ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “MADRID UNTUK PALESTINA, WARGA GAZA BOIKOT BARCA” PADA RUBRIK KICK OFF DI HARIAN UMUM REPUBLIKA EDISI 29 SEPTEMBER 2012
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh ImasDamayanti NIM: 109051100071
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M
ABSTRAK Imas Damayanti Analisis Framing Pemberitaan “Madrid Untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012 Penelitian ini mengangkat tentang isu sepak bola Spanyol yang terkenal dengan dua klub besarnya yaitu Real Madrid dan Barcelona yang memiliki sepak terjang berbeda dalam hal kemanusiaan di Palestina. Dalam hal ini Republika mengangkat isu tentang kemanusiaan dibalut dengan wacana olahraga yang akrab di telinga masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim terbesar di dunia dan memiliki selera tinggi terhadap pemberitaan olahraga apalagi sepak bola. Pemberitaan tersebut muncul pada edisi 29 September 2012 di rubrik Kick Off dengan judul “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”. Untuk mengetahui bagaimana Republika membingkai berita tersebut maka muncul beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana Framing kategorisasi Republika dalam berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”? kemudian bagaimana kesalahan rubrikasi berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Republika? Bagaimana Framing ideologi dalam berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”? Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, teori yang digunakan peneliti adalah teori analisis framing model Murray Edelman yang melihat bagaimana media membingkai sebuah berita melalui kategorisasi, kesalahan dalam rubrikasi, dan ideologi media. Sebuah kategorisasi, kesalahan rubrikasi, dan ideologi memiliki andil penting dalam mengarahkan opini khalayak dalam memandang sebuah isu. Dan dari situ akan terjadi persepsi tertentu dari khalayak pada sebuah isu tertentu yang telah dibingkai media. Dari hasil wawancara dan penelitian peneliti ditemukan beberapa fakta penting yang menunjukkan bahwa pemberitaan yang menjadi fokus peneliti adalah sebuah bingkai dari Republika yang menyangkut nilai ideologi. Wacana politik lebih santer terdengar ketimbang olahraga di dalam rubrik olahraga. Kemudian terlihat juga kategorisasi melalui pemakaian kata yang memiliki makna tidak seharusnya dalam beberapa kalimat pemberitaan tersebut, pemakaian kata ini bisa menjadi senjata dalam membingkai sebuah isu oleh Republika. Republika membingkai sebuah isu politik dan agama dalam balutan rubrik olahraga. Kata Kunci: Framing, olahraga, Berita, Republika, dan sepak bola.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Puji serta syukur peneliti panjatkan untuk petunjuk serta Ridha-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Framing Pemberitaan „Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca‟ Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi di jenjang Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Konsentrasi Jurnalistik. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui. Ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, peneliti mengiringkan terima kasih sedalamdalamnya atas dukungan baik moril maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jumroni, MS.i selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Suparto, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Sunandar, MA. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Rachmat Baihaqi, MA. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus Dosen Penasihat Akademik dan Ade Rina Farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 4. Masran, M.A. selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan arahan,
bimbingan, waktu, dan nasehat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen, serta para staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Pihak Republika yang turut berperan dalam selesainya penelitian peneliti, khususnya kepada Wakil Redaktur Pelaksana Syahruddin el Fikr Sekretaris Redaksi Fahmi dan Redaktur Endro Yuwanto. Terimakasih telah memberikan waktu berharganya. 7. Secara khusus dan terutama adalah yang peneliti selalu cintai, kedua orang tua, Saanih dan Ibnu Hajar (alm) yang telah begitu banyak dan tanpa henti memberikan doa, dukungan dan pengorbanan kepada peneliti. 8. Kakak-kakak peneliti, Tuti Awaliyah, Idrus Efendi (alm), Irma Rianingsih, Ita Puspita, dan Isna Amaliah yang selalu menjadi inspirasi.
9. Seluruh sahabat masa pesantren dan khususnya angkatan 30 yang menjadi rantaian semangat di hidup saya ini. Seseorang yang namanya tidak bisa penulis sebut di sini, terima kasih atas kebersamaan kita dan jangan ke mana-mana. 10. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik angkatan 2009, yang telah melalui sebuah masa penuh kenangan dengan peneliti selama menuntut pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya, Adjri, Ali, Andin, Arga, Arintika, Azis, Bima, Bobby, Devi, Devit, Dewi F., Dewi R. Dul, Fauziah, Fikri, Hafsa, Hilda, Hilman, Ilham, Ima, Yusuf, Indi, Jaffry, Jauhari, Khaeru, Lindawati, Marisha, Mekar, Nur F., Puti, Putri B., Putri N., Samsul, Sigit, Turi, Virlin, dan Zaki. 11. Teman-teman anggota KKN PENA dan seluruh warga Gunung Seureuh , terima kasih atas kerja sama dan pengalamannya sebulan penuh disana. 12. Kawan-kawan English Club 2013 yang luar biasa tangguh. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti akan menerima segala kritik dan saran agar lebih belajar lagi. Akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya. Jakarta, 28 April 2014
Imas Damayanti
DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
E. Metode Penelitian ......................................................................
7
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................
7
G. Sistematika Penulisan................................................................
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konstruksi Realitas Sosial ........................................................
10
B. Analisis Framing.......................................................................
14
1. Pengertian Analisis ............................................................
14
2. Pengertian Framing ...........................................................
15
3. Pengertian Analisis Framing .............................................
17
C. Model Framing Murray Edelman .............................................
19
1. Kategorisasi ........................................................................
19
2. Kategorisasi dan Ideologi ...................................................
22
BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Republika ........................................................................
24
B. Profil Wartawan Republika Endro Yuwanto ............................
29
C. Profil FC Barcelona ..................................................................
30
D. Profil Real Madrid FC...............................................................
33
E. Rivalitas Real Madrid dan Barcelona .......................................
35
i
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Framing Kategorisasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 …………………..
38
B. Kesalahan Rubrikasi Dalam Berita “Madrid untuk Paletina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 ……………… ......
45
C. Framing Ideologi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 ……………... .......
49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
55
1. KesimpulanFraming Kategorisasi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika……………………………………………..
55
2. Kesimpulan Kesalahan Rubrikasi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ……………………………………………..
55
3. Kesimpulan Ideologi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ………………………………………….... B. Saran..........................................................................................
ii
56 57
1. Saran Framing Kategorisasi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ….
57
2. Saran Rubrikasi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ………..
57
3. Saran Ideologi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ………..
58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
59
iii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat, sebagai penyalur informasi, media massa juga berperan banyak dalam mengembangkan pendidikan serta memberikan sebuah hiburan kepada khalayak. Sebagai salah satu elemen penting dari sebuah negara, media massa juga sangat berpartisipasi dalam membangun negara karena sifatnya yang sangat informatif dan edukatif. Umumnya media massa yang sudah sangat populer dalam era globalisasi seperti ini berupa radio, televisi, surat kabar, sampai internet sudah sangat membaur di masyarakat karena mudah ditemui. Media massa sebagai penyalur atau proses penyampaian informasi melalui sarana teknis untuk kepentingan umum dan kelompok besar yang tidak dikenal.1 Maka sudah sangat jelas keefektifan media massa dalam memengaruhi opini dan prilaku khalayak terhadap suatu informasi yang mereka dapatkan dari media massa. Media cetak memiliki kelebihan tersendiri dalam menyampaikan informasi kepada khalayak dibandingkan media massa lainnya. Karena media cetak bersifat tulisan yang dapat dibaca berulang-ulang karena sifatnya berupa lembaran yang bisa disimpan. Keefektifan khalayak dalam mendapatkan informasi bisa lebih spesifik dengan cara menyimpan dan membaca berulang-ulang lembaran Koran
1
hal 11.
Tondowidjojo Cm. JVS, Media Massa dan Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 1985)
2
yang disimpan. Keefektifan media cetak juga terletak pada kemasan pemberitaan yang langsung menuju sasaran dengan pemakaian kata-kata khusus dan konkret di setiap rubrik.2 Dengan informasi yang mudah didapatkan masyarakat pada era globalisasi ini, media cetak terus menunjukkan tajinya sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi opini khalayak. Informasi terus membanjiri masyarakat, namun masyarakat akan memilih informasi yang mereka sukai. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ketertarikan terhadap informasi juga sangat berbeda-beda mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua, mereka dapat memilih informasi sesuai ketertarikan mereka terhadap suatu hal yang mereka sukai. Tapi dibalik itu semua, ada satu informasi yang sangat mendominasi ketertarikan khalayak, baik di kalangan anak-anak sampai orang tua karena bersifat ringan. Seperti kita ketahui, di Indonesia berita yang ringan menjadi alternatif tersendiri di tengah banyaknya berita-berita seputar dunia politik yang cukup berat. Hal itu Seperti yang dijelaskan oleh Daniel Boorstin tentang bagaimana masyarakat menyerap berita-berita ringan yang disajikan oleh media. Karena bersifat ringan dan menguntungkan untuk media, berita-berita ringan tersebut laris manis menjamur di masyarakat dan masyarakat seolah kehilangan kepentingan untuk peka terhadap kejadian di sekitarnya.3 Adalah sepakbola sebagai olahraga paling populer di jagat raya termasuk di Indonesia. Sepakbola membuat khalayak terus mencari informasi terkait sepakbola, mulai dari pertandingan sepakbola maupun pernak-perniknya seperti 2
Sudirman Tebba: Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 64. Brian McNair: An Introduction to Political Communication, (New York: Routledge, 2004), h. 27. 3
3
profil pemain hingga manajemen sebuah klub-klub sepak bola dunia. Tak ayal, jika sajian informasi dari dunia sepak bola sangatlah diminati masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim terbesar di dunia. Jadi sangatlah jelas, media cetak mengambil langkah cepat dalam mencari dan menyajikan informasi dari dunia sepak bola untuk eksistensinya, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sepakbola dari dalam maupun luar negeri memiliki magnet tersendiri terhadap penikmat sepak bola. Di dalam negeri, euforia sepak bola begitu terasa ketika Piala AFF 2010 saat Indonesia berhasil masuk ke dalam final di kejuaran bergengsi se-Asia Tenggara, namun karena gagal meraih trofi saat final tersebut, euforia itu perlahan mulai kandas dan terkikis. Dan jauh sebelum piala AFF 2010 digelar, masyarakat Indonesia memang sangat menikmati sepakbola luar negeri hingga saat ini, khususnya Negara-negara yang memiliki liga bergengsi di dunia. Sebut saja Liga BBVA yang dimiliki Spanyol. Magnet dari dua klub raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid membuat dunia termasuk Indonesia mejadikan Liga BBVA sebagai kiblat sepakbola selain Barclays Priemier League milik Inggris. Dan sampai saat ini, penikmat Liga BBVA di Indonesia sudah menunjukkan angka yang sangat fantastis. Spanyol sebagai kiblat sepakbola modern saat ini benar-benar menunjukkan kapasitasnya, terbukti dengan pencapaian mereka saat meraih trofi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012. Belum lagi Liga BBVA dihuni oleh klub-klub papan atas dunia, sebut saja Barcelona, Valencia, Real Madrid, Malaga, dan Atletico Madrid. Dengan Liga yang bertabur pemain bintang dari belahan Negara seperti Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Francesc Fabregas, Iker
4
Casillas, dan lain sebagainya. Tak heran jika banyak para penikmat sepak bola yang tak mau tertinggal berita seputar Liga BBVA. Pemain bintang hingga manajemen klub terus jadi sorotan media, termasuk media cetak. Banyak kebijakan-kebijakan dari manajemen klub-klub besar, seperti transfer pemain hingga kegiatan sosial dalam kemasan olahraga yang tentu saja disokong oleh sponsor-sponsor klub. Namun apa jadinya jika peran sepakbola yang awalnya adalah sebuah hiburan yang bersifat olahraga dicampuri oleh kepentingan tertentu dan menimbulkan kontradiksi. Meski sejatinya, sepak bola selalu menampilkan dimensi lain dari suatu bangsa, olahraga ini menjadi dialog antar-komunitas,
antar-ormas,
dan
antar-bangsa,
terutama
ketika
dialog
konvensional baik melalui jalur diplomasi maupun tekanan politik atau militer yang mengalami jalan buntu.4 Berita mengenai dunia sepakbola juga tersaji di media cetak, seperti Republika yang memiliki rubrik Kick Off . Rubrik ini khusus menyampaikan berita-berita mengenai sepakbola. Namun, pada edisi Sabtu, 29 September 2012 rubrik Kick Off menyajikan berita yang bernafaskan sensitif agama terhadap dua klub yang mempunyai rivalitas tinggi yaitu Real Madrid dan Barcelona. Berita itu disajikan dengan judul Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca. Hal-hal yang berbau Suku, Ras, Agama dan Antargolongan (SARA) tidak seharusnya ada dalam sepakbola. Kembali kepada makna dan fungsi sepakbola itu sendiri adalah sebuah hiburan yang bersifat olahraga, berimbang, serta tak memihak, dan sportif.
4
Muhaimin Iskandar: Spiritualitas Sepak Bola , (KLIK.R: Jl. Imogiri Barat Km. 6, No. 26, 2006), hal. 4.
5
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “MADRID UNTUK PALESTINA, WARGA GAZA BOIKOT BARCA” PADA RUBRIK KICK OFF DI HARIAN UMUM REPUBLIKA EDISI 29 SEPTEMBER 2012. B. Batasan dan Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis, maka penulis membatasi masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada analisis framing pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” pada rubrik Kick Off di Harian Umum Republika edisi 29 September 2012. Analisis framing bisa dilakukan dengan bermacam-macam fokus dan tujuan. Tentu saja karena hal ini berkaitan dengan berbagai definisi dan ruang lingkup framing sendiri yang cukup kompleks. Edelman, mensejajarkan framing dengan kategorisasi. Karena kategorisasi memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi kesadaran publik. Kemudian Edelman juga melihat framing sebagai rubrikasi serta ideologi, di mana topik-topik tertentu yang harusnya diletakkan di rubrik yang semestinya justru diletakkan ke rubrik yang lain.5 Dari seluruh pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa poin dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana Framing kategorisasi Harian Republika terhadap berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” pada rubrik Kick Off edisi 29 September 2012.
5
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), h. 156-157.
6
2. Bagaimana Framing Rubrikasi Harian Republika pada berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di rubrik Kick Off edisi 29 September 2012. 3. Bagaimana kesalahan Ideologi Harian Republika pada berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di rubrik Kick Off edisi 29 September 2012. Setidaknya, poin yang penulis tawarkan di atas menjadi pedoman pembahasan dalam skripsi ini atau sebagai frame content yang penulis jadikan acuan pembahasan.6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu: 1. Mengetahui cara Harian Umum Republika dalam membingkai pemberitaan sepak bola bermuatan politik. 2. Mengetahui peran dakwah Harian Umum Republika dengan menggunakan analisis Framing model Murray Edelman. 2. Manfaat Penelitian Secara content essentials, manfaat penelitian ini penulis harapkan dapat menjadi sebuah sumbangan akademik dalam hal studi komunikasi massa yang berafiliasi pada studi media cetak. Penulis juga mendapatkan wawasan tambahan referensi karena telah melakukan sebuah penelitian sesuai dengan pendidikan 6
Yang dimaksud dengan Frame Content adalah kerangka isi dalam penulisan karya ilmiah ini.Dimaksudkan agar pokok permasalahan yang ingin penulis teliti tidak keluar dari kaitan judul skripsi.
7
yang penulis tempuh. Juga dapat menumbuhkan semangat olah raga serta menginspirasi bagi semua. Bagi pembaca, hasil penelitian yang penulis susun dalam sebuah skripsi ini adalah dapat membantu studi-studi media cetak khususnya. Sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai sesuai kebutuhan akademik. D. Metode Penelitian Dalam penulisan ini, penulis melakukan pengumpulan data dari berbagai literatur, yang melingkupi pengumpulan data berupa referensi yang erat kaitannya dengan media cetak. Seperti buku-buku, artikel, baik yang bersumber dari media cetak maupun elektronik. Hasil data tersebut dibahas dan dianalisa kemudian ditulis sesuai dengan standar penulisan karya ilmiah. Metode penelitian dalam penulisan ini menggunakan metode kualitatif7. Selain itu, penulis juga menggunakan metode Deskriptif8 untuk memenuhi referensi isi dari penulisan ini, kedua metode tersebut penulis lakukan dengan cara studi lapangan dan pustaka (Field and Library Research). E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka ke perpustakan utama UIN Syarif Hidayatullah maupun perpustakaan di Fakultas 7
Penelitian Kualitatif adalah penelitian Ilmu Sosial yang berupaya menghimpun data, mengolah data, dan menganalisa secara kualitatif.Penelitian dengan metode ini lebih mendalam dalam pengungkapan masalah dan sebagai upaya komprehensif secara penjelasan deskriptif. Sehingga hasil dari penelitian ini memiliki kelebihan tersendiri disbanding dengan penelitian dengan metode lain. Lihat: Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h.13. 8 Pendekatan Deskriptif dimaksudkan sebagai pendekatan yang berupaya untuk menggambarkan suatu peristiwa, gejala atau temuan dalam penelitian.Sehingga memudahkan bagi penerima hasil penelitian untuk dipelajari lebih lanjut.Pendekatan ini melingkupi penjelasan mengenai sebuah peristiwa terjadi, bagaimana, dan sejauh mana. Lihat: Suharsimi Arikunto, Prosedur Suatu Penelitian Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1922), h. 29.
8
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka, penulis menemukan sebuah skripsi yang membahas mengenai Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Media Indonesia. Dari skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti tentang ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “MADRID UNTUK PALESTINA, WARGA GAZA BOIKOT BARCA” PADA RUBRIK KICK OFF DI HARIAN UMUM REPUBLIKA EDISI
29
SEPTEMBER 2012. F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang jelas dan terarah, maka penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI Penulis menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang pengertian konstruksi realitas sosial, pengertian analisis, pengertian framing, pengertian analisis framing, dan model-model analisis framing. BAB III: GAMBARAN UMUM Penulis menguraikan profil, sejarah, sepak terjang dua klub sepakbola spanyol Real Madrid dan Barcelona. Ideologi, sejarah, perkembangan, dan rubrik Kick Off di Harian Umum Republika.
9
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Framing Kategorisasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 B. Framing Rubrikasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 C. Framing Ideologi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 BAB V: PENUTUP Penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diteliti dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang didapat.
10
BAB II LANDASAN TEORI Sejak 1998 era reformasi di Indonesia di mulai dengan munculnya kebebasan pers yang menjadi simbol kemerdekaan berbicara setiap warganya. Kebebasan pers ini ditandai dengan lahirnya Undang-undang No: 40 Tahun 1999 tentang Pers.3 Reformasi juga menyisakan berbagai agenda salah satunya adalah masyarakat mengisi ruang publik yang bersifat plural dan sosiologis. Reformasi diharapkan dapat mewujudkan ruang publik yang secara struktural dan kultural mencerminkan nilai demokrasi dan masyarakat sipil. Aristoteles menyatakan bahwa dalam demokrasi masyarakat adalah yang tertinggi, 4 untuk itulah kiranya demokrasi dijadikan tren baru dalam media di Indonesia pasca reformasi karena beralaskan kepentingan bersama.
Dan seiring berjalannya
waktu, media di Indonesia telah bertransformasi menjembatani berbagai kepentingan, baik kepentingan rakyat, pengusaha, politik, dan juga kepentingan media itu sendiri.5 A. Konstruksi Realitas Sosial Kebanyakan orang akan berpendapat bahwa media massa, baik cetak, elektronik, bahkan online, adalah sebuah sumber yang patut dipercaya. Segala berita maupun informasi yang disajikan oleh media massa menjadi hal yang dikonsumsi oleh masyarakat banyak dan “ditelan mentah-mentah” secara keseluruhan tanpa melihat bagaimana dan siapa yang ada dibalik berita tersebut.
3
184.
4
Sudirman Tebba: Hukum Media Massa Nasional, (Ciputat: Pustaka irVan, 2007), h.
Aristoteles (384-322 SM): Politik (La Politicia), Penyuting: Nino Cicero, (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 122. 5 Garin Nugroho: TV Publik, Menggagas Media Demokratis di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Sains Estetika dan Teknoogi, 2002), h. 4.
11
Hal ini menjadi wajar ketika serangan dan serbuan media yang menjamur pada abad ini menyulitkan khalayak untuk menelaah lebih jauh mengenai informasi yang disajikan oleh media. Informasi menjadi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, tidak mungkin tanpannya manusia akan menjalani kehidupan bersosial tanpa mendapatkan informasi, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini menjadikan khalayak cenderung tidak mencari-cari kebenaran dari informasi yang didapatkannya secara detail. Informasi hadir untuk melayani manusia keseluruhan, namun pada prakteknya, informasi mau tidak mau adalah sebuah “barang” yang didapatkan lalu kemudian diproses oleh pelaku media dengan proses-proses tertentu. Dan, ketika informasi itu disajikan kepada khalayak, maka kebanyakan khalayak menganggap bahwa informasi yang disajikan oleh media adalah sebuah kebenaran yang mutlak. Berita yang disajikan oleh media mau tidak mau akan melewati berbagai macam proses yang meliputi: pemilihan tema, seleksi isu, penentuan narasumber, ideologi media, dan beberapa ketentuan-ketentuan media lainnya. Hal inilah yang menyebabkan berita-berita yang disajikan kepada khalayak adalah hasil konstruksi media. Dengan berbagai tahapan tadi, objektivitas sebuah berita menjadi sebuah pertanyaan. Media memainkan peran penting di dalamnya yang tanpa tidak mungkin melihat sebuah sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Dari sinilah terlihat nilai subyektifitas dalam sebuah berita karena media memainkan peran vital, yakni mengkonstruksi sebuah realitas. Pada dasarnya realitas media adalah merupakan realitas simbolik.
12
Isi media merupakan hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya, sedangkan bahasa bukan merupakan alat mempresentasikan realitas, tetapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mendapatkan peluang yang sangat besar untuk memengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya.
Karena
bahasa
memiliki
kekuatan
tersendiri
dalam
menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak.6 Menurut pandangan Berger dan Luckman (1965), teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori, dan opini masyarakat cenderung sinis.7 Berger dan Luckman mengatakan (1990:61), terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.8 Eksternalisasi
adalah
sebuah proses di
mana sekelompok manusia
menjalankan sebuah tindakan. Bila dianggap tindakan yang tadi tepat dan berhasil menyelesaikan persoalan pada saat itu, maka tindakan tersebut akan dilakukan berulang-ulang.9 Objektivasi adalah suatu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas 6
Ibnu Hamad , Muhamad Qadari dan Agus Sudibyo, Kabar-kabar Kebencian, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi , PT Sembrani Aksara Nusantara, 2001), h. 74-75. 7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 288. 8 Ibid, h. 191. 9 Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 110.
13
objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Hasil dari eksternalisasi bisa berupa budaya, bahasa, dan sebagainya.10 Internalisasi merupakan sebuah proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat.11
Tabel 1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa Proses Sosial Simultan
Eksternalisasi
M E D I A
Realitas Terkonstruksi: - Lebih Cepat - Lebih Luas
Objektif
Objektivasi Subjektif
Internalisasi
M A S S A
Intersubjektif
- Sebaran Merata - Membentuk Opini Massa - Massa Cenderung Terkonstruksi - Opini Massa Cenderung Apriori - Opini Massa Cenderung Sinis
Source
Message Channel
Receiver
Effects
Sumber: Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 204. 10
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), h. 14. 11 Ibid, h. 15.
14
Menurut Peter L Berger dan Thomas Luckman pada gambar di atas, proses konstruksi sosial media massa berlangsung pada suatu proses yang simultan, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Dalam pandangan positivis, media dipandang sebagai sebuah saluran. Sedangkan menurut pandangan konstruksionis, media dipandang sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam bentuk pemberitaan.12 B. Analisis Framing 1. Pengertian Analisis Analisis adalah sebuah pengkajian yang dilakukan terhadap suatu penelitian secara mendalam. Kata analisis berasal dari bahasa Inggris: analisys, yaitu menganalisa, perancang alur sehingga menjadi mudah dan jelas untuk dibuat maupun dibaca, dapat diartikan sebagai menganalisa, pemisahan, dan pemeriksaan yang teliti.13 Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai macam bagiannya dan penelaahan bagian tadi serta hubungan anatara bagian untuk memperoleh pemahaman dan pengertian arti keseluruhan.14 Di dalam penelitian dikenal dengan istilah analisis. Menurut Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, mereka menganggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadisecara kebersamaan yaitu: reduksi data, yaitu proses penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. Pertama, reduksi data yaitu proses pemilahan, 12
Ibid, h. 22-23 Jhon M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,1990), h. 28. 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), Ed.3 Cet.Ke-3, h. 43. 13
15
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari temuan-temuan di lapangan. Kedua, penyajian data yaitu menyajikan data dari sekumpulan temuan-temuan yang sekiranya dapat memberikan kemungkinan menarik suatu kesimpulan dan pengambilan tindakan. Ketiga, penarikan kesimpulan atau verivikasi, yaitu dari data-data yang telah terkumpul mulai dicari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat dan proporsinya, sehingga semua itu dapat ditarik kesimpulan.15 2. Pengertian Framing Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo, 1999a:23). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana,
serta
yang
menyediakan
kategori-kategori
standar
untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan prilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.16 Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjokan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.17
15
Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Penerjemah TjetjepRohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), h. 16-19. 16 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h. 161-162. 17 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 224
16
Menurut G.J. Aditjondro (Sudibyo, 1999b:165) framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.18 Dalam ranah studi komunikasi, framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang framing bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam praktiknya, framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kltural yang melingkupinya.19 Beberapa pakar mendefinisikan framing, sebuat saja di antaranya, Robert N. Entman, William Gamson, dan Todd Gitlin. Menurut Robert N. Entman, framing merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.20 Sedangkan menurut William A. Gamson, framing merupakan cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa serta menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu 18
Ibid, h. 165. Ibid, h. 162. 20 Ibid, h. 67. 19
17
semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.21 Sementara menurut Todd Gitlin, framing adalah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.22
3. Pengertian Analisis Framing Analisis framing sebagai metode analisis isi media adalah barang baru seperti yang penulis telah jabarkan di atas. Ia (analisis framing) berkembang pesat dari pandangan kaum konstruksionis. Namun meski begitu, analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak dipengaruhi oleh teori sosiologi dan psikologi.23 Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.24 Analisis framing pada dasarnya adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis
21
Ibid. Ibid. 23 Drs. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Mudia: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 162. 24 Ibid. 22
18
framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas.25 Proses pembentukan konstruksi realitas oleh media tadi, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Penonjolan tersebut akan membuat penerima informasi melihat pesan dengan lebih tajam serta mudah diingat dalam ingatan penerima pesan.26 Salah satu yang menjadi prinsip analisis framing adalah bahwa wartawan bisa menerapkan standar kebenaran, matriks objektivitas, serta batasan-batasan tertentu dalam mengolah dan menyuguhkan berita. Dalam merekonstruksi suatu realitas, wartawan juga cenderung menyertakan pengalaman serta pengetahuannya yang sudah mengkristal menjadi skemata interpretasi (schemata of interpretation). Dengan skemata ini pula wartawan cenderung membatasi atau menyeleksi sumber berita, menafsirkan komentar-komentar sumber berita, serta memberi porsi yang berbeda terhadap tafsir atau perspektif yang muncul dalam wacana media.27 Meski begitu, framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan) saja, melainkan juga berhubungan dengan proses produksi beritakerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Wartawan hidup dalam institusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja, dan aktifitas masing-masing. Bisa jadi institusi media itu yang mengontrol dalam pola kerja tertentu yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa dalam kemasan tertentu, atau bisa juga
25
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 10. Ibid, h. 66. 27 Drs. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 166. 26
19
terjadi wartawan sebagai bagian dari anggota komunitas menyerap nilai-nilai yang ada dalam komunitasnya.28 Menurut Fishman, ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi dalam berita dilihat: pertama, sering disebut sebagai pandangan seleksi berita (selectivity of news). Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang bisa diberitakan mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah. Kedua, adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk. Berita dihasilkan dari pengetahuan dan pikiran, bukan karena ada realitas objektif
yang berada di luar, melainkan karena orang akan
mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan beraturan serta mempunyai makna.29
4. Model Framing a. Murray Edelman 1. Kategorisasi Menurut Edelman, apa yang kita ketahui tentang dunia tergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengkonstruksi/menafsirkan realitas. Realitas
28 29
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 99. Ibid, h. 100-101.
20
yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda.30 Edelman mensejajarkan framing dengan kategorisasi. Kategorisasi menurut pandangan Edelman, merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran. Kategori bisa membantu manusia untuk memahami realitas yang beragam menjadi bermakna, namun kategorisasi bisa juga berarti penyederhanaan: realitas yang kompleks dan berdimensi dapat dipahami atau ditekankan pada suatu sisi sehingga dimensi lain dalam suatu peristiwa atau fakta tidak terliput.31 Dalam memengaruhi kesadaran publik, kategorisasi lebih halus dibanding propaganda. Propaganda perang seperti “pembasmian etnis” atau “agresi” berbeda dengan pemakaian kategorisasi seperti “kebijakan luar negeri” atau “tindakan militer”. Pemakaian kata-kata tersebut tampak terlihat halus dibandingkan dengan propaganda yang terlihat jelas dari komunikator.32 Penggunaan bahasa yang dilakukan media jangan diartikan sebagai sebuah teknis dari berita saja, karena dalam bahasa terdapat sebuah kekuatan untuk menggiring opini khalayak. Penggunaan bahasa tertentu dalam sebuah pemberitaan dipakai dalam situasi yang berbeda. Meskipun kita mungkin melihat bahwa fungsi bahasa secara primer adalah sebagai alat untuk membuat pernyataan benar atau salah atau sebagai instrumen komunikasi ide. Jakobson (1960) mengidentifikasi adanya fungsi pengaturan (atau „konotatif‟), emotif, estetis (puitis), dan metabahasa yang juga layak mendapatkan perhatian.33
30
Ibid, h. 155. Ibid, h. 156. 32 Ibid, h. 157. 33 John Hartley, Communication, Cultural, and Media Studies, Penerjemah: Kartika Wijayanti, (Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI, 2010), cet. 1, h. 11. 31
21
Salah satu aspek kategorisasi penting dalam pemberitaan adalah rubrikasi. Bagaimana suatu peristiwa dikategorisasikan dalam rubrik-rubrik tertentu. Rubrikasi ini menentukan bagaimana peristiwa dan fenomena harus dijelaskan. Peristiwa yang harusnya dikategorisasikan dalam satu kasus, tetapi karena masuk dalam rubrik tertentu, akhirnya dikategorisasikan dalam dimensi tertentu. Inilah yang menjadi kesalahan rubrikasi yang kerap dilakukan media.34
Tabel 2 Pola Kategorisasi Konsep
Kategorisasi
Frame
Isi berita dalam sebuah pemberitaan di media
Pihak Kita
Kategorisasi yang dilakukan media dalam sebuah pemberitaan
Pihak Mereka
Hasil kategorisasi
Dalam tabel di atas diterangkan bahwa media menjadikan sebuah pengalaman, latar belakang, dan ideologi sebagai sebuah hal yang wajar dalam sebuah pemberitaan. Pemakaian bahasa tertentu menjadi kekuatan dalam kategorisasi untuk menggiring opini khalayak. Salah satu gagasan utama dari Edelman adalah dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Pandangan tentang suatu peristiwa karenanya, hanya dibatasi dengan perdebatan yang telah ditentukan dalam kategorisasi tersebut. Karena itu, dalam melihat suatu peristiwa, elemen penting adalah bagaimana orang membuat kategorisasi tersebut. 34
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 161-162.
22
Kategorisasi bukan hanya persoalan teknis karena ia kemudian mengarahkan pada hendak ke mana peristiwa dijelaskan dan diarahkan. Kategorisasi tadi akhirnya ditindaklanjuti dengan mengarahkan pada kategori yang dimaksud. Ini berarti narasumber yang diwawancarai, pertanyaan yang diajukan, kutipan yang diambil, bagian mana yang dibuang, semua diarahkan pada kategori yang dibuat.35 2. Kategorisasi dan Ideologi Dalam pandangan Edelman, kategorisasi berhubungan dengan ideologi. Pemakaian kategorisasi, seperti regulasi, pertahanan, pemilu, dan sebagainya, hendaklah tidak dipahami semata sebagai persoalan teknis kebahasaan, tetapi harus dipahami sebagai masalah ideologi.36 Ada banyak definisi mengenai ideologi, salah satunya Raymond William dengan tiga gagasannya mengenai ideologi. Pertama, sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Kedua, sebuah sistem kepercayaan palsu atau ide palsu, ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu di mana kelompok yang dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Ketiga, proses umum produksi makna dan ide, ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna.37 Edelman yakin, khalayak hidup dalam dunia citra. Bahasa politik yang dipakai dan dikomunikasikan pada khalayak lewat media memengaruhi pandangan khalayak dalam memandang realitas. Kata-kata tertentu memengaruhi seseorang
35
Ibid, h. 159-160. Ibid, h. 166. 37 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta, 2011), h. 8736
92.
23
dicitrakan dan pada akhirnya membentuk pendapat umum mengenai suatu peristiwa atau masalah.38 Dari penjabaran mengenai model framing di atas, maka penulis memutuskan untuk menggunakan model Murray Edelman. Model ini memiliki pandangan mengenai kategorisasi dan rubrikasi serta kategorisasi dan ideologi. Alasan mengapa penulis mengambil model Murray Edelman adalah: a. Model ini memiliki gagasan mengenai kesalahan kategorisasi dan rubrikasi pada berita yang sesuai dengan fokus penelitian penulis. b. Model Murray Edelman sangat memudahkan penulis untuk meneliti frame media.
38
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 167.
24
BAB III GAMBARAN UMUM A. Harian Umum Republika a. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya Harian Umum Republika berdiri atas prakarsa Ikatan Cendikiawan Muslim seIndonesia (ICMI). ICMI yang dibentuk pada 5 Desember 1990 memiliki program 5K yaitu kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir. Demi mewujudkan program-program tersebut ICMI membetuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yang kemudian menyusun tiga program utamanya yaitu pengembangan Islamic Center; Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies); dan Penerbitan Harian Umum Republika.1 Yayasan Abdi Bangsa didirikan oleh beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Diantaranya adalah Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H. Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie dan lain-lain. Sementara presiden pada saat itu H. M. Soeharto berperan sebagai pelindung yayasan. Dan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie menjadi Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa yang juga tengah menjabat sebagai Ketua Umum ICMI.2 Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses, yayasan kemudian memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia.
1 2
Company Profile Republika Ibid
25
Sebagai modal awal penerbitan Harian Umum Republika, SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992. Nama Republika sendiri atas usul Presiden Soeharto yang sebelumnya dinamakan antara lain “Republik”.3 b. Visi dan Misi Republika Republika adalah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang berubah secara cepat dalam sisi politik, ekonomi, Iptek, sosial, dan budaya. Dari perubahan tersebut Republika memiliki “keterbukaan” sebagai kata kunci. Republika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya. Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk Indonesia yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Republika sebagai Media Massa hanya menjadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. Dari latar belakang tersebut Republika memiliki misi dalam berbagai bidang. Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi, dan optimalisasi lemabaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik. Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, memosisikan profesionalisasi yang mengindahkan nilainilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber3
Ibid.
26
sumber daya ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis. Pada bidang kebudayaan Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, darimanapun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani; serta bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam bidang agama, republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama. Corak Jurnalisme Republika dilandasi keinginan untuk menyajikan informasi yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya mengembangkan corak jurnalisme yang “enak dibaca” (readable). Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan popular, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa. Sejak terbit sejak 4 januari 1993, penjualan oplahnya terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah koran ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti peningkatan 2,5 kali lipat dari rencana awal terbit dengan oplah rata-rata 40.000 eksemplar perhari pada semester pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada Desember 1993, oplah Republika sudah mencapai 130.000 eksemplar perhari.
27
Rubrik Kick Off adalah sebuah rubrik olahraga yang dibuat pertama kali pada tahun 2010. Rubrik ini merupakan subrubrik dari rubrik Rekor yang tentunya bersifat olahraga. Sejarah dari rubrik Rekor pertama kali dimulai tahun 1995, kemudian dalam perkembangannya rubrik Rekor ini begitu pesat mengalami kepopuleran sehingga dibuatlah tabloid yang berisi 16 halaman dan dibagikan secara gratis setiap sabtu dan minggu. Kemudian pada tahun 2005 Rekor menjadi majalah yang berisi 32 halaman namun Rekor bukan lagi milik Republika melainkan Mahaka Group (Holding Republika). Pada tahun 2011 Republika mencoba mengembalikan Rekor. Dan baru muncul rubrik Kick Off yang menjadi bagian dari rubrik Kick Off. Rubrik Kick Off sendiri merupakan rubrik olahraga yang mengulas perihal olahraga „santai‟ namun beritanya sedang populer. Sedangkan Rekor merupakan rubrik yang mencakup keseluruhan berita dari dunia olahraga. c. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Di Malang pada tanggal 6 Desember 1990 diselenggarakan Simposium Nasional Cendikiawan Muslim dengan tema, “Membangun Masyarakat Indonesia Abad 21”. Dari simposium tersebut dilahirkanlah sebuah organisasi bernama, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia pada 7 Desember 1990. Dan tak lama kemudian, diputuskan tampuk Ketua Umum dipegang oleh Menristek B.J. Habibie. ICMI didirikan sebagai wadah bagi kalangan Islam untuk bergerak memajukan masyarakat. Seperti umumnya orang-orang Indonesia kebanyakan lainnya, mereka merupakan kaum terpelajar menurut keahlian masing-masing dari
28
berbagai ragam ilmu. Tugas cendikiawan terhadap bangsa sangat besar, terutama untuk membangun Indonesia untuk masa depan dengan menyumbangkan kreasi dan ide-ide yang brilian.4 Salah satu langkah ICMI adalah mendirikan sebuah Yayasan Abdi Bangsa pada 7 Agustus 1992 dan tak lama kemudian mendirikan sebuah Harian bernafas Islam, Republika. d. Mahaka Media PT. Mahaka Media Tbk adalah sebuah grup media yang berdiri sejak tahun 1992 dan salah satu pendirinya adalah seorang pengusaha muda bernama Erick Thohir yang juga pemilik klub sepak bola asal Italia, Inter Milan. Di bidang media cetak, Mahaka Media memiliki majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, dan Republika. Di media elektronik, Mahaka Media memiliki Radio Jak FM, Radio Delta FM, Gen FM, FeMale Radio, dan Prambors serta stasiun televisi Jak tv dan Alif tv.5 Mahaka Media membeli Republika pada tahun 2001 saat diambang kebangkrutan. Setelah berada di bawah kendali Mahaka, Republika mulai bangkit dari keterpurukan. Media menurut Erick Thohir adalah sebuah bisnis, dan bisnis baginya harus menghasilkan keuntungan meski ada kalanya ancaman kerugian selalu membayangi, namun hal itu bukan masalah karena di situlah tantangan bagi seorang pembisnis. Namun meski begitu, Erick Thohir berusaha tidak
4
Muhammad Abrar, ICMI dan Harapan Umat, (Jakarta: YPI Ruhama, 1991), h. 5-7. Tulisan ini diakses melalui website: //Wikipedia.com dengan judul tulisan: Mahaka Media. Tulisan ini diakses pada 4 Mei 2014. 5
29
mengenyampingkan idealisme Republika dan kaidah-kaidah jurnalistik yang berlaku.6 B. Biografi Endro Yuwanto Penulis Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 Endro Yuwanto. Menulis, menulis, dan terus menulis, menjadi kesibukan sehari-hari alumnus Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini. Wajar bila ia kerap menghasilkan
cerpen, puisi, ficer, dan juga buku.
Selain menulis, ia masih disibukkan dengan tugas sehari-hari sebagai jurnalis di salah satu koran nasional terbesar di Indonesia, Harian Umum Republika sejak 2001 silam. Sebelum bergabung di Republika, selama 2000 hingga 2001, pria yang gemar menyantap tempe ini bergabung di Tabloid Peluang (alm). Endro juga kerap menjadi editor beragam buku yang di antaranya menjadi best-seller di Indonesia, misalnya 'Bait-Bait Cinta' dan „Ketika Rembulan Tenggelam di Wajah-Mu‟ (Penerbit Grafindo). Penghargaan jurnalistik berkat tulisan-tulisannya di Republika juga kerap disandangnya. Buku „Bolehkah Aku Mati di Sini?‟ Bisa dibilang sebagai buku fiksinya yang pertama. Namun, sebelumnya cerpen-cerpennya juga sempat tergabung dalam buku antologi cerpen „Jika Cinta‟ (Senayan Abadi Publishing, 2004), dan „Tarian dari Langit‟ ( Penerbit Republika, 2007). Adapun buku-buku non-fiksi yang telah diterbitkannya, antara lain „Melampaui Batas Spiritualitas: Pengalaman Rohani 18 Atlet Muslim Dunia (Penerbit Teras, 2004), „Rooney: Si „Setan‟ dari Setan Merah‟ (Penerbit Vision03, 6
Ibid.
30
2008), Cry With Rasulullah (Penerbit Dekadeku Pustaka, 2009), dan Rahasia Sukses Valentino Rossi (Grafindo, 2010). C. Profil FC Barcelona FC Barcelona didirikan pada 1899 oleh 12 pemain sepak bola berasal dari Swiss, Inggris, dan Spanyol dibawah pimpinan Joan Gasper. Dia membentuk klub sepak bola yang berisi pemain-pemain dari Swiss, Inggris, dan Catalan (satu suku bangsa di Spanyol). Seiring waktu, Barcelona menjadi klub yang cukup gemilang dan menjadi klub yang disegani. FC Barcelona memiliki motto "Barca bukan hanya sekadar klub" (El Barca, es mes que un club) serta memiliki himne yang berjudul "El Cant del Barca" yang diciptakan oleh Jaume Picas dan Josep Maria Espinas. Tidak seperti klub sepak bola pada umumnya, FC Barcelona benar-benar milik dan dioperasikan oleh para suporternya. Stadion utamanya berada di Camp Nou, Barcelona. Klub ini masuk menjadi peserta Primera Division (Divisi Utama) sejak tahun 1928, dan bersama-sama Real Madrid dan Athletic Bilbao menjadi tim yang tak pernah terdegradasi ke Segunda División (Divisi Dua). Klub ini juga menjadi klub yang menjuarai liga Spanyol pertama kali. Dengan persembahan 20 gelar Liga Spanyol, 25 gelar Copa del Rey, 7 gelar Piala Super Spanyol, 3 gelar Liga Champions Eropa, 4 gelar Piala UEFA, 2 gelar Piala Super Eropa, Barcelona menjadi salah satu tim tersukses di Spanyol, Eropa, dan dunia. Bersama dengan rivalnya Real Madrid, keduanya adalah dua klub sepak bola Spanyol yang paling terkenal di dunia. Fans Barca juga sering dipanggil cules. Barca dikenal selalu menolak memasang logo sponsor pada seragam sepak bolanya karena Barca dianggap sebagai simbol Katalonia, dan segala macam
31
tawaran sponsor yang “bersifat mengganggu” akan ditolak. Meskipun begitu, tim bola basket Barca diizinkan memasang logo sponsor pada seragamnya. Dan pada musim 2013 pihak manajemen Barcelona memasang iklan komersial di jersey depan, Qatar Airways. Pada 7 September 2006, klub mengumumkan kesepakatan 5 tahun dengan UNICEF yang mengizinkan logo UNICEF untuk ditempatkan di kaos. Barcelona kemudian akan menyumbangkan 0,7% dari total pendapatan per tahun kepada UNICEF selama lima tahun. Barcelona merupakan satu-satunya klub di Eropa yang presidennya dipilih oleh pemegang tiket musiman (pendukung paling murni), bukan pula oleh dewan direktur dan bukan pemegang modal. Calon Presiden klub berdebat di televisi, berkampanye mengajukan program layaknya pemilihan Presiden sebuah negara. Manuel Vazquez Montalban, seorang penulis terkenal dari Spanyol menyebutkan, Barcelona sebagai senjata pamungkas bagi sebuah bangsa tanpa negara. Karena misi yang dianggap suci oleh orang Katalonia itulah, Barcelona selalu menjaga kemurnian tujuan klub. Mereka tidak mau disamakan dengan klub lain, dan tidak mau tunduk dengan nilai-nilai komersial. Karena itulah sampai sekarang Barcelona merupakan satu-satunya klub yang tidak mengijinkan kostumnya (ketika itu) dipasangi iklan. Klub ini dijuluki „Barca‟ dan „Los Azulgranas‟ karena berkostum warna biru dan merah tua, yang konon warna biru merah secara sengaja diambil dari bendera Prancis sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Spanyol di Madrid dan warna biru merah ini juga menjadi bendera kaum Katalan.
32
Klub ini pernah dihuni pemain-pemain kelas dunia seperti: Johan Cruyff, Maradona, Ronald Koeman, Gary Lineker, Rivaldo, Luis Figo, Ronaldo, serta sang mega bintang saat ini ''si bocah ajaib'' Lionel Messi yang lahir dari akademi La Masia milik Barcelona sendiri. Barcelona membukukan laba bersih sebesar 11,1 juta euro untuk musim 2009/2010 pada „rekor‟ pendapatan sebesar 445,5 juta euro. Keuntungan meningkat dari sekitar sembilan juta euro tahun lalu dan 10,1 juta euro untuk musim 2007/08 dan menandai ketujuh tahun berturut-turut klub sepak bola ini berada di posisi hitam. Bendahara klub, Xavier Sala i Martin, mengklaim pendapatan 445,5 juta euro (US$557,5 juta) adalah sebuah rekor untuk klub sepak bola. Dia mengatakan angka tersebut bahkan lebih mengesankan dengan konteks krisis ekonomi global yang sedang dialami. Klub mengatakan penjualan hak televisi memberikan jumlah penghasilan terbesar, 38%, sedangkan pemasaran mencakup 27%, penerimaan pintu masuk (penjualan tiket) 26% dan penjualan pemain hanya 9%. Pada Mei 2010, mereka membeli striker nasional Spanyol David Villa senilai 40 juta euro dari Valencia yang kekurangan uang. Klub Catalan akan memiliki ketua baru, Sandro Rosell, yang terpilih pada 13 Juni 2010 untuk menggantikan Joan Laporta, yang telah menjabat sejak 2003.
33
Di bawah bimbingan Laporta, Barcelona memenangkan Liga Champions dua kali pada 2006 dan 2009, dan liga Spanyol empat kali pada 2005, 2006, 2009 dan 2010, sehingga merupakan periode paling sukses dalam sejarah klub.7 D. Profil Real Madrid FC Sebelum 1897, penduduk Madrid tak mengenal sepak bola. Olahraga ini diperkenalkan sejumlah profesor dan pelajar Institucion Libre de Ensenanza, yang mendirikan Football Club Sky tahun 1897. Klub terpecah menjadi dua di tahun 1900,yaitu New Foot-Ball de Madrid dan Club Espanol de Madrid. Dua tahun kemudian Club Espanol de Madrid terpecah lagi, dan menghasikan pembentukan Madrid Football Club pada 6 Maret 1902. Setelah tiga tahun berdiri, Madrid FC memenangkan gelar pertamanya dengan mengalahkan Athletic Bilbao di final Piala Spanyol. Klub ini pula yang menjadi pendiri Asosiasi Sepakbola Spanyol pada 4 Januari 1909. Saat itu klub dipimpin Adolfo Meléndez. Tahun 1920, nama klub akhirnya berubah menjadi Real Madrid oleh Raja Alfonso, yang memberi nama Real, atau Royal, kepada klub itu. Sembilan tahun kemudian liga sepakbola Spanyol pertama didirikan. Si Putih meraih gelar Primera Liga Spanyol pertama tahun 1931, tahun berikut meraihnya lagi, dan menjadi klub pertama yang dua kali berturutan meraih gelar liga. Tahun 1945 Santiago Bernabeu Yeste menjadi presiden. Di masa kepemimpinannya, Stadion Santiago Bernabeu dan Ciudad Deportiva dibangun kembali, setelah rusak pada
7
Tulisan ini diakses melalui blog: soccerklopedi.blogspot.com/2012/12/sejarahberdirinya-real-madrid-fc.html, nama penulis: Herdiansyah Hamzah, dengan judul: Sejarah Real Madrid FC. Diakses tanggal 12 Agustus 2013 pukul 13.20 WIB.
34
perang sipil. Tahun 1953, Bernabeu memperkenalkan strategi memboyong pemain berkelas dunia dari luar negeri. Salah satunya, dan yang paling terkenal, adalah Alfredo di Stefano. Jadilan Real Madrid klub multinasional pertama di dunia. Tahun 1955, Bernabeu bertemu Bedrignan dan Gusztav Sebes, dan kemudian membentuk turnamen yang kini bernama Liga Champions. Madrid mendominasi Piala Champions (nama sebelum liga champions) dengan meraih trofi itu tahun 1956 sampai 1960, dan berhak atas trofi original dan hak mengenakan simbol UEFA sebagai penghargaan. Tahun 1966, Madrid memenangkan Piala Champions kali keenam dengan mengalahkan FK Partizan 2-1 di final. Real Madrid bisa dibilang merupakan tim yang paling sukses di dunia. Bagaimana tidak, berbagai gelar dan raihan jumlah gelar yang diperolehnya mungkin lebih banyak dibandingkan dengan tim-tim lainnya di dunia. Hal tersebut menjadi dasar FIFA menempatkan Real Madrid sebagai klub paling sukses sepanjang abad ke-20 dengan raihan 32 gelar Primera Liga Spanyol, 16 Piala Spanyol, 9 gelar Piala dan Liga Champions, dan 2 trofi Piala UEFA. Madrid merupakan founding member FIFA, pendiri G-14 (organisasi klub-klub terkemuka Eropa yang kini tukar nama menjadi Asosiasi Klub Eropa). Selain sarat akan sejarah, Real Madrid juga terkenal karena kemegahannya dan dihuni oleh pemain-pemain papan atas dunia. History itulah yang benar-benar telah melekat dan menjadikan Real Madrid sebagai klub yang paling glamour di jagad raya ini. Real Madrid dikenal dengan dua nama sebutan, yakni Los Merengues dan Los Blancos. Namun kedua julukan itu sempat hilang, ketika di tahun 1980-an
35
wartawan Julio Cesar Iglesias mempopulerkan nama La Quinta del Buitre. Namun, di masa kepemimpinan Florentinao Perez (2000-2006), Real Madrid dikenal dengan nama Los Galacticos. La Quinta del Buitre, julukan ini lenyap bersamaan dengan perginya Butragueno, Michel, dan Martin Vasaquez pada era 90an. Julukan Los Galacticos mengacu pada pemain-pemain bintang yang diboyong selama rezim Florentino Perez, seperti Luis Figo, Roberto Carlos, Zinedine Zidane, Ronaldo, David Beckham, serta satu bintang lokal Raul Gonzales, dan mega bintangnya Cristiano Ronaldo yang dibeli dari Manchester United dengan bandrol pemain termahal dunia.8 E. Rivalitas Real Madrid dan Barcelona El Clasico atau perseteruan klasik antara Real Madrid dan Barcelona sering menjadi perbincangan sebelum dan sesudah pertemuan kedua klub Spanyol tersebut dalam lapangan hijau. Banyak cerita yang tersemat dari nama El Clasico tersebut. Rivalitas bermula ketika Madrid dan Barcelona dianggap sebagai dua kota terbesar di negeri Matador Spanyol. Selain itu gengsi dan perbedaan ideologi politik menjadi persaingan Los Blancos (julukan Real Madrid) dan Blaugrana (julukan Barcelona). Permusuhan antara Real Madrid dan Barcelona bermula pada masa Franco (seorang Jendral di Spanyol) pada tahun 1930. Barcelona adalah sebuah ibukota dari provinsi Catalonia yang sebagian besar sukunya adalah bangsa Catalan dan Basque. Sejak dulu, orang-orang Catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol kemudian Franco melarang penggunaan bendera (berwarna
8
Ibid.
36
merah dan kuning) dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat di mana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa mereka (Catalan). Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera Catalan). Franco kemudian bertindak lebih jauh, pada tahun 1936 presiden Barcelona dibunuh oleh pihak militer dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepak bola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona “diinstrusikan” (di bawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid dengan skor mencolok 11-1. Namun, karena Barcelona sengaja memasukkan satu skor tersebut membuat Franco marah. Kipper Barcelona yang bertanding ketika itu dijatuhi tuduhan pengaturan pertandingan dan dilarang bermain sepak bola seumur hidupnya. Sejak saat itu Barcelona menjadi klub yang “anti-Franco” dan menjadi symbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum terhadap Spanyol. Sementara klub “kesayangan” Franco adalah Real Madrid yang bermarkas di ibukota Spanyol. FC Real Madrid menjadi simbol perlawanan terhadap masyarakat Catalonia dan FC Barcelona. Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda Johan Cruyff bergabung dari Ajax Amsterdam ke Barcelona. Seiring berjalannya waktu, Cruyff mampu membawa Barcelona menyaingi Real Madrid dan bahkan mengalahkan Real Madrid di kandangnya sendiri (Santiago Bernabeu) dengan skor mencolok 5-0 dan di tahun itu Cruyff dinobatkan sebagai pesepak bola terbaik Eropa. Jauh sebelum
37
kehadiran Cruyff di Barcelona, perseteruan terjadi karena kiper terbaik Barcelona saat itu Ricardo Zamora menapaki jalan transfer pemain yang paling berbahaya di Spanyol: pindah dari Barcelona ke Real Madrid. Di tahun-tahun berikutnya perseteruan itu tetap ada meski tak sesengit tahun-tahun sebelumnya, perseteruan Real Madrid dan Barcelona lebih bersifat sportif pada era sekarang. Bahkan nama Ricardo Zamora telah diabadikan menjadi nama sebuah trofi untuk kiper terbaik setiap tahunnya yang dikenal dengan nama trofi Zamora. Begitulah pertandingan Real Madrid dan Barcelona di lapangan hijau disebut dengan sebutan el clasico yang sarat akan sejarah politik, suku, dan loyalitas pemain.9
9
Tulisan ini diakses melalui situs: http://www.goal.com/idID/teams/spain/125/barcelona/info nama penulis: Ahmad Farouk, dengan judul: Sejarah Berdirinya Klub Barcelona. Tulisan ini diakses pada tanggal 12 Agustus 2013 pukul 14.00 WIB.
38
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Republika merupakan media cetak yang terkenal dengan ciri khas pemberitaan secara Islamis. Ini dibuktikan dengan adanya rubrik-rubrik tentang dunia keislaman yang dimuat sesuai jadwalnya (harian atau mingguan). Di samping itu, Republika juga memuat berita tentang olahraga yang melingkupi dunia sepak bola, voli, bulu tangkis, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis akan mengupas tentang keterkaitan Republika mengangkat isu sepak bola dengan sentimen agama, di mana Republika mengaitngaitkan isu di luar lapangan hijau (pertandingan) dengan agama dan juga tentang fakta adanya realitas sosial yang dikonstruksi oleh media (dalam hal ini Republika). Para pelaku media membentuk dan menentukan isu tentang sepak bola yang akan diangkat oleh Republika menjadi topik penting yang akan penulis kupas di sini. Latar belakang pelaku media, dalam hal ini adalah penulis berita dengan judul “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Endro Yuwanto juga memengaruhi tulisannya tersebut. Untuk itu, penulis melihat adanya keterkaitan latar belakang serta pengetahuan pelaku media di Republika (Endro Yuwanto) dan institusinya (Republika) dengan menggunakan pendekatan analisis framing model Murray Edelman. A. Framing Kategorisasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off edisi 29 September 2012
39
Dalam tulisan tersebut ditemukan beberapa fakta konkret adanya pemikiran bahwa Palestina adalah negara “terjajah” oleh Israel. Pemikiran yang terdapat dalam tulisan itulah yang dijadikan bingkai isu dalam tulisan tersebut. Seperti dalam sebuah kalimat disebutkan: “Setidaknya, 10 ribu anak atau siswa akan dididik untuk mempromosikan nilainilai pengajaran, kerja tim, kesamaan gender, dan kepemimpinan di wilayah yang menjadi sasaran agresi militer Zionis Israel itu” Di dalam kalimat itu disebutkan kata Zionis yang secara pengertiannya adalah sebuah gerakan politik Yahudi sekuler yang menginginkan berdirinya negara Yahudi di atas bukit Zion di Palestina. Dalam tulisan tersebut terlihat bahwa Republika ingin menyebutkan sebuah nama negara, yakni Israel. Namun pada kenyataannya Republika justru menyebutkan kata Zionis di depan kata Israel. Ini terlihat sebuah bentuk kategorisasi yang bisa jadi menyimpulkan pembaca bahwasannya Zionis berkonotasi pada pengertian „penjajah, kejam, dan tidak berperikemanusiaan‟ karena faktor pembertitaan-pemberitaan media dalam dan luar negeri selama ini yang mungkin membentuk opini khalayak. Mengapa tidak dikatakan di situ hanya dengan menyebutkan nama negara saja tanpa ada embelembel yang notabene mengacu pada sebuah kategorisasi atau pelebelan. Ini sebuah indikasi yang mengacu pada sebuah makna: Penjajah itu Zionis-Zionis itu Israel-Israel itu Zionis. Maka Republika menyebutkan dengan menggabungkannya menjadi Zionis Israel pada pemberitaan tersebut. Kemudian pada kalimat di wilayah yang menjadi sasaran agresi militer, terdapat sebuah penyampaian pesan secara halus bahwasanya sebuah negara (dalam hal ini Palestina) sedang diserang dalam sebuah perang yang tak
40
berimbang. Ini dikarenakan kalimat menjadi sasaran seolah menggiring sebuah kesimpulan tak ada negara lain yang selemah Palestina. Kita tahu bahwa kata sasaran sering diartikan sebagai sebuah bidikan. Sementara bidikan biasanya selalu diperhatikan sepak terjang dan kelemahannya agar si pembidik dapat membidiknya dengan baik. Dengan itulah mengapa sebuah bidikan atau incaran tidak melakukan perlawanan atau bisa jadi melakukan perlawanan tapi tidak bisa menandingi pembidik karena sepak terjang dan kelemahannya telah diketahui lebih dulu oleh si pembidik. Dengan kata lain, Republika memilih kalimat tersebut untuk menyampaikan sebuah pesan yang mengacu pada kata, jajahan. Karena kita ketahui bahwa sebuah jajahan tak bisa melakukan perlawanan yang berarti terhadap penjajahnya untuk itulah sebuah jajahan diartikan lemah dan tak berdaya. Jadi kurang lebih bisa diartikan bahwa Republika mencoba mengatakan, Palestina adalah negara jajahan Israel. Penulis juga menemukan bukti yang penulis ambil saat wawancara terhadap wartawan Republika Endro Yuwanto. Saat penulis menanyakan bagaimana keharmonisan Palestina dan Israel dalam kacamata hukum Islam, maka ia (Endro Yuwanto) mengatakan bahwa Israel „menjajah Palestina‟, itu dilihat bukan hanya dalam hukum Islam namun dalam aspek kemanusiaan jelas bahwa Israel melanggar hak asasi manusia.
Tabel 3 Analisis Pola Kategorisasi Konsep Frame
Kategorisasi Setidaknya 10 ribu anak atau siswa akan dididik untuk
41
mempromosikan nilai-nilai pengajaran, kerja tim, kesamaan gender, dan kepemimpinan yang menjadi sasaran agresi militer Zionis Israel itu. Pihak Kita/Khalayak
Zionis Israel
Pihak Mereka/Media
Penjajah Palestina
Kategorisasi juga terlihat pada kalimat: “Berbeda dengan Madrid yang terus mendukung Palestina, seteru Madrid di Spanyol Barcelona justru berlaku sebaliknya” Kategorisasi dalam kalimat Berbeda dengan Madrid yang terus mendukung Palestina: ada penggiringan opini yang jelas terlihat dalam kalimat ini. Republika seolah sudah menempatkan Palestina sebagai negara jajahan Israel, maka sudah sepatutnya sebuah dukungan harus dilakukan untuk membantu Palestina. Pengakategorisasian terlihat dari kata mendukung Palestina. Dukungan berarti sebuah sikap pada pilihan. Meski sikap yang diambil Madrid adalah sebuah bantuan kemanusiaan yang bersifat olahraga dan bukan militer, maka Republika sudah mengkategorikan bahwa Madrid mendukung Palestina dan menolak penjajahan yang dilakukan Israel dengan agresi militernya.
Tabel 4 Analisis Pola Kategorisasi Konsep Frame
Kategorisasi Berbeda dengan Madrid yang mendukung Palestina, seteru Madrid di Spanyol Barcelona justru berlaku
42
sebaliknya. Pihak Kita/Khalayak
Mendukung Palestina
Pihak Mereka/Media Menolak penjajahan
Kategorisasi juga terjadi pada kalimat: “Presiden Real Madrid Florentino Perez mengatakan, kerja sama dengan membantu warga di tanah Palestina adalah sebuah pintu untuk masa depan” Dalam kalimat sebuah pintu untuk masa depan, terdapat sebuah kategorisasi yang banyak menyiratkan makna tersembunyi. Seperti kita ketahui bahwa bahasa yang digunakan media dalam mengkonstruksi realitas dalam pemberitaan bisa jadi bias. Kita tahu kata „pintu‟ biasa diartikan sebagai sebuah benda yang berfungsi untuk jalan masuk dan keluar dari sebuah ruangan, namun dalam hal ini Republika juga menempatkan kata tersebut bukan diartikan sebagai sebuah jalur masuk dan keluar ruangan seperti halnya fungsi sebuah pintu. Republika dan pelaku medianya berusaha menyampaikan bahwasanya kerja sama dan bantuan kemanusiaan yang dilakukan manajemen Real Madrid FC kepada Palestina merupakan babak baru yang harus dilihat sebagai sebuah kepentingan sepihak. Bisa jadi kepentingan itu merupakan kepentingan politik pemerintah kota Madrid yang notabene bersinergi penuh dengan Real Madrid FC. Kemungkinan kepentingan politik itu bisa saja terjadi demi menaikkan pamor pemerintah kota Madrid agar terlihat menjunjung kepentingan sosial dan umat beragama di mata dunia.
Di
samping
kepentingan
politik,
Republika
juga
seolah
ingin
menyampaikan bahwa Real Madrid mempunyai kepentingan mengangkat pamor
43
klub atau liga Spanyol di mata dunia. Kita ketahui bahwa Real Madrid dan Barcelona memiliki rivalitas yang cukup besar dari tahun 1930-an. Faktornya beragam, mulai dari loyalitas pemain antara kedua klub tersebut sampai pada faktor politik. Barcelona juga bisa dikatakan pada tahun 1930-an tersebut sebagai sebuah klub yang „terjajah‟ oleh Real Madrid secara aspek kemanusiaan. Lalu mengapa justru sekarang berlaku sebaliknya? Real Madrid menyatakan dukungan kepada Palestina yang notabene sebagai negara „jajahan‟ Israel? Dari penjelesan tersebut, mulai tersirat makna dari kata „pintu‟ yang digunakan Republika dalam pemberitaannya. Republika berusaha menyampaikan pesan dalam pemberitaan agar bantuan dari Real Madrid FC kepada Palestina jangan hanya diartikan sebuah bantuan murni yang tanpa sebuah kepentingan. „Pintu‟ yang „dimasuki‟ Real Madrid FC untuk menemui atau membantu Palestina mungkin hanya digunakan sesaat, karena „pintu‟ tersebut bisa juga digunakan Real Madrid untuk „keluar‟ dari Palestina. Tentunya setelah kepentingan tersebut telah didapat. Penulis juga mendapatkan fakta konstruksi realitas dalam suatu pemberitaan yang dilakukan media dan pelakunya. Dalam wawancara terhadap wartawan Republika yang penulis lakukan. Wartawan yang penulis wawancarai berusaha memasukkan ide dan gagasannya dalam berita yang ia tulis tersebut. Ia memiliki pandangan bahwa sebuah konspirasi telah terjadi dalam bantuan yang dilakukan Real Madrid FC kepada Palestina. Mungkin bisa jadi kepentingan media Spanyol demi menaikkan pamor La Liga di mata dunia, mungkin bisa juga kepentingan politik pemerintah kota Madrid agar terlihat menjunjung kemanusiaan dan toleransi umat beragama.
44
Kategorisasi kalimat tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 5 Analisis Pola Kategorisasi Konsep
Kategorisasi
Frame
Presiden Real Madrid Florentino Perez mengatakan, kerja sama dengan membantu warga di Palestina adalah sebuah pintu untuk masa depan.
Pihak Kita/Khalayak
Sebuah pintu untuk masa depan
Pihak Mereka/Media
Bantuan masuk lalu keluar dari Palestina
Kategorisasi berikutnya juga terlihat dalam kalimat berikut: “La Blaugrana dilaporkan mengundang mantan tentara Israel Gilad Shalit untuk menonton El Clasico Barca kontra Madrid di Nou Camp pada Ahad (7/10) waktu setempat” Dalam
kata
mengundang
terdapat
sebuah
kategorisasi,
berikut
ini
penjelasannya: secara arti, kata mengundang berarti sebuah permohonan kepada seseorang untuk datang atau menghadiri sebuah acara pada jadwal dan waktu yang telah ditentukan oleh pemohon. Namun „mengundang‟ bukan hanya diartikan sebagai sebuah undangan yang bersifat personal. Jika ada sebuah konser musik Jazz dalam sebuah event maka para promotor dalam event tersebut akan mempromosikan dan menyosialisasikan agar event tersebut didatangi penonton yang membeli tiket, atribut musik, atau pernak-pernik yang berbau Jazz. Kegiatan promosi dan sosialisasi tersebut juga dikategorikan sebagai kata mengundang. Namun jika menggunakan kata „mengundang‟ saja maka akan berkonotasi lain,
45
seolah ada penekanan khusus yang mengesankan arti menjadi „undangan personal‟. Republika menggunakan kata mengundang seolah menyiratkan pesan bahwa undangan yang dilakukan oleh Barcelona atau La Blaugrana (julukan Barcelona) adalah bersifat personal. Padahal di dalam paragraf akhir dalam berita tersebut ditulis: “Wakil presiden Barcelona Carles Villarubi membantah bahwa kopal Angkatan Bersenjata Israel (IDF) itu diundang secara resmi” Ini jelas terjadi kategorisasi dalam paragaraf pertama yang menyatakan kata mengundang yang bisa jadi menggiring khalayak tentang adanya undangan secara khusus dan personal terhadap kopral Angkatan Bersenjata Israel Gilad Shalit. Padahal di paragraf akhir dijelaskan bahwa Shalit tak diundang secara resmi. Mengapa tidak ditulis saja kata mengundang secara resmi pada paragraf pertama agar terjadi singkronisasi makna dengan paragraf sesudahnya. Ini menunjukkan Republika mencoba menangkap pengambilan momen pertama yang boleh jadi membawa khalayak pada sebuah kesimpulan tentang „diundangnya Shalit oleh pihak Barcelona secara pribadi‟. B. Kesalahan Rubrikasi dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 Seperti yang telah penulis jabarkan tentang profil dari rubrik Kick Off di bab 2, rubrik Kick Off merupakan bagian dari rubrik sepak bola di dalam rubrik Rekor. Semua berita yang bersifat olahraga termasuk sepak bola ada di dalamnya.
46
Untuk itu, dari hasil penelitian yang penulis lakukan, setidaknya ada indikasi yang menunjukkan sebuah kesalahan rubrikasi. Kesalahan rubrikasi terlihat pada kalimat berikut: “Shalit sempat diculik oleh pasukan bersenjata Hamas pada Juni 2006. Ia ditahan selama lima tahun sebelum dibebaskan sebagai opsi pertukaran tahanan yang melibatkan pejuang Palestina pada Oktober 2011” Dalam kalimat tersebut terang sekali terdapat sebuah wacana politik dan agama. Kita ketahui bahwa di dalam olahraga khususnya sepak bola dikenal dengan sebuah permainan yang sportif atau fair play. Segala isu mengenai suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tidak dibenarkan di dalam dunia sepak bola, baik di dalam maupun di luar lapangan hijau apalagi sebuah kepentingan politik. Di dalam kalimat tadi, kata yang mengacu pada wacana politik yaitu: diculik, pasukan bersenjata, Hamas (sebuah partai pejuang Palestina), ditahan, dibebaskan, dan tahanan. Kata-kata tadi mengacu pada sebuah wacana politik karena sering didengar dalam sebuah pemberitaan politik. Sementara itu, kata selanjutnya yang mengacu pada wacana agama adalah kata pejuang. Karena dalam hal ini Republika memposisikan Palestina sebagai negara „terjajah‟ yang berusaha mempertahankan tanah mereka dan hak-hak hidup serta kebebasan beragama. Maka kata pejuang yang digunakan Republika mengacu pada sebuah pengorbanan agamis dan nasionalis yang dilakukan oleh Palestina. Kita tahu bahwa Palestina sering mengklaim seseorang yang membela agama dan negaranya dengan istilah, pejuang. Republika membingkai kalimat tadi sebagai sebuah berita olahraga yakni di dalam rubrik Kick Off. Inilah kesalahan rubrikasi
47
yang seharusnya mungkin Republika bisa meletakkan berita tersebut pada rubrikrubrik lain. Kesalahan rubrikasi ini akan menyebabkan khalayak merasa bahwa berita yang diberitakan akan menjadi wajar dipahami sebagai sebuah berita olahraga, bukan sebagai berita politik maupun agama. Kesalahan rubrikasi juga terlihat pada kalimat berikut: “Bagaimana bisa sebuah klub terhormat yang pada masa lalu telah membela multikulturalisme dan humanisme mengundang pembunuh dan kriminal seperti Shalit dan menunjukkan padanya rasa hormat?” Sebuah kalimat tadi adalah pernyataan dari The Prisoner Club of Gaza, sebuah klub sepak bola yang berafiliasi pada Hamas. Isu politik juga tersirat dalam kalimat tersebut. Sebuah kepentingan-kepentingan politik berusaha diperlihatkan dengan kata membela multikulturalisme dan humanisme. Republika seolah ingin menyampaikan bahwa seharusnya sebuah klub sepak bola harus menjunjung tinggi nilai multikulturalisme yang dalam kasus ini, Barcelona memiliki rekam jejak yang baik tentang nilai multikulturalisme namun sekarang seolah sebaliknya. Kita tahu di dalam sepak bola tak pernah terjadi bunuh-membunuh antarpemain dan ofisial klub karena ricuh dalam pertandingan di lapangan, namun Republika seolah ingin menunjukkan bahwasanya Barcelona seolah telah ikut „membunuh‟ rakyat Palestina dengan mengundang Shalit yang dalam berita tersebut juga ditulis sebagai seorang pembunuh dan kriminal. Jelas ini terdapat unsur politik dan kemanusiaan yang seharusnya tidak diletakkan di dalam rubrik olahraga. Karena khalayak akan menganggap bahwa hal tersebut sah saja sebagai sebuah nilai berita olahraga. Kesalahan rubrikasi juga terlihat pada kalimat berikut:
48
“Partai politik Palestina Hamas yang memiliki wewenang mengatur jalur Gaza merilis sebuah pernyataan untuk mendorong warga Gaza memboikot Barcelona.‟ Pernyataan tersebut dikutip dari AS.com oleh Republika. Di dalam kalimat tersebut terjadi sebuah kesalahan dalam meletakkan isu di dalam sebuah rubrik. Wacana politik yang dimainkan oleh media Spanyol (AS.com) yang dalam hal ini dikutip oleh Republika dan dimasukkan ke dalam sebuah rubrik olahraga terlihat jelas dalam kalimat tersebut. Setidaknya ada indikasi yang menunjukkan kesalahan rubrikasi yaitu, berusaha mengajukan pendapat dari sebuah partai politik Palestina, melakukan sebuah propaganda politik atas nama olahraga. Memboikot Barcelona karena sebuah tindakan yang di luar olahraga adalah sebuah tindakan anarkis meskipun berbentuk wacana. Federasi sepak bola dunia (Federation of International Football Association) atau FIFA, hanya akan memberi hukuman pada pelaku sepak bola dan pemangku-pemangku kepentingan serta pelaku dalam sebuah sepak bola jika melakukan sebuah tindakan yang dilarang oleh aturan FIFA. Jika dilihat dalam kasus Barcelona mengundang awak media termasuk salah satunya adalah mantan Kopral Angkatan Bersenjata Israel Gilad Shalit dikategorikan sebagai sebuah kejahatan oleh Hamas, lalu kemudian Hamas membuat pernyataan untuk memboikot Barcelona maka sebuah tindakan anarkis telah dilakukan oleh Hamas berupa wacana propaganda. Karena dalam hal tersebut FIFA tidak melarang sebuah klub mengundang awak media (apapun latar belakang wartawannya) meliput sebuah pertandingan sepak bola. Dalam penjelasan tersebut jelas berita itu salah jika dimasukkan ke dalam sebuah rubrik olahraga. Pernyataan tersebut lebih mengacu pada wacana politik. Terlebih lagi, pernyataan tersebut dikutip dari AS.com yang bermarkas di Madrid.
49
Tentu dalam hal ini pemberitaan tersebut patut dicurigai mengandung nilai subyektifitas dan bisa jadi pemberitaan tersebut adalah permainan dari media Spanyol untuk mendukung kemajuan dan pamor La Liga Spanyol. C. Framing Ideologi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 Republika merupakan sebuah Harian Umum, bukan Harian Islam atau lain sebagainya. Namun Republika sudah sangat terkenal dengan sebuah Koran yang bernafaskan Islam, ini terbukti dari adanya rubrik-rubrik keislaman yang diterbitkan melalui jadwal yang telah ditentukan. Ideologi Republika sendiri terlihat pada visi dan misi yang telah penulis tuliskan pada bab 3. Ada keterkaitan ideologi dalam membingkai berita yang dilakukan oleh Republika. Ideologisasi Republika terlihat pada kalimat berikut: “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Kalimat tersebut diletakkan sebagai judul dalam berita. Kebanyakan pembaca biasanya cenderung hanya membaca judul berita karena berbagai alasan. Pasalnya, membaca judul seakan sudah mengerti maksud yang disampaikan dalam berita. Padahal belum tentu berlaku begitu, inilah kekuatan dari judul berita. Dalam hal ini Republika meletakkan kalimat itu dalam judul berita yang seolah menyimpulkan keberpihakannya kepada Palestina yang notabene negara Islam. Republika menyampaikan
ideologinya
tentang keberpihakannya
yang
memiliki nilai kesamaan pandangan dengan Palestina. Nilai kesamaan dalam hal ini adalah sebuah agama, yakni Islam. Bukan rahasia lagi jika Republika adalah
50
koran yang bernafaskan Islam, ini terbukti dari rubrik-rubrik yang banyak membahas tentang aspek hukum Islam, nilai-nilai etika menurut Islam, dan lain sebagainnya. Karena dalam berita ini Madrid digambarkan sebagai sebuah klub yang membela Palestina dan Barcelona sebagai sebuah klub yang justru membela Israel, Republika kemudian menulis judul tersebut dengan sebuah pandangan yang bernilai subyektif. Di sinilah ideologi Republika berperan, membingkai isu tersebut dengan porsinya. Bahkan tak tanggung-tanggung meletakkan pandangan tersebut di dalam judul berita. Rivalitas dua klub Spanyol ini (Real Madrid dan Barcelona) memang cukup menyimpan magnet tersendiri. Liga Spanyol memang tidak terlalu popular dibanding Liga Inggris, namun dua klub dari liga Spanyol itu memiliki kemampuan yang menyaingi klub-klub papan atas di liga Inggris. Salah satu daya tarik dari liga Spanyol adalah rivalitas dua klub yang menjadi musuh bebuyutan dari zaman ke zaman baik di dalam maupun luar lapangan, Real Madrid dan Barcelona. Dalam hal ini Republika mencoba mengambil peran ideologisasinya dengan memasukkan keberpihakannya pada Real Madrid sebagai sebuah klub yang „membela‟ Palestina lalu menuliskan di dalam judul berita tersebut bahwa seolah warga Gaza membenci Barcelona. Jika dirunut melalui jumlah umat muslim di Indonesia, jelas Islam adalah agama mayoritas di Indonesia dan bahkan Indonesia adalah negara yang penduduknya beragama Islam terbesar di dunia. Lalu fans dari Real Madrid di Indonesia juga cukup signifikan melebihi jumlah fans Barcelona, ini terbukti dari jumlah followers di Twitter masing-masing komunitas pecinta
51
kedua klub tersebut (terdapat pada lampiran). Hal ini menjadi menarik karena akan memacu rivalitas yang lebih sengit lagi antara dua fans klub tersebut di Indonesia. Rivalitas yang terjadi di antara fans dua klub itu mungkin akan saling mengacu pada sebuah ejekan dari fans Real Madrid di Indonesia kepada fans Barcelona Indonesia dengan dalih bahwa Barcelona adalah sebuah klub yang tidak membela Islam, antek-antek Israel, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya, segmentasi pembaca Republika kebanyakan dari kalangan usia empat puluh tahun ke atas. Pasalnya, jika usia di atas empat puluh tahun ini telah habis maka siapa lagi yang akan membaca Republika? Ini menyebabkan kekhawatiran Republika untuk mendapatkan pembaca usia muda semakin menjadi, untuk itulah berbagai inovasi dikembangkan, mulai dari Republika Online, Twitter, dan lain sebagainya sebagai eksistensi Republika sebagai sebuah media yang memiliki visi mencerdaskan bangsa. Di samping berbagai inovasi tadi, Republika juga melirik adanya peluang untuk bisa mendapatkan pembaca muda dengan cara yang cukup digemari kalangan muda bahkan berbagai usia, yakni berita olahraga. Sebuah rubrik Rekor hadir di Republika setiap sabtu dan minggu, di dalam rubrik Rekor terdapat sebuah rubrik yang menjadi fokus penelitian penulis, yakni rubrik Kick Off. Berita olahraga (dalam hal ini penulis akan lebih fokus pada sepak bola), sejatinya sudah memiliki rangkaian berita yang mudah ditebak. Karena setiap minggu jadwal pertandingan antara klub dalam sebuah liga sudah terjadwal seluruhnya. Maka ini akan memudahkan media untuk menentukan kerangka dan
52
topik berita. Dalam hal ini Republika sebagai media cetak ikut serta mengambil bagian, menentukan topik dan kerangka berita dari jadwal pertandingan. Rubrik Kick Off menyajikan berita sepak bola baik dalam negeri maupun luar negeri. Keterkaitan segmentasi pembaca Republika yang terdiri dari golongan usia tua menjadi salah satu faktor penting diciptakannya rubrik Kick Off agar bisa menarik pembaca-pembaca muda. Hal ini yang membuat rubrik Kick Off terus mencari berita yang menarik seputar olahraga terutama sepak bola. Karena jadwal sepak bola sudah terjadwal setiap minggunya, maka memudahkan wartawan Republika untuk menentukan berita apa yang akan terbit. Sebelum penulis berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” pada rubrik Kick Off 29 Sepetember 2012 Endro Yuwanto masuk ke dalam rubrik Rekor (di dalamnya termasuk rubrik Kick Off), pemberitaan sepak bola di Republika sangat membosankan, hanya ada preview (prediksi pertandingan) dan review (hasil pertandingan). Akhirnya dibuatlah berita-berita dari dunia olahraga yang bersifat ringan namun aktual. Pernak-pernik olahraga yang di dalamnya hadir mengenai gaya hidup, hobi, sampai keluarga dari pemain-pemain sepak bola diberitakan. Dari penjabaran di atas, penulis menemukan fakta tentang bagaimana Republika menyajikan berita kepada khalayak. Di dalam fokus penelitian penulis, kasus Republika menulis berita dengan judul “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” adalah sebuah hasil konstruksi media massa (dalam hal ini Republika). Faktanya, Republika sadar betul bahwa umat muslim adalah mayoritas dari penduduk Indonesia, menyukai sepak bola dan berita dari dunia sepak bola, dan
juga pendukung kedua klub (Real Madrid dan Barcelona)
53
menjamur di Indonesia. Inilah yang menjadikan Republika tertarik untuk membentuk sebuah isu mengenai dua klub tersebut. Penyusunan kerangka berita karena jadwal pertandingan sepak bola sudah diketahui khalayak, pengambilan isu terkait sepak bola dari dalam dan luar lapangan, memperhitungkan jumlah fans Real Madrid dan Barcelona di Indonesia, memerhatikan mayoritas agama yang dianut masyarakat Indonesia yakni Islam, latar belakang penulis (wartawan), menjadikan sebuah berita yang ditulis wartawan Endro Yuwanto tersebut sebagai sebuah hasil konstruksi media massa. Ideologi dalam judul pemberitaan tersebut juga semakin jelas karena adanya kesadaran palsu. Kelompok dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Dalam kasus ini, Real Madrid dan Islam adalah kelompok dominan sementara Barcelona dan Zionis bukan dari kalangan dominan di Indonesia ini. Karena kelompok dominan lebih mendominasi maka suatu pemberitaan tersebut akan menjadi wajar dan diterima sebagai kebenaran. Dalam prosesnya pemberitaan tersebut akan melalui beberapa tahapan. Dan dalam tahapan-tahapan tersebut sebuah ideologi Republika menancap kuat hingga akhirnya berita tersebut yang telah dikonstruksi sebegitu rupa terlihat wajar dan penuh kebenaran mutlak. Ideologi tersebut diselipkan secara halus hingga tak nampak ke permukaan, hingga akhirnya khalayak akan merasa tak tersadarkan dalam kesadarannya. Ideologisasi Republika juga terlihat dalam kalimat berikut: “Berbeda dengan Real Madrid yang terus mendukung Palestina, seteru Madrid di Spanyol Barcelona justru berlaku sebaliknya.”
54
Republika merupakan sebuah institusi media yang di dalamnya berkecimpung orang-orang yang menggeluti rutinitasnya sebagai pekerja media. Dengan seperangkat aturan dan norma yang berlaku di Republika, maka sedikit banyak akan memengaruhi kinerja dari para wartawan di dalamnya. Bernafaskan Islam, itulah kiranya ciri dari pemberitaan yang ada di Republika. Pengalaman dan latar belakang pelaku media serta seperangkat norma dan aturan yang terdapat di Republika akan menentukan sikap ke mana para wartawan dan institusinya akan membawa berita tersebut. Kalimat di atas dari fokus penelitian penulis misalnya, sebuah sikap pembelaan yang dilakukan Republika terhadap Real Madrid ketimbang Barcelona dan pembelaan terhadap Palestina ketimbang Israel adalah sebuah sikap yang seolah ingin ditunjukkan Republika kepada khalayak. Bahwasannya sikap yang diambil oleh Republika dan para pelaku medianya adalah sebuah kebenaran yang akan diartikan benar oleh sebagian kalangan dari khalayak. Karena sesungguhnya ideologi adalah sesuatu yang dapat diterima oleh kalangan masyarakat atau khalayak.
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Republika pada rubrik Kick Off edisi 29 September 2012, menunjukkan adanya indikasi sebuah konstruksi realitas media melalui sebuah framing kategorisasi, kesalahan rubrikasi, dan framing ideologi media. Dari seluruh uraian dan analisis yang terdapat dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Framing Kategorisasi dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012. Terselubungnya makna di dalam kata-kata yang ditulis dalam pemberitaan dan pelebelan untuk beberapa kelompok melalui kata-kata yang dituliskan Republika seperti Zionis Israel, terjajah, sasaran agresi militer, dan lain sebagainya. Pemaknaan yang ada pada frame kategorisasi dalam pemberitaan tersebut kebanyakan mengacu pada wacana politik, agama, dan propaganda. 2. Kesalahan Rubrikasi dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012. Kesimpulan yang didapat penulis di dalam pemberitaan tersebut adalah mengenai kesalahan rubrikasi. Jika dilihat dari mata telanjang akan nampak jelas
56
bahwa berita tersebut adalah berita olahraga karena datangnya dari dunia sepak bola. Namun jika diperhatikan dan diteliti ternyata berita itu justru lebih banyak mengacu pada berita politik dan agama. Karena diletakkan di dalam rubrik olahraga, maka khalayak akan menganggapnya sebagai berita olahraga seperti selayaknya tanpa mengetahui beberapa aspek penting yang tersirat dari frameframe yang terbangun dari pemberitaan tersebut. Jika berita tersebut dimasukkan ke dalam rubrik lain selain olahraga, maka para penikmat sepak bola yang kebanyakan dari kalangan muda memiliki kecenderungan untuk tidak membaca berita tersebut. Namun karena berita itu dimasukkan ke dalam rubrik olahraga, maka ada kemungkinan para penikmat sepak bola membaca dan memahami berita tersebut sebagai sebuah berita olahraga yang menguras simpati. 3. Framing Ideologi dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012 Jika dilihat dari kognisi sosial, maka diketahui berita tersebut cukup memberikan adanya kontribusi dengan mayoritas pendukung Real Madrid di Indonesia yang cukup signifikan dibanding pendukung Barcelona di Indonesia dan penduduk muslim yang mayoritas di Indonesia. Republika mencoba mengangkat isu tersebut agar membuat publik memiliki rasa simpati yang lebih dengan Palestina yang notabene sebuah negara Islam. Dan Republika juga mencoba mengarahkan pandangan untuk masyarakat dengan mendukung Real
57
Madrid yang juga telah mendukung Palestina. Ideologi Republika berperan sebagai ideologi dominan yang mendominasi kelompok yang tidak dominan. B. Saran Setelah mengamati dan meneliti dengan analisa yang penulis lakukan dan juga terdapat beberapa kesimpulan yang telah penulis sampaikan, untuk itu kiranya patut penulis sampaikan juga beberapa saran dan masukan kepada Harian Umum Republika. 1. Framing Kategorisasi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012 Dalam pemberitaan tersebut terdapat makna yang dikategorisasikan oleh Republika melalui kata-kata yang disajikan seperti Zionis Israel, terjajah, dan sasaran. Seharusnya Republika menggunakan kata-kata yang lebih relevan dengan memasukkan banyak kata-kata yang bersifat olahraga dan tidak terlalu memojokkan Barcelona dan Israel agar berita menjadi seimbang sesuai fakta. 2. Kesalahan Rubrikasi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012 Dalam hal ini penulis akan memberikan saran kepada Harian Umum Republika dalam menentukan rubrik yang cocok untuk berita yang menjadi fokus penelitian penulis. Dalam hal ini Republika kurang cocok meletakkan isu Palestina dan Israel di dalam rubrik olahraga. Meskipun terlihat juga wacana-
58
wacana olahraga yang dalam hal ini melibatkan kedua klub papan atas dunia, Real Madrid dan Barcelona. Ada baiknya berita tersebut dimasukkan ke dalam rubrik politik atau pun rubrik yang bernafaskan agama. 3. Framing Ideologi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012 Judul dalam pemberitaan tersebut kurang cocok karena seolah-olah Republika menyudutkan Barcelona yang notabene sebagai pihak yang didominasi dan memiliki kecenderungan untuk mendukung segala aktifitas agresi militer Israel. Judul jangan dianggap remeh karena kecenderungan pembaca hanya membaca judul berita sebab mengefisiensi waktu. Agar lebih berimbang, penulis ingin memberi masukkan tentang judul yang cocok dengan pemberitaan tersebut seperti “Madrid Membantu Palestina, Warga Gaza Mempertanyakan Barcelona”.
59
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Suatu Penelitian Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1922. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005. Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2011. Hamad, Ibnu, Qadari Muhamad, dan Sudibyo Agus. Kabar-kabar Kebencian. Jakarta: PT Sembrani Aksara Nusantara, 2001. Hartley, John. Communication, Cultural, and Media Studies, Penerjemah: Kartika Wijayanti. Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI, 2010. Jhon M, Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia,1990. Milles, Mattew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI Press, 1992. Iskandar, Muhaimin. Spiritualitas Sepak Bola, Yogyakarta: KLIK.R, 2006.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya, 2005. Riyanto, Geger, Berger, Peter L. Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.
Sobur. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Rosda Karya, 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka, 2005. Profil Perusahaan Republika. Nugroho, Garin. Tv Publik, Menggagas Media Demokratis di Indonesia. Jakarta: Yayasan Sains Estetika dan Teknologi, 2002. McNair, Brian. An Introduction to Polotical Communication. New York: Routledge, 2004. Nuruddin. Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses. Yogyakarta: Litera, 2012.
60
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru: Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Aristoteles (384-322). Politik (La Politicia. Penyunting: Nino Cicero), Jakarta: Visimedia, 2007. Tondowidjojo Cm, JVS. Media massa dan Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius, 1985. Hamzah, Herdiansyah. Sejarah Real Madrid FC. Soccerklopedi.blogspot.com
Farouk, Ahmad. Sejarah Berdirinya Barcelona FC. www.goal.com
Profile summary
Peña RM de Indonesia @Madrid_Indo The Official Twitter of Peña Real Madrid de Indonesia | E-mail:
[email protected] | HALA MADRID! Pintu Kuning GBK, Jakarta · madrid-indo.com
108,661 Tweets 493 Following 141,723 Followers
Followed by FCB Indonesia.
Profile summary
FCB Indonesia @FCB_Indonesia Fans Club Barcelona Indonesia. Sekretariat: Semanggi Futsal Expo, kawasan SCBD, Jakarta Selatan. SMS Centre: 087880106161. Call Centre: 082327950255 Indonesia · fcbindonesia.com
61,303 Tweets 329 Following 93,569 Followers
Followed by Peña RM de Indonesia.
LAMPIRAN Wawancara Penelitian Pewawancara:
Imas Damayanti (Mahasiswa UIN Jakarta)
Narasumber:
Endro Yuwanto (Redaktur Republika)
Pelaksanaan Wawancara:
Hari: Jumat, 7 Juni 2013 Pukul: 14.00-16.00 WIB Tempat: Lobi Kantor Republika
1. Bagaimana segmentasi pembaca Harian Umum Republika? -Kebanyakan usia di atas 40. Kita menyiapkan rubrik-rubrik olahraga seperti Kick Off, Rekor agar bisa menarik pembaca-pembaca muda. Mengingat pembaca Republika kebanyakan usia di atas 40 tahun, maka kita mengantisipasi akan kehilangan pembacapembaca muda.
2. Apa saja yang disiapkan oleh redaksi untuk menentukan tema dan fakta sepak bola? -Untuk menentukan tema sepak bola sebenarnya mudah karena jadwal-jadwal pertandingan sudah terjadwal dengan jelas. Biasanya yang paling menonjol ada 3 liga, liga Italia, liga Spanyol, dan liga Inggris. Untuk liga Jerman sendiri kurang menarik pembaca, mungkin jika ada pertandingan yang memang dinanti saja seperti Bayern Munich dan Dortmund. Untuk liga Champions, Piala Eropa, dan sebagainya pun sudah terjadwal apa-apa saja klub atau tim yang akan bertanding. Jadi dalam seminggu semua pertandingan sepak bola memang mudah ditebak temanya untuk dijadikan berita.
3. Apa ada survey untuk ketertarikan pembaca mengenai rubrik yang ada di Republika. Jika iya, maka berapa banyak ketertarikan pembaca pada rubrik Kick Off? Dan dari kalangan apa? -Survey pastinya ada, Cuma jika yang khusus belum ada. Tapi kita biasa mantau komentar-komentar melalui online, ada Republika Online, ada juga Twitter. Jadi kita bisa membahas tentang sepak bola juga di situ.
4. Dalam sepak bola mengenal satu hal yang disebut dengan Fair Play. Menurut segi pandang Republika sendiri, Fair Play itu diartikan seperti apa? -Fair Play selalu sama di mana-mana. Kita juga ikut aturan seperti itu. Semua ikut statuta FIFA. Jadi kami ya memandang Fair Play itu sama seperti yang diberlakukan FIFA.
5. Biasanya jika ada berita internasional (olahraga internasional) itu apakah ada wartawan Republika yang meliput langsung ke tempat? -Jika liga-liga itu kita beli dan tidak kirim wartawan meliput ke sana. 6. Event olahraga besar semisal final liga Champions, Piala Dunia, Liga Eropa, apakah termasuk dari incaran Republika untuk mengirimkan wartawannya meliput di sana? -Kemarin Piala Eropa ada yang kita kirim ke sana selama dua minggu. Seperti Piala Dunia kita kirim orang juga selama sebulan. Tapi biasanya kita tentukan juga sama budget, karena kan cukup lama jika sebulan dan jaraknya dari Indonesia kan lumayan. Jika dekat tidak masalah seperti misalnya Piala Dunia tahun 2002 di Korea dan Jepang, itu kita kirim wartawan selama sebulan penuh.
7. Jika La Liga bagaimana tanggapan pembaca Republika terhadap Liga yang digadang-gadang liga terbaik di dunia ini menyaingi Barclays Premier league? -Menurut saya (Endro Yuwanto) tetap layak liga Inggris yang terbaik karena klub-klub di liga Inggris itu kompetitif tidak seperti liga Spanyol yang hanya terfokus dua klub saja. Ya meskipun terkadang di liga itu (liga Spanyol) ada beberapa klub yang mampu menyaingi dua klub andalan liga Spanyol (Real Madrid dan Barcelona) seperti Atletico Madrid, Malaga, dan Valencia. Namun itu tidak semeriah di liga Inggris. Seperti ini, di dalam suatu liga ada 20 klub yang ikut kompetisi namun ketika hanya ada dua klub yang menonjol maka hanya dua klub itu saja yang dinanti pertandingannya, itulah yang terjadi di liga Spanyol. Berbeda di liga Inggris yang klub-klub bawah pun bisa menyaingi klubklub papan atas.
8. Apakah Republika juga tertarik untuk menulis dan memberitakan mengenai pernak-pernik sepak bola semisal gaya hidup pemain? -Sebelum saya (Endro Yuwanto) masuk ke olahraga, pemberitaan sepak bola cenderung membosankan. Hanya ada review dan preview. Sedangkan kita berusaha untuk mencari pembaca-pembaca muda, jika kita hanya menulis berita sepak bola di review dan preview saja maka pembaca akan jenuh apalagi pembaca muda. Maka dari itu pernak-pernik dari dalam dan luar lapangan kita masukan, seperti hobi, gaya hidup, dan lain-lain dari pemain. Jadi tidak terkesan terlalu berat, maka yang tadinya tidak suka baca jadi suka. Maka kita juga buat rubrik harian namanya Offside, itu khusus untuk hal yang di luar lapangan seperti hobi dan lain-lain.
9. Sebenarnya isu rivalitas Barca dan Real Madrid itu seperti apa menurut wartawan Republika sendiri menanggapinya? -Itu menarik. Bukan hanya pertandingan di dalam lapangannya saja yang menarik antara dua kub ini, tapi isu sengit rivalitas mereka di luar lapangan juga jadi sorotan. Misalnya kemarin ada dukungan dari Madrid untuk Palestina sementara Barcelona mendukung Israel, itu menarik. Tapi saya (Endro Yuwanto) jadi bertanya-tanya dalam hati, kok bisa Barcelona dukung Israel padahal dulu Barcelona atau yang melekat dengan panggilan Katalan “dijajah” Madrid. Isu-isu politik dan lain sebagainya tercampur aduk saat itu. Nah, sekarang kenapa Barcelona justru mendukung Israel yang notabene “penjajah” Palestina di era sekarang? Maka saya jadi curiga jangan-jangan memang ada konspirasi di dalam ini. Mungkin hanya dibuat isu-isu agar mengangkat pamor liga Spanyol, ya jelasnya mungkin ini adalah permainan media.
10. Jika Republika sering membeli berita internasional kepada kantor berita asing, maka mana yang menjadi langganan Republika? Untuk La Liga? -Kita biasa pakai Reuters dan AP untuk berita, tapi tidak cenderung ke Reuters dan AP juga. Bisa kita pakai Goal.com atau Soccer.net untuk olahraga. Dari Reuters, AP, dan lain-lainnya juga terkadang kita membeli berita olahraga juga. Tidak terfokus misalnya untuk La Liga kita beli terus-terusan di Marca.com atau BBC untuk liga Inggris. Karena sekarang bebas tidak seperti dulu, jadi gratis tidak bayar. Kecuali untuk foto, kita harus beli. Satu foto itu dibandrol berapa, jika perbulan berapa. Itu sudah ada ketentuannya. Untuk berita tidak bayar asal disebutkan sumbernya.
11. Bagaimana Republika memposisikan Palestina dan Israel dari kacamata hukum Islam soal ketidakharmonisan kedua negara ini? -Kita ya pasti pro Palestina. Kita anggap Israel itu adalah penjajah, tidak hanya dilihat dari segi Islam namun juga aspek kemanusiaan sudah jelas Israel itu melanggar Hak Asasi Manusia.
12. Yedioth Aharonot itu surat kabar olahraga atau surat kabar umum? Karena katanya Shalit diundang menonton laga itu sebagai jurnalis. -Umum sepertinya.
13. Marca.com itu sebenarnya seperti apa? Apakah ia milik Barcelona atau Real Madrid? -Media olahraga. Dia (Marca.com) bermarkas di Madrid ibukota Spanyol.
14. AS.com sendiri bagaimana? -Ini mirip-mirip Marca.com. Bersifat olahraga.
15. El Clasico bisa dibilang sebagai magnet sepak bola, bagaimana menurut wartawan Republika sendiri dan adakah tanggapan yang signifikan dari pembaca Republika baik cetak maupun online?
-Ya memang yang dinanti hanya dua klub itu saja terlepas dari sikap kontroversial Mourinho (mantan pelatih Madrid), pertandingan dua klub ini memang cukup dinanti. Tanggapan dari pembaca ya hanya sebatas jalannya pertandingan saja sepertinya.
16. Jika dikatakan Real Madrid dan Barcelona sebagai dua klub yang memiliki magnet cukup besar dalam dunia sepak bola, bagaimana tanggapan anda? -Menurut saya tidak ya, karena membosankan sekali hanya ada dua klub yang merajai suatu liga hampir sepanjang zaman.
17. Bagaimana tanggapan mengenai pemain muslim yang ada pada dua klub tersebut, apakah ada wawancara dari kantor berita asing yang menanyakan berita ini terhadap mereka? -Itu belum ada yang menguak sepertinya.
Mengetahui
Endro Yuwanto