SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 11 – 18
ISSN : 1829-9946
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH INBRIDA DAN HIBRIDA DI PROVINSI LAMPUNG Robet Asnawi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No. 1A, Bandar Lampung E-mail :
[email protected]
Abstract: Rice production is determined by technical and non-technical factors that correlate to the farm income. To know determine influence factors of the production hybrid rice and inbred rice farming, its were conducted at South Lampung, Central Lampung and East Lampung regency as a center of rice production in Lampung, from March to December 2010. The study was conducted with descriptive methods, involving 480 farmers examples of three counties in the Lampung Province who irrigated rice farming both inbred and hybrid types. To analyze the factors that influence on the rice production were used Cobb-Douglass production function analysis of double natural logarithm form. The results showed that rice roduktivity average on-site assessment were 6,58 tons/ha for hybrid rice farming and and 5,89 tonnes/ha for inbread rice farming. Rice production is only affected by acreage and NPK fertilizers, whereas urea fertilizer, fertilizer type and dummy SP18 rice variety was not different. Urea fertilizer is used in high doses were 414,5 kg/ha by all (100%) rice farmers both inbred and hybrid rice varieties. The percentage of farmers who use fertilizers and NPK SP18 relatively low were 32,75% with average dosage 211,29 kg/ha, whereas NPK fertilizer application were 34,30% with average dosage 305,70 kg/ha. Keywords : production, low land paddy, hybrid, inbrid. peningkatan produktivitas 0,1 – 1% per tahun dan perluasan areal tanam 0,4 – 0,8% per tahun. Salah satu terobosan dalam peningkatan produktivitas adalah melalui perakitan dan pengembangan padi hibrida dengan memanfaatkan gejala heterosis yang umumnya muncul pada turunan pertama (F1) dari suatu persilangan antara varietas yang berbeda (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Beberapa varietas padi hibrida yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian antara lain adalah Maro (potensi hasil 9,5 ton/ha), Rokan (potensi hasil 9,0 ton/ha), Hipa 3 (potensi hasil 11,0 ton/ha), Hipa 4 (potensi hasil 10,0 ton/ha), Hipa 5 Cepa (potensi hasil 8,4 ton/ha), Hipa 6 Jete (potensi hasil 10,6 ton/ha), Hipa 7 (potensi hasil 11,4 ton/ha), dan Hipa 8 Pioneer (potensi hasil 10,4 ton/ha) (Bambang Suprihatno et al., 2009). Masalah utama yang terjadi pada usahatani padi sawah adalah produktivitas yang rendah, yang diduga disebabkan oleh minimnya
PENDAHULUAN Beras masih merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat karena merupakan sumber karbohidrat dan kalori utama secara nasional. Tingkat partisipasi rumah tangga dalam mengkonsumsi beras di perkotaan dan di perdesaan sebagai sumber kalori pada tahun 2004 hampir mencapai 100% (Badan Pusat Statistik, 2004). Sektor pertanian hingga beberapa dekade mendatang masih tetap menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi daerah Lampung hal tersebut dibuktikan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sekitar 37 %. Luas panen padi sawah di Provinsi Lampung pada tahun 2010 sebesar 559.881 ha dengan produksi 2.534.954 ton dengan produktivitas 4,52 ton/ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011). Mewujudkan kembali dan mempertahankan swasembada beras, ada dua strategi pendekatan yang dapat ditempuh yakni
11
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... penerapan teknologi budidaya yang telah direkomendasikan seperti penggunaan benih dan pupuk, faktor lingkungan, dan kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan petani. Penggunaan padi hibrida yang semula disinyalir mampu meningkatkan produksi belum mampu berperan secara nyata dalam meningkatkan produksi padi di tingkat petani. Pengembangan padi hibrida masih banyak mengalami hambatan seperti harga benih yang mahal, kualitas gabah yang rendah, serangan hama dan penyakit, penggunaan input produksi tinggi seperti penggunaan pupuk, serta harga jual gabah lebih rendah dari padi inbrida (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Keseluruhan faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan menurunnya minat petani untuk menanam padi hibrida (Robet Asnawi, 2010). Interaksi antara lingkungan fisik dan irigasi akan mempengaruhi hasil padi secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap penggunaan takaran jumlah input produksi yang digunakan, seperti pupuk dan pestisida. Menurut Ketut Kariyasa (2007) bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan tentang jenis dan jumlah pupuk yang digunakan dalam kegiatan berusahatani, yaitu faktor teknis-agronomis dan faktor sosial ekonomi. Faktor teknis-agronomis meliputi: (1) jenis paket teknologi yang direkomendasikan; (2) informasi teknologi dari sumber-sumber lain; (3) kemungkinan substitusi atau komplementaritas antar jenis pupuk; (4) pola tanam dalam setahun; dan (5) luas lahan yang diusahakan. Sementara faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan jumlah dan jenis pupuk, adalah: (1) harga pupuk itu sendiri; (2) harga pupuk yang lain; (3) harga input yang lain; (4) harga output; dan (5) tingkat keuntungan usahatani. Kelembagaan sosial ekonomi secara langsung juga akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani dalam menentukan jumlah input produksi yang akan digunakan. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sawah jenis inbrida dan hibrida di Provinsi Lampung.
METODE PENELITIAN Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Tengah dan Lampung Selatan sebagai daerah penghasil utama padi di Provinsi Lampung, mulai bulan Maret sampai Desember 2010. Pemilihan desa contoh didasarkan kepada mayoritas penduduk yang melakukan usahatani padi disamping hasil konsultasi dengan dinas instansi terkait. Data sekunder yang digunakan untuk mendukung kajian ini dikumpulkan dari kantor BPS dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Lampung dan kabupaten lokasi kajian. Data primer dikumpulkan dengan metode survey melalui wawancara yang dipandu dengan kuesioner yang terstruktur. Petani contoh diambil berdasarkan stratified random sampling, dengan kategori luas kepemilikan lahan yakni kurang dari 0,5 ha; antara 0,5 – 1 ha; dan lebih dari 1 ha. Setiap kabupaten dipilih 2 kecamatan, dan masing-masing kecamatan diambil 2 desa, dan setiap desa diambil 20 petani padi hibrida dan 20 petani padi inbrida, sehingga total petani contoh adalah 480 orang. Data primer terdiri dari data usahatani komoditas padi di desa contoh dari 3 kabupaten, termasuk dosis pupuk yang digunakan petani, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah data luas lahan padi, data produksi, produktivitas tahun 2010. Data primer yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis dengan analisis fungsi produksi (Cobb-Douglass) dan analisis deskriptif sederhana. Menurut Beattie dan Taylor (1996), David L Debertin (1986), Doll John and Frank Orazem (1984) dan Damodar Gujarati (1977), fungsi produksi merupakan kombinasi berbagai faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk, sedangkan kombinasi berbagai faktor produksi yang dimaksud adalah sebuah proses produksi. Menurut Soekartawi (1984), dalam sebuah proses produksi terdapat dua jenis faktor produksi yakni faktor produksi tetap (input tetap) dan faktor produksi variable (input variable). Secara sistematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sebagai berikut : Q = f (Xi, Zj) dimana : Q = Produksi (output) Xi = Faktor produksi variable (i = 1, 2, 3, …..n) Zj = Faktor produksi tetap (j = 1, 2, 3, …..n)
12
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap usahatani padi sawah inbrida dan hibrida di Provinsi Lampung, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = 0 X11 X22 X33 X44 eD+U dimana : Y = Produksi padi (kg/ha) 0 = Besarnya efisiensi teknis X1 = Luas kepemilikan lahan (ha) X2 = Jumlah pupuk Urea (kg) X3 = Jumlah pupuk SP18 (kg) X4 = Jumlah pupuk NPK (kg) i = Koefisien regresi faktor produksi tidak tetap ( i = 1, 2, 3, 4) e = Bilangan natura D = Dummy jenis padi, dimana D0 = Padi inbrida dan D1 = Padi hibrida U = Unsur sisa
Tanggamus (4,75 ton/ha) dan Kota Metro (4,73 ton/ha). Rata-rata produksi padi tertinggi pada Tabel 1 terdapat di Kabupaten Lampung Tengah (562.162 ton), diikuti Kabupaten Tulang Bawang (419.432 ton) dan Lampung Timur (398.721 ton). Tingginya produktivitas padi sawah di Kabupaten Pesawaran, Tanggamus, dan Kota Metro diduga disebabkan oleh ketersediaan air irigasi sepanjang tahun. Sumber air irigasi untuk usahatani padi sawah di Kabupaten Pesawaran berasal dari air gunung Betung dan Kabupaten Tanggamus berasal dari air gunung Tanggamus yang tersedia sepanjang tahun. Demikian pula untuk Kota Metro, sumber air irigasi sungai Way Sekampung yang lokasinya dekat dengan saluran irigasi primer areal padi sawah di Kota Metro. Penggunaan Pupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kajian penggunaan pupuk padi sawah inbrida di Provinsi Lampung pada Tabel 2, menunjukkan bahwa seluruh petani padi sawah inbrida sudah menggunakan pupuk Urea untuk usahatani padi sawahnya dengan dosis rata-rata 468,16 kg/ha yang melebihi dosis anjuran sebesar 250 kg/ha (Kariyasa, 2007). Dosis pupuk Urea tertinggi digunakan oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah yakni 495,48 kg/ha diikuti oleh Lampung Selatan (483,14 kg/ha) dan Lampung Timur (425,87 kg/ha).
Luas Pertanaman Padi Luas tanam padi di Provinsi Lampung pada tahun 2010 adalah 559.881 ha dengan rata-rata produktivitas 4,52 ton/ha dan produksi sebesar 2.534.954 ton. Luas tanam terbesar terdapat di Kabupaten Lampung Tengah yakni 124.009 ha, diikuti Kabupaten Tulang Bawang 93.966 ha dan Lampung Timur 85.276 ha. Produktivitas padi tertinggi terjadi di Kabupaten Pesawaran yakni 4,79 ton/ha diikuti Kabupaten
Tabel 1. Luas Panen Tanam Padi Sawah di Provinsi Lampung, Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Lampung Barat
35.111
154.341
4,39
Tanggamus
50.359
239.062
4,75
Lampung Selatan
69.333
321.531
4,64
Lampung Timur
85.276
398.721
4,68
Lampung Tengah
124.009
562.162
4,53
Lampung Utara
35.025
146.647
4,17
Way Kanan
36.409
147.910
4,06
Tulang Bawang
93.966
419.432
4,46
Pesawaran
25.056
120.228
4,79
Bandar Lampung
1.533
6.910
4,51
Metro
3.804
18.010
4,73
559.881
2.534.954
4,52
Jumlah/rata-rata
13
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... Penggunaan pupuk SP18 untuk tanaman padi sawah inbrida di Provinsi Lampung hanya dilakukan oleh 66,60% petani dengan dosis rata-rata 297,73 kg/ha. Penggunaan pupuk SP18 tertinggi di Kabupaten Lampung Tengah (330,72 kg/ha), Lampung Timur (297,73 kg/ha), dan Lampung Selatan (287,47 kg/ha). Sedangkan penggunaan pupuk Phonska (NPK) untuk tanaman padi sawah di Lampung hanya dilakukan 61,67% petani dengan dosis rata-rata 285,97 kg/ha. Dosis pupuk NPK tertinggi dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan (323,21 kg/ha), Lampung Tengah (298,29 kg/ha), dan Lampung Timur (236,30 kg/ha). Rata-rata produktivitas padi sawah jenis inbrida di Provinsi Lampung adalah 5,89 ton/ha dengan rincian rata-rata produktivitas padi inbrida di Kabupaten Lampung Tengah 6,11 ton/ha, Kabupaten Lampung Selatan 5,95 ton/ha dan Lampung Timur 5,64 ton/ha.Penggunaan pupuk Urea pada usahatani padi sawah hibrida (Tabel 3) dilakukan oleh seluruh petani (100%)
sample dengan dosis yang cukup tinggi. Dosis pupuk Urea yang digunakan untuk tanaman padi sawah hibrida di Provinsi Lampung ratarata 414,50 kg/ha melebihi dosis anjuran sebesar 250 kg/ha. Dosis pupuk Urea tertinggi digunakan oleh petani di Kabupaten Lampung Timur yakni 486,43 kg/ha diikuti oleh Lampung Selatan (379,31 kg/ha) dan Lampung Tengah (378 kg/ha). Penggunaan pupuk SP18 untuk tanaman padi sawah hibrida di Provinsi Lampung hanya dilakukan oleh 32,75% petani padi sawah dengan dosis rata-rata 211,29 kg/ha (Tabel 3). Penggunaan pupuk SP18 tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Tengah (266,67 kg/ha), Lampung Selatan (186,21 kg/ha), dan Lampung Selatan (181 kg/ha). Penggunaan pupuk NPK untuk usahatani padi sawah hibrida di Provinsi Lampung hanya dilakukan oleh 34,30% petani padi sawah dengan dosis ratarata 305,74 kg/ha.
Tabel 2 . Dosis Pupuk dan Produktivitas Padi Sawah Inbrida Di Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Timur Tahun 2010 Kabupaten
Urea 495,48 Lampung Tengah (100%) 483,14 Lampung Selatan (100%) 425,87 Lampung Timur (100%) Rata-rata 468,16 (100%) Sumber : Data olahan hasil kajian 2010.
Dosis Pupuk (kg/ha) SP18 330,72 (31,92%) 287,47 (92,31%) 275,00 (51,28%) 297,73 (66,60%)
NPK 298,29 (82,31%) 323,31 (26,92%) 236,30 75,79%) 285,97 (61.67%)
Produktivitas (ton/ha) 6,11 5,95 5,64 5,89
Tabel 3. Dosis Pupuk dan Produktivitas Rata-rata Padi Sawah Hibrida di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Timur Tahun 2010 Kabupaten
Urea 378,00 Lampung Tengah (100%) 379,31 Lampung Selatan (100%) 486,43 Lampung Timur (100%) Rata-rata 414,50 (100%) Sumber : Data olahan hasil kajian 2010.
Dosis Pupuk (kg/ha) SP18 NPK 266,67 266,67 (10,02%) (54,65%) 186,21 400,79 (55%) (22,5%) 181,00 249,77 (25,76%) (35,22%) 211,29 305,74 (32,75%) (34,30%)
14
Produktivitas (kg/ha) 6,31 7,51 5,53 6,45
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... Dosis pupuk NPK tertinggi dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan (400,79 kg/ha), Lampung Tengah (266,67 kg/ha), dan Lampung Timur (249,77 kg/ha). Rata-rata produktivitas padi hibrida di Provinsi Lampung adalah 6,45%, dengan rincian produktivitas padi hibrida di Kabupaten Lampung Selatan 7,51 ton/ha, Kabupaten Lampung Tengah 6,31 ton/ha dan Lampung Timur 5,53 ton/ha. Penyebab berlebihnya petani menggunakan dosis pupuk yang diberikan terutama Urea karena harga jual pupuk Urea yang masih disubsidi dan tergolong murah dan terjangkau serta pola pikir petani yang menganggap pupuk Urea sebagai pupuk pokok dengan asumsi bahwa jika tanaman telah diberi pupuk Urea maka tanaman tersebut akan tumbuh dan berproduksi baik, sedangkan pupuk lainnya (SP18 dan NPK) hanya dianggap sebagai pupuk pelengkap. Hal tersebut kurang sesuai dengan hasil penelitian Ketut Kariyasa (2007) yang mengatakan bahwa penggunaan pupuk Urea yang berlebihan tanpa diimbangi penggunaan pupuk lainnya (SP18 dan NPK) akan mengakibatkan rendemen gabah menjadi lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan pupuk berimbang.
Hasil analisis pada Tabel 4 tersebut, secara matematis persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat disusun sebagai berikut : Ln Y = 8,6059 + 0,6638 Ln X1 + 0,0169 Ln X2 - 0,0012 Ln X3 + 0,0067 Ln X4 + 0,0018 D Dari persamaan tersebut diperoleh persamaan Cobb-Douglass sebagai berikut : Y = 8,6059 X40,0067e0,0018D
X10,9638
X20,0169
X3-0,0012
Berdasarkan data tersebut di atas terlihat bahwa nilai R2 = 0,7136 yang berarti bahwa 71,36 % dari variable tersebut mampu dijelaskan dalam model ini, dan hanya 26,64 % yang tidak dapat dijelaskan. Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor luas lahan padi sawah menunjukkan hubungan positif dan berbengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi, yang berarti semakin besar luas kepemilikan lahan sawah akan semakin tinggi produksi padi yang dihasilkan. Faktor penentu terbesar produksi padi adalah luas lahan sawah dengan parameter estimasi sebesar 6.638 pada tingkat kepercayaan lebih 99%, artinya adalah setiap kenaikan luas lahan sawah satu hektar, maka secara nyata akan menaikan produksi padi minimal 6.638 kg. Rata-rata kepemilikan lahan padi sawah di Provinsi Lampung yakni 0,5 ha/KK untuk usahatani padi sawah inbrida dan 0,65 ha/KK untuk usahatani padi sawah hibrida.
Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglass Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglass pada Tabel 4, menunjukkan bahwa tingkat produktivitas padi sawah dipengaruhi oleh peubah-peubah luas lahan dan pupuk NPK, sedangkan faktor-faktor lainnya seperti pupuk Urea, Pupuk SP18 dan dummy jenis padi (hibrida dan inbrida) tidak berpengaruh nyata.
Tabel 4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruh Produktivitas Padi di Lampung Tahun 2010 Peubah Koefisien 0,6638 X1 (Luas lahan) 0,0169 X2 (Pupuk Urea) -0,0012 X3 (Pupuk SP18) 0,0067 X4 (Pupuk NPK) 0,0018 D (Dummy Jenis Padi) 8,6059 Constanta 2 R = 0,7136 Dw = 1,2614 Fhit = 80,2191 α = 0,05 Keterangan : ** = berbeda nyata pada taraf 1% ns = tidak berbeda nyata
Standar Error 0,0611 0,0046 0,0024 0,0027 0,0018 0,3166
15
t-value 15,7659 0,3108 -0,4941 2,4299 1,0041 27,1781
Keterangan ** ns ns ** ns
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... Penggunaan pupuk Urea dan SP18 dalam jumlah yang melebihi dosis anjuran tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi baik usahatani, padi inbrida maupun hibrida. Hal tersebut karena penggunaan pupuk Urea oleh petani tidak ditunjang oleh penggunaan pupuk SP18 dan NPK. Dari nilai rata-rata petani yang menggunakan pupuk SP18 hanya 66% untuk padi inbrida dan 32% untuk padi hibrida, dan yang menggunakan pupuk NPK hanya 61,67% untuk padi inbrida dan 34,3% untuk padi hibrida, sehingga secara keseluruhan penggunaan pupuk belum berdampak terhadap peningkatan produktivitas padi sawah di Provinsi Lampung. Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor pupuk NPK menunjukkan hubungan positif dan berbengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi. Hal tersebut berarti semakin tinggi penggunaan dosis pupuk NPK akan semakin tinggi produksi padi yang dihasilkan. Dengan parameter estimasi sebesar 0,0067 pada tingkat kepercayaan lebih 99%, artinya adalah setiap kenaikan dosis pupuk satu kg, maka secara nyata akan menaikan produksi padi minimal 6,7 kg. Penggunaan pupuk NPK dengan komposisi 15:15:15 dengan dosis ratarata 305,74 kg/ha untuk padi sawah hibrida dan 285,97 kg/ha untuk padi sawah inbrida, berpengaruh nyata terhadap pengisian gabah yang dihasilkan. Variabel Dummy jenis padi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah inbrida maupun padi sawah hibrida. Rata-rata produktivitas padi sawah inbrida rata-rata 5,89 ton/ha sedangkan padi sawah hibrida 6,45 ton/ha. Hal tersebut diduga karena penggunaan pupuk dengan dosis yang hampir sama bahkan lebih rendah antara padi sawah hibrida dan inbrida. Pemupukan pada padi sawah inbrida menggunakan dosis rata-rata 468,16 kg/ha Urea + 297,75 kg/ha SP18 + 285,95 kg/ha NPK (Tabel 2), sedangkan padi sawah hibrida menggunakan rata-rata 414,50 kg/ha Urea + 211,29 kg/ha SP18 + 305,75 kg/ha NPK (Tabel 3). Masalah lain yang terjadi di lapangan yakni masih enggannya petani menggunakan padi jenis hibrida dibandingkan dengan padi inbrida. Hal tersebut antara lain disebabkan banyaknya serangan hama dan penyakit serta belum
terbiasanya petani menanam padi hibrida. Dijelaskan oleh Yudhistira Nugraha et al., (2008), bahwa beberapa varietas hibrida yang telah dilepas oleh institusi pemerintah maupun swasta memiliki potensi hasil yang tinggi tetapi peka terhadap penyakit hawar daun bakteri. Ditambahkan oleh Suwarno (2004) bahwa sejumlah varietas padi hibrida dengan potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida telah dilepas sebagai varietas unggul nasional, namun secara umum varietas hibrida masih rentan terhadap hama dan penyakit (Satoto, 2005). Rata-rata petani yang menanam padi sawah jenis hibrida hanya karena adanya bantuan benih gratis yang diberikan oleh Kementerian Pertanian melalui Dinas Pertanian di lokasi kajian, sedangkan pupuk tidak dibantu atau tidak diberikan secara gratis. Kurang yakinnya petani untuk memberikan pupuk sesuai dosis anjuran (lebih tinggi dari dosis padi sawah inbrida) menyebabkan petani memupuk tanaman padi hibrida dengan dosis yang hampir sama bahkan lebih rendah dari dosis pupuk padi sawah inbrida (Tabel 3). Hasil penelitian Benny Rachman dan Andy Saryoko (2008) menyatakan bahwa produksi, pendapatan dan keuntungan usahatani padi dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan, tingkat harga yang berlaku, dan hasil yang dicapai. Menurut Sri Adiningsih dan Supartini (1995), bahwa fenomena penurunan produksi padi disebabkan oleh tidak efisien penggunaan pupuk anorganik, terjadi degradasi lahan, dan penerapan teknologi anjuran oleh petani masih rendah. SIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : (1) Produktivitas padi ratarata di lokasi kajian adalah 6,45 ton/ha untuk usahatani padi hibrida dan dan 5,89 ton/ha untuk usahatani padi inbrida. (2) Produksi padi hanya dipengaruhi oleh luas lahan garapan dan jenis pupuk NPK, sedangkan jenis pupuk Urea, jenis pupuk SP18 dan dummy jenis padi tidak nyata. (3) Pupuk Urea digunakan dalam dosis tinggi oleh seluruh (100%) petani padi sawah dengan dosis rata-rata 468,16 kg/ha untuk usahatani padi inbrida dan 414,5 kg/ha untuk usahatani padi hibrida. (4) Persentase petani yang menggunakan pupuk SP18 tergolong
16
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... Teknologi Pertanian Vol. 11 (1): 54-60. (Jurnal).
rendah yakni 66,60% dengan dosis 297,73 kg/ha untuk usahatani padi inbrida dan 32,75% dengan dosis rata-rata 211,29 kg/ha untuk usahatani padi hibrida. (5) Persentase petani yang menggunakan pupuk NPK hanya 61,67% dengan dosis 285 kg/ha untuk usahatani padi inbrida dan 34,3% dengan dosis rata-rata 305,74 kg/ha untuk usahatani padi hibrida. Untuk meningkatkan produktivitas padi dan mendukung keberhasilan swasembada beras regional dan nasional diperlukan pengembangan padi hibrida dalam skala luas dengan penggunaan pupuk berimbang, sesuai dengan kesuburan tanah masing-masing lokasi atau penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi.
Damodar Gujarati. 1977. Ekometrika Dasar. Alih Bahasa Zain, S. Erlangga Jakarta. (Buku) David L Debertin. 1986. Agricultural Production Economics. Mc. Milan Publishing Company. New York. (Buku) Doll John P and Frank Orazem. 1984. Production Economics: Theory and Applications. John Wiley and Sons Inc, New York. (Buku)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Prospek dan Arah Pengembangan Padi Hibrida. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 57 halaman. (Buku).
Yudhistira Nugraha, Angelita P Lestari, M. Diredja, dan Anggiani Nasution. 2008. Galur galur Padi Hibrida Perbaikan IR58025A/B: Penampilan dan Reaksi Terhadap Hawar Daun Bakteri. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan “Inovasi Teknologi Tanaman Pangan “ (Buku2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dn Pengembangan Pertanian. Hal.368-376. (Prosiding).
Badan Pusat Statistik 2004. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2004. CV. Nasional Indah, Jakarta. 254 hal. (Buku)
Ketut Kariyasa. 2007. Usulan HET Pupuk Berdasarkan Tingkat Efektifitas Kebijakan Harga Pembelian Gabah. Analisis Kebijakan Pertanian (5)1:72-85. (Jurnal).
Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2011. Lampung Dalam Angka 2011. Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pengembagan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung. 576 halaman. (Buku)
Robet Asnawi. 2010. Analisis usahatani dan respon petani terhadap penanaman padi hibrida dan inbrida di Lampung. Prosiding Hasil Penelitian Padi 2010. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. (Prosiding).
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Suprihatno, Aan A Daradjat, Satoto, Baehaki, Suprihanto. Agus Setyono, Dewi Indrasari, Samaullah, dan Hasil Sembiring. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 105 halaman. (Buku).
Satoto, 2005. Status pengembangan padi hibrida, program penelitian masa kini dan yang akan datang. Seminar Ekspose Pengembangan Perbaikan Varietas Unggul Padi. Muara, 1 Oktober 2005. P. 7-8. (Prosiding).
Beattie dan Taylor. 1996. Ekonomi Produksi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI- Press. Jakarta. (Buku)
Benny Rachman dan Andy Saryoko. 2008. Analisis titik impas dan laba usahatani melalui pendekatan pengelolaan padi terpadu di Kabupaten Lebak, Banten. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Sri
17
Adiningsih dan Supartini. 1995. Pengelolaan Pupuk pada Sistem Usahatani Lahan Sawah. Makalah disajikan dalam Apresiasi Metodologi
Robet Asnawi: Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi ... Suwarno. 2004. Pemuliaan dan pengembangan varietas padi hibrida di Indonesia. Seminar Nasional Padi Hibrida, Bogor, 9 Oktober 2004. Fakultas Pertanian, IPB. P. 1-19. (Prosiding).
Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. Bogor, 7-9 September 1995. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. (Prosiding).
18