JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
ANALISIS HUKUM PENETAPAN TARIF PNBP PADA PIHAK TERTENTU DALAM PERCEPATAN SERTIFIKASI TANAH Safrin Salam Dosen Universitas Muhammadiyah Buton
Abstract Land is a place for human life and in the present context has become a primary need for the Indonesian people. The presence of Land Registry and its cheap and affordable principles contained therein is one model of land reform, implemented by the government. This study aimed to analyze the procedure of granting tariff reception State Tax On Certain Parties in speeding up the certificate of ownership of land and analyze ideally decide granting tariff setting state revenue tax on certain parties to be implemented according to the principles of land registration. This study uses normative legal research using secondary data in the form of primary legal materials and secondary materials. The results showed that the procedure of tariff setting state revenue Taxes On Certain Parties in speeding up the certificate of land ownership can be reached by Perma ATR / BPN No. 25 2015 effectively and efficiently that the applicant apply for tariff setting state revenue instead of taxes and then meet the requirements specified Perma ATR / BPN No. 25 Years 2015.sedangkan decide granting tariff setting state revenue tax on certain parties to be implemented according to the principles of land registration is with the issuance of a decree regulating the finance minister of land registration fee for a particular party are the responsibility of the State or are exempt from levy fees by the State , Suggestions from this study is the Ministry of Finance should immediately issue the finance minister about the costs that regulated Perma ATR / BPN No. 25, 2015 has been charged by the State then other ministries need to commit firmly on running a land reform program that has been mandated by Law No. 5 of 1960 on the Basic Regulation of Agrarian as a way to equalize land ownership in Indonesia by the whole society. Keywords: PNBP, Specific Parties, Certified Land
A. Pendahuluan Negara Indonesia adalah Negara
Arti
penting
ini
menunjukan
adanya pertalian yang sangat erat antara
yang sebagian besar kehidupan rakyatnnya
hubungan manusia dengan tanah yaitu
masih bercorak agraris karena sesuai
sebagai tempat tinggal dan sebagai sumber
dengan iklim yang bercorak tropis, seiring
kelangsungan
dengan proses pembangunan yang semakin
hubungan
pesat dewasa ini, tanah mempunyai arti
tersebut
menimbulkan
penting bagi kehidupan bangsa Indonesia.
hidupnya.namun kerap
masalah
dalam
kali
yaitu
juga
gesekan
gesekan kepentingan antara perorangan ataupun antar kelompok
masyarakat.
21 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Permasalah
ini
tidak
terlepas
gambaran kepada kami bahwa masalah
dari
jumlah penduduk yang memerlukan tanah
tanah
untuk memenuhi kebutuhan yang begitu
berpengaruh pada jalannya pembangunan.2
pesatnnya di Indonesia, sedangkan luas
Langkah konkrit pun telah di upayakan
tanah tidak berubah (tetap). Oleh karena
pemerintah untuk menjawab permasalahan
itu diperlukan
suatu
langkah-langakah
yang berdimensi kompleks tersebut dengan
penyelesaian
yang
konkrit
untuk
mengeluarkan peraturan Undang-Undang
berkembangnya
No.5 Tahun 1960 tentang peraturan Dasar
nmencegah konflik
semakin
di
tengah-tengah
faktor
penting
yang
yang
okok-pokok Agraria (UUPA) terutama
masyarakat,
dalam pasal 19 ayat (1) UUPA telah di
maupun sengketa tanah
timbul
adalah
dengan cara memberikan jaminan dan
tagaskan
kepastian hukum bagi hak-hak atas tanah,
kepastian
terutama hak milik atas tanah yang banyak
diadakan pendaftararn tanah di seluruh
dimiliki oleh masyarakat dan
wilayah
dipergunakan maupun
sabagai
untuk
memenuhi
di
biasannya
tempat
kebutuhan
sehari-hari
hukum
republik
oleh
Indonesia
menjamin pemerintah
menurut
ketentuan- ketentuan yang di atur dengan
tinggal
manfaatkan
bahwa”untuk
guna
peraturan
pemerintah”. Kemudian
atau
mengenai pendaftaran tanah tersebut telah di atur juga melalui Peraturan Pemerintah
sumber mata pencaharian.
(PP) No.10 Tahun 1961 yang kemudian di
Tanah dengan dimensi yang unik kerap melahirkan permasalahan yang tidak
sempurnakan
sederhana, baik permasalahan yang timbul
Pemerintah
dalam bidang-bidang
pendaftaran tanah yang selanjutnya disebut
sosial,
ekonomi,
komplek
meliputi
Peraturan
No.24 Tahun 1997 tentang
PP No. 24 tahun 1997.3
politik, hukum, atau bidang-bidang lebih luas dan
dengan
Sertifikat hak atas tanah sebagai
berbagai
kehidupan manusia.1
hasil akhir proses pendaftaran tanah berisi tanah
data fisik yaitu keterangan tentang letak,
adalah sangat aktual bagi manusia dimana
batas, luas bidang tanah, serta bagian
saja, terutama dalam masa pembangunan.
bangunan atau bangunan yang ada di
Pada
dasarnya
masalah
Berdasarkan pengamatan atas pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan,
2
John Salindeho, 1998, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm.5 3 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (LNRI Tahun 1997 Nomor 59)
memberikan
1
Hasan Basri Nata Menggala Dan Sagita 2005, Pembatalan hak dan kebatalan hak atas Tanah,Tugu Jogja Pustaka,Yogya. Hlm.5
22 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
atasnnya bila dianggap perlu dan data
pengaturan PP No.24 Tahun 1997 dapat
yuridis yaitu keterangan tentang status hak
ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk
atas tanah dan hak penuh karena lain yang
meminimalisir terjadinnya persoalan atas
berada di atasnya.4
tanah-tanah
Pengertian sertifikat
yang
dimilki
oleh
tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan
masyarakat,perlu
Pemerintah No.24 tahun 1997 Pasal 32
hak atas tanah hal ini sebagaimana telah
ayat (1) tentang Pendaftaran Tanah Bagi
diatur dalam pasal 3 PP No.24 tahun 1997.
pemegang
hak
atas
tanah,
memiliki
diadakan
Meningkatnnya
pendaftaran
kebutuhan
akan
sertifikat tanah mempunyai nilai lebih,
tanah serta pengetahuan masyarakat yang
sebab dibandingkan dengan alat bukti
semakin luas, maka di tuntut kesadaran
tertulis lain.
yang lebih tinggi (dengan inisiatif diri
Sertifikat merupakan tanda bukti
sendiri
warga
masyarakat)
untuk
alat yang kuat dan diakui secara hokum.
melaksanakan atau melakukan pendaftaran
Apalagi menurut pasal 31 ayat (3) dalam
hak atas tanah dengan tujuan untuk
PP No 24 tahun 1997 tentang pendaftaran
menghindari adannya sengketa tanah yang
tanah
disebabkan
telah
dengan
tegas
dinyatakan
tidak
adannya
bukti
bahwa “Sertifikat hanya boleh di serahkan
kepemilikan hak atas tanah yang sering
kepada pihak yang namannya tercantum
disebut dengan sertifikat.
dalam buku tanah
yang bersangkutan
Mengingat
arti
penting
dari
sebagai pemegang hak atau pihak lain
suatu sertifikat hak atas tanah, penting
yang
kuasakan olehnya”. Sehingga
sekali untuk selalu merawat dan menjaga
dapat dikatakan bahwa pemilik sertifikat
keberadaannya dari tempat yang aman
hak atas tanah adalah merupakan pemilik
agar jangan sampai hilang.5 Namun pada
yang sah atas obyek tanah sebagaimana
kenyataanya masih saja terjadi ditemui
di sebutkan dalam sertifikat hak atas tanah
konflik kepemilikan hak atas tanah, tanah-
tersebut dan harus dianggap benar sampai
tanah tersebut dijumpai masih belum
dibuktikan sebaliknnya dari pengadilan
memiliki sertifikat akibatnya permasalahan
dengan alat bukti yang lain. Berdasarkan
tanah
di
semakin
hari
semakin
banyak
4
Maria S.W. Sumardjono, 2005, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas,Jakarta. Hlm.20.
5
Herman Hermit, 2004, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah hak Milik,Tanah Negara Dan Tanah Pemda, Mandar Maju, Bandung. Hlm.17.
23 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
khususnya pada klaim pemilik sah atas
hukum
tanah.
kepemilikan sertifikat tanah masih sangat Minimnya
pengetahuan
masyarakat
rendah
hukum
indonesia
khususnya
pada
atas
golongan
penerbitan
masyarakat ekonomi rendah. Berdasarkan
panjang
data itu kemudian kementrian agraria
permsalahan tanah tersebut, selain itu
menerbitkan beberapa peraturan agraria
permasalahan
pada
untuk mempercepat proses sertifikat tanah
masyarakat bahwa pengurusan sertifikat
dengan menekan biaya PNBP (Penetapan
membutuhkan biaya
Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak)
masyarakat
atas
sertifikat
tata
menambah
juga
cara daftar
muncul
mahal (expensive sertifikat
pada pihak tertentu dengan pengenaan tarif
melalui jalur pendaftaran tanah secara
0 rupiah dengan syarat-syarat yang telah
sistematik (perorangan) membuat tingkat
ditentukan
kesadaran
hukum
untuk
Beberapa aturan tersebut adalah Peraturan
memiliki
sertifikat
berkurang
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13
akibatnya banyak dijumpai di masyarakat,
tahun 2010 Tentang Jenis dan tarif atas
tanah-tanah yang telah mereka kuasai
jenis penerimaan negara bukan Pajak yang
secara turun temurun belum memiliki
Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional,
sertifikat tanah.
pada
coast)
khususnya
penerbitan
masyarakat menjadi
oleh
peraturan
ketentuan
ini
tersebut.
ditetapkan
jenis
oleh
penerimaan Negara bukan pajak yang
Kementrian Agraria dan Tata Ruang
berlaku di Badan Pertanahan Nasional,
nasional republik indonesia bahwa pada
jenis PNBP tersebut dibagi kedalam 9
rentang tahun 2015 dan 2016 , target
(Sembilan) jenis yaitu
kepemilikan sertifikat tanah itu adalah
Survei, Pengukuran, dan Pemetaan, b.
40%, namun faktanya berdasarkan data
Pelayanan
tersebut
target
Pelayanan
kepemilikan sertifikat oleh masyarakat itu
Swadaya,
hanya mencapai 10% pada tahun 2015 dan
Teknis
2016.6 Hal ini menunjukan kesadaran
Pendaftaran Tanah, f. Pelayanan Informasi
Data
itu
yang
pula
diungkap
capaian
6
Lampiran II Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 25 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/badan Pertanahan Nasional Tahun 2015-2019
a. Pelayanan
Pemeriksaan Konsolidasi d.
Tanah, Tanah
Pelayanan
Pertanahan,
Pertanahan,
g.
Pelayanan
Pendidikan,
Penetapan
Tanah
c.
Secara
Pertimbangan e.
Pelayanan i.
Objek
Pelayanan
Lisensi,
h.
Pelayanan Penguasaan
Benda-benda Tetap Milik Perseorangan 24 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
(P3MB)/
ajudikasi, olehnya itu dari sisi substansi
Peraturan Presidium Kabinet Dwikora
hukum keberadaan Permen ATR No. 25
Nomor 5/Prk/1965 dan j. Pelayanan di
Tahun 2016 masih menemui permasalahan
Bidang Pertanahan yang Berasal dari
hukum dalam sisi pengaturannya oleh
Warga
Negara
Belanda
aturan tersebut.
Kerja Sama dengan Pihak Lain. Kesembilan
item
tersebut B. Rumusan Masalah
kemudian ditetapkan beberapan poin untuk
Berdasarkan permasalahan tersebut
dikenakan tariff 0 rupiah pada pihak tertentu,
dalam
peraturan
maka yang menjadi fokus permasahalan
pelaksana
dalam penelitian ini adalah
selanjutnya (Pasal 21 ayat 3 PP No. 13
a. Bagaimana
Tahun 2010). Peraturan yang dimaksud
penetapan
adalah Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Pajak
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
b. Bagaimana
Terhadap Pihak
No.
25
Tahun
Pihak
Negara
Tertentu
kepemilikan
dalam
sertifikat
idealnya
pengaturan
penerimaan Negara Pajak pada pihak
ATR No. 25 Tahun 2016. Terbitnya ATR
penerimaan
penetapaan pemberian penetapan tarif
Tertentu dan selanjutnya disebut Permen
Permen
Pada
pemberian
tanah ?
Persyaratan dan Tata Cara
Pengenaan Tarif PNBP
tarif
mempercepat
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
prosedur
tertentu dapat terlaksana sesuai prinsip-
2016
prinsip pendaftaran tanah ?
merupakan tindak lanjut dari PP No. 13 Tahun 2010 yang merespon renstra ATR 2015
tentang
percepatan
C. Metode Penelitian
kepemilikan
Penelitian
tanah di masyarakat. Namun faktanya
penelitian
keberadaan permen ini dari sisi penerpan
ini
yuridis
menggunakan
normatif,
dengan
mengutamakan bahan sekunder berupa
hukum belum jelas pelaksanaannya bahkan
bahan hukum primer yang bersumber dari
dari sisi substansi hukum terjadi antinomi
peraturan perundang-undangan berkaitan
norma dimana, dimana pada PP No. 13
dengan
Tahun 2010, mengatur biaya 0 rupiah pada pihak tertentu namun pada pasal yang lain
kajian
yang
dibahas,
serta
mengunakan bahan kepustakaan
yang
diatur bahwa pemohon dibebankan biaya akomodasi dan konsumsi untuk dilakukan pemeriksanaan
tanah
oleh
panitia 25 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
relevan
dengan
kajian
ini.7
Adapun
a) Untuk memberikan kepastian hukum
pendekatan yang digunakan perundang-
dan
undangan
dan
pemegang hak atas suatu bidang tanah,
(conceptual
satuan rumah susun dan hak-hak lain
approach). Tujuan dari penelitian ini
yang terdaftar agar dengan mudah dapat
untuk menganalisis penerapan hukum
membuktikan
pemberian Penetapan Tarif Penerimaan
pemegang hak yang bersangkutan
(statue
pendekatan
approach)
konseptual
Negara Pajak Pada Pihak Tertentu dalam
perlindungan
hukum
dirinya
kepada
sebagai
b) Untuk menyediakan informasi kepada
mempercepat kepemilikan sertifikat tanah.
pihak-pihak
D. Pembahasan
termasuk
1.
Prosedur Pemberian Penetapan Tarif
mudah dapat memperoleh data yang
Penerimaan Negara Pajak Pada Pihak
diperlukan
Tertentu
perbuatan hukum mengenai bidang-
Dalam
Mempercepat
Kepemilikan Sertifikat Tanah.
c) Untuk
Undang No. 5 Tahun 1960 tentang pokok
Pemerintah
agar
dalam
dengan
mengadakan
susun yang sudah terdaftar,dan
tanah diatur pada Pasal 19 Undang-
dasar
berkepentingan
bidang tanah dan satuan-satuan rumah
Pengaturan mengenai pendaftaran
peraturan
yang
agraria
terselenggaranya
Tertib
Administrasi Pertanahan.
atau
Salah
satu
tujuan
Pendaftaran
selanjutnya disebut dengan UUPA. Dalam
Tanah yang ditentukan dalam Pasal 3
konsepsi Pasal 19 Undang-Undang No. 5
huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1960 tujuan dari pendaftaran tanah
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
adalah kepastian hukum. Pada konsepsi
adalah
Pasal 19 UUPA kemudian diatur lebih
Administrasi
lanjut dalam pasal 3 PP No. 24 Tahun
Administrasi
1997 tentang Pendaftaran Tanah.Tujuan
agar seluruh berkas-berkas tentang data
Pendaftaran Tanah juga ditentukan lebih
fisik dan data yuridis lengkap, rapi, baik,
lanjut dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah
dan teratur di Kantor Pertanahan sehingga
Nomor 24
memudahkan
Tahun
1997
tentang
Pendaftaran Tanah, yaitu :
7
Peter Mahmud Marzuki, 2013, Metode Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.Hlm. 96-101
terselenggaranya
Tertib
Pertanahan.
Tertib
Pertanahan
setiap
dimaksudkan
urusan
menyangkut
tanah
guna
lancarnya
pembangunan.8
yang
menunjang Adanya
8
Melita Ma'dika Ambarura, 2015, Pelaksanaan Peralihan dan Pendaftaran Peralihan Hak Milik atas Tanah (Jual Beli) dalam
26 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
pendaftaran tanah ini merupakan jaminan
dirumuskan dalam Undang-undang ini
kepastian hukum pemegang hak atas tanah
mencakup segala penerimaan Pemerintah
di Indonesia.
pusat
di
luar
penerimaan
perpajakan
tersebut. Ketentuan perundang-undangan
Redistribusi tanah yang digalakkan sebagai
sebagai landasan penyelenggaraan dan
prioritas dimana pengaturan pertanahan
pengelolaan Penerimaan Negara Bukan
dimasukkan dalam penerimaan Negara
Pajak yang berlaku selama ini meliputi
bukan pajak. Penerimaan Negara bukan
berbagai ragam dan tingkatan peraturan
pajak
sehingga
pemerintah
telah
merupakan
dijadikan
Penerimaan
Negara
belum
sepenuhnya
Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan
mencerminkan kepastian hukum. Banyak
Pemerintah pusat yang tidak berasal dari
dan beragamnya bentuk pengaturan juga
penerimaan perpajakan.9
mengakibatkan
yang
berasal
dari
dan
kerumitan dalam pengelolaan Penerimaan
Jenis Penerimaan perpajakan meliputi penerimaan
kekurangtertiban
Negara Bukan Pajak.
Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Dalam koteks pendaftaran tanah oleh
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea
kementrian agraria dan tata ruang dalam
Masuk, Cukai Pajak Bumi dan Bangunan,
mempercepat kepemilikan sertifikat tanah
Bea Meterai, Bea Perolehan Hak atas
khusus
Tanah dan Bangunan, dan penerimaan
ekonomi bahwa kementrian agrarian telah
lainnya yang diatur dengan peraturan
menerbitkan Peraturan Menteri Agraria
perundang-undangan di bidang perpajakan.
dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Selain itu, penerimaan Negara yang
Nasional Republik Indonesia Nomor 25
untuk
golongan
masyarakat
berasal dari minyak dan gas bumi, yang di
Tahun 2016
Tentang
dalamnya terkandung unsur pajak dan
Tata
Pengenaan
royalti, diperlakukan sebagai penerimaan
Terhadap Pihak Tertentu, pihak tertentu
perpajakan, mengingat unsur pajak lebih
yang dimaksud dalam Permen ATR/BPN
dominan. Dengan demikian pengertian
ini diatur dalam Pasal 3 ayat (1) yaitu
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
a) Masyarakat tidak mampu;
Cara
b) Masyarakat
yang
Persyaratan dan Tarif
termasuk
PNBP
dalam
Program Pemerintah Bidang Perumahan
Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Toraja Utara, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Hlm. 6. 9 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (LNRI Tahun 1997 Nomor 43)
Sederhana;
27 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
c) Badan hukum yang bergerak di bidang
kepemilikan lahan dan penguasaan tanah
keagamaan dan sosial yang penggunaan
(Landreform) ini berujuan untuk10
tanahnya untuk peribadatan, pesantren,
a) Untuk mengadakan pembagian yang
panti
asuhan,
panti
jompo,
cagar
adil atas sumber penghidupan rakyat
budaya, situs/tempat ziarah;
tani yang berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil
d) Veteran, Pensiunan PNS, Purnawirawan TNI,
Purnawirawan
POLRI
pula,
dan
dengan
merombak
sama
struktur
Suami/Istri/Janda/Duda
pertanahan
sekali
secara
Veteran/Pensiunan PNS/Purnawirawan
revolusioner, guna merealisir keadilan
TNI/ Purnawirawan POLRI;
sosial.
e) Instansi Pemerintah dan Pemerintah
b) Untuk melaksanakan prinsip : tanah
Daerah, untuk melaksanakan tugas dan
untuk tanahi, agar tidak terjadi lagi
fungsinya dan tidak bersifat profit;
tanah sebagai obyek spekulasi dan obyek (maksudnya : alat pemerasan)
f) Wakif; atau
c) Untuk memperkuat dan memperluas
g) Masyarakat Hukum Adat. Subjek
penetapan
hak milik atas tanah bagi setiap warga
PNBP
sebagaimana yang diatur dalam pasal 3
Negara
indonesia,
baik
lagi-lagi
ayat (1) Perma ATR/BPN No. 25 Tahun
maupun, yang berfungsi sosial. suatu
2016 ditetapkan berdasarkan redistribusi
pengakuan dan perlindungan terhadap
tanah yang selama ini sebagian besar
privaat bezit, yaitu hak milik sebagai
pemilik lahan adalah para pengusaha,
hak yang terkuat, bersifat perseorangan
namun setelah berlakunya aturan ini maka
dan turun temurun, tetapi berfungsi
kepemilikan sertifikat diperuntukan secara
sosial.
besar-besaran sebagaimana yang diatur
d) Untuk mengakhiri sistem tuan-tanah
dalam Pasal 3 ayat (1) Perma ATR/BPN
dan menghapuskan kepemilikan dan
No. 25 Tahun 2016. Hal ini merupakan
penguasaan tanah secara besar-besaran
bagian dari Land reform. Land reform
dengan
meliputi perombakan mengenai pemilikan
menyelenggarakan
dan penguasaan tanah serta hubungan-
dan batas minimum untuk tiap keluarga.
hubungan
hukum
yang
hak
terbatas, batas
dengan maksimum
bersangkutan
dengan pengusahaan tanah. Perombakan
10
Boedi Harsono, 2015, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Djambatan, Jakarta. Hlm. 365.
28 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Sebagai kepala keluarga dapat seorang
yang khusus ditujukan kepada golongan
laki-laki
ini.
demikian
ataupun
wanita.
Dengan
pula
sistem
mengikis
Dari tujuan land reform inilah
liberalism dan kapitalisme atas tanah
maka
dan memberikan perlindungan terhadap
pendaftaran tanah diperuntukkan sebesar-
golongan yang ekonomis lemah
besarnya
e) Untuk mempertinggi produksi nasional dan
mendorong
subjek
PNBP
bagi
dalam
mereka
yang
konteks
belum
memiliki sertifikat tanah. Asas sederhana
terselenggaranya
dan biaya murah dalam Perma ATR/BPN
pertanian yang intensif secara gotong
No. 25 Tahun 2016 sangat jelas diatur
royong
dimana
lainnya,
untuk
mencapai
diberikan
kemudahan
bagi
Subjek PNBP Masyarakat tidak mampu
Perorang an yang besar penghasil annya per bulan dibawah Upah Minimum Surat keteranga n dari RT/RW diketahui Lurah/Ke pala Desa
Masyarakat yang termasuk dalam program pemerintah bidang perumahan sederhana
Badan hukum yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial
Keterangan/kep utusan mengenai kepesertaan yang bersangkutan dalam Program Pemerintah Bidang Perumahan Sederhana dari Kementerian yang membidangi Perumahan
Veteran, pensiunan pns, purnawirawan TNI, dl
Instansi pemerintah dan pemerintah daerah
Syarat Dokumen Yang Harus Dipenuhi Fotokopi Fotokopi Surat Anggaran keputusan keterangan Dasar penetapan/peng dari dengan angkatan pimpinan menunjuka dengan n aslinya; menunjukan dan aslinya; dan/atau Surat keterangan Fotokopi akta dari perkawinan instansi atau surat nikah bagi yang Suami/Istri/Jan menyeleng da/Duda garakan urusan pemerintah an di bidang keagamaan dan sosial
Wakif
Masyarakat hukum adat
Fotokopi Akta Ikrar Wakaf
Penetapan keberadaan nya dari Pemerintah Daerah
kesejahteraan yang merata dan adil,
masyarakat
dibarengi dengan sistem perkreditan
memperoleh sertifikat tanah. Sebagaimana
tidak
mampu
untuk
tujuan dari Landreform adalah diatas maka 29 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
tepatlah kiranya Perma ATR/BPN No. 25 Tahun
2016
Landreform
merupakan yang
saat
bagian ini
Tabel diatas menunjukan bahwa
dari
subjek PNBP dikhususkan untuk pihak-
sementara
pihak
tertentu
yang
menjadi
subjek
redistribusi tanah yaitu masyarakat kelas
dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam konteks pemberian PNBP
bawah dan badan hukum dengan kriteria
pada masyarakat syarat-syarat yang harus
tertentu pula. Dalam konteks pemanfaatan
dipenuhi adalah sebagai berikut
lahan
a) Pemohon (Perorangan dan/atau Badan
masyarakat tidak mampu ketentuan yang
Hukum) mengisi form Permohohanan
diberikan oleh Perma ATR/BPN No. 25
PNBP pada pihak tertentu
Tahun 2015 adalah dengan berdasarkan
oleh
masyarakat
khususnya
b) Salinan akta pendirian badan hukum
penghasilan per bulan upah minimum
yang dilegalisir khusus untuk Badan
disertai surat keterangan RT/RW yang
Hukum.
dalam
konteks
undang-undang
c) Dokumen persyaratan lainnya (sesuai
Ketenagakerjaan besaran upah minimum
dengan ketentuan peraturan perundang-
yang ditetapkan oleh perusahaan dan
undangan mengenai persyaratan dan
masyarakat tidak mampu dalam konteks
tata
PNBP
ini adalah yang mempunyai pekerjaan
terhadap pihak tertentu serta peraturan
dan/atau sebagai pekerja. Secara Undang-
perundang-undangan mengenai standar
Undang No. 13 Tahun 2013 tentang
pelayanan dan pengaturan pertanahan).
ketenagakerjaan membagi upah menjadi 3
cara
pengenaan
tarif
(tiga) komponen:
Syarat-syarat diatas harus dipenuhi oleh Pemohon yang kemudian dipenuhi permohonan
kemudian PNBP
a) Upah tanpa tunjangan;
setelah
b) Upah pokok dan tunjangan tetap; atau
mengajukan kepada
c) Upah pokok, tunjangan tetap, dan
Badan
tunjangan tidak tetap.
Pertanahan Nasional setempat. Dari syarat pada poin (c) diatas persyaratan lainnya
Berdasarkan PP No. 78 tahun 2015
yang dimaksud adalah syarat subjek PNBP
tentang
yang diatur dalam Perma ATR/BPN No.25
Pengupahan,
upah
minimum
merupakan Upah bulanan terendah yang
Tahun 2016. Berikut syarat-syarat yang
terdiri atas:
dimaksud menurut aturan tersebut yaitu
a) Upah tanpa tunjangan; atau
Sumber : Data diolah oleh Peneliti
b) Upah pokok termasuk tunjangan tetap. 30 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Sedangkan yang dimaksud dengan
minimum
upah dalam PP No. 78 tahun 2015 tentang
bagaimna
Pengupahan
pekerja/buruh
ditetapkan upah minimum berdasarkan
yang diterima dan dinyatakan dalam
Undang-Undang No. 13 Tahun 2013
bentuk
tentang
adalah
uang
hak
sebagai
imbalan
dari
dan
persoalannya
jika
disuatu
adalah
daerah
ketenagakerjaan,
belum
maka
jelas
pengusaha atau pemberi kerja kepada
penentuan masyarakat tidak mampu itu
pekerja/buruh
dan
tidak dapat mendapatkan pengenaan PNBP
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
terhadap pihak tertentu khususnya bagi
kesepakatan, atau peraturan perundang-
masyarakat yang tidak berstatus sebagai
undangan,
pekerja/
yang
termasuk
ditetapkan
tunjangan
bagi
buruh
dalam
Konteks
UU
Ketenagakerjaan.
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
Pada konteks ini sebanarnya dari
akan dilakukan. Ini artinya, komponen
Badan Pusat Statistik telah menetapkan
UMP bisa hanya berupa upah pokok, tetapi
beberapa kriteria masyarakat miskin yaitu
bisa juga upah pokok termasuk tunjangan
sebagai
tetap.
kemiskinan,
upah
minimum
itu
Untuk
Badan
menggunakan
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa penentuan
berikut
mengukur
Pusat
konsep
Statistik
kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
hanya
approach).
diberikan kepada para pekerja / buruh yang yang
Dengan pendekatan ini, kemiskinan
ditetapkan melalui oleh Perma ATR/BPN
dipandang sebagai ketidakmampuan dari
No. 25 Tahun 2015 seharusnya tidak
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
membatasi status masyarakat tidak mampu
dasar makanan dan bukan makanan yang
berdasarkan status pekerjaan.
diukur
dimana
dalam
konteks
kriteria
dari
sisi
pengeluaran.
Jadi
Hal ini menjadi suatu permasalahan
Penduduk Miskin adalah penduduk yang
karena masyarakat tidak mampu dalam
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
kontek empirikalnya adalah orang-orang
perbulan dibawah garis kemiskinan. Lebih
yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak
lanjut Badan Pusat Statis menjabarkan
memiliki
bahwa konsepsi garis kemiskinan adalah
penentuan
penghasilan. masyarakat
Persyaratan tidak
sebagai berikut:11
mampu
menurut Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 ditentukan melalui besaran upah
11
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23 diakses pada tanggal 16 Desember 2016.
31 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
a) Garis
kemiskinan
Kemiskinan
adalah
(GK)
Garis
agar
dari
sisi
penerapan
hukumnya,
merupakan
kategori masyarakat tidak mampu yang
penjumlahan dari Garis Kemiskinan
mendapakan PNBP yang 0 Rupiah ini bisa
Makanan
dilaksanakan
(GKM)
dan
Garis
dengan
oleh
BPN
Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Prov/Kota/Kabupaten. Adanya pembatasan
Penduduk
rata-rata
ini membuat akses masyarakat miskin
bulan
yang dalam istilah Perma ini lebih tepat
yang
memiliki
pengeluaran
perkapita
per
dibawah
Garis
Kemiskinan
dikategorikan
sebagai
digunakan bisa lebih mudah dilaksanakan.
penduduk
Terlepas
miskin.
substansi
dari
penentuan
permasalahan kriteria
prosedur
b) Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
pemberian PNBP terhadap pihak tertentu
merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
dalam proses pengurusan sertifikasi tanah
minimum makanan yang disetarakan
maka prosedur awal yang harus dipenuhi
dengan
2100
kilokalori
perkapita
oleh Pemohon adalah
perhari.
Paket
komoditi
kebutuhan
a) Foto copy kartu identitas
dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
b) Pemohon mengisi format permohonan
komoditi (padi-padian, umbi-umbian,
pengenaan
ikan, daging, telur dan susu, sayuran,
terhadap pihak tertentu;
kacang-kacangan, buah-buahan, minyak
c) Pemohon
dan lemak, dll). c) Garis
tarif
Non
Makanan
diatur
dokumen didalam
d) Pemohon mengajukan permohonan ke
untuk perumahan, sandang, pendidikan
BPN
dan
Kabupaten).
Paket
yang
PNBP
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015;
(GKNM) adalah kebutuhan minimum
kesehatan.
jenis
melampirkan
sebagaimana
Kemiskinan
atas
komoditi
kebutuhan dasar non makanan diwakili
setempat
Berdasarkan
(Provinsi/
Kota/
penjelasan
diatas
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan
dapat
47 jenis komoditi di pedesaan.
pemberian PNBP terhadap pihak tertentu
Berdasarkan
konsep
kemiskinan
disimpulkan
bahwa
prosedur
dapat dilaksanakan jika pemohon baik itu
diatus seharusnya pemerintah tidak serta
Perorangan
merta memberikan status masyarakat tidak
memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam
mampu atau menggunakan istilah tidak
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015.
atau
badan
hukum
telah
mampu dengan standar upah minimum 32 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2. Pengaturan
Penetapaan
Pemberian
yang bisa berakibat berlarut-larut dalam
Penetapan Tarif Penerimaan Negara
pendaftaran tanah tersebut ;
Pajak Terhadap Pihak Tertentu Agar
e) Cheapness, yaitu agar biaya tersebut
Memenuhi Prinsip-Prinsip Pendaftaran
dapat semurah mungkin;
Tanah.
f) Suitability to circumstances, yaitu akan
Asas merupakan fundamen yang mendasar
terjadinya
sesuatu
tetap berharga baik sekarang maupun
dan
kelak di kemudian hari pendaftaran
merupakan dasar dari suatu kegiatan, hal
tersebut;
ini berlaku pula pada pendaftaran tanah.
g) Completeness of the record, terdiri atas
Olehkarena itu, dalam pendaftaran tanah
a. Perekaman tersebut harus lengkap
ini terdapat asas yang harus menjadi
lebih-lebih lagi masih ada tanah-
patokan
tanah yang belum terdaftar;
dasar
dalam
melakukan
pendaftaran tanah. Dalam Pasal 2 PP
b. Demikian
Nomor 24 Tahun 1997 dinyatakan bahwa
setiap
pendaftaran
berdasarkan keadaan pada waktu
berdasarkan
tanah asas
dilaksanakan
sederhana,
aman,
Menurut
asas-asas tersebut adalah sebagai berikut12 bertolak
dari
tersebut
dengan
Yamin
Lubis,
asas
baru yang dicantumkan secara eksplisit dalam pranata peraturan pendaftaran tanah
aman atas hak tersebut baik karena tanah
tertentu
dari
pendaftaran tanah tersebut adalah sesuatu
kemantapan
sistem sehingga seseorang akan merasa
membeli
tanah
pendaftaran
didaftarkan.
terjangkau, mutakhir dan tertib. Adapun
a) Security,
pula
yang
ataupun
tentunya
pencantuman
asas
disesuaikan dengan tuntutan masyarakat,
mengikatkan tanah tersebut untuk suatu
kondisi pemegang hak atas tanah serta
jaminan atas utang ;
memperhatikan
b) Simplicity, sederhana sehingga setiap
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berfungsi
orang dapat mengerti;
sebagai pedoman kerja bagi setiap aparat
c) Accuracy, bahwa terdapat ketelitian dari
pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan
sistem pendaftaran secara lebih efektif;
pendaftaran tanah.
d) Expedition, artinya dapat lancar dan
Suatu asas sebagaimana dalam teori
segera sehingga menghindari tidak jelas
hukum
adalah
sejenis
meta
kaidah
berkenaan dengan kaedah-kaedah perilaku, 12
Supriadi, 2010, Hukum Agraria, Sinar Grafika. Jakarta. Hlm.
artinya asas tersebut memberikan arah 33 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
pada
perilaku
yang
diinginkan
atau
b) Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh
berperan sebagai pedoman bagi perbuatan
Panitia A, Petugas Konstatasi atau Tim
yang
Peneliti Tanah; dan/atau
dikonkritkan
dalam
aturan
pelaksanaan, dalam hal ini dipertegas dalam
pasal-pasal
Peraturan
berikutnya
Pemerintah
ini
c) Pelayanan Pendaftaran Tanah berupa
dalam
dan
Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk
juga
Pertama Kali.
dikonkritkan dalam Peraturan Menteri
Jenis PNBP yang ditetapkan dalam
Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997,
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 telah
sekalipun dalam kenyataannya, perbuatan-
dibebaskan dari biaya artinya bahwa jenis
perbuatan
pelayanan
pelaksanaanya
tidak
seperti
berupa
pengukuran
dan
yang diinginkan dalam asas-asas tersebut,
pemetaan batas bidang tanah, pelayanan
atau dapat dikatakan tidak taat asas dalam
pemeriksaan
realitas pelaksaannya.13
pendaftaran tanah untuk pertama kali
tanah
dan
pelayanan
asas
menjadi tanggungan Negara. Olehnya itu
masyarakt
keberadaan Perma ATR/BPN No. 25
dalam konteks pendaftaran tanah melalui
Tahun 2015 merupakan bentuk konkrit
salah satu asasnya yaitu asas cheapness
dari asas murah dan asas terjangkau yang
dan asas terjangkau bagi masyarakat yang
diatur dalam pendaftaran tanah.
Berdasarkan sebagai
pedoman
memerlukan
hal
tersebut
perilaku
tanah
melihat
Idealnya untuk menerapkan Perma
pertimbangan Pasal 61 ayat (1) PP No. 24
ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 tersebut di
Tahun 1997 maka dikonkritkanlah asas-
BPN
asas tersebut dalam sebuah aturan yaitu
dengan anggaran maka sudah seharusnya
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 yang
kementrian keuangan mengakomodasi hal
membebaskan
pengurusan
ini melalui keputusan menteri keuangan
pendaftaran tanah. Adapun jenis PNBP
yang mengatur tentang PNBP untuk pihak
yang dibebankan 0 Rupiah yaitu:
tertentu yang dibebankan kepada APBN.
a) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan
Namun hingga saat ini aturan kementrian
biaya
dan
Provinsi/Kabupaten/Kota,
terkait
keuangan tersebut belum diterbitkan oleh
Batas Bidang Tanah;
Pemerintah. Sehingga biaya-biaya tersebut meskipun di aturannya sudah diatur bahwa ditetapkan 0 Rupiah namun tetap saja 13
Yamin Lubis & Rahim Lubis, 2012, Hukum Pendaftaran Tanah, CV Mandar Maju, Bandung.
34 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
dikenakkan
biaya
oleh
pihak
Badan
untuk
Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota. Masih
tetap
sebagaimana
tanah
menghambat
proses
penerapan
dan
saja
E.
perlu
didukung
penggunaan
oleh
sejumlah
Penutup Berdasarkan
Dibutuhkannya Surat Keputusan
pembahasan
diatas
maka prosedur pemberian penetapan tarif
Menteri Keuangan untuk melaksanakan
penerimaan Negara Pajak Pada Pihak
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015
Tertentu dalam mempercepat kepemilikan
merupakan landasan yuridis pembebasan tanah
guna
ATR/BPN No. 25 Tahun 2015.
BPN Provinsi/Kota/Kabupaten.
pendaftaran
daya
dan
kementrian untuk melaksanakan Perma
Perma
ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 di tingkat
biaya
meningkatkan
dijalankan pemerintah pusat dan daerah
pemohon tentu
untuk
pemerataan
salah satu solusi terbaik yang harus
(transportasi) dan konsumsi aparatur BPN
ini
adanya
untuk
PNBP terhadap pihak tertentu merupakan
pendaftaran tanah seperti biaya akomodasi
hal
yaitu
melalui penetapan tarif 0 rupiah untuk
hukum mengatur bahwa biaya-biaya diluar
(masyarakat),
Landreform
tanah. Pemerataan tanah yang digalakkan
oleh beberapa hal yan secara substansi
oleh
dan
memperbaiki
PNBP pada pihak tertentu ini disebabkan
ditanggung
tujuan
menyempurnakan
diberlakukannya
pengenaan biaya tariff normal terhap jenis
itu
menjalankan
sertifikat tanah dapat ditempuh dengan
khususnya
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015
aparatur BPN untuk bisa melaksanakan
secara efektif dan efisien yaitu pemohon
aturan tersebut.
mengajukan permohonan penetapan tarif
Oleh karena itu, keberadaan Perma
penerimaan
Negara bukan pajak dan
ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 perlu
kemudian memenuhi syarat-syarat yang
didukung oleh semua pihak kementrian
ditentukan Perma ATR/BPN No. 25 Tahun
khususnya
2015.sedangkan
kementrian
keuangan
yang
pengaturan
penetapaan
harus mengakomodir jenis PNBP yang
pemberian penetapan
dibebankan kepada APBN, sehingga akses
Negara Pajak pada pihak tertentu agar
masyarakat dan aparatur BPN di tingkat
terlaksana
sesuai
Kota/Kabupaten dapat terlaksana. Jenis
pendaftaran
tanah
PNBP 0 Rupiah yang merupakan hak dari
diterbitkannya surat keputusan menteri
masyarakat merupakan politik agraria
keuangan
yang
tarif penerimaan
prinsip-prinsip adalah
mengatur
dengan
biaya
35 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
pendaftaran tanah bagi pihak tertentu
Negara dan Tanah Pemda, Mandar
menjadi tanggung jawab Negara atau
Maju, Bandung.
dibebaskan dari pungutan biaya oleh
John Salindeho. 1998, Masalah Tanah
Negara. Saran dari penelitian ini adalah
Dalam Pembangunan, Sinar Grafika,
Kementrian
Keuangan
Jakarta.
menerbitkan
surat
perlu
segera
keputusan
menteri
Maria S.W. Sumardjono,2005, Kebijakan
keuangan tentang biaya-biaya yang diatur
Pertanahan Antara Regulasi dan
Perma ATR/BPN No. 25 Tahun 2015 telah
Implementasi, Kompas, Jakarta.
dibebankan
oleh
Negara
kemudian
Ma'dika
Ambarura,
2015,
kementrian lain perlu berkomitmen teguh
Pelaksanaan
Peralihan
dan
tentang menjalankan program Landreform
Pendaftaran Peralihan Hak Milik
yang telah diamanatkan oleh Undang-
atas
Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
Mewujudkan
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Pertanahan di Kabupaten Toraja
sebagai
Utara,
jalan
penguasaan
untuk
tanah
di
Melita
pemerataan
Indonesia
oleh
Tanah
(Jual
Beli)
Tertib
Jurnal
dalam
Administrasi
Fakultas
Hukum
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
seluruh lapisan masyarakat.
Peter Mahmud Marzuki, 2013, Metode Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Daftar Pustaka Literatur
Supriadi, 2010, Hukum Agraria, Sinar
Boedi Harsono, 2015, Hukum Agraria Indonesia
Sejarah
Grafika, Jakaarta.
Pembentukan
Yamin Lubis & Rahim Lubis, 2012,
undang-Undang Pokok Agraria, Isi
Hukum
dan Pelaksanaannya.
Mandar Maju, Bandung.
Djambatan,
Pendaftaran
Tanah,
CV
Jakarta. Hasan Basri Nata Menggala Dan Sagita, 2005,
Pembatalan
Hak
Perundang-undangan
dan
Undang-Undang No. 20 Tahun 1997
Kebatalan Hak Atas Tanah, Tugu
tentang Penerimaan Negara Bukan
Jogja Pustaka, Yogyakarta.
Pajak (LNRI Tahun 1997 Nomor 43)
Herman Hermit, 2004, Cara Memperoleh
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997
Sertifikat Tanah hak Milik Tanah
tentang Pendaftaran Tanah (LNRI Tahun 1997 Nomor 59). 36 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Peraturan
Menteri
Ruang/
Agraria
dan
Tata
Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 25
Tahun
2016
Persyaratan
dan
Tentang Tata
Cara
Pengenaan Tarif PNBP Terhadap Pihak Tertentu Peraturan
Menteri
Agraria
dan
Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengenaan Tarif PNBP Terhadap Pihak Tertentu Lampiran II Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional No. 25 Tahun 2015
Tentang Rencana Strategis
Kementerian
Agraria
dan
Tata
Ruang/badan Pertanahan Nasional Tahun 2015-2019
Internet https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23 diakses pada tanggal 16 Desember 2016 pada pukul 20.15 WITA
37 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380