1
ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK GIZI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR
WIDYA ASTUTI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Ibu Rumah Tangga dengan Penggunaan Garam Beriodium di Wilayah Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Widya Astuti NIM I14120130
3
ABSTRAK WIDYA ASTUTI. Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Paktik Gizi Ibu Rumah Tangga dengan Penggunaan Garam Beriodium di Wilayah Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan KARINA RAHMADIA E. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik ibu rumah tangga dengan penggunaan garam beriodium di wilayah Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subjek berasal dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 168 ibu rumah tangga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan subjek dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji korelasi Pearson tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan penggunaan garam (p>0.05). Begitupun dengan uji korelasi antara sikap gizi dengan penggunaan garam tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Hasil uji korelasi antara praktik gizi dengan penggunaan garam menunjukan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Kata kunci: iodium, pengetahuan, penggunaan, praktik, sikap.
ABSTRACT WIDYA ASTUTI. Analysis of Correlation Between Knowledge, Attitudes, and Practices of Nutrition among Housewives with Use of Iodize Salt in Bogor Distric. Supervised by SITI MADANIJAH and KARINA RAHMADIA E. The research was aimed to analyze the correlation between the knowledge, attitudes and practises of nutrition amoung housewives with the use of iodized salt.. Research design was cross-sectional. Subject come from 7 sub district in Bogor District. Number of subjects were 168 housewives. The research was conducted from February to May 2016. The data which is used in this research is primer data. The data was taken by spreading questionnaire. The Pearson correlation test showed no significant correlation between nutrition knowledge with the use of salt (p>0.05). Furthermore, the Pearson correlation test showed no significant correlation between nutrition attitude with the use of salt (p>0.05). There was significant correlation between nutrition practice with the use of salt (p<0.05). Keyword : attitude, iodine, knowledge, practice, use.
4
ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK GIZI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR
WIDYA ASTUTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
6
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya shingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Februari-Mei 2016 ini adalah penggunaan garam beriodium, dengan judul Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Paktik Gizi Ibu Rumah Tangga dengan Penggunaan Garam Beriodium di Kabupaten Bogor. Penulis mengucapkan terimaksih kepada: 1. Prof. Dr.Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. dr. Karina Rahmadia E, M.Sc selaku dosen pembimbing akadamemik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal perkuliahan di Departemen Gizi Masyarakat hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi. 4. Ibu Leily Amalia Furkon, S.TP., M.Si selalu ketua penelitian Promosi Gizi Untuk Meningkatkan Status Iodium Anak di Daerah Endemik GAKI di Wilayah Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan untuk bergabung dengan tim penelitian. 5. Mamah (Siti Aisyah, SH), Ayah (Aan Nugraha, SH, M.M), Adik (Windy Maudy Atiyah) atas motivasi, dukungan, doa dan kasih sayang yang diberikan untuk peneliti. 6. Wiwit, Nuzul, Lucky, Puspitasari, Delita, Putri, dan Hardiansyah, teman seperjuangan selama penelitian yang selalu memberikan dukungan, dan semangat kepada penulis. 7. Dinda, Pinon, dan Ica sahabat yang selalu menghibur, memberikan saran dan motivasi untuk penulis. 8. Diva, Rafika, Dipto, Adit dan Astari sahabat sedari TPB selalu memberikan semangat dan saran untuk penulis. 9. Andi, Agus, Dwikani, Yolandina, Anis dan semua teman-teman Program Studi Ilmu Gizi Angkatan 49 yang selalu mendukung penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2016
Widya Astuti
7
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Jenis dan Cara Pengolahan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penggunaan dan Penyimpanan Garam Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Hubungan Antar Variabel SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x x x 1 1 3 3 3 5 5 5 6 6 7 8 8 9 12 16 18 19 21
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Sebaran 15. 16. 17. 18.
Jenis dan cara pengumpulan data primer Sebaran subjek berdasarkan karakteristik Sebaran subjek berdasarkan jenis wadah penyimpanan garam Sebaran subjek berdasarkan cara penyimpanan garam Sebaran subjek berdasarkan lokasi penyimpanan garam Sebaran subjek berdasarkan waktu penyimpanan garam Sebaran subjek berdasarkan penambahan garam Sebaran subjek berdasarkan ketersediaan garam di meja Sebaran subjek berdasarkan penggunaan dan penyimpanan garam Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang pengetahuan gizi Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang sikap gizi Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang praktik gizi Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan gizi dan penggunaan garam Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi dan penggunaan garam Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi dan penggunaan garam
6 8 9 10 10 11 11 12 12 12 13 13 14 15 15 16 17 17
DAFTAR GAMBAR 1.
Kerangka pemikiran analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi
4
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian
22
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Iodium merupakan zat gizi mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang berfungsi sebagai pembentuk hormon tiroid dan berguna untuk proses metabolisme di dalam tubuh. Menurut Djarot dan Setiowati (2010) dalam penelitiannya menyatakan konsumsi iodium pada garam mempengaruhi status iodium dan kejadian GAKI di masyarakat. Jika kadar KIO3 dalam garam yang dikonsumsi memenuhi standar SNI yaitu 30-80 ppm, maka status iodium individu akan tergolong cukup. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Diketahui GAKI mempunyai ikatan erat dengan gangguan perkembangan mental dan kecerdasan. Menurut WHO dan UNICEF, sekitar satu juta penduduk di negara berkembang berisiko kekurangan iodium. Skala global GAKI merupakan masalah di 118 negara yang diderita oleh 1,5 juta orang. Sebanyak 12% diantaranya menderita gondok, 11,2 juta mengalami kretin dan lebih dari 43 juta jiwa menderita gangguan mental dengan berbagai tingkatan. Hasil survei prevalensi dan pemetaan GAKI tahun 2003 menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi TGR (total goiter rate) ialah sebesar 11.1% (RAN GAKY 2004). Prevalensi GAKI di provinsi Jawa Barat tahun 2009 ialah sebesar 7% dari seluruh jumlah penduduk. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat sekitar 2.9 juta orang di Provinsi Jawa Barat menderita GAKI. Secara umum GAKI masih dianggap sebagai masalah kesehatan karena prevalensinya masih lebih dari 5% (Depkes 2005). Defisiensi iodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai dengan lansia. Akibat dari defisiensi iodium saat ini tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid atau yang dikenal dengan gondok. Akan tetapi berpengaruh terhadap kualitas dari sumberdaya manusia mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan,kretinisme, hipotiroid hingga tumbuh kembang termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotien = IQ). Akibat luasnya defisiensi iodium, kemudian dikenal dengan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) (Djokomoeljanto 2009). Penduduk yang tinggal di daerah rawan GAKI berisiko kehilangan IQ sebesar 13,5 point. Jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta, berarti akan terjadi defisit tingkat kecerdasan sebesar 2 milyar IQ point pada penduduk Indonesia. Hal ini sangat mempengarui upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (Almatsier 2004). Kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus, bayi lahir mati, kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan, meningkatkan angka kematian parental, serta akan melahirkan bayi kretin dengan retardasi mental, pendek, muka dan tngan sembab serta terkadi kelianan otot. Dampak lain GAKI lainnya yaitu hipertiroid, jika pada ibu hamil akan mengakibatkan bayi yang dikandung akan lahir hipertiroidisme neonatal, berat lahir rendah dan kemungkinan mengalami cacat bawaan.
2
Solusi dari masalah GAKI ini adalah dengan diadakannya fortifikasi iodium pada garam dan terigu. Gagasan awal dilakukannya fortifikasi pada garam sudah menjadi wacana sejak tahun 1970-an. Dengan advokasi dari UNICEF, perhatian pertama diarahkan untuk mengatasi kekurangan iodium dengan fortifikasi garam yang dikenal dengan yodisasi garam. Tahun 2003 diadakan evaluasi pelaksanaan wajib yodisasi garam. Hasil menunjukkan kemajuan yang nyata. Ditahun 1980-an hanya 30% rumah tangga menggunakan garam beriodium, pada tahun 2003 meningkat menjadi 64%. Data terakhir menujukan pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 78% dengan catatan masih ada 30% kabupaten dengan konsumsi garam beriodium dibawah 50% (Soekiman 2011). Presentase rumah tangga menggunakan garam beriodium di Provinsi Jawa Barat baru 68,6%. Pencapaian ini masih jauh dari target nasional yaitu minimal 90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium. Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Bogor, baru 62,1% rumah tangga mempunyai garam cukup iodium (Riskesdas 2013). Rendahnya pencapaian konsumsi garam beriodium di Kabupaten Bogor dapat disebabkan ibu rumah tangga yang tidak menggunakan garam beriodium. Berdasarkan penelitan Wariyanto 2013 dalam Prawini (2013) ada kaitannya antara ibu rumah tangga dengan konsumsi garam beriodium, hasil penelitian menyatakan intervensi yang terbaik dilaksanakan untuk meningkatkan konsumsi garam beriodium adalah dengan cara peningkatan peran ibu rumah tangga dalam pendekatan keluarga. Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Prawini (2013), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pendukung, faktor predisposisi, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi yang dimaksud adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dan unsur-unsur lain. Menurut Setiani (2010) ada hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang GAKI dengan cara menyimpan dan menggunakan garam. Penggunaan garam beriodium merupakan salah satu altenatif bagi pencegahan dan penaggulangan GAKI. Kualitas garam beriodium dipengaruhi oleh cara penyimpanan dan cara penggunaan selama proses pemasakan. Penyimpanan dan penggunaan garam beriodium yang tidak benar akan mengurangi dan merusak kadar iodium (Arisman 2009). Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan pemilihan makan, apabila pengetahuan seseorang rendah maka akan menyebabkan pemilihan makanan yang salah. Bertambahnya pengetahuan mengenai gizi, maka seseorang akan berkemampuan untuk menerapkan informasi yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari (Wardani 2009). Pengetahuan merupakan tahapan awal untuk mengetahui suatu keputusan, dimana pada akhirnya seseorang akan melakukan atau tidak seperti pengetahuan yang telah dimilikinya. Semakin bertambah pengetahuan seseorang maka diharapkan status gizinya juga akan menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek ibu rumah tangga dengan penggunaan garam beriodium di wilayah Kabupaten Bogor.
3
Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik gizi dengan penggunaan garam beriodium di Kabupaten Bogor. Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian ini sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Menganalisis pengetahuan ibu rumah tangga. Menganalisis sikap ibu rumah tangga. Menganalisis praktik ibu rumah tangga. Menganalisis status pendidikan dan status ekonomi keluarga. Menganalisis cara penggunaan dan penyimpanan garam beriodium.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik gizi masyarakat mengenai penggunaan garam beriodium. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk lebih memahami pentingnya penggunaan garam beriodium. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai garam beriodium serta berguna bagi literartur penelitian.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pengertian tentang defisiensi iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kreatinisme, tetapi defisiensi iodium saat ini berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak. Defisiensi iodium dinyatakan sebagai gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) yang menunjukkan luasnya pengaruh defisiensi iodium tersebut. Hingga saat ini gangguan akibat kekurangan iodium terdapat luas diseluruh dunia termasuk di Indonesia, dan penanggulangannya merupakan prioritas dari WHO (Almatsier 2004). Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan keadaan dimana tubuh kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama dan memilikidampak negatif pada manusia dari masa dalam kandungan hingga dewasa. Masalah defisiensi iodium paling besar terjadi pada daerah dataran tinggi karena umumnya kadar iodium dalam tanah pada area tersebut rendah, sedangkan masyarakat di daerah pegunungan sangat bergantung pada bahan makanan yang tumbuh di daerah tersebut (Trioyono dan Gunanti 2004). Ketersediaan iodium dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap konsumsi iodium dan status
4
iodium individu di suatu wilayah tersebut. Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya GAKI yaitu daerah tempat tinggal yang mengandung rendah iodium, pengetahuan ibu mengenai jenis garam beriodium, sumber makanan kaya iodium, kadar iodium dalam garam, penanganan dan perlakuan garam, dan konsumsi makanan zat goitrogenik. Pengetahuan ibu yang rendah mengenai garam beriodium dan makanan sumber iodium dapat mempengaruhi perilaku pemilihan garam yang dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi status iodium. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), standar dari kadar iodium yang terkandung didalam garam adalah 30-80 ppm. Garam yang tidak mengandung standar iodium sesuai dengan SNI akan meningkatkan prevalensi GAKI. Hal lain yang dapat menyebabkan kekurangan iodium adalah perilaku penggunaan dan penyimpanan garam. Menurut Soetrisno et al (1985) menyatakan garam beriodium yang disimpan lebih dari 9 bulan akan mengalami kehilangan iodium sebesar 21%. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1 :
Karakteristik contoh : 1. Identitas 2. Umur 3. Pendidikan
Kebiasaan Makan
4. Pekerjaan 5. Pendapatan
Faktor yang berhubungan penggunaan garam beriodium : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Praktik
Penggunaan dan penyimpanan garam: 1. Cara pencampuran garam pada saat memasak 2. Cara penyimpanan garam
Status Iodium
Keterangan : variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi
5
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data ini diperoleh melalui wawancara terstuktur menggunakan kuesioner. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di 7 kecamatan di wilayah barat Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yaitu Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Parung, Kecamatan Cigudek, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Jasinga. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan data cakupan penggunaan garam beriodium di 7 wilayah tersebut tergolong ke dalam kategori rendah dari rata-rata Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016-Mei 2016. Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Subjek pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Penentuan jumlah subjek yang dibutuhkan dalam penelitian dilakukan menggunakan rumus perhitungan subjek minimal menurut Lemeshow et al (1997). Berikut adalah rumus perhitungan jumlah sampel minimal: (
)
(
)
Keterangan : n = jumlah subjek minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ∝ = tingkat signifikansi pada 95% ( α=0.05) = 1.96 p = prevalensi konsumsi garam beriodium daerah Kabupaten Bogor = 62.1% d = simpangan mutlak (10%) Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus tersebut, dengan signifikansi 95% (α=0.05), prevalensi konsumsi garam beriodium di Kabupaten Bogor 62.1% dan presisi 10% maka didapatkan jumlah minimal subjek yaitu sebanyak 90 ibu rumah tangga. Dengan mempertimbangkan adanya kemungkinan drop out sebanyak 5%, maka jumlah subjek minimal dalam peleitian ini ditetapkan sebanyak 95 ibu rumah tangga. Jumlah subjek dari penelitian ini sebanyak 168 ibu rumah tangga. Masing-masing kecamatan diwakili oleh 24 ibu rumahtangga sebagai subjek.
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik subjek (umur,lama pendidikan, tingkat pendidikan, perkerjaan, dan pendapatan keluarga), faktor resiko (pengetahuan, sikap, dan praktik gizi), dan cara penggunaan dan penyimpanan garam. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data primer No. Variabel Cara pengumpulan 1. Karakteristik Subjek - Identitas - Umur Kuesioner - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan 2. Faktor yang beruhubungan dengan penggunaan garam - Pengetahuan Kuesioner - Sikap - Praktik 3. Penggunaan dan penyimpanan garam - Cara penggunaan garam pada masakan - Cara penyimpanan garam Kuesioner dengan check list - Lokasi penyimpanan garam - Wadah yang digunaka untuk menyimpan garam - Lama penyimpanan garam
Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry,cleaning dan analisis. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif yang selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan sistem komputerisasi menggunakan microsoft excel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS 22.0 for Windows. Uji hubungan dilakukan pada variabel pengetahuan, sikap, dan praktik gizi dengan penggunaan garam beriodium. Sebelumnya dilakukan uji normalisasi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson. Karakteristik subjek meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, dan pendapatan keluarga. Data faktor yang berhubungan dengan penggunaan garam (pengetahuan, sikap, dan praktik) dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000), dengan skor yaitu kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%). Data penggunaan dan penyimpanan garam diberi skor bernilai 1 apabila menjawab benar dan skor bernilai 0 apabila menjawab salah. Data ini dikategorikan menjadi rendah (1-3) dan tinggi (4-6).
7
Definisi Operasional Contoh adalah ibu rumah tangga di wilayah lokasi penelitian, Kabupaten Bogor. Karakteristik contoh adalah kondisi contoh yang digambarkan melalui beberapa komponen yaitu identitas, umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Garam Beriodium adalah garam yang telah ditambahkan iodium dalam bentuk kalium iodat (KIO3) sebanyak 30-80 ppm. Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus menurus dalam jangka waktu cukup lama. Faktor berhubungan dengan penggunaan garam adalah faktor yang mempengaruhi penggunaan garam yang digambarkan dalam beberapa komponen yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik. Pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki ibu rumah tangga terkait dengan zat gizi, perilaku hidup bersih dan sehat, dan penggunaan garam beriodium. Sikap adalah perasaan yang biasa dirasakan ibu rumah tangga dalam menaggapi hal terkait pengetahuan mengenai gizi, perilaku hidup bersih dan sehat, dan penggunaan garam beriodium. Praktik adalah tindakan yang biasa dilakukan ibu rumah tangga dalam menerapakan pengetahuan mengenai gizi, perilaku hidup bersih dan sehat, dan penggunaan garam beriodium. Lama Penyimpanan adalah kurun waktu yang digunakan untuk menyimpan sampel. Lokasi Penyimpanan adalah tempat dimana biasa sampel disimpan, seperti di dekat kompor,di dalam lemari, atau di atas meja. Penggunaan garam adalah kondisi saat contoh melakukan penambahan garam pada masakan. Penyimpanan garam adalah perlakuan yang digunakan dalam menyimpan garam dalam kondisi terbuka atau tertutup. Wadah Penyimpanan adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan garam meliputi plastik bening, plastik gelap, kaca bening, kaca gelap.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dari penelitian ini terdiri dari umur, status perkawinan, besar keluarga ,lama pendidikan, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan dari subjek. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor yang berasal dari 7 kecamatan. Setiap kecamatan diambil 24 subjek sehingga total jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 168 subjek. Tabel 2 dibawah ini menunjukkan sebaran dari karakteristik subjek. Tabel 2 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik Karakteristik Subjek n Status perkawinan Menikah 159 Janda 9 Pendidikan Tidak tamat sekolah 36 SD 89 SMP 27 SMA 15 Diploma 1 Pekerjaan Ibu rumah tangga 137 Pedagang 19 Petani 4 Buruh Cuci 3 Guru 2 Wiraswasta 1 Besaran keluarga Keluarga kecil 61 Keluarga sedang 89 Keluarga besar 18 Pendapatan Keluarga (rupiah/bulan) Rendah (< 2 960 325) 120 Tinggi (≥ 2 960 325) 48
% 94.6 5.4 21.4 53 16.1 8.9 0.6 81.5 11.3 2.4 1.8 1.2 0.6 36.3 53.0 10.7 71.4 28.6
Rentang umur dari subjek berkisar dari 20 tahun hingga 61 tahun dengan rata-rata umur ± 38 tahun dan subjek berstatus menikah (94.6%). Tingkat pendidikan dari subjek tergolong rendah. Hal ini ditunjukan dengan subjek yang mempunyai ijazah SD yaitu sebesar 53%. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran subjek akan pentingnya pendidikan, dan faktor lingkungan yang tidak mendukung salah satunya adalah faktor ekonomi. Mata pencarian atau pekerjaan merupakan salah satu hal penting didalam kehidupan. Pekerjaan akan menentukan pendapatan dari suatu rumah tangga. Sebanyak 137 subjek (81.5%) responden merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja sehingga pendapatan keluarga hanya berasal dari suami subjek. Subjek
9
yang berprofesi sebagai guru sangat rendah hal ini disebabkan pendidikan subjek yang rendah dan hanya 1 subjek yang menempuh pendidikan hingga mendapatkan ijazah diploma. Besar keluarga ini ditentukan oleh jumlah anggota keluarga yang masih tinggal bersama dalam satu keluarga atau masih dalam satu atap rumah. Besar keluarga dapat dikelompokan menjadi tiga berdasarkan Hurlock (1998) yaitu keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keluarga sedang jika jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar jika jumlah anggota keluarga ≥8 orang. Sebagian besar keluarga subjek dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori keluarga sedang, yaitu sebanyak 53%. Rata-rata pendapatan dari subjek yaitu sebesar Rp 2 571 507. Pendapatan maksimal dari subjek sebesar 33 juta dan pendapatan minimum dari subjek yaitu sebesar 1 juta Hasil analisis (Tabel 1) menunjukkan 71.4% subjek mempunyai pendapatan rendah atau masih dibawah UMR Kabupaten Bogor. Hal tersebut disebabkan sumber pendapatan dari subjek hanya berasal dari suami. Penggunaan dan Penyimpanan Garam Kerusakan atau turunnya kadar iodat dalam garam beriodium selama penyimpanan dan proses pengolahan maupun pemasakan masih menjadi perdebatan. Beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium di Indonesia tidak efektif karena kadar iodium sebagai iodat dalam garam akan berkurang apabila tercampur dengan bumbu masak. Hal lain menyatakan beberapa bumbu masak seperti cabe, terasi, ketumbar, merica dan cuka yang ditambahkan dengan garam beriodium saat memasak akan menurunkan kadar iodat bahkan menghilangkan iodium dalam garam (Cahyadi 2009). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan subjek menggunakan 5 jenis wadah dalam menyimpan garam. Kelima jenis wadah tersebut adalah kaca bening, kaca gelap, plastik bening, plastik gelap, dan lainnya adalah bungkus dari garam iu sendiri. Tabel 3 menunjukkan jenis wadah penyimpanan garam yang digunakan subjek. Sebagian besar subjek (63.7%) yang menggunakan plastik bening dalam menyimpan garam. Sebanyak 2.4% subjek menyimpan garam dalam bungkusnya dan dalam keresek berwarna gelap bagi subjek yang membeli garam bata. Penggunaan wadah bening dan berbahan plastik akan menyebabkan kehilangan kadar iodium lebih tinggi, karena sifat iodium yang peka terhadap cahaya (Cahyadi 2006). Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan jenis wadah penyimpanan garam Jenis Wadah n % Kaca bening 13 7.7 Plastik bening 107 63.7 Plastik gelap 44 26.7 Lainnya 4 2.4 Menurut Buckle et al dalam Irawati (1993) plastik bening mempunyai daya tembus uap air yang tinggi. Selain itu warna plastik yang terang dapat mempercepat oksidasi iodium. Plastik ini tidak tahan terhadap oksigen, permeabilitas oksigen dapat terjadi melalui pori-pori plastik, hal tesebut
10
menyebabkan kalium iodat yang ada pada garam akan membebaskan I2 berupa gas ke udara. Kehilangan kadar iodium pada garam yang dikemas dengan gelas bening dapat disebabkan terjadinya oksidasi cahaya, mengingat iodium peka terhadap sinar ultra violet (Syarief et al dalam Irawati 1993). Berbeda halnya dengan gelas yang berwarna gelap, unsur tembaga oksida dan kadmium sulfida yang memberi warna gelap mampu menahan oksidasi cahaya, sehingga kehilangan kadar iodium lebih sedikit. Disamping itu gelas bersifat kedap terhadap cahaya dibandingkan dengan plastik, oleh karena itu wadah berbahan gelas dapat menahan kehilangan kadar iodium lebih baik daripada kemasan plastik (Syarief et al dalam Irawati 1993). Setiap subjek mempunyai cara masing-masing dalam menyimpan garam. Penyimpanan yang dilakukan subjek dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu disimpan dengan wadah terbuka dan dengan wadah tertutup. Cara menyimpan garam dengan wadah tertutup merupakan cara terbanyak yang dilakukan oleh subjek (89.3%). Penyimpanan garam yang baik adalah dengan cara menutup wadah tempat menyimpan garam. Hal tersebut dikarenakan kadar iodium yang terkandung dalam garam lebih cepat hilang. Wadah yang baik untuk menyimpan garam agar iodium dalam garam tidak hilang adalah wadah yang tidak menyerap cahaya dan tidak mudah ditembus cahaya (Depkes RI 2005). Tabel 4 menunjukkan cara penyimpanan garam. Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan cara penyimpanan garam Kategori n % Wadah tertutup 150 89.3 Wadah terbuka 18 10.7 Lokasi penyimpanan garam juga mempengaruhi kadar iodium yang terkandung dalam garam. Semakin dekat lokasi penyimpanan dengan panas maka akan semakin tinggi kehilangan kadar iodium dalam garam (Saputri & Soekarti 2006). Cahaya dan sinar matahari akan mengurangi kandungan iodium dalam garam karena sifat iodium yang mudah menguap jika teroksidasi oleh cahaya atau sinar matahari. Hasil analisis menunjukkan kebanyakan subjek menyimpan garam di lemari yang tidak terpapar matahari (44.4%). Lemari yang digunakan subjek untuk menyimpan garam adalah kitchen set yang biasa digunakan untuk menyimpan bumbu di dapur. Tabel 5 menujukan presentase lokasi penyimpanan garam subjek Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan lokasi penyimpanan garam Lokasi n % Dekat kompor, terpapar matahari 31 18.5 Dekat kompor, tidak terpapar matahari 54 32.1 Di lemari, terpapar matahari 9 5.4 Di lemari, tidak terpapar matahari 74 44.4 Menurut Saputri dan Soekarti (2006), lama penyimpanan garam yang baik adalah kurang dari 15 hari. Garam yang disimpan lebih atau sama dengan 15 hari setelah dilakukan tes dengan iodine test ternyata tidak mengandung iodium. Sebagian besar subjek (57.7%) menyimpan garam selama <2 minggu. Hal
11
tersebut memungkinkan kadar iodium dalam garam yang digunakan oleh responden tidak berkurang akibat durasi penyimpanan yang tidak terlalu lama. Tabel 6 menunjukkan lama penyimpanan garam yang dilakukan subjek Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan waktu penyimpanan garam Lama penyimpanan n % < 2 minggu 97 57.7 2-4 minggu 36 21.4 1-3 bulan 33 19.6 Missing cases 2 1.2 Proses pengolahan makanan yang lama cenderung akan menyebabkan banyak kehilangan iodium. Masakan tipe berlemak dan dimasak sampai kering kerusakan iodiumnya hingga 60-70%, hal ini dipengaruhi oleh santan yang sudah kering seperti minyak yang menyebabkan suhu pengolahan menjadi lebih tinggi. Kadar iodium setelah proses pengolahan masakan tergatung pada faktor iodium dalam garam yang digunakan. Jenis dan jumlah bumbu serta durasi pengolahan akan berpengaruh terhadap hilangnya kandungan iodium (Cahyadi 2009).Garam merupakan bumbu yang pasti ditambahkan kedalam masakan. Garam akan memberikan rasa asin pada masakan. Kebiasan dalam menambahkan garam pada masakan berbeda-beda setiap individu. Tabel 7 yang menunjukkan kebiasan penambahan garam pada subjek. Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan penambahan garam Kategori n % Saat memasak 153 80.5 Setelah memasak 15 19.5 Kondisi saat memasak adalah kondisi saat api pada kompor menyala, sementara kondisi setelah memasak adalah kondisi saat api kompor sudah tidak menyala. Sebanyak 153 atau sebesar 80.5% melakukan penambahan garam pada saat memasak. Menurut Adrian et.al (2010), cara menggunakan garam yang benar saat pemasakan adalah tidak membubuhkan saat masakan masih mendidih tetapi setelah masakan matang dan siap disajikan. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan iodium dalam sayur akan berkurang dalam waktu 10 menit. Penggunaan garam beriodium yang salah dapat mengurangi dan merusak kadar iodium (Arisman 2009). Menurut Wang et al dalam Cahyadi (2006) dalam kadar iodium akan hilang pada suhu 37⁰ C dan kelembaban di bawah 76%. Hal lain yang mempengaruhi kadar iodium dalam garam adalah bercampurnya garam dengan bumbu lain menyebabkan kadar idoium sebagai iodat dalam garam berkurang dan berubah menjadi spesi iodium lain. Sementara itu bumbu masak seperti cabai, merica, terasi, ketumbar dan cuka yang ditambahkan pada garam beriodium pada saat pemasakan akan menurunkan kadar iodat bahkan dapat menghilangkan 100% kadar iodium (Cahyadi 2009 dalam Yanti 2015) Selain garam yang ditambahkan dalam proses pemasakan, ada juga garam yang ditambahkan saat masakan akan dimakan. Garam yang ditambahakan adalah yang disimpan di meja makan. Garam ini ditambahakan bila masakan terasa
12
hambar. Subjek yang menyediakan garam di meja sebesar 12.1% dari 168 subjek. Hal tersebut menunjukkan ketersedian garam di meja masih rendah. Berikut ini adalah tabel 8 yang menunjukkan ketersedian garam di meja.
Ya Tidak
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan ketersediaan garam di meja Kategori n % 23 12.1 145 76.3
Hasil perhitungan dari seluruh aspek penggunaan dan penyimpanan garam menunjukan rata-rata subjek mendapatkan skor 3. Berdasarkan skor tersebut subjek dikategorikan menjadi kategori kurang (1-3 skor) dan baik (4-6). Tabel 9 menunjukkan sebaran subjek terhadap penggunaan dan penyimpanan garam. Hasil analisis menujukan subjek tergolong kurang (72%). Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan penggunaan dan penyimpanan garam Kategori n % Kurang (1-3) 121 72 Baik (4-6) 47 28 Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Pengetahuan merupakan hasil pengindraan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang gizi dipengaruhi oleh berbagai informasi yang dilihat dan didengar dari berbagai media yang ada (Notoatmojo 2010). Pengetahuan menjadi sebuah landasan penting yang menentukan konsumsi pangan suatu rumah tangga. Individu yang mempunyai pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi bisa lebih terjamin (Khomsan 2000). Tabel 10 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi. Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Kategori n % Kurang (<60 %) 135 80.4 Sedang (60-80%) 32 19.0 Baik (>80%) 1 0.6 Tingkat pengetahuan subjek masih rendah yaitu sebesar 80.4% (Tabel 9) memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Pengetahuan gizi yang kurang dari subjek dapat disebabkan karena tingkat pendidikan subjek yang masih rendah. Rata-rata pendidikan subjek yaitu hanya memiliki ijazah SD. Topik pernyataan yang paling banyak dijawab benar oleh subjek adalah topik nomor 15 mengenai cara menjaga berat badan. Sebanyak 155 subjek menjawab dengan benar topik pertanyaan tersebut (Tabel 11). Hal tersebut dapat diartikan subjek sudah mengetahui cara yang benar untuk menjaga berat badan agar tetap normal. Selain itu topik nomor 14 (86.9%) subjek dapat menjawab
13
dengan benar, hal tersebut menunjukkan subjek sudah mengetahui akibat dari tidak sarapan. Sebanyak 83.3% subjek dapat menjawab dengan benar topik pertanyaan mengenai susunan menu beragam dan seimbang. Artinya subjek sudah mengetahui mengenai Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Akan tetapi hanya 8.9% subjek yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar mengenai cara mengetahui kandungan garam berodium (nomor 20). Tingkat pendidikan subjek yang tergolong rendah merupakan salah satu penyebabnya. Sebanyak 10.1% subjek yang menjawab benar pertanyaan nomor 7, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan subjek mengenai fungsi dari zat gizi untuk tubuh. Subjek yang menjawab topik pertanyaan pengetahuan gizi nomor 9 tergolong rendah (12.5%), disebabkan oleh subjek masih beranggapan bahwa sumber zat besi hanya berasal dari bayam. Tabel 11 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang pengetahuan gizi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Topik Pertanyaan Salah satu jenis zat gizi makro adalah karbohidrat Fungsi protein adalah untuk kekebalan tubuh Jenis makanan sumber lemak yaitu ikan dan telur Akibat kelebihan karbohidrat pada anak mengakibatkan kelebihan berat badan Kekurangan protein pada anak mengakibatkan gangguan pertumbuhan badan Vitamin merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tubuh Fungsi dari vitamin dan mineral sebagai zat pengatur Jambu merupakan salah satu buah yang mengandung vitamin C Hati merupakan salah satu sumber zat besi yang dapat diserap tubuh Akibat dari kekurangan vitamin D menyebabkan gangguan pada tulang Nasi, telur dadar, sayur bayam, dan pisang merupakan salah satu contoh menu beragam, bergizi, dan seimbang Membuang sampah ditempat sampah merupakan contoh perilaku hidup bersih dan sehat Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat adalah mencegah penyakit diare Kurangnya konsentrasi merupakan salah satu akibat tidak sarapan Cara menjaga berat badan agar tetap normal dengan melakukan olahraga secara teratur Iodium merupakan kelompok zat gizi mineral Akibat kekurangan iodium akan menyebabkan gondok Mudah kedinginan merupakan salah satu akibat kekurangan iodium pada orang dewasa Salah satu pangan sumber iodium adalah ikan laut Cara mengetahui kandungan garam beriodium yaitu dengan menggunakan tes parut singkong
n 52 56 58 107
% 31 33.3 34.5 63.7
68
40.5
62
36.9
17 57 21
10.1 33.9 12.5
93
55.4
140
83.3
112
66.7
107
63.7
145 155
86.3 92.3
39 90 40
23.2 53.6 23.8
82 15
48.8 8.9
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Badri 2011). Tabel
14
12 menunjukkan sebaran sikap gizi subjek berada dalam kategori sedang, yaitu sebesar 61.3%. Hal tersebut menununjukan sikap gizi subjek dalam keseharian cukup memahami tentang sikap gizi. Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi Kategori n % Kurang (<60 %) 62 36.9 Sedang (60-80%) 103 61.3 Baik (>80%) 3 1.8 Topik dari pertanyaan nomor 13 dan 15 (Tabel 13) adalah topik yang paling banyak dijawab benar oleh subjek. Sebanyak 160 subjek (95.2%) dapat menjawab dengan benar pertanyaan kuesioner mengenai sikap gizi. Karena subjek merupakan ibu rumah tangga yang mengalami kenaikan berat badan maka subjek merasa setuju dengan pertanyaan tersebut. Subjek juga sependapat akan tidak diperbolehkannya anak-anak jajan sembarangan, karena hal tersebut dapat menimbulkan penyakit. Selain itu topik nomor 4 menjadi topik yang dapat dijawab dengan benar oleh subjek (86.3%). Hal ini menunjukkan sikap subjek yang setuju bahwa pangan sumber protein dapat mencegah sakit atau dapat meningkatkan imunitas tubuh. Hal tersebeut sejalan dengan sikap dari subjek yang setuju bahwa protein berfungsi sebagai pencegah penyakit. Subjek yang dapat menjawab benar pertanyaan nomor 3 yaitu sebesar 17.3%. Subjek beranggapan sumber energi untuk sarapan tidak cukup dari nasi uduk dan telur saja. Subjek (18.5%) yang beranggapan bahwa mengkonsumsi vitamin dan mineral itu dalam jumlah banyak (nomor 6), padahal seharusnya cukup mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Pangan sumber zat besi yang baik adalah pangan hewani, akan tetapi hanya 19% subjek yang beranggapan pangan hewani lebih baik daripada pangan nabati sebagai sumber zat besi. Tabel 13 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang sikap gizi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Topik Pernyataan Konsumsi beranekaragam pangan sumber kabohidrat Sumber lemak esensial Sumber energi untuk sarapan Pencegahan sakit dengan mengkonsumsi sumber protein Konsumsi gorengan untuk memenuhi kebutuhan kemak Kebutuhan karbohidrat dan protein, vitamin, dan mineral Fungsi asupan vitamin dan mineral Fungsi sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral Sumber zat besi terbaik bagi tubuh Akibat dari kekurangan vitamin dan mineral Konsumsi pangan pokok sumber karbohidrat selain nasi Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih Anak-anak diperbolehkan membeli jajan dimana saja Membiasakan anak-anak untuk sarapan pagi Membiasakan diri untuk berolahraga
n 117 61 29 145 97 31 119 119 32 119 95 116 160 121 160
% 69.6 36.3 17.3 86.3 57.7 18.5 70.8 70.8 19.0 70.8 56.5 69 95.2 72 95.2
15
Tabel 13 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang sikap gizi (lanjutan) No 16. 17. 18. 19. 20.
Topik Pernyataan Pentingnya iodium untuk perkembangan otak Garam yang baik untuk dikonsumsi adalah yang dibuat secara murni oleh petani garam Semua garam yang ada di pasaran adalah baik Menyediakan ikan laut minimal seminggu sekali Pemerintah telah menetapkan aturan mengenai garam yang beredar dipasaran
n 121 42
% 72 25
90 125 92
53.6 74.4 54.8
Berdasarkan Notoatmodjo (2003) dalam Dhewi, suatu sikap belum dapat terwujud dalam suatu tindakan (cover behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Di antara sikap dan tindakan terdapat variabel antara yaitu praktik. Tabel 14 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan praktik gizi tergolong kedalam kategori sedang. Jumlah subjek yang termasuk kedalam kategori tesebut sebesar 84 subjek (50%). Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi Kategori n % Kurang (<60 %) 77 45.8 Sedang (60-80%) 84 50.0 Baik (>80%) 7 4.2 Berdasarkan hasil analisis (Tabel 14) topik pertanyaan mengenai pangan sumber protein untuk imunitas tubuh (nomor 4) adalah yang paling banyak dijawab secara benar. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah terbiasa mengonsumsi pangan sumber protein dan mengetahui manfaat protein untuk imunitas tubuh. Sebanyak 89.3% subjek menjawab topik nomor 19 secara benar, artinya subjek sudah mempraktikan cara penyimpanan garam yang benar. Sementara itu hanya 15.5% subjek yang menimbang berat badan secara teratur Tabel 15 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang praktik gizi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Topik Pertanyaan Menyiapkan beranekaragam pangan sumber karbohidrat untuk keluarga Menyediakan menu hewani untuk kebutuhan lemak esensial Menyediakan menu srapan lengkap untuk memenuhi kebutuhan energi. Menyediakan pangan sumber ptotein untuk imunitas tubuh. Memperbolehkan anak untuk jajan gorengan sebagai sumber lemak. Mengkonsumsi sayur & buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Mengkonsumsi suplemen untuk mencegah sakit. Mengkonsumsi susu sebagai sumber kalsium Mengkonsumsi aneka pangan hewani untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Beraktivitas di luar ruangan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D
n 124
% 73.8
58 59 162 120 64 98 50 115
35.1 35.1 96.4 71.4 38.1 58.3 29.8 68.5
105
62.5
16
Tabel 15 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang praktik gizi (lanjutan) No 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Topik Pertanyaan Mengonsumsi buah setiap hari Mencuci tangan menggunakan sabun Memperbolehkan anak untuk membeli Melakukan sarapan setiap pagi Rutin melakukan olahraga Rutin menimbang berat badan Memeriksa label pada kemasan garam Mengatur dan menyediakan makanan laut Menyimpan garam dapur di tempat yang tertutup dan tidak terkena sinar matahari Menyajikan singkong dan kol dalam kondisi matang
n 48 129 105 146 53 26 64 134 150
% 28.6 76.8 62.5 86.9 31.5 15.5 38.1 79.8 89.3
131
78
Hubungan Antar Variabel Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Penggunaan Garam Tabel 16 menunjukkan subjek yang tergolong pengetahuan gizi kurang, terdapat kecenderungan penggunaan garam rendah (72.6%). Sementara subjek yang tergolong kedalam pengetahuan gizi baik, rendah dalam penggunaan garam. Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan gizi dan penggunaan garam Penggunaan Garam Total Pengetahuan Gizi Kurang Baik n % n % n % Kurang 98 72.6 37 27.4 135 100 Sedang 22 68.7 10 31.3 32 100 Baik 1 100 0 0 1 100 Total 121 341.3 47 58.7 168 100 r 0.160 p
0.841
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) antara penggunaan garam dengan pendidikan subjek.Hal ini sejalan dengan penelitian Dhewi (2009), tidak ada hubungan anatara pengetahuan gizi dengan penggunaan garam. Sehingga dapat diartikan pengetahuan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan garam oleh ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hartati (2013), yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga terhadap penggunaan garam beriodium. Hasil penelitin Setriani et al (2010) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan cara menyimpan garam dan penggunaan garam beriodium. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Dhewi, dalam praktik kehidupan sehari-hari proses perubahan atau terbentuknya perilaku tidak selalu diperoleh melalui tahap pengetahuan, sikap, dan praktik. Terkadang fakta menunjukkan
17
seseorang berperilaku positif, tidak selalu didukung oleh pengetahuan yang positif pula, bahkan pengetahuan yang dimilikinya masih bersifat negatif. Hubungan Sikap Gizi dengan Penggunaan Garam Tabel 17 menunjukkan subjek yang tergolong kedalam kategori sikap gizi sedang, memiliki kecenderungan penggunaan garam yang kurang (73.8%). Sementara itu subjek yang termasuk kedalam kategori sikap gizi baik, tinggi dalam penggunaan garam (66.7%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.5) antara penggunaan garam denga sikap subjek. Hal ini sejalan dengan penelitian Dhewi (2009), tidak ada hubungan antara sikap dengan penggunaan garam pada ibu rumah tangga. Sehingga dapat diartikan sikap bukan merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan garam oleh ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor. Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi dan penggunaan garam Sikap Gizi Kurang Sedang Baik Total r p
Penggunaan Garam Kurang Baik n % n % 44 70.9 18 29.1 76 73.8 27 26.2 1 33.3 2 66.7 121 72.0 47 27.9 0.130
Total n 62 103 3 168
% 100 100 100 100
0.866
Penggunaan garam beriodium dipengaruhi oleh adanya pengalaman pribadi yang menentukan sikap dari subjek. Sikap merupakan hal yang dapat berubah-ubah yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kebiasaan (Azwar 2009), menunjukkan sikap bukan merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan garam. Menurut Amalia (2015), pada umumnya masyarakat yang memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik gizi terkait iodium tergolong sedang dan cenderung rendah tidak menetahui pangan sumber iodium dan manfaat iodium bagi kesehatan, termasuk iodium yang terkandung dalam garam. Hubungan Praktik Gizi dengan Penggunaan Garam Tabel 18 menunjukkan subjek yang tergolong kedalam kategori praktik gizi kurang, memiliki kecenderungan penggunaan garam kurang (84.4%). Sementara subjek yang termasuk kedalam kategori pengetahuan gizi baik, baik juga dalam penggunaan garam (42.8%). Hasil uji korelasi Pearson menujukan adanya hubungan yang signifikan (p<0.5) antara praktik gizi dengan penggunaan garam. Hal ini sejalan dengan penlitian Agustini (1999), menyatakan adanya hubungan positif yang nyata pada praktik ibu hamil dengan penggunaan garam beriodium.
18
Tabel 18 Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi dan penggunaan garam Penggunaan Garam Total Praktik Gizi Kurang Baik n % n % n % Kurang 65 84.4 12 15.5 77 100 Sedang 52 61.9 32 38.0 84 100 Baik 4 57.1 3 42.8 7 100 Total 121 72.0 47 27.9 168 100 r 0.246 p
0.001
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Subjek pada penelitian ini adalah ibu rumahtangga dengan rata-rata usia ± 38 tahun dan tingkat pendidikan subjek rata-rata tamatan sekolah dasar menyebabkan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh subjek tidak bervariasi sehingga pendapatan subjek tergolong rendah. Pengetahuan gizi subjek tergolong kategori kurang (80.4%), sikap gizi subjek tergolong kategori sedang (61.3%), dan praktik gizi subjek tergolong kategori sedang (50%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan penggunaan garam (p>0.05). Terdapat hubungan antara praktik gizi dengan penggunaan garam (p<0.05). Hal tersebut dapat diartikan jika pengetahuan dan sikap bukan faktor utama yang mempengaruhi penggunaan garam pada ibu rumah tangga. Sementara itu praktik dapat mempengaruhi penggunaan garam ibu rumah tangga. Saran Pengetahuan, sikap, dan praktik yang masih rendah menunjukkan masih kurangnya informasi yang didapat oleh subjek mengenai penggunaan garam. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan. Penyuluhan dapat menggunakan media informasi berupa video, leaflet, ataupun buku yang berisikan informasi mengenai garam beriodium dan cara penggunaan yang baik dan benar. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu menjadikan perusahaan garam sebagai subjek penelitian dan menguji kandungan iodium pada masakan dengan perbedaan proses memasak. Hal ini bertujuan untuk mengetahuai kesesuaian kadar iodium pada garam yang di produksi dan mengetahui proses pemasakan yang baik untuk menjaga kadar iodium dalam garam.
19
DAFTAR PUSTAKA
[Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. 2005. Media Advokasi Penanggulangan GAKI. Jakarta (ID): Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. [Dinkes] Dinas Kesehatan Provinsi Jabar. 2015. Pedoman Penanggulangan GAKY Bagi Petugas Kesehatan. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Adrian,Estu S, Jazila dan Waryana.2010. Tingkat Pengetahuan GAKY Dengan Penanganan Garam Beriodium Oleh Ibu Rumah Tangga di Desa Belah,Kecamatan Donorejo Kabupaten Pacitan. MGMI. Vol. 2 No.1. Agustini H. 1999. Praktek Penggunaan Garam Beriodium Pada Rumah Tangga Ibu Hamil Di Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor. [Skripsi] Bogor (ID). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Amalia L, Permatasari I I, Khomsan A, Riyadi H, Herawati T, dan Nurdiani R. Pengetahuan, Sikap, dan raktek Gizi Ibu Terkait Iodium Dan Pemilihan Jenis Garam Rumah Tangga Di Wilayah Pegunungan Cianjur. J. Gizi Pangan 10(2): 133-140. Arisman . 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC. Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang(ID): FKM. Cahyadi. 2006. Penentuan kadar spesi iodium dalam garam beriodium yang beredar di pasar dan sediaan makanan. [Artikel]. Media Gizi dan Keluarga. 30(1):65-71. Dhewi E C.2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Penggunaan Garam Beryodium Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Agungmulyo Juwana Pati.[Skripsi] Semarang (ID). Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Djokomoeljanto R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipertiriodisme, dan Hipertiroidisme. Dalam Arief Luqman H. Kesesuaian Kadar Iodium Garam Dapur, Air, dan Urin Iodium Excretion (UIE) Di Daerah GAKI. Semarang (ID): UNDIP.
20
Handayanti dkk. 2013. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Penggunaan Garam Beriodium Di Wilayah Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang Tahun 2013. J.Kebidanan. Vol.2. 5(13). 2089-7669. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed-5. Istiwidayati dan Soedjarwo, penerjemah:Sijabat RM. Jakarta (ID): Erlangga, terjemahan dari: Developmental psychology: A life Span-Approach. Irawati A. 1993. Kadar zat iodium dari garam beriodium selama proses pengemasan, penyimpanan, dan penanganan di rumah tangga di wilayah Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Rumah Tangga. Fakultas Pertanian, IPB. Lemeshow S. 1997. Besa Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama.Yogyakarta (ID). UGM. Notoatmojo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta(ID): PT. Rineka Cipta. Pramestari I I. 2013. Hububungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Ibu dengan Konsumsi Sumber Yodium dan Penggunaan Jenis Garam Rumah Tangga di Wiliyaha Pegunungan Kabupaten Cianjur. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Prawini. 2013. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Garam Beryodium di Desa Lodtunduh Wilayah Kerja UPT Keshatan Masyarakat Ubud 2013. Community HealthII. Vol 1 No.2: 122130. Saputri dan Soekarti. 2006. Gambaran Karakteristik Garam Beriodium, Penyimpanan, Tempat Membeli garam dan Jumlah Konsumsi pada Keluarga Miskin di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Gizi Indon 2006 vol. 1 Setriani dkk. 2010. Tingkat Pengetahuan GAKY dengan Penanganan Garam Beriodium oleh Ibu Rumah Tangga di Desa Belah, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan. MGMI Vol. 2 No. 1: 39-45. Soekiman. 2011. Perkembangan Fortifikasi di Indonesia: Program Gizi Utama Masa Depan. Koalisi Fortifikasi Indonesia [Internet]. [diunduh 2016 Maret 22]Tersedia pada: http://kfindonesia.org/beta/index.php?pgid=11&contentid=12&lang=ind.
21
Triyono, dan Gunnti RI. 2004. Identifikasi faktor kejadian gondok pada anak sekolah dasar. Jurnal GAKY Indonesia. 3(1).UNDIP. Uken S S, Soetrisno, Almasjhuri, dan Hermana. 1985. Beberapa Faktor Yang Dapat Menurunkan Kadar Kadar Yodium Dalam Garam Beriodium. Penelitian Guzu dan Makanan, 8:20-28. Yanti dan Prameswari. 2015. Gambaran Perilaku Dan Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Garam Beriodium di Wilayah Kerja Puskesmas Toroh 1 Kabupaten Grobongan Pada Tahun 2014.Unne Juournal of Public Health.Vol.4 No 2.
22
ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK GIZI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR
1. 2. 3. 4. 5.
Kode Tanggal Wawancara Nama Responden Enumerator No. Hp
: ____________________ : ___________________ : ____________________ : ____________________ : ____________________
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
23
A. DATA KARAKTERISTIK SOSIO-EKONOMI-DEMOGRAFI 1. 2.
Umur Status Pernikahan
3. 4.
Lama Pendidikan Pendidikan
5. 6.
Pekerjaan Jumlah Anggota keluarga yang tingga ...... orang dirumah Ra-rata pendapatan keluarga per bulan
7.
....... tahun 1. Menikah 2. Janda ........ tahun 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. DIPLOMA 5. PERGURUAN TINGGI
B. PENGGUNAAN GARAM OLEH IBU RUMAH TANGGA 1. Wadah apa yang biasa ibu gunakan dalam penggunaan garam? 1. Kaca bening 2. Plastik bening
3. Kaca gelap 4. Kaca bening
5. Lainnya:......
2. Bagaimana cara ibu menyimpan garam? 1. Menggunakan wadah tertutup
2. Menggunakan wadah terbuka
3. Dimana lokasi ibu menyimpan garam? 1. Dekat perapian/kompor dan terpapar sinar matahari 2. Dekat perapian/kompor dan tidak terpapar sinar matahari 3. Di lemari/ di atas meja dan terpapar sinar matahari 4. Di lemari/ di satas meja dan tidak terpapar sinar matahari 4. Berapa lama ibu menyimpan garam? 1. <2 minggu 3. 1-3 bulan 2. 2-4 minggu 4. 3-6 bulan
5. >6 bulan
5. Kapan ibu melakukan penambahan garam kepada masakan ? 1. Pada saat memasak 2. Setelah memasak 6. Apakah ibu menyediakan garam meja (garam yang ditambahkan pada saat akan makan) ? 1. Ya 2. Tidak
24
C. PENGETAHUAN GIZI No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pertanyaan Jawaban Manakah yang termasuk a. Vitamin kelompok zat gizi makro ..... b. Karbohidrat c. Mineral d. Air Fungsi protein pada anak sekolah a. Pertumbuna tulang adalah ....... b. Melarutkan vitamin A,D,E, K c. Sumber tenaga d. Kekebalan tubuh Jenis makanan yang merupakan a. Ikan, telur sumber lemak .... b. Nasi, roti c. Sayur, buah d. Mie, bakwan Kelebihan karbohidrat pada anak a. Diare sekolah dapat menyebabkan.... b. Gatal-gatal c. Kelebihan berat badan d. Gondok Kekurangan protein pada anak a.Gangguan sekolah dapat menyebabkan.... pertumbuhan badan b. Berat badan kurang c. Penglihatan berkurang d. Sariawan (gusi berdarah) Zat gizi yang penting tetapi hanya a. Karbohidrat dibutuhkan dalam jumlah sedikit b. Vitamin oleh tubuh adalah.... c. Lemak d. Vitamin Fungsi dari vitamin dan mineral a. Sumber tenaga adalah .... b. Pembangun c. Pengatur d. Pelarut Vitamin C paling banyak terdapat a. Jeruk pada buah.... b. Jambu c. Semangka d. Strawberry Zat besi yang dapar diserap oleh a. Hati tubuh banyak terdapat pada.... b. Bayam c. Tahu d. Tempe Kekurangan vitamin D dan kalsim a. Ginjal dapat menyebabkan kelainan b. Tulang pada.... c. Paru d. Kulit
SKOR*
25
No. 11.
Pertanyaan Manakah yang merupakan susunan menu yang beragam, bergisi, dan seimbang?
12.
Berikut adalah perilaku hidup bersih dan sehat?
13.
Manfaat peilaku hidup bersih dan sehat adalah....
14.
Akibat tidak pagi adalah....
15.
Untuk menjaga berat badan normal dapat dilakukan dengan cara...
16.
Iodium meupakan kelompok zat gizi....
17.
Kekurangan iodium akan menyebabkan
18.
Tidak hanya pada anak, dampak kekurangan iodium pada orang dewasa juga berbahaya, menyebabkan.....
sarapan
Jawaban a. Nasi, telur dadar, sayur bayam, pisang. b. Nasi, jagung, ubi jalar, singkong. c. Nasi goreng, ceplok telur d. Lontong, bakwan, tempe a. Tidak menutup mulut dan hidung bila bersin. b. Mengkonsumsi sayuran mentah. c. Membuang sampah di tempat sampah. d. Mencuci tangan menggunakan air (tanpa sabun). a. Mencegah darah tinggi b. Mencegah penyakit diare c. Mencegah penyakit jantung d. Mencegah kanker a. Gula darah meningkat b. Kurang konsentrasi c. Produktifitas meningkat d. Bisa bekerja lebih giat a. Melakukan olahraga teratur dan mengatur konsumsi b. Memperbanyak konsumsi makanan berlemak c. Sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis. d. Memperbanyak tidur. a. Karohidrat b. Protein c. Vitamin d. Mineral a. Kebutaan b. Sariawan c. Gondok d. Tulang rapuh a. Gangguan pertumbuhan fisik/ mental b. Mudah kedinginan c. Gemuk d. Anemia
SKOR*
26
No. 19.
Pertanyaan Berikut adalah jenis pangan yang banyak mengandung iodium...
Jawaban a. Bayam b. Daging sapi c. Ikan laut d. Pepaya garam a. Tes parutan singkong dapat b. Tes parutan kelapa c. Tes parutan warna urin d. Tes warna garam
20.
Untuk mengetahui mengandung iodium dilakukan dengan.....
SKOR*
*diisi oleh petugas D. SIKAP GIZI No. Pertanyaan 1. Saya harus makan beragam pangan sumber karbohidrat lain seperti singkong, ubi jalar, dan jagung tidak cukup makan nasi saja. 2. Untuk mendapatkan lemak esensila, saya perlu mengkonsumsi daging dan ayam, tetapi tidak perlu mengkonsumsi ikan laut. 3. Untuk mendapatkan sumber energi di pagi hari, saya cukup sarapan pagi dengan nasi uduk saja. 4. Agar tidak mudah sakit sebaiknya makan pangan sumber protein seperti telur, ikan, dan tempe. 5. Saya sebaiknya mengkonsumsi jajanan gorengan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan lemak tubuh. 6. Seperti karbohidrat dam protein, vitamin dan mineral diperlukan tubuh dalam jumlah banyak. 7. Asupan vitamin dan mineral yang cukup dapat menjaga daya tahan tubuh. 8.
9.
10.
Jawaban 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju
Sayur dan buah berwarna penting dimakan setiap hari sebagai sumber vitamin dan mineral Pangan nabati seperti bayam merupakan sumber zat besi yang lebih baik dibandingkan dengan pangan hewani seperti daging. Kekurangan vitamin dan mineral akan 1= Setuju menyebabkan tubuh lemas dan tidak 2= Ragu-ragu bertenaga. 3=Tidak setuju
SKOR*
27
No. Pertanyaan 11. Nasi adalah pangan pokok, namu sebenarnya kita perlu menganekaragamkan konsumsi pangan pokok dengan cara makan singkong, ubi jalar, dan talas. 12. Mencuci tangan tidak harus selalu memakai sabun, yang penting gunakan air bersih. 13. Anak-anak boleh membeli jajanan dimana saja asalkan murah dan enak. 14.
15.
16.
17.
Saya harus membiasakan anak sarapan pagi agar aktivitas belajar/bekerja bisa optimal dan tidak terganggu. Saya harus membiasakan diri untuk berolahrga agar tidak kegemukan. Iodium sangat penting perkembangan otak anak.
untuk
Garam yang baik untuk dikonsumsi adalah garam yang dibuat secara murni oleh petani garam tanpa ada zat tambahan lainnya. 18. Semua garam yang beredar dipasaran adalah baik untuk kesehatan selama dikonsumsi scara tepat dan tidak berlebihan. 19. Saya harus menyediakan ikan laut minimal seminggu sekali dalam menu makan keluarga. 20. Saya percaya pemerintah telah menetapkan aturan sehingga garam yang beredar dipasaran adalah garam yang baik untuk dikonsumsi masyarakat. *diisi oleh petugas
Jawaban 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju
1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju 1= Setuju 2= Ragu-ragu 3=Tidak setuju
SKOR*
28
E. PRAKTIK GIZI No. Pertanyaan 1. Selain nasi, saya biasa menyiapkan makan keluarga dengan beranekaragam pangan sumber karbohidrat lain seperti singkong, ubi jalar, dan jagung. 2. Saya biasa menyediakan menu daging dan ayam untuk mendapatkan manfaat lemak esensial bagi tubuh anggota keluarga 3. Untuk memenuhi kebutuhan energi, saya selalu menyiapkan sarapan dengan menu lengkap yang terdiri dari nasi, lauk hewani, sayur, dan buah untuk keluarga saya. 4. Saya menyiapkan makanan sumber protein seperti telur, ikan, dan tempe agar anggota keluarga tidak mudah sakit. 5. Saya memperbolehkan anak saya untuk jajan gorengan setiap hari agar kebutuhan lemak terpenuhi. 6. Saya selalu makan sayur dan buah setiap waktu makan agar kebutuhan vitamin dan mineral terpenuhi. 7. Saya mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral, terutama saat sedang sakit. 8. Saya selalu minum susu setiap hari agar kebutuhan kalsium saya terpenuhi 9. Saya mengkonsumsi anekaragam pangan hewani (daging, telur, ayam, dan hati) untuk memenuhi kebutuhan zat besi. 10. Saya sering beraktivitas di luar ruangan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. 11. Saya setiap hari mengkonsumsi buah 12. 13.
14. 15. 16.
Sebelum makan maka saya selalu mencuci tangan pakai sabun. Saya memperbolehkan anak saya untuk membeli jajanan dimana saja asalkan murah dan enak Saya selalu sarapan pagi sebelum memulai aktivitas sehari-hari Saya rutin berolahraga setiap minggu untuk mencegah kegemukan Saya rutin menimbang berat badan sekali seminggu
Jawaban 1= Ya 2= Tidak
1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak
1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak
SKOR*
29
No. Pertanyaan 17. Saya selalu memeriksa keberadaan iodium pada label/bungkus garam yang saya beli 18. Saya selalu mengatur dan menyediakan makanan laut dalam menu makan keluarga, minimal satu kali dalam seminggu 19. Saya selalu menyimpan garam dapur di tempat yang tertutup dan tidak terkena matahari. 20. Saya selalu menyajikan singkong/daun singkong/kol dalam kondisi matang, yang berarti zat berbahaya (goitrogen) dalam makanan tersebut sudah tidak aktif lagi *diisi oleh petugas
Jawaban 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak 1= Ya 2= Tidak
SKOR*
30
RIWAYAT HIDUP
Widya Astuti merupakan anak pertama dari Aan Nugraha S.H, M.M dan Siti Aisyah S.H yang dilahirkan di Bandung, 2 Januari 1993. Penulis mempunyai seorang adik perempuan bernama Windy Maudy Atiyah. Tahun 2011 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Bandung dan pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM). Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Pendidikan Gizi pada tahun ajaran 2015/2016. Penulis juga aktif mengikuti organisasi tingkat kampus seperti Bina Desa BEM-KM IPB tahun 2013/2014 sebagai anggota divisi Info dan Komunikasi. Penulis juga aktif dalam mengikuti bergbagai kepanitiaan seperti ESPENT tahun 2014 sebagai kepala divisi dana usaha, Nutrittion Fair 2014 sebagai anggota divisi sponsorship dan Nutrition Fair 2015 sebagai kepala divisi sponsorship. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai DIKTI pada tahun 2014 yaitu PKM bidang Masyarakat dengan Judul My Dora (Diari Konsumsi Sayuran dan Buah) Sebagai Media Edukasi Dalam Melatih Kejujuran Dan Meningkatkan Konsumsi Sayur Dan Buah Pada Anak Sekolah Dasar. Penulis penah menjalani Kuliah Kerja Nyata berbasis Profesi (KKN-P) pada tahun 2015 di Desa Tajursindang, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakata, Jawa Barat. Selain itu, penulis juga pernah menjalani Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Umum Daesrah Cibinong, Bogor
.