Peluang Gold Dinar Menggeser Dominasi US$ Abdul Aziz Nugraha Pratama STAIN Salatiga, Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga E-mail :
[email protected] Judul
: Gold Dinar, Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan Pengarang : M. Luthfi Hamidi, MA Penerbit : Senayan Abadi Publishing Tahun terbit : 2007 Tebal : xxv + 222
Pendahuluan “Rabu, 22/10/2008 08:19 WIB, Harga emas turun lagi jadi US$769,75 per ounce. Harga emas hari ini bertengger di tingkat US$769,75 per ounce atau melemah dibandingkan posisisi kemarin yang sempat menembus US$800,15, menurut siaran televisi CNBC pagi ini. Harga emas jatuh untuk empat sesi setelah pemerintah AS setuju menyiapkan dana US$250 miliar untuk menyelamatkan industri perbankan. Sebaliknya, harga perak justru naik. Harga perak jatuh 1,9% kemarin ketika Standard & Poor’s 500 melonjak 12%. Sementara itu, Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$3 atau 0,4% menjadi US$839,59 per ounce di Comex Division of the New York Mercantile Exchange. Harga itu turun US$64 dalam tiga sesi sebelumnya. Sejak Lehman Brothers Holding Inc. dinyatakan bangkrut pada 15 September yang ditolong oleh bailout pemerintah AS sebesar US$700 miliar, komoditas emas ditransaksikan pada tingkat antara US$767,40 dan US$936,30. Kemarin harga emas melejit hingga tembus US$800 per ounce, setelah sebelumnya anjlok ke level terendah satu bulan. Pekan lalu anjlok 8,3% menjadi US$772,20 pe rounce, harga terendah sejak 15 September 2008.” Sumber : Lahyanto Nadie dalam JAKARTA (bisnis.com): Rabu, 22/10/2008 08:19 WIB
Abdul Aziz Nugraha Pratama
Uraian di atas menunjukkan berita dari media massa mengenai perkembangan komoditas emas. Emas adalah logam mulia yang selalu diburu, bahkan diperebutkan umat manusia di muka bumi ini. Kepemilikan akan emas dari seseorang, bisa menjadi tolak ukur kekayaan seseorang. Di samping digunakan sebagai perhiasan, telah beribu tahun lamanya pula, emas pernah menjadi alat dan standar dalam bertransaksi. Dalam perkembangannya, emas juga diformat menjadi kepingan mata uang untuk bertransaksi. Uang merupakan alat-tukar yang meringankan beban manusia dalam pelaksanaan tukarmenukar, sebab uang itu berguna bagi umum dan dapat digunakan oleh umum. Dengan redaksi lain bahwa uang merupakan segala sesuatu yang diterima umum diterima sebagai alat penukar. Dalam ekonomi konvensional uang ‘seolah-olah’ dijadikan manusia sebagai, “tuhan”, dimana masyarakat memandang uang adalah segalanya, sebagai alat yang penting dan diletakkan sebagai nomor wahid. Manusia kian berpacu dalam mencari uang. Kekayaan diukur dengan banyak sedikitnya uang. Bahkan kesenangan seolah-olah dilukiskan dengan memiliki uang. Hal ini yang memacu ekonomi konvensional sebab memandang uang sebagai medium of exchange juga sebagai store of value / wealth. Lain halnya dimensi ekonomi Islam bahwa uang merupakan segala sesuatu yang umum diterima dan dinilai hanya sebagai alat penukar (medium of exchange) bukan sebagai alat penimbun kekayaan (store of wealth / value). Petikan berita di atas, juga menggambarkan fluktuasi harga emas dunia. Sebagimana komoditas lain, emas juga mengalami fluktuasi harga. Namun, sebagaimana gambaran berita tersebut, fluktuasi harga emas tidaklah signifikan. Itulah gambaran umum tentang emas: stbilitas tinggi dan tepercaya. Karena itulah, banyak pihak yang ingin mengembalikan kondisi ekonomi kepada kondisi ketika emas menjadi standar pertukaran dalam trnasaksi perdagangan dunia. Barangkali sudah sejalan dengan kodratnya, manakala umat manusia ditimpa kesulitan, yang muncul adalah sikap mereka untuk mempertahankan diri untuk tetap eksis. Demikian halnya ketika krisis ekonomi melanda, naluri mereka muncul dengan mencari formula terbaik agar kehidupan ekonominya kembali normal.
326
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
Bangsa Indonesia dan banyak negara di berbagai belahan dunia telah mengalami krisis ekonomi. Kebanyakan krisis ekonomi identik dengan krisis moneter yang di dalamnya adalah berkaitan dengan alat pembayaran. Alat pembayaran selama ini dikenal ada 2 (dua) macam: fiat money dan token money. Buku Gold Dinar, Sistem Moneter yang Stabil dan Berkeadilan, yang ditulis oleh M. Luthfi Hamidi, MA ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan atau tepatnya keraguan mendasar menyangkut eksistensi emas (dinar), seperti, apakah betul emas lebih stabil ketimbang dolar atau fiat money mana pun? Apakah benar bila dinar diterapkan dalam pembayaran internasional sistem moneter otomatis lebih stabil? Apakah pemakaian dinar akan meningkatkan volume perdagangan? Apakah pemakaian dinar akan membuka insentif ekonomi yang lebih luas? Bila betul, seberapa luas? Apakah negara-negara pendukungnya mempunyai cadangan emas yang cukup? Kalau tidak, bagaimana menyiasatinya? Dan yang lebih penting lagi, apakah itu hanya sebatas impian mewah atau benar-benar rencana yang feasible dan applicable? (Hamidi, 2007: xii). Di samping itu, buku yang merupakan tesis Luthfi ini melengkapi langkanya literatur yang mengulas mata uang berbasis emas sebagai mata uang alternatif dalam usaha perbaikan wajah ekonomi dunia yang lebih berkeadilan. Boleh dikata, telaah mendalam seputar mata uang emas ini tak banyak dilakukan oleh pengamat atau pakar ekonomi kontemporer. Untuk menyebut beberapa, topik serupa terdapat dalam buku Jerat Utang IMF? karya Abdurrazaq Lubis (1998), Dinar Emas, Solusi Krisis Moneter oleh Ismail Yusanto, et.al (2001), serta Lawan Dolar dengan Dinar (2003) dan Kembali ke Dinar (2004)--keduanya buah pena Zaim Saidi. Beberapa buku tersebut tampil dengan sudut pandang berbeda dalam memandang keberadaan dinar, namun dalam semangat yang sama: dunia perdagangan harus kembali pada mata uang berbasis emas, bukan fiat money. Sebagaimana tertera di bagian akhir, penulis buku Gold Dinar ini bernama lengkap M. Luthfi Hamidi, MA yang meraih gelar master di bidang Islamic Banking, Finance, and Management dari Markfield Institute (bekerjasama dengan Loughborough University), UK, 2005, atas beasiswa Chevening. Sebelumnya ia telah memublikasikan buku Jejak-jejak Ekonomi
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
327
Abdul Aziz Nugraha Pratama
Syariah (2003); Dolar Vs Euro, Awal Kebangkrutan AS? (2003); di samping sebagai editor buku best seller The Celestial Management (2004). Di selasela kesibukan sebagai konsultan media untuk penulisan buku kreatif tentang manajemen, sehari-hari dia juga aktif sebagai kru kontrak Bank Muamalat Indonesia dan Ketua Yayasan Pengembangan Celestial Management yang bergerak di bidang pendidikan, keagamaan, dan sosial. Secara keseluruhan, buku ini mampu menjawab berbagai pertanyaan berbobot yang dilontarkannya sendiri mengenai kebutuhan dunia perekonomian akan gold dinar. Jawaban yang diberikan melalui berbagai kajian literer dan uji statistik yang memungkinkan pembacanya semakin memberikan penilaian tersendiri atas buku ini.
Kemakmuran negara melalui perdagangan Saat ini hampir semua negara di dunia ini saling berlomba mengejar kemajuan negaranya di segala bidang, baik IPTEK, politik, sosial, budaya, hukum, pertahanan, keamanan. Demikian pula dengan negara-negara Muslim. Namun kemajuan tersebut belum mewujudkan kebersamaan di berbagai bidang di antara negara yang sama-sama memiliki jumlah penduduk Muslim tersebut, meski telah terbentuk Organisasi Konferensi Islam (OKI) sebagai wadah terbesar bagi negara-negara berpenduduk Muslim. Sebagaimana diketahui, OKI merupakan organisasi negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang dibentuk sebagai reaksi terhadap pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel pada tanggal 21 Agustus 1969 yang merupakan salah satu tempat suci umat Islam, selain Mekkah dan Madinah serta bentuk penolakan terhadap pendudukan wilayah-wilayah arab oleh Israel termasuk pula penguasaan atas Yerussalem semenjak tahun 1967 (http://persatuansunnisyiah.blogspot.com/2011/07/organisasi-konferensi-islam-oki.html). Terdapat penyebutan yang berbeda dengan beberapa rujukan mengenai tahunberdirinya OKI (Organisasi Konferensi Islam) di buku Gold Dinar ini. Di buku tulisan Luthfi Hamidi ini tertulis tahun berdirinya OKI adalah tahun 1972. Sementara itu menurut Wikipedia Indonesia (http:// id.wikipedia.org/wiki/Masjid Al-Aqsa), OKI berdiri tahun 1969. Nampaknya
328
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
penulis kurang hati-hati dalam hal yang cukup mendasar ini. Namun hal ini tentu tidak berpengaruh signifikan terhadap pembahasan tema utama buku ini. Negeri-negeri Muslim dikaruniai sumberdaya yang melimpah: 70 persen energi dan 40 persen dari bahan dasar (raw material) dunia tersimpan di perut bumi mereka. Namun, kontibusi mereka dalam perdagangan Internasional pada tahun 2004 baru sekitar enam persen dari total volume perdagangan dunia (Badawi, 2005 dalam Hamidi, 2007:1). Bahkan negaranegara berpenduduk mayoritas Muslim justru menunjukkan lebih tergantung kepada mitra dagang negara-negara Barat dibanding sesama negara Muslim sendiri. Sebagai misal, Libanon dan Turki yang mengekspor keju ke Belgia, Inggris, dan negara Eropa lainnya. Sementara Iran, Pakistan, dan Syiria, mengimpornya dari Eropa (Yakcop, 2002 dalam Hamidi, 2007: 2). Terdapat pertanyaan mendasar dan sangat menarik: mengapa perdagangan vital bagi sebuah negara? Selanjutnya uraian buku ini menjawab dengan jelas, bahwa perdagangan diyakini sebagai salah satu cara ampuh untuk meningkatkan kemakmuran suatu negara. Banyak negara dengan sumberdaya alam minim, tapi bisa menempatkan dirinya sebagai negara terhormat. Singapura salah satunya. Negara tersebut menjadi salah satu negara termakmur di Asia dikarenakan perdagangan sebagai profesi utamanya (Hamidi, 2007:3). Perdagangan Internasional, seperti ditandaskan oleh penerima Nobel ekonomi, Paul Samuelson (1969 dalam Hamidi, 2007:3), menjadi ajang bagi sebuah masyarakat untuk berpotensi lebih baik (better of) dibanding bila ia hanya menyandarkan ekonominya pada kekuatan sendiri ( restricted to autarky). Melalui aktivitas perdagangan Internasional, suatu masyarakat bisa merelokasi komoditi yang dihasilkannya ke tempat lain dengan margin yang diinginkan. Dengan begitu, mereka mendulang keuntungan dan menangguk manfaat yang kian besar ketika benefit itu terus diinvestasikan dan mengantarkan ke pintu gerbang kemakmuran. Sementara itu, tujuan yang dibangun oleh ekonomi Islam, sebagaimana pula ekonomi Kerakyatan yang dibangun oleh Muhammad Hatta, adalah mengutamakan kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran perseorangan. Ekonomi kerakyatan yang ditawarkan Hatta bertujuan pada
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
329
Abdul Aziz Nugraha Pratama
pembangunan dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dalam menjalankan roda ekonomi secara menyeluruh dan merata (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat) untuk mencapai kemakmuran bersama. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Hatta menawarkan beberapa instrumen yang harus dibangun diantaranya: pembentukan koperasi yang bertujuan untuk memakmurkan dan mensejahterakaan semua anggotanya yang berasaskan dengan kekeluargaan. Koperasi adalah soko guru yang mapan dalam kelas ekonomi Indonesia yang berasaskan kekeluargaan (Rozy, 2005). Jadi, perdagangan adalah kata kunci bagi kemakmuran suatu bangsa.
Problematika intern OKI OKI (Organisasi Koferensi Islam) dengan 57 anggota negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, pada kenyataannya sebanyak 22 negara diantaranya diklasifikasikan sebagai negara berkembang (underdeveloped countries ). Problem klasik negara berkembang adalah kebanyakan gagal menarik modal asing masuk, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi yang rendah. Akibat dari pertumbuhan ekonomi yang rendah berakibat pada kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi jutaan tenaga kerja baru. Hal tersebut berarti meluasnya pengangguran, daya beli menurun, dan kemiskinan merajalela (Hamidi, 2007:7). Bertolak belakang dengan gambaran di atas, justru segelintir negara anggota OKI, khususnya penghasil dan pengekspor minyak diperkirakan memiliki surplus finansial hingga 800 milliar dolar AS. Namun, sayang sekali karena dana berlimpah tersebut bukannya dialihkan ke negara-negara anggota OKI yang membutuhkan investasi, tetapi mereka lebih suka memarkirkan dananya di bank-bank Amerika dan negara Barat lainnya. Pada akhirnya, karena kondisi tersebut, negara yang sedang berkembang ini harus meminjam dana dari lembaga donor Internasional, misalnya IMF, dan sebagainya. Itulah fakta yang menggambarkan, di samping potensi yang menjanjikan, negara-negara OKI juga menghadapi problem ekonomi yang serius yang sulit dipecahkan. Tujuan OKI untuk membentuk pasar bersama nampakya gagal. Berdasarkan data (lihat tabel 1), volume perdagangan antar negara OKI hanya 13 persen dari total perdagangan dunia tahun 2003.
330
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
Tabel 1 Perdagangan antar anggota OKI (Juta Dolar AS)
Trade Total intra-trade Total Trade Persentase
2003 151.272 1.153.847 13,11
2002 123.972 947.629 13,08
2001 115.793 907.947 12,75
2000 109.376 919.203 11,99
1999 83.402 751.098 11,1
Sumber: SESRTCIC statistics
Data tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai absolut impor dari sesama anggota OKI terus meningkat dari 42 miliar dolar AS pada tahun 1999 menjadi 77,4 miliar pada akhir tahun 2003 atau mengalami kenaikan 45 persen lebih. Namun pada saat yang sama jumlah impor mereka dari negara non-Muslim dari segi jumlah jauh lebih besar dan dari waktu ke waktu terus meningkat, misalnya dari 311,3 miliar dolar pada tahun 1999 menjadi 461 miliar dolar AS pada tahun 2003 atau kenaikan sebesar 32,4 persen (Hamidi, 2007:8). Itulah gambaran awal buku ini mengenai alasan yang mendasari penggunaan dinar. Dimulai dari uraian di atas, bahwa kondisi perdagangan sesama negara Muslim yang nilai absolut impor sesama anggota OKI terus meningkat. Berikutnya diuraikan mengenai mengapa aktivitas perdagangan antar anggota OKI kurang menggembirakan, volumenya kecil, sehingga perlu ditemukan faktor penghambat terwujudnya perdagangan yang lebih besar. Buku ini, dengan mengutip pendapat SESRTCIC, menemukan ada empat faktor pengganjal perkembangan perdagangan tersebut. Pertama, faktor infra struktur yang lemah secara fisik maupun institusional di sebagaian besar negara OKI. Kedua, kuatnya hambatan struktural yang diciptakan (secara sengaja) oleh negara-negara Barat. Misalnya dengan menyetir fungsi WTO untuk kepentingan mereka sendiri. Ketiga , sejarah yang kurang menguntungkan, yakni kenyataan bahwa hampir semua negara berkembang adalah bekas jajahan dari negara Barat. Artinya, ketergantungan pada bekas penjajahnya masih tinggi. Keempat, persoalan politik yakni konflik yang bisa mengurangi gairah bekerjasama di antara anggota OKI dalam perdagangan. Kelima, kebijakan ekonomi yang tidak konsisten di antara mereka sendiri dan ketergantungan mereka terhadap ekspor produk dasar (Hamidi, 2007: 15). Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
331
Abdul Aziz Nugraha Pratama
Buku ini mampu mengungkap persoalan-persoalan mendasar, sebagaimana telah diuraikan, mengenai faktor penyebab kurang majunya perdagangan di antara anggota OKI (Hal 14-17). Hanya saja, terdapat pengulangan kalimat dengan maksud sama, mengenai persoalan tersebut. Hal ini menyebabkan terpotongnya alur pikiran pokok pembacanya dan bisa menjadikan jenuh. Ide selanjutnya untuk memperjuangkan negara anggota OKI agar bisa bersama-sama mendapatkan kemajuan perdagangan, adalah dengan membentuk Islamic Chamber of Commerce, Industry and Commodity Exchange (ICCICE) di Karachi, Pakistan, 1978. Selanjutnya fokus kerjasama dikembangkan dan dipertajam dengan mendirikan Islamic Centre for Development of Trade (ICDT) di Casablanca, Maroko, 1981. Dan momentum kerjasama ekonomi secara penuh mendapatkan titik artikulasinya ketika proposal untuk membentuk apa yang disebut sebagai Pasar Bersama Islam (Islamic Common Market atau ICM) mengemuka. Persamaan ideologi merupakan modal dasar pembentukannya (Hamidi, 2007: 18-19). Pembentukan ICM diyakini berbagai pihak dapat membongkar trade barriers dan meningkatkan kerjasama ekonomi sesama anggota OKI. Namun sayang, perkembangan menunjukkan bahwa ICM masih dalam tataran gagasan yang sulit diwujudkan dan tidak adanya time table jelas mengenai kapan saja titik kritik yang harus dicapai dan diimplemantasikan di lapangan. Akhirnya, pilihan terakhir yang ditawarkan buku ini mengenai upaya mendongkrak perdagangan di antara anggota OKI, membendung ketergantungan kepada negara Barat, sekaligus menumbuhkan kepercayaan diri adalah dengan mengajukan proposal untuk memberlakukan gold dinar sebagai mata uang perdagangan Internasional bagi negara OKI. Gold dinar memberikan harapan setidaknya karena dua hal (Hamidi,2007: 21-22). Pertama, aplikasi gold dinar tidak serumit dan sekompleks pendirian ICM. Selain membutuhkan pengorbanan besar dari masing-masing anggota, pembentukan ICM memerlukan tahapan-tahapan panjang dan tidak sederhana. Sementara operasionalisasi gold dinar bisa dilakukan dalam lingkup kecil dulu, misalnya dicobakan untuk dua atau tiga negara yang sudah siap infrastrukturnya, sebelum kemudian diperluas oleh anggota yang lebih banyak, dengan tingkat efisiensi yang juga besar. Kedua, tidak seperti ICM, gold dinar bisa diimple-
332
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
mentasikan tanpa masing-masing negara perlu takut akan memangkas pendapatan mereka dari tarif maupun pajak. Hal ini karena gold dinar diproyeksikan akan meningkatkan volume perdagangan melalui penggunaan alat pembayaran yang stabil yang diharapkan akan melindungi importir dan eksportir dari kerugian akibat turun naiknya mata uang.
Gold Dinar sebagai solusi problematika ekonomi Setelah membeberkan permasalahan perdagangan di kalangan anggota OKI yang bisa dikatakan gagal membentuk Pasar Bersama Islam (Islamic Common Market atau ICM), maka buku ini memberikan alternatif solusi berupa proposal untuk memberlakukan gold dinar sebagai mata uang perdagangan Internasional bagi negara OKI dengan menyebutnya sebagai bak oase di padang pasir. Hal tersebut sebagaimana diuraikan di atas. Adapun gambaran bagaimana konstelasi praktik aplikasi gold dinar ini dalam meningkatkan volume perdagangan, buku ini menggambarkan dalam bentuk bagan sederhana mengenai bagaimana arus volume perdagangan bisa dikerek naik (Hamidi,2007: 22).
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
333
Abdul Aziz Nugraha Pratama
Gambaran bagan tersebut secara singkat dapat disimpulkan bahwa meningkatkan perdagangan bisa dilakukan dengan membuka pintu kerja sama selebar-lebarnya sekurangnya melalui tiga sektor: (1) Perlu political will yang mewujudkan dalam bentuk komitmen yang kuat untuk kerja sama untuk menghilangkan trade barriers; (2) Kerja sama di tingkat makro untuk mengukuhkan dan meningkatkan tingkat pembangunan industri dan teknologi; dan (3) Bekerja sama di sisi moneter. Untuk yang terakhir ini akan dielaborasi lebih lanjut dengan melihat kemungkinan langkah alternatif, termasuk di sini dengan menerapkan gold dinar sebagai alat pembayaran dalam perdagangan Internasional (Hamidi,2007: 27-28). Apa Itu Dinar? Berdasarkan Ketetapan yang diputuskan oleh Sayyidina Umar Ibn Khattab RA, Dinar emas memiliki kadar 22 karat emas (917) dengan berat 4.25 gram. Dirham perak memiliki kadar perak murni dengan berat 3.0 gram. Kalifah Umar ibn al-Khattab menentukan standar antar keduanya berdasarkan beratnya masing-masing: “(Berat) 7 dinar harus setara dengan 10 dirham.” (Anonim, tt :14). Barangkali, ini sejalan dengan yang dimaksud dengan standar emas (the gold standard), sebagai bagian dari standar barang (commodity standard) yang berbeda dengan standar kepercayaan ( fiat standard ) dalam lingkup pembahasan tentang standar moneter. Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai uang. Sementara itu, standar emas didefinisikan sebagai suatu sistem moneter di mana sesuatu bangsa mengucapkan (menyatakan) kesatuan moneternya dengan emas, bebas menjualbelikan emas dengan harga yang pasti dan mengijinkan orang-orang untuk mengimpor dan mengekspor emas tanpa batas (Iswardono,1997: 21). Sejarah membuktikan emas bisa menjelma menjadi mata uang yang sangat stabil dibanding mata uang kertas (fiat money) manapun, termasuk dolar. Pada tahun 1800 harga emas per satu troy ons setara dengan 19,39 dolar AS, sementara pada tahun 2004, satu troy ons senilai 455,757. Dengan kata lain, selama dua abad berlalu, emas mengalami apresiasi yang luar biasa sebesar 2.250 persen terhadap dolar (Hamidi, 200: 31). Keunggulan emas juga ditunjukkan uraian Endy J. Kurniawan dalam bukunya Think Dinar (2011: 137) :
334
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
“Dinar emas lebih perkasa dari rencana finansial atau investasi lainnya. Renungkanlah, ONH terus naik? dengan Dinar terus turun! tahun 1970 ONH hanya Rp.182.000 tahun 1988 (hampir 20 th setelahnya) ONH Rp.4.780.000 pada 1998, ONH senilai Rp.8.805.000 tahun berikutnya, 1999-2000 (setelah krismon) ONH menjadi Rp.21,5 jt pada 2008,ONH menjadi Rp.32.400.000 pada 2010 ONH menjadi 34 jt, tahun ini ONH turun menjadi sekitar 30 jt. Coba kita bandingkan dengan DINAR: ONH tahun 2000 : 70 Dinar, ONH tahun 2003: 50 Dinar, ONH tahun 2007 : 30 Dinar, ONH tahun 2010 : 22 Dinar (harga Dinar 1,5 jt), dan tahun 2011 ini mungkin berkisar 13 Dinar saja. (30 jt dibagi 1 Dinar (2.259.867)”. Dan memang, tahun 2011 Kementerian Agama dan Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat RI menetapkan biaya haji tahun 2011 rata-rata sebesar US$ 3.342 atau Rp 31.080.600. (Tempo Interaktif dalam http:// audiohaji.com/blog/?p=125). Buku ini juga mengurai carut-marut wajah moneter dunia sejak sistem mata uang kertas diperkenalkan lalu diterima masyarakat dunia sebagai alat traksaksi yang final. Berbekal data dan kajian mendalam, Luthfi memapar sejumlah potret ketimpangan ekonomi yang melanda negara-negara dunia ketiga akibat penerimaan mereka terhadap sistem mata uang kertas ( fiat money) itu. Fiat money adalah penggunaan mata uang berbasis kertas yang diterbitkan pemerintah suatu negara tanpa disokong logam mulia (emas dan perak). Fakta membuktikan, bahwa ekonomi dunia di bawah sistem kapitalisme, tidak menentu. Volatilitas dan ketidakstabilan menjadi fenomena yang mengganggu perekonomian negara-negara bangsa di manapun. Terpaan krisis terus menerus terjadi dan senantiasa membayangi ekonomi berbagai negara di dunia. Depresiasi nilai tukar dan inflasi yang tak terkawal menjadi kenyataan yang destruktif bagi perekonomian banyak negara. Pendeknya, sistem ekonomi konvensional (kapitalisme) yang diterapkan saat ini telah secara nyata menunjukkan kegagalannya dalam menciptakan kesejahreaan ekonomi umat manusia (Agustianto, 2011). Kenyataan yang tragis itu diakui oleh Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam kata-kata sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes (kurang lebih) sebagai
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
335
Abdul Aziz Nugraha Pratama
berikut: “Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi”. Buku ini Luthfi Hamidi ini, menyebut mantan PM. Mahathir Mohammad adalah arsitektur utama yang mengkampanyekan proposal untuk menerapkan gold dinar sebagai alat pembayaran dalam perdagangan Internasional. Mahathir berusaha meyakinkan bila gold dinar bisa dipakai sebagai alat pembayaran Internasional, minimal dunia Islam, akan sangat mendukung dan meningkatkan volume perdagangan dan sekaligus mengurangi kerugian yang diakibatkan karena kurs bagi negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Isalam (OKI). Dalam berbagai kesempatan, Mahathir dan para penasihat ekonominya telah menyebarkan dan mempropagandakan ide implementasi gold dinar ini dengan mengajukan beberapa asumsi dasar sebagai berikut (Hamidi, 2007: 90-91): Pertama, gold dinar tidak menggantikan uang lokal, karena ia hanya dipakai dalam perdagangan baik bilateral maupun multilateral. Untuk transaksi domestik tetap menggunakan mata uang masing-masing. Kedua, gold dinar akan dimaknai sebagai refleksi emas yang tidak muncul dalam bentuk fisik. Contohnya, satu gold dinar sama dengan satu ons emas. Baru kemudian satu ons emas ini ditetapkan sesuai dengan harga yang berlaku dipasar. Umpamanya, satu ons emas di pasar senilai $ 400, maka nilai dari satu gold dinar akan sama dengan $ 400. Ketiga, tidak perlu mentransfer secara langsung emas dari satu negara anggota gold dinar trade block (GDTB) ke negara anggota lain ketika transaksi perdagangan dilakukan. Keempat, penyelesaian perdagangan akan difasilitasi dengan menggunakan dengan menggunakan sistem Bilateral payment Arragement (BPA), jika hanya dilakukan dua negara yang sudah sepakat menggunakan gol dinar dalam perdagangan Internasionalnya. Jika hal itu dilakukan tiga atau lebih negara, maka eksekusi perdagangannya menggunakan metode Multilateral Payment Agreement (MPA). Kelima, berdasarkan sistem BPA, bank central anggota GCTB akan menyediakan kredit dalam bentuk gold dinar. Posisi surplus atau defisit yang bisa muncul dalam transaksi
336
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
perdagangan dari masing-masing anggota bisa diperpanjang hingga impor atau ekspor waktu yang akan datang atau dicatat dalam balance sheet dari rekening gold dinar dari central bank. Dan keenam, perlu didirikan semacam bank kustodian di salah satu anggota dengan maksud agar bisa memudahkan memonitor dan memastikan masing-masing anggota memenuhi jumlah minimal yang disyaratkan dari simpanan emasnya. Institut ini ada juga akan memastikan fungsi pembayaran dan sekaligus juga berfungsi sebagai pemegang kustodian dari rekening gold dinar (Hamidi, 2007: 89-90). Sebagaimana disampaikan penulisnya sendiri, fokus utama yang hendak dibuktikan dalam buku ini adalah apakah betul gold dinar bisa meningkatkan volume perdagangan sebagaimana disampaikan oleh mantan PM Malaysia Mahathir Mohammad, sebagaimana diuraikan di atas. Di samping itu, penulis buku Gold Dinar ini mempunyai ide tersendiri terkait menemukan manfaat ekonomi dari gold dinar. Temuan tersebut adalah berupa persamaan berikut : Log(T) = -4.0686 + .4001log GDP + .12409log Y - .51762log D + 2.3309B + 1.6537GOLD + 1.45349CAEU + 1.9810D8 + ,16978AMU
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan satu persen GDP dan income per kapita akan cenderung mengerek volume perdagangan masing-masing sebesar 2,5 dan 1,33 persen. Sebaliknya, satu poin ekstra dalam jarak antara ibukota negara akan menurunkan volume perdagangan hingga 3,29 persen. Hal menarik lain yang bisa ditelaah dari persamaan itu adalah negara yang berbagi perbatasan dan ikut dalam blok perdagangan tertentu menikmati jumlah perdagangan yang lebih besar. Mereka yang bersama-sama memiliki perbatasan yang sama perdagangannya diperkirakan akan meningkat hingga 2,3 unit. Sementara mereka mengikuti GDTB diperkirakan akan menikmati tambahan perdagangan hingga 1,65 unit. Hasil yang sama juga terjadi untuk mereka yang tergabung dalam CAEU (Council of Arab Economic Unity = Mesir, Irak, Libya, Jordan, Kuwait, Mauritania, Somalia, Sudan, Syiria, UAE, dan Yaman), D-8 (Bangladesh, Mesir, Indonesia, Irak, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Nigeria, Pakistan, dan Turki), dan AMU (Arab Maghrib Union = Algeria, Libya, Mauritania, Marokko, Tunisia) dengan masing-masing peningkatan perdagangan sebesar 1,45.1,9, dan 0,16 unit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa blok
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
337
Abdul Aziz Nugraha Pratama
ekonomi berdampak positif bagi perdagangan sekaligus membuka peluang ekonomi yang lebih besar (trade creating effect). (Hamidi, 2007: 117-118). Hal lain diungkapkan buku ini adalah mengenai efisiensi yang dihasilkan dari gold dinar. Bila enam negara pengekspor utama bergabung dalam blok perdagangan difasilitasi dengan gold dinar, efisiensi perdagangan dalam hal pembayaran yang diraih mencapai 76,7 persen yang mengindikasikan bahwa anggota blok hanya menanggung pembayaran sebesar 23,3 persen sisanya yang diserahkan pada akhir periode perdagangan (Hamidi, 2007: 124). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi dari gold dinar akan membawa kemajuan bagi negara Muslim dalam hal meraih peluang ekonomi yang selama ini belum tergali menjadi manfaat ekonomi yang nyata. Perdagangan masing-masing anggota diperkirakan bakal naik. Hanya saja, ini bukan tanpa kendala. Khususnya alasan ketersediaan emas dari masing-masing anggota itu untuk mencukupi terjadinya perdagangan.
Ganjalan penerapan gold dinar dan solusi buku ini Dari sekian kelebihan gold dinar, ternyata terdapat kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan tersebut terletak pada kuantitas reserve emas dari masing-masing anggota blok perdagangan jika betul-betul akan melaksanakan. Sebagai misal, untuk tahun 2002, enam negara blok perlu menyediakan setidaknya 4.292 ton emas. Jumlah tersebut lumayan fantastis yang sukar dipenuhi oleh bahkan seluruh reserve emas yang dimiliki oleh negara OKI (Hamidi, 2007: 125). Permasalahan tersebut seakan sulit dipecahkan. Namun ternyata buku ini memberikan alternatif-alternatif pemecahan yang cukup menarik. Secara singkat diuraikan bahwa kendala tersebut bisa secara bertahap dengan menjalankan strategi berikut. Di awal operasional perdagangan dengan gold dinar, untuk menghindari kompleksitas masalah, perdagangan cukuplah dulu sebatas yang terjadi antara pemerintahan negara (dengan mengabaikan perdagangan antar swasta), dengan cara ini persediaan emas yang diperlukan untuk terjadinya perdagangan bisa ditekan. Langkah kedua bisa ditempuh dengan mengonversi cadangan dolar masing-masing negara anggota dalam emas. Bila ini dilakukan, persoalan ketersediaan emas akan teratasi (Hamidi, 2007: 133).
338
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
Peluang emas untuk kembali menjadi acuan moneter Internasional sangatlah besar, terutama dari sisi fundamental ekonomi. Hanya saja, hal itu akan sulit dari sudut pandang politis disebabkan: kuatnya konspirasi Internasional untuk menyisihkan pengaruh emas. Banalisasi (penyingkiran) emas dari arena terhormat tersebut tak lain karena kokohnya Amerika Serikat sebagai superpower dunia. Setiap negara superpower berpeluang menjadikan mata uangnya juga mata uang dunia. Penciptaan mata uang dolar As yang tidak di- backed dengan logam berharga. Hal ini membuat negara-negara lain harus berkeringat menyerahkan hasil buminya dan hanya ditukar dengan uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan tak bernilai intrinsik apa-apa (Hamidi, 2007: 149). Sementara menunggu peluang gold dinar bisa direalisasikan untuk menfasilitasi perdagangan antar negara OKI, gold dinar (dalam bentuk fisik emas) bisa digunakan untuk mendukung transaksi yang lebih sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa yang sudah marak dilakukan adalah menggunakan emas ini untuk membayar zakat atau keperluan investasi. Bahkan konon sudah ada sekolah Islam yang melangkah dengan menggunakan standar emas untuk penggajian guru, pembayaran SPP, dan lain-lain. Usulan menarik lain dari buku ini : menggunakan emas sebagai alat pembayaran haji sekaligus investasi melalui skim Gold Accumulation Plans (GAPs). Selain itu, usulan penggunaan emas sebagai alat pembayaran minyak dunia yang dapat secara langsung mengubah peta keseimbangan moneter Internasional, karena negara-negara net importers mau tidak mau harus menukarkan dolarnya dengan emas (Hamidi, 2007: 149).
Penutup Setelah diuraikan berbagai argumentasi pentingnya gold dinar untuk direalisasikan dalam perekonomian, maka layaklah mengingat petuah bijak dari AA Gymnastiar, “Mulai dari yang mudah/kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang”. Dibutuhkan kemauan keras dari seluruh negaranegara OKI, dengan kelebihan, kelemahan, dan kemampuan mengambil celah masing-masing anggota, untuk menerapkan gold dinar dalam perdagangan Internasional.
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
339
Abdul Aziz Nugraha Pratama
Mengutip pernyataan tokoh Islam dari Barat, Shayikh Abdalqadir, bahwa mata Uang Islam, Dinar Emas dan Dirham Perak, harus diberlakukan guna melawan dominasi mata uang dolar yang dalam realitasnya tidak lagi didukung oleh emas ataupun perak sejak tahun 1971. Shaykh Abdalqadir yang saat ini tengah berjuang menuju pemberlakuan dinar emas, dirham perak dan E-Dinar Islami, memromosikan jejaring perdagangan Islam tingkat dunia melalui gilda-gilda Islam dan memulihkan pilar zakat dalam bentuknya yang benar (http://zaimsaidi.org/guru-kita-shaykh-dr-abdalqadir-as-sufi diunduh tgl 06 Feb 2012) Bukan sekedar menunjukkan bahwa gold dinar sebagai identik dengan Islam, namun sifatnya yang stabil dan bisa mewujukan keadilan bagi semua umat manusia lah menjadikan tugas bersama untuk diaplikasikan dalam perekonomian. Sudah teruji ratusan tahun lamanya untuk stabil posisinya dibanding alat transaksi lainnya, menjadikan gold dinar harus kembali diperjuangkan untuk betul-betul digunakan. Apalagi untuk menerapkannya tidak harus melibatkan semua anggota OKI, namun cukup 2 (dua) negera yang berkomitmen kuat. Jika di dua negara yang menerapkan terwujud stabilitas dan keadilan ekonominya, maka diyakini negara lain akan menyusul. Secara garis besar, kelebihan dan kelemahan gold dinar adalah kelebihan pertama dari dinar yaitu memiliki nilai yang konkret (tangible) yang dapat disikapi dengan operasi matematika yaitu penjumlahan, pengurangan, pembagian dan pengkalian. Kelebihan dari dinar yang dapat anda temukan selanjutnya yaitu sangat fleksibel untuk diperjual belikan dalam kaitannya dengan sifatnya yang tangible. Kelebihan yang ketiga yang bisa didapatkan dari dinar itu sendiri adalah fungsi dakwah yang tersimpan di dalamnya. Seperti yang sudah diketahui bahwa dinar memiliki nilai historis tersendiri terhadap Agama Islam. Dinar dianggap akan mensosialisasikan syariat Islam di seluruh dunia. Adapu kelebihan dari dinar lainnya yaitu nilai jual kembali yang cukup tinggi dan menguntungkan, dan terakhir, dinar emas memiliki kelebihan yaitu mudah diperjual belikan antar sesama pengguna karena tidak terdapat kendala model maupun ukuran. Sedangkan kekurangan gold dinar meliputi pertama, dinar dianggap sebagai perhiasan. Khusus di Indonesia, para penjual dari dinar itu sendiri harus terkena PPN 10% . Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
340
Jurnal Muqtasid
Peluang Gold Dinar...
Republik Indonesia Nomor 83/Kmk.03/2002. Dalam hal ini, dapat diperhitungkan secara bersih antara pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka jumlah yang harus dibayar ‘toko emas’ penjual Dinar adalah 2%. Adapun kelemahan kedua dari dinar yaitu ongkos cetak dinar yang masih tergolong tinggi yaitu sekitar 3-5% dari nilai barang yang tergantung pada jumlah pesanan. Kelemahan dinar emas ini pada dasarnya tak terlalu signifikan dan masih memberikan keuntungan bagi para pebisnis jual beli dinar di Indonesia pada khususnya (http://enhakadinarbandung.com).
Daftar pustaka Agustianto. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam. Makalah. http:// www.scribd.com/doc/4685537/ December 21, 2011 Anonim, Wakala Sauqi Dinar. Tanpa Tahun. Kumpulan Artikel DinarDirham. Dikumpulkan oleh:, Penukaran Dinar-Dirham Http://zaimsaidi.org/guru-kita-shaykh-dr-abdalqadir-as-sufi diunduh tgl 06 Feb 2012) Http://persatuansunnisyiah.blogspot.com/2011/07/organisasi-konferensiislam-oki.html Http://enhakadinarbandung.com. Http://audiohaji.com/blog/?p=125. Tempo Interaktif, Jakarta - Posted on June 12, 2011 by Asep Darussalam Iswardono, SP., MA, Drs. 1997. Uang dan Bank. BPFE-Yogyakarta Kurniawan, Endy J. 2011. Think Dinar! AsmaNadia Publishing House Lahyanto Nadie dalam JAKARTA (bisnis.com): Rabu, 22/10/2008 Rozy, Fahrur. 2005. Konsep Ekonomi Kerakyatan Muhammad Hatta (Relevansinya Dengan Sistem Ekonomi Islam). Skripsi. Fak.Syari’ah IAIN Walisongo dalam http://library.walisongo.ac.id/ digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-s1-2005fahrurrozy-105
Volume 2 Nomor 2, Desember 2011
341