Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Berulang Pada Pasien Stroke di RSUD dr. H Chasan Bosoerie Ternate Rusna Yusuf1, Yunie Armiyati2, Chanif3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected]
2
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,
[email protected]
3
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,
[email protected]
Abstrak Serangan stroke berulang semakin meningkat karena gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, kurang aktivitas dan obesitas. Pengendalian faktor resiko secara optimal harus dilakukan, melakukan kontrol secara teratur, mengkonsumsi makanan yang sehat serta konsumsi obat, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor resiko (kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, kepatuhan diit, kebiasaan berolahraga dan kepatuhan kontrol kedoker) dengan kejadian stroke berulang. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan secara retrospektif. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadiaan stroke berulang (p-value 0,001). Ada hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian stroke berulang (p-value 0,002). Ada hubungan kepatuhan diit dengan kejadiaan stroke berulang (p-value 0,003). Ada hubungan kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang (p-value 0,001). Ada hubungan kebiasaan berolahraga dengan kejadian stroke berulang (p-value 0,008). Rekomendasi yang dapat diberikan adalah penyuluhan kepada penderita dan keluarga serta pemberian dukungan moral untuk keberhasilan pengobatan dan mempercepat penyembuhan.
Kata kunci : Stroke, stroke berulang
Abstract Unhealthy lifestyle like cigarette smoking, alcohol consumption, low level of physical activities and obesity cause increasing of recurrent stroke attack. Controlling of risk factor should be optimally done by regularly check-up, healthy food and medicine consumption, quitting smoking and alcohol consumption. The aim of this research is to analyze the risk factor (smoking and sport habits, alcohol consumption, diet and medical check-up obedience) of recurrent stroke condition. Design of this research is observational analytic with retrospective approach. The result of this research shows that smoking habits related to recurrent stroke condition (p-value 0,001). Alcohol consumption related to recurrent stroke condition (p-value 0,002). Diet obedience related to
1
recurrent stroke condition (p-value 0, 003). Medical check-up obedience related to recurrent stroke condition (p-value 0,001). Sport habits related to recurrent stroke condition (p-value 0,008). The recommendations are a socialisation to patients and family, also moral supports for the success medical treatment and accelerate healing. Keyword: stroke, recurrent stroke
PENDAHULUAN Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Tidak sedikit bagi penderita stroke yang mengalami stroke berulang. Stroke berulang pada penderita stroke dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantarannya adalah hipertensi, merokok, obesitas, diabetes mellitus, tidak menjalankan perilaku hidup sehat, tidak melakukan medical check up secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam (Pinzon & Asanti, 2010).
Insiden stroke berbeda diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun. Presentase penderita stroke yang mengalami stroke berulang tercatat 11,8-14,5% (Siswanto, 2005). Stroke berulang merupakan stroke yang terjadi lebih dari satu kali dan hal yang mengkhawatirkan pasien stroke karena dapat memperburuk keadaan dan meningkatnya biaya perawatan. Bahaya yang ditimbulkan oleh stroke berulang adalah kecacatan dan bisa mengakibatkan kematian. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke berulang diantaranya faktor yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, ras, keturunan dan faktor yang dapat diubah seperti hipertensi, diabetes mellitus, kelainan jantung, merokok, aktivitas fisik/olahraga, kepatuhan kontrol, obesitas, konsumsi alkohol, diit.
Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi terjadinya serangan berulang atau kekambuhan pada penderita stroke adalah dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini. Pengendalian faktor-faktor risiko secara optimal harus dijalankan, melakukan kontrol secara rutin, mengkonsumsi makanan yang sehat serta konsumsi obat, tidak merokok, dan harus mengenali tanda-tanda dini stroke (Wardhana, 2011).
2
METODE Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik observational yang menelah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor resiko tertentu, sehingga pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran variabel-variabel yang diteliti saja. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan secara retrospektif, yaitu pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya (Sastroasmoro & Ismael, 2008). . Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling yaitu responden yang dirawat dan memenuhi kriteria dimasukan dalam penelitian sampai jumlah responden yang diperlukan terpenuhi. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal sejak bulan september kemudian waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan April 2013 selama 2 minggu. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis uji statistik mengunakan uji Chi Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata umur responden 57,06 tahun dengan umur termuda 45 tahun dan umur tertua 80 tahun. Sebagian besar umur responden adalah lansia awal yaitu sebanyak 67 orang (41,9%). Dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1 Distribusi rata-rata dan kategori usia responden yang menderita stroke di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Kategori Usia
f
(%)
36 – 45 (Dewasa akhir)
10
6,2
46 – 55 (Lansia awal)
67
41,9
56 – 65 (Lansia akhir)
47
29,4
> 65 (Manula)
36
22,5
3
Rata-rata ± SD (min-max)
57,06 ± 9,402 (45-80)
Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penyakit pencetus stroke di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Variabel
Frekuensi
Presentase (%)
Perempuan
63
39,4
Laki-laki
97
60,6
SD
48
30,0
SMP
35
21,9
SMA
54
33,8
PT
23
14,4
PNS
35
21,9
Polri
4
2,5
Pedagang
5
3,1
Wiraswasta
15
9,4
Buruh
5
3,1
Petani
33
20,6
Nelayan
13
8,1
Lain-lain (IRT & tidak bekerja)
50
31,2
Hipertensi
52
32,5
Diabetes mellitus
23
14,4
Kelainan jantung
13
8,1
Hipertensi & diabetes mellitus
7
4,4
Lain-lain (rokok, alkohol, diit,
65
40,6
160
100,0
1. Jenis Kelamin
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Pencetus Stroke
olahraga, ketidakpatuhan kontrol) Total
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar penderita stroke yaitu laki-laki sebesar 97 orang (60.6%). Sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA 54 orang (33.8%). Sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja sebesar 50 orang (31.2%). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor pencetus stroke terbanyak adalah hipertensi sebesar 52 orang (32.5%). 4
Grafik 3
Deskripsi kejadian stroke berulang di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan merokok dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Serangan stroke Kebiasaan merokok
Total
Stroke belum
Stroke
berulang
berulang
f
%
f
%
f
%
RP (95 % CI)
Tidak merokok
47
69,1
21
30,9
68
100
2,910
Merokok
40
43,5
52
56,5
92
100
(1,505 - 5,625)
87
54,4
73
45,6
160
100
Jumlah
5
p value
0,001
Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Konsumsi minuman beralkohol
Serangan stroke Stroke belum
Stroke
berulang
berulang
Total
RP (95 % CI)
f
%
f
%
f
%
Tidak minum alkohol
47
68,1
22
31,9
69
100
2,724
Minum alkohol
40
44,0
51
56,0
91
100
(1,416 - 5,239)
Jumlah
87
54,4
73
45,6
160
100
p value
0,002
Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan diit dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Serangan stroke Kepatuhan diit
Stroke belum
Stroke
berulang
berulang
Total
RP (95 % CI)
f
%
f
%
f
%
Patuh
48
67,6
23
32,4
71
100
2,676
Tidak Patuh
39
43,8
50
56,2
89
100
(1,397 - 5,125)
87
54,4
73
45,6
160
100
Jumlah
6
p value
0,003
Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan berolahraga dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Serangan stroke Kebiasaan olahraga
Total
RP
Stroke belum
Stroke
berulang
berulang
f
%
f
%
f
%
Teratur
32
71,1
13
28,9
45
100
2,685
Tidak teratur
55
47,8
60
52,2
115
100
(1,280-5,635)
Jumlah
87
54,4
73
45,6
160
100
(95 % CI)
p value
0,008
Tabel 8 Distribusi frekuensi berdasarkan kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160)
Serangan stroke Kepatuhan kontrol
Stroke belum
Stroke
berulang
berulang
Total
RP (95 % CI)
f
%
f
%
f
%
Teratur
47
69,1
21
30,9
68
100
2,910
Tidak Teratur
40
43,5
50
56,5
92
100
(1,505 - 5,625)
87
54,4
73
45,6
160
100
Jumlah
p value
0,001
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami serangan stroke berulang sebesar 73 orang (45.6%) Berdasarkan kelompok umur didapatkan presentase terbesar pada umur 46–55 tahun yaitu sebanyak 67 orang (41.9%) dan sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 48 orang (49.5%). Responden yang berusia 46–55 tahun yang mengalami serangan stroke berulang adalah usia produktif dimana gaya hidup mempengaruhi terjadinya stroke. Jika dilihat dari faktor pencetus yang mengalami stroke berulang sebagian besar adalah hipertensi (61.5%) mengalami stroke berulang.
7
Merokok merupakan salah satu faktor yang signifikan untuk meningkatkan resiko terjadinya stroke. Hasil penelitian menunjukan responden yang merokok cenderung untuk mengalami serangan stroke berulang sebesar 56.5% sedangkan yang tidak merokok tidak mengalami stroke berulang sebesar 69.1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stroke berulang sebagian besar (71.2%) merokok lebih dari 10 batang perminggu (lampiran 9).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value nya 0.001 (<0.05). Penderita yang mengalami stroke berpeluang untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.910 kali artinya merokok merupakan faktor resiko terjadinya stroke berulang. Nilai rasio prevalens yang >1 artinya variabel tersebut (merokok) menjadi faktor resiko timbulnya penyebab (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Merokok menyebabkan sejumlah efek kesehatan yang berbahaya baik bagi perokok maupun yang bukan perokok karena asap rokok yang terhirup. Rokok mengandung lebih dari 3.800 bahan kimia beracun yang meliputi nikotin, tar, arsenik, karbon monoksida, formalin, hidrogen, sianida, amoniak. seseorang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok sekitar 30 menit akan mengalami kerusakan yng signifikan pada lapisan pembuluh darah dan dapat terjadi aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang dapat memacu serangan jantung dan stroke. Zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan gangguan vaskuler (pembuluh darah) mekanisme terjadinya penyempitan pembuluh darah pada jantung maupun organ lain termasuk daerah otak dapat terjadi penurunan suplai darah hingga dapat terjadi penyumbatan pembuluh darah yang dapat berakibat pada serangan jantung maupun stroke. (Perawaty, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan pasien yang tidak minum alkohol mengalami stroke berulang sebesar 31.9% adapun pasien yang biasanya minum alkohol sebagian besar 56.5% mengalami stroke berulang. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami stroke berulang sebagian besar (62.7%) konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perminggu (lampiran 9). Hasil penelitian menunjukkan pasien yang patuh terhadap diit mengalami stroke berulang 32.4% sedangkan yang tidak patuh diit mengalami stroke berulang sebesar 56.2%. Diet dengan tinggi lemak dan kurangnya buah dan sayur dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke sedangkan asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah dapat mengurangi terjadinya stroke.
8
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.002 (<0.05). Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengkonsumsi minuman beralkohol pada stroke berulang sebesar 56.0% mengalami stroke berulang. Minum alkohol merupakan faktor terjadinya stroke berulang. Penderita yang mengalami stroke beresiko untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.724 kali artinya jika rasio prevalens >1 maka variabel tersebut menjadi faktor resiko. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Martuti (2009) menunjukan bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan tekanan darah secara cepat. Minum alkohol dalam jumlah sedikitpun dapat meningkatkan tekanan darah, oleh karena itu harus dihindari untuk seseorang yang memiliki riwayat stroke karena dapat menimbulkan komplikasi berat. Konsumsi minuman beralkohol yang dilakukan responden terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke berulang dimana hasil penelitiannya pvalue= 0.002.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan kepatuhan diit dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.003 (<0.05). Penderita yang mengalami stroke berpeluang untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.676 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang tidak patuh diit 56.2% mengalami serangan stroke berulang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martuti (2009) menunjukkan bahwa pasien stroke perlu membatasi asupan garam karena kandungan mineral natrium (sodium) didalamnya memegang peranan terhadap timbulnya stroke. Kenaikan kadar kolesterol berpengaruh terhadap resiko stroke iskemik sebanyak 3.09 kali. Keteraturan diet yang dilakukan responden terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke berulang (p-value= 0.003).
Hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.008 (<0.05). Penderita yang mengalami stroke beresiko untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.685 kali artinya jika rasio prevalens >1 maka variabel tersebut menjadi faktor resiko. Olahraga sebaiknya dilakukan rutin dan sering dari pada dilakukan jarang dan tidak rutin (Beevers, 2002). Kurang berolahraga cenderung mengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tinggi karena aliran darah mengalir secara perlahan dan akan lebih mempermudah terjadinya penimbunan lemak dipembuluh darah lambat laun akan terjadi arterosklerosis. Menurut penelitian berjalan kaki minimal 30 menit setiap hari dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah menurut Arjatmo & Hendra (2001). Seseorang yang olahraganya kurang dari 3 kali dalam seminggu atau kurang dari 30 9
menit perminggu memiliki hampir 50 % resiko terkena stroke (Wahyu, 2009 dalam Siswanto, 2005). Berdasarkan hasil uji Pearson chi square dapat diketahui ada hubungan antara kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.001 (<0.05). Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang tidak teratur melakukan kontrol kedokter 56.5% mengalami serangan stroke berulang. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Siswanto (2005) menunjukan bahwa ketidakteraturan berobat atau kontrol kedokter memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian stroke berulang dengan resiko 4.39 kali dibandingkan dengan responden yang melakukan kontrol secara teratur. Penelitian ini diketahui bahwa kontrol kedokter secara teratur mencegah terjadinya stroke berulang. Ketidakteraturan kontrol kedokter memberikan peluang untuk terjadinya stroke berulang sebesar 2.910 kali dibandingkan dengan penderita stroke yang rutin kontrol kedokter karena nilai ratio prevalens >1. Penderita stroke yang rutin kontrol kedokter akan terhindar dari serangan stroke berulang. Kontrol secara teratur bertujuan untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi peningkatan faktor resiko sehingga bisa dilakukan penanganan dan pengobatan segera. Diagnosis yang cepat dan terapi dini sangat penting untuk pemulihan dan mencegah serangan stroke berulang.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya dilakukan pada suku Ternate sehingga mungkin akan muncul perbedaan hasil bila dilakukan pada suku lain. Variabel ini hanya mengontrol responden dengan diabetes mellitus, hipertensi dan kelainan jantung sehingga kurang dapat mengontrol hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Waktu penelitian yang terlalu singkat yaitu 2 minggu.
PENUTUP Responden yang mengalami stroke berulang sebesar 45.6%. Berdasarkan kelompok umur presentase terbesar pada umur 46–55 tahun yaitu sebesar 41.9% dan sebagian besar adalah laki-laki sebesar 49.5%. Responden yang merokok sebagian besar 56.5% mengalami stroke berulang. Pasien yang minum alkohol sebagian besar 56,0% mengalami stroke berulang. Pasien yang tidak patuh terhadap diit 56,2% sebagian besar mengalami stroke berulang. Pasien yang tidak teratur berolahraga sebagian besar 52,5% mengalami stroke berulang. Pasien yang tidak teratur kontrol kedokter sebagian besar 56,5% mengalami stroke berulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan, konsumsi minuman beralkohol,
10
kepatuhan diit, kebiasaan berolahraga, kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang.
KEPUSTAKAAN Arjatmo, T. & Hendra, U. (2011) Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Beevers, D. G. (2002). Tekanan darah. Jakarta: Dian rakyat
Martuti, A. (2009). Merawat dan menyembuhkan hipertensi. Penyakit tekanan darah tinggi. Bantul: Kreasi Wacana.
Pinzon, R & Asanti, L. (2010). Awas stroke. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Perawaty. (2011). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Stroke Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Tesis FK UGM Yogyakarta. Diunggah tanggal 10 januari 2013.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi Ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Siswanto, Y. (2005) Analisis faktor yang mempengaruhi stroke berulang. Jurnal Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/4942/ di akses tanggal 12 September 2012.
Wardhana, W.A. (2011). Strategi mengatasi & bangkit dari stroke. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
11