Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 33
ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PELANGGAN LION AIR DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG Oleh : Nazwirman 3 Prodi Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta
Abstract The study was conducted at a low cost carrier airline Lion Air at Soekarno Hatta Airport for domestic flights. Research to analyze and explain the descriptive data, through a frequency distribution table to find a description of the profile of the respondents include gender, age, education level, occupation, in come and the need to travel to use Lion Air airline. The samples are 252 respondents. Software analysis uses SPSS version 22. Results showed Lion Air airline passenger profile majority are male. The age is 26-39 years. Bachelor degree. entrepreneur. In come 3 million until 4.999 million rupiah, and use the airline for business purposes. Keywords: Descriptive Analysis, Lion Air, The Passenger Profile, SPSS version 22.
I.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sebanyak 17.499 pulau, dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 81.900 km (Dishidros/Dinas Hidro Oceanografi TNI AL, 2012). Jumlah penduduk mencapai 237,6 juta jiwa (survei BPS, 2010), merupakan sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan berpopulasi tinggi. Banyaknya jumlah pulau, luas wilayah dan tingginya jumlah penduduk membutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang cukup kompleks. Sistem transportasi merupakan bagian penting dan strategis untuk mampu mendistribusikan barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain secara meluas.
3
Dr. Nazwirman, ST, MM adalah dosen tetap pada prodi Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta. Email:
[email protected]
34
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
Sebagai negara kepulauan Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang cepat dan murah. Akibatnya di Indonsia perkembangan industri jasa penerbangan, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak. Sejak dikeluarkan deregulasi yang mengatur transportasi udara tahun 1999, terutama Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara dan Nomor 82 Tahun 2004 tentang Prosedur Pengadaan Pesawat Terbang dan Helikopter, banyak maskapai penerbangan yang beroperasi yang secara langsung menciptakan persaingan yang cukup ketat di antara maskapai. Jumlah perusahaan penerbangan niaga berjadwal yang beroperasi di Indonesia terdapat empat belas maskapai penerbangan lokal (Direktorat Angkutan Udara, 2013). Sehingga dapat di katakan bahwa banyak maskapai penerbangan beroperasi tumbuh. International Air Transport Association (IATA) memprediksi, industri transportasi udara akan ‘booming’. Peningkatan rata-rata jumlah orang yang bepergian melalui udara akan naik 5,3 persen antara tahun 2012 sampai 2016. Maskapai penerbangan komersial yang beroperasi untuk melayani penumpang, dibedakan menjadi tiga biaya (tarif). Pertama Tarif Premium (Full Service Carrier/FSC). Kedua Tarif Bisnis dan ketiga Tarif Ekonomi atau Biaya Rendah (Low Cost) (Archana dan Subha, 2012). O’Connell dan William, (2005) membedakan maskapai penerbangan menjadi Maskapai Biaya Rendah (Low Cost Carrier/LCC) dan Maskapai Layanan Penuh (Full Service/FSC). Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Perhubungan tahun 2014, menunjukkan bahwa, maskapai yang beroperasi menggunakan LCC di Indonesia dan jumlah penumpang yang menggunakannya, secara rinci dapat terlihat Tabel 1 yaitu:
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 35
Tabel 1. Perolehan Jumlah Penumpang Penerbangan Tarif Rendah Domestik 2008 – 2013 No
Maskapai
1
Lion Air
2
Sriwijaya Air
3
Citilink
4
Indonesia Air
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah
13.377.826
19.698.493
24.971.795
29.441.502
32.610.168
120.099.784
5.464.615
7.016.715
7.382.467
8.100.475
8.606.261
36.570.533
-
-
-
1.120.316
5.428.326
6.548.642
1.454.914
1.062.268
1.306.207
2.170.705
3.034.858
9.028952
Asia 5
Wings Air
1.270.853
833.510
737.850
984.646
1.083.363
4.910.222
6
Merpati
2.193.009
2.361.755
2.186.174
2.520.971
1.355.555
10.617.463
7
Batavia Air
6.107.526
6.772.583
6.754.844
6.972.749
-
26.607.702
8
Kalstar
258.403
312.654
579.196
548.502
626.741
2.325.496
9
Aviation
3.552.985
2.349.021
-
130.289
795.890
6.828.185
33.680.131
40.406.999
43.918.533
51.990154
53.541.162
223.5363979
Mandala/Tiger Jumlah
Sumber: Kementerian Perhubungan (2014)
Tabel 1. terlihat bahwa jumlah penumpang menggunakan LCC terus mengalami peningkatan selama lima tahun (2008 hingga 2013). Rata-rata tingkat penjualan tiket pada maskapai Lion Air paling dominan yaitu sebanyak 79 persen. Maskapai Sriwijaya Air rata-rata penjualan 20 persen, dan Maskapai Indonesia Air Asia rata-rata sebanyak 5 persen (Kementerian Perhubungan, 2014). Pertanyaan umum apa kriteria penumpang yang menggunakan (membeli Lion Air). Faktor Maka dalam penelitian ini mengkaji lebih dalam untuk menjawab pertanyaan tersebut. Objek penelitian adalah maskapai Lion Air, karena faktor jumlah penumpang yang paling banyak digunakan dari semua operator LCC yang beroperasi.
36
II.
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
KAJIAN TEORITIK Maskapai penerbangan biaya rendah akan memiliki potensi untuk tumbuh eksplosif dan memainkan peran penting dalam transportasi udara dunia. Bahkan, maskapai penerbangan biaya rendah telah menjadi pilihan besar perjalanan sejak 1970. O'Connell dan Williams (2005) menjelaskan bahwa keberhasilan bisnis maskapai penerbangan biaya rendah dimulai pada tahun 1970 ketika Southwest Airline merupakan maskapai pertama yang diluncurkan. Sejak saat itu, maskapai penerbangan tarif rendah menjadi pilihan bagi masyarakat di banyak daerah untuk bepergian. Sejak tahun 2000, maskapai penerbangan berbiaya rendah masuk ke Asia. Kondisi
permintaan
menggambarkan
konsumen
atau
pembeli
domestik terhadap barang dan jasa yang diproduksi oleh produsen domestik. Pengaruh paling penting dari permintaan domestik terhadap keunggulan kompetitif (competitive advanted) adalah melalui karakteristik kebutuhan domestik. Komposisi dari permintaan konsumen domestik akan membentuk bagaimana perusahaan memiliki persepsi, mengartikan dan bereaksi terhadap kebutuhan konsumen. Suatu perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif jika konsumen menuntut atau menekan produsen melakukan inovasi lebih cepat sehingga dapat mencapai keunggulan kompetitif yang lebih canggih di banding perusahaan lain (Porter, 1991).
2.1. Teori Low Cost Carrier (LCC) LCC menurut Gross dan Schroder, (2007:12) dalam istilah klasik adalah penyedia produk dasar, atau dengan istilah maskapai “tanpa embel-embel”. Maskapai penerbangan bertarif rendah (low cost atau juga dikenal sebagai maskapai penerbangan layanan minimum atau maskapai penerbangan diskon) adalah maskapai penerbangan yang memberikan tarif rendah dengan gantinya menghapus beberapa layanan penumpang yang biasa (Gross dan Schroder, 2007:17). Transportasi udara pada maskapai Penerbangan LCC dalam istilah klasik adalah penyedia produk dasar, atau dikenal dengan istilah maskapai “tanpa embel-embel”. Umumnya beroperasi secara point to
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 37
point, penjualan langsung, call centre, e-ticketing, e-payment, jaringan perbankan dan supermarket (Gross dan Schroder, 2007:12). Maskapai LCC adalah maskapai penerbangan yang memberikan biaya rendah dengan menghapus beberapa layanan penumpang yang biasa (Gross dan Schroder, 2007). Konsep
ini
diperkenalkan
di Amerika
Serikat
sebelum
menyebar
ke Eropa pada awal 1990-an dan seluruh dunia. Cara tersebut dimulai pada industri maskapai yang merujuk pada struktur pengoperasian bertarif rendah daripada pesaingnya. Melalui berbagai media, cara ini menghasilkan banyak maskapai dengan harga tiket yang rendah dan layanan yang terbatas karena biaya operasinya. Maskapai Biaya Rendah LCC dengan berbagai karakteristiknya (Tabel 2).
Tabel 2. Low Cost Carriers Characteristic
Characteristics
Low Cost Carriers
Brand
One brand: low price
Price
Simple pricing structure
Distribution
Internet, direct booking
Checking in
No ticket (usually)
Network
Point-to-point
Classes
One class
During flight
No Frills
Aircraft usage (load factor)
Very intensive
Aircraft type
One type
Turnaround times
25 minutes (or so)
Custoemr service
Generally underperforms
Adated from : O’Connell, J. F dan William, G (2005) Passenggers perception of low cost airlines
Ada beberapa praktik khas yang menjadi model LCC antara lain: (1) Kelas penumpang tunggal, (2) Tipe pesawat terbang bersayap tunggal (umumnya Airbus A320 atau Boeing 737), mengurangi biaya pelatihan dan
38
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
pengoperasian, (3) Posisi kursi yang tidak ditentukan (membolehkan penumpang memasuki pesawat lebih awal dan cepat), (4) Biaya penerbangan murah, biasanya pada bandar udara kedua yang kurang padat dan terbang awal di pagi atau sore hari untuk menghindari penundaan lalu lintas udara dan biaya pendaratan lebih rendah.(5) Rentang waktu terbang yang cepat (membolehkan penggunaan pesawat secara maksimum), (6) Rute yang dipermudah, menekankan perpindahan dari titik-ke-titik daripada pindah pesawat di hub maskapai, (7) Mengutamakan penjualan tiket secara langsung, khususnya melalui internet (menghindari pajak dan komisi terhadap agen perjalanan dan sistem reservasi komputer). (8) Membolehkan penggunaan tiket elektronik atau perjalanan tanpa tiket, (9) Karyawan dengan berbagai pekerjaan, seperti pramugari yang juga membersihkan pesawat atau bekerja sebagai petugas gerbang, (10) Makanan dalam penerbangan "gratis" dan layanan "cuma-cuma" dihapus, digantikan dengan pilihan makanan dan minuman yang dibayar (menghasilkan sumber keuntungan tambahan bagi maskapai).
(11) Keseganan untuk
menangani penumpang layanan khusus, contohnya dengan menaruh batas usia pada Unaccompanied Minors (UM) (12) "Tidak menampilkan" biaya tambahan (seperti pajak bandara, dan pajak lainnya sebagai biaya yang dipisah dari harga yang diiklankan) untuk membuat "harga headline" terlihat rendah. Tidak setiap maskapai biaya rendah melaksanakan semua persyaratan di atas, contohnya beberapa maskapai mencoba membedakan dirinya dengan kursi yang ditentukan, beroperasi lebih dari satu tipe pesawat, atau memiliki biaya operasi yang tinggi tetapi harga rendah. Penerbangan LCC membuat
terobosan
besar
dalam
industri
penerbangan
untuk
memaksimalkan penggunaan maskapai dengan perbaikan layanan dan biaya murah yang menjadi daya tarik terutama untuk konsumen berpenghasilan rendah. Selanjutnya dapat menyebabkan penerimaan dan meningkatkan preferensi,
termasuk
kelompok
yang berpenghasilan
menggunakan maskapai tarif rendah (Nagar, 2013).
tinggi
dalam
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 39
III. METODE PENELITIAN Pengumpulan data menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner. Metode sampling ditentukan secara Purposive Sampling. yang mana sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa responden adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitian (Sekaran, 2013). Sampel yang diolah adalah penumpang yang telah menggunakan maskapai yang lebih dari dua kali, supaya hasil di dapat lebih objektif. Analisis di lakukan data deskriptif, melalui tabel distribusi frekwensi dapat diketahui profil responden seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan keperluan perjalanan. Untuk memberikan deskripsi tentang karakter variabel yang digunakan tabel frekwensi yang menunjukan angka rata-rata (mean). Istilah rata-rata (mean) menunjukan nilai yang mewakili himpunan atau sekelompok data, umumnya cenderung terletak ditengah atau sekelompok data yang disusun menurut besar kecilnya nilai (Sekaran, 2013). Analisis ini menggunakan perangkat lunak SPSS (Satistical Package for Social Science) versi 22 (Santoso, 2014), dengan jumlah sampel sebanyak 252.
40
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
IV. HASIL PENELITIAN Selengkapnya mengenai gambaran umum responden (Tabel 2) sebagai berikut: Tabel 2 Profil Responden No
Profil
Kategori
1
Jenis Kelamin
1) Laki-laki 2) Perempuan
2
Usia
1) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 1) 2) 3)
17 – 25 tahun 26 – 39 tahun 40 – 55 tahun Lebih dari 55 tahun 3 Pendidikan SD SMP SMU Akademi Sarjana Pasca Sarjana 4 Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa Wiraswasta Pegawai Negeri/TNI/POLRI 4) Pensiunan 5) Karyaan Swasta 6) Ibu Rumah Tangga 5 Penghasilan perbulan 1) < 3 juta 2) 3 – 4,999 juta 3) 5 – 7,999 juta 4) 8 – 10 juta 5) > 10 juta 6 Keperluan 1) Dinas 2) Bisnis 3) Pariwasata 4) Pendidikan 5) Urusan Keluarga 6) Pulang ke daerah Sumber: Diolah dari data primer dengan SPSS Versi. 22
Jumlah Responden 174 78
Prosentase 69,0 31,0
45 118 68 22 3 8 85 40 105 11 7 133 14 14 78 6
17,9 46,8 26,6 8,7 1,2 3,2 33,7 15,9 41,7 4,4 2,8 52,8 5,6 5,6 31,0 2,4
21 110 85 16 20 31 103 38 8 37 32
8,3 43,7 33,7 6,3 7,9 12,3 42,1 15,1 3,2 14,7 12,7
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 41
4.1. Jenis Kelamin Dari 252 responden (Tabel 2) terlihat bahwa responden jenis kelamin lakilaki sebanyak 174 orang (69,0%), jenis kelamin perempuan sebanyak 78 orang (31,0%). Dari data ini terlihat bahwa responden berjenis kelamin lakilaki hampir 70 persen. Hal ini dimungkinkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih sering beraktifiktas diluar rumah seperti bepergian untuk keperluan bisnis/wiraswasta (privat business), dinas, dan bermacam kepentingan lainnya. Penelitian Park et al., (2005) melaporkan penumpang yang diantaranya menggunakan maskapai penerbangan LCC di Sydney Airport adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 276 responden (55,1%) dari 501 responden. Penelitian Archana dan Subha, (2012) melaporkan penumpang yang banyak menggunakan maskapai penebangan LCC di Chennai International Terminal TamilNadu India berjenis kelamin laki-laki sebanyak 194 (71,9%) responden dari 270 responden. Saha dan Theingi (2009) melaporkan bahwa penggguna maskapai biaya rendah (LCC) Air Asia, Nok Air, dan One-Two-Go domestik airport terminal Bangkok Thailand berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 706 responden (58%) dari 1212 responden. Selanjutnya penelitian Udjo et al., (2013) melaporkan bahwa sebesar 55,9 persen dari 324 responden berjenis kelamin laki-laki pada penumpang domestik Tambo International Airport Johannesburg Afrika Selatan. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang disebutkan, yaitu mayoritas penumpang pengguna LCC adalah berjenis kelamin laki-laki.
4.2. Usia Responden Latar belakang usia responden terlihat bahwa responden yang berusia 17 25 tahun sebanyak 45 orang (17,9%), usia 26 - 39 tahun sebanyak 118 orang (46,8%), usia 40 - 45 tahun sebanyak 67 orang (26,6 %), dan sisanya usia lebih dari 55 tahun sebanyak 22 orang (8,7%). Dari data ini terlihat bahwa responden berusia 26 - 39 tahun hampir (65 %). Hal ini dimungkinkan
42
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
bahwa usia tersebut merupakan usia produktif dimana seseorang banyak melakukan aktifitas seperti bepergian untuk keperluan bisnis, dan bermacam kepentingan lainnya. Penelitian Lee, Chongho, Myungsook An, dan Yonghwi Noh. (2012) melaporkan sebanyak 222 responden (53%) pengguna maskapai biaya rendah (LLC) di Korea Selatan dari 419 reponden berusia 26 – 39 tahun. Penelitian Steyn et al,. (2011) melaporkan bahwa sebesar 65,4 persen dari 324 responden merupakan pengguna maskapai berusia 26 – 40 tahun pada penumpang domestik Tambo International Airport Johannesburg Afrika Selatan. Archana dan Subha, (2012) melaporkan bahwa sebanyak 219 (81%) dari 270 responden menggunakan maskapai LCC di Chennai International Terminal TamilNadu India. Selanjutnya Saha dan Theingi (2009) juga melaporkan bahwa penggguna maskapai biaya rendah (LCC) dari tiga maskapai yaitu Air Asia, Nok Air, dan One-Two-Go di airport domestik terminal Bangkok yang berusia rata-rata 32 tahun dari 1.212 responden. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang disebutkan, yaitu mayoritas penumpang pengguna LCC adalah berusia 26 – 39 tahun.
4.3. Latar Belakang Pendidikan Responden Latar belakang pendidikan terlihat bahwa responden yang berlatar belakang pendidikan SD sebanyak 3 orang (1%), latar belakang pendidikan SMP sebanyak 8 orang (3,2%), latar belakang pendidikan SMU sebanyak 85 orang (33,7%), latar belakang pendidikan Akademi sebanyak 40 orang (15,9 %), latar belakang pendidikan sarjana sebanyak 105 orang (41,7%) dan, latar belakang pendidikan pasca sarjana 11 sebanyak orang (4,4%). Dari data ini terlihat bahwa responden berlatar belakang pendidikan sarjana hampir (42 %). Hal ini dimungkinkan karena latar belakang pendidikan tersebut memiliki peluang yang cukup untuk melakukan penerbangan dalam moda perjalanan mereka, serta merupakan mayoritas pendidikan para
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 43
pekerja level madya di Indonesia dengan kemampuan finansial yang memadai. Penelitian Lerrthaitrakul, Weerawit dan Vinai Panjakajornsak (2014) melaporkan bahwa sebanyak 206 (48,8%) responden dari 425 responden Nok Air, Thai Air Asia, dan Orient Thai maskapai LCC di Thailand berlatar pendidikan sarjana. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang disebutkan, yaitu mayoritas penumpang pengguna LCC adalah berlatar belakang pendidikan sarjana.
4.4. Pekerjaan Responden Latar belakang pekerjaan responden terlihat bahwa responden yang berlatar belakang pekerjaan wiraswasta sebanyak 133 orang (52,8%), latar belakang responden pekerjaan pegawai negeri/TNI/POLRI sebanyak 14 orang (5,6%), latar belakang responden yang telah pensiun sebanyak 14 orang (5,6%), latar belakang responden pekerjaan karyawan swasta sebanyak 78 orang (31,0 %), latar belakang responden ibu rumah tangga sebanyak 6 orang (2,4%), sedangkan sisanya masih pelajar/mahasiswa sebanyak 7 orang (2,8%). Dari data ini terlihat bahwa responden berlatar belakang pekerjaan wiraswasta (business) lebih dari 50 persen. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang pekerjaan wiraswasta (privat business) lebih sering menggunakan LCC untuk membeli barang dan memperdagangkannya. Penelitian Lerrthaitrakul, Weerawit dan Vinai Panjakajornsak (2014) sebanyak 206 (48,5%) dari 425 responden LCC Nok Air, Thai Air Asia, dan Orient Thai di Thailand berprofesi sebagai wiraswasta (entrepreneur). Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang disebutkan, yaitu mayoritas penumpang pengguna LCC bekerja wiraswasta.
44
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
4.5. Penghasilan Perbulan Responden Penghasilan
perbulan
responden
terlihat
bahwa
responden
yang
berpenghasilan kurang dari 3 juta perbulan sebanyak 21 orang (8,3), responden yang berpenghasilan 3 - 4,999 juta perbulan sebanyak 110 orang (43,7%), responden yang berpenghasilan 5 - 7,999 juta perbulan sebanyak 85 orang (33,7%), responden yang berpenghasilan 8 - 10 juta perbulan sebanyak 16 orang (6,3%), dan sisanya responden yang berpenghasilan lebih dari 10 juta perbulan sebanyak 20 orang (7,9%) . Dari data ini terlihat bahwa responden yang berpenghasilan 5 – 7,999 juta perbulan sebanyak hampir 45 persen. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang penghasilan menetukan sering tidaknya seseorang melakukan perjalanan udara. Penelitian Saha dan Theingi (2009) melaporkan bahwa yang paling sering menggunakan maskapai biaya rendah (LCC) dari tiga maskapai yaitu Air Asia, Nok Air, dan One-Two-Go di terminal domestik Bangkok berpenghasilan rata-rata perbulan sebesar 40.000. Selanjutnya penumpang menggunakan maskapai tarif rendah di Chennai International Terminal TamilNadu India berpenghasilan 40.000 sd 50.000 Rupee (Archana dan Subha, 2012).
4.6. Keperluan Menggunakan Maskapai Latar belakang responden dalam penggunaan maskapai penerbangan biaya rendah (LCC) Lion Air terlihat bahwa responden dalam penggunaan maskapai untuk keperluan dinas sebanyak 31 orang (12,3%), responden dalam penggunaan maskapai untuk keperluan bisnis (business) sebanyak 106 orang (42,1%), responden dalam penggunaan maskapai untuk keperluan pariwisata sebanyak 38 orang (15,1%), responden dalam penggunaan maskapai untuk keperluan pendidikan sebanyak 8 orang (3,2%), responden dalam penggunaan maskapai untuk keperluan urusan keluarga sebanyak 32 orang (12,7%), dan sisanya responden dalam penggunaan maskapai untuk pulang ke daerah sebanyak 32 orang (12,7%). Dari data ini terlihat bahwa responden yang paling sering menggunakan maskapai biaya rendah (LCC)
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 45
untuk keperluan bisnis (business) yakni hampir 43 persen. Hal ini dimungkinkan karena pebisnis perlu sarana perjalanan udara yang relatif cepat tiba di tempat tujuan. Penelitian Steyn et al,. (2011) melaporkan bahwa sebesar 52,5 persen dari 324 responden merupakan pengguna maskapai untuk alasan bisnis pada penumpang domestik Tambo International Airport Johannesburg Afrika Selatan. Sedangkan penelitian Archana dan Subha (2012) juga melaporkan bahwa keperluan bisnis merupakan penumpang yang paling banyak menggunakan maskapai penerbangan biaya rendah di Chennai International Terminal TamilNadu India yakni sebesar 203 responden (75,2%) dari 270 responden. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang disebutkan, yaitu mayoritas penumpang pengguna LCC adalah untuk keperluan bisnis.
V.
KESIMPULAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang membutuhkan moda transportasi yang cepat dan murah. Maskapai Lion Air merupakan salah satu maskapai yang menerapkan biaya murah. Sebagian besar pengguna maskapai biaya rendah menggunakan maskapai Lion Air. Penelitian menunjukkan profil pengguna maskapai Lion Air di dominasi penumpang berjenis kelamin Laki-laki. berusia 26 – 39 tahun. Pendidikan sarjana. Pekerjaan wiraswasta. Penghasilan 3 sampai 4,999 juta, dan menggunakan maskapai untuk keperluan bisnis.
46
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
VI. Implikasi Manajerial 1. Sebagian besar pengguna maskapai biaya rendah menggunakan maskapai Lion Air. Maka pihak Lion perlu memperluas pangsa pasarnya terutama penerbangan domestik dengan rute yang lebih banyak. 2. Penumpang lebih banyak bekerja wiraswasta dan keperluan mereka menggunakan maskapai untuk bisnis, sehingga perlu memperioritaskan penumpang ini. 3. Manajer perlu mempetimbankan untuk berekspansi ke negera seperti Thailand, India, dan Malaysia.
Daftar Pustaka Archana R. dan DR. M.V. Subha. 2012. A Study On Service Quality And Passenger Satisfaction On Indian Airlines. International Journal Of Multidisciplinary Research. Vol.2 Issue 2, February 2012, 122-131 http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/12#subjekViewTab3|accordion-daftarsubjek1 (Diunduh 8 Agustus 2014) http://dishidros.go.id/oseanografi.html (Diunduh 8 Agustus 2014) http://hubud.dephub.go.id/?id/kepmen (Diunduh 9 Agustus 2014) http://hubud.dephub.go.id/?id/llu/index/filter:category,1;tahun,0;bulan,0;airport,0 (Diunduh 9 Agustus 2014) IATA.
2012.
Airlines
to
welcome
3.6
billion
passengers
in
2016.
http://www.iata.org/pressroom/pr/pages/2012-12-06-01.aspx (di unduh 18 September 2014). Gross, Sven dan Alexander Schroeder. 2007. Handbook of Low Cost Airlines Strategies, Business Processes and Market Environment. (Eds.) Erich Schmidt Verlag GmbH & Co: Berlin. Lee, Chongho, Myungsook An, dan Yonghwi Noh. 2012. The Social Dimension of Service Workers’ Job Satisfaction: The Perspective of Flight Attendants. Journal
of
Service
Vol.5 No.2(2012), pp 266-279
Science
and
Management.
Analisis Deskriptif Karakteristik Pelanggan Lion Air Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng 47
Lee, H. S. 2010. Effects Of Perceived Value And Service Quality On Customer Satisfaction In The Mobile Phone Service Market. INFORMATION: An International Interdisciplinary Journal, 13(4), 1207-1218. Lerrthaitrakul, Weerawit dan Vinai Panjakajornsak. 2014. The Airline Service Quality Affecting Post Purchase Behavioral Intention: Empirical Evidence from the Low Cost Airline Industry. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 5, No. 2, pp 18-27. Nadiri, Halil., Kashif Hussain, Erdog˘an Haktan Ekiz, dan S¸amil Erdog˘an. 2008. An investigation on the factors influencing passengers’ loyalty in the North Cyprus national airline. The TQM Journal. Vol. 20 No. 3,pp. 265-280. Nagar, Komar. 2013.
Perceived service quality frill and no-frill airliner: an
exploratory research among Indian passenger. Prestige International Journal of Management & IT-Sanchayan, 2(1). O’Connell J. F. dan G. Williams. 2005. “Passengers’ perceptions of low cost airlines and full service carriers: A case study involving Ryanair, Aer Lingus, Air Asia and Malaysia Airlines”. Journal of Air Transport Management. Vol. 11, no. 4, pp. 259-272. Park, J.W., Robertson, R., dan Wu, C.L. 2005. Modelling the Impact of Airline Service Quality and Marketing Variables on Passengers‟ Future Behavioural Intentions. Journal Transportation Planning and Technology. 29(5), 359-381 Porter, M.,E. 1991. The Competitive Advantege Of Nation. New York: The Free Press. Saha G.C. dan Theingi, 2009. Service quality, satisfaction and behavioral intentions: A study of low-cost airline carriers in Thailand. Managerial Service Quality, 19(3): 350-372. Santoso, Singgih. 2014. SPSS 22 from Essential to Expert Skill + CD. Jakarta:Elek Media Komputindo. Sekaran, Uma. 2013. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, 6th Edition, John Wiley & Son, Inc. New York, USA.
48
PELITA Edisi XVI Volume II Juli – Desember 2015
T. F. J. Steyn, P. G. Mostert, C. F. De Meyer, L. R. J. van Rensburg. (2011) "The Effect of Service Failure and Recovery on Airline-Passenger Relationships: A Comparison Between South African and United States Airline Passengers" Journal of Management Policy and Practice, Vol. 12, Iss. 5, pp. 105 – 115. Udjo, Ogaga, Berendien Lubbe dan Anneli Douglas. 2013. The search for and purchasing of an airline ticket. Department of Tourism Management University of Pretoria, South Africa.
[email protected] (Diunduh 18 Februari 2014).