ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI JAGUNG DIKAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) RASAU JAYA KOMPLEKS Rahmatullah Rizieq1 ABSTRACT: The aim of this research is to analyze the efficiency of Corn Production. Cobb-Douglas production function exhibited in this research. To estimate the Cobb-Douglas production frontier, the linear programing method was used. Data attained from “KUAT” Rasau Jaya Complex. There were 46 farmers as sample for this research. The results of regression analysis are: (1) Labor; (2) Shield; (3) KCL and (4) Pesticides have positive impact to Corn Production.
Pengukuruan efisiensi melalui pendekatan produksi frontier sudah dikembangkan oleh Farrell, yang kemudian dilanjutkan oleh Aigner dan Chu (1968). Model ini lebih jauh dikembangkan oleh Aigner, Lovell dan Schmidt (1977), Meeusen dan Van den Broeck (1977) dan Forsund, (1974). Beberapa penelitian tentang efisiensi telah dilakukan juga oleh Goring (1998), Suharsono (1995), Rizieq (2000) dan Kompas (2004). Meskipun menggunakan alat analisa yang berbeda-beda tetapi tetap menggunakan perbandingan antara produksi sebenarnya dan produksi frontier sebagai indikator efisiensi. Efisiensi merupakan salah satu ukuran kinerja dari suatu kegiatan produksi. Secara konseptual ada dua macam efisiensi. Pertama efisiensi teknis, yaitu besaran yang menunjukkan perbandingan secara teknis antara produksi sebenarnya dengan produksi maksimum yang mampu dicapai. Kedua, efisiensi harga (efisiensi alokatif), dimana komponen harga telah dimasukkan sebagai penentu efisiensi. Dengan masukkannya komponen harga ini maka jelas telah merupakan masalah ekonomi yang disebut dengan efisiensi ekonomi atau efisiensi relatif. Dalam kegiatan usahatani, analisis efisiensi diperlukan untuk pertimbangkan melakukan dalam pengembangan kegiatan petani. Analisis efisiensi diperlukan untuk menggambarkan seberapa tinggi produksi maksimal yang dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki petani. Penggunaan sumberdaya secara optimal sangat penting bagi petani karena keterbatasan kepemilikan sumberdaya tersebut. Pemanfaatan
1
Dr. Ir. Rahmatullah Rizieq adalah dosen Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti. Ir. Eddy Syarfril Hayat, MP adalah dosen Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak 9
10
Jurnal Agrosains, Volume 5, No 2 Oktober 2008
sumberdaya secara optimal jika diikuti oleh alokasinya keusahatani lain untuk diversifikasi akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Tujuan akhir utama pembangunan pertanian ialah meningkatkan kesejahteraan petani dan penduduk pedesaan secara khusus serta seluruh rakyat Indonesia secara umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah harus menyusun kebijakan pertanian yang tepat. Pemerintah provinsi Kalimantan Barat telah membuat suatu kebijakan pertanian lewat program model pengembangan kawasan berbasis agribisnis, dengan penerapan teknologi pertanian yang efisien yang disebut dengan pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT). Tujuan program pengembangan KUAT ini adalah mencapai pendapatan petani rata-rata sebesar USD 1.000/kapita/tahun. Dasar hukum dari pengembangan KUAT ini adalah SK Gubernur No.436 tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu Provinsi Kalimantan Barat. Pemerintah provinsi Kalimantan Barat telah mencanangkan 12 KUAT pada 11 Kabupaten Kota. KUAT tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Lima kawasan yang sudah lebih dahulu ditetapkan sebagai KUAT adalah: (1) KUAT Sungai Kakap dengan luar areal 17.350 ha, dengan basis komoditinya padi; (2) KUAT Merowi seluas 21.585 ha, dengan basis komoditinya padi; (3) KUAT Sanggau Ledo seluas 64.086 ha, dengan basis komoditinya jagung; (4) KUAT Singkawang seluas 6.784 ha, dengan basis komoditinya jagung; dan (5) KUAT Rasau Jaya seluas 894 ha, dengan basis komoditinya jagung. Dalam pencapaian usaha tersebut maka luas lahan, tenaga kerja, modal dan bagaimana manajemen atau pengelolaannya merupakan faktor terpenting karena sangat mempengaruhi jumlah produksi jagung yang pada akhirnya juga akan berpengaruh pada meningkatnya pendapatan petani. Sasaran dan realisasi produktivitas dan produksi jagung di Kalimantan Barat pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Realisasi Produktivitas dan Produksi Jagung di Kalimantan Barat Tahun 2006 No
Uraian
Realisasi
1 Luas panen ( ha) 49.213 2 Produktivitas ( kw ) 30.48 3 Produksi ( ton ) 150.000 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2006
Pencapaian (%) 77 93 85
Pada tahun 2006 realisasi yang dapat dicapai yaitu dengan jumlah produktivitas mencapai 30,48 kw/ha, luas panen mencapai 49.213 ha dan produksi mencapai 150.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus
Rahmatullah Rizieq, Analisis Efisiensi Produksi ............
11
meningkat, upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar hingga terwujudnya swasembada jagung. Berdasarkan pengamatan ternyata usahatani jagung di daerah Rasau Jaya Komplek menghadapi masalah yang mempengaruhi rendahnya produksi petani. Produksi dari tanaman jagung di daerah Rasau Jaya Komplek masih rendah yaitu 5.036 ton dengan luas panen 2.777 ha ( pada tahun 2005 ) jika dibandingkan dengan target atau sasaran pemerintah propinsi Kalimantan Barat tahun 2005 yaitu 14.250 Ton dengan luas panen 4.750 ha. Penggunaan luas lahan, benih, pupuk dan pestisida merupakan sarana produksi yang paling utama diefisiensikan penggunaan dan penerapannya. Penggunaan dan penerapan faktor-faktor produksi diatas belum dilaksanakan oleh petani jagung di Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Rasau Jaya Kompleks secara efisien sehingga berpengaruh besar terhadap sasaran produksi yang ditargetkan oleh pemerintah. Adapun rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan di Rasau Jaya Kompleks adalah 693 ha, benih 20 kg/ha, pupuk urea 230 kg/ha, pupuk TSP 100 kg/ha, pupuk KCI 80 kg/ha dan pestisida 4 lt/ha. Penggunaan dan penerapan faktor-faktor produksi yang dianjurkan oleh pemerintah adalah luas lahan 1187,5 ha, benih 30 kg/ha, pupuk Urea 435 kg/ha, TSP 335 Kg/ha, KCl 250 kg/ha dan pestisida adalah 20 lt/ha. Selain hal diatas faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor tenaga kerja untuk itu petani di Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Rasau Jaya Kompleks diharapkan lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK), sehingga pada masa mendatang petani di Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Rasau Jaya Komplek dapat memenuhi sasaran produksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Rasau Jaya Kompleks Dari hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan suatu masukkan bagi petani, mengenai faktor-faktor apa saja yang penggunaannya belum efisien sehingga dengan hasil analisis ini petani akhirya dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi yang belum efisien tersebut dalam upaya meningkatkan produksi pada tahun mendatang. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Rasau Jaya III Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Pontianak. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh ditetapkan secara sengaja atau purposive sampling dengan kelompok tani lanjut sebagai contoh. Jumlah sampel yang akan diambil ( n ) adalah 46 orang, 10% dari jumlah petani ( N ). Untuk menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi produksi jagung, digunakan fungsi produksi Cobb-Douglash. Fungsi produksi tersebut diestimasi
12
Jurnal Agrosains, Volume 5, No 2 Oktober 2008
dengan menggunakan model Regresi Linier Berganda (Ramunathan, sebagai berikut :
1994)
(1) dimana : i adalah banyaknya petani contoh (46 orang); Q adalah produksi (Kg); X1 adalah luas lahan (ha); X2 adalah tenaga kerja (HOK); X3 adalah benih (Kg); X4 adalah Pupuk Urea (Kg); X5 adalah pupuk TSP (Kg); X6 adalah pupuk KCI (kg); X7 adalah pestisida (lt); dan µ adalah variabel pengganggu. Efisiensi produksi dapat dihitung sebagai berikut (Forsund, 1974, Rizieq, 2000): (2) Dengan mengambil antilognya diperoleh: (3) Indeks efisiensi tehnis untuk setiap observasi adalah: (4) Kurva produksi frontier diestimasi sebagai berikut: (5) Dimana = log (produksi) , = log Sedangkan kurva aktualnya adalah:
(input-input) dan
= koefisien
(6) Karena
merupakan fungsi frontier maka oleh karenanya , maka . Untuk mendapatkan kura produksi frontier digunakan metode linear programing, yaitu dengan memaksimumkan dengan kendala . Atau bisa juga dengan dualitynya, yaitu meminimumkan dengan kendala , atau lebih lengkapnya meminimumkan . Karena nilai adalah konstant dan didekati dengan nilai meannya, maka analisis menjadi meminimumkan dengan kendala . Hasil dan Pembahasan Analisis Regresi. Sebelum menganalisis lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, terlebih dahulu akan diuji terlebih dahulu apakah model di atas terbebas dari pelanggaran asumsi regresi linier klasik.
Rahmatullah Rizieq, Analisis Efisiensi Produksi ............
13
Asumsi regresi linear klasik mensyaratkan model bebas dari multikolinearitas, simultanius bias, autokorelasi dan heterokedastisitas. Ada tidaknya multikolinearitas di dalam model dapat dilihat dari koefisien korelasi antar variabel bebas. Koefisien korelasi antar variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 tidak ditemukan korelasi yang besar antar variabelvariabel bebas. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model. Jika terdapat simultanius bias di dalam model, maka model harus diestimasi dengan menggunakan metode ”Two Stage Least Square” Ada tidaknya simultanius bias di dalam model dapat dilihat dari koefisien korelasi antar variabel bebas dengan variabel pengganggu. Koefisien korelasi antar variabel bebas dengan variabel pengganggu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Koefisien Korelasi Antar Variabel Bebas Ln X1 Ln X2 Ln X3 Ln X4 Ln X5 Ln X6 Ln X7 Ln X1 1 Ln X2 0.53 1 Ln X3 0.67 0.53 1 Ln X4 0.63 0.61 0.67 1 Ln X5 0.53 0.48 0.54 0.69 1 Ln X6 0.66 0.50 0.60 0.77 0.76 1 Ln X7 0.58 0.47 0.58 0.63 0.55 0.56 1 µ 0 0 0 0 0 0 0 Sumber: Pengolahan data primer, 2008
µ
1
Dari Tabel 2 tidak ada korelasi antara variabel-variabel bebas dengan variabel pengganggu. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat simultanius bias dalam model, sehinnga model dapat dianalisis dengan menggunakan metode “Ordinary least square”. Pelanggaran autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (D.W) dari hasil pengolahan data. Nilai DW adalah sebesar 1,29501. Nilai P-value uji autokorelasi positif dan negatif masing-masing adalah sebesar 0,009282 dan 0,990718. Pada tingkat kesalahan α=5 persen, maka dapat dikatakan terjadi autokorelasi negatif dalam model di atas. Pelanggaran asumsi homoskedastisitas dideteksi dengan menggunakan Uji White. Tabel 3 menunjukkan hasil Uji White. Tabel 3. Hasil Uji White Variabel P – Value untuk χ2
Nilai 0,48210
Jurnal Agrosains, Volume 5, No 2 Oktober 2008
14
DF 35 Χ2df (0,05) 34,708 Sumber : Pengolahan data primer, 2008 Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa nilai p-value untuk χ2 lebih besar dari α = 5 %, maka dapat dikatakan bahwa model diatas memenuhi asumsi homoskedastisitas. Untuk mengatasi pelanggaran autokorelasi digunakan metode ”Cochrane-Orcutt Iterative Estimation”. Estimasi terhadap fungsi produksi jagung memberikan hasil sebagai berikut: R2 = 0,8115 (7) Nilai R2 sebesar 0,8115 menunjukkan bahwa variasi produksi jagung 81,15% dijelaskan oleh variabel-variabel luas lahan, tenaga kerja, benih, Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl, dan pestisida. Sedangkan 18,85 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya estimasi model tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Jagung Varibel
Koefisien
t-hitung
P-value
Luas Lahan (X1)
-0,13928
-1,078
0,288
Tenaga Kerja (X2)
0,18241
1,788
0,082
Benih (X3)
0,39398
3,204
0,003
Pupuk Urea (X4)
0,10739
0,995
0,326
Pupuk TSP (X5)
-0,03766
-0,378
0,707
Pupuk KCl (X6)
0,39781
3,595
0,001
Pestisida (X7)
0,29425
2,796
0,008
Konstan
3,3423
6,094
0,000
Sumber: Pengolahan data primer, 2008. Keterangan: α = 10% Tabel 4 di atas memperlihatkah bahwa faktor-faktor produksi jagung yang berpengaruh signifikan terhadap produksi jagung adalah: Tenaga Kerja,
Rahmatullah Rizieq, Analisis Efisiensi Produksi ............
15
Benih, Pupuk KCL dan Pestisida. Sedangkan luas lahan, pupuk urea dan pupuk TSP tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi Jagung. Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,18241, artinya jika jumlah tenaga kerja yang dicurahkan pada usaha jagung naik 1 persen maka produksi jagung akan naik sebesar 0,18241 persen. Koefisien regresi benih jagung adalah sebesar 0,39398, artinya jika jumlah benih yang digunakan pada usaha jagung naik 1 persen maka produksi jagung akan naik sebesar 0,39398 persen. Koefisien regresi pupuk KCL adalah sebesar 0,39781, artinya jika jumlah pupuk KCL yang diberikan pada usaha jagung naik 1 persen maka produksi jagung akan naik sebesar 0,39781 persen. Koefisien regresi pestisida adalah sebesar 0,29425, artinya jika jumlah pestisida yang diberikan pada usaha jagung naik 1 persen maka produksi jagung akan naik sebesar 0,29425 persen. Sementara untuk koefesien luas lahan (X1), pupuk TSP (X4) dan tenaga kerja (X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi (Y). Hal ini disebabkan karena petani responden belum efisien dalam penggunaan faktorfaktor produksi, ketidak efisienan tersebut dapat dilihat dari penggunaan luas lahan dalam berusahatani. Rata-rata petani responden hanya menggunakan 1,14 ha. Sebanyak 76,1% petani responden hanya menggunakan lahan ≤ 1ha untuk berusahatani jagung, sementara pemerintah menyarankan luas lahan + 2 ha/KK. Rata-rata penggunaan pupuk TSP oleh petani hanya 80,98 kg/ha. Rata-rata penggunaan pupuk TSP ini sangat jauh dari standar penggunaan pupuk TSP untuk luas lahan 1 ha, yaitu 335 kg. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan pupuk TSP(X4) juga tidak signifikan terhadap produksi jagung. Rata-rata penggunaan untuk koefisien tenaga kerja juga tidak signifikan terhadap produksi hal ini disebabkan karena petani responden masih terlalu kurang memperhatikan penggunaan tenaga kerja khususnya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Analisis Efisiensi. K
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Rasau Jaya kompleks, Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Pontianak maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dari variabel analisis keragaman dapat disimpulkan bahwa memang benar produksi jagung di kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Rasau Jaya Komplek Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Pontianak dipengaruhi oleh variabel tenaga kerja (X7), luas lahan (X1), pestisida (X6), pupuk TSP (X4), benih (X2), pupuk KCI (X5) dan pupuk Urea (X3). Berpengaruhnya variabelvariabel tersebut dapat dilihat dari kecilnya nilai P. Value bila dibandingkan dengan tingkat kesalahan () = 10%
16
Jurnal Agrosains, Volume 5, No 2 Oktober 2008
2.
Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa variabel benih (X2), pupuk urea (X3), pupuk KCI (X5) dan pestisida (X6) berpengaruh Signifikan terhadap produksi (Y). 3. Dari hasil estimasi dapat juga disimpulkan bahwa variabel luas lahan (X1), pupuk TSP (X4) dan tenaga kerja (X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi (Y). 4. Dari hasil estimasi juga dapat disimpulkan bahwa dengan mengefisiensi penggunaan faktor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, TSP, KCI dan pestisida) dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan petani. Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Untuk dapat meningkatkan produksi jagung di Kawasan Usaha Agribisnis Terpadi (KUAT) Rasau Jaya Kompleks petani diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan, pupuk TSP dan penggunaan tenaga kerja 2. Petani sebagai salah satu pilar utama pembangunan pertanian, sekaligus sebagai fasilitator diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor produksi guna meningkatkan produksi oleh karena itu petani di Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Rasau Jaya Kompleks Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak diharapkan dapat memanfaatkan lembaga-lembaga penunjang program KUAT seperti Bank, Swasta/Mitra, Dinas/Badan sebagai sarana penolong bagi petani yang mengalami keterbatasan modal dalam hal penyediaan faktor-faktor produksi yang sesuai untuk meningkatkan produksi. 3. Pemerintah sebagai penyelenggara program KUAT diharapkan dapat lebih memperhatikan faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani, sehingga petani lebih efesien dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan akhirnya produksi dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Arief, S, 1993, Metode Penelitian Ekonomi, UI-Press, Jakarta. Adiwilaga, Anwar, 1982, Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni : Bandung. Alam, 2003, Ekonomi, Penerbit Erlangga : Jakarta. BAPPEDA Provinsi Kal-Bar, 2004, ”Master PLAN Pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) 2005-2010, Pontianak. Bishop dan Toussaint, 1986, Pengantar Ekonomi Pertanian, Mutiara Sumber Widya : Jakarta. Bungin, Burhan, 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta Pers. David dan Steven, P, Errickson, 1992, Manajemen Agribisnis, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga : Jakarta. Dinas Pertanian Provinsi KAL-BAR, 2005, Laporan Evaluasi Kegiatan KUAT.
Rahmatullah Rizieq, Analisis Efisiensi Produksi ............
17
Hernanto, Fadholi. 1989, Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya : Jakarta. ---------------------, 1996, Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya : Jakarta. Kartono, 1994, Pengantar Demografi, Bina Aksara : Jakarta. Manullang. 1992, Dasar-Dasar Manajemen, Ghalis Indonesia : Jakarta. Moekijat, 1987, Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Tenaga Kerja. Pionir Jaya : Jakarta. Mosher, AT. 1987, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Bina Cipta : Bandung. Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES : Jakarta. Nachrowi et, al, 2005, Penggunaan Teknik Ekonometri, Rajawali Pers, Jakarta. Soekartawi, A, Soeharjo, John, L, Dillon dan J, Brian Handeker, 1986, Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil, Universitas Indonesia. UI-PRESS: Jakarta. Soekartawi, 1999, Agribisnis, Teori dan Aplikasinya, Rajawali : jakarta. Soekartawi, 2005, Agroindustri Dalam Perspektif Sosial Ekonomi : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. -------------, 1993, Prinsip Dasar Ekonomi pertanian. Rajawali : Jakarta. Umar Husein, 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta Pers