ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT INVESTOR TERHADAP SUKUK NEGARA RITEL
ADIK PUTRI SARAH
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Faktor yang Memengaruhi Minat Investor Terhadap Sukuk Negara Ritel adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Adik Putri Sarah NIM H54100053
ABSTRAK ADIK PUTRI SARAH. Analisis Faktor yang Memengaruhi Minat Investor Terhadap Sukuk Negara Ritel. Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK. Produk investasi di pasar modal syariah kini sudah semakin berkembang, tak terkecuali pasar modal syariah di Indonesia. Salah satu usaha pemerintah mengembangkan pasar modal syariah di Indonesia adalah dengan menerbitkan beberapa produk investasi syariah, salah satunya sukuk negara ritel. Sukuk negara ritel memiliki karakteristik yang khas, produk ini memungkinkan investor untuk berinvestasi secara individu, dan produk ini dijamin pemerintah dengan jaminan aset. Sukuk negara ritel dapat menjadi salah satu alternatif investasi, menjadi sumber biaya APBN sekaligus menjadi alternatif pengembangan pasar modal syariah Indonesia. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat investor terhadap sukuk negara ritel dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling-Partial Least Square (SEM-PLS) serta gambaran umum investor sukuk negara ritel dengan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor informasi produk, risiko investasi, dan kepuasan investor signifikan memengaruhi minat investor, sedangkan faktor yang tidak signifikan memengaruhi adalah faktor pertimbangan prinsip syariah. Kata kunci: faktor, preferensi, Structural Equation Modelling-Partial Least Square (SEM-PLS), sukuk negara ritel
ABSTRACT ADIK PUTRI SARAH. Analysis of Factors Affecting Investor’s Interest in Retail Sovereign Sukuk. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK. Investment products in the Islamic capital market in Indonesia is now growing rapidly. One of the government's efforts to develop the Islamic capital market in Indonesia is to publish some Islamic investment products, one of which is retail sovereign sukuk. Retail sovereign sukuk has distinctive characteristics. This product allows investors to invest individually. It is also guaranteed by the government and has collateral assets. Retail sovereign sukuk could be an alternative investment, a source of APBN costs, as well as an alternative to the Islamic capital market development in Indonesia. This study analyzes factors that influence investor’s interest for retail sovereign sukuk by using Structural Equation Modeling-Partial Least Square (PLS-SEM) and general characteristics of investors with descriptive analysis method. The analysis shows that the factor of product information, investment risk, and investor satisfaction significantly affect investor interest while the consideration of Islamic principles is not significantly affecting investor’s interest. Keywords: factor, preference, retail sovereign sukuk, Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM-PLS)
ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT INVESTOR TERHADAP SUKUK NEGARA RITEL
ADIK PUTRI SARAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juli 2014 ini ialah minat investor terhadap sukuk negara ritel, dengan judul Analisis Faktor yang Memengaruhi Investor Terhadap Sukuk Negara Ritel. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada: 1. Bapak Kusno Kasdi dan Ibu Sumarnis, serta Kak Ami, Lida, Nina, dan Kak Hafiz atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama ini. 2. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, bantuan, saran, dan motivasi. 3. Bapak Dr. Jaenal Effendi selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni Lubis, MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. 4. Seluruh pihak BSM Cabang Bekasi beserta KCP yang dibawahinya, BSM Cabang Thamrin beserta KCP yang dibawahinya, BRIS KCP Cikini, dan BRIS Pusat atas bantuan dalam mengumpulkan responden. 5. Teman-teman satu bimbingan Tyas, Mufida, Puspa, Nur Azizah, dan teman sebimbingan lain yang telah memberi bantuan, waktu, tenaga, saran, dan semangat. 6. Sahabat-sahabat penulis Fauziyah, Zikra, Aldesta, dan Febrina atas dukungan, motivasi, dan masukan hingga skripsi ini selesai. 7. Ken Satrio yang telah memberikan banyak bantuan, waktu, tenaga, dan motivasi hingga skripsi ini selesai. 8. Teman-teman Ilmu Ekonomi Syariah 47 lainnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan. 9. Pihak-pihak lain yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan untuk Umiku tercinta, Kurniati Isnainiar. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Adik Putri Sarah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 4 4 4 5
TINJAUAN PUSTAKA Investasi Faktor yang Mempengaruhi Investor dalam Berinvestasi Surat Berharga Syariah Negara Penelitian Terdahulu Kerangka Pikir
5 5 6 9 10 11
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data
12 12 13 13 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sukuk Negara Ritel Karakteristik Responden Uji Validitas dan Reliabilitas Analisis SEM PLS
17 17 22 26 26
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
31 31 31
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
32 35
RIWAYAT HIDUP
47
x
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Pangsa Pasar Produk Investasi Syariah di Indonesia Tahun 2012 Variabel Penelitian Karakteristik Sukuk negara ritel berdasarkan seri penerbitan Ketentuan Pokok Sukuk Negara Ritel Hasil PLS Algorithm Hasil Estimasi Path Coefficients
2 15 18 18 29 31
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jumlah Investor Sukuk Negara Ritel dan Obligasi Negara Ritel Nominal Penebitan Sukuk Negara Ritel dan Obligasi Negara Ritel Kerangka Pikir Model Awal Penelitian Skema Ijarah Sale and Lease Back Skema ijarah Asset to be Leased Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Karakteristik Responden Berdasarkan Preferensi Risiko Alasan Pemilihan Sukuk Negara Ritel Model Akhir Penelitian Hasil Bootstrapping
3 3 12 15 19 20 22 23 23 24 24 25 25 26 27 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persamaan Model Pengukuran Hasil Output SEM-PLS Kuesioner Penelitian
35 38 39 41
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, investasi menjadi penting untuk dilakukan. Investasi dapat dijadikan alternatif solusi dalam pemanfaatan uang yang menganggur (idle money). Tak hanya itu, investasi dapat menjadi salah satu alternatif menabung, sebagai sumber pendapatan pasif, ataupun sebagai sumber modal. Investasi pun tidak hanya penting bagi pihak korporasi, namun penting juga bagi masyarakat individu untuk melakukan investasi. Secara finansial, investasi penting untuk dilakukan karena didorong oleh dua hal utama. Pertama, karena nilai intrinsik dalam suatu mata uang cenderung akan terus menurun yang disebabkan karena adanya inflasi. Melakukan investasi dapat membantu mengurangi dampak inflasi. Kedua, investasi dapat mendatangkan keuntungan bagi investor. Keuntungan ini dapat berbentuk bunga, bagi hasil, capital gain, atau bentuk lainnya sesuai dengan produk investasi yang dibeli. Manfaat investasi bagi investor menurut Rahardjo (2006), adalah memperoleh keuntungan yang variatif, tersedianya pilihan instrumen investasi yang beragam, mengembangkan dana yang dimiliki secara sistematis dan terarah, serta melakukan diversifikasi investasi untuk meningkatkan keuntungan serta menekan risiko. Investasi pun merupakan kegiatan yang diperintahkan oleh Allah karena dapat mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu Allah melarang adanya penimbunan harta sedangkan harta tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan perekonomian, karena itu dalam Islam investasi penting untuk dilakukan. Larangan menimbun harta terdapat dalam firman Allah, yaitu “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah” (QS. Al-Humazah [104]:1-4). Didukung dengan semakin berkembangnya pasar modal Indonesia, produk investasi yang tersedia di pasar modal Indonesia saat ini semakin bervariasi dan produk investasi syariah pun mulai merambah pasar modal Indonesia. Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun hal ini tidak menjadikan produk investasi syariah sebagai produk yang mendominasi pasar modal. Pada tahun 2012, secara keseluruhan pangsa pasar syariah di Indonesia hanya mencapai 37.1%. Pangsa pasar syariah ini dinilai masih rendah mengingat dari beberapa jenis produk investasi yang ada, hanya saham syariah saja yang pangsa pasarnya dapat mencapai 59%. Produk investasi syariah lainnya hanya dapat mencapai pangsa pasar sekitar 5%, termasuk di dalamnya obligasi syariah atau yang lebih dikenal dengan sukuk. Walaupun pasar modal syariah di Indonesia masih terus berkembang, namun sukuk bukan lagi produk yang baru dalam dunia investasi di Indonesia sehingga pangsa pasar sukuk diharapkan bisa lebih tinggi. Namun pangsa pasar sukuk negara di Indonesia pada tahun 2012 hanya mencapai 7.7%. Angka ini tentu terbilang sangat rendah dibandingkan dengan obligasi negara konvensional.
2
Tabel 1 Pangsa pasar produk investasi syariah di Indonesia tahun 2012 Pangsa Pasar (%) Produk Investasi Syariah Konvensional Saham 59.4 40.6 Obligasi Korporasi 5.8 94.2 Obligasi Negara 7.7 92.3 Reksa Dana 3.8 96.2 Deposito 5.8 94.2 Asuransi 3.7 96.3 Total 37.1 62.9 Sumber : IDX dalam Rakhmat 2014
Saat ini jenis investasi tidak hanya ditujukan bagi investor korporasi. Telah tersedia pula produk investasi yang ditujukan bagi investor ritel sehingga memungkinkan masyarakat untuk berinvestasi secara individu. Salah satu produk investasi syariah yang diterbitkan untuk investor ritel adalah sukuk negara ritel. Sukuk negara ritel sebagai salah satu produk keuangan syariah, merupakan salah satu produk yang berpotensi memengaruhi pertumbuhan industri keuangan syariah di Indonesia. Semakin banyak transaksi pada sukuk negara ritel, maka akan berdampak pada perbankan syariah maupun pasar modal syariah. Hal ini disebabkan karena sistem dalam perekonomian saling terkait dan terhubung antara satu dengan lainnya. Semakin tinggi daya jual sukuk negara ritel, maka transaksi yang terjadi di bank syariah sebagai agen penjual sukuk negara ritel juga akan meningkat. Lalu pasar modal syariah sebagai salah satu tempat terjadinya transaksi penjualan dan pembelian sukuk negara ritel akan semakin berkembang pula. Peningkatan dan pengembangan yang terjadi di sektor perbankan syariah dan pasar modal syariah, mampu mendorong perkembangan pertumbuhan industri keuangan syariah. Lebih jauh mengenai sukuk negara ritel, produk investasi ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan produk investasi lain. Selain produk investasi ini diterbitkan untuk investor individu, sukuk negara ritel memberikan tingkat imbal hasil yang kompetitif dibandingkan dengan deposito, dan penerbitannya dijamin oleh pemerintah yang harus didasarkan pada underlying asset. Underlying asset yang dimaksud adalah jaminan aset berupa Barang Milik Negara (BMN), sehingga sukuk negara ritel merupakan salah satu produk investasi yang sesuai bagi investor yang menghindari risiko yang tinggi. Selain itu sukuk negara ritel dapat menjadi solusi dalam diversifikasi jenis investasi keuangan syariah dan dana yang diserap dari hasil penjualannya digunakan untuk membiayai defisit APBN maupun untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dapat dikatakan dengan membeli produk investasi ini, investor telah berpartisipasi dalam pembangunan negara dan mengurangi bertambahnya risiko utang luar negeri pemerintah. Sukuk negara ritel pertama kali diterbitkan dengan seri SR-001. Pada penerbitan seri pertama, sukuk negara ritel sudah mendapat respon yang baik dari masyarakat. Tak kalah dengan obligasi negara ritel yang dikenal dengan seri ORI, total jumlah investor sukuk negara ritel dari seluruh Indonesia yang mencapai 14 ribu dan dana yang diserap oleh SR-001 inipun mencapai nilai 5,56 triliun rupiah. Sukuk negara ritel baru berumur enam tahun semenjak tahun pertama serinya diterbitkan, sehingga sukuk negara ritel masih dapat terus dikembangkan dan
3
pangsa pasarnya dapat terus diperluas. Pada Gambar 1, jumlah investor sukuk negara ritel di pasar primer memang tidak sebanyak investor obligasi ritel. Namun jika dilihat perkembangan jumlah investor sukuk negara ritel dari seri SR-001 sampai SR-005 dan obligasi ritel seri ORI-006 sampai ORI-010, dapat terlihat bahwa jumlah investor sukuk negara ritel di pasar primer cenderung mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Jumlah investor obligasi negara ritel di pasar primer walaupun dapat melebihi jumlah investor sukuk negara ritel, namun perkembangan investornya jika dilihat dari seri ORI-006 sampai ORI-010 cenderung tidak stabil. Pada Gambar 1 dan Gambar 2 grafik untuk ORI periode 2014 tidak ada karena hingga September 2014, ORI periode ini belum terbit.
INVESTOR
50000 40000 30000 20000
SR
10000
ORI
0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
PERIODE
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Gambar 1 Jumlah investor sukuk negara ritel dan obligasi negara ritel
TRILIUN (RUPIAH)
Pada Gambar 2 dapat diketahui dari segi jumlah nominal penerbitan, sukuk negara ritel memang belum dapat melampaui obligasi negara ritel. Namun jika dilihat perkembangannya, sukuk negara ritel tidak kalah dari obligasi negara ritel karena terus mengalami peningkatan. Perkembangan sukuk negara ritel perlu untuk terus ditingkatkan agar dapat bersaing secara lebih kompetitif dengan produk investasi lainnya dan memperluas pangsa pasar sukuk negara ritel. 25000 20000 15000 10000 5000 0
SR ORI 2009
2010
2011
2012
2013
2014
PERIODE
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Gambar 2 Nominal penerbitan sukuk negara ritel dan obligasi negara ritel Sukuk negara ritel sebagai produk keuangan syariah memiliki potensi tersendiri jika dibandingkan dengan produk investasi jenis lain. Karakteristik sukuk negara ritel yang khas menjadikan sukuk negara ritel memiliki kelebihan dan mampu menyerap potensi dana dari investor individu. Sukuk negara ritel yang berbasis syariah tidak hanya dapat dibeli oleh investor syariah. Hal ini akan berbeda jika dibandingkan dengan produk investasi keuangan konvensional, karena investor syariah tidak dapat berpartisipasi pada produk investasi tersebut.
4
Terlebih lagi mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam dan pasar keuangan syariah di Indonesia pun sedang berkembang. Selain itu, adanya sukuk negara ritel dapat memperluas pasar keuangan syariah di Indonesia. Sukuk negara ritel pun telah beberapa kali mendapat penghargaan. Pada tahun 2009, sukuk negara ritel mendapat penghargaan Islamic Deals of The Year dan Best Sovereign Deal in Southest Asia. Kemudian pada tahun 2011, kembali mendapatkan penghargaan Indonesia Deal of The Year dan Indonesia Best Islamic Deal. Perumusan Masalah Sukuk merupakan salah satu produk investasi yang dapat memengaruhi pertumbuhan industri keuangan syariah. Perkembangan produk sukuk yang terbilang cukup baik di Indonesia, memiliki potensi untuk mengembangkan industri keuangan syariah. Sukuk negara ritel dapat menyerap dana masyarakat dalam total jumlah triliun rupiah, yaitu dengan kisaran 5-19 triliun rupiah selama masa penerbitannya. Namun minat masyarakat yang tinggi dan kelebihan yang dimiliki sukuk negara ritel tak menjadikan pangsa pasar sukuk tinggi. Pangsa pasar sukuk di Indonesia masih rendah, terutama dibandingkan dengan produk investasi konvensional. Potensi sukuk negara ritel tentu harus terus dikembangkan untuk memenuhi kepentingan masyarakat maupun negara, serta untuk memperluas pangsa ekonomi syariah di Indonesia. Berangkat dari rumusan tersebut, penilitian ini mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi investor dalam memilih sukuk negara ritel sebagai produk investasi. Rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh faktor tingkat risiko, informasi produk investasi, pertimbangan prinsip syariah, dan kepuasaan investor terhadap minat investor pada sukuk negara ritel? 2. Manakah yang paling berpengaruh terhadap minat investor di antara faktor tingkat risiko, informasi produk investasi, pertimbangan prinsip syariah, dan kepuasaan investor? Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian in adalah: 1. Mengidentifikasi pengaruh faktor tingkat risiko, informasi produk investasi, pertimbangan prinsip syariah, dan kepuasaan investor terhadap minat investor pada sukuk negara ritel. 2. Mengidentifikasi faktor yang paling mendominasi minat investor dalam membeli sukuk negara ritel. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, yaitu: 1. Sebagai sumber bahan bagi akademisi baik sebagai acuan ataupun untuk kemudian dikembangkan.
5
2. Sebagai bukti empiris mengenai pengaruh faktor tingkat risiko, informasi produk investasi, pertimbangan prinsip syariah, dan kepuasaan investor dalam memengaruhi minat investor pada sukuk negara ritel. 3. Sebagai informasi dalam membentuk strategi maupun kebijakan untuk perkembangan sukuk negara ritel selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi minat investor dalam memilih produk sukuk negara ritel. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terbatas pada variabel tingkat risiko, informasi produk investasi, pertimbangan prinsip syariah, dan kepuasaan investor. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dengan responden sebanyak 100 yang terdiri dari investor sukuk negara ritel dari seri SR-001 sampai SR-006 secara acak. Responden penelitian ini adalah investor pada pasar perdana, yaitu investor yang melakukan pembelian produk sukuk negara ritel melalui bank atau perusahaan sekuritas.
TINJAUAN PUSTAKA Investasi Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai tidak melakukan kegiatan konsumsi yang berlebihan pada saat ini untuk dapat mendapat keuntungan yang lebih besar di masa mendatang. Masa depan yang bersifat tidak pasti menjadikan investasi terdiri dari dua aspek, yaitu aspek waktu dan risiko. Aspek waktu adalah dengan melakukan pengorbanan saat ini, investor dapat merasakan manfaatnya di masa depan. Namun manfaat tersebut bersifat tidak pasti karena adanya aspek risiko yang tidak dapat diprediksi secara pasti (Hoban et al. 1990). Pendapat serupa disampaikan oleh Tandelilin (2010), menurut Tandelilin konsep investasi adalah melakukan penundaan konsumsi dengan cara menanam sumber daya dan mengorbankan konsumsi saat ini yang bertujuan memperoleh keuntungan yang lebih dimasa mendatang. Definisi investasi lain disampaikan oleh Griffiths (1951) yang menyebutkan bahwa investasi adalah penyebaran sumber daya dengan tujuan mendapatkan keuntungan finansial. Secara umum terdapat dua jenis investasi. Jenis pertama adalah investasi fisik, yaitu dengan mengubah sumber daya menjadi aset fisik dengan tujuan memproduksi suatu barang atau jasa untuk dijual yang kemudian dapat mendatangkan keuntungan. Jenis kedua adalah investasi keuangan, dengan mengubah sumber daya menjadi aset keuangan seperti: sertifikat kepemilikan; hak bertransaksi; atau utang. Investasi dalam Syariah Konsep investasi dalam konvensional dengan konsep investasi dalam Islam memang terdapat beberapa hal yang serupa. Namun agama Islam mengajarkan
6
untuk tidak berbuat buruk kepada sesama dan saling peduli serta tolong-menolong. Islam mengajarkan kepada para pemilik harta untuk mengembangkan hartanya dan melarang adanya penimbunan harta, sedangkan harta tersebut dibutuhkan oleh masyarakat untuk menggerakkan aktivitas perekonomian, pembangunan, ataupun membiayai proyek bermanfaat (Qardhawi 2000). Prinsip investasi dalam Islam menurut Uthmani dalam Htay et al. (2013) adalah, pertama, investasi yang berbasis pada prinsip syariah harus menerapkan konsep bagi hasil. Konsep bagi hasil mengharuskan pihak-pihak yang terlibat dalam investasi tersebut menerima laba ataupun menanggung kerugian bersama-sama secara adil. Kedua, dalam melakukan investasi berbasis syariah dana yang diinvestasikan harus digunakan untuk bisnis yang sesuai dengan syariah Islam. Tidak hanya mencakup saluran investasinya saja, melainkan kondisi dan akad yang digunakan oleh pihak terkait pun harus sesuai dengan syariah Islam. Dapat diartikan bahwa konsep mendasar dalam investasi yang sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah larangan atas praktik riba, sistem yang diterapkan adalah sistem bagi hasil, serta investasi yang dilakukan tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan material semata.
Faktor yang Memengaruhi Investor dalam Berinvestasi Informasi Produk Informasi produk investasi dapat diberikan kepada investor dalam bentuk yang beragam seperti brosur, iklan di media cetak, iklan di media elektronik, prospektus, ataupun dengan menyelenggarakan seminar atau talkshow yang khusus untuk membahas produk investasi tersebut. Ketersediaan informasi yang cukup akan dapat memberikan keuntungan bagi produk investasi, karena melalui informasi investor dapat mengetahui kelebihan produk investasi dan dapat melakukan transaksi jual beli. Informasi yang didapat oleh investor ataupun calon investor dapat memengaruhi keputusan investor terhadap produk investasi tersebut. Selain itu informasi dapat pula membentuk opini investor terhadap suatu produk investasi. Kedua hal inilah yang menyebabkan informasi menjadi komponen penting bagi suatu produk, terutama dalam hal pemasaran. Prinsip Islam mengajarkan penjual untuk memberikan informasi mengenai suatu produk dengan jujur, serta melarang perbuatan berdusta, dan mempermainkan kualitas. Selain itu informasi yang diberikan pihak penjual kepada pembeli pun harus bersifat transparan, dalam artian tidak menutup-nutupi sesuatu. Rasulullah selalu menerapkan prinsip-prisip tersebut dalam melakukan transaksi dengan orang lain. Hadits riwayat Al-Quzwani mengatakan Rasulullah bersabda “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (HR Al-Quzwani). Tingkat Risiko Risiko adalah peluang terjadinya kegagalan dalam meraih keuntungan yang diperkirakan dalam sebuah investasi, atau dapat pula dinyatakan dengan kemungkinan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan tidak akan kembali kepada investor. Pada umumnya investor menghindari risiko pada tingkat keuntungan yang sama. Artinya, jika diberikan pillihan antara 2 jenis investasi
7
yang memiliki tingkat risiko yang berbeda namun dengan tingkat keuntungan yang sama, mayoritas investor akan memilih investasi dengan risiko yang terendah. Namun, investor memiliki persepsi berbeda dengan tingkatan yang berbeda pula dalam menoleransi risiko dalam investasi (Hoban et al. 1990). Investor memiliki persepsi terhadap risiko yang berbeda-beda. Namun investor yang memiliki tujuan utama mendapatkan keuntungan, cenderung akan menghindari risiko. Selain itu risiko memiliki hubungan yang erat dengan keuntungan, yaitu di antara keduanya terdapat hubungan positif. Keeratan hubungan risiko dengan keuntungan menyebabkan risiko menjadi faktor yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi. Risiko berinvestasi dalam konsep umum mengacu pada ketidakpastian tingkat keuntungan. Ketidakpastian pada tingkat keuntungan dalam Islam bukan merupakan konsekuensi berinvestasi, dan bukan merupakan bagian dari gharar ataupun maysir. Maysir dapat diartikan sebagai bentuk permainan yang mengandung unsur pertaruhan atau judi. Pengertian maysir tidak hanya terbatas pada perilaku judi, namun termasuk juga di dalamnya transaksi yang bersifat spekulatif. Transaksi spekulatif terjadi saat investor memaanfaatkan ketidakpastian di pasar modal untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek. Cara pemanfaatan ketidakpastian inilah yang dilarang dalam Islam. Gharar adalah unsur ketidakpastian yang terkait dengan penyerahan, kualitas, kuantitas, dan sebagainya. Ketidakpastian yang merupakan bagian dari gharar berupa ketidakjelasan pada akad yang digunakan, objek akad, harga, ataupun berupa penipuan. Adanya gharar dapat membatalkan akad dan merugikan salah satu pihak. Ketidakpastian dan risiko dalam muamalah menjadikan Islam menawarkan prinsip khusus, yaitu prinsip bagi hasil yang dinilai adil dalam menghadapi risiko yang dihadapi oleh pihak yang terlibat dalam investasi tersebut. Prinsip bagi hasil yang diterapkan dalam prinsip syariah membenarkan seseorang dalam mendapat keuntungan atas pengeluaran modal dan kesanggupan mengambil risiko yang telah dilakukan. Pertimbangan Prinsip Syariah Aspek agama merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. Setiap agama memiliki prinsip dan aturan tertentu yang dapat berbeda antar satu agama dengan agama lain. Hal ini menyebabkan aspek agama dapat memberikan dampak yang berbeda sesuai dengan agama yang dianut oleh konsumen tersebut. Aspek agama dalam investasi turut berpengaruh teradap pertimbangan investor. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam menyebabkan produk investasi syariah di Indonesia dapat berkembang dengan baik. Prinsip dan peraturan agama dapat pula membatasi investor dalam memilih produk investasi tertentu, karena itu tak sedikit investor yang mencari produk investasi syariah walaupun tidak semua investor produk syariah mengutamakan aspek syariah. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan investasi agar sesuai dengan prinsip syariah, menurut Pontjowinoto dalam Huda dan Nasution (2007) prinsip tersebut adalah 1) transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan harus menghindari transaksi yang zalim, 2) uang berfungsi sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang, bukan merupakan suatu komoditas perdagangan, 3) transaksi yang
8
dilakukan harus bersifat transparan, 4) risiko harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak melebihi kemampuan menanggung risiko, dan 5) manajemen yang diterapkan adalah manajemen islami. Perintah Allah untuk berbuat adil dan larangan berbuat keji terhadap sesama terdapat dalam firman Allah, yaitu: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan…” (QS. An-Nahl [16]:90). Kepuasan Konsumen Menurut Kotler (1996), kepuasan konsumen adalah tingkat dari perasaan seseorang yang dihasilkan dari perbandingan antara kinerja produk dan harapan orang tersebut. Terdapat 3 level kepuasan yang dapat dirasakan oleh konsumen, jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi harapan konsumen maka konsumen akan merasa tidak puas. Jika kinerja produk sesuai dengan harapan maka konsumen akan merasa puas, dan jika kinerja produk melebihi harapan maka konsumen akan merasa sangat puas. Harapan seorang konsumen terbentuk dari pengalaman pembeliannya terdahulu, komentar teman dan kenalan, informasi dari pesaing, dan janji yang dibuat oleh perusahaan. Studi mengenai kepuasan konsumen telah banyak dilakukan sebelumnya. Salah satu studi kepuasan konsumen dilakukan oleh Hannah dan Karp dalam Musanto (2004:126) yang dikenal dengan The Big Eight Factors. The Big Eight Factors terbagi menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama adalah faktor yang berhubungan dengan produk. Bagian pertama ini terbagi menjadi kualitas produk, hubungan antara nilai dan harga, bentuk produk, dan keandalan. Kualitas produk berhubungan dengan mutu sehingga produk tersebut memiliki nilai tambah. Hubungan antara nilai dan harga merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang digambarkan melalui perbedaan nilai produk yang diterima dan harga yang dibayarkan. Bentuk produk merupakan komponen produk yang dapat bermanfaat. Keandalan berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan janji perusahaan. Bagian kedua adalah faktor yang berhubungan dengan pelayanan. Bagian ini terdiri dari jaminan serta respon dan cara pemecahan masalah. Faktor jaminan berkaitan dengan jaminan yang dapat ditawarkan oleh perusahaan terhadap produk setelah pembelian dilakukan. Respon dan cara pemecahan masalah merupakan sikap karyawan dalam menanggapai keluhan dan masalah dari konsumen. Bagian terakhir adalah faktor yang berhubungan dengan pembelian, terdiri dari pengalaman karyawan serta kemudahan dan kenyamanan. Pengalaman karyawan merupakan hubungan antara karyawan perusahaan dengan konsumen, khususnya dalam hal komunikasi. Kemudahan dan kenyamanan berkaitan dengan segala upaya kemudahan dan kenyamanan yang diberikan perusahaan. Minat Konsumen Minat konsumen dapat diartikan sebagai sesuatu yang timbul setelah menerima rangsangan dari produk yang dipasarkan, yang kemudian dapat menimbulkan ketertarikan untuk mencoba produk. Kemudian pada akhirnya timbul keinginan memiliki produk tersebut (Kotler 2005). Identifikasi terhadap minat konsumen menurut Ferdinand dalam Hidayat (2012) dapat dilakukan melalui 4 indikator, yaitu:
9
1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan untuk membeli produk. 2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan untuk mereferensikan produk yang diminatinya kepada orang lain. 3. Minat preferensial, yaitu perilaku seseorang yang menjadikan produk tersebut sebagai preferensi utama. 4. Minat eksploratif, yaitu perilaku seseorang yang mencari informasi mengenai produk yang diminatinya untuk mengumpulkan nilai positif dari produk.
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 yang mengatur mengenai sukuk, sukuk didefinisikan sebagai: “Surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang sukuk yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo”. Akad yang digunakan pada Penerbitan SBSN Hingga saat ini, pemerintah menerbitkan SBSN dengan menggunakan akad ijarah. Sukuk dengan akad ijarah didasarkan pada kontrak ijarah atau sewa atas suatu aset. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa adanya pemindahan kepemilikan barang tersebut. Sukuk dengan akad ijarah dapat diklasifikasi menjadi 3 bagian berdasarkan objek ijarahnya, yaitu sukuk kepemilikan aset berwujud, kepemilikan manfaat, dan kepemilikan jasa. Sukuk kepemilikan aset berwujud bertujuan menjual aset dan mendapat dana dari hasil penjualan aset tersebut. Sukuk kepemilikan manfaat ditujukan untuk menyewakan manfaat dari aset dan mendapat pendapatan uang sewa. Sukuk kepemilikan jasa diterbitkan untuk menyediakan suatu jasa tertentu dan mendapat imbalan atas jasa yang telah disediakan. Mekanisme akad ijarah memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam penerbitan SBSN. Ijarah memungkinkan pelaksanaan pembayaran dilakukan dengan tingkat yang tetap. Selain itu mekanisme ijarah tidak mensyaratkan agar underlying asset harus ada pada saat kontrak. Masa jatuh tempo SBSN dengan akad ijarah dapat diberlakukan dalam waktu yang lama, selama objek kontrak ijarah tetap ada dan pemiliknya mendapat manfaat darinya. SBSN dengan akad ijarah juga bersifat tradable atau dapat diperjualbelikan. Investor sukuk dapat melepaskan hak milik atas sukuk yang dimiliki dengan menjualnya di pasar sekunder. Jenis SBSN 1. Surat Perbendaharaan Negara-Syariah (SPN-S) SPN-S diterbitkan dengan akad ijarah asset to be leased dengan underlying asset berupa Barang Milik Negara (BMN). SPN-S bersifat jangka pendek dengan tenor selama 6 bulan. Sistem pembayaran imbalan dilakukan secara diskonto.
10
2. Islamic Fixed Rate (IFR) SBSN ini ditujukan pada investor institusi dengan nominal pembelian dalam jumlah besar. IFR diterbitkan dengan menggunakan akad ijarah sale and lease back dengan underlying asset berupa BMN. Imbalan yang diberikan IFR dibayarkan tiap semester. 3. Sukuk Negara Ritel (SR) Pengertian sukuk negara ritel secara umum adalah SBSN sebagai bukti atas bagian kepemilikian terhadap aset SBSN, yang diterbitkan oleh pemerintah dan dijual kepada individu Warga Negara Indonesia melalui agen penjual yang telah ditentukan oleh pemerintah. Agen penjual yang dimaksud adalah bank dan perusahaan sekuritas. Berbeda dengan IFR, sukuk negara ritel dapat dibeli dengan nominal pembelian yang kecil. Sukuk negara ritel memberikan imbalan yang dibayarkan pada tiap bulan. 4. Sukuk Negara Indonesia (SNI) SNI merupakan SBSN yang diterbitkan dalam mata uang US dollar, yang diterbitkan di pasar perdana internasional. SNI dikenal dengan istilah sukuk global. Akad yang digunakan SNI adalah akad ijarah sale and lease back dengan underlying asset berupa Barang Milik Negara (BMN). Imbalan yang dibayarkan SNI dilakukan per semester. 5. Project Based Sukuk (PBS) PBS diterbitkan dengan akad ijarah asset to be leased dengan underlying asset berupa proyek-proyek pembangunan pemerintah. Imbalan yang diberikan PBS dibayarkan tiap semester.
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai preferensi terhadap produk investasi telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang menjadi referensi salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Moch Chambali pada tahun 2010 dengan judul “Analisa Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Masyarakat Berinvestasi Sukuk Melalui Agen Bank Syariah (Studi pada Sukuk Ritel Seri SR-001 yang Dipasarkan Bank Syariah Mandiri)”. Penelitian yang dilakukan terhadap investor SR-001 ini melihat pengaruh variabel risiko investasi dan atribut produk islami terhadap minat investor SR-001. Indikator yang digunakan dalam menilai pengaruh risiko investasi adalah default risk, suku bunga, call risk, biaya investasi, deposito, likuiditas, dan inflasi. Indikator yang digunakan dalam menilai pengaruh atribut produk islami adalah menghindari riba, hasil investasi sewa, menghindari ketidakpastian, investasi berkeadilan, transaksi ridho sama ridho, aktivitas sesuai syariah, dan tidak zalim ataupun menzalimi. Penelitian tersebut menggunakan alat analisis faktor yang kemudian dikombinasikan dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel risiko investasi dan atribut produk islami memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat masyarakat untuk berinvestasi pada SR-001. Selain itu, penelitian tersebut juga membuktikan bahwa menurut anggapan para investor, Bank Syariah Mandiri (BSM) memiliki daya tarik tersendiri sebagai agen penjual sukuk negara ritel. BSM dinilai memiliki pegawai yang profesional dan pelaksanaan operasinya yang sesuai syariah.
11
Penelitian lain dengan tema serupa dilakukan oleh tim kajian minat investor terhadap efek syariah di pasar modal yang berada di bawah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dengan judul “Minat Investor Terhadap Efek Syariah di Pasar Modal”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif. Responden yang terlibat dalam penelitian tersebut terbagi menjadi dua kategori, yaitu investor individu dan investor institusi. Fokus penelitian ini terletak pada minat investor dalam berinvestasi pada efek syariah di pasar modal, serta faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu yang berminat pada efek syariah mayoritas adalah yang memiliki pengetahuan dan mampu mengambil keputusan investasi sendiri. Faktor internal yang secara signifikan memengaruhi minat investor untuk berinvestasi adalah kesan positif terhadap efek syariah sebagai investasi yang beretika dan bermoral, keyakinan kesesuaian efek syariah dengan prinsip syariah, dan kehalalan imbal hasil investasi. Faktor eksternal yang secara signifikan memengaruhi adalah anggapan bahwa efek syariah mampu bertahan pada saat krisis, ketersediaan informasi tentang efek syariah, dan citra perusahaan penerbit efek syariah. Serupa dengan investor individu, mayoritas investor institusi yang berminat pada efek syariah adalah yang memiliki pengetahuan dan mampu mengambil keputusan investasi sendiri. Faktor internal yang paling memengaruhi minat investor institusi terhadap efek syariah adalah kinerja imbal hasil investasi, sedangkan faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah ketersediaan informasi tentang efek syariah. Penelitian serupa juga dilakukan pada tahun 2009 oleh Al Anood Bin Kalli yang berjudul “Financial Literacy and Investment Decision of UAE Investors”. Penelitian ini merujuk pada penelitian oleh Hassan al-Tamimi pada tahun 2006 yang berjudul “Factors Influencing Individual Investor Behavior: An Empirical Study of The UAE Financial Markets”. Responden penelitian ini adalah investor Arab berjumlah 290 orang dan metode analisis yang digunakan adalah ANOVA dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 37 faktor yang dianggap berpengaruh pada keputusan investasi. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara kecakapan dalam hal keuangan dan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan investasi. Hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan yang signifikan antara kecakapan dalam keuangan dan faktor yang memengaruhi keputusan investasi. Selain itu, penelitian ini membuktikan faktor yang paling memengaruhi keputusan investasi adalah agama dan reputasi perusahaan, sedangkan faktor yang paling tidak memengaruhi adalah isu dan opini keluarga.
Kerangka Pikir Produk investasi di pasar modal Indonesia saat ini sudah semakin berkembang, begitu pula dengan produk investasi syariah. Produk investasi syariah memungkinkan para investor berinvestasi tanpa khawatir akan kehalalan hasil investasi yang didapat. Pemerintah pun semenjak tahun 2009 telah menerbitkan produk investasi syariah yang ditujukan untuk investor ritel, yaitu sukuk negara ritel. Guna meningkatkan pangsa pasar sukuk negara ritel, pemerintah sebagai penerbit harus memerhatikan faktor yang memengaruhi
12
investor berinvestasi pada sukuk negara ritel. Penelitian ini menganalisis faktorfaktor tersebut sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian pada Gambar 3.
Sukuk negara ritel sebagai instrument investasi syariah
Analisis pada sukuk negara ritel
Faktor yang memengaruhi investasi pada sukuk negara ritel
Karakteristik Responden
Tingkat Risiko Informasi Produk
Tingkat Kepuasan Pertimbangan Prinsip Syariah
Minat investor
Rekomendasi untuk sukuk negara ritel Gambar 3 Kerangka pikir
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua bank syariah yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS). Pemilihan kedua bank syariah tersebut sebagai tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan baik BRIS dan BSM adalah bank syariah yang telah ditunjuk Kementerian Keuangan sebagai agen penjual sukuk negara ritel, selain itu BSM memiliki reputasi yang baik sebagai penjual sukuk negara ritel. Penelitian ini dilakukan di BSM Cabang Bekasi dan Cabang Thamrin, serta di BRIS Pusat dan KCP Cikini. Kuesioner penelitian ini juga disebarkan secara online untuk mendapat dan mempermudah investor dalam menjadi responden penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama bulan Mei sampai Juli 2014.
13
Jenis dan Sumber Data Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Data sekunder digunakan untuk menunjang kelengkapan mengenai fakta dalam penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, skripsi, tesis, dan lembaga pemerintah yaitu Kementerian Keuangan, serta berbagai sumber lain.
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan responden investor sukuk negara ritel. Pengertian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989). Kuesioner terdiri dari 35 indikator yang disusun atas pertanyaan dengan sifat tertutup dan terbuka, serta menggunakan skala likert yang terbagi menjadi 5 pilihan pada tingkat berbeda. Kuesioner disebarkan kepada nasabah bank yang telah membeli sukuk negara ritel dan disebarkan secara online agar dapat memudahkan dan menambah jumlah responden. Populasi responden penelitian ini adalah investor sukuk negara ritel dari seri SR-001 sampai SR-006. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Peneliti memilih responden berdasarkan ketersediaan dan kemudahan mengakses responden (Kumar 2005). Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden, hal ini sesuai dengan karateristik alat analisis yang digunakan yaitu Structural Equation Modelling (SEM). Menurut Hair dalam Latan (2012), persyaratan menggunakan analisis SEM dengan data primer adalah jumlah responden yang berkisar antara 100 sampai 150 untuk penelitian dengan variabel laten ≥5 variabel.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu analisis deskriptif untuk menganalisis karakteristik responden dan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS SEM) untuk menganalisis hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 20. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SmartPLS 2.0. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengukur kekonsistenan atau keandalan suatu kuesioner dalam mengukur suatu variabel penelitian. Kuesioner dinyatakan reliabel jika jawaban yang diberikan responden konsisten atau stabil (Ghozali 2005). Uji ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 30 dengan jumlah indikator yang diukur sebanyak 35 butir, dan dengan bantuan SPSS 20. Pada uji validitas dengan menggunakan SPSS, menurut Nunnally dalam Ghozali (2005) suatu variabel dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha >0.60.
14
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur kevalidan atau kesahan suatu kuesioner. Kuesioner dinyatakan sudah valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengukur variabel yang akan diukur kuesioner tersebut. Uji validitas dengan menggunakan SPSS dilakukan dengan cara melihat masing-masing indikator terhadap total skor variabel yang terdapat pada kolom Correlated ItemTotal Correlation. Nilai yang dibutuhkan untuk menyatakan suatu kuesioner sudah valid adalah nilai Correlated Item-Total Correlation yang lebih besar dari nilai r-tabel, sedangkan nilai r-tabel untuk jumlah responden sebanyak 30 adalah sebesar 0.361 pada taraf kesalahan 5% (Ghozali 2005). Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu statistik hasil penelitian sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis ataupun membuat kesimpulan secara umum. Adanya analisis deskriptif memungkinkan peneliti untuk menyajikan data yang telah diperoleh secara komunikatif dan lengkap (Sugiyono 2011). Peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan karateristik umum responden dalam bentuk persentase. Karakteristik yang digambarkan adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan rata-rata pendapatan per bulan. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS) Structural Equation Modelling atau yang lebih dikenal dengan SEM, menurut Bollen dalam Latan (2012) dapat diartikan sebagai sekumpulan persamaan yang merangkum hubungan antara variabel laten, variabel manifes, dan variabel error. Analisis SEM ini dilakukan dengan menggabungkan dua jenis analisis, yaitu analisis faktor dan analisis jalur. Menurut Chin dalam Latan (2012) penggunaan analisis SEM memungkinkan peneliti untuk membangun model penelitian yang terdiri dari beberapa variabel, meneliti variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung, menguji kesalahan pengukuran variabel manifes, dan mengkonfirmasi teori sesuai dengan data penelitian. Jenis SEM yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS (Partial Least Square) SEM dengan menggunakan bantuan SmartPLS 2.0. Menurut Ghozali (2011), PLS disebut sebagai soft modelling, soft dalam hal ini berarti tidak didasarkan banyak asumsi dan jumlah sampel yang dibutuhkan tidak besar. PLS dapat digunakan untuk mendapatkan nilai variabel laten dalam tujuan prediksi dan untuk mengembangkan suatu teori. PLS SEM merupakan pendekatan SEM secara variance, yaitu tipe SEM yang dalam model strukturalnya tidak memerlukan korelasi antara indikator maupun variabel laten dan tidak mensyaratkan adanya faktor error. Penggunaan PLS SEM dapat mengidentifikasi variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen, selain itu metode PLS SEM memungkinkan penelitian yang menggunakan banyak indikator dan model yang kompleks. Model PLS SEM terdiri dari dua sub model, yaitu model pengukuran atau outer model dan model struktural atau inner model. Model SEM penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4, sedangkan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
15
Gambar 4 Model awal penelitian Tabel 2 Variabel penelitian Variabel Laten Indikator Independen Iklan di media Seminar/talkshow yang pernah diikuti IPI Rekomendasi dari orang lain (Informasi Produk Isu tentang produk Investasi) Track record produk Kemudahan mendapat informasi Penilaian sukuk negara ritel sebagai produk yang rendah risiko gagal bayar Likuiditas sukuk negara ritel RI Besar imbalan (fee) dibanding inflasi (Risiko Investasi) Kestabilan harga di pasar sekunder Underlying asset sebagai jaminan Tingkat risiko yang rendah Penilaian sukuk negara ritel sebagai produk syariah Pertimbangan terhadap unsur riba PPS (Pertimbangan Kecenderungan membeli produk investasi Prinsip Syariah) yang halal Ketertarikan terhadap bunga Keutamaan kehalalan hasil investasi Underlying asset untuk menghindari gharar
Sumber
Al Anood (2009)
Moch Chambali (2010) dan Al Anood (2009)
Moch Chambali (2010)
16
PPS (Pertimbangan Prinsip Syariah)
KI (Kepuasan Investor)
Keinginan mengembangkan pasar modal syariah Kesesuaian syariah dalam memilih produk investasi Perasaan puas Ada/tidaknya perasaan rugi setelah membeli produk Total biaya yang harus dikeluarkan Biaya yang dikeluarkan terhadap manfaat yang didapat Kemudahan syarat dan prosedur pembelian Imbal hasil yang kompetitif Perasaan senang terhadap keunikan poruduk Perasaan bangga memiliki produk
Moch Chambali (2010)
Hannah dan Karp (1991)
Dependen
MI (Minat Investor)
Ketertarikan pada Sukuk Negara Ritel Keinginan untuk kembali menjadi investor Keinginan untuk merefrensikan produk pada orang lain Pemahaman tentang produk Keinginan mencari informasi Kepuasan terhadap imbalan (fee) Citra pemerintah sebagai obligor
Ferdinand (2002)
Model pengukuran merupakan model awal yang dilakukan untuk menunjukkan pengaruh indikator dalam merepresentasi variabel laten. Persamaan pada model pengukuran adalah: x = Λxξ + δ ............................................................................................... (1) y = Λyη + ε ............................................................................................... (2) dengan x = indikator untuk variabel independen y = indikator untuk variabel dependen Λx = matriks loading variabel independen Λy = matriks loading variabel dependen ξ = variabel laten independen η = variabel laten dependen δ = kesalahan pengukuran variabel independen ε = kesalahan pengukuran variabel dependen Terdapat 3 jenis uji yang dilakukan pada model pengukuran dalam SEM dengan indikator refleksi, yaitu: 1. Uji validitas konvergen Uji validitas konvergen dapat dilakukan dengan melihat nilai loading factor tiap indikator. Tiap indikator dikatakan valid jika loading factor bernilai >0.6 bagi penelitian yang bertujuan untuk pengembangan. Dapat pula dilakukan dengan melihat nilai Average Variance Extracted (AVE) yang diharapkan bernilai
17
>0.5. Jika terdapat indikator yang tidak memenuhi uji ini, maka indikator tersebut dibuang, langkah ini lebih dikenal dengan istilah dropping. 2. Uji validitas diskriminan Uji validitas diskriminan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu membandingkan nilai cross loading indikator variabel latennya dengan nilai pada variabel laten lainnya atau dengan membandingkan akar kuadrat AVE dari setiap variabel laten dengan nilai korelasi antar variabel laten dalam model. 3. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dalam model SEM dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan indikator dalam mengukur variabel latennya. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat dua parameter, yaitu cronbach’s alpha dan composite reliability. Cronbach’s alpha tiap variabel laten harus bernilai >0.6 bagi penelitian yang bertujuan untuk pengembangan agar dapat dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik. Dapat pula diuji dengan parameter composite reliability tiap variabel laten yang harus bernilai 0.6 sampai 0.7. Model kedua adalah model struktural yang berfungsi menunjukkan hubungan antar variabel laten. Model struktural memiliki persamaan yaitu ηj = Σiβjiηi + Σi γjbξb + ςj ........................................................................... (3) dengan η = variabel laten dependen β = koefisien jalur yang menghubungkan antar variabel dependen γ = koefisien jalur yang menghubungkan variabel dependen dengan independen ξ = variabel laten independen ς = residual Model struktural dilakukan dengan melihat dua parameter, yaitu: 1. R square (R2) Parameter ketepatan model dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi (R square). Model dengan nilai R2 0.67 dinyatakan kuat, 0.33 dinyatakan moderat, dan 0.19 dinyatakan lemah. 2. Path Coefficients Uji ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel laten. Parameter yang diperhatikan adalah nilai t statistik tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Suatu variabel dinyatakan signifikan jika nilai t statistik variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel. Selain nilai t statistik, nilai koefisien estimasi jalur juga perlu diperhatikan untuk melihat signifikansi pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independennya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sukuk Negara Ritel Sukuk negara ritel memiliki beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas sebagai produk investasi syariah, yaitu tidak mengandung unsur riba, gharar, dan
18
maysir, memerlukan adanya underlying asset, merupakan bukti kepemilikan atau hak manfaat dari suatu aset, pendapatan yang diberikan berupa imbalan atas akad sewa yang dilakukan, serta prosedur yang dilaksanakan harus sesuai dengan prinsip syariah. Sukuk negara ritel diterbitkan secara berkala setiap tahunnya dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2009 dengan seri SR-001. Hingga tahun 2014, total sukuk negara ritel yang telah diterbitkan berjumlah 6. Pada Tabel 3 dapat dilihat beberapa karakteristik dari tiap sukuk negara ritel, sedangkan karakteristik umum sukuk negara ritel dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 Karakteristik sukuk negara ritel berdasarkan seri penerbitan SR-001 SR-002 SR-003 SR-004 SR-005 SR-006 Akad Ijarah Sale and Lease Back Ijarah Asset to be Leased Imbal Hasil 12% 8,7% 8,15% 6,25% 6% 8,75% Total Penjualan 5,56 8,7 7,34 13,61 14,97 19,32 (Triliun Rupiah)
Tanggal Penerbitan
25 Februari 2009
10 Februari 2010
23 Februar i 2011
21 Maret 2012
Tanggal Jatuh Tempo
25 Februari 2012
10 Februari 2013
23 Februar i 2014
21 Septemb er 2015
Agen Penjual
13
18
20
24
27 Febru ari 2013 27 Febru ari 2016 25
5 Maret 2014
5 Maret 2017 28
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Tabel 4 Pokok ketentuan umum sukuk negara ritel Pokok Ketentuan Umum Surat Berharga Syariah Ritel Negara Obligor Pemerintah Republik Indonesia Penerbit Perusahaan Penerbit SBSN Akad Ijarah Sale and Lease Back dan Ijarah Asset to be Leased Nominal per Unit Rp1 000 000.00 Satuan Pembelian Rp5 000 000.00 dan kelipatannya Maksimum Rp5 000 000 000.00 Pembelian Tenor 3-3,5 tahun Imbalan Fixed coupon yang persentasenya sudah ditentukan di awal akad dan dibayarkan tiap bulan hingga jatuh tempo Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Terdapat 2 jenis akad ijarah yang telah digunakan selama penerbitan sukuk negara ritel. Yaitu akad ijarah sale and lease back yang digunakan pada
19
penerbitan sukuk negara ritel seri SR 001, SR 002, serta SR 003, dan akad ijarah asset to be leased yang digunakan pada penerbitan seri SR 004, SR 005, serta SR 006. Kedua akad ini pada dasarnya memiliki mekanisme yang sama karena samasama menjalankan akad ijarah (sewa). Mekanisme akad ijarah diterbitkan berdasarkan kesepakatan antara pemerintah sebagai obligor dan perusahaan penerbit SBSN untuk melakukan akad jual beli dan penyewaan suatu aset, yaitu aset SBSN. Aset SBSN yang dimaksud dalam hal ini adalah aset Barang Milik Negara (BMN) yang dijadikan underlying asset sebagai syarat penerbitan sukuk negara ritel. Pengertian ijarah sale and lease back adalah akad jual beli atas suatu aset yang kemudian aset tersebut disewakan oleh pembeli kepada penjual. Pada akad ijarah sale and lease back, aset SBSN yang digunakan berupa barang fisik yang dimiliki oleh pemerintah seperti tanah, bangunan, atau jenis lainnya. Skema sukuk negara ritel dengan akad ijarah sale and lease back dapat dilihat pada Gambar 5. 1a. 1b.
Pemerintah (Menteri Keuangan)
1d.
SPV
2a.
1c.
Investor
3.
2b. 4. Akad
Agen Pembayar (BI) Aliran Biaya
Saat Jatuh Tempo
Gambar 5 Skema ijarah sale and lease back Mekanisme ijarah sale and lease back adalah 1a.) Penjualan hak manfaat aset SBSN oleh pemerintah sebagai obligor kepada Perusahaan Penerbit SBSN atau Special Purpose Vehivcle (SPV) 1b.) Penerbitan sertifikat sukuk negara ritel oleh SPV sebagai bukti kepemilikan investor atas aset SBSN 1c.) Investor membayar sukuk negara ritel yang telah dibeli 1d.) SPV melakukan pembayaran atas pembelian hak manfaat aset SBSN 2a.) Penyewaan atas hak manfaat aset SBSN kepada pemerintah 2b.) Pemerintah sebagai penyewa melakukan pembayaran imbalan atas sewa aset SBSN sebesar persentase imbalan yang telah disepakati kepada investor sebagai pemberi sewa melalui agen pembayar, dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) 3.) Saat sudah jatuh tempo, pemerintah akan melakukan pembelian kembali aset SBSN dari investor melalui SPV 4.) Pemerintah melakukan pembayaran atas pembelian aset SBSN kepada investor sebesar nilai nominal penerbitan melalui BI.
20
Pengertian ijarah asset to be leased adalah akad ijarah yang sebagian objek akadnya telah ditentukan spesifikasinya dan sebagian objek tersebut sudah ada pada saat akad dilakukan, tetapi penyerahan keseluruhan objek dilakukan di masa mendatang. Menurut Monawer dan Aziz (2012), mazhab Maliki, Shafi’i, dan Hambali sepakat dengan kelegalan akad ijarah asset to be leased dan menyatakan bahwa akad ini sesuai dengan syariah Islam. Walaupun penyerahan aset dilakukan di masa mendatang, namun hal ini dinilai tetap sesuai dengan syariah mengingat kondisi ini serupa dengan konsep akad salam. Hal ini sesuai dengan hadits “Barangsiapa melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui” (HR. Bukhari). Kesesuian akad ini dengan prinsip syariah pun telah diakui oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI). Pernyataan ini tertuang pada peraturan AAOIFI Sharia Standard No. 9 tahun 2010 yang membahas mengenai akad ijarah asset to be leased, yaitu “Aset yang dijadikan objek oleh pemberi sewa diserahkan kepada penyewa sesuai dengan spesifikasi yang dibuat secara akurat, walaupun aset yang dijelaskan tersebut tidak dimiliki oleh pemberi sewa pada saat akad dilakukan. Kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa dibuat untuk menyepakati waktu penyerahan akad dan memberi kesempatan kepada pemberi sewa untuk memberikan aset seperti yang telah dispesifikasi.” Aset SBSN yang digunakan pada akad ijarah asset to be leased adalah proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Salah satu proyek yang dijadikan underlying asset sukuk negara ritel adalah proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum yaitu pembangunan rel kereta double deck. Proyek ini menjadi underlying asset pada SR-005. Proyek Kementerian Pekerjaan Umum lain yang dijadikan underlying asset sukuk negara ritel adalah proyek pembangunan fly over, under pass, jalan baru, dan jalan bebas hambatan. Gambar 6 menunjukkan skema akad ijarah asset to be leased yang digunakan dalam SBSN.
Pemerintah (Menteri Keuangan)
1. 7.
2.
8.
5.
11.
SPV
Pemerintah (Pelaksana Teknis)
10.
12.
3. 4.
9. 13.
6.
Akad Aliran Biaya Saat Jatuh Tempo
Pembangunan Proyek Investor
Gambar 6 Skema ijarah asset to be leased
21
Mekanisme ijarah asset to be leased adalah 1.) Pemerintah sebagai obligor melakukan pemesanan objek ijarah kepada SPV untuk kemudian disewa dengan akad ijarah asset to be leased 2.) SPV memberikan kuasa kepada Pemerintah untuk melakukan pembangunan proyek objek ijarah (aset SBSN) 3.) Penerbitan sertifikat sukuk negara ritel untuk kemudian ditawarkan kepada investor melalui agen penjual 4.) Investor melakukan pembayaran atas sukuk negara ritel yang telah dibeli 5.) Dana hasil penjualan sukuk negara ritel digunakan untuk pembangunan proyek oleh pemerintah 6.) Pembangunan proyek oleh Pemerintah yang bertindak sebagai pelaksana teknis 7.) Penyewaan objek ijarah antara pemerintah sebagai obligor dan SPV 8.) Pembayaran imbalan berupa uang sewa yang dilakukan secara periodik oleh pemerintah 9.) Pembayaran imbalan yang diterima secara periodik kepada investor melalui agen pembayar 10.) SPV sebagai pemberi kuasa dengan pemerintah sebagai penerima kuasa, melakukan serah terima atas proyek objek ijarah 11.) Pada saat jatuh tempo, pemerintah melakukan pembelian objek ijarah dari investor melalui SPV 12.) Pembayaran atas pembelian objek ijarah sebesar nominal penerbitan sukuk negara ritel sebagai aset SBSN kepada investor melalui agen pembayar 13.) Pelunasan aset SBSN. Sukuk negara ritel dapat mendatangkan keuntungan bagi investornya. Keuntungan yang ditawarkan adalah: 1. Berdasarkan Undang-Undang SBSN dan Undang-Undang APBN, pembayaran upah dan nilai nominal sukuk negara ritel dijamin oleh negara, sehingga dapat dinyatakan tidak memiliki risiko gagal bayar. 2. Persentase imbalan sukuk negara ritel pada saat diterbitkan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata persentase tingkat bunga deposito bank BUMN. 3. Menawarkan imbalan dengan jumlah tetap sampai pada saat jatuh tempo. 4. Upah sukuk negara ritel dibayar tepat waktu setiap bulannya secara berkala pada tanggal yang telah ditentukan. 5. Sukuk negara ritel dapat diperdagangkan di pasar sekunder baik melalui bursa efek ataupun transaksi di luar bursa efek. 6. Agen penjual menyediakan kuotasi harga beli yang dapat dieksekusi pada nasabahnya yang membeli di pasar perdana. 7. Dapat memperoleh capital gain bila dijual pada harga yang lebih tinggi dari harga beli setelah menghitung biaya transaksi di pasar sekunder. 8. Dapat dipinjamkan atau digadaikan kepada pihak lain sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku. 9. Masyarakat dapat turut serta dalam mendukung pembiayaan pembangunan negara. 10. Sebagai akses bagi investor untuk berpastisipasi dalam pasar keuangan tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah. 11. Sesuai dengan prinsip syariah yang melarang adanya ketidakpastian dalam transaksi, sukuk negara ritel diterbitkan berdasarkan aset SBSN yang berupa Barang Milik Negara (BMN). Sukuk negara ritel sebagai produk investasi juga tidak terhindar dari risiko. Risiko yang perlu dipertimbangkan bagi investor sukuk negara ritel adalah: 1. Risiko pasar, terjadi jika tingkat bunga mengalami peningkatan dan menyebabkan penuruan harga sukuk negara ritel di pasar sekunder. Kerugian
22
dapat terjadi jika sebelum jatuh tempo, investor menjual sukuk negara ritel pada harga yang lebih rendah dari harga beli. 2. Risiko likuiditas, terjadi jika investor sulit menjual sukuk negara ritel di pasar sekunder pada tingkat harga wajar. Karakteristik Responden Identifikasi karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu sesuai jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, preferensi risiko, alasan pemilihan sukuk negara ritel. Klasifikasi Sesuai Jenis Kelamin Data hasil penelitian menunjukkan dari 100 responden, sebanyak 51 orang atau sebesar 51% responden memiliki jenis kelamin wanita. Sukuk negara ritel merupakan produk investasi yang dijamin pemerintah dengan jaminan aset sehingga merupakan produk investasi dengan risiko rendah. Hal ini merupakan salah satu penyebab sukuk negara ritel banyak diminati oleh wanita. Menurut Obamuyi (2013), wanita cenderung menghindari risiko sehingga lebih memilih jenis investasi dengan risiko yang rendah. Namun karena adanya hubugan positif antara risiko dan keuntungan, investasi dengan risiko yang rendah akan memberikan return atau keuntungan yang rendah pula.
51%
49%
Pria Wanita
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Klasifikasi Sesuai Usia Karakteristik responden berdasarkan klasifikasi usia menunjukkan bahwa responden dengan usia >45 tahun memiliki persentase paling besar, yaitu 33%. Responden dengan rentang umur 41-45 tahun memiliki persentase sebesar 24%, rentang umur 26-35 tahun dan 36-40 tahun sebesar 18%, serta responden dengan rentang umur 20-25 tahun sebesar 7%. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pihak bank menjelaskan bahwa hasil ini disebabkan mayoritas pembeli sukuk negara ritel adalah nasabah kelas menengah ke atas ataupun nasabah priority sehingga mayoritas investor adalah nasabah yang berusia tidak lagi muda dengan keuangan yang lebih matang.
23
20-25 Tahun
7% 33%
18%
18% 24%
26-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun >45 Tahun
Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan usia Klasifikasi Sesuai Pendidikan Sesuai dengan tingkat pendidikan, karakteristik responden sebesar 56% merupakan responden yang memiliki gelar sarjana. Diikuti dengan responden yang memiliki gelar magister sebesdar 21%, SMA/sederajat sebesar 9%, diploma sebesar 8%, dan doktor sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas peminat investor sukuk negara ritel memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Menurut Christanti dan Mahastanti (2011), latar belakang pendidikan yang tinggi memungkinkan investor untuk menganalisis informasi mengenai produk investasi di pasar modal dan investor telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengambil keputusan berinvestasi. SMA/Sederajat 6% 21%
9%
8%
Diploma Sarjana
56%
Magister Doktoral
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Klasifikasi Sesuai Pekerjaan Sesuai dengan kategori pekerjaan, mayoritas responden penelitian ini berprofesi sebagai pegawai swasta. Profesi pegawai swasta didominasi oleh 39 orang atau 39%. Diikuti dengan responden yang berprofesi sebagai wiraswasta sebesar 23%, 17% berprofesi sebagai PNS, 16% sebagai ibu rumah tangga, 4% memiliki pekerjaan di luar pilihan, dan 1% sebagai TNI/Polri.
24
Wiraswasta
1% 4%
Ibu Rumah Tangga
23%
39%
Pegawai Negeri Sipil 16% Pegawai Swasta 17% TNI/Polri Lain-lain
Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Klasifikasi Sesuai Pendapatan Dibagi berdasarkan total pendapatan rata-rata per bulan, responden dengan pendapatan >10 juta rupiah per bulan memiliki persentase sebesar 36%, 32% memilki rentang pendapatan 5-10 juta rupiah, dan 32% lainnya berpendapatan 5 juta rupiah. Sesuai dengan hasil wawancara, mayoritas investor sukuk negara ritel melalui perbankan adalah nasabah priority banking sehingga merupakan nasabah berpendapatan tinggi. Selain itu karena sukuk negara ritel hanya dapat dibeli dengan pembelian minimum 5 juta rupiah, hal ini menyebabkan nasabah dengan pendapatan yang rendah sulit untuk membeli produk investasi ini.
32%
36%
< 5 juta 5-10 juta >10 juta
32%
Gambar 11 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan Klasifikasi Sesuai Sumber Informasi Klasifikasi sesuai sumber informasi menunjukkan 59% responden merupakan responden yang mendapat informasi dari promosi yang dilakukan di tempat pembelian. Hal ini disebabkan penelitian ini dilakukan di bank syariah sehingga banyak responden yang menerima informasi dari pihak bank, terutama dari bagian pemasaran bank. Sebesar 22% mendapat informasi dari keluarga/teman, 16% dari media elektronik, dan 3% lainnya mendapat informasi dari sumber lain selain ketiga pilihan yang telah disebutkan sebelumnya.
25
3% Promosi di Tempat Pembelian
22% 59%
16%
Media Elektronik Keluarga/Teman Lain-lain
Gambar 12 Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi Klasifikasi Sesuai Preferensi Risiko Sesuai dengan preferensi responden terhadap risiko, 52% responden memilih untuk tidak mengambil risiko dan lebih memilih produk investasi yang aman. Hal ini disebabkan sukuk negara ritel merupakan produk investasi dengan risiko rendah sehingga investor dengan pilihan ini memilih sukuk negara ritel sebagai salah satu produk investasi yang sesuai. Tidak mengambil risiko dan lebih memilih produk investasi yang aman
4% 29% 52% 15%
Melihat situasi dan meminta saran konsultan keuangan Percaya pada keputusan sendiri dan berhati-hati pada risiko Memilih mengambil risiko
Gambar 13 Karakteristik responden berdasarkan preferensi risiko Alasan Pemilihan Sukuk Negara Ritel Responden diberikan kesempatan untuk memberikan alasan pembelian sukuk negara ritel sebagai produk investasi. Pertanyaan yang diberikan dalam bentuk pertanyaan terbuka. Jawaban responden dapat dikategorikan ke dalam 5 alasan. Penilaian investor terhadap sukuk negara ritel sebagai produk investasi yang aman mendominasi alasan responden memilih sukuk negara ritel yaitu sebesar 65%. Aman yang dimaksud dalam hal ini adalah aman karena dijamin oleh pemerintah dan memiliki tingkat risiko yang rendah.
26
Aman 3%
9%
Bagi Hasil Kompetitif
9%
Sesuai Syariah
14% 65%
Membantu Pembangunan Negara Alternatif Investasi
Gambar 14 Alasan pemilihan sukuk negara ritel
Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan untuk menguji kuesioner menunjukkan bahwa pernyataan dalam kuesioner dapat dinyatakan valid dan reliabel. Hasil uji dinyatakan valid jika memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation di atas 0.361 untuk jumlah responden 30 orang pada taraf kesalahan 5%. Seluruh pernyataan memenuhi uji validitas, kecuali pernyataan PPS 4. Pernyataan PPS 4 kemudian akan dihapus dari model penelitian karena tidak memenuhi uji validitas. Hasil uji reliabilitas pada kelima variabel menunjukkan koefisien Cronbach’s Alpha di atas 0.6, sehingga seluruh variabel dinyatakan reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Analisis SEM PLS Model SEM penelitian ini terdiri dari 5 variabel laten dengan indikatornya masing-masing. Variabel minat investor (MI) berperan sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independennya adalah informasi produk investasi (IPI), risiko investasi (RI), pertimbangan produk syariah (PPS), dan kepuasan investor (KI). Analisis yang dilakukan terlebih dahulu adalah analisis pada model pengukuran. Kemudian dilanjutkan dengan analisis pada model struktural. Analisis Model Pengukuran Persamaan blok indikator model pengukuran pada penelitian ini untuk variabel independen dapat dijabarkan sebagai berikut xi = ΛxiIPI + δi dengan i = jumlah indikator; 1,2,3,…,6 xi = ΛxiRI + δi dengan i = jumlah indikator; 1,2,3,…,6 xi = ΛxiPPS + δi dengan i = jumlah indikator; 1,2,3,5,…8 xi = ΛxiKI + δi dengan i = jumlah indikator; 1,2,3,…,8
27
Selanjutnya persamaan model pengukuran pada penelitian ini untuk variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut yi = ΛyiMI + εi dengan i = jumlah indikator; 1,2,3,…,7 Persamaan model seluruh variabel untuk model pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 2. Terdapat tiga uji yang dilakukan dalam analisis model pengukuran, yaitu uji validitas konvergen, uji validitas diskriminan, dan uji reliabilitas. Tiap uji-uji tersebut dapat diukur dengan melihat parameter tertentu. Analisis model pengukuran dengan ketiga uji tersebut mampu menganalisis tingkat validitas dan reliabilitas tiap indikator dan variabel laten dalam model. 1. Uji validitas konvergen Parameter yang perlu diperhatikan dalam uji model penelitian ini adalah parameter loading factor. Hasil uji pada loading factor dinyatakan memenuhi jika bernilai 0.5-0.6 untuk penelitian yang bersifat pengembangan teori. Hasil analisis pada model menunjukkan bahwa terdapat 4 indikator yang tidak memenuhi uji, yaitu indikator IPI3, IPI4, KI3, dan RI4. Kemudian dilakukan proses dropping terhadap keempat indikator tersebut sehingga hanya indikator-indikator valid yang membentuk variabel laten. Gambar 13 menunjukkan model penelitian setelah dilakukan dropping.
Gambar 15 Model akhir penelitian
28
Indikator dari suatu variabel laten diharapkan memiliki nilai korelasi yang tinggi. Nilai loading factor mereprentasi besar pengaruh indikator kepada variabel latennya. Indikator yang paling berpengaruh pada IPI adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi produk (IPI6) dengan nilai loading factor sebesar 0.851. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan dalam mendapatkan informasi merupakan indikator yang paling kuat menggambarkan variabel IPI. Penjualan sukuk negara ritel dilakukan melalui agen-agen penjual yang terdiri dari bank dan perusahaan sekuritas yang ditunjuk oleh pemerintah. Bentuk kerja sama yang dilakukan pemerintah memberikan kemudahan bagi investor untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi mengenai sukuk negara ritel dari agen-agen penjual tersebut. Mekanisme penjualan melalui agen penjual memungkinkan bank dan perusahaan sekuritas sebagai media penjual sekaligus sebagai media penyampai informasi. Selain melalui agen penjual, langkah penyampaian informasi melalui media cetak dan media elektronik membantu investor untuk memenuhi kebutuhan informasi produk ini. Pada variabel IPI, indikator yang memiliki loading factor terendah adalah IPI2 yatu indikator seminar/talkshow yang pernah diikuti. Rendahnya loading factor IPI2 menunjukkan bahwa IPI2 adalah indikator yang paling tidak memengaruhi IPI. Dapat dikatakan bahwa mekanisme seminar/talkshow kurang efektif dalam memengaruhi minat investor berinvestasi pada sukuk negara ritel. Selanjutnya untuk variabel RI, indikator yang memiliki nilai loading factor paling besar adalah penilaian terhadap sukuk negara ritel sebagai produk investasi yang tidak memiliki risiko gagal bayar (RI1) dengan nilai sebesar 0.719. Dapat dikatakan bahwa RI1 adalah indikator yang paling kuat mereprentasi RI. Menurut hasil kuesioner mengenai alasan investor dalam pemilihan sukuk negara ritel, didapat hasil bahwa mayoritas investor membeli sukuk negara ritel karena menganggap sukuk negara ritel sebagai produk investasi yang aman. Sukuk negara ritel dianggap sebagai produk investasi yang aman karena memiliki tingkat risiko yang rendah dan menapat jaminan dari pemerintah. Jaminan yang diberikan pemerintah menjadikan sukuk negara ritel memiliki tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah. Indikator yang memiliki nilai terbesar pada variabel PPS adalah PPS8, yaitu indikator kesesuaian syariah dalam pemilihan produk investasi. Hal ini menunjukkan indikator terkuat yang mereprentasi hubungan PPS adalah kesesuaian syariah dalam pemilihan produk investasi. Allah dalam firman-Nya memerintahkan umat Islam untuk tidak mengonsumsi sesuatu yang haram dari segala aspek kehidupan, termasuk dalam bermuamalah. “Hai orang-orang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku sukarela di antaramu…” (QS. An-Nisaa [4]:29). Nilai loading factor terbesar dalam variabel KI adalah indikator perasaan puas terhadap sukuk negara ritel (KI1) dengan nilai sebesar 0.832. Menurut Kotler (1996), perasaan puas yang dirasakan konsumen timbul dari adanya harapan yang sesuai dengan kinerja atau manfaat produk yang dirasakan oleh konsumen. Indikator pada MI yang memiliki nilai loading factor terbesar adalah MI2 yaitu sebesar 0.766. Indikator MI2 adalah indikator keinginan untuk kembali menjadi investor. Indikator MI dengan nilai loading factor terkecil adalah MI5, yaitu indikator keinginan mencari informasi. Hal ini menunjukkan bahwa responden
29
penelitian ini kurang memiliki keinginan dalam mencari informasi secara mandiri. Keseluruhan nilai loading factor tiap indikator dapat dilihat pada Lampiran 3. 1. Uji validitas diskriminan Parameter yang diperhatikan dalam uji validitas diskriminan adalah nilai cross loading antara indikator dengan variabel latennya. Indikator dinyatakan telah memenuhi uji ini jika nilai cross loading indikator pada variabel latennya lebih besar dibanding nilai pada variabel laten lain. Nilai cross loading yang lebih besar pada variabel latennya jika dibanding pada variabel laten lain, menujukkan bahwa indikator tersebut lebih baik dalam mereprentasi variabel latennya dibanding pada variabel laten lain. Pada model penelitian ini cross loading untuk seluruh indikator pada tiap variabel latennya lebih besar dibanding variabel lain, sehingga dapat dinyatakan telah memenuhi uji ini. Nilai cross loading dapat dilihat pada Lampiran 2. 2. Uji Reliabilitas Parameter yang diperhatikan adalah Composite Reliability. Suatu variabel dinyatakan memenuhi uji reliabilitas jika memiliki nilai composite reliability 0.60.7 untuk model penelitian bersifat pengembangan. Hasil uji reliabilitas pada model penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5, dan menunjukkan seluruh variabel laten memiliki nilai Composite Reliability >0.7 sehingga dapat dinyatakan telah memenuhi uji ini. Tabel 5 Hasil PLS algorithm Composite AVE Reliability IPI 0.4463 0.7581 KI 0.5610 0.8985 MI 0.4741 0.8618 PPS 0.5822 0.9063 RI 0.4658 0.8132
R Square 0.0000 0.0000 0.6413 0.0000 0.0000
Cronbach’s Alpha 0.5859 0.8676 0.8137 0.8845 0.7134
Communality Redundancy 0.4463 0.5610 0.4741 0.5822 0.4658
Analisis Model Struktural Analisis model struktural dilakukan dengan memerhatikan parameter R 2 dan nilai koefisien estimasi jalur. Parameter R2 digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen. Terlihat pada Tabel 5, nilai R2 variabel MI adalah 0.641. Dapat diinterpretasikan bahwa variabel informasi produk, risiko investasi, dan kepuasan investor dapat menjelaskan variabel minat investor sebesar 64% sedangkan 36% lainnya dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam analisis model struktural adalah proses bootsrapping. Persamaan model struktural dari hasil bootsrapping pada penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut: ηMI = γ1IPI + γ2RI + γ3PPS + γ4KI ηMI = 3.3IPI + 2.0RI + 0.1PPS + 4.9KI Proses bootsrapping dilakukan untuk mendapatkan nilai t statistik tiap variabel laten dan nilai koefisien estimasi jalur variabel laten independen terhadap variabel laten dependennya. Gambar 16 berikut menunjukkan hasil proses bootsrapping.
30
Gambar 16 Hasil bootsrapping Nilai t statistik digunakan untuk mengetahui signifikansi variabel laten independen terhadap variabel laten dependennya. Variabel laten independen dinyatakan signifikan memengaruhi variabel laten dependen jika memiliki nilai t statistik > t tabel. Nilai t tabel adalah 1.96 pada taraf kesalahan 5%. Pada model penelitian ini hasil uji menunjukkan IPI, RI, dan KI secara berturut-turut memiliki nilai t statistik sebesar 3.278, 2.013, dan 4.962. Nilai t statistik ketiga variabel tersebut >1.96 sehingga dapat dinyatakan signifikan memengaruhi MI, sedangkan PPS diketahui tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap MI karena memiliki nilai t statistik <1.96, yaitu sebesar 0.1301. Hasil uji pada variabel PPS dalam penelitian ini tidak signifikan dikarenakan responden yang merupakan bagian dari floating mass, yaitu masyarakat yang tidak selalu berorientasi pada prinsip syariah namun tidak juga pada prinsip konvensional. Floating mass mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka, sehingga dalam hal ini floating mass tidak mengutamakan pertimbangan prinsip syariah dalam melakukan investasi. Responden dalam penelitian ini lebih mengutamakan faktor kepuasan, kemudahan mendapat informasi, dan risiko. Nilai koefisien estimasi jalur digunakan untuk menjelaskan pengaruh hubungan antara variabel laten independen terhadap variabel laten dependennya. Hasil uji menunjukkan KI memiliki nilai koefisien tertinggi dibanding IPI dan RI
31
dengan nilai koefisien 0.5442. Hal ini dapat diartikan KI berpengaruh paling besar dalam menggambarkan MI dengan persentase 54.4%. Tabel 6 Hasil estimasi path coefficients Original Sample Standard Sample Mean Deviation (O) (M) (STDEV) IPI → MI KI → MI PPS → MI RI → MI
0.2492 0.5442 0.0069 0.1957
0.2542 0.5379 0.0693 0.1992
0.0760 0.1097 0.0529 0.0972
Standard Error (STERR) 0.0760 0.1097 0.0529 0.0972
T Statistics (|O/STE RR|) 3.2784 4.9619 0.1301 2.0127
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah: 1. Sesuai dengan 4 variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini, indikator yang berpengaruh paling kuat terhadap minat investor dari variabel informasi produk adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi produk, dari variabel risiko investasi adalah penilaian investor terhadap sukuk negara ritel sebagai produk investasi yang tidak memiliki risiko gagal bayar, dari variabel pertimbangan prinsip syariah adalah adalah kesesuaian syariah dalam pemilihan produk investasi, dan dari variabel kepuasan investor adalah indikator perasaan puas terhadap sukuk negara ritel. 2. Variabel kepuasan investor memberikan pengaruh paling kuat pada minat investor. Investor lebih mengutamakan kepuasan dibanding faktor-faktor lain, termasuk faktor pertimbangan prinsip syariah dalam memilih produk investasi. Hal ini menunjukkan bahwa sukuk negara ritel mampu memberikan kepuasan kepada investor dan investor sukuk negara ritel tidak menjadikan penerapan prinsip syariah pada produk investasi sebagai alasan utama pemilihan sukuk negara ritel. 3. Model penelitian ini mampu menggambarkan minat investor terhadap sukuk negara ritel sebesar 64%, sedangkan 36% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Saran Berdasarkan penelitian ini saran yang dapat diberikan adalah: 1. Mekanisme penjualan melalui agen penjual terutama bank berjalan baik karena dapat membantu pemerintah sekaligus calon investor dalam hal penjualan ataupun pemberian informasi. Diharapkan pemerintah dapat meneruskan dan meningkatkan mekanisme kerjasama ini. Rendahnya risiko
32
sukuk negara ritel mampu menarik minat investor. Pemerintah perlu menambah jumlah underlying asset sehingga dapat meningkatkan penerbitan sukuk negara ritel dan mampu lebih banyak menarik investor. Selain itu pemerintah dengan bersinergi bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga perlu mempertahankan kesesuian syariah pada sukuk negara ritel selama produk ini masih diterbitkan. 2. Variabel yang paling kuat memengaruhi adalah kepuasan investor yang disebabkan adanya penilaian sukuk negara ritel sebagai produk yang dapat mendatangkan kepuasan pada investor. Penilaian terhadap kepuasan investor atas sukuk negara ritel sebaiknya dilakukan secara khusus agar dapat menilai harapan dan kebutuhan investor secara lebih baik. 3. Model penelitian ini terbatas menganalisis 4 variabel dependen, sehingga diperlukan perluasan variabel penelitian agar lebih mampu menggambarkan minat investor terhadap sukuk negara ritel. Penelitian selanjutnya dapat menganalisis variabel faktor eksternal seperti indikator ekonomi, variabel tingkat return/imbalan, atau variabel lainnya. Selain itu pada penelitian selanjutnya lebih baik jika responden tidak hanya terbatas pada investor di pasar perdana.
DAFTAR PUSTAKA Syaamil Alquran. Edisi Khat Madinah. Bandung (ID): PT Sygma Examedia Arkanleema Chambali M. 2010. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Berinvestasi Sukuk Melalui Agen Bank Syariah (Studi pada Sukuk Ritel seri SR-001 yang Dipasarkan Bank Syariah Mandiri Cabang Kudus) [skripsi]. Semarang (ID): Institut Agama Islam Negeri Walisongo Didin H, Tanjung H. 2003. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani [DJPU] Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. 2009. Brosur Sukuk Ritel Seri Sukuk Ritel001. [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 22]. Tersedia pada: http://www.djpu.kemenkeu.go.id/ _____________. 2013. Brosur Mengenal Sukuk Negara; Investasi Berbasis Syariah untuk Pembangunan Bangsa. [Internet]. [diunduh pada 2014 Agustus 30]. Tersedia pada: http://www.dmo.or.id/ Ghozali I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Dipenogoro Ghozali I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 3. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Griffiths H. 1951. Financial Investments. (UK): McGraw Hill Hair JF, Ringle CM, Marko S. 2011. PLS-SEM: Indeed A Silver Bullet. Journal of Marketing Theory and Practice. 19(2):139–151. Hidayat, AT. 2012. Hubungan Antara Atribut Produk Dengan Minat Beli Konsumen. Ejurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran. 1(1):1-14.
33
Hidayat T. 2011. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta (ID): Mediakita Hoban JP Jr, Hoban, Creviston. 1990. Contemporary Investments. (US): Allyn and Bacon Htay SN, Abedeen Z, Salman SA. 2013. Towards Standardization of Shari’ah Screening Norms and Practices. International Journal of Humanities and Social Science Invention. 2(11):23-30. Huda N, Nasution ME. 2007. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Grup Iqbal Z, Mirakhor A. 2008. Pengantar Keuangan Islam: Teori dan Praktik. Jakarta (ID): Prenada Media Group [KEMENKEU] Kementerian Keuangan. 2009. Memorandum Informasi Sukuk Negara Ritel Seri SR-001. Jakarta (ID): Departemen Keuangan Republik Indonesia _____________. 2009. Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel Seri SR-001. [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 28]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/ _____________. 2010. Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel Seri SR-002. [Internet]. [diunduh pada 2013 September 23]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/ _____________. 2011. Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel Seri SR-003. [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 28]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/ _____________. 2012. Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel Seri SR-004. [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 28]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/ _____________. 2013. Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel Seri SR-005. [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 28]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/ _____________. 2014. Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel Seri SR-006. [Internet]. [diunduh pada 2014 Juni 8]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/ Kalli A. 2009. Financial Literacy and Investment Decisions of UAE Investores. The Journal of Risk Finance. 10(5): 500-516. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Jakarta (ID): PT Indeks Kotler P, Ang SH, Leong SM, Tan CT. 1996. Marketing Management : An Asian Perspective. (SG): Prentice Hall Inc. Kumar R. 2005. Research Methodology: A Step by Step Guide for Beginners Second Edition. London (UK): Sage Publications Lake L. 2009. Consumer Behavior for Dummies. Canada (US): Wiley Publishing, Inc. Latan H. 2012. Structural Equation Modeling, Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL 8.80. Bandung (ID): Alfabeta Mahastanti N, Ariany L. 2011. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Investor dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. 4(3):37-51. [MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2002. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah. Jakarta (ID): Dewan Syariah Nasional MUI
34
_____________. 2008. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 72/DSNMUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale And Lease Back. Jakarta (ID): Dewan Syariah Nasional MUI _____________. 2010. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 76/DSNMUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased. Jakarta (ID): Dewan Syariah Nasional MUI Monawer AT, Aziz A. 2012. An Appraisal of Al-Ijarah Al-Mawsufah Fi AlDhimmah (Forward Ijarah) From Fiqh Perspective. [internet]. [diunduh pada 2014 September 21]. Tersedia pada: http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2430597 Musanto T. 2004. Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 6(2):123-136. Nafik M. 2009. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta (ID): PT Serambi Ilmu Semesta Obamuyi TM. 2013. Factors Influencing Investment Decisions in Capital Market: A Study of Individual Investors In Nigeria. Organizations And Markets In Emerging Economies. 4(7):141-161. Qardhawi Y. 2000. Halal dan Haram. Volume ke-1. Al-Falahi AS, Tamhid AR, penerjemah. Jakarta (ID): Robbani Press Rahardjo S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo Rakhmat AS. 2014. Preferensi Keputusan Investor Terhadap Alternatif Produk Keuangan Syariah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [SC] Securities Commission Malaysia. 2009. Ijarah Mawsufah Fi Zimmah (Forward Ijarah). Malaysian Islamic Capital Market. 4(4):2-7 Scott DL. 1990. Understanding and Managing Investment: Risk and Return. Chicago (US): Probus Singarimbun, Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai Edisi Revisi. Jakarta (ID): LP3ES Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta Tandelilin E. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta (ID): Kanisius Tim Kajian Tanya Jawab SBSN. 2010. Tanya Jawab SBSN (Sukuk Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah. Edisi 2. [internet]. [diunduh pada 2014 April 12]. Tersedia pada: http://www.dmo.or.id/ Tim Kajian Minat Investor Terhadap Efek Syariah di Pasar Modal. 2011. Kajian Minat Investor Terhadap Efek Syari’ah di Pasar Modal. Jakarta (ID): Bapepam-LK Wahid NA. 2010. Sukuk: Memahami dan Membedah Obligasi Pada Perbankan Syariah. Jakarta (ID): Ar-Ruzz Media
35
Lampiran 1 Hasil uji validitas dan reliabilitas Variabel IPI Correlations IPI1
IPI2
Pearson Correlation IPI1
1
Sig. (2-tailed) N
IPI2
30
Pearson Correlation
.282
Sig. (2-tailed)
.132
N
IPI3
.061
30
30
30
30
30
.155
.333
.401
*
.413
.072
.028
.001
30
30
30
30
1
*
**
.069
.042
.008
.716
30
30
30
1
**
.305
.005
.101 30
30
.374
.476
.578
**
30
30
.333
.374
*
.004
.072
.042
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.143
.401
*
**
**
1
Sig. (2-tailed)
.451
.028
.008
.005
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.347
**
.069
.305
**
1
Sig. (2-tailed)
.061
.001
.716
.101
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.513
Sig. (2-tailed)
N Pearson Correlation TTLipi
.451
.413
N
IPI6
.004
.573
N
IPI5
.347
**
Pearson Correlation IPI4
.143
.573
30
.513
IPI6
.132
.155
N
IPI5 **
-.107
-.107
Sig. (2-tailed)
IPI4
.282
1
30
Pearson Correlation
IPI3
.589
Sig. (2-tailed) N
.578
.716
.476
.470
.503
.757
.503
.610
**
.000
.610
.740
30 .710
**
.001
.000
.009
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.725
6
Variabel RI Correlations RI1 Pearson Correlation RI1
30
Pearson Correlation
.351
Sig. (2-tailed)
.057
N RI3
1
Sig. (2-tailed) N
RI2
RI2
Pearson Correlation
RI3
RI5
RI6
.268
.412
.057
.001
.153
.024
.000
30
30
30
30
30
1
*
*
*
.256
.351
30
30
**
*
.590
RI4 **
.459
.590
.459
.361
.369
*
.685
**
.011
.050
.045
.173
30
30
30
30
.233
**
1
.498
.528
**
36
Sig. (2-tailed)
.001
.011
30
30
Pearson Correlation
.268
.361
*
.233
Sig. (2-tailed)
.153
.050
.214
30
30
30
*
*
**
N
RI4
N
RI5
RI6
30
30
30
1
*
.240
.016
.201
30
30
30
*
1
.410
Sig. (2-tailed)
.024
.045
.005
.016
30
N Pearson Correlation
N
*
.024
30
30
30
30
30
.256
**
.240
.410
*
1
.000
.173
.003
.201
.024
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
.789
Sig. (2-tailed)
.435
.435
**
.685
Sig. (2-tailed)
TTLri
.003
.412
Pearson Correlation
.498
.005
Pearson Correlation
N
.369
30
.214
.674
.528
.780
.593
.689
30 .732
**
.000
.000
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
30
PPS4
PPS5
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.795
6
Variabel PPS Correlations PPS1 Pearson Correlation PPS1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation PPS3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
PPS4
Sig. (2-tailed) N
PPS5
.722
**
-.200
.367
.000
.002
.290
.046
.003
30
30
30
30
30
1
**
*
.285
.000
.038
.127
.000
30
30
30
30
1
**
*
.350
.008
.043
.058
.722
.000 30
30
**
**
.537
PPS6
**
.606
.537
.606
-.381
-.472
.372
*
.526
.630
**
**
.002
.000
30
30
30
30
30
30
-.200
-.381
*
**
1
-.220
-.339
.290
.038
.008
.242
.067
30
30
-.472
30
30
30
30
Pearson Correlation
.367
.285
.372
*
-.220
1
Sig. (2-tailed)
.046
.127
.043
.242
30
30
30
30
30
30
**
**
.350
-.339
**
1
.003
.000
.058
.067
.002
30
30
30
30
30
**
**
**
*
*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N PPS7
30
PPS3 **
*
N
PPS6
1
Sig. (2-tailed) N
PPS2
PPS2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.526
.570
.001
.630
.630
.000
.469
.009
-.454
.012
.543
**
.002
.543
.419
.021
30 .545
**
.002
37
N Pearson Correlation PPS8
30
30
30
30
30
**
**
**
*
*
.610
Sig. (2-tailed)
-.458
.441
.431
*
.000
.000
.011
.015
.017
30
30
30
30
30
30
**
**
**
-.257
**
.826
TTLpps Sig. (2-tailed)
.672
.000
N Pearson Correlation
.597
30
.812
.698
.643
.711
**
.000
.000
.000
.170
.000
.000
30
30
30
30
30
30
N Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.743
8
Variabel KI Correlations KI1 Pearson Correlation KI1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KI3
30 1
.000
.269
.283
.000
.150
.004
30
30
30
30
.039
**
.227
.836
.001
.227
.000
.693
.585
.512
.653
**
**
30
30
Pearson Correlation
.202
.039
1
.070
.141
.060
Sig. (2-tailed)
.283
.836
.714
.457
.751
30
30
30
30
30
30
**
**
.070
1
.273
.429
.000
.001
.714
.145
.018
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.269
.227
.141
.273
1
Sig. (2-tailed)
.150
.227
.457
.145
30
30
30
30
30
30
**
**
.060
.429
*
**
1
.004
.000
.751
.018
.000
30
30
30
30
30 **
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.693
.512
.585
.653
.685
*
**
.000
.685
30
Pearson Correlation
.393
*
.332
.064
.279
Sig. (2-tailed)
.032
.073
.737
.136
.001
.004
30
30
30
30
30
30
**
**
-.159
**
.234
.002
.001
.402
.000
.213
.003
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
N Pearson Correlation KI8
.000
KI6
30
N
KI7
.202
.844
KI5 **
30
N
KI6
.844
**
KI4
30
Pearson Correlation
KI5
30
KI3 **
30
N
KI4
1
Sig. (2-tailed) N
KI2
KI2
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.552
.813
.590
.741
.470
.636
.704
.562
.545
.509
.525
.716
**
**
**
TTLki Sig. (2-tailed)
.000
.000
.009
.000
.002
.000
38
N
30
30
30
30
30
30
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.716
8
Variabel MI Correlations MI1 Pearson Correlation MI1
1
Sig. (2-tailed) N
MI2
30
Pearson Correlation
.323
Sig. (2-tailed)
.082
N
MI3
.002
.013
.083
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.231
30
*
**
.000
.002
.218
30
30
30
30
1
*
*
.088
.047
.032
.644
30
30
30
1
**
.281
.000
.132
.001
30
30
30
**
**
*
Sig. (2-tailed)
.562
.659
.554
.001
.010
.365
.365
.393
.622
.002
.000
.047
30
30
30
30
30
30
*
**
*
**
1
.000
Pearson Correlation
.447
Sig. (2-tailed)
.013
.002
.032
.000
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.322
.231
.088
.281
.000
1
Sig. (2-tailed)
.083
.218
.644
.132
1.000
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.243
.350
.173
.156
.000
Sig. (2-tailed)
.196
.058
.362
.411
1.000
.002
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
N
N
MI7
.010
.659
.447
.322
.082
.562
.533
MI6 *
.461
30
.533
MI5 **
.323
Sig. (2-tailed)
N
MI6
MI4 *
.461
Pearson Correlation
MI5
MI3
Pearson Correlation
N
MI4
MI2
N Pearson Correlation
.677
TTLmi Sig. (2-tailed) N
.768
.661
.622
.780
1.000
.677
30 .544
.514
**
**
.000
.000
.000
.000
.004
30
30
30
30
30
30
N of Items 7
Lampiran 2 Persamaan model pengukuruan Variabel IPI xi = ΛxiIPI IPI1 = 0.5994 IPI IPI2 = 0.5725 IPI
.801
.393
.000
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
.554
39
IPI5 = 0.6113 IPI IPI6 = 0.8512 IPI Variabel RI xi = ΛxiRI RI1 = 0.7187 RI RI2 = 0.6347 RI RI3 = 0.6706 RI RI5 = 0.6821 RI RI6 = 0.7034 RI Variabel PPS xi = ΛxiPPS PPS1 = 0.7544 PPS PPS2 = 0.7629 PPS PPS3 = 0.6641 PPS PPS5 = 0.7074 PPS PPS6 = 0.7118 PPS PPS7 = 0.8317 PPS PPS8 = 0.8879 PPS Variabel KI xi = ΛxiKI KI1 = 0.8317 KI KI2 = 0.7017 KI KI4 = 0.5924 KI KI5 = 0.7230 KI KI6 = 0.7771 KI KI7 = 0.7824 KI KI8 = 0. 8082 KI Variabel MI yi = ΛyiMI + εi MI1 = 0.7346 MI MI2 = 0.7662 MI MI3 = 0.6812 MI MI4 = 0.7358 MI MI5 = 0.5268 MI MI6 = 0.6413 MI MI7 = 0.7057 MI Lampiran 3 Hasil output SEM-PLS Loading factor setelah dropping IPI KI IPI1 0.5994 IPI2 0.5725 IPI5 0.6113 IPI6 0.8512 KI1 0.8317 KI2 0.7017 KI4 0.5924 KI5 0.7230 KI6 0.7771 KI7 0.7824 KI8 0.8082
MI
PPS
RI
40
MI1 MI2 MI3 MI4 MI5 MI6 MI7 PPS1 PPS2 PPS3 PPS5 PPS6 PPS7 PPS8 RI1 RI2 RI3 RI5 RI6
0.7346 0.7662 0.6812 0.7358 0.5268 0.6413 0.7057 0.7544 0.7629 0.6641 0.7047 0.7118 0.8317 0.8879 0.7187 0.6347 0.6706 0.6821 0.7034
Cross Loadings IPI1 IPI2 IPI5 IPI6 KI1 KI2 KI4 KI5 KI6 KI7 KI8 MI1 MI2 MI3 MI4 MI5 MI6 MI7 PPS1 PPS2 PPS3 PPS5 PPS6 PPS7
IPI 0.5994 0.5725 0.6113 0.8512 0.3742 0.0426 0.1741 0.3241 0.4160 0.3671 0.3423 0.4629 0.4372 0.4175 0.3459 0.2974 0.2513 0.2903 0.1151 0.0266 0.1216 0.0129 0.1762 0.1526
KI 0.2500 0.1445 0.1191 0.4526 0.8317 0.7017 0.5924 0.7230 0.7771 0.7824 0.8082 0.6385 0.4426 0.4171 0.4963 0.3160 0.5682 0.6114 0.2342 0.1283 0.0785 0.1747 0.3424 0.3882
MI 0.2822 0.2563 0.2831 0.5000 0.6728 0.4911 0.3996 0.4879 0.5641 0.5712 0.6539 0.7346 0.7662 0.6812 0.7358 0.5268 0.6413 0.7057 0.1704 0.1022 0.1409 0.1753 0.2642 0.3632
PPS 0.1443 0.1074 -0.0330 0.1652 0.1381 0.2218 0.1066 0.2280 0.2788 0.4139 0.3829 0.2921 0.2957 0.3389 0.1305 -0.0580 0.2078 0.2082 0.7544 0.7629 0.6641 0.7047 0.7118 0.8317
RI -0.0362 -0.0366 0.3380 0.3234 0.3886 0.3964 0.2137 0.3737 0.4188 0.4328 0.3682 0.3407 0.3577 0.3773 0.3886 0.1371 0.4408 0.4581 0.2309 0.2623 0.1144 0.3464 0.4890 0.3447
41
PPS8 RI1 RI2 RI3 RI5 RI6
0.1283 -0.0057 0.1241 0.2675 0.2749 0.2011
0.2589 0.3654 0.3127 0.3440 0.3578 0.3119
0.2569 0.3485 0.3455 0.3776 0.4108 0.3266
0.8879 0.2187 0.4155 0.1967 0.4206 0.1286
0.2876 0.7187 0.6347 0.6706 0.6821 0.7034
Lampiran 4 Lembar kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI INVESTOR SUKUK NEGARA RITEL Oleh: Adik Putri Sarah
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu, dalam pengisian kuesioner penelitian Saya, Adik Putri Sarah, mahasiswa S1 Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat komparasi antara faktor yang paling mempengaruhi minat investor sukuk ritel. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner berikut dengan lengkap dan jujur. Kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak/Ibu dijamin dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi ini saja. Atas bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
42
Tanggal: .............................. I. DATA RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki 2. Usia: a. 20-25 tahun b. 26-35 tahun c. 36-40 tahun
(
) Perempuan
d. 41-45 tahun e. di atas 45 tahun
3. Pendidikan formal terakhir Anda a. SD/Sederajat e. Sarjana b. SMP/Sederajat f. Magister (S2) g. Doktoral (S3) c. SMA/Sederajat d. Diploma h. Lain-lain (sebutkan): ............ 4. Pekerjaan Anda saat ini: a. Wiraswasta d. Pegawai Swasta b. Ibu Rumah Tangga e. TNI/Polri c. Pegawai Negeri Sipil f. Lain-lain (sebutkan): ............ 5. Rata-rata total penghasilan yang Anda terima setiap bulannya : a. < Rp 1.000.000,00 d. Rp 5.001.000,00-Rp 7.000.000,00 b. Rp 1.000.000,00-Rp 3.000.000,00 e. Rp 7.001.000,00-Rp 10.000.000,00 c. Rp 3.001.000,00-Rp 5.000.000,00 f. > Rp 10.000.000,00 6. Produk investasi yang Anda beli: a. Sukuk Negara Ritel b. Obligasi Ritel Indonesia c. Keduanya; Sukuk Negara Ritel dan Obligasi Ritel Indonesia 7. Di manakah Anda membeli produk investasi tersebut: (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Bank. Sebutkan nama bank ........... b. Perusahaan Sekuritas. Sebutkan nama perusahaan ............ c. Bursa Efek d. Lain-lain: (sebutkan) ............ 8. Dari mana Anda mengetahui informasi mengenai produk investasi tersebut: a. Iklan yang berada di tempat c. Brosur Anda membeli produk d. Keluarga/teman b. Media Elektronik e. Lain-lain (sebutkan):.... 9. Apa alasan Anda memilih berinvestasi pada produk investasi tersebut: ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................
43 10. Bagaimana sikap Anda dalam menghadapi risiko yang tidak menentu dalam investasi yang Anda lakukan: a. Memilih mengambil risiko b. Tidak mengambil risiko dan lebih memilih produk investasi yang aman c. Melihat situasi dan meminta saran konsultan keuangan d. Percaya pada keputusan sendiri dan berhati-hati terhadap risiko II. INFORMASI PRODUK INVESTASI Di bawah ini adalah pernyataan umum yang berkaitan dengan bagaimana informasi mengenai produk investasi dapat berpengaruh terhadap keputusan Anda berinvestasi pada sukuk ritel. Isi pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari nomor yang tersedia dalam kotak untuk menyatakan tingkat kesetujuan Anda terhadap setiap pernyataan, dengan beberapa alternatif pilihan, antara lain 1 = Sangat Tidak Berpengaruh 4 = Berpengaruh 2 = Tidak Berpengaruh 5 = Sangat Berpengaruh 3 = Netral No Pernyataan STB TB N B 1 Iklan di media mempengaruhi keputusan Saya 1 2 3 4 dalam memilih produk investasi ini 2 Seminar atau talkshow yang pernah saya ikuti mempengaruhi keputusan Saya dalam memilih 1 2 3 4 produk investasi ini 3 Rekomendasi dari orang lain berpengaruh pada keputusan Saya dalam memilih produk investasi 1 2 3 4 ini 4 Isu mengenai produk investasi ini mempengaruhi 1 2 3 4 keputusan pembelian Saya 5 Track record produk investasi ini menjadi 1 2 3 4 pertimbangan Saya dalam memilih 6 Informasi mengenai produk investasi ini mudah 1 2 3 4 didapat II.
RISIKO INVESTASI Di bawah ini adalah pernyataan umum yang berkaitan dengan bagaimana tingkat risiko berpengaruh terhadap keputusan Anda berinvestasi pada sukuk ritel. Isi pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari nomor yang tersedia dalam kotak untuk menyatakan tingkat kesetujuan Anda terhadap setiap pernyataan, dengan beberapa alternatif pilihan, antara lain 1 = Sangat Tidak Berpengaruh 4 = Berpengaruh 2 = Tidak Berpengaruh 5 = Sangat Berpengaruh 3 = Netral
SB 5 5
5 5 5 5
44 No Pernyataan 1 Saya memilih produk investasi ini karena tidak meimiliki risiko gagal bayar 2 Likuiditas produk investasi merupakan pertimbangan utama bagi Saya 3 Kupon yang dapat diberikan produk investasi lebih besar dari inflasi yang berlaku 4 Harga produk investasi di pasar sekunder stabil meskipun tingkat suku bunga BI naik 5 Adanya aset yang menjamin (underlying asset) membuat Saya merasa lebih aman dan nyaman dalam berinvestasi 6 Tingkat risiko yang sangat rendah menjadi dasar keputusan Saya memilih produk investasi ini
STB
TB
N
B
SB
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
III. PERTIMBANGAN PRINSIP SYARIAH Di bawah ini adalah pernyataan umum yang berkaitan dengan bagaimana variabel pertimbangan prinsip syariah mempengaruhi minat Anda dalam berinvestasi terhadap sukuk ritel. Isi pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari nomor yang tersedia dalam kotak untuk menyatakan tingkat kesetujuan Anda terhadap setiap pernyataan, dengan beberapa alternatif pilihan, antara lain 1 = Sangat Tidak Berpengaruh 4 = Berpengaruh 2 = Tidak Berpengaruh 5 = Sangat Berpengaruh 3 = Netral No Pernyataan STB TB N B SB Produk investasi yang Saya beli sesuai dengan 1 1 2 3 4 5 syariah 2 Saya mempertimbangkan unsur riba dalam 1 2 3 4 5 berinvestasi 3 Saya selalu membeli produk investasi yang halal 1 2 3 4 5 4 Pendapatan berupa bunga lebih menarik 1 2 3 4 5 dibandingkan bagi hasil 5 Menurut Saya, pendapatan hasil investasi yang 1 2 3 4 5 halal adalah keutamaan dalam berinvestasi 6 Adanya jaminan aset (underlying asset) diperlukan untuk menghindari ketidakjelasan 1 2 3 4 5 (gharar) dalam berinvestasi 7 Menurut Saya, penting untuk dapat berpatisipasi 1 2 3 4 5 mengembangkan industri keuangan syariah 8 Bagi Saya, kesesuaian syariah adalah faktor 1 2 3 4 5 utama pemilihan produk investasi
45 IV. MINAT INVESTOR Di bawah ini adalah pernyataan umum yang berkaitan dengan minat Anda sebagai investor terhadap sukuk ritel. Isi pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari nomor yang tersedia dalam kotak untuk menyatakan tingkat kesetujuan Anda terhadap setiap pernyataan, dengan beberapa alternatif pilihan, antara lain 1 = Sangat Tidak Setuju 4 = Setuju 2 = Tidak Setuju 5 = Sangat Setuju 3 = Ragu–ragu No Pernyataan STS TS R S 1 Menurut Saya, produk investasi ini merupakan 1 2 3 4 produk yang menarik 2 Saya akan kembali menjadi investor dari produk 1 2 3 4 investasi ini 3 Saya akan menganjurkan produk investasi ini 1 2 3 4 kepada kerabat atau teman 4 Saya mengetahui dan memahami produk 1 2 3 4 investasi ini 5 Saya mencari informasi mengenai produk 1 2 3 4 investasi ini 6 Kinerja atau imbal hasil dari produk investasi ini 1 2 3 4 bagus 7 Menurut Saya, pemerintah memiliki citra yang 1 2 3 4 baik sebagai penerbit produk investasi ini
SS 5 5 5 5 5 5 5
V. KEPUASAN INVESTOR Di bawah ini adalah pernyataan umum yang berkaitan dengan kepuasan Anda sebagai investor terhadap sukuk ritel. Isi pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari nomor yang tersedia dalam kotak untuk menyatakan tingkat kesetujuan Anda terhadap setiap pernyataan, dengan beberapa alternatif pilihan, antara lain 1 = Sangat Tidak Setuju 4 = Setuju 2 = Tidak Setuju 5 = Sangat Setuju 3 = Ragu–ragu No Pernyataan 1 Saya merasa puas terhadap produk investasi ini 2 Saya tidak merasa rugi membeli produk investasi ini 3 Total biaya yang harus Saya keluarkan untuk mendapat produk investasi ini memberatkan saya 4 Biaya yang Saya keluarkan sepadan dengan manfaat yang Saya terima dari produk investasi ini
STS 1
TS 2
R 3
S 4
SS 5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
46 5 6 7 8
Syarat dan prosedur yang harus Saya ikuti untuk mendapatkan produk investasi ini mudah Produk investasi ini mampu memberikan return yang kompetitif Saya merasa senang dengan kekhasan yang dimiliki oleh produk invetasi ini Saya merasa bangga memiliki produk investasi ini
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Terima kasih atas kesediaan Anda dalam meluangkan waktu menjadi responden dalam penelitian ini
47
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 19 Juni 1992 di Kota Jakarta dari ibu Kurniati Isnainiar (alm) dan ayah Kusno Kasdi. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara. Pendidikan tingkat menengah atas penulis tempuh di SMAIT Nurul Fikri dan telah dinyatakan lulus pada tahun 2010. Selanjutnya melalui jalur tes SNMPTN, penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam lembaga Sharia Economics Student Club (SES-C) masa kepengurusan 2012/2013 sebagai staff divisi Pundi Asnaf SES-C serta merupakan staff dalam organisasi Forum For Indonesia (FFI) Chapter Bogor. Selain dalam kepengurusan, penulis juga aktif pada beberapa kepanitiaan seperti Manggarai Berlari, Seminar Nasional FFI, Sportakuler, dan Masa Perkenalan Fakultas Ekonomi dan Manajemen.