ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN DALAM MENGATASI PASIEN STROKE SAAT MERUJUK KE RSUD JOMBANG Didik Saudin, Achdiat Agoes, Ika Setyo Rini Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK Pendahuluan: Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak ditandai adanya gangguan aliran darah karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak. Keberhasilan penanganan stroke sangat tergantung dari kecepatan, kecermatan dan ketepatan terhadap penanganan awal atau waktu emas dalam penanganan stroke adalah ± 3 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang memepengaruhi keterlambatan dalam penanganan rujukan pasien stroke ke RSUD Jombang. Metode : Penelitian ini menggunakan methode Survey Cross Sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko atau efek melalui observasi. Responden berjumlah 60 orang yang didapatkan dengan metode rule of thumb. Hasil dan Analisa : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi keterlambatan pasien stroke saat merujuk ke RSUD Jombang diantaranya jarak rujukan didapatkan signifikasi p value 0.021 dan pendampingan rujukan didapatkan p value 0.026. Berdasarkan uji regresi logistik disimpulkan bahwa ke 2 faktor mempunyai korelasi yang sama dengan keterlambatan pasien stroke dengan OR jarak rujukan sebesar 2.42 dan OR Pendampingan sebesar 2.27 serta diperkirakan keterlambatan pasien stroke sebesar 23.4%. Diskusi dan kesimpulan: Diantara variabel independen 6 faktor yang berpengaruh terhadap variabel dependen hanya ada dua variabel yang memiliki korelasi yaitu jarak rujukan dan pendampingan petugas saat melakukan rujukan ke RSUD Jombang. Kedua fakor memiliki kekuatan dan pengaruh yang sama saat melakukan rujukan pada kasus stroke ke RSUD Jombang. Kata Kunci: Stroke, Keterlambatan, Rujukan, Faktor yang mempengaruhi ABSTRACT
Background: Stroke is a brain attack which occur suddenly marked by the interruption of blood flow due to blockage or rupture of blood vessels of the brain. The success of stroke treatment is highly dependent on the speed, accuracy and precision of the handling of the initial or the golden time in the treatment of stroke is ± 3 hours. This study aims to determine some of the factors that affect delays in the handling of a stroke patient referrals to hospitals Jombang. Method: This study uses a method Cross Sectional Survey is a research study to study the dynamics of the correlation between risk factors or the effects through observation. Respondents were 60 people who obtained the rule of thumb method. Result and Anlisys : The results of this study indicate that there is a correlation delay time stroke patients referred to hospitals Jombang include a reference distance obtained significance p value of 0.021 and referral assistance obtained p value 0.026. Based on logistic regression test concluded that to two factors have the same correlation with the delay of stroke patients with a referral by the distance OR OR 2:42 and 2:27 as well as the assistance of an estimated delay of 23.4% of stroke patients. Discussion and summary: Among the independent variables six factors that only two variables affect the dependent variable they are referral time and advocacy officer when making referrals to Jombang General Hospital. Both factor have the same power and influence when making reference to the Stroke case at Jombang General Hospital. Keywords : Stroke, Delay, Referral, Factors affecting
1
2 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12 Peneliti PENDAHULUAN Stroke merupakan serangan
otak
mendadak
yang
dengan
salah
timbul ditandai
satu secara
adanya
gangguan aliran darah karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah dalam otak yang menyebabkan sel–sel otak kekurangan darah beserta zat-zat yang dibawa oleh darah seperti oksigen dan makanan yang dapat mengakibatkan kematian pada sel–sel tersebut dalam waktu
singkat
(Agoes,
2012).
Keberhasilan penanganan stroke sangat tergantung dari kecepatan, kecermatan dan ketepatan terhadap penanganan awal
Handayani (2014) menjelaskan dalam penelitianya
dalam penanganan stroke adalah ± 3 jam, dalam 3 jam
awal
setelah
mendapatkan serangan stroke, pasien harus segera mendapatkan terapi secara komprehensif dan optimal dari tim gawat darurat rumah sakit untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal (Morton. 2012). Kasus paling sering di Indonesia keterlambatan penanganan pasien ke rumah sakit sejak awal serangan stroke terjadi, sehingga beberapa penelitian yang alasan
keterlambatan
pasien stroke yang datang ke rumah sakit masih sangat sedikit (Wirawan & Putra, 2013).
keberhasilan
penanganan
kondisi pre-rumah sakit pada keluarga pasien dengan stroke sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga dalam mendeteksi serangan stroke, keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko terjadinya stroke, lokasi kejadian yang jauh
dari
pelayanan
pendampingan sistem
teman
support,
kesehatan,
hidup
sebagai
riwayat
stroke
sebelumnya, penyakit penyerta stroke yang
berhubungan
dengan
tingkat
keparahan stroke, dan faktor ekonomi
Beberapa
Waktu emas (golden window)
mengidentifikasi
menurut
dalam pembiayaan perawatan.
(Kemenkes, 2014).
artinya
sebelumnya
faktor
keterlambatan
menekankan komponen dari perawatan pasien berpusat pengambilan keputusan keluarga
pada
koordinasi, keluarga
saat
penanganan,
komunikasi, pasien
serta
dukungan
pemberdayaan
fasilitas kesehatan (Charles, 2013). Faktor demografik dan sosial budaya sangat memengaruhi
alasan
keterlambatan
seorang pasien stroke datang ke rumah sakit (Rizaldi, 2012). Faktor lain dalam keterlambatan stroke
pelayanan
adalah
penanganan
pengalaman
dan
kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan awal stroke. Oleh karena itu faktor pengalaman, kemampuan, fasilitas kesehatan, memberikan
sistem
rujukan
pelayanan
awal
dalam stroke,
Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 3
merupakan
satu
faktor
dalam
penanganan
stroke
mempengaruhi
salah
keterlambatan
tranportasi
ambulan
dapat
keterlambatan
dalam
mengatasi pasien stroke saat merujuk ke
(Traynelis, 2012). Pelayanan IGD merupakan ujung
RSUD Jombang.
tombak rumah sakit yang memberikan layanan pertama bersifat gawat darurat
METODE Penelitian
pada pasien dengan kreteria ancaman
ini
menggunakan
rancangan
Survey
2014). Penanganan tahap pra rumah sakit
merupakan
suatu
di
lemah,
mempelajari dinamika korelasi antara
walaupun telah berkembang pelayanan
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
IGD PKM akan tetapi aplikasi secara
cara
nyata permasalahan yang dihadapi oleh
pengumpulan data sekaligus pada suatu
perawat
hanya
saat (point tima approach). Pengambilan
sementara.
data dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Setelah itu dilakukan tindakan sementara
Juni 2016. Besar sampel pada penelitian
maka
adalah
ini berdasar pengukuran untuk analisis
transport rujuk ke rumah sakit yang lebih
univariat, bivariat dan multivariat, yaitu
lengkap fasilitasnya (Kusumaningrum,
dengan rule of thum, dengan besar
2013). Penanganan yang baik dan rujukan
sampelnya minimal adalah 60 responden.
kematian
dan
Indonesia
kecacatan
masih
IGD
penanganan
mampu
sangat
Puskesmas
yang
tindakan
(Kemenkes,
besifat
selanjutnya
data
obsevasi
yang
atau
digunakan
dalam
penanganan yang benar pada jam-jam
analisisi bivariat menggunakan uji Chi
pertama, angka kematian dan kecacatan
Square kemudian menentukan beberapa
stroke paling tidak
variabel yang memiliki hubungan secara
sebesar 30% (Wirawan & Putra, 2013).
ini
untuk
dari penanganan pra rumah sakit. Dengan
akan berkurang
penelitian
Sectional
penelitian
pendekatan,
Analisa
menempatkan sebagai bagian
Cross
menggunakan
signifikasi dengan p value <0.05. Setelah
Berdasarkan uraian diatas, maka
menetukan variabel yang berhubungan
peneliti ingin mengetahui bagaimana
dengan variabel dependen maka dapat
hubungan analisis faktor terutama pada
dilakukan uji multivariat dengan regresi
pelayanan awal seperti kebijakan rujukan,
logistik.
pendampingan petugas saat merujuk,
HASIL
pengalaman
perawat
merujuk,
Dari
hasil
pendidikan, demografi atau jarak rujukan,
didapatkan
dukungan
sebagai berikut:
peralatan
dan
obat-obatan
penelitian
karakteristik
ini
responden
4 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12 Tabel 1 : Jumlah institusi
Institusi perujuk
yang
(91.7%), bidan 3 (5%) dan dokter 2
merujuk ke RSUD Jombang
(3.3%).
diagnosa stroke
Tabel 3: Karakteristik variabel
Klinik PKM RS Swasta Total
jumlah 17 36 6 60
Percent 28.3 61.7 10.0 100.0
95.0% S.E Wal d B Jarak ke
Sumber kuisioner, 2016 Dari
hasil
RSUD
tabel
1
jumlah
responden dengan institusi yang paling banyak merujuk ke RSUD Jombang
36 (61.7%), kemudian klinik swasta sebanyak 17 (28.3%) dan yang terakir
1.41 8
Pendampin g rujukan
adalah PKM yang memiliki fasilitas layanan unit gawat darurat dengan jumlah
-
1.48 4
Constant
.
d
.61 5.29 6
1
.66 4.92 9
6
1.26 .40 9.64 9
9
6
Exp C.I.for
f Sig (B) EXP(B)
1
1
1
.02 1
.02 6
.242
.227
.07 2 .811
.06 1
.00 3.55 2
9
dari RS swasta sebanyak 6 (10%). Sumber kuisioner, 2016 Tabel
2
:
Jumlah
profesi
mendampingi
yang
rujukan
Dilihat dari tabel 3 diketahui bahwa variabel dependen adalah waktu tanggap/lama rujukan cepat dengan waktu
pasien stroke
< 3 jam 24 (40%) dan > 3 jam 36 (60%) jumlah Percent Profesi Pendamping
berpengaruh terhadap variabel kebijakan
Bidan
3
5.0
rujukan, jarak ke RSUD, Pendampingan
Dokter
2
3.3
rujukan, pendidikan perujuk, pelatihan
Perawat
55
91.7
dan jenis ambulan.
Total
60
100.0
Rujuk
Sumber kuisioner, 2016 Dilihat dari tabel 2 jumlah yang paling banyak profesi yang mendampingi saat merujuk pasien stroke ke RSUD Jombang adalah perawat sebanyak 55
.841
Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 5
Tabel 4: Hasil analisis bivariat
Tabel 5: Hasil Analisis Multivariat
Variabel
Variabel
Uji
Hasi P
Independ
dependen
analisis
Value
Regresi logistik Variabel
Klasifikasi
Jumlah
Percentase
(n:60)
(%)
24
40
36
60
19
31.7
41
68.3
19
31.7
41
68.3
Baik
15
25
Kurang
45
75
SPK
1
1.7
Diploma 3
40
66.7
Ners
19
31.7
Pernah
36
60
Belum
24
40
5
8.3
Lengkap
3
5.0
Kurang
47
78.3
5
8.3
en
Kebijakan Rujukan Jarak
Lama
Chi-
rujukan
Square
Lama
Chi-
rujukan
Square
Lama
Chi-
rujukan
Square
Lama
Chi-
rujukan
Square
Lama
Chi-
rujukan
Square
Lama
Chi-
rujukan
Square
ke
RSUD Pendampin gan Pendidikan
Pelatihan
Kelengkap an
0.054
0.013
Lama
Cepat < 3
rujukan
jam Lambat > 3 jam
0.015
Kebijakan Baik 0.214
Rujukan Kurang Baik
0.389 Jarak 0.631
ke Dekat < 7
RSUD
Jauh > 7 km
Ambulan Pendampi
Hasil: Analisis Bivariat Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
ngan
masing-masing signifikasi (P Value) dari hasil
bivariat.
km
Selanjutnya
Baik
dilakukan
analisis regresi logistik, oleh karena itu yang memenuhi syarat uji regresi logistik
Pendidika n
dengan p value < 0.05 adalah Jarak rujukan ke RSUD Jombang dengan P value 0.013 dan pendampingan saat
Pelatihan
rujukan ke RSUD Jombang dengan p
Pernah
value 0.015.
(apdate) Jenis
Sangat
Ambulan
Lengkap
Lengkap Tidak Lengkap
6 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12 signifikasi jika nilai p value kurang dari
Hasil: Analisis Resgresi Logistik Berdasarkan analisis pada tabel 5
0.05. Dalam hal ini tidak ada hubungan
pada regresi logistik didapatkan hasil
antara kebijakan rujukan dengan waktu
bahwa variabel yang berhubungan dengan
tanggap.
lama rujukan keterlambatan pasien stroke
peneliti dapat dipastikan bahwa semua
adalah jarak rujukan ke RSUD dengan
kasus stroke yang ada dillayanan RS
nilai p sebesar 0.021 dengan nilai OR
swasta di sekitar Jombang dan khususnya
0.242 maka interval kepercayaan 95%
PKM akan memberikan layanan rujukan
antara 0.072 sampai 0.81. Kemudian
ke
diikuti dengan variabel pendampingan
selanjutnya
oleh
peneliti
saat rujukan sebesar nilai p 0.026 dengan
keputusan
perawat
dalam
nilai OR 0.227 maka interval kepercayaan
informasi kepada pasien dan keluarga
95% antara 0.06 sampai 0.84.
untuk segera dilakukan rujukan ke RSUD
Berdasarkan
RSUD
pengamatan
Jombang.
Pengamatan adalah memberi
Semakin jauh jarak rujukan ke
Jombang guna mempercepat tindakan
RSUD jombang pada pasien stroke
selanjutnya, beberapa responden yang
dengan jarak >7 km tanpa kemacetan
merujuk ketika timbang terima pasien
akan mengalami keterlambatan sebesar 2
secara administrasi membawa dokumen
kali dibanding jarak kurang dari 7 km.
yang dilengkapi dengan surat rujukan,
Dengan tingkat kepercayaan 95% antara
meskipun ada beberapa perawat yang
0.072 sampai 0.81. Sedangkan pada
menandatangani surat rujukan tersebut
pendampingan yang kurang baik akan
tanpa ada kolaborasi/advis oleh dokter
mengalami keterlambatan sebesar 2 kali
yang berwenang di wilayah puskesmas
dibanding
layanan IGD.
pendampingan
Kemudian diperoleh juga
yang
baik.
Keputusan rujukan dan kecepatan
kepercayaan
95% antara 0.06 sampai 0.84
dalam pelaksanaan melakukan tindakan rujukan
Faktor
membantu
dalam
meminimalkan mortalitas dan kecacatan
PEMBAHASAN Hubungan
sangat
Melaksanakan
(Abdullah et al. 2015). Upaya dari
Kebijakan Rujukan Dengan Lama
masyarakat
Rujukan/Waktu Tanggap
adanya
Hasil analisis antara kebijakan
secara ambulan
mempercepat
upaya
secara
langsung
dengan
desa
mampu
dalam
mencari
rujukan dengan lama rujukan ke RSUD
layanan
langsung ke
Jombang didapatkan nilai p value 0.054
jombang, ada beberapa responden yang
dimana uji Chi Square dikatakan nilai
masih
mengeluhkan
tentang
RSUD
upaya
Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 7
rujukan dikarenakan pembiayaan melalui
dilakukan dengan pendampingan oleh
BPJS
secara
tenaga kesehatan, akan tetapi beberapa
administrasi harus memiliki rujukan dari
pendampingan tidak sesuai standart seperti
faskes 1 atau rujukan dokter keluarga.
pemberian
Hal ini juga bukan merupakan kesulitan
memeriksa tekanan darah, Nadi, Respirasi,
bagi
petugas
atau
KJS
masyarakat
dimana
yang
mengunakan
tindakan
duduk
di
minimal
samping
seperti
pasien,
fasilitas BPJS, karena rujukan dapat
terpasang monitor, komunikasi dengan
dilengkapi secara administrasi selama
IGD, dan kolaborasi dengan tim medis.
perawatan di RSUD Jombang.
Hal ini diperkuat oleh adanya ambulan desa yang menjadi alat transport pasien
Hubungan
Faktor
Pendampingan
Perawat Atau Petugas Kesehatan Saat Merujuk
Dengan
hasil
mendapatkan
pelayanan
gawat
darurat. Dukungan pengamatan peneliti
Lama
yang memperkuat dalam pendampingan
Rujukan/Waktu Tanggap Dari
untuk
analisis
antara
rujukan
adalah
komunikasi,
petugas
lama
dalam pendampingan sangat berpengaruh
rujukan ke RSUD Jombang didapatkan
dalam memberikan informasi layanan
nilai P value 0.015 dimana uji Chi Square
sehingga pasien dan keluarga dengan
dikatakan nilai signifikasi jika nilai p
kasus gawat darurat stroke dapat segera
value kurang dari 0.05. Ada hubungan
dirujuk ke pelayanan yang lebih baik,
faktor pendampingan pertugas dengan
sehingga dapat meminimalkan delay atau
waltu tanggap/lama rujukan.
keterlambatan yang dapat mengakibatkan
pendampingan
rujukan
dengan
Menurut Luti & hasanbasri (2012)
kematian dan kecacatan.
menungungkapkan bahwa tenaga yang mendampingi dalam melakukan rujukan
Hubungan Faktor Pelatihan Perawat
adalah seorang perawat atau paramedis
Saat
yang sudah mampu dan berpengalaman
Rujukan Dengan Waktu Tanggap
saat menangani kasus gawat darurat,
Menangani
Serta
Mengirim
Dari hasil analisis antara pelatihan
keterlambatan
kegawat daruratan dengan lama rujukan
stroke akan lebih
ke RSUD Jombang didapatkan nilai P
dihindari untuk meminimalkan kematian
value 0.389 dimana uji Chi Square
dan
pengamatan
dikatakan nilai signifikasi jika nilai p
penelitian ini adalah semua pasien yang
value kurang dari 0.05. Maka tidak ada
maka
dalam
hal
penangnan kasus
ini
kecacatan.Hasil
dirujuk ke RSUD Jombang dengan stroke
8 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12 hubungan
antara
pelatihan
perawat
dikatakan nilai signifikasi jika nilai p
terhadap waktu tanggap/lama rujukan. Menurut Tintinalli et al (2010) panik
dan
tidak
mempengaruhi
percaya
keterlambatan
pengambilan
keputusan
value 0.214 dimana uji Chi Square
value kurang dari 0.05. Maka dari analisis
diri
tersebut dikatakan tidak ada pengaruh
dalam
antara keterlambatan lama rujukan ke
melakukan
tindakan. Hal ini sangat berpengaruh
RSUD
Jombang
dengan
jenjang
pendidikan perawat.
terhadap layanan transportasi ambulan
Menurut penelitian Elysabeth et al
yang harus memiliki pengalaman dalam
(2015) mengungkapkan pengembangan
memberikan tindakan dalam perjalanan.
jenjang karir perawat dimana salah
Pengamatan penelitian ini dalam
satunya
lewat
peningkatan
hal pengalaman dan pelatihan kegawatan
pendidikan,
bagi petugas transport ambulan saat
mendukung
perawat
melakukan rujukan dipastikan semua
mengaplikasikan
praktek
petugas telah mendapatkan pelatihan
professional yang berkwalitas khususnya
minimal
dalam bidang pelayanan penanganan
BLS.
Akan
tetapi
banyak
petugas ambulan yang tidak memperbarui
dimana
telah
tingkat terbukti dalam
keperawatan
kondisi gawat darurat dan ambulan.
secara
Hasil pengamatan penelitian ini
administrasi untuk memenuhi persyaratan
didominasi petugas yang merujuk ke
surat izin kerja atau surat izin praktik
RSUD Jombang paling banyak adalah
mandiri. Dimana surat izin kerja ataupun
lulusan diploma 3 bidang perawat. Semua
surat izin praktik akan berlaku 5 tahun
petugas transport dalam ambulan harus
sedangkan dalam pelatihan BLS hanya
mematuhi standart operasional prosedur
berlaku 2 tahun. Kondisi yang tidak
(SOP)
sesuai dengan target tahapan dalam
rujukan. Dalam penelitian ini ketika
pelatihan khususnya penanganan gawat
dikaji dan dilakukan analisis semua
darurat.
jenjang pendidikan dengan hasil akhirnya
pelatihanya
karena
sifatnya
dalam
melaksanakan
tugas
adalah sama. Sedangkan profesi lain Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan
hanya
Perawat
antara jenjang pendidikan tidak begitu
Dengan
Waktu
nampak
Tanggap/Lama Rujukan
8.3%
sehingga
hubungan
perbandingan
faktor
jenjang
antara
pendidikan dengan lama rujukan. Dilihat
pendidikan perawat dengan lama rujukan
dari sisi lain adalah faktor lama bekerja
ke RSUD Jombang didapatkan nilai p
dimana petugas ambulan saat merujuk
Dari
hasil
analisis
Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 9
rata-rata lama bekerja di institusinya
hanya 7 pelayanan PKM yang memiliki
minimal 5 tahun.
kategori
dekat
<7
km
dan
10
klinik/rumah sakit swasta yang ada di Hubungan Kerja
Faktor
Perawat
Rujukan
Jarak Saat
Wilayah
kota Jombang. Walaupun kategori dekat
Mengirim
dimana pada kondisi jam-jam tertentu
Waktu
ketika akan masuk ke kota Jombang
Dengan
kendala lain yaitu mengalami kemacetan.
Tanggap/Lama Rujukan antara
Hal ini pula merupakan salah satu
lama
penghambat dalam melakukan tranport
rujukan ke RSUD Jombang didapatkan
rujukan. Kondisi jalan yang ada di
nilai P value 0.013 dimana uji Chi Square
kabupaten
dikatakan nilai signifikasi jika nilai p
mengalami
value kurang dari 0.05. Maka dari analisis
bergelombang dan medan lokasi di
tersebut dikatakan ada pengaruh antara
beberapa
keterlambatan lama rujukan
dengan
pegunungan merupakan strategi tersendiri
faktor demografi atau jarak rujukan saat
upaya dalam melaksanakan transport
merujuk ke RSUD Jombang.
ambulan. Selain >7 km, geografis medan
Hasil pendampingan
analisis rujukan
dengan
Jombang
banyak
kerusakan,
kecamatan
yang
berlubang,
yang
ada
di
Menurut Sekoranja et al (2009)
juga menentukan kecepaatan transport
mengungkapkan hal yang mempengaruhi
ambulan dimana rata-rata waktu yang
kecepatan tindakan saat merujuk dan
diperlukan dalam perjalanan sebanyak 3
menangani kasus stroke adalah lokasi
jam.
demografi, semakin jauh lokasi kejadian dengan rumah sakit semakin besar pula
Hubungan
kesempatan pasien untuk kehilangan
Peralatan
golden periode stroke. Jarak mulai dari
Ketersediaan
kejadian awal hingga kecepatan masuk
Darurat
rumah sakit saling berhubungan untuk
Menangani Rujukan Pasien Stroke
meminimalkan kecacatan dan kematian pasien stroke.
Faktor Gawat
Darurat
Obat–Obatan
Dalam
Hasil
Kelengkapan
analisis
Serta Gawat
Ambulan
antara
Saat
fasilitas
kelengkapan peralatan dan ketersediaan
Pengamatan peneliti dari jumlah
obat-obatan gawat darurat dalam ambulan
institusi perujuk paling banyak adalah
dengan lama rujukan ke RSUD Jombang
PKM, dari jumlah PKM yang ada di
didapatkan nilai P value 0.631 dimana uji
jombang teridentifikasi dari 34 PKM
Chi Square dikatakan nilai signifikasi jika
yang tersebar di kabupaten Jombang
nilai p value kurang dari 0.05. Maka dari
10 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12 analisis tersebut dikatakan tidak ada
banyak transport ambulan desa berfungsi
pengaruh
lama
sebagai ambulan transport alat untuk
rujukan ke RSUD Jombang dengan
memindah pasien. Petugas dan supir
fasilitas
dan
ambulan belum mengetahui secara pasti
ketersediaan obat-obatan gawat darurat
tugas dan fungsinya, walaupun beberapa
dalam ambulan.
desa mempunyai sarana poskesdes hanya
antara
keterlambatan
kelengkapan
peralatan
Pengamatan pada penelitian ini banyak
responden
rujukan
hanya
yang
melakukan
beberapa
desa
yang
melaksakan
pendampingan kepada pasien dengan
secara
stroke ke RSUD Jombang, pada hasil
tranportasi, tidak ada tindakan stabilisasi
penelitian ini tidak ada hubungan secara
terlebih dahulu terutama pada pelayanan
langsung kelengkapan peralatan dan
PKM, hal ini juga beralasan karena pada
obat-obatan dalam ambulan terhadap
pelayanan
waktu tanggap/lama rujukan pada pasien
didampinggi
IGD PKM
tidak banyak
petugas yang ada, terutama pada waktu
stroke.
sore dan malam rata-rata terdapat 2 atau 3 petugas, respon tersebut juga dapat
Hubungan Kekuatan Antara Faktor
meminimalkan
Jarak Rujukan Dengan Pendampingan
keterlambatan
dalam
transportassi rujukan ambulan.
Saat Merujuk Kekuatan hubungan antara faktor
Menurut Senapati (2015) dalam transport rujukan kelengkapan alat gawat
jarak
darurat dan persiapan transport harus
pendampingan saat merujuk ke RSUD
standar sesuai kondisi gawat darurat.
Jombang memiliki kekuatan yang sama.
Petugas ambulan gawat darurat harus
Jarak
mempunyai kompetensi dalam penilaian
hubungan dengan nilai OR 0.242 dan
pasien
sakit.
pendampingan OR 0.227. Kedua faktor
Berdasarkan hasil penelitian ini banyak
tersebut jarak rujukan dan pendampingan
ambulan yang telah disebarkan keluruh
saat rujukan sama-sama memiliki nilai 2
desa hampir 306 unit kendaraan ambulan
kali keterlambatan, dimana semakin jauh
desa dengan standar ambulan tranportasi
jarak rujukan ke RSUD jombang pada
gawat darurat yang lengkap dengan
pasien stroke dengan jarak >7 km tanpa
peralatan,
kemacetan
stroke
terkadang
kelengkapan terkategori
pra
obat bukan
rumah
diikuti obatan obat
dengan walaupun
emergency.
Kondisi dari hasil penelitian yang ada
rujukan
rujukan
dengan
mempunyai
akan
faktor
kekuatan
mengalami
keterlambatan sebesar 2 kali dibanding jarak
kurang
dari
7
km.
Pada
pendampingan yang kurang baik akan
Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 11
mengalami keterlambatan sebersar 2 kali
melakukan rujukan pada kasus stroke ke
dibanding
RSUD Jombang.
Kedua
pendampingan
faktor
yang
tersebut
baik.
mempunyai
pridiksi pengaruh dalam keterlambatan saat merujuk pasien stroke sebanyak 23.4%, selebihnya adalah faktor lain yang tidak dapat dimasukan dalam analisis regresi logistik.
KETERBATASAN PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat beberapa
keterbatasan
selama
pelaksanaan diantara lain: Koordinasi dengan
layanan
EMS,
karena
mengunakan telepon secara langsung, tidak mengunakan layanan radio medik sehingga
peneliti
mengidentifikasi komunikasi. dengan
sulit
untuk
layanan
Selanjutnya
dinas
secara koordinasi
kesehatan
yang
berhubungan transportasi ambulan desa sebagai sebagai kesatuan transportasi layanan ambulan se kabupaten Jombang.
SIMPULAN Diantara variabel independen 6 faktor
yang
variabel
berpengaruh
dependen
hanya
terhadap ada
dua
variabel yang memiliki korelasi yaitu jarak rujukan dan pendampingan petugas saat
melakukan
Jombang.
Kedua
rujukan fakor
ke
RSUD memiliki
kekuatan dan pengaruh yang sama saat
DAFTAR PUSTAKA Agoes A. (2012). Faktor risiko stroke dan penangulangannya. Synaps publishing house Bintari R.K, Indah W, Setyoadi, Kumboyono. Retty R. (2013). Pengalaman Perawat unit gawat darurat puskesmas dalam merawat kecelakaan lalu lintas. Jurnal Ilmu keperawatan. Vol 1 no 2 november. hal. 83-90 Charles Ellis. (2013). In-hospital delays for stroke care: losing sight of patient-centered care. European Journal for Person Centered Healthcare Vol 1 Issue 2 pp 381384 Dame E, Gita L, Siska N (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Aplikasi Evidence-Based Practice. Jurnal skolastik keperawatan vol. 1, no.1.hal 1420 Fauziah Abdullah Ali et al. (2015). Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. Artkel ilmiah. JIKMU, Vol. 5, No. 2 Hudak, C.M, Gallo B.M. Morton,P.G, Fontaine, D. (2012). Critical care nursing: A holistic appoarch. Eight edition. The Mosby Company. Ignasius L. Mubasyir H (2012). Kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan sistem rujukan kesehatan daerah kepulauan di kabupaten lingga provinsi kepulauan Riau. Repisitory UGM
12 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12 Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes). (2014). Pedoman pengendalian stroke. Jakarta. Kementrian Republik Indonesia direktorat pengendalian penyakit tidak menular Laura T. (2012). Emergency department nurses' knowledge of evidencebased ischemic stroke care. Kedaidoscope vol.10 artikel 44. Lina H. (2014). Analisis faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap pasien stroke masuk IGD RUSD Dr. Harjono Ponorogo. Karya ilmiah Thesis. Universitas Brawijaya Malang Narakusuma Wirawan & Ida B.K. P. (2013). Prehospitalized Management On Acute Stroke. ejurnal medika udayana 694–709. vol. 2 no. 4 Rizaldi P. (2012). Mengapa pasien stroke datang terlambat ke rumah sakit. Medisinus, edisi: april vol 25 no 1 Hal.18-22 Sekoranja L, et al (2009). Factors influencing emergency delays in acute stroke management. Department of Internal Medicine, Medical School, University Hospitals of Geneva. Swiss med 139(27-28):393-9 Tjokorda Gede Agung Senapathi et al. (2015). Medical Evacuation. Medivac. Fakultas Kedokteran.Universitas Udayana