi dilakukan. Cara membuka atau mengisi tabungan rekening M-Dinar yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :154 a.
Buka halaman web berikut https://m-dinar.com/
b.
Di main menu sebelah kiri klik Registration
c.
Isi Registration Form
d.
Tunggu dan buka email baru dari M-Dinar, klik link untuk aktifasi account
154
e.
Login dengan user dan password yang telah diisi di langkah 3
f.
Klik Mobile Payment pada Main Menu
Muhaimin Iqbal, “Bagaimana Langkah Memulai Investasi di Dinar Emas Dirham Perak”, dalam http://dinaremasku.com, diakses pada tanggal 10 April 2012
72
g.
Lengkapi informasi tipe identitas, nomor identitas, alamat, nomor handphone, no telp rumah dan jenis kelamin
h.
Transfer ke rekening dinaremasku.com (dapat menghubungi pihak BMT untuk nomor rekening) minimal 1/4 dinar (misalnya Rp 450.000 untuk harga saat ini)
i.
Konfirmasi transfer dan informasikan user M-Dinar, no hp, dan no KTP Anda melalui sms ke nomor handphone pihak BMT
j.
Rekening M-Dinar dapat segera digunakan melalui https://mdinar.com Keunggulan Tabungan M-Dinar untuk para nasabahnya adalah
sebagai berikut:155 a.
Bebas dari inflasi, karena nilai dinar emas akan selalu lebih tinggi dari inflasi uang
b.
Hemat biaya penyimpanan fisik dinar, karena dengan menabung dinar emas di M-dinar maka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk sewa save deposit box di bank, atau biaya proteksi lainnya.
c.
Dapat menyimpan saldo dinar mulai dari nilai Rupiah minimum tanpa harus menunggu uang Rupiah kita terkumpul senilai 1 dinar
d.
Dapat dicairkan ke bentuk Rupiah maupun fisik dinar emas kapanpun diinginkan
e.
Mendapatkan nisbah (bagi hasil) 50:50 dalam satuan dinar yang dibukukan di rekening tabungan M-Dinar
155
Ibid
73
f.
Cek saldo rekening online : https://m-dinar.com/indo/
g.
Bebas biaya administrasi bulanan
h.
Bebas biaya penarikan tunai
i.
Fasilitas antar jemput setoran tabungan lembaga/perusahaan. Kemudian kedua belah pihak, BMT “Artha Kencana Mulia” dan
calon nasabah atau investor menyepakati hal-hal sebagai berikut:156 a.
Pihak Pertama menempatkan dinarnya pada Pihak Kedua dalam akad mudharabah, Pihak Pertama bertindak sebagai shahibul maal menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Dinar kepada Pihak Kedua sebagai mudharib.
b.
Kedua belah pihak bersepakat dalam Nisbah bagi hasil 50% untuk Pihak Pertama dan 50% untuk Pihak Kedua.
c.
Akad mudharabah ini menggunakan satuan pencatatan atau unit of account dinar emas standar 4.25 gram, 22 karat.
d.
Penyerahan dinar dari Pihak Pertama kepada Pihak Kedua atau sebaliknya dari Pihak Kedua kepada Pihak Pertama menggunakan koin dinar emas standar 4.25 gram, 22 karat atau emas lantakan Logam Mulia dengan berat yang sama (4.25 gram) dan dengan kadar yang minimal sama (22 karat).
e.
Bila Pihak yang berkewajiban menyerahkan koin dinar emas standar atau
emas
lantakan
Logam
Mulia
tidak
dapat
memenuhi
kewajibannya, maka Pihak tersebut dapat menggantinya dengan
156
Data diperoleh dari formulir Aplikasi Simpanan Dinar
74
menggunakan uang kertas rupiah atau uang kertas lainnya pada nilai tukar HARGA JUAL yang berlaku pada saat transaksi. f.
Bila Pihak yang seharusnya menerima koin emas dinar atau emas lantakan Logam Mulia menghendaki haknya diberikan tidak dalam bentuk koin dinar emas standar atau emas lantakan Logam Mulia, maka Pihak yang berkewajiban menyerahkan koin emas dinar atau emas lantakan Logam Mulia tersebut dapat menggantinya dengan uang kertas rupiah atau uang kertas lainnya pada nilai HARGA BELI yang berlaku pada saat transaksi. Para nasabah tabungan M-Dinar dapat menukarkan dinar-nya ke
rupiah, ataupun sebaliknya kapan saja dan dimana saja, baik via internet maupun langsung ke BMT “Artha Kencana Mulia”.157 Hal ini jelas diperlukan, karena uang kertas (rupiah) merupakan alat tukar dalam kehidupan sehari-hari. Setiap nasabah tabungan M-Dinar memiliki 2 account sekaligus, yakni dinar dan rupiah. Contoh aplikasi menabung menggunakan tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia”:158 Bulan Januari menabung Rp. 750.000,- (Misalkan harga dinar saat itu di pasaran adalah Rp. 1.500.000,-), maka saldo M-Dinarnya adalah 0,5 dinar. Bulan Februari menabung lagi Rp. 400.000,- (Harga dinar Rp.1.600.000), tabungan M-Dinar bertambah 0,25 dinar.
157
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012 158 Ibid
75
Bulan Maret menabung kembali Rp. 560.000,- (Harga dinar Rp. 1.600.000,-), tabungan M-Dinar bertambah 0,35 dinar. Jadi totalnya menjadi 1,1 dinar. Januari
: Rp. 750.000/1.500.000 = 0,5 dinar
Februari
: Rp. 400.000/1.600.000 = 0,25 dinar
Maret
: Rp. 560.000/1.600.000 = 0,35 dinar
Total
: 0,5 + 0,25 + 0,35 = 1,1 dinar (fisik dinar dapat diambil
atau dikirim). 2.
Pendapat
Nasabah
Terhadap
Investasi
Mudharabah
dalam
Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Dari hasil penelitian penulis, jumlah nasabah atau investor yang berhasil dihimpun oleh BMT mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Meningkatnya
jumlah
nasabah
atau
investor
ini
menunjukkan minat dan kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi terhadap BMT mengenai aplikasi investasi dinar dalam bentuk tabungan ini. Berikut ini penulis akan memaparkan hasil wawancara dengan beberapa nasabah BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang. Penulis tidak memilih nasabah tersebut dengan kriteria nasabah yang paling banyak menginvestasikan uangnya, melainkan secara acak.159 Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pendorong masyarakat atau nasabah memilih untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk M-Dinar:
159
Hal ini dikarenakan Pihak BMT “Artha Kencana Mulia” wajib melindungi keamanan dan kerahasiaan para nasabahnya. Maka dengan demikian Penulis mewawancarai Nasabah yang bersedia saja memberikan informasinya.
76
a.
Ibu Ulin Saya mengenal Dinar itu pada saat mondok beberapa tahun lalu, dan mulai tertarik untuk berinvestasi menggunakan produk M-Dinar ini pada bulan Maret 2012, karena merupakan produk baru. Tujuan berinvestasi ini adalah untuk jangka panjang. Kenaikan harga emas juga „menggiurkan‟, sehingga tertarik juga. Akan tetapi karena baru berinvestasi belum banyak yang dapat saya rasakan. Tapi saya sudah merasa „comfort‟ berinvestasi menggunakan produk M-Dinar. Walauupun saya tidak tahu dari mana asal-muasal sistem bagi hasil dari produk ini.160
b.
Bapak Khoirul Anwar Menurut saya, investasi yang aman dan menguntungkan ialah tanah dan juga emas. Saya memilih M-Dinar dikarenakan ada bagi hasilnya. Dana yang kita simpan pun, tidak akan berkurang seperti menabung uang di Bank Konvensional. Tidak mendapatkan bagi hasil, terkena potongan pula. Jadi lebih baik saya menabung dinar saja, dengan demikian saya mempunyai kesempatan memiliki emas dengan cara sedikit demi sedikit. Menurut saya juga aman dan harga emas akan naik, sehingga akan sangat menguntungkan. Tidak akan ada ruginya deh.161
c.
Ibu Ida Sebagai seorang TKI, saya merasa harus „pintar-pintar‟ mengelola uang yang saya dapatkan dengan kerja keras. Pada saat di Taiwan saya
160
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ulin, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012 161 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Khoirul Anwar, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia ”, Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012
77
„berkenalan‟ dengan dinar melalui salah seorang agen Gerai Dinar. Berawal dari rasa penasaran, saya kemudian membeli koin Dinar. Sampai akhirnya saya tertarik berinvestasi dinar, karena perlindungan terhadap „hasil kerja‟ saya selama ini menjadi TKI. Apalagi harga-harga kebutuhan semakin naik, dengan harga emas juga yang naik, maka saya tidak khawatir lagi. Kapan pun saya butuh, bisa dijual kapan saja koin dinar yang saya miliki. Dari tahun 2010 sampai sekarang saya telah memiliki 17 koin dinar.162
d.
Bapak Masykur Hasyim
Kesan pertama yaitu aneh. Setelah mengetahui dengan pasti dan jelas, mengenai tabungan M-Dinar. maka jika dihitung-hitung akan sangat menguntungkan, karena melihat harga emas yang akan naik. Tujuannya untuk jangka panjang, seperti biaya sekolah anak sampai perguruan tinggi nanti. Pernah merugi sih, dikarenakan selalu ditarik dananya. Padahal investasi seperti ini cocoknya adalah untuk jangka panjang. Aplikasi ini saya rasa sudah cukup sesuai dengan ketentuan syariat.163 3.
Perhitungan Profit Sharing (Bagi Hasil) dalam Investasi Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Bagi hasil (profit sharing) sering disebut orang sebagai pengganti nama “bunga”. Secara syari‟ah, prinsip yang berlaku adalah berdasarkan kaidah mudharabah. Dinamakan lembaga keuangan bagi hasil oleh
162
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ida, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012 163 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Masykur Hasyim, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012
78
karena sesungguhnya lembaga ini memperoleh keuntungan dari apa yang dihasilkan dari upayanya mengelola dana nasabah. Bagi hasil dalam akad investasi mudharabah pada BMT “Artha Kencana Mulia” ditentukan atas dasar kesepakatan mudharib dengan shabibul maal yakni antara pihak BMT “Artha Kencana Mulia” dengan nasabah atau investor. Besar kecilnya bagi hasil ini ditetapkan dengan jalan Nisbah (perbandingan) atau dengan cara prosentase, yakni 50:50. Contoh aplikasi bagi hasil tabungan M-Dinar dan perhitungannya ini dapat dilihat pada illustrasi berikut :164 a.
Misalnya saldo tabungan M-Dinar sebanyak 2 dinar, maka didaftarkan kepada pihak BMT bahwa Dinar yang tersedia untuk diperdagangkan.
b.
Setiap saat 2 dinar berhasil dijual (dibayar dengan rupiah) oleh pihak BMT ke masyarakat, segera hasil penjualan dinar tersebut dibelikan dinar kembali ke Logam Mulia oleh pihak BMT. (Agar modal senantiasa terjaga dalam nilai Dinar)
c.
Karena besarnya volume pembelian dinar ke Logam Mulia, maka, maka 2 dinar milik nasabah ikut menikmati selisih harga pembelian dinar ke Logam Mulia.
d.
Setelah Logam Mulia selesai memproduksi dan menyerahkan ke BMT, pihak BMT mengambil sebagian kelebihan-nya untuk alokasi pajak netto (selisih antara pajak keluaran dan pajak masukan), biaya
164
Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua, Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012
79
operasi dan biaya penganguktan atau asuransi yang jumlahnya kurang lebih 3%. e.
Asumsikan saja misalnya hasil penjualan dinar nasabah setelah dibelikan kembali, sekarang menjadi 3 Dinar.
f.
Dari 1 Dinar tambahan tersebut, harus dikeluarkan cadangan pajak netto 2% x 2Dinar =0.04 Dinar; biaya-baya operasi, lay anan dan lain sebagainya 1% x 2 Dinar = 0.02 Dinar. Keuntungan bersih 0.04 Dinar.
g.
Bagi hasil 50%:50%, maka Nasabah mendapatkan 0.02 Dinar dan BMT juga mendapatkan 0.02 Dinar.
h.
Asumsinya pihak BMT dapat menjual kembali 2 minggu setelah dinar Nasabah diterima kembali dari Logam Mulia yang juga memakan waktu kurang lebih 2 minggu untuk membuatnya; maka secara teoritis modal Nasabah akan berputar kurang lebih sekali dalam satu bulan.
i.
Apabila pihak BMT sukses menjual 1 kali dalam satu bulan, maka dalam 12 bulan Modal Nasabah telah menjadi 2 Dinar + 0.02* 12 = 2.24
j.
Atau bila diambil amannya kami hanya berhasil menjual atau memutar sekali dalam 2 bulan, maka maka Dinar Nasabah menjadi 2 Dinar + 0.02*6 = 2.12
80
k.
Modal dan bagi hasil-nya diserahkan kembali ke pemilik modal; atau apabila disepakati kedua belah pihak dapat diputar kembali untuk putaran perdagangan berikutnya.
81
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MUDHARABAH TERHADAP INVESTASI DINAR DI BMT “ARTHA KENCANA MULIA”
A. Analisis Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar dalam Bentuk Tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan dikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari MUI Tahun 2003 menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Seiring dengan hal ini, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnya Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) juga semakin menunjukkan eksistensinya dengan melakukan penghimpunan dana dengan prinsip wadiah dan mudharabah dan penyaluran dana dengan prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah kepada masyarakat. Penghimpunan dana dengan menggunakan akad mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syariah (termasuk BMT) untuk memobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha. 165 Mudharabah merupakan salah satu konsep Islam dalam melakukan suatu perkongsian. Dalam melakukan kerjasama atau berkongsi, para pihak harus tunduk pada kaidah dan hukum umum yang berlaku dalam muamalah islamiyah. Secara teknis, mudharabah terjadi apabila pihak pertama
165
Nabil A. Saleh, Unlawfu Gain and Legitimate Profit In Islamic Law : Riba Gharar and Islamic Banking, (Cambridge: Cambridge University Press, 1986), hlm. 104
82
mempercayakan modalnya kepada pihak kedua untuk dimanfaatkan sebagai bekal mengelola suatu jenis usaha yang dihalalkan agama.166 Sebagai lembaga keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip syari‟ah dengan menggunakan sistem bagi hasil dalam operasionalnya, BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang senantiasa mengajak dan menciptakan masyarakat untuk melakukan kerja sama ekonomi yang berdasarkan prinsip syari‟ah dan menjauhi riba. Dengan prinsip ini BMT “Artha Kencana Mulia” berusaha mengajak pemilik dana yakni partisipan pasif dan para pengusaha partisipan
aktif
melaksanakan
pilar
syari‟ah
kerjasama
ekonomi
(mudharabah) menjauhi riba, dana berzakat, infak, sedekah serta pilar lainnya yang memperkokoh terwujudnya ekonomi Islam. Sebab ekonomi Islam mempunyai kelebihan yaitu memberikan kode etik dalam pelaksanaan ekonomi yang menggabungkan nilai material dan spiritual untuk jalan sistem ekonominya.167 Pemenuhan materi dalam Islam bukanlah tujuan akhir dari kehidupan tetapi merupakan suatu pelengkap kehidupan, sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, penunjang bagi misi yang diemban sebagai khalifah di bumi. Dasar perjanjian mudharabah adalah kepercayaan murni, sehingga dalam pengelolaan dana oleh mudharib (BMT), shahibul maal (penabung atau pemilik dana) tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak melakukan pengawasan (controlling) untuk menghindari
166
Makhalul Ilmi SM., Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32 167 M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 167
83
pemanfaatan dana di luar rencana yang disepakati, serta sebagai antisipasi terjadinya kecerobohan dan atau kecurangan yang dapat dilakukan mudharib. Keduanya juga berada dalam kemitraan usaha yang lebih fair dan terbuka, dimana dalam kerja sama ini akan tampak jelas sifat dan semangat kebersamaan serta keadilan. Berdasarkan hal tersebut diatas, kaum muslimin sepakat bahwa mudharabah merupakan salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan muamalah yang dibolehkan. Hal ini sesuai dengan hukum fiqh yang telah disepakati oleh para mujtahid, yaitu : “Qiradh atau mudharabah yaitu seseorang yang memberikan modal kepada seseorang untuk perniagaan dan laba dinikmati bersama, dibolehkan.”168 Islam mensyariatkan dan membolehkan mudharabah untuk memberi keringanan
kepada
manusia,
karena
manusia
membutuhkan
akad
mudharabah tersebut. Seseorang terkadang mempunyai harta banyak tapi tidak berkemampuan memproduktifkannya. Dan terkadang adapula orang yang
tidak
memiliki
harta
tapi
ia
mempunyai
kemampuan
memproduktifkanya, karena itu syariat membolehkan muamalah ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya. Tujuan diadakan analisis terhadap praktek penghimpunan dana mudharabah
adalah
untuk
mengetahui
apakah
akad
dan
praktek
penghimpunan dana mudharabah yang dilakukan BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, telah sesuai dengan ketentuan mudharabah dalam hukum
168
Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam: Tinjauan antar Madzab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), Cet. 2, hlm. 421
84
Islam yang dijabarkan oleh para Ulama salaf maupun khalaf. BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam lingkup mikro, dimana dalam segala bentuk operasionalnya didasarkan pada hukum Islam tentunya dituntut mampu untuk memberi suri tauladan pada lembaga keuangan yang lain serta kepada masyarakat pada umumnya. 1.
Analisa terhadap tata cara investasi dinar dalam tabungan M-Dinar pada BMT “Artha Kencana Mulia” Berkaitan dengan prosedur akad mudharabah pada BMT “Artha Kencana Mulia” tidak berbeda jauh dengan lembaga keuangan lainnya. Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:169 a.
Pembukaan Rekening Baru Sebagai tahap awal, calon investor (penabung atau shahibul maal) mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan slip, KTP dan setoran awal (uang rupiah langsung diubah menjadi dinar, dengan melihat kurs jual pada saat transaksi), kemudian pengisian data di M-Dinar (buat e-mail, isi data diri, aktifkan akun, hapus e-mail), penyerahan buku tabungan M-Dinar (menunggu setelah hari berikutnya, karena tidak dapat dicetak pada hari itu juga dan dikenakan biaya buku tabungan Rp. 25.000,-)
b.
Setoran M-Dinar Selanjutnya pada saat nasabah ingin mengisi tabungan MDinarnya,
169
terlebih
dahulu
mengisi
Data diperoleh dari dokumen BMT “Artha Kencana Mulia”
slip
setoran,
kemudian
85
menyerahkan slip setoran dan dana, dan menerima
slip setoran
(diberitahukan data transaksi dan saldo terakhir). c.
Penarikan M-Dinar Dalam hal penarikan dana dalam tabungan M-Dinar, nasabah mengisi slip penarikan, lalu menyerahkan slip penarikan (oleh teller diberitahukan kurs beli pada saat transaksi), dan yang terakhir menerima slip penarikan dan dana penarikan (baik berupa dinar maupun rupiah). Diberlakukanya
pentahapan-pentahapan
dalam
pembiayaan
mudharabah ini dimaksudkan untuk menghindari adanya transaksi gharar atau ketidakjelasan kedua belah pihak dan berdampak pada ketidakadilan.170 Akan tetapi, jika dilihat dari bentuk modal yang dijalankan untuk usaha, dinar dikategorikan sebagai „barang‟ atau komiditi tertentu, karena di Indonesia dinar tidak diakui sebagai mata uang. Dalam masalah ini para Jumhur Ulama berpendapat bahwa tidak boleh modal mudharabah berbentuk barang, melainkan harus berbentuk uang tunai, karena barang (dinar) mengalami fluktuasi nilai yang berubah-ubah sehingga tidak dapat dipastikan taksiran harganya, sehingga mengakibatkan kepada gharar.171 Sesuai dengan asas-asas muamalah bahwa pada setiap bentuk muamalah tidak boleh ada gharar
170 171
Heri Sudarsono, op.cit, hlm. 1 Al Kasani, Al Bada‟, hlm. 112, Asy Syairazi, Al Muhazhzhdab,hlm. 388
86
karena mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan transaksi atau perelaan.172 Sesungguhnya mudharabah itu pada prinsipnya adalah akad ja‟iz (boleh dan tidak mengikat) dan bukan akad lazim (wajib, harus dan mengikat) menurut semua fuqaha mazhab. Dengan demikian shahibul maal boleh menarik kembali modalnya sewaktu-waktu, seperti yang terjadi dalam tabungan M-Dinar menggunakan prinsip mudharabah, dan mudharib mendapatkan kompensasi dengan standar konvensional (Ujrah mitsl) atau sesuai kesepakatan di antara mereka. 2.
Analisa terhadap Praktek bagi hasil investasi dinar dalam tabungan MDinar pada BMT “Artha Kencana Mulia” Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam maupun lembaga keuangan Islam lainnya secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini lembaga keuangan syari‟ah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan nasabah atau pengusaha yang meminjam dana. Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara adil dan proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. Dalam perhitungan bagi hasil pada pembiayaan investasi dinar dalam bentuk tabungan di BMT “Artha Kencana Mulia”, tentu tidak terlepas dari hasil usaha yang dilakukan. Sebab keuntungan merupakan tujuan akhir dari akad mudharabah. Keuntungan yang diperoleh
172
Huhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM , 1995), hlm. 114
87
berdasarkan
usaha
pengadaan
dinar
itu
sendiri
mengakibatkan
keuntungan tersebut telah diproyeksikan pada awal transaksi dengan jumlah nominal yang pasti. Sebab disini posisi dinar bukan sebagai modal perdagangan suatu komoditi melainkan dinar sebagai komoditi yang diperdagangkan. Menurut hemat penulis, keuntungan yang ditentukan pada awal transaksi dengan jumlah nominal tertentu tersebut lebih tepat jika diterapkan pada akad pembiayaan yang berprinsip jual-beli seperti Bai Bithaman Ajil (BBA). Jika penentuan perhitungan seperti itu masih termasuk akad yang rusak. 3.
Analisa terhadap pendapat nasabah terhadap investasi dinar dalam bentuk tabungan M-Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Dari beberapa nasabah yang berhasil ditemui dan diwawancarai oleh penulis, rata-rata dari mereka mengungkapkan atau menyampaikan hal yang sama tentang tabungan M-Dinar menggunakan akad mudharabah yang dijalankan oleh BMT “Artha Kencana Mulia”. Bahwasanya prosedur yang harus ditempuh dalam investasi tersebut tidaklah rumit (bisa dijangkau oleh mereka), nisbahnya pun cukup menggiurkan. Secara sighat yang dilakukan antara nasabah (penabung atau shahibul maal) dengan BMT (mudharib) sudah sesuai dengan maksud kedua belah pihak melakukan akad mudharabah. Akan tetapi, rata-rata para nasabah kurang begitu paham mengenai bentuk usaha yang
88
menghasilkan keuntungan yang nantinya akan dibagi hasilkan. Tabungan M-Dinar
merupakan
bentuk
investasi
jangka
panjang
yang
menguntungkan untuk mereka, sebab setiap bulan, walau sedikit mereka selalu mendapatkan nisbah bagi hasil. Ketidaktahuan nasabah (penabung atau shahibul maal) akan usaha yang dilakukan menyebabkan akad mudharabah itu sendiri menjadi kabur atau tidak jelas. Meskipun akad
mudharabah yang
ditawarkan oleh BMT “Artha Kencana Mulia” merupakan sebuah kerja sama yang didasarkan pada keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan dengan sistem bagi keuntungan atau bagi hasil, namun jika tidak didukung oleh manajemen yang transparan dan moral yang baik (amanah) dari mudharib-nya, yang terlibat dalam kontrak mudharabah ini maka akan banyak timbul permasalah dan perselisihan diantara mereka.
B. Tinjauan Hukum Islam Pelaksanaan Akad Mudharabah Terhadap Investasi Dinar di BMT “Artha Kencana Mulia” Sebagaimana
diketahui,
bahwa
pada
dasarnya
mudharabah
merupakan akad kerjasama kemitraan berdasarkan berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), yang dilakukan oleh pihak yang memiliki dan menyediakan modal, disebut shahibul maal sedangkan pihak yang lain memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana atau manajemen usaha, disebut mudharib. Keuntungan (profit) yang didapatkan
89
kemudian hari porsinya harus ditentukan sejak awal akad mudharabah dibuat. Sebaliknya, apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka beban kerugian dipikul bersama, dimana shahibul maal kehilangan sebagian atau seluruh modalnya, sedangkan mudharib kehilangan kesempatan untuk memperoleh hasil usaha dari jerih payahnya. Mudharabah sebagaimana yang diterapkan dalam LKS, pada prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu ada usaha yang dijalankan dan ada keuntungan yang dibagi-hasilkan. Ciri dasar kontrak pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut :173 a.
Modal yang dipergunakan untuk usaha haruslah tunai. Tidak boleh dalam bentuk hutang piutang.
b.
Jumlah modal harus diketahui dengan jelas, agar modal yang dikelola dapat dipisahkan dengan keuntungan yang didapat.
c.
Pembagian keuntungan antara shahibul maal dengan mudharib harus jelas prosentasenya. Praktek pelaksanaan investasi dinar dalam bentuk tabungan dengan
mudharabah di BMT seperti hasil wawancara yang dilakukan penulis, bahwa pembiayaan mudharabah yang dilakukan di BMT ”Artha Kencana Mulia” adalah untuk mengembalikan kemakmuran Islam dengan dinar (dirham). Sehingga investasi dinar dalam bentuk tabungan M-Dinar ini yang pertama ialah memasyarakatkan atau mengenalkan kembali konsep dinar (dirham) sesuai dengan ajaran Islam. Dengan keberadaan tabungan M-Dinar ini,
173
Sayyid Sabiq, op.cit.,
90
diharapkan terjadinya pemerataan sesama muslim yang ingin memiliki dinar dan memproduktifkan harta kekayaannya.174 Jadi setelah akad dilakukan, nasabah yang memiliki rekening tabungan M-Dinar akan mendapatkan bagi hasil, berupa dinar (maupun rupiah). Tidak diharuskan langsung memiliki satu dinar, minimal 0,25 dinar sudah mendapatkan bagi hasil. Usaha yang dilakukan adalah pengadaan dinar kembali oleh pihak BMT, karena animo dinar di masyarakat sangat tinggi. Nasabah atau penabung bertindak sebagai pemilik modal, sedangkan BMT bertindak sebagai pengelola usaha. Dari gambaran praktek pembiayaan mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang pemberian keuntungan dan perhitungan porsi bagi hasilnya, tidak diperkenankan „menjanjikan‟ pemberian keuntungan tetap perbulan dalam jumlah tertentu dengan sistem prosentase sebagaimana lazim yang dilakukan oleh perbankan konvensional. Hal demikian tidak lain karena Al-qur‟an yang menjadi sumber rujukan pertama dalam penetapan hukum-hukum syariah menjelaskan dengan tegas bahwa tidak ada seorang manusia pun di muka bumi yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya esok hari. Atas dasar itu, penentuan di muka „keuntungan pasti‟ dalam bentuk dan cara-cara seperti apapun, sebelum usaha nasabah dijalankan, merupakan bagian dari perbuatan mendahului kehendak Tuhan, dan ini bertentangan dengan ajaran agama.
174
Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012
91
Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil ini harus dijalankan secara transparan dan adil175 Karena untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Hasil penelusuran penulis terhadap para nasabah di BMT “Artha Kencana Mulia”, rata-rata mereka tidak mengetahui dari mana keuntungan yang masuk ke rekening mereka setiap bulannya. Walau pun keuntungan yang diperoleh sedikit, karena hal tersebut juga tergantung dengan besarnya modal. Pada tahap perjanjian kerja sama ini harus disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling mengingatkan. Kalau diamati dan diperhatikan, sistem mudharabah yang dipraktekkan dalam Islam didasarkan pada keadilan, keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal adalah keuntungan riil, bukan harga dari fasilitas modal itu sendiri, yang lazim disebut sebagai bunga (interest). Bahkan sekiranya usaha mudharabah mengalami kerugian, pihak shahibul maal
menanggung
seluruh
kerugian
tersebut
sebatas
saham
yang
diinvestasikannya. Situasi dan kondisi masyarakat saat ini telah berubah dalam hal komitmen terhadap nilai-nilai akhlak yang luhur, seperti kepercayaan (trust) dan kejujuran. Berkaitan dengan hal ini, Abdul Mun'im Abu Zaid dalam karyanya “al-Dhaman fi al-Fiqh al-Islamy” juga menyatakan bahwa faktor terbesar yang menjadi hambatan perkembangan Perbankan Syariah atau
175
Muhammad Ridwan, op.cit., hlm. 120
92
BMT, khususnya dalam bidang investasi adalah rendahnya moralitas para penerima dana pembiayaan dalam hal kejujuran (al- shidq) dan memegang amanah (al-amanah).
93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan dan upaya yang panjang, maka sampai pada bab terakhir yang merupakan sari pati dari pembahasan penelitian ini. Pada bab ini akan penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Investasi dinar dalam bentuk tabungan M-Dinar dalam transaksi Mudharabah di BMT “Artha Kencana Mulia” merupakan bentuk akad mudharabah muhlaqah dimana penabung memberikan kuasa penuh kepada mudharib (BMT) untuk mengelola dana yang dititipkan.
2.
Praktik pembiayaan mudharabah yang dilakukan BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang belumlah sempurna dengan aturan hukum Islam (fiqh), hal ini dikarenakan antara lain,, dalam proses penentuan bagi hasil, pihak BMT tidak diperkenankan menjanjikan pemberian keuntungan tetap perbulan dalam jumlah tertentu dengan sistem persentase sebagaimana lazim berlaku dalam tatanan perbankan konvensional, atau dalam jumlah tertentu atas dasar kalkulasi angkaangka, baik dinar maupun rupiah. Hal ini dikarenakan usaha yang nantinya dibagihasilkan keuntungannya, dimana dinar yang fungsinya sebagai modal perdagangan suatu komoditi, dalam prakteknya dinar sebagai komoditi yang diperdagangkan. Penentuan di muka „keuntungan
94
pasti‟ bentuk dan cara-cara seperti apa pun, sebelum usaha nasabah dijalankan, merupakan bagian dari perbuatan mendahului kehendak Tuhan, dan ini bertentangan dengan ajaran agama. B. Saran-saran 1.
BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, merupakan Lembaga Keuangan Syariah Mikro yang dalam pengelolaan menggunakan aturan-aturan yang bersumber dari Hukum Islam (fiqh), untuk itu sudah seyogyanya dalam praktek kesehariaannya benar-benar memperhatikan aspek hukum Islamnya, agar benar-benar menjadi lembaga keuangan Islam yang tetap berpedoman pada nilai-nilai yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadist.
2.
Hendaknya perlu dilakukan kajian khusus untuk mendalami penggunaan dinar sebagai investasi, terlebih dalam produk tabungan M-Dinar, agar syarat dan rukunnya dapat terpenuhi dan terakomodir aspek hukum Islamnya. Sehingga dapat mencerminkan nilai syariah dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau BMT ”Artha Kencana Mulia” Semarang. Oleh karena hadirnya LKS ditengah-tengah kita diharapkan mampu memecahkan segala problem ekonomi umat dengan payung Syariah.
3.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang benar-bena rmenguasai ekonomi dari aspek Hukum Islam, karena merupakan sebuah keniscayaan
hal
kesyariahannya.
ini
sangat
penting
demi
terjaganya
aspek
95
C. Penutup Syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tentunya penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Mudahmudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis, demikian juga bagi pembaca. Semoga Allah senantiasa mendengar doa penulis. Wallahu a‟lam bi al-shawab
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Husain at-Tariqi, Abdullah, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004. Al-Fannani, Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Terjemahan Fathul Mu’in, diterjemahkan oleh Moch. Anwar, dkk, dari “Fathul Mu‟in”, Jilid I, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994. Alhusaini, Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad (ed.), Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Shaleh), diterjemahkan oleh Syarifuddin Anwar dan Misbah Musthafa dari Kifayatul Akhyar Fii Halli Ghayatil Ikhtishar, Surabaya: CV. Bina Iman, 2007, Cet. 7. Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Harun Zen & Zaenal Mutaqin dari “Bulughul Maram min Adillatil Ahkam”, Bandung: Jabal, 2011. Antonio, M. Syafi‟i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001. ________________, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Tazkia Institute, 1999. Arifin, Zaenul, Memahami Bank Syari’ah: Linglung, Peluang, Tantangan dan Prospek, Jakarta: Pustaka Ilmu, 1999. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Madzhab, Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2001, Cet. 2. Badri,
Muhammad Arifin, “Rukun-Rukun Akad Mudharabah”, www.PengusahaMuslim.com, diakses 03 Maret 2012.
dalam
Baslamah, Salim dkk, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal (Sebuah studi proyek bermotif laba), Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994. Bungin, M. Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana 2010. Chapra, M. Umer, Al qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Seri Tafsir Al Qur’an Bil Ilmi No. 06), Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008. Dewi, Gemala, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005. ____________, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1987, Cet. ke-XV Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007. Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. 1. Hassan, A. Qadir dkk, Terjemahan Nailul Authar; Himpunan Hadits-hadits Hukum, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987. Hasil wawancara dengan Bapak Adityawarman, selaku Bendahara di BMT “Artha Kencana Mulia”, Semarang pada tanggal 20 Maret 2012. Hasil wawancara dengan Bapak Masykur Hasyim, selaku Bagian Teller di BMT “Artha Kencana Mulia” pada tanggal 11 Juni 2012. Hasil wawancara dengan NN, customer service BMT Darul Muttaqien, Kelapa Dua, Cimanggis-Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Juni 2012. Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ulin, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012. Hasil wawancara penulis dengan Bapak Khoirul Anwar, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia ”, Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012. Hasil wawancara penulis dengan Ibu Ida, salah satu nasabah investor di BMT “Artha Kencana Mulia” Semarang, pada tanggal 08 Juni 2012.
HS, Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2008. Ibn Annas, Imam Malik, Al-Muwatta’ Imam Malik Ibn Anas, diterjemahkan oleh Dwi Surya Atmaja dari “Al-Muwatta‟ of Imam Malik Ibn Anas The First”, Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999, Cet. 1. Ilmi, Makhalul, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002. Iqbal, Muhaimin, Dinar Solution: Dinar Sebagai Solusi, Jakarta: Gema Insani, 2008. _____________, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar&Dirham, Depok: Spiritual Learning Centre & Dinar Club, 2007. _____________, “Bagaimana Langkah Memulai Investasi di Dinar Emas Dirham Perak”, dalam http://dinaremasku.com, diakses pada tanggal 10 April 2012 Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003. _______________________, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, penyunting, Irwan Kelana & Dadi M. Hasan Basri, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Khoirul Anwar, “Cendekiawan Muslim Jawa Tengah, Mandiri Melalui ICMI Business Centre” dalam http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/05/12/cendikiawan-muslimjawa-tengah-mandiri-melalui-icmi-business-centre/, diakses pada tanggal 12 April 2012. Kseisundip, “FoSSEI Jateng Goes To ICMI Jateng „Diskusi Pakar Bersama Ir. H. Muhaimin Iqbal”, dalam http://kseirsundip.wordpress.com/2011/07/20/35/ , diakses tanggal 20 Mei 2012. Manan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Mubarok, Jaih, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syari’ah di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Muhamad, Dasar-dasar Keuangan Islam, Yogyakarta: EKONISIA, 2004. ________, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syari’ah, Yogyakarta: UII Press, 2004, Cet ke-2. Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Muslehuddin, Muhammad, Sistem Perbankan dalam Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Muslich, Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, Jakarta: AMZAH, 2010, Cet. 1.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001. Praja, Huhaya S., Filsafat Hukum Islam, Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM , 1995. Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Soeroya Nastangin dari “Economic Dectrines of Islam”, Jilid I, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995. Raja Dinar, “Aspek Syar‟I M-Dinar” dalam http://aspek-syari-m-dinar-.php.htm/, diakses pada tanggal 11 Mei 2012. Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, Yogyakarta: UII Press, 2004. Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid: Analisa Fiqih Para Mujtahid, diterjemahkan oleh Imam Ghazali dan Achmad Zaidun dari “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid”, Jilid III, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, Cet. 3. Tim Penulis Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Semarang: 2000. Unaradjan, Dolet, Pengantar Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Grasindo, 2000. Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hasanuddin dari “Fiqhus Sunnah”, Jilid IV, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, Cet. 1. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Diskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: EKONESIA, 2004.
Suhendi,Hendi, Fiqh Mualamah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010. Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Sumiyanto, Ahmad, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah di Lembaga Keuangan Syari’ah Mikro Baitul Maal wat Tamwil, Yogyakarta: Megistra Insania Press, 2005. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998, Cet. Ke-11. Syafi‟i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, Jakarta: PT. Grasindo, 2005. Yusanto, Moh. Ismail, dkk, Dinar Emas: Solusi Krisis Moneter, Jakarta: PIRAC, 2001.