ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PAPRIKA PADA PT SAUNG MIRWAN DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
DINA MAS EIRENE WARUWU H34060066
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
1
RINGKASAN DINA MAS EIRENE WARUWU. Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan JOKO PURWONO). Sayuran merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Salah satu komoditas sayuran yang penting dan terus dikembangkan adalah paprika. Tanaman ini selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri pangan dan obat-obatan. Disamping itu, paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan karena permintaan akan paprika baik dari dalam dan luar negeri selalu meningkat. Konsumen paprika dalam negeri adalah penduduk asing yang menetap di Indonesia dan masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang meminta komoditas paprika ini antaralain swalayan, hotel, restoran dan katering. Jawa barat merupakan sentra produksi paprika di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kondisi lahan dan iklimnya yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman paprika. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan besar yang memproduksi paprika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum proses budidaya paprika di PT Saung Mirwan, menganalisis pendapatan usahatani dan kelayakan finansial usahatani paprika di PT Saung Mirwan. Penelitian dilakukan di PT Saung Mirwan di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer wawancara langsung dengan pihak manajemen usaha, sementara data sekunder diperoleh dari data-data (arsip ) PT Saung Mirwan, serta data lain yang relevan terhadap penelitian. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2010. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi (NPV,IRR, Net B/C, payback period) dan Analisis R/C Ratio. Pengolahan data komputer menggunakan Microsoft Excel dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. PT. Saung Mirwan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Agribisnis tepatnya sebagi produsen dan Trading Company di bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai produsen sayur-sayuran dengan menerapken teknik budidaya secara hidroponik untuk berbagai macam sayuran eksklusif seperti Tomat Beef, Tomat Cherry, ketimun Jepang (Kyuuri), cabe Jepang (Shisito) dan Paprika. Adapun tahapan dalam budidaya paprika pada PT Saung Mirwan antaralain persemaian, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemasangan tali ajir, pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Usahatani paprika yang dijalankan oleh PT Saung Mirwan menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Rata-rata pendapatan usahatani paprika atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11.000 tanaman. Sementara nilai R/C yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 1,498 atau lebih besar dari satu. Titik impas produksi paprika dalam satuan rupiah penjualan adalah sebesar Rp.88.882.012,81 atau sebanyak 5825,47 kg. Jika dibandingkan dengan hasil
2
penjualan yang dicapai oleh PT Saung Mirwan yaitu sebesar Rp. 291.060.000 dengan hasil produksi sebanyak 9900 kg, maka usahatani ini menguntungkan karena hasil penjualan berada di atas titik impas produksi. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang dihasilkan usahatani paprika di PT Saung Mirwan pada tingkat suku bunga 8,74 % adalah sebesar 628.241.033 yaitu lebih besar dari nol. Artinya selama 25 tahun investasi usahatani paprika di PT Saung Mirwan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.628.241.033. Nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 16%. Nilai Net B/C yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,628 dan masa pengembalian investasi kurang dari umur usaha yaitu 9 tahun 6 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak dan menguntungkan untuk dijalankan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa perubahan kriteria kelayakan investasi paprika akan terjadi apabila penurunan produksi lebih besar dari 10,89 persen dan kenaikan harga pupuk lebih besar dari 83,37 persen.
3
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PAPRIKA PADA PT SAUNG MIRWAN DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR
DINA MAS EIRENE WARUWU H34060066
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 4
Judul Penelitian : Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Nama
: Dina Mas Eirene Waruwu
NRP
: H34060066
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Joko Purwono, MS NIP. 1960 0606 198601 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002
Tanggal Lulus:
5
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.
Bogor, Juni 2011
Dina Mas Eirene Waruwu H34060066
6
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Dina Mas Eirene Waruwu, dilahirkan di Haranggaol pada tanggal 21 Februari 1989. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Elizaro Waruwu (Alm) dan Ibu Elminar Damanik. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 091358 Haranggaol pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SMP swasta GKPS 6 Haranggaol pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 4 Pematangsiantar diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2006. Penulis mengikuti Tingkat Persiapan Bersama selama setahun dan
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen), aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian, dan memperoleh beasiswa dari Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2008-2010.
7
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan segala keajaiban di dunia tempat manusia berpijak. Kekayaan alam dan keindahan panorama yang ada bagai anugerah bagi makhluk ciptaan-Nya sebagai wujud kasih-Nya akan dunia ini. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya wajib menjaga dan melestarikan alam dan segala isinya, sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya. Penelitian ini menganalis pendapatan usahatani pada PT Saung Mirwan. Selain itu dianalisis juga kelayakan investasi usahatani paprika di lokasi penelitian. Dengan segala pertolongan dan kemudahan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor” ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2011 Dina Mas Eirene Waruwu
8
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1.
Ir. Joko Purwono, Ms selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Ir. Burhanuddin, MM dan Ir. Harmini, M.Si sebagai dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Ir. Harmini, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik atas bimbingan dan perhatiannya selama masa perkuliahan.
4.
Kedua orangtua, abang-abang; Memory M. Waruwu, Imanuel G. Waruwu, Junias H. Waruwu, dan keluarga besar untuk setiap doa, dukungan, perhatian, kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.
5.
Segenap dosen dan staff Departemen Agribisnis serta Departemen Agribisnis yang memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan.
6.
Pihak PT Saung Mirwan Bagian Produksi yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.
7.
Sahabat-sahabat (Prita, Wiwi, Anica, Corry, Yomi, Dwi Novita, Silvia, Debora, Kartika, Desma, Poppy, Alda) atas motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Teman-teman Agribisnis angkatan 43, 44, dan 45 atas semangat dan kenangan selama masa perkuliahan, serta abang, teman, dan adik-adik di PMK IPB khususnya Komisi Pelayanan Khusus atas doa dan dukungannya, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
Bogor, Juni 2011 Dina Mas Eirene Waruwu
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xiv
I
PENDAHULUAN .................................................................... 1.1. Latar Belakang .............................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 1.3. Tujuan ............................................................................ 1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................... 1.5. Ruang Lingkup ..............................................................
1 1 4 6 6 6
II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 2.1. Gambaran Umum Tanaman Paprika ............................. 2.2. Penelitian Terdahulu ......................................................
7 7 9
III
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 3.1.1 Konsep Pendapatan Usahatani .............................. 3.1.2. Analisis Proyek ..................................................... 3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi ................................ 3.1.4. Analisis Finansial .................................................. 3.1.4.1 Net Present Value (NPV) ........................... 3.1.4.2 Internal Rate of Return (IRR) .................... 3.1.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) ....... 3.1.4.4 Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)........................................ 3.1.5. Analisis Sensistivitas............................................. 3.2. Kerangka Operasional ....................................................
12 12 13 14 15 16 16 17 17
IV
METODE PENELITIAN ....................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 4.2. Desain Penelitian ........................................................... 4.3. Data dan Instrumentasi .................................................. 4.4. Metode Pengumpulan Data ............................................. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................... 4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani ............................. 4.5.2. Analisis Kelayakan Investasi ................................ 4.5.3. Analisis Sensitivitas .............................................. 4.5.4. Asumsi Dasar ......................................................
21 21 21 21 22 22 22 24 27 27
V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 5.1. Gambaran Umum Perusahaan ......................................... 5.2. Sejarah Perusahaan ......................................................... 5.3 Keragaan Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan .........
29 29 30 31
17 18 19
10
5.3.1. Penggunaan Input Produksi ................................ 5.3.2. Teknik Budidaya Paprika ......................................
32 37
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 6.1. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan ............................................................................ 6.2. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Paprika ............ 6.3 Analisis Switching Value ................................................
42
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 7.1. Kesimpulan .................................................................... 7.2. Saran ...............................................................................
51 51 52
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
53
LAMPIRAN .........................................................................................
55
VI
VII
42 46 49
11
DAFTAR TABEL Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun 2003-2006 .......................................................
1
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di Pulau Jawa Tahun 2008-2009 ..................................................
3
Kandungan Gizi Paprika dalam setiap 100 gram Bahan yang Dapat Dimakan.................................................................
7
Rincian Tenaga Kerja pada budidaya paprika di PT Saung Mirwan ...........................................................................
36
Hasil Penerimaan Paprika Selama Satu Musim Tanam Dari Greenhouse seluas 4800 m2 .............................................
43
Rincian Biaya yang dikeluarkan dalam produksi paprika selama satu periode tanam ........................................................
44
Analisis Pendapatan Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan untuk satu periode tanam.............................................
45
Titik Impas Produksi Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan ...........................................................................
46
Analisis Kelayakan Finansial Paprika di PT Saung Mirwan pada satu greenhouse seluas 4800 m2 ......................................
48
Hasil Analisis Switching Value pada saat NPV = 0 ..................
49
12
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman Produksi Paprika PT Saung Mirwan (kg) Bulan Nopember 2009-Maret 2010 ..................................................
5
2.
Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
20
3.
Bentuk Bangunan Greenhouse Budidaya Paprika di PT Saung Mirwan ..................................................................
33
Tangki penampung nutrisi, kolam penampungan air, Pompa dan pipa irigasi, dan selang/pipa penyalur .................
34
Bentuk Paprika yang Dihasilkan PT Saung Mirwan .............
35
4. 5.
13
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Cashflow Usahatani Paprika .....................................................
2.
Analisis Sensitivitas pada saat penurunan produksi (NPV=0).................................................................................... Analisis Sensitivitas pada saat kenaikan harga pupuk (NPV=0)....................................................................................
3.
56 58 60
14
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini disebabkan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia bergerak di sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, Sebesar 41.18 persen penduduk Indonesia memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor ini. Pada tahun 2008, sektor pertanian menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi terhadap PDB Indonesia, yaitu sebesar 14,4 persen (BPS 2009). Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor, yaitu subsektor pangan, hortikultura dan perkebunan. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Subsektor hortikultura ini meliputi sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka atau obat-obatan. Berdasarkan data dari Direktorat Hortikultura Departemen Pertanian RI (2008), nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dari subsektor Hortikultura selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2003 sampai 2006 seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun 2003-2006 No
Kelompok Komoditas
Nilai PDB (juta rupiah) 2003
2004
2005
2006
1
Buah-buahan
28.246
30.765
31.694
35.448
2
Sayuran
20.573
20.749
22.630
24.694
3
Biofarmaka
565
722
2.806
3.762
4
Tanaman Hias
4.501
4.609
4.662
4.734
53.885
56.844
61.792
68.639
Total Hortikultura Sumber : Dirjen Hortikultura (2008)
Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa sayuran merupakan salah satu komoditas yang memberi kontribusi terbesar kedua pada PDB Hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa sayuran merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi 15
kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Sayuran memiliki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan gizi manusia seperti serat, vitamin, kalsium, zat besi, dan gizi lainnya yang dapat mencegah kehadiran penyakit (Tim Penulis PS 2008). Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah mendorong kebutuhan pangan yang semakin bertambah pula. Termasuk dalam hal ini adalah sayuran yang merupakan bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan akan sayuran dari dalam negeri. Selain di pasar domestik, permintaan produk sayuran
untuk
ekspor
dari
Indonesia
juga
cenderung
meningkat.
Kecenderungan tersebut terlihat pada negara-negara maju di belahan dunia subtropis yang sangat antusias mengonsumsi sayuran tropis. Peranan penting dari sayuran dan permintaannya yang terus meningkat menunjukkan pentingnya pengembangan produk sayuran di Indonesia. Salah satu komoditas sayuran yang penting dan terus dikembangkan adalah paprika. Paprika merupakan tanaman sayuran yang umumnya dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Tanaman ini selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan serta bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman. Disamping itu, paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan karena permintaan akan paprika baik dari dalam dan luar negeri selalu meningkat. Konsumen paprika dalam negeri adalah penduduk asing yang menetap di Indonesia dan masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang meminta komoditas paprika ini antaralain swalayan, hotel, restoran dan katering (Cahyono, 2003). Saat ini penanaman paprika terus dikembangkan karena adanya kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam memproduksi paprika di Indonesia (kurang lebih 80 persen dari total produksi paprika). Selain melalui nilai perkembangan produksi, prospek pengembangan
16
usaha paprika di Indonesia dapat dilihat melalui peningkatan luas panen paprika di Pulau Jawa pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di Pulau Jawa Tahun 2008-2009 Tahun 2008 Luas No Provinsi Produksi Panen (Ton) (Ha) Jawa 1 38 1.674 Barat Jawa 2 1 10 Tengah Jawa 3 17 228 Timur Total 56 1.912
Tahun 2009* Luas Produksi Panen (Ton) (Ha)
Pertumbuhan Luas Produksi Panen (%) (%)
113
3.780
197,37
125,81
0
0
-100,00
-100,00
88
442
417,65
93,86
4.222
258,93
120,82
201
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2010) Keterangan : *Angka Sementara
Tabel 2 menjelaskan pada tahun 2009 hanya dua provinsi yang memproduksi paprika yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil paprika terbesar di Pulau Jawa yang selanjutnya diikuti oleh Jawa Timur. Potensi pengembangan paprika di Pulau Jawa dapat dilihat dari meningkatnya luas panen yang digunakan untuk mengusahakan paprika. Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan luas panen pada tahun 2009 sebesar 197,37 persen dari tahun 2008, sedangkan Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan luas panen pada tahun 2009 sebesar 417,65 persen dari tahun 2008. Jawa Barat merupakan sentra produksi paprika di Indonesia. Tahun 2008, provinsi Jawa Barat memproduksi 1.674 ton paprika atau 79,19 persen dari produksi paprika nasional dengan produktivitas 44,5 ton per heltar. Beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang menjadi sentra paprika adalah Kabupaten Bandung, Garut, Cianjur, dan Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi lahan dan iklim di Jawa Barat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman paprika. Oleh karena itu pengembangan tanam paprika di Jawa Barat masih potensial dan memiliki prospek yang baik.
17
PT. Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan besar di Bogor yang memproduksi paprika disamping berbagai sayuran lainnya dan bungabungaan. Sebagian besar kebutuhan paprika supermarket dan restoran di kota Bogor dan sekitarnya dipasok PT. Saung Mirwan. Kemampuan PT Saung Mirwan untuk memenuhi permintaan pasar akan paprika dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan tersebut dalam memproduksi paprika. Paprika yang di produksi perusahaan tersebut merupakan paprika yang dibudidayakan di bawah naungan (greenhouse) sehingga kondisi lingkungan dan nutrisi dapat terkontrol. Sementara untuk membangun greenhouse diperlukan investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu, kajian finansial usaha paprika menjadi sangat strategis. 1.2 Perumusan Masalah Paprika merupakan komoditas yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena selain permintaan pasar baik lokal maupun ekspor masih cukup tinggi. Selain itu paprika juga termasuk sayuran yang bernilai ekonomis tinggi karena selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga, paprika juga digunakan untuk industri pengolahan. Namun, budidaya paprika di Indonesia masih tergolong sedikit. Hal ini disebabkan oleh syarat hidup tanaman ini yang menuntut budidaya dilakukan di daerah tertentu seperti dataran tinggi dengan suhu optimum 16-25 derajat Celsius dan kelembaban udara sekitar 80 sampai 90 persen. PT Saung Mirwan sebagai salah satu produsen paprika di Bogor juga masih mengalami kendala dalam memenuhi permintaan paprika. Hal ini dikarenakan produksi paprika cenderung menurun. Sementara paprika tersebut merupakan paprika yang dibudidayakan dibawah naungan (greenhouse) dimana kondisi lingkungan dan nutrisi yang terkontrol sehingga seharusnya produktivitas paprika dapat stabil tanpa bergantung pada musim. Pada Gambar 1 dapat dilihat produksi paprika pada PT Saung Mirwan dari bulan Nopember 2009 sampai Maret 2010.
18
2.500 2.000 1.500
Paprika Hijau Paprika Merah
1.000
Paprika Kuning 500 0 Nop-09
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Gambar 1. Produksi Paprika PT Saung Mirwan (kg) Bulan Nopember 2009-Maret 2010 Sumber : Laporan Bulanan Divisi Produksi PT Saung Mirwan (diolah)
Dalam pengembangan agribisnis paprika, faktor kuantitas, kualitas dan kontinuitas pasokan menjadi suatu persyaratan keberhasilan suatu usaha. Namun, permasalahan yang terjadi pada PT Saung Mirwan salah satunya adalah tidak terpenuhinya permintaan akan paprika dari segi kuantitas. Adapun permintaan paprika untuk pasar lokal adalah 1 ton per minggu. Namun ratarata produksi paprika di PT Saung Mirwan selama ini adalah 730 kg per minggu. Sementara untuk meningkatkan produksi guna memenuhi gap Permintaan pasar, diperlukan investasi yang besar berupa greenhouse. Selain itu, untuk membudidayakan paprika juga diperlukan nutrisi serta kondisi lingkungan seperti cuaca, pengendalian hama dan penyakit serta keterampilan tenaga kerja. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini antara lain : 1) Bagaimanakah gambaran umum proses budidaya paprika di PT Saung Mirwan? 2) Bagaimanakah tingkat pendapatan usahatani paprika pada Divisi Produksi PT Saung Mirwan? 3) Apakah usahatani paprika di PT Saung Mirwan menguntungkan dan layak secara finansial?
19
1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui gambaran umum proses budidaya paprika di PT Saung Mirwan. 2) Menganalisis pendapatan usahatani paprika pada Divisi Produksi PT Saung Mirwan. 3) Menganalisis kelayakan finansial usahatani paprika di PT Saung Mirwan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam pengembangan usahatani paprika. 2) Bagi masyarakat atau investor, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam mempertimbangkan investasi di usaha paprika. 3) Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai studi kelayakan agribisnis. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pendapatan dan kelayakan finansial usahatani paprika varietas Edison dan Sunny yang dibudidayakan di bawah naungan (greenhouse) pada Divisi Produksi PT Saung Mirwan.
20
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tanaman Paprika Tanaman paprika (Capcisum annum var grossum) merupakan salah satu komoditi penting yang berkembang saat ini. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Umumnya paprika diproduksi oleh petani modern dan sebagian diantaranya menanam paprika dengan sistem hidroponik. Di Indonesia tanaman paprika baru berkembang di daerah Dieng (Jawa Tengah), Puncak dan Lembang (Jawa Barat), serta Brastagi (Sumatera Utara) Tanaman paprika buahnya besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, rasa buah tidak pedas dan seperti yang tertera pada Tabel 2 paprika kaya akan karoten, vitamin B serta vitamin C. Buah cabe umumnya mengandung Capcaisin yang menyebabkan rasa pedas pada cabe, namun zat ini hampir tidak ada dalam cabe paprika sehingga rasa cabe itu tidak pedas (Cahyono, 2003). Tabel 3. Kandungan Gizi Paprika dalam setiap 100 gram Bahan yang Dapat Dimakan Komponen
Kadar
Protein
(g)
0,9
Lemak
(g)
0,3
Karbohidrat
(g)
4,4
Ca
(mg)
7,0
Fe
(mg)
0,4
P
(mg)
2,0
Vitamin A
(IU)
22,0
Vitamin B1
(mg)
540,0
Vitamin B2
(mg)
0,02
Niacin Vitamin C
0,4 (mg)
160,0
Sumber : Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries (1982) dalam Imam Harjono, 1994.
21
Tanaman paprika merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, perakarannya menyebar horizontal dan sangat eksentif. Batang utama tegak, halus, pangkalnya berkayu dan bercabang banyak. Daun tunggal, berbentuk bulat telur mengkilat serta ujungnya runcing dengan berbagai ukuran. Bunga paprika tunggal, menunduk, kelopak bunga berbentuk soliter, mahkota bunga berwarna putih, benang sari lima buah dan bunga muncul dari ketiak daun. Tanaman menyerbuk sendiri dan dapat juga terjadi penyerbukan silang. Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, tanaman paprika banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim, topografi, dan kesuburan tanah. Tanaman Paprika memerlukan suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 18-230C. Pada suhu diatas 230C akan mempengaruhi proses pembentukan buah. Dengan kelembaban udara berkisar 80 persen, tanaman paprika merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paprika, sehingga untuk menanggulanginya dibutuhkan naungan. Dengan diberikan naungan maka hasilnya akan lebih baik selama pertumbuhannya, bobot buah lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tanpa menggunakan naungan. Budidaya paprika dengan sistem naungan atau rumah kaca (greenhouse) memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Cahyono, 2003) : 1) Dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. 2) Menciptakan lingkungan yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil (buah). 3) Melindungi tanaman dari curahan air hujan yang deras sehingga dapat mencegah gugur bunga dan bakal buah. 4) Melindungi tanaman dari sengatan cahaya matahari. 5) Mencegah serangan hama dan penyakit. 6) Dapat mengurangi defisit air. 7) Mengatur temperatur dan kelembaban tanah sehingga sesuai bagi pertumbuhan tanaman. 8) Mengurangi pencucian unsur hara dalam tanaman dan mengurangi pencucian pestisida.
22
Ketinggian yang optimal untuk tanaman paprika rata-rata berkisar 700 1.500 m dpl, dalam ketinggian tersebut suhu udara dan kelembabannya sangat baik. Namun kemudian tidak menutup kemungkinan paprika dapat ditanam di dataran rendah dengan sistem rumah kaca yang terkontrol atau naungan plastik untuk menghindari teriknya sinar matahari yang berlebihan. Untuk daerah Jawa banyak ditanam di daerah Dieng, Puncak dan Lembang, Tawangmangu, dan Malang. Tanaman paprika memerlukan kondisi tanah yang subur, gembur, drainase baik, bebas dari hematoda, bakteri dan cendawan. Penanaman dapat dilakukan pada dataran tinggi dan dataran rendah. Paprika banyak tumbuh pada banyak jenis tanah, dari pasir sampai liat berat dan yang paling baik adalah pada tanah lempung berpasir. Ukuran pH tanah yang cocok untuk paprika berkisar 5,5-6,5 (Iman, 1996 dalam Kartikasari, 2006). 2.2 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini akan dianalisis pendapatan usahatani dan kelayakan finansial usahatani paprika. Beberapa penelitian yang meneliti tentang pendapatan usahatani paprika antara lain Nadhwatunnaja (2008) yang menganalisis pendapatan usahatani dan faktor-daktor yang memepengaruhi produksi paprika hidroponik di desa Pasir Langu, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung serta Ningsih (2005) yang menganalisis usahatani hidroponik paprika di desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan analisis pendapatan dan R/C rasio untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani di lokasi penelitian. Namun luasan lahan yang digunakan berbeda dimana Nadhwatunnaja (2008) mengkonversi luasan lahan ke dalam luas greenhouse 1000 m2 sementara Ningsih (2005) mengkonversi luasan lahan ke dalam luasan 300 m2. Hasil yang diperoleh dari kedua penelitian tersebut juga berbeda dimana nilai R/C atas biaya total dalam penelitian Nadhwatunnaja (2008) adalah 1,21 sementara hasil penelitian Ningsih menunjukkan nilai R/C 1,9 untuk petani dengan luas lahan rumah plastik yang dimiliki lebih kecil dari 1900 m2 dan 1,8 untuk petani dengan luas lahan rumah plastik yang dimiliki lebih besar dari 1900 m2.
23
Kedua penelitian tersebut sama-sama menunjukkan bahwa usahatani paprika hidroponik di desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Bandung menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena hasil R/C yang diperoleh dari kedua penelitian tersebut lebih dari satu. Keuntungan yang diperoleh dapat dilihat dari penerimaan yang lebih besar dari biaya total. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dari penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian dan analisis perhitungan pendapatannya yang menggunakan analisis usahatani yang juga menghitung nilai rasio antara penerimaan dan biaya totalnya. Perbedaannya adalah teknik budidayanya dimana pada penelitian sebelumnya meneliti paprika hidroponik sementara dalam penelitian ini meneliti paprika yang diusahakan dengan media tanam tanah. Perbedaan lainnya terdapat pada pemilihan responden dimana penelitian sebelumnya meneliti petani sebagai responden sementara dalam penelitian ini respondennya adalah perusahaan. Penelitian terdahulu yang meneliti tentang kelayakan usahatani paprika antara lain Badrutamam (2005) yang meneliti tentang pengembangan usahatani cabai paprika pada tiga sistem hidroponik di PD. Lima Bersaudara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat serta Ginting (2009) yang menganalisis kelayakan investasi pengusahaan paprika dan timun jepang hidroponik pada PT. Horti Jaya Lestari di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan oleh Badrutamam (2005) lebih berfokus pada membandingkan kelayakan dari tiga sistem usahatani paprika hidroponik, yaitu sistem penyiraman manual, sistem irigasi tetes, dan sistem NFT. Sementara penelitian Ginting (2009) fokus pada membandingkan kelayakan investasi usaha paprika dan timun jepang hidroponik dengan dua skenario yaitu menggunakan modal sendiri dan menggunakan modal pinjaman. Kedua penelitian tersebut menggunakan kriterian NPV, IRR, Net B/C dan payback period sebagai kriteria kelayakan finansial investasi usahatani paprikanya. Keduanya juga menganalisis sensitivitas usaha dengan menggunakan analisis switcing value. Hasil yang diperoleh dalam penelitian Badrutamam (2005) menunjukkan bahwa usahatani pada ketiga sistem yang diteliti layak untuk dijalankan dan yang
24
paling layak adalah sistem NFT karena menghasilkan nilai Net B/C terbesar, masa pengembalian investasi yang lebih cepat dan memiliki tingkat keberhasilan serta produktivitas yang lebih tinggi. Sementara hasil penelitian Ginting (2009) menunjukkan bahwa dari dua skenario yang diteliti hanya satu skenario yang dinyatakan layak yaitu skenario investasi dengan menggunakan modal sendiri karena menghasilkan NPV yang positif sebesar 13239689, Net B/C yang lebih besar dari satu (3,087 ) dan IRR sebesar 26% atau lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku . Skenario dengan menggunakan modal pinjaman dinyatakan tidak layak karena menghasilkan NPV yang negatif. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan kedua penelitian terdahulu diatas. Persamaanya adalah objek penelitian dan kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Penelitian ini juga menganalisis sensitivitas usaha menggunakan analisis switching value. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan dalam teknik budidaya dimana objek yang diteliti pada kedua penelitian terdahulu adalah paprika hidroponik sementara dalam penelitian ini paprika yang diteliti menggunakan tanah sebagai media tanam.
25
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Usahatani adalah setiap organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di bidang pertanian. Ketatalaksanaan organisasi ini berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau oleh sekumpulan orang-orang segolongan sosial-baik yang berikatan geneologis maupun teritorial sebagai laksanawannya (Tjakrawiralaksana,1985). Mosher (1989) dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat atau bagian permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Dalam usahatani, tanaman yang diusahakan tidak terbatas pada suatu macam tanaman tertentu tetapi dapat terdiri atas berbagai macam tanaman, ternak, dan ikan. Berdasarkan deinisi usahatani diatas, maka terdapat empat unsur utama dalam usahatani yang lebih dikenal sebagai faktor produksi dan penggunaannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Keempat unsur tersebut yaitu lahan,
tenaga
kerja,
modal,
dan
pengelolaan
atau
manajemen
(Tjakrawiralaksana,1985). Lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi, yang merupakan bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani yaitu tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian dan tempat pemukiman keluarga tani. Lahan untuk usahatani dapat diperoleh dengan bermacam cara antara lain membeli, menyewa, membagi hasil/menyakap, menggadai, diberi dalam hubungan warisan atau hadiah, serta pinjam dengan hak pakai. Lahan memiliki sifat-sifat khusus seperti luas yang relatif tetap, tidak dapat dipecah-pecahkan sehingga relatif sulit diubah oleh petani dalam proses produksi. Faktor produksi kedua setelah lahan adalah tenaga kerja. Tenaga kerja sangat diperlukan dalam menyelesaikan kegiatan produksi. Menurut sumbernya, tenaga kerja dalam usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Sedangkan berdasarkan jenisnya tenaga kerja dalam usahatani dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu tenaga kerja manusia, mesin atau mekanik, dan hewan ternak. 26
Modal adalah uang atau barang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain menghasilkan barang-barang. Modal dalam usahatani sering diklasifikasikan ke dalam: modal tetap (fixed capital), seperti lahan dan bangunan; modal kerja/usaha (working capital) seperti alat-alat, mesin, tanaman di lapangan dan ternak produksi yang dipelihara; dan modal lancar/berubah (current/variable capital) seperti bibit/benih tanaman, pupuk, obat-obatan dan makanan ternak, serta uang tunai untuk upah buruh. Pengelolaan adalah unsur produksi yang sifatnya tidak berbentuk, akan tetapi peranannya penting dalam produksi. Pengelolaan yaitu faktor yang menggerakkan unsur-unsur produksi lainnya dalam tujuan menghasilkan produk yang diinginkan. Dalam usahatani, peran pengelolaan biasanya dibawakan oleh orang yang disebut petani. Budidaya paprika termasuk ke dalam kegiatan usahatani karena di dalamnya terdapat unsur-unsur usahatani yaitu adanya tanaman yang diusahakan berupa paprika, petani sebagai pengelola atau pemilik, lahan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan produksi, dan biaya sebagai modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan produk pertanian pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih biaya dan penerimaan disebut dengan pendapatan usahatani. 3.1.1 Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani dapat digambarkan sebagai balas jasa dari penggunaan faktor produksi. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani. Besarnya pendapatan usahatani tergantung dari penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang digunakan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi yang dihasilkan dengan harga satuan produk yang dimaksud. Sedangkan pengeluaran adalah biaya yang digunakan untuk penggunaan sarana produksi yang bersangkutan. Menurut Hernanto (1989), biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
27
1. Biaya tetap, yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat, dan bunga pinjaman; 2. Biaya variabel, merupakan biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan, yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya: pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. 3. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman. Sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga; 4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan), yaitu biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri, (biaya tetap) dan tenaa kerja keluarga. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien dibandingkan metode produksi lainnya apabila menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk tingkatan korbanan marjinal yang sama atau dapat mengurangi input untuk memperoleh output yang sama. Ukuran efisiensi usahatani dapat diukur dengan menghitung perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C ratio). Perbandingan tersebut menggambarkan penerimaan yang diterima untuk setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Usahatani dikatakan efisien apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C ratio, maka usahatani yang dilakukan semakin efisien. 3.1.2 Analisis Proyek Secara umum proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil. Menurut Gittinger (1986), proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Sumber-sumber yang digunakan dalam proyek dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.
28
Studi kelayakan proyek adalah suatu analisis terhadap proyek tertentu baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang, dan selsesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu: 1. manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). Artinya apakah proyek yang bersangkutan dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara (sering juga disebut manaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi suatu negara. 3. Manfaat sosial proyek yang bersangkutan bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Tujuan dilaksanakannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Pengeluaran modal memiliki arti yang sangat penting karena (Husnan dan Suwarsono,1994): 1. pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang; 2. pengeluaran modal umumnya menyangkut jumlah yang sangat besar; 3. komitmen pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah. Pasar untuk barang-barang modal bekas, mungkin tidak ada terutama untuk barangbarang modal yang sangat khusus sifatnya. Karena itu sulit untuk mengubah keputusan pengeluaran modal. 3.1.3 Analisis Kelayakan Investasi Dalam suatu kegiatan investasi, keputusan menanam modal adalah suatu keputusan yang mengandung risiko besar. Untuk melihat besarnya manfaat yang diterima dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi perlu dilakukan analisis kelayakan investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Investasi pada proyek merupakan investasi jangka panjang, oleh karena itu dalam mengukur kemanfaatan proyek perlu mempertimbangkan konsep time
29
value of money. Pengukuran kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan perhitungan berdiskonto maupun tidak berdiskonto. Perbedaan antara keduanya adalah konsep time value of money yang diterapkan pada perhitungan berdiksonto. Diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya” pada masa sekarang (Gittinger,1986). Sedangkan perhitungan tanpa diskonto belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima. Konsep time value of money mempunyai arti bahwa sejumlah uang yang tersedia pada saat ini akan lebih berarti dibandingkan sejumlah uang yang sama beberapa tahun kemudian. Hal ini disebabkan oleh dua unsur
yaitu time
preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama jika tersedia pada masa yang akan datang), dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et.al, 1976). 3.1.4. Analisis Finansial Dalam analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Hasil finansial sering disebut “private returns”. Analisis finansial dalam studi kelayakan proyek dapat menggunakan kriteria-kriteia penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio), dan Payback Period. Metode penilaian investasi tersebut digunakan untuk menilai suatu proyek menguntungkan atau tidak. 3.1.4.1. Net Present Value (NPV) NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode ini menghitung selisish antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria kelayakan berdasarkan metode NPV yaitu : 1. NPV>0, maka proyek dikatakan bermanfaat dan layak untuk dilaksanakan;
30
2. NPV=0, proyek yang bersangkutan mampu mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal. Proyek dikatakan tidak untung dan tidak rugi; 3. NPV<0, proyek tidak menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan atau proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
3.1.4.2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang. Atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari discount rate yang ditentukan maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR menggambarkan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. 3.1.4.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Jika Net B/C = 1 maka proyek hanya mampu mengembalikan sebesar opportunity cost-nya, jika Net B/C>1 maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan jika Net B/C<1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. 3.1.4.4. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period) Tingkat pengembalian investasi merupakan jangka waktu/periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Oleh karena itu satuan hasilnya bukan presentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika periode payback ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan dan layak dilaksanakan. Sedangkan jika lebih lama dari waktu proyek, maka proyek dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan.
31
Beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek yaitu: 1. Umur ekonomis aset, yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya; 2. Umur teknis aset, biasanya pedoman ini digunakan untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali.
3.1.5.
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat
pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Proyekproyek pertanian umumnya sensitif terhadap perubahan-perubahan empat variabel yaitu: 1. harga jual output 2. keterlambatan pelaksanaan 3. kenaikan biaya 4. hasil produksi Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen cashflow (inflow atau outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kriteria investasi. Tujuan analisis sensitivitas adalah : 1. memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan; 2. memperbaiki disain proyek sehingga dapat meningkatkan NPV; 3.
mengurangi risiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah “nilai pengganti” (switching
value). Dalam analisis sensitivitas secara langsung dipilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisa proyek dan kemudian menentukan pengaruh perubhan tersebut terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka harus dicari berapa bayak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti agar dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Dengan kata lain, sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada variabel (yang diduga bisa menyebabkan perubahan) sehingga proyek dikatakan
32
masih dapat diterima. Atau dicari sampai NPV=0, Net B/C =1, dan IRR= tingkat discount factor yang digunakan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional PT Saung Mirwan merupakan salah satu produsen paprika di Bogor. Perusahaan ini membudidayakan paprika karena tanaman tersebut merupakan komoditi yang potensial karena permintaannya yang terus meningkat. Jawa barat merupakan sentra produksi paprika, namun di Kabupaten Bogor usahatani paprika masih tergolong sedikit. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor Tahun 2009 luas panen tanaman paprika di Kabupaten Bogor hanyalah sebanyak 2 Ha dan produksinya hanya sebesar 4,6 ton atau 0,38 persen dari total produksi tanaman sayuran di Kabupaten Bogor. PT Saung Mirwan juga menghadapi permintaan yang tinggi terhadap paprika. Rata-rata permintaan paprika yang diterima oleh PT Saung Mirwan adalah 1 Ton per minggu. Namun perusahaan tersebut hanya dapat memenuhi sekitar 730 kg paprika setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani paprika di PT Saung Mirwan masih perlu untuk dikembangkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian dari sisi finansial usahatani paprika. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui efisiensi usahatani yang dijalankan dan kelangsungan usahataninya di masa mendatang. Analisis finansial usahatani yang dikaji adalah mengenai analisis pendapatan (nilai R/C, Titik Impas Produksi (TIP)) untuk mengetahui tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani yang dijalankan. Kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial usahatani melalui analisis beberapa kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Selain itu dilakukan analisis switching value untuk melihat berapa persen perubahan pada variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga proyek dikatakan masih dapat diterima. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelangsungan usahatani di masa mendatang. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk pengembangan usahatani paprika yang dijalankan. Adapun alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2. 33
PT Saung Mirwan
Usaha Budidaya Paprika
Gap permintaan dan hasil produksi
Analisis Kelayakan Usahatani: NPV IRR Net B/C Payback Period Switching Value
Analisis Pendapatan Usahatani: Analisis R/C Titik Impas Produksi (TIP)
Layak/Tidak Layak
Layak
Tidak Layak
Rekomendasi Pengembangan Usaha
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
34
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan yang bergerak di bidang bunga dan sayuran yaitu PT Saung Mirwan di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar yang memproduksi dan memasok kebutuhan paprika di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Agustus 2010. 4.2 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian dengan metode deskriptif dengan jenis metode kasus atau studi kasus. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dan suatu kelas peristiwa. Sedangkan metode studi kasus merupakan prosedur dan teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok atau masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Objek penelitian ini adalah PT Saung Mirwan dan yang menjadi subjek adalah orang-orang yang menjadi kunci di dalam perusahaan dan pihak-pihak yang dapat mendukung dalam pemerolehan data serta informasi. 4.3 Data dan Instrumentasi Berdasarkan sumber perolehan data, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian melalui : pengamatan langsung, untuk mengetahui kondisi fisik usaha, proses penanganan produk, dan wawancara langsung dengan pihak manajemen usaha. Data sekunder diperoleh dari data-data (arsip) PT Saung Mirwan, serta data lain yang berasal dari kepustakaan, buku, jurnal ilmiah, skripsi, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat
35
Jendral Hortikultura (Ditjen Hortikultura), Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, dan world wide web. Instrumentasi yang digunakan adalah dengan daftar pertanyaan, dan alat pencatat. Daftar pertanyaan digunakan sebagai bantuan bagi penulis dalam menentukan alur pertanyaan dalam wawancara terhadap subyek yang diteliti sehingga memudahkan dalam proses analisis, sedangkan alat pencatat merupakan alat pembantu bagi peneliti untuk menuangkan hasil wawancara dan analisis yang didapatkan selama pengumpulan data. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan, merupakan cara untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dilakukan pada pihak-pihak yang potensial dalam memberikan keterangan mengenai biaya dan penggunaan faktor-faktor produksi paprika diantaranya Kepala Divisi Produksi dan Kordinator Humas PT Saung Mirwan. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam peneliatian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan usahatani paprika di lokasi penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani paprika. Data dan informasi yang diperoleh disusun dalam bentuk tabulasi agar lebih mudah untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator serta aplikasi komputer Ms Excel. 4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah budidaya paprika di PT Saung Mirwan menguntungkan atau tidak. Pendapatan adalah pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi. Penerimaan merupakan nilai dari total penjualan produksi paprika yang dihasilkan. Sementara total biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan TFC (Total Fixed Cost) dengan TVC (Total 36
Variable Cost). TFC merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alatalat.
Sementara TVC merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan
jumlah produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Tingkat pendapatan suatu usaha dapat dirumuskan sebagai berikut : Π = TR-TC Dimana : TR = P * Q TC = TFC + TVC Keterangan : Π
= Pendapatan (rupiah)
TR
= Total Revenue yaitu hasil kali jumlah fisik produk paprika dengan harganya (rupiah)
TC
= Total Cost yaitu Biaya Total (rupiah)
P
= Harga jual produk
Q
= Jumlah produk yang dihasilkan
TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variable Cost Untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh oleh petani untuk setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan dapat diketahui dengan nilai R/C. Imbangan penerimaan dengan biaya (revenue- cost ratio atau R/C) adalah perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : R/C Ratio = TR/TC
Secara teoritis nilai R/C = 1 menggambarkan keadaan usahatani yang tidak untung dan tidak rugi. Usahatani dapat dikatakan untung apabila nilai R/C >1 (R>C). sebaliknya jika R/C <1 (R
37
maka biaya yang dikeluarkan harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel, serta harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Hasil penjualan dikurangi biaya variabel merupakan sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Rasio antara margin dan hasil penjualan disebut dengan marginal income ratio. Dalam keadaan impas labanya adalah nol, maka dengan membagi jumlah biaya tetap dengan marginal income ratio-nya, akan diperoleh tingkat penjualan (dalam rupiah) yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita rugia ataupun memperoleh laba. Titik impas dalam rupiah dapat ditentukan dengan rumus (Munawir, 1995):
Titik impas (dalam rupiah) = Keterangan : TFC
= biaya tetap total (Rp)
TVC
= biaya variabel total (Rp)
S
= volume penjualan (Rp)
4.5.2 Analisis Kelayakan Investasi Untuk mengetahui kelayakan budidaya paprika maka akan dibandingkan antara manfaat dan biaya untuk menghitung beberapa kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, net B/C, dan tingkat pengembalian investasi (payback period). 4.5.2.1 Net Present Value (NPV) NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. NPV dihitung dengan rumus matematik (Gray, et. al., 1993):
38
NPV = Keterangan : Bt
= penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp)
n
= umur proyek (tahun)
i
= tingkat suku bunga per tahun Nilai NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari proyek/usaha
selama umur proyek pada discount rate tertentu. Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV > 0. 4.5.2.2 Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang, atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Cara menghitung IRR adalah dengan cara mencari tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif, selanjutnya dicari lagi tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Husnan dan Suwarsono, 1999). Perkiraan IRR diperoleh dengan interpolasi berdasarkan perhitungan tingkat buang dan NPV yang sudah dilakukan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
IRR = Keterangan : i1
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i2
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif Jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto maka proyek dikatakan layak
untuk dilaksanakan.
39
4.5.2.3 Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang negatif (sebagai penyebut). Jika net B/C > 1 maka proyek layak untuk dilaksanakan. Net B/C dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
B-C>0 Net B/C =
B-C<0
Keterangan : Bt
= penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp)
n
= umur proyek (tahun)
i
= tingkat suku bunga per tahun Nilai Net B/C menunjukkan setiap tambahan biaya sebesar Rp.1 maka
biaya tambahan manfaat bersih yang akan dihasilkan adalah sebesar nilai net B/C. 4.5.2.4 Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period) Payback period merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali karena itu satuan hasilnya bukan presentase tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika periode payback ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan dan layak dilaksanakan. Perhitungan payback period dilakukan dengan metode discounted payback period dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikumulatifkan dari tahun ke tahun. Dengan demikian akan didapatkan tahuntahun ketika manfaat bersih kumulatif masih bernilai negatif dan tahun-tahun ketika manfaat bersih bernilai positif, yang menadakan bahwa investasi sudah kembali (Ibrahim 1998 dalam Yunus 2005).
40
4.5.3
Analisis Sensitivitas Variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (Switching
Value Analysis). Dalam analisis nilai pengganti, dicari berapa banyak elemen yang kurang baik yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Variabel yang diduga dapat menyebabkan perubahan terhadap kelayakan investasi paprika di PT Saung Mirwan adalah upah tenaga kerja dan produksi paprika. Pengujian dengan menggunakan nilai pengganti yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan berapa besarnya proporsi penurunan produksi paprika dan proporsi kenaikan upah tenaga kerja tetap akibat manfaat sekarang neto menjadi nol. Nilai nol itu tentu saja akan membuat perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. 4.5.4
Asumsi Dasar Dasar-dasar perhitungan yang berfungsi sebagai asumsi dasar yang
digunakan dalam analisis pendapatan usahatani dan analisis kelayakan finansial antara lain : 1. Umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis greenhouse yaitu 25 tahun. Pertimbangannya adalah bangunan greenhouse merupakan aset yang paling penting dalam budidaya paprika serta aset dengan umur ekonomis yaang paling lama. 2. Umur tanaman paprika adalah 26-28 minggu, dimana 2 minggu digunakan untuk persiapan tanam, 4 minggu untuk umur vegetative dan 22 minggu lamanya masa produksi. Sehingga dalam setahun didapat dua kali musim tanam. 3. Tingkat kontaminasi atau kegagalan pertumbuhan adalah sebesar 10 persen. 4. Modal yang digunakan adalah modal sendiri. 5. Tingkat diskonto yang dipakai adalah 8,74 persen. Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka 12 bulan beberapa bank hasil olahan PIPU per november 2008. 6. Rata-rata produksi paprika dalam satu musim tanam adalah 2 kg per pohon. 7. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang terjadi pada saat penelitian dan harga yang terjadi dianggap konstan. 41
8. Dalam analisis kelayakan finansial, biaya tetap dan biaya variabel dan penerimaan pada tahun ke satu adalah nol karena pada tahun tersebut usahatani belum berproduksi dan diasumsikan tetap setelah tahun ke-2.
42
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Saung Mirwan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Agribisnis tepatnya sebagi produsen dan “Trading Company” di bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai produsen sayursayuran dengan menerapken teknik budidaya secara hidroponik untuk berbagai macam sayuran eksklusif seperti Tomat Beef, Tomat Cherry, ketimun Jepang (Kyuuri), cabe Jepang (Shisito) dan Paprika. Visi PT Saung Mirwan adalah Menjadi Salah Satu Leader di Bidang Agribisnis dengan Menerapkan Teknologi Tepat Guna untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pertanian. Sedangkan Misi perusahaan ini antara lain :
Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan.
Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan.
Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis. Sejak tahun 1991 perusahaan ini memperluas usahanya dengan budidaya
stek bunga Krisant, bunga Pot Krisant, Bunga Potong dan juga dengan menggunakan Greenhouse. PT. Saung Mirwan memulai kegiatannya pada tahun 1984 dengan mengambil domisili di desa Sukamanah Kecamatan megamendung, kabupaten Bogor. luas areal yang dimilikinya saat ini kurang lebih 11 ha dimana hampir seluas 4 ha terdiri dari bangunan greenhouse dengan konstruksi besi dilengkapi dengan peralatan yang modern seperti irigasi tetes dengan segala sarana penunjangnya. Lokasinya berada pada ketinggian 670 m d.p.l dan cukup strategis karena hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam perjalanan dengan kendaraan dari Jakarta. Karyawan PT. Saung Mirwan saat ini berjumlah 455 orang terdiri dari tenaga-tenaga yang cukup berpengalaman dan profesional dengan beberapa tenaga ahli tamatan Politeknik Pertanian dan Sarjana Strata Satu yang berasal dari berbagai Universitas dari seluruh Indonesia. Banyaknya relasi dan kedekatan 43
pemilik PT Saung Mirwan dengan pakar-pakar pertanian di negeri Belanda yang unggul dengan produk-produk pertaniannya memberikan keuntungan tersendiri kepada PT. Saung Mirwan karena seringnya mereka berkunjung ke PT. Saung Mirwan untuk memberikan konsultasi atas berbagai hal mulai dari masalah teknologi, informasi pasar, koperasi dan juga kemitraan. Hingga saat ini PT. Saung Mirwan telah mengadakan kerjasama dengan tidak kurang dari 250 mitra yang tersebar di berbagai darah seperti sekitar Bogor, Sukabumi, Bandung, Lembang, Cipanas, dan Garut. 5.2 Sejarah Perusahaan Sejarah Singkat Saung Mirwan 1984-1987 PT. Saung Mirwan memulai kegiatannya diawali dengan kegemaran pemilik perusahaan terhadap tanaman. Tatang (Theo) Hadinata adalah pemilik dan pimpinan PT.Saung Mirwan yang pada awalnya adlah seorang pengusaha konstruksi. Dengan bantuan beberapa orang karyawan T. Hadinata mulai menanam melon diatas lahan terbuka. Pada akhir tahun 1985 dengan cara menyewa lahan seluas 7 ha di daerah Cipanas, Cianjur, T. Hadinata mulai menanam Bawang Putih dengan bantuan 100 orang karyawan. Di tempat yang sama juga mulai ditanam berbagai jenis sayuran lain. Usaha tersebut mengalami penurunan pada tahun terakhir sehingga T. Hadinata memutuskan untuk mengembalikan usaha di sekitar Sukamanah. 1988-1991 T. Hadinata mulai mencoba usaha tanaman di dalam Greenhouse dengan sistem tetes irigasi. Hasil percobaan pertama menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga ia memutuskan untuk memperbesar usaha ini dengan jenis tanaman melon, paprika, tomat kyuuri, dan shisito. Pada akhir tahun 1991 luas area greenhouse telah mencapai sekitar 1,5 ha.
1991-1994 Usaha penanaman sayur dalam Greenhouse terus berkembang. Sebagai usaha diversifikasi,
PT Saung Mirwan mulai mengadakan percobaan untuk
44
memproduksi stek Krisant yang sudah berakar (Rooted Cutting), yang kemudian dilanjutkan dengan produksi bunga potong. Hasil percobaan yang memuaskan mendorong PT. Saung mirwan untuk membentuk divisi Bunga dan mulai memproduksinya secara komersil untuk pasar lokal. 1995-sekarang Pengembangan usaha penanaman bunga sehingga mencapai luasan greenhouse sekitar 1,4 ha, sedangkan greenhouse sayur mencapai 2 ha. Tuntutan pasar memaksa PT Saung Mirwan untuk mengingkatkan produksi sayur, namun karena keterbatasan Sumberdaya Manusia PT. Saung Mirwan melakukannya dengan sistem kemitraan. Mula-mula dimulai dengan petani kecil di sekitar Sukamanah, yang kemudian meluas sampai ke daerah Bandung
dan sekitarnya sehingga
mencapai sekitar 250 orang. Pada tahun 1999 PT. Saung Mirwan bekerjasama dengan Deliflor Chrysanthen B.V. melakukan percobaan ekspor unrooted cuttings Chrysanemum dengan membuka lahan produksi tambahan. 5.3.
Keragaan Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan Penanaman paprika di PT Saung Mirwan dimulai sejak tahun 1988 di
kebun Cipanas. Namun untuk budidaya paprika di Kebun Lemah Nendeut baru dimulai pada tahun 2009 karena sebelumnya kebun di Lemah Nendeut difokuskan untuk budidaya bunga.
Jumlah greenhouse
yang digunakan sebanyak tiga
2
bangunan dengan luas lahan total 14256 m . Masing-masing greenhouse memiliki luas yang berbeda. Greenhouse A memiliki luas 3696 m2 dan dibagi menjadi 16 lokasi . Greenhouse B memiliki luas 4800 m2 dan dibagi menjadi 20 lokasi. Greenhouse C memiliki luas 5760 m2 dan dibagi menjadi 24 lokasi. Masing-masing lokasi terdiri dari lima bedeng untuk penanaman. Total waktu yang digunakan PT Saung Mirwan untuk melakukan satu proses budidaya paprika dari persiapan hingga pembongkaran adalah kurang lebih satu tahun. Proses persiapan dilakukan dalam waktu dua bulan, proses usahatani dilakukan selama sembilan bulan, sedangkan proses pembongkaran dilakukan dalam waktu satu bulan. Waktu penanaman masing-masing greenhouse berbeda,
45
biasanya jarak waktu penanaman antar greenhouse berkisar satu sampai enam minggu. Melalui ketiga greenhouse tersebut, hingga saat ini PT Saung Mirwan telah berproduksi sebanyak 18 kali tanam. Paprika yang dihasilkan adalah paprika berwarna hijau, merah, dan kuning. Paprika hijau merupakan paprika merah atau kuning yang masih muda, sedangkan buah paprika merah dan kuning merupakan buah matang dari paprika. 5.3.1. Penggunaan Input Produksi Dalam mengusahakan produk pertanian dibutuhkan sumberdaya yang dapat mendukung terciptanya suatu produk. Sumberdaya yang digunakan saat faktor produksi dikenal dengan sebutan input. Terdapat beberapa input produksi yang digunakan oleh PT Saung Mirwan dalam mengusahakan paprika, diantaranya bangunan greenhouse, sistem irigasi, benih, nutrisi, pestisida, media tanam, tenaga kerja, pupuk, dan input lain yang mendukung proses budidaya paprika hidroponik. Uraian mengenai masing-masing input tersebut dijelaskan pada bagian berikut. A. Bangunan Greenhouse Rumah plastik atau yang lebih dikenal dengan nama greenhouse diperlukan bila mengusahakan tanaman paprika secara komersial. Greenhouse yang dimiliki PT Saung Mirwan terdiri dari dua jenis, yaitu greenhouse penyemaian dan pembibitan serta greenhouse budidaya. Kedua jenis greenhouse ini harus dibedakan karena tanaman muda atau bibit hasil penyemaian rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan atau serangan hama dan penyakit. PT. KSDW
memiliki
tiga
bangunan
greenhouse
yang
digunakan
untuk
membudidayakan paprika dan dua greenhouse untuk penyemaian dengan luas 72 dan 50 meter persegi. Bangunan greenhouse budidaya di PT. KSDW dapat dilihat pada Gambar 4.
46
Gambar 3. Mirwan
Bentuk Bangunan Greenhouse Budidaya Paprika di PT Saung
Gambar 3 memperlihatkan bahwa greenhouse budidaya dibuat permanen dengan tiang besi sebagai penyangga sehingga dapat digunakan berulang kali serta lebih lama umur teknisnya dibandingkan dengan kerangka jenis kayu dan bambu. Atap greenhouse dibuat dari plastik transparan atau yang dapat menghalangi cahaya masuk secara langsung sehingga jumlah sinar yang masuk dapat dikurangi serta kain kassa dengan kerapatan satu millimeter sebagai penutup samping agar udara dapat tetap masuk kedalam greenhouse. Bagian dalam greenhouse memerlukan lantai yang steril sehingga lantai disemen dan dibuat juga saluran kecil untuk mengalirkan air sisa irigasi yang menetes agar tidak terjadi genangan di lantai. B. Sistem Irigasi atau Penyiraman Pemberian air ke tanaman dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan alat yang dikenal dengan sistem irigasi selang. Pemberian air secara manual biasanya dilakukan saat tanaman berada di greenhouse penyemaian dan pembibitan dengan menggunakan handsprayer. Beberapa perangkat alat irigasi yang digunakan PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Gambar 4.
47
Gambar 4. Tangki penampung nutrisi, kolam penampungan air, Pompa dan pipa irigasi, dan selang/pipa penyalur Gambar 4 menunjukkan beberapa alat penting pada sistem irigasi budidaya paprika dalam greenhouse yang digunakan PT Saung Mirwan. Air yang terdapat pada kolam penampungan lalu ditampung dalam tangki penampung nutrisi yang berkapasitas 8000 liter. Air dalam tangki tersebut kemudian dicampurkan dengan larutan nutrisi dan diaduk dengan pompa pengaduk. Selanjutnya, larutan nutrisi tersebut didistribusikan ke tanaman melalui pipa-pipa penyalur yang terdapat di masing-masing bedeng penanaman. C. Benih Pemilihan varietas baik mengenai warna dan bobot per buahnya perlu diperhatikan karena erat kaitannya dengan permintaan pasar. Varietas benih paprika merah yang digunakan PT Saung Mirwan adalah Edison sedangkan benih paprika kuning yang digunakan adalah Sunny. Hal ini disebabkan bobot dan
48
bentuk buah dari kedua varietas ini lebih disenangi. Varietas Edison dan Sunny dapat menghasilkan buah paprika dengan bobot kurang lebih 200 gram per buah. Bentuk yang dihasilkan adalah berbentuk lonceng dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5.
Bentuk Paprika yang Dihasilkan PT Saung Mirwan
D. Nutrisi dan Pupuk Pemberian nutrisi pada budidaya paprika secara mempunyai peranan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan nutrisi bagi tanaman akan dipenuhi dengan baik apabila zat-zat hara sebagai nutrisi tanaman selalu tersedia dipermukaan akar pada kondisi siap serap dan komposisi yang tepat. Ketersediaan unsur hara dipengaruhi oleh dua hal yaitu jumlah unsur hara yang cukup dan kepekatan yang tepat. Jumlah unsur hara yang cukup artinya setiap unsur yang dibutuhkan oleh tanaman terpenuhi dan tersedia, sedangkan kepekatan yang tepat berhubungan dengan konsentrasi larutan yang akan diserap tanaman. Pupuk atau nutrisi untuk tanaman paprika sudah tersedia di pasaran dalam bentuk siap pakai yang terdiri atas dua campuran yaitu pupuk A dan B, disebut dengan AB Mix. Pupuk A mengandung unsur Kalsium (Ca) sehingga dalam keadaan pekat tidak boleh dicampur dengan Sulfat dan Fosfat yang terdapat dalam pupuk B. Pupuk A dan B yang tercampur dalam keadaan pekat akan mengalami proses pengendapan sehingga unsur-unsur tidak dapat diserap oleh tanaman. Paket pupuk A dan B yang terpisah masing-masing dilarutkan dalam 90 liter air dan dimpan dalam drum besar sebagai larutan pekat. Selanjutnya untuk mendapatkan larutan pupuk yang lebih encer dan siap siram, dari masing-masing larutan pekat tersebut diambil 5 liter dan diencerkan dengan 990 liter air. Satu set
49
pupuk dapat diencerkan menjadi kurang lebih 18.000 liter larutan nutrisi siap siram. E. Pestisida Seperti halnya tanaman lain, paprika membutuhkan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit. Jenis pestisida yang digunakan adalah Folicur dan Imidacloprit. Jumlah dan waktu pemberian pestisida yang digunakan dalam satu musim tanam disesuaikan dengan jumlah hama dan penyakit yang menyerang. Biasanya PT Saung Mirwan melakukan penyemprotan pestisida sebanyak satu kali seminggu dengan dosis 150-300 ml pestisida per minggu dimana setiap 0,75-1 ml pestisida dicampur dengan satu liter air. F. Media Tanam Media yang digunakan PT. Saung Mirwan dalam budidaya paprika adalah media tanah. Saat penyemaian, media yang digunakan adalah arang sekam. G. Tenaga Kerja PT Saung mirwan mempekerjakan tenaga harian dan tenaga borongan untuk melakukan budidaya paprika disamping kepala produksi dan penanggung jawab masing-masing greenhouse sebagai pengelola dan pengawas. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang setiap hari mamantau dan memelihara tanaman dimana setiap orang diberi tanggung jawab untuk memelihara 2000 tanaman atau empat lokasi. Sementara tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang yang dipekerjakan untuk melakukan kegiatannya tertentu dan diupah berdasarkan banyak bedeng yang dikerjakan. Rincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian Tenaga Kerja pada budidaya paprika di PT Saung Mirwan Jenis Tenaga Kerja Tenaga Kerja Harian Borongan ngored Borongan Wiwil Borongan Olah Tanah Borongan Spraying
Jumlah 3 300 400 100 960
Satuan Rp/minggu Rp/bedeng Rp/bedeng Rp/bedeng Rp/bedeng
Harga 288.000 3.500 7.500 7.500 1.500
Nilai 7.488.000 1.050.000 3.000.000 750.000 1.440.000 13.728.000
50
H. Input Lain Input produksi lain digunakan untuk mendukung kelangsungan proses produksi paprika hidroponik. Input lain tersebut meliputi power sprayer, sprayer gendong, termometer, drum besar, batu bata, kawat lilit, timbangan elektrik, silet, benang kasur, bensin, handsprayer, sikat lantai, dan sabut colek. Power sprayer, sprayer gendong, dan handsprayer digunakan untuk menyemprot pestisida. Drum besar berkapasitas 200 liter digunakan untuk menyimpan nutrisi dan mencuci polybag sedangkan batu bata digunakan untuk alas polybag agar tidak langsung menyentuh lantai, satu polybag menggunakan dua batu bata. Kawat lilit digunakan sebagai penyangga batang bawah tanaman dan penghubung benang kasur sebagai penyangga batang tanaman agar tanaman tidak tumbuh rebah. Silet digunakan untuk kegiatan pewiwilan, sedangkan bensin digunakan sebagai bahan bakar power sprayer untuk penyemprotan pestisida yang dilakukan seminggu sekali. 5.3.2 Teknik Budidaya Paprika Pembudidayaan paprika meliputi persemaian, penyiapan lahan,penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. 1. Persemaian Persemaian terhadap biji paprika dilakukan untuk menekan tingkat kerusakan benih/bibit karena penanaman secara langsung memiliki risiko kerusakan yang tinggi. Selain itu, tanaman yang baru tumbuh sangat rentan terhadap lingkungan atau cuaca yang ekstrim sehingga berisiko banyak tanaman (bibit) yang mati. Oleh sebab itu, sebelum ditanam di kebun, sebaiknya biji disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Selama awal pertumbuhan, lingkungan tempat tumbuh benih/bibit dapat diatur sehingga pada saat ditanam di kebun, pertumbuhan tanaman dapat lebih terjamin dan seragam. Persemaian biji paprika di PT Saung Mirwan dilakukan pada kotak persemaian yang berukuran 24x30x5 dengan kapasitas 400 benih per kotak semai. Adapun media sekam yang digunakan adalah sekam, pasir, dan kompos yang sudah disterilisasi dengan perbandingan 1:1:1. Benih di masukkan ke setiap lubang yang sudah berisi media semai dengan kedalaman 51
0,5-1 cm. Setelah benih dimasukkan, kotak persemaian tersebut ditutup dengan tisue atau koran dan disemprot air (dikabut)
setiap 2 jam atau
tergantung cuaca. Koran/ tissue penutup tersebut dapat dibuka setelah umur benih satu minggu. Setelah umur 10 hari, persemaian disiram 3-5 kali sehari dengan larutan nutrisi sampai umur 30 hari. 2. Persiapan lahan tanam Lahan untuk budidaya paprika harus disiapkan dengan baik agar tercipta kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Penyiapan lahan untuk budidaya paprika meliputi sanitasi lahan, pengolahan tanah, pengapuran tanah, pemupukan dasar, sterilisasi lahan pemasangan mulsa,. Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan greenhouse dari rumput dan sisa tanaman yang tidak diinginkan. Setelah itu tanah diolah dengan cara digemburkan
dan
dibuat
bedengan.
Pembuatan
bedengan
harus
memperhatikan arah yaitu membujur dari timur ke barat agar penerimaan cahaya matahari merata ke seluruh tanaman. Pengapuran tanah bertujuan untuk menaikkan nilai pH tanah supaya sesuai dengan yang kebutuhan tanaman. Selain itu pengapuran tanah juga bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah, mendorong aktivitas jasad renik tanah dalam proses nitrifikasi dan penguraian bahan organik tanah, menurunkan
kandungan
zat-zat
yang
bersifat
racun,
memperbaiki
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan dasar adalah pemberian pupuk kandang yang dilakukan setelah pengolahan tanah. Pupuk kandang disebarkan secara merata pada permukaan tanah bedengan , kemudian tanah dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm sampai pupuk kandang tercampur rata. Pemberian pupuk kandang berguna untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan ketersediaan bahan organik (zat hara) dalam tanah, dan meningkatkan kehidupan organisme tanah. Pemberian pupuk kandang pada budidaya paprika di PT Saung Mirwan adalah sebanyak 10 karung untuk setiap bedeng atau kurang lebih 60 tanaman. Tahap terakhir dalam penyiapan lahan adalah pemasangan mulsa. Penggunaan mulsa bermanfaat untuk menekan pertumbuhan rumput atau
52
gulma sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, menurunkan frekuensi penyiangan, menekan pertumbuhan hama, menstabilkan kelembapan tanah, mengefektifkan penyerapan pupuk dan menjaga kondisi tanah tetap gembur. 3. Penanaman Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman bibit paprika adalah penentuan saat tanam atau waktu tanam, pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pemindahan bibit, dan cara penanaman. Bibit paprika yang hendak ditanam adalah paprika yang berumur 30 hari dan penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Pengaturan jarak tanam dilakukan pada saat pembuatan lubang tanam. Jarak antar tanaman diatur sedemikian rupa hingga populasinya kurang lebih 2,3 tanaman per meter. Pembuatan lubang tanaman dilakukan bersamaan dengan pelubangan mulsa plastik. Untuk mensterilisasi tanah, sebaiknya setiap lubang tanam diberikan furadan 0,3 gr per lubang tanam. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya semut, rayap, atau serangga lain. Setelah tiga hari dapat dilakukan penanaman dengan memindahkan bibit tanaman dari persemaian ke media tanam (tanah). Setelah bibit ditanam, segera dilakukan penyiraman. 4. Pemeliharaan tanaman
Penyiraman nutrisi, diberikan dengan mengalirkan larutan nutrisi sebanyak 5 liter untuk tiap meter persegi lahan. Pemberian nutrisi dilakukan dua kali seminggu
Sistem penyiraman pada budidaya paprika di PT Saung Mirwan dilakukan dengan mengalirkan air ke selang yang terdapat disetiap bedeng. Penyiraman dilakukan berdasarkan cuaca. Pada saat cuaca panas penyiraman akan lebih sering dilakukan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan air tanah dan air tanaman.
5. Pemasangan tali ajir Tali ajir merupakan penopang atau penguat supaya tanaman dapat berdiri tegak. Pada tanaman paprika, tali ajir juga berfungsi untuk menopang tanaman yang telah berbuah. Pemasangan tali ajir dilakukan 1 minggu sebelum tanam dengan menggantungkan tali ajir sebanyak jumlah tanaman dan diatur sesuai baris tanaman. Pelilitan cabang dilakukan pada saat 2
53
minggu stelah waktu tanam dan dilakukan dengan cara melilitkan tali ajir pada batang tanaman searah dengan jarum jam. 6. Pewiwilan Pewiwilan merupakan pembuangan tunas yang tidak produktif dan dilakukan pada umur 3 minggu. Pewiwilan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. Pelihara 2 cabang yang baik dan jaraknya yang berjauhan b. Pelihara 2 daun disetiap ranting termasuk bunga / bakal buah c. Buanglah daun bila terlalu rimbun d. Masukkan tangan ke dalam larutan susu sebelum melakukan kegiatan pewiwilan 7. Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit merupakan organisme yang menginfeksi dan merusak tanaman sehingga dapat menurunkan hasil. Jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman paprika di PT Saung Mirwan adalah hama trips yang menyerang buah sehingga buah menjadi kerdil dan terdapat guratan berwarna putih pada buah. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan menyemprotkan pestisida yang sesuai dengan hama yang sedang dihadapi. 8. Panen Tanaman paprika yang sudah berbuah dapat dipanen pada umur dua bulan pertama setelah tanam. Selanjutnya pemanenan dapat dilakukan setiap minggu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, atau pada saat cuaca tidak hujan dan tidak panas. Buah cabai paprika dapat dipanen pada saat matang hijau (paprika hijau), matang kuning (paprika kuning), atau matang merah (paprika merah), tergantung permintaan pasar. Tanda-tanda buah paprika yang sudah dapat dipetik adalah sebagai berikut: a. Warna buah hijau mengkilat, kuning, atau kemerahan (sesuai permintaan) b. Bila ditekan, daging buah terasa keras (khusus untuk paprika hijau) c. Daging buah tebal
54
d. Buah mudah dilepaskan dari tangkainya Cara panen buah paprika dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya, dengan menggunakan gunting potong. Tangkai buah diusahakan tidak lepas dari buahnya karena buah yang dipetik tanpa tangkai akan mudah terinfeksi patogen dan terserang penyakit selama penyimpanan. Pemetikan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak daun
dan ranting-
ranting muda. Buah yang telah dipetik kemudian dimasukkan kedalam wadah pengumpulan berupa keranjang bambu atau keranjang plastik dan ditempatkan di tempat yang teduh. Buah yang disusun dalam wadah pengumpulan sebaiknya tidak lebih dari dua lapis tindihan agar tidak merusak bentuk paprika.
55
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pendapatan Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan Keberhasilan suatu usahatani dapat dilihat dari keuntungan maksimal yang diperoleh petani dalam mengusahakan lahannya dengan mengombinasikan faktorfaktor produksi yang digunakan. Salah satu ukuran dalam kegiatan usaha paprika hidroponik ini adalah analisis pendapatan. Analisis pendapatan mempunyai dua tujuan penting yaitu untuk melihat keadaan usaha paprika yang sekarang sedang berlangsung dan untuk menggambarkan keadaan usaha paprika yang akan datang. Dalam hal ini, analisis pendapatan menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh PT Saung Mirwan dari usahatani paprika. Perhitungan usahatani paprika dalam penelitian ini dikonversi menjadi luasan greenhouse per 4800 m2 dengan jumlah 11000 pohon paprika. Sehingga populasi tanaman paprika rata-rata adalah 2,3 pohon per meter persegi. Alasan pengambilan luasan tersebut karena luasan tersebut merupakan luasan greenhouse terbesar yang dimiliki PT Saung Mirwan. Selain itu juga memudahkan dalam perhitungan serta memudahkan dalam menganalisis usahataninya. Perhitungan analisis pendapatan dilakukan selama satu periode tanam mulai dari persiapan tanam hingga pembongkaran kembali yaitu selama kurang lebih enam bulan. 6.1.1 Penerimaan Komponen penerimaan pada usahatani paprika di PT Saung Mirwan diperoleh dari total produksi yang dihasilkan selama satu periode tanam dikalikan dengan harga rata-rata yang diterima dari semua kualitas dan warna yang dihasilkan saat penelitian berlangsung. Adapun paprika yang dihasilkan oleh PT Saung Mirwan terdiri dari tiga jenis yaitu paprika hijau, merah, dan kuning dengan proporsi 50% paprika hijau, 30% paprika merah dan 20% paprika kuning. Produktivitas yang dihasilkan per tanaman sebesar dua kilogram dengan jumlah 11000 tanaman dalam luasan greenhouse 4800 m2. Total penerimaan paprika yang diperoleh PT Saung Mirwan dari satu musim tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
56
Tabel 5. Hasil Penerimaan Paprika Selama Satu Musim Tanam Dari Greenhouse seluas 4800 m2 Komponen
Jumlah produksi (kg)
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
Paprika Hijau
9900
14000
138.600.000
Paprika Merah
5940
15000
89.100.000
Paprika Kuning
3960
16000
63.360.000
Total Penerimaan
291.060.000
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penerimaan terbesar diperoleh dari paprika hijau yang produksinya sebesar 50 persen dari total produksi. Meskipun harga paprika kuning lebih mahal, namun penerimaannya paling sedikit karena produksinya juga paling sedikit diantara paprika jenis lainnya. Adapun pembagian proporsi paprika ini disesuaikan dengan permintaan pasar dimana permintaan terhadap paprika hijau lebih tinggi dibandingkan dengan paprika merah maupun kuning. 6.1.2 Biaya-Biaya Produksi Biaya-biaya yang dikeluarkan PT Saung Mirwan untuk usahatani paprika selama satu periode tanam dibedakan kedalam dua komponen biaya. Kedua biaya tersebut adalah biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya pembelian sarana produksi yang habis sekali pakai meliputi benih, nutrisi, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan solar, sedangkan biaya tetap mencakup biaya sewa lahan, dan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan untuk greenhouse, dan mesin irigasi. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada budidaya paprika. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan selama satu periode tanam paprika pada greenhouse seluas 4800 meter persegi dengan populasi sebanyak 11000 tanaman. Rincian biaya keseluruhan dapat dilhat pada Tabel 6.
57
Tabel 6. Rincian Biaya yang dikeluarkan dalam produksi paprika selama satu periode tanam Faktor Produksi
Jumlah
Harga (Rp)
Jumlah biaya (Rp)
11000
1500
16500000
Lt Rp/mg Karung Rp/mg Liter Lt Rp/mg Meter Meter Bundel
400 11.040 1.500 300 1.152.000 1008 230.400 50 10 120 18.768
7.500 1800 4.000 2000 33 2400 200 17.000 450.000 2500 83
3.000.000 19.872.000 6.000.000 600.000 38.016.000 2.419.200 46.080.000 850.000 4.500.000 300.000 1.564.000 13.728.000 13.451.000 153.429.200
Rp/bln Rp/bln
7.280 6
4500 1.000.000
32.760.000 6.000.000
Rp/bln Rp/6 bln
6 4800
100.000 556
600.000 2.668.800
Satuan
Biaya Variabel Benih Formalin (u/ sterilisasi tanah) Planting material Pupuk kandang Pupuk dasar Pupuk cair A/B Pupuk daun Pestisida Benang Ajir Plastik Mulsa Packaging - Koran bekas Transport Tenaga Kerja Barang lain-lain Total Biaya Variabel
Biaya Tetap Listrik/Solar genset Pemeliharaan GH Pemeliharaan alat dan mesin Sewa lahan Penyusutan Greenhouse dan Mesin Total Biaya Tetap Total Biaya
Rp/6 bln
20.000.000 42.028.800 195.458.000
58
6.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani Paprika Analisis pendapatan usahatani paprika menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha paprika di PT Saung Mirwan. Perhitungan analisis pendapatan dilakukan selama satu periode tanam mulai dari persiapan tanam hingga pembongkaran kembali yaitu selama satu tahun untuk luasan 4800 m2. Pendapatan usaha paprika hidroponik merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Struktur biaya dan penerimaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan untuk satu periode tanam No.
Keterangan
Nilai (Rp)
1
Total Penerimaan
291.060.000
2
Total Biaya Variabel
153.429.200
3
Total Biaya Tetap
4
Jumlah Total Biaya (2 + 3)
5
Pendapatan atas Biaya Total (1- 4)
6
R/C atas Biaya Total (1/4)
42.028.800 195.458.000 95.602.000 1,489
Tabel diatas menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh PT Saung Mirwan dari usaha paprika adalah sebesar Rp 95.602.000,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha paprika yang dijalankan PT. Saung Mirwan menguntungkan untuk dilaksanakan. Nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,489. Hal ini menunjukkan bahwa setiap seribu rupiah biaya total yang dikeluarkan pada usahatani paprika, maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.489,00. Berdasarkan nilai R/C rasio yang lebih dari satu tersebut, maka usaha paprika di PT. Saung Mirwan efisien dan menguntungkan untuk dijalankan. 6.1.4 Analisis Titik Impas Produksi Titik impas adalah suatu kondisi dimana suatu usaha tidak mengalami kerugian ataupun memeperoleh laba. Untuk dapat menentukan titik impas maka biaya yang dikeluarkan harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya
59
variabel, serta harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis. Analisis titik impas produksi usahatani paprika di PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Titik Impas Produksi Usahatani Paprika di PT Saung Mirwan Uraian
Nilai (Rp)
Biaya Tetap (Rp)
42.028.800
Biaya Variabel (Rp)
153.429.200
Volume Penjualan (Rp)
291.060.000
TIP (Rp penjualan)
88.882.012,81
TIP (kg)
5925,47
Titik impas produksi paprika di PT Saung Mirwan dalam satuan rupiah penjualan yaitu sebesar Rp. 88.882.012,81 untuk satu greenhouse berukuran 4800 m2 dengan kapasitas 11.000 tanaman. Hal ini berarti nilai penjualan produksi paprika yang tidak menyebabkan kerugian ataupun keuntungan adalah sebesar Rp.88.882.012,81. Jika nilai penjualan produksi paprika lebih besar dari Rp.88.882.012,81 maka usahatani ini menguntungkan dan sebaliknya. Jika dibandingkan dengan nilai penjualan paprika di PT Saung Mirwan yang mencapai Rp. 291.060.000, maka usahatani paprika ini menguntungkan karena penjualan berada di atas titik impas produksi. Titik impas produksi papriks di PT Saung Mirwan untuk satu greenhouse berukuran 4800 m2 yaitu sebesar 5925,47 kg. Hal ini berarti produksi paprika yang dijual dari satu greenhouse yang tidak menyebabkan kerugian maupun keuntungan adalah sebesar 5925,47 kg. Jika jumlah produksi yang dijual lebih besar dari 5925,47 kg maka usahatani ini menguntungkan dan sebaliknya. Jumlah produksi paprika di PT Saung Mirwan dari satu greenhouse mencapai 19800 kg, maka usahatani ini menguntungkan karena jumlah produksi yang dijual berada di atas titik impas produksi. 6.2 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Paprika Analisis kelayakan finansial usahatani paprika dilakukan dengan menganalisis biaya dan manfaat dalam produksi paprika. Analisis biaya dan
60
manfaat dilakukan dengan memisahkan biaya dan penerimaan untuk menghitung manfaat bersih. Selanjutnya dihitung nilai Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period. Biaya yang diperhitungkan dalam analisis ini dibatasi pada biaya yang dapat diukur. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani paprika terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membangun greenhouse dan membeli mesin irigasi serta peralatan usahatani. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap siklus tanam untuk kegiatan operasional usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Adapun rincian biaya dan manfaat dalam produksi paprika PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel cashflow (Lampiran 1) Pada tabel cashflow dapat dilihat biaya investasi pada usahatani paprika pada tahun pertama adalah sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Pada tahun kedua dan seterusnya biaya investasi bernilai nol karena pada tahun tersebut bangunan dan peralatan usahatani lainnya masih layak digunakan sehingga tidak ada biaya investasi lagi. Biaya variabel dan biaya tetap pada tahun ke satu adalah nol karena pada tahun tersebut usahatani masih belum mulai berproduksi. Biaya variabel pada tahun ke dua dan seterusnya diasumsikan sama yaitu sebesar Rp. 333.760.400,00 per tahunnya. Demikian juga halnya dengan biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun kedua dan seterusnya diasumsikan sama yaitu sebesar Rp. 84.057.600,00. Manfaat yang diperoleh dalam produksi paprika adalah nilai penjualan paprika dengan harga jual sesuai dengan jenis atau warna paprika. Adapun paprika yang diproduksi oleh PT Saung Mirwan ada tiga jenis yaitu paprika hijau, paprika merah, dan paprika kuning dengan proporsi 50%, 30%, dan 20%. Harga jual masing-masing paprika berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Untuk paprika hijau dijual dengan harga Rp.14.000,00, sedangkan harga jual paprika merah dan paprika kuning masing-masing adalah Rp.15.000,00 dan Rp.16.000,00 per kilogramnya. Dalam perhitungan ini jumlah produksi yang dipakai adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari satu greenhouse seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11000 tanaman dan tingkat kegagalan diasumsikan 10 persen.
61
Penerimaan usahatani paprika di PT Saung Mirwan pada tahun pertama adalah nol karena pada tahun tersebut usahatani ini belum berproduksi. Pada tahun kedua dan seterusnya penerimaan usahatani ini diasumsikan sama yaitu sebesar Rp. 582.120.000,00. Kelayakan finansial usahatani paprika dinilai dengan beberapa kriteria yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Data yang digunakan berasal dari manfaat bersih arus kas yang didiskonto pada tingkat suku bunga 8,74 persen. Hasil analisis kelayakan finansial usahatani paprika pada satu greenhouse seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11000 tanaman dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Kelayakan Finansial Paprika di PT Saung Mirwan pada satu greenhouse seluas 4800 m2 Uraian
Nilai
NPV
628.241.033
IRR
16%
Net B/C
1,63
Payback Period
9 Tahun 6 Bulan
Dari hasil analisis kelayakan usahatani paprika di PT Saung Mirwan dapat dilihat bahwa nilai NPV yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 628.241.033 atau lebih besar dari nol. Hal ini berarti selama dua puluh lima tahun investasi, usahatani paprika di PT Saung Mirwn akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 628.241.033,00. Berdasarkan kriteria NPV tersebut, maka usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 16%. IRR merupakan tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari nilai diskonto yang berlaku. Dalam perhitungan ini nilai diskonto yang digunakan adalah 8,74% sehingga dapat dikatakan berdasarkan kriteria IRR usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari nilai diskonto. Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) yang dihasilkan dalam perhitungan adalah senilai 1,63 artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan menurut nilai
62
sekarang akan menghasilkan 1,63 satuan manfaat bersih. Usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak untuk dijalankan karena nilai Net B/C lebih besar dari satu. Berdasarkan nilai payback period atau tingkat pengembalian, jika tingkat pengembalian investasi lebih kecil daripada umur usaha maka usaha tersebut layak untuk dilakukan. Nilai payback period yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi adalah 9 tahun 6 bulan. Sementara umur usaha adalah 25 tahun. Maka dapat disimpulkan berdasarkan kriteria payback period usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak untuk dijalankan. 6.3 Analisis Switching Value Hasil kelayakan finansial usahatani paprika di PT Saung Mirwan menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan layak untuk diusahakan. Hal tersebut akan dicapai apabila tidak terjadi perubahan dalam jumlah produksi, harga input maupun harga output yang telah diperhitungkan. Perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan masing-masing pola usahatani terhadap perubahan-perubahan selama kurun waktu usahatani yaitu 25 tahun. Variasi analisis sensitivitas yang dapat dilakukan adalah dengan perhitungan switching value (nilai pengganti). Dalam analisis nilai pengganti, dicari berapa banyak elemen yang kurang baik yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Variabel yang diduga dapat menyebabkan perubahan terhadap kelayakan investasi paprika di PT Saung Mirwan adalah upah tenaga kerja dan produksi paprika. Pengujian dengan menggunakan nilai pengganti yang dilakukan pada penelitian ini harus menentukan berapa besarnya proporsi penurunan produksi paprika akibat manfaat sekarang neto menjadi nol. Tabel 10. Hasil Analisis Switching Value pada saat NPV = 0 Uraian
Nilai (%)
Penurunan produksi paprika
10,89
Kenaikan harga pupuk
83,37
63
Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa pada kondisi NPV sama dengan nol terjadi penurunan produksi paprika sebesar 10,89 persen. Jika penurunan produksi yang terjadi lebih dari 10,89 persen makausahatani ini jadi tidak menguntungkan karena NPV yang dihasilkan akan lebih kecil dari nol.selain terjadi penurunan produksi, pada kondisi NPV sama dengan nol terjadi kenaikan harga pupuk sebesar 83,37 persen. Hal ini berarti batas kenaikan harga pupuk yang masih dapat ditolerir adalah sebesar 83,37 persen. Jika kenaikan harga pupuk lebih besar dari 83,37 persen maka usahatani ini menjadi tidak layak untuk diusahakan karena nilai NPV yang dihasilkan akan lebih kecil dari nol.
64
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan Budidaya paprika di PT Saung Mirwan dilakukan dibawah naungan
(greenhouse) dengan media tanam tanah. Proses budidaya paprika meliputi persemaian, penyiapan lahan,penanaman, pemeliharaan, pemasangan tali ajir, pewiwilan,pengendalian hama penyakit, panen, dan pasca panen. Umur tanam paprika sejak disemai hingga panen adalah sekitar enam bulan. Usahatani
paprika
yang
dijalankan
oleh
PT
Saung
Mirwan
menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Rata-rata pendapatan usahatani paprika atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m2 dengan kapasitas 11.000 tanaman. Sementara nilai R/C yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 1,498 atau lebih besar dari satu. Titik impas produksi paprika dalam satuan rupiah penjualan adalah sebesar Rp.88.882.012,81 atau sebanyak 5825,47 kg. Jika dibandingkan dengan hasil penjualan yang dicapai oleh PT Saung Mirwan yaitu sebesar Rp. 291.060.000 dengan hasil produksi sebanyak 9900 kg, maka usahatani ini menguntungkan karena hasil penjualan berada di atas titik impas produksi. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang dihasilkan usahatani paprika di PT Saung Mirwan pada tingkat suku bunga 8,74 persen adalah sebesar 628.241.033 yaitu lebih besar dari nol. Artinya selama 25 tahun investasi usahatani paprika di PT Saung Mirwan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.628.241.033. Nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 16 persen. Nilai Net B/C yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,628 dan masa pengembalian investasi kurang dari umur usaha yaitu 9 tahun 6 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani paprika di PT Saung Mirwan layak dan menguntungkan untuk dijalankan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa perubahan kriteria kelayakan investasi paprika akan terjadi apabila penurunan produksi lebih besar dari 10,89 persen dan kenaikan harga pupuk lebih besar dari 83,37 persen.
65
7.2
Saran 1. Produksi paprika di PT Saung Mirwan sebaiknya terus ditingkatkan karena menguntungkan dan agar dapat memenuhi permintaan yang dihadapi oleh perusahaan. 2. Karena nilai penjualan yang cukup besar, sebaiknya perusahaan lebih mengintensifkan pola penanaman paprika agar dapat meningkatkan produktivitas paprika. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai aspek teknis menyangkut faktor yang mempengaruhi produksi paprika agar perusahaan dapat mengoptimalkan produksi paprika.
66
DAFTAR PUSTAKA Badrutamam U. 2005. Pengembangan Usahatani Cabai Paprika pada Tiga sistem Hidroponik di PD. Lima Bersaudara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Cahyono D. 2007. Cabai Paprika Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani. Yogyakarta: Kanisius [DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Direktoran Jenderal Hortikultura. Statistik Produk Hortikultura 2009. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Nilai Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga yang Berlaku Periode Tahun 2005 hingga 2008. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. __________________________. 2010. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di Indonesia Tahun 2008-2009. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. __________________________. 2010. Produksi Sayur-Sayuran di Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Ginting L. 2009. Risiko produksi jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP.1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian Edisi Kedua. Jakarta. UI-Press. Jakarta. Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Husnan S dan Suwarsono.1994. Studi Kelayakan Proyek Edisi Ketiga (Cetakan Pertama). UPP AMP YKPN. Yogyakarta Kadariah, Lien K dan Clive G. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek jilid 1. UI-Press. Jakarta Kartikasari D. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Porongpong Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Nadhwatunnaja, Nusrat. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor. Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
67
Ningsih W. 2005. Analisis Usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Prihmantoro H, Indriani YH. 2003. Paprika Hidroponik dan Nonhidroponik. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Soekartawi et.al. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-Press. Tim Penulis PS. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya Tjakrawiralaksana A.1985. Usahatani. Jurusan Ilmi-Ilmu Sosial ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Yunus LOM. 2005. Analisis Kelayakan Usahatani Jamur Tiram Putih, Kasus di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
68
LAMPIRAN
69
Lampiran 1. Cashflow Usahatani Paprika No
Uraian 1 Inflow Penerimaan Paprika hijau Paprika merah Paprika kuning Nilai sisa Total Inflow 2 Outflow Biaya Investasi Greenhouse dan mesin irigasi Mesin dan Peralatan Total biaya investasi Biaya Operasional Biaya Variabel Benih
Formalin (u/ sterilisasi tanah) Planting material Pupuk kandang Pupuk dasar Pupuk cair A/B Pupuk daun Pestisida Benang Ajir Plastik Mulsa Packaging - Koran bekas Transport Tenaga Kerja Barang lain-lain Total Biaya Variabel Biaya Tetap Listrik/Solar genset Pemeliharaan GH Pemeliharaan alat dan mesin Sewa lahan Total Biaya Tetap Total outflow
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000 582.120.000 582.120.000
582.120.000 582.120.000 582.120.000 582.120.000 582.120.000
582.120.000
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 76.032.000 76.032.000 76.032.000 4.838.400 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 333.760.400 333.760.400 333.760.400
33000000 33000000 33000000 33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 76.032.000 76.032.000 76.032.000 76.032.000 76.032.000 4.838.400 4.838.400 4.838.400 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 92.160.000 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 333.760.400 333.760.400 333.760.400 333.760.400 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 417.818.000 417.818.000 417.818.000
65.520.000 65.520.000 65.520.000 65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 5.337.600 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 417.818.000 417.818.000 417.818.000 417.818.000 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
164.302.000 164.302.000 164.302.000
164.302.000 164.302.000 164.302.000 164.302.000 164.302.000
164.302.000
1.000.000.000 1.000.000.000
1.000.000.000
Net Benefit(A-B) Discount Rate DF (1/(1+DR)^n)
-1.000.000.000 8,74% 1,000
164.302.000
164.302.000
164.302.000
0,920
0,846
0,778
PV PV Positif PV Negatiif NPV
-1000000000 1.628.241.033 -1.000.000.000 628.241.033 16% 1,628241033
151.096.193
138.951.805
127.783.525
IRR
Net B/C
0,715
0,658
0,605
0,556
0,512
0,470
0,433
0,398
0,366
117.512.898 108.067.774
99.381.804
91.393.971
84.048.162
77.292.774
71.080.351
65.367.253
60.113.347
70
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
582.120.000
582.120.000 582.120.000
582.120.000 582.120.000 582.120.000 582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 76.032.000 76.032.000 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 333.760.400 333.760.400
33000000 33000000 33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 76.032.000 76.032.000 76.032.000 76.032.000 4.838.400 4.838.400 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 333.760.400 333.760.400 333.760.400 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 417.818.000 417.818.000
65.520.000 65.520.000 65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 417.818.000 417.818.000 417.818.000 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
164.302.000
164.302.000 164.302.000
164.302.000 164.302.000 164.302.000 164.302.000
164.302.000
164.302.000
164.302.000
164.302.000
164.302.000
0,336
0,309
0,285
0,262
0,241
0,221
0,204
0,187
0,172
0,158
0,146
0,134
55.281.724
50.838.444
46.752.293
42.994.568
39.538.871
36.360.926
33.438.409
30.750.790
28.279.189
26.006.243
23.915.986
21.993.734
71
Lampiran 2. Analisis Sensitivitas pada saat penurunan produksi No Uraian 0 1 2 1 Inflow Penerimaan Paprika hijau 277200000 277200000 Paprika merah 178200000 178200000 Paprika kuning 126720000 126720000 Nilai sisa Total Inflow 518725665 518725664,5 2 Outflow Biaya Investasi Greenhouse dan mesin irigasi 1.000.000.000 Mesin dan Peralatan Total biaya investasi 1.000.000.000 Biaya Operasional Biaya Variabel Benih 33000000 33000000 Formalin (u/ sterilisasi tanah) 6.000.000 6.000.000 Planting material 39.744.000 39.744.000 Pupuk kandang 12.000.000 12.000.000 Pupuk dasar 1.200.000 1.200.000 Pupuk cair A/B 76.032.000 76.032.000 Pupuk daun 4.838.400 4.838.400 Pestisida 92.160.000 92.160.000 Benang Ajir 1.700.000 1.700.000 Plastik Mulsa 9.000.000 9.000.000 Packaging - Koran bekas 600.000 600.000 Transport 3.128.000 3.128.000 Tenaga Kerja 27.456.000 27.456.000 Barang lain-lain 26.902.000 26.902.000 Total Biaya Variabel 333.760.400 333.760.400
Biaya Tetap Listrik/Solar genset Pemeliharaan GH Pemeliharaan alat dan mesin Sewa lahan Total Biaya Tetap Total outflow
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5 518725664,5 518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 76.032.000 76.032.000 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 333.760.400 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 1.000.000.000 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 417.818.000 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
Net Benefit(A-B) Discount Rate DF (1/(1+DR)^n)
-1.000.000.000 100.907.665 8,74% 1,000 0,920
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665 100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
0,846
0,778
0,715
0,658
0,605
0,556
0,512
0,470
0,433
0,398
0,366
PV PV Positif PV Negatiif NPV
-1000000000 1.000.000.000 -1.000.000.000 0 9% 1
85.338.597
78.479.489
72.171.684
66.370.870
61.036.298
56.130.493
51.618.993
47.470.105
43.654.686
40.145.932
36.919.194
IRR
Net B/C
92.797.190
72
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
518725664,5 518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5
518725664,5 518725664,5 518725664,5
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 76.032.000 76.032.000 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 333.760.400 333.760.400
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 76.032.000 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 333.760.400
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 417.818.000 417.818.000
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 417.818.000
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665 100.907.665
100.907.665
0,336
0,309
0,285
0,262
0,241
0,221
0,204
0,187
0,172
0,158
0,146
0,134
33.951.806
31.222.923
28.713.374
26.405.530
24.283.180
22.331.415
20.536.523
18.885.895
17.367.938
15.971.986
14.688.234
13.507.665
518725665 518725664,5
73
Lampiran 3. Analisis Sensitivitas pada saat kenaikan harga pupuk No Uraian 0 1 2 1 Inflow Penerimaan Paprika hijau 277200000 277200000 Paprika merah 178200000 178200000 Paprika kuning 126720000 126720000 Nilai sisa Total Inflow 582.120.000 582.120.000 2 Outflow Biaya Investasi Greenhouse dan mesin irigasi 1.000.000.000 Mesin dan Peralatan Total biaya investasi 1.000.000.000 Biaya Operasional Biaya Variabel Benih 33000000 33000000 Formalin (u/ sterilisasi tanah) 6.000.000 6.000.000 Planting material 39.744.000 39.744.000 Pupuk kandang 12.000.000 12.000.000 Pupuk dasar 1.200.000 1.200.000 Pupuk cair A/B 139426335,4 139426335,4 Pupuk daun 4.838.400 4.838.400 Pestisida 92.160.000 92.160.000 Benang Ajir 1.700.000 1.700.000 Plastik Mulsa 9.000.000 9.000.000 Packaging - Koran bekas 600.000 600.000 Transport 3.128.000 3.128.000 Tenaga Kerja 27.456.000 27.456.000 Barang lain-lain 26.902.000 26.902.000 Total Biaya Variabel 397.154.735 397.154.735
Biaya Tetap Listrik/Solar genset Pemeliharaan GH Pemeliharaan alat dan mesin Sewa lahan Total Biaya Tetap Total outflow 1.000.000.000
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 139426335,4 139426335,4 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 397.154.735 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
Net Benefit(A-B) Discount Rate DF (1/(1+DR)^n)
-1.000.000.000 8,74% 1,000
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
0,920
0,846
0,778
0,715
0,658
0,605
0,556
0,512
0,470
0,433
0,398
0,366
PV PV Positif PV Negatiif NPV
-1000000000 1.000.000.000 -1.000.000.000 0 9% 1
92.797.190
85.338.597
78.479.489
72.171.684
66.370.870
61.036.298
56.130.493
51.618.993
47.470.106
43.654.686
40.145.932
36.919.194
IRR
Net B/C
74
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
277200000 178200000 126720000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000
582.120.000 582.120.000 582.120.000
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 6.000.000 39.744.000 12.000.000 1.200.000 139426335,4 4.838.400 92.160.000 1.700.000 9.000.000 600.000 3.128.000 27.456.000 26.902.000 397.154.735
33000000 33000000 33000000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 39.744.000 39.744.000 39.744.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 139426335,4 139426335 139426335 4.838.400 4.838.400 4.838.400 92.160.000 92.160.000 92.160.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 600.000 600.000 600.000 3.128.000 3.128.000 3.128.000 27.456.000 27.456.000 27.456.000 26.902.000 26.902.000 26.902.000 397.154.735 397.154.735 397.154.735
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 12.000.000 1.200.000 5.337.600 84.057.600 481.212.335
65.520.000 65.520.000 65.520.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 5.337.600 5.337.600 5.337.600 84.057.600 84.057.600 84.057.600 481.212.335 481.212.335 481.212.335
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665
100.907.665 100.907.665 100.907.665
0,336
0,309
0,285
0,262
0,241
0,221
0,204
0,187
0,172
0,158
0,146
0,134
33.951.806
31.222.923
28.713.374
26.405.530
24.283.180
22.331.415
20.536.523
18.885.895
17.367.938
15.971.986
14.688.234
13.507.665
75