perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : HESTI NIM. F0106045
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul: ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Surakarta, 7 Juli 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya, maka Allah akan memberi kepuasan dalam hatinya, menghimpunkan segala impiannya, dan dunia pun akan mendatanginya dengan merunduk. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan matanya, membayarkan segala impiannya, dan dunia takkan mendatanginya melainkan apa yang telah ditentukan baginya (HR. Tirmidzi)
Terimalah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah dan ubahlah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah. Bersyukurlah terhadap sesuatu yang telah diberi olehNya karena rasa syukur dapat menjadikan seseorang ikhlas menjalani hidup dan selalu berusaha mengoptimalkan sesuatu yang dimiliki sehingga keterbatasan dapat dilawan dan meraih apa yang dicita – citakan (Penulis)
Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia merugi. Dan barang siapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ialah yang beruntung. (Al Hadist)
Be better is better than be the best
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :
Rabb Penguasa Alam Semesta, Allah SWT atas limpahan kekuatan, nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Rasulullah SAW sebagai sumber inspirasi dan teladan penulis
Orangtuaku tercinta, ayah dan ibu yang selalu memberi doa dan pengorbanan untuk penulis
Kakak-kakakku tercinta ( Bang Herry & Mb Rina yang telah banyak memberi semangat dan dukungan yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan kata-kata.
Adik – adikku yang selalu memberikan motivasi pada diriku untuk menjadi seorang teladan yang baik
Dosen Pembimbing-ku yang dengan sabar telah membantu menyelesaikan karya ini. Semoga Allah tetap memberi kalian hidayah dan keistiqomahan.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas segala rahmat, Hidayah dan InayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
”
ANALISIS
PENDAPATAN
FAKTOR-FAKTOR
SENTRA
KERAJINAN
YANG LOGAM
MEMPENGARUHI DI
KECAMATAN
CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar
kesarjanaan
pada
Fakultas
Ekonomi
Jurusan
Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 2. Ibu Nurul Istiqomah SE, M.Si selaku ketua penguji sekaligus pembimbing dalam perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Sumardi SE selaku anggota penguji sekaligus pembimbing dalam perbaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ibu Izza Mafruhah SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS. 7. Bapak Drs Sutomo, MS, selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS. 8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 9. Seluruh Pengrajin Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 10. Seluruh karyawan BPS Kabupaten Boyolali yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 11. Orang tuaku tersayang, kakak-kakakku ( Abang & Mb Rina terima kasih udah banyak membantu Esti mudah2an Allah memberikan balasan rahmat yang berlipat ganda, Uni Rina kakakku tercinta terima kasih kesabarannya selama ini menghadapi Esti yang terkadang egois, Bg Hendi & Ka’ Lia… terima kasih Bg Hendi dulu sering anter jemput Esti, Bg Herwin & Yuni…Terima Kasih Bg Herwin sudah mau nganter bolak – balik Esti dari rumah ke stasiun klo mau balik ke Solo, Uni Helsi..Kuliahnya yang serius biar jadi orang yang berguna), serta adik-adikku (Hardi & Herlin..IAllah Ka’ Esti akan selalu berusaha & berkorban untuk memberikan apa yang terbaik untuk kalian..I Love U So Much Coz Allah)y
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Tim Suksesi Skripsi ( Efiyana, Esti Wulanningsih, Fitri Rohmah Izzati, Sri Wahyu Ristanti, Tika Permanasari ) terima kasih atas bantuan kalian. Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. 13. Teman – teman angkatan 2006 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas segala yang diberikan sehingga aku dapat berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili. 14. Teman – teman spesialku di Ekonomi Pembangunan : Fany Marisca ( Kabarnya gmana nich fan, long time no see ), Mayarina Ratna Sari (Semangat ya ukh...klo butuh bantuan calling2 aj & terima kasih sudah setia nunggu di pendadaran ku), Sri Wulan Rahayu ( Wulan...terima kasih segala bantuan & pertolongannya selama menjalani proses kuliah),
Tika Permanasari (Thanks sudah setia
menemaniku menyelesaikan skripsi & menunggu pendadaranku), Monica Petra ( cie...yang sudah lulus lebih cepat dibanding kami). 15. Teman – teman seperjuangan Q ”DURENZ FAMILY” : Ayu Tutia Ningsih (Yut..teruskan perjuangan qt di DEMA ya...o..oo. Syukron Jzk Ukhti nasihat - nasihatnya selama menjalani amanah di DEMA), Efiyana (Syukron Jzk ukhti sudah mau honeyka repotkan terus, diminta mabit di fathyya dan honeyka telpon terus untuk menanyakan masalah skripsi & terima kasih kedatangannya di pendadaran Honeyka... jadi tambah semangat menghadapi dosen penguji...), Ery Susanti Yuniar commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
( Ery...jaga kesehatan ya...Syukron Jzk selalu menyempatkan membawa oleh – oleh kalo habis pulang dari Cirebon), Fany Marisca (Fany...kapan qt bisa ngobrol – ngobrol lg...kangen nich), Fitri Rohmah Izzati ( Syukron Jzk Ukhti selalu siap sedia membantu Honeyka kalo lg ada kesulitan selama hidup 4 tahun dalam satu kos yang sama..he..& afwan jiddan jika banyak kekurangan pada diri Honeyka), Noverita Rizki Pratiwi (QQ...Afwan Jiddan ya sering mendzolimi QQ & Syukron Jzk atas kesabarannya...semoga Honeyka bisa mencontoh kesabaran dari QQ), Nur Maflikhah ( Nur,...Syukron Jzk sudah mau menjadi tempat bertanya dalam menyelesaikan skripsi & mau menemani pendadaran Honeyka.. jadi tambah semangat aj menghadapi dosen penguji.., moga Honeyka bisa mencontoh menjadi aktivis prestatif seperti anti), Nurlia Fathonah ( Syukron Jzk Ukhti sudah sering banyak membantu..sekarang sibuk apa nih..), Purwanti ( Syukron Jzk Ukhti sudah mau menjadi pendengar yang baik..), Mayarina Ratna Sari (Halo Maya...semangat terus ya...Syukron Jzk Ukhti atas bantuannya selama kuliah bersama Honeyka selama 4 Tahun & Syukron juga sudah meluangkan waktu untuk menunggu pendadaran
Honeyka...jadi
tambah
penguji).
commit to user ix
semangat
menghadapai
dosen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Durenz Family yang selalu membuat saya tersenyum – senyum melihat tingkah polah kalian yang aneh – aneh...he.. (Bardjos, Dyan, Gie, Oka, Ricky, Tony, Wanks, Zizie). 16. Mb – mb Q tercinta (Asri Istiqomah, Ucay, Ima, Shinta, Ucix, Arum, Wahyu, Dita, Putri, Wulan, Novi, Sifa, Indah, Lina, Isti, Wilis). 17. Adik – adik Q tercinta (Alfinnadzifah, Melisa, Suryati, Dewi Setyowati, Retno, Atun, Rohmah, Rona, Sari, Yurika, Esti, Keke, Cita, Anggita, Stephanie, Fovia, Anik Maya Sari). 18. Adik- adik Q di Syiar BPPI Periode 2007 ( Puspa, Efi Halimah, Hermin Arifianti, Qomar, Yoga, Yusuf), Adik – adik Q di Humas BPPI Periode 2008 ( Umi Nur Khasanah, Winda TH, Dewi, Rini S (Syukron Jzk ukhti atas bantuannya selama ini), Mike, Ayu, Rachman, Faris, Sidiq, Andhika, Bakti), Adik – Adikku di DP2A BIAS FE UNS (Salsabila, Ria Rizki, Novita, Vetie, Wulan H, Puspa, Laely, Anggel, Lucky, Juni, Hananto, Candranata, Yoga, Farid, Syukron, Adib). 19. Teman- teman Q alumni KEI FE UNS periode 2007 – 2009, BPPI FE UNS Periode 2007 -2009, Puskomda Periode 2008, DP2A BIAS UNIVERSITAS Periode 2008, Tim Kaderisasi BIAS UNIVERSITAS Periode 2008, DEMA FE UNS Periode 2010. 20. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT memberi balasan yang lebih baik. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca yang budiman. Surakarta,
Penulis
commit to user xi
Agustus 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
i
ABSTRAK .....................................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
xii
DARTAR TABEL .........................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...........................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
10
A. Kajian Teori ......................................................................................................
10
1. Pengertian Industri .............................................................................................
10
2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian .......................................
15
3. Teori Pengembangan UMKM ............................................................................
16
4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM ...............................................................
19
5. Permasalahan UMKM di Indonesia ...................................................................
24
6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia ..................................
29
7. Pengertian Pendapatan dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya ..............
31
B. Penelitian Sebelumnya .......................................................................................
40
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... commit to user
42
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis.............................................................................................................
4242
BAB III. METODE PENELITIAN A. . Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………..........
44
B. Populasi...............................................................................................................
44
C. Teknik Sampling.................................................................................................. 44 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................................ 45 E. Instrumen Penelitian............................................................................................
45
F. Jenis dan Sumber Data........................................................................................
47
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................
48
1. Observasi.............................................................................................................
48
2. Interview..............................................................................................................
48
3. Kuesioner............................................................................................................
49
4. Studi Pustaka.......................................................................................................
49
H. Teknik Analisis Data...........................................................................................
49
1. Uji Pemilihan Model...........................................................................................
49
a. Uji MWD........................................................................................................
49
b. Metode Regresi Linier Berganda...................................................................
49
2. Uji Statistik.........................................................................................................
52
a. Uji t.................................................................................................................
53
b. Uji F................................................................................................................
53
c. Uji Koefisien Determinasi……………………………………………..… .3
55
3. Uji Asumsi Klasik...............................................................................................
57
a. Multikolinearitas…………………………………………………….…......
57
b. Heteroskedastisitas………………………………………………………....
57
c. Autokorelasi………………………………………………………..…..…..
58 59
BAB IV. ANALISIS DATA ....................................................................................….
60
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian.................................................................
60
1. Kondisi Geografis............................................................................................... commit to user
60
xiii xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kondisi Demografis............................................................................................
62
3.
Komposisi Tingkat Pendidikan........................................................................
63
4.
Komposisi Mata Pencaharian..........................................................................
64
5.
Penggunaan Lahan...........................................................................................
65
6.
Mata Pencaharian............................................................................................
66
7.
Keuangan Daerah ........................................................................................... 72
B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali…………………………………………………………………….....7
66
1. Latar Belakang Usaha Kerajinan Logam............................................................
66
2. Bahan Baku.........................................................................................................
67
3. Peralatan Yang Digunakan.................................................................................
67
4. Tenaga Kerja.......................................................................................................
67
5. Pemasaran...........................................................................................................
68
C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali………………………………………………….……….
69
D. Analisis Data dan Pembahasan……………………………………….…..…..8
76
1. Metode Analisis Data……………………………………………….………..
76
a. Uji Pemilihan Model………………………………………………..…….83
76
b. Metode Regresi Linier Berganda……………………………….………....
77
c. Uji Statistik…………………………………………………..…………....87 79 1. Uji t ………………………………………………………..……….….. 79 2. Uji F……………………………………………………………..……..88
80
3. Uji Koefisien Determinasi………............................................................
80
d. Uji Asumsi Klasik……………………………………………….……….89
81
1.
Multikolinearitas……………………………………………….……89
81
2.
Heteroskedastisitas……………………………………………..……90
82
3.
Autokorelasi…………………………………………………….…...91
83
commit to user xivxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Interpretasi Secara Ekonomi…………………………………………………84
84
a. Pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam…………………………………………………………………… ..92
84
b.Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam……………………………………………………………………....93
85
c. Interpretasi terhadap variabel modal usaha dan pengalaman usaha yang secara nyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam….. 94
86
BAB V. PENUTUP......................................................................................................
88
A. Kesimpulan......................................................................................................
88
B. Saran.................................................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xvxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
1.1 Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional ..........................................
2
1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kab Boyolali................................................
3
1.3.Jumlah Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.................................................................................................................
5
4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali..............................................................................................
61
4.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun 2008..........................................................
62
4.3. Banyaknya penduduk Umur Lima Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tahun 2007–2008...........................................................................................................
63
4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia Sepuluh Tahun Ke atas) Di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2008........................................................................................................
64
4.5. Penggunaan Lahan di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tahun 2008.................................................................
64
65 commit to user xvi xvi
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.6. Klasifikasi Penduduk Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Usia Sepuluh Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008.........................................................................................................
65
4.7. Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali...........................................................
70
4.8. Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali..............................................................................
71
4.9. Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.............................................
72
4.10. Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali..........................................................
74
4.11. Distribusi Tingkat Pendidikan Pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.....................................................
75
4.12. Hasil Uji MWD Test Linier...............................................................................
77
4.13. Hasil Uji MWD Test Log-Linier........................................................................
77
4.14. Hasil Regresi Persamaan Pendapatan...............................................................
78
4.15
82
Hasil Uji Multikolinieritas………………………………...............................
4.16 Hasil Uji Hateroskedastisitas…………………………………………….
83
4.17 Hasil Uji Autokorelasi…………………………………………………….
84
commit to user xvii xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
halaman
2.1. Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar Persaingan Sempurna.............
37
2.2. Skema Kerangka Pemikiran..................................................................................... 42 3.1. Aturan Uji t..............................................................................................................
commit to user xviii xviii
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI Hesti NIM. F0106045 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengrajin di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 60 pengrajin logam dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program E-views 3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linier, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi). Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t) dengan α = 5% menunjukan dua variabel tenaga kerja dan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam sedangkan variabel modal usaha dan pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam di kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali, propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pendapatan pengrajin logam dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan menambah jumlah tenaga kerja dan meningkatkan tingkat pendidikan. Kata Kunci : Pendapatan, pengrajin logam, modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, simple random sampling, analisis regresi linier berganda.
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri mulai menjadi topik yang menarik sejak munculnya tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, yang didasari oleh pengalaman dari sentra-sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan Industri Skala Menengah (ISM) beberapa negara di Eropa Barat, khususnya Italia (Becattini dalam Kuncoro, 2003). Sebagai contoh kasus, bahwa pada tahun 1970-80an, pada saat industri skala besar di Inggris, Jerman dan Italia mengalami staknasi atau kelesuan, ternyata industri skala kecil (terkonsentrasi di lokasi tertentu membentuk
sentra-sentra)
yang
membuat
produk-produk
tradisional
mengalami pertumbuhan yang pesat dan bahkan mengembangkan pasar ekspor untuk barang-barang tersebut serta menyerap banyak tenaga kerja. Menurut Tambunan (2000) pengalaman ini menunjukkan bahwa industri kecil di sentra-sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar, dan dapat meningkatkan produksinya daripada industri kecil secara individu di luar sentra. Pengalaman
Taiwan,
sebagai
perbandingan,
justru
menunjukkan
perekonomiannya dapat tumbuh pesat karena ditopang oleh sejumlah usaha kecil dan menengah yang disebut community based industri (Kuncoro, 2000: 310). Lebih lanjut Kuncoro menjelaskan bahwa perkembangan industri di Taiwan yang sukses menembus pasar global, ternyata ditopang oleh kontribusi commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UMKM yang dinamik (Kuncoro, 2002) dan pengembangan aktivitas industri ini lebih diutamakan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Menurut data yang diambil dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah tahun 2007 – 2008, eksistensi dan peran UMKM yang pada tahun 2008 mencapai 51,26 juta unit usaha, dan merupakan 99,99 % dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, devisa nasional, dan investasi nasional. Perkembangan jumlah UMKM periode 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 2,88 % yaitu dari 49.824.123 unit pada tahun 2007 menjadi 51.257.537 unit pada tahun 2008. Jika ditinjau dari proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) perdagangan, hotel dan restoran; (3) industri pengolahan; (4) pengangkutan dan komunikasi; serta (5) jasa-jasa, yang masing-masing tercatat sebesar 51,51 %, 28,8 5 % , 6,32 %, 6,25 % dan 4,25 %. Tabel 1.1 Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%)
1. 2. 3. 4.
Jenis Kontribusi UMKM Penciptaan PDB nasional Pembentukkan total nilai ekspor Penyerapan Tenaga Kerja Pembentukkan Investasi Nasional
2007 58,4 % 16,01% 96,95% 51,23%
Sumber : Kemenkop & UKM Tahun 2008 commit to user
2008 58,33% 16,72% 97,04% 51,80%
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sektor
industri
pengolahan
memegang
peranan
penting
sebagai
penyumbang pendapatan baik pendapatan nasional maupun regional. Peranan sektor industri pengolahan atau kontribusinya terhadap PDB terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari data pada tahun 2009, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB menurut harga konstan meningkat dari 27,60 % pada tahun 2001 menjadi 27, 97 % pada tahun 2004. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) propinsi Jawa Tengah menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar harga berlaku dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 juga mengalami peningkatan.
Begitu pula pada Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Boyolali menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan. Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun 2005 - 2007 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Rp.000) LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 Atas Dasar Harga Konstan 1. Pertanian 1.270.600.780 1.290.672.178 1.305.830.800 2. Pertambangan 25.863..893 30.698.735 34.309.698 3. Industri Pengolahan 563.954.895 582.759.034 609.253.241 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 33.795.686 42.784.225 46.644.081 5. Bangunan / Konstruksi 84.927.588 92.569.242 104.995.685 6. Perdagangan 897.510.193 917.695.400 940.415.435 7. Angkutan & Komunikasi 91.107.119 99.299.886 100.819.675 8. Keuangan, Persewaan & Jasa 222.845.571 230.414.003 238.020.006 Perusahaan 265.456.399 314.005.265 367.484.657 9. Jasa – jasa PDRB 3.456.062.124 3.600.897.968 3.747.773.278 Penduduk Pertengahan Tahun 940.186 942.174 945.553 PDRB PERKAPITA (Rupiah) 3.675.934,47 3.821.903,35 3.963.578,22 commit to user Sumber : Boyolali Dalam Angka Tahun 2007
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu bentuk UMKM yang potensial di Propinsi Jawa Tengah adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. UMKM ini ditetapkan oleh pemerintah propinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari daerah wisata dengan dukungan klaster industri di dalamnya. Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali sudah berpuluh–puluh tahun dikenal sebagai sentra kerajinan logam. Produknya sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut. Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo merupakan
aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan serta
pengentasan kemiskinan yang diantaranya pengurangan jumlah pengangguran dan menyerap banyak pekerja terutama pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena untuk menjadi seorang pengrajin logam yang dibutuhkan adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan logam. Dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap maka akan
membantu pemerintah dalam
mengetaskan dan mengurangi pengangguran terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi commitperkembangan to user justru semakin meningkat sehingga industri ini semakin lama
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semakin maju sehingga tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut dan dipekerjakan dalam sentra kerajinan logam ini. Tabel 1.3 Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang Usaha Beserta Jumlah Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Jenis Bidang Usaha 1. Industri pengrajin ukir tembaga 2. Indusri pengrajin tembaga 3. Industri pengrajin alumunium Total Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
Jumlah 40 14 16 70
Kecamatan Cepogo di Kabupaten Boyolali memiliki sentra kerajinan logam yang terdiri dari kelompok pengrajin tembaga, pengrajin ukir tembaga maupun pengrajin dari logam lainnya seperti alumunium. Kelompok pengrajin terbesar adalah pengrajin ukir logam yang jumlahnya mencapai 40 kelompok usaha dan melibatkan 226 tenaga kerja. Produk yang dihasilkan dari kelompok ini sangat bervariatif, tergantung dari kemampuan kelompok mengembangkan produknya dan juga dipengaruhi oleh design yang dibuat oleh pemesan. Adapun produk yang dihasilkan berupa : hiasan dinding, relief, kaligrafi, lampu gantung, lampu dinding, lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah, koran, bokor, jambangan, kubah, dan interior logam serta produk-produk souvenir yang lain. Pengrajin tembaga terdiri dari 14 kelompok usaha dengan tenaga kerja berjumlah 30 orang, yang memproduksi tembaga tanpa ukir. Produk yang dihasilkan adalah peralatan rumah tangga dan cor tembaga. Pengrajin alumunium biasanya memproduksi peralatan commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga seperti dandang, ceret, wajan. Jumlahnya sudah tidak banyak lagi, hanya 16 kelompok dengan didukung 96 tenaga kerja. Rata-rata pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali mempekerjakan antara 200-300 pekerja sehingga banyak pengangguran yang terserap dalam kerajinan ini. Harapannya dengan berkurangnya jumlah pengangguran di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali akan berdampak positif bagi segala bidang dan sektor kehidupan. Tentunya juga menjadi suatu akibat dari majunya industri logam adalah tingkat kesejahteraan penduduk yang semakin lama semakin meningkat dan membaik. Setelah mengetahui akan arti pentingnya UMKM, maka penulis tertarik dan berusaha mengkaji tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang serta menjadi pusat dalam bidang ekonominya karena memiliki sentra kerajinan logam yang masih menjaga budaya seni dan mampu menghasilkan barang dengan kualitas ekspor sehingga mampu memberi kontribusi perekonomian daerah dan nasional. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa masalah sebagai berikut :
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Apakah variabel modal usaha berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 2. Apakah variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 3. Apakah variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan
logam di Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali. 4. Apakah variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 5. Apakah variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian seperti telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah 1. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel modal terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 3. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel pengalaman usaha terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 4. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 5. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama – sama terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penerapan kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dalam kerangka besar kebijakan di bidang industri di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu
menunjukkan bahwa sektor informal
khususnya sentra kerajinan logam juga berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan para pengrajin logam (khususnya di Kecamatan Cepogo) dalam mengalokasikan faktor – faktor produksi yang mereka miliki. 3. Bagi Penulis Mengetahui secara nyata praktek usaha sentra kerajinan logam dalam menjalankan usahanya dan mengetahui masalah – masalah yang dihadapi oleh para pengusaha serta sampai sejauh mana teori yang telah didapatkan dibangku kuliah dapat memecahkan masalah yang dihadapi para pengrajin tersebut.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pengertian Industri Definisi industri khusus dalam aplikasi di Indonesia diperluas menjadi usaha mikro, kecil dan menengah (Harsoyo dalam Wuri, 2006 : 4). Dalam implementasinya, konsep industri di Indonesia perdefinisi berbeda satu dengan yang lain. Beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa instansi memiliki pendekatan yang berbeda pula. Beberapa perbedaan definisi menurut berbagai pihak adalah sebagai berikut: a. Pengertian Industri Menurut Departemen Perindustrian Peraturan menteri perindustrian menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah, yaitu (dprin. go.id. regulasi/2006) : 1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan / atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. 2) Perusahaan industri kecil yang selanjutnya disebut industri
kecil
(IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang industri dengan nilai investasi paling banyak Rp.200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Perusahaan Industri Menengah yang selanjutnya disebut Industri Menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp. 200.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 4) Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri yang terdiri dari Industri Kecil dan Industri Menengah b. Pengertian Industri Menurut Departemen Perdagangan Departemen Perdagangan dalam mendefinisikan industri lebih menitikberatkan pada aspek permodalan, yaitu industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000,- ( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 ) c. Pengertian Industri Menurut BPS BPS menggolongkan industri berdasar berapa banyak tenaga kerja yang digunakan, yaitu industri besar jika menggunakan tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang jika menggunakan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang, industri kecil jika menggunakan tenaga kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga (usaha mikro) jika menggunakan tenaga kerja kurang dari lima orang (Tambunan, 2002 : 49). d. Pengertian Industri Menurut UU No. 9 / 1995 UU No. 9 / 1995 menjelaskan industri sebagai berikut (Tambunan, 2002 : 49) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1)
12 digilib.uns.ac.id
Memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan maksimal Rp. 200.000.000,-
2)
Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp. 1.000.000.000,-
3)
Milik Warga Negara Indonesia ( WNI )
4)
Bukan dari anak cabang dari usaha besar
5)
Berbadan usaha perorangan, tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.
e. Pengertian Industri Menurut Kementerian Negara Koperasi dan Industri Kementerian Negara Koperasi dan Industri mendefinisikan industri adalah sebagai berikut ( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 ) 1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset di luar tanah dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000,- dan memiliki omset kurang dari 1 milyar per tahun. 2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih dari Rp. 200.000.000,- dan memiliki omset antara 1 sampai 10 milyar per tahun. f. Pengertian Industri Menurut Bank Indonesia Bank Indonesia mendefiniskan industri adalah sebagai berikut (Khrisna Murti dalam proposal survei tentang “Mapping Keragaan Industri di Wilayah Surakarta”, 2006 :9): 1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri. 2) Usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset kurang dari Rp. 200 juta dan memiliki omset kurang dari 1 Milyar per tahun. 3) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset kurang dari Rp. 5 Milyar. Untuk lainnya (termasuk jasa), aset kurang dari Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan. Omset usaha ini adalah kurang dari Rp. 3 Milyar per tahun. g. Pengertian Industri Menurut Bank Dunia Bank dunia mendefinisikan industri adalah sebagai berikut (Khrisnamurti dalam proposal survei tentang “Mapping Keragaan Industri di Wilayah Surakarta”, 2006 : 9) 1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki pekerjaan kurang dari 10 orang, memiliki aset kurang dari $ 100.000, dan memiliki omset kurang dari $ 100.000 per tahun. 2) Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki pekerja kurang dari 50 orang, memiliki aset kurang dari $ 3 juta, dan memiliki omset kurang dari $ 3 juta per tahun. 3) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki pekerjaan kurang dari 300 orang, memiliki aset kurang dari $ 15 juta, dan memiliki omset kurang dari $ 15 juta per tahun.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h. Pengertian Industri Berdasarkan Eksistensi Dinamisnya Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri di Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain (Irzhan Azhary Shaleh, 1986 : 33) 1) Industri lokal Adalah kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebh bersifat subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya menggunakan alat transportasi yang sederhana seperti gerobak, sepeda, dan pikulan. Dalam hal itu juga maka pedagang perantara juga tidak memiliki peran yang sangat menonjol. 2) Industri sentra Adalah kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran usaha ini lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantara dalam hal ini cukup penting. 3) Industri mandiri Adalah kelompok industri yang masih memiliki sifat – sifat seperti industri, namun telah memiliki kemampuan dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih. Pemasaran hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap para pedagang commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perantara.
Sebenarnya
jenis
industri
ini tidak
layak
lagi
dikategorikan sebagai industri, namun dilihat dari skala penyerapan tenaga kerja maka kelompok ini tetap dimasukkan kedalam subsektor industri. 2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian Departemen perindustrian menggolongkan kategori – kategori industri sebagai berikut (Thee Kian Wee, 1994 : 56) : a. Industri Modern Industri ini meliputi kriteria – kriteria sebagai berikut : 1) Menggunakan teknologi proses madya 2) Mempunyai skala produksi yang terbatas 3) Tergantung pada industri besar 4) Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah serta dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor. 5) Menggunakan mesin khusus dan peralatan modal lainnya. b. Industri Tradisional Industri ini memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1) Menggunakan teknologi sederhana 2) Mesin dan perlengkapan modal yang digunakan sederhana 3) Lokasinya di pedesaan 4) Akses pasar masih terbatas
madaya, atau bahkan
sudah
menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri ini didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong diadakannya industri ini. c. Industri Kerajinan Kecil Industri jenis ini meliputi berbagai ragam mulai dari industri yang menggunakan teknologi proses produksi yang sederhana, madaya, atau bahkan sudah menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri ini didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong diadakannya industri ini. 3. Teori Pengembangan UMKM a.
Teori Klasik Perkembangan UMKM Jenis UMKM yang digunakan sebagai acuan umumnya dalam kajian teoritis perkembangan teori UMKM adalah jenis usaha UMKM yang outputnya merupakan barang konsumsi dan/atau bahan baku pendukung
industri.
UMKM
memiliki
diferensiasi
produk
dibandingkan dengan industri besar. Oleh karena itu, secara alamiah UMKM mampu menciptakan ceruk pasar bagi mereka (Tambunan, 2006). Dalam teori klasik perkembangan UMKM lebih banyak disebabkan oleh adanya spillover dari sektor industri manufaktur. UMKM dalam teori ini terbentuk secara alamiah disebabkan oleh kemampuan kewirausahaan UMKM dalam melihat ceruk pasar baru baik barang konsumsi maupun barang pendukung serta sebagai industri manufaktur. Perkembangan teori UMKM berawal dari artikel commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Stanley dan Morse dalam Mulyaningsih (2009), studi yang dilakukan di negara maju dan berkembang ini berhasil mengidentifikasi tiga faktor dominan pembentuk UMKM antara lain yaitu: faktor lokasi, proses produksi dan pasar output. Perbedaan faktor-faktor tersebut mempengaruhi perbedaan kondisi setiap UMKM di setiap subsektor pada
sektor-sektor
tertentu.
Sementara,
Penandiker
dalam
Mulyaningsih (2009) menjelaskan bahwa dua faktor alamiah yang menyebabkan perbedaan skala bisnis adalah pasar dan teknologi. Hoselitz dalam Mulyaningsih (2009) melihat kunci sukses kemampuan bertahan UMKM adalah karakteristik UMKM yang memiliki biaya produksi yang rendah. Sementara Parker dan Anderson dalam Mulyaningsih (2009) melihat tipologi perkembangan UMKM secara konsisten sejalan dengan perkembangan fase pembangunan ekonomi. Fase pertama merupakan tahapan dimana sebagian besar UMKM bergerak di sektor agraris serta industri rumah tangga. Lokasi perdesaan merupakan letak sebagain besar UMKM ini berkembang. Fase kedua, pada tahapan terjadi pergeseran skala usaha ke arah skala yang lebih besar. Pada umumnya UMKM pada fase ini merupakan
UMKM
penunjang
industri
besar.
Steel
dalam
Mulyaningsih (2009) menyebutkan bahwa urbanisasi merupakan faktor kunci pergeseran UMKM dari fase pertama ke fase kedua. Fase terakhir merupakan fase UMKM meninggalkan kategorisasi UMKM menjadi industri besar yang memiliki struktur organisasi yang lebih commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mapan. Perkembangan usaha, manajemen, pemasaran serta alur distribusi usaha sudah terkoordinasi dengan baik. Dalam fase ini akses terhadap infrasruktur keuangan, sistem insentif, subsidi serta berbagai
komitmen
pemerintah
merupakan
faktor
utama
penggeraknya. b.
Teori Modern Perkembangan UMKM Dalam teori ini isu yang mengemuka tentang perkembangan UMKM
adalah
perkembangan
teori
spesialisasi
fleksibel.
Perkembangan teori ini dilatarbelakangi respon terhadap kondisi perekonomian global. Piore dan Sobel dalam Mulyaningsih (2009) mengidentifikasi bahwa terdapat empat ciri utama spesialisasi fleksibel antara lain yaitu: 1) Spesialisasi fleksibel: UMKM dalam komunitas dapat beradaptasi pada teknik produksi tetapi tetap berspesialisasi pada satu jenis barang tertentu 2) Keterbatasan masuk pasar 3) Inovasi dengan tingkat kompetisi tinggi 4) Tingkat kerjasama yang baik antar UMKM Faktor utama pengubah paradigma teori klasik ke teori modern adalah globalisasi. Globalisasi berimbas pada perubahan metode organisasi proses produksi, tenaga kerja dan pasar. Globalisasi menyebabkan pergeseran dari produksi masal (fordist) ke arah produksi khusus (Piore dan Sabel, 1984; Scott, 1988; Harvey, 1990). commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kondisi ini ceruk pasar yang dapat dimanfaatkan semakin besar. Bukti empiris di banyak negara UMKM memanfaatkan ceruk pasar ini sebagai outputnya (Tambunan, 2006). Di sisi lain kemampuan
mengorganisasi
dengan
cara
yang
baru
dalam
memaksimalkan kondisi ini sejalan degan konsep kewirausahaan (Lembing dan Kuehl dalam Mulyaningsih (2009). 4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM UMKM merupakan sektor yang memiliki peranan penting di dalam perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap bertahan di masa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting
keberadaan
UMKM
(Berry
dalam
makalah
simposium
kebudayaan indonesia-malaysia ke-x, 2007 : 4-7). Alasan pertama adalah karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua,sebagai bagian dari dinamikanya, UMKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar. Kuncoro (2002) juga menyebutkan bahwa UMKM di Indonesia telah memainkan peran penting dalam
menyerap tenaga kerja,
meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Pentingnya usaha skala mikro, kecil dan menengah dalam suatu perekonomian harus dapat dilihat lebih jauh sebagai manifestasi dari pasar bebas di suatu negara (Llyod dalam makalah simposium kebudayaan indonesia-malaysia ke-x, 2007 : 4-7). Menurut Moolman (1993), secara umum diketahui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai urutan yang sangat penting dalam suatu perekonomian dan hubungannya dengan karakteristik sosial, diantaranya : a. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai generator dari pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan. b. Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai sifat yang unik dalam eksistensinya, yang mendorong penemuan dan inovasi dari para pelaku usahanya (entrepreneur). c. Usaha mikro, kecil dan menengah mendukung secara dominan akan kebutuhan di masyarakat. d. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat membantu menciptakan kestabilan dan distribusi aktivitas ekonomi yang lebih merata serta kesempatan di dalam perekonomian e. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai pintu masuk menuju usaha/bisnis skala besar di dalam suatu perekonomian. Menurut Hoselitz (1959), Sektor UMKM di negara berkembang merupakan sektor yang labor intensive sehingga sektor ini diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran di negara berkembang. Selain labor intensive, UMKM sering dikenal sebagai mesin pertumbuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat diambil dari UMKM khususnya dalam mendorong pembangunan di negara-negara berkembang. UMKM mempunyai ciri khusus yakni sifat mereka yang: memiliki keterampilan (skill) dan teknologi khusus, kontribusi dan kewirausahaan akan pembangunan, dan memiliki keterkaitan dengan berbagai industri (industrial linkages). UMKM memberikan prospek yang cerah di masa depan untuk menciptakan tenaga kerja dengan skala yang besar dan kesempatan mendapatkan pendapatan dengan biaya yang relatif rendah khususnya pada daerah desa atau pinggiran kota (rural) yang akan mendukung kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dan berkeseimbangan, yang merupakan syarat untuk memicu dan keluar dari kemiskinan dan masalah-masalah sosial ekonomi lainnya (Ahmed dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 : 4-7). Penelitian Beck dalam makalah symposium kebudayaan IndonesiaMalaysia ke-x, 2007 : 4-7),menyimpulkan bahwa UMKM memiliki peranan di dalam menurunkan pengangguran, meningkatkan pendapatan pekerja, dan mengurangi kemiskinan. Walaupun demikian ternyata jika kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai peranannya di dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, penelitiannya menyimpulkan bahwa peranan industri tersebut tidak terjadi. Oleh karena itu menurutnya kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi terhadap seluruh sektor ekonomi dan perusahaan kemudian harus dikaji lagi dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
tepat. Menurut Hayashi dalam makalah symposium
kebudayaan
Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 : 4-7), pembangunan UMKM dapat sejalan dan sejajar dengan proses industrialisasi perusahaan-perusahaan besar dan beberapa sektor ekonomi seharusnya diberikan kontribusi lebih di dalam meningkatkan pembangunan ekonomi karena karakteristik pertumbuhan dan kemampuan penyerapan tenaga untuk setiap sektor ekonomi berbedabeda. Menurut Irsan Azhari Saleh, (1986 : 5), UMKM mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian.UMKM memberi manfaat sosial (social benefit) yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Manfaat pertama, UMKM dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Manfaat kedua, UMKM turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabungan domestik. Ini dimungkinkan dengan kenyataan bahwa UMKM cenderung memiliki atau memperoleh modal dari si pengusaha sendiri, dan tabungan keluarga atau dari kerabatnya. Manfaat ketiga, UMKM mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri sedang dan besar, karena UMKM menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang bisa dihasilkan oleh industri sedang dan besar. Alasan–alasan yang mendukung pentingnya perkembangan UMKM adalah : pertama, masalah fleksibilitas dan adaptabilitasnya, dalam memperoleh bahan mentah dan peralatan. Kedua, relevansinya dengan proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
integrasi kegiatan pada sektor–sektor yang lain. Ketiga, peranannya dalam jangka panjang sebagai basis bagi terciptanya kemandirian pembangunan ekonomi, karena UMKM ini umumnya diusahakan oleh pengusaha dalam negeri dengan menggunakan kandungan impor (Import content) yang rendah (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 125). Tetapi ada beberapa alasan yang kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri dan UMKM dalam perekonomian Indonesia. Alasan – alasan itu antara lain sebagai berikut : a. Sebagian lokasi industri dan UMKM berlokasi di daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah pertanian yang relatif sempit atau berkurang maka industri adalah merupakan jalan keluar yang terbaik. b. Beberapa kegiatan UMKM banyak menggunakan bahan baku dari sumber – sumber terdekat. Disamping itu tingkat upah yang murah telah menyebabkan biaya ditekan rendah. c. Harga jual yang relatif murah atau rendah serta tingkat pendapatan kelompok bawah yang rendah sesungguhnya merupakan suatu kondisi menjawab tersendiri yang memberikan peluang bagi industri dan kerajinan rumah tangga untuk tetap bertahan. d. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang telah diproduksi secara maksimal, yang merupakan salah satu aspek pendukung yang kuat (Irsan Azhary, Saleh, 1986 : 11). Selain hal yang commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah disebutkan di atas, industri juga mempunyai keunggulan khusus antara lain : 1) Hubungan yang lebih pribadi dengan langganan, pensuplai dan karyawan 2) Hubungan interpersonal yang lebih erat 3) Lebih efisien dalam berbagai hal 4) Sumber inovasi, termasuk fleksibilitas dalam berbagai tindakan 5) Faktor pengontrol bagi perusahaan besar yang cenderung mengembangkan monopoli 6) Kehidupan bermasyarakat yang lebih luas 7) Produksi atau pengembangan pemimpin 5. Permasalahan UMKM di Indonesia Dalam
proses
perkembangannya,
UMKM
kadang
mengalami
permasalahan yang bisa menghambat kegiatan usahanya seperti nilai penurunan persentasi atau jumlah dari UMKM yang terus menerus turun drastis dari tahun ke tahun. Sektor UMKM memiliki kelemahan akan faktor-faktor eksternal seperti: iklim ekonomi, politik dan legislatif, tingginya biaya perawatan, praktek diskriminasi yang sering dilakukan terhadap industri. Masalah lain yang dihadapi adalah fungsi internal yang belum memadai seperti,kemampuan manajemen, pendanaan/pembiayaan, pemasaran, dan SDM. Masalah UMKM yang sering muncul menurut Nurimansyah Hasibuan (1992 : 2) antara lain:
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Mutu produk yang rendah dan tidak standar b. Teknologi produksi yang tradisional c. Kekurangan modal usaha d. Pasar yang terbatas e. Motivasi produksi terbatas pada tingkat subsistem f. Keterampilan yang kurang g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris Permasalahan pokok yang sering muncul dan dialami oleh UMKM adalah sebagai berikut : a.
Iklim diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan pemerintah. Terciptanya iklim diskriminatif ini pada pokoknya disebabkan oleh berbagai praktek dan peraturan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama yang langsung menyangkut UMKM. Hal ini yang relatif menonjol adalah upaya mengaitkan nilai insentif fiskal itu dengan investasi, sehingga pada gilirannya membawa akibat bahwa hanyalah usaha – usaha yang berskala besar (dari segi investasi) saja yang dapat memetik manfaat lebih besar dan juga berbagai alasan berupa
kemudahan
administrasi,
efisiensi
dalam
pelaksanaan
pembeliannya pemerintah itu dilakukan melalui tender yang selektif dan dalam skala yang relatif besar, sehingga UMKM tidak mempunyai cukup peluang untuk turut serta didalamnya. b. Relatif terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank komersial. Untuk keterbatasan akses bagi UMKM untuk memperoleh commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kredit pada dasarnya dapat diletakkan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber pada sektor swasta karena langkanya kredit institusional yang berasal dari lembaga keuangan resmi bagi pengusaha kecil, sehingga mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaan pada modal sendiri, ataupun sumber – sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir. Padahal pembiayaan yang bersifat noninstitusional biasanya relatif lebih mahal daripada pembiayaan yang bersumber dari kredit institusional. Ada dua alasan kuat yang melatarbelakangi timbulnya keengganan lembaga kepentingan untuk memberikan pinjaman atau kredit kepada pengusaha kecil, yaitu : pertama kurang menguntungkan karena disamping biaya pemberian pinjaman yang relatif tinggi juga dibayangi resiko yang relatif besar, kedua, karena lembaga keuangan sangat sulit memperoleh informasi yang cukup memadai dari industri dan perusahaan kecil sebagai pemohon kredit. c.
Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi perkembangan UMKM. Masalah premis UMKM adalah persoalan permanen yang telah menjadi bagian yang melekat dari eksistensi UMKM itu sendiri. Masalah yang cukup menonjol adalah bahan mentah, kesulitan pemasaran hasil produksi serta masalah lokasi dan fasilitas produksi. Permasalahan yang lebih jauh adalah kesulitan pengembangan usaha, tingkat efisiensi yang relatif rendah dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
semakin menurun serta ketidakmampuan mengakomodasi selera konsumen (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 5-9). Sedangkan menurut Irsan Azhary Saleh, kelemahan UMKM adalah : a. Kurangnya kemampuan dalam megelola akibat kurangnya latihan pengembangan b. Lemahnya daya finansial c. Posisi bersaing yang kuat d. Kurang koordinasinya produksi dengan penjualan e. Sistem pencatatan kurang sempurna f. Teknik pemasaran yang kurang efektif g. Meningkatkan kompleksitas operasi (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 13). Secara lebih spesifik dari hasil rangkuman laporan penelitian yang pernah dilakukan oleh Advisory Group In Economics Industry and Trade dalam Mandala Harefa (2008: 4) masalah dasar yang dihadapi UMKM adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap UMKM. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut PERMAC (2002), Secara umum UMKM mempunyai kebutuhan yang hampir sama yaitu: bantuan dan solusi akan masalah internal yang dihadapi, bantuan peningkatan produktifitas dan persaingan usaha, akses yang mudah kepada penggunaan teknologi yang efektif dan efisien, akses yang mudah kepada penggunaan manajemen bisnis yang lebih baik, akses yang mudah kepada pemasaran dan penggunaan teknik pemasaran yang lebih baik, peningkatan mutu SDM peningkatan sumbersumber daya dan input Kementerian Koperasi dan Industri di dalam mengembangkan UMKM harus berdasarkan kepada sembilan prinsip di bawah ini: 1. Pendekatan joint venture antara skala besar dengan usahan skala kecil 2. Tingkat efisiensi dari usaha skala kecil harus berdasarkan kepada pemenuhan standar sosial dan keuangan 3. Sisi permintaan dan penawaran dari usaha kecil harus dibangun 4. Praktek-prekatek ilegal (black economy) harus dihapuskan 5. Program pemerintah harus diprioritaskan dan disesuaikan dengan pendanaan masyarakat (public funding) 6. Program pemerintah harus diprioritaskan dan ditargetkan berdasarkan aplikasi dari dana publik 7. Institusi-institusi yang memberikan dukungan terhadap usaha kecil harus direkstukturisasi untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan, sehingga dapat diimplementasikan commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Departemen perindustrian dan perdagangan harus dapat menjadi penghubung dan dasar dari semua strategi nasional 9. Perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi bisnis, dan bantuan/donor luar negeri, memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan dari aktifitas kehidupan industri secara berkesinambungan. Ahmed (2001) menyimpulkan bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja berbeda-beda untuk setiap sektor usaha. Sektor-sektor yang memiliki kemampuan
menyerap
tenaga
kerja
yang
tinggi,
pengembangan
kemampuan kewirausahaan, dan memiliki keterkaitan dengan bisnis lainnya harus menjadi “sektor prioritas” dan setiap kebijakan pemerintah yang proaktif harus ditujukan kepada sektor-sektor tersebut. Kebijakan ini sangat penting karena hanya sektor prioritas tersebut terutama dalam jangka pendek mampu berperan dalam mengurangi pengangguran. 6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia Untuk lebih membangun dan mengembangkan keberadaan UMKM yang ada, maka perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari instansi atau lembaga yang terkait khususnya Departemen Perindustrian yang bersifat program bantuan teknis, antara lain : a. Pembinaan Manajemen b. Pembinaan peningkatan Teknologi Produksi c. Pemasyarakatan standarisasi sistem manajemen yang mengacu ISO d. Pembinaan kewiraswastaan commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian pentingnya UMKM dalam perekonomian, keberadaan UMKM semakin mendominasi dunia usaha. Sehingga perlu adanya peningkatan keberadaan jiwa, semangat, dan sikap mental wiraswasta pada pengusaha kecil. Adapun tujuan diadakannya pembinaan ini adalah : a. Membentuk pola pikir wiraswasta yang sukses b. Menumbuhkan keinginan kerjasama antar wiraswasta c. Untuk lebih mengenal kemampuan sumber daya pengusaha Pengembangan UMKM menurut Jannes Situmorang (2008 : 13 – 14) a. Peningkatan Kualitas SDM Upaya ini dapat dilakukan sendiri oleh UMKM antara lain adalah dengan belajar sendiri-sendiri (otodidak) atau ikut magang pada usaha sejenis yang telah ada sebelumnya. b. Perijinan Usaha UMKM Satu-satunya solusi yang dapat disarankan adalah dengan membangun kelompok atau koperasi, karena UMKM tidak dapat melakukan upaya apapun selain biaya (yang relatif tinggi) untuk mengatasi masalah perijinan ini. c. Pengembangan Pasar UMKM Untuk mengembangkan pasar kegiatan yang dapat dilakukan oleh UMKM secara mandiri (tanpa bantuan stakeholder) adalah kegiatan promosi dan pembentukan jaringan usaha. Kegiatan ini commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ternyata cukup efektif dalam mendukung perkembangan pemasaran produk. Dengan adanya strategi pemberdayaan UMKM, diharapkan UMKM dapat tetap eksis dalam menjalankan usaha baik pada saat krisis maupun tidak pada saat krisis. Studi monitoring dampak krisis terhadap UMKM antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja sama dengan Asia Foundation dalam Susilo (2004), hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada awal krisis UMKM juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika dibandingkan dengan usaha formal, UMKM lebih dahulu memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Selain itu, dampak krisis terhadap usaha kecil juga beragam. Faktor penentu kinerja atau ketahanan UMKM di masa krisis adalah kombinasi dari dua unsur, yaitu (Sri Susilo, 2004): (1) faktor permintaan pasar, dan (2) kenaikan harga input dan kelangkaan barang input. Dari sisi faktor permintaan kinerja usaha akan bertahan atau membaik jika pangsa pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan meningkat karena krisis. Kinerja usaha dapat bertahan atau membaik juga dapat disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh oleh krisis ekonomi atau tidak. 7. Pengertian Pendapatan dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya a.
Pengertian Pendapatan Pendapatan
merupakan
hasil
yang
didapatkan
karena
seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor – faktor produksi yang dikelolanya. Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematik dapat dinyatakan (William A. Eachern, 2001 : 98) : TR = P X Q, Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan P = Harga Jual Produk Q = Jumlah produksi yang terjual Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah dikurangi dengan biaya – biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud disini adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diiukur dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses produksi berlangsung, demi untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Mulyadi, 1990 : 7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara ekonomis tidak dapat dihindari dalam proses produksi. b.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan 1) Modal Usaha Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk menaikkan tingkat produksi, atau modal adalah commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
barang – barang yang dapat digunakan untuk berproduksi dimasa yang akan datang (Irwan & M. Suparmoko, 1992 : 75). Jenis modal menurut sumbernya dibagi menjadi (Bambang Riyanto, 1994 : 171 – 172) : a) Modal sendiri Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik pribadi pengusaha dan tertanam pada usaha tertentu dan digunakan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. b) Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar, yang bersifat sementara sehingga modal tersebut merupakan hutang dan pada saatnya harus dikembalikan. Modal yang diperoleh dari pihak asing akan mempunyai konsekuensi berupa pembayaran bunga pada tiap bulannya, sehingga dengan modal ini biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengusaha akan meningkat. Jenis modal berdasarkan fungsi kerjanya terbagi menjadi (Bambang Riyanto, 1994 : 51) a) Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan untuk proses produksi. b) Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasi usaha seperti membayar persekot bahan baku, yang diharapkan dapat kembali lagi. Uang masuk yang berasal dari hasil penjualan produk akan dikeluarkan lagi untuk membiayai commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
operasi produksi selanjutnya. Modal merupakan salah satu faktor produksi atau input yang sangat mempengaruhi besarnya tingkat output yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Semakin banyak modal, maka semakin banyak pula tingkat output yang dihasilkan (Sukirno, 2002 : 192). Tingkat produksi yang lebih tinggi
mengakibatkan
pendapatan
yang
akan
diperoleh
pengusaha menjadi lebih besar. 2) Tenaga Kerja Soetomo (1990 : 3) mendefinisikan tenaga kerja adalah sebagai berikut : a) Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan dalam kegiatan produksi, karena faktor produksi inilah yang mengkombinasikan berbagai faktor produksi yang lain guna menghasilkan suatu output. Beberapa pengertian tenaga kerja adalah sebagai berikut : (Soetomo, 1990: 3). 1. Tenaga kerja adalah seseorang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, 2. Tenaga
kerja
adalah
sejumlah
penduduk
yang dapat
menghasilkan barang dan jasa, jika ada permintaan tenaga kerja dan mereka bersedia berpartisipasi dalam akivitas tersebut. Tenaga kerja juga berarti penduduk usia kerja dalam arti sudah bekerja, sedang bekerja, mencari kerja, dan yang commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedang melakukan kegiatan seperti sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya, namun sewaktu – waktu dapat berpartisipasi untuk bekerja jika dibutuhkan. Pengertian tenaga kerja menurut PBB adalah penduduk usia 15 tahun sampai 64 tahun yang telah menghasilkan pendapatan. Pengertian tenaga kerja bagi penduduk Indonesia adalah penduduk usia 10 tahun keatas, karena pada kenyataannya penduduk Indonesia yang berusia diatas 65 tahun masih ada yang bekerja. (Aris Ananta dkk, 1988 : 21). Adapun tenaga yang benar – benar terlibat dalam kegiatan produksi dan yang sedang mencari pekerjaan disebut angkatan kerja. Definisi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang bekerja dan menganggur atau sedang mencari lowongan kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 3). Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting
dan harus diperhitungkan dalam proses
produksi dengan jumlah yang cukup, tidak hanya dalam hal jumlah namun juga dalam hal kualitas dan macam tenaga kerja yang memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimum (Soekartawi, 2003 : 27).
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah pemakaian tenaga kerja agar optimal adalah (Sugiyarto et al., 2002 : 495) : a) Tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan karena menambah penggunaan tenaga kerjanya. b) Tambahan penerimaan (produk yang dihasilkan) yang diperoleh perusahaan karena menambah penggunaan tenaga kerjanya (MPL). Penambahan pemakaian jumlah tenaga kerja (L) akan menaikkan tingkat output. Jika output tersebut terjual maka penerimaan yang diperoleh perusahaan juga akan naik. Perusahaan akan terus menambah penggunaan tenaga kerjanya sepanjang petambahan penerimaan yang diterima perusahaan masih lebih besar daripada tambahan biaya yang harus dikeluarkan akibat menambah jumlah tenaga kerja yang digunakan (Sugiyarto et al., 2002 : 495). Tingkat produksi yang dicapai perusahaan mula – mula akan terus mengalami kenaikan seiring adanya penambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Namun pada titik tertentu kenaikan tersebut semakin berkurang. Hal ini lebih dikenal sebagai the law of diminishing return yang ditunjukkan oleh gambar 2.1 berikut (Sugiyarto et al., 2002 : 496) commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MPLL MPL1 MPL2 MPL3
L1
L2
L3
L
Gambar 2.1 Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar Persaingan Sempurna
Dari gambar 2.1 di atas dapat terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan maka tambahan produk yang dihasilkan semakin berkurang.. Sebagai contoh pada saat penggunaan tenaga kerja pada tingkat L1 maka tambahan output sebesar MPL1, tapi setelah penggunaan tenaga kerja ditambah menjadi L2 maka tambahan produk yang dihasilkan berkurang menjadi MPL2. 3) Pengalaman Usaha Pengalaman dapat diartikan sebagai interaksi diri
pribadi
dengan lingkungan, dimana didalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman yang lain juga dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pengalaman yang diperoleh seseorang meliputi tiga aspek yaitu (Soemanto, commit to user 2002 : 22) :
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Pengalaman berupa pengetahuan b) Pengalaman berupa keterampilan c) Pengalaman berupa sikap atau nilai. Pengalaman
berupa
keterampilan
dapat
memberikan
kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah, karena dengan keterampilan yang lebih baik maka seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatannya. Ritawati Tedjakususma (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kematangan Karyawan Terhadap Prestasi Kerja Pekerja Operasional pada Pengusaha Alat–alat Dapur di Kecamatan Candi, KabuaptenSidoarjo menunjukkan bahwa pengalaman usaha secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi kerja dan produktifitas pekerja, yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima. Ismono Wahyu dalam skripsinya bahwa terdapat beberapa pendapat
para ahli yang mengemukakan tentang pengalaman
kerja, diantaranya adalah: a) Harold, berpendapat bahwa kecakapan atau keterampilan merupakan
suatu
kemampuan
yang
diperoleh
pengalaman kerja setelah melalui suatu masa kerja. commit to user
melalui
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) John Locke, berpendapat dalam perkembangan jiwa seseorang pada lingkungan yang dinamis akan mendapatkan pengalaman yang berguna dalam menyelesaikan tugasnya 4) Tingkat Pendidikan Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting
dalam
mengembangkan
sumber
daya
manusia.
Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian akan meningkatkan produktifitas. Asumsi
dasar
teori
human
capital
adalah
bahwa
peningkatan pendapatan seseorang akan diperoleh salah satunya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, namun hal tersebut berarti menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun karena mengikuti sekolah (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 58 – 59). Hubungan pendidikan dan produktivitas kerja dapat terlihat dari pendapatan yang lebih tinggi pula. Tentu perbedaan tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengalaman usaha, keahlian, sektor usaha, jenis usaha, lokasi usaha, dan lain – lain. Namun setelah diamati dalam kondisi yang sama tingkat pendapatan berbeda menurut tingkat pendidikan Simanjuntak, 1985 : 66). commit to user
(Payaman J.
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian Sebelumnya Penelitian Deny Ertanto (2008) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki KabuaptenSukoharjo tahun 2008 . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat Pendapatan
Pengrajin
Gitar
di
Desa
Mancasan
Kecamatan
Baki
KabuaptenSukoharjo. Variabel – variabel penjelas dari variabel dependen tingkat pendapatan yang digunakan adalah variabel modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data primer yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 43 responden. Sedangkan data sekunder yang merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data – data yang telah ada pada instansi – instansi yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang sedang diteliti dan diperoleh sebelum maupun sesudah penelitian berlangsung. Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier. Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat variabel tersebut variabel yang mempengaruhi adalah variabel modal kerja, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin gitar dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing – masing sebesar 0,0943 (0,000), 218.530,2 (0,24), dan 128.770,2 (0,39) Didik Budi Santoso (2006) telah
melakukan penelitian dengan judul
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pengusaha Mebel di Kecamatan Kalijambe KabuaptenSragen Tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat Pendapatan Pengusaha Mebel di Kecamatan Kalijambe KabuaptenSragen. Variabel – variabel penjelas dari variabel dependen tingkat pendapatan yang digunakan adalah modal, tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data primer yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 80 responden. Sedangkan data sekunder yang merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) KabuaptenSragen, Kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan. Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier. Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat variabel tersebut hanyalah variabel modal kerja dan tenaga kerja yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha mebel dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas masing – masing sebesar 0,69975 (0,000) dan 1005672 (0,006262) commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keberhasilan usaha para pengrajin logam, akan dihitung dari pendapatan yang diperoleh pengrajin untuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian ini, pendapatan pengrajin dipengaruhi oleh faktor – faktor modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan keterangan di atas serta untuk memudahkan dalam menganalisa data skripisi ini, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut : Modal Usaha
Jumlah Tenaga Kerja Pendapatan pengrajin Logam
Pengalaman Usaha Tingkat Pendidikan
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan. Dari permasalahan di atas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga variabel modal usaha berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Diduga variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan, Cepogo, Kabupaten Boyolali. 3. Diduga variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 4. Diduga variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 5. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, metode penelitian memuat uraian tentang ruang lingkup penelitian, populasi, teknik sampling, definisi operasional variabel penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik análisis data. Metode penelitian mengacu pada Buku Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Ekonomi UNS. A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang kerajinan logam ini dilakukan di Kabupaten Boyolali sebagai obyek penelitian yaitu : sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo. B. Populasi 1. Populasi atau Universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan – satuan atau individu – individu yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto, 2000:42). Dalam penelitian ini yang merupakan populasi adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dengan jumlah 70 responden (pengrajin logam). 2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang sebagian karakteristiknya hendak diselidiki (Djarwanto, 2000:43). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menurut metode Slovin dengan rumus sebagai berikut : n
N commit to user 1 Ne 2
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi 1 = Angka Konstan e = Nilai Kritis (batas ketelitian yang digunakan, e = 0,05) Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : n
N 1 Ne 2
n
70 1 70 (0,05) 2
= 59,57
60
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dengan jumlah 60 responden (pengrajin logam). C. Teknik Sampling : adalah suatu metode yang digunakan untuk mengambil sampel (Suparmoko, 1999 : 33). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik secara acak sederhana (Simple Random Sampling), seluruh individu dalam populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel (Subiyanto, 2000 : 101). D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel Dependen, yaitu pendapatan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel dependen adalah karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengubah atau mengganti variabel bebas (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80) Variabel dependen disini adalah pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematik dapat dinyatakan TR=P X Q. Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan P = Harga Jual Produk Q = Jumlah produksi yang terjual Variabel ini diukur dalam satuan rupiah (Rp). Jadi pendapatan yang hendak diteliti adalah penerimaan kotor seorang pengusaha yang diperoleh dari hasil penjualan kerajinan logam, belum dikurangi biaya operasional dan tenaga kerja. 2. Variabel Independen, meliputi : Variabel independen adalah kondisi – kondisi atau karakteristik – karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungan fenomena yang diobservasi (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80). Variabel independen dalam penelitian ini adalah : 1) Modal Usaha Modal usaha merupakan variabel independen yang menyatakan besarnya
input
yang
harus
dikeluarkan
commit to user
sebelum
pengusaha
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berproduksi atau memulai usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan rupiah (Rp). 2) Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan variabel independen yang secara langsung terlibat dalam usaha pembuatan kerajinan logam . Tenaga kerja dalam hal ini adalah penduduk atau mereka yang benar – benar sedang bekerja pada unit usaha tertentu (kerajinan logam). Variabel ini diukur dalam jumlah tenaga kerja / orang yang dipekerjakan. 3) Pengalaman Usaha Pengalaman usaha merupakan variabel independen yang menyatakan berkecimpung
berapa
lama
dalam
responden
bidang
usahanya.
atau
pengusaha
Variabel
ini
telah diukur
berdasarkan jumlah tahun yang telah dijalaninya. 4) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan variabel independen yang menyatakan besar atau lamanya tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh pengusaha atau responden. Variabel ini diukur berdasarkan jumlah tahun responden duduk dibangku sekolah. E. Instrumen Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat dalam bentuk kuesioner yang diisi oleh responden, dibuat dalam pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah daftar pertanyaan yang tidak memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
alternatif jawaban kepada responden, sehingga responden bebas dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan peneliti. Pertanyaan tertutup adalah jenis pertanyaan yang memberikan alternatif jawaban kepada responden, sehingga responden dapat memilih salah satu dari berbagai alternatif jawaban yang diberikan peneliti. Karena pertanyaan dalam penelitian ini cukup kompleks, maka sebagian besar metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung satu persatu dengan pengusaha / responden. F. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari para pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Data sekunder didapat dari instansi yang terkait dalam penelitian ini. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, artinya data diambil pada tahun yang sama. Data ini meliputi data tingkat pendapatan, modal usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman usaha para pengrajin logam. Data sekunder merupakan data yang dapat menjelaskan gambaran umum daerah penelitian. Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan. G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Interview Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dengan pengrajin logam secara langsung. 3. Kuesioner Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dan / atau pernyataan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang kemudian diberikan kepada sebagian pengrajin logam yang dinilai representatif. 4. Studi Pustaka Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di buku, majalah dan koran, BPS ataupun data – data yang tersedia pada internet dan sumber yang lain. H. Teknik Analisis Data 1. Uji Pemilihan Model a. Uji MWD Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah empirik (empirical question) yang sangat penting. Hal ini karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau log-linear atau bentuk fungsi lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan studi empiris sebaiknya model yang akan digunakan diuji dulu, apakah sebaiknya menggunakan bentuk linear ataukah log-linear (Insukindro et al., 2003: 14). commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pemilihan bentuk fungsi model empirik antara lain metode transformasi Box-Cox, metode yang dikembangkan MacKinnon, White, dan Davidson atau lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan McAleer atau dikenal dengan B-M test dan metode yang dikembangkan Zarembka (Tri Rahayu, 2007: 83). Dalam penelitian ini akan menggunakan metode yang dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson pada tahun 1983 yang lebih dikenal dengan MWD test. Untuk dapat menerangkan uji MWD, maka langkah pertama adalah membuat dua model regresi dengan asumsi: Model regresi 1: Linier Y = 0 + 1 Mod+ 2 TK + 3 PU + 4TP + e ………….(1.1) Model regresi 2: Log-Linear LY = 0 + 1 LMod+ 2 LTK + 3 LPU + 4 LTP + e………….(1.2) Keterangan : Y
= Pendapatan Pengrajin Logam
Mod = Variabel Modal TK
= Variabel Jumlah Tenaga Kerja
PU
= Variabel Pengalaman Usaha
TP
= Variabel Tingkat Pendidikan
LY
= Variabel Pendapatan Pengrajin Logam Menggunakan Persamaan Log-linier
LMod = Variabel Modalcommit Menggunakan to user Persamaan Log-linier
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LTK = Variabel Tenaga Kerja Menggunakan Persamaan Log-linier LPU = Variabel Pengalaman Usaha Menggunakan Persamaan Log-linier LTP = Variabel Tingkat Pendidikan Menggunakan Persamaan Log-linier = Koefisien Intersep = Koefisien Modal = Koefisien Jumlah Tenaga Kerja = Koefisien Pengalaman Usaha 4
= Koefisien Tingkat
e
= Variabel penganggu Dari persamaan (1.1) dan (1.2) di atas, selanjutnya akan
diterapkan MWD test. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Melakukan regresi terhadap persamaan (1.1) kemudian kita dapatkan nilai fitted dari pendapatan (Y) dan kita namai dengan YF. 2) Melakukan regresi terhadap persamaan (1.2) kemudian kita dapatkan nilai fitted dari LY dan kita namai dengan LYF. 3) Mencari nilai Z1 dengan cara mengurangkan nilai log dari YF dengan LYF. 4) Mencari nilai Z2 dengan cara mengurangkan nilai antilog dari LYF dengan YF. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
5) Melakukan regresi dengan persamaan (1.1) dengan menambahkan variabel Z1 sebagai variabel penjelas. Y = 0 + 1 Modal+ 2 JTK + 3 PU + 4TP + e Bila Z1 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang benar adalah linear atau dengan kata lain, bila Z1 signifikan, maka model yang benar adalah log-linear. 6) Melakukan regresi dengan persamaan (1.2) dengan menambahkan variabel Z2 sebagai variabel penjelas. LY = 0 + 1 LModal+ 2 LJTK + 3 LPU + 4 LTP + e Bila Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang benar adalah log-linear atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan maka model yang benar adalah linear. b. Metode Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Square) Untuk menguji hipotesis, seberapa besar pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan, maka digunakan rumus regresi linier berganda sebagai berikut: (Sumodiningrat, 1994;78) Y = 0 + 1 Mod+ 2 TK + 3 PU + 4TP + e Dimana: Y
= Pendapatan Pengusaha Logam
Mod = Variabel Modal TK = Variabel Jumlah Tenaga Kerja PU = Variabel Pengalaman Usaha commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TP = Variabel Tingkat Pendidikan = Koefisien Intersep = Koefisien Modal = Koefisien Jumlah Tenaga Kerja = Koefisien Pengalaman Usaha 4 = Koefisien Tingkat e
= Variabel penganggu Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut
dilakukan uji statistik dan uji asumsi. Uji statistik meliputi uji t, uji F dan uji koefisien determinasi (
. Uji asumsi meliputi uji
Multikolienaritas, uji Heteroskedastisitas dan uji Autokorelasi, sebagai berikut : c. Uji Statistik 1) Uji t ( uji secara individu) Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Gujarati, 1995 : 77). Dalam Uji t dengan ketentuan sebagai berikut : a) Menentukan Hipotesis Ho : βi = 0 (berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen) Ha : βi ≠ 0 (berarti variabel independen secara individu commit to user berpengaruh terhadap variabel dependen)
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Menentukan nilai α c) Melakukan Penghitungan nilai t sebagai berikut : ttabel ; d f = N-K 2 dimana ;
α = derajat signifikasi N = banyaknya data yang digunakan K = banyaknya parameter atau koefisien regresi plus konstanta
t hitung = dimana ;
i Se i i = koefisien regresi variable ke-i Se = Standar Error
d) Kriteria Pengujian
Ho diterima
Gambar 3.1 Aturan Uji t Ho diterima apabila –t α/2 ≤ t ≤ t α/2 Ho ditolak apabila t < -t α/2 atau t > α/2
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Kesimpulan (1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien
regresi
variabel
independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2) Uji F (uji secara bersama – sama) Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan (Gujarati, 1995:120). Dalam uji F ini dengan ketentuan sebagai berikut : a) Menentukan hipotesis: Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen
tidak
mempengaruhi
variabel dependen) Ha ≠ β1≠ β2≠ β3≠ β4≠ = 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen) commit to user b) Menentukan nilai α
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Melakukan penghitungan nilai F F tabel F α ; (N-K) ; (K-1) Dimana; α = Derajat signifikasi N = Jumlah data K = Jumlah parameter dalam model termasuk konstanta Fhit = R2 / (k-1) (1-R2) / (N-k) Dimana; R2 = koefisien determinasi berganda K
= banyaknya parameter total yang dipakai rekan
N
= banyaknya observasi
d) Kriteria pengujian Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel Ho ditolak apabila F hitung > F tabel e) Kesimpulan (1) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji koefisien determinasi (R2) Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikat. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R2 mendekati
1,
maka
variasi
dari
variabel
tersebut
dapat
menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya (Gujarati, 1995:98)
n xy x y 2 Rumus : R = x n y 2
2
2
x
2
2
y
dimana R2 adalah 0 ≤ R2 ≤ 1 Jika R2 = 1, berarti ada kecocokan yang sempurna Jika R2 = 0 berarti tidak ada hubungan variabel dependen dengan variabel independen Jika
R2 ≈ berarti bahwa variabel independen hubungannya semakin dekat dengan variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model tersebut baik.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau dengan kata lain multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena melibatkan beberapa variabel bebas, maka multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana. Cara paling mudah untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R berarti terjadi multikolinieritas (Winarno, 2009 : 51) b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun
besar.
Salah
satu
cara
untuk
mendeteksi
masalah
heteroskedastisitas adalah dengan Uji White (Winarno, 2009 : 58) . Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Uji White terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut akan diperoleh nilai observasi R2 untuk kemudian dibandingkan dengan α = 0,05 atau 5%. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dan commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan Lagrange Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji LM
adalah
Breusch-Godfrey Test ((Winarno, 2009 : 52) Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut akan diperoleh nilai observasi R2 untuk kemudian dibandingkan dengan α = 0,05 atau 5 %. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat autokorelasi.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Kecamatan Cepogo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Cepogo terdiri dari 15 desa. Wilayah Kecamatan Cepogo dibatasi oleh : 1. Sebelah Utara
:Kecamatan Ampel
2. Sebelah Timur
:Kecamatan Boyolali
3. Sebelah Selatan
:Kecamatan Musuk
4. Sebelah Barat
:Kecamatan Selo
Hampir seluruh wilayah Kecamatan Cepogo memiliki ketinggian tanah yang cukup tinggi, sebab berada di kaki Gunung Merapi. Kondisi tanahnya kurang begitu subur apalagi saat musim kemarau, kesulitan air bersih selalu dirasakan oleh penduduk daerah ini. Dari segi penggunaan lahan, Kecamatan Cepogo menempati lahan seluas 5.299,8000 Ha, dimana 5.244,0000 Ha merupakan tanah kering dan 55, 8000 Ha adalah tanah sawah (Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008). 2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo berdasarkan hasil registrasi commit to user penduduk akhir tahun 2008 tercatat sebesar 52.500 jiwa dengan jumlah
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk laki – laki sebesar 25.802 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebesar 26.698 jiwa dan dengan kepadatan penduduk sebesar 991 Jiwa/Km2. Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo tahun 2008 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada dua tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 sebesar 52.160 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki 25.650 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 26.510 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 51.722 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki sebesar 25.439 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 26.283 jiwa. Berdasarkan data di atas, berarti dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk di Kecamatan Cepogo terus mengalami kenaikan (Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008).
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Cepogo Tahun 2008
Jumlah Penduduk Desa
Luas (
) Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Kepadatan Penduduk (Jiwa/ )
Wonodoyo
5,8800
1.133
1.192
2.325
395
Jombong
3,0240
1.118
1.111
2.229
737
Gedangan
3,9600
1.937
1.954
3.891
983
Sumbung
3,5380
1.799
1.857
3.656
1033
Paras
0,5380
468
489
957
1779
Jelok
6,1100
2.654
2.810
5.464
894
Bakulan
2,1210
889
932
1.821
859
Mliwis
5,4790
2.737
2.847
5.584
1019
Sukabumi
2,5730
1.557
1.616
3.173
1233
Genting
2,3210
1.015
1.045
2.060
888
Cepogo
3,8530
3.272
3.460
6.732
1747
Kembangkuning
3,5670
2.060
2.097
4.157
1165
Cabeankunti
4,1080
1.845
1.904
3.749
913
Candigatak
2,9100
1.522
1.563
3.085
1060
Gubug
3,0160
1.796
1.821
3.617
1199
Jumlah
52,9980
25.802
26.698
52.500
991
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Cepogo Tahun 2008
Desa
Tahun 2007
Perubahan
Pertumbuhan (%)
2008
Wonodoyo
2.303
2.325
22
0.96
Jombong
2.201
2.229
28
1.27
Gedangan
3.856
3.891
35
0.91
Sumbung
3.643
3.656
13
0.36
Paras
956
957
1
0.10
Jelok
5.426
5.464
38
0.70
Bakulan
1.813
1.821
8
0.44
Mliwis
5.508
5.584
76
1.38
Sukabumi
3.150
3.173
23
0.73
Genting
2.045
2.060
15
0.73
Cepogo
6.691
6.732
41
0.61
Kembangkuning
4.142
4.157
15
0.36
Cabeankunti
3.736
3.749
13
0.35
Candigatak
3.068
3.085
17
0.55
Gubug
3.622
3.617
-5
-0.14
Jumlah
52.160
52.500
340
0.65
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008 (diolah)
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Komposisi Tingkat Pendidikan Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Boyolali, komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini: Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cepogo tahun 2007 – 2008
No
Tingkat Pendidikan
2007
2008
Pertumbuhan 2007- 2008(%)
1.
PT / D IV
777
788
1.42 %
2.
Akademi
299
319
6.69 %
3.
DI / DII
65
78
20 %
4.
SLTA
5.639
5.787
2.62 %
5.
SLTP
7.238
7.403
2.28 %
6.
SD
20.153
19.938
-1.07 %
7.
Tidak / Belum Tamat SD
14.143
14.261
0.83 %
48.314
48.574
JUMLAH
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008 (diolah) 4. Komposisi Mata Pencaharian Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk yangbekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut lapangan pekerjaan utama dari to user tahun 2006 sampai dengan commit tahun 2008. Berdasarkan data dari Badan Pusat
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Statistik Boyolali, pada tahun 2008 jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni penduduk Kecamatan Cepogo ada berbagai macam. Pada tabel 4.4 akan memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata pencahariannya. Tabel 4.4 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas) di Kecamatan Cepogo tahun 2006 – 2008
No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan Pekerjaan Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian Lainnya Industri Pengolahan Perdaganagan Jasa Angkutan Lainnya
10.
Jumlah
2007
2008
Pertumbuhan 2007 – 2008 (%)
19.285
19.337
0.27
1.882
1.964
4.36
-
-
-
9.335
9.772
4.68
-
-
-
2.475
2.495
0.81
2.320
2.349
1.25
583
594
1.89
432
452
6.02
7.675
7.309
-4.77
43.987
44.272
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008 (diolah)
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Penggunaan lahan Kecamatan Cepogo menempati lahan seluas 5.299,8000 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 tercatat lahan yang paling banyak digunakan sebagai Tegal/Kebun yaitu seluas 30.681,3466 Ha. Tabel 4.5 Penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo tahun 2008 Penggunaan
Luas (Ha)
Tanah sawah
55,8000
Pekarangan/Bangunan
1.447,9001
Tegal/Kebun
3.118,5999
Padang Gembala
55,5000
Tambak/Kolam
-
Hutan Negara
265,0000
Perkebunan Negara/Swasta
-
Lainnya
357,0000
Jumlah
5.299,8000
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
Dari tabel diatas terlihat sebagian besar penggunann lahan di Kecamatan Cepogo banyak digunakan untuk pertanian berupa tegal/kebun. 6. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk dikelompokkan menjadi 9 kelompok yaitu Pertanian tanaman commit pangan,to perkebunan, perikanan, peternakan, user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertanian lainnya, industri pengolahan, perdagangan, jasa, angkutan dan lainnya. Secara rinci penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.6 Klasifikasi Penduduk Kecamatan Cepogo Usia Sepuluh Tahun Ke Atas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008
No
Mata Pencaharian
Jiwa
1.
Pertanian tanaman pangan
19.337
2.
Perkebunan
1.964
3.
Perikanan
-
4.
Peternakan
9.772
5.
Pertanian lainnya
6.
Industri pengolahan
2.495
7.
Perdagangan
2.349
8.
Jasa
594
9.
Angkutan
452
10. Lainnya
-
7.309 Jumlah
44.272
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Boyolali
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Cepogo merupakan merupakan daerah dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar di commit to 19.337 user bidang pertanian yaitu sebanyak jiwa, jumlah ini terbanyak
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
dibandingkan dengan lainnya, jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yang paling sedikit di Kecamatan Cepogo adalah angkutan yaitu 452 jiwa. 7. Keuangan Daerah Berdasarkan target dan realisasi pendapatan daerah Kecamatan Cepogo dari pos pajak bumi dan bangunan tahun 2008, anggaran yang ditargetkan sebesar Rp. 473. 127.558 dan anggaran yang terealisasi sebesar Rp. 419.445.937 dengan prosentase sebesar 89%. B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali 1. Latar belakang usaha kerajinan logam Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan Cepogo sudah berpuluh–puluh tahun lamanya dikenal sebagai sentra produksi kerajinan logam. Produknya pun sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut. Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam dari Kecamatan Cepogo, merupakan suatu aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan dan terlebih pengentasan kemiskinan yang diantaranya commit to user pengurangan jumlah pengangguran dan menyerap banyak pekerja terutama
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena untuk menjadi seorang pengrajin logam, yang dibutuhkan adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan logam, dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap dan itu berarti juga membantu pemerintah dalam mengetaskan dan mengurangi pengangguran. Terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang, kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi justru semakin meningkat sehingga perkembangan kerajinan ini semakin lama semakin maju dan tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut dan dipekerjakan dalam industri kerajinan logam ini. 2. Bahan baku Bahan baku utama dari pembuatan kerajinan logam adalah tembaga, kuningan, dan alumunium. Pengrajin logam mendapatkan bahan baku logam dari agen Solo, semarang, dan Jakarta. 3. Peralatan yang digunakan Alat – alat produksi sangat dibutuhkan dalam proses produksi untuk kelancaran produksi. Peralatan yang dipakai dalam proses pembuatan kerajinan logam kebanyakan masih manual dan sederhana karena untuk membuat hasil karya yang menarik dan berdaya seni tinggi diperlukan sentuhan tangan manusia bukan sentuhan mesin. 4. Tenaga kerja Tenaga kerja yang digunakan mayoritas berasal dari daerah sekitar. Tidak syarat – syarat tertentu yang diajukan oleh pengrajin logam (seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
tingkat pendidikan) terhadap calon tenaga kerja yang akan mereka rekrut. Syarat untuk menjadi tenaga kerja usaha kerajinan logam adalah calon tenaga kerja harus memiliki cukup keterampilan dan keahlian dalam membuat kerajinan logam. Usia yang dipekerjakan dalam usaha ini termasuk dalam usia muda. Mayoritas tenaga kerja mempunyai usia berkisar antara 18 tahun sampai dengan 55 tahun. Para pekerja ini bekerja rata – rata selama delapan jam setiap harinya. Mayoritas tenaga kerja ini akan menerima upah pada akhir minggu. Mereka biasa menerima upah pada hari Sabtu tiap minggunya. Terdapat dua macam sistem pengupahan yang dibayarkan oleh para pengusaha kerajinan logam kepada tenaga kerjanya. Sistem yang banyak digunakan adalah upah dibayarkan berdasarkan berapa unit barang yang telah mereka produksi dalam seminggu. Sistem seperti ini biasa disebut sistem borongan 5. Pemasaran Terdapat dua kategori luas daerah pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo. Kategori pertama adalah daerah pemasaran lokal, yaitu produk yang dihasilkan hanyalah di pasarkan di Indonesia. Daerah ini meliputi Jakarta, Bali. Produk yang pemasarannya termasuk dalam hal ini adalah lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah, koran, bokor. Kategori kedua adalah pemasaran tingkat internasional yaitu produk yang telah dihasilkan merupakan produk ekspor. Namun teknis pemasaran untuk tingkat ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
(ekspor) tidak dilakukan secara langsung oleh pengusaha tetapi dilakukan oleh pengusaha satu tingkat di atas mereka. Negara tujuan ekspor tersebut diantaranya adalah Jerman, Australia, Amerika. Jenis produk yang termasuk dalam kualitas ekspor adalah relief, guci, Bathtube. C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dari hasil wawancara dan kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang pengrajin logam terutama mengenai pendapatan pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali . Data-data tersebut antara lain mengenai pendapatan, modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan Data-data tersebut antara lain : Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Pendapatan Dari data pendapatan pada pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa pendapatan tertinggi adalah Rp. 200.000.000,- per bulan, yang terendah adalah Rp. 100.000,- per bulan dan rata – rata pendapatan Rp 32.433.333 . Pendapatan diukur dalam satuan rupiah. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Pendapatan Kelas
Jumlah
Persentase
(Dalam Rupiah) 1.
100.000 – 29.099.999
44
73,33
2.
29.100.000 - 58.099.999
5
8,33
3.
58.100.000 - 87.099.999
3
5
4.
87.100.000 - 116.099.999
2
3,33
5.
116.100.000 - 145.099.999
2
3.33
1
1,67
3
3,33
60
100
6. 7
145.100. 000 -174.099.999 174.100.000 – 203.099.999 Total
Sumber: Data Primer, diolah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 7 kelas dengan 60 responden terdapat 44 responden (73,33%) yang memiliki pendapatan antara Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 29.099.999,-. Pada pendapatan antara Rp. 29.100.000,- sampai dengan Rp. 58.099.999,- berjumlah 5 responden (8,33%), pada pendapatan antara Rp. 58.100.000,-
sampai dengan Rp. 87.099.999,-
terdapat 3
responden (5%), pada pendapatan antara Rp. 87.100.000,- sampai lebih kecil dari Rp. 116.099.999,- terdapat 2 responden (3,33%), pada pendapatan antara Rp 116.100.000,- sampai dengan Rp. 145.099.999,terdapat responden 2commit (3,33to %), user
pada pendapatan antara Rp
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
145.100.000,- sampai dengan Rp. 174.099.999,- terdapat 1 responden (1,67 %), sedangkan responden yang memiliki pendapatan antara Rp 174.100.000,- sampai dengan Rp 203.099.999,- terdapat 3 responden (3,33%). b. Modal Dari data modal pada pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa modal tertinggi adalah Rp. 50.000.000,- dan
yang terendah adalah Rp.
10.000,-. Rata – rata modal yang digunakan adalah Rp 5.072.333. Tabel 4.8 Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Kelas
Modal (Dalam Rupiah) 1. 10.000 - 7.209.999 2. 7.210.000 - 14.409.999 3. 14.410.000 - 21.609.999 4. 21.610.000 - 28.809.999 5. 28.810.000 - 36.009. 999 6. 36.010. 000 - 43.209.999 7 43.210.000 – 50.409.999 Total Sumber: Data Primer, diolah
Jumlah
Persentase
35 8 3 1 11 1 1 60
58,33 13,33 5 1,67 18,33 1,67 1,67 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 7 kelas dengan 60 responden terdapat 35 responden (58,33%) yang memiliki modal antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp. 7.209.999,-. Pada modal antara Rp. 7.210.000,- sampai dengan Rp. 14.409.999,- terdapat 8 responden commit to user (13,11%), pada modal antara Rp. 14.410.000,- sampai dengan Rp.
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
21.609.999,-
terdapat 3 responden (5 %), pada modal antara Rp.
21.610.000,- sampai dengan Rp. 28.809.999,- terdapat 1 responden (1,67%), pada modal antara Rp 28.100.000,- sampai dengan Rp. 36.009.999,- terdapat 11 responden (18,33 %), pada modal antara Rp 36.100.000,- sampai dengan Rp. 43.209.999,- terdapat 1 responden (1,67 %), sedangkan responden yang memiliki modal antara Rp. 43.210.000,- sampai dengan Rp. 50.409.999 sebesar 1 responden (1,67%). Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi modal terbesar pada modal antara Rp 10.000 sampai dengan Rp7.209.999, c. Jumlah tenaga kerja Dari data jumlah tenaga kerja pada pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa jumlah tenaga kerja tertinggi adalah 50 orang
dan yang
terendah adalah dua orang. Dari data tersebut dan berdasarkan rumus, penulis mendapatkan nilai interval kelas sebanyak tujuh tenaga kerja. Maka pembagian kelasnya dan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali Kelas
Jumlah tenaga kerja
Jumlah
Persentase
1.
2–9
30
50
2.
10 – 17
17
28,33
3.
18 - 25
4
6,67
4.
26 - 32
3
5
5.
33 - 40
2
3,33
6.
41- 48
2
3,33
7
49 – 56
2
3,33
60
100
Total Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas dengan 60 responden terdapat 30 responden (50 %) yang menggunakan tenaga kerja antara dua tenaga kerja sampai dengan sembilan tenaga kerja. Pada jumlah tenaga kerja antara sepuluh sampai dengan tujuh belas terdapat tujuh belas responden (28,33%), pada jumlah tenaga kerja antara delapan belas sampai dengan dua puluh lima terdapat empat responden (6,67%), pada jumlah tenaga kerja antara 26 sampai dengan 32 terdapat tiga responden (5%), pada jumlah tenaga kerja antara 33 sampai dengan 40 terdapat dua responden (3,33%),
pada jumlah tenaga kerja antara 41 sampai dengan 48
to user terdapat dua respondencommit (3,33 %), sedangkan responden yang memiliki
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlah tenaga kerja antara 49 sampai dengan 56 terdapat dua responden (3,33%). Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi jumlah tenaga kerja terbesar pada jumlah tenaga kerja antara dua sampai sembilan orang tenaga kerja. d. Pengalaman usaha Dari data pengalaman usaha pada pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa pengalaman usaha
terlama
adalah 40 tahun
dan yang
pengalaman usahanya sedikit adalah satu tahun. Tabel 4.10 Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Kelas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
Pengalaman Usaha (dalam tahun) 1-6 7-12 13-18 19-24 25-30 31-36 37-42 Total Sumber: Data Primer, diolah
Jumlah 10 18 14 10 6 1 1 60
Persentase 16,67 30 23,33 16,67 10 1,67 1,67 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas dengan 60 responden terdapat 10 responden (16,67%) yang pengalaman usahanya antara satu sampai dengan enam tahun. Pada commit to user pengalaman usaha antara tujuh sampai dengan dari dua belas tahun
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat delapan belas responden (30%), pada pengalaman usaha antara tiga belas sampai dengan delapan belas terdapat empat belas responden (23,33%), pada pengalaman usaha antara sembilan belas sampai dengan 24 terdapat sepuluh responden (16,67%), pada pengalaman usaha antara 25 sampai dengan 30 terdapat enam responden (10 %), pada pengalaman usaha antara 31 sampai dengan 36 terdapat satu responden (1,67 %), sedangkan responden yang memiliki pengalaman usaha antara 37 sampai dengan 42 terdapat satu responden (1,67%). Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi pengalaman usaha terbesar pada pengalaman usaha antara tujuh sampai dengan dua belas tahun. e. Tingkat Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh bagi pengrajin logam dalam mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir semakin rasional. Tabel 4.11 berikut ini menunjukkan jumlah pengrajin logam menurut tingkat pendidikan formal.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel. 4.11 Distribusi Tingkat Pendidikan Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali Tingkat Pendidikan (Formal) 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. S1 Jumlah Sumber : Data primer, diolah No
Frekuensi
Persentase
52 3 3 2 60
86,67 5 5 3,33 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 60 responden terdapat 52 responden (86,67%) berpendidikan SD, tiga responden (5%) berpendidikan SMP, tiga responden (5%) berpendidikan SMA, dan dua responden (3,33%) berpendidikan S1. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar Pengrajin Logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali berpendidikan SD, karena salah satunya pekerjaan yang siap dilakukan dan tersedia bagi seseorang lulusan SD adalah berdagang atau berwiraswasta. D. Analisis Data dan Pembahasan 1. Metode analisis data a. Uji Pemilihan Model Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah empirik (empirical question) yang sangat penting. Hal ini karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau log-linear atau bentuk commit to user fungsi lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan studi empiris
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebaiknya model yang akan digunakan diuji dulu, apakah sebaiknya menggunakan bentuk linear ataukah log-linear (Insukindro et al., 2003: 14). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pemilihan bentuk fungsi model empirik antara lain metode transformasi Box-Cox, metode yang dikembangkan MacKinnon, White, dan Davidson atau MWD test, metode Bara dan McAleer atau B-M test dan metode yang dikembangkan Zarembka (Modul Laboratorium Ekonometrika, 2006: 80).
Dalam
penelitian
ini
akan
menggunakan
metode
yang
dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson pada tahun 1983 yang lebih dikenal dengan MWD test. Rule of thumb dari uji MWD adalah bila Z1 signifikan secara statistik, maka kita menolak model yang benar adalah linier atau dengan kata lain, bila Z1 signifikan secara statistik maka model yang benar adalah log-linier. Sebaliknya bila Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang benar adalah log-linier atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan secara statistik maka model yang benar adalah linier. Hasil uji MWD adalah: Tabel 4.12 Hasil Uji MWD Test Linier Variabel Probabilitas Z1 0.1065 Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0 commit to user
Keterangan Tidak signifikan
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil uji MWD tersebut dapat kita lihat bahwa Z1 tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% (Z1 = 0.1065). Hal tersebut berarti model linier dapat digunakan. Tabel 4.13 Hasil Uji MWD Test Log-Linier Variabel Probabilitas Keterangan Z2 -0.463130 Signifikan Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0 Dari hasil uji MWD tersebut dapat kita lihat Z2 signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% (Z2 = -0.463130). Hal tersebut berarti model log-linier tidak dapat digunakan. b. Metode regresi linier berganda Untuk menguji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda sehingga dapat mengetahui pengaruh Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat Pendidikan
terhadap
Pendapatan. Adapun ringkasan hasil regresi estimasi pendapatan industri kerajinan logam dapat disajikan dalam tabel berikut :
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14 Hasil Regresi Persamaan Pendapatan Dependent Variable : PEND Method : Least Squares Date : 05/30/10 Time: 19:49 Sample : 1 60 Included observations : 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -60520167 MOD 0.434330 TK 2934633. PU 239698.1 TP 8379122. R-squared 0.508255 Adjusted R-squared 0.472492 S.E. of regression 38831627 Sum squared resid 8.29E+16 Log likelihood -1131.011 Durbin-Watson stat 1.853194 Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
Prob.
21203566 -2.854245 0.0061 0.608706 0.713530 0.4785 475345.9 6.173679 0.0000 645679.1 0.371234 0.7119 2413894. 3.471206 0.0010 Mean dependent var 31460000 S.D. dependent var 53465190 Akaike info criterion 37.86702 Schwarz criterion 38.04155 F-statistic 14.21167 Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut : PEND = − 60520167 + 0.434330MOD +2934633TK + 239698.1PU + 8379122TP Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut dilakukan uji Statistik dan uji Asumsi Klasik. Uji Statistik meliputi uji t, uji F, uji Koefisien Determinasi (R2). Uji Asumsi Klasik meliputi, uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah dugaan sementara
(hipotesis) terhadap parameter sudah sesuai secara teori dan statistik. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji Statistik 1) Uji t Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh masingmasing variabel penjelas secara individu menerangkan variasi variabel yang terikat. Hasil pengujian pengujian parameter individu dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Pengujian terhadap variabel modal Variabel modal mempunyai koefisien regresi sebesar 0.434330 dengan nilai probabilitas sebesar 0.4785 yang berarti tidak signifikan pada α = 5 %, variabel modal secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan mempunyai hubungan positif atau searah terhadap variabel dependen pendapatan. b) Pengujian terhadap variabel jumlah tenaga kerja Variabel tenaga kerja mempunyai koefisien regresi sebesar 2934633 dengan nilai probabilitas 0.0000 yang berarti signifikan pada
α = 5 %, variabel tenaga kerja secara individual
berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan mempunyai hubungan positif atau searah terhadap variabel dependen pendapatan. c) Pengujian terhadap variabel pengalaman usaha commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel pengalaman usaha mempunyai koefisien regresi sebesar 239698.1 dengan nilai probabilitas 0.7119 yang berarti tidak signifikan pada α = 5 %, variabel pengalaman usaha secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan mempunyai hubungan positif terhadap variabel dependen pendapatan. d) Pengujian terhadap variabel tingkat pendidikan Variabel tingkat pendidikan mempunyai koefisien regresi sebesar 8379122 dengan nilai probabilitas 0.0010 yang berarti signifikan pada α=5 %, variabel tingkat pendidikan secara individual berpengaruh terhadap variabel pendapatan, dan mempunyai hubungan positif terhadap variabel dependen pendapatan. 2) Uji F Jika melihat probabilitas F-Statistik hasil regresi persamaan penerimaan pendapatan pada tabel diatas, dimana nilai probabilitas F-Statistiknya sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 5% atau 0,05 maka secara bersama-sama variabel modal, tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap variabel pendapatan di Kabupaten Boyolali. 3) Uji Koefisien determinasi (R2) commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen semakin besar R2 menunjukkan estimasi akan mendeteksi kenyataan yang sebenarnya. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan diperoleh sebesar 0.508255 hal ini berarti bahwa 50,82 % variabel penerimaan pendapatan dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 49,18 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. d. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain multikolinieritas adalah kondisi adannya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena melibatkan beberapa variabel bebas, maka multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana. Cara paling mudah untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R berarti terjadi multikolinieritas. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.15 Auxiliary Regressions Variabel dependen
Variabel independen R Square Auxiliary Regressions Modal Jumlah Tenaga 0.045310 Kerja, Pengalaman Usaha, Tingkat Pendidikan Jumlah Tenaga Modal, Pengalaman 0.030815 Kerja Usaha, Tingkat Pendidikan Pengalaman Modal, Jumlah 0.116044 Usaha Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan Tingkat Modal, Jumlah 0.078191 Pendidikan Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0
R Square
0.508255
0.508255
0.508255
0.508255
Dari tabel ditunjukkan bahwa nilai R Square dari auxiliary regressions lebih keci dari R Square dari regresi Y terhadap X sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis auxiliary regressions tidak terdapat multikolinieritas. 2) Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mendeteksi apakah kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan dengan uji White.
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.16 Ringkasan hasil uji White White Heteroskedasticity Test: F-statistic 0.646660
Probability
Obs*R-squared
Probability
0.734867 5.525700
0.700191 Sumber : Hasil olahan E-Views 3.0 Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan uji White tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas observasi R2 (0.700191) yang lebih besar dari 5 % yang berarti model ini tidak mengalami Heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan Lagrange Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji LM adalah Breusch-Godfrey Test ( BG Test ) Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut akan diperoleh nilai observasi R square untuk kemudian dibandingkan dengan α = 0,05 atau 5 %. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat autokorelasi. Tabel 4.17 Ringkasan hasil uji B-G Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.402985
Obs*R-squared
0.898752
Probability 0.670352 Probability 0.638026 Sumber: Hasil olahan E-Views 3.0 Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan B-G Test tidak terjadi masalah Autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas observasi R2 (0.638026) yang lebih besar dari 5 % yang berarti model ini tidak mengalami Autokorelasi. 2. Interpretasi Secara Ekonomi a. Pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai positif, artinya apabila jumlah tenaga kerja mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel jumlah tenaga kerja terbukti mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan commit to user 5%. Besarnya pengaruh jumlah pengrajin logam pada taraf signifikansi
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel jumlah tenaga kerja sebesar 2934633 artinya, setiap tambahan tenaga kerja sebesar satu orang, akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam sebesar 2934633 satuan
dengan
menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan. b. Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai positif, artinya apabila jumlah tingkat pendidikan mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel tingkat pendidikan terbukti mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan pengrajin logam pada taraf signifikansi 5%. Besarnya pengaruh jumlah tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel tingkat pendidikan sebesar
8379122 artinya, jika lama
pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan akan meningkat sebesar 8379122 satuan. Dapat juga dikatakan jika lama pendidikan to user meningkat satu tahun, commit maka pendapatan akan meningkat sebesar Rp.
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8379122,- pada tiap bulannya dengan menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan. c. Interpretasi terhadap variabel modal usaha dan pengalaman usaha secara nyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu bahwa modal usaha dan pengalaman usaha berpengaruh secara positif terhadap pendapatan pengusaha. Namun dari hasil analisis terlihat bahwa nilai koefisien variabel modal usaha dan pengalaman usaha adalah positif dengan nilai koefisien masing – masing adalah
0.434330 dan
239698.1. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil estimasi kedua variabel ini masih konsisten dengan teori yang ada walaupun secara statistik tidak signifikan (Insukindro,dkk,2003 : 56) Ketidaksesuaian variabel modal usaha dan
pengalaman usaha
dengan teori yang ada mengindikasikan bahwa masih banyak faktor – faktor diluar model yang mempengaruhi pendapatan pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Faktor tersebut seperti orientasi pasar, kualitas produk yang berakibat terhadap harga jual, tingkat kekeringan produk , kelancaran pembayaran dari pembeli, faktor jiwa kewirausahaan yang dimiliki tiap – tiap pengusaha, etos kerja, serta faktor – faktor lainnya yang belum diamati. Modal usaha dan pengalaman usaha tidak berpengaruh dikarenakan berdasarkan fakta dilapangan bahwa di sentra kerajinan logam commit to Boyolali user Kecamatan Cepogo, Kabupaten banyak sekali pengrajin –
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengrajin yang mempunyai inovasi dan pemikiran yang lebih maju dan mempuyai tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan pengrajin yang sudah berdiri jauh sebelumnya dan
banyak juga
pengrajin yang punya banyak pengalaman dengan menggunakan modal yang besar, sekarang malah menurun usahanya karena kalah bersaing dengan pengrajin – pengrajin muda yang punya motivasi besar dan modal merupakan bagian pembuatan Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kiki Setiawan (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman usaha dengan nilai koefisien sebesar 0,59683 dengan nilai probabilitas sebesar 0,6039, tidak berpengaruh secara nyata terhadap profit pengusaha wedangan (HIK) di Kecamatan Serengan Surakarta.
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 pengrajin logam di sentra kerajinan Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1.
Dengan tingkat signifikansi 5%, variabel modal terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa modal berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan tidak terbukti.
2.
Dengan tingkat signifikansi 5%, variabel jumlah tenaga kerja
terbukti
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan terbukti. 3.
Dengan tingkat signifikansi 5%, pengalaman usaha
tebukti tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatangrajinpe logam. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa modal usaha berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan tidak terbukti. 4.
Dengan tingkat signifikansi 5%, tingkat pendidikan tebukti berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam.
Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan terbukti. commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Secara bersama-sama variabel modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan, tingkat pendidikan dengan tingkat signifikansi 5% di dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada industri kerajinan logam di kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.
B. Saran 1. Bagi Pengrajin Logam a. Berkaitan dengan jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajn logam, maka disarankan para pengrajin harus memilih tenaga kerja yang benar – benar produktif dan berkualitas sehingga hasil produksi yang dihasilkan juga memenuhi syarat. Untuk menunjang kualitas tenaga kerjanya disarankan para pengrajin logam menjalin kemitraan dengan perusahaan besar dengan sistem bapak angkat, Karena dengan adanya sistem bapak angkat, perusahaan besar juga memberikan konsultasi menajemen yang terwujud dalam bentuk pelatihan secara kontinyu dan terarah sehingga para pengrajin kecil bisa memanfaatkan fasilitas tersebut untuk pengembangan tenaga kerjanya. b. Berkaitan dengan tingkat pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh pengusaha industri kerajinan logam, penulis menyarankan pada pengusaha industri kerajinan logam supaya para pengusaha kerajinan logam menempuh pendidikan formal. Pendidikan formal ini diperlukan agar pengusaha dapat
menjalankan
usahanya dengan commit to user
sistem
yang
terstruktur,
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
contohnya, pengusaha dapat membuat laporan keuangan dengan baik, bagaimana mengelola usaha agar berjalan efektif dan efisien, sehingga pengusaha dapat merencanakan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dengan baik. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Menurut pengrajin logam bahwa selama ini perhatian dari pemerintah masih kurang, baik itu dari pemerintah pusat maupun daerah. Para pengrajin logam sangat mendukung apabila pihak pemerintah memberi bimbingan dan pengarahan khusus berupa pelatihan – pelatihan kewirausahaan terutama mengenai cara pembukuan keuangan. Karena hampir semua pengrajin yang ada di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tidak menggunakan
pembukuan dalam
mengatur keuangan usaha mereka dan pemerintah bersedia mendirikan pendidikan formal kejuruan khusus membuat kerajinan logam, dengan tersedianya pendidikan formal khusus tersebut melatih keterampilan dan meningkatkan kapasitas dari pengrajin. 3. Berdasarkan kuesioner yang berkaitan dengan harapan responden terhadap kebijakan pemerintah daerah a. Pemerintah daerah Kabupaten Boyolali perlu membantu para pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dalam hal peningkatan kapasitas modal, perluasan akses pemasaran, penyediaan bahan baku yang murah, dan kebijakan lainnya yang berpihak terhadap kerajinan logam. Hal ini penting untuk commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan mengingat kontribusi pada sektor ini dalam menyediakan lapangan kerja cukup besar, khususnya di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo. b. Perlu
dibentuk
lagi
suatu
perkumpulan
atau
asosiasi
yang
mengakomodir semua permasalahan para pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dulu pernah dibentuk suatu koperasi, akan tetapi karena anggota koperasi yang mementingkan kepentingan usaha pribadi akhirnya berhenti ditengah jalan, karena jika koperasi tersebut dikelola dengan baik maka akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan permasalahan
yang
dihadapi
oleh
pengrajin.
Misalnya
dalam
penyediaan bahan baku yang sulit didapatkan dan masalah harga jual hasil kerajinan logam yang dapat disetarakan dan tidak terjadi persaingan harga antar sesama pengrajin. 4. Nilai Konstanta dalam persamaan regresi menunjukkan tanda negatif yang memiliki pengertian bahwa usaha itu belum efisien sehingga perlu pengembangan usaha secara konsisten. Bentuk konkret dukungan untuk pengembangan tersebut baik dari aspek manajerial, keuangan, produksi dan pemasaran. Dukungan tersebut secara terintegrasi dari pemerintah, asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, perbankan, dan pihak lain yang terkait.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user