perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN
Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045 Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat profitabilitas investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. b) Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei terhadap responden melalui kuisioner. Penelitian dilakukan terhadap 40 responden dari 106 Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisis Sensitifitas. Hasil dari analisis kriteria finansial dapat disimpulkan bahwa total biaya proyek yang diperlukan untuk mendirikan peternakan Jalak Suren untuk Peternak A sebesar Rp. 335.530.000,00, dimana investasi tersebut sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 3,9 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Investasi yang diperlukan oleh Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yang merupakan modal sendiri dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,46 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 7 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Sedangkan peternakan yang dilakukan oleh Peternak C memerlukan investasi sebesar Rp. 495.850.000,00 dengan menggunakan discount factor sebasar 30% yang dihasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 2 tahun 3,6 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya. Dengan demikian proyek peternakan yang dilakukan baik oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat dinyatakan layak dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial. Kata kunci : Peternakan Jalak Suren, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisiscommit Sensitifitas. to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Ketahuilah bahwa kemenagan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar akan datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan” (Rasulullah SAW)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Keluarkan uang demi waktu jangan habiskan waktu untuk uang, karena uang bisa dicari sedangkan waktu tak pernah kembali.
Percayalah, hari ini akan lebih indah daripada kemarin jika kita mengawalinya dengan doa dan senyuman.
Kemuliaan Manusia Bukan Terletak Pada Kemenangan Saja, Tetapi Terlebih Pada Upaya Bagaimana Kita Bisa Bangkit Setelah Kekalahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyiroh : 6-8)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk : 1. Orang Tuaku tercinta yang selalu mendorong dan mendo’akanku. 2. Kakakku tersayang. 3. Dhek Vera yang selalu mendukungku. 4. Teman dan Sahabat. 5. Almamaterku UNS.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya dan tak henti-hentinya menyayangiku, bahkan disaat aku jauh dengan-Nya. Tidak lupa rahmat serta nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan kearah yang lebih terang. Penulisan
skripsi
dengan
judul
“ANALISIS
FINANSIAL
USAHA
PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN” ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Mugi Rahardjo, Dipl. M.si. selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Bapak Dr. A. M. Soesilo M.Sc selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan dukungan moril selama penulis berproses di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Supriyono, Msi selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini. 6. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama kuliah. 7. Kepala Kantor Kecamatan Kalikotes dan Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten beserta seluruh staffnya yang telah membantu peneliti dalam memperoleh informasi untuk kelengkapan dalam menyusun Skripsi. 8. Bapak dan Ibu tercinta, atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini. 9. Kakakku tercinta Noor Ratnawati yang selama ini telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, ikatan persaudaraan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10. Vera Anna Yunita, terima kasih karena senantiasa mencintai, menyayangi dan menyertai setiap langkahku, selalu menasehatiku, membantuku, mendengarkan curhatku dan terima kasih atas segala dukungan yang telah kau berikan padaku. 11. Teman-teman kos yang menemaniku selama menjalani masa kuliah Arif Endra Pradana, Pransismas Andi Wijaya, Ardya Eka, Ryo Darmawan, Zulham Arifin, commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Andri, Lathif, Jaja, Suyanto, Alan, Bege dan Bejes terima kasih atas semua rasa kekeluargaan yang telah kalian berikan. 12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan ’06 yang tidak bisa saya sebutin satu persatu terima kasih atas semua dukungan, motivasi dan kekompakan kalian. ”We Are The Inchah-Inchih Genk”. 13. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis harapkan demi perbaikan atau penyempurnaan penulisan skripsi selanjutnya. Demikian semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum. Mudah-mudahan Allah SWT mencatat kebaikan semua itu sebagai amal yang bisa diambil pahalanya di hari kelak.
Surakarta,
Mei 2012
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
ABSTRAK ...................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
iv
MOTTO .......................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B Perumusan Masalah.........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Peternakan ........................................................................
8
B. Investasi ..........................................................................................
11
C. Pengertian Dasar Proyek.................................................................
13
D. Teknik dan Langkah Peternakan Jalak suren .................................
20
E. Hasil Penelitian Terdahulu ..............................................................
28
F. Kerangka Pemikiran ........................................................................
30
G. Hipotesis .........................................................................................
31
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
32
B. Populasi dan Sampel .......................................................................
32
commit to user C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................
33
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
34
E. Definisi Operasional Variabel .........................................................
35
F. Teknis Analisis Data .......................................................................
36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum............................................................................
37
B. Analisis Data dan Pembahasan .......................................................
46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .....................................................................................
68
B. Saran ...............................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin Kabupaten Klaten Tahun 2009 ............................................................
38
Tabel 4.2 Gedung Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Klaten Tahun 2009 ............................................................
39
Tabel 4.3 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut Desa dan Jenis Kelamin ...
41
Tabel 4.4 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut kelompok Umur dan Jenis Kelamin ...............................................................................................
42
Tabel 4.5 Penduduk Desa Jimbung Menurut kelompok Umur dan Jenis Kelamin ...............................................................................................
45
Tabel 4.6 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Usia ......................................................................................................
46
Tabel 4.7 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Tingkat Pendidikan .............................................................................
47
Tabel 4.8 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Banyaknya Ternak ..............................................................................
47
Tabel 4.9 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Harga Indukan .....................................................................................
48
Tabel 4.10 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Biaya Kandang .................................................................................. Tabel 4.11 Jumlah Hasil Produksi Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung commit to user
xii
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Umur Anakan .....................................................................
50
Tabel 4.12 Peternak Jalak Suren Berdasarkan Skala Ternak yang Dipelihara ...
51
Tabel 4.13 Total Anggaran Proyek 40 Peternakan Jalak Suren Di Desa Jimbung 57 Tabel 4.14 Total Anggaran Peternakan A Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung .................................................................................
58
Tabel 4.15 Total Anggaran Peternakan B Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung .................................................................................
59
Tabel 4.16 Total Anggaran Peternakan C Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung .................................................................................
59
Tabel 4.17 Hasil Analisis Sensitifitas peternak A Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung ..............................................................
65
Tabel 4.18 Hasil Analisis Sensitifitas peternak B Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung ..............................................................
66
Tabel 4.19 Hasil Analisis Sensitifitas peternak C Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung ..............................................................
commit to user
xiii
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Gambar
Halaman Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .....................................................
commit to user
xiv
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045 Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat profitabilitas investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. b) Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei terhadap responden melalui kuisioner. Penelitian dilakukan terhadap 40 responden dari 106 Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisis Sensitifitas. Hasil dari analisis kriteria finansial dapat disimpulkan bahwa total biaya proyek yang diperlukan untuk mendirikan peternakan Jalak Suren untuk Peternak A sebesar Rp. 335.530.000,00, dimana investasi tersebut sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 3,9 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Investasi yang diperlukan oleh Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yang merupakan modal sendiri dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,46 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 7 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Sedangkan peternakan yang dilakukan oleh Peternak C memerlukan investasi sebesar Rp. 495.850.000,00 dengan menggunakan discount factor sebasar 30% yang dihasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 2 tahun 3,6 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya. Dengan demikian proyek peternakan yang dilakukan baik oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat dinyatakan layak dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial. Kata kunci : Peternakan Jalak Suren, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisiscommit Sensitifitas. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan ke arah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak yang berskala industri. Apabila perkembangan ini tidak diimbangi dengan pengelolaan yang profesional dan tata laksana yang baik, produksi ternak yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya ditahun 1997 dan hingga kini belum tampak tanda-tanda akan berakhir, hal ini menjadi pangkal tolak untuk melakukan koreksi atas berbagai kebijakan yang telah ditempuh di masa lalu. Krisis ekonomi ini bisa dimaknai sebagai sebuah bencana ekonomi, tetapi dapat juga diartikan sebagai bentuk koreksi yang dilakukan oleh pasar akibat strategi dan kebijakan ekonomi pro impor dan sarat subsidi. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian, disamping sebagai sumber makanan, sumber bahan mentah bagi sektor industri, juga sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk. Dengan tanpa mengabaikan sub sektor lainnya, sub sektor commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
peternakan di Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut, karena sektor pertanian lebih efisien dalam memanfaatkan lahan pertanian, tersediannya bahan makanan ternak yang cukup murah dan tenaga kerja yang melimpah. Usaha peternakan Jalak Suren merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati serta tingkat endemisme (keunikan) yang sangat tinggi sehingga dimasukkan dalam salah satu negara mega biodiversity. Menurut World Conservation Monitoring Committee Indonesia memiliki 1.539 jenis burung (17% dari seluruh jenis burung di dunia). Predikat sebagai negara mega-biodiversity baik dari segi keanekaragaman genetik, jenis, maupun ekosistemnya memang cukup membanggakan, disamping menuntut adanya tanggung jawab yang sangat besar untuk mempertahankan keseimbangan antara kelestarian fungsi (ekologis) dan kelestarian manfaat (ekonomis) keanekaragaman hayati. Jalak Suren yang bernama ilmiah Sturnus contra jalla sebagai satwa langka yang merupakan salah satu makhluk tersisa penghuni bumi, populasinya berada pada kondisi menghawatirkan, keberadaannya cenderung mengarah pada situasi terancam bahaya punah. Jalak Suren sebenarnya bisa ditemukan hampir di seluruh Pulau Jawa. Namun, sekarang burung ini semakin sulit ditemukan. Apa yang dialami burung lain, populasinya kian hari kian susut di alam, ternyata juga dialami Jalak Suren. Pencemaran sawah oleh commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pestisida, penangkapan untuk dipelihara atau diperdagangkan, dan penciutan hutan merupakan penyebab utama menurunnya populasi Jalak Suren. Dalam mengatasi masalah kelangkaan dan kepunahan Jalak Suren, maka perlu didukung upaya dan usaha pelestarian Jalak Suren dengan sistem budidaya seperti yang dilaksanakan oleh penduduk di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Keistimewaan Jalak Suren adalah Jalak Suren dilambangkan sebagai burung jinak penjaga rumah. Dengan memelihara burung ini, rumah akan selalu terjaga setiap hari. Mungkin ada benarnya anggapan ini karena Jalak Suren merupakan burung yang sangat peka. Jika ada orang datang, akan bersuara nyaring dan bervariasi. Bisa dipahami kalau banyak orang yang memelihara burung ini. Ada empat alasan orang memelihara Jalak Suren. Pertama, untuk menjaga rumah. Kedua, untuk kesenangan. Ketiga, untuk memancing suara burung lain agar ikut berkicau. Kecerewetan Jalak Suren akan merangsang burung lain untuk mengeluarkan nyanyiannya. Jalak Suren dapat dijadikan master bagi whambei atau whabi. Keempat, untuk diternak atau dibudidayakan. Usaha peternakan dilatarbelakangi oleh kesadaran terhadap kelestarian jenis burung ini dan alasan ekonomis. Jalak
Suren
bisa
berkembangbiak
sepanjang
tahun.
Puncak
perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan JanuariJuni. Bulan Juli - Desember merupakan masa penurunan perkawinan. Membudidayakan burung tidaklah begitu sulit karena memelihara burung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
merupakan salah satu hobi yang banyak diminati oleh masyarakat Jawa, selain itu burung relatif mudah dalam pemeliharaan dan pakannya. Oleh karena itu memelihara burung dapat melampaui batasan umur, status sosial maupun status ekonomi. Para pemelihara burung pun sering bertemu dan bersosialisasi, sehingga memungkinkan mereka untuk saling bertemu dan bertukar informasi tentang pembudidayaan burung. Perkembangan populasi ternak Jalak Suren di Jawa khususnya di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten menunjukkan kemajuan positif. Ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah peternak dari tahun ketahun. Saat ini didaerah Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten terdapat peternak Jalak Suren sebanyak 106 peternak dengan jumlah ternak sebanyak 1522 pasang burung Jalak Suren. Dimana satu peternak Jalak Suren dapat memelihara rata-rata 14 pasang Jalak Suren yang dapat menghasilkan rata-rata 18 ekor piyek (anakan) dalam waktu satu bulan. Dengan kisaran harga sebesar Rp 150.000,00/ekor (umur 1 hari), Rp 400.000,00/pasang (umur 15 hari), Rp 500.000,00/pasang (umur 30 hari). Peternakan Jalak Suren hasilnya cukup menjanjikan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan didaerah desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Dilihat dari segi pemasaran, berapapun jumlah hasil produksi ternak Jalak Suren semuanya dapat terserap oleh pasar. Dimana para pedagang datang sendiri untuk membeli hasil ternak Jalak Suren tersebut. Pemasaran hasil ternak Jalak Suren kebanyakan tersebar kepasar-pasar burung yang berada commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
didaerah Klaten, Solo, Yogyakarta, Semarang dan daerah lain sekitarnya. Selain karena alasan tersebut diatas, para peternak mau beternak Jalak Suren karena keuntungannya yang relative besar dengan tingkat kematian atau kegagalan yang relative sangat kecil. Peternakan
Jalak
Suren
didesa Jimbung,
Kecamatan
Kalikotes,
Kabupaten Klaten memiliki kondisi yang berbeda-beda yang berkaitan dengan modal usaha, indukan, sangkar, pakan dan sarana pendukung. Disamping itu para peternak Jalak Suren kurang mengetahui faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap tingkat keberhasilannya. Dengan adanya latar belakang dan kondisi tersebut di atas, maka judul penelitian ini adalah : “ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN”.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan suatu perumusan masalah yaitu : 1. Apakah secara finansial investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat dinilai layak dan menguntungkan? 2. Berapa lamakah investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten tersebut akan terbayar kembali ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat keuntungan investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. 2. Untuk
mengetahui
lamanya
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam rangka mengupayakan pengembangan budidaya burung Jalak Suren yang sudah mengalami kelangkaan. b. Sebagai bahan masukan bagi peternak di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan usahanya agar lebih baik dari sekarang. c. Untuk menanbah informasi khususnya pengetahuan mengenai faktorfaktor yang dapat mempengaruhi perkembangan budidaya atau peternakan Jalak Suren. 2. Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk memperoleh referensi dalam bidang usaha peternakan, studi dan kepustakaan khusus yang berkaitan dengan profitabilitas usaha ternak Jalak Suren.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Peternakan Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Mubyarto, 1994). Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, burung, kelinci dan lain-lain (Mubyarto, 1994). Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum (Mubyarto, 1994). Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun demikian, dalam percakapan sehari-hari orang biasanya merujuk kepada unggas dan mamalia domestik, commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
seperti ayam, angsa, kalkun, atau itik untuk unggas, serta babi, sapi, kambing, domba, kuda, atau keledai untuk mamalia. Sebagai tambahan, di beberapa daerah di dunia juga dikenal hewan ternak yang khas seperti unta, llama, bison, burung unta, dan tikus belanda mungkin sengaja dipelihara sebagai ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh dunia dan tergantung pada sejumlah faktor seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal, budaya lokal, dan topografi (Mubyarto, 1994). Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut (hewan) ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkelana di alam terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya dianggap "tepat" apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekedar diambil dari alam liar kemudian dipelihara. Kedalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar (seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak (terutama bullfrog), buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau lebih spesifik disebut budidaya ikan (Mubyarto, 1994). Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1994: 22), yaitu: a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional. Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di commit user di pinggir sungai atau di tegalan padang umum, di pinggir jalan dantosawah,
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelumnya dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak. Tujuan utama ialah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengangkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk. b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil. Ketrampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningkat, walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor ternak besar dan 5100 ekor ternak kecil terutama ayam. Bahan makanan berupa ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput-rumputan yang dikumpulkan oleh tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. c. Peternak komersil. Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat commit to user menguasai pasar.
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Investasi Investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa datang. Istilah investasi dapat pula berarti penanaman modal di dalam perusahaan dengan tujuan agar keuntungan perusahaan bertambah (Kadarsan, 1992: 35) Setiap investasi baik dalam bidang industri ataupun bidang yang lain pada dasarnya merupakan penanaman faktor-faktor produksi dalam tertentu. Sifat dasar dari tujuan investasi adalah untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Bagi kalangan swasta, manfaat dipandang secara sempit yaitu hanya dari segi ekonomi dan finansial saja. Bagi Pemerintah atau lembaga non profit pengertian manfaat dipandang dalam arti yang lebih luas, wujudnya adalah penyerapan tenaga kerja, penyerapan sumber daya dan bisa juga dikaitkan dengan tujuan nasional lainnya. Tetapi hal ini tidak berarti suatu proyek investasi swasta selalu melupakan masalah makro, masalah social dan masalah lainnya. Apabila ditinjau dari kalangan swasta dan didasarkan pada tujuan dan manfaat, usulan investasi terbagi menjadi 3 macam (Kadarsan, 1992) : 1. Investasi Pendirian Usaha Pada umumnya investasi pendirian usaha mempunyai tingkat ketidakpastian yang besar karena menyangkut masalah produk baru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
2. Investasi Penambahan Kapasitas Misalnya saja ususlan untuk penambahan jumlah mesin-mesin atau penambahan jumlah pabrik-pabrik baru. Investasi ini bisa juga termasuk investasi penggantian, misalnya mesin-mesin yang sudah tua dan tidak efisien diganti dengan mesin yang baru. 3. Investasi Penggantian Investasi ini adalah yang paling sederhana, dilakukan untuk mengganti barang-barang modal, peralatan yang aus dengan yang baru dan lebih efisien dan efektif. Bagi seorang pengusaha atau investor yang menanamkan investasinya harus memperhitungkan berbagai faktor yang menentukan investasi, faktorfaktor tersebut adalah (Kadarsan, 1992) : 1. Peramalan di Masa yang akan datang Suatu kegiatan penanaman modal (investasi) umumnya memerlukan waktu yang cukup panjang hingga menghasilkan suatu produk. Oleh sebab itu di dalam mementukan apakah investasi itu akan mendatangkan keuntungan atau kerugian, seorang pengusaha haruslah membuat forecasting atau perencanaan di masa datang. 2. Tingkat Bunga Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar oleh pengusaha, maka semakin banyak usaha yang dapat dilakukan dan semakin menguntungkan, sebagai akibat semakin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
rendahnya tingkat suku bunga bank maka semakin besar investasi yang mereka tanamkan. Maksud dari bunga bank di sini adalah tingkat bunga pinjaman, karena pada umumnya suatu investasi direncanakan untuk dibiayai melalui modal pinjaman dari bank. 3. Perubahan dan Pengembangan Teknologi Kegiatan para pengusaha di dalam produksi atau usaha-usaha lain mereka dinamakan inovasi. Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dimunculkan, makin banyak kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha, yang berarti semakin banyak investasi yang terjadi. 4. Tingkat Pendapatan Nasional Invertasi mempunyai kecenderungan untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Sebaliknya investasi akan semakin rendah apabila pendapatan nasional turun.
C. Pengertian Dasar Proyek Suatu proyek yang dilakukan merupakan pencerminan dari beberapa tujuan dan sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Proyek tersebut dilaksanakan dengan tujuan utama adalah memberikan atau menambah daya guna atau suatu tempat atau wilayah. Pengertian proyek sendiri adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit); atau suatu kegiatan dengan mengeluarkan biaya dan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit (Kadariah, 1989: 1) Pengertian proyek menurut Kadariah tersebut nampak bahwa dalam kegiatan proyek akan terdapat suatu tujuan atau sasaran, titik tolak atau latar belakang diadakanya suatu proyek dan adanya suatu titik akhir atau hasil dari proyek yang telah diadakanya tersebut. Menurut Gray, pengertian proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru, survei atau penelitian, perluasan atau perbaikan program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam suatu proyek maupun hasil-hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan yang lain. Kegiatan yang direncanakan berarti bahwa baik biaya maupun hasil-hasil pokok dari proyek dapat dihitung atau dapat dipergunakan dan kegiatankegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumbersumber terbatas dapat diperoleh benefit sebesar mungkin (Gray, 1992: 1). 1. Definisi Evaluasi Proyek Dalam suatu kegiatan selalu diperlukan adanya evaluasi. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menilai seberapa besar tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang telah direncanakan tersebut. Selain itu evaluasi commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan untuk mengetahui kesalahan maupun kekurangan yang dilakukan selama kegiatan tersebut berlangsung. Begitu pula dengan suatu proyek, dalam pelaksanaanya selalu harus diadakan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk menilai seberapa layak suatu proyek tersebut untuk diterapkan atau digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi proyek kini merupakan bagian tersendiri dari suatu pengetahuan baru yang muncul bersamaan dengan semakin besarnya laju pertumbuhan
ekonomi
khususnya
di
Negara-negara
yang
sedang
berkembang. Pengetahuan tentang evaluasi proyek ini semakin berkembang dan memang merupakan pengembangan dari apa yang biasa disebut capital budgeting, yaitu suatu keseluruhan proses perencanaan pembiayaan aktiva tetap dalam suatu usaha untuk memaksimalkan keuntungan. 2. Aspek-aspek Evaluasi Proyek Beberapa aspek dalam evaluasi proyek, antara lain (Kadariah, 1989): a. Aspek Teknis Aspek ini meliputi analisis tentang input dan output yang berupa barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek. b. Aspek Menajerial dan Administratif Menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subyektif, namun kalau hal ini tidak dapat commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perhatian khusus, maka banyak kemungkinan yang terjadi pengambilan keputusan yang kurang tepat dalam proyek yang direncanakan. c. Aspek Organisasi Perhatian terutama ditujukan kepada hubungan antara administrasi proyek dan bagian pemerintah lainya untuk melihat apakah hubungan antara
masing-masing
wewenang
(authority)
dan
tanggungjawab
(responsibility) dapat diketahui dengan jelas. d. Aspek Komersial Analisis penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan dalam proyek, baik pada waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisa pasaran output yang akan dihasilkan proyek. e. Aspek Finansial Menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan “revenue earnings” proyek; apakah proyek ini akan terjamin dananya yang diperlukan; apakah proyek ini mampu membayar kembali dana tersebut; dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. f. Aspek Ekonomi Menyelidiki apakah proyek ini akan memberikan sumbangan atau memberikan peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya, dan apakah perananya cukup besar untuk membenarkan (to justify) penggunaan sumber-sumber yang langka. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kriteria Investasi Beberapa kriteria yang digunakan dalam analisis penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Analisis Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negative (net cost). Suatu proyek akan dikatakan layak atau feasible jika nilai perhitungan net benefit cost ratio (B/C Ratio) > 1. Jika B/C Ratio menunjukan angka < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak (Kadariah, 1989: 40). n
Bt
å (1 + i) t =1
Net B/C Ratio =
t
n
Ct t t =1 (1 + i)
K0 + å
b. Analisis Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara the present value dari benefit dan the present value dari cost. Untuk menentukan net present value harus ditetapkan terlebih dahulu discount rate yang akan digunakan untuk menghitung the present value baik dari benefit maupun dari biaya. Suatu proyek dikatakan layak atau feasible menurut kriteria NPV jika nilai dari perhitungan NPV tersebut > 0. Sebaliknya, proyek dinyatakan tidak layak jika NPV < 0 (Kadariah, 1989: 40).
æ n Bt - Ct NPV = çç å t è t =1 (1 + i) commit to user
ö ÷÷ - K o ø
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Analisis Internal Rate of Return Internal Rate of Return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat membuat B/C Ratio = 1. Dalam perhitungan IRR ini diasumsikan bahwa setiap benefit netto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan memperoleh rate of return yang sama dengan investasi-investasi sebelumnya. Besarnya IRR dihitung dengan cara coba-coba (Trial and Error), sehingga diusahakan untuk mendapatkan NPV yang negatife lalu diinterpolasikan antara discount rate tertinggi dengan nilai NPV positif dan discount rate terendah dengan nilai NPV yang negatife, sehingga diperoleh nilai NPV=0 (Kadariah,1989: 44). IRR = I’ +
Keterangan : i’
NPV ' (i"-i ' ) NPV '- NPV "
= Discount rate
NPV
= Nilai NPV yang positif
i”
= Discount rate yang terendah
NPV”
= Nilai NPV yang negatif
d. Analisis Pay Back Period Digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi tersebut dapat dikembalikan melalui hasil usaha yang diperoleh untuk mengangsur pinjaman. Pay Back Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proyek (jangka waktu tercapainya net benefit menyamai biaya investasi) (Kadariah, 1989: 8) PBP =
NilaiInvestasi x 1 tahun PenerimaanKasTahunan (1 + i) t
e. Analisis Sensitifitas Apabila suatu rencana proyek sudah diputuskan untuk dilaksanakan dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan atau analisis-analisis serta didasarkan didasarkan pada hasil evaluasi (NPV, IRR, B/C Ratio), namun di dalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan ataupun terjadi perhitungan diluar perkiraan; misalnya adanya kenaikan harga bahan baku atau penurunan harga produksi. Untuk mengetahui seberapa jauh persentase kepekaan usaha peternakan Jalak Suren terhadap penurunan produksi. Analisis kepekaan terhadap kenaikan biaya produksi berguna untuk mengetahui kepekaan usaha ternak Jalak Suren dengan adanya kenaikan biaya produksi.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Teknik dan Langkah Peternakan Jalak Suren 1. Pemilihan Calon Indukan Anakan Jalak Suren yang bagus dari hasil ternak, selain nilai ekonominya tinggi, nama peternak juga akan ikut terangkat. Oleh sebab itu, sebelum ternak dimulai, sebaiknya dilakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu, yaitu mencari dan memilih burung yang bagus dan memenuhi syarat-syarat sebagai induk (Karso, 1996). a. Memilih Kualitas yang Baik Burung Jalak Suren yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai calon induk sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan, karena induk yang baik akan menghasilkan anak (bibit) dengan kualitas yang baik pula. Selain kicau, kondisi fisik dan mentalnya, yang juga perlu mendapat perhatian adalah daerah asalnya. b. Kondisi dan Kesehatan Burung Kesehatan burung tidak boleh diabaikan, sebab induk yang sehat akan menghasilkan keturunan yang sehat dan kuat. Burung yang sehat dapat dilihat dan ditentukan dari penampilan luarnya, antara lain sinar matanya terang, tajam dan bercahaya. Nafsu makan tinggi (setiap kali diberi pakan selalu berusaha mendapatkannya). Gerakannya lincah, energik dan selalu berkicau. Bulunya menempel rapi di tubuhnya. Kotorannya baik, tidak terlalu keras dan tidak encer serta tidak terlalu berbau. Kotoran yang berbau, biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
c. Memiliki Kicau yang Baik Burung yang baik tidak hanya dilihat dari bentuk fisiknya saja, tetapi juga kicauannya yang melipiti volumenya keras, nada dan iramanya baik dan benar, enak didengar, bersih, mengkristal, jelas dan panjang-panjang, temponya lama serta tidak putus-putus. d. Tidak Cacat Fisik dan Mental Sebagai calon induk, burung harus tidak cacat fisik dan mental. Fisik, antara lain kaki tidak pincang, paruh, mata dan ekornya utuh dan baik. Selain itu calon induk juga harus memiliki mental yang bagus, artinya tidak mudah stress, mudah beradaptasi dan tidak penakut. e. Produktivitas Tinggi Calon induk, Selain mampu melakukan perkawinan dengan baik dan memiliki daya tetas tinggi, juga harus pandai mengasuh dan sayang kepada anak-anaknya, sehingga dapat tumbuh cepat dan sehat. Induk yang produktif baru diketahui setelah menetaskan telur-telurnya. Sifat-sifat induk burung yang baik dapat diketahui dari beberapa cirinya yaitu mudah bergaul, tidak bengis, rajin mencari makan, dan tidak mudah kaget. 2. Menentukan Jenis Kelamin Salah satu syarat dalam usaha peternakan Jalak Suren adalah mengetahui dan menentukan jenis kelaminnya. Bagi peternak pemula memang sulit untuk membedakan antara jantan dan betina, karena bentuk tubuh maupun suara kicaunya sangat mirip. Namun dengan pengamatan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang cermat selama beberapa waktu dapat dilihat perbedaan-perbedaan yang bias dipakai sebagai pedoman untuk menentukan jantan dan betinanya (Karso, 1996). a. Bentuk Luar Bentuk tubuh bagian luar burung Jalak Suren dapat dipakai untuk membedakan jenis kelaminnya. Burung jantan tubuhnya lonjong dan panjang, kepalanya lebih besar dan bulat, paruhnya besar. Bulu kepala, punggung dan dada berwarna hitam legam mengkilap. Demikian pula warna putihnya lebih bersih, ekornya lebih panjang dan menyatu. Terlihat ketika burung berkicau sambil bergerak seperti menari atau menganggukanggukkan kepalanya. Burung Jalak Suren betina secara umum mempunyai ciri-ciri fisik yang berkebalikan dengan ciri-ciri burung Jalak Suren jantan, yaitu badan lebih bulat dan pendek, warna hitam dan putihnya agak suram, paruh dan ekornya lebih pendek. b. Gerakan dan Tingkah Laku Jalak Suren jantan lebih agresif dan bila didekatkan seolah-olah ingin saling menyerang. Selain itu, bulu kepala atau jambulnya mengembang lebih besar dan tinggi, kepala tegak mendongak ke atas seakan-akan menantang dan kelihatan pemberani.sebaliknya, burung jalak suren betina tampak lebih lembut. Bulu kepalanya bila mengembang kelihatan agak ramping dan gerakannya ketika berkicau sambil menari pun lebih halus dan lebih bersahabat.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Suara Kicau Dengan mendengarkan suara kicaunya, jalak suren dapat ditentukan jenis kelaminnya. Jalak Suren jantan suaranya lebih keras dan mempunyai lebih banyak variasi. Bila berkicau biasanya memulai lebih dahulu, ketika bersama-sama berkicau seakan memimpin. Burung Jalak Suren betina variasi kicauanya terbatas dan biasanya selalu mengikuti irama kicau burung jantan. d. Bentuk Alat Kelamin (Kloaka) Alat kelamin pada burung jantan kelihatan kecil tetapi lebih menonjol. Apabila kloaka dipencet dan dibalik, seperti akan dikeluarkan, kelihatan di bagian atas permukaannya runcing, keluar seperti ujung pipa kecil. Alat kelamin pada burung betina lubang kloakanya lebih lebar, lebih basah, halus han lembut. Bila dibalik dan dikeluarkan atau dipencet terdapat belahan keatas menuju suatu sudut. Tulang supit (tulang rawan yang bertemu di bawah dubur) pada burung betina lebih lebar daripada burung jantan (Karso, 1996: 20-23). 3. Kandang Kandang untuk ternak Jalak Suren sebaiknya dibuat mendekati kondisi dan keadaan habitat asli burung di alam bebas. Kandang untuk ternak memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain (Karso, 1996):
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Lokasi yang Cocok dan Strategis Agar dalam usaha peternakan nanti tidak mengalami hambatan, sebaiknya lokasi kandang diusahakan di tempat yang strategis. Artinya, mudah dijangkau dan terdapat banyak faktor pendukung, misalnya tersedia cukup air untuk minum dan mandi, dekat pasar burung atau tempat memperoleh pakan, dsb. Tetapi, harus dipertimbangkan pula agar lokasi peternakan cukup jauh dari keramaian yang dapat mengganggu ketenangan burung. Ketentraman dan ketenangan burung juga harus diperhatikan, misalnya bebas dari gangguan manusia atau binatang pengganggu yang lain, misalnya anjing, kucing dan tikus. b. Bentuk dan Kontruksi Kandang yang Memadai Sebelum kandang untuk peternakan dibuat, bentuk dan kontruksi kandang perlu dipertimbangkan dan direncanakan terlebih dahulu. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain meliputi antara lain kandang harus kuat agar dapat melinduni burung dari panas dan hujan, serta gangguan binatang. Kandang harus tahan lama, kurang lebih tahan dalam jangka waktu 5-10 tahun. Bahan pembuat kandang dipilih yang bagus, karena apabila kehujanan atau kepanasan dapat tahan lama dan tidak cepat rusak. Ukuran untuk kandang ternak burung jalak suren biasanya dengan ukuran panjang 1 m, lebar 1m, dan tinggi 2 m (Karso, 1996: 24).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
4. Cara Penjodohan Burung Jalak Suren Jalak suren mulai siap berkembang biak pada umur 10-12 bulan. Satu tahun untuk betina dan 1,5-2 tahun untuk jantan merupakan umur ideal untuk penjodohan. Biasanya betina lebih cepat dewasa kelamin dibanding jantan. Tehnik penjodohan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, kalau jumlahnya banyak, penjodohan bisa dilakukan secara bebas. Artinya, masing-masing burung dibebaskan memilih pasangannya. Bila ada sepasang burung yang saling berdekatan, berkicau sahut-sahutan, dan bercumbu, itu pertanda jodoh. Burung yang sudah jodoh harus dipindahkan dalam kandang tersendiri. Biasanya burung yang sudah jodoh akan merajai di antara yang lain dan menyerang sesamanya atau sebaliknya diganggu oleh yang lain yang sama-sama jodoh atau berebut jodoh. Ini akan mengganggu proses perkawinan dan perkembangbiakan selanjutnya. Jika hanya ada dua ekor, seekor jantan dan seekor betina, penjodohan dapat dilakukan dengan mendekatkan betina ke jantan. Caranya, burung betina dimasukkan dalam sangkar kecil atau sangkar gantung. Burung jantan dibiarkan dalam kandang penangkaran. Selanjutnya, sangkar kecil berisi burung betina dimasukkan ke dalam kandang penangkaran. Karena memiliki sifat berahi yang tinggi dan musim kawin sepanjang tahun, kedua burung ini akan segera jodoh (Karso, 1996). Burung yang sudah jodoh akan melakukan perkawinan 2-4 minggu setelah penjodohan. Selanjutnya, burung akan membuat sarang untuk bertelur pada tanaman yang banyak cabangnya. Dalam kandang peternakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Jalak Suren dapat dirangsang membuat sarang. Caranya, di beberapa tempat yang layak untuk bersarang misalnya pada tanaman yang memiliki banyak cabang kuat, terlidung, dan aman dari gangguan diberi tatanan dasar sarang. Di tempat-tempat yang telah ditentukan itu ditaruh bahan sarang seperti jerami, akar sulur yang panjang, ranting-ranting, atau daun-daunan. Bahan sarang ini ditata melingkar atau dalam tumpukan yang teratur. Cara ini dapat merangsang dan membantu Jalak Suren untuk bersarang. Jalak Suren akan memilih sendiri tempat yang sesuai untuk bersarang (Karso, 1996). Pembuatan sarang dilakukan selama 5-10 hari, tergantung agresivitas burung. Ukuran sarang termasuk besar. Panjang tumpukan susunan sarang antara 35-45 cm, lebar 20-30 cm, dan tinggi sekitar 20 cm. Lubang tempat keluar masuknya burung berada di permukaan atas sarang, agak miring dengan derajat kemiringan antara 40-45°. Jalak suren merupakan salah satu, mungkin satu-satunya, jenis dari keluarga Sturnidae yang membuat sarang bukan di dalam rongga pohon, tetapi menaruh sarang pada cabang-cabang pohon. Telur Jalak Suren berwarna biru, berukuran 19,8 x 27,7 mm, dan berjumlah 3-4 butir. Telur dierami bergantian oleh burung jantan dan betinanya. Telur-telur itu akan menetas setelah 14 hari dierami. Selain sebagai pengganti selama pengeraman telur, yang jantan juga bertindak sebagai pengaman di luar sarang. Anak Jalak Suren akan dipelihara induknya sampai berumur 1,5 bulan. Pada umur tersebut kita tinggal menanti saat yang tepat untuk mengambil dan memisahkannya dari kandang ternak. Jalak Suren bisa berkembang biak sepanjang tahun. Puncak commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan Januari-Juni. Bulan Juli-Desember merupakan masa penurunan perkawinan (Karso, 1996). 5. Cara Mempercepat Produksi Langkah-langkah terbaik untuk mempercepat produksi adalah (Karso, 1996): a. Terlebih dahulu kita persiapkan box listrik (dengan bolam 5 watt), dengan ukuran : tinggi 60 cm, lebar 50 cm, panjang 60 cm, jarak bolam dari bawah ± 18 cm. 60cm
50 cm b. Setelah box listrik sudah tersedia, ambilah anakan (piyek) berumur 1 hari dari sarang dan masukan ke dalam box listrik. c. Beri makan piyek dengan kotro yang bersih dan segar selama 5 hari, sesuai kebutuhan atau kenyang. d. Piyek yang berumur 6 sampai 15 hari diberi makan dengan voor (lembut) dicampur kroto dan diberi air. e. Piyek berumur 16 sampai 30 hari hanya makan dengan voor basah. f. Setelah piyek berumur > 30 hari dicoba makanan voor yang kering.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Agustiyani (2004) yang berjudul “Analisis Finansial Budidaya Pembenihan Udang Windu (Benur)” yang merupakan studi kasus di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wearijaksa, Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis data yang digunakan dapat diketahui hasil Net Present Value (NPV) sebesar 110.086.501 (NPV > 0), Internal Rate of Return (IRR) sebesar 49,6 (IRR > 1), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 4,528 (B/C Ratio > 1). Pay Back Period menunjukkan nilai 3 tahun 11 bulan (lebih cepat dari umur ekonomisnya, yaitu 10 tahun). Sedangkan menurut analisis sensitifitas dapat disimpulkan bahwa budidaya benur tersebut lebih sensitife terhadap kenaikan harga produksi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa proyek budidaya benur tersebut feasible dan dapat terus ditingkatkan. Menurut penelitian Ardyan (2003) yang berjudul “ Analisis Finansial Usaha Ternak Ikan Lele Di Kampung Lele, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa menurut analisis proyek yang dilakukan yang mencakup nilai NPV, B/C ratio dan IRR menunjukkan nilai yang positif. Lama waktu pengambilan modal yang telah ditanamkan pada investasi proyek usaha ternak ikan lele di Kampung Lele adalah empat tahun satu bulan sehingga investasi awal dapat terbayar tidak melebihi umur ekonomis proyek selama lima tahun terakhir, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa usaha ternak lele tersebut layak untuk dilaksanakan. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut penelitian Nugroho (2001) yang berjudul “Analisis Keuntungan Usaha Budidaya Lebah Madu” yang merupakan suatu studi kasus di Desa Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah bibit, biaya angon, peralatan dan pakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan usaha budidaya lebah madu di Desa Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, sedangkan variabel biaya upah tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Menurut analisis B/C Ratio usaha budidaya lebah madu di Desa Gembong menguntungkan (B/C ratio = 1,485). Kondisi budidaya lebah madu di Desa Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati mengalami decreacing return to scale, artinya penambahan proporsi input atau faktor produksi hanya memberikan proporsi penambahan produksi yang lebih kecil. Sedangkan penelitian Kumalasari
(2005) yang berjudul “ Analisis
Produksi dan Keuntungan Usaha Tambak Bandeng di Kabupaten Cilacap’’, menggunakan variabel antara lain keuntungan yang diterima pengusaha sebagai variabel dependen, sedangkan variabel upah tenaga kerja, luas lahan, harga benih, harga pakan tambahan, harga pupuk dan harga petisida sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan para petani padi sebagai unit analisisnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan proportional random sample. Analisis data dilakukan dengan menggunakan fungsi keuntungan teknik Unit Ouput Price ( UOP ) CobbDouglas Profit Function melalui analisis regresi linier berganda. Dari hasil commit to usertenaga kerja, luas lahan tambak, penelitian diperoleh bahwa variabel upah
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harga benih ikan, harga pakan tambahan, harga pupuk, dan harga pestisida memiliki pengaruh positif terhadap tingkat keuntungan usaha tambak bandeng.
F. Kerangka Pemikiran Pendapatan -Penjualan piyek Usaha Peternakan Jalak Suren
Biaya -Indukan -Kandang -Peralatan -Listrik -Pakan
Analisis - B/C Ratio - NPV - IRR - PBP - Sensitifitas
Tidak Layak (Non Feasible)
Layak (Feasible)
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : Usaha peternakan Jalak Suren perlu memperhatikan biaya-biaya yang diperlukan diantaranya biaya indukan, biaya pembuatan kandang, biaya pembelian peralatan, biaya listrik dan biaya pakan. Selain itu, perlu melihat hasil penjualan anakan (piyek) untuk mengetahui hasil peternakan Jalak Suren yang dipelihara. Untuk memberikan gambaran mengenai proyek peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten maka dibutuhkan suatu studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek tersebut akan menghitung dan menganalisis berbagai aspek investasi yang berkaitan dengan pemeliharaan ternak Jalak Suren dengan menggunakan berbagai alat commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
analisis investasi, yaitu: B/C Ratio, NPV, IRR, Pay Back Periode dan analisis sensitifitas guna menentukan layak dan tidaknya proyek tersebut berjalan.
G. Hipotesis Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Diduga kegiatan usaha (investasi) peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung,
Kecamatan
Kalikotes,
Kabupaten
Klaten
layak
untuk
dikembangkan dan menguntungkan berdasarkan analisis. 2. Diduga investasi untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat terbayar kembali sebelum umur teknis selesai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan peternak jalak suren sebagai unit analisisnya. Penelitian analisis usaha peternak Jalak Suren ini dilakukan dengan mengambil Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten sebagai obyek penelitiannya. Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes dipilih karena sebagian besar masyarakatnya peternak jalak suren dan merupakan peternak jalak suren terbanyak yang ada di Kabupaten Klaten.
B. Populasi dan Sampel Penelitian ini mengambil populasi peternak Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Desa Jimbung dipilih sebagai wilayah penelitian dengan alasan bahwa Desa Jimbung mempunyai jumlah peternak Jalak Suren sebanyak 106 peternak dengan jumlah Jalak Suren yang dipelihara sebanyak 1522 pasang Jalak Suren. Pengambilan sample menggunakan teknik snowball, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara responden awal dipilih dengan sampel probabilitas sedangkan responden berikutnya diperoleh dari usulan atau masukan responden berikutnya (Purwaningsih, 2002). Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 37,7 % atau sebanyak 40 peternak dari 106 peternak commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Jalak Suren yang ada. Pengambilan sampel sebanyak 40 peternak dikarenakan menurut data yang diperoleh, 40 peternak tersebut yang memenuhi syarat sebagai obyek penelitian. Dari 40 peternak tersebut dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan standar deviasi yang meliputi Peternak A (nilai ratarata jumlah ternak yang dipelihara - 2 standar deviasi), Peternak B (nilai ratarata jumlah ternak yang dipelihara ± 1 standar deviasi) dan Peternak C (nilai rata-rata jumlah ternak yang dipelihara + 2 standar deviasi).
C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu : a. Data Primer Data primer yaitu data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penyelidikan yang sedang ditangani. Berisikan data mengenai biaya input yang dikeluarkan dan penerimaan dari usaha peternakan Jalak Suren yang diperoleh dari sampel peternak Jalak Suren, dengan cara melakukan wawancara. Pada penelitian ini pencarian data lebih ditekankan pada penggunaan kuisoner. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang digunakan untuk tujuan lain, bukan dengan tujuan menyelesaikan masalah yang sedang ditangani saat ini. Berisikan data pendukung penelitian mengenai usaha peternakan Jalak suren. Data lain yang digunakan untuk melengkapi analisis dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder. Data ini commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikumpulkan dari kantor Kecamatan, Kantor Dinas Peternakan maupun Instansi Terkait yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kuisioner Kuisioner adalah seperangkat daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis dan lengkap yang bertujuan untuk memperolah informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi yang sederajat validitas dan reabilitas setinggi mungkin. Dalam hal ini daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang kemudian diberikan kepada peternak Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. b. Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung ke lapangan guna memperoleh data - data maupun informasi - informasi yang dibutuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
E. Definisi Operasional Variabel 1. Modal Usaha Modal usaha yang digunakan dalam peternakan Jalak Suren merupakan biaya sendiri dari peternak, yang diukur dengan satuan rupiah. 2. Keuntungan Keuntungan yaitu hasil yang diperoleh dari peternakan Jalak Suren yang dihitung berdasarkan keuntungan yang diterima dari penjualan hasil piyek setelah dikurangi biaya - biaya yang diukur dengan satuan rupiah dalam waktu satu tahun. 3. Biaya Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan Jalak Suren yang terdiri atas : a. Biaya indukan adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian indukan Jalak Suren yang diukur dengan satuan rupiah per pasang. b. Biaya kandang adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan kandang Jalak Suren yang diukur dengan satuan rupiah per unit. c. Biaya peralatan adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian peralatan Jalak Suren yang diukur dengan satuan rupiah. d. Biaya energi atau listrik adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembayaran listrik yang diukur dengan satuan rupiah per tahun. e. Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian pakan Jalak suren yang diukur dengan satuan rupiah per tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
F. Teknis Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Untuk membuktikan hipotesis pertama yaitu usaha (investasi) peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten layak untuk dikembangkan dan menguntungkan. Kondisi ini dapat diketahui dengan melihat jumlah keuntungan (B), biaya (C), investasi (K) dan tingkat suku bunga (i) yang dipakai. Ditinjau dari aspek finansial, dengan menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dapat dilihat jika NPV > 0, IRR > i, B/C Ratio> 1 maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan dan menguntungkan (Kadariah, 1989). 2. Hipotesis Kedua Untuk membuktikan hipotesis kedua yaitu investasi yang ditanamkan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat terbayar kembali sebelum umur teknis selesai, dapat menggunakan analisis Pay Back Period yang merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari proyek (jangka waktu tercapainya net benefit menyamai biaya investasi) (Kadariah, 1989: 8) Analisis sensitifitas juga diperlukan untuk mengetahui perubahan harga usermenganalisis seberapa besar harga input dan perubahan hargacommit output to untuk
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
input dan harga output itu berpengangaruh terhadap peternakan Jalak Suren, sehingga dapar dinilai masih layak untuk dikerjakan atau tidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum 1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten a. Letak Geografis Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang dikenal sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata. Kabupaten Klaten terletak antara 7032`19” Lintang Selatan sampai 7048`33” Lintang Selatan dan antara 110026`14” Bujur Timur sampai 110047`51” Bujur Timur. b. Luas Wilayah Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan seluas 65.556 ha (655,56 km2) atau seluas 2,014% dari luas Propinsi Jawa Tengah, yang luasnya seluas 3.254.412 ha. c. Batas Wilayah 1) Sebelah Utara
: Kabupaten Boyolali
2) Sebelah Timur
: Kabupaten Sukoharjo
3) Sebelah Selatan
: Kabupaten Gunung Kidul (DIY)
4) Sebelah Barat
: Kabupaten Sleman (DIY)
commit to user
37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada akhir tahun 2009 tercatat sebanyak 1.303.910 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 637.939 jiwa dan perempuan sebanyak 665.971 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 95,79. Untuk penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 987.676 jiwa, sekitar 75,74 % dari total penduduk Klaten. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Klaten Tahun 2009 Jumlah Gender Ratio Umur Laki-laki Perempuan Penduduk (%) 0-4 48,172 46,181 94,353 104.31 5-9 54,394 50,967 105,361 106.72 10 - 14 59,283 57,237 116,520 103.57 15 - 19 69,239 65,104 134,343 106.35 20 - 24 55,065 53,157 108,222 103.59 25 - 29 49,347 51,831 101,178 95.21 30 - 34 49,087 54,592 103,679 89.92 35 - 39 46,444 52,120 98,564 89.11 40 - 44 43,009 45,602 88,611 94.31 45 - 49 35,929 36,004 71,933 99.79 50 - 54 26,407 31,284 57,691 84.41 55 - 59 25,573 28,858 54,431 88.62 60 - 64 23,458 29,550 53,008 79.38 65 + 52,532 63,484 116,016 82.75 Total 2009 637,939 665,971 2008 635,528 664,966 2007 633,552 663,435 2006 631,231 662,011 2005 627,751 658,307 Sumber : BPS Kabupaten Klaten
1,303,910 1,300,494 1,296,987 1,293,242 1,286,058
commit to user
95.79 95.57 95.50 95.35 95.36
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Sosial 1) Pendidikan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten serta Departemen Agama Kabupaten Klaten pada tahun 2009 jumlah gedung sekolah baik negeri maupun swasta dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Gedung Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Klaten Tahun 2009 SD
MI
SLTP
MTs
SLTA
SMK
MA
Tahun Negeri Swasta
Negeri Swasta
Negeri Swasta Negeri
Swasta
2009
766
40
72
65
41
9
16
15
10
17
3
2008
772
37
64
65
41
9
16
15
9
16
3
2007
775
27
64
65
43
9
16
15
9
16
3
2006
778
21
70
65
43
9
16
15
9
16
3
2005
787
18
70
65
45
9
16
16
9
17
3
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten Departemen Agama Kabupaten Klaten 2) Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Klaten tahun 2009 terdiri dari 8 Rumah Sakit, 19 Rumah Bersalin, 29 Balai Pengobatan, 34 Puskesmas, 86 Puskesmas Pembantu, 14 Puskesmas yang ada fasilitas rawat inap dan 17 apotek. Sementara itu tenaga kesehatan yang tersedia meliputi 114 Dokter Umum, 49 Dokter Gigi, 59 Dokter Spesialis dan 439 Bidan. f. Peternakan Jenis ternak yang benyak diusahakan di Kabupaten Klaten berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah sapi 86.656 to user ekor, kerbau 2.368 ekor, commit kuda 565 ekor, kambing 87.963 ekor, domba
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
58.328 ekor dan babi 10.049 ekor. Selain itu juga diusahakan unggas seperti ayam buras 1.443.305 ekor, ayam pedaging 1.056.675 ekor, ayam petelur 912.876 ekor. 2. Gambaran Umum Kecamatan Kalikotes Kecamatan Kalikotes merupakan salah satu kecamatan dari 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten. a. Luas Wilayah : 1300 ha. Luas Wilayah Kecamatan Kalikotes adalah 1300 Ha. Yang meliputi 7 Desa yang meliputi Desa Jimbung 399.70 Ha, Desa Ngemplak 190.60 Ha, Desa Kalikotes 156.90 Ha, Desa Krajan 106.00 Ha, Desa Tambong Wetan 132.90 Ha, Desa Gemblegan 172.20 Ha dan Desa Jogosetran 141.70 Ha. Luas Wilayah Kecamatan Kalikotes tersebut terdiri atas 763.00 Ha lahan sawah dan 537.00 Ha lahan bukan sawah b. Batas Wilayah 1) Sebelah Utara
: Kecamatan Klaten Utara
2) Sebelah Timur
: Kecamatan Trucuk
3) Sebelah Selatan
: Kecamatan Wedi dan Kecamatan Bayat
4) Sebelah Barat
Kecamatan Klaten Selatan dan Klaten Tengah
c. Suhu Udara Maksimum : 320 C Minimum : 220 C d. Jarak Pusat Pemerintahan Kecamatan dengan : 1) Desa yang terjauh
: ± 4 Km
2) Pusat Kedudukan Wilayah Kerja Pemb. Bupati : ± 5Km commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Ibukota Kabupaten
: ± 6 Km
4) Pusat kedudukan Kotip
: ± 5 Km
5) Pusat Wilayah Kerja Pembantu Gubernur
: ± 40 Km
6) Ibukota Provinsi
: ± 120 Km
e. Kependudukan Jumlah penduduk di Kecamatan Kalikotes berdasarkan registrasi tahun 2009 sebanyak 37.597 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 18.481 jiwa dan perempuan sebanyak 19.116 jiwa. Dibanding tahun 2008, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 208 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,55%. Jumlah penduduk terbanyak adalah di Desa Jimbung, sebanyak 12.933 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah di Desa Krajan, sebanyak 2.920 jiwa. Tabel 4.3 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut Desa dan Jenis Kelamin Desa Jimbung Ngemplak Kalikotes Krajan Tambong Wetan Gemblegan Jogosetran
Laki-laki Perempuan Jumlah Gender Ratio (%) 6,613 1,838 2,077 1,484 1,894 2,848 2,362
12,933 3,538 4,042 2,920 3,807 5,775 4,582
95.57 92.49 94.61 96.77 101.00 102.77 93.99
2009 18,481 19,116 2008 18,372 19,017 2007 18,259 18,905 2006 18,121 18,775 2005 17,995 18,688 Sumber : BPS Kabupaten Klaten
37,597 37,389 37,164 36,896 36,683
96.68 96.61 96.58 96.52 96.29
Tahun
6,320 1,700 1,965 1,436 1,913 2,927 2,220
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data penduduk menurut usia di Kecamatan Kalikotes, jumlah jiwa terbanyak pada usia 15 – 19 tahun, yaitu sebesar 3.952 jiwa dengan ratio gender sebesar 107,67 %. Jumlah jiwa yang paling sedikit pada usia 55 – 59 tahun, yaitu sebanyak 1.489 jiwa dengan ratio gender sebanyak 90,40 %. Jumlah usia lainnya, dapat dilihat dari data dibawah ini. Tabel 4.4 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Umur 0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 +
Laki-laki
Perempuan Jumlah Gender Ratio (%)
1,523 1,594 1,800 1,634 1,658 1,683 2,049 1,903 1,557 1,391 1,355 1,466 1,505 1,643 1,437 1,517 1,168 1,289 1,038 986 680 809 697 771 663 865 1,351 1,565 Total 2009 18,481 19,116 2008 18,372 19,017 2007 18,259 18,905 2006 18,121 18,775 2005 17,995 18,688 Sumber : BPS Kabupaten Klaten
3,117 3,434 3,341 3,952 2,948 2,821 3,148 2,954 2,457 2,024 1,489 1,468 1,528 2,916 37,597 37,389 37,164 36,896 36,683
commit to user
95.55 110.16 98.51 107.67 111.93 92.43 91.60 94.73 90.61 105.27 84.05 90.40 76.65 86.33 96.68 96.61 96.58 96.52 96.29
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Sosial 1) Pendidikan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten pada tahun 2009, jumlah TK sebanyak 18 gedung, SDN sebanyak 21 gedung, MI sebanyak 3 gedung dan SLTPN sebanyak 1 gedung. 2) Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kalikotes menurut data BPS tahun 2009 terdiri dari 1 Puskesmas, 2 Puskesmas pembantu, 4 PKD Rumah Bersalin dan 71 Posyandu. Dengan tenaga kesehatan yang tersedia yaitu 1 Dokter Umum, 1 Dokter Gigi, 8 Perawat dan 4 Bidan. g. Peternakan Jenis ternak yang benyak diusahakan di Kecamatan Kalikotes berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah sapi 971 ekor, kerbau 34 ekor, kuda 16 ekor, kambing 2.428 ekor, ayam buras 48.944 ekor, ayam ras 28.000 ekor, itik 7.959 ekor, itik manila 2.674 ekor dan angsa 129 ekor. 3. Gambaran Umum Desa Jimbung (Lokasi Penelitian) Desa Jimbung merupakan salah satu Desa dari 7 Desa yang ada di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Desa Jimbung terdiri dari 106 RT dan 27 RW. Jumlah penduduk sebanyak 12.933 jiwa dengan rumah tangga sebanyak 4. 208. Rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3,07 jiwa. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Jimbung adalah 399.70 Ha, luas wilayah Desa Jimbung tersebut meliputi 212,48 Ha sawah dan ladang, 10,78 Ha Bangunan umum, 5.41 Ha Empang, 145.45 Ha Pemukiman, 6.60 Ha Pemakaman dan 19.05 Ha lain-lain. 2) Batas Wilayah : a) Sebelah Utara
:
Desa
Ngalas,
Jomboran,
Glodogan
dan
Ngemplak b) Sebelah Timur
: Desa Krakitan
c) Sebelah Selatan : Desa Kadibolo, Sembung dan Sukorejo d) Sebelah Barat
: Desa Kajoran
b. Kondisi Geografis 1) Ketinggian tanah dari permukaan laut : 151 M. 2) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Rendah. 3) Suhu udara rata-rata : 320 c. c. Jarak dari pusat pemerintahan desa/kelurahan : 1) Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan
: 3 Km
2) Jarak dari ibukota Kabupaten/Kota
: 5 Km.
3) Jarak dari ibukota Provinsi
: 135 Km.
4) Jarak dari ibukota Negara
: 530 Km.
d. Kependudukan Jumlah penduduk pada tahun 2009 tercatat sebanyak 12.933 jiwa, dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 4208. Penduduk Desa Jimbung commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdiri dari laki-laki sebanyak 6.320 jiwa dan perempuan sebanyak 6.613 jiwa. Dengan ratio gender sebesar 95.57. Tabel 4.5 Penduduk Desa Jimbung Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Umur
Laki - laki Perempuan Jumlah Gender Ratio (%)
0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 +
531 641 537 688 538 463 491 516 407 334 229 248 245 452
557 522 565 677 488 502 533 522 466 328 281 281 322 569
1,088 1,163 1,102 1,365 1,026 965 1,024 1,038 873 662 510 529 567 1,021
95.33 116.12 95.04 101.62 110.25 92.23 92.12 98.85 87.34 101.83 81.49 88.26 76.09 79.44
Total 2009 6,320 6,613 Sumber : BPS Kabupaten Klaten
12,933
95.14
e. Sosial Berdasarkan data tahun 2009, Desa Jimbung terdapat TK sebanyak 6 gedung, SD sebanyak 6 gedung dan MI sebanyak 1 gedung. Selain itu terdapat juga 1 buah gedung Puskesmas, 1 buah Rumah Bersalin dan 16 Posyandu. Kehidupan beragama di Desa Jimbung didominasi oleh agama Islam. Tercatat pada tahun 2009 penduduk yang beragama Islam sebanyak 12.772 penduduk, Katholik sebanyak 73 penduduk, Kristen sebanyak 85 penduduk dan Hindu sebanyak penduduk. commit2 to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden Dari data yang ada, usia responden pada umumnya termasuk dalam usia tenaga kerja produktif. Jumlah peternak yang dijadikan sampel adalah sebanyak 40 orang. Tabel 4.6 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Usia No Usia Jumlah Prosentase (%) 1 2 3 4 5
20 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 > 61
5 8 18 9 -
Total 40 Sumber : Data Primer 2011, diolah
12,5 20 45 22,5 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa usia peternak Jalak Suren yang paling banyak berusia 41 - 50 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau sebanyak 45 % dari keseluruhan responden. Usia 51 -60 tahun sebanyak 9 orang atau sebanyak 22,5 %. Usia 31 – 40 tahun sebanyak 8 orang atau sebanyak 20% dan yang paling sedikit adalah yang berusia 20 -30 tahun yaitu sebanyak
5 orang atau sebanyak 12,5%. Pendidikan mempunyai
pengaruh penting bagi para peternak dalam adaptasi mengelola usaha ternak. Semakin tinggi tingkat pendidikan para peternak diharapkan pola pikir semakin rasional. Tingkat pendidikan formal dari peternak Jalak Suren di Desa Jimbung dapat dilihat dari tabel berikut ini :
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%) 1 2 3 4
SD SLTP SLTA Perguruan Tingi
12 9 16 3
30 22,5 40 7,5
Total 40 Sumber : Data Primer 2011, diolah
100
Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan peternak yang lulus SLTA sampai Perguruan Tinggi berjumlah 19 peternak respoden atau sebesar 47,5 %. Tingkat pendidikan respoden di Desa Jimbung paling banyak adalah SLTA sebanyak 16 peternak respoden atau sebesar 40%, jenjang pendidikan SD sebanyak 12 peternak respoden atau sebesar 30%, SLTP sebanyak 9 peternak respoden atau sebesar 22,5%, sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi sebanyak 3 peternak respoden atau sebesar 7,5%. Berdasarkan hasil survei data, banyaknya jumlah ternak yang dipelihara oleh responden berbeda-beda jumlahnya, untuk mengetahuinya dapat dilihat dari tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Banyaknya Ternak Ternak per pasang Jumlah Responden Prosentase 1 - 10 4 10 % 11 - 20 28 70 % 21 - 30 7 17.5 % > 31 1 2.5 % Total 40 Sumber : Data Primer 2011, diolah commit to user
100 %
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Banyak sedikitnya jalak Suren yang dipelihara berpengaruh terhadap keuntungan yang didapat oleh para peternak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa prosentase peternak responden paling banyak adalah yang memelihara Jalak Suren antara 11 – 20 pasang, dengan jumlah responden sebanyak 28 peternak atau sebanyak 70 % dari 40 jumlah responden. Harga indukan Jalak Suren juga ikut mempengaruhi dalam usaha peternakan, karena semakin indukan itu mahal berarti indukan tersebut mempunyai kualitas yang lebih dibandingkan dengan indukan yang harganya lebih murah. Peternak di Desa Jimbung berbeda-beda dalam membeli indukan Jalak Suren. Data hasil survei dari responden peternak Jalak Suren dapat dilihat dari tabel 4.9 dibawah ini. Tabel 4.9 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Harga Indukan Harga Indukan per pasang
Jumlah Responden
Jumlah Indukan per pasang
Total
Rp. 1.400.000,00 Rp. 1.500.000,00 Rp. 1.600.000,00
4 13 23
67 239 371
Rp. 93,800,000,00 Rp. 358,500,000.00 Rp. 593,600,000.00
Total 40 677 Sumber : Data Primer 2011, diolah
Rp. 1.045.900.000,00
Menurut tabel diatas, terlihat responden yang paling banyak menggunakan indukan yang berharga Rp. 1.600.000,00 sebanyak 23 responden, dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 371 pasang Jalak Suren. Indukan yang berharga Rp. 1.500.000,00 sebanyak 13 responden dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 239 pasang Jalak Suren. Indukan yang commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berharga Rp. 1.400.000,00 yaitu sebanyak 4 responden dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 67 pasang Jalak Suren. Kandang yang digunakan oleh para responden disesuaikan dengan modal usaha yang dimiliki oleh para responden karena kemampuan masingmasing responden berbeda-beda sehingga untuk menghemat biaya. Menurut survei
yang dilakukan, para responden dalam membuat kandang
menghabiskan dana yang berbeda-beda. Untuk jelasnya ditunjukkan tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Biaya Kandang Harga per satuan
Jumlah Responden
Jumlah per satuan
Rp. 250.000,00 Rp. 275.000,00 Rp. 300.000,00
22 9 9
366 145 166
Rp. 91.500.000,00 Rp. 39.875.000,00 Rp. 49.800.000,00
Total 40 677 Sumber : Data Primer 2011, diolah
Rp. 181.175.000,00
Total
Data tersebut menunjukkan bahwa kandang yang dibuat dengan biaya Rp. 250.000,00 paling banyak dipakai oleh responden yaitu sebanyak 22 peternak. Sedangkan yang dibuat dengan biaya Rp. 275.000,00 dan Rp. 300.000,00 dipakai oleh responden sebanyak 18 peternak. Menurut data yang diperoleh waktu mengadakan penelitian, peternak responden berbeda-beda dalam menjual hasil ternaknya kepada pembeli (bakul). Hasil yang dijual tersebut berbeda-beda menurut umur anakan atau piyek, sehingga harganya pun juga berbeda. Untuk mengetehuinya dapat dilihat di tabel 4.11 sebagai berikut : commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Jumlah Hasil Produksi Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Umur Anakan Hasil Ternak Anakan Harga Total (Piyek) Ekor Pasang Umur 1 hari Rp 150,000.00 4368 Rp. 655.200.000,00 Rp. 633.600.000,00 Umur 15 hari Rp 400,000.00 1584 Rp. 636.000.000,00 Umur 30 hari Rp 500,000.00 1272 Rp. 1.924.800.000,00 Total Sumber : Data Primer 2011, diolah Data tersebut menunjukkan bahwa hasil penjualan dalam jangka waktu 1 tahun, terbanyak adalah piyek yang berumur 1 hari atau istilahnya pecah telur Rp
sebanyak
4368
ekor
dengan
hasil
penjualan
sebesar
655.200.000,00. Piyek yang berumur 30 hari sebanyak 1272 pasang
piyek dengan hasil penjualan sebesar Rp
636.000.000,00 dan yang paling
sedikit adalah piyek yang berumur 15 hari yaitu sebanyak 1584 pasang piyek dengan hasil penjualan sebesar Rp 633.600.000,00. 2. Analisis Data Empiris Dalam penelitian ini, peternak responden dibagi menjadi 3 macam menurut jumlah ternak yang dipelihara, yaitu sebagai berikut : a. Peternak Jalak Suren dengan skala kecil (Peternak A) b. Peternak Jalak Suren dengan skala menengah (Peternak B) c. Peternak Jalak Suren dengan skala besar (Peternak C) Untuk dapat beroperasi sesuai dengan rencana usahanya, diperlukan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Baya Investasi Biaya investasi yang diperlukan untuk Peternak A adalah sebesar Rp.
335.530.000,00
yaitu
untuk
Indukan
Jalak
Suren
sebesar
Rp. 281.600.000,00 untuk kandang sebesar Rp. 48.400.000,00 dan untuk peralatan sebesar Rp. 5.530.000,00. Biaya investasi yang diperlukan untuk Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yaitu untuk Indukan Jalak Suren
sebesar
Rp.
309.000.000,00
untuk
kandang
sebesar
Rp. 61.800.000,00 dan untuk peralatan sebesar Rp. 6.430.000,00, sedangkan biaya investasi yang diperlukan untuk Peternak C adalah sebesar Rp. 495.850.000,00 yaitu untuk Indukan Jalak Suren sebesar Rp. 413.000.000,00 untuk kandang sebesar Rp. 73.750.000,00 dan untuk peralatan sebesar Rp. 9.100.000,00. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.12 Peternak Berdasarkan Skala Ternak yang dipelihara Jenis Peternak A Peternak B Peternak C Rp. 281.600.000 Rp. 309.000.000 Indukan Rp. 61.800.000 Kandang Rp. 48.400.000 Rp. 6.430.000 Peralatan Rp. 5.530.000 Total Rp. 335.530.000 Rp 377.230.000 Sumber : Data Primer 2011, diolah
Rp. 413.000.000 Rp. 73.750.000 Rp. 9.100.000 Rp. 495.850.000
b) Sumber Dana Sumber dana untuk investasi peternakan direncanakan murni diperoleh dari modal pribadi pemilik peternak Jalak Suren, tidak tergantung pada pinjaman bank. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Asumsi-asumsi Dalam melakukan analisa keuangan proyek ini telah diasumsikan halhal sebagai berikut : 1) Tingkat Bunga Proyek ini tidak menggunakan pinjaman dari bank maka tidak ada beban bunga pinjaman. Tingkat bunga yang digunakan diasumsikan sama dengan tingkat bunga yang dikenakan pada suku bunga bank yaitu sebesar 30 % per tahun. Tingkat bunga tersebut merupakan opportuny of cost capital (OCC), yaitu keuntungan jika modal diinvestasikan pada kemungkinan yang terbaik. 2) Kapasitas Peternakan Jalak Suren Sepasang Indukan Jalak Suren mampu bertelur sebanyak 1-3 butir setiap bulan. Dari hasil analisis data primer dapat diketahui bahwa Jalak Suren yang diternak rata-rata bisa menghasilkan 21 ekor anakan (piyek) per bulannya. 3) Harga Indukan Jalak Suren Harga sepasang Indukan Jalak Suren yang digunakan dalam analisis finansial ini didasarkan pada harga hasil analisis data primer yaitu harga pembelian per pasang. Peternak A menggunakan Indukan dengan harga sebesar Rp 1.600.000,00, untuk Peternak B menggunakan Indukan Peternak
dengan harga sebesar Rp. 1.500.000,00. Sedangkan untuk C
menggunakan
Rp 1.400.000,00.
Indukan
commit to user
dengan
harga
sebesar
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Harga Anakan (Piyek) Jalak Suren Harga anakan (piyek) Jalak Suren yang digunakan dalam analisis finansial ini didasarkan pada harga hasil analisis data primer. Harga piyek umur 1 hari sebesar Rp. 150.000,00/ ekor. Harga piyek umur 15 hari sebesar Rp. 400.000,00/ pasang. Harga piyek umur 30 hari sebesar Rp 500.000,00/ pasang. Peternak A menjual hasil ternaknya sampai berumur 30 hari atau harganya 500.000,00/ pasang. Peternak B menjual hasil ternaknya sampai berumur 15 hari atau harganya Rp. 400.000,00/ pasang, sedangkan Peternak C langsung menjual hasil ternaknya waktu menetas atau umur 1 hari dengan harga Rp. 150.000,00/ekor. d) Pendapatan Peternakan Jalak Suren 1) Penjualan Anakan (Piyek) Penjualan piyek dari hasil peternakan Jalak Suren merupakan pendapatan peternak Jalak Suren yang ada di Desa Jimbung. Pendapatan ini didapat dari perkalian jumlah anakan (piyek) yang dihasilkan selama satu tahun dari seluruh indukan Jalak Suren dikalikan dengan harga jualnya. Diperkirakan nilai penjualan anakan (piyek) akan mengalami penurunan sebesar 5% setiap 1 tahun. 2) Penjualan Ternak Afkir Pendapatan ini merupakan hasil penjualan dari ternak yang sudah tidak produktif lagi untuk dipelihara.yaitu sesudah Jalak Suren berumur commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
± 5 tahun. Nilai penjualan ternak afkir adalah Rp. 600.000,00 per pasang. e) Biaya-biaya yang Diperlukan 1) Biaya Pakan Biaya pakan ini meliputi biaya untuk pembelian pakan yang berupa voor (BR-1), jangkrik dan cacing. Biaya pembelian pakan ini dihitung dengan mengalikan jumlah ternak keseluruhan dengan kebutuhan tiap pasang Jalak Suren per tahun dan biaya tersebut akan mengalami kenaikan sebesar 5% setiap tahun. Peternak A dalam jangka waktu 1 tahun menghabiskan pakan seharga Rp. 95.040.000,00. Peternak B menghabiskan pakan seharga Rp. 111.240.000,00. Sedangkan Peternak C menghabiskan pakan seharga Rp. 159.300.000,00. 2) Biaya Energi Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan energi peternakan yaitu biaya listrik. Biaya listrik digunakan untuk kelangsungan peternakan Jalak Suren. Listrik digunakan sebagai lampu penerangan peternakan Jalak Suren. Peternak A menghabiskan sekitar Rp. 176.000,00/bulan atau Rp.
2.112.000,00/tahun.
Peternak
B
menghabiskan
sekitar
Rp. 206.000,00/bulan atau Rp. 2.472.000,00/tahun dan peternak C menghabiskan
sekitar
Rp.
commit to user
295.000,00/bulan
atau
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rp. 3.540.000,00/tahun. Biaya energi tersebut diasumsikan akan mengalami kenaikan sebesar 5% setiap 1 tahun. 3) Biaya Ternak Pengganti Biaya ternak pengganti adalah biaya yang diperlukan untuk penggantian ternak yang sudah tidak produktif lagi atau afkir sesudah Jalak Suren berumur ± 5 tahun, sehingga diperlukan pengganti. Dalam Peternakan ini diasumsikan setelah jangka waktu 5 tahun Peternak membeli Indukan Jalak Suren lagi. 4) Biaya Pajak Biaya pajak adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak penghasilan perusahaan dengan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU Perpajakan, dengan ketentuan tariff Pajak Penghasilan sebagai berikut : a) 5% x keuntungan sampai dengan Rp. 50.000.000,00 b) 15% x keuntungan antara Rp. 50.000.000,00 sampai dengan keuntungan Rp 100.000.000,00 c) 30% x keuntungan diatas Rp. 100.000.000,00 f. Depresiasi (Penyusutan) a) Kandang Besarnya investasi awal bangunan kandang Peternak A adalah sebesar Rp. 48.400.000,00. Investasi bangunan kandang Peternak B adalah sebesar Rp. 61.800.000,00, sedangkan untuk investasi peternak C sebesar Rp. 73.750.000,00. Diperkirakan commit to user
bangunan kandang
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai umur ekonomis 10 tahun. Perhitungan penyusutan kandang menggunakan metode garis lurus, dengan nilai sisa sebesar 25% dari investasi awal atau untuk Peternak A adalah Rp. 12.100.000,00 dengan besarnya penyusutan sebesar Rp. 3.630.000,00/ tahun. Peternak B adalah Rp. 15.450.000,00 dengan besarnya penyusutan sebesar Rp. 4.635.000,00/ tahun. Peternak C adalah Rp. 18.437.500,00 dengan besarnya penyusutan sebesar Rp. 5.531.250,00/ tahun. b) Peralatan Besarnya investasi awal untuk peralatan adalah sebagai berikut : Peternak A adalah Rp. 5.530.000,00 dengan nilai sisa sebesar 20 % atau Rp. 1.106.000,00 dan mempunyai umur ekonomis 10 tahun. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Besarnya penyusutan peternak A adalah Rp. 442.400,00/tahun. Peralatan Peternak B adalah Rp. 6.430.000,00 dengan nilai sisa sebesar 20 % atau Rp. 1.286.000,00. Besarnya penyusutan peternak B setiap tahun adalah Rp. 514.400,00/ tahun dan untuk peternak C adalah Rp. 9.100.000,00 dengan nilai sisa sebesar 20% atau Rp. 1.820.000,00. Besarnya penyusutan peternak C adalah Rp. 728.000,00/ tahun.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g. Total Anggaran Proyek Secara ringkas dapat digambarkan perhitungan total anggaran proyek yang diperlukan untuk peternakan Jalak Suren, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.13 Total Anggaran Proyek 40 Peternakan Responden Jalak Suren Di Desa Jimbung Jenis
Satuan
Jumlah
Total
A. INVESTASI 1. Indukan Jalak Suren a) Harga Rp. 1.400.000,00
Pasang
67
Rp
93,800,000.00
b) Harga Rp. 1.500.000,00
Pasang
239
Rp
358,500,000.00
c) Harga Rp. 1.600.000,00
Pasang
371
Rp
593,600,000.00
a) Biaya Rp. 250.000,00
Unit
366
Rp
91,500,000.00
b) Biaya Rp. 275.000,00
Unit
145
Rp
39,875,000.00
c) Biaya Rp. 300.000,00
Unit
166
Rp
49,800,000.00
21.060.000
Rp
21.060.000.00
2. Bangunan Kandang
3. Peralatan
Rp. Total
Rp 1,248,135,000.00
B. BIAYA TETAP 1. Biaya Energi a) Listrik
Rp.
8.124.000
Total
Rp
8.124.000.00
Rp
8.124.000.00
Rp
365,580,000.00
Rp
365,580,000.00
C. BIAYA OPERASIONAL 1. Pakan
Rp.
365.580.000
Total D. PENDAPATAN 1. Penjualan anakan (Piyek) a) Umur 1 hari (Rp. 150.000)
Ekor
4368
Rp
655,200,000.00
b) Umur 15 hari (Rp. 400.000)
Pasang
1584
Rp
633,600,000.00
c) Umur 30 hari (Rp. 500.000)
Pasang
1272
Rp
636,000,000.00
Total
Rp 1,924,800,000.00
Sumber : Data Primer 2011, diolah
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Total anggaran proyek yang diperlukan untuk Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat diketahui dengan melihat tabel masing-masing : 4.14 untuk Peternak A, 4.15 untuk Peternak B dan 4.16 untuk Peternak C. Tabel 4.14 Total Anggaran Peternakan A Dalam Berternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Jenis
Satuan
Jumlah
Harga/satuan
Total
A. INVESTASI 1.Indukan Jalak Suren
Rp.
176
1.600.000
281.600.000
2. Bangunan Kandang
Rp.
176
275.000
48.400.000
3. Peralatan
Rp.
5.530.000
5.530.000
Total
335.530.000
B. BIAYA TETAP 1. Biaya Energi a) Listrik
Rp.
2.112.000
2.112.000
Total
2.112.000
C. BIAYA OPERASIONAL 1. Pakan
Rp.
95.040.000
95.040.000
Total
95.040.000
D. PENDAPATAN 1.Penjualan anakan
Pasang
1.272
Total
500.000
636.000.000 636.000.000
Sumber : Data Primer 2011, diolah
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.15 Total Anggaran Peternakan B Dalam Berternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Jenis
Satuan
Jumlah
Harga/satuan
Total
A. INVESTASI 1.Indukan Jalak Suren
Rp.
206
2. Bangunan Kandang
Rp.
206
3. Peralatan
Rp.
6.430.000
1.500.000 309.000.000 300.000
61.800.000 6.430.000
Total
377.230.000
B. BIAYA TETAP 1. Biaya Energi a) Listrik
Rp.
2.472.000
2.472.000
Total
2.472.000
C. BIAYA OPERASIONAL 1. Pakan
Rp.
111.240.000
111.240.000
Total
111.240.000
D. PENDAPATAN 1.Penjualan anakan
Pasang
1.584
400.000
Total
633.600.000 633.600.000
Sumber : Data Primer 2011, diolah Tabel 4.16 Total Anggaran Peternakan C Dalam Berternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Jenis
Satuan
Jumlah
Harga/satuan
Total
A. INVESTASI 1.Indukan Jalak Suren
Rp.
295
1.400.000
413.000.000
2. Bangunan Kandang
Rp.
295
250.000
73.750.000
3. Peralatan
Rp.
9.100.000
9.100.000
Total
495.850.000
B. BIAYA TETAP 1. Biaya Energi a) Listrik
Rp.
3.540.000
3.540.000
Total
3540000
C. BIAYA OPERASIONAL 1. Pakan
Rp.
159.300.000
159.300.000
Total
159.300.000
D. PENDAPATAN 1.Penjualan anakan
Ekor
4.368
commit to user Sumber : Data Primer 2011, diolah Total
150.000
655.200.000 655.200.000
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
h. Analisis Kelayakan Investasi Beberapa macam analisis pokok dalam proyeksi keuangan dapat dijadikan alat menilai kelayakan suatu investasi proyek yang akan dilaksanakan. Hasil analisis terhadap perhitungan keuangan proyek peternakan menunjukkan sebagai berikut : 1) Net Present Value Berdasarkan asumsi-asumsi yang dipakai dalam analisis ini, maka proyek menghasilkan Net Present Value (NPV) positif, hal ini berarti proyek layak untuk dilaksanakan. Perincian lengkap perhitungan NPV ini dapat dilihat dalam cash flow pada bagian lampiran. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a) Bila NPV > 0, maka suatu proyek dinyatakan bermanfaat (feasible). b) Bila NPV < 0, maka suatu proyek tidak dapat menghasilkan sebanyak biaya yang telah dikeluarkan. Dalam cash flow tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah total PV (Present Value) dari net cash flow dengan discount factor 30% untuk peternak A adalah Rp. 602.039.558,00. Jadi besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-335.530.000) + 602.039.558 = 266.509.558. Nilai NPV Peternak A adalah 266.509.558 sehingga proyek peternakan Jalak Suren dinyatakan layak untuk diteruskan. Total PV untuk Peternak B adalah Rp. 552.371.937,00. Besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-377.230.000) + 552.371.937 = 175.141.937. Nilai NPV Peternak B adalah 175.141.937 sehingga proyek peternakan Jalak commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suren dinyatakan layak untuk diteruskan. Total PV untuk Peternak C adalah Rp. 544.380.484,00. Besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-495.850.000) + 544.380.484 = 48.530.484. Nilai NPV Peternak C adalah 48.530.484 sehingga proyek peternakan Jalak Suren dinyatakan layak untuk diteruskan 2) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari proses yang akan diterima di masa mendatang (present value of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang pengeluaran modal ( present value of capital outlay). Kriteria pengambilan keputusan dalam IRR adalah apabila nilai IRR > tingkat bunga umum, maka proyek dianggap feasible. Sedangkan apabila nilai IRR < tingkat bunga umum maka proyek dinyatakan tidak menguntungkan atau tidak feasible. Dengan demikian IRR dapat dianggap baik apabila lebih besar dari tingkat bunga yang digunakan dalam investasi proyek peternakan Jalak Suren yaitu sebesar 30%. Besarnya IRR untuk Peternak A adalah sebesar 56,6%. Dengan perhitungan sebagai berikut : é ù 168314294 IRR = 39 + ê ú x (40-39) ë (168314294 -158758143)û
= 56,6% Jumlah Rp. 168.314.294 merupakan nilai NPV dengan discount commit to user factor 39%, sedangkan Rp. 158.758.143 merupakan nilai NPV dengan
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
discount factor 40%. Dengan pendekatan tersebut maka rencana investasi diasumsikan layak untuk dilanjutkan. Besarnya IRR untuk Peternak B adalah sebesar 49,3%. Dengan perhitungan sebagai berikut : é ù 88318510 IRR = 39 + ê ú x (40-39) ë (88318510 - 79735219) û
= 49,3% Jumlah Rp. 88.318.510 merupakan nilai NPV dengan discount factor 39%, sedangkan Rp. 79.735.219 merupakan nilai NPV dengan discount factor 40%. Dengan pendekatan tersebut maka rencana investasi diasumsikan layak untuk dilanjutkan. Besarnya IRR untuk Peternak C adalah sebesar 34,1%. Dengan perhitungan sebagai berikut : é ù - 44347556 IRR = 39 + ê ú x (40-39) ë (- 44347556 - -53364905) û
= 34,1% Jumlah Rp. -44.347.556 merupakan nilai NPV dengan discount factor 394%, sedangkan Rp. -53.364.905 merupakan nilai NPV dengan discount factor 40%. Dengan pendekatan tersebut maka rencana investasi diasumsikan layak untuk dilanjutkan. 3) Analisis Benefit Cost Ratio Adalah cara yang paling praktis untuk menentukan daya tarik suatu proyek dimana investasi dilakukan sekarang dan return diharapkan
commit to userakan datang. B/C Ratio adalah terjadi dimasa yang
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbandingan jumlah nilai sekarang (present value) arus benefit dan jumlah nilai sekarang arus biaya yang didasarkan atas opportunity cost of capital (OCC). Kriteria pengambilan keputusan dalam benefit cost ratio adalah sebagai berikut : a) Bila B/C Ratio > 1, Proyek dinyatakan layak (feasible) b) Bila B/C Ratio < 1, Proyek dinyatakan tidak layak B/C Ratio (Peternak A) =
602.039.558 335.530.000
= 1,79 B/C Ratio (Peternak B) =
552.371.937 377.230.000
= 1,46 B/C Ratio (Peternak C) =
544.380.484 495.850.000
= 1,10 Dari perhitungan diatas didapat nilai B/C Ratio Peternak A sebesar 1,79, B/C Ratio Peternak B sebesar 1,46 dan B/C Ratio Peternak C sebesar 1,10 sehingga proyek peternakan Jalak Suren dinyatakan layak untuk dikerjakan. 4) Pay Back Periode Pay Back Periode digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu untuk mengembalikan modal yang ditanam kedalam investasi, untuk itu dihitung dengan cara sebagai berikut : Investasi awal Peternak A : Rp. 335.530.000,00 Net Cash Flow tahun ke-1 Rp. 257.355.320,00 commit to :user Rp. 78.174.680,00
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aliran kas yang belum lunas setelah akhir tahun ke-1 adalah Rp.
78.174.680,00, sedangkan aliran kas tahun operasi ke-2 adalah
Rp. 238.446.920,00. Ini berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp. 78.174.680,00 adalah dalam tahun operasi ke-2, yaitu sebagai berikut : Rp. 78.174.680,00 x 12 bulan = 3,9 bulan Rp. 238.446.920,00
Besarnya Pay Back Periode adalah 1 tahun 3,9 bulan. Jadi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Peternak A adalah 1 tahun 3,9 bulan. Investasi awal Peternak B
: Rp. 377.230.000,00
Net Cash Flow tahun ke-1
: Rp. 244.910.420,00 Rp. 132.318.580,00
Aliran kas yang belum lunas setelah akhir tahun ke-1 adalah Rp. 132.318.580,00, sedangkan aliran kas tahun operasi ke-2 adalah Rp. 225.493.820,00. Berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp. 132.318.580,00 adalah dalam tahun operasi ke-2, yaitu sebagai berikut : Rp. 132.318.580,00 x 12 bulan = 7 bulan Rp. 225.493.820,00
Besarnya Pay Back Periode adalah 1 tahun 7 bulan. Jadi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Peternak B adalah 1 tahun 7 bulan. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Investasi awal Peternak C
: Rp. 495.850.000,00
Net Cash Flow tahun ke-1
: Rp. 221.437.775,00
Net Cash Flow tahun ke-2
: Rp. 212.786.615,00 Rp. 61.625.610,00
Aliran kas yang belum lunas setelah akhir tahun ke-2 adalah Rp.
61.625.610,00, sedangkan aliran kas tahun operasi ke-3 adalah
Rp. 204.219.270,00. Berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp. 61.625.610,00 adalah dalam tahun operasi ke-3, yaitu sebagai berikut : Rp. 61.625.610,00 x 12 bulan = 3,6 bulan Rp. 204.219.270,00
Besarnya Pay Back Periode adalah 2 tahun 3,6 bulan. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Peternak C adalah 2 tahun 3,6 bulan. 5) Analisis Sensitifitas Hasil analisis sensitifitas Peternakan Jalak Suren dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.17 Hasil Analisis Sensitifitas Peternak A Dalam Beternak Jalak Suren di Desa Jimbung Perubahan Tetap Benefit Turun 20% Benefit Turun 30% Cost Naik 60% Cost Naik 80%
NPV 266.509.558 87.909.105 -3.289.693 62.522.985 -5.877.639
IRR 56,6 42,7 17,6 41,8 29,98
B/C R 1,79 1,26 0,99 1,19 0,98
Sumber : Data Primer 2011, diolah
commit to user
PBP 1 tahun 3,9 bulan 1 tahun 9,4 bulan 2 tahun 1,9 bulan 1 tahun 7,3 bulan 1 tahun 8,8 bulan
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.18 Hasil Analisis Sensitifitas Peternak B Dalam Beternak Jalak Suren di Desa Jimbung Perubahan Tetap Benefit Turun 15% Benefit Turun 20% Cost Naik 65% Cost Naik 75%
NPV 175.141.937 39.292.848 -5.228.679 30.463.513 -20.123.576
IRR B/C R 49,3 1,46 35,6 1,10 28,5 0,99 37,7 1,08 27,1 0,95
PBP 1 tahun 7 bulan 1 tahun 11,8 bulan 2 tahun 2,2 bulan 1 tahun 6,5 bulan 1 tahun 7,5 bulan
Sumber : Data Primer 2011, diolah Tabel 4.19 Hasil Analisis Sensitifitas Peternak C Dalam Beternak Jalak Suren di Desa Jimbung Perubahan Tetap Benefit Turun 3% Benefit Turun 10% Cost Naik 5% Cost Naik 10%
NPV 48.530.484 13.069.102 -58.283.554 17.626.822 -8.395.167
IRR 34,1 30,4 20,7 31,0 27,9
B/C R 1,10 1,03 0,88 1,04 0,98
PBP 2 tahun 3,6 bulan 2 tahun 5 bulan 2 tahun 8,7 bulan 1 tahun 4,4 bulan 2 tahun 5,3 bulan
Sumber : Data Primer 2011, diolah Berdasarkan analisis sensitifitas seperti pada tabel 4.17 diatas terlihat bahwa peternakan Jalak Suren oleh Peternak A
sensitif
terhadap perubahan pendapatan dan biaya. Pada saat pendapatan turun 20% peternakan masih layak untuk dilaksanakan, akan tetapi bila pendapatan turun 30% feasibilitas peternakan tersebut sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi karena nilai NPV, IRR dan B/C Ratio peternakan menunjukkan tidak layak untuk dilaksanakan, apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 60% feasibilitas peternakan masih bisa dipertanggungjawabkan sehingga peternakan masih layak untuk dilaksanakan. Akan tetapi pada kenaikan biaya sebesar 80% feasibilitas peternakan sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan dan peternakan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tabel 4.18 menunjukkan peternakan Jalak Suren oleh Peternak B commit to user sensitif terhadap perubahan pendapatan dan biaya. Pada saat
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapatan turun 15% peternakan masih layak untuk dilaksanakan, akan tetapi bila pendapatan turun 20% feasibilitas peternakan tersebut sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi karena nilai NPV, IRR dan
B/C
Ratio
peternakan
menunjukkan
tidak
layak
untuk
dilaksanakan, apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 65% feasibilitas peternakan masih bisa dipertanggungjawabkan sehingga peternakan masih layak intuk dilaksanakan. Akan tetapi pada kenaikan biaya sebesar
75%
feasibilitas
peternakan
sudah
tidak
bisa
dipertanggungjawabkan dan peternakan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tabel 4.19 menunjukkan usaha peternakan Jalak Suren oleh Peternak C, hasil peternakan tersebut menunjukkan pada saat pendapatan turun 3% peternakan masih layak untuk dilaksanakan, akan tetapi bila pendapatan turun 10% feasibilitas peternakan tersebut sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi karena nilai NPV, IRR dan B/C Ratio peternakan menunjukkan tidak layak untuk dilaksanakan, apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 5% feasibilitas peternakan masih bisa dipertanggungjawabkan, akan tetapi pada kenaikan biaya sebesar 10% feasibilitas peternakan sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan dan peternakan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan atau diusahakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Bedasarkan uraian pada Bab IV Analisis dan Pembahasan dapat diperoleh sebagai berikut : 1. Secara finansial investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dinilai layak dan menguntungkan. a. Peternak A menghasilkan NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1). b. Peternak B menghasilkan nilai NPV sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,46 (B/C Ratio>1). c. Peternak C menghasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10 (B/C Ratio>1). 2. a. Pay Back Periode peternak A yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi adalah 1 tahun 3,9 bulan, lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun. b. Pay Back Periode peternak B yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi adalah 1 tahun 7 bulan, lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun. c. Pay Back Periode peternak C yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi adalah 2 tahun 3,6 bulan, lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun.
commit to user
68
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukkan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Peternak Jalak Suren diharapkan dapat mengetahui faktor mana yang dapat mengakibatkan usaha peternakan Jalak Suren tersebut layak diusahakan dan menguntungkan, sehingga peternak dapat menambah jumlah ternaknya supaya tidak rugi. 2. Perhatian dari Pemda atau Dinas Peternakan setempat baik dalam bentuk penyuluhan, bimbingan, memberikan akses bagi calon investor dan memberikan kredit yang dapat mendukung usaha tersebut supaya ada perbaikan kualitas, sehingga produksi dapat dikendalikan agar tetap menguntungkan. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan tentang maanfaat yang tidak langsung yang dapat mendukung konservasi Jalak suren.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri. 1998. Ekonomi Mikro. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Agustiyani, Fitri. 2004 Analisis Finansial Budidaya Pembenihan Udang Windu (Benur) (studi kasus di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wearijaksa, Kabupaten Pati). Skripsi Mahasisiwa Fakultas Ekonomi UNS. Tidak dipublikasikan. Aisyah, Siti. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Ardyan, Devi Setya. 2003. Analisis Finansial Usaha Ternak Ikan Lele Di Kampung Lele, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Skripsi Mahasisiwa Fakultas Ekonomi UNS. Tidak dipublikasikan. Badan Pusat Statistik. 2010. Klaten Dalam Angka 2010. BPS: Kabupaten Klaten. . 2010. Kecamatan Kalikotes Dalam Angka 2010. BPS: Kabupaten Klaten. Boediono. 1996. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE UGM. Clive Gray, et al. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Husnan, Suad. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Kadariyah. 1989. Evaluasi Proyek. Jakarta: LPFE-UI. Kadarsan H.H. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Jakarta: PT. Gramedia. Karso, Sri Panudju. 1996. Penangkaran Burung Jalak Uren. Yogyakarta: Kanisius. Kelurahan Jimbung. 2009. Buku Data Monografi. Kelurahan Jimbung: Kelurahan Jimbung. Kumalasari, Dyah. 2005. Analisis Produksi dan Keuntungan Usaha Tambak Bandeng di Kabupaten Cilacap. Skripsi Mahasisiwa Fakultas Ekonomi UNS. Tidak dipublikasikan. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. Jakarta : LP3ES. Nugroho, Heri. 2001. Analisis Keuntungan commit to Usaha user Budidaya Lebah Madu. Skripsi Mahasisiwa Fakultas Ekonomi UNS. Tidak dipublikasikan. 70