ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JANGKAUAN PEMBIAYAAN MIKRO: STUDI KASUS BTPN SYARIAH
RAMADHIAN
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jangkauan Pembiayaan Mikro: Studi Kasus BTPN Syariah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015 Ramadhian NIM H54110003
ABSTRAK RAMADHIAN. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jangkauan Pembiayaan Mikro: Studi Kasus BTPN Syariah. Dibimbing oleh JAENAL EFFENDI. Usaha mikro memiliki peran yang besar dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Salah satu permasalahan pada perkembangan usaha mikro adalah akses pembiayaan. Penelitian ini menganalisis mengenai faktorfaktor yang memengaruhi jangkauan pembiayaan mikro, baik keluasan jangkauan maupun kedalaman jangkauan dengan mengambil studi kasus di BTPN Syariah. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tren pertumbuhan jangkauan selama periode 2012-2014 serta mengidentifikasi variabel yang signifikan mempengaruhi jangkauan. Baik variabel keluasan maupun kedalaman jangkauan dianalisis dengan lima variabel independen melalui metode Ordinary Least Squares. Variabel tersebut yaitu CAR, NPF, FDR, BOPO, dan WISMA (unit branchless banking). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa variabel CAR signifikan memengaruhi variabel keluasan jangkauan secara negatif, sedangkan variabel NPF, FDR, BOPO, dan WISMA signifikan memengaruhi keluasan jangkauan secara positif. Variabel CAR dan WISMA signifikan memengaruhi kedalaman jangkauan secara positif, sedangkan variabel NPF, FDR, dan BOPO tidak signifikan memengaruhi kedalaman jangkauan. Kata kunci: OLS, kedalaman jangkauan, keluasan jangkauan, keuangan mikro syariah
ABSTRACT RAMADHIAN. Analysis of Factors Affecting Outreach of Micro Financing: Case Study BTPN Syariah. Supervised by JAENAL EFFENDI. Microenterprises have the big role in developing Indonesia’s economy. One of the issues in developing microenterprises is the access of financing. The study analyses factors affecting outreach, breadth of outreach and depth of outreach in BTPN Syariah. The objectives of this research are to identify the trend of outreach in 2012-2014, and to identify factors affecting outreach. The study employed Ordinary Least Squares and there are five variables used in this research. The variables are CAR, NPF, FDR, BOPO, and WISMA (branchless banking unit). Our fingdings show that breadth of outreach is significantly and negatively affected by CAR, meanwhile breadth of outreach is significantly and positively affected by NPF, FDR, BOPO, and WISMA. Depth of outreach is significantly and positively affected by CAR and WISMA, meanwhile depth of outreach is not significantly affected by NPF, FDR, and BOPO. Keywords: Breadth of outreach, depth of outreach, Islamic microfinance, OLS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JANGKAUAN PEMBIAYAAN MIKRO: STUDI KASUS BTPN SYARIAH
RAMADHIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Jangkauan Pembiayaan Mikro: Studi Kasus BTPN Syariah” berhasil diselesaikan. Tujuan dari skripsi ini ialah mengidentifikasi tren pertumbuhan jangkauan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat jangkauan pembiayaan mikro syariah. Terima kasih penulis ucapkan kepada keluarga, yaitu Ayah Ir. Kurnia Abadi, Ibu Dewi Kartika Sari, saudara kembar Ramadhani, serta adik-adik Muhammad Thohari dan Sabrina Abadi atas dukungan dan doa selama ini.selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Jaenal Effendi selaku pembimbing, terima kasih atas arahan, bimbingan, motivasi, saran, dan waktu dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Syarif Surbakti, serta pihak terkait dari BTPN Syariah yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data. 3. Ibu Tanti Novianti selaku penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih selaku penguji komdik, terima kasih atas kritikan, saran, serta arahannya. 4. Teman-teman sebimbingan, yaitu Syifa, Anis, Haekal, Afrial, Rizha, Fathan, Gina, Akbar, Erna, Salma, Neva, dan Sarah yang telah memberikan banyak bantuan, saran, kritik, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 48, 49, dan 50 yang turut memberikan semangat. 6. Teman-teman akhwat FoSSEI Jabodetabek, yaitu Kak Bintan, Amel, Salamah, Fika, Ayu, Neneng, dan Danis. 7. Pihak-pihak lain yang telah ikut membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015 Ramadhian
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Keadilan Ekonomi
5
Pengertian Pembiayaan Mikro
5
Pengertian Usaha Mikro
7
Peranan Pembiayaan Mikro
7
Konsep Jangkauan
8
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pemikiran
11
Hipotesis Penelitian
12
METODE
12
Jenis dan Sumber Data
12
Lokasi Penelitian
13
Metode Pengolahan dan Analisis Data
13
Model Penelitian
13
Pengujian Hipotesis
15
Evaluasi Model
15
GAMBARAN UMUM
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
SIMPULAN DAN SARAN
26
Simpulan
26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
30
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan Unit Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2011-2012 Perbedaan Pembiayaan Mikro Konvensional dan Syariah Perbedaan Bank Islam dan Bank Konvensional Statistik Deskriptif Variabel Model analisis regresi linear berganda terhadap total jumlah nasabah Model analisis regresi linear berganda terhadap rata-rata pembiayaan
2 2 6 6 17 21 24
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka Pemikiran Jumlah Nasabah Nilai rata-rata pembiayaan
12 18 19
DAFTAR LAMPIRAN Data Laporan Keuangan BTPN Syariah dan Nilai Logaritma Variabel 2 Statistik Deskriptif Data Keuangan BTPN Syariah 2012-2014 3 Model Regresi Jumlah Nasabah Pembiayaan 4 Uji Normalitas Persamaan I 5 Uji Multikolinearitas Persamaan I 6 Uji Heteroskedastisitas Persamaan I 7 Uji Autokorelasi Persamaan I 8 Model Regresi Rata-rata Pembiayaan 9 Uji Normalitas Persamaan II 10 Uji Multikolinearitas Persamaan II 11 Uji Heteroskedastisitas Persamaan II 12 Uji Autokorelasi Persamaan II 1
30 34 34 35 35 35 35 35 37 37 37 37
1
PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) memiliki kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa terdapat total 56.5 juta unit UMKM di Indonesia pada tahun 2012. Unit terbesar terletak pada sektor mikro, yaitu kurang lebih 55.8 juta unit (Tabel 1). Selain itu, data yang ada menunjukkan pula bahwa sektor UMKM paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia. UMKM memiliki pangsa penyerapan tenaga kerja sebesar 97.16%, dengan sektor usaha mikro yang memiliki pangsa terbesar, yaitu sebesar 90.12% (Tabel 2). Besarnya pangsa UMKM pada total unit usaha dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia memerlukan pembiayaan yang besar dan menjadi peluang bagi lembaga keuangan, khususnya lembaga keuangan syariah untuk lebih menyalurkan pembiayaan ke UMKM. Pemerintah sebagai regulator telah memberlakukan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang pemberlakuan kewajiban Bank Umum untuk memberikan kredit atau pembiayaan UMKM minimal 20% atas total pembiayaan. Hal ini akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2018. Dari total usaha mikro, kecil, dan menengah, usaha mikro adalah sektor yang paling banyak pangsa total unit usaha dan penyerapan tenaga kerjanya. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria, yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah). Besarnya pangsa usaha mikro merupakan peluang bagi lembaga keuangan untuk menyalurkan pembiayaan ataupun melakukan pelayanan lain, seperti tabungan, kepada sektor mikro. Usaha-usaha mikro yang omzet bulanannya kurang dari sekitar Rp. 25 000 000.00 per bulan (UU No. 20 Tahun 2008), merupakan usaha-usaha yang tidak terlalu menghasilkan penghasilan besar untuk pemiliknya. Nasabah-nasabah dari pembiayaan mikro biasanya adalah wirausaha berpenghasilan rendah, baik di daerah kota maupun desa yang bekerja dari usaha sendiri, misalnya pedagang kaki lima, petani lahan sempit, pedagang kaki lima, penyedia jasa seperti pencukur rambut, penjahit, ataupun perajin (Ledgerwood 1999). Orang-orang tersebut membutuhkan modal untuk memulai ataupun mengembangkan usaha tersebut memiliki kesulitan untuk mengakses keuangan. Oleh karena itu, peran bank maupun lembaga keuangan syariah non bank dalam menyalurkan pembiayaan mikro diperlukan untuk menjangkau para nasabah yang belum bankable. Nasabah-nasabah seperti itu memiliki penghasilan yang kecil dan tergolong miskin, tetapi belum tergolong sebagai orang yang paling miskin. Salah satu pendekatan penilaian kinerja lembaga keuangan syariah yang memberikan pembiayaan mikro yaitu menilai jangkauan (outreach) yang telah dicapai. Jangkauan (outreach) adalah usaha dari lembaga keuangan untuk memberikan pembiayaan dan pelayanan keuangan kepada lebih banyak pihak/nasabah,
2 terutama pada nasabah-nasabah yang paling miskin diantara yang miskin (Conning 1999). Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan Unit Usaha Tahun 2011-2012
Tahun 2011 Indikator
Total (Unit) 55 206 444 54 559 969
Pangsa (%)
Usaha Kecil
602 195
Usaha Menengah Total Usaha Besar
Total UMKM Usaha Mikro
Tahun 2012 Total (unit) 56 534 592 55 856 176
Pangs a (%)
1.09
44 280 4 952
99.99
Perkembangan (%)
99.99
2.41
98.79
2.38
629 418
1.11
4.52
0.08
48 997
0.09
10.65
0.01
4 968
0.01
0.32
98.82
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2014 Tabel 2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2011-2012
Tahun 2011 Indikator Total UMKM
Total (Orang) 101 722 458
Tahun 2012
Pangs a (%)
Total (Orang)
Pangs a (%)
Perkembanga n (%)
97.24
107 657 509
97.16
5.83
Usaha Mikro
94 957 797
90.77
99 859 517
90.12
5.16
Usaha Kecil
3 919 992
3.75
4 535 970
4.09
15.71
Usaha Menengah
2 844 669
2.72
3 262 023
2.94
14.67
Total Usaha Besar
2 891 224
2.76
3 150 645
2.84
8.97
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2014
Peran bank syariah untuk menjangkau nasabah yang memerlukan akses keuangan ataupun permodalan agar salah satu tujuan pengurangan tingkat kemiskinan dapat tercapai secara optimal. Tercapainya tujuan tersebut dapat dilihat melalui tingkat jangkauan (outreach) yang telah dicapai oleh bank syariah dalam melakukan pembiayaan mikro. Jangkauan tersebut dapat menjadi optimal, salah satunya dengan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi jangkauan pembiayaan mikro bank syariah dalam melaksanakan fungsinya, sehingga bank syariah dapat melaksanakan fungsinya untuk menyalurkan pembiayaan yang jangkauannya luas dan dalam.
3 Perumusan Masalah Sektor usaha mikro memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah pada akses pembiayaan. Orang-orang yang membutuhkan pembiayaan mikro umumnya adalah orang-orang yang berpenghasilan rendah dan kurang bankable. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada bulan September 2014 adalah sebesar 10.96 % (BPS 2015), sedangkan total jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada bulan Agustus 2014 adalah sebesar 7.24 juta jiwa (BPS 2015). Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak orang miskin maupun pengangguran di Indonesia yang dapat diberikan pembiayaan mikro untuk meningkatkan produktivitas, penghasilan, serta kesempatan kerja dari sektor usaha mikro. Beberapa bank syariah telah menyalurkan pembiayaan ke sektor mikro, baik di pedesaan maupun perkotaan. BTPN Syariah merupakan satu-satunya Bank Umum Syariah yang memfokuskan pelayanan keuangannya pada sektor usaha mikro. Usaha mikro merupakan usaha yang memiliki presentase terbesar dalam penyerapan tenaga kerja maupun jumlah unitnya di Indonesia. Hal ini menjadi peluang bagi bank syariah, khususnya BTPN Syariah, untuk menjangkau lebih banyak usaha-usaha mikro untuk mengembangkan usahanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (World Bank 2007), pembiayaan mikro memiliki tiga tujuan, yaitu untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan untuk penghasilan dari berkembangnya sektor mikro, untuk meningkatkan produktivitas dan penghasilan dari orang-orang yang kurang memiliki keterampilan, seperti wanita dan orang-orang miskin, serta untuk mengurangi ketergantungan warga miskin terhadap tanaman-tanaman yang rawan untuk kekeringan maupun paceklik melalui diversifikasi dari aktivitas lain dalam memperoleh penghasilan (World Bank 2007). Kinerja pelayanan keuangan mikro dapat diukur melalui tiga indikator, yaitu kesinambungan keuangan (financial sustainability), jangkauan (outreach), dan dampak untuk kesejahteraan (welfare impact) (Zeller dan Meyer 2002). Tingkat jangkauan (outreach) merupakan salah satu variabel penting dalam mengukur keberhasilan pembiayaan mikro oleh bank syariah dalam mencapai tujuannya, salah satunya yaitu mengurangi tingkat kemiskinan maupun kesenjangan. Jangkauan tersebut dapat menjadi optimal, dengan mengetahui maupun mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan memengaruhinya. Penelitian terdahulu lebih banyak menganalisis hubungan lembaga keuangan mikro terhadap profitabilitas (kesinambungan keuangan) serta terhadap peningkatan kesejahteraan dan pengurangan tingkat kemiskinan. Sebelumnya telah terdapat penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi jangkauan, namun belum ada penelitian mengenai hal tersebut yang dilakukan di lembaga keuangan mikro ataupun bank syariah. Studi empiris yang dilakukan oleh (Osotimehin, Jegede, Akinlabi 2011) di Barat Daya Nigeria mengenai faktor-faktor yang memengaruhi luas jangkauan kredit mikro konvensional serta tren atas jangkauan selama masa studi mengungkapkan bahwa tren yang terjadi di Nigeria yaitu adanya peningkatan jangkauan kredit mikro dan adanya beberapa faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat jangkauan lembaga keuangan mikro adalah suku bunga riil pinjaman, rata-rata besarnya pinjaman, biaya yang dikeluarkan untuk setiap
4 pinjaman, rasio hutang terhadap ekuitas, tingkat pengembalian pinjaman, dan gaji/upah yang dibayarkan kepada pekerja. Penelitian mengenai kedalaman jangkauan lembaga keuangan mikro konvensional di kabupaten Sleman (Handayani dan Arsyad 2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang signifikan memengaruhi kedalaman jangkauan adalah ROA, jumlah kantor cabang, rasio biaya operasional terhadap kredit, rasio nasabah sektor pertanian, dan rasio nasabah sektor perdagangan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tren pertumbuhan jangkauan (outreach), baik keluasan maupun kedalaman jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah? 2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi keluasan jangkauan (outreach) pembiayaan mikro BTPN Syariah? 3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kedalaman jangkauan (outreach) pembiayaan mikro BTPN Syariah?
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi tren pertumbuhan jangkauan (outreach), baik keluasan maupun kedalaman jangkauan pembiayaan mikro oleh BTPN Syariah. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat keluasan jangkauan (outreach) oleh BTPN Syariah. 3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kedalaman jangkauan (outreach) oleh BTPN Syariah.
Manfaat Penelitian 1.
2. 3. 4.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: Memberikan informasi yang baik mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keluasan dan kedalaman jangkauan (outreach) pembiayaan mikro oleh bank syariah, khususnya BTPN Syariah. Memberikan gambaran mengenai tren jangkauan pembiayaan mikro oleh bank syariah, khususnya BTPN Syariah. Dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan jangkauan pembiayaan mikro syariah. Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi para peminat dan peneliti untuk bahan penelitian lanjutan. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil studi kasus di BTPN Syariah (Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah). Data yang digunakan dalam menganalisis jangkauan pembiayaan mikro adalah data sekunder yang merupakan data keuangan bulanan BTPN Syariah pada periode 2012-2014.
5
TINJAUAN PUSTAKA Keadilan Ekonomi Kaum dhuafa umumnya memiliki penghasilan yang rendah, bahkan terkadang sebagian dari mereka meminjam uang dengan sistem bunga untuk memenuhi kebutuhannya. Jutaan manusia di negara berkembang menghabiskan hidupnya untuk membayar utang yang diwariskan kepada mereka. Penghasilan mereka yang tergolong rendah tersisa menjadi sangat sedikit dan membuat mereka harus hidup di bawah standar normal karena harus membayar utang dan bunga. Pembayaran angsuran bunga yang berat secara terus menerus terbukti telah merendahkan standar kehidupan masyarakat serta menghancurkan pendidikan anak-anak mereka (Antonio 2001). Di samping itu, kecemasan terus menerus karena berutang juga memengaruhi efisiensi kerja mereka. Hal tersebut tidak hanya memengaruhi kehidupan mereka, tetapi juga perekonomian negara. Pembayaran bunga menurunkan daya beli di kalangan mereka. Akibatnya, industri yang memenuhi produk untuk golongan miskin dan menengah akan mengalami penurunan permintaan. Bila keadaan tersebut berlanjut, secara berangsur-angsur tapi pasti, sektor industri pun akan merosot (Antonio 2001). Pengertian Pembiayaan Mikro Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012, pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah atau pembiayaan UMKM adalah pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pembiayaan UMKM oleh bank umum dapat dilakukan secara langsung kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan/atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing, pola channeling, dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). Pembiayaan mikro yang dilakukan oleh lembaga keuangan berbeda dengan pembiayaan lain yang bukan untuk sektor mikro. Pembiayaan mikro dilakukan untuk orang-orang miskin yang membutuhkan pembiayaan dan memiliki akses kecil terhadap lembaga keuangan, berbeda dengan lembaga keuangan komersial yang tujuannya adalah maksimisasi profit (Ahmed 2002).
6 Tabel 3 Perbedaan Pembiayaan Mikro Konvensional dan Syariah
Liabilities (Sources of Funds)
Konvensional External Funds, Savings of clients
Assets (Mode of Financing)
Interest-based
Financing the Poorest
Poorest are left out
Funds transfer Deductions at inception of contract Target group Objective of targeting Women Liability of the loan (when given to women) Work incentive of Employees Dealing with Default
Cash given Part of the funds deducted at inception Women Empowerment of Women Recipient
Social Development Program
Secular (or un-Islamic) behavioral, ethical, and social development.
Syariah External funds, Savings of clients, Islamic Charitable Sources Islamic Financial Instruments Poorest can included by integrating zakah with microfinancing Good transferred No deductions at inception Family Ease of availability Recipient and spouse
Monetary
Monetary and religious
Group/center pressure and threats
Group/center/spouse guarantee, and Islamic ethics Religious (includes behavior, ethics, and social)
Sumber: Ahmed, 2002
Selain itu, terdapat pula beberapa perbedaan antara bank syariah dan konvensional dalam tabel berikut (Antonio 2001): Tabel 4 Perbedaan Bank Islam dan Bank Konvensional
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Bank Islam Melakukan investasi-investasi yang halal saja. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli atau sewa. Profit atau falah oriented. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. Penghimpunan dan penyaluran dana harus seusai dengan fatwa Dewan Pengurus Syariah.
Sumber: Antonio, 2001
Bank Konvensional Investasi yang halal dan haram. Memakai perangkat bunga. Profit oriented. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hungan debitor-kreditor. Tidak terdapat dewan sejenis.
7 Pengertian Usaha Mikro Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Kriteria usaha mikro yang dimaksud berdasarkan undang-undang tersebut yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah). Microfinance adalah layanan keuangan skala kecil khususnya kredit dan simpanan, bagi mereka yang bergerak di sektor pertanian, perikanan, peternakan; kepada perseorangan atau kelompok baik di pedesaan maupun di perkotaan di negara-negara berkembang. Mereka mengelola usaha kecil atau mikro yang meliputi kegiatan produksi, daur ulang, reparasi, atau perdagangan. (Robinson 2007 dalam Subagyo dan Purnomo 2009). Islamic Microfinance adalah jasa keuangan mikro yang mengimplementasikan prinsip-prinsip keuangan syariah (Khan 2008). Karakter usaha mikro, antara lain yaitu tidak memisahkan keuangan usaha dengan keuangan pribadi, memiliki mobilitas yang relatif tinggi, sangat tergantung kepada pemiliknya, belum memiliki legalitas formal, belum memiliki pembukuan yang rapi dan benar, usaha mikro di kota-kota besar dimiliki oleh masyarakat urban yang belum memiliki tempat dan domisili yang tetap, sebagian besar bergerak di sektor informal, kurang familiar dengan bank, berlokasi menyebar secara tidak merata, dikelola oleh sebagian besar sumber daya manusia yang berpendidikan rendah, memiliki keterbatasan modal dan akses permodalan, kurang memiliki jaringan yang kuat dengan sektor usaha lainnya, tidak memiliki perlindungan hukum, sebagian besar dikelola oleh rumah tangga, kurang mendapatkan pembinaan dari pemerintah, jumlah usaha mikro paling besar dibandingkan skala usaha lainnya, sangat responsif terhadap perubahan, tidak dipengaruhi secara langsung oleh gejolak moneter, dan lebih banyak mengandalkan keterampilan tangan daripada mesin, sehingga padat karya dan produknya lebih unik (Subagyo dan Purnomo 2009). Peranan Pembiayaan Mikro Lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan mikro memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu untuk mengurangi tingkat kemiskinan, untuk memberdayakan perempuan ataupun kelompok masyarakat lain yang dapat diberdayakan, menciptakan lapangan pekerjaan, membantu tumbuhnya usahausaha mikro yang telah ada ataupun mengembangkannya (Ledgerwood 1999). Selain itu, studi yang dilakukan oleh World Bank menyatakan bahwa tujuan dari pembiayaan mikro yang sering dinyatakan yaitu untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan peluang untuk ekspansi usaha mikro, meningkatkan produktivitas dan penghasilan para perempuan maupun kelompok masyarakat yang kurang produktif, serta mengurangi ketergantungan rumah tangga di desa terhadap hasil panen yang tidak menentu. Pembiayaan mikro syariah memiliki kelebihan daripada pembiayaan mikro yang dilakukan dengan sistem konvensional, salah satunya yaitu sistem yang dijalankan oleh pembiayaan mikro syariah tidak
8 menggunakan sistem bunga yang fluktuatif dan memberatkan bagi pelaku usaha mikro. Bank maupun lembaga keuangan syariah non bank juga memiliki manfaat sosial (social benefit), misalnya dari instrumen zakat yang dapat langsung berfungsi sebagai redistribusi kekayaan dan sebagai direct transfer payment kepada pihak yang berhak menerima zakat (Cokro dan Ismail 2008). Konsep Jangkauan Menurut (Zeller dan Meyer 2002), indikator kinerja lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan mikro dapat diukur melalui konsep The Triangle Of Microfinance. Indikator tersebut yaitu kesinambungan keuangan (financial sustainability), jangkauan (outreach), dan dampak terhadap lingkungan (impact). Kesinambungan keuangan mengartikan bahwa lembaga keuangan tersebut sehat secara keuangan, baik untuk operasional maupun untuk pembiayaan kepada nasabah. Indikator kesinambungan keuangan dapat diukur berdasarkan perkembangan nilai biaya dan tingkat keuangan lembaga keuangan mikro (Fauzi 2014). Jangkauan (outreach) adalah usaha dari lembaga keuangan untuk memberikan pembiayaan dan pelayanan keuangan kepada lebih banyak pihak/nasabah, terutama pada nasabah-nasabah yang paling miskin diantara yang miskin (Conning 1999). Jangkauan (outreach) pembiayaan mikro terbagi menjadi dua bagian, yaitu kedalaman jangkauan (depth of outreach) dan keluasan jangkauan (breadth of outreach). Indikator dari kedalaman jangkauan dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata dari pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan terhadap nasabah. Semakin kecil nilainya, dianggap semakin dalam tingkat jangkauannya (Polanco 2005; Handayani dan Arsyad 2013). Selain itu, keluasan jangkauan dapat dilihat dari total nasabah yang diberikan pembiayaan, total perempuan yang mendapatkan pembiayaan, serta total dana yang telah disalurkan untuk pembiayaan (Ledgerwood 1999; Zeller dan Meyer 2002). Proksi kedalaman jangkauan yang paling umum digunakan adalah besar kecilnya nilai pembiayaan mikro yang disalurkan oleh lembaga keuangan (Schreiner 2001). Terdapat tujuh aspek dari besar kecilnya nilai pembiayaan mikro yang disalurkan, yaitu jangka waktu jatuh tempo (term to maturity), nilai nominal rata-rata pembiayaan (dollar disbursed), rata-rata saldo (average balance), jangka waktu antar cicilan (time between installments), total jumlah cicilan (number of installment), nilai nominal setiap cicilan (dollar per installment), nilai nominal rata-rata pembiayaan yang diberikan (dollar-years of borrowed resources). Schreiner (2002) menyatakan bahwa terdapat enam aspek jangkauan. Keenam aspek tersebut yaitu manfaat bagi nasabah (worth to clients), biaya untuk nasabah (cost to client), kedalaman jangkauan (depth), keluasan jangkauan (breadth), panjang jangkauan (length), serta cakupan jangkauan (scope). Variabel yang dijadikan sebagai proksi jangkauan (outreach) biasanya adalah gender nasabah atau tingkat kemiskinan nasabah, besar kecilnya nilai pinjaman atau jangka waktu pinjaman, biaya terhadap setiap pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, kekuatan keuangan dan manajemen lembaga keuangan, dan produkproduk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan mikro (Zeller dan Meyer 2002).
9 Penelitian Terdahulu Salah satu penelitian tentang keluasan jangkauan (breadth of outreach) pada lembaga keuangan konvensional adalah yang dilakukan oleh (Osotimehin, Jegede, Akinlabi 2011) tentang Faktor-faktor Jangkauan Pembiayaan Mikro di Barat Daya Nigeria: Analisis Empiris. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis ekonometrika, yaitu metode generalized least squares. Data yang digunakan adalah data panel yang diperoleh dari lembaga-lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan mikro di daerah Barat Daya Nigeria pada periode 20052010. Hasil dari kesimpulan penelitian tersebut adalah terdapat peningkatan tren luas jangkauan dari pembiayaan mikro selama periode tersebut. Tetapi, sektor pertanian yang merupakan sektor perekonomian utama terdapat pada urutan keempat dan total pembiayaan yang dilakukan pada sektor pertanian hanya sebesar sepuluh persen dari total pembiayaan yang dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan jangkauan pembiayaan mikro paling banyak dipengaruhi oleh real effective lending rates (RELR), the average loan size (LALZ), the cost of loan delivery (LCLD), the debt equity ratio (LDER), the loan repayment rates (LRR), dan the salary/wages paid to staff (LWL). Dari keseluruhan faktor-faktor yang paling berpengaruh, average loan size adalah faktor yang memiliki proporsi paling besar pengaruhnya terhadap jangkauan. Handayani dan Arsyad (2013) tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedalaman Jangkauan (Depth Of Outreach) Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan data panel yang dianalisis dengan metode kuantitatif ekonometrika. Alat analisis yang digunakan yaitu weighted least square-fixed effect dengan menggunakan data yang bersumber dari 10 BPR di kabupaten Sleman periode 2005-2007 dan dokumendokumen lain yang tidak dipublikasikan. Hasil kesimpulan pada penelitian tersebut yaitu sembilan variabel independen (umur lembaga, ROA, jumlah nasabah, fungsi intermediasi perbankan, jumlah kantor cabang, jumlah tenaga kerja yang dimiliki LKM, biaya per rupiah kredit berupa rasio antara biaya operasional dengan jumlah kredit yang diberikan, rasio nasabah sektor pertanian, dan rasio nasabah sektor perdagangan) berpengaruh signifikan terhadap kedalaman jangkauan (depth of outreach), sedangkan jika diuji secara parsial (tstatistik), terdapat lima variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap kedalaman jangkauan, yaitu ROA, jumlah kantor cabang, rasio biaya operasional terhadap kredit, rasio nasabah sektor pertanian, dan rasio nasabah sektor perdagangan. Penelitian yang dilakukan oleh (Ahmed 2002) berjudul Financing Microenterprises: An Analytical Study of Islamic Microfinance Institutions. Studi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan serta kesinambungan keuangan dari lembaga keuangan mikro syariah adalah berdasarkan dana eksternal serta efisiensi operasi. Lembaga keuangan mikro syariah dapat beroperasi secara efisien jika para karyawannya mendapatkan pelatihan secara reguler untuk keterampilan yang lebih mumpuni, khususnya pelatihan terhadap pemahaman nilai-nilai syariah. Institusi seperti IDB (Islamic Development Bank) maupun lembaga terkait dapat memainkan peran sebagai katalisator terhadap pertumbuhan lembaga keuangan syariah.
10 Penelitian yang berjudul The Role of Islamic Microfinance in Poverty Alleviation and Environmental Awareness in Pasuruan, East Java, Indonesia: A Comparative Study (Effendi 2013) dengan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif meneliti mengenai dampak dari lembaga keuangan mikro syariah terhadap penurunan tingkat kemiskinan dan kesadaran mengenai lingkungan. Penelitian ini membuktikan bahwa lembaga keuangan mikro syariah memiliki dampak yang lebih signifikan dalam penurunan tingkat kemiskinan daripada lembaga keuangan mikro konvensional, tetapi memiliki efek yang rendah dalam peningkatan kesadaran akan lingkungan. Penelitian yang berjudul Islamic Microfinance: An Emerging Market Niche oleh (Karim, Tarazi, dan Reille 2008). Penelitian ini menyatakan bahwa lembaga keuangan mikro syariah memiliki peluang untuk mengembangkan pasar dan jangkauan secara lebih luas, terutama pada pasar populasi muslim. Pertumbuhan keuangan mikro syariah memiliki beberapa tantangan, diantaranya yaitu model bisnis yang efisien dan mananjemen risiko yang baik, produk yang memang benar-benar syariah (tidak hanya sekedar rebranding produk dari keuangan konvensional), capacity building pada lembaga keuangan mikro syariah, diversitas produk (selama ini akad yang masih sering digunakan adalah murabahah), serta mengembangkan keuangan mikro syariah dari instrumen wakaf maupun zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS). Penelitian yang dilakukan oleh (Saad 2012) berjudul Microfinance and Prospect for Islamic Microfinance Products: The Case of Amanah Ikhtiar Malaysia. Hasil dari penelitian ini yaitu mayoritas dari Amanah Ikhtiar Malaysia yang berpartisipasi dalam survey mengatakan tertarik dengan produk-produk keuangan syariah. Hasil dari penelitian ini pun menyatakan bahwa memang ada demand yang besar terhadap produk keuangan mikro syariah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Karim, Tarazi, dan Reille (2008). Jika lembaga keuangan mikro syariah dapat menjangkau lebih banyak muslim religius yang tergolong miskin dapat mengakses keuangan, menggunakannya secara produktif, mengembangkan bisnisnya, serta mengentaskan diri dari kemiskinan. Penelitian yang dilakukan oleh (Masyita dan Ahmed 2011) berjudul Why is Growth of Islamic Microfinance Lower than Conventional? A Comparative Study of the Preferences and Perceptions of the Clients of Islamic and Conventional Microfinance Institutions’ in Indonesia. Studi ini dilakukan pada tahun 2010 dengan melihat persepsi dan preferensi nasabah lembaga keuangan mikro konvensional maupun syariah. Terdapat 28 BPR, 17 BPRS, 64 unit BRI, serta 8 BMT di Bandung. Berdasarkan data empiris yang dikumpulkan, terdapat kesimpulan bahwa BRI (Bank Rakyat Indonesia) adalah yang paling diminati oleh nasabah lembaga keuangan mikro. Faktor-faktor yang memengaruhi mencakup faktor ekonomi maupun non ekonomi. Walaupun sebagian besar nasabahnya adalah muslim dan preferensi mereka adalah lembaga keuangan mikro syariah, tetapi pada realitanya mereka memilih berdasarkan faktor-faktor lain, yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor-faktor ekonomi mencakup suku bunga yang rendah, agunan rendah, dan besarnya pinjaman, sedangkan faktor-faktor non ekonominya yaitu kemudahan, kecepatan, strategisnya lokasi, metode, serta faktor profil pemberi pinjaman. Studi yang berjudul ”Commercializing Microfinance and Deepening Outreach? Empirical Evidence From Latin America” (Polanco 2005) yang
11 menneliti 28 lembaga keuangan di Amerika Latin dengan metode OLS. Variabel dependen yang digunakan adalah variabel kedalaman jangkauan dengan menggunakan proksi AOL (Average Outstanding Loan), yakni nilai rata-rata kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan mikro. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat trade off antara kedalaman jangkauan dan profitabilitas lembaga keuangan mikro. Studi yang berjudul “Is There a Difference in Poverty Outreach by Type of Microfinance Institution? The Case of Peru and Bangladesh” (Zeller dan Johannsen 2006) menggunakan data survei pengeluaran rumah tangga di Bangladesh dan Peru pada tahun 2004 di Bangladesh dan Peru. Studi ini menganalisis poverty outreach dari enam lembaga keuangan mikro yang beroperasi baik di desa maupun kota. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa lembaga keuangan mikro mampu untuk menjangkau orang miskin, tetapi juga terdapat presentase yang besar dari nasabah yang bukan golongan miskin. Kerangka Pemikiran Lembaga keuangan syariah yang menyalurkan pembiayaan mikro memiliki salah satu tujuan yaitu mengurangi tingkat kemiskinan. Salah satu indikator adanya usaha untuk mencapainya tujuan tersebut yaitu dengan melihat besaran jangkauan yang dicapai oleh lembaga keuangan syariah, baik kedalaman jangkauan maupun keluasan jangkauan. Dalam melakukan pembiayaan terhadap usaha mikro, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi lembaga keuangan syariah dalam mencapai jangkauan tersebut. Beberapa faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap jangkauan tersebut yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), serta jumlah unit titik pelayanan (Wisma).
12
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian 1. Variabel CAR, NPF, FDR, BOPO, dan WISMA memiliki hubungan yang positif terhadap keluasan jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah. 2. Variabel CAR, NPF, FDR, BOPO, dan WISMA memiliki hubungan yang positif terhadap kedalaman jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah.
METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data keuangan bulanan BTPN Syariah dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Data lain sebagai pendukung penelitian ini bersumber dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta penelitian terdahulu.
13 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah. Pemilihan BTPN Syariah sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BTPN Syariah merupakan satu-satunya bank umum syariah yang memiliki orientasi visi dan misi pada inklusi keuangan dan pembiayaan mikro syariah. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai tren pertumbuhan jangkauan (outreach) serta gambaran umum BTPN Syariah dan data yang diperoleh secara keseluruhan, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda (Ordinary Least Squares) untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat jangkauan pembiayaan mikro di BTPN Syariah. Penelitian ini menggunakan software Eviews 6. Model Penelitian Model penelitian ini menganalisis dua variabel dependen pada model terpisah. Variabel dependen tersebut yaitu variabel keluasan jangkauan (breadth of outreach) dan variabel kedalaman jangkauan (depth of outreach). Variabel keluasan jangkauan dinilai dari jumlah total nasabah yang pembiayaan mikro (Number of Clients), yakni semakin banyak nasabah pembiayaan mikro, maka dianggap semakin luas jangkauannya. Variabel kedalaman jangkauan adalah nilai rata-rata pembiayaan mikro (Average Outstanding Financing) yang diberikan oleh bank syariah, semakin kecil nilai pembiayaan yang diberikan, maka dianggap semakin dalam jangkauannya. Model penelitian yang digunakan adalah model regresi linear berganda (Ordinary Least Squares). Persamaan I pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis tingkat keluasan jangkauan, yaitu: Log NOCt = b0 + b1 CARt + b2 NPFt + b3 FDRt + b4 BOPOt + b5 Log WISMAt + Log (NOC(t-1)) + et ........(1) Keterangan: NOC = CAR = NPF = FDR = BOPO = WISMA =
Number of Clients Capital Adequacy Ratio Non Performing Financing Financing to Deposit Ratio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi Jumlah titik pelayanan pembiayaan mikro BTPN Syariah
Persamaan II digunakan untuk menganalisis tingkat kedalaman jangkauan, yaitu:
14 Log AOFt = b0 + b1 CARt + b2 NPFt + b3 FDRt + b4 BOPOt + b5 Log WISMAt + Log (AOF(t-1)) + et ........(2) Keterangan: AOF = CAR = NPF = FDR = BOPO = WISMA =
Average Outstanding Financing Capital Adequacy Ratio Non Performing Financing Financing to Deposit Ratio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi Jumlah titik pelayanan pembiayaan mikro BTPN Syariah
Definisi variabel-variabel yang akan diteliti tersebut yaitu: 1. Variabel dependen pada model pertama, yaitu jumlah total nasabah (Number of Clients) yang memperoleh pembiayaan mikro dari bank syariah. Konsep keluasan jangkauan (breadth of outreach) adalah seberapa banyak lembaga keuangan mampu menjangkau nasabah yang memerlukan pembiayaan. Diasumsikan bahwa semakin banyak nasabah pembiayaan mikro, maka dianggap semakin luas jangkauan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan mikro. 2. Variabel dependen pada model kedua, yaitu AOF (Average Outstanding Financing), yaitu rata-rata pembiayaan mikro yang diberikan kepada nasabah. Konsep kedalaman jangkauan (depth of outreach) didefinisikan sebagai kemampuan lembaga keuangan mampu menjangkau masyarakat yang paling miskin diantara yang miskin. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh (Polanco 2005; Handayani dan Arsyad 2013), tingkat kedalaman jangkauan dapat diukur melalui rata-rata kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat. Diasumsikan bahwa semakin miskin nasabah, maka akan meminta pembiayaan dengan nilai lebih kecil. Dengan demikian, semakin kecil nilai rata-rata pembiayaan yang disalurkan, maka dianggap semakin mampu menjangkau masyarakat miskin. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), yaitu kebutuhan modal 3. minimum bank untuk beroperasi, yaitu rasio antara modal sendiri dan ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko) (Hasibuan 2007). 4. Variabel NPF (Non Performing Financing), yaitu tingkat pembiayaan non lancar. 5. Variabel FDR (Financing to Deposit Ratio), yaitu rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dengan dana yang diterima oleh bank syariah, ditentukan dari perbandingan antara nilai pembiayaan yang disalurkan dan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah. 6. Variabel rasio BOPO (Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi), rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. 7. Variabel WISMA, yaitu jumlah titik pelayanan pembiayaan mikro lembaga keuangan syariah. Titik pelayanan pembiayaan mikro oleh lembaga keuangan syariah mencakup kantor cabang bank dan unit branchless banking sebagai bentuk cara pelayanan BTPN Syariah untuk menjangkau nasabah secara lebih luas dan dalam. Wisma berbentuk
15 seperti tempat tinggal berbentuk mes sekaligus kerja karyawan BTPN Syariah. Pengujian Hipotesis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) mengukur goodness of fit dari persamaan regresi, di mana nilai tersebut menyatakan proporsi atau presentase dari total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen (Gujarati 2010). R2 memiliki rentang nilai antara 0 sampai dengan 1. Jika bernilai 1, maka garis regresi dapat menjelaskan variasi variabel Y secara sempurna, sebaliknya jika R2 bernilai 0, model tersebut tidak dapat menjelaskan variasi variabel Y sedikit pun. Uji F Uji F mengukur keseluruhan signifikansi dari regresi yang diestimasi (Gujarati 2010). Hipotesis yang diuji pada uji F adalah: H0 : β1 = β2 = ... = βt = 0 H1 : minimal ada satu β yang tidak sama dengan nol Jika nilai F-statistik lebih kecil dari F-tabel, maka hipotesis H0 tidak ditolak. Hal tersebut berarti minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Selain itu jika nilai F-statistik lebih besar dari F-tabel, maka hipotesis H0 ditolak, artinya tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel independen Uji t Uji t digunakan untuk melihat signifikan atau tidaknya secara statistik nilai koefisien pada persamaan regresi. Uji F dilakukan secara satu persatu pada masing-masing variabel independen untuk melihat signifikansi variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hipotesis yang diuji pada uji t adalah: H0 : β1 = 0 H1 : β1 ≠ 0 Jika nilai t-hitung lebih kecil daripada t-tabel, maka berarti hipotesis H0 tidak ditolak, dan variabel independen tersebut memengaruhi variabel dependen secara signifikan. Selain itu, jika nilai t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka berarti hipotesis H0 ditolak, dan variabel independen tersebut tidak signifikan dalam memengaruhi variabel independen. Evaluasi Model Evaluasi model dilakukan untuk memastikan bahwa estimator yang ada pada model telah bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
16
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui faktor kesalahan pada model mengikuti distribusi normal atau tidak (Gujarati 2010). Salah satu cara untuk melakukan uji normalitas adalah dengan uji normalitas Jarque-Berra. Jika nilai probabilitasnya lebih besar daripada taraf nyata (α), maka residual telah terdistribusi secara normal. Selain itu, jika nilai probabilitasnya lebih kecil daripada taraf nyata (α), maka residual tidak terdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas mengacu pada situasi adanya hubungan linear di antara variabel independen (Gujarati 2010). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah melalui uji Klein. Uji Klein dilakukan dengan melihat korelasi parsial pada masing-masing variabel. Jika nilai korelasi parsial lebih kecil daripada nilai R2, maka tidak terdapat multikolinearitas pada persamaan regresi tersebut. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah tidak terpenuhinya asumsi kritis pada model linier regresi klasik, yaitu faktor gangguan (ui) memiliki varians yang sama (Gujarati 2010). Heteroskedastisitas berarti pula ragam dari error pada model tidak bersifat konstan. Salah satu uji yang dilakukan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah Uji White. Jika nilai probabilitas chi square lebih besar daripada taraf nyata, maka data bersifat homoskedastis. Sebaliknya, jika nilai probabilitas chi square lebih kecil daripada taraf nyata, maka data tersebut bersifat heteroskedastis. Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi apabila terdapat korelasi berantai pada residu-residu pada persamaan regresi. Salah satu cara untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi pada regresi adalah dengan melakukan uji Breusch–Pagan–Godfrey Test. Jika nilai probabilitas chi-square lebih besar dari taraf nyata (α), maka model terbebas dari autokorelasi.
GAMBARAN UMUM BTPN Syariah merupakan BUS (Bank Umum Syariah) yang didirikan dari perpaduan PT Bank Sahabat Purbadanarta dan UUS (Unit Usaha Syariah) BTPN. Pada 20 Januari 2014, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN) mengakuisisi 70% saham Bank Sahabat Purbadanarta. Bank Sahabat Purbadanarta merupakan bank umum non devisa yang berdiri sejak Maret 1991. Setelah pengakuisisian tersebut kemudian dikonversi menjadi BTPN Syariah berdasarkan Surat Keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 22 Mei 2014. Unit Usaha Syariah BTPN didirikan sejak Maret 2008 merupakan salah satu segmen bisnis PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk difokuskan untuk
17 melayani dan memberdayakan keluarga pra sejahtera di seluruh Indonesia. UUS BTPN di-spin off pada Juni 2014 dan bergabung ke BTPN Syariah. BTPN Syariah memiliki visi dan misi yang berorientasi pada inklusi keuangan dan keuangan mikro. Misi tersebut yaitu “Bersama Kita Ciptakan Kesempatan Tumbuh dan Hidup Yang Lebih Berarti” dengan visi “Menjadi Bank Syariah Terbaik, Untuk Keuangan Inklusif, Mengubah Hidup Berjuta Rakyat Indonesia”. Visi dan misi tersebut dijalankan dengan nilai-nilai profesional, integritas, saling menghargai, serta kerja sama. Pelayanan keuangan mikro dilakukan dengan sistem yang mirip branchless banking maupun mobile marketing berupa wisma. Wisma merupakan tempat tinggal sekaligus tempat kerja karyawan. Akad yang dipakai untuk pembiayaan adalah akad murabahah dan wakalah. Pada periode 2012-2014, rata-rata nilai CAR (Capital Adequacy Ratio) BTPN Syariah adalah sebesar 51.2%, rata-rata nilai NPF (Non Performing Financing) sebesar 0.56%, rata-rata FDR (Financing to Deposit Ratio) sebesar 90.76%, rata-rata BOPO (Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi) sebesar 84.86%, serta rata-rata jumlah wisma adalah sebanyak 897.33. Jumlah wisma sebagai titik pelayanan keuangan mikro BTPN Syariah telah mencapai sebanyak 1554 pada Desember 2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data yang diolah pada penelitian ini adalah data keuangan BTPN Syariah pada tahun 2012-2014. Data-data yang diolah pada penelitian ini yaitu total jumlah nasabah pembiayaan mikro (Number of Clients), nilai nominal rata-rata pembiayaan mikro (Average Outstanding Financing), rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio), NPF (Non Performing Financing), BOPO (Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi), serta WISMA (jumlah titik pelayanan pembiayaan mikro) pada BTPN Syariah. Tabel 5 Statistik Deskriptif Variabel Mean Median Maximum NOC 655 510 616 251 1 311 831 AOF 1 946 612 1 907 425 2 560 593 CAR (%) 51.20198 46.89862 109.0472 NPF (%) 0.651129 0.455586 1.747526 FDR (%) 90.76204 91.39816 102.4699 BOPO (%) 84.84640 86.62595 158.1318 WISMA 897.33 926.00 1555.00 Sumber: Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, 2015 (diolah)
Minimum 75 013 1 416 813 20.03093 0.045205 77.88694 50.93821 111.00
Keluasan Jangkauan (Breadth of Outreach) Variabel keluasan jangkauan (breadth of outreach) sebagai variabel dependen pada penelitian ini didefinisikan sebagai jumlah total nasabah (number of clients). Semakin banyak jumlah nasabah pembiayaan mikro BTPN Syariah, maka diasumsikan semakin luas jangkauannya.
18 Terdapat tren peningkatan jumlah nasabah pembiayaan mikro di BTPN Syariah dari Januari 2012 hingga Desember 2014 (Gambar 2). Pada Januari 2012, terdapat sejumlah 75 013 nasabah pembiayaan mikro yang terjangkau oleh BTPN Syariah. Total jumlah nasabah meningkat relatif pesat pada Desember 2014, yaitu sebesar 1 311 831 nasabah. Pada periode 2012, terdapaat rataan per bulan total jumlah nasabah pembiayaan mikro sebanyak 655 510. Selain itu juga tengah variabel keluasan jangkauan adalah 616 251 nasabah (Tabel 5).
Jumlah nasabah 1400 000 1200 000 1000 000 800 000 600 000
Jumlah nasabah
400 000 200 000 Okt-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Okt-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Okt-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
0
Sumber: Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, 2015 (diolah) Gambar 2 Jumlah Nasabah
Kedalaman Jangkauan (Depth of Outreach) Variabel kedalaman jangkauan (depth of outreach) merupakan variabel independen pada persamaan kedua pada penelitian ini. Variabel kedalaman jangkauan pada penelitian ini diasumsikan sebagai nilai nominal rata-rata pembiayaan mikro (Average Outstanding Financing) pada periode 2012-2014. Terdapat tren peningkatan nilai nominal rata-rata pembiayaan mikro di BTPN Syariah dari Januari 2012 hingga Desember 2014, walaupun sempat relatif stagnan pada periode Juni 2012 hingga Februari 2013 (Gambar 3). Pada Januari 2012, nilai rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah adalah sebesar Rp. 1 416 813.00, dan menjadi Rp. 2 560 593.00 pada bulan Desember 2014. Pada periode 2012-2014, terdapaat rataan per bulan nilai nominal rata-rata pembiayaan mikro sebesar 1 946 612 rupiah. Selain itu nilai tengah (median) nilai nominal rata-rata pembiayaan mikro sebesar adalah 1 907 425 rupiah (Tabel 5). Pada penelitian ini dalamnya tingkat jangkauan didefinisikan sebagai semakin kecilnya nilai pembiayaan yang diberikan, maka berarti tren peningkatan nilai rata-rata pembiayaan mikro berbanding terbalik dengan tingkat kedalaman jangkauan. Dengan asumsi ini dianggap, semakin kecil nilai rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan BTPN Syariah kepada nasabah, maka dianggap semakin banyak nasabah yang menerima jangkauan. Dengan demikian, tren kedalaman jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah cenderung menurun dengan asumsi ceteris paribus.
19
Nilai rata-rata pembiayaan 3000 000 2500 000 2000 000 1500 000
Nilai rata-rata pembiayaan
1000 000 500 000
Okt-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Okt-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Okt-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
0
Sumber: Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, 2015 (diolah) Gambar 3 Nilai rata-rata pembiayaan
CAR (Capital Adequacy Ratio) CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah perbandingan modal yang dimiliki oleh bank dan dana pihak ketiga. Nilai CAR BTPN Syariah pada periode bulanan 2012-2014 lebih besar nilai minimum CAR sebesar 8% menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012. Berdasarkan Tabel 5, nilai rataan variabel rasio CAR BTPN Syariah pada periode 2012-2014 adalah sebesar 51.2%. Nilai tengah variabel CAR pada tahun 2012-2014 adalah sebesar 46.90%. Selanjutnya, nilai minimum CAR adalah 20.03%, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 109.05%. Nilai CAR sebagai rasio kecukupan modal bank juga menunjukkan seberapa mampu bank mengelola dan menutupi risiko kerugian bank dengan modal yang dimilikinya. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/20/PBI/2012, rasio kewajiban penyediaan modal minimum (capital adequacy ratio) minimal adalah 8% dan memenuhi modal sesuai profil risiko bank tersebut. BTPN Syariah pada periode 2012-2014 memiliki rata-rata rasio CAR sebesar 51.20198%, dengan nilai minimum sebesar 20.03093% dan nilai maksimum sebesar 109.0472%. Nilai CAR BTPN Syariah lebih besar dari nilai CAR minimum sebesar 8% berdasarkan peraturan yang ada. Nilai CAR BTPN Syariah nilainya relatif besar bila dibandingkan dengan nilai CAR bulanan Bank Umum Syariah di Indonesia yang berada di kisaran 14.54% hingga 16.85% pada tahun 2014 (OJK 2014). NPF (Non Performing Financing) NPF (Non Performing Financing) adalah rasio pembiayaan non lancar pada bank syariah. Berdasarkan Tabel 5, nilai rataan variabel rasio NPF BTPN Syariah periode 2012-2014 adalah sebesar 0.65%, sedangkan nilai tengahnya adalah sebesar 0.46%. Selanjutnya, nilai minimum rasio NPF BTPN Syariah pada periode 2012-2014 adalah 0.045%, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 1.75%.
20 FDR (Financing to Deposit Ratio) Rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) adalah rasio perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dengan dana pihak ketiga dan modal yang dimiliki oleh bank syariah. Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rataan nilai rasio FDR BTPN Syariah pada periode 2012-2014 adalah sebesar 90.76%, sedangkan nilai tengahnya sebesar 91.40%. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai maksimum FDR pada periode 2012-2014 adalah sebesar 102.47%, sedangkan nilai minimumnya adalah sebesar 77.89%. BOPO (Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi) Rasio BOPO (Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi) mengukur efisiensi biaya dan pendapatan yang diperoleh bank. Pada tabel 5 terlihat bahwa nilai rataan variabel BOPO BTPN Syariah pada periode 2012-2014 adalah sebesar 84.85%, sedangkan nilai tengahnya adalah sebesar 86.63%. Selanjutnya, nilai maksimum BOPO BTPN Syariah pada periode 2012-2014 adalah sebesar 158.13%, sedangkan nilai minimumnya adalah sebear 50.94%. WISMA BTPN Syariah memberikan pelayanan pembiayaan usaha mikro dalam bentuk wisma. Wisma merupakan titik pelayanan BTPN Syariah dalam menyalurkan pembiayaan mikro kepada masyarakat pra sejahtera. Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rataan variabel Wisma pada periode 2012-2014 adalah sebesar 879.33 wisma, sedangkan nilai tengahnya adalah sebesar 926 wisma. Jumlah wisma minimum pada periode 2012-2014 adalah sebesar 111, jumlah tersebut adalah jumlah pada bulan Januari 2012. Selanjutnya jumlah wisma maksimum adalah pada bulan November 2014, yaitu sejumlah 1555 wisma. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jangkauan Pembiayaan Mikro Syariah Jangkauan (outreach) lembaga keuangan syariah dalam melakukan pelayanan keuangan mikro kepada masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu keluasan jangkauan (breadth of outreach) dan kedalaman jangkauan (depth of outreach). Keluasan jangkauan diukur dari banyaknya masyarakat yang mendapatkan pembiayaan mikro dari lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaan mikro, dalam penelitian ini yaitu di BTPN Syariah. Kedalaman jangkauan diukur dari seberapa miskin nasabah yang mendapatkan pembiayaan, semakin miskin nasabah yang terjangkau, maka dianggap semakin dalam pula jangkauannya. Pada penelitian ini, tingkat kedalaman jangkauan diukur berdasarkan nilai rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah, semakin kecil nilai pembiayaannya, maka diasumsikan semakin miskin pula nasabah yang dapat terjangkau. Keluasan Jangkauan (Breadth of Outreach) Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda (Ordinary Least Squares) menggunakan software Eviews 6. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas, yaitu variabel CAR,
21 NPF, FDR, BOPO, Wisma, serta variabel total jumlah nasabah pada periode sebelumnya. Uji Asumsi Klasik Pada Persamaan I Untuk memastikan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Pengujian tersebut yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian pertama, yaitu uji normalitas terhadap residual model diperoleh bahwa nilai probabilitas Jarque Berra adalah sebesar 0.130603, lebih besar dari taraf nyata 10%, maka hal ini berarti asumsi residual model menyebar normal telah terpenuhi. Selanjutnya, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat hasil dari korelasi parsial antar peubah bebas. Pada hasil tersebut diperoleh bahwa nilai korelasi parsial antar peubah bebas lebih kecil dari R-squared sebesar 0.99. Berdasarkan uji Klein, jika nilai korelasi parsial antar peubah bebas lebih kecil dari nilai R-squared, maka model terbebas dari masalah multikolinearitas. Pengujian heteroskedastisitas pada model penelitian ini adalah dengan uji White. Berdasarkan uji White, diperoleh bahwa nilai probabilitas chi square adalah sebesar 0.2321, lebih besar dari taraf nyata 10%. Hal ini berarti model telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik terakhir pada penelitian ini adalah uji autokorelasi. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Pada pengujian tersebut diperoleh nilai probabilitas chi square sebesar 0.2398, lebih besar dari taraf nyata 10%. Maka hal ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada model. Dengan demikian, model regresi persamaan I pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Tabel 6 Model analisis regresi linear berganda terhadap total jumlah nasabah
Variabel CAR NPF FDR BOPO LOG(WISMA) LOG(NOC(-1)) C R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Keterangan:
Koefisien -0.000792 0.027837 0.001151 0.000336 0.171082 0.794546 1.520662 0.999480 0.999369 8977.340 0.000000
t-Statistik -2.747577 3.102607 1.739125 1.902439 5.670492 29.10917 8.777467
Probabilitas 0.0104** 0.0044* 0.0930*** 0.0674*** 0.0000* 0.0000 0.0000
*Signifikan pada taraf nyata 1% **Signifikan pada taraf nyata 5% ***Signifikan pada taraf nyata 10%
Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 99.9%. Hal ini berarti 99.9% keragaman pada variabel total jumlah nasabah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen pada model,
22 sedangkan sisa keragaman variabel total jumlah nasabah sebesar 0.1% diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model atau galat. Berdasarkan uji-F, nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar 0.000000. Nilai F-statistik pada model lebih kecil daripada taraf nyata 10%. Hal ini menunjukkan bahwa model yang digunakan telah mampu menjelaskan keragaman variabel jumlah total jumlah nasabah. Hasil dari persamaan regresi menunjukkan bahwa seluruh variabel independen telah mampu menjelaskan keragaman dari variabel total jumlah nasabah sebagai variabel dependen. Pengujian statistik-t pada taraf nyata sebesar 10% menunjukkan bahwa semua variabel independen, yaitu variabel CAR, NPF, FDR, BOPO, dan WISMA pada model berpengaruh signifikan terhadap besar kecilnya total jumlah nasabah pada BTPN Syariah. Hasil uji-t pada variabel CAR diperoleh t-hitung sebesar -2.747577 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0104, dimana nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5%, hal ini berarti variabel CAR berpengaruh signifikan terhadap variabel total jumlah nasabah. Variabel CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah total nasabah dengan nilai koefisien sebesar -0.000792, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 1% akan mampu menurunkan total jumlah nasabah pada BTPN Syariah sebesar 0.000792% dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel CAR berpengaruh positif terhadap keluasan jangkauan. Hal ini diduga disebabkan karena BTPN Syariah merupakan bank yang sebelumnya merupakan UUS BTPN dan mengalami perubahan status menjadi Bank Umum Syariah dengan tambahan modal dari hasil akuisisi Bank Sahabat Purbadanarta. Data pada bulan terakhir, yaitu Desember 2014, menunjukkan bahwa nilai CAR adalah sebesar 32.7% (Lampiran 1). Dengan demikian, BTPN Syariah masih memiliki idle asset yang besar menjangkau nasabah secara lebih luas. Hal ini berarti, semakin kecilnya idle asset yang ditunjukkan oleh semakin kecilnya rasio CAR, maka semakin meningkat pula jumlah nasabah yang mendapat pembiayaan, ceteris paribus. Hasil uji-t pada variabel NPF diperoleh t-hitung sebesar 3.102607 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0044, dimana nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata sebesar 1%, hal ini berarti variabel NPF berpengaruh signifikan terhadap variabel total jumlah nasabah. Variabel NPF berpengaruh positif terhadap jumlah total nasabah dengan nilai koefisien sebesar 0.027837, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan NPF sebesar 1% akan mampu meningkatkan total jumlah nasabah pada BTPN Syariah sebesar 0.027837% dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel NPF berpengaruh positif terhdap keluasan jangkauan. Diduga berarti semakin meningkatnya nilai NPF, maka semakin meningkat pula risiko bank dalam menjangkau pembiayaan mikro. Hasil uji-t pada variabel FDR diperoleh t-hitung sebesar 1.739125 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0930, dimana nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata sebesar 10%, hal ini berarti variabel FDR berpengaruh signifikan terhadap variabel total jumlah nasabah. Variabel FDR berpengaruh positif terhadap jumlah total nasabah dengan nilai koefisien sebesar 0.001151, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan FDR sebesar 1% akan mampu meningkatkan total jumlah nasabah pada BTPN Syariah sebesar 0.001151% dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel FDR
23 berpengaruh positif terhdap keluasan jangkauan. Diduga hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya umur bank syariah, maka penyaluran pembiayaan mikro cenderung untuk lebih menjangkau banyak nasabah dengan nominal pembiayaan yang lebih besar. Hasil uji-t pada variabel BOPO diperoleh t-hitung sebesar 1.902439. dengan nilai probabilitas sebesar 0.0674, dimana nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata sebesar 10%, hal ini berarti variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap variabel total jumlah nasabah. Variabel BOPO berpengaruh positif terhadap jumlah total nasabah dengan nilai koefisien sebesar 0.000336, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan BOPO sebesar 1% akan mampu meningkatkan total jumlah nasabah pada BTPN Syariah sebesar 0.000336% dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel BOPO berpengaruh positif terhdap keluasan jangkauan. Diduga hal ini berkaitan dengan semakin efisien biaya bank untuk beroperasi. Jika bank beroperasi dengan biaya yang efisien, maka bank akan lebih mampu menjangkau nasabah secara lebih luas. Hasil uji-t pada variabel WISMA diperoleh t-hitung sebesar 5.670492. dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari taraf nyata sebesar 1%, hal ini berarti variabel WISMA berpengaruh signifikan terhadap variabel total jumlah nasabah. Variabel WISMA berpengaruh positif terhadap jumlah total nasabah dengan nilai koefisien sebesar 0.171082, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan WISMA sebesar 1% akan mampu meningkatkan total jumlah nasabah pada BTPN Syariah sebesar 0.171082% dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel WISMA berpengaruh positif terhdap keluasan jangkauan. Hal ini diduga berkaitan dengan semakin mampunya wisma dan lokasi wisma dalam menjangkau banyak daerah untuk menjangkau nasabah secara lebih luas. Kedalaman Jangkauan (Depth of Outreach) Konsep kedalaman jangkauan adalah seberapa mampu lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaan mikro menjangkau dan memberdayakan nasabah-nasabah yang paling miskin diantara yang miskin. Variabel kedalaman jangkauan pada model ini diukur berdasarkan nilai rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah. Semakin kecil nilai pembiayaan yang disalurkan oleh BTPN Syariah, maka dianggap semakin dalam pula jangkauannya. Selain itu, semakin rendah rata-rata pembiayaan mikro yang diberikan, maka diharapkan dapat menjangkau nasabah lebih luas pula (breadth of outreach). Uji Asumsi Klasik Pada Persamaan II Untuk memastikan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Pengujian tersebut yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian pertama, yaitu uji normalitas terhadap residual model diperoleh bahwa nilai probabilitas Jarque Berra adalah sebesar 0.854230, lebih besar dari taraf nyata 10%, maka hal ini berarti asumsi residual model menyebar normal telah terpenuhi. Selanjutnya, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat hasil dari korelasi parsial antar peubah bebas. Pada hasil tersebut diperoleh bahwa nilai
24 korelasi parsial antar peubah bebas lebih kecil dari R-squared sebesar 0.99. Berdasarkan uji Klein, jika nilai korelasi parsial antar peubah bebas lebih kecil dari nilai R-squared, maka model terbebas dari masalah multikolinearitas. Pengujian heteroskedastisitas pada model penelitian ini adalah dengan uji White. Berdasarkan uji White, diperoleh bahwa nilai probabilitas chi square adalah sebesar 0.8033, lebih besar dari taraf nyata 10%. Hal ini berarti model telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik terakhir pada penelitian ini adalah uji autokorelasi. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Pada pengujian tersebut diperoleh nilai probabilitas chi square sebesar 0.1521, lebih besar dari taraf nyata 10%. Maka hal ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada model. Dengan demikian, model regresi persamaan II pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Pada Tabel 11 terlihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 99.5%. Dengan demikian berarti 99.5% keragaman pada variabel rata-rata pembiayaan mikro dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen pada model, sedangkan sisa keragaman variabel rata-rata pembiayaan mikro sebesar 0.5% diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model atau galat. Tabel 7 Model analisis regresi linear berganda terhadap rata-rata pembiayaan
Variabel CAR NPF FDR BOPO LOG(WISMA) LOG(AOF(-1)) C R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Keterangan:
Koefisien -0.000296 -0.001486 0.000144 -0.000103 -0.032861 1.060838 -0.631409 0.995579 0.994632 1050.950 0.000000
t-Statistik -1.996613 -0.236330 0.401631 -0.655632 -2.742204 22.08368 -1.022666
Probabilitas 0.0557** 0.8149 0.6910 0.5174 0.0105* 0.0000 0.3152
*Signifikan pada taraf nyata 5% **Signifikan pada taraf nyata 10%
Selanjutnya, berdasarkan uji-F, nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar 0.000000. Nilai F-statistik pada model lebih kecil daripada taraf nyata 10%. Hal ini menunjukkan bahwa model yang digunakan telah mampu menjelaskan keragaman variabel rata-rata pembiayaan mikro. Hasil dari persamaan regresi menunjukkan bahwa seluruh variabel independen telah mampu menjelaskan keragaman dari variabel rata-rata pembiayaan mikro sebagai variabel dependen. Pengujian statistik-t pada taraf nyata sebesar 5% dan 10% menunjukkan bahwa semua variabel independen, yaitu variabel CAR dan WISMA berpengaruh signifikan, sedangkan variabel NPF, FDR, BOPO pada model tidak berpengaruh signifikan terhadap besar kecilnya rata-rata pembiayaan mikro pada BTPN Syariah.
25 Hasil uji-t pada variabel CAR diperoleh t-hitung sebesar -1.996613 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0557, dimana nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata sebesar 10%, hal ini berarti variabel CAR berpengaruh signifikan terhadap variabel rata-rata pembiayaan mikro. Variabel CAR berpengaruh negatif terhadap rata-rata pembiayaan mikro dengan nilai koefisien sebesar -0.000296, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 1% akan mampu menurunkan rata-rata pembiayaan mikro pada BTPN Syariah sebesar 0.000296% dengan asumsi ceteris paribus. Nilai rata-rata pembiayaan mikro berbanding terbalik dengan kedalaman jangkauan. Dengan demikian, setiap kenaikan CAR sebesar 1% akan mampu meningkatkan kedalaman jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah sebesar 0.000296 % dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel CAR berpengaruh positif terhadap kedalaman jangkauan. Nilai CAR menunjukkan pula bahwa semakin tinggi nilai CAR, maka bank dianggap mampu mengelola risiko lebih besar dengan menyalurkan pembiayaan dengan nominal yang lebih kecil kepada masyarakat yang tergolong miskin. Hasil uji-t pada variabel NPF diperoleh t-hitung -0.236330 dengan nilai probabilitas sebesar 0.8149, dimana nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata 10%. Hal ini berarti variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah. Hasil uji-t pada variabel FDR diperoleh t-hitung 0.401631 dengan nilai probabilitas sebesar 0.6910, dimana nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata 10%. Hal ini berarti variabel FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah. Hasil uji-t pada variabel BOPO diperoleh t-hitung -0.655632 dengan nilai probabilitas sebesar 0.5174, dimana nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata 10%. Hal ini berarti variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap ratarata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah. Hasil uji-t pada variabel WISMA diperoleh t-hitung sebesar -2.742204 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0105, dimana nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5%, hal ini berarti variabel WISMA berpengaruh signifikan terhadap variabel rata-rata pembiayaan mikro. Variabel WISMA berpengaruh negatif terhadap rata-rata pembiayaan mikro dengan nilai koefisien -0.032861, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan WISMA sebesar 1% akan mampu menurunkan rata-rata pembiayaan mikro pada BTPN Syariah sebesar 0.032861% dengan asumsi ceteris paribus. Nilai rata-rata pembiayaan mikro berbanding terbalik dengan kedalaman jangkauan. Dengan demikian, setiap kenaikan WISMA sebesar 1% akan mampu meningkatkan kedalaman jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah sebesar 0.032861% dengan asumsi ceteris paribus. Temuan ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa variabel WISMA berpengaruh positif terhadap kedalaman jangkauan. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa variabel kantor cabang memiliki pengaruh yang negatif terhadap kedalaman jangkauan (Handayani dan Arsyad 2013). Diduga hal ini berkaitan dengan lokasi wisma BTPN Syariah terletak sebagian besar di daerah desa (rural), yang rata-rata penghasilan masyarakatnya lebih rendah dibandingkan di daerah kota (urban).
26
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat tren peningkatan jumlah nasabah pembiayaan mikro BTPN Syariah pada periode 2012-2014, hal ini berarti terdapat peningkatan tren keluasan jangkauan (breadth of outreach). Selain itu juga terdapat tren penurunan kedalaman jangkauan (depth of outreach), hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata pembiayaan mikro yang disalurkan oleh BTPN Syariah. 2. Seluruh faktor-faktor yang diteliti signifikan memengaruhi keluasan jangkauan pembiayaan mikro di BTPN Syariah. Faktor-faktor tersebut yaitu variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi), dan jumlah wisma (unit pelayanan keuangan mikro). 3. Dari lima variabel yang diteliti pengaruhnya terhadap kedalaman jangkauan, ada dua variabel yang mempengaruhi kedalaman jangkauan secara signifikan, yaitu variabel CAR dan wisma. Variabel NPF, FDR, dan BOPO tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedalaman jangkauan di BTPN Syariah. Saran 1.
2.
3.
4.
BTPN Syariah disarankan memperbanyak jumlah wisma, sebagai variabel paling signifikan, untuk menambah titik pelayanan untuk memperluas dan memperdalam jangkauan, yang dicerminkan dari besarnya nilai jumlah nasabah pembiayaan mikro maupun semakin kecilnya nilai rata-rata pembiayaan mikro. Data yang ada menunjukkan bahwa terdapat kenaikan nilai NPF seiring dengan meluasnya jangkauan pembiayaan mikro BTPN Syariah. BTPN Syariah diharapkan memperhatikan aspek kredibilitas nasabah pembiayaan agar pembiayaan yang diberikan memang menjadi produktif dan memperkecil peluang bertambahnya pembiayaan non lancar (NPF). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tren penurunan kedalaman jangkauan pada BTPN Syariah. Variabel-variabel yang dapat ditambahkan diantaranya adalah variabel umur lembaga keuangan tersebut, sektor pembiayaan, dan variabel-variabel lain yang dapat menjelaskan keragaman outreach secara lebih baik. Penelitian lebih lanjut dapat menggunakan data panel, dengan variabel rasio keuangan bank sebagai data time-series serta variabel cross-section seperti variabel daerah pembiayaan, sektor pembiayaan, dan variabel lainnya yang dapat menjelaskan keragaman jangkauan.
27
DAFTAR PUSTAKA Ahmed H. 2002. Financing Microenterprises: An Analytical Study of Islamic Microfinance Institutions. Jurnal Islamic Economic Studies Vol 9 No. 2 Maret 2002. Antonio, M. Syafii. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani. [BI] Bank Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. [Internet diunduh 2015 Januari 9]. Tersedia pada: http:// www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008 UMKM.pdf. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2014. [Internet diunduh 2015 April 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_23_1.xls. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 – 2014. [Internet diunduh 2015 April 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_06_4.xls. [BTPNS] BTPN Syariah. 2014. Profil BTPN Syariah. [Internet dilihat 2015 Maret 22]. Tersedia pada: https://www.btpnsyariah.com/tentang-kami/profil. [BTPNS] BTPN Syariah. 2014. Visi, Misi, dan Nilai BTPN Syariah. [Internet dilihat 2015 Maret 22]. Tersedia pada: https://www.btpnsyariah.com/tentang-kami/visi-misi-dan-nilai Cokro W.M., Ismail A.G. 2008. Sustainability of BMT Financing for Developing Micro-enterprises. [Internet diunduh 2014 Desember 10]. Tersedia pada: http://mpra.ub.uni-muenchen.de/7434/1/MPRA_paper_7434.pdf Conning, J. (1999). "Outreach, sustainability and leverage in monitored and peermonitored lending." Journal of Development Economics 60, 51-77. Effendi J. 2013. The Role of Islamic Microfinance in Poverty Alleviation and Environment Awareness in Pasuruan, East Java, Indonesia: A Comparative Study. [Internet diunduh 2014 Desember 1] Tersedia pada: http://webdoc.sub.gwdg.de/univerlag/2013/effendi.pdf Fauzi A. 2014. Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode tahun 2011-2013 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Ke-5. Halim DA, editor. Jakarta: Salemba Empat. Handayani P., Arsyad L. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kedalaman Jangkauan (Depth of Outreach) Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Sleman. KINERJA Volume 17 No.2 Tahun 2013 Hlm. 174-187. Hasibuan, Malayu. 2007. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Karim N., Tarazi M., Reille X. 2008. Islamic Microfinance: An Emerging Market Niche (2008). CGAP Focus Note No. 49. [Internet diunduh 2014 Desember 9]. Tersedia pada: https://www.cgap.org/sites/default/files/CGAP-FocusNote-Islamic-Microfinance-An-Emerging-Market-Niche-Aug-2008.pdf Khan, Ajaz A. 2008. Islamic Microfinance: Theory, Policy and Practice. [Internet diunduh 2015 Maret 16]. Tersedia pada:
28 http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.131.214&rep=rep 1&type=pdf [KEMENKOP] Kementerian Koperasi dan UKM. 2014. Sandingan Data UMKM 2011-2012 [Internet diunduh 2014 Desember 9]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/phocadownload/data_umkm/sandingan_data_umk m_2011-2012-new.pdf Koch T.W., Macdonald S.S. 2003. Bank Management. 5th ed. Mason: South Western, Thomson Learning. Ledgerwood, Joanna. 1999. Microfinance Handbook: An Institutional and Financial Perspective (Sustainable Banking with The Poor). Washington DC: The World Bank. Masyita D., Ahmed H. 2011. Why is Growth of Islamic Microfinance Lower than Conventional? A Comparative Study of the Preferences and Perceptions of the Clients of Islamic and Conventional Microfinance Institutions’ in Indonesia. [Internet diunduh 2014 Desember 10]. Tersedia pada: http://www.iefpedia.com/english/wp-content/uploads/2011/12/DianMasyita.pdf [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2012. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 [Internet diunduh 2015 Januari 6]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id/dl.php?i=1370. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2012. Peraturan Bank Indonesia Nomor [Internet diunduh 2015 Maret 28]. Tersedia pada: 14/20/PBI/2012 http://www.ojk.go.id/dl.php?i=1371. [OJK]. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Statistik Perbankan Syariah Januari 2015. [Internet diunduh 2015 Maret 31]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id/dl.php?i=4188 Osotimehin, Jegede, dan Akinlabi. 2011. Determinants of Microfinance Outreach in South-Western Nigeria: An Empirical Analysis. Interdisclipnary Journal of Contemporary Research In Business Vol. 3 No. 8 December 2011. Polanco, F.P. 2005. Commercializing Microfinance and Deepening Outreach: Empirical Evidence from Latin America. Journal of Microfinance, Vol 7 pp. 47-69. Saad NM. 2012. Microfinance and Prospect for Islamic Microfinance Products: The Case of Amanah Ikhtiar Malaysia. Advances in Asian Social Science 27 Vol. 1 No. 1 March 2012. United States Schreiner, Mark. 2001. Seven Aspects of Loan Size. Journal of Microfinance, Vol. 3 (2), pp. 27-38 _____________. 2002. Aspects of Outreach: A Framework for the Discussion of the Social Benefits of Microfinance. [Internet diunduh pada 2015 April 15]. Tersedia pada: http://www.microfinance.com/English/Papers/ Aspects_of_Outreach.pdf Subagyo A., Purnomo B. 2009. Account Officer for Commercial Microfinance. Jogjakarta: Graha Ilmu. [World Bank]. 2007. "Uganda: Moving Beyond Recovery: Investment and Behaviour Change for Growth. Country Economic memorandum: Summary and Recommendations. The World Bank: Washington D.C.
29 Zeller M, Meyer RL. 2002. The Triangle of Microfinance: Financial Sustainability, Outreach, and Impact. London (GB): The Johns Hopkins University Pr. Zeller, M. and Johannsen, J. 2006. “Is There a Difference in Poverty Outreach by Type of Microfinance Institution? The Case of Peru and Bangladesh”, Paper, Presented at the Global Conference on Access to Finance: Building Inclusive Financial Systems, organized as part of the annual conference series of The World Bank and the Brookings Institution in Washington, D.C., May 30 and 31, 2006.
30
LAMPIRAN
AOF
Lampiran 1 Data Laporan Keuangan BTPN Syariah dan Nilai Logaritma Variabel CAR NPF FDR BOPO WIS Log Log(AO CAR NPF FDR (%) (%) (%) (%) MA (NOC) F)
BOPO
Log (WISMA)
7501 3 Feb 8829 -12 5 Ma 1063 r41
14168 13.1 14577 62.2 15478 48.7
0.77 355 0.80 963 0.66 299
0.01747 5255 0.00668 5569 0.00172 7861
0.85990 8399 0.94296 2214 0.81022 9128
1.58131 8119 1.21800 5233 1.11663 6882
111
1284 14 1636 62
16116 58.6 16387 26.1
0.68 291 0.66 106
0.01134 7987 0.01346 7565
0.87189 3481 0.87168 0207
1.06257 471 1.04243 6935
268
2017 41 Jul- 2481 12 07 Au 2731 g44
16562 24.6 16822 48.8 16893 95.4
1.09 047 1.02 683 0.83 397
0.01544 1026 0.01549 1051 0.01359 0519
0.82280 7266 0.91571 7589 0.80056 3891
1.02993 0797 1.01947 873 1.01399 0744
459
2982 91 3387
16873 58.5 16912
0.77 391 0.73
0.00045 2046 0.00052
0.77886 9396 0.88794
0.95628 2341 0.94680
622
NOC
Jan -12
12 Apr -12 Ma y12 Jun -12
12 Sep -12 Oct
140 198
351
506 559
662
4.87513 6535 4.94593 6111 5.02670 074
6.15131 2559 6.16368 6676 6.18972 8518
77.3548 5756 80.9630 6033 66.2990 4455
1.74752 5549 0.66855 6941 0.17278 6113
85.9908 3987 94.2962 2136 81.0229 1279
158.131 8119 121.800 5233 111.663 6882
2.04532 2979 2.14612 8036 2.29666 519
5.10861 2374 5.21394 7854
6.20727 3063 6.21450 6361
68.2911 6837 66.1063 0336
1.13479 8706 1.34675 6505
87.1893 4809 87.1680 207
106.257 471 104.243 6935
2.42813 4794 2.54530 7116
5.30479 4169 5.39463 9017 5.43639 1665
6.21911 9222 6.22589 0239 6.22773 1319
109.047 2331 102.682 6142 83.3974 7471
1.54410 2567 1.54910 5117 1.35905 1947
82.2807 2662 91.5717 5889 80.0563 8905
102.993 0797 101.947 873 101.399 0744
2.66181 2686 2.70415 0517 2.74741 1808
5.47464 015 5.52981
6.22720 7362 6.22821
77.3911 3652 73.0103
0.04520 4622 0.05247
77.8869 3956 88.7943
95.6282 3415 94.6800
2.79379 0385 2.82085
31
-12
00 3752 53
91 16862 27
01 0.68 427
4738 0.00056 8282
3797 0.81788 5364
0262 0.93821 6135
4090 84 Jan 4344 -13 09 Feb 4641 -13 28 Ma 4963 r71
16904 46.4 16766 18.2 16863 62.6 17222 39.7
0.64 535 0.57 464 0.47 633 0.35 642
0.00050 1314 0.00226 7623 0.00097 8877 0.00202 1214
0.84683 9717 0.92157 2651 0.93819 9304 0.87756 0689
0.90972 2985 0.50938 2084 0.64441 3857 0.68280 4648
702
5293 62 5631 26
17577 75.8 18065 10.2
0.40 014 0.24 899
0.00220 3826 0.00187 6266
0.91654 0555 0.87194 0061
0.64088 5118 0.62250 4076
768
5930 79 Jul- 6394 13 22 Au 6503 g04
18733 47.9 19415 02.6 19514 11.1
0.46 164 0.54 675 0.66 84
0.00241 7576 0.00229 3778 0.00264 0566
0.91224 5554 0.96863 0402 0.95272 1305
0.63230 366 0.61219 4035 0.59538 0482
861
6842 46 7252 43
19753 20.7 20184 30.5
0.48 345 0.67 95
0.00300 4855 0.00348 7802
0.92022 6757 1.01400 7104
0.58467 7186 0.59964 0611
1024
No v12 Dec -12
13 Apr -13 Ma y13 Jun -13
13 Sep -13 Oct -13
672
726 742 761
789
991 1006
1055
5197 5.57432 4173
8339 6.22691 6037
785 68.4272 3731
381 0.05682 8228
7971 81.7885 3639
2621 93.8216 1346
7989 2.82736 9273
5.61181 2494 5.63789 8814 5.66663 7769 5.69580 64
6.22800 1416 6.22443 4173 6.22695 0949 6.23609 3605
64.5354 354 57.4639 0983 47.6328 2185 35.6423 1287
0.05013 1368 0.22676 2284 0.09788 7655 0.20212 1386
84.6839 7174 92.1572 651 93.8199 3043 87.7560 6886
90.9722 9853 50.9382 0836 64.4413 8566 68.2804 6483
2.84633 7112 2.86093 6621 2.87040 3905 2.88138 4657
5.72375 2762 5.75060 558
6.24496 3492 6.25684 0428
40.0141 1514 24.8988 1723
0.22038 2585 0.18762 6645
91.6540 5547 87.1940 0608
64.0885 118 62.2504 0765
2.88536 122 2.89707 7003
5.77311 2547 5.80578 7575 5.81311 6425
6.27261 8435 6.28813 7987 6.29034 8774
46.1644 1136 54.6745 6256 66.8400 1759
0.24175 765 0.22937 7798 0.26405 662
91.2245 5543 96.8630 402 95.2721 3046
63.2303 6603 61.2194 0352 59.5380 4816
2.93500 3151 2.99607 3654 3.00259 7981
5.83521 2267 5.86048 3546
6.29563 7625 6.30501 3807
48.3453 3421 67.9497 1494
0.30048 5485 0.34878 0197
92.0226 7567 101.400 7104
58.4677 186 59.9640 611
3.01029 9957 3.02325 246
32
No v13 Dec -13
7710 56
20521 32.5
0.43 145
0.00390 7332
0.88676 9254
0.60829 0704
1107
5.88708 5921
6.31220 5406
43.1447 6569
0.39073 3208
88.6769 2538
60.8290 704
3.04414 7621
8363 18 Jan 8865 -14 92 Feb 9363 -14 04 Ma 9858 r19
20885 03.4 21016 51.3 21517 81.1 21994 81
0.20 031 0.27 502 0.27 895 0.22 296
0.00411 1725 0.004
0.86730 388 1.01637 0441 1.00400 843 0.95659 7393
0.62066 3422 0.97317 6565 0.97944 8257 0.95954 8046
1174
5.92237 1444 5.94772 3808 5.97141 6879 5.99379 7184
6.31983 5188 6.32256 0662 6.33279 8086 6.34232 0211
20.0309 3403 27.5019 8145 27.8945 1098 22.2961 5012
0.41117 2541 0.4
86.7303 8801 101.637 0441 100.400 843 95.6597 3927
62.0663 4217 97.3176 5652 97.9448 2572 95.9548 0462
3.06966 8097 3.07298 4745 3.07700 4327 3.08778 1418
1029 239 1075 823
22491 16.5 23043 69.4
0.21 878 0.23 502
0.006
0.93747 4826 0.98098 5523
0.93963 694 0.91064 366
1226
6.01251 6234 6.03174 0825
6.35201 196 6.36255 2096
21.8784 1292 23.5022 1553
0.6
93.7474 826 98.0985 5228
93.9636 9398 91.0643 66
3.08849 047 3.10482 8404
1128 860 Jul- 1184 14 131 Au 1201 g482
23549 37.9 23787 24.8 23867 10.3
0.23 019 0.34 07 0.34 3
0.0068
0.99143 3118 0.92905 5105 1.02469 8827
0.88500 7533 0.68722 9016 0.72705 8256
1280
6.05264 0085 6.07339 9751 6.07971 7269
6.37197 9459 6.37634 4204 6.37779 9714
23.0192 9338 34.07
0.68
34.3
1.5
99.1433 1185 92.9055 1052 102.469 8827
88.5007 5327 68.7229 0163 72.7058 2558
3.10720 997 3.11561 0512 3.12936 7596
1227 601 1258 125 1279 432
24138 34.3 24650 01.3 25056 90.7
0.35 806 0.35 6 0.34 431
0.0107
0.81756 7829 0.88921 0734 0.91222 8089
0.79880 8511 0.80852 528 0.83957 6244
1422
6.08905 7234 6.09972 3792 6.10701 7209
6.38270 745 6.39181 715 6.39892 7453
35.8057 6637 35.6002 4166 34.4309 1444
1.07
81.7567 8293 88.9210 7339 91.2228 0891
79.8808 5111 80.8525 2801 83.9576 244
3.15289 9596 3.17231 0969 3.19173 0393
14 Apr -14 Ma y14 Jun -14
14 Sep -14 Oct -14 No v-
0.005 0.0053
0.0065
0.011 0.015
0.0112 0.0112
1183 1194 1224
1273
1305 1347
1487 1555
0.5 0.53
0.65
1.1
1.12 1.12
33
14 Dec -14
1311 831
25605 93.4
0.32 664
0.01322 1811
0.93968 4558
0.84751 1469
1554
6.11787 789
6.40834 0617
32.6642 1089
1.32218 1125
93.9684 5585
84.7511 4688
3.19145 1014
34
Lampiran 2 Statistik Deskriptif Data Keuangan BTPN Syariah 2012-2014 NOC AOF CAR NPF FDR BOPO Mean 655 510 1 946 612 51 1 91 85 Median 616 251 1 907 425 47 0 91 87 Maximum 1 311 831 2 560 593 109 2 102 158 Minimum 75 013 1 416 813 20 0 78 51 Std. Dev. 393 748 326 630 24 1 6 22 Skewness 0.18399 0.33697 0.56709 0.60066 0.04029 0.85701 Kurtosis 1.76323 1.86548 2.48754 1.94695 2.28239 4.33179 Jarque-Bera 2.49752 2.61200 2.32343 3.82809 0.78218 7.06727 Probability 0.28686 0.27090 0.31295 0.14748 0.67632 0.02920 Sum 1843 23 3 267 3 054 23 598 348 70 078 048 Observations
36
36
36
36
36
WISMA 897 926 1555 111 409 -0.24593 2.10363 1.56810 0.45655 32 304
36
36
Lampiran 3 Model Regresi Jumlah Nasabah Pembiayaan Dependent Variable: LOG(NOC) Method: Least Squares Date: 03/10/15 Time: 14:54 Sample (adjusted): 2 36 Included observations: 35 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
CAR NPF FDR BOPO LOG(WISMA) LOG(NOC(-1)) C
-0.000792 0.027837 0.001151 0.000336 0.171082 0.794546 1.520662
0.000288 0.008972 0.000662 0.000176 0.030171 0.027295 0.173246
-2.747577 3.102607 1.739125 1.902439 5.670492 29.10917 8.777467
0.0104 0.0044 0.0930 0.0674 0.0000 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.999480 0.999369 0.018954 0.010060 93.04233 8977.340 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
13.19514 0.754628 -4.916705 -4.605635 -4.809324 2.045812
35 Lampiran 4 Uji Normalitas Persamaan I
Lampiran 5 Uji Multikolinearitas Persamaan I CAR CAR NPF FDR BOPO WISMA
1 0.217128 -0.454338 0.408977 -0.754339
NPF FDR BOPO WISMA 0.217128 -0.454338 0.408977 -0.75434 1 -0.030108 0.473553 0.005976 -0.030108 1 -0.26708 0.484654 0.473553 -0.267075 1 -0.51139 0.005976 0.484654 -0.51139 1
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas Persamaan I Heteroskedasticity Test: White F-statistic 6.602542 Obs*R-squared 33.44155 Scaled explained SS 30.89662
Prob. F(26,8) Prob. Chi-Square(26) Prob. Chi-Square(26)
0.0046 0.1497 0.2321
Lampiran 7 Uji Autokorelasi Persamaan I Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.154916
Prob. F(2,26)
0.3307
0.2398 L a mpiran 8 Model Regresi Rata-rata Pembiayaan 2.855691
Prob. Chi-Square(2)
36 Dependent Variable: LOG(AOF) Method: Least Squares Date: 03/10/15 Time: 15:05 Sample (adjusted): 2 36 Included observations: 35 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
CAR NPF FDR BOPO LOG(WISMA) LOG(AOF(-1)) C
-0.000296 -0.001486 0.000144 -0.000103 -0.032861 1.060838 -0.631409
0.000148 0.006286 0.000358 0.000157 0.011983 0.048037 0.617415
-1.996613 -0.236330 0.401631 -0.655632 -2.742204 22.08368 -1.022666
0.0557 0.8149 0.6910 0.5174 0.0105 0.0000 0.3152
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.995579 0.994632 0.011737 0.003857 109.8162 1050.950 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
14.47678 0.160200 -5.875209 -5.564139 -5.767828 1.375004
37 Lampiran 9 Uji Normalitas Persamaan II
CAR NPF FDR BOPO WISMA
Lampiran 10 Uji Multikolinearitas Persamaan II CAR NPF FDR BOPO WISMA 1 0.217128 -0.454338 0.408977 -0.75434 0.217128 1 -0.030108 0.473553 0.005976 -0.454338 -0.030108 1 -0.26708 0.484654 0.408977 0.473553 -0.267075 1 -0.51139 -0.754339 0.005976 0.484654 -0.51139 1
Lampiran 11 Uji Heteroskedastisitas Persamaan II Heteroskedasticity Test: White F-statistic
2.081644
Prob. F(26,8)
0.1412
Obs*R-squared
30.49279
Prob. Chi-Square(26)
0.2477
Scaled explained SS
19.74932
Prob. Chi-Square(26)
0.8033
Lampiran 12 Uji Autokorelasi Persamaan II Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.567867 Prob. F(2,26) Obs*R-squared 3.766876 Prob. Chi-Square(2)
0.2276 0.1521
38
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ramadhian, lahir di Kota Bogor pada tanggal 19 Februari 1994. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ir. Kurnia Abadi dan Dewi Kartika Sari. Masa sekolah dasar penulis adalah di SDN Bogor Baru, dilanjutkan dengan SMPN 2 Bogor, kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMAN 7 Bogor. Penulis terdaftar mahasiswi ekonomi syariah IPB pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan. Semasa masa perkuliahan penulis aktif di divisi eksternal SES-C (Sharia Economics Student Club) periode kepengurusan 2013 dan 2014. Penulis pernah menjadi Ketua Panitia The 3rd SEE 2014, Sekretaris The 2nd SEE 2013, serta staff beberapa divisi kepanitian. Selain itu, pada semester 3 penulis pernah mengikuti kegiatan FEM Ambassador 2012 sebagai finalis. Penulis juga aktif di Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam Jabodetabek (FoSSEI Jabodetabek) pada divisi penelitian dan pengembangan periode 2013-2014. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Sosiologi Umum pada semester 5 sampai dengan semester 7.