ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM PT MITRA ADIPERKASA, TBK ( KODE SAHAM : MAPI ) TAHUN 2013 Khenwin, Mohamad Heykal Binus University, Jln. Arwana V no 19 Jembatan Dua, Jakarta Utara, +6285218900870,
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian, ialah melakukan analisis fundamental dimulai dari analisis makro ekonomi, analisis industri, dan analisis kinerja perusahaan yang digunakan untuk membuat asumsiasumsi logis guna memproyeksi kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang, kemudian melakukan analisis rasio keuangan dan valuasi saham untuk mendapatkan nilai intrinsik saham perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode valuasi Free Cash Flow to Equity (FCFE) dikombinasikan dengan metode perbandingan PER. Objek yang diteliti adalah PT Mitra Adiperkasa, Tbk (MAPI) yang merupakan salah satu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan hasil yang dicapai adalah di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang bagus, perusahaan ritel seperti MAPI memiliki peluang pertumbuhan yang besar untuk beberapa tahun mendatang, rasio keuangan perusahaan 5 tahun terakhir menunjukkan MAPI masih tergolong perusahaan yang sehat. Hasil valuasi menunjukkan harga saham MAPI masih diperdagangkan undervalued, sehingga saham perusahaan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan investasi. Kata Kunci : Valuasi Saham, Analisis Fundamental, Nilai Intrinsik
Pendahuluan Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang bagus, salah satunya ditopang konsumsi domestik yang cukup tinggi serta kelas menengah yang sedang dan akan terus meningkat . Tentunya bertumbuhnya kelas menengah ini merupakan suatu prestasi ekonomi yang luar biasa. Bahkan Menurut McKinsey Global Institute, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramalkan akan menempati peringkat ke-7 ekonomi besar dunia, mengalahkan Jerman dan Inggris pada tahun 2030. Sementara itu, hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada tahun 2010, kelas menengah Indonesia mencapai 56,7% penduduk Indonesia. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bagus, ditopang kelas menengah dengan konsumsi domestik yang tinggi, penulis berpendapat bahwa ini adalah peluang yang bagus untuk ikut serta berinvestasi di pasar modal kita yang sedang berkembang ini. Potensi perkembangan pasar modal di Indonesia yang sedang bagus, pertumbuhan IHSG naik rata-rata 19,78% per tahun dalam 5 tahun terakhir. Penulis berpendapat pentingnya mempelajari dan memperdalam ilmu tentang analisis fundamental perusahaan, sehingga bisa ikut berinvestasi di pasar modal kita. Pada kesempatan ini penulis akan melakukan analisis fundamental terhadap salah satu perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan retail terkemuka dengan portfolio bisnis yang beranekragam, dan dapat kita temui gerainya hampir di setiap pusat perbelanjaan, yaitu : PT Mitra Adiperkasa, tbk yang selanjutnya akan kita sebut sesuai kode sahamnya di Bursa Efek Indonesia yakni MAPI. Dengan portfolio bisnis yang beraneka ragam, seperti Fashion, departemen store food&beverage, supermarket, garment factory serta segmen pasar masyarakat menegah keatas yang semakin banyak. Sepanjang 2012, perdagangan saham MAPI berhasil ditutup naik 20%. Namun apakah
kenaikan tersebut telah wajar dan sesuai dengan kinerja perusahan? Apakah bisnis MAPI masih akan terus tumbuh? Berapa harga saham yang wajar untuk saham MAPI? Apa resiko yang harus di antisipasi jika memutuskan untuk berinvestasi di saham MAPI? Beberapa pertanyaan inilah yang membuat penulis ingin meneliti lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fundamental Saham PT Mitra Adiperkasa, Tbk ( Kode Saham : MAPI ) Tahun 2013” PT Mitra Adiperkasa, Tbk (MAPI) merupakan perusahaan dengan portfolio bisnis yang beranekaragam seperti bidang fashion, supermarket, food&beverage, departement store dengan segment pasar masyarakat menegah keatas. Menyadari pertumbuhan masyarakat menengah keatas Indonesia yang tumbuh pesat, MAPI semakin gencar melebarkan sayap bisnisnya. MAPI merencanakan akan membuka 300 gerai baru hingga akhir tahun 2013. Melihat potensi perkembangan bisnis MAPI yang bagus ini. Harga saham MAPI diperdagangkan naik 20% ditahun 2012. Namun setelah kenaikan yang cukup tinggi ini apakah harga saham MAPI telah mahal? Atau bahkan masih murah? Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya diperlukan analisis lebih lanjut. Dengan mempertimbangkan faktor Fundamental yang logis, penulis akan mencoba menghitung “Berapakah nilai intrinsik untuk saham PT Mitra Adiperkasa ( MAPI ) ?” menggunakan kombinasi pendekatan metode Free Cash Flow Equity ( FCFE ) dan Price Earning Ratio ( PER ), penulis akan mencoba menilai harga wajar untuk saham MAPI, sehingga bisa diketahui apakah saham MAPI diperdagangkan undervalued atau overvalued. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan objek penelitian salah satu perusahaan ritel terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan 3 tahun terakhir 2009 – 2012 yang dapat di download dari website perusahaan tersebut. Studi Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif, yakni menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, baik faktor makro ekonomi, industri, kompetitor, maupun bisnis perusahaan. Kemudian dapat dijadikan asumsi yang logis untuk memproyeksikan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan menggunakan kombinasi metode FCFE dan PER. Berikut grafik yang menggambarkan alur penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini : Pertumbuhan Ekonomi Dunia Analisis Makro Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi Nasional Inflasi Nilai Tukar Mata Uang
Analisis Industri
Potensi Pertumbuhan Industri Analisis Five Force
Potensi Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisis SWOT Analisis Bisnis Perusahaan
Rencana ekspansi perusahaan Analisis Kinerja Keuangan
Proyeksi Kinerja Keuangan Valuasi Saham
Free Cash Flow Equity Price Earning ratio
Nilai Intrinsik
Hasil dan Pembahasan Analisis Ekonomi Makro
Mengawali tahun 2013, banyak pihak yang khawatir terhadap beban ekonomi global akan sangat terasa di tahun ini, akan ada beberapa sektor yang memerlukan perhatian lebih, diantaranya pasar uang, defisit perdagangan (ekspor-impor), suku bunga, kredit dan pembiayaan produktif (riil investasi), sedangkan untuk investasi saham BEI masih bisa bernapas lega, karena pasar saham dalam satuan IHSG masih bergerak dijalur hijau, secara konsisten dalam pergerakan yang relatif positif di kalangan bursa dominan global, terdorong oleh krisis yang melanda Eropa dan Amerika yang sebelumnya mendominasi perekonomian dunia investor tidak mau mengambil resiko mereka memilih segera keluar dari pasar yang perekonomiannya tidak stabil, mengalihkan dananya ke bursa yang merupakan jalur aman, diantaranya adalah bursa negara-negara berkembang di Asia salah satunya Indonesia yang mulai menunjukkan dominasi perekonomian global. Lembaga Moneter International (IMF) pada 16 april 2013, telah mengeluarkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi global yang akan menyentuh level 3,3% untuk tahun ini. Level tersebut lebih rendah dari perkiraan yang dikeluarkan di awal tahun ini yang sebesar 3,5%. Turunnya perkiraan tersebut disebabkan oleh adanya sebuah dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa untuk tahun ini yang diperkirakan hanya mencapai level 0,3% saja. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik, PDB Indonesia pada triwulan I-2013 dibandingkan triwulan I-2012 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar 6,02 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini didukung oleh hampir semua sektor kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,43 persen. Sementara pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,98 persen. Inflasi Indonesia, menyusul rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Gubernur Bank Indonesia, menyatakan inflasi bisa mencapai 7,76 persen. Analisis Industri Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau usaha eceran di Indonesia sangat baik, hal ini dibuktikan banyaknya peritel asing yang masuk ke Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang tinggi, dan kelas menengah yang pesat, bahkan berpotensi tumbuh tiga kali lipat hingga 2030, bisnis ritel pun ikut tumbuh dengan baik di Indonesia. Daya beli dan jumlah kelas menengah dan konsumen kaya di Indonesia terus meningkat, hal ini menjadikan Indonesia sebagai kesempatan emas baik bagi perusahaan ritel lokal maupun korporasi multinasional dalam satu dekade mendatang. Hal lain yang mendorong perkembangan bisnis ritel di Indonesia adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kelas menengah, terutama di kawasan perkotaan yang cenderung lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat perkotaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan berbelanja saja namun juga sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan. Berkembangnya usaha di industri ritel ini juga diikuti dengan persaingan yang semakin ketat antara sejumlah peritel baik lokal maupun peritel asing yang marak bermunculan di Indonesia. Industri ritel di Indonesia saat ini semakin berkembang dengan semakin banyaknya pembangunan gerai-gerai baru di berbagai tempat. Kegairahan para pengusaha ritel untuk berlomba-lomba menanamkan investasi dalam pembangunan gerai-gerai baru tidaklah sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 3% sejak tahun 2000 dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa
menjadi alasan mereka bahwa ekonomi Indonesia bisa menguat kembali di masa mendatang. Dengan menggunakan analisis Porter 5 Forces, didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Persaingan sesama perusahaan dalam industry sejenis : MAPI merupakan perusahaan dengan pertumbuhan laba tertinggi jika dibandingkan Matahari dan Ramayana 2. Ancaman pendatang baru : industri ritel sedang berkembang sangat baik di Indonesia, ditopang pertumbuhan penduduk Indonesia, sehingga tentunya kemungkinan munculnya pesaing baru semakin besar. 3. Ancaman produk substitusi : harga produk yang relatif mahal membuka peluang konsumen akan beralih ke produk yang lebih murah 4. Kemampuan tawar pemasok : Produk yang ditawarkan perusahaan merupakan produk licensing dan franchising yang berasal dari luar negeri. Dalam hal ini posisi pemasok secara umum lebih kuat dibandingkan perusahaan. Oleh karenanya perusahaan perlu dijalin hubungan jangka panjang yang baik dengan para principal 5. Kemampuan tawar pembeli : Sebagian besar produk yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan produk yang umum. Beragam merek berbeda dengan kualitas dan harga yang berbeda di jual pasar yang merupakan competitive product bagi perusahaan. Sehingga para konsumen dapat memilih produk mana yang akan mereka beli atau konsumsi. Sehingga secara umum pembeli atau konsumen lebih memiliki posisi tawar yang kuat kepada perusahaan. Analisis Bisnis Perusahaan Internal Perusahaan Perusahaan menggunakan struktur organisasi Multidivisional atau M-Form. Dimana dalam struktur ini perusahaan dibagi menjadi beberapa divisi yang diberikan kewenangan otonomi pengelolaan operasional dan dibantu staf corporate yang memberikan informasi mengenai lingkungan bisnis eksternal dan internal yang akan dihadapi perusahaan, Sehingga unit bisnis dapat berkembang lebih maksimal karena dikelola oleh perusahaan masing-masing. Strategi pemasaran perusahaan dikembangkan sesuai dengan karakteristik produk yang dijual. Tujuan dari strategi marketing perusahaan adalah meningkatkan brand recognition dan market acceptance terhadap produk perusahaan. Perusahaan juga terus mengotomatisasikan pertukaran data Perusahaan dengan para pemilik merek dan vendor kami untuk meningkatkan kecepatan, ketepatan dan efisiensi. Hingga akhir tahun 2012, tercatat perusahaan memiliki total karyawan aktif 17.796 orang. Sejalan dengan strategi perusahaan yang berfokus kepada manusia, perusahaan terus membangun program-program Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah ada untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perkembangan dan kinerja.
Analisis SWOT Kekuatan 1. MAPI memiliki gross profit margin (GPM) yang cukup tinggi yaitu rata-rata 50%, dengan GPM sebesar ini memberi peluang perusahaan untuk bisa mendapatkan laba berish yang besar jika perusahaan mampu meminimalisir pengeluaran beban lainnya 2. MAPI memiliki sumber daya manusia yang terdidik dengan program training perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang dengan cepat dan lebih baik. 3. MAPI memiliki reputasi yang baik sebagai distributor produk branded dimata
Internasional, sehingga mempermudah kepercayaan merek-merek dagang baru
perusahaan
dalam
mendapatkan
Kelemahan 1. MAPI memerlukan biaya / modal kerja yang tinggi untuk berekspansi, dimana perusahaan perlu mengeluarkan biaya besar untuk membeli franchise / goodwill dari merek-merek besar dan terkenal di dunia. Perusahaan juga harus mengeluarkan dana besar untuk menyewa gerai di Mall atau pusat perbelanjaan yang bergengsi untuk menaikkan nilai jual produk. 2. Harga jual produk MAPI yang cukup tinggi. Contoh, konsumen harus mengeluarkan lebih dari Rp 300.000,- untuk mendapatkan sehelai kaos di gerai Zara, padahal masih banyak kaos-kaos di pasaran yang harganya kurang dari Rp 100.000,Kesempatan 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang bagus. Pascakrisis financial global 2009, yaitu sejak 2010 hingga 2013, menurut BPS, PDB Indonesia tumbuh diatas 6% per tahun. 2. Pertumbuhan daya beli / konsumsi masyarakat Indonesia. Pertumbuhan kelas menengah Indonesia yang luar biasa dan konsumsi masyarakat yang tinggi selain telah menyelamatkan Indonesia dari krisis 2008, juga merupakan sasaran empuk bagi bisnis MAPI 3. Banyak produk dan konsep baru yang dapat dikembangkan. Masih terdapat banyak merek-merek ternama di dunia yang belum ada di Indonesia. Ancaman 1. Naiknya upah minimum pekerja, pada pertengahan tahun 2013, pemerintah menaikan UMP hingga 40%. 2. Ancaman regulasi pemerintah yang membatasi / mempengaruhi pertumbuhan bisnis MAPI. Terdapat ancaman regulasi pemerintah yang dapat membatasi ruang gerak bisnis MAPI, seperti pembatasan jumlah Gerai / Franchise. 3. Ancaman datangnya pesaing baru. Di era persaingan global ini, banyak perusahaan besar berlomba melakukan ekspansi Internasional. Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan konsumsi yang tinggi tentu merupakan pangsa pasar yang subur untuk perusahaan multinasional. 4. Munculnya produk pengganti / substitusi, ancaman produk pengganti selalu ada dalam segala bidang bisnis. Dimana biasanya memiliki harga yang lebih murah sehingga menyebabkan konsumen beralih ke produk pengganti.
Strategi Perusahaan Dalam menjalankan bisnisnya, MAPI tak lepas dari peranan infrastruktur ritel modern. Untuk memperoleh pertumbuhan yang significant, MAPI berusaha memaksimalkan potensi pertumbuhan merek yang ada dan konsep ritel di mall baik yang telah ada maupun yang baru. Bahkan MAPI dengan agresif menambah berbagai merek-merek terkemuka dari berbagai belahan dunia. Berikut sejarah pertumbuhan gerai MAPI. Lima tahun terakhir, MAPI semakin gencar mengembangkan bisnisnya, sejak tahun 2008 MAPI telah berhasil menambah 700an gerai baru dan berhasil meningkatkan pendapatan 22% per tahun. Melanjutkan trend pertumbuhannya, Di tahun 2013 MAPI menargetkan akan mendatangkan 10 merek dan membuka 350 gerai baru, hingga kuartal I-2013, sudah didatangkan 2 merk dan dibuka 57 gerai.
Kinerja keuangan perusahan Perusahaan memiliki catatan pertumbuhan yang baik. Dimana sejak 2008 perusahaan membukukan Compound Annual Growth Rate (CAGR) atau rata-rata pertumbuhan pendapatan per tahun sebesar 22%.
Gambar 4.7 Grafik Pertumbuhan Pendapatan MAPI tahun 2008-2012
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Gambar 4.8 Pertumbuhan Laba Usaha MAPI tahun 2008-2012
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan
Perusahaan juga membukukan peningkatan laba usaha 27% per tahun. Diikuti pertumbuhan EBITDA 22% per tahun seperti grafik di bawah. Analisis rasio keuangan perusahaan Analisis keuangan perusahaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja keuangan perusahaan selama ini. Penulis akan membandingkan beberapa rasio keuangan perusahaan dari tahun 2008 – 2012 yang diolah dari data perusahaan. Rasio likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut tabel dan grafik yang akan menunjukkan keadaan rasio likuiditas perusahaan.
Tabel 4.5 Rasio Likuiditas MAPI Rasio Likuiditas 2008 2009 2010 2011 2012 Current Rasio 140.3% 144.8% 127.0% 104.0% 121.6% Quick Rasio 58.4% 54.7% 53.9% 43.5% 50.1% Cash Rasio 20.4% 15.7% 16.9% 13.2% 19.7% Sumber : Laporan keuangan perusahaan Rasio likuiditas perusahaan mengalami sedikit penurunan dari tahun 2008 akibat perusahaan gencar melakukan ekspansi sehingga terjadi peningkatan kewajiban lancar. Setelah penurunan, terlihat ditahun 2012 mulai ada peningkatan indikator rasio likuiditas. Ini berarti perusahaan ada menjaga batas kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Secara umum rasio likuiditas perusahaan masih dapat dikategorikan cukup sehat karena masih memiliki current rasio di rata-rata 130%, quick rasio 55%, cash rasio 100%.
Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas / leverage digunakan untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik perusahaan dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang, rasio ini menunjukan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman. Adapun rasio solvabilitas perusahaan dirangkum sebagai berikut : Tabel 4.9 Tabel Rasio Solvabilitas MAPI Rasio Solvabilitas 2008 2009 2010 2011 2012 Total debt to equity rasio 2.34 1.62 1.50 1.46 1.76 Total debt to aset rasio 0.70 0.62 0.60 0.59 0.64 Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah Tabel di atas menunjukkan debt to equity rasio telah perusahaan mengalami penurunan yang cukup significant, dari 2,5x hingga 1,5x. ini menunjukkan asset perusahaan tidak hanya dibiayai utang, tetapi juga dibiayai ekuitas. Akan tetapi di tahun 2012, terjadi peningkatan kembali akibat perusahaan harus kembali menambah dana dari utang untuk melakukan ekspansi. Sedangkan debt to asset masih terjaga stabil di rata-rata 0,6x. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas perusahaan diukur dari perbandingan antara laba dengan aktiva / modal perusahaan yang dimiliki untuk menghasilkan laba tersebut. Berikut rasio profitabilitas perusahaan pada tabel dan grafik berikut ini. Tabel 4.12 Tabel Rasio Profitabilitas MAPI Rasio Profitabilitas 2008 2009 2010 2011 2012 GPM 53.1% 50.0% 50.4% 51.7% 50.9% NPM -2.0% 4.0% 4.3% 6.1% 5.7% EP -2.3% 8.3% 7.5% 11.0% 10.0% RoE -6.2% 12.7% 13.7% 20.0% 20.1% RoA -1.9% 4.9% 5.5% 8.1% 7.3% Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah
Tabel di atas menunjukan beberapa rasio profitabilitas perusaahan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti : Net Profit Margin, Earning power, Return on Equity, Return on Asset, yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh semakin membaik, perusahaan semakin efektif dan efesien dalam memanfaatkan aset dan ekuitasnya. Sedangkan gross profit margin masih cenderung stabil dikisaran 50% akibat fluktuasi nilai mata uang dimana sebagian besar produk yang jual perusahaan di Import dari luar negeri.
Valuasi saham Setelah menganalisis faktor-faktor lingkungan fundamental perusahaan, di mulai dari lingkungan makro, lingkungan industri, kinerja perusahaan, maka penulis akan melakukan penilaian terhadap harga wajar saham perusahaan, atau valuasi saham perusahaan. PT Mitra Adiperkasa, Tbk merupakan perusahaan retail yang memiliki perputaran cash flow lancar dan sedang bertumbuh pesat beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan metode valuasi Free Cash Flow Equity ( FCFE ) untuk menilai harga wajar saham perusahaan, dimulai dari memproyeksi kinerja laporan keuangan, laporan laba rugi, dan laporan cash flow perusahaan, sehingga dapat dihitung free cash flow per lembar saham perusahaan ditambah dividen dan nilai residu saham perusahaan. Penulis juga akan menilai sentimen pasar terhadap saham perusahaan dengan mengkombinasikan dengan metode valuasi P/E ratio. Dimana dengan komposisi bobot 70% FCFE yang mencerminkan kemampuan free cash flow perusahaan dan 30% P/E Ratio sebagai sentiment pasar terhadap saham perusahan, penulis lebih menitik beratkan bobot pada metode FCFE karena menurut penulis, kemampuan kas bebas perusahaan lebih penting daripada sentimen pasar, sehingga penulis berasumsi dengan bobot 70 : 30 akan didapat nilai intrinsik dari saham perusahaan yang lebih tepat. Metode Valuasi FCFE MAPI merupakan perusahaan ritel yang sedang berkembang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Terutama karena ditopang konsumsi masyarakat Indonesia yang tinggi. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa metode yang tepat untuk menvaluasi saham perusahaan yang sedang berkembang seperti MAPI adalah FCFE. Berikut 3 komponen didalam FCFE, yaitu : kas per lembar saham, proyeksi nilai Free Cash Flow untuk 5 tahun kedepan, dan terminal value dari perusahaan. Berikut total nilai intrinsic perusahaan berdasarkan total dari 3 komponen FCFE, yaitu kas per saham, PV proyeksi FCFE 5 tahun kedepan, dan terminal value dari FCF pertumbuhan stabil perusahaan. Tabel 4.22 Tabel Komponen FCFE Kas per share Proyeksi FCFE 4 tahun
317.00 1,834.64
Terminal value
9,156
Nilai Intrinsik
11,307
Hasil perhitungan nilai intrinsik perusahaan MAPI berdasarkan metode Free Cash Flow to Equity adalah Rp 11.307,- per lembar saham Metode Valuasi Perbandingan PER Salah satu indikator yang paling sering digunakan dalam analisis fundamental adalah price earning ratio (PER) . PER berarti perbandingan antara harga saham di pasar (Price) terhadap laba bersih per saham ( EPS ). Menurut proyeksi laporan keuangan perusahaan, EPS perusahaan di akhir tahun 2013 akan berada di Rp 291 per saham.
Gambar 4.21 Proyeksi EPS Perusahaan
Sumber : Laporan keuangan perusahaan diolah PER rata-rata industri ritel Indonesia adalah 30x menurut sumber reuters.com. Sehingga akan didapat harga wajar untuk saham MAPI berdasarkan PER yaitu : Rp 291,- x 30 = Rp 8.730,- per lembar saham. Kombinasi Metode FCFE dan Perbandingan PER Untuk mendapatkan nilai intrinsik value yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan dan kondisi sentiment market. Maka penulis akan mengkombinasikan 2 metode valuasi yang paling sering digunakan investor, yaitu metode FCFE dan metode PER rasio dengan komposisi 70% FCFE yang mencerminkan kondisi keuangan perusahaan, dan 30% PER rasio yang mencerminkan sentiment market terhadap saham perusahaan sehingga didapatkan hasil nilai intrinsik dari saham MAPI adalah Rp 10.535,- per lembar saham. Tabel IV.23 Perhitungan Nilai Intrinsik Perusahaan Metode analisis FCFE PER rasio Jumlah
Nilai 11,308 8,730
Porsi 70% 30% 100%
Hasil 7,915.55 2,619.00 10,534.55
Harga saham perusahaan MAPI telah turun 18% sejak penutupan 31 maret 2013 dari harga Rp 9.100,- menjadi Rp 7.450,- per tanggal 14 Juni 2013 akibat aksi jual investor menanti berita kenaikan harga BBM. Sehingga harga saham MAPI sedang diperdagangkan undervalued atau terdiskon 30% dari nilai intrinsik valuenya.
Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : • Berdasarkan ekonomi makro, kondisi pertumbuhan ekonomi global sudah menunjuk kemajuan, walaupun belum sepenuhnya pulih dari krisis 2008, pertumbuhan ekonomi nasional masih bagus, inflasi terjaga, suku bunga stabil, sehingga akan banyak dana asing yang masuk ke bursa kita • Industri ritel Indonesia masih sangat bagus ditopang pertumbuhan kelas menengah yang pesat. Menyadari peluang bagus tersebut, MAPI gencar melakukan ekspansi sehingga diproyeksikan masih akan tumbuh pesat untuk beberapa tahun kedepan • Hasil analisis rasio keuangan perusahaan menunjukkan kinerja keuangan MAPI cukup baik. Dimana rasio likuiditas dan solvabilitas dapat meningkat kembali setelah tertekan oleh kenaikan utang pada tahun 2011 untuk ekspansi perusahaan, demikian juga rasio
•
profitabilitas perusahaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset dan ekuitasnya untuk menghasilkan laba semakin baik. Berdasarkan metode valuasi FCFE (70%) dan metode perbandingan PER (30%), didapatkan nilai wajar saham MAPI adalah RP 10.525,- per lembar saham atau masih diperdangangkan undervalue per tanggal 16 Juni 2013 di harga Rp 7.900 per lembar saham.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan perkembangan pasar modal Indonesia adalah sebagai berikut : Bagi Perusahaan Perusahaan harus jelih dalam memanfaatkan peluang pertumbuhan ekonomi nasional dengan melakukan ekspansi seperti penambahan gerai, memaksimalkan kinerja gerai yang telah ada, menambah konsep bisnis baru, dan sebagainya. Akan tetapi dengan biaya ekspansi yang mahal, perusahaan harus teliti dalam menambah gerai dan konsep bisnis baru agar dapat segera memberikan hasil untuk perusahaan. Bagi Investor Berdasarkan hasil penelitian ini, MAPI merupakan perusahaan ritel yang memiliki peluang pertumbuhan besar dimasa yang akan datang. Akan tetapi investor perlu cermat dalam menilai kebijakan ekspansi perusahaan. Dimana ekspansi tersebut menghabiskan biaya yang mahal dan sebagian besar dibiayai utang. Namun berdasarkan valuasi yang dilakukan penulis, saat ini harga saham MAPI diperdagangkan undervalue dengan harga Rp 7.900,- / lembar pada tanggal 16 Juni 2013 jika dibandingkan dengan nilai intrinsik yang didapat dalam penelitian ini sebesar Rp 10.525,- per lembar saham atau terdapat potensial growth sebesar 33%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi fundamental PT Mitra Adiperkasa, Tbk sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk investor yang ingin berinvestasi di saham perusahaan.
Referensi Alan J. Marcus, Stewart C. Myers & Richard A. Brealey. (2007). Fundamentals of Corporate Finance 5th Edition. McGraw Hill Irwin. Bodies, Kane, Alan, J Marcus. (2008). Investments. 7th (ed.) Singapore. McGraw Hill. Coki. (2009). Capital Market Education. Analisis fundamental.diakses, diakses 15 Juni 2013 dari http://coki002.wordpress.com/analisis-fundamental/. Company Website. http://map-indonesia.com/flash/main.php Damodaran, Aswath. (2006). Damodaran on Valuation : Security Analysis for Investment and Corporate Finance. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc Gitman, Lawrence C. (2009). Principles of Managerial Finance. 12th Edition. Addison-Wesley. Kieso, D. E., Weygandt, J. J, & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting IFRS 1th edition. John Wiley & Sons, Inc Lam, N. & Lau, P. (2009). Intermediate Finacial Accounting : an IFRS Perspective. Singapore : McGraw Hill Education. Lawrence J. Gitman. (2007). Principles of Managerial Finance. 12th Edition. Pearson Prentice Hall. Miles, David, Andrew Scott. (2005). Macro Economics Understanding The Wealth Of Nations. John & Willey Sons, Inc Palepu, Kreshna G. et al,. (2004). Business Analysis and Valuation Using Financial Statement. 3rd Edition, Mason : Thompson South Western Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., Jordan, Bradford D. (2003). Fundamentals of corporate finance. 6th Edition. McGraw Hill Education
Syafrizal Helmi. (2009). Rasio-rasio keuangan perusahaan, diakses 18 Juni 2013 dari http://shelmi.wordpress.com/2009/03/04/rasio-%E2%80%93-rasio-keuangan-perusahaan/ Wild, John J, K.R Subramanyam dan Robert F. Hasley (2007). Financial Statement Analysis. Mc Graw Hill, Inc Riwayat Hidup Penulis Khenwin lahir di Singkawang, Kalimantan Barat pada tanggal 29 Agustus 1991. Penulis mulai menjalani pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada tahun 2009 yang ditargetkan akan selesai tahun 2013. Setelah lulus, penulis mulai memfokuskan diri dalam mengembangkan usaha garment.