HUBUNGAN KADAR GARAM MASAKAN RUMAH DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI CIPUTAT TIMUR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh: MUHAMAD NURCHOYIN NIM: 1110104000039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, June 2014 Muhamad Nurchoyin, NIM: 1110104000039 The Relationship Salt Levels in Home Cooking and Blood Pressure Profiles Housewife in East Ciputat. xviii + 75 pages + 14 tables + 6 schemes + 7 attachments
ABSTRACT Hypertension is a major health problem recently. Incident of hypertension has increase every year. The prevalence of hypertension patients aged more than 25 years reach 40%. The number of uncontrolled hypertension rose from 600 million in 1980 to nearly 1 billion in 2008. Increased blood pressure may cause 7.5 million or 12,8% of all deaths. Hypertension is associated with the salt closely. High salt intake is a major cause of increased blood pressure and a reduction in salt intake (9-12 g / day) to the recommended level (<5g/hari) can lower blood pressure. This study is a descriptive quantitative study wich is to determine the levels of salt in home cooking and blood pressure profiles housewife in East Ciputat. Data collection was conduction on 47 respondents using Tanita Salt Meter Digital as research instrument. The results showed that the blood pressure profile of respondents tends to rise, which contained 44.7% of respondents have hypertension, and the majority of Betawi, Javanese, and Sundanese Ethnica have home cooking salinity > 1.2%. Respondents with levels of salt in home cooking <0.8% had normal blood pressure profile, respondents with higher levels of salt in home cooking 0.9-1.1% had hypertension (54.55%), and the levels of salt in cooking > 1.2% had hypertension as much as 76.2% of respondent. The study obtained that there isi strong positive relation between the salt levels in home cooking and blood pressure profiles, which r value is 0.592 and p value is 0.000 at α=0.01 in Spearman's rho test.
Key Word: Salt, Salinity, Blood Pressure, Hypertension.
References
: 70 (`1989-2014)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2014 Muhamad Nurchoyin, NIM: 1110104000039
Kadar Garam Masakan Rumah dan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur. xviii + 75 halaman + 14 tabel + 6 Bagan + 7 lampiran ABSTRAK Hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Setiap tahun hipertensi selalu mengalami peningkatan. Secara global prevalensi kenaikan pasien hipertensi usia lebih dari 25 tahun mencapai 40%. Jumlah pasien hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008. Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau menyumbang sekitar 12,8% dari total semua kematian. Hipertensi ini sangat erat kaitannya dengan garam. Asupan tinggi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif untuk meneliti kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah ibu rumah tangga Ciputat Timur tahun 2014, denga menggunakan alat Tanita Salt Meter Digital. Responden berjumlah 47 orang yang diambil secara sampling kuota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan positif yang kuat antara kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji Spearman's rho. Kata Kunci: Garam, Kadar Garam dalam Masakan, Profil Tekanan Darah, Hipertensi. Daftar Bacaan: 70 (1989-2014)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: MUAHAMAD NURCHOYIN
Tempat, tanggal Lahir
: Martapura, 11 Agustus 1992
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Kota baru Martapura Kabupaten OKU Timur Prov. Sumatera Selatan Kode Pos 32161
Hp
: +6281909970300
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. SDN 149 OKU
1998-2004
2. MTs Nurul Huda Sukaraja Buay Madang
2004-2007
3. MA Nurul Huda Sukaraja Buay Madang
2007-2010
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-sekarang
viii
PERSEMBAHAN Alhamdulillah...... dengan Ridho-Mu ya Allah Skripsi ini telah selesai, sebuah langkah untuk menaiki tangga cita-cita. Ini adalah langkah awalku untuk meuju Ridhomu Ya Robb.
Ummy.... Aby..... Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang Aby dan Ummy Setulus hatimu Ummy, searif arahanmu Aby... Do’amu hadirkan keridhoan untukku, petuahmu tunjukkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, di antara perjuangan dan tetesan doa malammu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju dari depan yang cerah Kini diriku tealh selesai dalam menempuh satu langkah dalam studiku Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhoaan-Mu ya Allah, Kupersembahkan skripsi ini untuk yang termulia Ummy dan Aby...
Ummy... Aby.. Kaka-kakaku dan Adik-Adikku... Terimakasih atas cintanya, semoga karya ini dapat mengobati beban kalian walu hanya sejenak, semua jasa-jasa kalian tak kan dapat kulupakan. Somoga Allah beserta kita semua
Sahabat-sahabatku...., Terimakasih.... Semoga persahaban kita menjadi persaudaraan yang abadi selamanya, bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam kasih.
Serta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu... Ku tak bisa membalsa budi dan jasamu, hanya lantunan do’a semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu sebagai kereta menuju surga-Nya. Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua. Amiin..
KATA PENGANTAR السالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته
Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penysusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Kadar Garam Masakan Rumah dan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur” dapat diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya’ wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, ikhtiar dan do’a peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini jauh dari kata kesempurnaan dan banyak ditemukan kekurangan yang mesti diperbaiki, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu segala masukan dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan. Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, dorongan, dan do’a serta kerjasama. Penulis menyadari tidak akan mampu membalas jasa-jasa tersebut, hanya lantuanan do’a semoga ArRahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke pintu ridho dan Surga-Nya, terkhusus kepada: 1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.
x
3. Kepada Orang tua tercinta ayahanda tercinta yang telah berpulang ke rhamatullah Alm. Suparman ghofarullauhulahu, dan
Ibunda Suwarni
yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. 4. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama perkuliahan hingga penyususnan skripsi ini. 5. Bapak H. Alex Noerdin Gubernur Sumatera Selatan yang dengan komitmennya telah mengantarkan penulis sampai ke pintu akhir pendidikan akademik. 6. Seluruh Dosen staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada Bpk. M. Napis selaku Pengurus TPA Musholla Ar-rahmah yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam melakuakan pengambilan data dan penyusunan skripsi. 8. Kepada Seluruh Jama’ah Musholla Ar-Rahmah yang telah memberikan bantuan, inspirasi, dan do’a dalam menyelesaikan penysusunan skripsi ini. 9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, terkhusus teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angakatan 2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam mencapai cita-cita.
xi
10. Kepada teman-teman seperjuangan Santri jadi Dokter Sumatera Selatan (SJDSS), terkhsusus kepada (Tiga Serangkai) Program Studi Ilmu Keperawatan: Saya, Rosi Pratiwi, dan Rustiana. Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khusunya. والسالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته
Ciputat,
Juni 2014
Muhamad Nurchoyin
xii
DAFTAR ISI Halaman i Halaman ii
Lembar Judul Pernyataan Keaslian Karya Absrak
iii
Pernyataan Persetujuan
v
Lembar Pengesahan
vi
Daftar Riwayat Hidup
viii
Lembar Persembahan
ix
Kata Pengantar
x
Daftar Isi
xiii
Daftar Tabel
xvi
Daftar Bagan
xvii
Daftar Lampiran
xviii
Bab I Pendahuluan
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
6
1.3 Pertanyaan Penelitian
6
1.4 Tujuan Penelitian
7
1.4.1. Tujuan Umum
7
1.4.2. Tujuan Khusus
7
1.5 Manfaat Penelitian
7
1.5.1. Bagi Profesi Keperawatan
7
1.5.2. Bagi Bagi Masyarakat
7
1.5.3. Bagi Peneliti
8
1.5.4. Bagi Penelitian Lain
8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
8 xiii
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1
9
Garam
9
2.1.1 Definisi Garam
9
2.1.2 Manfaat Garam
10
2.1.3 Angka Kebutuhan Garam
12
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nafsu Makan
13
2.1.5 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam
14
Tekanan Darah
17
2.2.1 Definisi Tekanan Darah
17
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah
17
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
19
2.2.4 Fisiologi Tekanan Darah
20
2.2.5 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah
28
2.2.6 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam
31
2.3
Penelitian Terkait
36
2.4
Kerangka Teori
41
2.2
BAB III Kerangka Konsep Dan Definisi Istilah
43
3.1
Kerangka Konsep
43
3.2
Definisi Operasional
44
BAB IV Metodologi Penelitian
48
4.1
Desain Penelitian
48
4.2
Lokasi Dan Waktu Penelitian
48
4.3
Populasi Dan Sampel
48
4.3.1 Populasi
48 xiv
4.3.2 Sampel
49
Metode Pengumpulan Data Dan Prosedur Penelitian
51
4.4.1 Metode Pengumpulan Data
51
4.4.2 Alat Pengumpulan Data
52
4.4.3 Uji Validitas Reliabilitas Alat
53
4.4.4 Prosedur Penelitian
54
4.5
Pengolahan Data
55
4.6
Analisa Data
56
4.7
Etika Penelitian
56
4.4
BAB V Hasil
57
5.1
Karakteristik Responden
58
5.2
Kadar Garam dalam Masakan
58
5.3
Profil Tekanan Darah
60
5.4
Distribusi Frekuensi Suku Berdasarkan Kadar Garam dalam masakan
5.5
5.6
61
Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam dalam Masakan
63
Analisa Hubungan kadar Garam dengan Tekanan Darah
63
BAB VI Pembahasan
65
BAB VII Penutup
74
7.1 Kesimpulan
74
7.2 Saran
75
Daftar Pustaka
76 xv
DAFTAR TABEL Halaman Halaman 14
Tabel
2.1 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam
Tabel
2.2 Klasifikasi Tekanan Darah
18
Tabel
2.3 Program Dan Metode Beberapa Guna Membatasi Intake Garam
34
Tabel
3.1 Definisi Operasional
45
Tabel
4.1 Interpretasi Hasil Tanita Salt Meter
51
Tabel
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
58
Tabel
5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingakt Pendidnikan
59
Tabel
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdarkan Suku
60
Tabel
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdarakan Kadar Garam Dalam Masakan
60
Tabel
5.5 Distribsusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
61
Tabel
5.6 Distribsui Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Usia
62
Tabel
5.7 Distribusi Frekuensi Suku Berdarkan Kadar Garam Dalam Masakan
Tabel
62
5.8 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Gara dalam Masakan
Tabel
63
5.9 Asosiasi Kadar Garam dalam Masakan dengan Tekanan Darah
xvi
64
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Sistem Renin-Angiotensin Aldosteron
26
Bagan 2.2 Mekanisme Tekanan Darah
27
Bagan 2.3 Pengaruh Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah
31
Bagan 2.4 Kerangka Teori
42
Bagan 3.1 Kerngka Konsep
44
Bagan 4.1 Alur Penelitian
54
DAFTAR LAMPIRAN xvii
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data dan penelitian Lampiran 3 Lembar Informed Concent Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Reliabilitas Instrumen Lampiran 5 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 6 Data Hasil Penelitain Lampiran 7 Hasil Uji Statistik
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai jaringan tubuh manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Gunawan, 2007). Gunawan (2007) menyebutkan tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah (hipotensi) yang timbul akibat penurunan curah jantung atau penurunan retensi perifer, tekanan darah normal (normotensi), dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Baradero, dkk. (2005) menjelaskan hipotensi adalah penurunan tekanan darah yang terjadi saat kondisi kegawatdaruratan, seperti perdarahan, tidak adekuatnya penggantian cairan tubuh hilang, pneumotoraks, vasodilatasi yang disebabkan oleh obat atau anestesia, dan emboli paru. Sedangkan hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan/atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2007). Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO, 2013) menyebutkan, hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Setiap tahun penyakit hipertensi selalu mengalami peningkatan. Secara global
1
2
prevalensi kenaikan pasien hipertensi usia lebih dari 25 tahun mencapai 40% dan jumlah pasien hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008. Peningkatan pasien hipertensi tertinggi terjadi di Negara Afrika yang mencapai 46% dan peningkatan kejadian hipertensi terendah terdapat di Amerika Serikat sebesar 35%. Prevalensi pasien hipertensi di Indonesia sebanyak 31,7% orang, dimana hipertensi saat ini tidak hanya dialami oleh orang tua, namun juga dialami oleh remaja dengan penderitanya berusia mulai 18 tahun ke atas (Depkes, 2007). Tahun 2006, hipertensi menduduki urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan, setelah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dengan jumlah pasien mencapai 4, 67 %, dan hipertensi menjadi penyebab kematian nomor dua di Indonesia setelah stroke (Depkes, 2007). Tahun 2010, hipertensi juga termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit dengan jumlah pasien mencapai 4, 81 % (Depkes, 2011). Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau menyumbang sekitar 12,8% dari total semua kematian. Peningkatan tekanan darah juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner dan iskemik (45%), serta stroke hemoragik (51%) yang menjadi pembunuh nomor satu di dunia saat ini. Tingkat tekanan darah telah terbukti positif dan terus berhubungan dengan risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Dalam beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular dua kali lipat untuk setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah. Selain penyakit jantung koroner dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah adalah
3
gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina dan gangguan penglihatan (WHO, 2013). Hipertensi sangat erat kaitannya dengan garam (Appel, dkk. 2001), (Roberts, 2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003), (Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010). Asupan tinggi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan MacGregor, 2010). Hasil penelitian Sukarno, dkk., (2013) menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan dataran rendah hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole 45%
dan diastole 63,75% di dataran rendah yang lebih banyak mengkonsumsi garam di bandingkan dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%. Garam yang juga dikenal dengan garam dapur, merupakan senyawa ionik yang terdiri atas ion Natrium dan Klorida, dengan rumus kimia NaCl (Caldwell, dkk. 2004). Ion Natrium dan Klorida merupakan dua komponen yang sangat dibutuhkan oleh sel dalam tubuh. Natrium adalah kation ekstra sel utama di tubuh, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan, dan sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel (Matfin and Porth, 2009). Natrium berperan penting dalam osmolalitas plasma, memelihara potensial membran dan konduksi saraf (Corwin, 2009), sehingga perubahan
4
tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium (Darwis, dkk. 2008). Saat seseorang mengkonsumsi garam dalam jumlah berlebih, garam tidak akan mampu dieksresikan oleh tubuh dan menumpuk di dalam darah, jumlah natrium yang terlalu banyak berdampak pada peningkatan penyerapan air yang berakibat peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan berakibat pada hipertensi (Sutomo, 2009). Garam menjadi bahan tambahan yang hampir selalu digunakan dalam membuat masakan. Rasa asin dalam garam menjadi salah satu sensasi dasar yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai penyedap rasa dalam masakan karena makanan tanpa dibubuhi garam akan terasa hambar (Caldwell, dkk. 2004). Hal inilah yang menjadi faktor tingginya konsumsi garam oleh penduduk dunia. Data dari penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa populasi, terlepas dari kondisi klinis mereka, mengkonsumsi 3400-5000 mg Natrium per hari (Molina, dkk. 2003), (Khaw, dkk. 2004), (Ajani, dkk. 2005), (Corne'lio, 2008), (Brown, dkk. 2009), (Ferreira-Sae, dkk. 2009). Angka tersebut merupakan
tingkat
konsumsi garam yang jauh melebihi tingkat yang
direkomendasikan saat ini, yaitu tidak lebih dari 2400 mg sodium (6 g garam) per hari untuk masyarakat umum dan 1500 mg sodium (4 g garam) per hari bagi penderita hipertensi (US Department of Health and Human Services dan US Department of Agriculture, 2005); (WHO), 2006). Pada negara maju 75%
5
garam yang dikonsumsi berasal dari makanan olahan dan makanan siap saji, sedangkan negara berkembang konsumsi natrium kebanyakan berasal dari garam yang ditambahkan di rumah dalam memasak dan garam meja atau melalui bumbu seperti kecap (WHO, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi garam tinggi sekitar 15 gram/hari (Depkes, 2013). Budaya yang menjadikan lidah masyarakat Indonesia menyukai rasa asin melebihi kebutuhan tubuh, menyebabkan menu masakan orang Indonesia cenderung memiliki kandungan garam yang berlipat-lipat. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah banyak orang saat ini cenderung meninggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007 dan 2010) diketahui hampir seperempat (24,5 persen) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih (Depkes, 2013). Studi Pendahulaun peneliti pada lima ibu rumah tangga di Jl. Jambu RT 002/RW 011, diperoleh bahwa setiap keluarga selalu menggunakan garam pada setiap masakan seperti sayur tumis, sayur sop, dan digoreng, menaburkan garam saat dalam proses memasak tanpa memperhitungkan jumlah garam secara rinci hanya berdasarkan pada rasa asin di lidah, satu ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 0,6-0,8% memiliki tekanan darah 119/75 mmHg, sedangkan dua ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 0,9-1,1% memiliki tekanan darah masing-masing 125/87 mmHg dan 143/85 mmHg, serta 2 ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 1,2% memiliki tekanan darah masing-masing 135/92 mmHg dan 145/90 mmHg.
6
Berdasarkan uraian diatas rasa asin pada masakan yang disajikan oleh ibu rumah tangga berbeda-beda, belum dibahas secara pasti kadar garam yang tepat dalam masakan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Kadar garam dalam Masakan Rumah dengan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, perilaku ibu rumah tangga dalam mengkonsumsi garam masih tinggi yang berisiko tinggi terhadap kejadian hipertensi yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Melihat permasalahan yang ada, maka perlu adanya upaya penanggulangan hipertensi, salah satunya dengan pembatasan konsumsi garam. Rasa merupakan hal yang subyektif, sehingga mempengaruhi tingkat keasinan dan
jumlah
garam yang dikonsumsi dalam makanan. Dalam upaya melaksanakan dan mengevaluasi pembatasan konsumsi garam tersebut, perlu diketahui kadar garam dalam masakan yang dikonsumsi oleh masyarakat terhadap tekanan darah.
1.3 Pertanyaan Penelitan Berdasarkan rumusan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1.3.1
Bagaimana
karakteristik
ibu
rumah
tangga
Ciputat
Timur
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan suku? 1.3.2
Bagaimana gambaran profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur?
7
1.3.3
Berapakah kadar garam dalam masakan rumah ibu rumah tangga Ciputat Timur?
1.3.4
Apakah ada hubungan antara Kadar Garam dalam Masakan dengan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Mengidentifikasi karakteristik ibu rumah tangga Ciputat Timur berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan suku. 1.4.2.2 Mengidentifikasi profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur. 1.4.2.3 Mengidentifikasi kadar garam dalam masakan rumah ibu rumah tangga di Ciputat Timur. 1.4.2.4 Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur.
8
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Untuk Program Studi Ilmu Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Medikal Bedah, sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan komplikasinya. 1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pendidikan tentang kadar garam dalam masakan yang dikonsumsi. 1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Proses penelitian ini menjadi wahana untuk belajar, berfikir kritis, pengembanagan daya nalar dan pengaplikasian ilmu yang didapat diperkuliahan. 1.5.4 Manfaat Bagi Penelitian Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif dengan desain studi cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar garam masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Jalan Jambu RT 002/RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur tahun 2014. Populasi dan Informan adalah Ibu Rumah Tangga di Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA "Perilaku" merupakan istilah umum yang menggambarkan dua hal yang saling berhubugan antara rangsangan internal dan eksternal dengan perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu. Perilaku merupakan bagian (part of) dari kebiasaan, dimana perilaku dan kebiasaan merupakan bagian (part of) dari gaya hidup individu. Jadi gaya hidup dapat didefinisikan gambaran kebiasaan dan perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu yang berhubungan dengan promosi, perlindungan, atau pemeliharaan kesehatan (Carulla, dkk. 2013). Data dari penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa populasi terlepas dari kondisi klinis mereka, mengkonsumsi 3400-5000 mg sodium per hari (Molina, dkk. 2003), (Khaw, dkk. 2004), (Ajani, dkk. 2005), (Corne'lio, 2008), (Brown, dkk. 2009), (Ferreira-Sae, dkk. 2009). Angka tersrebut merupakan tingkat konsumsi garam yang jauh melebihi tingkat yang direkomendasikan saat ini, yaitu tidak lebih dari 2400 mg sodium (6 g garam) per hari untuk masyarakat umum dan 1500 mg sodium (4 g garam) per hari bagi penderita hipertensi (US Department of Health and Human Services dan US Department of Agriculture, 2005), (WHO, 2006).
2.1 Garam 2.1.1 Definisi Garam Garam adalah senyawa ionik sederhana berbentuk padatan rapuh dengan titik leleh 801 0C, terdiri dari unsur natrium dan klorida (NaCl), yaitu bahan kimia yang berfungsi sebagai pemberi rasa asin (He dan 9
10
MacGregor, 2010). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) garam adalah senyawa kristalin NaCl yang terdiri atas klorida dan sodium, dan dapat larut di dalam air, serta memiliki rasa asin. Sedangkan rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam, asin terhadap indera pengecap, atau panas, dingin, dan nyeri terhadap indra perasa. (setiwan, 2012). 2.1.2 Manfaat Garam Garam dapur
terdiri atas Ion Natrium dan Klorida (NaCl), yang
merupakan elektrolit penting dalam tubuh. Elektrolit berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dan volume cairan tubuh. Garam memiliki rasa asin yang digunakan sebagai penyedap rasa dalam masakan. Selain itu, garam juga dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan (Caldwell, dkk. 2004). a. Natrium Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler. Sebagai ion ekstraseluler utama di tubuh, natrium berperan penting dalam mengontrol osmolalitas cairan ekstraseluler (Asmadi, 2008 dan Corwin, 2009). Natrium sebagian besar (98 persen) direabsorbsi oleh ginjal pada tubulus renalis yang disesuaikan oleh kebutuhan tubuh (Asmadi, 2008 dan Corwin, 2009), yang bergantung pada ada atau tidaknya hormon aldosteron. Rangsangan yang ditimbulkan oleh hormon angiotensi II memicu korteks adrenal
mensekresikan
aldosteron,
yang
berfungsi
meningkatkan reabsorbsi natrium (Corwin, 2009).
untuk
11
Konsentrasi normal dari natirum adalah sekitar 138-145 mEq/L. Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka cairan menjadi hipotonis. Kehilangan natrium dari kompartemen intravaskuler dapat menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke ruangan interstitial, yang dapat menyebabkan shock dan koma (Asmadi, 2008) . Berikut adalah fungsi natrium (Ramayulis, 2010): 1.
Sebagai kation ekstra seluler utama
2.
Berperan
penting
dalam
menjaga
keseimbangan
osmolalitas plasma 3.
Memelihara potensial membran dan konduksi saraf
4.
Berperan dalam tranmisi neurokimia dan neuromuskular yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung.
b.
Klorida Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar (88 persen) klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan (12 persen) dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Klorida berperan penting dalam menjaga keseimbangna asam dan basa (Klutts dan Scott, 2006). Sebagai anion utama dalam cairan ektra seluler, klorida juga berperan dalam memelihara cairan dan elektrolit. Klor akan bergerak secara bebas melintasi membran sel dan berasosiasi dengan natrium atau kalium (Almatsier, 2009).
12
2.1.3 Angka Kebutuhan Garam Ramayulis (2010), Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam sehari kurang lebih 2400 mg. 2000 mg dipenuhi dari penggunaan garam dapur sebagai pemberi rasa pada masakan dan 400 mg natrium terkandung dalam bahan makanan yang digunakan. 1 gram garam dapur mengandung 387,6 mg natrium. Oleh karena itu dianjurkan konsumsi garam dapur sekitar 5 gram (setara dengan 1 ½ sendok) perhari. Selain pembatasan natrium yang terdapat dalam garam dapur, perlu dibatasi juga natrium yang terdapat dalam kue, baking powder, dan natrium benzoat. Makanan yang mengandung natrium tinggi yaitu sebagai berikut :
Sumber karbohidrat dari roti, biskuit, serta kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan/atau baking powder, dan soda.
Sumber protein hewani dari otak, ginjal, lidah, sardin, daging, ikan, susu, dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti daging asap, dendeng, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, udang kering, telur asin, dan telur pindang.
Sumber protein nabati dari keju, kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan natrium lain.
Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lainya seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, dan acar.
Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lainya seperti buah kaleng.
Lemak dari margarin dan mentega biasa.
13
Minuman ringan
Bumbu seperti garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, kaldu instan, saus tomat, petis, dan tauco.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nafsu Makan
Guyton & Hall (2007), nafsu makan adalah keinginan untuk mendapatkan jenis makanan tertentu yang berguna untuk dimakan. Nafsu makan seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis.
Gangguan proses makan atau menolak makan merupakan gangguan konsumsi makan atau minum dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam proses makan itu sendiri adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang. Sedangkan pengaruh psikologis berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, sosial dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam sehari, rasa lapar,
makan
karena
kelezatan
makanan
yang
disajikan
dengan
meningkatkan selera, kondisi stres, cemas dan depresi yang dengan mudah mengubah pola makan.
14
2.1.5 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam Tabel 2.1 Metode untuk Memperkirakan Intake Garam (Elliott and Brown, 2006) Metode
Penemu
Deskripsi
Kelebihan
Kekurangan
Pendekatan dengan
Clark dan
Makanan dan minuman
Data tersebut
Beban responden sedang,
wawancara/mengkaji
Mossholder, 1986
konsumsi direkam /
dikumpulkan secara rutin
Sulit untuk menilai secara akurat
makanan yang
diperkirakan, untuk
untuk survei diet,
jumlah garam ditambahkan
dikonsumsi selama 24
ditentukan
data tabel makanan
selama memasak dan garam di
jam ( Misal mengkaji
asupan Na berdasarkan
tersedia di banyak
meja. Na isi makanan yang
intake makanan 24 jam
tabel standar data gizi untuk
negara.
diproduksi dari waktu ke waktu
selama 7 hari).
makanan.
bervariasi. Survei diet tergantung pada pelaporan dan kesalahan pengamat, yang dapat menimbulkan bias.
Pengumpulan urin 24
Bingham dkk.
Urin dikumpulkan selama
Ekresi Natrium hampir
Beban peserta yang tinggi, harus
jam
1988
24 jam.Volume urin yang
sama dengan Asupan,
membawa botol koleksi setiap
dikumpulkan dicatat dan
karena hemodinamik,
saat. Dapat terjadi bias saat
konsentrasi Na diukur
tidak tergantung pada
pengumpulan urin.
dalam laboratorium.
pengamat yang dapat terjadi bias.
15
Duplicate portion
Clark dan
Sampel duplikat dari segala
Analisis langsung dari
Beban peserta yang tinggi.
Mossholder, 1986
sesuatu yang dimakan
konten Na, sehingga
Masak harus mempersiapkan
dikumpulkan untuk jangka
tidak ketergantungan
porsi ekstra. Mungkin tidak
waktu tertentu. Sampel
pada tabel makanan.
memperhitungkan garam
diangkut ke laboratorium, di
ditambahkan di meja.
mana jenis makanan tersebut homogen dan dianalisis untuk konten Na.
Pengumpulan urin semalam
Liu dkk. 1979
Urin dikumpulkan selama
beban peserta relatif
Koleksi harus lengkap dan
(biasanya 8 atau 12 jam)
sedang dibandingkan
akurat waktunya. Membutuhkan
koleksi urin 24 jam,
asumsi bahwa rasio ekresi siang
pengumpulan urin
dan malam hari konstan, bukan
semalam tidak terlalu
kasus individu dengan hipertensi.
mengganggu rutinitas sehari-hari. ekskresi semalam berkorelasi baik (r = 0.72) dengan 24 jam ekskresi selama individu tersebut sehat.
16
Pengumpulan Urin
Watson dan
Sebuah berkemih tunggal
Beban peserta relatif
Konsentrasi tidak hanya
Sewaktu
Langford, 1970
dikumpulkan dan Na
rendah dibandingakan
mengukur konsumsi Na, tetapi
Konsentrasi diukur dalam
mengumpulan urin 24
juga intake cairan yang
laboratorium.
jam atau urin semalam.
diminum, karena mempengaruhi
Berkemih dapat dibuat di
keluaran urin, khususnya pagi
sebuah klinik, di mana
hari.
data lain mungkin dikumpulkan secara bersamaan.
17
2.2 Tekanan Darah 2.2.1 Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah suatu tenaga atau tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh (Ramayulis, 2010). Istilah Tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia (Gunawan, 2007). Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik (Gunawan, 2007, Ramayulis, 2010). Tekanan darah sistolik adalah jumlah tekanan di pembuluh darah saat jantung berkontraksi memompa darah. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah jumlah tekanan di pembuluh darah saat jantung berada dalam keadaan istirahat yaitu saat berada di antara dua denyutan (Ramayulis, 2010).
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Anies (2006) dan Gunawan (2007) menyebutkan tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah (hipotensi), tekanan darah normal (normotensi), dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipotensi adalah tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi timbul akibat penurunan curah jantung atau penurunan retensi perifer. Hipotensi dapat primer atau sekunder (misal penurunan curah jantung, syok hipovolemik dan penyakit addison) atau postural (ortostatik), dan syok (Brooker, 2008).
18
Baradero,
dkk.
(2008)
mendefinisikan
Hipertensi
sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring. Sedangkan menurut Depkes, (2007) dan National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE), (2011). Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan/atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Jadi, dapat disimpulakn bahwa Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit diukur dalam posisi duduk atau berbaring dan pasien dalam keadaan tenang. Menurut Baradero, dkk. (2008) dan Vitahealt (2009), NICE (2011) dan
Mancia,
dkk.
(2013)
tekanan
darah
dan
hipertensi
dapat
diklasifikasikan dalam beberapa stadium yaitu : Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah dan Stadium Hipertensi (Baradero, dkk. 2008), (Vitahealth, 2009), (NICE, 2011) dan (Mancia, dkk. 2013). No Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
1
Optimal
< 120
Dan <80
2
Normal
120-129
Dan/atau 80-84
3
Normal Tinggi
130-139
Dan/atau 85-89
4
Hipertensi grade 1
140-159
Dan/atau 90-109
5
Hipertensi grade 2
160-179
Dan atau 100-109
6
Hipertensi grade 3
> 180
Dan/atau > 110
19
2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2012). Soenardi dan Soetarjo (2005) menambahkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah adalah curah jantung, tahanan perifer (pembuluh darah halus), keturunan, hormon renin, angiotensin, dan aldosteron, serta sistem syaraf simpatis yang terlalu aktif, faktor hemodinamik, gangguan kemampuan ginjal mengeluarkan natrium. Faktor lingkungan seperti stres psikososial, kegemukan, konsumsi garam berlebih, dan kurang olah raga. Sedangkan menurut Grey, dkk. (2005) menyebutkan beberapa faktor primer yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah: keturunan, jenis kelamin, umur, obesitas, konsumsi garam berlebih, konsumsi kolestrol berlebih, kurang oleh raga, merokok dan konsumsi alkohol. Baradero, dkk. (2008) menambahkan tekanan darah meninggi (hipertensi sekunder) dapat diakibatkan oleh
penyakit atau gangguan
tertentu seperti: a.
Penyakit ginjal (glomerunefrotis, gagal ginjal)
b.
Masalah kelenjar adrenal
sindrom Cushing yang menyebabkan peningkatan volume darah.
Aldosteronisme primer
yaitu kelebihan aldosteron yang
menyebakan retensi natrium dan air, sehingga menyebabkan volume darah meningkat.
20
Fenokromositoma menyebabkan
sekresi
berlebihan dari
katekolamin (noreprinefrin yang membuat tahanan vaskular perifer meningkat) c. Koartasi aorta yaitu tekanan darah meningkat pada ekstremitas atas dan berkurangnya perfusi pada ekstremitas bawah d. Trauma kepala atau tumor kranial yang meningkatkan tekanan intrakranial sehingga mengakibatkan perfusi serebral berkurang, iskemia yang timbul akan merangsang pusat vasometer medula untuk meningkatkan tekanan darah. e. Obat-obatan f. Hipertensi dalam kehamilan Merupakan peningkatan tekanan darah saat kehamilan (Baradero dkk. 2008)
2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah Corwin (2009) Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat kardiovaskular di otak, yaitu bagian dari farmasioretikularis dan terletak di medula bagain bawah dan pons. Sinyal-sinyal yang berkaitan dengan tekanan darah diintegrasikan di sini. Apabila terjadi perubahan tekanan darah, pusat kardiovaskular mengaktifkan sistem saraf otonom, sehingga terjadi perubahan stimulasi simpatis dan parasimpatis ke jantung, dan terjadi perubahan stimulasi simpatis ke seluruh sistem vaskular. Resistensi pembuluh darah berubah dan aliran darah serta tekanan darah juga terpengaruh.
21
Saraf simpatis merangsang kecepatan denyut dan kontraktilitas jantung melalui ikatan dengan reseptor- β1 di jantung. Saraf parasimpatas menurunkan kecepatan denyut jantung melalui ikatan dengan reseptor kolinergik. Saraf simpatis mengeluarkan norepinefrin di sebagian besar pembuluh darah, yang berikatan dengan reseptor spesifik di sel-sel otot polos yang disebut reseptor alfa (α). Perangsangan reseptor alfa menyebabkan sel otot polos berkontraksi, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan. Hal ini meningkatkan TPR dan akibatnya tekanan darah meningkat (Corwin, 2009). Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah (Corwin, 2009, dan Sherwood, 2012). Curah jantung dipengaruhi oleh kecepatan jantung dan isi sekuncup, resistensi periver dipengaruhi oleh kekentalan darah dan jari-jari arteriol, sedangkan volume darah dipengaruhi oleh keseimbangan garam dan air dan pergeseran cairan bukflow pasif antara kompartemen vaskular dan cairan intrstisium (Sherwood, 2012). a. Kontrol Kecepatan Jantung. Layaknya sistem saraf otonom biasa, efek parasimpatis dan
simpatis
bertentangan).
pada
jantung
Kecepatan
bersifat jantung
antagonis ditingkatkan
(saling oleh
peningkatna aktivitas simpatis disertai penurunan aktivitas parasimpatis,
dan
kecepatan
jantung
diperlambat
oleh
peningkatan aktivitas parasimpatis disertai penurunan aktivitas simpatis. Kekuatan relatif aktivitas kedua cabang otonom ke
22
jantung ini selanjutnya dikendalikan terutama oleh pusat kardiovaskular di batang otak. Kecepatan jantung juga dipengaruhi oleh hormon epinefrin. Epinefrin adalah suatu hormon pada stimulasi simpatis yang diekresikan ke dalam darah dari medula adrenal dan bekerja pada jantung dengan cara serupa dengan norepinefrin (neurotransmiter simpatis) untuk meningkatkan kecepatan jantung. Oleh karena itu epinefrin memiliki efek secara langsung yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis pada jantung (Sherwood, 2012). b. Isi Sekuncup Komponen lain di samping kecepatan jantung yang menentukan curah jantung adalah isi sekuncup, jumlah darah yang dipompa keluar oleh masing-maisng ventrikel pada setiap denyut jantung. Dua jenis kontrol yang mempengaruhi isi sekuncup yaitu: kontrol intrinsik, berkaitan dengan aliran balik vena, dan kontrol ekstrinsik yang berkaitan dengan tingkat stimulasi simpatis pada jantung. Kedua faktor ini meningkatkan isi sekuncup dengan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung. Aliran balik vena juga mempengaruhi volume diastolik yang menentukan peningkatan isi sekuncup. Sedangkan aliran balik vena sendiri ditingkatkan oleh vasokontriski vena yang diinduksi oleh saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa pernapasan, dan penghisapan jantung (Sherwood, 2012).
23
c. Resistensi Perifer Total Resistensi perifer total dipengaruhi oleh jari-jari arteriol dan kekentalan darah. Jari-jari arteri dipengaruhi oleh aktivitas simpatis,
suatu
mekanisme
kontrol
ektrinsik
yang
menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan resistensi perifer total. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan angiotensin II (Sherwood, 2012). Terdapat beberapa hormon yang mengendalikan resistensi sistem vaskular. Hormon-hormon ini dilepaskan secara langsung sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah, dan sebagai respon terhadap rangsangan saraf atau keduanya (Corwin, 2009). Hormon-hormon tersebut yaitu: a. Norepinefrin dan epinefrin Norepinefrin dan Epinefrin dikeluarkan dari medula adrenal sebagai respon terhadap pengaktifan sistem saraf simpatis. Kedua zat tersebut bekerja dengan berikatan pada reseptor α untuk meningkatkan vasokontriksi,
atau
dengan
reseptor
β2
untuk
menyebabkan
vasodilatasi atriol yang memperdarahi otot rangka. Norepinefrin dan epinefrin juga berikatan dengan reseptor β1 dan meningkatkan kecepatan denyut jantung (Corwin, 2009).
24
b. Sistem Renin Angiotensin Perubahan tekanan darah juga dirasakan oleh baroreseptor di ginjal. Apabila tekanan darah meningkat, pelepasan hormon renin menurun, dan apabila tekanan darah menurun, pelepasan renin meningkat. Pelepasan renin juga dirangsang oleh saraf simpatis ke ginjal. Renin mengendalikan pembentukan hormon lain, yaitu angiotensin II. Angiotensin II merupakan suatu vasokontriktor kuat yang terutama menyebabkan vasokontriksi ateriol halus.
Hal ini menyebabkan
peningkatan retensi terhadap aliran darah dan peningkatan tekanan darah. Angiotensin II juga bersirkulasi menuju kelenjar adrenal dan menyebabkan sel korteks adrenal membentuk hormon lain, yaitu aldosteron (Corwin, 2009). c. Aldosteron Aldosteron
bersirkulasi
dalam
darah
menuju
ginjal
dan
menyebabkan sel tubulus distal meningkatkan reabsorbsi natrium dalam berbagai keadaan, reabsorbsi air mengikuti penyerapan natrium sehingga terjadi peningkatan volume plasma. Peningkatan voume plasma meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung. Hal ini juga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Corwin, 2009).
25
d. Hormon Antidiuretik (ADH) Hormon anti diuretik (ADH) atau vasopresin, dikeluarkan oleh hipofisis posterior sebagai respon terhadap peningkatan osmolitas plasama (penurunan konsentrasi air) atau penurunan tekanan darah. ADH
adalah
suatu
vasokonstriktor
kuat
yang
berpotensi
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran darah (Corwin, 2009).
26
Bagan 2.1 Sistem RAA (Sherwood, 2012.) Nacl, volume CES, Tekanan Darah Arteri (turun)
H2O dihemat Ginjal
Hati
Ginjal
Angiotensi 1
Korteks Adrenal
Paru-paru
Na dan Cl menahan lebih banyak H2O di CES
Angiotensiconver ting enzyme Na dan Cl dihemat
angiotensinogen
Renin
Angiotensin II
aldosteron
Reabsorbsi Na oleh TKD (reabsorbsi Cl mengikuti secara pasif) Hipotalamus
Haus
Vasopresin Asupan cairan Hipofisis posterior
Vasopresin dilepas ke darah
TKD Ginjal: rabsorbsi H2O
Vasokontriksi arteriol
27
Bagan 2.2 Mekanisme Tekanan Darah (Sherwood, 2012)
Tekanan Darah
Retensi Perifer Total
Curah Jantung
Kecepatan Jantung
Aktivitas Parasimpatis ( )
Aktifitas Simpatis Dan Epinefrin
Isi Sekuncup
Aliran Balik Vena
Volume Darah
Pergeseran cairan bulkflow pasif antara kompartemen vaskular dan cairan interstisium
Keseimbangan Garam dan Air
Jari-Jari Arteriol
Kontrol Vasokontriktor Ekstrinsik
Aktivitas Simpatis Dan Epinefrin
Sistem Vasopresin, ReninAngiotensin-Aldosteron
Kekentalan Darah
Jumlah Sel Darah Merah
Vasopresin (ADH) Dan Angiotensi II
28
2.2.2 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah
Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan TPR (resistensi perifer total). Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi (Corwin, 2009). Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma, yang direfleksikan dengan peningkatan volume diastolik akhir, sehingga volume sekuncup dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolik akhir berhubungan dengan
preload jantung. Peningkatan preload biasanya
berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat gangguan penangan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam berlebih (corwin, 2009). Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan peningkatan tekanan darah (Appel, dkk. 2001),
(Roberts,
2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003), (Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (Corwin, 2009), (He dan MacGregor, 2010). Telah terbukti bahwa asupan tinggi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah, dan pengurangan
asupan
garam
(9-12
g/hari)
ke
tingkat
yang
29
direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan MacGregor, 2010). Pengaruh konsumsi garam terhadap kenaikan tekanan darah terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan kenaikan tekanan darah (Soenardi dan Soetardjo, 2005). Apabila jumlah garam terlalu banyak maka tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan garam, dan menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi penyerapan air yang berdampak pada peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan berakibat pada hipertensi (Soenardi danSoetarjo, 2005, Sutomo, 2009). Natrium tinggi juga dapat mngecilkan diameter pembuluh darah dan arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat (Ramayulis, 2010) . Soenardi dan Soetarjo (2005) menyebutkan konsumsi garam merupakan hal yang sangat penting pada patofisiologi kenaikan tekanan darah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan: 1. Penduduk dengan konsumsi garam antara 5-15 gram sehari, prevalensi hipertensi antara 5-20 persen. 2. Pada masyarakat yang konsumsi garam rendah, yaitu dibawah 3 gram sehari, maka prevalensi hipertensi kecil, demikian juga pada masyarakat vegetarir. 3. Program untuk mengontrol hipertensi, termasuk konsumsi garam, ternyata dapat menurunkan tekanan darah pada beberapa individu (Soenardi danSoetarjo, 2005). Penelitian oleh MacGregor, dkk. (1998) pada 20 pasien hipertensi, dengan pengurangan asupan
30
garam selama 30 hari dari (11,2 - 6,4 g/hari) menjadi (2,9 g/hari), menunjukkan: Dengan mengonsumsi garam 11,2 g/hari, tekanan darah pasien adalah 163/100 mmHg, Asupan garam 6,4 g/hari tekanan darah menjadi 155/95 mmHg (penurunan dari 8/5 mmHg), asupan garam 2,9 g/hari tekanan darah turun lagi menjadi 147/91 mmHg. Setelah penelitian selesai, intervensi dilanjutkan pada 19 responden, 16 responden mendapatkan asupan garam 3,2 gram tanpa obat antihipertensi dan menghasilakan tekanan darah ratarata 142/87 mmHg (MacGregor, dkk. 1998). 4. Penduduk di daerah dengan perairan tinggi natrium, prevalensi hipertensi lebih banyak dibandingkan penduduk di daerah yang memiliki perairan tinggi kalsium dan magnesium. Hasil penelitian Sukarno, dkk., (2013) menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan
tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan
dataran rendah hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole 45% dan diastole 63,75% di dataran rendah yang lebih banyak mengkonsumsi garam di bandingkan dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%. 5. Beberapa orang secara genetik sensitif terhadap konsumsi natrium.
31
Bagan 2.3 Pengaruh Intake Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah (Soenardi dan Soetarjo, 2005), (Sutomo, 2009), (Corwin, 2009), (Ramayulis, 2010)
DIET TINGGI GARAM
Peningkatan natrium Vaskular
Vikositas cairan meningkat
Cairan darah meningkat
Peningkatan volume diastolik akhir
Hipertensi
Peningkatan Tekanan Darah
Beban kerja Janutng Meningkat
Peningkatan volume sekuncup
2.1.5 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam Asupan garam yang berlebihan adalah masalah kesehatan utama saat ini (WHO, 2006), yang berdampak pada peningkatan hipertensi (He dan MacGregor, 2009), selain itu, telah terbukti bahwa asupan garam berlebih dapat merugikan kondisi kesehatan seperti stroke dan penyakit
32
jantung koroner (He dan MacGregor, 2009), kanker lambung (Tsugane, 2005), dan osteoporosis (Woo, dkk. 2009). Peningkatan tekanan darah bertanggung jawab terhadap sekitar setengah dari global kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian saat ini (Ezzati, dkk. 2002). Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) merekomendasikan tingkat maksimum asupan garam per orang kurang dari 5 g/hari (WHO, 2006). Namun menurut data yang tersedia menunjukkan bahwa sebagin besar populasi di seluruh dunia memiliki asupan garam rata-rata setiap orang lebih dari 6 g/hari. Bahkan di banyak negara-negara Eropa dan Asia Timur, mengkonsumsi garam lebih tinggi dari 12 g/hari (Brown, dkk. 2009). Secara khusus, di Negara-Negara Benua Amerika, juga mengonsumsi garam berlebih, yaitu Argentina (12 g/hari) (Ministerio, 2008), Brazil (11 g/hari) (Sarno, dkk. 2009), Kanada (8 g/ hari) (Garriguet, 2007), Chile (9 g/hari) (Legetic dan Campbell, 2011), dan Amerika
Serikat (8,7 g/hari) (Institute of Medicine USA,
2010). Upaya untuk mengurangi diet garam yang dianjurkaan oleh WHO harus didasarkan pada: 1) memantau dan mengevaluasi berapa banyak dikonsumsi,
mengidentifikasi
makanan
garam yang
sumber
garam,
menentukan sikap konsumen, pengetahuan, dan perilaku terhadap diet garam sebagai risiko terhadap kesehatan. 2) mengurangi jumlah garam yang ditambahkan dalam makanan 3) memperkenalkan program untuk meningkatkan pengetahuan konsumen dan perilaku kesehatan untuk mengurangi konsumsi
33
garam (WHO United Kingdom) (Institute of Medicine USA, 2010 dan Smith, 2010). Organisasi Kesehatan Amerika Pan American Health Organization (PAHO), pada bulan September 2009, membentuk kelompok ahli untuk memeriksa
diet garam yang berlebihan sebagai risiko kesehatan di
Amerika, masalah didasarkan pada bukti-rekomendasi kebijakan untuk pengurangan garam di wilayah tersebut, dan mengembangkan alat dan sumber daya untuk membantu daerah untuk mengurangi asupan garam (Campbell, dkk. 2011 dan PAHO, 2009). Badan ini telah menetapkan tujuan bagi setiap daerah, untuk pengurangan bertahap dan berkelanjutan asupan garam guna mencapai tingkat rata-rata per orang kurang dari 5 g/hari pada tahun 2020 (Legetic dan Campbell, 2011).
34
Tabel. 2.3 Prorgam Dan Metode Beberapa Negara Guna Membatasi Intake Garam (WHO, 2010) NO NEGARA
PROGRAM DAN METODE
1
Brazil
Sejak tahun 1990, Brazil menggunakan Survey Badget rumah tangga yang digunakan untuk membeli garam
2
Canada
Multi-Stakeholder Sodium Working Group (SWG) membuat 33 rekomendasi untuk pengurangan konsumsi garam. Tujuan SWG adalah pengurangan konsumsi garam dari 3400 mg/hari menjadi 2300 mg/hari. Metode yang digunakan untuk mengkaji intake garam adalah 24 jam dietary recall.
3
Ghana
Ghana merupakan negara terbesar ke-dua pengekspor garam ke Afrika. Garam digunkan sebagai bahan pengawet makanan, garam dan ikan salad merupakan makanan favorit. Perilaku menambahkan garam dalam masakan menajadi masalah utama. Ghana menerapkan “program Kumasi” sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan konsumsi garam, dan pencegahan faktor-faktor risiko hipertensi lain.
4
Singapura
Nasional Nutrisi Singapura menerapakan monitoring intake garam setiap 6 tahun. Metode yang digunakan adalah singgle day 24-hour recoll sodium intake tahun 1998, dan two-day 24-hour recall pada tahun 2010.
5
Thailand
Tahun 2005-2007, stroke menjadi masalah kesehatan paling banyak di derita oleh penduduk Thailand. Badan
35
kesehatan pemerintah, NGOs dan perwakilan asosiasi rumah makan dan restoran berkerja sama dalam upaya pengurangan konsumsi garam. Menghasilan : membentuk Badan Nasional Nutrisi guna promosi, mengkaji dan mensurvey diat garam. Tahun 2007 Depertemen Kesehatan bekerja sama dengan Mahidol University dan UNICEF, mengkaji intake garam rumah tangga dan mengkaji konsumsi garam selama 7 hari. 6
USA
Konsum garam di USA terbanyak dari makanan kemasan dan restoran. Tahun 2009, New York City Departement of Helath and Mental Hygiene (DOHMH) mendukung National Salt Reduction Initiative (NSRI) dalam upaya pengurangan konsumsi garam. NSRI menerapkan Universal Product Codes (UPC) sebagai link melihat level nutrisi pada lebih dari 7500 paket makanan, dan target pada tahun 2014 membatasi jumlah garam di restoran dari maksimal 1500 mg menjadi 1200 mg.
36
2.3 Penelitian Terkait 1. Penelitian oleh MacGregor, dkk. (1998) Dalam Paul Elliott and Ian Brown (2007) pada 20 pasien hipertensi, dengan pengurangan asupan garam selama 30 hari dari (11,2 - 6,4 g/hari) menjadi (2,9 g/hari), menunjukkan: Dengan mengonsumsi garam 11,2 g/hari, tekanan darah pasien adalah 163/100 mmHg, Asupan garam 6,4 g/hari tekanan darah menjadi 155/95 mmHg (penurunan dari 8/5 mmHg ), asupan garam 2,9 g/hari tekanan darah turun lagi menjadi 147/91 mmHg. Setelah penelitian selesai, intervensi dilanjutkan pada 19 responden, 16 responden mendapatkan asupan garam 3,2 gram tanpa obat antihipertensi dan menghasilakan tekanan darah rata-rata 142/87 mmHg (MacGregor dkk. 1998). 2. Penelitian Oleh Feng J. He, Norm R. C. Campbell, and Graham A. MacGregor dengan Judul “Reducing salt intake to prevent ypertension and cardiovascular disease” Ada bukti kuat bahwa konsumsi garam berlebih adalah penyebab utama naiknya tekanan darah dan pengurangan asupan garam dari 9-12 g/hari di sebagian besar negara ke tingkat yang direkomendasikan kurang dari 5 g/hari menurunkan tekanan darah. Penurunan lebih lanjut untuk 3-4 g/hari memiliki efek yang lebih besar. Penelitian kohort dan uji coba hasil telah menunjukkan bahwa asupan garam yang lebih rendah berkaitan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Pengurangan garam adalah salah satu yang paling murah (costeffective) untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat di seluruh
dunia. Sumber garam dalam diet sangat bervariasi antara negara maju dan berkembang. Di negara maju, 75 % garam berasal dari makanan olahan,
37
sedangkan di negara-negara berkembang seperti bagian dari Brazil, 70 % berasal dari garam masakan atau garam meja. Untuk mengurangi asupan garam pada populasi negara berkembang, industri makanan seharusnya mengurangi pengguanaan garam secara bertahap dan berkelanjutan. Di negara berkembang, Promosi kesehatan masyarakat memainkan peran yang lebih penting dalam mendorong konsumen untuk mengurangi konsumsi garam. Banyak negara di Amerika telah memulai program pengurangan garam. Tantangan sekarang adalah upaya
melibatkan
negara-negara lain guna menerapakan program pengurangan asupan garam. Penurunan asupan garam populasi akan menghasilkan peningkatan kesehatan masyarakat bersama dengan penghematan biaya utama yang berhubungan dengan kesehatan. 3. Penelitian oleh Sukarno, Inka A. T.,
Sylvia Marunduh J. J. V
Rampengan., (2013) dengan judul “Perbandingan Tekanan Darah Antara Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah” Pada 160 Responden menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan dataran rendah hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole 45% dan diastole 63,75% di dataran rendah di bandingkan dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%. 4. Penelitian Oleh Rafael Moreira Claro, Hubert Linders, Camila Zancheta Ricardo, Branka Legetic, dan Norm R. C. Campbell dengan Judul “Consumer consumption
attitudes, in
knowledge,
sentinel
and
countries
behavior of
the
related Americas”
to
salt
Untuk
38
menggambarkan sikap individu, pengetahuan, dan perilaku tentang asupan garam, sumber makanan, serta label makanan yang berkaitan dengan garam di lima Centinel negara-negara Amerika. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 1992 orang (berusia ≥ 18 tahun) dari Argentina, Kanada, Chili, Kosta Rika, dan Ekuador (sekitar 400 dari masing-masing negara). Penelitian dilakukan pada bulan September 2010 sampai Februari 2011. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 33 pertanyaan. Hasil : Hampir 90% dari peserta mengonsumsi garam berlebih, lebih dari 60% mengindikasikan bahwa mereka berusaha untuk mengurangi asupan garam. Hanya 26% peserta mengaku mengetahui batasan nilai maksimum yang disarankan untuk konsumsi garam atau asupan natrium dan 47% dari mereka menyatakan mereka mengetahui isi garam dalam makanan. Lebih dari 80% dari peserta mengatakan bahwa mereka ingin label makanan menunjukkan tinggi, sedang, dan rendah garam atau sodium, dan ingin melihat label peringatan yang jelas pada paket makanan tinggi garam. Dalam penelitian ini Menyimpulkan bahwa Upaya tambahan diperlukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan konsumen tentang adanya batas maksimum konsumsi garam dan meningkatkan kapasitas mereka untuk secara akurat memonitor dan mengurangi konsumsi garam pribadi mereka. 5. Penelitian oleh M. E. Corne´ lio, M.-C. B. J. Gallani, G. Godin, R. C. M. Rodrigues, W. Nadruz Jr, dan R. D. R. Mendez tahun 2012. Tentang “Behavioural Determinants Of Salt Consumption Among Hypertensive Individuals”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku yang mempengaruhi konsumsi garam pasien hipertensi dengan mengkaji 3 perilaku, yaitu Perilaku 1- menggunakan < 4 g garam per hari selama
39
memasak, Perilaku 2- menghindari menambahkan garam ke makanan siap saji, dan Perilaku 3- menghindari konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 orang dengan usia 18 tahun ke atas yang diagnosis hipertensi selama minimal 6 bulan. pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Perilaku 1 dipengaruhi oleh niat/keinginan/motivasi [odds ratio (OR) = 6,23, 95% confidence interval (CI) = 1,81-21,52], begitujua efektivitas diri dan kebiasaan dipengaruhi oleh niat/keinginan/motivasi. Perilaku 2 menunjukkan rata-rata skor tinggi, diperkirakan dipengaruhi oleh persepsi diri terhadap kualitas diet (OR = 2,56, 95% CI = 1,03-6,36). Perilaku 3 dipengaruhi oleh penentu hedonis (OR = 1,42, 95% CI = 1,01-1,98). Kesimpulan: penelitian menunjukkan bahwa perilaku tentang konsumsi garam dipengaruhi oleh berbagai faktor penentu, diantara faktor-faktor penentu tersebut, pertimbangan khusus harus diberikan kepada aspek motivasi dan hedonis (pengalaman). 6. Penelitian Oleh Donna G Rhodes, Théophile Murayi, John C Clemens, David J Baer, Rhonda S Sebastian, dan Alanna J Moshfegh. (2013). Tentang “The USDA Automated Multiple-Pass Method acourately assesses population sodium intake” untuk mengetahui cara mengkaji intake natrium. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Intake natrium dalam 24 jam, dan Ekskresi natrium urin (24 jam) pada 465 sampel usia 30-69 tahun. Hasil: rata-rata (95% CI) melaporkan akurasi adalah 0,93 (0.89, 0.97) untuk laki-laki (n = 232) dan 0,90 (0,87, 0,94) untuk perempuan (n= 233).
40
7. Penelitian oleh Hyun Ju Kim MSc, Hee Young Paik ScD, Sim Yeol Lee PhD, Jae Eun Shim PhD and Young Sik Kim MD, PhD tahun 2007 tentang “Salt usage behaviors are related to urinary sodium excretion in ormotensive Korean adults” pada 189 responden dengan usia 18 tahun ke atas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (15 item pertanyaan) dan kadar natrium dalam urin 24 jam. Penelitian ini bertujun untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi garam dengan ekresi natrium urin. Hasil: Konsumsi natrium orang Korea tinggi, Di antara pertanyaan lima belas, skor tiga pertanyaan pada perilaku penggunaan garam secara signifikan berkorelasi dengan ekskresi natrium urin (r = 0.17 ~ 0.19, p <0,05) dan jumlah skor dari tiga pertanyaan menunjukkan nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi (r = 0,26, p <0,001). 8. Review artikel oleh Beverley Bostock-Cox, tahun 2013 tentang “Nurse Prescribing For The Management Of Hypertension” Artikel ini berfokus pada pentingnya membuat diagnosis yang benar dari hipertensi sejalan dengan Institut Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan
Bimbingan
Excellence. Pendekatan berbasis bukti (evidance base) untuk mengelola hipertensi dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan intervensi gaya hidup. Penting bagi perawat untuk mengetahui bagaimana mengukur tekanan darah dengan benar, terutama karena pemantauan tekanan darah rawat jalan dan di rumah harus memberikan dasar untuk diagnosis dan keputusan yang berkaitan dengan
manajemen pasien
hipertensi. Berbagai jenis hipertensi (tahap 1, tahap 2, dan hipertensi yang
41
parah) dijelaskan. Pendekatan evidance base untuk me-manage hipertensi dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan gaya hidup. 2.3 Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan (Guyton dan Hall, 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2012), faktorfaktor yang dapat meningkatkan tekanan darah oleh (Soenardi dan Soetarjo, 2005, Grey, dkk. 2005, Baradero, dkk. 2008), dan fisiologi peningkatan tekanan darah (Corwin, 2009, Sherwood, 2012). Menurut Guyton dan Hall (2007), faktor yang dapat mempengaruhi Nafsu makan seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis. Grey, dkk. (2005) menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stres, diet konsumsi garam berlebih, diet konsumsi kolestrol, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol. Baradero, dkk. (2008) menambahkan faktor sekunder yang meliputi penyakit ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan trauma kepala. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran kadar garam dalam masakan dan tekanan darah.
Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan peningkatan tekanan darah (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001), (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Corwin, 2009), (Erdem dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010).
42
Bagan 2. 4 Kerangka Teori (Soenardi dan Soetarjo, 2005), (Grey, dkk. 2005), (Guyton dan Hall, 2007). (Baradero, dkk. 2008), (Corwin, 2009), (Sherwood, 2012), (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001), (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Corwin, 2009), (Erdem dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010). Sosial, Mental, Kelezatan Makanan, Pola makan, Rasa Lapar.
Pengaruh Psikologis
Kadar Garam Masakan Rumah
Ganggauan anatomi, Fisiologi
Faktor Primer Faktor Keturunan
Usia Aktifitas Simpatis Meningkat RAA meningkat
Kurang Olahraga Gangguan Proses Makan
ADH meningkat Konsumsi Kolestrol berlebih
Obesitas Volume Cairan Meningkat Konsumsi Garam berlebih Jenis Kelamin Konsumsi Alkohol
Merokok
Retensi Perifer Total Meningkat Curah Jantung Meningkat
Faktor Skunder Penyakit Ginjal Masalah kelenjar Adrenal Trauma Kepala
Tekanan Darah Meningkat
Hamil
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis bebrapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008). Pengembangan kerangka konsep dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan melihat hubungan variabel dependent-independent dan melalui pendekatan inputoutput (Wasis, 2006). Kerangka konsep dalam penelitian ini diambil dari modifikasi antara teori faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan (Guyton dan Hall, 2007), faktorfaktor yang mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2012), faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah oleh (Soenardi dan Soetarjo, 2005, Grey, dkk. 2005, Baradero, dkk. 2008), dan fisiologi peningkatan tekanan darah (Corwin, 2009, Sherwood, 2012). Guyton dan Hall (2007), faktor yang dapat mempengaruhi nafsu makan seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis.
Grey, dkk. (2005) menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stres, diet konsumsi garam berlebih, diet konsumsi kolestrol, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol. Baradero, dkk. (2008) menambahkan faktor sekunder yang meliputi penyakit ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan trauma kepala. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan dengan 43
44
profil tekanan darah. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan peningkatan tekanan darah (Appel dkk. (2001), Roberts (2001), Sacks dkk. (2001), Hooper dkk. (2002), Molina dkk. (2003), Cappuccio dkk. (2006), Conlin, (2007), Corwin, (2009), Erdem dkk. (2010), He dan MacGregor, (2010). Bagan 3.1 Kerangka Konsep: Konsumsi Garam dan Tekanan Darah (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001) (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010) Variabel Independent
Kadar garam masakan
Keterangan :
Variabel diteliti
Variabel tidak diteliti
Variabel Dependent
Profile Tekanan Darah
Faktor Primer yang dapat meningkatkan tekanan darah Keturunan Kurang Olahraga Obesitas Jenis kelamin Usia Merokok Konsumsi Alkohol Konsumsi Kolestrol berlebih Stress Psikosiosial Faktor Sekunder: Penyakit ginjal Masalah kelenjar adrenal Kehamilan Trauma kepala
45
3.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan varibel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secar cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2008).
46
Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Sekala Ukur
1
2
Kadar garam
Jumlah kadar garam dalam 100 g (cc)
Tanita Salt Meter
a.
<6%
masakan
masakan
Digital
b.
0,6-0,8 %
c.
0,9-1,1 %
d.
1,2 %
Tekanan
Kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
Sphygmomanometer
Tekanan Sistolik (mmHg)
Darah
mengalir di dalam pembuluh darah dan
Digital
Tekanan Diatolik (mmHg)
beredar mencapai jaringan tubuh manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel
Imterval
Rasio
47
tubuh (Gunawan, 2007). 3
Usia
Usia responden sejak tanggal lahir sampai
Kuesioner
ulang tahun terakhir.
1. 18-24
Rasio
2. 25-34 3. 35-44 4. 45-54 5. 55-64 6. 65-74 7. > 75 (Rahajeng dan Sulistyowati 2009)
4
Tingkat
Tingkat pendidikan formal yang telah
Pendidikan
diselesaikan oleh responden.
Kuesioner
1. Tidak sekolah 2. SD/MI/Sederajat 3. SMP/MTs/Sederajat 4. SMA/MA/SMK/Sederajat
Ordinal
48
5. D III 6. S 1 (Strata Satu) 7. S 2 (Strata Dua) 8. S 3 (Strata 3) 5
Suku
Jenis kelompok sosial seseorang dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan sama karena keturunan, agama,sistem nilai,adat istiadat atau tradisi. (Ensiklopedia Indonesia, 2014)
Kuesioner
-
Nominal
49
3.3 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitain (Nursalam, 2009).Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah: Hipotesis Nol (Ho)
: Tidak ada hubungan antar kadar garam dalam
masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di ciputat timur. Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara kadar garam dalam masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain studi cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga Kelurahan Pisangan Ciputat Timur tahun 2014. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten dengan waktu pelaksanaan yaitu bulan Maret s.d Juni 2014. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang akan dikaji (Harinaldi, 2005). Wasis (2006) menyebutkan populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti, dan terbagi atas populasi finite (terbatas) yaitu populasi yang diketahui jumlahnya dan infinite (tidak terbatas) yang tidak diketahui jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga di Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan dengan jumlah 102 orang.
49
50
4.3.2 Sampel Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara tertentu (Wasis, 2006). Hidayat (2008) menjelaskan dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Karena sampel memiliki sifat heterogen, maka peneliti menggunakan cara purposive (Hidayat, 2008), yaitu cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu (sesuai dengan kriteria inklusi) dan dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Adapun Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu: 1. Ibu Rumah Tangga usia 18 tahun ke atas. 2. IMT 18,5 - 23 3. Tidak ada hipertensi keturunan 4. Tidak mengkonsumsi alkohol 5. Tidak merokok 6. Tidak memiliki penyakit ginjal, dan/ atau pasca trauma kepala, dan/atau gangguan kelenjar dan/atau tidak sedang hamil. 7. Ibu Rumah Tangga yang memakan masakan sehari-hari.
51
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus estimasi data proporsi dengan populasi finite (diketahui) (Hidayat, 2008), yaitu:
N Z21-/2 P (1-P) n = ------------------------------(N-1) d2 + Z21-/2 P (1-P)
Keterangan: n
= besar sampel minimum
N
= besar populasi = 102
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada
tertentu = 1,96
P
= harga proporsi di populasi = 102 (Usia 18 thn keatas) = 0,26 395 (total penduduk Gg. Jambu)
d
= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir = 0,1
Jadi Jumlah Sampel adalah = 102 x (1,96)2 x 0,26 x (1-0,26) (102-1) x (0,1)2 + (1,96)2 x 0,26 x (1-0,26) =
=
75,3906317 1,01 + 0,73912384
= 75,3906317 1,74912384
43.1019405 = 43 orang.
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan n (sampel) = 43 responden kemudian ditambahkan 10 % untuk mengantisipasi adanya kemungkinan hilangnya data atau ketidak lengkapan pengkajian. 43 x 10% = 4,3 = 4 orang. Maka total sampel dalam penelitian ini adalah : 43+4 = 47 Orang.
52
4.4 Metode Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian 4.4.1 Metode Pengumpulan Data a.
Pengukuran Kadar Garam dalam Masakan Metode pengumpulan data untuk pengukuran kadar garam dalam masakan yang dikonsumsi dengan menggunakan Tanita Salt Meter Digital dan wawancara. Kadar garam masakan dianalisa dalam bentuk cairan pada suhu 60-80 0C dengan menggunakan Tanita Salt Meter Digital. Jumlah sampel dalam masakan yang akan diteliti sebanyak 100 g (cc), jika responden membuat empat jenis menu masakan, maka masing-masing diambil sebanyak 25 g (cc). Konsentrasi garam akan ditunjukkan dalam persen (%) . Misal, ketika mengukur 100 cc kaldu dan mendapatkan hasil l%, maka kadar garam dalam kaldu tersebut adalah 100 (cc) × 0,01 = 1g. Tabel 4.1 Interpretasi Hasil Tanita Salt Meter Hasil
Jumlah garam dalam 100 cc
Jumlah garam dalam 200cc
0,6%
0,6 gr
1,2 gr
1,0%
1,0 gr
2,0 gr
1,3%
1,3 gr
2,6 gr
b. Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran
tekanan
darah
dilakukan
dengan
menggunakan
Sphygmomanometer Digital. Pengukuran dilakukan dalam keadaan istirahat dengan posisi duduk atau berbaring.
53
c. Pengkajian Karakteristik Responden Pengkajian karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner untuk mengkaji usia, tingkat pendidikan, dan suku. d.
Pengkajian IMT Menggunakan rumus: IMT = BB (Kg) TB2 (m)
Keterangan: BB = Berat badan TB = Tinggi badan
4.4.2 Alat Pengumpulan Data a. Tanita Salt Meter Digital Tanita Salt meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar garam masakan. b. Sphygmomanometer Digital Sphygmomanometer Digital digunakan sebagai alat untuk mengukur kadar garam dalam masakan. c. Timbangan Berat Badan Timbangan berat badan digunakan untuk mengukur berat badan responden. d. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur tinggi badan responden. e. Gelas Ukur Gelas Ukur digunakan untuk mengukur cairan masakan.
54
f. Blender Pelumat dan Penumbuk Blender Pelumat dan Penumbuk digunakan untuk menghaluskan makanan padat menjadi makanan cair. g. Kuesioner dan Lembar penilaian Kuesioner dan Lembar Penilaian digunakan untuk mencatat kadar garam masakan yang dikonsumsi, karakteristik responden yaitu: nama (inisial), usia, tingkat pendidikan,
dan suku,
mengkaji perilaku responden seperti merokok, konsumsi alkohol, serta mengkaji penyakit yang meliputi kelainan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan, gangguan ginjal, trauma kepala, dan gangguan kelenjar adrenal.
4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 5 responden dengan alat yang sama, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali setiap 5 menit. Responden dikaji dalam keadaan istirahat dan tenang. a. Tanita Salt Meter Digital merupakan alat pengukur kadar garam dalam masakan yang diproduksi oleh Negara Jepang. Alat ini masih baru dan memiliki garansi 1 tahun, serta telah lulus uji validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu alat ini tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas lagi samapi 1 tahun yang akan datang.
55
b. Uji validitas reliabilitas Timbangan Berat Badan dilakukan dengan cara membandingkan alat yang digunakan
untuk
meneliti
dengan
3
jenis
alat
penimbang berat badan lain. Selain itu, uji validitas dan relaibilitas dilakukan dengan mengukur Berat Badan 5 orang responden, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali stiap 5 menit. c. Uji validitas dan reliabilitas Sphygmomanometer Digital dilakukan dengan menguji 5 responden dengan satu alat yang sama, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali setaip 5 menit. Responden dikaji dalam keadaan istirahat dan tenang.
56
4.4.4 Prosedur Penelitian Peneliti menghubungi ketua RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan untuk memintak data jumlah warga yang sesuai kriteria, kemudian mendatangi warga untuk melakukan seleksi dengan didampingi oleh ketua RT atau yang mewakili serta menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian secara jelas kepada calon responden. Informed consent dilakukan di rumah responden sebelum dilakaukan pengambilan data. Setelah responden menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian, responden diukur tekanan darahnya dengan menggunakan alat Sphygmomanometer digital, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran kadar garam dalam masakan yang dikonsumsi dengan menggunakan Tanita Salt Meter. Pengambilan data setiap responden dilakukan selama 3 hari (mengacu pada panduan WHO 2010 tentang “A Eview Of Methods To Determine The Mainsources Of Salt In The Diet”) kemudian dihitung mean konsumsi garam masakan/hari dan mean tekanan darah. Setelah itu data yang diperoleh dimasukkan dalam lembar penilaian. Berikut peneliti alur penelitian:
Gambar 4.1 Alur Penelitian Ibu rumah tangga
Pemilihan responden
Informed consent
Pengambilan data
Pencatatan dalam lembar penilaian
57
4.5
Pengolahan Data Menurut Setiadi (2007) dalam pengolahan data penelitian menggunakan langkah-langkah diantaranya: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. 3. Entry Data Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi . 4. Cleaning Data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientry,apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi saat meng-entry data ke komputer.
58
4.6
Analisa Data a.
Analisis Univariat Analisa
univariat
digunakan
untuk
menjelaskan
atau
mendiskripsikan data secara sederhana dengan menganalisa 1 variabel yang diteliti. Adapaun cara untuk menyajikan hasil analisa univariat dapat menggunakan prosentase atau tabel distribusi frekuensi, batang, diagram map, dan diagram pie (Budihartono. 2006). Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-masing variabel yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean, median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Analisa univariat pada penelitain ini menjelaskan atau mendeskripsikan tentang profile tekanan darah, dan Tingkat konsumsi garam masakan. b.
Uji Normalitas Data Tujuan uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal, guna menentukan jenis analisa bivariat yang digunakan untuk menganalisa data. Jika data berdistribusi normal maka uji bivariat data yang dapat digunakan adalah uji parametrik dan jika data berdistribusi tidak normal maka analisa data adalah uji non-parametik (Hastono, 2006). Terdapat dua macam uji kenormalan distribusi data yang bisa digunakan, yaitu: 1. Kolmogorov smirnov yaitu dengan membandingkan nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas dengan 0,05. Jika nilai probabilitas , 0,05 menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal (simetris) dan apabila nilai probabilias > 0,05 berarti distribusi data normal (Santoso, 2010).
59
2. Shapiro Wilk. Cara menginterpretasi data hampir sama dengan metode Kolmogrov Smirnov, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (Sig.) dengan 0,005. Jika nilai probabiltias < 0,05 berarti data berdistribusi tidak normal, namun jika nilai probabilitas > 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (Santoso, 2010). Analisa parametrik yang dapat digunakan untuk mengolah data adalah z test, t test, dan uji Anova yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan yang jelas antara rata-rata populasi. Sedangkan untuk uji korelasi dapat menggunakan uji korelasi dan regresi sederhana jika menghubungkan dua variabel, dan korelasi dan regresi berganda untuk variabel lebih dari dua (Santoso, 2010). Tabel berikut menjelaskan berbagai jenis uji data baik data berdistribusi normal maupun tidak normal. Tabel 4.2 Metode Analisa Data
Aplikasi Satu sampel
Test Parametrik
Test Non-Parametrik
Uji t (t test)
Uji Binomial
Uji z (z test)
Uji Runs Uji Kolmogorov-Smirnov untuk satu sampel
Dua sampel saling t test paired berhubungan (Two Dependent z test paired Samples)
Sign test Wilcoxon Signed-Rank test Mc Nemar Change test
60
Dua sampel tidak t test berhubungan (two z test independent samples)
Mann-Whytney U test Moses Extreme reaction Chy-Square test Kolmogorov-Smirnove test Walt-Wolfowitz runs
Beberapa Sampel Berhubungan
Friedman Test Kendal W test Cochran’s Q
Beberapa sampel ANOVA (F test) tidak berhubungan
Kruskal-Wallis test Chy Square test Median test
Regresi Mengetahui hubungan antara Kolerasi Pearson variabel
c.
Korelasi Spearman Korelasi Kendall
Analisa Bivariat Analisa ini digunakan untuk menjelaskan hubungan anatara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terkait (budiharto, 2006). Dalam penelitian ini guna menganalisa hubungan kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah peneliti menggunakan analasia korelasi Person jika distribusi data normal, namun jika distribusi data tidak normal, maka peneliti menggunakan analisa Korelasi Spearman dan Korelasi kendall.
61
4.7
Etika Penelitian Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat peneliti dalam keperawatan akan berhubungan secara langsung dengan manusia, maka segi etika harus diperhatikan karena mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Informed Consent Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan diberikan sebelum penelitian dilakukan. Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian, serta manfaat penelitan dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian, dan dampaknya.
2.
Anonimity (Tanpa Nama) Anonimity merupakan upaya untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu dan nama inisial.
3.
Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN Peneliti menyajikan dan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan di dalam bab ini. penelitian ini dilakukan di Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tangerang Selatan Provinsi Banten. Hasil Penelitian disajikan dalam analisa univariat. Analisa univariat menggambarkan secara deskriptif data demografi responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan, dan suku, serta menggambarkan secara deskriptif data kadar garam dalam masakan dan data profil tekanan darah. Jumlah warga yang bertempat di Jalan Jambu RT 002 RW 011 Kelurahan pisangan adalah 395 orang dengan 107 keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga usia 18 tahun ke atas berjumlah 47 orang dari 102 ibu rumah tangga yang ada. 5.1 Uji Normalitas Data Tabel 5.1 Analisa Normalitas Data Profil Tekanan Darah (n=47) Variabel
Kolmogorov-Smirnov
Distribusi Data
Usia Suku Tingkat Pendidikan Profil Tekanan Darah Kadar Garam
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal
Tabel 5.1 di atas menunjukkan distribusi data tekanan darah dan kadar garam dalam masakan. Menunjukkan bahwa distribusi data setiap variabel usia, Suku, profil tekanan darah, dan
62
kadar garam mempunyai nilai
63
signifikansi (p value) 0,00 < 0,05 pada Uji Kolmogorov-Smirnov. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak normal.
5.2 Karakteristik Responden 5.2.1 Usia Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat (n = 47) Usia
Frekuensi (n) 18-24 3 25-34 15 35-44 17 45-54 9 55-64 2 65-74 1 > 75 0 47 Total Sumber: Data Primer (2014)
Persentase 6.4% 31.9% 36.2% 19.1% 4.3% 2.1% 0% 100%
Tabel 5.1 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia. Jumlah persentase terbanyak responden adalah termasuk pada ibu rumah tangga usia 35-44 tahun sebanyak (36,2%), dan jumlah persentase paling sedikit adalah ibu rumah tangga usia 65-74 tahun (2,1%).
5.2.2
Tingkat pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur (n = 47) Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP/Sederajat
Frekuensi (n) 2 26 8
Persentase (%) 4,26 55,32 17,02
64
SMA/SMK/MA D III (Akademi) S-1 (Strata satu) S-2 (Strata Dua) S-3 (Strata Tiga) Jumlah Sumber : Data Primer (2014)
11 0 0 0 0 47
23,4 0 0 0 0 100
Tabel 5.2 diatas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini tingkat pendidikan dibagi menjadi delapan tingkat pendidikan berdasarkan Keputusan Mentri Pendidikan yaitu, tidak sekolah, pendidikan Dasar (SD, SMP/Sederajat), Pendidikan menengah (SMA/SMK/MA), dan Pendidikan tinggi (D III (Akademi), Strata satu, Strata Dua, dan Strata Tiga). Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu rumah tangga adalah sekolah dasar (SD) dan 0% ibu rumah tangga yang memiliki pendidikan perguruan tinggi. 5.2.3
Suku Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku di RT 002 RW 011 kelurahan Pisangan Ciputat Timur (n = 47) Suku Frekuensi Jawa 34 Betawi 7 Sunda 5 Batak 1 Total 47 Sumber: Data Primer (2014)
Persentase (%) 72,34 14,89 10,64 2,13 100
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah suku jawa sebanyak 34 orang (72,34%), kemudian
65
Betawi 7 orang (14,89%), sunda 5 orang (10,64%), serta Suku Batak 1 orang (2,13%).
5.3
Kadar Garam Dalam Masakan Tabek 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Garam Dalam Masakan di RT 002/ RW 011 kelurahan Pisangan Ciputat Timur (n = 47) Kadar Garam dalam 100 g masakan < 0,6 % 0,6 – 0,8% 0,9-1,1% 1,2% Total Sumber: Data Primer (2014)
Frekuensi (n)
Persentase (%)
6 9 11 21 47
12,77% 19,15% 23,4% 44,68% 100%
Tabel 5.4 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar garam dalam maskan. persentase sebagian besar kadar garam dalam masakan responden adalah 1,2% yaitu sebanyak 21 orang (44,68%), dan persentase kadar garam paling sedikit adalah < 0,6% hanya 6 orang (12,77%). 5.4 Profil Tekanan Darah a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Profil Tekanan Darah di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat timur (n=47) Tekanan Frekuensi Persentase darah Normotensi 26 55,3% Hiepertensi 21 44,7% 47 100% Total Sumber : Data Primer (2014)
Sistol 22.33 5
Std. Deviasi Diastol 13.553
66
Tabel 5.5 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan profil tekanan darah. Dari data di atas terlihat bahwa Responden yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 21 orang (44,7%), dan responden yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 26 orang (55,7%), dengan standar deviasi sistol 22,335 dan diastol 13,553.
b. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Berdasarkan Usia Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Usia (n=47) Usia 18-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 > 75
Jumlah
3 15 17 9 2 1 0 Total 47 Sumber: Data Primer (2014)
Persentase Tekanan Darah Normal Hipertensi 100% 0% 66,7% 33,3% 53% 47% 22,2% 77,8% 50% 50% 100% 0% -
Tabel 5.6 di atas menjelaskan distribusi frekuensi tekanan darah berdasarkan usia responden. Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden yang memiliki hipertensi adalah usia 45-54 tahun yang
67
mencapai (77,8%), dan persentase responden yang memiliki profil tekanan darah normal adalah usia 18-24 tahun (100%) dan usia 65-74 tahun (100%). . 5.5
Distribusi Frekuensi Suku berdasarkan Kadar Garam dalam Masakan Tabel 5.7 Frekuensi Suku Berdasarkan Kadar Garam dalam Masakan di Jalan Jambu RT 002 / RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur (n = 47)
Kadar garam (%)
Batak N % 0 0 < 0,6 1 100 0,6-0,8 0 0 0,9-1,1 0 0 > 1,2 1 100% Sumber: Data Primer (2014)
N 2 0 2 3 7
Persentase (%) Betawi % N 28,6 3 0 7 28,6 8 42,8 16 100% 34
% 8,8 20,6 23,5 47,1 100%
Jawa N 1 1 1 2 5
Sunda % 20 20 20 40 100%
Tabel 5.7 di atas menunjukkan distribusi frekuensi Suku berdasarkan kadar garam dalam masakan. Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase sebagian besar kadar garam dalam masakan Suku Betawi, Suku Jawa, dan Suku Sunda adalah 1,2% yaitu masing-masing sebanyak 42,86% untuk Suku Betawi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda.
5.6 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam dalam Masakan
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam Dalam Masakan (n = 47) Kadar Garam dalam Persentase % Masakan 0,6-0,8% / Normotensi Hipertensi Jumlah (n) 100 g
68
< 0,6% 0,6-0,8% 0,9-1,1% > 1,2
6 9 11 21 Total 47 Sumber : Data Primer (2014)
100% 100% 45, 45% 23,8%
0% 0% 54,55% 76,2%
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki kadar garam dalam masakan > 1,2% memiliki persentase hipertensi tertinggi mencapai 76,2%, sedangkan responden yang memiliki kadar garam dalam masakan < 0,6% dan 0,6-0,8% memiliki profil tekanan darah normal.
5.7 Analisa Hubungan Kadar Garam Terhadap Tekanan Darah
Hasil uji normalitas data tekanan darah dan kadar garam menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga analisa korelasi antar kadar garam dalam masakan dengan tekanan darah menggunakan uji koelasi nonparametrik. Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah variabel kadar garam dalam masakan sebagai variabel independent, dan variebel tekanan darah sebagai variabel dependent. Variabel-variabel tersebut berskala interval dan rasio, sehingga dalam peneltian ini analisa korelasi menggunakan uji Spearman's rho (Dahlan, 2010).
69
Tabel 5.13 Analisa Hubungan Kadar Garam dalam Masakan dengan Tekanan Darah (n=47) Korelasi
Spearman's rho r
Kadar
gram
dalam Masakan dengan 0.592**
P .000
Tekanan Darah **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data Primer (2014) Table 5.12 di atas menunjukkan korelasi antara kadar garam dalam masakan dengan tekanan darah. Terdapat hubungan positif yang kuat antara kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi).
BAB VI PEMBAHASAN
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai jaringan tubuh manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Gunawan, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profil tekanan darah responden cenderung tinggi, hal ini terlihat pada persentase responden yang mengalami hipertensi mencapai 44,7%. Angka ini jauh di atas prevalensi hipertensi di Indonesia yaitu 31,7%.
Ini sesuai dengan pernyataan WHO (2013),
hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini, setiap tahun penyakit hipertensi selalu mengalami peningkatan. Tingginya angka hipertensi pada ibu rumah tangga diasumsikan dapat disebabkan oleh perilaku ibu rumah tangga yang monoton, terlalu banyak mengkonsumsi garam, dan kurang aktivitas fisik. Jika dilihat dari teori, berbagai faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah keturunan, jenis kelamin, usia, obesitas, konsumsi garam berlebih, konsumsi kolestrol berlebih, kurang oleh raga, merokok dan konsumsi alkohol( Grey, dkk, 2005). Untuk memastikan penyebab peningkatan angka hipertensi tersebut, maka yang perlu ditinjau dalam penelitian selanjutnya adalah bagaimana tingkat
65
66
aktivitas fisik ibu rumah tangga. Karena jika dilihat dari aktifitas fisik, ibu rumah tangga hanya melakukan aktivitas ringan seperti memasak, dan mengasuh anak. Selain itu, yang harus menjadi perhatian adalah seberapa banyak kolestrol yang dikonsumsi dan berapa tingkat stres yang dialami ibu rumah tangga sehingga menyebabkan angka hipertensi cenderung meninggi. Profil Tekanan Darah dengan Usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah untuk usia 18-24 tahun mempunyai profil tekanan darah normal, usia 25-34 tahun persentase responden hipertensi adalah 33,3%. Usia 35-44 tahun persentase responden hipertensi adalah 47%. untuk usia 45-54 tahun persentase responden hipertensi meningkat menjadi 77,8%. Namun terjadi penurunan persentase hipertensi pada usia 55-64 tahun terdapat 50% responden yang mengalami hipertensi, dan 0% usia 65-74 tahun. Data di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi dari 0% pada usia 18-24 tahun menjadi 77,8% pada usia 45-54 tahun. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Ini disebabkan karena dengan bertambahnya usia, dinding pembuluh darah mengalami perubahan struktur dan fungsi. Jumlah sel otot polos berkurang dan elasitas berkurang sehingga tahanan tepi meningkat yang dapat menyebabkan jantung bekerja lebih untuk memompa darah yang berakibat peningkatan pembuluh darah (Grey, et al 2005). Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia
67
25 tahun atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usai 70 tahun (Davy, 2006). Peningkatan usia terhadap risiko hipertensi ini sesuai dengan penelitian oleh Zamhir Setiawan (2004), semakin meningkat usia responden semakin tinggi risiko hipertensi. Pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 Tahun sebesar 65%. Penelitian Hasurungan (2002) pada lansia menemukan bahwa dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali. Serta penelitian oleh Rahajeng dan Sulistyowati 2009, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara peningkatan usia dengan kejadian hipertensi. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia >75 tahun berisiko 11,53 kali. Hasil penelitain menunjukkan bahwa persentase hipertensi menurun pada usia 55-64 tahun, yaitu hanya terdapat 50% responden yang mengalami hipertensi, dan 0% pada responden usia 65-74 tahun. Hasil ini bertentangan dengan penelitian oleh Zamhir Setiawan (2004), Hasurungan (2002), Serta penelitian oleh Rahajeng dan Sulistyowati (2009) yang menyatakan bahwa peningkatan usia sangat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Hal ini dikarenakan jumlah responden hanya 2 orang untuk usia 55-64 tahun dan 1 orang untuk usia 65-74 tahun, begitu juga untuk responden usia 18-24 tahun
68
yang hanya berjumlah 3 orang dengan persentase hipertensi 0%. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sebaiknya dalam peneltian selanjutnya agar membagi jumlah responden secara merata pada setiap kelompok usia. Dilihat dari usia, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berusia 35-44 tahun dengan persentase 36.2% orang, dengan usia rata-rata responden adalah 38,8 tahun. Levinson, dkk, (1978) dalam Perry & Potter, (2005) menyebutkan usia 33 sampai 39 tahun merupakan masa dimana seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar dalam mengatasi setiap stressor dalam kehidupan. Edelman dan Mandle (1994) dalam
Perry & Potter (2005)
menyebutkan usia 38,8 tahun termasuk kedalam dewasa tengah, yaitu merupakan masa tenang, sedangkan levinson et al (1978) dalam Perry & Potter (2008) menyatakan dewasa tengah sebagai masa keberhasilan. Perry & Potter (2005) sendiri mendefinisikan dewasa tengah merupakan usia maturiatas dimana seseorang sudah mencapai keseimbangan pertumbuhan fisiologis, psikologis, dan kognitif. Individu yang matur merasa nyaman dengan kemampuan,
pengetahuan,
dan
respon
yang telah mereka
kembangkan bertahun-tahun. Mereka melihat dunia dengan pandangan yang luas, berdasarkan panduan penglihatan, emosi, dan imajinasi. Mereka menghadapi masalah yang dapat dipecahkan dan belajar untuk hidup dengan masalah yang tidak terpecahkan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini berada dalam masa kesetabilan, ketenangan, produktifitas tinggi, dan masa
69
keemasan. Namun jika dilihat dari tingkat penidikan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden tergolong rendah, tidak ada yang mencapai pendidikan perguruan tinggi, hanya 23,4% responden yang memiliki tingkat pendidikan sekolah menengah,
persentase terbesar pendidikan responden
adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 55,32%, dan juga terdapat 4,26% responden yang tidak sekolah. Padahal Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungannya yang dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan perilaku responden dalam membuat upaya mempertahankan kesehatannya (Elfiky, 2014). Carulla, dkk (2013) mendefinisikan perilaku sebagai istilah umum yang menggambarkan dua hal yang saling berhubugan antara rangsangan internal dan eksternal dengan perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu. Perilaku merupakan bagian dari kebiasaan, dimana perilaku dan kebiasaan merupakan bagian dari gaya hidup individu. Jadi gaya hidup dapat didefinisikan gambaran kebiasaan dan perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu
yang berhubungan dengan promosi, perlindungan, atau
pemeliharaan kesehatan. Pendidikan yang rendah ini berhubungan dengan perilaku responden untuk menjaga kesehatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan rata-rata usia responden 38,8 tahun terdapat 44,7% responden yang memiliki hipertensi. padahal Grey et al (2005) menyebutkan pada umumnya, hipertensi
70
menyerang pria di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun. Hal ini karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, merokok, dan makan tidak terkontrol. Adapun pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah masa menopose (sekitar 45 tahun). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rahajeng dan
Sulistyowati (2009), Proporsi hipertensi terendah ditemukan pada
responden yang bersekolah mempunyai risiko 1,42 kali terkena hipertensi dibandingkan responden yang bersekolah. Selain itu, pendidikan yang rendah juga berhubungan terhadap perilaku responden dalam menggunakan garam dalam memasak yang cenderung tinggi. Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase sebagian besar kadar garam dalam masakan responden adalah 1,2% yaitu sebanyak 21 orang (44,68%), dan hanya 12,77% responden yang memiliki kadar garam < 6% dalam memasak. Dilihat dari distribusi frekuensi suku berdasarkan kadar garam dalam masakan juga menunjukkan bahwa rata-rata setiap Suku Betawi, Jawa dan Sunda memiliki kadar garam > 1,2% yaitu masing-masing sebanyak 42,86 % untuk Suku Betasi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes 2013, Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi garam tinggi sekitar 15 gram/hari. Budaya yang menjadikan lidah masyarakat Indonesia menyukai rasa asin melebihi kebutuhan tubuh, menyebabkan menu masakan orang Indonesia cenderung memiliki kandungan garam yang berlipat-lipat.
71
Garam menjadi bahan tambahan yang hampir selalu digunakan dalam membuat masakan. Rasa asin dalam garam menjadi salah satu sensasi dasar yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai penyedap rasa dalam masakan karena makanan tanpa dibubuhi garam akan terasa hambar (Caldwell, dkk. 2004). Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah banyak orang saat ini cenderung meninggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007 dan 2010) diketahui hampir seperempat (24,5 persen) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih (Depkes, 2013). Hasil penelitian menunjukkan profil tekanan darah responden dengan kadar garam dalam masakan < 0,6% dan 0,6-0,8 % memiliki profil tekanan darah normal, responden dengan dengan kadar garam masakan 0,9-1,1% persentase hipertensi sebanyak 54,55% orang, dan kadar garam dalam masakan > 1,2% memiliki persentase hipertensi sebanyak 76,2% orang. Hasil analisa korelasi menghasilkan terdapat hubungan positif yang kuat antara kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi). Oleh karena itu masalah garam menjadi
72
menjadi consent kesehatan dunia saat ini (WHO, 2007). Namun, yang menjadi perhatian bagi peneliti selanjutnya adalah berapa proporsi, jenis dan frekuensi masakan yang dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan penelitain (Appel, dkk. 2001), (Roberts, 2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003), (Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010), bahwa Hipertensi sangat erat kaitannya dengan garam. Asupan tinggi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan MacGregor, 2010). Dari penjabaran di atas mungkin yang perlu ditinjau dalam penelitian selanjutnya adalah menganalisa jumlah intake garam terhadap kejadian hipertensi. Pengaruh konsumsi garam terhadap kenaikan tekanan darah terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan kenaikan tekanan darah (Soenardi dan
Soetardjo, 2005). Apabila jumlah garam terlalu
banyak maka tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan garam, dan menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi penyerapan air yang berdampak pada peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan berakibat pada hipertensi (Soenardi danSoetarjo, 2005, Sutomo, 2009). Natrium tinggi juga dapat
73
mengecilkan diameter pembuluh darah dan arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat (Ramayulis, 2010) . 6.2 Keterbatasan Penelitian 1. Instrumen: Alat yang digunakan dalam penelitian ini hanya untuk mengukur kadar garam dalam masakan, sehingga tidak dapat mengukur secara pasti berapa jumlah garam yang dikonsumsi oleh seseorang. 2. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya mengukur sampel dalam satu waktu.
BAB VII PENUTUP 7.1 KESIMPULAN 1.
Responden dalam penelitain ini adalah ibu rumah tangga berjumlah 47 orang, mayoritas berusia 35-44 tahun, terdiri atas Suku Batak, Betawi, Jawa dan Sunda. Tingkat penidikan responden terbanyak adalah SD sebanyak 26 orang (55,32%), namun juga terdapat responden yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (4,26%).
2.
Responden yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 21 orang (44,7%), dan responden yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 26 orang (55,7%)
3.
Persentase sebagian besar kadar garam dalam masakan responden adalah 1,2% sebanyak 21 orang (44,68%).
4.
Rata-rata kadar garam dari setiap Suku Betawi, Jawa, dan Sunda adalah > 1,2%, yaitu masing-masing sebanyak 42,86% untuk Suku Betawi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda.
5.
Terdapat hubungan positif yang kuat antara kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka
74
75
semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi).
7.2 SARAN 1.
Bagi Puskesmas Tangerang Selatan a. Melakukan kunjungan rumah untuk memastikan jenis, proporsi, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh Warga Jl. Jambu RT 002/RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur. b. Hendaknya memberikan penyuluhan secara detail dan mendalam tentang fakor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi dan pencegahanya sebagai upaya preventif mengenai hipertensi dan komplikasinya sesuai dengan jenjang pendidikan masyarakat.
2.
Bagi Penelitan Selanjutnya Bagi penelitan selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai Intake garam terhadap tekanan darah dengan menggunakan alat yang lebih baik, metode Eksperimental atau Kohort dengan waktu pengamatan yang lebih lama, serta melakukan pengukuran intake natrium dengan sampel dalam urin 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Ajani, U.A., Dunbar, S.B., Ford, E.S., Mokdad, A.H. & Mensah, G.A. (2005) Sodium intake among people with normal and high blood pressure. Am. J. Prev. Med. 29, 63–67. Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Anies. (2006). Waspadai Ancaman penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Appel, L.J., Espeland, M.A., Easter, L.M.S., Wilson, A.C., Folmar, S. & Lacy, C.R. (2001) Effects of reduced sodium intake on hypertension control in older individuals: results from the Trial of Nonpharmacologic Interventions in the Elderly (TONE). Arch. Intern. Med. 161, 685–693. Asmadi. (2008). Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan applikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Baradero, Mary dkk. (2008). Klin Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakrta : EGC. ___________________. (2005). Prinsip dan Praktik Keperawatan Periopratif. Jakarta: EGC. Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC. Brown, I.J., Tzoulaki, I., Candeias, V. & Elliott, P. (2009) Salt intakes around the world: implications for public health. Int. J. Epidemiol. 38, 791–813. Budihartono. (2006). Metodologi penelitian kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. Caldwell, Jh, dkk.. (2004, 30 Oktober 2014). Proceedings of the "Dietary Reference Intakes for Water, Potassium, Sodium, chloride and sulfate”; The National Academies. Accessed via www.nap.edu/. Campbell NRC, dkk. (2011). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk.(2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. Cappuccio, F.P., Kerry, S.M., Micah, F.B., Plange-Rhule, J. & Eastwood, J.B. (2006) A community programme to reduce salt intake and blood pressure in Ghana. BMC Public Health 6, 13.
Carulla, Salvador, dkk. (2013). Basic Concepts in the Taxonomy of HealthRelated Behaviors, Habits and Lifestyle. International Journal of Environmental Research and Public Health ISSN 1660-4601. Conlin, P.R. (2007) Eat your fruits and vegetables but hold the salt. Circulation 116, 1530–1531. Corne´lio, M.E. (2008) Salt Consumption Among Hypertensive Subjects: Behavioural Individual Determinants. Master’s dissertation. Campinas, SP: Universidade Estadual de Campinas. Available at: http://cutter.unicamp.br/document/ ?code=000433967 (accessed on 20 April 2014). Corwin, Elizaabeth J. (2009). Buku Saku patofisiologi Edisi 3. Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, dkk.. Jakarta : EGC. Dahlan, M. Sopiyudin. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Darwis D, dkk. (2008). Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit’ dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2, FK-UI, Jakarta. Departemen Kesehatan Indonesia. (2007). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Diakses dari www.depkes.go.id. tanggal 10 Nopember 2013. _____________________________. (2011). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Diakses dari www.depkes.go.id tanggal 25 April 2014. Elliott, Paul and Ian Brown. (2007). Sodium Intakes Around The World. WHO Library Cataloguing. Ensiklopedia Indonesia. (2014). dalam http://www.anneahira.com/pengertiansuku-bangsa.htm. Diakses tanggal 04 Juni 2014. Erdem, Y., Arici, M., et al. (2010) The relationship between hypertension and salt intake in Turkish population: SALTURK study. Blood Press.19, 313–318. Ezzati M. dkk. (2002). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk. (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. Ferreira-Sae, M.C., Gallani, M.C., Nadruz, W., Rodrigues, R.C., Franchini, K.G., Cabral, P.C. & Sales, M.L. (2009) Reliability and validity of a semiquantitative FFQ for sodium intake in low-income and low-literacy Brazilian hypertensive subjects. Public Health Nutr. 28, 1–6. Garriguet D. (2007). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.
Gray, Huon H. dkk. (2005). Lecture Notes : Kariologi Edisi Empat. Jakarta : Erlangga. Gunawan, Lany. (2007). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi Edisi 8. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2007). Tjahjono, Dalam Hendro Djoko. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nafsu Makan Pada Pasien Dengan Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronis Di Rsud Dr. M. Soewandhie Surabaya. Tesis Universitas Indonesia. Harinaldi. (2005). Prinsiip-Prinsip Statistik untuk Penelitian dan Sains. Jakarta : Erlangga. He, F.J. & MacGregor, G.A. (2010) Reducing population salt intake worldwide: from evidence to implementation. Prog. Cardiovasc. Dis. 52, 363–382. ________________________. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. Hermawan, Asep. (2006). Buku penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawaatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hooper, L., Bartlett, C., Smith, G.D. & Ebrahim, S. (2002) Systematic review of ling term effects of advice to reduce dietary salt in adults. BMJ 325, 628. Institute of Medicine. (2010). Strategies to reduce sodium intake in the United States. Washington, D.C.: IOM. Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 2012;32(4):265–73. Istijanto, (2005). Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi DimensiDimensi Kerja Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Khaw, K.T., et, all. (2004) Blood pressure and urinary sodium in men and women: the Norfolk Cohort of the European Prospective Investigation into Cancer (EPIC – Norfolk). Am. J. Clin. Nutr. 80, 1397–1403. Klutts J.S. and Scott M.G. (2006). ‘Physiology and disorders of Water, Electrolyte, and Acid- Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1, Elsevier Saunders Inc:Philadelphia. Legetic B and Campbell N. (2011). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.(2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption
in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. MacGregor GA, dkk. (1989). Dalam Paul Elliott and Ian Brown. (2007). Sodium Intakes Around The World. WHO Library Cataloguing. Mancia dkk. (2013). Dalam Bostock-Cox, Beverley. (2013). Nurse prescribing for the management of hypertension. British Journal of Cardiac Nursing. Matfin G. and Porth C.M. (2009). ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’ In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition, McGraw Hill Companies USA, pp. 761-803. Ministerio de Salud de Argentina. (2008). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. Molina, M.C.B., Cunha, R.S., Herkenhoff, L.F. & Mill, J.G. (2003) Hipertensa˜o arterial e consumo de sal em populac¸a˜o urbana. Rev. Saude Publica. 37, 743–750. National Institute for Health and Care Excellence. (2011). Dalam Bostock-Cox, Beverley. (2013). Nurse prescribing for the management of hypertension. British Journal of Cardiac Nursing. Pan American Health Organization. First meeting of expert group on CVD prevention through dietary salt reduction. Washington, D.C.: PAHO; 2009. Available from: http://new.paho.org/hq/index.php? option=com_ contentdantask =viewdanid =2024danItemid=1963 Accessed 19 Maret 2014. Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC. Ramayulis, Rata. (2010). Menu dan Resep Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta : PT Penebar Plus. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nusa Medika. Roberts, W.C. (2001) High salt intake, its origins, its economic impact, and its effect on blood pressure. Am. J. Cardiol. 88, 1338–1346. Sacks, F.M., Svetkey, L.P., Vollmer, W.M., Appel, L.J., Bray, G.A., Harsha, D., Obarzanek, E., Conlin, P.R., Miller, E.R., Simons-Morton, D.G., Karanja, N. & Lin, P.H. (2001) Effects on blood pressure of reduced dietary sodium and the Dietary Approaches to Stop ypertension (DASH) diet. N. Engl. J. Med. 344, 3–10.
Sarno F. dkk. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk. (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Setiawan, Ebta. (2012-2014). Rasa. Diakses dari http://kbbi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia) web.id/rasa. Diakses tanggal 07 Maret 2014. Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi 6. Jakarta : EGC. Sitepoe, Mengku. (2008). Coret-coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Smith-Spangler CM, dkk. (2010). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.(2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. Soenardi, Tuti dan Soetardjo, Susirah. (2005). Hidup Sehart Untuk Penderita Hipertensi, Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sutomo, Budi. (2009). Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta : Gramedia. Tsugane S. (2005). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. US Department of Health and Human Services dan US Department of Agriculture. (2005). Dalam Corne´ lio dkk. (2012). Public Health Nutrition And Epidemiology Behavioural Determinants Of Salt Consumption Among Hypertensive Individuals: A Literature review. Journal of Human Nutrition and Dietetics. Vitahealth. (2009). Inforamasi Lengkap Untuk Penderita Hipertensi Dan Keluargannya. Jakarta : Gramedia Utama. Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. Who/Paho Regional Expert Group For Cardiovascular Disease Prevention Through Population‐Wide Dietary Salt Reduction. (2010). A Review Of Methods To Determine The Main Sources Of Salt In The Diet. Woo J. dkk. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73. World Health Organization (WHO). (2006). Reducing salt intake in populations: report of a WHO forum and technical meeting, 5–7 October 2006, Paris, France. Geneva.
World Health Organization. (2006) Dalam Corne´ lio dkk. (2012). Public Health Nutrition And Epidemiology Behavioural Determinants Of Salt Consumption Among Hypertensive Individuals: A Literature review.:Journal of Human Nutrition and Dietetics. World Health Organization. (2013). Faktors blood pressure. Diakses dari http://www.who.int/gho/ncd/risk_ factors/blood _pressure_ mean_text/en/index.html. Mean Systolic Blood Pressure (SBP) . 2013. Diakses tanggal 10 Nopember 2013.