ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK POTONG Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG, KECAMATAN GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR
RESTI YANUAR AKHIR
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014
Resti Yanuar Akhir NIM H34100011
ABSTRAK RESTI YANUAR AKHIR. Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA. Anggrek Vanda douglas merupakan anggrek tanah yang memiliki prospek bisnis yang cukup baik di Bogor. Harga Anggrek Vanda douglas yang cenderung fluktuatif dan marjin pemasaran yang cukup besar menyebabkan nilai farmer’s share relatif kecil. Penelitian mengenai analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas yang dilaksanakan di Desa Rawakalong bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran yang efisien dari segi efisiensi operasional pemasaran. Pendekatan analisis pemasaran yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitif. Penentuan responden petani dipilih secara purposive sampling sebanyak 20 orang dan responden lembaga pemasaran menggunakan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 saluran pemasaran yang terbentuk dengan saluran, lembaga, fungsi, dan perilaku pasar yang berbeda di setiap salurannya. Berdasarkan analisis efisiensi operasional pemasaran yakni perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya memperlihatkan bahwa saluran IV (petani pedagang besar konsumen) merupakan saluran yang relatif lebih efisien. Kata kunci: Anggrek Vanda douglas, efisiensi, farmer’s share, efisien
ABSTRACT RESTI YANUAR AKHIR. Marketing Efficiency Analysis of Cut Orchid Vanda douglas in Rawakalong Village, Gunung Sindur Subdistrict, Bogor Regency. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA. Vanda douglas Orchid has a good business prospect in Bogor, but its farmer’s share is relatively low. The aim of this study that is conducted in Rawakalong Village is to identify the efficiency of marketing system. This research used both qualitative and quantitative marketing analysis. The method used to select the respondents was purposive sampling with total result 20 people. The method used to select the marketing institutions was snowball sampling. The result showed that there were 4 marketing channels formed with different channels, institutions, functions, and market conduct. Three parameters that were used on the marketing operational efficiency analysis were the sum of marketing margin, farmer’s share and benefit-cost ratio which showed that channel IV (farmers wholesaler consumers) was relatively more efficient. Keywords: Vanda douglas Orchid, efficiency, farmer’s share, efficient
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK POTONG Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG, KECAMATAN GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR
RESTI YANUAR AKHIR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat, karunia, dan izin-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang diambil penulis sejak Bulan Februari 2014 ini adalah tentang tataniaga dengan judul yaitu Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, bantuan, dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul, SP, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Edi Rantau selaku ketua Gapoktan Bersatu Desa Rawakalong yang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data, Bapak Bodri dan Ibu Nengsih yang telah memberikan tempat tinggal sementara selama proses pengumpulan data skripsi, petani Anggrek Vanda douglas, para pedagang dan florist serta kantor Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang juga telah membantu proses pencarian data sekunder skripsi. Kemudian tak lupa penghargaan penulis sampaikan kepada dosen pembimbing akademik Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Abuss dan dosen-dosen Departemen Agribisnis IPB atas bimbingan, ilmu, dan didikannya selama perkuliahan. Selanjutnya ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada umi, abi, kakak kandung dan kakak ipar, saudara kembar serta seluruh keluarga besar atas segala perhatian dan doanya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih dan semangat atas dukungan, doa, dan kerja sama dari rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 47 IPB, rekan-rekan lorong 3 Asrama Putri Gedung A3 TPB IPB, rekan-rekan kelas B.01 TPB IPB, BEM FEM IPB 2012 khususnya Departemen Kajian Strategis, dan BEM KM IPB 2013 khususnya Biro IPB Social Political Centre (ISPC) IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Resti Yanuar Akhir
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kajian Penelitian tentang Pemasaran Kajian Penelitian Analisis Fungsi-fungsi Pemasaran Kajian Penelitian Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Kajian Penelitian Analisis Perilaku Pasar Kajian Penelitian Analisis Keragaan Pasar Keterkaitan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional Penelitian GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk Karakteristik Petani Responden Karakteristik Lembaga Pemasaran Responden Gambaran Umum Pascapanen Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Lembaga Pemasaran Analisis Saluran Pemasaran Analisis Fungsi Pemasaran Analisis Perilaku Pasar Analisis Keragaan Pasar Efisiensi Pemasaran SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix x x 1 1 4 7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 19 21 21 21 21 22 25 26 26 29 31 33 34 35 35 41 46 48 54 55 55 56 57 59
RIWAYAT HIDUP
63
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2012 2 Perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia periode 2010-2012 3 Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman anggrek di Jawa Barat periode 2009-2012 4 Perkembangan produksi anggrek di Kabupaten Bogor periode 2009-2012 5 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Rawakalong tahun 2011 6 Sebaran tingkat pendidikan penduduk Desa Rawakalong tahun 2011 7 Sebaran jumlah penduduk Desa Rawakalong berdasarkan jenis mata pencaharian tahun 2011 8 Sebaran petani responden berdasarkan usia tahun 2014 9 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 10 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani Anggrek Vanda douglas tahun 2014 11 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Desa Rawakalong tahun 2014 12 Sebaran lembaga pemasaran responden (pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, dan florist) berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman dalam berdagang Anggrek Vanda douglas tahun 2014 13 Sebaran petani responden dan volume penjualan anggrek potong Vanda douglas di setiap saluran pemasaran anggrek di Desa Rawakalong pada musim panen Bulan Januari-Maret 2014 14 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran I 15 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran II 16 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran III 17 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran IV 18 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan lembaga-lembaga pemasaran di Desa Rawakalong 19 Marjin pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor 20 Farmer’s share pada setiap saluran pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong 21 Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong 22 Nilai efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong
1 3 3 5 27 27 28 29 30 30 31
32
37 38 39 40 41 42 50 52 53 54
DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan harga dan volume rata-rata Anggrek Vanda Douglas di Pasar Rawabelong periode Januari 2009-Agustus 2013 (diolah) 2 Kurva pembentukan marjin pemasaran 3 Skema kerangka pemikiran operasional 4 Proses pemetikan bunga 5 Proses pengikatan bunga 6 Skema pola saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
6 17 20 33 34
36
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data karakteristik petani responden anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor tahun 2014 2 Data karakteristik lembaga pemasaran Anggrek Vanda Douglas yang terlibat tahun 2014 3 Dokumentasi penelitian aktivitas pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
59 60
61
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional sehingga sektor pertanian sangat berpengaruh dalam struktur perekonomian Indonesia. Adapun peran strategis sektor pertanian nasional adalah: 1) pemasok bahan makanan pokok penduduk; 2) pemasok bahan industri; 3) penyedia lapangan kerja terbesar bagi penduduk; 4) pencipta nilai tambah atau Produk Domestik Bruto (PDB); 5) sumber penghasil devisa negara; dan 6) salah satu alternatif pemecahan kemiskinan penduduk pedesaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 turun sebesar 5.78% dibandingkan tahun 2012 mencapai 6.23%. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha tahun 2011 sampai 2013 didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 23.69%, 14.43%, dan 14.33%. Data tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian masih sangat diperhitungkan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu sektor pertanian yang menopang pembangunan perekonomian nasional adalah sektor hortikultura. Florikultur atau tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek bisnis yang cerah untuk dikembangkan di pasar domestik maupun pasar internasional. Perkembangan produksi tanaman hias mengalami peningkatan terutama pada tanaman hias anggrek. Hal ini dilihat dari permintaan anggrek yang cenderung terus meningkat terutama di pasar ekspor Asia, Eropa, dan Amerika. Pasar Uni Eropa mengkonsumsi lebih dari 50% produk tanaman hias dunia karena sebagian besar penduduknya mempunyai tingkat konsumsi bunga potong per kapita yang tinggi. Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman anggrek pada tahun 2012 memiliki volume ekspor terbesar yaitu 57.61 ton dan diikuti oleh tanaman krisan sebesar 50.92 ton. Artinya, anggrek merupakan komoditas yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam perdagangan internasional.
Tabel 1 Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2012 Komoditi Anggrek Krisan Mawar Anyelir Tanaman Hias lainnya
57.61 50.92 43.27 -
668 956 1 031 511 528 027 0
Harga (US$/Ton) 11 611.80 20 257.48 12 203.07 -
6 341.24
16 584 580
2 615.35
Volume (Ton)
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2013)
Nilai (US$)
2
Usaha budidaya bunga potong anggrek di Indonesia mempunyai prospek bisnis yang cukup baik secara komersial. Anggrek sendiri memiliki kegunaan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat dan ungkapan belasungkawa. Negara yang menjadi tujuan ekspor anggrek potong Indonesia adalah Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, dan Belanda (Balithi 2010). Permintaan ekspor anggrek ke Jepang mengalami peningkatan setiap tahun dan pada tahun 2010 naik sebesar 30%. Pertumbuhan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya tumbuh 15% 1. Tanaman anggrek potong memiliki nilai estetika tinggi karena berbunga indah dengan aneka ragam dan keunikan serta warna yang menarik. Tanaman anggrek dalam taksonominya digolongkan dalam famili Ochidaceae yang merupakan famili yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kering dan dingin. Sebagian besar ditemukan di daerah basah beriklim tropis dengan ketinggian 0-3500 m di atas permukaan laut (Kartikaningrum 2010). Selera konsumen terhadap kualitas bunga potong anggrek juga berkembang terutama dalam hal warna, ukuran, susunan, bentuk, dan daya tahan bunga. Perkembangan selera tersebut sangat dipengaruhi oleh grower (pembesar bibit anggrek) dan trend pasar di luar negeri. Berkaitan dengan selera konsumen anggrek potong maka menurut penelitian dari Hartanta (2005) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli bunga potong anggrek, yaitu: 1) faktor pertama terdiri dari variabel sumber daya konsumen, kepribadian, warna dan tingkat kesegaran; 2) faktor kedua terdiri dari variabel keluarga, harga dan jumlah kuntum; 3) faktor ketiga terdiri dari variabel jenis bunga potong anggrek. Dari hasil penelitiannya ini maka variabel-variabel yang paling mempengaruhi konsumen dalam membeli bunga potong anggrek secara berurutan adalah: 1) variabel jenis bunga potong anggrek; 2) variabel kepribadian; 3) variabel warna; 4) jumlah kuntum; 5) variabel keluarga; 6) variabel harga; 7) tingkat kesegaran; dan 8) variabel sumber daya konsumen. Melihat perkembangan produksi komoditi anggrek maka di Indonesia jenis anggrek yang umumnya berpotensi menjadi incaran pasar lokal dan internasional adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium var. Golden Shower (26%), Cattleya (20%), Vanda (17%) dan anggrek lainnya sebesar (3%) (Dithorti 2008). Konsumen pasar dalam negeri untuk anggrek adalah florist (45%), hotel (20%), gedung pertemuan dan katering (20%), perkantoran (10%), dan sisanya pembeli perorangan (5%) (Mardiasa 2007). Usaha budidaya anggrek potong pada umumnya dilakukan oleh pengusaha bermodal besar sedangkan para petani tradisional lebih membudidayakan anggrek pot dan anggrek tanah seperti Aranthera, Oncidium, dan Vanda yang modalnya lebih rendah (Solvia 2010). Wilayah di Indonesia dengan produksi anggrek tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat yang mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya dengan pertumbuhan tahun 2011 sampai 2012 sebesar 86.65%. Posisi kedua pada tahun yang sama berada di Provinsi Jawa Tengah sebesar 53.21%. Namun penurunan produksi anggrek terbesar berada di Provinsi DKI Jakarta sebesar -87.44% diikuti oleh Sumatera Barat sebesar -58.05%. Salah satu sebab produksi anggrek di 1
Fajar A. 2010. Tahun ini Permintaan Anggrek Dari Jepang Naik 30%. [internet]. [diunduh 2014 Februari 17]. Tersedia dari http://industri.kontan.co.id/
3
Jakarta menurun karena kelangkaan lahan yang disertai harga jual lahan yang tinggi dan banyaknya konversi lahan menjadi bangunan-bangunan perkantoran. Hal ini mengakibatkan petani anggrek di Jakarta lebih banyak berinvestasi di luar Jakarta seperti di Tangerang, Bogor, dan Bekasi 2. Berikut adalah perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia periode 2010 sampai 2012 pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia periode 2010-2012 Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Sulawesi Utara
Tahun (Tangkai) 2010 531 431 106 988 1 305 565 2 412 619 452 886 3 430 362 1 009 599 296 409
2011 862 964 76 737 1 683 623 4 085 935 3 673 559 50 335 358 844 205 117
2012a 705 923 32 192 211 438 7 626 316 5 628 179 64 995 764 824 215 714
Pertumbuhan 2011-2012 (%) -18.20 -58.05 -87.44 86.65 53.21 29.12 1.13 5.17
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012); a angka sementara
Sentra produksi anggrek potong nasional menyebar di wilayah Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dengan Jawa Barat sebagai sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia dan DKI Jakarta sebagai pusat penjualan terbesar tepatnya di Pasar Rawabelong, Jakarta Barat. Provinsi Jawa Barat sebagai sentra produksi anggrek terbesar karena berbagai faktor yang mendukung pengembangan usahatani anggrek seperti iklim, lahan yang subur, banyaknya lembaga penelitian dan lokasi yang strategis terutama dalam hal penjualan ke berbagai tempat terutama di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Depok.
Tabel 3 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman anggrek di Jawa Barat periode 2009-2012 Tahun 2009 2010 2011 2012
Luas Panen (m2) 291 111 263 706 255 890 256 636
Produksi (Tangkai) 5 582 076 2 412 619 4 085 935 7 626 316
Produktivitas (Tangkai/m2) 17.33 7.73 11.73 21.81
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012) 2
Anggrek Produk Unggulan Old City Agro Fest. 2011. [internet]. [diunduh 2014 Maret 5]. Tersedia dari http://www.antarasumbar.com/berita/nasional/d/0/173253
4
Berdasarkan informasi dari Tabel 3 memperlihatkan bahwa produktivitas anggrek di Jawa Barat pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 7.73 tangkai/m2 dan mengalami peningkatan sebesar 21.81 tangkai/ m2 pada tahun 2012. Jenis anggrek yang paling banyak dibudidayakan di Jawa Barat adalah jenis Dendrobium, Phaleonopsis, dan Vanda yang juga jenis anggrek paling banyak dicari oleh para pedagang, perangkai bunga, dan para pecinta bunga (lovers). Hal ini disebabkan bentuk bunga yang cantik serta mudah dibudidayakan. Namun dari ketiga jenis anggrek ini maka yang paling mudah dalam hal pembudidayaan adalah jenis anggrek Vanda, karena anggrek Vanda sangat produktif ditanam di daerah rendah sampai ketinggian 200 m di atas permukaan laut, kemampuan berbunga lebih cepat, dan ditanam dengan bantuan langsung cahaya matahari serta tidak membutuhkan naungan (Sarwono 2002). Anggrek Vanda jarang digunakan sebagai rangkaian bunga karena tangkainya yang kaku, tetapi anggrek Vanda banyak digunakan sebagai garnis pada makanan dan minuman, papan ungkapan suka dan duka cita, penghias rumah dan bahkan ruang pesta (Ditjen PPHP 2005). Sifat bunga potong anggrek Vanda adalah daya tahan bunga lebih dari dua minggu jika masih melekat pada tanaman tetapi ketahanan bunga hanya satu minggu apabila digunakan sebagai bunga potong (Balqis 2013). Tanaman anggrek termasuk dalam karakteristik sifat hortikultura yaitu memiliki volume penjualan yang besar, cepat rusak atau layu, mempunyai kualitas yang beranekaragam sehingga dalam jangka waktu yang relatif singkat dapat terjadi penurunan nilai atau harga yang sangat drastis, bahkan terdapat kecenderungan untuk tidak laku dijual.
Perumusan Masalah Salah satu wilayah di Jawa Barat yang termasuk wilayah sentra produksi anggrek adalah di Kabupaten Bogor. Menurut data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, tahun 2012 tercatat luas panen tanaman anggrek di Kabupaten Bogor adalah 106 271 m2. Pemerintah Kabupaten Bogor juga menjadikan anggrek sebagai komoditas unggulan daerah. Hal tesebut didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor serta Hasil-Hasil Kajian Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan Oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor. Perkembangan produksi anggrek di Kabupaten Bogor pada Tabel 4 menjelaskan bahwa produksi anggrek di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan secara siginifikan yaitu 31.41% dari tahun 2011. Kabupaten Bogor terkenal memiliki bermacam jenis anggrek yang indah, salah satunya yaitu anggrek Vanda douglas. Anggrek Vanda douglas merupakan anggrek hasil persilangan Vanda hookeriana dengan Vanda teres. Anggrek Vanda dan turunannya relatif mudah disilangkan secara interspesifik maupun intergenerik (Lee et al 1996).
5
Tabel 4 Perkembangan produksi anggrek di Kabupaten Bogor periode 20092012 Tahun 2009 2010 2011 2012
Produksi (Tangkai) 2 664 636 1 443 824 3 464 148 4 552 450
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2012)
Di wilayah Kabupaten Bogor yang menjadi sentra produksi anggrek terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Sindur dengan menambah luas tanam sebesar 9100 m2 (Distanhut 2012) dan produksi anggrek Vanda douglas di Kecamatan Gunung Sindur terpusat di Desa Rawakalong. Permintaan terbesar anggrek Vanda douglas banyak dari Jakarta terutama komoditasnya 80% dijual ke Pasar Rawabelong dan sisanya dijual ke florist-florist di sekitar daerah Jakarta dan Bogor. Petani-petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yang tergabung dalam Kelompok Tani Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju sering mengalami beberapa kendala dalam hal memasarkan atau menjual produk anggrek Vanda douglas diantaranya: 1) Mekanisme pembentukan harga bersifat tertutup dan berjalan sepihak sebagai akibat ketidakseimbangan kekuatan tawar menawar antara pelaku, hal ini mengakibatkan nilai jual bunga dari petani anggrek masih ditentukan oleh pedagang besar di Pasar Rawabelong sehingga posisi tawar (bargaining position) petani juga rendah menyebabkan petani hanya sebagai pihak penerima harga (price taker); 2) Informasi bersifat asimetris disebabkan kurangnya informasi harga yang dimiliki petani anggrek mengenai perkembangan harga dan situasi pasar; 3) Rendahnya posisi tawar petani juga memicu perbedaan harga yang diterima petani (produsen) dengan harga yang dibayar oleh konsumen (marjin pemasaran). Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan oleh petani di Desa Rawakalong melalui beberapa lembaga pemasaran yang terlibat seperti produksi anggrek dikumpulkan oleh anggota kelompok tani sendiri (pedagang pengumpul), pedagang besar, pedagang pengecer, florist, dan konsumen akhir. Berdasarkan informasi yang diperoleh, harga bunga di tingkat petani kisaran Rp20 000 hingga Rp100 000 per ikat. Adapun untuk satu ikatnya sebanyak 100 tangkai bunga. Sementara harga rata-rata bunga anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong berkisar antara Rp51 000 hingga Rp 90 000 dengan volume ikat yang berbedabeda. Berikut perkembangan harga rata-rata anggrek Vanda douglas periode Januari 2009 sampai Agustus 2013 (Gambar 1).
6
Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Pasar Rawabelong (2013)
Gambar 1 Perkembangan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong periode Januari 2009-Agustus 2013 (diolah)
Pada Gambar 1 memperlihatkan harga rata-rata anggrek potong Vanda douglas pada tingkat konsumen di Pasar Rawabelong, Jakarta Barat cenderung berfluktuatif pada periode Januari 2009 hingga Agustus 2013. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan harga rata-rata anggrek Vanda douglas yang sangat tinggi sebesar Rp89 149.13 dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai Rp50 631.41. Dari informasi tersebut maka terdapat perbedaan harga antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen (marjin pemasaran). Marjin pemasaran yang semakin besar pada umumnya akan menyebabkan persentase bagian harga yang diterima petani semakin kecil. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fikri (2013) marjin pemasaran yang tinggi disebabkan oleh faktor biaya (risiko) pemasaran yang tinggi seperti infrastruktur transportasi yang tidak mendukung (jalan rusak) dan tata cara penentuan harga yang tidak adil dan terbuka serta ikatan kerjasama yang berlandaskan hutang memaksa petani hanya menjual produknya kepada satu orang pedagang. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien. Alternatif saluran pemasaran diperoleh dengan menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya, lembaga dan fungsi pemasaran, serta perilaku pasar sehingga dapat dirumuskan dalam penelitian efisiensi pemasaran ini sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ? 2. Apakah sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong sudah efisien ?
7
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Menganalisis dan mengidentifikasi sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: Bagi peneliti, sebagai wadah dalam proses pembelajaran dan melatih berpikir kritis dan analitis dalam mengembangkan ilmu-ilmu terapan agribisnis yang sudah dipelajari selama kuliah di Institut Pertanian Bogor. Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan menjadi kemudahan dalam menggali sumber informasi dalam pemasaran sehingga dapat meningkatkan motivasi petani untuk mengembangkan usahanya. Bagi pemerintah dan stakeholder, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan, strategi pengembangan, dan pemasaran agribisnis anggrek di Bogor. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan pembanding untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Komoditas yang diteliti adalah anggrek tanah jenis Vanda douglas dengan mengkaji sistem pemasaran dengan melihat saluran, lembaga, dan fungsi pemasaran, perilaku pasar, dan keragaan pasar dengan analisis indikator marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya dari segi efisiensi operasional anggrek potong Vanda douglas.
TINJAUAN PUSTAKA Kajian Penelitian tentang Pemasaran Kajian penelitian terdahulu terkait pemasaran di bidang hortikultura sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Namun hanya beberapa yang melakukan penelitian terkait pemasaran tanaman hias bunga potong. Dengan
8
demikian penelitian ini diambil dari beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding dari penelitian sebelumnya sehingga akan dirumuskan tentang sistem pemasaran yang efisien melalui berbagai pendekatan analisis seperti menganalisis fungsi-fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, perilaku, dan keragaan pasar. Keragaan pasar menggunakan 3 indikator analisis antara lain marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu seperti dari skripsi dan jurnal ilmiah. Beberapa hasil kajian penelitian terdahulu tentang pemasaran bunga potong yang dapat dijadikan sumber referensi antara lain: penelitian oleh Estefan (2011) yang menganalisis usahatani dan pemasaran bunga potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor; selanjutnya penelitian oleh Maulana (2003) mengenai analisis pendapatan usahatani dan pemasaran bunga Gerbera di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; penelitian dari Trisnoherlambang (2001) yang menganalisis kelayakan investasi dan sistem tataniaga bunga potong Krisan di PT Kebun Ciputri Molek, Desa Ciputri, Cianjur, Jawa Barat; dan penelitian Puspitasari et al. (2012) terkait pemasaran dan marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Hasil penelitian di atas terbagi menjadi beberapa rangkuman yaitu kajian analisis fungsi-fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, perilaku, dan keragaan pasar, serta efisiensi pemasaran.
Kajian Penelitian Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran Pendekatan fungsi pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002) terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi pertukaran (proses pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengolahan, pengangkutan, transportasi, dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, informasi harga, sortasi, grading, dan manajemen risiko). Penelitian yang dilakukan oleh Estefan (2011) bahwa petani Anggrek Dendrobium hanya melakukan fungsi pertukaran sedangkan lembaga pemasaran yang lain seperti pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul luar daerah, pedagang besar, dan floris melakukan semua fungsi pemasaran. Pada fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang besar hanya melakukan kegiatan penyimpanan produk. Sedangkan fungsi fasilitas dilakukan oleh lembaga pemasaran selanjutnya (semua pedagang) berupa penanggulangan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Pedagang pengumpul lokal Anggrek Dendrobium melakukan fungsi fasilitas dengan menambahkan kegiatan sortasi. Kerjasama yang terjadi diantara lembaga pemasaran adalah antara pedagang pengumpul dengan petani serta pedagang pengumpul dengan pedagang besar. Petani sebagai lembaga pemasaran pertama lebih banyak melakukan fungsi pertukaran berupa proses penjualan hasil panennya kepada lembaga pemasaran berikutnya (Maulana 2003; Trisnoherlambang 2001). Fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga pemasaran cenderung lebih banyak seperti melakukan fungsi pengangkutan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan. Fungsi fasilitas seperti pembiayaan, informasi harga, sortasi, dan penanggulangan risiko banyak dilakukan oleh lembaga pemasaran lain tetapi kadang-kadang juga dilakukan oleh petani.
9
Kajian Penelitian Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Menurut Asmarantaka (2012) lembaga pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis (fungsi-fungsi pemasaran). Metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi pola saluran dari lembaga pemasaran adalah metode snowball sampling yaitu metode yang menggunakan pendekatan alur pemasaran mulai dari petani hingga konsumen akhir sesuai dengan informasi yang didapatkan dari lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi pemasaran. Identifikasi saluran pemasaran komoditi bunga potong dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jumlah saluran pemasaran setiap komoditasnya bervariasi mulai dari dua saluran (Puspitasari et al. 2012; Trisnoherlambang 2001), empat saluran (Maulana 2003), dan enam saluran (Estefan 2011) dengan petani responden berjumlah 2 hingga 20 orang. Beberapa kasus tertentu dengan jumlah saluran lebih dari empat biasanya memiliki lima atau lebih lembaga pemasaran yang terlibat dengan kegiatan pemasarannya lebih kompleks (Estefan 2011). Banyaknya jumlah saluran pemasaran umumnya dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang terlibat, jangkauan pasar yang luas, jarak distribusi komoditi yang dipasarkan dari produsen hingga konsumen (Fikri 2013).
Kajian Penelitian Perilaku Pasar Perilaku pasar (market conduct) adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh oleh penjual dan pembeli dalam rangka mencapai tujuan. Perilaku pasar dapat diamati dengan melakukan aktivitas kerjasama antar lembaga pemasaran meliputi aktivitas pembelian dan penjualan, sistem penetapan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama usaha baik bersifat lisan (asas kepercayaan) maupun tertulis (kontrak kerjasama). Pada aktivitas pembelian dan penjualan, umumnya petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul secara langsung di lahan petani (Maulana 2003). Namun ada juga yang menggunakan sistem langganan antara petani dengan pedagang pengumpul maupun pedagang pengumpul dengan pedagang besar sehingga masing-masing lembaga pemasaran sudah memiliki akses untuk membeli dan menjual produknya ke lembaga pemasaran berikutnya ((Estefan 2011). Cara penetapan harga dan pembayaran juga berbeda-beda. Petani dengan pedagang pengumpul melakukan proses tawar menawar harga hingga mencapai harga yang disepakati bersama (Estefan 2011). Penentuan harga di tingkat lembaga pemasaran selanjutnya juga melalui proses tawar menawar meskipun lembaga pemasaran yang lebih tinggi sangat dominan dalam menentukan harga karena lebih mengetahui informasi pasar (Maulana 2003). Penentuan harga di tingkat petani dan lembaga pemasaran memiliki kecenderungan mengikuti mekanisme pasar. Harga tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan daya beli konsumen (Trisnoherlambang 2001). Kerjasama antar lembaga pemasaran sangat penting dalam menjalani aktivitas pemasaran yang terjadi mulai dari tingkat petani sampai pedagang pengecer. Proses penentuan harga antar pedagang pengumpul dengan pedagang
10
besar lebih banyak dipengaruhi adanya kerjasama dalam bentuk persekongkolan harga karena adanya sistem langganan (Maulana 2003).
Kajian Penelitian Keragaan Pasar Keragaan pasar (market performance) dalam penelitian ini diukur melalui marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Keragaan pasar juga mempengaruhi kinerja pasar yang dapat diidentifikasi melalui penggunaan teknologi dalam pemasaran, volume penjualan, efisiensi penggunaan sumber daya, penghematan biaya, dan peningkatan jumlah barang yang dipasarkan sehingga mencapai keuntungan maksimum (Estefan 2011). Dari hasil penelitian terdahulu didapatkan bahwa penelitian Estefan (2011) yang meneliti tentang pemasaran Anggrek Dendrobium didapatkan hasil bahwa saluran 1 merupakan saluran yang relatif cukup efisien dengan nilai marjin pemasaran terkecil sebesar Rp500 per tangkai dengan total biaya pemasaran terkecil sebesar Rp42.71 per tangkai. Rasio keuntungan terhadap biaya terbesar didapat pada saluran 1 sebesar 10.71, farmer’s share tertinggi yakni 77.27% dan volume penjualan terbesar yakni 83.9%. Berdasarkan penelitian dari Maulana (2003) didapatkan bahwa pola saluran 1 (petanipedagang pengumpulpedagang besarkonsumen) merupakan saluran yang relatif paling efisien karena memberikan keuntungan yang lebih besar untuk lembaga pemasaran yang terlibat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnoherlambang (2001) memperlihatkan bahwa marjin keuntungan pedagang perantara bunga Krisan saluran 2 sama dengan marjin keuntungan total sebesar 73.60%. Hal tersebut disebabkan pada saluran 2 hanya terdapat satu lembaga pemasaran. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 1 dan 2 masing-masing sebesar 9.99 dan 14.87. Hal tersebut terjadi karena saluran 1 memiliki rantai pemasaran yang lebih panjang daripada saluran 2. Kemudian pada penelitian Puspitasari et al. (2012) menjelaskan bahwa saluran 1 terbukti lebih efisien karena memberikan marjin dan keuntungan yang lebih besar terhadap petani anggrek Vanda douglas dengan nilai efisiensi pemasaran pada saluran 1 lebih rendah yaitu 0.06 dari pada saluran 2 sebesar 0.153. Hal ini dipengaruhi oleh adanya biaya yang dikeluarkan dan nilai penjualan dari Anggrek Vanda douglas tersebut.
Keterkaitan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu menjadi referensi dan acuan untuk melakukan penelitian saat ini terutama terkait dengan efisiensi pemasaran karena penelitian tentang pemasaran sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hal ini berguna untuk mengetahui perbedaan dan persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu sehingga dengan ini dapat mengolah dan memperdalam analisis penelitian dari penelitian sebelumnya. Ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian sekarang terutama pada metode penelitian dan pendekatan alat analisis yang digunakan. Pada umumnya metode penelitian dalam menentukan petani responden dilakukan
11
secara sengaja (purposive) sedangkan metode untuk menentukan responden lembaga pemasaran lainnya menggunakan metode snowball sampling. Alat analisis yang digunakan terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis fungsi, saluran dan lembaga pemasaran, serta perilaku pasar. Analisis kuantitatifnya yakni menghitung marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Adanya perbedaan penelitian sekarang dibanding penelitian terdahulu terutama terletak pada komoditas pertanian yang diteliti, lokasi dan waktu penelitian.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini didasari oleh kerangka teoritis mengenai konsep sistem pemasaran meliputi konsep saluran dan lembaga pemasaran; konsep fungsi pemasaran; konsep perilaku dan keragaan pasar serta konsep efisiensi pemasaran yang terdiri dari struktur biaya dan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Konsep Pemasaran Pengertian pemasaran dalam perspetif makro adalah kegiatan yang mengalirkan produk dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir. Dalam kegiatan menyalurkan produk dari petani hingga konsumen, terdapat kegiatan produktif yang bertujuan menciptakan nilai tambah produk dari segi bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. Beberapa ahli mengidentifikasi pemasaran sebagai proses keseluruhan aktivitas bisnis yang mengkoordinasikan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan pengguna jasa. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) kegiatan pemasaran yang produktif berkaitan dengan penciptaan nilai tambah suatu produk baik jasa atau barang. Pengertian pemasaran dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek ekonomi dan aspek manajemen (Asmarantaka 2012). Dari aspek ekonomi bahwa pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi-fungsi ini merupakan aktivitas produktif dalam mengalirnya produk atau jasa dari petani hingga konsumen akhir. Schaffner et al. (1998) dalam Asmarantaka (2012) mendefinisikan pemasaran dari aspek manajemen bahwa perusahaan dalam proses perencanaan, penetapan harga, promosi, dan distribusi produk dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan konsumen individu maupun organisasi. Salah satu strategi perusahaan dalam manajemen pemasaran adalah strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas product, price, place, dan promotion mix (Kotler 2002). Menurut Purcell (1979) dalam Asmarantaka (2012) pemasaran produk agribisnis menganalisis semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam komoditi pertanian atau agribisnis setelah produk tersebut lepas dari petani produsen primer hingga ke tangan konsumen akhir. Rangkaian fungsi-fungsi pemasaran pertanian
12
merupakan aktivitas bisnis dan merupakan kegiatan yang produktif untuk meningkatkan nilai guna bentuk (form utility), tempat (place utility), waktu (time utility), dan kepemilikan (possession utility) (Asmarantaka 2012). Ada banyak tahapan yang terjadi dalam pemasaran agribisnis seperti pembelian, pengumpulan, penyimpanan, pengepakan, pergudangan, komunikasi, advertensi, keuangan, transportasi, grading, sortasi, pengolahan, conditioning, pengemasan, penjualan, retailing, penanggungan risiko, asuransi, standardisasi, peraturan, pemeriksaan, dan kumpulan informasi. Jadi pengertian pemasaran produk agribisnis dapat ditinjau dari perspektif makro (antar kelembagaan dalam sistem pemasaran dan analisis ekonomi) maupun perspektif mikro (analisis manajemen dalam satu lembaga atau perusahaan). Tujuan pemasaran produk agribisnis adalah untuk memenuhi keinginan konsumen sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuknya agar menciptakan kepuasan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan preferensi (kepuasan) konsumen menurut Kohls dan Uhl (2002) antara lain: 1) nilai fungsi dari produk (primer atau sekunder), nilai physiological dari pangan, kandungan gizi untuk kesehatan dan ketahanan hidup; 2) nilai sosiopsikologis pangan-serat, status, agama, estetika, dan gaya hidup; 3) nilai ekonomi pangan-serat (harga); 4) ketersediaan produk; dan 5) pengetahuan konsumen dan informasi produk pangan-serat. Pemasaran menjadi bagian dari subsistem dalam agribisnis sehingga fungsi dan peranannya mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan sektor pertanian melalui peningkatan keuntungan (pendapatan petani, pengolah, pabrik, lembaga pemasaran, dan kepuasan konsumen), peningkatan pangsa pasar dan tanggung jawab sosial melalui strategi kompetitif. Analisis sistem pemasaran dari perspektif makro dapat dilakukan melalui pendekatan pemasaran (Kohls dan Uhl 2002) antara lain: 1. Pendekatan fungsi (The Functional Approach) Pendekatan fungsi merupakan pendekatan studi pemasaran dari aktivitasaktivitas bisnis yang terjadi atau perlakuan yanga ada pada proses dalam sistem pemasaran yang akan meningkatkan kebutuhan konsumen (kepuasan). 2. Pendekatan kelembagaan (The Institutional Approach) Pendekatan ini menekankan pada peran dari pelaku-pelaku bisnis yang terlibat selama proses pemasaran berlangsung. 3. Pendekatan Sistem Perilaku (The Behavioural-Systems Approach) Pendekatan ini dilakukan secara kontinu untuk mengetahui efisiensi dari seluruh subsistem yang ada dalam sistem pemasaran. Pendekatan ini juga melihat keseluruhan dimensi dari interaksi antara lembaga-lembaga pemasaran yang saling melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam sistem pemasaran. Ada empat pendekatan sistem perilaku menurut Kohls dan Uhl (2002) terdiri dari input-output system, power system, communications system, dan the behavioral system for adapting to internal-external change. Konsep Fungsi-Fungsi Pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran dalam proses pemasaran bertujuan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai guna untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam melakukan fungsi pemasarannya. Pendekatan fungsional memiliki manfaat dalam mempertimbangkan bagaimana pekerjaan harus dilakukan, menganalisis
13
biaya-biaya pemasaran dan memahami perbedaan biaya antar lembaga-lembaga serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Ada tiga karakteristik pendekatan fungsi pemasaran (Kohls dan Uhl 2002) yaitu: 1) Dampak dari pelaksanaan fungsi tidak hanya terhadap biaya pemasaran tetapi juga pada nilai produk. Dalam mengevaluasi fungsi pemasaran harus memperhitngkan dan mempertimbangkan antara biaya dan manfaat (benefit). 2) Adanya kemungkinan dalam mengurangi atau mengeliminasi pedagang perantara (eliminate the middleman) tetapi tidak mengeliminasi fungsi-fungsi pemasaran. 3) Fungsi pemasaran dapat dilakukan oleh perusahaan, individu, kelompok, maupun organisasi yang ditujukan pada berbagai tahapan atau tempat dalam sistem pemasaran guna menciptakan nilai tambah produk agribisnis. Berdasarkan karakteristik nomor 3 bahwa fungsi pemasaran harus dilakukan oleh setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam proses pemasaran berlangsung. Kohls dan Uhl (2002) mengidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran menjadi tiga fungsi utama, diantaranya: 1. Fungsi pertukaran (Exchange Functions) merupakan aktivitas yang berkaitan dengan perpindahan hak kepemilikan produk atau jasa secara hukum yang terdiri dari: a. Pembelian (Buying/ Assembling) yaitu kegiatan dalam pencarian produk atau jasa yang digunakan sebagai bahan baku atau mengalihkan kepemilikan dari penjual kepada pembeli. b. Penjualan (Selling) yaitu kegiatan pemasaran yang mengalihkan barang kepada pembeli dengan harga yang telah ditetapkan. 2. Fungsi fisik (Physical Functions) merupakan aktivitas yang membantu menyelesaikan permasalahan dari pemasaran dan memberikan nilai tambah terhadap produk yang digunakan. Fungsi ini terdiri dari: a. Penyimpanan (Storage) yaitu kegiatan menjamin adanya ketersediaan bahan baku sepanjang waktu yang diperlukan dengan cara menjaga agar kondisi produk tetap baik sampai waktu penjualan tiba. Mekanisme penyimpanan adalah implementasi dari fungsi pemasaran yaitu kegunaan waktu (utility of time). b. Pengangkutan (Transportation) yaitu kegiatan pemindahan produk dari tempat produksi ke tempat konsumen karena adanya jarak antara produsen dengan konsumen. c. Pengolahan (Processing) yaitu kegiatan dalam mengubah bentuk produk primer menjadi produk dengan nilai tambah yang tinggi bagi konsumen. 3. Fungsi fasilitas (Facilitating Function) merupakan serangkaian kegiatan yang memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik, terdiri atas: a. Standardisasi (Standarization) yaitu fungsi yang menggunakan suatu standar yang dikembangkan terhadap suatu produk agar menjadi seragam dalam hal kualitas dan kuantitas. b. Pembiayaan (Financing) yaitu fungsi yang menyangkut kegiatan penyediaan dana untuk membiayai proses produksi dan pemasaran. c. Informasi pasar (Market Intelligence) yaitu fungsi yang menyangkut sebagai upaya menyebarluaskan informasi mengenai harga, persediaan, kuota, embargo dan sebagainya yang dapat mempengaruhi proses perencanaan, produksi maupun pemasaran.
14
d. Penanggungan risiko (Risk Bearing) yaitu fungsi yang digunakan untuk menghitung tingkat kemungkinan kehilangan atau kerugian selama proses pemasaran agribisnis berlangsung. Risiko-risiko tersebut terjadi terutama pada produk pertanian yang bersifat bulky, voluminous dan perishable; lalu risiko karena fluktuasi harga bagi komoditi yang bersifat musiman. Penanggulangan risiko dapat dilakukan melalui kontrak pembelian dan penjualan serta melalui mekanisme hedging pada future market. Konsep Saluran dan Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran merupakan berbagai organisasi atau kelompok bisnis yang melakukan dan mengembangkan kegiatan bisnis dengan mengalirkan produk dari produsen ke tangan konsumen. Hanafiah dan Saefudin (2006) mendefinisikan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran yang mengalirkan barang dari produsen sampai ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga penyedia jasa. Pengelompokkan lembaga pemasaran berdasarkan fungsi dapat dikelompokkan menjadi tiga: 1) Lembaga fisik pemasaran yaitu lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi fisik seperti transportasi produk dari produsen ke konsumen. 2) Lembaga perantara pemasaran yaitu lembaga yang melakukan fungsi pertukaran. 3) Lembaga fasilitas pemasaran yaitu lembaga yang menjalankan fungsi fasilitas seperti bank, koperasi, Lembaga Perkreditan Desa. Dalam aktivitas pemasaran bahwa setiap lembaga pemasaran saling membutuhkan satu sama lain dalam melakukan proses pemasaran produk. Kohls dan Uhl (2002), mengklasifikasikan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran yaitu: 1. Pedagang perantara (Merchant of Middlemen) merupakan lembaga pemasaran yang melakukan penanganan berbagai fungsi pemasaran dalam aktivitas pembelian dan penjualan dari produsen ke konsumen. a. Pedagang pengumpul (Assembler) yaitu pihak yang mengumpulkan dan membeli produk dari produsen (petani) dalam volume yang besar untuk mendapatkan marjin pemasaran kemudian menjual kembali kepada lembaga pemasaran berikutnya. b. Pedagang grosir (Wholeseller) yaitu pihak yang menjual produk dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer, pedagang grosir lain, dan industri terkait, tetapi tidak menjual produknya kepada konsumen akhir. c. Pedagang pengecer (Retailers) yaitu pihak yang membeli produk dari pedagang grosir untuk langsung dijual kembali kepada konsumen akhir. 2. Agen perantara (Agent of Middlemen) merupakan lembaga pemasaran memperoleh pendapatan berupa fee dan komisi dari proses jual-beli. Agen perantara ini hanya mewakili pelanggan atau klien dalam melakukan penanganan produk atau jasa dan tidak memiliki hak atas produk yang mereka tangani.
15
a.
Komisioner (Commission Men) yaitu pihak yang menyalurkan produk untuk memperoleh komisi. Komisioner memiliki kekuasaan relatif lebih luas dalam mengontrol dan menetapkan harga produk yang akan dijual. b. Broker (Brokers) yaitu pihak yang menyalurkan produk untuk memperoleh komisi dengan kekuasaan yang relatif terbatas (tanpa memiliki hak mengontrol produk secara langsung). 3. Spekulator (Speculative Middlemen) merupakan lembaga pemasaran yang melakukan jual-beli produk untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan pergerakan harga di pasar. Biasanya spekulator bekerja dalam jangka pendek dengan memanfaatkan fluktasi harga dan minimum penanganan produk. 4. Pengolah dan pabrikan (Processor and Manufacturers) yaitu lembaga pemasaran yang melakukan aktivitasnya mengubah bentuk fisik produk primer menjadi produk setengah jadi dan produk akhir untuk memperoleh marjin pemasaran berupa nilai tambah produk. 5. Organisasi Pendukung (Facilitative Organizations) yaitu lembaga pemasaran yang membantu memperlancar aktivitas pemasaran, misalnya pemerintah berupaya menciptakan kebijakan serta peraturan yang terkait dengan aktivitas pemasaran dan perdagangan, keterlibatan asosiasi eksportir dan importir , intelijen pasar, dan penangglaungan risiko. Saluran pemasaran adalah sekumpulan pelaku-pelaku bisnis yang melakukan aktivitas bisnis untuk menyalurkan produk dari petani (produsen) kepada konsumen akhir. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), panjang saluran pemasaran tergantung pada: 1) Jarak antara produsen dan konsumen Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen maka semakin panjang saluran tataniaganya. 2) Skala produksi Semakin besar skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya. 3) Cepat tidaknya produk yang mengalami kerusakan Produk hortikultura yang bersifat mudah rusak akan mengakibatkan saluran pemasaran pendek karena harus segera diterima konsumen. 4) Posisi keuangan pengusaha Pedagang dengan posisi keuangan yang kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran. Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua jalur-jalur yang dapat dilalui dan mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat. Konsep Perilaku dan Keragaan Pasar Perilaku pasar (market conduct) didefinisikan sebagai sikap yang menunjukkan bagaimana keputusan dibuat oleh lembaga pemasaran. Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012) mendefinisikan perilaku pasar sebagai suatu pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk keputusan yang harus diambil
16
dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggambarkan perilaku pasar (Kohls dan Uhl 2002) yaitu: 1) Input-output system; sistem yang menggambarkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam mengelola sejumlah input menjadi satu set ouput. 2) Power system; sistem yang menjelaskan bahwa perusahaan mengembangkan kualitas, pemimpin pasar, dan memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menentukan harga. 3) Communication system; bagaimana menciptakan dan meningkatkan sistem informasi yang efektif. 4) System for adapting to internal and external change; sistem yang menggambarkan bagaimana perilaku perusahaan dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan dan adaptasi terhadap perubahan. Perilaku pasar dapat diketahui dengan melihat bentuk strategi lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu yang meliputi aktivitas pembelian dan penjualan, sistem penetapan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Keragaan pasar (market performance) merupakan hasil atau pengaruh dari struktur pasar dan perilaku pasar yang dapat terlihat dari variabel ekonomi seperti kapasitas produk, harga, dan biaya pada pasar-pasar tertentu. Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012) mendefinisikan kinerja pasar sebagai nilai akhir yang diperoleh akibat dari penyesuaian pasar yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Konsep Ukuran Efisiensi Pemasaran Ukuran efisiensi pemasaran adalah tingkat kepuasan konsumen dan kegiatan pemasaran dalam mengalirkan produk atau jasa dari produsen ke tangan konsumen akhir. Konsep efisiensi sering menggunakan kinerja pasar sebagai tolak ukurnya. Sistem pemasaran dikatakan efisien jika tercipta keadaan dimana produsen, lembaga pemasaran lainnya, dan konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Menurut Abbot dan Makeham (1990) dalam Hidayati (2009), menjelaskan hal-hal yang dapat menunjang efisiensi proses pemasaran yaitu: 1) pemasaran dapat berjalan dengan baik apabila ada pengaturan pasar berupa kekuatan legal dalam suatu perjanjian dan adanya perlindungan untuk melawan praktik-praktik kecurangan; 2) informasi pasar sangat diperlukan oleh partisipan yang menginginkan efisiensi mekanisme pasar; 3) penelitian pasar yang akan menprediksi keadaan di masa mendatang; 4) penyuluhan dan pelatihan terutama bagi partisipan yang mempunyai kemampuan dan keterampilan rendah; 5) promosi; dan 6) akses terhadap lembaga keuangan sangat penting untuk memperoleh pendanaan dalam aktivitas pemasaran. Adapun indikator efisiensi pemasaran produk agribisnis digolongkan ke dalam dua jenis (Cramer dan Jansen 1991; Kohls dan Uhl 2002 dalam Asmarantaka 2012) sebagai berikut: 1. Efisiensi operasional atau teknis; ukuran frekuensi produktivitas dari inputinput pemasaran seperti tenaga kerja dengan output per jam kerja atau biaya total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga pemasaran. Oleh karena itu penggunaan sumberdaya dalam pemasaran adalah biaya dan manfaat dari efisiensi pemasaran. Halcrow (1981) dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan cara atau kondisi untuk meningkatkan efisiensi yaitu: a) penurunan biaya tanpa penurunan tingkat kepuasan konsumen; b) peningkatan kepuasan
17
2.
konsumen tanpa peningkatan biaya; dan c) peningkatan kepuasan konsumen dengan adanya peningkatan biaya tetapi nilai output tambahan (kepuasan konsumen) lebih besar daripada nilai input tambahan (biaya tambahan pemasaran). Pendekatan analisis yang umumnya digunakan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Efisiensi harga; suatu konsep menyeluruh dari suatu sistem pemasaran dimana tingkat efisiensi harga hanya mungkin terjadi apabila adanya koordinasi antar tingkat lembaga pemasaran dalam sistem pemasaran. Efisiensi harga akan tercapai apabila: 1) masing-masing pihak merasakan kepuasan terhadap harga yang berlaku; 2) penggunaan sumberdaya mengalir dari penggunaan bernilai rendah ke nilai yang tinggi; dan 3) mengkoordinasikan aktivitas penjual-pembeli mulai dari petani, lembaga pemasaran, dan konsumen.
Konsep Marjin Pemasaran Konsep marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani (produsen) dengan harga di tingkat konsumen akhir atau tingkat retail. Pengertian marjin pemasaran dari sisi aspek mikro, marjin pemasaran adalah selisih harga jual dengan harga beli atau biaya-biaya dan keuntungan dari perusahaan akibat adanya aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan. Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa marjin pemasaran diartikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Terdapat dua pengertian mengenai marjin pemasaran namun nilainya sama yaitu: 1) perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen; 2) total biaya yang dikeluarkan (marjin keuntungan yang diterima) oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam menghasilkan dan mendistribusikan barang (jasa) kepada konsumen. Berikut kurva terbentuknya biaya atau marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2. P Sr
Sf Pr VM=(Pr-Pf)Qrf
Pf Dr Df 0
-Qr,f Gambar 2 Kurva pembentukan marjin pemasaran
Q
18
Keterangan: Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat konsumen akhir Df = Permintaan di tingkat petani (primary demand) Dr = Permintaan di tingkat konsumen akhir (derived demand) Sf = Penawaran di tingkat petani (primary supply) Sr = Penawaran di tingkat konsumen akhir (derived supply) Qr,f = Jumlah produk di tingkat petani dan konsumen akhir (Pr-Pf) = Marjin pemasaran (Pr-Pf)Qrf = Nilai marjin pemasaran Sumber: Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012)
Berdasarkan Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmarantaka (2012) bahwa primary dan derived demand merupakan kondisi yang menentukan permintaan awal dari proses pemasaran di tingkat petani dan permintaan turunan yaitu permintaan dari lembaga-lembaga pemasaran ke tingkat konsumen. Sedangkan primary dan derived supply adalah penawaran awal yaitu di tingkat petani dan penawaran turunan di tingkat pedagang atau pabrik pengolah dan di tingkat pedagang pengecer. Nilai marjin pemasaran (value of marketing) pada Gambar 3 merupakan selisih harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Penentuan marjin dapat diketahui dengan dua komponen yaitu melalui return to factor dan return to institution. Return to factor adalah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses pemasaran seperti upah, bunga, sewa, dan keuntungan. Sedangkan return to institution adalah pengembalian terhadap jasa atau aktivitas yang dilakukan setiap lembaga pemasaran dalam proses pemasaran (Hammond dan Dahl 1977 dalam Asmarantaka 2012). Konsep Farmer’s Share Farmer’s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir dan diterima oleh petani dalam bentuk persentase (%). Hudson (2007) menyatakan farmer’s share adalah rasio antara harga di tingkat petani terhadap harga di tingkat retail. Kohls dan Uhl (2002) menambahkan bahwa farmer’s share sebagai perbedaan harga di tingkat petani dan pedagang pengecer. Secara umum besaran farmer’s share dan marjin pemasaran bervariasi antar komoditi tergantung biaya relatif pemasaran sehubungan dengan nilai tambah (waktu, bentuk, dan tempat). Secara matematis farmer’s share dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: Fsi = Persentase yang diterima petani Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat konsumen Sumber: Asmarantaka (2012)
Konsep Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran Rasio keuntungan terhadap biaya digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemasaran. Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa efisiensi
19
operasional lebih tepat menggunakan rasio keuntungan terhadap biaya karena pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan sehingga indikatornya adalah π/C dan nilainya harus positif. Jika penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya merata pada setiap lembaga pemasaran, maka secara teknis saluran pemasaran tersebut semakin efisien. Dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:
Keterangan: πi = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i Ci = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i Sumber: Asmarantaka (2012)
Kerangka Pemikiran Operasional Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi anggrek di Provinsi Jawa Barat dengan sentra produksinya berada di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak dibudidayakan di Desa Rawakalong adalah anggrek potong Vanda douglas. Dengan sifat bunga Anggrek Vanda douglas yang hanya bertahan paling lama satu minggu maka diperlukan adanya sistem pemasaran yang efektif dan efisien yang mengharuskan produk anggrek tersebut sampai ke tangan konsumen dalam jumlah banyak, kualitas bunga terbaik, waktu yang cepat, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat khususnya para pedagang dan hobbiest sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan bunga masih segar. Beberapa kendala yang dihadapi petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yaitu nilai jual bunga masih ditentukan oleh pedagang besar di Pasar Rawabelong sehingga posisi tawar petani juga ikut rendah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi harga yang dimiliki petani yang menyebabkan petani bertindak sebagai price taker. Rendahnya posisi tawar petani juga mengakibatkan adanya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir sehingga harga jual di tingkat petani lebih rendah dibandingkan harga di tingkat pedagang perantara atau konsumen akhir. Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas secara menyeluruh baik analisis secara kualitatif maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis saluran pemasaran yang terbentuk, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat selama proses pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran, dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif mengukur seberapa besar marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya dari segi efisiensi operasional pemasaran. Dari kedua analisis tersebut maka akan diperoleh gambaran secara keseluruhan bagaimana sistem efisiensi pemasaran bunga potong anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Dengan demikian akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah sebagai pengambil kebijakan untuk meningkatkan sistem pemasaran yang efisien dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Bogor sebagai sentra produksi bunga potong anggrek di Jawa Barat 20
o Ketersediaan informasi pasar yang belum memadai o Adanya marjin pemasaran yang relatif tinggi di tingkat petani dengan di tingkat konsumen. o Posisi tawar (bargaining position) petani rendah
Analisis Kuantitatif: Marjin Pemasaran Farmer’s share Rasio Keuntungan terhadap biaya
Analisis Efisiensi Operasional Pemasaran
Analisis Kualitatif: Fungsi Pemasaran Lembaga dan Saluran Pemasaran Perilaku Pasar
Gambaran sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yang efisien
Keterangan: Alur pemikiran Saling berhubungan Proses menganalisis pemasaran
Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan bagi pemerintah dalam upaya perbaikan sistem pemasaran dan meningkatkan kesejahteraan petani Gambar 3 Skema Kerangka Pemikiran Operasional
21
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Pasar Rawabelong, Jakarta Barat sebagai tempat penjualan tanaman hias bunga. Pemilihan lokasi di Desa Rawakalong sebagai tempat penelitian dipilih secara sengaja (purposive) karena pertimbangan bahwa desa tersebut salah satu sentra budidaya anggrek potong Vanda douglas di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Kemudian Pasar Rawabelong di Jakarta Barat juga dijadikan tempat penelitian karena selama proses penelitian berlangsung, tempat tersebut paling banyak dijadikan tempat penjualan anggrek potong Vanda douglas yang didatangkan dari Bogor terutama di wilayah Gunung Sindur. Penelitian ini juga dimulai pada Bulan Februari sampai Maret 2014.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) di lapang dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada petani responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat selama proses kegiatan pemasaran berlangsung di Desa Rawakalong. Data sekunder diambil melalui berbagai literatur yang dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mendukung dari data primer selama proses penelitian berlangsung. Data-data sekunder tersebut berasal dari buku teks, jurnal ilmiah, laporan penelitian, situs internet, dan data-data yang diperoleh dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian di Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan LSI IPB, dan penelusuran langsung ke kantor Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Jakarta, dan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Pasar Rawabelong.
Metode Pengumpulan Data Responden Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer melalui pengamatan langsung di lapang dan proses wawancara dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut berisi beberapa pertanyaan baik pertanyaan tertutup (terstruktur) maupun pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berisi pertanyaan terstruktur yang jawabannya telah disediakan sedangkan pertanyaan terbuka berisi pertanyaan yang jawabannya berupa deskripsi (tidak disediakan). Kuisioner tersebut ditujukan kepada petani responden dan lembaga pemasaran yang terlibat selama proses pemasaran berlangsung. Penentuan responden petani dipilih secara
22
sengaja (purposive) yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersatu sebanyak 20 orang, terdiri dari 15 orang dari Kelompok Tani Sugih Mukti dan 5 orang dari Kelompok Tani Maju yang masih aktif membudidayakan Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Kemudian proses wawancara kepada petani dilakukan dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah atau kebun-kebun Anggrek Vanda douglas milik petani. Selain mengambil data melalui proses wawancara, dilakukan juga dengan pengamatan langsung terhadap aktivitas budidaya, panen, dan pascapanen Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Penentuan responden lembaga pemasaran dilakukan dengan metode non probability sampling yakni metode snowball sampling. Metode ini diperoleh dari informasi petani responden mengenai penelusuran saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas yang dilakukan mulai dari petani hingga ke konsumen akhir. Metode ini berupaya menelusuri aliran produk dan keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran dalam melaksanakan fungsi pemasarannya hingga ke konsumen akhir.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengambilan data primer melalui proses pengamatan langsung di lapang dan wawancara dengan petani, selanjutnya dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk memperoleh jawaban dari masalah yang terjadi selama proses pengamatan di lapang. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif guna mengidentifikasi gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fungsifungsi pemasaran, saluran dan lembaga pemasaran, serta perilaku pasar. Analisis secara kualitatif juga dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabulasi sederhana. Lalu analisis kuantitatif untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran dan diolah dengan menggunakan kalkulator dan software Microsoft Excel di komputer yang kemudian dibentuk dengan sistem tabulasi data. Selanjutnya analisis-analisis ini akan digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran anggrek Vanda douglas dari segi tingkat efisiensi operasional. Analisis Fungsi, Lembaga, dan Saluran Pemasaran Lembaga pemasaran dianalisis untuk mengetahui lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam melaksanakan fungsi pemasaran anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Dengan menganalisis keterlibatan lembagalembaga pemasaran ini dalam proses pemasaran maka didapatkan informasi mengenai aliran produk anggrek Vanda douglas yang membentuk saluran pemasaran dari mulai petani anggrek hingga ke konsumen akhir. Analisis saluran pemasaran diidentifikasi dengan tahapan-tahapan proses terbentuknya saluran pemasaran anggrek, gambaran dalam proses transaksi jual-beli yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran, dan melihat bagaimana proses pascapanen produk selama kegiatan berlangsung. Analisis fungsi pemasaran digunakan untuk mengetahui kegiatan pemasaran yang berlangsung oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan produknya dari petani hingga kepada konsumen akhir. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran
23
berupa pembelian dan penjualan; fungsi fisik berupa proses penyimpanan, pengemasan, pengangkutan; dan fungsi fasilitas berupa pembiayaan, standardisasi, penanggulangan risiko, dan informasi pasar. Analisis Perilaku dan Keragaan Pasar Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif guna mendapatkan informasi terkait perilaku lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas dalam hubungan kompetitif untuk mencapai tujuan pemasaran dalam struktur pasar. Adapun aktivitas yang diamati dalam perilaku pasar yaitu: 1) praktik pembelian dan penjualan; 2) penetapan harga; 3) sistem pembayaran yang dilakukan apakah secara tunai atau hutang; dan 4) kerjasama antar lembaga pemasaran dalam sistem pemasaran anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Analisis keragaan pasar digunakan sebagai hasil dari proses dalam struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadinya hubungan proses tawar menawar dan persaingan harga (Sudiyono 2002). Keragaan pasar menggunakan analisis kuantitatif berupa analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Analisis Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di tingkat petani atau produsen (Pf) dengan harga di tingkat konsumen akhir (Pr) yang dapat dirumuskan MT = Pr – Pf. Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Besaranya marjin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapatkan oleh lembaga pemasaran. Secara matematis, sebaran marjin total dapat dirumuskan pada persamaan (a) dan (b) sebagai berikut. MT = Pr – Pf ..........(a) .............(b) Keterangan: Pr = Harga pembelian di tingkat konsumen Pf = Harga penjualan di tingkat petani MT & Mi = Marjin Total dan marjin pemasaran lembaga ke-i
Marjin pemasaran setiap lembaga (Mi) dihitung untuk mendapatkan nilai marjin pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Marjin pemasaran pada lembaga ke-i diperoleh dari selisih harga jual pada lembaga ke-i (Pji) dengan harga beli pada lembaga ke-i (Pbi).Selain itu marjin pemasaran diperoleh dengan biaya pemasaran pada lembag ke-i (Ci) dan keuntungan pemasaran pada lembaga ke-i (πi). Dapat dirumuskan pada persamaan (c) dan (d) sebagai berikut. Mi = Pji – Pbi .......... (c) Mi = Ci + πi ..............(d) Keterangan: Pji Pbi
= Harga penjualan pada lembaga ke-i = Harga pembelian pada lembaga ke-i
24
Ci & πi i
= Biaya dan keuntungan pada lembaga ke-i = 1,2,3,4,.......,n
Maka dapat diperoleh persamaan dari persamaan (c) dan (d) yaitu: Pji – Pbi = Ci + πi .......... (e) Dengan demikian keuntungan yang diperoleh dari marjin pemasaran anggrek Vanda douglas dapat dirumuskan yaitu: πi = Pji – Pbi – Ci ............ (f) Persentase marjin total pemasaran dapat dihitung dengan membagi marjin pada tingkat ke-i dengan harga pembelian di tingkat konsumen akhir. Dapat dirumuskan sebagi berikut.
Sumber: Asmarantaka (2012)
Analisis Farmer’s Share Farmer’s share adalah merupakan ukuran efisiensi pemasaran secara kuantitatif yang merupakan bagian dari nilai yang dibayar konsumen akhir dan diterima oleh petani dalam bentuk persentase (%). Dalam mengevaluasi ukuran marjin pemasaran dan farmer’s share, kedua ukuran ini tidak dapat dijadikan patokan utama dalam menentukan apakah saluran pemasaran tersebut efisien atau tidak. Hal ini disebabkan kompleksitas penanganan produk yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Itu artinya harus memperhitungkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk dari petani sampai kepada konsumen. Meskipun farmer’s share bukan menjadi standar ukuran utama dalam sistem pemasaran tetapi dengan mengetahui nilai farmer’s share maka dapat diketahui seberapa besar nilai yang diterima petani dari nilai yang dibayar oleh konsumen. Analisis lebih jauh tentang efisiensi pemasaran akan lebih baik jika hasilnya menggunakan data time series untuk jangka panjang (Asmarantaka 2012). Berikut rumus dari farmer’s share yang telah ditulis di bab sebelumnya yaitu:
Keterangan: Fsi = Persentase yang diterima petani Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat konsumen Sumber: Asmarantaka (2012)
Semakin tinggi harga yang diterima konsumen dari harga yang ditawarkan lembaga pemasaran maka bagian nilai yang diterima petani menjadi semakin
25
sedikit. Hal ini karena petani menjual produknya dengan harga yang relatif rendah. Begitupun jika semakin tinggi nilai marjin pemasaran dalam sistem pemasaran maka nilai farmer’s share juga akan rendah. Dengan demikian farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran. Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Analisis kuantitatif berikutnya yaitu rasio keuntungan terhadap biaya (π/C). Rasio keuntungan terhadap biaya dapat dicapai jika rasio biaya dan keuntungan merata dan bernilai positif dalam sistem pemasaran. Berikut rumus dari rasio keuntungan dan biaya yang telah ditulis pada bab sebelumnya:
Keterangan: πi = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i Ci = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i Sumber: Asmarantaka (2012)
Berdasarkan rumus di atas, jika nilai π/C positif maka sistem pemasaran tersebut efisien sedangkan jika nilai π/C negatif atau nol maka sistem pemasaran dikatakan tidak efisien.
Definisi Operasional Penelitian Definisi operasional pada penelitian ini ditujukan untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian. Selain itu definisi penelitian operasional pada penelitian ini digunakan untuk mendefinisikan setiap variabel-variabel yang ada dalam penelitian. 1. Pemasaran Anggrek Vanda douglas adalah kegiatan yang berkaitan dengan proses penyaluran atau pemindahan barang secara fisik yaitu Anggrek tanah Vanda douglas dari petani selaku produsen anggrek di Desa Rawakalong hingga konsumen akhir dengan melibatkan lembaga-lembaga pemasaran berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan pada sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong. 2. Anggrek Vanda douglas adalah jenis anggrek tanah yang hidup di atas tanah dan tidak membutuhan naungan sehingga sangat ditentukan oleh sinar matahari langsung. Anggrek Vanda douglas merupakan anggrek hasil persilangan Vanda hookeriana dengan Vanda teres. 3. Harga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani adalah harga rata-rata anggrek yang diterima petani responden di Desa Rawakalong. Harga Anggrek Vanda douglas dikonversi ke dalam satuan Rp per tangkai selama musim panen Bulan Januari hingga Maret 2014. 4. Harga Anggrek Vanda douglas di tingkat konsumen akhir adalah harga rata-rata anggrek yang diterima oleh konsumen akhir. Harga Anggrek Vanda douglas dikonversi ke dalam satuan Rp per tangkai selama musim panen Bulan Januari hingga Maret 2014.
26
5. Biaya pemasaran pada setiap lembaga pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pelaku usaha pada efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas sebagai konsekuensi dari fungsi-fungsi pemasaran selama proses pascapanen Anggrek Vanda douglas. 6. Marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas adalah perbedaan harga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen. Marjin pemasaran terdiri atas biaya-biaya yang dikeluarkan pada proses pemasaran dan keuntungan pemasaran yang dikonversi ke dalam satuan Rp per tangkai. 7. Keuntungan pemasaran adalah selisih antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen dikurangi total biaya pemasaran yang dikeluarkan. Keuntungan pemasaran juga dikonversi ke dalam satuan Rp per tangkai.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk Desa Rawakalong merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Desa Rawakalong memiliki luas wilayah sebesar 525 ha dengan ketinggian 125 m di atas permukaan laut serta memiliki curah hujan yang cukup tinggi sebesar 2 004 m3. Sarana dan prasarana perhubungan atau transportasi masih belum cukup baik, hal ini karena kondisi jalan yang rusak, berdebu, dan banyak dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar seperti truk pembawa pasir dan bus antar wilayah. Jalan beton di Desa Rawakalong memiliki panjang hanya 0.6 km sedangkan jalan aspalnya adalah 1 km. Berdasarkan letak geografis, Desa Rawakalong terletak di daerah paling ujung di Kecamatan Gunung Sindur yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pamulang di Tangerang Selatan. Secara administratif, maka batasan geografisnya yaitu: Sebelah utara : Desa Bakti Jaya, Tangerang Selatan. Sebelah timur : Kelurahan Pondok Petir, Depok. Sebelah selatan : Desa Curug, Gunung Sindur. Sebelah barat : Desa Pengasinan, Gunung Sindur. Desa Rawakalong terbagi dalam empat dusun yaitu 14 Rukun Warga (RW) dan 40 Rukun Tetangga (RT) serta rencana pembentukan 2 RT baru. Jumlah penduduk Desa Rawakalong sampai akhir Bulan Januari tahun 2010 tercatat sebanyak 7930 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4093 jiwa (51.16%), perempuan sebanyak 3837 jiwa (48.39%), dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2777 jiwa dengan kepadatan penduduk per/km adalah 150 jiwa, dapat dilihat pada Tabel 5.
27
Tabel 5 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Rawakalong tahun 2011 Kategori Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (orang) 4093 3837 7930
Persentase (%) 51.16 48.39 100.00
Sumber: Laporan Monografi Desa Rawakalong (2011)
Kondisi sosial penduduk Desa Rawakalong dari tingkat pendidikan tahun 2011 pada Tabel 6 menunjukkan bahwa status pendidikan terbanyak dari penduduk yang tamat SD sebesar 1826 orang atau 47.90% sedangkan SMA sebesar 451 orang atau 11.83%. Untuk tamat perguruan tinggi atau S1 hanya mencapai 74 orang atau 1.94%. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran penduduk Desa Rawakalong terhadap pendidikan formal relatif rendah dengan jumlah terbesar didapat dari tamat SD dan hanya 14 orang (0.37%) yang mencapai tamat S2.
Tabel 6 Sebaran tingkat pendidikan penduduk Desa Rawakalong tahun 2011 Status Pendidikan
Jumlah (orang)
Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi Tamat Perguruan Tinggi/ S1 Tamat Perguruan Tinggi/S2 Total
605 1826 784 451 58 74 14 3812
Persentase (%) 15.87 47.90 20.57 11.83 1.52 1.94 0.37 100.00
Sumber: Laporan Profil Desa Rawakalong (2011
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Rawakalong bermatapencaharian sebagai swasta sebesar 2840 orang atau 35.81% sedangkan petani berjumlah 945 orang dengan persentase 11.92%. Jumlah pedagang sebesar 580 orang atau 7.31%. Penduduk yang bekerja sebagai petani di Desa Rawakalong sebagian besar adalah buruh tani yang bekerja di lahan garapan dan hanya sebagian yang memiliki lahan pribadi. Meskipun jumlah petani lebih sedikit dibandingkan dengan swasta tetapi masih banyak penduduk yang aktif sebagai petani. Hal ini karena masyarakat Desa Rawakalong sebagian besar masih meneruskan tradisi keluarga atau mewariskan pekerjaan keluarga kepada anakanak mereka sebagai petani.
28
Tabel 7 Sebaran jumlah penduduk Desa Rawakalong berdasarkan jenis mata pencaharian tahun 2011 Jenis Mata Pencaharian Petani Pedagang Pegawai Negeri TNI/Polri Pensiunan/Purnawirawan Swasta Buruh Pabrik Pengrajin Tukang Bangunan Penjahit Tukang Las Tukang Ojek Bengkel Sopir Angkutan Lain-lain Total
Jumlah (orang) 945 580 54 8 5 2840 314 75 164 172 9 84 21 82 2577 7930
Persentase (%) 11.92 7.31 0.68 0.10 0.06 35.81 3.96 0.95 2.07 2.17 0.11 1.06 0.26 1.03 32.50 100.00
Sumber: Laporan Monografi Desa Rawakalong (2011)
Potensi sumber daya alam Desa Rawakalong berupa lahan sawah seluas 40 ha, lahan kosong 5 ha, hutan bambu seluas 0.3 ha, sungai atau selokan memiliki luas 1.5 ha dan tanah hibah sebesar 7 ha. Potensi lahan pertanian seperti sawah memiliki proporsi terbesar dibandingkan lahan-lahan yang lain. Hal ini karena lahan pertanian di Desa Rawakalong masih banyak dibudidayakan dengan beberapa jenis tanaman pertanian, salah satunya adalah budidaya anggrek potong Vanda douglas. Berdasarkan informasi dari ketua Gapoktan Bersatu Desa Rawakalong bahwa potensi luas lahan budidaya anggrek potong Vanda douglas pada tahun 2008 seluas 14 ha, kemudian pada tahun 2012 menyusut sebesar 8.5 ha dan pertengahan tahun 2013 luas lahan menyusut sebesar 6 ha. Hal ini disebabkan lahan pertanian di Desa Rawakalong sudah dialihfungsikan menjadi lahan untuk perumahan sehingga beberapa petani anggrek Vanda douglas juga turut beralih ke budidaya lain seperti petani anggrek yang membudidayakan ikan lele. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersatu didirikan pada tanggal 22 Desember 2008 atas dasar musyawarah warga Desa Rawakalong sebagai wadah komunikasi dan informasi bagi para anggota kelompok tani. Berdasarkan hasil kesepakatan bersama maka Bapak Edi Rantau terpilih sebagai ketua Gapoktan Bersatu sampai saat ini. Gapoktan Bersatu terdiri dari 4 kelompok tani yaitu Kelompok Tani (Poktan) Sugih Mukti, Poktan Maju, Poktan Subur Makmur, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini. Pada penelitian ini hanya 2 kelompok tani yang diteliti yaitu Kelompok Tani Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju. Alasan memilih kedua Poktan tersebut karena kedua Poktan tersebut sebagian besar anggotanya masih aktif budidaya Anggrek Vanda douglas. Kelompok Tani Maju terdiri dari 12 orang anggota aktif dan hanya 5 orang yang masih aktif budidaya
29
Anggrek Vanda douglas sedangkan 7 orang lainnya budidaya palawija dan sayuran. Kelompok Tani Sugih Mukti terdiri dari 18 orang anggota aktif dan 15 orang masih aktif budidaya Anggrek Vanda douglas sedangkan 3 orang lainnya bekerja sebagai buruh bangunan dan staf kantor desa.
Karakteristik Petani Responden Petani responden dalam penelitian ini yaitu petani yang aktif dalam kegiatan budidaya Anggrek Vanda douglas yang tergabung dalam Kelompok Tani Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju di Desa Rawakalong. Petani responden dipilih secara sengaja (purposive) sebanyak 20 orang petani. Karakteristik petani responden yang diteliti adalah kelompok usia, tingkat pendidikan, luas lahan, dan pengalaman bertani Anggrek Vanda douglas. Informasi yang diperoleh pada Tabel 8 menunjukkan bahwa petani responden dalam penelitian ini tergolong ke dalam usia produktif yaitu antara 3140 tahun dengan jumlah sebanyak 8 orang petani anggrek (40%). Petani pada usia ini selain bekerja sebagai petani anggrek yang merupakan profesi utama tetapi mereka juga bekerja sampingan seperti ada yang budidaya ikan lele, sayuran, palawija, dan bekerja sebagai buruh bangunan dan swasta. Sedangkan petani berusia antara 41-50 tahun sebanyak 5 orang (25%). Petani responden yang berusia kurang dari 30 tahun hanya 1 orang (5%) dari total jumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani. Petani responden berusia lanjut ≥ 51 tahun sebanyak 6 orang (30%) dan memilih fokus bekerja sebagai petani anggrek Vanda douglas yang merupakan profesi utama mereka.
Tabel 8 Sebaran petani responden berdasarkan usia tahun 2014 Kelompok Usia (Tahun)
Jumlah Responden (Orang)
≤ 30
Persentase (%)
31 – 40
1 8
5.00 40.00
41 − 50
5
25.00
6 20
30.00 100.00
≥ 51 Total Sumber: Data primer (diolah), 2014
Berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 9, petani responden didominasi oleh petani berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (40%). Lalu petani berpendidikan SMA/SMK hanya 3 orang (15%). Petani responden dengan tingkat pendidikan SD dan tidak sekolah masing-masing mencapai 6 orang (30%) dan 3 orang (15%). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap sikap petani dalam menerima informasi dan inovasi baru. Kondisi tingkat pendidikan formal yang rendah perlu didorong dengan pendidikan non formal yang dapat meningkatkan keterampilan dan wawasan yang mendukung pengembangan usaha melalui
30
penyuluhan, praktek demplot, dan sebagainya yang meningkatkan keterampilan petani (Puspitasari et al. 2012). Tabel 9 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA/SMK Total
Jumlah Responden (orang) 3 6 8 3 20
Persentase (%) 15.00 30.00 40.00 15.00 100.00
Sumber: Data primer (diolah), 2014
Petani responden di Desa Rawakalong merupakan petani anggrek tanah yang menanam anggrek dari lahan dan budidaya yang diwariskan secara turun temurun. Jenis anggrek tanah yang dibudidayakan selain Anggrek Vanda douglas adalah anggrek jenis Gimstory dan kalajengking (Arachnis sp). Namun sebagian besar petani anggrek lebih banyak membudidayakan jenis Anggrek Vanda douglas karena berbunga cepat sepanjang tahun dan mudah dibudidayakan. Oleh karena itu Anggrek Vanda douglas memiliki potensi bisnis yang cukup menjanjikan di Desa Rawakalong karena usahatani anggrek tanah tersebut merupakan mata pencaharian utama petani anggrek di Desa Rawakalong.
Tabel 10 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani Anggrek Vanda douglas tahun 2014 Pengalaman Bertani Anggrek (Tahun) ≤5
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
10 − 20
4 9
20.00 45.00
21 − 30
6
30.00
1 20
5.00 100.00
≥ 31 Total Sumber: Data primer (diolah), 2014
Berdasarkan informasi dari Tabel 10 memperlihatkan bahwa pengalaman bertani Anggrek Vanda douglas terbesar sebanyak 9 orang (45%) yaitu pengalaman antara 10-20 tahun. Lalu petani anggrek yang berpengalaman budidaya selama lebih dari 31 tahun hanya 1 orang (5%). Petani yang berpengalaman lebih dari 31 tahun ini sebelum bekerja di Desa Rawakalong, bekerja sebagai petani anggrek di daerah Tangerang Selatan yaitu di Pondok Benda yang kemudian pindah ke Desa Rawakalong dan melanjutkan pekerjaannya sebagai petani anggrek di Desa Rawakalong karena di daerah Tangerang Selatan sudah banyak lahan yang dialihfungsikan sebagai lahan perumahan. Pengalaman
31
bertani yang dimiliki oleh petani responden dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani Anggrek Vanda douglas. Selain itu pula pengalaman bertani juga menentukan kekuatan networking untuk menjual kemana produknya akan dijual. Petani anggrek pada umumnya menanam Anggrek Vanda douglas dengan sistem monokultur, tetapi ada juga beberapa yang menggunakan sistem tumpang sari dengan menanam komoditas lainnya seperti ubi jalar, kangkung, jagung, dan daun singkong. Status lahan yang dikerjakan petani yaitu lahan milik sendiri dan lahan garapan.
Tabel 11 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Desa Rawakalong tahun 2014 Luas Lahan (m2)
Jumlah Responden (orang)
≤ 1000
Persentase (%)
1100 − 2000
7 7
35.00 35.00
2100 − 3000
4
20.00
2 20
10.00 100.00
≥ 3000 Total Sumber: Data primer (diolah), 2014
Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan pada Tabel 11 memperlihatkan bahwa petani yang menggunakan lahan kurang dari 1000 m2 sebanyak 7 orang (35%), sedangkan petani dengan luas lahan antara 1100-2000 m2 sebanyak 7 orang (35%). Lalu petani dengan luas lahan 2100-3000 m2 juga mencapai 4 orang (20%). Sedangkan petani dengan luas lahan lebih dari 3000 m2 hanya ada 2 orang (10%) di Desa Rawakalong dengan 1 orang memiliki lahan milik sendiri atau pribadi seluas 3200 m2. Sebagian besar lahan yang digunakan petani merupakan lahan dari warisan orang tua yang dimanfaatkan untuk budidaya anggrek tanah. Namun karena semakin menyempitnya lahan pertanian di Desa Rawakalong disebabkan konversi lahan pertanian untuk perumahan maka sebagian petani mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya seperti menjadi buruh bangunan atau bekerja di proyek industri di sekitar Desa Rawakalong.
Karakteristik Lembaga Pemasaran Responden Lembaga pemasaran responden ditelusuri melalui metode bola salju (snowball sampling) yaitu berdasarkan informasi petani kepada siapa komoditas tersebut dijual. Berdasarkan hasil penelusuran dari informasi petani responden, diperoleh sebanyak 9 lembaga pemasaran responden yang terlibat selama proses penyaluran komoditi Anggrek Vanda douglas sampai kepada konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi 5 orang pedagang pengumpul yang berasal dari anggota kelompok tani yang
32
merangkap sebagai petani, 2 orang pedagang besar di Pasar Rawabelong, 1 orang pedagang pengecer, dan 1 orang florist. Tabel 12 menyajikan karakteristik lembaga pemasaran responden berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman berdagang anggrek Vanda douglas.
Tabel 12 Sebaran lembaga pemasaran responden berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman dalam berdagang Anggrek Vanda douglas tahun 2014 Karakteristik Kelompok Usia (Tahun) ≤ 40
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
4 1
44.44 11.11
4
44.44
3 4 2
33.33 44.44 22.22
10 – 20
1 3
11.11 33.33
21 – 30
4
44.44
≥ 30
1
11.11
41 – 50 ≥ 51 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Pengalaman (Tahun) ≤5
Sumber: Data primer (diolah), 2014
Berdasarkan keterangan dari Tabel 12 memperlihatkan bahwa hasil penelusuran pedagang responden semua berjenis kelamin laki-laki. Dalam Kelompok Tani Sugih Mukti, terdapat 5 orang anggota yang merangkap menjadi petani dan pedagang pengumpul bunga anggrek Vanda douglas. Profesi sebagai petani dan pedagang pengumpul ini merupakan mata pencaharian utama kelima anggota tersebut. Berdasarkan karakteristik kelompok usia, pedagang responden yang berusia kurang dari 40 tahun sebanyak 4 orang (44.44%) dan yang berusia lebih dari 51 tahun sebanyak 4 orang (44.44%). Hanya ada 1 orang (11.11%) yang berusia 41-50 tahun. Dari hasil penelusuran bahwa sebagian besar pedagang bunga anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong telah berusia lanjut dan memiliki pengalaman berdagang yang cukup lama. Kemudian dari 9 pedagang yang menjadi responden, ada 3 orang (33.33%) berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 4 orang (44.44%) berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan hanya 2 orang (22.22%) yang dapat mengenyam bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Bagi pedagang bunga Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong bahwa berdagang bunga merupakan mata pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat dilihat dengan pengalaman berdagang mereka di Pasar Rawabelong hampir 20 tahun lebih. Pengalaman
33
berdagang dari pedagang responden bervariasi dan didominasi oleh 4 orang (44.44%) berpengalaman antara 21-30 tahun, lalu pedagang responden yang memiliki pengalaman 10-20 tahun sebanyak 3 orang (33.33%), dan hanya 1 orang (11.11%) yang berpengalaman lebih dari 30 tahun serta 1 orang (11.11%) yang berpengalaman kurang dari 5 tahun yaitu seorang florist. Usaha florist ini merupakan usaha bisnis keluarga. Dengan pengalaman berdagang tersebut maka biasanya pedagang memiliki kekuatan networking yang tinggi dan kemampuan dalam menghadapi risiko berdagang bunga Anggrek Vanda douglas.
Gambaran Umum Pascapanen Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Sebelum pertanian anggrek tanah dibudidayakan di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, terlebih dahulu budidaya anggrek tanah telah dibudidayakan di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Karena semakin terdesaknya lahan pertanian anggrek tanah yang dijadikan sebagai lahan perumahan maka akhirnya lahan pertanian tersebut sedikit demi sedikit bergeser dan terdesak sampai ke Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Pada saat itu, lahan di Desa Rawakalong adalah lahan tidur sehingga memaksa petani-petani anggrek di Pamulang juga turut terdesak dan mencoba melakukan budidaya anggrek tanah di Desa Rawakalong. Kemudian petani-petani anggrek tersebut mengajak sebagian warga Desa Rawakalong untuk bertani anggrek tanah dengan memanfaatkan lahan tidur untuk ditanam dengan anggrek karena jenis anggrek tanah memiliki prospek bisnis yang baik dengan permintaan terbesar berada di Jakarta yang memasok 80% bunga anggrek tanah ke Pasar Rawabelong, Jakarta Barat. Varietas anggrek tanah yang ditanam di daerah ini umumnya adalah Anggrek Vanda douglas. Pemanenan Panen bunga anggrek rutin dan terus berbunga sepanjang tahun. Bunga telah siap dipanen apabila tangkai bunga yang sudah mekar 5-8 kuntum bunga. Pemetikan bunga dilakukan pada pagi atau sore hari tetapi lebih baik jika sore hari karena bunga dalam keadaan masih segar jika dipasarkan pada malam hari atau subuh. Proses pemetikan dilakukan dengan tangan atau gunting panen.
Gambar 4 Proses pemetikan bunga
34
Pemasaran Setelah bunga dipetik, bunga diikat dengan tali rafia. Cara mengikatnya harus sejajar dan berurutan dari kanan ke kiri. Batang bunga disusun hingga mencapai 90 sampai 100 batang bunga. Jika sudah selesai mengikat, bunga tersebut dimasukkan ke dalam air bersih yang ada di ember dengan direndam pangkal batang bunga antara 3-5 cm dari permukaan air. Kemudian disimpan di tempat yang sejuk, tidak terkena sinar matahari, dan tidak banyak hembusan angin. Tujuannya adalah agar bunga lebih tahan lama dan tidak cepat layu. Setelah direndam dalam ember, bunga siap untuk dijual. Proses pengikatan bunga dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Proses pengikatan bunga Pemasaran bunga Anggrek Vanda douglas dari Desa Rawakalong pada umumnya sering dijual atau dipasarkan ke Pasar Rawabelong, Jakarta Barat dengan menggunakan mobil tertutup jika volume bunga mencapai 30-200 ikat bunga dan sepeda motor jika volume bunga 5-10 ikat bunga. Proses pemasaran bunga dari pedagang pengumpul kelompok tani dilakukan pada dini hari pukul 02.00 atau 03.00 menuju Pasar Rawabelong, Jakarta Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menganalisis unsur-unsur yang membentuk sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Unsur-unsur tersebut yaitu menganalisis lembaga dan saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, perilaku dan keragaan pasar di Desa Rawakalong. Kemudian menganalisis efisiensi operasional Anggrek Vanda douglas melalui analisis kuantitatif yaitu marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Selanjutnya unsur-unsur tersebut diidentifikasi untuk melihat gambaran sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas yang efisien di Desa Rawakalong.
35
Identifikasi Lembaga Pemasaran Sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas tidak terlepas dari peran lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran di Desa Rawakalong. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut yang terlibat adalah petani sebagai produsen primer lalu pedagang pengumpul dari kelompok tani, pedagang besar bunga Pasar Rawabelong, pedagang pengecer, dan florist. Berikut penjelasan peran lembaga-lembaga pemasaran di Desa Rawakalong sebagai berikut. 1) Petani adalah lembaga pemasaran di tingkat paling bawah yang melakukan kegiatan budidaya Anggrek Vanda douglas dan berperan sebagai produsen anggrek di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2) Pedagang pengumpul kelompok tani adalah lembaga pemasaran kelompok tani yang berperan dalam menampung, mengumpulkan, dan menyalurkan hasil panen Anggrek Vanda douglas dari petani yang kemudian disalurkan atau dijual ke lembaga pemasaran berikutnya yaitu pedagang besar di Pasar Rawabelong. 3) Pedagang besar bunga adalah lembaga pemasaran yang berada di Pasar Rawabelong, Jakarta Barat yang menjual beranekaragam jenis bunga potong segar, didatangkan dari berbagai daerah di Indonesia dalam skala yang besar. Pedagang bunga Rawabelong berperan dalam menjual Anggrek Vanda douglas kepada konsumen. 4) Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran individu yang menjual bunga Anggrek Vanda douglas dalam jumlah kecil (eceran) secara langsung kepada florist dan konsumen akhir. 5) Florist adalah lembaga pemasaran individu atau kelompok yang menerima pasokan bunga Anggrek Vanda douglas dari petani. Petani menjual bunga Anggrek Vanda douglas langsung kepada florist yang sudah menjadi langganan tetap, dan digunakan sebagai bunga tambahan dalam rangkaian bunga sehingga dijual kepada konsumen dalam keadaan bunga sudah dirangkai. Banyaknya bunga yang dibeli jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan rangkaian pada karangan bunga maupun dalam vas bunga.
Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang dimulai dari petani sebagai produsen primer. Petani yang terlibat dalam lembaga pemasaran sebanyak 20 orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Sugih Mukti berjumlah 15 orang dan 5 orang dari Kelompok Tani Maju. Petani-petani tersebut menjual hasil panennya kepada lembaga-lembaga pemasaran berikutnya sehingga akan terbentuk saluran pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terbentuk dalam saluran pemasaran tersebut melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Adapun pola saluran pemasaran yang terbentuk pada sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat dilihat sebagai berikut.
36
(1) (2) (3) (4)
Pola Saluran I : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Konsumen Pola Saluran II : Petani Florist Konsumen Pola Saluran III: Petani Pedagang Pengecer Konsumen Pola Saluran IV: Petani Pedagang Besar Konsumen
Panen Anggrek Vanda douglas pada kondisi normal dilakukan 1 sampai 2 kali seminggu dan berbunga sepanjang tahun. Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan oleh petani responden rata-rata setiap minggunya dari Bulan Januari hingga Maret 2014 sebanyak 2273 ikat atau 227 300 tangkai. Setiap 1 ikat dihitung 100 tangkai bunga. Hasil panen bunga dijual atau dipasarkan ke lembaga-lembaga pemasaran berikutnya hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen. Petani-petani anggrek di Kelompok Tani Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju mengumpulkan Anggrek Vanda douglas kepada pedagang pengumpul kelompok tani kemudian dijual ke Pasar Rawabelong atau ada yang langsung menjual ke pedagang pengecer, pedagang besar, dan florist. Berdasarkan hasil penelitian observasi di lapangan dan keterangan informasi dari petani bahwa Anggrek Vanda douglas berbunga setiap tahunnya. Namun produksi bunga pada Bulan Maret 2014 terjadi penurunan produksi yang sangat tinggi yang belum pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Prediksi menurut beberapa petani anggrek bahwa salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi bunga yang mungkin terjadi adalah faktor cuaca dan iklim yang tidak menentu. Hasil penelusuran di lapangan diperoleh 4 pola saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas yang berasal dari 20 orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju Desa Rawakalong. Skema pola saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat dideskrispsikan dalam skema pada Gambar 6.
Petani 12.14%
5.81%
72.20%
1
15.66%
Pedagang Pengumpul
2
3 4
100%
Pedagang Besar (Pasar Rawabelong)
Florist
100%
Pedagang pengecer 100%
100%
100%
K O N S U M E N
37
Gambar 6
Skema pola saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Keterangan: : Saluran Pemasaran I : Saluran Pemasaran II : Saluran Pemasaran III : Saluran Pemasaran IV Anggrek potong Vanda douglas yang dihasilkan petani Kelompok Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju selama musim panen Bulan Januari hingga Maret 2014 sebanyak 2273 ikat atau 227 300 tangkai bunga yang tersebar pada 4 saluran pemasaran di Desa Rawakalong. Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan pada saluran I adalah sebanyak 164 100 tangkai atau 72.20% dari total anggrek pada petani responden. Pada saluran I sebanyak 14 orang (70%) dari total petani responden menitipkan Anggrek Vanda douglas kepada pedagang pengumpul kelompok tani. Saluran pemasaran II menghasilkan produksi sebesar 27 600 tangkai atau 12.14% yang dilakukan oleh petani responden berjumlah 2 orang (10%). Pada saluran III merupakan saluran dengan jumlah petani responden 1 orang (5%) yang menghasilkan Anggrek Vanda douglas sebanyak 13 200 tangkai (5.81%). Sedangkan pada saluran IV menghasilkan bunga sebanyak 35 600 tangkai (15.66%) dengan jumlah petani responden sebanyak 3 orang (15%). Sebaran petani responden yang ada pada setiap saluran pemasaran di Desa Rawakalong dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran petani responden dan volume penjualan anggrek potong Vanda douglas di setiap saluran pemasaran anggrek di Desa Rawakalong pada musim panen Bulan Januari-Maret 2014 Saluran Pemasaran Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV
Jumlah Responden (orang) 14 2 1 3
Total
20
Persentase (%) 70.00 10.00 5.00 15.00 100.00
Volume Anggrek Persentase Vanda douglas (%) (Tangkai) 164 100 72.20 27 600 12.14 13 200 5.81 35 600 15.66 227 300
100.00
Sumber: Data primer (diolah), 2014
Penjelasan kondisi efisiensi pemasaran pada sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong mencakup keseluruhan mengenai biaya-biaya pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada proses pemasaran. Berikut adalah penjelasan secara lebih rinci terkait efisiensi saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas.
38
Saluran Pemasaran I Saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh petani anggrek yaitu sebanyak 14 orang petani responden (70%) dengan volume penjualan dari Bulan Januari sampai Maret 2014 sebanyak 164 100 tangkai (72.20%). Petani pada saluran I menjual hasil panen Anggrek Vanda douglas kepada pedagang pengumpul kelompok tani untuk kemudian dijual kepada pedagang besar di Pasar Rawabelong hingga konsumen akhir. Petani tidak melakukan proses tawar menawar harga kepada pedagang pengumpul karena sebagian besar petani pada saluran ini menjual Anggrek Vanda douglas dalam jumlah banyak sehingga dapat mengurangi risiko Anggrek Vanda douglas tidak terjual. Petani dan pedagang pengumpul kelompok tani yang juga merangkap sebagai petani memiliki ikatan kerja sama yang cukup lama dan saling mempercayai satu sama lainnya, salah satunya karena merupakan satu anggota aktif di dalam Gapoktan. Berdasarkan keterangan Tabel 14 menunjukkan bahwa rincian biaya Anggrek Vanda douglas pada saluran I telah dikonversi dalam satuan Rp per tangkai. Setelah petani memetik hasil panen bunga anggrek maka hasil panen bunga dikumpulkan dan diikat dengan tali rafia. Biaya pengikatan dengan tali rafia ditanggung oleh petani. Biaya pengikatan tali adalah Rp20 000 (setiap ikatan menampung 100 ikat bunga). Setelah seluruh bunga diikat maka petani mengumpulkan hasil panennya kepada pedagang pengumpul. Kemudian pedagang pengumpul menjual ke Pasar Rawabelong pada dini hari karena aktivitas pemasaran di Pasar Rawabelong pada saat bunga masih segar berlangsung pada dini hari pukul 01.00 sampai 06.00 menggunakan motor atau mobil. Biaya parkir motor di Pasar Rawabelong adalah Rp5 000 dan biaya transportasi menuju Pasar Rawabelong dalam perjalanan pulang-pergi adalah Rp20 000. Perjalanan menuju Pasar Rawabelong ditempuh selama 45 menit. Proses penjualan atau penyaluran Anggrek Vanda douglas dilakukan pada dini hari pukul 02.00 sampai 03.00 menggunakan sepeda motor, jika volume penjualan 5-10 ikat atau menggunakan mobil, jika volume penjualan bunga mencapai 30200 ikat bunga.
Tabel 14 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran I Biaya pemasaran Petani Pengikatan (tali) Jumlah Pedagang pengumpul Parkir Transportasi Jumlah Pedagang besar Penyusutan Retribusi pasar Jumlah Total Biaya
Jumlah rata-rata (Rp/tangkai) 2.00 2.00 5.00 20.00 25.00 150.00 2.50 152.50 179.50
39
Beberapa pedagang di Pasar Rawabelong bersiap-siap menunggu kedatangan pengumpul yang menjadi langganannya untuk membeli produksi Anggrek Vanda douglas. Pedagang Pasar Rawabelong menanggung biaya penyusutan dan retribusi pasar. Biaya penyusutan bunga Anggrek Vanda douglas sebesar Rp150 per tangkai dari harga beli. Biaya retribusi pasar adalah Rp10 000 per hari. Harga rata-rata yang diterima pedagang besar dari pedagang pengumpul adalah Rp720 per tangkai. Harga jual rata-rata bunga Anggrek Vanda douglas di tingkat pedagang besar Pasar Rawabelong adalah Rp2 438 per tangkai. Saluran Pemasaran II Saluran pemasaran II dilakukan oleh petani responden sebanyak 2 orang (10%). Volume penjualan bunga dari Bulan Januari hingga Maret 2014 adalah 27 600 tangkai (12.14%). Pola pemasaran saluran II terdiri atas petani dan florist. Saluran ini dipilih petani karena petani dapat menjual Anggrek Vanda douglas dalam jumlah sedikit dengan harga jual yang telah disepakati bersama dengan florist. Sistem pembayaran menggunakan sistem abodemen yaitu berapapun hasil panennya baik dalam jumlah sedikit atau banyak, harga yang diterima petani adalah tetap yaitu Rp750 per tangkai. Berdasarkan keterangan Tabel 15 memperlihatkan bahwa rincian biaya Anggrek Vanda douglas pada saluran II yang dikonversi dalam satuan Rp per tangkai. Petani dikenai biaya pengikatan (tali), biaya transportasi, dan biaya retribusi karena petani melakukan fungsi fisik yaitu aktivitas pengangkutan (transportasi) dan fungsi fasilitas yaitu fungsi pembiayaan. Petani mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp30 000 menggunakan sepeda motor dan biaya retribusi Rp10 000 setiap satu kali setor bunga.
Tabel 15 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran II Biaya pemasaran Petani Pengikatan (tali) Transportasi Retribusi Jumlah Florist Jasa Pengiriman Tenaga Kerja Jumlah Total Biaya
Jumlah rata-rata (Rp/tangkai) 2.00 100.00 33.33 135.33 500.00 700.00 1200.00 1335.33
Florist menggunakan berbagai macam jenis bunga potong dan daun potong untuk dihias dan dirangkai menjadi karangan bunga salah satunya Anggrek Vanda douglas. Jumlah bunga yang akan dirangkai sesuai dengan
40
permintaan dan kebutuhan konsumen. Florist dikenai biaya penggunaan jasa pengiriman bunga kepada konsumen sebesar Rp500 000 per orang per hari dan biaya tenaga kerja untuk merangkai bunga sebesar Rp100 000 per orang per hari. Harga jual rata-rata untuk satu papan ungkapan karangan bunga adalah Rp400 000 dan tergantung ukuran papan dan tingkat kesulitan pembuatan rangkaian bunga. Saluran Pemasaran III Pola saluran pemasaran III terdiri atas petani dan pedagang pengecer. Petani responden yang terlibat pada saluran III hanya 1 orang (5%) dengan volume penjualan dari Bulan Januari sampai Maret 2014 adalah 13 200 tangkai (5.81%). Petani menanggung biaya pengikatan tali sebesar Rp20 000. Pada saluran ini pedagang pengecer membeli bunga Anggrek Vanda douglas langsung mendatangi kebun petani anggrek di Desa Rawakalong. Petani menjual Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengecer dengan harga Rp700 per tangkai. Pedagang pengecer menjual berbagai jenis anggrek tanah seperti Anggrek Vanda douglas, Anggrek Gymstory dan Anggrek Arachnis sp (anggrek kalajengking) kepada konsumen. Bunga anggrek tanah tersebut diikat kemudian dibungkus di dalam kardus dan dijual kepada konsumen langganan di daerah Suter, Jakarta Utara. Biaya transportasi, biaya retribusi, biaya pengikatan, dan biaya pengemasan ditanggung oleh pedagang pengecer. Biaya transportasi sebesar Rp50 000. Biaya retribusi pasar adalah Rp5 000 untuk setiap kali setor, dan biaya pengemasan menggunakan kardus yaitu Rp21 per tangkai serta biaya pengemasan (tali) rafia yaitu Rp20 000. Harga jual rata-rata ketiga jenis anggrek tanah kepada konsumen adalah Rp2 500 per tangkai. Biaya-biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran III dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran III Biaya pemasaran Petani Pengikatan (tali) Jumlah Pedagang pengecer Transportasi Retribusi Pengikatan (tali) Pengemasan (kardus) Jumlah Total Biaya
Jumlah rata-rata (Rp/tangkai) 2.00 2.00 161.29 16.00 65.00 21.00 262.90 264.90
Saluran Pemasaran IV Saluran pemasaran IV terdiri atas petani dan pedagang dari Pasar Rawabelong yang membeli langsung dari petani anggrek di Desa Rawakalong.
41
Petani responden yang menjual hasil panen ke pedagang besar sebanyak 3 orang (15%) dengan volume penjualan pada musim panen Bulan Januari sampai Maret 2014 adalah 35 600 tangkai (15.66%). Petani hanya menanggung biaya pengikatan. Sedangkan biaya transportasi, biaya penyusutan, dan biaya retribusi pasar ditanggung oleh pedagang besar dari Pasar Rawabelong.
Tabel 17 Biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran IV Biaya Pemasaran
Jumlah rata-rata (Rp/tangkai)
Petani Pengikatan (tali) Jumlah Pedagang besar Transportasi Penyusutan Retribusi pasar Jumlah Total Biaya
2.00 2.00 40.00 168.00 4.00 212.00 214.00
Berdasarkan informasi dari Tabel 17 menunjukkan bahwa biaya transportasi menggunakan mobil setiap membeli ke petani dan menjual ke konsumen adalah Rp100 000. Biaya penyusutan yang ditanggung pedagang besar adalah Rp168 per tangkai. Biaya retribusi pasar yang dikenai pedagang besar Rp10 000 per hari. Harga jual rata-rata Anggrek Vanda douglas yang diterima petani adalah Rp700 per tangkai dan harga jual rata-rata Anggrek Vanda douglas yang diterima pedagang besar ke konsumen adalah Rp2 438 per tangkai.
Analisis Fungsi Pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aktivitas penyaluran Anggrek Vanda douglas dari petani hingga konsumen. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi waktu dan tempat. Adapun lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong terdiri dari petani, pedagang pengumpul kelompok tani, pedagang besar di Pasar Rawabelong, pedagang pengecer, dan florist. Berikut aktivitas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan lembaga pemasaran lainnya dapat dilihat pada Tabel 18.
42
Tabel 18 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan lembagalembaga pemasaran di Desa Rawakalong Lembaga pemasaran
Fungsi pemasaran Pertukaran Fisik
Petani
Fasilitas
Pertukaran Fisik Pedagang pengumpul Fasilitas Pertukaran Fisik Pedagang besar Fasilitas Pertukaran Fisik Pedagang pengecer Fasilitas
Florist
Pertukaran Fisik Fasilitas
Aktivitas dari fungsi pemasaran Penjualan Pengemasan dan pengangkutan (saluran II) Pembiayaan, informasi pasar (kadang-kadang), standardisasi dan grading (kadang-kadang) Penjualan Pengangkutan dan penyimpanan Pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar Pembelian dan penjualan Pengangkutan dan penyimpanan Pembiayaan, Penanggungan risiko, informasi pasar Pembelian dan penjualan Penyimpanan, pengangkutan, pengemasan Pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar Pembelian dan penjualan Penyimpanan dan pengemasan Penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar
Sumber: Data primer (diolah), 2014
Informasi dari Tabel 18 memperlihatkan secara umum bahwa setiap lembaga pemasaran selama penelitian ini melakukan tiga fungsi utama pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Pelaksanaan fungsifungsi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran bertujuan untuk memperlancar proses penyaluran produk Anggrek Vanda douglas dari produsen ke konsumen akhir dan untuk mengurangi hambatan-hambatan terkait waktu, jarak, lokasi, dan alur informasi sehingga akan mempengaruhi besarnya biaya pada setiap lembaga pemasaran dalam proses pemasaran Anggrek Vanda douglas. Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong melakukan fungsi pertukaran yaitu hanya aktivitas penjualan, fungsi fisik (pengikatan dan pengangkutan pada saluran II), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, kadang-kadang mencari informasi pasar, dan terkadang juga melakukan standardisasi dan grading). Pedagang pengumpul kelompok tani melakukan fungsi pertukaran (hanya penjualan), fungsi fisik (pengangkutan dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, dan
43
informasi pasar). Pedagang besar melakukan fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik (pengangkutan dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (penanggungan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar). Selanjutnya pedagang pengecer melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar). Sedangkan florist melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Berikut adalah penjelasan menyeluruh terkait fungsi pemasaran yang dilakukan petani anggrek di Desa Rawakalong dan lembaga pemasaran yang terlibat. Dokumentasi dari aktivitas-aktivitas pemasaran di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani Pada penelitian ini, petani sebagai pihak produsen melakukan tiga fungsi pemasaran utama yakni fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Petani anggrek potong Vanda douglas melakukan fungsi pertukaran yaitu aktivitas penjualan kepada pedagang pengecer, florist, dan pedagang besar. Petani pada saluran I menjual hasil panen bunga kepada pedagang pengumpul kelompok tani. Dalam kelompok tani tersebut, ada 5 orang petani yang merangkap sebagai pedagang pengumpul yang berperan dalam mengumpulkan dan menjual hasil panen anggrek ke lembaga pemasaran selanjutnya. Proses penjualan Anggrek Vanda douglas dilakukan secara bebas oleh petani karena transaksi ini didasarkan adanya ikatan kekeluargaan dan rasa saling percaya yang terjalin cukup lama antar anggota kelompok tani (petani dan pedagang pengumpul). Petani juga melakukan fungsi fisik yaitu aktivitas pengemasan dan kadang-kadang pengangkutan. Pengemasan bunga yang dimaksud adalah proses pengikatan bunga. Setelah seluruh bunga Anggrek Vanda douglas dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya para petani anggrek ini mengikat bunga-bunga Anggrek Vanda douglas dengan menggunakan tali rafia. Fungsi pengangkutan terjadi pada saluran II dimana pada saluran ini petani melakukan aktivitas pengangkutan bunga Anggrek Vanda douglas ke florist yang menjadi langganan petani. Fungsi fasilitas yang dilakukan petani yaitu fungsi pembiayaan. Fungsi pembiayaan yang dilakukan petani adalah sebagai penyediaan modal untuk melakukan usahatani Anggrek Vanda douglas berupa biaya produksi. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersatu yang menaungi Poktan Sugih Mukti dan Poktan Maju pernah mendapatkan bantuan pembiayaan modal dari pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan dan menunjang aktivitas usahatani di Desa Rawakalong. Bantuan pembiayaan modal tersebut adalah dana PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) pada tahun 2009 sebesar kurang lebih Rp100 juta. Fungsi fasilitas lainnya adalah informasi pasar. Petani kadangkadang mendapatkan informasi perkembangan harga Anggrek Vanda douglas dari pedagang pengumpul kelompok tani dan pedagang besar di Pasar Rawabelong. Terkadang informasi harga yang diperoleh petani kurang transparan sehingga menyebabkan petani tidak dapat mempengaruhi harga jual anggrek di pasar dan hanya berperan sebagai price taker. Pada saluran II, petani bertindak sebagai price maker karena petani yang menentukan harga jual kepada pembeli. Sedangkan fungsi standardisasi dan grading juga kadang-kadang dilakukan oleh petani.
44
Dalam melakukan proses standardisasi dan grading, petani hanya mengumpulkan dan memilih bunga berdasarkan feeling petani. Tidak ada standar baku dalam hal pemilihan bunga. Petani hanya memilih bunga berdasarkan kualitas warna bunga yang cerah, bentuk batang lurus, dan memiliki kuntum bunga sebanyak 5-8 kuntum. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengumpul Kelompok Tani Pedagang pengumpul kelompok tani ini juga merangkap sebagai petani Anggrek Vanda douglas. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kelompok tani adalah fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran ini berupa aktivitas penjualan bunga ke pedagang besar di Pasar Rawabelong. Proses penjualan Anggrek Vanda douglas ke pedagang besar tidak ada sistem kontrak, pedagang pengumpul menjual ke beberapa pedagang Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong yang sudah menjadi langganan tetap dan menjalin hubungan kerjasama yang cukup lama. Kemudian fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kelompok tani yaitu aktivitas pengangkutan dan penyimpanan. Setelah hasil panen bunga diikat selanjutnya hasil panen tersebut diangkut ke rumah salah satu pedagang pengumpul kelompok tani untuk disimpan sementara sebelum hasil panen bunga dijual. Fungsi penyimpanan yaitu bunga Anggrek Vanda douglas disimpan di tempat yang sejuk dan diletakkan di dalam ember kecil yang berisi air. Kemudian proses pengangkutan dan penjualan bunga Anggrek Vanda douglas ke Pasar Rawabelong, Jakarta Barat menggunakan mobil jika volume bunga mencapai 30-200 ikat bunga dan motor jika volume bunga hanya 5-10 ikat bunga. Proses pemasaran bunga dari pedagang pengumpul kelompok tani dilakukan pada dini hari pukul 02.00 atau 03.00 menuju Pasar Rawabelong, Jakarta Barat. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kelompok tani berupa fungsi pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan tersebut adalah biaya transportasi selama mengangkut barang dari petani ke pedagang besar Pasar Rawabelong. Sedangkan fungsi penanggungan risiko yang dihadapi pedagang pengumpul kelompok tani yaitu risiko harga jual dan risiko kerusakan atau kehilangan barang selama proses pengangkutan. Risiko harga yang dialami pedagang pengumpul adalah harga bunga yang sering berfluktuatif karena faktor permintaan konsumen dan ketersediaan produk bunga. Harga rata-rata bunga Anggrek Vanda douglas Rp72 000.00 per ikat di tingkat pedagang pengumpul kelompok tani. Penentuan harga didasarkan pada mekanisme pasar atau harga yang berlaku pada saat itu. Fungsi informasi pasar dibutuhkan oleh pedagang pengumpul kelompok tani untuk mengetahui perkembangan harga jual Anggrek Vanda douglas yang diperoleh dari pedagang besar Pasar Rawabelong. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Besar Pasar Rawabelong merupakan pasar pusat penjualan berbagai macam bunga potong segar dan tanaman lainnya yang didatangkan dari berbagai daerah di Indonesia, terletak di Jalan Sulaiman Nomor 50 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pasar Rawabelong juga merupakan pasar bunga terbesar di Asia Tenggara dan merupakan pasar yang beraktivitas selama 24 jam sehari. Hari-hari yang aktif dalam penjualan bunga di Pasar Rawabelong adalah Hari Kamis, Jumat, dan Sabtu
45
karena akhir Minggu sering digunakan sebagai hari untuk menyelenggarakan pesta atau hajatan. Pedagang besar di Pasar Rawabelong melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran ini adalah aktivitas pembelian dan penjualan. Beberapa pedagang di Pasar Rawabelong melakukan proses pembelian dengan pedagang pengumpul kelompok tani yang sudah menjadi langganannya. Penyerahan bunga dilakukan di tempat pedagang besar sehinga terjadi proses pembelian yang dilakukan pedagang besar kepada pedagang pengumpul kelompok tani. Namun ada juga pedagang bunga Anggrek Vanda douglas dari Pasar Rawabelong yang membeli langsung dari petani anggrek di Desa Rawakalong. Aktivitas penjualan bunga Anggrek Vanda douglas dilakukan oleh pedagang bunga yang kemudian menjual bunga Anggrek Vanda douglas kepada konsumen. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang besar adalah fungsi penyimpanan. Pedagang besar menyimpan bunga Anggrek Vanda douglas di dalam ember kecil yang berisi air dan ditutup dengan koran-koran bekas. Menurut salah satu pedagang yang diwawancarai, anggrek potong Vanda douglas dapat bertahan selama satu minggu. Fungsi fisik lainnya adalah fungsi pengangkutan. Fungsi pengangkutan dilakukan oleh pedagang dari Pasar Rawabelong yang membeli langsung bunga dari petani. Pedagang tersebut mengangkut bunga Anggrek Vanda douglas dari petani menggunakan mobil tertutup. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu fungsi penanggungan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Fungsi penanggungan risiko yang dihadapi pedagang besar adalah risiko kerusakan produk apabila Anggrek Vanda douglas tidak laku terjual habis di Pasar Rawabelong sehingga risiko kerusakan bunga ditanggung oleh pihak pedagang besar di Pasar Rawabelong. Kemudian risiko karena fluktuasi harga bunga Anggrek Vanda douglas dan risiko karena unsur waktu. Bagian terbesar dari risiko perubahan kondisi pasar disebabkan oleh unsur waktu. Pada umumnya peningkatan permintaan bunga Anggrek Vanda douglas terjadi menjelang hari-hari besar seperti Imlek, Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru. Kadang-kadang produksi bunga Anggrek Vanda douglas dari Desa Rawakalong sedikit menyebabkan harga jual akan tinggi karena minimnya produksi bunga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani. Fluktuasi harga bunga Anggrek Vanda douglas terjadi karena ketidakseimbangan supply dan demand barang. Selanjutnya fungsi pembiayaan dilakukan oleh pedagang besar antara lain modal untuk pembelian Anggrek Vanda douglas, biaya transportasi, dan biaya retribusi pasar. Informasi pasar berguna untuk mengetahui perkembangan harga jual dan harga beli Anggrek Vanda douglas yang diperoleh dari sesama pedagang besar. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer Pedagang pengecer ini melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang terjadi adalah aktivitas pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer membeli langsung bunga Anggrek Vanda douglas dari salah satu petani anggrek di Desa Rawakalong yang sudah menjadi langganannya. Sistem pembayarannya adalah bebas atau tidak ada sistem kontrak, tetapi terjalin hubungan kerjasama yang cukup lama sehingga ketika konsumen membutuhkan anggrek tanah maka pedagang pengecer tersebut
46
segera menghubungi petani anggrek yang menjadi langganannya melalui telepon, karena diantara petani dan pedagang pengecer tersebut sudah saling mengenal. Pedagang pengecer ini juga berprofesi sebagai petani anggrek tanah di Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Pedagang pengecer ini membeli anggrek tanah dari petani lain jika hasil panen bunga dari kebun miliknya tidak mencukupi sehingga mengharuskan pengecer tersebut membeli anggrek dari petani lain untuk memenuhi permintaan konsumen. Adapun jenis anggrek tanah [Vanda douglas, kalajengking (Arachnis sp), dan Gymstory] tersebut kemudian dijual kepada konsumen tetap yaitu di daerah Suter, Jakarta Utara untuk dijadikan sebagai rangkaian bunga. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer yaitu fungsi pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan. Pengangkutan bunga dari petani anggrek di Desa Rawakalong menggunakan sepeda motor dan pengangkutan bunga ke daerah Suter juga menggunakan sepeda motor. Fungsi penyimpanan bunga dilakukan di tempat yang sejuk dan diletakkan di dalam ember berisi air agar bunga tidak cepat layu. Pedagang pengecer juga mengeluarkan biaya untuk proses pengemasan jenis anggrek tanah yang akan dibeli oleh konsumen dengan menggunakan kardus seharga Rp6 500.00 per pack. Pedagang pengecer melakukan fungsi fasilitas yaitu fungsi pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan berupa modal yang harus dikeluarkan pengecer untuk membeli berbagai jenis anggrek tanah dari petani, adanya biaya retribusi, biaya pengikatan, biaya pengemasan, dan biaya transportasi. Fungsi penanggungan risiko yang dihadapi pedagang pengecer adalah penyusutan akibat kerusakan bunga selama proses pengangkutan dan risiko fluktuasi harga bunga. Dalam hal pencarian informasi pasar, pedagang pengecer mengetahui informasi perkembangan harga beli dan harga jual dari pedagang besar Rawabelong dan sesama pedagang pengecer dari pasar. Fungsi Pemasaran di Tingkat Florist Florist adalah lembaga pemasaran yang menerima pasokan bunga anggrek potong Vanda douglas dari petani. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh florist adalah fungsi pertukaran yaitu aktivitas pembelian bunga Anggrek Vanda douglas dari petani dan aktivitas penjualan bunga kepada konsumen. Fungsi fisik yang dilakukan adalah penyimpanan dan pengemasan. Anggrek Vanda douglas disimpan dan dikemas dalam bentuk bunga tambahan atau pelengkap dalam rangkaian karangan bunga ataupun dalam vas bunga. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan adalah pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan berupa modal untuk membeli Anggrek Vanda douglas dari petani dan biaya tenaga kerja untuk rangkaian bunga. Fungsi penanggungan risiko yang dihadapi florist adalah penyusutan akibat kerusakan bunga selama proses merangkai bunga. Pencarian informasi terkait perkembangan harga bunga Anggrek Vanda douglas diperoleh dari petani dan pedagang pengecer.
Analisis Perilaku Pasar Analisis perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku lembagalembaga pemasaran untuk mengetahui bagaimana struktur pasar dapat dilakukan
47
dengan melihat aktivitas pembelian dan penjual yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran, adanya sistem penentuan harga, bagaimana sistem pembayaran itu terjadi, dan hubungan kerjasama yang terbentuk diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Aktivitas Pembelian dan Penjualan Efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas melibatkan beberapa lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang melakukan praktik pembelian dan penjualan. Petani Anggrek Vanda douglas yang tergabung dalam Kelompok Tani Maju dan Sugih Mukti melakukan aktivitas penjualan bunga langsung dari lahan petani ke pedagang besar dari Pasar Rawabelong, pedagang pengecer, dan florist. Pada saluran I petani-petani anggrek menjual hasil panen bunganya kepada pengumpul kelompok tani. Hasil panen bunga dilakukan setiap 1 sampai 2 kali seminggu jika panen normal tetapi jika produksi bunga sedikit hanya 1 sampai 3 kali dalam 1 bulan bahkan ada yang tidak panen selama 1 bulan. Kemudian hasil panen bunga tersebut dikumpulkan dan diletakkan di rumah salah satu petani atau di saung (tempat para petani melakukan perkumpulan kelompok). Lembaga pemasaran yang melakukan aktivitas pembelian dari petani adalah pedagang pengecer, florist, dan pedagang besar dari Pasar Rawabelong. Pedagang pengecer membeli anggrek tanah langsung dari salah satu petani anggrek di Desa Rawakalong dengan menggunakan sepeda motor kemudian dijual secara eceran ke konsumen yang telah menjadi langganan di daerah Suter, Jakarta Utara juga menggunakan sepeda motor. Florist membeli bunga Anggrek Vanda douglas langsung dari petani anggrek di Desa Rawakalong. Petani tersebut menjual bunga ke florist langganannya menggunakan sepeda motor. Aktivitas ini terjadi pada saluran II. Pedagang besar di Pasar Rawabelong membeli anggrek potong Vanda douglas dari pedagang pengumpul kelompok tani dan ada juga yang langsung membeli bunga dari lahan petani anggrek di Desa Rawakalong. Dari pedagang besar tersebut kemudian menjual langsung ke konsumen akhir. Sistem Penentuan Harga Proses penentuan harga yang dilakukan oleh lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas umumnya dilakukan melalui proses tawar menawar antara petani dan pedagang maupun sesama pedagang. Proses tawar menawar ini terjadi di tempat pembeli maupun penjual sampai diperoleh harga kesepakatan. Harga Anggrek Vanda douglas yang diterima petani dan pedagang pengumpul kelompok tani ditentukan oleh pedagang besar di Pasar Rawabelong. Pedagang besar memiliki informasi perkembangan harga pasar dari sesama pedagang di Pasar Rawabelong dan bersaing dengan pedagang lainnya untuk memperoleh produksi bunga dari pedagang pengumpul serta adanya kekuatan tawar yang besar menyebabkan pengumpul kelompok tani menerima harga yang telah ditentukan oleh pedagang besar. Sedangkan petani yang menjual anggrek ke florist ditentukan oleh pihak petani. Petani bertindak sebagai price maker. Pada umumnya permintaan konsumen meningkat ketika menjelang harihari besar seperti Natal, Tahun Baru, Imlek, Idul Fitri, dan hajatan atau pesta serta ungkapan perayaan kematian untuk agama tertentu sehingga pedagang besar dapat melakukan prediksi harga Anggrek Vanda douglas berdasarkan volume pasokan bunga dan permintaan dari konsumen pada setiap periode. Harga Anggrek Vanda
48
douglas sering berfluktuatif karena ketersediaan produksi anggrek dan permintaan konsumen. Sistem Pembayaran dalam Transaksi Sistem pembayaran dalam transaksi Anggrek Vanda douglas yang umumnya dipakai pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat menggunakan sistem pembayaran tunai (cash). Pembayaran tunai adalah tata cara pembayaran yang mengharuskan pembeli membayar secara langsung dan tunai kepada penjual pada saat transaksi berlangsung dan penjual harus menyerahkan barang pada saat transaksi berlangsung. Pembayaran tunai dilakukan pada setiap saluran pemasaran mulai dari petani hingga konsumen akhir. Sistem pembayaran lainnya menggunakan sistem abodemen yaitu sistem pembayaran dengan harga yang telah disepakati bersama pada saat kondisi barang yang dijual banyak maupun sedikit. Sebagai contoh meskipun produksi panen bunga Anggrek Vanda douglas sedikit ataupun banyak, tetapi harga jual tetap stabil atau tidak berubah. Sistem abodemen terjadi pada saluran II yaitu petani menjual hasil panen bunga kepada florist langganan. Harga jual yang disepakati sebesar Rp750 per tangkai. Kerjasama antar Lembaga Pemasaran Sistem kerjasama yang dilakukan setiap lembaga pemasaran di Desa Rawakalong umumnya terjalin karena adanya ikatan sosial dan rasa saling percaya antara penjual dan pembeli yang terbangun cukup lama. Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kontinuitas pasokan produk pada proses pembelian dan penjualan Anggrek Vanda douglas dari pedagang pengumpul kelompok tani, pedagang besar, pedagang pengecer, dan florist. Sistem kerjasama yang sering dilakukan pada setiap lembaga pemasaran adalah sistem langganan. Sistem langganan terbangun karena tidak adanya sistem kontrak resmi dan hubungan saling percaya satu sama lainnya seperti yang dilakukan oleh petani dan pedagang pengumpul kelompok tani karena keduanya sama-sama aktif sebagai anggota Gapoktan, antara petani dan pedagang pengecer, petani dan florist, serta petani dan pedagang besar.
Analisis Keragaan Pasar Keragaan pasar (market performance) merupakan hasil atau pengaruh dari struktur pasar dan perilaku pasar yang dapat terlihat dari variabel ekonomi seperti kapasitas produk, harga, dan biaya pada pasar-pasar tertentu. Indikator untuk menilai keragaan pasar dapat dilihat dari nilai marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Ketiga indikator ini juga diperlukan untuk melihat efisiensi pada setiap saluran pemasaran yang ada di Desa Rawakalong dari segi efisiensi operasional. Saluran pemasaran yang efisien memperlihatkan marjin pemasaran yang wajar (reasonable) berdasarkan fungsi pemasaran yang telah dilakukan, keuntungan yang diterima petani (farmer’s share), dan meratanya nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran.
49
Analisis Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Perbedaan harga tersebut disebabkan adanya tujuan dari fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk sehingga konsumen merasa puas. Analisis marjin dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga pemasaran. Analisis marjin pemasaran bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menyalurkan Anggrek Vanda douglas dari petani di Desa Rawakalong hingga ke konsumen akhir dalam proses pemasaran berlangsung. Dilihat dari aktivitas pemasaran Anggrek Vanda douglas, biayabiaya pemasaran yang telah dikeluarkan oleh lembaga pemasaran berbeda-beda meliputi biaya pengikatan, transportasi, parkir, tenaga kerja, retribusi pasar, penyusutan, jasa pengiriman, dan pengemasan. Keuntungan pemasaran merupakan selisih harga penjualan dengan harga pembelian setiap lembaga pemasaran dikurangi dengan biaya-biaya pemasaran yang telah diidentifikasi tersebut. Penjelasan mengenai marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas dapat dilihat pada Tabel 19. Pada saluran I petani menjual hasil panen bunga Anggrek Vanda douglas kepada pedagang pengumpul kelompok tani dengan harga Rp600 per tangkai. Pengumpul kelompok tani menjual kepada pedagang di Pasar Rawabelong adalah Rp720 per tangkai. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul kelompok tani sebesar Rp95 per tangkai. Sedangkan pedagang besar menjual Anggrek Vanda douglas kepada konsumen rata-rata adalah Rp2438 per tangkai. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar yaitu Rp1 565.50 per tangkai. Pada saluran II petani menjual Anggrek Vanda douglas kepada florist dengan harga Rp750 per tangkai. Florist memiliki keuntungan yang besar dari hasil penjualannya sebesar Rp2050 per tangkai. Produk yang dihasilkan florist berupa produk-produk bunga yang telah mengalami perubahan bentuk, ukuran, struktur, dan fungsinya. Anggrek Vanda douglas yang dilakukan oleh florist ini diambil kuntum bunganya sebagai hiasan pada papan ungkapan karangan bunga. Ada juga Anggrek Vanda douglas yang digunakan sebagai upacara perayaan kematian bagi agama tertentu sehingga keuntungan yang diperoleh florist sangat besar karena adanya nilai guna atau nilai tambah pada bunga. Harga jual satu tangkai Anggrek Vanda douglas ke konsumen adalah Rp4 000 per tangkai (tidak termasuk biaya papan, kayu, dan hiasan lainnya). Petani pada saluran III menjual Anggrek Vanda douglas kepada pedagang pengecer dengan harga Rp700 per tangkai. Kemudian pedagang pengecer menjual tiga jenis anggrek tanah (Anggrek Vanda douglas, Anggrek Gymstory, dan Anggrek Kalajengking) menjadi satu rangkai kepada konsumen dengan harga Rp2 500 per tangkai. Keuntungan dan nilai marjin yang diperoleh pedagang pengecer dari hasil penjualannya ke konsumen masing-masing yaitu Rp1 537.10 per tangkai dan Rp1 800 per tangkai. Petani pada saluran IV menjual Anggrek Vanda douglas kepada pedagang dari Pasar Rawabelong. Pedagang besar langsung mendatangi lahan-lahan petani anggrek yang ada di Desa Rawakalong. Harga jual yang diterima petani adalah
50
Rp700 per tangkai. Kemudian pedagang besar menjual Anggrek Vanda douglas ke konsumen rata-rata adalah Rp2 438 per tangkai. Marjin pemasaran yang diperoleh pedagang besar adalah Rp1 738 per tangkai, sedangkan keuntungan pedagang besar yaitu Rp1 526 per tangkai.
Tabel 19 Marjin pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Saluran I Lembaga (Rp/tangkai) Pemasaran Petani Harga jual 600.00 Biaya pemasaran 2.00 Pedagang Pengumpul Harga beli 600.00 Biaya pemasaran 25.00 Keuntungan 95.00 Harga jual 720.00 Marjin 120.00 π/C 3.80 Pedagang Besar Harga beli 720.00 Biaya pemasaran 152.50 Keuntungan 1565.50 Harga jual 2438.00 Marjin 1718.00 π/C 10.27 Pedagang Pengecer Harga beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga jual Marjin π/C Florist Harga beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga jual Marjin π/C Total Biaya Pemasaran 179.50 Total π 1660.50 Total Marjin 1838.00
%
24.61 0.08
Saluran II (Rp/tangkai) 750.00 135.33
%
18.75 3.38
Saluran III (Rp/tangkai) 700.00 2.00
%
28.00 0.08
Rawakalong,
Saluran IV (Rp/tangkai)
%
700.00 2.00
28.71 0.08
700.00 212.00 1526.00 2438.00 1738.00 7.20
28.71 8.70 62.59 100.00 71.29
214.00 1526.00 1738.00
8.78 62.59 71.29
24.61 1.03 3.90 29.53 4.92
64.00 6.26 64.21 100.00 70.47
7.36 68.11 75.39
750.00 1200.00 2050.00 4000.00 3250.00 1.71
30.00 30.00 51.25 100.00 81.25
1335.33 2050.00 3250.00
33.38 51.25 81.25
700.00 262.90 1537.10 2500.00 1800.00 5.85
28.00 10.52 61.48 100.00 72.00
264.90 1537.10 1800.00
10.60 61.48 72.00
Informasi pada Tabel 19 memberikan gambaran bahwa harga Anggrek Vanda douglas yang diterima setiap petani berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena tata cara penentuan harga jual Anggrek Vanda douglas di tingkat petani relatif berbeda. Kemudian biaya pemasaran yang dikenai petani adalah Rp 2 per tangkai untuk semua saluran kecuali pada saluran II. Pada saluran II biaya pemasaran petani adalah Rp135.33 per tangkai, karena petani pada saluran II yang membawa langsung bunga Anggrek Vanda douglas kepada florist sehingga biayabiaya seperti retribusi, transportasi, dan pengikatan ditanggung oleh petani.
51
Berdasarkan keterangan pada Tabel 19 biaya pemasaran tertinggi pada rantai pemasaran di Desa Rawakalong terdapat pada saluran II yaitu Rp1335.33 per tangkai. Hal tersebut disebabkan pada saluran II terjadi perubahan bentuk bunga menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai estetika tinggi seperti papan karangan bunga dan hiasan di rumah sehingga memiliki nilai tambah yang besar. Biaya pemasaran terkecil terdapat pada saluran I yaitu Rp179.50 per tangkai. Meskipun saluran I melibatkan lembaga pemasaran terbanyak dibandingkan saluran yang lain dan volume Anggrek Vanda douglas yang dijual juga terbesar yaitu 164 100 tangkai (72.20%) akan tetapi harga jual di tingkat petani tidak terlalu tinggi sehingga biaya pemasaran yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Keuntungan pemasaran terbesar ada pada saluran II yaitu Rp2 050 per tangkai. Selain biaya-biaya yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan saluran lainnya, saluran II juga memiliki keuntungan terbesar karena adanya nilai tambah pada bunga potong Anggrek Vanda douglas. Sedangkan keuntungan terkecil ditanggung oleh saluran IV sebesar Rp1 526 per tangkai. Hal tersebut disebabkan biaya-biaya pemasaran pada saluran IV tinggi terutama pada pedagang besar sehingga keuntungan yang diperoleh juga tidak terlalu besar. Dilihat dari segi total marjin, marjin pemasaran tertinggi pada pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong terdapat pada saluran II yaitu Rp3 250 per tangkai diikuti posisi kedua pada saluran I sebanyak Rp1 838 per tangkai, saluran III sebanyak Rp1 800 per tangkai, dan marjin pemasaran terendah ada pada saluran IV yaitu Rp1 738 per tangkai. Penyebab marjin pemasaran tinggi adalah biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran cukup tinggi dan setiap lembaga pemasaran menginginkan keuntungan yang besar untuk menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan sehingga lembaga pemasaran menjual Anggrek Vanda douglas dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu pula adanya nilai tambah pada produk berdasarkan bentuk, struktur, ukuran, dan fungsinya juga akan mempengaruhi marjin pemasaran yang tinggi. Apabila ditelusuri di tingkat petani, tingginya marjin pemasaran disebabkan tata cara penentuan harga yang tidak transparan sehingga menyebabkan petani memiliki posisi tawar yang rendah. Analisis Farmer’s share Analisis farmer’s share merupakan perbandingan tingkat harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan konsumen dalam bentuk persentase. Nilai farmer’s share merupakan salah satu indikator efisiensi pemasaran dalam sistem pemasaran. Semakin tinggi nilai farmer’s share dalam saluran pemasaran, dapat dikatakan saluran pemasaran tersebut lebih efisien dibandingkan saluran yang lain. Akan tetapi nilai farmer’s share bukan indikator utama dalam menilai efisiensi pemasaran. Hal tersebut tergantung pada aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsifungsi pemasaran dalam sistem pemasaran serta adanya nilai tambah (value added) pada Anggrek Vanda douglas sehingga memberikan kepuasan yang tinggi bagi konsumen. Nilai yang dibayarkan konsumen tidak sepenuhnya diterima oleh petani karena bagian yang diterima petani tersebut berkurang oleh adanya marjin pemasaran (biaya dan keuntungan). Tabel 20 menunjukkan nilai farmer’s share setiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong.
52
Tabel 20 Farmer's share pada setiap saluran pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong Saluran I II III IV
Harga di Tingkat Petani (Rp/tangkai) 600.00 750.00 700.00 700.00
Harga di Tingkat Konsumen (Rp/tangkai) 2438.00 4000.00 2500.00 2438.00
Farmer's share (%) 24.61 18.75 28.00 28.71
Berdasarkan informasi dari Tabel 20 memperlihatkan bahwa bagian terbesar yang diterima petani (farmer’s share) Anggrek Vanda douglas terdapat pada saluran IV yaitu 28.71%. Saluran IV merupakan saluran dengan nilai total marjin terendah yaitu sebesar Rp1 738 per tangkai. Sedangkan farmer’s share terkecil terdapat pada saluran II yaitu 18.75%. Hal tersebut disebabkan marjin pemasaran pada saluran II sangat tinggi dibandingkan ketiga saluran lainnya. Rendahnya bagian yang diterima petani akibat dari tingginya biaya yang dikeluarkan dan besarnya keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran pada saluran tersebut. Pada saluran II, petani terlihat melakukan aktivitas fungsi pemasaran seperti aktivitas pengikatan, pengangkutan, dan pembiayaan, namun petani tidak merasakan manfaat nilai tambah dari aktivitas yang telah dilakukan. Nilai tambah (value added) yang dirasakan pada saluran II ini adalah florist. Florist melakukan perubahan pada bentuk bunga, bunga yang digunakan tidak hanya satu jenis melainkan digabung dan dicampur dengan bunga-bunga potong yang lain sehingga memberikan nilai kepuasan bagi konsumen. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Rasio keuntungan terhadap biaya merupakan alat ukur untuk menghitung nilai efisiensi operasional pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan Soekartawi (2004) dalam Sinaga (2011), suatu sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah biaya terendah yang dihasilkan dari produksi pertanian kepada konsumen, kemudian distribusi keuntungan dan biaya pada setiap lembaga pemasaran tersebar merata untuk setiap aktivitas pemasaran. Penjelasan nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas dapat dilihat pada Tabel 21.
53
Tabel 21
Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong
Saluran Saluran I Pedagang pengumpul Pedagang besar Total Saluran II Florist Total Saluran III Pedagang pengecer Total Saluran IV Pedagang besar Total
Keuntungan (π) (Rp/tangkai)
Biaya pemasaran (Rp/tangkai)
Nilai Rasio (π/C)
95.00 1565.50 1660.50
25.00 152.50 177.50
3.80 10.27 9.35
2050.00 2050.00
1200.00 1200.00
1.71 1.71
1537.10 1537.10
262.90 262.90
5.85 5.85
1526.00 1526.00
212.00 212.00
7.20 7.20
Informasi yang diperoleh dari Tabel 21 bahwa seluruh saluran memiliki nilai rasio positif dan nilai lebih dari satu sehingga seluruh saluran tersebut memberikan keuntungan untuk dijalankan. Dari keseluruhan saluran pemasaran yang ada, lembaga pemasaran yang memiliki keuntungan terbesar diperoleh florist pada saluran II yaitu Rp2 050 per tangkai dan juga menanggung biaya pemasaran terbesar yaitu Rp1 200 per tangkai. Akan tetapi saluran II memiliki nilai rasio terendah dibandingkan nilai rasio yang lain yaitu 1.71 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (florist) akan memberikan keuntungan sebesar 1.71. Hal ini disebabkan biaya pemasaran yang dikeluarkan florist sangat besar yang digunakan untuk aktivitas fungsi pemasaran seperti biaya tenaga kerja dan biaya jasa pengiriman bunga. Kemudian nilai rasio keuntungan terhadap biaya terbesar ada pada saluran I yaitu 9.35 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar 9.35. Pada saluran I biaya terbesar dikeluarkan oleh pedagang besar yaitu Rp152.50 per tangkai. Biaya-biaya pemasaran tersebut digunakan untuk aktivitas fungsi pemasaran seperti biaya retribusi pasar dan biaya penyusutan bunga Anggrek Vanda douglas di pasar karena tidak terjual. Keuntungan terbesar pada saluran ini juga dinikmati pedagang besar yaitu Rp1 565.50 per tangkai. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya terbesar kedua ada pada saluran IV sebesar 7.20 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar 7.20. Pada saluran II, III, dan IV hanya terlibat satu lembaga pemasaran.
54
Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Sistem pemasaran yang efisien dapat dicapai apabila setiap pelaku lembaga pemasaran memperoleh kepuasan dari sistem pemasaran yang dilaksanakan baik dalam bentuk manfaat (benefit) maupun keuntungan (profit). Efisiensi pemasaran yang digunakan pada penelitian ini adalah efisiensi operasional. Indikator untuk mengukur efisiensi operasional pemasaran meliputi nilai marjin pemasaran, bagian yang diterima petani (farmer’s share), dan rasio keuntungan terhadap biaya (π/C). Selain itu pula volume penjualan Anggrek Vanda douglas pada setiap saluran pemasaran juga digunakan sebagai penentu apakah saluran tersebut efisien dilihat dari daya serap bunga yang terjual. Rincian penjelasan mengenai nilai efisiensi pemasaran terdapat pada Tabel 22.
Tabel 22
Saluran Pemasaran Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV
Nilai efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawawalong Harga di Tingkat Petani (Rp/tangkai) 600.00 750.00 700.00 700.00
Total Biaya (Rp/tangkai)
Marjin (Rp/tangkai)
179.50 1335.33 264.90 214.00
1838.00 3250.00 1800.00 1738.00
FS (%) 24.61 18.75 28.00 28.71
π/C 9.35 1.71 5.85 7.20
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada Tabel 22 dengan melihat perbandingan indikator perhitungan efisiensi operasional pemasaran maka dilihat dari segi harga, harga Angrek Vanda douglas tertinggi di tingkat petani berada pada saluran II yaitu Rp750 per tangkai. Artinya, petani pada saluran II memiliki kesempatan untuk memperoleh penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan saluran lainnya. Pada saluran II (petanifloristkonsumen), petani dan florist terikat kerjasama berupa sistem pembayaran abodemen, dimana harga jual di tingkat petani stabil atau tidak berubah meskipun volume bunga yang dijual berubah-ubah. Harga jual Anggrek Vanda douglas tertinggi kedua berada pada saluran III dan IV yaitu Rp700 per tangkai diikuti saluran I pada posisi ketiga yaitu Rp600 per tangkai. Sedangkan dari segi total biaya, saluran II memiliki total biaya tertinggi yaitu Rp1 335.33 per tangkai sedangkan total biaya terendah berada pada saluran I sebesar Rp179.50 per tangkai. Indikator efisiensi lainnya yaitu marjin pemasaran. Marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran IV yaitu Rp1 738 per tangkai diikuti oleh saluran III adalah Rp1 800 per tangkai pada posisi kedua dan posisi ketiga pada saluran I yaitu Rp1 838 per tangkai, sedangkan marjin terbesar berada pada saluran II yaitu Rp3 250 per tangkai. Apabila dilakukan perbandingan terhadap indikator farmer’s share, saluran IV memiliki nilai farmer’s share tertinggi yaitu 28.71 dan di posisi
55
kedua diambil oleh saluran III yaitu 28.00. Dilihat dari segi rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan, maka nilai rasio terbesar berada pada saluran I yaitu 9.35 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar 9.35, kemudian diikuti saluran IV dengan nilai rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 7.20 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar 7.20, lalu posisi ketiga ada di saluran III sebesar 5.85, dan nilai rasio terendah ada di saluran II yaitu 1.71. Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan dengan melihat indikatorindikator pengukuran efisiensi operasional pemasaran maka saluran pemasaran yang cenderung relatif efisien berada pada saluran IV. Saluran IV dapat dikatakan relatif lebih efisien dengan beberapa pertimbangan yang mendukung yaitu: 1) Marjin pemasaran pada saluran IV merupakan saluran dengan marjin terendah. Pada saluran ini pedagang besar bunga dari Pasar Rawabelong langsung membeli bunga Anggrek Vanda douglas dari lahan petani sehingga biaya pemasaran banyak ditanggung oleh pedagang besar. Saluran ini juga memiliki volume penjualan bunga terbesar kedua pada musim panen Bulan Januari sampai Maret 2014 setelah saluran I yaitu 35 600 tangkai bunga (Tabel 16); 2) Saluran IV memperoleh nilai farmer’s share tertinggi dibandingkan saluran pemasaran lainnya; dan 3) Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran IV menempati posisi terbesar kedua setelah saluran I. Pada saluran IV hanya ada satu lembaga pemasaran yaitu pedagang besar sedangkan saluran I ada dua lembaga pemasaran (pedagang pengumpul kelompok tani dan pedagang besar). Perbedaan nilai rasio keuntungan terhadap biaya antara pedagang pengumpul kelompok tani dengan pedagang besar pada saluran I sangat jauh, masing-masing sebesar 3.8 dan 10.27. Saluran II, III, dan IV merupakan saluran terpendek karena hanya melibatkan satu lembaga pemasaran tetapi setiap lembaga pemasaran pada saluran-saluran tersebut melakukan aktivitas fungsi-fungsi pemasaran. Dengan demikian dari uraian tersebut dapat diambil benang merahnya bahwa saluran IV relatif lebih efisien dibandingkan saluran lainnya. Namun pada kondisi di lapangan, saluran ini belum berjalan optimal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu posisi petani masih bertindak sebagai penerima harga (price taker) dan informasi harga yang diterima petani juga tidak transparan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini tentang efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Saluran pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul kelompok tani, pedagang besar, pedagang pengecer, dan florist. Pola saluran pemasaran yang terbentuk yaitu; Saluran I: Petani pedagang pengumpul
56
2.
3.
kelompok tani pedagang besar konsumen; Saluran II: Petani florist konsumen; Saluran III: Petani pedagang pengecer konsumen; dan Saluran IV: Petani pedagang besar konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di Desa Rawakalong melakukan fungsi-fungsi pemasaran utama yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dalam menyalurkan Anggrek Vanda douglas dari petani hingga konsumen akhir. Pola perilaku pasar yang umum terjadi adalah aktivitas pembelian dan penjualan, sistem pembentukan harga, sistem pembayaran, dan adanya kerjasama antar lembaga pemasaran yang terlibat. Proses penentuan harga yang dilakukan oleh lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas umumnya dilakukan melalui proses tawar menawar antara petani dan pedagang maupun sesama pedagang. Sistem pembayaran dalam transaksi Anggrek Vanda douglas yang umumnya dipakai pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat menggunakan sistem pembayaran tunai (cash). Namun pada saluran II (petani florist konsumen), petani melakukan sistem pembayaran abodemen yaitu sistem pembayaran dengan harga yang telah disepakati bersama pada saat kondisi barang yang dijual banyak maupun sedikit. Kerjasama yang terbentuk antara petani dengan lembaga pemasaran lainnya umumnya telah berlangsung cukup lama sehingga terjalin hubungan saling percaya antar petani dan lembaga pemasaran. Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran dari segi efisiensi operasional menyatakan bahwa saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yang cenderung relatif lebih efisien yaitu terdapat pada saluran IV (petani pedagang besar konsumen). Kondisi tersebut dilihat dari beberapa pertimbangan perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan biaya, dan volume penjualan. Saluran IV menghasilkan nilai marjin pemasaran terkecil yaitu Rp1 738 per tangkai, nilai farmer’s share tertinggi yakni 28.71%, nilai rasio keuntungan terhadap biaya tertinggi kedua setelah saluran I yaitu 7.20 pada tingkat pedagang besar, dan volume penjualan sebanyak 35 600 tangkai oleh 3 orang petani Anggrek Vanda douglas.
Saran
1.
2.
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah: Pada penelitian ini, petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersatu sebaiknya mulai melakukan fungsi sortasi/grading Anggrek Vanda douglas. Hal tersebut penting dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan dan posisi tawar petani yang selama ini belum diperoleh petani. Dengan menerapkan fungsi sortasi/grading secara kontinue ini diharapkan petani memperoleh harga jual berdasarkan grade Anggrek Vanda douglas. Memperbaiki kondisi permodalan dan pembiayaan usahatani di Gapoktan secara lebih adil dan terbuka sehingga petani dapat mengetahui dengan jelas penggunaan modal usahatani tersebut.
57
3.
4.
Pemerintah sebaiknya melindungi petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong atas ketidakadilan harga bunga potong seperti Anggrek Vanda douglas di pasar dengan mengaktifkan kembali sistem lelang. Sistem lelang merupakan sistem informasi terkait perkembangan harga bunga di Pasar Rawabelong. Dengan demikian diharapkan petani juga turut berpartisipasi dalam sistem lelang karena dengan adanya sistem lelang ini petani bisa mengetahui informasi harga bunga di pasar dan memiliki kekuasaan untuk dapat menentukan harga. Saran bagi penelitian selanjutnya terkait analisis pemasaran Anggrek Vanda douglas sebaiknya dapat menganalisis efisiensi harga dengan mengetahui tingkat keterpaduan pasar (integrasi) antara harga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani dengan harga di tingkat pasar acuan.
DAFTAR PUSTAKA Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2010. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia. Jakarta (ID). Balqis AR. 2013. Pengaruh Sudut dan Selang Waktu Pemotongan Tangkai Dalam Air Terhadap Umur Panjang Anggrek Potong Vanda douglas. Vegetalika. 2(4):12-24. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2012. Jakarta (ID). [Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Anggrek Di Jawa Barat Tahun 2009-2012. Bandung (ID). ____________________. 2012. Perkembangan Produksi Anggrek Menurut Beberapa Provinsi Di Indonesia Tahun 2010-2012. Bandung (ID). [Distanhut] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2012. Perkembangan Produksi Anggrek di Kabupaten Bogor Periode 2009-2012. Bogor (ID). [Dithorti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Profil Tanaman Hias Jakarta. Jakarta (ID). [Ditjen PPHP] Direktorat Jenderal Promosi dan Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. 2005. Road Map Anggrek. Jakarta (ID). Estefan DA. 2011. Analisis Usahatani dan Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fikri M. 2013. Sistem Tataniaga Tomat (Kasus di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hanafiah AM, Saefuddin. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
58
Hartanta IT. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Membeli Bunga Potong Anggrek di Pasar Rawabelong [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Nasional. Hidayati W. 2009. Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Rumput Laut Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hudson D. 2007. Agricultural Markets and Prices. UK: Blackwell Publishing. Kartikaningrum S. 2010. Budidaya Tanaman Anggrek. Jakarta (ID): Balai Penelitian Tanaman Hias. Kohls RL, Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Product Ninth Edition. New York (US): Macmillan Publishing Company. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran 1 Edisi Millenium. Jakarta (ID): PT Indeks Kelompok Gramedia. Lee YH, Wong SM, Tan WK, Goh CJ. 1996. Breeding Vandaceous Orchids for Commercial Cut-Flowers in Singapore: An Overview. Euphytica. 89:235241. Mardiasa T. 2007. Pasar Anggrek Tetap Cerah. Jakarta (ID): Perhimpunan Anggrek Indonesia. hlm 13-15. Maulana Y. 2003. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Bunga Gerbera (Studi Kasus di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Pasar Rawabelong. 2013. Perkembangan Harga Rata-Rata Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong Periode Januari 2009-Agustus 2013. Jakarta (ID). Puspitasari M, Dewi DO, Purba T. 2012. Pemasaran dan Marjin Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Di dalam: Marwoto B, Winarto B, Arsanti IW, Djatnika I, Adiyoga W, Basuki RS, Jawal AS, Hidayat IM, Endarto O, Widiastuti D, editor. Penerapan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pembangunan Hortikultura yang Berdaya Saing dan Berbasis Keragaman Sumber Daya Lokal; 2012 Jul 5; Lembang, Indonesia. Lembang (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Kementrian Pertanian Republik Indonesia. hlm 344-350. Sarwono B. 2002. Menghasilkan Anggrek Potong Kualitas Prima. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Situmeang AUF. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Daun (Gaviota) dengan Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Pembungaan Anggrek Vanda douglas [skripsi]. Medan (ID). Universitas Negeri Medan. Solvia N. 2010. Budidaya Anggrek. Jakarta (ID): Balai Penelitian Tanaman Hias. Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang. Trisnoherlambang A. 2001. Analisis Kelayakan Investasi dan Sistem Tataniaga Bunga Potong Krisan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1 Data karakteristik petani responden anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor tahun 2014 No
Nama Petani
Usia (Tahun)
Pendidikan
Pengalaman Bertani Anggrek (Tahun)
Luas Lahan (m2)
Status Kepemilikan Lahan
Produksi (Tangkai)a
Alamat Tempat Tinggal
Kelompok Tani
1
Herman Mita
53
SD
24
3000
Penggarap dan pemilik
20 400
Kampung Pakis RT 01/03
Sugih Mukti
2
Alih
60
Tidak sekolah
19
3500
Penggarap dan pemilik
24 600
Kampung Pakis RT 01/03
Sugih Mukti
3
Saar
60
Tidak sekolah
24
500
Pemilik
6 100
Kampung Pakis RT 01/03
4
Acep Tabroni
40
SMP
24
500
Penggarap
−
Kampung Pakis RT 01/04
Sugih Mukti Ketua Sugih Mukti
5
Samen
47
SMA
20
3200
Pemilik
28 000
Kampung Pakis RT 01/04
Sugih Mukti
6
Edy Sadikin
34
SMP
10
1000
Pemilik
12 800
Kampung Pakis RT 01/04
7
Edi Rantau
38
SMK
10
2500
Penggarap dan pemilik
13 200
Pondok Miri RT 03/05
Sugih Mukti Ketua Gapoktan Bersatu
8
Bodry H
34
SMP
16
800
Pemilik
9 600
Kampung Pakis RT 02/03
Sugih Mukti
9
Asep Ubaedilah
33
SD
3
1000
Penggarap
10 800
Pondok Miri RT 01/05
Sugih Mukti
10
Pendi
28
SMP
5
500
Pemilik
3 600
Kampung Pakis RT 02/03
Sugih Mukti
11
Najar
62
Tidak Sekolah
22
1500
Penggarap dan pemilik
7 000
Kampung Pakis RT 02/03
Sugih Mukti
12
Asdi Reyaldi
33
SMA
10
1500
Penggarap
6 200
Sugih Mukti
13
Kaja
58
SD
24
3000
Pemilik
21 600
14
Roby
38
SMP
21
3000
Pemilik
21 200
15
Jasa
65
SD
33
1300
Pemilik
6 000
Kampung Pakis RT 02/03 Desa Pondok Benda, Pamulang Desa Pondok Benda, Pamulang Desa Pondok Benda, Pamulang
16
Namar Syaiful
38
SMP
19
1600
Penggaap dan pemilik
6 800
Pondok Miri RT 01/05
Ketua Tani Maju
17
Misan
45
SD
20
400
Penggarap
2 800
Pondok Miri RT 03/06
Tani Maju
18
Nedih HS
41
SMP
4
1800
Penggaap dan pemilik
14 800
Pondok Miri RT 03/06
Tani Maju
Sugih Mukti Sugih Mukti Sugih Mukti
59
60
19
Kobed 48 SD 5 2000 Penggarap Ahmad 20 Chandra 62 SMP 10 1300 Penggaap dan pemilik Sumber: Data primer (diolah); aProduksi panen selama Bulan Januari-Maret 2014
7 000
Pondok Miri RT 02/02
Tani Maju
4 800
Pondok Miri RT 02/05
Tani Maju
Lampiran 2 Data karakteristik lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat tahun 2014 No
Nama Pedagang
Usia
Pendidikan
Pengalaman Berdagang Anggrek Vanda douglas
Alamat Tempat Tinggal
Klasifikasi Pedagang
1
Bodry H
34
SMP
16
Kampung Pakis RT 02/03
Pedagang pengumpul kelompok tani
2
Asdi Reyaldi
33
SMA
10
Kampung Pakis RT 02/03
Pedagang pengumpul kelompok tani
3
Kaja
58
SD
24
Desa Pondok Benda, Pamulang
Pedagang pengumpul kelompok tani
4
Jasa
65
SD
33
Desa Pondok Benda, Pamulang
Pedagang pengumpul kelompok tani
5
Roby
38
SMP
21
Desa Pondok Benda, Pamulang
Pedagang pengumpul kelompok tani
6
Sarmili
43
SMP
20
Desa Pondok Benda, Pamulang
Pedagang pengecer
7
Masani
58
SD
24
Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Pedagang besar
55 33
SMP SMA
26 2
Kebon Jeruk, Jakarta Barat Desa Pondok Benda, Pamulang
Pedagang besar Florist
8 Ayong 9 Iwan Sumber: Data primer (diolah)
61
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian aktivitas pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Lahan Kebun Anggrek Vanda douglas pada saat akan ditanam
Petani sedang melakukan proses penyiraman bunga
Lahan Kebun Anggrek Vanda douglas setelah fase “kembang normal” dan panen raya
Kendaraan motor untuk mengangkut Anggrek Vanda douglas dari lahan petani
62
Anggrek Vanda douglas yang dikumpulkan di rumah salah satu pengumpul kelompok tani
Mulia Florist salah satu tempat yang menjual beranekaragam jenis bunga potong termasuk Anggrek Vanda doglas
Aktivitas pembelian dan penjualan Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong
Bunga-bunga potong yang dirangkai oleh florist menjadi papan karangan bunga yang cantik
63
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Buol, Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah pada tanggal 4 Januari 1992 dari ayah Ujang Soleh dan ibu Aliyah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertama penulis adalah Ashbah Pratama dan penulis memiliki saudara kandung kembar yaitu Restu Yanuar Ula. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Kutoharjo IV Rembang pada tahun 2004. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Bogor dan pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 9 Bogor. Pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selain itu juga, penulis mengambil program Minor Agronomi dan Hortikultura di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di IPB seperti siswa magang dan berlanjut sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) IPB Political School (IPB) Jilid 2 di bawah Kementrian Kebijakan Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB Kabinet Generasi Inspirasi periode tahun 2010-2011, staf Departemen Kajian Strategis (Kastrat) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) IPB Kabinet Progresif periode tahun 2011-2012, dan sekretaris Biro IPB Social Political Centre (ISPC) Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB Kabinet Kreasi Untuk Negeri periode tahun 2012-2013. Selain aktif di organisasi, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di tingkat IPB dan pelatihan kewirausahaan di tingkat kampus maupun nasional. Penulis juga tercatat sebagai salah satu peraih beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB tahun 2013-2014. Prestasi yang pernah diraih penulis yaitu Juara 1 Lomba Menulis Esai Neo Eksmus oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyah IPB tahun 2010, Pemakalah dalam seminar Mahasiswa Sarjana dan Pascasarjana dengan tema “Refleksi Soal Hidup atau Mati 60 Tahun Kemudian” di IPB tahun 2012, Juara 3 Lomba Essay Gebyar Koperasi Competition 2012 oleh Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB tahun 2012, Penerima Dana Hibah DIKTI Dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian tahun 2013, Finalis Sepuluh Besar Esai Terbaik dalam Ajang ISAF Essay Competition oleh IAAS LC Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta tahun 2013 dan Lolos Paper Kompetisi dalam acara “The First Annual International Scholars Conference in Taiwan”.