ANALISIS HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PEWARNAAN EKSTRINSIK PADA KARYAWAN JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA drg. Yayah Sopianah, M.Kes1, drg. Anie Kristiani, M.Pd2 1,2 Pengajar Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya ABSTRAK Pewarnaan ekstrinsik merupakan salah satu akibat dari merokok. Perubahan ini dapat menimbulkan persoalan estetika yang dapat memberikan dampak psikologi yang cukup besar, terutama apabila terjadi pada gigi anterior, dapat menyebabkan rasa rendah diri yang berlebihan pada penderita. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu dan pigmen didalam makanan menyebabkan terbentuknya stain. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya. Metode menggunakan rancangan cross sectional dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan intra oral berupa pewarnaan ekstrinsik menggunakan alat ukur menurut Shaw & Murray pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya yang berjumlah 15 orang. Hasil menunjukkan Karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya yang merokok sebanyak 40,5% dengan nilai pewarnaan ekstrinsik kriteria sangat baik 3 orang (20%), kriteria baik 3 orang (20%), kriteria sedang 6 orang (40%) dan kriteria buruk 3 orang (20%). rata-rata nilai pewarnaan ekstrinsik sebesar 29,3% (kriteria sedang). Simpulan tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya (p = 0,06). Saran agar karyawan sebaiknya mengurangi atau berhenti merokok dan membersihkan pewarnaan ekstrinsik di klinik gigi. Kata kunci : merokok, pewarnaan ekstrinsik, gigi ABSTRACT Extrinsic staining was one of the consequences of smoking. Tooth discoloation can cause problem for aesthetics can provide a sizeable psychological impact, especially if it occurs on anterior teeth can lead to low self-esteem excessive some people. The use of tobacco product, tea, certain mouthwashes and pigments in the diet causes the formation of stain. The aims of the research to determine the relationship of smoking with extrinsic staining on the employee of Dental Nurse Health Polytechnic Tasikmalaya. The methode is cross sectional study with questionnaire and carry out intra-oral examination in the form of extrinsic staining using a measuring instrument according from Shaw and Murray in employee of Dental Nurse Health Polytechnic Tasikmalaya totaling 15 peoples. Result showed the mployee of Dental Nurse Health Polytechnic Tasikmalaya who smoked as much as 40.5%. The value of extrinsic staining very good criteria are 3 (20%), good criteria are 3 (20%), medium criteria are 6 (40%) and bad criteria are 3 (20%). Mean for extrinsic staining is 29.3% (medium criteria). Conclusion there is not relationship the smoking habits and extrinsic staining on the employees of the Departemen of Dental Nurse Health Polytechnic Tasikmalaya (p=0.06). Suggestion for should reduce or stop smoking and clening extrinsic stain at dental clinic. Keywords :smoking habits, stain extrinsic, teeth
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
PENDAHULUAN Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Bahan baku utama rokok adalah tanaman Tembakau. Tembakau (Nicotiana spp., L.)
adalah genus
tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok atau cerutu dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung (Suryaningrat, 2007). Asap rokok diperkirakan mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, yang secara farmakologi terbukti aktif, beracun, dapat menyebabkan mutasi (mutagenic) dan kanker (carcinogenic) (Redaksi plus, 2008). Merokok merupakan salah satu oral habit yang paling buruk dan bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang baik terhadap kesehatan tubuh maupun rongga mulut (Rahmadhan, 2010). Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, oesophagus, laring dan rongga mulut. Kanker di rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi dari produkproduk rokok yang dibakar dan diisap. Iritasi ini menimbulkan lesi putih yang tidak sakit. Selain itu merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis nicotina dan infeksi jamur (Mulyawati, 2004). Merokok juga menyebabkan bau nafas yang tidak enak, warna gigi yang jelek (kuning atau coklat) dan juga dapat merusak indra rasa, sehingga tidak dapat menikmati rasa makanan dan minuman (Boediharjo, 1985). Kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan stain (pewarnaan pada gigi), dimana asap rokok yang mengandung macam-macam zat tersebut menempel pada permukaan gigi yang lama kelamaan akan membuat permukaan gigi terasa kasar (Martariwansyah, 2008). Endapan stain yang menebal dapat membuat kasar permukaan gigi yang selanjutnya akan menyebabkan penumpukan plak sehingga mengiritasi gusi di dekatnya. Stain tertentu mengidentifikasikan dilakukan evaluasi kebersihan gigi dan mulut serta perawatan yang berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Stain yang terdapat pada perokok biasa dinamakan Tobacco Stain, tembakau pada rokok menyebabkan deposit yang berwarna coklat tua atau hitam dan melekat erat serta menyebabkan perubahan warna gigi (Herijulianti, dkk., 2011). Pewarnaan karena merokok merupakan pewarnaan ekstrinsik. Pewarnaan ekstrinsik dapat dihilangkan dengan cara di scaling (Rahmadhan, 2010).
1110
Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Pewarnaan Ekstrinsik Pada Karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya drg. Yayah Sopianah,
M.Kes, drg. Anie Kristiani, M.Pd
Menurut Shaw dan Murray (1977), untuk mengukur pewarnaan ekstrinsik menggunakan gigi 12, 11, 21, 22 permukaan yang diperiksa adalah bagian palatal dan gigi 32, 31, 41, 42 permukaan yang diperiksa adalah bagian lingual. Pengukuran yang dilakukan dengan cara membuang seluruh debris sebelum pengukuran dengan cara berkumur dengan air, kemudian mencatat area yang mengalami pewarnaan gigi pada sistem grid dan digambarkan (Pratiwi, 2007).
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu dengan melakukan pemeriksaan untuk mengukur pewarnaan ekstrinsik pada satu waktu tertentu (Notoatmodjo, 2002). Populasi penelitian adalah karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya yang berjumlah 37 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan kriteria inklusi prokok aktif, memiliki gigi indeks lengkap, dan bersedia menjadi responden berjumlah 15 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok yang diukur dengan menggunakan instrument penelitian kuesioner, dengan skala pengukuran ordinal. Variabel terikat adalah pewarnaan ekstrinsik gigi yang diukur dengan menggunakan, penilaian skor pewarnaan gigi dari dari Shaw dan Murray (1977), dengan analisis data menggunakan uji korelasi risk Spearmen. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 – 31 Juli 2015 di Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya yang terletak di Jalan Tamansari No. 210 Kelurahan Mulyasari Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, dengan Jumlah responden sebanyak 15 orang Berdasarkan umur karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya, berkisar antara umur 27 sampai 57 tahun. Distribusi frekuensi berdasarkan umur pada karyawan yang merokok dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Distribusi frekuensi respondenberdasarkan umur No. Umur (tahun) ∑n % 1 27-37 3 20 2 38-47 7 46,7 3 48-57 5 33,3 Jumlah 15 100
1111
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
Tabel 1 menunjukan jumlah responden berdasarkan umur, yaitu umur 27-37 tahun sebanyak 3 orang (20%), umur 38-47tahun sebanyak 7 orang (46,7%) dan umur 48-57 tahun sebanyak 5 orang (33,3%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden sebagai Perokok No. Kriteria Perokok Jumlah Rokok ∑n yang Dihisap 1. Ringan 1 - 4 batang 6 2. Sedang 5 - 14 batang 6 3. Berat > 15 batang 3 Jumlah 15
% 40 40 20 100
Tabel 2 menunjukan distribusi frekuensi responden yang merokok yaitu perokok dengan kriteria ringan (1-4 batang/hari) sebanyak 6 orang (40%), perokok dengan kriteria sedang (5-14 batang/hari) sebanyak 6 orang (40%) dan perokok dengan kriteria berat (> 15 batang/hari) sebanyak 3 orang (20%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lamanya Responden Menjadi Perokok No. Lamanya Merokok ∑n % 1. 2. 3.
1 hari - 2 tahun > 2 tahun - 4 tahun > 4 tahun - 6 tahun Jumlah
1 3 11 15
6,7 20 73,3 100
Tabel 3. menunjukan distribusi frekuensi lamanya responden menjadi perokok, yang merokok antara 1 hari sampai 2 tahun sebanyak 1 orang (6,7%), yang merokok lebih dari 2 tahun sampai 4 tahun sebanyak 3 orang (20%) dan yang merokok lebih dari 4 tahun sampai 6 tahun sebanyak 11 orang (73,3%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Rokok yang Dihisap Responden No. Jenis Rokok yang Dihisap ∑n % 1. 2. 3.
Filter Filter dan kretek Kretek Jumlah
8 7 0 15
53,3 46,7 0 100
Tabel 4. menunjukan distribusi frekuensi jenis rokok yang dihisap responden, yang menghisap rokok filter sebanyak 8 orang (53,3%), yang menghisap rokok filter dan kretek sebanyak 7 orang (46,7%) dan yang menghisap rokok kretek tidak ada (0%).
1112
Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Pewarnaan Ekstrinsik Pada Karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya drg. Yayah Sopianah,
M.Kes, drg. Anie Kristiani, M.Pd
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden yang Mengkonsumsi Kopi No. Mengkonsumsi Kopi ∑n % 1. 2. 3.
Tidak pernah Kadang-kadang Sering Jumlah
1 6 8 15
6,7 40 53,3 100
Tabel 5. menunjukan distribusi frekuensi responden yang mengkonsumsi kopi yaitu responden yang tidak pernah minum kopi 1 orang (6,7%), yang kadang-kadang minum kopi 6 orang (40%) dan yang sering minum kopi 8 orang (53,3%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden yang Mengkonsumsi Teh No. Mengkonsumsi Teh ∑n % 1. 2. 3.
Tidak pernah Kadang-kadang Sering Jumlah
2 7 6 15
13,3 46,7 40 100
Tabel 6. menunjukan distribusi frekuensi responden yang minum teh yaitu responden yang tidak pernah minum teh 2 orang (13,3%), yang kadang-kadang minum teh 7 orang (46,7%) dan yang sering minum teh 6 orang (40%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Menyikat Gigi No. Menyikat Gigi ∑n % 1. 2. 3.
> 2 kali sehari 2 kali sehari 1 kali sehari Jumlah
5 9 1 15
33,3 60 6,7 100
Tabel 7. menunjukan distribusi frekuensi responden yang menyikat gigi lebih dari 2 kali sehari sebanyak 5 orang (33,3%), yang menyikat gigi 2 kali sehari 9 orang (60%) dan yang 1 kali sehari 1 orang (6,7%). Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Membersihkan Karang Gigi No. Membersihkan ∑n % Karang Gigi 1. dalam tahun ini 1 6,7 2. > 1 tahun 11 73,3 3. Tidak pernah 3 20 Jumlah 15 100 Tabel 8. menunjukan distribusi frekuensi responden yang membersihkan karang gigi yaitu responden yang membersihkan karang gigi dalam tahun ini sebanyak 1 orang (6,7%), yang lebih dari 1 tahun sebanyak 11 orang (73,3%) dan yang tidak pernah membersihkan karang gigi 3 orang (20%).
1113
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden yang Mengkonsumsi Kecap No. Mengkonsumsi Kecap ∑n % 1. 2. 3.
Tidak pernah Kadang-kadang Sering Jumlah
1 13 1 15
6,7 86,6 6,7 100
Tabel 9. menunjukan distribusi frekuensi responden yang mengkonsumsi kecap yaitu responden yang tidak pernah mengkonsumsi kecap sebanyak 1 orang (6,7%), yang kadang-kadang
mengkonsumsi
kecap
13
orang
(86,6%)
dan
yang
sering
mengkonsumsi kecap 1 orang (6,7%). Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden yang Mengalami Pewarnaan Ekstrinsik No. Kriteria Pewarnaan Ekstrinsik ∑n % 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk Jumlah
3 3 6 3 0 15
20 20 40 20 0 100
Tabel 10. menunjukan distribusi frekuensi responden yang mengalami pewarnaan ekstrinsik yaitu dengan kriteria sangat baik 3 orang (20%), kriteria baik 3 orang (20%), kriteria sedang 6 orang (40%), kriteria buruk 2 orang (20%) dan kriteria sangat buruk tidak ada (0%). Rata-rata pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tasikmalaya adalah 29,3 (kriteria sedang).
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden yang Mengalami Pewarnaan Ekstrinsik Berdasarkan Kriteria Perokok Kriteria Pewarnaan Ekstrinsik Kriteria P Sangat Buruk Sedang Baik Jumlah Perokok value Baik ∑n % ∑n % ∑n % ∑n % ∑n % Berat 2 13,3 1 6,7 0 0 0 0 3 20 0,060 Sedang 1 6,7 2 13,4 2 13,4 1 6,7 6 40 Ringan 0 0 3 20 1 3,3 2 13,4 6 40 Jumlah 3 20 6 40 3 20 3 20 15 100 Tabel 11 menunjukan hasil pemeriksaan pewarnaan ekstrinsik berdasarkan kriteria perokok. Perokok dengan kriteria berat yang mengalami pewarnaan ekstrinsik yaitu dengan kriteria sangat buruk tidak ada (0%), buruk 2 orang (6,7%), kriteria sedang 1 orang (3,3%), kriteria baik dan kriteria sangat baik tidak ada (0%), Perokok dengan kriteria sedang yang mengalami pewarnaan ekstrinsik yaitu dengan kriteria sangat
1114
Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Pewarnaan Ekstrinsik Pada Karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya drg. Yayah Sopianah,
M.Kes, drg. Anie Kristiani, M.Pd
buruk tidak ada (0%), kriteria buruk 1 orang (6,7%), kriteria sedang 2 orang (13,4%), kriteria baik 2 orang (13,4%) dan kriteria sangat baik 1 orang (6,7%). Perokok dengan kriteria ringan yang mengalami pewarnaan ekstrinsik dengan kriteria sangat buruk dan kriteria buruk tidak ada (0%), kriteria sedang 3 orang (20%), kriteria baik 1 orang (6,7%), kriteria sangat baik 2 orang (13,4%). Berdasarkan uji statistik didapatkan p = 0,060 (lebih dari 0,05) hal ini menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya PEMBAHASAN Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai dimana-mana di dunia. Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun pendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah komplek yang menyangkut aspek psikologi dan gejala sosial (Soebroto, 2009). Perubahan warna gigi merupakan salah satu akibat dari merokok. Perubahan warna gigi dapat menimbulkan persoalan estetika yang dapat memberikan dampak psikologi yang cukup besar, terutama apabila terjadi pada gigi anterior (depan), dapat menyebabkan rasa rendah diri yang berlebihan pada penderita (Mulyawati, 2004). Penggunaan produk tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu dan pigmen didalam makanan menyebabkan terbentuknya stain(Pratiwi, 2007). Berdasarkan uji statistik didapatkan p = 0,060 (lebih dari 0,05) hal ini menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan pewarnaan ekstrinsik pada
karyawan
Jurusan
Keperawatan
Gigi
Politeknik
Kesehatan
Kemenkes
Tasikmalaya. Pewarnaan ekstrinsik dapat terjadi karena disebabkan pada rokok yang dihisap terdapat tar yang akan mengendap pada permukaan gigi terutama pada permukaan gigi bagian lingual (Van Reene, 1954,cit.Schuurs, 1992). Hasil di atas menunjukan banyaknya batang rokok perhari yang dihisap tidak berhubungan terhadap persentasi pewarnaan gigi. Hal ini didukung penelitian Bastian dan Reade yang menyatakan bahwa pewarnaan ekstrinsik tidak dihubungkan dengan jumlah tembakau yang dikonsumsi tetapi tergantung dari banyaknya bakteri plak gigi yang menyerap dan melekatkan produk hasil tembakau ke permukaan gigi (Pratiwi, 2007).
1115
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis hubungan kebiasaan merokok dengan pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya dapat diperoleh kesimpulan berikut: 1. Persentase karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang merokok adalah 40,5%. 2. Rata-rata indeks pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya adalah 29,3 (kriteria sedang).. 3. Indekspewarnaanekstrinsikpadakaryawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya yaitu dengan kriteria sangat baik 3 orang (20%), kriteria baik 3 orang (20%), kriteria sedang 6 orang (40%), kriteria buruk 3 orang (20%) dan kriteria sangat buruk tidak ada (0%). 4. Tidak ada hubungan kebiasaaan merokok dengan Pewarnaan ekstrinsik pada karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya, dilihat dari uji statistik dimana p value = 0,06 (>0,05). SARAN 1. Bagi karyawan Jurusan Keperawatan
Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Tasikmalaya yang mempunyai kebiasaan merokok, sebaiknya mengurangi atau bila mungkin menghentikan kebiasaan merokok agar tidak terjadi pewarnaan ekstrinsik. 2. Bagi karyawan Jurusan Keperawatan Tasikmalaya
yang
mengalami
Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes
pewarnaan
ekstrinsik
sebaiknya
segera
membersihkan giginya di klinik gigi. 3. Karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Poilteknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya dapat menginformasikan kepada masyarakat pada umumnya bahwa merokok kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya pewarnaan ekstrinsik. DAFTAR PUSTAKA Astuti, H. F., 2011, Hubungan Merokok Dengan Calculus Index pada Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan Majelis Juang Pendidikan Swadaya 2 Tasikmalaya Tahun 2011, KTI, Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya, Tasikmalaya. Aula, E,L., 2010, Stop Merokok!, Garailmu, Jogjakarta. Budiarto, E., 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, CV EGC, Jakarta. Bustan, M.N., 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta
1116
Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Pewarnaan Ekstrinsik Pada Karyawan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya drg. Yayah Sopianah,
M.Kes, drg. Anie Kristiani, M.Pd
Boediharjo, 1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga University Press, Surabaya. Choerunnisa, F., 2011, Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (Penelitian Pra Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X Tsm Smkn 8 Bandung), Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. http://repository.upi.edu/skripsiview.php. Dentia
Dental Care Sistem, 2011, Pewarnaan http://www.dentiadental.com/2011/articles/pewarnaan-gigi/
Gigi,
Jakarta,
Departemen Kesehatan R.I., 1994, Agenda Hari Kesehatan Sedunia, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta. -----------------------------------, 2002, Profil Kesehatan Indonesia 2001, Departemen Kesehatan R.I Jakarta. ----------------------------------, 2005, Strategi Utama Pembangunan Kesehatan, (Online) tersedia, http://andrew57wordpress.com ----------------------------------, 2008, Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hall, 2012, Tobacco Stain, http://www.mynewsmile.com Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S., 2001, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta. Herijulianti, E., Putri, H.N., Nurjannah, N., 2011, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta. Hurlock, B.E., 1999, Psikologi Perkembangan, PT Gramedia, Jakarta. Martariwansyah, 2008, Gigiku Kuat, Mulutku Sehat, Hayati Quqlita, Bandung. Mulyawati, Y., 2004, Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut, http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1080707834,43437,> Nasution, I. K., 2007, Perilaku Merokok Pada Remaja, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3642/1/132316815.pdf Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. PDGI, 2011, Bahaya Merokok, http://www.pdgi-online.com. Pratiwi, D., 2007,Hubungan Merokok dan Menyikat Gigi dengan Diskolorasi Gigi, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, http://lontar.ui.ac/file?file=digital.pdf. Rahmadhan, A.G., 2010, Serba – Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune, Jakarta Selatan. Redaksi Plus, 2008, Stop Merokok, Mudah - Murah - Cepat, Penebar Swadaya, Jakarta. Rifai, M.S.S., 1981, Psikologi Perkembangan Remaja, Bina Aksara, Bandung. Satiti, A., 2009, Strategi Rahasia Berhenti Merokok, Data Media, Yogyakarta.
1117
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
Schuurs, A.H.B., 1992, Patologi Gigi - Geligi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soebroto, H., 2009, Apa yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda, BOOKMARKS, Jogjakarta. Subanada, I.B., 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Katalog Dalam Terbitan, Jakarta. Suryaningrat, W., 2007, Menghindari Rokok, Mitra Sarana, Bandung. Team Penyusun Kamus, 2000, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Weekes, I., 2008, Sehat dan Bugar untuk Remaja, Nuansa, Bandung. Wikipedia, 2011, Rokok, Ensiklopedia Bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/rokok
1118