ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG, KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN
ANDHIEKA ULFA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG, KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN
Oleh: Andhieka Ulfa 106092003007
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Juli 2011
Andhieka Ulfa NIM. 106092003007
Curriculum Vitae Nama TTL Alamat Jenis Kelamin No Tlp E-mail
: Andhieka Ulfa : Jakarta, 25 November 1987 : Jl. Bangka I Villa Bintaro Indah Blok D4 No. 11 RT 01 RW 001 Jombang – Ciputat 15414 : Perempuan : 083899573469 :
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1992 – 1994 1994 – 2000 2000 – 2003 2003 – 2006 2006 – 2011
: TK Al – Muhajirin : SD Negeri Jombang 1 : SMP Negeri 3 Ciputat : SMA Negeri 1 Cisauk : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2000 – 2003 2007 – 2008 2007 – 2008 2008 – 2009
: Co. P3K Palang Merah Remaja SMP Negeri 3 Ciputat : Bendahara Karang Taruna FORKAP (Forum Komunikasi Pemuda) RT 01 Villa Bintaro Indah : Sekretaris II Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah : Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
KEGIATAN 2007 2009
2009
: Panitia Diskusi Panel dan Musyawarah Nasional POPMASEPI IX : Peserta Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan Bagi Masyarakat Kampus di Provinsi Jawa Barat dari Kementrian Negara KUKM : Team Pusaka Siaga Bencana/ Heritage Emergency Response oleh Badan Pelestarian Pustaka Indonesia
RINGKASAN
ANDHIEKA ULFA, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di bawah bimbingan EDMON DARIS dan ACEP MUHIB. Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein dan terbuat dari kedelai. Kandungan protein didalam tempe hampir sebanding dengan kandungan protein pada ayam. Tempe menjadi makanan khas Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain. Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat. Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe di desa Jombang. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe di desa Jombang. (3) Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa Jombang. Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Letak desa Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang sudah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin. Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat serta studi pustaka. Analisis kualitatif atau deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang. Analisis kuantitatif dengan alat bantu SPSS 17, mencakup pembahasan mengenai bagaimana faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe di desa Jombang melalui model persamaan regresi linear berganda dan perhitungan elastisitas.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner pada responden, didapat bahwa sebesar 86 persen responden memilih tempe sebagai lauk dalam menu makanan rumah tangga. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang rata-rata mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe 16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk membeli tempe adalah pasar tradisional. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga tempe dan variabel harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari 99 persen. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi signifikan secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas tehadap variabel terikat. Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien determinasi didapat hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintaan tempe dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang berpengaruh. Hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe didapat elastisitas harga tempe yaitu sebesar 0,957 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil elastisitas silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe karena memiliki nilai elastisitas yang positif. Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan harga ikan bernilai negatif sehingga bersifat komplementer terhadap tempe. Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan bahwa tempe merupakan barang inferior. Permintaan tempe akan menurun apabila pendapatan keluarga bertambah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum. Wr. Wb Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan. Penulis malakukan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat khususnya di lokasi penelitian. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi yang telah diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Ayahanda Alm. Achmad Syaifuddin dan Ibunda Umi Kalsum yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moriil dan materiil serta nasihat yang tak ternilai harganya bagi penulis. Penulis haturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang tinggi kepada mereka berdua atas jerih payah dan motivasinya supaya penulis dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan yang cerah. 2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi. 3. Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Program Studi dan Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan͘
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, dan Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan dan membimbing dengan baik hingga selesainya skripsi ini. 5. Bapak Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si, dan Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak masukan untuk lebih baik. 6. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama masa kuliah. 7. Seluruh dosen Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis. 8. Bapak H. M. Mansyur, selaku Kepala Desa Jombang beserta staf yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 9. Adik-adikku tersayang Nurul Fitriana dan Annisa Aulia yang selalu membuatku bahagia dan semangat untuk menyelesaiakan skripsi, semoga menjadi anak yang shalihah dan senantiasa berbakti terhadap orang tua. 10. Teman seperjuangan agribisnis angkatan 2006 yang selalu semangat semoga kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang selalu kita rindukan. 11. Semua pihak yang penulis tidak disebutkan satu persatu namun penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian semua. Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Keberhasilan seseorang tidak akan berarti tanpa adanya proses dari kesalahaan yang dibuatnya, karna manusia adalah tempatnya salah dan semua kebaikkan merupakan anugrah dari Allah SWT. Semoga masih ada kesempatan penulis untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dan semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, Juli 2011
Penulis
ŝdž
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL..................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah....................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori............................................................................
10
2.1.1 Tempe……………….................................................... 2.1.1.1 Pengertian Tempe.............................................. 2.1.1.2 Sejarah dan Perkembangan Tempe.................... 2.1.1.3 Khasiat Tempe...................................................
10 11 12 14
2.1.2 Teori Permintaan........................................................... 2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan. 2.1.2.2 Fungsi Permintaan.............................................
15 16 18
2.1.3 Konsep Elastisitas Permintaan......................................
18
2.1.2 Teori Perilaku Konsumen..............................................
19
2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................
22
2.3 Kerangka Pemikiran...................................................................
23
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................
25
3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................
25
3.3 Metode Pengambilan Sampel......................................................
25
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data.......................................
26
3.4.1 Analisis Kualitatif.............................................................. 3.4.2 Analisis Kuantitatif........................................................... 3.4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda......................... 3.4.2.2 Analisis Elastisitas….............................................
26 27 27 29
3.5 Definisi Operasional................................................................... BAB IV
BAB V
30
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang.....................
32
4.2 Penduduk Desa Jombang............................................................
33
4.3 Sarana dan Prasarana Desa Jombang..........................................
35
4.4 Karakteristik Responden.............................................................
37
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...... 4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga................................................................. 4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan............. 4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan......................................................................... 4.4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia......................
38 38 39 41 42
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian............................................................................ 5.1.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang............................................................... 5.1.1.1 Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan............................................... 5.1.1.2 Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan...............................................
43 45 46 48
xi
5.1.1.3 Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe............ 5.1.1.4 Lokasi Pembelian Tempe Responden................... 5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang............................................................... 5.1.2.1 Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Menpengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang...................................................
59
5.1.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang...............
68
5.2 Pembahasan.................................................................................
70
5.2.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang............................................................... 5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang............................................................... 5.2.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang............... BAB VI
49 50 51
70 72 78
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan.................................................................................
80
6.2. Saran...........................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
82
xii
DAFTAR TABEL
Halaman 1.
Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan......................................
2
2.
Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram).............................
4
3.
Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010.....................................
33
4.
Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010..............................
34
5.
Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010..............
34
6.
Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010...................................................
35
7.
Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010....................................................
35
8.
Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010....................................................
36
9.
Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010.............................
36
10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jombang, 2011..................................................................................
38
11. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Desa Jombang, 2011..................................................................................
38
12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaaan di Desa Jombang, 2011..................................................................................
40
13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jombang, 2011..................................................................................
41
14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia di Desa Jombang, 2011..................................................................................
42
15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011..................
44
16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011..................................................................................
47
17. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011..................................................................................
48
18. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011.............
49
xiii
19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011……….........
50
20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…………………......................................................
51
21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…..
53
22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011.....
54
23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011..................................................................................
55
24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…… 56 25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011.....................
57
26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011…..........
58
27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011……….......................................
59
28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011 Ayam Responden....................................................
63
29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011…………………………..........................................
66
30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011................
67
31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011....
69
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran…….......................................................................
24
2. Persentase Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011.........
45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas....................................................
84
2. Surat Keterangan dari Kelurahan Jombang....................................................
85
3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan - Banten..................................................................
86
4. Lembar Kuisioner..........................................................................................
87
5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011..................................................................................
89
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011..................................................................................
93
7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang..........................
97
8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe....................................................
100
9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe...............................................
101
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Konsumsi bahan pangan masyarakat sehari-hari, hendaknya memenuhi dua kriteria kecukupan gizi, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori biasanya
diperoleh
dari
konsumsi
makanan
pokok
(karbohidrat).
Sementara kebutuhan protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan hewan (protein hewani). Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari. Untuk memudahkan penyusunan menu yang bervariasi dan bergizi maka disusunlah Daftar Bahan Makanan Penukar. Almatsier (2009:296) menyatakan bahwa pada Daftar Bahan Makanan Penukar dikelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam pola menu seimbang dan zat gizi utama yang dikandungnya. Pada tahun 1996 Direktorat gizi mengeluarkan Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan yang prinsipnya sama dengan Daftar Penukar Bahan Makanan. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan ini disajikan pada Tabel 1. Untuk tiap golongan bahan makanan disusun dalam jumlah yang zat gizinya setara atau ekivalen dalam energi, karbohidrat dan protein. Bahan makanan dalam jumlah tersebut dapat saling menukarkan.
Tabel 1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan. Golongan
Ukuran energi karbohidrat lemak urt gram kkal gram gram
Sumber karbohidrat Nasi 3/4 gls II. Sumber protein hewani Daging Sapi 1 ptg III. Sumber protein nabati Tempe 2 ptg IV. Sayuran Sayuran campur 1 gls V. Buah-buahan Pepaya 1 ptg VI. Susu Susu sapi segar 1 gls VII. Minyak Minyak goreng 1/2 sdm VIII. Gula Gula pasir 1 sdm
protein gram
I.
100
175
40
־
4
50
95
־
6
10
50
80
8
3
6
100
50
10
־
9
100
40
10
־
־
200
130
9
7
7
5
45
־
5
־
10
40
10
־
־
Keterangan: urt = ukuran rumah tangga 1 gelas (gls) nasi = 140 gram = 70 gram beras 1 potong (ptg) daging = ukuran 6 x 5 x 2 cm 1 potong (ptg) tempe = ukuran 4 x 6 x 1 cm 1 gelas (gls) sayuran setelah direbus dan ditiriskan = 100 gram sayuran mentah 1 potong (ptg) pepaya = ukuran 5 x 15 cm 1 sendok makan (sdm) minyak goreng = 10 gram 1 sendok makan (sdm) gula pasir = 10 gram Sumber (Almatsier, 2009:297)
Dari daftar tersebut, tempe dapat menjadi bahan makanan penukar untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia akan protein nabati. Susanto (2004:14-15) menyatakan di negara berkembang, termasuk Indonesia 80% dari protein yang dikonsumsi adalah protein nabati dan 60% berasal dari biji-bijian. Sebaliknya di negara maju, protein nabati hanya 45% dari seluruh protein yang dikonsumsi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan (kedelai, karo, kacang tanah) biji-bijian (beras, gandum dan jagung). Sedangkan protein hewani ialah protein
2
yang terdapat dalam hasil ternak, yaitu daging, telur, susu dan ikan. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi harga bahan makanan yang mengandung protein hewani relatif mahal, sehingga hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya akan protein adalah kacang-kacangan. Sayur dan buah-buahan hanya sedikit mengandung protein. Sedangkan gula, sirop, lemak dan minyak murni tidak mengandung protein (Almatsier, 2009:100-101). Kandungan protein beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram). Bahan Makanan Kacang kedelai Kacang merah Kacang tanah kupas Kacang hijau Kacang mente Tempe Tahu Daging sapi Ayam Telur bebek Telur ayam Udang segar Ikan segar Tepung susu skim Tepung susu
Nilai Protein 34.9 29.1 25.3 22.2 21.2 18.3 7.8 18.8 18.2 13.1 12.0 21.0 16.0 35.6 24.6
Bahan Makanan Nilai Protein Keju 22.8 Kerupuk udang 17.2 Jagung kuning, pipil 9.2 Roti putih 8.0 Mie kering 7.9 Beras setengah giling 7.6 Kentang 2.0 Gaplek 1.5 Ketela pohon (singkong) 1.2 Daun singkong 6.8 Bayam 3.5 Kangkung 3.0 Wortel 1.2 Tomat masak 1.0 Mangga harumanis 0.4
Sumber (Almatsier, 2009:101)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kandungan protein didalam tempe sebesar 18,3 hampir sebanding dengan kandungan protein pada ayam. Kandungan protein dalam daging sapi dan udang segar lebih tinggi dari ayam untuk protein hewani. Untuk protein nabati, bahan makanan yang mengandung
3
protein tertinggi adalah kacang kedelai yaitu sebesar 34,9. Sedangkan dari semua jenis bahan makanan tersebut nilai protein tertinggi ada didalam tepung susu skim (35,6) dan terendah adalah mangga harumanis (0,4). Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau hasil olahannya, merupakan sumber protein yang baik. Di samping itu, kacang-kacangan kaya akan vitamin B, kalsium, fosfor, zat besi, mangan, seng, tembaga, dan kalium terutama bila diperhitungkan bahwa harganya lebih murah (Almatsier, 2009:292). Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang yang terbuat dari kacang kedelai serta kaya akan protein. Tempe mempunyai kandungan gizi yang sangat baik, terdiri dari protein sekitar 19,5%, lemak 4%, karbohidrat 9,4%, vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 gram tempe (Sarwono, 2002:2). Tempe banyak dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang tua, di pedesaan hingga di restoran, walaupun dulu pernah diremehkan sebagai bahan makanan untuk kaum miskin. Selain itu tempe juga mempunyai rasa yang khas, tekstur, penampilan dan aroma yang menarik. Tempe menjadi makanan khas Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga Indonesia. Tempe merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Akan tetapi tempe tidak hanya disukai rakyat di negeri kita saja. Di luar negeri pun penggemar tempe sudah berkembang pesat, terutama di Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Sehingga hak paten atas tempe telah dimiliki Amerika serikat dan Jepang (Noertjahyo, 2005:170).
4
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003:1). Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan di
masyarakat.
Tingkat
pertumbuhan
pendapatan
masyarakat
diyakini
mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat. Harga pangan sumber protein hewani yang relatif tinggi serta perkembangan pengetahuan masyarakat mengenai keunggulan protein nabati menyebabkan kecenderungan meningkatnya konsumsi rumah tangga terhadap sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan produk olahan lainnya. Bahan pangan hewani umumnya mengandung lemak dan zat-zat lain (seperti kolesterol), sehingga dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain sebagainya. Hal ini membuka kesadaran masyarakat untuk back to nature dengan lebih banyak mengkonsumsi makanan alami termasuk buah, sayuran dan kacang-kacangan. Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Letak desa Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi
Serpong
Damai
(BSD),
serta
merupakan
kawasan
perencanaan
pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal ini menyebabkan
5
peningkatan konsumsi tempe terjadi pada kalangan masyarakat menengah atas. Ini diduga hasil dari peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat tempe. Desa Jombang terletak di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 356,865 Ha, dengan jumlah penduduk 29.983 jiwa dan terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (Data Potensi Desa Jombang, 2010). Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe di desa Jombang. Oleh karena itu, suatu penelitian mengenai ”Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten” perlu untuk dilakukan. 1.2.
Perumusan Masalah Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat perkotaan
dapat menyebabkan pola konsumsi beralih dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan kalori dan protein menjadi pola konsumsi yang sangat mementingkan selera dan citra rasa makanan. Konsumsi atau permintaan sumber pangan protein berkaitan erat dengan kemampuan atau daya beli konsumen. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Perubahan pendapatan secara langsung
dapat
mempengaruhi
perubahan
konsumsi
pangan
keluarga.
Elastisitas pendapatan menunjukkan perubahan jumlah pangan yang diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan yang terjadi pada tingkat harga yang tepat.
6
Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga barang nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pandapatan riil berkurang. Kadaan ini mengakibatkan konsumsi pangan berkurang. Elastisitas harga menggambarkan perubahan jumlah pangan yang diminta sebagai akibat terjadinya perubahan harga pangan. Jika dipandang dari segi ekonomi dan psikososial, makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Secara umum pangan sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif lebih tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Tetapi lain halnya dengan tempe, selain harganya relatif
murah
tempe
diyakini
memiliki
kandungan
zat
amtioksidan.
Maka perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana permintaan tempe di desa Jombang? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan tempe di desa Jombang? 3. Berapa besar elastisitas permintaan tempe di desa Jombang?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang.
2.
Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe di desa Jombang.
3.
Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa Jombang.
7
1.4.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu bahan informasi mengenai permintaan tempe dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan konsumsi pangan yang lebih baik bagi masyarakat dan bagi pihak pengambil kebijakan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Serta dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pemasaran tempe oleh produsen tempe yang ada di desa Jombang. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam penerapan antara teori dan praktek yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan serta sebagai bahan informasi atau rujukan untuk penelitian berikutnya.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan terarah, maka diperlukan pembatasan lingkup penelitian, antara lain: 1. Permintaan tempe pada penelitian ini adalah pembelian tempe yang belum diolah oleh konsumen rumah tangga.
8
2. Responden adalah konsumen tempe rumah tangga di desa Jombang dengan jumlah 99 orang yang didapat dari perhitungan dengan rumus slovin dengan populasi sebanyak 7.570 Kepala Keluarga. 3. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan dan udang), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. 4. Analisis tentang seberapa besar pengaruh antara faktor-faktor permintaan terhadap permintaan tempe di desa Jombang, menggunakan alat analisis regresi linear berganda dan analisis elastisitas permintaan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan, serta menjadi acuan bagi penulis selama melakukan penelitian. Dengan adanya landasan teori ini, dapat mempermudah penulis dalam memahami ruang lingkup serta batasan pembahasannya. Adapun teori yang digunakan berkaitan tentang objek penelitian ini
yaitu tempe, teori permintaan,
konsep elastisitas permintaan dan teori perilaku konsumen.
2.1.1. Tempe Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Makanan itu dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Pembuatannya merupakan industri rakyat sehingga hampir setiap orang dapat dikatakan mampu membuat tempe sendiri (Sarwono, 2002:1). Selanjutnya Supriono (2003:9), menyatakan bahwa tempe merupakan produk pangan yang sangat populer di Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. Secara umum tempe mempunyai ciri
berwarna
putih
karena
pertumbuhan
miselia-miselia
jamur
yang
menghubungkan antar biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur tempe yang kompak.
2.1.1.1. Pengertian Tempe Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era “Tanam Paksa” di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air (Syarief dkk, 1999:2). Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe (SNI, 2009).
11
2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Tempe Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam Bab 3 dan Bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16. Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe. Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe di Indonesia. Plastik (polietilen) mulai menggantikan daun pisang untuk membungkus tempe. Ragi berbasis tepung diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak digunakan oleh Koperasi Produsen
12
Tempe Tahu Indonesia (Kopti), mulai menggantikan laru (bubuk ragi) tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu (Astuti, 1999:2-13). Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas (Karyadi, 1999:21-25).
13
2.1.1.3. Khasiat Tempe Berdasarkan beberapa hasil pengujian dan penelitian terhadap tempe, para ahli menyimpulkan bahwa tempe memiliki khasiat terhadap kelangsungan kesehatan tubuh sebagai berikut (Sarwono, 2002:56): 1. Tempe memiliki karakteristik sebagai makanan bayi yang baik. Selain pertumbuhan fisik, tempe juga berkhasiat menghindari diare akibat bakteri enteropatogenik. 2. Tempe mengandung antibiotic alami yang dapat melindungi usus dan memperbaiki sistem pencernaan yang disebabkan diare pada anak balita. 3. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet muda karena mengandung senyawa zat isoflavin yang mempunyai daya proteksi terhadap sel hati dan mencegah penyakit jantung. 4. Tempe dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal dan di bawah kulit perut. 5. Tempe merupakan hasil fermentasi kapang dan mikroorganisme lain yang tidak bersifat patogen terhadap kesehatan manusia. Penggunaan tempe sebagai bahan makanan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
Bagi
mereka
yang
memerlukan
makanan
rendah
kalori,
bebas kolesterol, tetapi bergizi tinggi, tempe merupakan salah satu bahan makanan yang tepat untuk dimanfaatkan.
14
2.1.2. Teori Permintaan Lukman (2007:18) menyatakan bahwa permintaan (demand) terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu. Dalam menganalisis mengenai permintaan perlu disadari perbedaan antara permintaan dengan jumlah barang yang diminta. Ahli ekonomi mengatakan bahwa permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Jadi permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Firdaus, 2009:69). Ritonga (2003:108) menyatakan permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Semakin tinggi (mahal) harga, semakin sedikit permintaan. Sebaliknya semakin rendah (murah) harga, semakin banyak permintaan. Hukum permintaan tidak berlaku mutlak, tetapi bersifat tidak mutlak dan dalam
keadaan
caretis
paribus
(faktor-faktor
lain
dianggap
tetap).
Hukum permintaan berbunyi: “apabila harga mengalami penurunan, maka jumlah permintaan akan naik/bertambah, dan sebaliknya apabila harga mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan akan turun/berkurang”. Hukum permintaan berbanding terbalik dengan harga (Suprayitno, 2008:55).
15
2.1.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Permintaan terhadap suatu barang oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah (Suprayitno, 2008:61-62): a. Harga barang itu sendiri Naik atau turunnya harga barang atau jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Jika harga barang tersebut turun maka jumlah permintaan akan barang tersebut akan bertambah. Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut akan berkurang. b.
Pendapatan masyarakat Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendaptan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pada kenyataaanya, pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Lukman (2007:23) menyatakan bahwa bila terjadi kenaikan penghasilan maka akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang inferior. Sedangkan untuk barang normal, bila pendapatan bertambah maka permintaan terhadap barang tersebut juga bertambah. c. Intensitas kebutuhan Mendesak/tidaknya atau penting/tidaknya kebutuhan seseorang terhadap barang atau jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer lebih penting dibanding kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder lebih penting
16
dibanding kebutuhan tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda. d. Distribusi pendapatan Semakin merata pendapatan, maka jumlah permintaan semakin meningkat. Sebaliknya, pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun. e. Pertambahan penduduk Jumlah
penduduk
akan
mempengaruhi
jumlah
permintaan.
Semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat. f.
Selera (taste) Faktor kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu barang akan
mempengaruhi permintaannya terhadap barang tersebut, tanpa melihat keadaan budget yang dimilikinya. Perkembangan mode, pendidikan, dan lingkungan juga akan mempengaruhi selera masyarakat. Sehingga, akan berpengaruh juga terhadap jumlah permintaan. g. Barang pengganti (substitusi) Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan akan dipengaruhinya. Lukman menyatakan apabila harga suatu barang (x) yang berhubungan mengalami perubahan, akan mempengaruhi permintaan barang (y). Hubungan ini didapat dalam dua bentuk yaitu bersifat subsitusi atau bersifat komplementer.
17
2.1.2.2. Fungsi Permintaan Firdaus (2009:69) menyatakan permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi permintaan. Dengan fungsi permintaan, kita dapat mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikut: Dx = f (Px, Py, Y, T, N) Keterangan: Dx Px Py Y T N
= Permintaan akan barang x = Harga barang tersebut (x) = Harga barang lain (y) = Pendapatan konsumen = Selera = Jumlah penduduk
Dx adalah variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh variabel lain. Px, Py Y, T dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap permintaan akan barang x.
2.1.3. Konsep Elastisitas Permintaan Elastisitas merupakan suatu indeks (bilangan) yang menggambarkan hubungan kuantitatif antara variabel dependen dengan variabel independen, misalnya antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut. Dengan demikian elastisitas dapat didefinisikan sebagai: persentase perubahan variabel dependen sebagai akibat perubahan variabel independen sebesar satu persen. Apabila definisi ini diterapkan pada kasus permintaan, definisi elastisitas permintaan akan berbunyi sebagai berikut: persentase perubahan jumlah barang 18
yang diminta (Q) sebagai akibat perubahan harga barang tersebut (P) sebesar satu persen. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa elastisitas adalah bilangan (indeks) yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen (Suprayitno, 2008:131). Menurut Firdaus (2009:77), tidak semua faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan atau penawaran dapat diukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yang biasa diukur antara lain: harga barang yang bersangkutan, harga barang lain yang berkaitan, dan pendapatan konsumen. Oleh karana itu, elastisitas permintaan dibagi tiga, yaitu: 1. elastisitas harga dari permintaan (price elasticity of demand), sering disebut elastisitas harga; 2. elastisitas silang dari permintaan (cross elastisity of demand), sering disebut elastisitas silang; 3. elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand), sering disebut elastisitas pendapatan.
2.1.4. Teori Perilaku Konsumen Suatu rumah tangga setiap bulannya akan membutuhkan berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan penghasilan yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas tersebut, rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang terbaik untuk mengkonsumsi barang-barang kebutuhannya (Suprayitno, 2008:53). Lukman (2007:15) menyatakan bahwa pengertian konsumsi adalah segala tindakan manusia dalam hal pemakaian/penggunaan dari pada barang-barang dan 19
jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang merupakan kebutuhan langsung
maupun
kebutuhan
tidak
langsung
yang
sifatnya
mengurangi/menghabiskan utilitas/daya guna barang tersebut. Ritonga (2003:63) menyatakan dinamika pembelian oleh konsumen amat ditentukan oleh dinamika harga. Konsumen cenderung membeli banyak barang ataupun jasa pada waktu harga-harga sedang turun, dan mengurangi pebelian bilamana harga-harga naik. Saat melakukan pembelian konsumen berusaha membeli barang atau jasa dalam jumlah tertentu dan dalam berbagai jenis sesuai dengan kebutuhannya. Dalam lingkup ekonomi, pembelian yang dilakukan sesuai dengan jumlah pendapatan konsumen disebut perilaku konsumen. Teori tingkah laku konsumen akan menjelaskan sebabnya konsumen akan membeli lebih banyak pada harga yang rendah dan akan mengurangi pembeliannya pada barang yang tinggi, dan menjelaskan bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dengan pendapatan yang dimiliki. Ada dua pendekatan dalan teori tingkah laku konsumen yaitu (Suprayitno, 2008:103-105): 1. Pendekatan nilai guna kardinal, asumsi dasarnya: a. Kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan. c. Terjadi hukum The Low of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. Mula-mula kepuasan
20
akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun. Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curve. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen. d. Tambahan kepuasan untuk tambahan satu unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga semakin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan murah. Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai daya guna marginal. Asumsi seorang konsumen: a. Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal b. Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa c. Terdapat kendala anggaran 2. Pendekatan nilai guna ordinal, asumsi yang digunakan: Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan suatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Dalam teori perilaku konsumen denga pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah: a. Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya. b. Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering.
21
Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
2.2.
Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Devaluasari (2006) dengan judul Analisis Pola Konsumsi Tempe Rumah Tangga di Kota Bogor. Berdasarkan penelitian Devaluasari pola konsumsi tempe di Kota Bogor untuk kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi bawah memiliki beberapa kesamaan dijadikannya tempe sebagai bahan pangan sumber protein dalam menu makan sehari-hari. Semakin rendah kelas ekonomi kecenderungan frekuensi konsumsi tempe akan semakin sering. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas ekonomi atas harga ikan air tawar, harga daging ayam dan pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada konsumsi tempe. Untuk kelas ekonomi menengah harga tempe, harga telur, harga daging ayam dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata pada konsumsi tempe sedangkan pada rumah tangga kelas bawah harga tahu dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap konsumsi tempe. Penelitian
lain
tentang
permintaan
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya dilakukan oleh Nugroho (2008) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemintaan Daging Sapi Lokal pada Konsumen Rumah Tangga
Dari penelitian Nugroho, hasil analisis regresi
menunjukkan dari ketujuh variable hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi lokal pada konsumen rumah tangga yaitu 22
harga daging sapi lokal (X1), jumlah pendapatan keluarga (X2), dan jumlah anggota keluarga (X3). Berdasarkan fungsi permintaan nilai elastisitas harga daging sapi lokal sebesar 2,276. Elastisitas harga bersifat elastis artinya persentase perubahan harga lebih kecil daripada perubahan jumlah daging sapi lokal.
2.3.
Kerangka Pemikiran Kebutuhan masyarakat akan pangan yang mengandug gizi yang tinggi saat
ini semakin meningkat. Kebutuhan akan protein dapat dipenuhi dari konsumsi lauk. Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein dan sudah menjadi lauk andalan bagi masyarakat. Permintaan terhadap suatu barang berdasarkan teori ekonomi dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, pendapatan masyarakat, intensitas kebutuhan, distribusi pendapatan, pertambahan penduduk, selera, dan barang pengganti (substitusi). Dalam penelitian ini permintaan tempe yang dikonsumsi oleh satu keluarga akan dilihat dari harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, dan ikan), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari faktor-faktor permintaan tersebut terhadap permintaan tempe oleh konsumen rumah tangga pada masyarakat di desa Jombang. Peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan perhitungan kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda dan elastisitas. Hasil yang diharapkan adalah seberapa besar faktor-faktor permintaan tempe tersebut berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe masyarakat desa Jombang.
23
Kebutuhan akan Protein Nabati
Konsumen Rumah Tangga di desa Jombang
Permintaan Tempe
Faktor-faktor Permintaan: • Harga Tempe • Harga Tahu • Harga Telur • Harga Daging Ayam • Harga Ikan • Jumlah Anggota Keluarga • Pendapatan Keluarga
Analisis Hasil Analisis Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Analisis Kuantitatif • Regresi Linier Berganda • Elastisitas
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di desa Jombang
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Letak Desa Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan kawasan
perencanaan
pengembangan
wilayah
Kota Tangerang
Selatan.
Adapun pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai Januari 2011. 3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden di desa Jombang. Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat serta studi pustaka yaitu dengan mencari literatur-literatur seperti; jurnal, buku-buku yang relevan dan artikel yang berhubungan dengan penelitian. 3.3.
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
purposive random sampling atau pengambilan sampel acak secara sengaja di desa Jombang. Populasi dalam penelitian ini yaitu rumah tangga di desa Jombang yang berjumlah 7.570 Kepala Keluarga. Adapun untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebagai berikut (Riduwan dan Akdon, 2009:254):
N n = ——— Nd² + 1 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi 2 = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10% d Maka perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini: 7.570 n = ——————— 7.570(0,1)2 + 1 n = 98,69 = 99 responden Responden penelitian ini adalah mereka yang bersedia untuk diwawancarai serta dapat mengambil keputusan dalam kegiatan rumah tangga yang termasuk dalam kriteria ini diantaranya ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan sendiri atau anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai wewenang dalam membelanjakan pendapatannya.
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam pengolahan dan analisis data digunakan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. 3.4.1. Analisis Kualitatif Analisis
kualitatif
atau
deskriptif
(pemaparan)
digunakan
untuk
mengetahui gambaran umum konsumen tempe yang ada di wilayah satuan kasus yang diamati. Metode analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang.
26
3.4.2. Analisis Kuantitatif Alat yang akan digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0. Data yang diperoleh diolah kemudian dilakukan analisis dengan metode regresi linier berganda dan perhitungan elastisitas. 3.4.2.1. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih (Riduan dan Akdon, 2009:142). Menurut Sugiyanto (2004:195), analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi linear berganda untuk permintaan tempe adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + bkXk + … + ε Keterangan : Y = Permintaan tempe (dalam kg per bulan) a = Konstanta (nilai Y pada saat x sama dengan nol) b = Koefisien regresi X1 = Harga tempe (dalam rupiah per kg) X2 = Harga tahu (dalam rupiah per kg) X3 = Harga telur (dalam rupiah per kg) X4 = Harga daging ayam (dalam rupiah per kg) X5 = Harga ikan (dalam rupiah per kg) X6 = Jumlah anggota keluarga (orang) X7 = Pendapatan keluarga (dalam rupiah per bulan) ε = Pengaruh galat atau residu
27
Dalam analisis regresi terdapat uji signifikansi regresi sebagai berikut: 1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji-t) Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakuakan dengan membandingkan thitung dengan ttabel. H0 ditolak apabila
: thitung > ttabel,, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila
: thitung < ttabel,, derajat bebas tertentu
Hipotesisnya adalah: H0
: bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent) dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak
bebas
(dependent) H1
: bi ≠
0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent) 2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji-F) Untuk mengetahui apakah regresi linear berganda berikut perhitungan koefisien regresinya menunjukkan ada pengaruh signifikan atau tidak maka terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian dengan analisis F hitung (Sugiyanto, 2004:196). Pengujian parameter secara serentak dapat dilakukan dengan menggunakan uji F, hipotesis yang digunakan yaitu: H0
: bi = 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)
H1
: bi ≠ 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)
28
Kriteria Uji : H0 ditolak apabila
: Fhitung > Ftabel,, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila
: Fhitung < Ftabel,, derajat bebas tertentu
3. Uji R² (Koefisien Determinasi) Nazir (2005:460), menyatakan bahwa untuk melihat berapa persen dari variasi vaiabel dependen dapat diterangkan oleh variasi variabel independen digunakan koefisien determinasi (R²). Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Irianto, 2004:206). 3.4.2.2. Analisis Elastisitas Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui persentase kenaikan atau penurunan jumlah permintaan tempe jika terjadi perubahan dari harga dan pendapatan. Rumus untuk perhitungan elastisitas sebagai berikut (Machfudz, 2007:84): E = ∆Qx . Px ∆Px Qx dimana : Qx = rata-rata jumlah barang x yang diiminta Px = rata-rata harga barang x Elastisitas ini disebut dengan elastisitas busur (arc elasticity) atau elastisitas rata-rata. Jika fungsi kontinu dan mulus (smooth) dapat dicari elastisitas titik (point elasticity), karena proses perhitungannya dari fungsi permintaan
29
(demand function). Misalkan fungsi permintaan y = a + bx, maka elastisitasnya dapat dicari dari nilai koefisien, rumusnya sebagai berikut (Machfudz, 2007:92): E = ∂q . x ∂x q
dimana ∂q = b sehingga E = b ( x ) ∂x y
keterangan : E = Nilai elastisitas b = Koefisien regresi x = nilai rata-rata x y = nilai rata-rata y Kriteria Elastisitas Permintaan : In-Elastis Sempurna jika E= 0 In-Elastis jika E <1 Elastis Uniter jika E = 1 Elastis jika E > 1 Elastis Sempurna jika E= ~ 3.5.
Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005:126). Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Tempe adalah hasil dari proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. mempunyai ciri berwarna putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak. 2. Permintaan adalah suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu.
30
3. Harga adalah nilai jual yang ditawarkan pasar kepada konsumen (dalam rupiah). 4. Barang substitusi adalah barang pengganti yang sama fungsinya dengan barang utama. Dalam penelitian ini barang subtitusi yang digunakan adalah tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan dan udang. 5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu rumah tersebut atas tanggungan kepala keluarga (dalam satuan orang). 6. Pendapatan keluarga adalah pendapatan total rumah tangga konsumen dari berbagai sumber yang merupakan pendapatan per bulan (dalam rupiah). Pendapatan total diketahui dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota keluarga selama sebulan (dalam rupiah) pada responden melalui media kuisioner. 7. Kuisioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.
31
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.
Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang Ciputat
adalah
sebuah
kecamatan
di
Kota
Tangerang
Selatan,
Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi otonom, Ciputat merupakan kecamatan dari Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1952, Desa Jombang dimekarkan dari Desa Ciputat. Kemudian pada tahun 2002, Desa Jombang statusnya ditingkatkan menjadi status kelurahan. Mulai dari tahun 2008 sampai sekarang Desa Jombang telah menjadi bagian dari Kota Tangrang Selatan yang dahulunya masih menginduk di Kabupaten Tangerang. Desa Jombang mempunyai ketinggian dari permukaan laut 560 mdpl dengan curah hujan 1510 mm/tahun. Keadaaan umum wilayah Desa Jombang yang memiliki luas wilayah 356,865 Ha, terdiri dari: 59,935 Ha pemukiman real estate, 9,150 Ha pemukiman KPR-BTN, 229,046 Ha pemukiman umum dan masih terdapat lahan tidur sebanyak 41,000 Ha. Batas-batas wilayah Desa Jombang: Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sarua, Kecamatan Ciputat. Desa Jombang memiliki jarak dengan Ibukota Kecamatan 4 Km, ke Ibukota Kota 6 Km, ke Ibukota Provinsi 60 Km dan ke Ibukota Negara 10 Km.
4.2.
Penduduk Desa Jombang Berdasarkan data dari Kelurahan Jombang, jumlah penduduk di Desa
Jombang pada tahun 2010 adalah 29.983 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki berjumlah 15.327 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 14.656 jiwa serta terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (KK). Mata
pencaharian
terbesar
masyarakat
Desa
Jombang
sebanyak
41,83 persen adalah berprofesi sebagai karyawan BUMN/Swasta. Hal ini terlihat dari banyaknya komplek perumahan real estate yang dibangun di wilayah Jombang, membuat masyarakat yang bekerja sebagai karyawan dan bekerja di kantoran memilih wilayah Jombang sebagai tempat tinggalnya. Terdata pula masyarakat yang belum atau tidak bekerja yaitu sebesar 1.570 orang. Pada Tabel 3 dapat dilihat jenis pekerjaan penduduk Desa Jombang secara statistik. Tabel 3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Jenis Pekerjaan Belum/ Tidak Bekerja Pensiunan PNS TNI POLRI Pedagang Petani Peternak Karyawan BUMN/ Swasta Buruh Guru Dosen Dokter Perawat Bidan Lainnya Jumlah
Jumlah (orang) 1.570 650 640 230 30 9.356 23 5 12.542 4.100 340 15 45 20 15 402 29.983
Persentase (%) 5,24 2,17 2,13 0,77 0,10 31,20 0,08 0,02 41,83 13,67 1,13 0,05 0,15 0,07 0,05 1,34 100
Sumber : Data Potensi Desa 2010
33
Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat perkotaan,
kesadaran
akan pentingnya pendidikan sudah
cukup
besar.
Secara umum, sebanyak 32,39 persen sudah bisa menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Atas. Namun dikarenakan keterbatasan administrasi desa, ada 36,70 persen penduduk tidak jelas tingkat pendidikan yang pernah dicapainya. Tabel 4 merupakan data masyarakat desa Jombang berdasarkan tingkat pendidikannya. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tingkat Pendidikan Tidak / Belum Sekolah Belum Tamat SD / Sederajat Tamat SD / Sederajat SLTP / Sederajat SLTA / Sederajat Diploma III / Akademik Diploma IV / Strata I Strata II Strata III Tidak Jelas Jumlah
Jumlah (orang) 2.300 1.500 1.534 3.764 7.012 720 1.950 160 40 11.003 29.983
Persentase (%) 7,67 5,00 5,12 12,55 23,39 2,40 6,50 0,53 0,13 36,70 100
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Mayoritas
masyarakat
desa
Jombang
menganut
agama
Islam,
yaitu sebanyak 28.858 jiwa merupakan muslim. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut. Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu Jumlah
Jumlah (orang) 28.858 417 381 145 162 20 29.983
Persentase (%) 96,25 1,39 1,27 0,48 0,54 0,07 100
Sumber : Data Potensi Desa 2010
34
4.3.
Sarana dan Prasarana Desa Jombang Sarana dan prasarana pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan
cukup
meningkat.
Ditandai
dengan
berdirinya
yayasan
pendidikan,
yaitu munculnya sekolah-sekolah baru. Lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah yang tumbuh di Desa Jombang umumnya adalah penyelenggara pendidikan dasar dan menengah, mulai dari pendidikan usia dini (Taman Kanak-kanak/TK/RA), SD/MI, SLTP/MTs, SMK/MA dan pondok pesantren. Data mengenai sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010 No 1 2 3 4 5 6
Jenis Sarana Kelompok Bermain Taman Kanak-kanak SD SLTP SLTA Pondok Pesantren
Jumlah 3 8 14 5 5 3
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Pada bidang kesehatan untuk masyarakat Desa Jombang sudah cukup memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana kesehatan yang ada dan tersebar di seluruh wilayah desa. Tabel 7 merupakan data sarana kesehatan yang ada di desa Jombang. Tabel 7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7
Sarana / Prasarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Klinik Umum / Gigi Rumah Bersalin Dokter Praktek Bidan Praktek Posyandu
Jumlah 1 1 10 10 3 5 12
Sumber : Data Potensi Desa 2010
35
Sarana olah raga yang terdapat di Desa Jombang diantaranya adalah lapangan sepak bola, lapangan futsal, lapangan bola volli, lapangan bulu tangkis, lapangan tenis, dan lapangan bola basket. Data mengenai sarana olah raga tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010 No 1 2 3 4 5 6
Jenis Sarana Lapangan Sepak Bola Lapangan Futsal Lapangan Bola Volli Lapangan Bulu Tangkis Lapangan Tenis Lapangan Bola Basket
Jumlah 2 1 7 17 1 1
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Profesi terbanyak kedua pada masyarakat desa Jombang adalah pedagang maka
di
desa
Jombang
terdapat
beberapa
sarana
untuk
berdagang.
Diantaranya pertokoan, swayalan, rumah makan, pasar tradisional dan warung. Secara statistik sarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010 No 1 2 3 4 5
Jenis Sarana Pertokoan / Ruko Pasar Swalayan / Toserba Restoran / Rumah Makan Pasar Tradisional Warung
Jumlah 34 8 9 1 940
Sumber : Data Potensi Desa 2010
Di desa Jombang terdapat 21 masjid dan 21 musholla. Karena mayoritas penduduk Desa Jombang beragama islam, maka masjid dan mushola itu selain digunakan untuk tempat pokok ibadah, juga digunakan untuk kegiatan pendidikan dan dakwah Islam, seperti pengajian anak-anak, pengajian remaja dan pengajian bapak-bapak atau ibu-ibu atau majelis taklim. Untuk agama kristen terdapat tujuh 36
buah gereja di Desa Jombang. Sedangkan untuk sarana peribadatan agama lainnya tdak ada. Selain itu terdapat pula sarana perbankan dan koperasi. Ada dua bank umum/komersil dan satu buah koperasi non KUD di Desa Jombang. Terdapat pula sebuah Stasiun Kereta Api sebagai sarana transportasi yang sangat memudahkan masyarakat desa Jombang untuk baraktifitas. 4.4.
Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah konsumen tempe
rumah tangga pada masyarakat desa Jombang dengan jumlah yang sudah ditentukan melalui hasil perhitungan menggunakan rumus slovin yaitu sebanyak 99 responden dari populasi 7.570 Kepala Keluarga. Dari hasil penyebaran kuisioner kepada responden, maka didapatkan data pembagian karakteristik responden sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi Dalam Keluarga 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
37
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penalitian ini sebagian besar adalah perempuan dengan persentase
sebesar
91,91%
dan
mayoritas
adalah
ibu
rumah
tangga.
Sedangkan 8,08% adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga atau anak yang sudah mempunyai wewenang dari keluarga tersebut. Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jombang, 2011 No 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah Responden (n) 8 91
Persentase (%) 8,08 91,91
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga Posisi seseorang di dalam keluarga adalah peranan orang tersebut didalam keluarga sebagai siapa. Dalam satu keluarga biasanya terdiri dari kepala keluarga, isteri/ibu dan anak. Besarnya proporsi responden berdasarkan posisi dalam keluarganya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Desa Jombang, 2011 No 1. 2. 3. 4.
Posisi Kepala Keluarga Isteri/Ibu Anak Lainnya (Nenek)
Jumlah Responden (n) 9 77 12 1
Persentase (%) 9,09 77,77 12,12 1,01
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
38
Berdasarkan tabel tersebut diatas, mayoritas posisi dari responden dalam keluarga adalah isteri yang umumnya merupakan ibu rumah tangga dengan jumlah responden sebanyak 77 orang. Hal ini sesuai dengan target dalam penelitian ini, karena biasanya ibu rumah tangga lebih memahami urusan konsumsi dalam keluarganya. Untuk posisi kepala keluarga ada sebanyak 9,09% dari total responden. Dalam hal ini, tidak semua kepala keluarga merupakan ayah dari keluarga tersebut karena ada sebagian dari responden yang merupakan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai tulang punggung bagi keluarganya. Posisi anak dalam keluarga responden ada sebanyak 12 orang. Posisi anak dalam keluarga ini merupakan anggota keluarga yang telah bekerja atau sudah memiliki wewenang didalam keluarganaya, sebagian besar anak dalam keluarga responden ini adalah mahasiswa. Sedangkan terdapat pula satu orang nenek dari keseluruhan responden yang ada. 4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan penghasilan. Secara umum jenis pekerjaan akan membedakan tingkat pendapatan dan dapat menentukan nasib suatu keluarga. Semakin baik pekerjaan maka semakin baik pula kehidupan suatu keluarga. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan dijabarkan adalah pekerjaan dari responden tersebut pada saat mengisi kuisioner. Untuk sebaran responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 12.
39
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Jombang, 2011 No Jenis Pekerjaan 1. Ibu Rumah Tangga 2. Karyawan Swasta 3. PNS
Jumlah Responden (n) 57 13 3
Persentase (%) 57,57 13,13 3,03
4. 5.
Guru Wiraswasta
6 5
6,06 5,05
6. 7.
Pedagang Mahasiswa
7 6
7,07 6,06
8.
Lainnya
2
2,02
99
100
Jumlah Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data dari pekerjaan 99 responden di atas, sebanyak 57,57% responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki penghasilan yang tetap tetapi mendapatkan penghasilan dari anggota keluarga lainnya. Sebanyak 13,13% responden berprofesi sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan mata pencaharian terbesar di Desa Jombang adalah karyawan BUMN/Swasta. Kemudian sebanyak 3,03% berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), guru sebanyak 6,06%, wiraswasta sebanyak 5,05% dan pedagang sebanyak 7,07%. Ada pula 6 responden yang merupakan mahasiswa dan 2 orang responden yang tidak menjawab jenis pekerjaannya.
40
4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat
pendidikan
seseorang
akan
menentukan
seberapa
besar
pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan juga sangat diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Tingginya pendidikan seseorang juga dapat membuka kesempatan untuk memperoleh jenis pekerjan yang layak. Tingkat pendidikan dari masyarakat di desa Jombang sangat bervariasi. Tabel 13 menyajikan data responden berdasarkan tingkat pendidikannya. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jombang, 2011 No Tingkat Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA/SMK
Jumlah Responden (n) 10 12 58
Persentase (%) 10,10 12,12 58,58
4. 5.
Diploma 1 Diploma 2
0 0
0 0
6. 7. 8.
Diploma 3 Sarjana Pasca Sarjana
6 13 0
6,06 13,13 0
99
100
Jumlah Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 13, sebagian besar responden telah menamatkan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 58,58%. Kemudian
untuk
tingkat
sarjana
ada
13,13%
dari
total
responden.
Tingkat pendidikan Diploma 3 ada sebanyak 6,06% dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 12,12%. Sedangkan untuk tingkat pendidikan terendah yaitu Sekolah Dasar (SD) terdapat 10 orang responden.
41
4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Usia Rata-rata umur responden adalah 38,7 tahun. Tingkat usia terbanyak responden adalah antara 41 tahun sampai 50 tahun yaitu sebesar 38,38% dari total responden. Sebanyak 26,26% responden berusia antara 21 tahun sampai dengan 30 tahun, 22,22% responden berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun dan 12,12% responden berusia lebih dari 50 tahun. Sedangkan terdapat satu orang responden yang berusia dibawah 19 tahun. Responden tersebut adalah seorang mahasiswa dan berposisi sebagai anak didalam keluarganya. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia di Desa Jombang, 2011 No 1. 2. 3.
Usia ≤ 20 21-30 31-40
Jumlah Responden (n) 1 26 22
Persentase (%) 1,01 26,26 22,22
4. 5.
41-50 ≥ 50
38 12
38,38 12,12
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
di
Desa Jombang Kecamatan
Ciputat,
Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dengan jumlah responden 99 orang. 99 orang responden tersebut mewakili konsumen tempe rumah tangga pada masyarakat di desa Jombang. Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang didapat secara langsung dari responden melalui media kuisioner. Data yang didapat kemudian diolah dan diperlihatkan kedalam satu tabel. Hasil yang akan dijabarkan adalah mengenai permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat di desa Jombang, kemudian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, serta besarnya elastisitas permintaan tempe masyarakat di desa Jombang. Secara umum pangan sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Walaupun demikian lain halnya dengan tempe yang merupakan sumber protein dan bergizi tinggi tetapi memiliki harga yang murah. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan konsumen akan makanan yang berkualitas dan bergizi tinggi serta penerapan pola empat sehat lima sempurna didalam keluarga. Dari hasil penelitian menggunakan kuisioner, sebanyak 93 responden mengutamakan makanan berkualitas untuk dikonsumsi sehari-hari. Sisanya enam responden menjawab tidak mengutamakan makanan berkualitas untuk di konsumsi sehari-hari. Untuk penerapan pola makan 4 sehat 5 sempurna dalam keluarga sebanyak 86 responden menjawab ya, sebanyak delapan responden menjawab tidak dan ada pula yang menambahkan
keterangan kadang-kadang sebanyak lima responden. Sedangkan dalam hal mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak-anak sebanyak 97 responden menjawab ya dan sisanya dua responden tidak menjawab. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011 No 1 2 3
Pengetahuan Responden
Jawaban Responden Y T K L Keluraga Selalu Mengutamakan 93 6 0 0 Makanan Berkualitas Keluarga Menerapkan Pola 86 8 5 0 Makan 4 Sehat 5 Sempurna Keluarga Mengutamakan Gizi 97 0 0 2 untuk Pertumbuhan Anak
Jumlah Responden 99 99 99
Keterangan : Y = ya T = tidak K = kadang-kadang L = lainnya (tidak menjawab) Sumber: Data Primer (diolah)
Pengetahuan gizi keluarga responden tersebut merupakan pertanyaan awal dalam kuisioner. Peneliti ingin mengetahui bagaimana keadaan gizi dalam keluarga responden secara umum. Sebagian besar keluarga responden selalu mengutamakan makanan
yang berkualitas
untuk dikonsumsi, kemudian
menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna serta mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak. Akan tetapi ada pula yang tidak mengutamakan makanan berkualitas dan tidak menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna. Hal ini karena keterbatasan biaya untuk membeli makanan yang berkualitas. Untuk pola makan 4 sehat 5 sempurna juga saat ini sudah diperbaharui menjadi 3B (Bergizi, Beragam dan Berimbang). Ada pula responden yang menambahkan keterangan kadang-kadang, karena untuk pola makan yang diterapkan keluarga tidak hanya
44
merujuk pada pola makan 4 sehat 5 sempurna tetapi juga lebih mementingkan bergizi, beragam dan berimbang. Sedangkan dalam hal mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak, ada dua orang responden yang tidak menjawab, hal ini karena di keluarga tersebut tidak ada anak atau belum memiliki anak. Untuk
pertanyaan
konsumsi
tempe
sebagai
lauk
sehari-hari,
sebanyak 85 orang responden menjawab ya, sebanyak 10 orang responden menjawab tidak dan ada yang memberikan keterangan kadang-kadang sebanyak tiga orang responden serta satu orang responden tidak menjawab. Hal ini membuktikan bahwa sebesar 86% masyarakat desa Jombang menjadikan tempe sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 2.
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambar 2. Persentase Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011 5.1.1. Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang Permintaan tempe rumah tangga yang akan dijabarkan dari hasil kuisioner bukan hanya dari jumlah permintaan tempe saja, tetapi akan dilihat dari frekuensi pembelian tempe dalam sebulan, alasan responden mengkonsumsi tempe serta tempat responden membeli tempe untuk dikonsumsi.
45
5.1.1.1. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden adalah jumlah pembelian tempe responden sebulan dalam satuan kilogram. Untuk jumlah permintaan tempe responden sebulan dalam kilogram didapat dari hasil kali jumlah pembelian tempe sehari dengan frekuensi pembelian seminggu dan dikalikan empat (1 bulan = 4 minggu). Tempe yang dikonsumsi oleh rumah tangga biasanya berupa potongan dengan ukuran 8 cm x 5 cm x 3 cm dan memiliki berat rata-rata 200 gr per potong. Secara keseluruhan rata-rata permintaan tempe rumah tangga responden perbulan adalah 7,94 kg. Untuk jumlah permintaan terendah yaitu satu rumah tangga yang mengkonsumsi sebanyak 1 kg tempe perbulan. Sedangkan untuk jumlah konsumsi tempe terbanyak ada dua rumah tangga yang mengkonsumsi 28 kg tempe perbulan. Jumlah konsumsi tempe responden perbulan dapat dilihat dalam Tabel 16.
46
Tabel 16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011 No 1. 2. 3.
Jumlah Tempe (kg) 1 2 3
Jumlah Responden (n) 1 6 10
Persentase (%) 1,0 6,1 10,1
4. 5.
3,2 3,6
1 1
1,0 1,0
6. 7.
4 4,8
10 1
10,1 1,0
8. 9.
5 5,6
7 1
7,1 1,0
10.
6
13
13,1
11. 12.
6,4 7
5 9
5,1 9,1
13. 14. 15.
8 8,4 9
3 1 1
3,0 1,0 1,0
16. 17.
9,6 9,8
1 1
1,0 1,0
18. 19.
10 11,2
2 1
2,0 1,0
20. 21. 22.
12 12,8 14
5 4 6
5,1 4,0 6,1
23. 24.
16 16,8
2 1
2,0 1,0
25. 26. 27.
20 21 24
1 2 1
1,0 2,0 1,0
28.
28
2
2,0
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
47
5.1.1.2. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan Frekuensi konsumsi tempe rumah tangga responden adalah berapa kali responden mengkonsumsi atau membeli tempe dalam seminggu, kemudian dikalkulasikan dalam sebulan (dikali 4). Frekuensi konsumsi tempe rumah tangga responden rata-rata 16,65 kali dalam setiap bulannya. Frekuensi konsumsi tempe terbanyak yaitu 12 kali pembelian tempe dalam sebulan dengan jumlah responden 26 rumah tangga. Frekuensi konsumsi tempe terkecil adalah empat kali pembelian tempe dalam sebulan dengan jumlah responden yaitu dua rumah tangga. Sedangkan frekuensi konsumsi tempe terbesar adalah 30 kali pembelian tempe dalam sebulan dengan jumlah responden yaitu 2 rumah tangga. Data frekuensi konsumsi tempe rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011 No 1. 2.
Frekuensi Konsumsi Tempe (sebulan) 4 8
Jumlah Responden (n) 2 18
Persentase (%) 2,0 18,2
3. 4. 5.
12 16 20
26 16 12
26,2 16,2 12,1
6. 7.
24 28
4 19
4,0 19,2
8.
30
2
2,0
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
48
5.1.1.3. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe Alasan responden mengkonsumsi tempe adalah hal yang mendasari responden
membeli
tempe
untuk
dikonsumsi.
Dari
hasil
kuisioner,
alasan terbanyak responden mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi. Terdapat 33,6% responden memilih alasan tersebut. Dalam hal ini jumlah responden menjadi 149 (lebih dari jumlah sampel) karena sebagian besar responden memilih pilihan jawaban lebih dari satu. Untuk pilihan alasan lainnya responden mengisi dengan alasan mudah didapat, praktis dan sebagai makanan pelengkap 4 sehat 5 sempurna. Sebaran alasan responden mengkonsumsi tempe dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011 No 1. 2.
Alasan Mengkonsumsi Tempe Bergizi tinggi Mudah diolah
Jumlah Responden (n) 50 18
Persentase (%) 33,6 12,1
3. 4.
Harga murah Rasanya enak
30 14
20,1 9,4
5. 6.
Digemari anggota keluarga Lainnya
32 5
21,5 3,4
Jumlah
149
100
Sumber: Data Primer (diolah)
49
5.1.1.4. Lokasi Pembelian Tempe Responden Lokasi pembelian tempe responden adalah tempat responden mendapatkan tempe untuk dikonsumsi atau membeli tempe. Untuk jumlah responden dalam pertanyaan ini yaitu 115, tidak sesuai dengan jumlah sampel yang diambil. Hal ini disebabkan karena ada beberapa responden yang memilih lebih dari satu pilihan jawaban. Tabel 19 menyajikan lokasi dimana responden membeli tempe untuk dikonsumsi. Tabel 19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011 No Lokasi 1. Pasar tradisional 2. Warung dekat rumah 3. Tukang sayur keliling
Jumlah Responden (n) 49 25 37
Persentase (%) 42,6 21,7 32,2
4. 5.
Supemarket Produksi sendiri
2 0
1,7 0
6.
Lainnya
2
1,7
115
100
Jumlah Sumber: Data Primer (diolah)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 42,6% responden memilih pasar tradisional sebagai tempat untuk mendapatkan tempe. Sebanyak 32,2% responden mendapatkan tempe dari tukang sayur keliling. Responden yang memilih mendapatkan tempe dari warung dekat rumah, sebanyak 25 orang. Untuk pilihan responden mendapatkan tempe dari supermarket hanya terdapat dua orang dan untuk pilihan lainnya, juga terdapat dua responden yang memilih dan memberikan keterangan yaitu dari masyarakat. Sedangkan untuk pilihan produksi sendiri, tidak ada responden yang memilih.
50
5.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang Dalam penelitian ini variabel Y adalah permintaan tempe, yaitu jumlah pembelian tempe responden sebulan dalam satuan kilogram. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan variabel X. Ada tujuh variabel X dalam penelitian ini yaitu; harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga sebulan. Variabel pertama adalah harga tempe (X1) yaitu harga pembelian tempe responden. Harga tempe yang dihitung dalam penelitian ini adalah harga tempe per satu kilogram tempe. Harga tempe responden didapat dari jumlah pembelian tempe sehari dikalikan dengan harga pembelian tempe dalam satuan potong, gram atau kilogram. Hal ini hanya untuk mempermudah responden dalam menjawab kuisioner. Dari jawaban yang ada harga tempe tersebut dikalkulasikan dalam rupiah per kilogram. Tabel 20 merupakan data harga tempe yang dikonsumsi oleh responden. Tabel 20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011 No Harga Tempe (rupiah) 1 4.000 2 5.000 3 6.000
Jumlah Responden (n) 14 9 35
Persentase (%) 14,1 9,1 35,4
4 5 6
6.500 7.500 8.000
2 4 32
2,0 4,0 32,3
7
10.000
3
3,0
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
51
Berdasarkan Tabel 20, Harga terendah tempe yang dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 4.000,-/kg. Ada 14 orang responden yang membeli tempe dengan harga tersebut. Kemudian sebanyak 3 orang responden membeli tempe dengan harga tertinggi yaitu Rp. 10.000,-/kg. Harga tempe yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 6.000,-/kg yakni ada sebanyak 35,3% responden. Sedangkan yang paling sedikit, ada 2% responden mengkonsumsi tempe deangan harga 6.500,-/kg. Variabel X2 sampai dengan variabel X5 merupakan barang pengganti dari tempe, di dalam kuisioner barang pengganti yang dimasukkan dalam penelitian ini yaitu; harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga daging sapi, harga ikan dan harga udang. Tetapi untuk harga daging sapi dan harga udang tidak dijadikan variabel karena sebagian besar responden tidak mengisi kuisioner untuk pertanyaan harga daging sapi dan harga udang. Variabel X2 adalah harga tahu. Sama halnya dengan variabel harga tempe, variabel harga tahu juga dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga tahu didapat dari jumlah pembelian tahu sehari dikalikan dengan harga pembelian tahu. Data harga tahu yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21.
52
Tabel 21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011 No 1. 2. 3.
Harga Tahu (rupiah) 4.000 5.000 5.500
Jumlah Responden (n) 5 22 1
Persentase (%) 5,1 22,2 1,0
4. 5.
6.000 6.250
28 1
28,3 1,0
6. 7.
7.000 7.500
2 1
2,0 1,0
8. 9.
8.000 10.000
20 8
20,0 8,1
10.
Tidak memilih
11
11,1
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 21, harga tahu yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 6.000,-/kg yaitu ada sebanyak 28,3% responden. Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1% responden mengkonsumsi tahu
dengan
harga
Rp.
5.500,-/kg,
6.250,-/kg
dan
Rp.
7.500,-/kg.
Harga terendah tahu yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 4.000,-/kg. Sedangkan ada 8,1% responden yang membeli tahu dengan harga tertinggi yaitu Rp. 10.000,-/kg. Dari tabel tersebut, terdapat responden yang tidak memilih tahu untuk menu makanan keluarganya yaitu ada sebanyak 11 orang responden. Variabel X3 adalah harga telur. Sama halnya dengan variabel harga tempe dan
harga
tahu,
variabel
harga
telur
juga
dihitung
dalam
satuan
rupiah per kilogram. Harga telur didapat dari jumlah pembelian telur sehari
53
dikalikan dengan harga pembelian telur. Tabel 22 menunjukkan harga telur yang dikonsumsi oleh responden. Tabel 22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011 No 1. 2. 3.
Harga Telur (rupiah) 12.000 13.000 14.000
Jumlah Responden (n) 2 2 11
Persentase (%) 2,0 2,0 11,1
4. 5.
14.500 14.600
2 1
2,0 1,0
6. 7.
15.000 15.200
25 2
25,3 2,0
8. 9.
16.000 20.000
53 1
53,5 1,0
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 22, harga telur yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 16.000,-/kg yaitu ada sebanyak 53% responden. Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1% responden mengkonsumsi telur dengan harga Rp. 14.600,-/kg dan Rp. 20.000,-/kg. Harga terendah telur yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-/kg. Pada tingkat harga tersebut ada sebanyak 2 orang yang membeli telur. Sedangkan ada 1 orang responden yang membeli telur dengan harga tertinggi yaitu Rp. 20.000,-/kg. Variabel X4 adalah harga daging ayam (dalam rupiah perkilogram). Harga daging ayam didapat dari jumlah pembelian daging ayam sehari dikalikan dengan harga pembelian daging ayam. Data harga daging ayam yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 23. 54
Tabel 23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011 No 1. 2.
Harga Daging Ayam (rupiah) 20.000 21.000
Jumlah Responden (n) 5 1
Persentase (%) 5,1 1,0
3.
22.000
1
1,0
4.
23.000
2
2,0
5. 6.
24.000 25.000
14 32
14,1 32,3
7. 8. 9
26.000 27.000 28.000
1 4 2
1,0 4,0 2,0
10. 11.
30.000 35.000
15 3
15,2 3,0
12. 13. 14.
36.000 40.000 Tidak memilih
3 3 13
3,0 3,0 13,1
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari tabel tersebut, harga daging ayam yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 25.000,-kg yaitu ada sebanyak 32,3% responden. Sedangkan yang paling sedikit yaitu sebanyak 1% responden mengkonsumsi daging ayam dengan harga Rp. 21.000,-/kg, Rp. 22.000,-/kg, dan Rp. 26.000,-/kg. Harga terendah daging ayam yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 20.000,-/kg. Ada sebanyak 5 orang yang membeli daging ayam dengan harga tersebut. Harga tertinggi daging ayam yang dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 40.000,-/kg, yaitu ada sebanyak 3 orang responden. Dalam penelitian ini ada 13% responden yang tidak memilih daging ayam untuk menu makanan keluarganya.
55
Variabel X5 adalah harga ikan. Variabel harga ikan juga dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga ikan didapat dari jumlah pembelian ikan sehari dikalikan dengan harga pembelian ikan. Data harga ikan yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011 No 1 2
Harga Ikan (rupiah) 12.000 12.500
Jumlah Responden (n) 4 1
Persentase (%) 4,0 1,0
3
14.000
1
1,0
4 5
15.000 16.000
9 12
9,1 12,1
6 7
17.500 18.000
1 1
1,0 1,0
8
20.000
19
19,2
9 10
24.000 25.000
5 6
5,1 6,1
11
26.000
3
3,0
12
28.000
2
2,0
13 14 15
30.000 32.000 36.000
4 4 1
4,0 4,0 1,0
16 17
40.000 Tidak memilih
4 22
4,0 22,2
Jumlah
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 24, harga ikan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 20.000,-/kg yaitu ada sebanyak 19,2% responden. Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1% responden mengkonsumsi ikan
dengan
harga
Rp.12.500,-/kg,
Rp.14.000,-/kg,
Rp.17.500,-/kg,
Rp.18.000,-/kg, dan Rp. 36.000,-/kg. Harga terendah ikan yang dikonsumsi oleh 56
responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-/kg. Ada sebanyak empat orang yang membeli ikan dengan harga tersebut. Sedangkan ada empat orang responden juga yang membeli ikan dengan harga tertinggi yaitu Rp. 40.000,-/kg. Variabel jumlah anggota keluarga (X6) adalah jumlah orang yang ada didalam rumah tangga responden termasuk responden tersebut. Tabel 25 akan menjelaskan jumlah anggota keluarga responden berdasarkan ukuran keluarga. Tabel 25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011 No 1 2
Jumlah Anggota Keluarga (orang) ≤ 3 (kecil) 4-5 (sedang)
3
≥ 6 (besar) Jumlah
Jumlah Responden (n) 24 66
Persentase (%) 24,2 66,7
9
9,1
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 24,2% responden memiliki jumlah anggota keluarga yang kecil. Ada empat orang responden yang memiliki jumlah anggota keluarga dua orang dan ada 20 orang responden yang memiliki jumlah anggota keluraga tiga orang. Untuk ukuran keluarga sedang terdapat 66% responden, hal ini karena ada 49 orang responden yang memiliki jumlah anggota keluarga empat orang dan sebanyak 17 orang responden memiliki lima orang didalam rumah tangganya. Sedangkan ukuran keluarga besar ada sebanyak 9% responden. Dalam hal ini ada tujuh orang responden yang memiliki enam orang anggota keluarga dan dua orang responden memiliki tujuh orang anggota keluarga dalam rumah tangganya.
57
Sedangkan
variabel
X7
adalah
pendapatan
keluarga
sebulan.
Pendapatan keluarga sebulan didapat dari total seluruh pengeluaran keluarga perbulan ditambah dengan tabungan. Sebagaimana fungsi Y = C + S, dimana Y adalah Income (pendapatan), C adalah consumtion (konsumsi) dan S adalah saving (tabungan). Data mengenai pendapatan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011 No 1 2
Pendapatan Keluarga (rupiah) < Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000
3
> Rp. 5.000.000 Jumlah
Jumlah Responden (n) 41 47
Persentase (%) 41,4 47,5
11
11,1
99
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 26, sebanyak 41% responden memiliki pendapatan keluarga perbulan kurang dari Rp. 2.000.000,-. Pendapatan terendah berada pada tingkat ini yaitu Rp. 245.000,- perbulan. Pada tingkat pendapatan Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- perbulan terdapat 47 orang responden. Rata-rata tingkat pendapatan
responden
adalah
Rp.
2.706.586,-.
Sedangkan
terdapat
11% responden dengan tingkat pendapatan diatas Rp. 5.000.000,- perbulan. Pendapatan tertinggi berada pada tingkat ini yakni Rp. 9.340.000,- perbulan.
58
5.1.2.1. Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan alat bantu SPSS 17, hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011 No
Faktor
Koefisien Regresi -1,176 0,372
Thitung
Sig
VIF
3,455 1,774
0,001 0,079
1,152 1,234
1. 2.
Harga tempe (X1) Harga tahu (X2)
3. 4.
Harga telur (X3) Harga daging ayam (X4)
-0,130 -1,171
0,268 3,259
0,789 0,002
1,036 1,159
5. 6 7.
Harga ikan (X5) Jumlah anggota keluarga (X6) Pendapatan keluarga (X4)
-0,069 0,082 -0,522
1,513 0,153 1,750
0,134 0,878 0,083
1,068 1,217 1,223
Konstanta
21,595
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan hasil pada Tabel 27, dapat dibuat persamaan regresi berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe. Sesuai dengan model persamaan regresi yang dijabarkan pada metodologi penelitian, maka persamaan regresi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah: Y = 21,595 - 1,176 X1 + 0,372 X2 - 0,130 X3 - 1,171 X4 - 0,069 X5 + 0,082 X6 - 0,522 X7 Dari persamaan regresi tersebut, diperoleh nilai konstanta sebesar 21,595. Angka tersebut berarti bahwa permintaan tempe akan bernilai 21,595 bila faktor lain sama dengan nol. Dengan kata lain kualitas permintaan tempe akan berada pada tingkat 21,595 jika tidak ada aktifitas konsumsi jenis lauk lainnya.
59
Selain konstanta, pada persamaan regresi juga terdapat koefisien dari masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukan nilai variabel jika terjadi perubahan. Untuk harga tempe (X1) dihasilkan koefisien negatif sebesar 1,176. Tanda negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara harga tempe dengan jumlah permintaan tempe. Dengan kata lain jika ada kenaikan harga tempe maka terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 1,176. Misalnya terjadi kenaikan harga tempe di pasar dari Rp. 6000/kg menjadi Rp. 7000/kg (naik Rp.1000), maka akan terjadi penurunan permintaan sebesar 1,176 kg tempe. Koefisien regresi untuk harga tahu (X2) bernilai positif sebesar 0,372. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu dengan permintaan tempe. Artinya jika harga tahu naik, maka akan ada peningkatan permintaan tempe sebesar 0,372 kg. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan barang substitusi dari tempe. Perhitungan regresi berganda untuk koefisien harga telur (X3) bernilai negatif sebesar 0,130. Artinya jika harga telur naik, maka akan terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 0,130 kg. Koefisien harga daging ayam (X4) bernilai negatif sebesar 1,171. Artinya jika harga daging ayam naik, maka akan terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 1,171 kg. Koefisien harga ikan (X5) juga bernilai negatif sebesar 0,069. Artinya jika harga ikan naik, maka akan terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 0,069 kg. Koefisien regresi ketiga variabel tersebut bernilai negatif, tanda negatif ini menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah antara harga ketiga barang tersebut dengan permintaan tempe. Hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang
60
komplemen tempe. Jadi ketiga barang tersebut merupakan pelengkap untuk memenuhi menu makanan dalam keluarga. Hasil perhitungan regresi berganda untuk koefisien jumlah keluarga (X6) bernilai positif sebesar 0,082. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara jumlah keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika ada penambahan satu orang anggota keluarga maka akan ada peningkatan permintaan tempe sebesar 0,082 kg. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah permintaan akan tempe. Koefisien regresi untuk pendapatan keluarga (X7) bernilai negatif sebesar 0,522. Angka ini menunjukkan pengaruh yang berlawanan antara pendapatan keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika terjadi peningkatan jumlah pendapatan keluarga sebesar Rp. 1.000.000,-, maka akan terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 0,522 kg. Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang inferior (barang yang permintaannya semakin berkurang apabila pendapatan konsumen semakin naik). Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka permintaan akan tempe berkurang. Pada Tabel 27 juga terdapat nilai VIF dari masing-masing variabel. Jika nilai VIF mendekati angka satu maka tidak terjadi gejala multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF menjauhi satu maka terjadi gejala multikolinearitas. Multikolinearitas adalah kondisi dimana antara variabel independen terjadi hubungan kolerasi. Dari tabel tersebut terlihat bahwa seluruh nilai VIF dari masing-masing variabel mendekati angka satu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara
61
variabel independen tidak terjadi hubungan kolerasi atau tidak terjadi gejala multikoinearitas. Untuk hasil perhitungan uji kelayakan model (signifikansi) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji T) Berdasarkan hasil pengujian secara tunggal semua variabel bebas maka diketahui variabel mana yang berpengaruh secara nyata terhadap permintaan tempe masyarakat. Uji ini dibuktikan dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Dengan asumsi terima H0 jika thitung < ttabel atau tolak H0 jika thitung > ttabel atau dengan melihat perbandingan probabilitasnya (sig<α) berdasarkan hipotesis: H0
: bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent) dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak
bebas
(dependent) pada tingkat kepercayaan tertentu H1
: bi
≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent) pada tingkat kepercayaan tertentu Tidak semua variabel bebas dapat mempengaruhi permintaan tempe rumah tangga pad masyarakat Desa Jombang. Hasil perhitungan membuktikan bahwa hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi tempe pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel tersebut adalah harga tempe dan harga ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga
62
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil dari 99%. Hal ini disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011 No 1. 2. 3. 4.
Variabel bebas Harga tempe (X1) Harga tahu (X2) Harga telur (X3) Harga daging ayam (X4)
thitung 3,455***** 1,744**** 0,268** 3,259*****
Sig 0,001 0,079 0,789 0,002
5. 6. 7.
Harga ikan (X5) Jumlah anggota keluarga (X6) Pendapatan keluarga (X4)
1,513*** 0,153* 1,750****
0,134 0,878 0,083
Keterangan:
* Signifikan pada tingkat kepercayaan 10% ** Signifikan pada tingkat kepercayaan 20% *** Signifikan pada tingkat kepercayaan 85% **** Signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ***** Signifikan pada tingkat kepercayaan 99% Sumber: Data Primer (diolah)
Pada tingkat kepercayaan 99% didapat ttabel sebesar 2,842. Untuk variabel pertama yaitu harga tempe (X1) thitung bernilai 3,455 dan lebih besar dari ttabel serta memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan koefisien harga tempe signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga tampe dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat Desa Jombang. Variabel kedua yaitu harga tahu (X2), nilai thitung bernilai 1,744 berarti lebih kecil dari ttabel (2,842) pada tingkat kepercayaan 99% serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 diterima dan koefisien harga tahu tidak signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Akan tetapi pada tingkat kepercayaan 90% variabel tersebut signifikan karena ttabel yang didapat pada tingkat kepercayaan 90% adalah sebesar 63
1,662. Sehingga didapat bahwa thitung lebih besar dari ttabel (1,744 > 1,662) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,079 < 0,1). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata antara harga tahu dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat Desa Jombang pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel ketiga yaitu harga telur (X3), nilai thitung bernilai 0,268 berarti lebih kecil dari ttabel (0,677) pada tingkat kepercayaan 50% serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,789 > 0,5). Variabel tersebut hanya dapat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 20%. Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 diterima dan koefisien harga telur tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara harga telur dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel keempat yaitu harga daging ayam (X4), nilai thitung bernilai 3,259 berarti lebih besar dari ttabel (2,842) pada tingkat kepercayaan 99% serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak
dan
koefisien
harga
daging
ayam
signifikan
secara
statistik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga daging ayam dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel kelima yaitu harga ikan (X5), nilai thitung bernilai 1,513 berarti lebih kecil dari ttabel (1,662) pada tingkat kepercayaan 90% serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,134 > 0,10). Akan tetapi pada tingkat kepercayaan 85% variabel tersebut signifikan karena ttabel yang didapat pada tingkat kepercayaan 85% adalah sebesar 1,451. Sehingga didapat bahwa thitung lebih besar dari ttabel (1,513 > 1,451) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α
64
(0,134 > 0,15). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan koefisien harga ikan signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata antara harga ikan dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel keenam yaitu jumlah anggota keluarga (X6), nilai thitung bernilai 0,153 berarti lebih kecil dari ttabel (0,677) pada tingkat kepercayaan 50% serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,878 > 0,5). Variabel tersebut hanya dapat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 diterima dan koefisien jumlah anggota keluarga tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel ketujuh yaitu pendapatan keluarga (X7), nilai thitung bernilai 1,750 berarti lebih besar dari ttabel (1,662) pada tingkat kepercayaan 90 % serta memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,083 < 0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan koefisien jumlah anggota keluarga signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada tingkat kepercayaan 90% antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. 2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji F) Uji signifikansi serentak parameter dugaan (uji F) digunakan untuk menunjukkan semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (permintaan
65
tempe). Uji ini membandingkan antara nilai Fhitung dengan nilai Ftabel atau dari perbandingan probabilitasnya (sig<α), dengan ketentuan: H0 diterima : apabila Fhitung < Ftabel, atau sig > α pada tingkat kepercayaan tertentu artinya seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (permintaan tempe) H0 ditolak : apabila Fhitung > Ftabel, atau sig < α pada tingkat kepercayaan tertentu artinya seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (permintaan tempe) Tabel 29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011 Model Regresi Sisa Total
Jumlah Kuadrat 931,702 2094,598 3026,660 Interpretasi
df 7 91 98 Tolak H0
Rata-rata kuadrat 133,100 23,022
Fhitung
Ftabel
Sig
5,782
2,842
0,000
Signifikan pada tingkat kepercayaan 99%
Sumber: Data Primer (diolah)
Hasil perhitungan uji F yang didapat pada Tabel 29, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,782 lebih besar dari Ftabel (2,842) dengan tingkat kepercayaan 99 persen dan memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α (0,01). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan koefisien regresi signifikan secara statistik. Hal ini berarti model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dapat dikatakan pula bahwa harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap permintaan tempe.
66
Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang. 3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga dapat menjelaskan permintaan tempe. Tabel dibawah ini akan menunjukkan hasil perhitungan koefisien determinasi untuk faktor-faktor tersebut. Tabel 30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011 No Keterangan 1 R 2 R2 3 R2 yang disesuaikan 4
Durbin-Watson
Nilai 0,555 0,308 0,255 1,817
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 30 didapat nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi adalah sebesar 0,308 dengan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,255. Karena persamaan regresi menggunakan lebih dari satu variabel, maka koefisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan persamaan ini adalah koefisien determinasi yang disesuaikan. Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0,255 yang berarti bahwa hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintan tempe bisa dijelaskan oleh seluruh variabel bebas yang diduga berpengaruh. Sisanya sebesar 74,5 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian 67
ini belum sepenuhnya menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain yaitu selera, intensitas kebutuhan, dan distribusi pendapatan tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Pada tabel tersebut juga terdapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,817. Jika nilai Durbin-Watson berada antara minus dua (-2) sampai dua (+2), maka dapat diartikan tidak tejadi gejala autokorelasi. Autokorelasi merupakan korelasi pada variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada seluruh variabel bebas yang ada. 5.1.3. Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang Berdasarkan fungsi permintaan yang didapat dari perhitungan regresi berganda
maka
dapat
dihitung
nilai
elastisitas
permintaan
tempe.
Elastisitas permintaan yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah elastisitas harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Dengan menggunakan rumus elastisitas permintaan dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5, maka didapat nilai elastisitas permintaan tempe pada masyarakat di desa Jombang. Tabel 31 menunjukkan hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe di desa Jombang.
68
Tabel 31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011 No
Variabel
1. 2. 3.
Permintaan Tempe (Y) Harga tempe (X1) Harga tahu (X2)
4. 5. 6. 7. 8.
Koefisien Regresi 21,595 (konstanta) -1,176 0,372
Rata-rata
Elastisitas
Interpretasi
6,4697 5,7702
0,957 0,270
-0,130
15,3737
0,252
Harga daging ayam (X4) Harga ikan (X5)
-1,171
23,2121
0,499
-0,069
16,8182
0,146
Jumlah anggota keluarga (X6) Pendapatan keluarga (X4)
0,082
4,0909
0,042
Inelastis Inelastis, substitusi Inelastis, komplementer Inelastis, komplementer Inelastis, komplementer Inelastis
Harga telur (X3)
-0,522
2,7077
0,178
7,9414
Inelastis, barang inferior
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai elastisitas harga tempe terhadap permintaan tempe yaitu sebesar 0,957. Artinya dengan meningkatnya harga sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah permintaan tempe sebesar 0,957 persen. Elastisitas harga tempe bersifat inelastis (0,956 < 1). Untuk elastisitas silang dari harga tahu terhadap permintaan tempe didapat nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga tahu bersifat inelastis (0,270 < 1). Nilai koefisien regresi yang positif membuktikan bahwa tahu merupakan barang substitusi dari tempe. Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam, dan harga ikan juga lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang tersebut bersifat inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang tersebut memiliki tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang komplementer terhadap tempe. 69
Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan nilai elastisitas pendapatan keluarga sebesar 0,178. Elastisitas pendapatan bersifat inelastis (0,178 < 1). Koefisien regresi yang didapat pada pendapatan keluarga adalah negatif. Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang inferior. 5.2.
Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan teori-teori yang sebelumnya
dijelaskan sebagai dasar dari penelitian ini, kemudian dibandingkan dengan hasil analisis data yang didapat. 5.2.1. Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang Dari hasil didapat sebesar 86 persen rumah tangga di desa Jombang menjadikan tempe sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan keluarga. Rata-rata jumlah permintaan tempe rumah tangga perbulan adalah 7,94 kg. Pada jumlah permintaan tempe didapat rumah tangga yang paling sedikit mengkonsumsi tempe. Hal ini karena rumah tangga tersebut hanya membeli satu potong tempe (250 gr) dalam seminggu. Selanjutnya terdapat pula rumah tangga yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal ini disebabkan karena rumah tangga tersebut membeli 1 kg tempe setiap harinya. Pada hasil frekuensi pembelian tempe rumah tangga responden terdapat frekuensi pembelian tempe terendah yaitu empat kali membeli tempe dalam sebulan. Hal ini disebabkan karena rumah tangga tersebut hanya membeli tempe sekali dalam seminggu. Terdapat pula frekuensi pembelian tempe tertinggi yaitu 30 kali dalam sebulan, hal ini dikarenakan rumah tangga tersebut membeli atau mengkonsumsi tempe setiap hari. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik mengapa 70
rumah tangga tersebut selalu mengkonsumsi tempe? Banyak hal yang mendasari seseorang untuk membeli sebuah produk guna memenuhi kebutuhannya. Oleh karna itu kita harus tahu alasan responden mengkonsumsi tempe. Dari hasil kuisioner alasan terbanyak responden mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi. Sebagian besar responden juga memilih pilihan jawaban lebih dari satu. Karena memang benar selain bergizi tinggi, tempe juga mudah diolah, harganya murah, rasanya enak serta digemari oleh anggota keluarga. Sedangkan untuk pilihan alasan lainnya, ada responden yang mengisi dengan alasan mudah didapat, praktis dan sebagai makanan pelengkap 4 sehat 5 sempurna. Permintaan tempe oleh konsumen terkait juga dengan lokasi dimana responden membeli tempe. Sebagian besar responden memilih pasar tradisional sebagai tempat untuk mendapatkan tempe. Karena harga tempe akan lebih murah jika dibandingkan dengan membeli tempe pada warung dekat rumah, tukang sayur keliling dan supermarket. Hal ini terkait dengan produsen (pengrajin tempe) akan menawarkan harga pada pasar. Sedangkan para pedagang hanya sebagai pengambil harga (price taker). Dari seluruh responden yang ada, tidak ada yang merupakan pembuat atau pengrajin tempe. Hal ini didapat dari hasil kuisioner untuk pilihan produksi sendiri tidak ada responden yang memilih.
71
5.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang Permintaan akan suatu barang merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi oleh banyak variabel. Begitu pula halnya dengan permintaan tempe, ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan tempe pada konsumen rumah tangga. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak semua variabel dapat mempengaruhi permintaan tempe secara nyata. Dari hasil yang didapat maka dapat diketahui variabel apa saja yang dapat menpengaruhi permintaan tempe secara nyata pada konsumen rumah tanggga di masyarakat desa Jombang. Berdasarkan penjabaran uji koefisien determinasi (R2), hanya 25,5% perubahan dalam permintan tempe bisa dijelaskan oleh seluruh faktor yang diduga berpengaruh. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum sepenuhnya menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain yaitu selera, intensitas kebutuhan, dan distribusi pendapatan tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Walaupun demikian dari hasil uji F faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap permintaan tempe. Sedangkan dari hasil uji t, hanya ada dua faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan tempe pada tingkat kepercayaan 99%. Faktor tersebut adalah harga tempe dan harga ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil dari 99%. 72
Faktor pertama yang diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe adalah harga tempe. Harga pembelian tempe oleh responden cukup beragam. Hal ini disebabkan karena perbedaan tempat pembelian tempe oleh responden. Harga tempe yang dibeli di pasar biasanya lebih murah dibanding dengan harga tempe yang dibeli di warung dekat rumah atau pedagang keliling. Dari hasil perhitungan regresi berganda harga tempe dapat mempengaruhi permintaan tempe pada tingkat kepercayaan 99%. Jika harga tempe naik maka permintaan konsumsi tempe masyarakat menurun. Harga tempe yang relatif lebih murah dibanding dengan harga lauk sumber protein lainnya, menjadikan tempe sebagai pilihan menu makanan sehari-hari. Hal ini juga terlihat dari data mengenai alasan responden
mengkonsumsi
tempe
(pada
Tabel
18),
alasan
responden
mengkonsumsi tempe karena harganya yang murah menempati urutan ketiga setelah pilihan alasan bergizi tinggi dan digemari anggota keluarga. Jadi naik atau turunnya harga tempe sangat mempengaruhi permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang. Selain variabel harga tempe, dalam perhitungan regresi berganda terdapat pula variabel harga barang lainnya. Variabel harga tahu adalah faktor kedua yang diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe. Harga tahu yang dikonsumsi oleh responden bervariasi. Hal ini dikarenakan beragamnya jenis tahu yang ada di masyarakat. Dalam penelitian ini tahu terbukti menjadi barang substitusi terhadap tempe, karena tahu adalah sumber protein nabati yang sama fungsinya dengan tempe. Dari hasil perhitungan regresi didapat koefisien untuk harga tahu bernilai positif. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu
73
dengan permintaan tempe. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan barang substitusi dari tempe. Jika harga tahu naik maka permintaan akan tempe juga akan bertambah. Karena signifikan pada tingkat kepercayaan 90%, naik atau turunnya harga tahu dapat dikatakan juga mempengaruhi permintaan konsumsi tempe. Jadi harga tahu berpengaruh terhadap permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang. Variabel harga telur adalah faktor ketiga yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe. Harga telur yang dikonsumsi oleh responden bervariasi. Ada dua orang responden yang mengkonsumsi telur dengan harga terendah. Hal ini disebabkankan responden tersebut membeli telur pada agen distributornya langsung, sehingga dapat membeli telur dengan harga yang lebih rendah dari harga di pasaran. Sedangkan untuk harga pembelian telur tertinggi hanya terdapat satu orang responden. Responden tersebut membeli telur yang sudah dikemas dengan baik dan bermutu tinggi karena ada tambahan vitamin atau omega 3 didalamnya. Hal tersebut membuktikan bahwa ada masyarakat yang mementingkan kualitas dari produk yang dikonsumsinya. Dari hasil pilihan beberapa jenis lauk pada kuisioner, telur merupakan barang yang dipilih oleh seluruh responden. Dalam penelitian ini telur menjadi barang komplementer terhadap tempe, karena telur juga merupakan sumber protein yang tinggi, mudah didapat, dan digemari masyarakat. Dari hasil perhitungan regresi juga menyatakan bahwa koefisien regresi harga telur bernilai negatif dan signifikan hanya pada tingkat kepercayaan 20%. Tanda negatif ini menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah antara harga telur dengan permintaan tempe. Hal ini
74
membuktikan
bahwa
telur merupakan
barang komplemen
dari
tempe,
telur menjadi pelengkap untuk memenuhi menu makanan dalam keluarga. Tetapi karena tingkat signifikansinya kurang dari 50% jadi tidak berpengaruh terhadap permintan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang. Naik atau turunnya harga telur tidak mempengaruhi permintaan tempe. Faktor keempat yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe adalah harga daging ayam. Dalam penelitian ini ada 13% responden yang tidak memilih daging ayam untuk menu makanan keluarganya. Hal ini disebabkan karena daging ayam memiliki harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga tempe. Nilai koefisien regresi yang didapat berlawanan arah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Sama seperti telur, daging ayam juga merupakan barang komplemen untuk tempe. Hal ini disebabkan karena daging ayam memiliki kandungan protein yang setara dengan tempe (pada Tabel 2) tetapi menjadi sumber protein hewani yang mudah didapat dan digemari masyarakat jika dibandingkan dengan daging sapi. Jika harga daging ayam turun maka permintaan tempe akan naik. Jadi naik atau turunnya harga daging ayam sangat mempengaruhi permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel harga ikan adalah faktor kelima yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe. Dalam penelitian ini ikan juga menjadi barang komplementer terhadap tempe. Harga ikan yang dikonsumsi oleh responden sangat bervariasi. Hal ini karena banyaknya jenis ikan yang ada dipasar dan peneliti tidak membatasi untuk jenis ikan yang dipilih oleh responden pada kuisioner. Sehingga terdapat pula 22 orang responden yang tidak memilih ikan
75
untuk menu makanan keluarganya. Koefisien regresi yang didapat untuk harga ikan juga berlawanan arah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 85%. Sama seperti telur dan daging ayam, ikan juga merupakan barang komplemen dari tempe karena nilai koefisien yang didapat berlawanan arah. Nilai koefisien yang signifikan pada tingkat kepercayaan 85% menyebabkan naik atau turunnya harga ikan juga dapat dikatakan mempengaruhi permintaan tempe. Jika harga ikan turun maka permintaan tempe akan naik. Jadi harga ikan berpengaruh terhadap permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Jumlah anggota keluarga juga diduga dapat mempengaruhi permintaan tempe. Dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula jumlah tempe yang dikonsumsi keluarga tersebut. Jumlah anggota keluarga akan menentukan distribusi pangan antar anggota keluarga. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih kecil tentunya akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Dalam hal ini jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang ada didalam satu rumah tangga. Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini menjadi faktor keenam yang diduga dapat mempengaruhi pola konsumsi tempe. Untuk hasil perhitungan regresi jumlah anggota keluarga menunjukkan angka yang positif tetapi signifikan hanya pada tingkat kepercayaan 10 persen. Sesuai dengan teori, bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar permintaan akan suatu barang. Akan tetapi angka tersebut tidak signifikan secara statistik karena memiliki tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 50 persen. Berapapun jumlah anggota keluarga yang ada didalam sebuah rumah tangga tidak akan mempengaruhi
76
permintaan tempe pada rumah tangga tersebut. Hal ini sesuai dengan alasan responden mengkonsumsi tempe sebagai lauk yang digemari oleh anggota keluarga. Jadi besar kecilnya jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi permintaan tempe masyarakat di desa Jombang. Faktor terakhir yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe adalah pendapatan keluarga. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin sedikit jumlah tempe yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. Dengan adanya peningkatan pendapatan keluarga maka pemenuhan akan kebutuhan hidup lebih beragam. Pendapatan keluarga sebulan didapat dari total seluruh
pengeluaran
keluarga
perbulan
ditambah
dengan
tabungan.
Hasil perhitungan regresi untuk variabel pendapatan keluarga di dapat koefisien regresi yang negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Angka negatif dan berlawanan arah tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin sedikit tempe yang diminta. Hal ini juga menunjukkan bahwa tempe merupakan barang inferior, yaitu barang yang permintaannya semakin berkurang apabila pendapatan konsumen meningkat. Sehingga dapat dikatakan pendapatan keluarga juga dapat mempengaruhi permintaan tempe. Jika pendapatan keluarga bertambah maka permintaan tempe akan turun. Keluarga yang memiliki pendapatan yang lebih (golongan atas) akan mengurangi konsumsi tempe dan akan mendistribusikan pendapatannya untuk keperluan sekunder, tersier atau barang mewah. Hal ini terkait dengan selera dan gaya hidup di masyarakat. Jadi besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang.
77
5.2.3. Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang Hasil perhitungan elastisitas harga tempe terhadap permintaan tempe yaitu sebesar 0,957. Artinya dengan meningkatnya harga sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah permintaan tempe sebesar 0,957 persen. Hubungan antara harga tempe dengan jumlah permintaan tempe berbanding terbalik seperti yang diungkapkan hukum permintaan. Elastisitas harga tempe bersifat inelastis (0,956 < 1). Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang kebutuhan sehari-hari yang di konsumsi oleh masyarakat. Tempe sudah menjadi lauk yang hampir selalu ada pada menu makanan keluarga. Elastisitas silang berlaku pada barang substitusi atau komplementer. Dalam penelitian ini terdapat empat harga barang lain yaitu harga tahu, harga telur, harga daging ayam, dan harga ikan. Untuk elastisitas silang dari harga tahu terhadap permintaan tempe didapat nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga tahu bersifat inelastis (0,270 < 1). Nilai koefisien regresi yang positif membuktikan
bahwa
tahu
merupakan
barang
substitusi
dari
tempe.
Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam, dan harga ikan juga lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang tersebut bersifat inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang tersebut memiliki tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang komplementer terhadap tempe.
78
Elastisitas pendapatan menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat dari perubahan pendapatan pembeli. Dalam hal ini elastisitas pendapatan akan menunjukkan perubahan permintaan tempe terhadap perubahan pendapatan keluarga responden. Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan nilai elastisitas pendapatan keluarga sebesar 0,178. Elastisitas pendapatan bersifat inelastis (0,178 < 1). Koefisien regresi yang didapat pada pendapatan keluarga adalah negatif. Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang inferior. Permintaan tempe akan menurun apabila pendapatan keluarga bertambah.
79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan 1. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang rata-rata mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe 16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk membeli tempe adalah pasar tradisional. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga tempe dan variabel harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari 99%. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi signifikan secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99%. Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien determinasi didapat hanya 25,5% perubahan dalam pola konsumsi tempe dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang berpengaruh.
3. Hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe didapat nilai elastisitas harga tempe sebesar 0,956 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil elastisitas silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe. Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan harga ikan bersifat komplementer terhadap tempe. Sedangkan dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan bahwa tempe merupakan barang inferior. 6.2.
Saran
1. Jumlah permintaan tempe di desa Jombang cukup tinggi, sehingga produsen tempe yang ada dapat meningkatkan kapasitas produksi tempe untuk memenuhi kebutuhan tempe di desa Jombang. 2. Dari hasil perhitungan regresi menyatakan bahwa harga tempe dan harga daging ayam sangat respon terhadap konsumsi tempe di desa Jombang, sehingga kebijakan untuk harga tempe dan harga ayam lebih baik dibandingkan kebijakan dari variabel lain. Dilihat dari koefisien determinasi yang hanya 25,5% maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel bebas selain variabel yang telah dimasukkan dalam model penelitian ini. 3. Dari hasil elastisitas silang, tempe dapat dikombinasikan dengan berbagai bahan pangan lain, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan tempe sebagai bahan baku untuk beragam hidangan karena peluang ekonomi produk ini masih tinggi.
81
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009). Astawan, M. Tempe: Cegah Penuaan & Kanker Payudara. (Jakarta: Kompas, 2003) Astawan, M. dan Mita W. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. (Jakarta: Akademika Pressindo, 1991). Astuti, M. History of the Development of Tempe. Di dalam Agranoff, J (editor dan penerjemah). (Singapura: The American Soybean Association, 1999). Devaluasari, Nova. Analisis Pola Konsumsi Tempe Rumah Tangga di Kota Bogor [Skripsi]. (Bogor : Fakultas Pertanian, 2006). Firdaus, Muhammad. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar & Aplikasinya. (Jakarta : Kencana, 2004). Karyadi, D. The Development of Tempe Across Five Continents. Di dalam Agranoff, J (editor dan penerjemah). (Singapura: The American Soybean Association, 1999). Lukman. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Machfudz, Masyhuri. Dasar-dasar Ekonomi Mikro. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) Mudanijah, Siti. Pengantar Pangan dan Gizi. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004) Narimawati, Umi. Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi. (Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2008). Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Bogor Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) Noertjahyo, J A. Dari Ladang Sampai Kabinet Menggugat Nasib Petani. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005).
Nugroho, Muhammad Satyo. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Lokal Pada Konsumen Rumah Tangg (Studi Kasus: di Kompleks Perumahan UIN, Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerng, Provinsi Banten) [Skripsi]. (Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi, 2008). Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. (Bandung: Alfabeta, 2009). Ritonga, dkk. Pelajaran Ekonomi Jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 2003). Sarwono, B. Membuat tempe dan oncom. (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 2002). SNI. Tempe Kedelai. (Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2009). Sugiyanto. Analisis Statistika Sosial. (Malang: Bayu Media Anggota IKAPI Jatim, 2004). Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008). Supriono. Memproduksi Tempe. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan. Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2003). Susanto, Tri. dan Tri Dewanti. Dasar-dasar Ilmu Pangan Dan Gizi. (Yogyakarta: Akademika, 2004). Syarief, dkk. Wacana Tempe Indonesia. (Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala, 1999).
83
Lampiran 3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan - Banten
Sumber Google Map
Keterangan: Batas-batas wilayah Desa Jombang: • Barat: Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong. • Timur: Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat. • Utara: Desa Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren. • Selatan: Desa Sarua, Kecamatan Ciputat.
86
: ......................................................... : ......................................................... : ......................................................... ......................................................... Pekerjaan : ......................................................... Pendidikan Terakhir : ......................................................... Usia : ......................................................... Jumlah Anggota Keluarga : ........ orang sebutkan (usia & pendidikan): 1. ............................................................................. 2. ............................................................................. 3. ............................................................................. 4. ............................................................................. 5. ............................................................................. 6. ............................................................................. 7. .............................................................................
Identitas Responden Nama Posisi dalam Keluarga Alamat Lengkap
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya Andhieka Ulfa mahasiswi Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini sedang melakukan penelitian untuk Skripsi mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Tempe Masyarakat, saya mohon kesediaan Bapak atau Ibu atau Saudara/i untuk berkenan mengisi lembar kuisioner ini dengan sebenarbenarnya. Atas kesediaan dan kerjsama Bapak atau Ibu atau Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG, KECAMATAN CIPUTAT, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
Lampiran 4. Lembar Kuisioner
f. Lainnya, sebutkan……………………………………
e. Produksi sendiri
d. Supermarket
c. Tukang sayur keliling
b. Warung dekat rumah
a. Pasar tradisional
87
6. Dari mana anda biasa mendapatkan tempe untuk dikonsumsi?
f. Lainnya, sebutkan …………………………………
e. Digemari anggota keluarga
d. Rasanya enak
c. Harga murah
b. Mudah diolah
a. Bergizi tinggi
5. Alasan anda mengkonsumsi tempe sebagai lauk sehari-hari?
sehari-hari? ya / tidak
4. Apakah anda sekeluarga mengkonsumsi tempe sebagai lauk
anak anda? ya / tidak
3. Apakah anda mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak-
sempurna? ya / tidak
2. Apakah anda sekeluarga menerapkan pola makan 4 sehat 5
dikonsumsi sehari-hari? ya / tidak
1. Apakah anda selalu mengutamakan makanan berkualitas untuk
Pertanyaan Mengenai Pola Konsumsi Tempe
Jumlah Harga pembelian pembelian sehari (rupiah per (gram/potong/kg) gram/potong/kg)
Frekuensi pembelian seminggu
: Rp............................................................../bulan
: Rp............................................................../bulan
Listrik
Telepon
Iuran RT : Rp............................................................../bulan
: Rp............................................................../bulan
Air
9. Sebutkan jumlah pengeluaran anda untuk keperluan berikut ini:
makan sekeluarga? Rp..............................................
8. Seberapa besar uang yang anda keluarkan dalam sehari untuk
Tempe Tahu Telur Daging ayam Daging sapi Ikan Udang .......... .......... .......... .........
Jenis Lauk
7. Isilah tabel dibawah ini:
Lampiran 4 (lanjutan). Lembar Kuisioner
: Rp................................................../bulan : Rp................................................../bulan : Rp................................................../bulan
Pinjaman Bank Asuransi Lainnya
-Terima Kasih-
Rp.............................../bulan
88
15. Berapa besar dari pendapatan anda disisihkan untuk tabungan?
anda untuk tabungan? ya / tidak
14. Apakah anda sekeluarga menyisihkan sebagian dari pendapatan
lainnya dalam sebulan? Rp...................................
13. Berapa besar anda menyisihkan dana untuk biaya tak terduga
dalam sebulan? Rp...................................
12. Berapa besar anda menyisihkan dana untuk kesehatan keluarga
: Rp................................................./bulan
Mobil/ motor
Rumah/ kontrakan : Rp................................................./bulan
keperluan berikut ini (jika ada) :
11. Berapa besar pengeluaran anda untuk cicilan rutin untuk
Rp...................................
pendidikan (biaya spp anak sekolah) dalam sebulan?
10. Berapa besar pengeluaran keluarga anda untuk biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
No
Selfia Hj. Karomah Ratna Mailis Nurseha Siti Wahdini Lazuardiah Choiriyah Suratin Suhaerah Hamida Tanti Suprayati Umi Kalsum Nurchayati Sumini Djuriah Siti Zumaroh Juhartini Ibu Mini Rosadah Jhin Asisu Indah P Rosmiati
Nama Responden Istri / ibu Nenek Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Kepala keluarga Anak Istri / ibu
Posisi Villa Bintaro Indah, D3/8 Villa Bintaro Indah blok C Villa Bintaro Indah, D2/7 Villa Bintaro Indah D7/2 Villa Bintaro Indah, D5/12 Villa Bintaro Indah Villa Bintaro Indah, D4/9 Villa Bintaro Indah, D6/15 Villa Bintaro Indah, D3/16 Villa Bintaro Indah, D7/2 Villa Bintaro Indah, D2/8 Villa Bintaro Indah, D5/14 Villa Bintaro Indah, D4/11 Villa Bintaro Indah, D3/5 Kp. Gedong 01/13 Kp. Gedong 01/13 Kp. Gedong 01/13 no 26 Kp. Gedong 01/13 Jl. Riau 3 01/13 Kp. Gedong Kp. Gedong 01/13 Villa Bintaro Indah, D3/6 Jl. Bulak jaya 1 no 20 03/09 Villa Bintaro Indah, D3/17
Alamat Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Guru Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Karyawati Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pedagang Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Karyawati Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Karyawan Peneliti Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan
Lampiran 5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011
S1 SD SMA SMA SMA S1 SMEA SMA D3 SD S1 SLA SMA S1 SD SD SLTA SD SD SD SMA S1 SMP
Pendidikan 43 60 47 35 51 49 52 45 45 57 42 48 47 44 41 37 49 49 52 35 44 22 50
Usia
89
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Lidya S Suwardi Susilowati Zahara Ibu Sumadi Ibu Zainuddin Afriza Wulan S Ibu Teti Samiyem Suheti Tina Wati Winda Maulana Alifia Fahmah Nuria Handayani Gian Rilo P Dimas Suwandri Anita Nurjayanti Nurlaela Romlah Yuliana Yayah Nurohmah Erwin Endang Roswati Ipah Indriana Ny. Tatik Tri Wulansari Warningsih
Istri / ibu Istri / ibu Anak Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Anak Anak Anak Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Anak Istri / ibu Istri / ibu Anak
Villa Bintaro Indah, D4/16 Villa Bintaro Indah, D3/7 Jl. Sumatera 1 no 9 Villa Bintaro Indah, D3/3 Jl. Kutilang no 39 Blok D no 38 Jl. Kutilang no 54 Villa Bintaro Indah, C20/4 Cilalung RT 02/04 Jl. Kp. Masjid RT 5/3 no 89 Jl. Kp. Masjid RT 5/3 no 86 Villa Bintaro Indah, D4/9 Gg. Masjid Al Mujahidin no 4 Kp. Rawa RT 07/11 Kp. Rawa RT 08/16 Kp. Rawa RT 08/16 no 66 Kp. Rawa RT 07/16 Kp. Rawa RT 07/16 Kp. Rawa RT 08/16 no 63 Kp. Rawa RT 07/11 Kp. Rawa no 50 Kp. Rawa no 7 Kp. Rawa RT 07 no 70 Blok B 6 no 12 Jl. Kutilang no 30 Villa Bintaro Indah, D7/14 Kp. Gedong 01/13 no 17
PNS Ibu Rumah Tangga Mahasiswi Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Mahasiswa Karyawan Karyawan Karyawan Swasta Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Mahasiswi Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011 SLTA SLTA SMA SMP SLTA D3 SLTA SMP SMP SMP SMK S1 D3 SMA SMP SLTA SMK SMA SMK SMK SLTP SMK SLTP SMA SLTA SMK SMK
48 43 21 46 56 29 55 41 42 44 21 26 23 23 23 23 27 25 22 24 38 26 35 22 49 28 23 90
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Arpan Saaman Rodiah Ngudi Mulyani Warsini Rina Siti Romlah Tarmini Sri Prihatin Erna Ningrum Nuryulis Titi Wulan P Nurlaila Ai Tsamrotul F Euis Muspiroh Yulia Winda W Deri Triani Rahmasari Septiani Tiwi K Rahayu Ningsih Ny. Chulaela S Febri Ramadhan Eryanti Ibu Mardiani Ibu Rusmiyati Ibu Sujiah
Kepala keluarga Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Anak Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Anak Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu
Kp. Gedong 01/13 no 18 Kp. Gedong 01/13 Villa Bintaro Indah, D7/5 Villa Bintaro Indah, D1/16 Jl. Noer Abdullah 2 no 36 Villa Bintaro Indah Villa Bintaro Indah, D2/12a Villa Bintaro Indah, D3/12 Villa Bintaro Indah, D2/12a Jl. Halmahera no 17 Villa Bintaro Indah, D3/12a Bumi Sudimara C1/11 Villa Bintaro Indah, C17/8 Jl. Raya no 1 RT 02/07 Villa Bintaro Indah, D7/12 Jl. Jombang Raya no 48 Vigules RT 12/03 no 9 Villa Jombang Baru C9/11 Jl. Bintan no 16 03/01 Villa Jombang Baru B 2/9 Villa Bintaro Indah, D7/3 Villa Bintaro Indah, B2/13 Jl. Bangka 1 no 10 Jl. Sumatera 1 no 15 Jl. Bangka 1 no 17 Villa Bintaro Indah, C 7
Guru Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pedagang Pedagang Ibu Rumah Tangga Pedagang Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Guru Guru Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Mahasiswi PNS Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Mahasiswa PNS Karyawati Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga
Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011 SMP SD SPK SMP SMA SMA SMEA SMA SMA SMA D3 SMK MAN SD SMEA SMA S1 D3 SMEA SMA SMU SMA SMA SMA S1 SMA
56 47 43 45 38 51 51 41 38 46 40 31 27 22 31 22 35 30 37 48 59 22 40 36 31 40
91
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
Ny. Titi Triyanti Maryam Ibu Roni C Rohiman Fauziah W Ida Rosida Vinka Rizki A Ida Ningsih Khairullah Ibu Shinta Ibu Rokayah Ibu Sunia W Rachmawati CH Endang Ekowati Ibu Mutiah Ibu Marlina Dini Pebrianti Sebtiyo Purwanti Rumiyati Intaniar D Nurhikmah Ibu Chandra Keminem
Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Anak Istri / ibu Kepala keluarga Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu Anak Istri / ibu Istri / ibu Istri / ibu
Blok H 7 no 16 Jl. Jombang Raya no 16 Villa Bintaro Indah, D7 Jl. Sumatera no 38 Jl. Jombang Rawa Lele 03/4 Jl. Noer Abdullah no 27 Villa Bintaro Indah, E13 no 7 Villa Gunung Lestari Vigules B3 no 2 Villa Jombang Baru Kp. Gedong 02/04 Jl. Kaswari 2 no 4 Jl. Bangka 1 D4/12a Jl. Sumatera 04/06 Jl. Tidore 03/17 Jl. Tidore 03/17 no 16 Jl. Lombok RT 03/10 Jl. Masjid Al Huda 02/17 no 1 Jl. Tidore 03/17 Jl. Sumatera 25 02/17 Rawa Lele RT 06/07 Jombang Rawa Lele Jombang Rawa Lele 04/06
Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Pedagang Ibu Rumah Tangga Mahasiswi Pedagang Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Pedagang Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Guru Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Guru Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011 SMA SMEA SMA SD SMA SMA SMA SMA D3 S1 SMA SMA SMA D4 MAN SMP SLTA S1 SMA S1 PGTK SMA SLTP
42 30 28 48 45 51 19 48 45 38 48 46 53 45 34 28 35 41 35 22 36 44 38
92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
No
6.000 8.000 6.000 8.000 8.000 8.000 6.000 6.000 6.000 5.000 6.000 6.000 6.000 6.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 4.000
(rupiah/kg)
(kg)
3 3 2 2 2 3 4 4 2 5 8 2 3 3 7 7 5 7 7 7 10 6
X1 Harga Tempe
Y Permintaan Tempe
X3 Harga Telur
8.000 5.000 7.500 6.250 6.000 6.000 6.000 5.500 6.000 5.000 7.000 6.000 8.000 8.000 10.000 6.000 10.000 10.000 6.000 10.000 5.000 6.000
15.000 16.000 15.000 15.000 14.000 16.000 15.000 14.500 14.000 15.000 20.000 14.000 16.000 15.000 15.000 16.000 14.600 15.000 16.000 16.000 12.000 12.000
(rupiah/kg) (rupiah/kg)
X2 Harga Tahu 30.000 25.000 20.000 30.000 30.000 25.000 23.000 21.000 25.000 22.000 24.000 40.000 25.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 28.000 20.000
(rupiah/kg)
X4 Harga Daging Ayam 20.000 25.000 15.000 20.000 16.000 40.000 30.000 26.000 15.000 16.000 30.000 20.000 16.000 16.000 24.000 40.000 20.000 20.000 40.000 24.000 16.000 26.000
(rupiah/kg)
Harga Ikan
X5
(orang)
X6 Jumlah Keluarga
Lampiran 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011
3 3 5 4 4 4 4 4 4 6 5 4 4 6 4 4 4 5 5 4 5 4
3.130.000 3.036.000 2.069.000 1.398.000 2.168.000 2.004.000 1.308.000 6.737.000 5.769.000 2.193.000 6.824.000 1.736.000 799.000 8.750.000 1.837.000 1.677.000 2.000.000 1.702.000 1.703.000 1.412.000 4.050.000 5.050.000
(rupiah/bulan)
X7 Pendapatan Keluarga
93
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
6 14 3.2 5.6 5 9.8 16 12 6 5 4 8 11.2 7 6 4 4 1 12 6 3 14 6 6 6 3 24
4.000 5.000 10.000 10.000 6.000 7.500 5.000 5.000 6.000 8.000 8.000 6.000 5.000 6.000 6.000 6.000 6.000 8.000 5.000 6.000 6.000 6.000 6.000 8.000 5.000 8.000 5.000
6.000 5.000 10.000 10.000 6.000 8.000 8.000 6.000 5.000 6.000 6.000 10.000 5.000 8.000 5.000 6.000 6.000 5.000 8.000 7.000 6.000 8.000 5.000 5.000 -
12.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 13.000 14.000 14.000 16.000 16.000 16.000 16.000 15.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 15.000 16.000
20.000 25.000 25.000 25.000 36.000 36.000 36.000 25.000 25.000 35.000 35.000 25.000 40.000 27.000 27.000 27.000 25.000 35.000 28.000 27.000 25.000 30.000 25.000 25.000 -
26.000 26.000 20.000 40.000 20.000 12.000 36.000 25.000 25.000 25.000 25.000 20.000 20.000 12.000 25.000 28.000 16.000 15.000 -
4 4 4 5 4 5 6 4 4 5 4 4 3 3 4 5 6 7 7 3 3 3 3 3 3 6 4
Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011 5.050.000 1.900.000 9.340.000 2.280.000 3.145.000 4.770.000 3.530.000 6.860.000 1.620.000 3.800.000 3.590.000 6.140.000 3.250.000 1.794.000 2.193.000 5.640.000 1.785.000 7.410.000 2.455.000 1.000.000 1.063.000 1.403.000 1.573.000 1.600.000 1.533.000 3.450.000 3.000.000 94
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
14 21 21 14 28 6 6 4 6.4 4 10 9 6 5 6 7 7 2 12 12 3 20 12 4 5 6.4 3
4.000 6.000 6.000 8.000 4.000 6.000 8.000 7.500 7.500 6.000 6.000 6.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 6.000 8.000 8.000 5.000 6.000 10.000 6.000 7.500 8.000
8.000 8.000 10.000 6.000 6.000 8.000 6.000 8.000 8.000 5.000 5.000 8.000 5.000 5.000 6.000 6.000 6.000 4.000 8.000 6.000 5.000
16.000 16.000 14.000 15.000 16.000 16.000 15.000 16.000 16.000 15.000 16.000 16.000 16.000 13.000 14.000 15.000 15.000 16.000 15.000 14.000 16.000 15.000 16.000 16.000 16.000 16.000 15.000
30.000 25.000 25.000 24.000 30.000 24.000 25.000 20.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 24.000 25.000 24.000 26.000 24.000 24.000 25.000 25.000
20.000 20.000 28.000 20.000 24.000 32.000 30.000 16.000 16.000 15.000 20.000 16.000 32.000 20.000 24.000 15.000 30.000 20.000 14.000 24.000 32.000
4 4 6 4 2 4 5 3 6 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 5 4 5
Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011 1.075.000 737.000 1.067.000 1.075.000 851.000 2.365.000 3.801.000 2.589.000 2.130.000 3.262.000 2.360.000 2.090.000 4.996.000 1.195.000 2.265.000 245.000 947.000 2.400.000 3.185.000 2.285.000 3.430.000 2.450.000 1.186.000 3.260.000 3.290.000 2.930.000 6.060.000 95
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
6 4 4 8 14 7 16.8 3 6 14 8.4 28 5 4.8 3.6 12.8 12.8 6.4 12.8 12.8 16 6.4 6.4 9.6
4.000 8.000 8.000 4.000 6.000 8.000 6.500 8.000 8.000 6.000 6.500 6.000 6.000 6.000 6.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
5.000 8.000 8.000 5.000 6.000 6.000 4.000 8.000 8.000 6.000 6.000 6.000 8.000 5.000 4.000 4.000 5.000 5.000 4.000 5.000 6.000 5.000 -
16.000 14.000 15.000 16.000 15.200 16.000 16.000 14.500 15.000 16.000 16.000 14.000 16.000 15.000 16.000 15.000 15.000 16.000 15.000 16.000 16.000 15.000 15.200 14.000
24.000 24.000 40.000 25.000 25.000 24.000 24.000 30.000 25.000 25.000 24.000 24.000 24.000 30.000 25.000 25.000 23.000 30.000 25.000 20.000 20.000 -
18.000 20.000 16.000 20.000 32.000 16.000 20.000 12.500 12.000 15.000 15.000 20.000 15.000 17.500 15.000 16.000 12.000 -
3 4 3 4 3 5 4 5 5 4 3 4 4 2 4 4 4 4 5 3 4 2 3 4
Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011 2.385.000 2.535.000 1.555.000 2.690.000 645.000 3.480.000 1.985.000 3.705.000 4.975.000 2.855.000 2.820.000 3.320.000 2.480.000 2.770.000 1.470.000 405.000 375.000 1.980.000 1.812.000 960.000 1.332.000 1.980.000 1.236.000 1.200.000
96
23.2121 16.8182
Harga daging ayam
Harga ikan
.555
1
a
.308
R Square .255
Square 4.79807
Estimate
Std. Error of the
1.79635
1.00093
11.00613
9.96348
1.01976
2.56613
1.52833
5.55736
Std. Deviation
99
99
99
99
99
99
99
99
b
.308
R Square Change
Model Summary
N
5.782
F Change
df1
Change Statistics
7
df2 91
.000
b. Dependent Variable: Permintaan tempe
1.817
Sig. F Change Durbin-Watson
a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah anggota keluarga, Harga tahu
R
Model
Adjusted R
2.7077
15.3737
Harga telur
Pendapatan keluarga
5.7702
Harga tahu
4.0909
6.4697
Harga tempe
Jumlah anggota keluarga
7.9414
Mean
Descriptive Statistics
Permintaan tempe
Regression
Lampiran 7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
97
2094.958 3026.660
Total
931.702
Residual
Regression
Sum of Squares
df
98
91
7 23.022
133.100
Mean Square
F 5.782
Sig. .000a
21.595 -1.176 .372 -.130 -.171 -.069 .082 -.522
(Constant)
Harga tempe
Harga tahu
Harga telur
Harga daging ayam
Harga ikan
Jumlah anggota keluarga
Pendapatan keluarga
B
a. Dependent Variable: Permintaan tempe
1
Model
Coefficients
a
.298
.534
.045
.052
.484
.210
.340
7.963
Std. Error
Unstandardized Coefficients
b. Dependent Variable: Permintaan tempe
anggota keluarga, Harga tahu
Beta
-.169
.015
-.136
-.306
-.024
.172
-.323
Coefficients
Standardized
-1.750
.153
-1.513
-3.259
-.268
1.774
-3.455
2.712
t
.083
.878
.134
.002
.789
.079
.001
.008
Sig.
-.251
-.109
-.214
-.380
-.033
-.064
-.408
-.180
.016
-.157
-.323
-.028
.183
-.341
Partial
Correlations Zero-order
a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah
1
Model
ANOVA
b
-.153
.013
-.132
-.284
-.023
.155
-.301
Part
.818
.822
.937
.863
.965
.811
.868
Tolerance
98
1.223
1.217
1.068
1.159
1.036
1.234
1.152
VIF
Collinearity Statistics
Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
Charts
99
Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
5,7702 = 0,372 x —————— 7,9414 = 0,270
x2 Es = b x —— y
Harga Tahu :
2. Elastisitas Silang
6,4697 = 1,176 x —————— 7,9414 = 0.957
keterangan : E = Nilai elastisitas b = Koefisien regresi x = nilai rata-rata x y = nilai rata-rata y Kriteria Elastisitas Permintaan : In-Elastis Sempurna jika E= 0 In-Elastis jika E <1 Elastis Uniter jika E = 1 Elastis jika E > 1 Elastis Sempurna jika E= ~ 1. Elastisitas Harga Tempe x1 Eh = b x —— y
x E = b x —— y
Rumus Elastistas Pemintaan:
Lampiran 8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe
2,7077 = 0,522 x —————— 7,9414 = 0,178
x7 Ep = b x —— y
3. Elastisitas Pendapatan
16,8182 = 0,069 x —————— 7,9414 = 0,146
X5 Es = b x —— y
Harga Ikan :
23,2121 = 1,171 x —————— 7,9414 = 0,499
x4 Es = b x —— y
Harga Daging Ayam :
15,3737 = 0,130 x —————— 7,9414 = 0,252
x3 Es = b x —— y
Harga Telur :
ϭϬϬ
Lampiran 9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe
Fermentasi Kedelai
Tempe Goreng
Tempe Orek
Tempe Mentah
Keripik Tempe
Sate Tempe
Kerupuk Tempe
Tempe Bacem
Burger Tempe
101