ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2014 Lieyanto Chandra1 Abstract: This study aimed to identify the influence of Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Operational Efficiency (BOPO), and Capital Adequacy Ratio (CAR) to Return On Asset (ROA) at banking companies which listed on Indonesia Stock Exchange (IDX). This research sample was determined by the purposive sampling method so be obtained 37 samples of banking companies in the observation period (200-2014). The result of this research indicate that Net Interest Margin (NIM) had positive and significant effect on Return On Asset (ROA). Non Performing Loan (NPL), Operational Efficiency (BOPO), and Capital Adequacy Ratio (CAR) had negative and significant effect on Return On Asset (ROA). Loan to Deposit Ratio (LDR) had positive and no significant effect on Return On Asset (ROA). Keywords : NIM, NPL, LDR, BOPO, CAR, ROA PENDAHULUAN Salah satu dampak dari perkembangan perekonomian nasional saat ini adalah semakin pentingnya peran industri perbankan. Hal ini dapat dipahami karena industri perbankan menjadi sektor yang sangat diperlukan dalam mendukung seluruh kegiatan ekonomi melalui fungsi intermediasinya yaitu menyalurkan dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (Surplus unit) kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) (Devitra, 2013). Lembaga-lembaga keuangan khususnya perbankan telah lama mewarnai kegiatan perekonomian negara. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution) yaitu perbankan sangat penting dalam suatu sistem perekonomian modern. Sebagai lembaga intermediasi perbankan harus memiliki kinerja yang baik, karena dengan kinerja yang baik bank akan dapat lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari para nasabah (agent of trust). Perbankan sebagai badan usaha yang bergerak di bidang keuangan atau finansial sangat membutuhkan kepercayaan dari para nasabah tersebut guna mendukung dan memperlancar kegiatan yang dilakukannya. Lancarnya kegiatan yang dilakukan oleh bank akan sangat mendukung dalam mencapai kesejahteraan para stackholder dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Sukarno & Syaichu, 2006). Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Menurut Bank Indonesia Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode. Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan adalah karena Return On Asset digunakan untuk
285
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit. Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar pendapatan bunga yang dikelola bank, maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga semakin besar NIM suatu bank, semakin besar pula kinerja bank (ROA) (Purwoko & Sudiyatno, 2013). Rasio Kredit diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL), yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lainlain (Christiano, et al., 2014). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio kredit kepada pihak ketiga dalam bentuk rupiah dan valuta asing, tidak termasuk pinjaman ke bank lainnya, dengan dana pihak ketiga yang termasuk giro, tabungan, giro, dan deposito berjangka. LDR mencerminkan berapa banyak kemampuan bank untuk membayar penarikan dana oleh deposan bergantung pada pinjaman bank. Semakin tinggi rasio berarti rendahnya kapasitas likuiditas bank yang bersangkutan. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Beban operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional merupakan penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tidak efisien biaya operasional bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Pengertian modal di sini adalah modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap, serta modal kantor cabang bank asing terdiri atas dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya di luar Indonesia. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 286
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Bagaimana pengaruh Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Bagaimana pengaruh Net Interest Margin (NIM), Non Perfroming Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan (bersama-sama) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah diatas, yaitu: Untuk mengetahui pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk mengetahui pengaruh Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk mengetahui pengaruh Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan (bersama-sama) terhadap Profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). TELAAH KEPUSTAKAAN Pengertian Bank Definisi Bank menurut Undang-Undang RI nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan melakukan jasa-jasa lain dibidang perbankan atau dengan kata lain bank sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary), yaitu perantara antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana. Return On Asset (ROA) Menurut Hutagalung, Djumahir, & Ratnawati (2013), profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan Return on Asset (ROA) pada industri perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on 287
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005), sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Net Interest Margin (NIM) Menurut Purwoko & Sudiyatno (2013) rasio Net interest margin (NIM) ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Non Performing Loan (NPL) Seperti halnya perusahaan pada umumnya, bisnis perbankan juga dihadapkan pada berbagai risiko, salah satu risiko tersebut adalah risiko kredit. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yag berbeda. Risiko kredit (default risk) ini dapat terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Kondisi Non Performing Loan (NPL) yang tinggi akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya yang lain, sehingga berpotensi untuk menimbulkan kerugian pada bank (Sukarno & Syaichu, 2006). Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio likuiditas diproksikan dengan LDR yang merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, Sertifikat Deposito, dan Deposito). LDR ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi pembayaran kembali deposito yang telah jatuh tempo kepada deposannya serta dapat memenuhi permohonan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Christiano et al., 2014). Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini sering juga disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank ada dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Sukarno & Syaichu, 2006). Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Pengertian modal di sini adalah modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap, serta modal kantor cabang bank asing terdiri atas dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya di luar Indoneia. Secara teknis, analisis 288
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... tentang permodalan disebut juga sebagai analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank yang dilakukan secara efisien, apakah permodalan bank tersebut akan mampu untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, dan apakah kekayaan bank akan semakin besar atau semakin kecil (Muljono, 2000). Kerangka Pemikiran Gambar 1. Kerangka Pemikiran
NIM H1 ( + )
NPL LDR BOPO
H2( - ) H3( + ) H4( - ) H5( + )
ROA
CAR
METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Periode Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana dalam melaksanakan penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan historis keuangan tahunan perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Populasi Penelitian, Rancangan Sampling, dan Prosedur Sampling Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini anggota populasi cukup banyak sehingga peneliti menggunakan teknik sampling untuk mempermudah penelitian, pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel adalah sebagai berikut : Perusahaan perbankan yang telah go public di BEI pada kurun waktu penelitian (periode 2010-2014) Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian (periode 2010 - 2014) Bank yang tidak melakukan proses merger dan atau akuisisi pada kurun waktu penelitian (periode 2010-2014) Bank yang diteliti masih beroperasi pada periode waktu penelitian (periode 2010-2014) Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel seperti yang telah disebutkan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 bank, dimana bank yang tidak menjadi sampel dikarenakan tidak sesuai kriteria adalah sebagai berikut :
289
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303
No 1
Bank BRI Agroniaga
2
Bank Mutiara
3
Bank Woori Saudara
Tabel 1. Bank yang Tidak Sesuai Kriteria Keterangan Adanya merger dengan BRI pada tahun 2011 Diakuisisi oleh J Trust Co. Ltd pada tanggal 20 November 2014 Merger dengan Bank Woori pada tanggal 30 Desember 2014
Variabel Penelitian dan Operasional Return on Asset (ROA) Return on Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset bank tersebut (Christiano, 2014). Untuk mengukur ROA maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROA =
Laba Sebelum Pajak Total Aset
Net Interest Margin (NIM) Net interest margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan pendapatan bunga. Namun harus dipastikan bahwa ini bukan karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya pendapatan bunga harus ditanamkan kembali untuk memperkuat modal bank (Purwoko & Sudiyatno, 2013). Sesuai dengan teori diatas serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 rasio NIM dapat dirumuskan sebagai berikut:
NIM =
Pendapatan Bunga Bersih Rata−Rata Aktiva Produktif
Non Performing Loan (NPL) Pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah rasio non performing loan (NPL). Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Rosada, 2013). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (SE BI No. 3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001):
290
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... NPL =
Total Kredit Bermasalah Total Kredit
Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas bank. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Tingkat LDR menunjukkan adanya risiko likuiditas (liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank yang dapat dirumuskan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut : Total Kredit
LDR = Total Dana Pihak Ketiga Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (SE BI No. 3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001): Total Beban Operasional
BOPO = Total Pendapatan Operasional Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Musyarofatun, 2013). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (SE BI No. 3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001): Modal Bank
CAR = Total ATMR
291
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 Berikut ini adalah tabel variabel dan operasional dari penelitian : Tabel 2. Variabel dan Definisi Operasional No.
Variabel DEPENDEN
Skala
Pengukuran
1.
ROA
Rasio
Laba Sebelum Pajak Total Aset
No.
Variabel INDEPENDEN
Skala
Pengukuran
1.
NIM
Rasio
Pendapatan Bunga Bersih Rata − Rata Aktiva Produktif
2.
NPL
Rasio
3.
LDR
Rasio
4.
BOPO
Rasio
5.
CAR
Rasio
Total Kredit Bermasalah Total Kredit Total Kredit Total Dana Pihak Ketiga Total Beban Operasional Total Pendapatan Operasional Modal Bank Total ATMR
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis yang dilakukan adalah analisis regresi berganda karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari satu. Analisis yang dilakukan yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan, yaitu NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Interest Margin), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), LDR (Loan To Deposit Ratio), dan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang kemudian masing-masing rasio tersebut diuji pengaruhnya terhadap profitabilitas yang diproyeksikan dengan rasio ROA (Return on Asset). Sedangkan untuk data menggunakan regresi data panel, dimana regresi data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan data time series dengan cross section. Menurut Agus Widarjono (2007) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau cross section, yaitu : Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar, Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel). Pemilihan Model Regresi Data Panel Terdapat tiga metode yang bisa digunakan untuk mengestimasi regresi data panel, yaitu sebagai berikut (Shochrul dkk, 2011): 292
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ...
Pooled Least Square (PLS) Model common effect menggabungkan data time series dengan cross section dan menggunakan metode ordinary least square (OLS) untuk mengestimasi model data panel tersebut (Widarjono, 2007). Persamaan untuk model common effect menurut Gujarati (2003) adalah sebagai berikut: Yit = α1 + β2X2 + β3X3it + ... + βnXnit + µit Keterangan: Yit : variabel dependen untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t Xit : variabel independen untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t α : koefisien intersep β : koefisien slope µit : error untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t
Fixed Effect (FE) Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed Effect. Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Persamaan untuk model fixed effect menurut Gujarati (2003) adalah sebagai berikut: Yit = α1 + α2D2 + ...+ αnDn + β2X2it + ... + βnXnit + µit Keterangan: Yit : variabel dependen untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t Xit : variabel independen untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t α : koefisien intersep β : koefisien slope µit : error untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t D : dummy
Random Effect (RE) Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS). Persamaan untuk model Random Effect menurut Gujarati (2003) adalah sebagai berikut: Yit = α1 + β2X2it + ... + βnXnit + µit + eit Keterangan: Yit : variabel dependen untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t Xit : variabel independen untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t α : koefisien intersep β : koefisien slope µit : error untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t eit : random error term (error secara menyeluruh) 293
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 Perbedaan utama antara fixed effect dan random effect terletak pada perlakuan terhadap intercept. Pada fixed effect setiap unit cross-section memiliki nilai intercept tersendiri yang fixed. Sedangkan pada random effect intercept mempresentasikan nilai ratarata dari seluruh cross-section intercept. Memilih Model Estimasi Regresi Data Panel Pemilihan Pooled Least Square (PLS) dengan Fixed Effect Model (FEM) Untuk melakukan pemilihan model ini, digunakan uji likehood ratio (chow test), yang digunakan untuk memilih teknik data panel dengan PLS atau FEM. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan :
H0: Common Effect Model H1 : Fixed Effect Model H0 ditolak apabila Prob Cross Section-F dan Cross Section Chi-Square < 0.05 pada tingkat signifikan 5%. Jika H0 ditolak maka Fixed Effect Model (FEM) akan dipilih untuk proses lebih lanjut.
Pemilihan Fixed Effect Model (FEM) dengan Random Effect Model (REM) Apabila pada hasil uji Chow menunjukkan bahwa Fixed Effect Model lebih baik daripada Common Effect Model, maka proses selanjutnya adalah melakukan uji Hausman. Uji Hausman dapat didefinisikan sebagai pengujian statistik untuk memilih apakah Fixed Effect Model atau Random Effect Model yang paling tepat digunakan. Uji Hausman dilakukan dengan hipostesis sebagai berikut: H0: Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Apabila hasil probabilitas lebih kecil daripada α maka H0 ditolak. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada α maka H0 tidak ditolak. Maka persamaan analisis regresi panel dari penelitian ini adalah sebagai berikut: ROAt = α + β1 NIMit + β2 NPLeit + β3 LDRit + β4BOPOit + β5 CARit + µit Dimana : i = Perbankan t = periode waktu α = koefisien intersep β1= koefisien slope dari NIM β2 = koefisien slope dari NPL β3 = koefisien slope dari LDR β4 = koefisien slope dari BOPO β5 = koefisien slope dari CAR µ= error
Pemilihan Pemilihan Pooled Least Square (PLS) dengan Random Effect Model (REM) Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui Common Effect Model atau Random Effect Model yang paling tepat digunakan. Uji signifikasi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan. Metode Breusch Pagan untuk uji signifikasi Random 294
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... Effect didasarkan pada nilai residual dari metode OLS. Adapun nilai statistic LM dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
Dimana: n = jumlah individu T = Jumlah periode waktu e = Residual Common Effect Model Hipotesis yang digunakan adalah: H0: Common Effect Model H1 : Random Effect Model Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of freedom sebesar jumlah variabal independen. Jika nilai LM statistic lebih besar dari nilai kritis statisik chi-squares maka kita menolah H0, yang artinya estimasi yang tepat untuk model regresi data panel adalah metode Random Effect dibandingkan metode Common Effect. Sebaliknya jika nilai LM statisik lebih kecil dari nilai statistic chi-squares sebagai nilai kritis, maka kita menerima H0, yang artinya estimasi yang digunakan dalam regresi data panel ada metode Common Effect bukan metode Random Effect. Test Hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Setidaknya secara statistik dapat diukur dari nilai statistic t, nilai statistic F, dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan statistik akan disebut signifikan secara statistik apabila uji nilai statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya perhitungan statistik disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. ANALISIS DAN BAHASAN TEMUAN Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dari data yang digambarkan. Hasil uji deskriptif variabel ini ditunjukkan pada tabel 1.3. yang menggunakan semua variabel dalam penelitian ini, yaitu Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), dan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dari 37 perusahaan perbankan yang menjadi sampel penelitian selama periode 2010 hingga 2014. Hasil dari statistik deskriptif perhitungan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3. sebagai berikut:
295
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
NIM 0.056757 0.053400 0.166400 0.017700 0.022443 1.716442 7.716032
NPL 0.011335 0.007500 0.048500 0.000000 0.010478 1.313586 4.361914
LDR 0.810230 0.830700 1.629700 0.402200 0.151218 0.298366 7.222908
BOPO 0.839083 0.833800 1.823100 0.476000 0.149747 1.995801 14.72275
CAR 0.230141 0.166000 4.895800 0.099200 0.366458 11.34313 143.7308
ROA 0.018463 0.017500 0.055800 -0.129000 0.018316 -2.892423 25.04743
Observation s
185
185
185
185
185
185
Pemilihan Common Effect Model atau Fixed Effect Model Dalam tahap ini, peneliti akan menentukan antara Common Effect Model atau Fixed Effect Model untuk mengetahui model mana yang paling tepat digunakan dengan melakukan uji likehood ratio (uji chow). Hipotesis dalam uji chow adalah sebagai berikut: H0 : Common Effect Model H1 : Fixed Effect Model H0 ditolak jika Prob Cross Section-F dan Cross Section Chi-square < 0.05 pada tingkat signifikan 5%. Jika H0 ditolak maka Fixed Effect Model (FEM) akan dipilih untuk proses lebih lanjut. Berikut merupakan hasil dari pengujian likehood ratio (uji chow): Tabel 4. Likehood Ratio (Chow Test)
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
7.021925 188.336907
d.f.
Prob.
(36,143) 36
0.0000 0.0000
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa hasil uji chow menunjukkan bahwa nilai Crosssection Chi-square adalah sebesar 0.0000 dibawah nilai alpha 0.05. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 atau Fixed Effect Model diterima. Namun hal tersebut belum merupakan akhir dari metode pengolahan data. Gujarati (2003) menyarankan apabila jumlah data cross section (n) lebih besar dari jumlah data time series (T) maka perlu digunakan metode random effect dalam mengolah data. Maka penelitian ini akan dilanjutkan dengan menguji antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. 296
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ...
Pemilihan Fixed Effect Model atau Random Effect Model Setelah selesai melakukan uji chow dan didapatkan model yang tepat adalah Fixed Effect Model, maka tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah menguji model manakah antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model yang paling tepat, pengujian ini disebut sebagai uji Hausman. Hipotesis dalam uji Hausman adalah sebagai berikut: H0
: Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model Apabila hasil probabilitas lebih kecil daripada α maka H0 ditolak. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada α maka H0 tidak ditolak. Berikut merupakan hasil dari pengujian Hausman Test: Tabel 5. Hausman Test Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
Test Summary Cross-section random
102.805526
5
Prob. 0.0000
Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa hasil uji Hausman menunjukkan bahwa nilai Crosssection random memperlihatkan angka bernilai 0.0000 yang berarti nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 (Random Effect Model) ditolak. Berdasarkan pengujian yang dilakukan di atas maka metode yang dipilih untuk digunakan mengestimasi data pada penelitian ini yaitu Fixed Effect Model. Uji secara Parsial (Uji t) Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji signifikansi pengaruh masingmasing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil uji t yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan Fixed Effect Model:
297
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 Tabel 6. Uji secara Parsial (Uji t) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C NIM NPL LDR BOPO CAR
0.034881 0.566369 -0.214810 0.002436 -0.056187 -0.004157
0.006873 0.042577 0.072852 0.004623 0.004556 0.001440
5.074883 13.30220 -2.948597 0.526972 -12.33359 -2.887354
0.0000 0.0000 0.0037 0.5990 0.0000 0.0045
Uji F & Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji F digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai Probability (Fstatistic), dimana jika nilai Prob (F-statistic) < 0.05, maka seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, jika nilai Prob (F-statistic) > 0.05, maka seluruh variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil Uji F yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan Fixed Effect Model: Tabel 7. Uji F dan Uji Koefisien Determinasi (R2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.939017 0.921532 0.005131 0.003764 736.7315 53.70532 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.018463 0.018316 -7.510611 -6.779503 -7.214311 1.504171
Seperti yang disajikan pada Tabel 7. di atas, terlihat bahwa nilai Prob (F-statistic) adalah sebesar 0.000000 atau < 0.05. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase variabel NIM, NPL, LDR, BOPO, CAR dalam menjelaskan ROA perbankan yang terdaftar di BEI. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 7. di atas, nilai Adjusted R-squared adalah sebesar 0.921532. Hal ini berarti bahwa kontribusi variabel NIM, NPL, LDR, BOPO, CAR mampu menjelaskan ROA sebesar 92.15%, sedangkan sisanya sebesar 7.85% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
298
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... Interpretasi Persamaan Regresi Dari Tabel 6., maka didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: ROA = 0.034881 + 0.566369 (NIM) - 0.214810 (NPL) + 0.002436 (LDR) – 0.056187 (BOPO) – 0.004157 (CAR) Dari persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut: Jika tidak ada perubahan pada NIM, NPL, LDR, BOPO dan CAR (konstan), maka ROA akan bernilai sebesar 0.034881. Koefisien regresi 0.566369 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan NIM dan variabel NPL, LDR, BOPO, dan CAR dianggap konstan, maka ROA akan meningkat sebesar 0.566369 satuan. Koefisien regresi -0.214810 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan NPL dan variabel NIM, LDR, BOPO, dan CAR dianggap konstan, maka ROA akan turun sebesar 0.214810 satuan. Koefisien regresi 0.002436 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan LDR dan variabel NIM, NPL, BOPO, dan CAR dianggap konstan, maka ROA akan meningkat sebesar 0.002436 satuan. Koefisien regresi -0.056187 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan BOPO dan variabel NIM, NPL, LDR, dan CAR dianggap konstan, maka ROA akan turun sebesar -0.056187 satuan. Koefisien regresi -0.004157 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan CAR dan variabel NIM, NPL, LDR, dan BOPO dianggap konstan, maka ROA akan turun sebesar -0.004157 satuan. Pembahasan Berikut merupakan perbandingan hasil penelitian yang didapat peneliti dibandingkan dengan penelitian terdahulu :
Net Interest Margin (NIM) NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga bersih terhadap jumlah kredit yang diberikan. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. Salah satu komponen pembentuk laba yaitu bunga bersih. Meningkatnya bunga bersih bank secara tidak langsung akan meningkatkan ROA bank, karena laba merupakan komponen pembentuk ROA. ROA yang meningkat menandakan profitabilitas bank tersebut juga meningkat. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Maria (2015) dan Hutagalung, Djumahir, Ratnawati (2013) yang menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank.
Non Pergorming Loan (NPL) NPL merupakan rasio yang menunjukkan tingkat kredit yang merupakan salah satu bentuk dari loanable funds yang mengalami permasalahan dalam suatu bank, sehingga apabila rasio NPL mengalami peningkatan dari waktu ke waktu akan mendatangkan masalah serius terhadap kinerja bank. Apabila suatu bank memiliki NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun aktiva lainnya, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian pada bank dan dampaknya 299
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 profitabilitas bank akan semakin menurun. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sabir, Ali, & Habbe (2012) dan Purwoko & Sudiyano (2013) yang menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukarno dan Syaichu (2006) yang menyimpulkan bahwa NPL tidak memiliki pengaruh terhadap ROA bank dikarenakan dalam rangka mengurangi dampak negatif dari adanya NPL yang tinggi, fee base income memiliki peranan yang sangat penting. Pendapatan yang tinggi dari fee base income dapat menutup kerugian yang timbul akibat risiko kredit.
Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR merupakan rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang dberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Namun dalam penelitian ini LDR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA perusahaan perbankan yang berarti bahwa variabel LDR bukanlah faktor penentu bank dalam menghasilkan profit. Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya sampai saat ini bank belum optimal dalam memberikan pinjaman. Dimana dana pihak ketiga berupa simpanan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) oleh bank dibelikan SBI maupun penempatan interbank daripada disalurkan untuk memberikan kredit kepada masyarakat. Selain merupakan salah satu strategi bank untuk menempatkan dana berlebih, penempatan interbank serta pembeli SBI memiliki risiko macet yang lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit kepada masyarakat. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Defri (2012), dan Hutagalung, Djumahir, & Ratnawati (2013) yang menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas bank. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabir, Ali, & Habbe (2012) yang menyimpulkan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank.
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dalam penelitian ini BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan perbankan. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisiennya bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih akan semakin tinggi. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Purwoko & Sudiyatno (2013), Sukarno & Syaichu (2006), dan Prasanjaya & Ramantha (2013) yang menunjukkan bahwa Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank.
Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR merupakan rasio yang memperlihatkan perbandingan modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut 300
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... semakin sehat ditinjau dari sisi permodalannya. Peraturan Bank Indonesia menyatakan bahwa besarnya CAR minimum yang harus dipenuhi bank adalah sebesar 8%. Sehingga bank harus selalu menjaga rasio CAR agar selalu di atas 8%. Namun CAR yang terlalu tinggi berarti terdapat dana yang menganggur (idle fund), sehingga kesempatan untuk memperoleh laba akan menurun, akibatnya akan menurunkan profitabilitas bank. Selain itu menurut Mawardi (2005), tingginya CAR dapat disebabkan adanya penambahan modal dari pemilik yang berupa fresh money untuk mengantisipasi perkembangan skala usaha yang berupa ekspansi kredit. Namun, pada kenyataannya sampai saat ini fungsi intermediasi bank masih belum optimal, dimana dana pihak ketiga (DPK) yang berupa simpanan dana masyarakat oleh bank dibelikan Sertifikat Bank Indonesia dimana ATMR SBI adalah 0, dengan demikian ATMR bank relatif kecil, sehingga CAR tetap besar. Akibatnya, dana yang menganggur (idle fund) juga akan semakin besar, sehingga profitabilitas bank yang diproksikan dengan ROA akan semakin menurun. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Aremu (2013) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria (2015) yang menyimpulkan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA bank.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan pengujian hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisa dan pengujian yang dilakukan dengan uji t, terbukti bahwa variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap ROA Perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil analisa dan pengujian yang dilakukan dengan uji t, terbukti bahwa variabel Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap ROA Perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil analisa dan pengujian yang dilakukan dengan uji t, terbukti bahwa variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap ROA Perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil analisa dan pengujian yang dilakukan dengan uji t, terbukti bahwa variabel Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap ROA Perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil analisa dan pengujian yang dilakukan dengan uji t, terbukti bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap ROA Perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji F, memperlihatkan bahwa variabel Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas Perbankan yang terdaftar di BEI. 301
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 285-303 Saran Berdasarkan kesimpulan dan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut:
Saran Bagi Investor Bagi para investor yang ingin melakukan investasi pada perbankan, sebaiknya dalam melakukan prediksi terhadap besarnya ROA harus dapat memperhatikan tingkat NIM yang seharusnya memiliki nilai yang tinggi dengan pendapatan bunga yang lebih besar daripada beban bunga sehingga mampu menghasilkan nilai ROA yang tinggi. Selain itu perlu diperhatikan juga rasio NPL agar tetap di bawah 5% sesuai peraturan Bank Indonesia serta dengan rendahnya NPL menunjukkan kredit macet yang dimiliki perusahaan semakin rendah. Tingkat efisiensi yang dinilai dengan BOPO juga harus rendah karena menunjukkan pengendalian biaya operasional perbankan terhadap pendapatan operasional bank. Dengan pengendalian biaya operasional yang tepat maka dapat menekan biaya operasional bank sehingga dapat meningkatkan ROA.
Saran Bagi Penelitian selanjutnya Diharapkan dalam penelitian mendatang terhadap ROA perusahaan perbankan tidak hanya berfokus pada faktor internal bank, namun disarankan untuk dapat memasukkan faktor-faktor eksternal bank seperti inflasi, pengaruh kurs dan suku bunga.
DAFTAR PUSTAKA Ayanda, A., & Christopher, I., & Mudashiru, A. (2013). Determinants Of Bank’s Profitability In A Developing Economy : Evidence From Nigerian Banking Industry. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4 (9), 155-181. Christiano, M., Tommy, P., & Saerang, I. (2014). Analisis Terhadap Rasio-Rasio Keuangan Untuk Mengukur Profitabilitas Pada Bank-Bank Swasta yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, 2 (4), 817-830. Defri. (2012). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen, 01 (01). Gujarati, D. (2003). Basic Econometrics. Fourth edition, McGrawHill Inc. Hutagalung, E, N., Djumahir, & Ratnawati, K. (2013). Analisa Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen, 11 (1), 122-130. Joseph, M., & Edson, G. (2012). Non Performing Loans in Commercial Banks : A Case of CBZ Bank Limited In Zimbabwe. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Lartey, V. C., Antwi, S., & Boadi, E. K. (2013). The Relationship Between Net Interest Margin and Return On Assets of Listed Banks in Ghana. Research Journal of Finance and Accounting, 4 (16), 73-78. Musyarofatun, L. D. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Magelang. Accounting Analysis Journal, 2 (1), 59-66. 302
Chandra : Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... Maria, A. (2015). Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR Terhadap ROA: Studi Kasus Pada 10 Bank Terbaik Di Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4 (1). Mawardi, W. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi, 4 (1), pp. 83-94. Prasanjaya, Y, A., & Ramantha, W. I. (2013). Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukurang Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4 (1), 230-245. Purwoko, D., & Sudiyatno, B. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank (Studi Empirik Pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 20 (1), 25-39. Raharjo, P. G., Hakim, D. B., Manurung, A. H., Maulana T. N. A. (2014). The Determinant Of Commercial Banks ‘Interest Margin in Indonesia : An Analysis of Fixed Effect Panel Regression. International Journal of Economics and Financial Issues, 4 (2), 295308. Rosada, N. (2013). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Ekonomi Dan Infomarsi Akuntansi (JENIUS), 3 (1), 74-93. Sabir, M. M., Ali, M., & Habbe, H. A. (2012). Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia.Jurnal Analisis, 1 (1), 79-86. Shochrul R, Ajija, dkk. (2011). Cara cerdas menguasai EVIEWS. Jakarta: salemba empat Sukarno, K. W., & Syaichu, M. (2006). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum Di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, 3 (2), 46-58. Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan, No. 3/30/DPNP (2001). Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. www.bi.go.id www.idx.co.id www.ojk.go.id
303