ANALISIS FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2009-2013 Cynthia Debby (
[email protected]) Heriyanto (
[email protected]) Gagan Ganjar Resmi (
[email protected]) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar, inflasi dan indeks Dow Jones terhadap IHSG. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang dilakukan dengan SPSS 20. Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis regresi berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan bersifat BLUE ( Best, Linear, Unbiased, Estimator). Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2009-2013 untuk setiap variabel penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap IHSG, sedangkan secara parsial suku bunga SBI dan inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG, kurs tengah BI dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap IHSG. Selain itu diperoleh bahwa nilai R Square adalah 95,4% ini berarti 95,4% pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan kelima variabel independen tersebut. Kata Kunci : SBI, Kurs, Inflasi, Jumlah uang beredar, indeks Dow Jones dan IHSG
ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the effect of variable interest rates SBI, BI middle rate, the money supply, inflation and Dow Jones Industrial Average (DJIA) against IHSG. The analytical method used in this study is multiple regression analysis perfomed with SPSS 20. Before doing multiple regression analysis, we must do a classic assumption test. This is necessary so that the regression equation is BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). This research using a monthly data from 2009-2013 for each variable. Results of this research indicate that all variables simultaneously affect the IHSG, while partial SBI interest rate and inflation does not affect the IHSG, the BI rate and the money supply affect the IHSG. The value of R Square is 95.4% .This means that 95,4% IHSG movement can be predicted from the movement of the fifth independent variables. Keywords: SBI, exchange rate, inflation, money supply, DJIA and IHSG
PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir kondisi keuangan global mengalami ketidakstabilan akibat adanya krisis ekonomi yang dialami negara-negara didunia seperti krisis keuangan negara Amerika Serikat pada tahun 2008 yang dikenal dikenal sebagai krisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang cukup berpengaruh signifikan terhadap perekonomian negara diseluruh dunia termasuk negara Indonesia. Kini mulai dirasakan guncangan terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri ditandai dengan meningkatnya impor dan diiringi kegiatan ekspor yang lamban sehingga mengakibatkan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan yang tidak terkendali. Hal ini dikarenakan kegiatan ekspor dan impor di Indonesia bergantung pada pasar di Amerika Serikat yang sangat berpengaruh terhadap perdagangan dan perekonomian Indonesia. Salah satu dampak yang berpengaruh dari krisis ekonomi global adalah semakin terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga menghambat kegiatan ekspor dan impor indonesia dan pergerakan Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) yang berfluktuasi serta kenaikan inflasi yang merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Proses globalisasi ini menyebabkan sebagian besar negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peran penting dan strategis bagi ketahanan ekonomi suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Untuk melihat perkembangan pasar modal Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia
(BEI). Indikator pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan indikator-indikator makro yang ada. Seiring dengan indikator pasar modal, indikator ekonomi makro juga bersifat fluktuatif. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan di suatu negara, karena hampir semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut Pratikno (2009), pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pengaruh-pengaruh eksternal seperti pergerakan tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar begitu juga dengan indeks saham luar negeri dipercaya telah menjadi faktor dominan yang mempengaruhi IHSG. Sedangkan faktor internal lebih dipengaruhi oleh peristiwaperistiwa dalam negeri seperti ekspektasi rasional investor serta pengaruh dari pergerakan variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, tingkat inflasi, suku bunga (deposite rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan jumlah uang yang beredar (money supply). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Pergerakan IHSG Periode 2009-2013 100,000.00
I…
50,000.00 2013
2012
2011
2010
2009
0.00
Grafik diatas menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan yang stabil. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah yang dapat menciptakan ekonomi dan stabilitas politik yang baik. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dipengaruhi pergerakan variabelvariabel makro ini menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara IHSG dengan variabel-variabel tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2009-2013”. KAJIAN PUSTAKA Menurut Samsul (2006), Indeks Harga Saham Gabungan (composite stock price indeks = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham preferen.
Teori Investasi Menurut Sunariyah (2003:4), “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Teori Portofolio Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya. Teori Random Walk Harga saham secara acak berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru (new information) yang akan diterima. Tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan dapat diterimanya sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable. Informasi harga saham tersebut bersifat kabar buruk (bad news) atau kabar baik
(good news) juga tidak diketahui (Samsul, 2006).
Amerika Serikat yang sudah secara luas go public.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek (kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan menerbitkan SBI (yang dilakukan melalui mekanisme lelang), maka BI dapat menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar rupiah dapat dikendalikan. Biasanya pembeli SBI itu mayoritas adalah kalangan investor asing dan korporasi, seperti dana pensiun, asset management, asuransi, dan lain-lain. Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Menurut Putong (2007) uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito). “Inflasi adalah keadaan yang menggambarkan perubahan tingkat harga dalam sebuah perekonomian”(Fahmi, 2006;79). Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang masih berjalan. Sekarang bursa saham ini terdiri dari 30 perusahaan terbesar di
Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 5 (lima) variabel makroekonomi yang diduga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makroekonomi yang diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah tingkat suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang yang beredar (M2), tingkat inflasi, dan indeks Dow Jones. METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif disini berupa data berkala (time series data) yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia berupa laporan tahunan dan hasil publikasi Jakarta Stock Exchange (JSX) meliputi data indeks harga saham gabungan (IHSG), suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang yang beredar, tingkat inflasi dan indeks Dow Jones yang berbentuk data bulanan periode 20092013. Penarikan sampel yang dilakukan dengan metode purposive sampling,
dimana sampel yang memenuhi kriteria.
terpilih
harus
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode analisis deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Sugiono(2009:29). b. Metode analisis statistik 1.Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, dan indeks Dow Jones terhadap IHSG. Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y=
α + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5
............ 3.5.1
Keterangan : Y = IHSG α = Konstanta b = koefisien garis regresi X1 = Tingkat suku bunga SBI X2= Kurs tengah BI terhadap dollar Amerika Serikat X3 = Jumlah uang yang beredar X4 = Inflasi X5 = Indeks Dow Jones е = Kesalahan pengganggu (standar error) 2.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk memastikan model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam
analisis regresi. Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005). b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu, berkaitan satu sama lain. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas, sebaliknya jika tetap disebut homokedastisitas. Model yang baik adalah yang homokedastisitas. 3. Pengujian Hipotesis Model regresi yang telah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: a. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. b. Uji Signifikan Parsial (Uji- t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
periode 2009-2013. Hasil pengolahan data tersebut akan memberikan informasi apakah suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, dan indeks Dow Jones berpengaruh terhadap IHSG serta seberapa besar pengaruhnya. 1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Salah satu asumsi penggunaan uji statistik parametrik adalah asumsi normality. Asumsi normalitas merupakan asumsi bahwa setiap variabel dan semua kombinasi linier dari variabel berdistribusi normal. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis juga berdistribusi normal dan independen. (Ghazali, 2012:29). Tabel 1 Uji Normalitas terhadap IHSG
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandard ized Residual
HASIL DAN PEMBAHASAN N
A.
Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data yang telah dikumpulkan yaitu berupa data IHSG pada tahun 20092013 yang merupakan variabel terikat atau dependen, sedangkan variabel makro ekonominya atau variabel bebas berupa suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi, dan data indeks bursa luar negeri yaitu indeks Dow Jones (DJIA) periode 2009-2013.
60
Normal
Mean
.0000000
a,,b
Parameters
Std. Deviation
1.5676397 6E2
Most Extreme
Absolute
.075
Differences
Positive
.075
Negative
-.073
Kolmogorov-Smirnov Z
.579
Asymp. Sig. (2-tailed)
.890
a. Test distribution is Normal.
B.
Analisis Statistik Dalam bab ini, penulis menganalisis data berupa IHSG (variabel terikat) periode 2009-2013 dan data variabel bebas berupa suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, dan indeks Dow Jones
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa nilai uji KolmogorovSmirnov Z sebesar 0.579 dengan tingkat signifikan pada 0,890> 0,05. Hal ini
menunjukkan H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. Sedangkan pada normal probabiliity plots diketahui juga bahwa titik-titik mengikuti garis diagonal sehingga dapat diketahui bahwa data terdistribusi normal. Gambar 1
b.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini akan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi multikoliniearitas). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Tabel 2 Uji Multikolinearitas terhadap Variabel IHSG Collinearity Statistics Toleran Model 1
Gambar 2
ce
VIF
(Constant) BIRate
.171
5.850
KursTengahBI
.316
3.162
JumlahUangB
.054 18.672
eredar Inflasi
.317
3.159
DJIA
.074 13.584
a. Dependent Variable: IHSG
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa titik dari penyebaran data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data terdistribusi normal atau model regresi memenuhi kriteria asumsi normal.
Berdasarkan tabel 2 pada bagian Coefficients, diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel bebas (jumlah uang beredar atau M2 dan DJIA) pada penelitian ini terdapat nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance <0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variabel independen tersebut ada korelasi atau terjadi Multikolinearitas pada model regresi linier.
c.
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Gambar 3 Hasil Analisis Grafik Uji Heteroskedastisitas
adalah jumlah variabel, dan α adalah taraf signifikan. Tabel 3 Uji Autokorelasi Terhadap IHSG b
Model Summary
Std. Error Mod
R
el
R
1
.987
Adjusted
Square R Square a
.973
of the
Durbin-
Estimate
Watson
.971 163.86092
.894
22 a. Predictors: (Constant), DJIA, KursTengahBI, Inflasi, BIRate, JumlahUangBeredar b. Dependent Variable: IHSG
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai Durbin Watson sebesar 0,894 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada nilai dL dan (4-DU) atau 0,894 < 1,408, maka dapat disimpulkan bahwa dalam regresi linier ini terdapat Autokorelasi. Dari Grafik Scatter, jelas bahwa tidak ada pola tertentu karena titik menyebar tidak beraturan di atas dan di bawah sumbu 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas atau tidak terjadi kesamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. d.
Uji Autokorelasi Untuk menguji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara dL dan (4 – dU) atau dL ≤ DW ≤ (4 – dU) berarti bebas dari Autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW < dL atau DW > (4 – dU) berarti terdapat Autokorelasi.Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin Watson, yaitu nilai dL ; dU ; α ; n ; (k – 1). Keterangan: n adalah jumlah sampel, k
Koefisien Determinasi (R Squared) Tabel 4 Koefisien Determinasi b
Model Summary Mode
R
l
R
1
.977
Square a
Adjusted R Std. Error of Square
.954
.950
the Estimate .07321
a. Predictors: (Constant), lnInflasi, lnJUB, lnKursTengahBI, lnBIRate b. Dependent Variable: lnIHSG
Berdasarkan tabel koefisien determinasi diperoleh nilai R Square = 0,954 (95,4%), artinya bahwa variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh kontribusi sebesar 95,4 %
terhadap variabel IHSG sedangkan 4,6 % lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
arti setiap penambahan 1 satuan untuk suku bunga SBI, sedangkan variabel lain konstan maka akan menurunkan IHSG sebesar 0,040. Penurunan suku bunga SBI akan mendorong investor untuk membeli saham. Penurunan suku bunga akan mendorong kenaikan IHSG.
Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 5 Model Persamaan Regresi Coefficients
a
3.
Nilai koefisien untuk kurs tengah BI sebesar -1,678, mempunyai arti setiap pengurangan 1 satuan untuk kurs tengah BI, sedangkan variabel lain konstan maka akan meningkatkan IHSG sebesar -1,678. Semakin tinggi kurs rupiah, maka para investor akan membeli dollar daripada menanamkan modalnya ke pasar saham,sehingga harga saham akan turun dan IHSG akan turun juga.
4.
Nilai koefisien untuk jumlah uang beredar sebesar 1,438, mempunyai arti setiap penambahan 1 satuan untuk jumlah uang beredar, sedangkan variabel lain konstan maka akan meningkatkan IHSG sebesar 1,438. Semakin banyak jumlah uang beredar, maka para investor akan menginvestasikan uangnya ke pasar saham, sehingga harga saham akan naik dan IHSG akan naik juga.
5.
Nilai koefisien regresi untuk inflasi sebesar 0,003, mempunyai arti setiap penambahan 1 satuan untuk inflasi, sedangkan variabel lain konstan maka akan meningkatkan IHSG sebesar 0,003. Ketika inflasi naik, maka nilai kebutuhan hidup meningkat dan keuntungan perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat, sehingga harga saham meningkat dan IHSG juga meningkat.
Standard ized Unstandardized Coefficie Coefficients
nts
Std. Model
B
1
2.393
1.397
.040
.200
.012
-1.678
.147
-.450
(Constant) lnBIRate lnKursTen
Error
Beta
gahBI lnJUB lnInflasi
1.438
.076
.924
.003
.043
.003
a. Dependent Variable: lnIHSG
Berdasarkan tabel 5 diperoleh model regresi akhir sebagai berikut:
IHSG = 2,393 + 0, 040BI Rate – 1,678kurs + 1,438JUB + 0,003Inflasi = Adapun interpretasi terhadap model regresi tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Konstanta sebesar 2,393 menyatakan bahwa jika variabel suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar (M2), dan inflasi konstan, maka IHSG sebesar 2,393.
2.
Nilai koefisien regresi untuk suku bunga SBI sebesar 0,040, mempunyai
PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan uji secara simultan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang merupakan variabel bebas yaitu suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar, dan inflasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2. Berdasarkan pada penelitian diperoleh bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hal ini terjadi karena pada periode penelitian yaitu tahun 2009-2013 pergerakan suku bunga yang cenderung menurun sehingga menyebabkan IHSG akan mengalami kenaikan. Sehingga para investor akan mengambil keputusan untuk tidak menginvestasikan uangnya dalam bentuk tabungan, melainkan menginvestasikan dalam bentuk barang dan jasa karena faktor permintaan barang dan jasa saat itu meningkat, hal ini dalam posisi ini investor akan lebih untung dibandingkan menempatkan dananya dibank. 3. Berdasarkan pada penelitian diperoleh bahwa kurs tengah BI berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika dolar mengalami kenaikan, para investor terutama investor asing akan menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dolar. Kondisi ini tentunya akan menyebabkan penurunan IHSG (Sukono Indarto,2012). 4. Berdasarkan pada penelitian diperoleh bahwa jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Semakin banyak jumlah uang yang beredar, maka para investor akan
menginvestasikan uangnya ke pasar saham, sehingga harga saham akan naik dan IHSG juga akan naik. 5. Berdasarkan pada penelitian diperoleh bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Laju inflasi yang sempat terjadi di Indonesia pada pertengahan 2009 menyebabkan Indonesia bergantung pada lembaga keuangan dunia. Hal ini juga berdampak pada kehidupan ekonomi penduduk Indonesia yang ditandai dengan kenaikan harga-harga barang dan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran-saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Para investor diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG seperti suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar (M2), dan tingkat inflasi, karena pergerakan faktor-faktor tersebut mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan sebaiknya para investor mengambil keputusan untuk tidak menginvestasikan uangnya dalam bentuk tabungan, melainkan menginvestasikan dalam bentuk barang dan jasa karena faktor permintaan barang dan jasa saat itu meningkat, hal ini dalam posisi ini investor akan lebih untung dibandingkan menempatkan dananya dibank. 2. Diharapkan para investor berhatihati dengan tingginya tingkat inflasi setiap tahunnya, karena ini akan berpengaruh terhadap modal yang ditanamkan dipasar modal. Dengan memperhatikan faktor tersebut diharapkan investor akan
mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. 3. Pemerintah dan lembaga terkait, khususnya Bank Indonesia diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan yang dapat menjaga stabilitas perekonomian untuk menghindari adanya fluktuasi faktor-faktor makro seperti suku bunga SBI, kurs tengah BI, jumlah uang beredar dan inflasi yang dapat merugikan pelaku ekonomi seperti masyarakat, khususnya para investor. 4. Diharapkan pemerintah lebih menggalakkan kegiatan pengenalan pasar modal dan berbagai instrumen pasar modal, dengan demikian keterlibatan masyarakat memiliki pengetahuan bagaimana cara berinvestasi dipasar modal. DAFTAR PUSTAKA Fahmi, Irham. 2006.Analisis Investasi. Bandung: RefikaAditama. Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Bandung: Alfabeta. Ghazali, Imam. “Aplikasi analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 20”. Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro. 2012. Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta.UPP STIM YKPN. Pratikno, Dedy. 2009. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan Indeks Dow Jones terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Tesis Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara Medan. Putong, Iskandar. 2003.Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi II. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. .2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. YKPN. Yogyakarta. Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 9, No. 2, 156-167.Fakultas EkonomiUniversitas Muhammadiyah Surakarta.