2012 Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten
Hermansyah Andi Wibowo Bambang Dwi Suseno
10/25/2012
i
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
DAFTAR ISI BAB I .......................................................................................................... 1 Pendahuluan.............................................................................................. 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang......................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................... 3 Tujuan ..................................................................................... 3 Luaran Penelitian .................................................................... 4 Sistematika Penulisan ............................................................. 4
BAB II ......................................................................................................... 7 DESAIN PENELITIAN .................................................................................. 7 2.1
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 7 2.1.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................ 7 2.1.2 Ruang Lingkup Substansi ............................................. 8 2.1.3 Waktu Penelitian ........................................................... 9
2.2
Metodologi Penelitian ............................................................. 9 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4
2.3 2.4 2.5
Kerangka Berfikir Penelitian ...................................... 11 Populasi dan Sampel .................................................. 11 Ukuran sampel ............................................................ 12 Metode Pengumpulan Data ........................................ 12
Metode Analisis dan Pengolahan Data ................................. 13 Keterbatasan Penelitian ........................................................ 13 Konsep & Definisi ................................................................. 14 2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.5.4 2.5.5 2.5.6 2.5.7 2.5.8 2.5.9
Wisata .......................................................................... 14 Wisatawan ................................................................... 14 Pariwisata .................................................................... 16 Destinasi Pariwisata ................................................... 16 Pengusaha Pariwisata ................................................. 16 Segmentasi .................................................................. 16 Daya Saing Pariwisata ................................................ 18 Jenis Usaha Kepariwisataan ....................................... 20 Motivasi....................................................................... 24
BAB III ...................................................................................................... 27 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ....................................................... 27 3.1 3.2 3.3 3.4
Kondisi Geografis ................................................................. 27 Kondisi Ekonomi ................................................................... 28 Luas dan Jarak Kabupaten/Kota ke Ibukota Provinsi ......... 29 Populasi Penduduk Banten ................................................... 30 ii
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
3.5 3.6
Perkembangan Pariwisata Banten ........................................ 32 Peranan Pariwisata terhadap Perekonomian ....................... 36 3.6.1 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Output .. 39 3.6.2 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Upah/Gaji .................................................................................... 41 3.6.3 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Tenaga Kerja ............................................................................ 42
BAB IV ...................................................................................................... 45 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ....................................................... 45 4.1 4.2 4.3 4.4
Segmentasi konsumen .......................................................... 45 Motivasi berwisata ................................................................ 46 Pola pencarian informasi pariwisata ................................... 49 Daya Saing Pariwisata ........................................................... 51 4.4.1 4.4.2 4.4.3 4.4.4 4.4.5 4.4.6
4.5 4.6 4.7
Aspek Objek dan Atraksi Wisata ................................ 52 Aspek Pemasaran ........................................................ 55 Aspek Transportasi Telekomunikasi dan Informasi . 58 Aspek Akomodasi dan Restoran ................................ 62 Cenderamata ............................................................... 66 Lingkungan ................................................................. 67
Strategi Pengembangan Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten ................................................................................... 71 Posisi dan Potensi Kepariwisataan Provinsi Banten ............ 74 Peta Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten (addisional) ... 77 4.7.1 Pemetaan Berdasarkan Jenis Usaha Kepariwisataan . 78 4.7.2 Peta Potensi Pengembangan Produk Unggulan ......... 81 4.7.3 Temuan dan Identifikasi Kebutuhan Baru ................ 83
BAB V ....................................................................................................... 85 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................................... 85 5.1 5.2
Kesimpulan ........................................................................... 85 Rekomendasi ......................................................................... 87
Daftar Pustaka ......................................................................................... 91
Daftar Tabel Lampiran
iii
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai provinsi yang dicanangkan menjadi salah satu wilayah buffer/penyangga antara pulau Jawa dan Sumatra dalam paradigma MP3EI 2011-2025, Banten memiliki potensi pariwisata
yang
besar.
Hal
ini
terdukung
dengan
dikeluarkannya PP no 26 tahun 2012 yang menetapkan Tanjung Lesung sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bersama Sei Mengkei yang juga akan disusul oleh Bitung. Dengan penetapan Tanjung Lesung sebagai salah satu KEK, Provinsi Banten harus segera berbenah dan mempercepat pembangunan sarana dan prasarana agar dapat mengoptimalkan peluang yang ada. Mengacu kepada strategi MP3EI yaitu pengembangan potensi ekonomi daerah; terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global; serta peningkatan SDM dan IPTEK; ditambah dengan legalitas penetapan salah satu KEK di Tanjung Lesung Provinsi Banten dan prioritas Provinsi Banten untuk menekan angka pengangguran sebagai hasil rapat RPJMD Banten 2010-2017, sudah saatnya bagi sektor pariwisata untuk mendapatkan perhatian khusus dari stakeholders Provinsi Banten. Hal ini juga sesuai dengan tema Koridor Ekonomi pulau jawa sebagai pendukung industri dan jasa nasional. Oleh karena itu, dibutuhkan perumusan strategi yang tepat dalam rangka meningkatkan daya saing pariwisata Provinsi Banten. Dalam penyusunan strategi pengembangan pariwisata sebuah destinasi pariwisata, perlu diketahui terlebih dahulu kekuatan daya saingnya. Tujuannya adalah 1
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
agar langkah/kebijakan yang diambil selanjutnya akan efektif dan efisien karena mengacu kepada posisi yang saat ini dimiliki oleh Provinsi Banten. Terdapat dua pendekatan dalam mengukur daya saing sebuah destinasi pariwisata. Pendekatan pertama adalah pendekatan permintaan dan yang kedua adalah pendekatan penawaran. Dilihat dari sudut pandang permintaan maka unsur penyusunnya berasal dari antara
lain:
objek
wisata,
aspek-aspek tersebut,
pemasaran,
transportasi
telekomunikasi dan informasi, akomodasi, cenderamata, dan lingkungan. Keenam aspek ini merupakan persepsi wisatawan terhadap keenam aspek daya saing sebuah destinasi wisata. Pendekatan kedua adalah pendekatan penawaran yang bertolak dari sudut pandang kepentingan produsen pariwisata, dalam hal ini adalah stakeholders destinasi pariwisata yang bersangkutan yang terdiri dari pemerintah daerah setempat, para pengusaha pariwisata, dan masyarakat dalam destinasi pariwisata. Dengan demikian, diperlukan sebuah kajian yang dapat memberi luaran-luaran yang diperlukan dalam perumusan strategi daya saing pariwisata, antara lain: informasi komprehensif terkait karakteristik wisatawan; motivasi yang mendasari kegiatan wisata para wisatawan; segmen pasar wisatawan yang eksis; persepsi wisatawan tentang Provinsi Banten sebagai sebuah destinasi pariwisata, dan juga informasi lain yang akan mempermudah para stakeholders sebagai pihak yang berkepentingan dan khususnya yang berkewenangan
untuk
mengembangkan
pariwisata
di
Banten dalam perumusun kebijakan strategi pengembangan pariwisata.
2
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan tentang sejumlah permasalahan yang dihadapi Provinsi Banten dalam upayanya menjadi provinsi yang berdaya saing tinggi. Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana karakteristik profil wisatawan pariwisata Banten? 2. Bagaimana segmen pasar wisatawan Provinsi Banten? 3. Motivasi apa yang melatarbelakangi wisatawan berwisata ke Provinsi Banten? 4. Media apa yang sering digunakan wisatawan dalam mencari informasi pariwisata di Provinsi Banten? 5. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap daya saing pariwisata Provinsi Banten sebagai sebuah destinasi pariwisata? 6. Bagaimanakah kondisi aktual dari daya saing yang dimiliki Provinsi Banten?
1.3 Tujuan Adapun tujuan serta manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini antara lain: 1. Mengkaji profil wisatawan pariwisata Banten. 2. Membuat segmentasi pasar wisatawan berdasar aspek demografi. 3. Mengkaji
motivasi
wisatawan
dalam
melakukan
kunjungan wisata.
3
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
4. Menganalisis perilaku wisatawan dalam pemanfaatan media pemberi informasi pariwisata di Provinsi Banten. 5. Menganalisis persepsi wisatawan terhadap daya saing pariwisata Provinsi Banten. 6. Inventarisasi elemen-elemen daya saing Provinsi Banten dari sisi penawaran.
1.4 Luaran Penelitian Luaran yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Profil wisatawan pariwisata Provinsi Banten 2. Informasi segmen pasar wisatawan yang potensial 3. Informasi tentang motivasi berwisata ke Provinsi Banten 4. Informasi
tentang
pola
pemanfaatan
media
oleh
wisatawan dalam upaya mencari informasi pariwisata di Provinsi Banten 5. Hasil analisis daya saing pariwisata dari sisi demand 6. Peta potensi daya saing Provinsi Banten dari sisi supply
1.5 Sistematika Penulisan Penyajian hasil dari kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten dibagi dalam 5 bab. Kelima bab tersebut secara terperinci dijelaskan sebagai berikut: Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang
dilaksanakannya
kegiatan
Penyusunan
Strategi Pengembangan Daya Saing Pariwisata. Selanjutnya dibuat rumusan masalah yang teridentifikasi dari kebutuhan yang terdapat di latar belakang. Kemudian, secara berurutan 4
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
dirumuskan tujuan dan luaran yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Bab dua merupakan perpaduan dari tiga subbab yaitu rung lingkup penelitian, metodologi penelitian serta konsep dan definisi yang digunakan dalam penelitian. Ruang lingkup penelitian berisi tentang cakupan wilayah geografis atau lokus penelitian, ruang lingkup substansi, dan waktu penelitian. Metodologi penelitian terdiri dari elemenelemen, antara lain: kerangka berfikir penelitian, populasi dan sampel, ukuran sampel, metode pengumpulan data, metode
analisis
penelitian.
dan
Konsep
pengolahan
dan
definisi
data, terdiri
keterbatasan dari:
wisata,
wisatawan, pariwisata, destinasi pariwisata, pengusaha pariwisata, segmentasi, daya saing pariwisata, motivasi Bab tiga berisi uraian tentang gambaran umum wilayah studi
yang
terdiri
dari:
kondisi
geografis,
struktur
pemerintahan, luas dan jarak kabupaten/kota ke ibukota provinsi, dan populasi penduduk Provinsi Banten. Selain itu juga dipaparkan sejumlah kondisi terkini dari Provinsi Banten sehubungan dengan sektor pariwisata, seperti: perkembangan pariwisata, peranan pariwisata terhadap perekonomian,
dampak
pengeluaran
wisnus,
dampak
pengeluran wisman, dan sumbangan pariwisata terhadap |PAD. Bab empat berisi tentang analisis data penelitian dan tambahan
kegiatan
berupa
inventarisasi
daya
saing
pariwisata dari sisi penawaran. Adapun substansi penelitan yang menjadi fokus pembahasan adalah sebagai berikut: segmentasi konsumen,
motivasi berwisata ke Provinsi
Banten, pola pencarian informasi pariwisata, dan persepsi konsumen terhadap daya saing pariwisata Provinsi Banten. Di bagian akhir, dipaparkan sejumlah hasil pengumpulan 5
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
dan olah data daya saing pariwisata Provinsi Banten dari sisi penawaran. Bab lima berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan tambahan kegiatan inventarisasi daya saing pariwisata Provinsi Banten dari sisi penawaran. Setelah disimpulkan maka rekomendasi yang bersifat final berdasar hasil penelitian juga dipaparkan di bab ini.
6
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
BAB II DESAIN PENELITIAN 2.1 Ruang Lingkup Penelitian 2.1.1 Ruang Lingkup Wilayah Dalam penelitian ini, ruang lingkup lokasi penelitian adalah hotel tempat wisatawan menginap, objek wisata, dan ruang publik maupun privat yang ada di wilayah Provinsi Banten. Alasan utama yang digunakan dalam pemilihan lokasi adalah kemudahan dalam memperoleh data. Beberapa asumsi kami gunakan dalam penentuan lokasi penelitian. Secara terperinci asumsi-asumsi tersebut adalah: 1. Hotel di Provinsi Banten, sebagai tempat universal yang digunakan para wisatawan baik wisnus maupun wisman untuk mendapatkan akomodasi selama berwisata, yang menyediakan layanan seperti menginap, makan, minum dan layanan lainnya. Oleh karena itu, pemilihan hotel sebagai lokasi penelitian adalah tepat karena subyek penelitian bertempattinggal tentatif di hotel. 2. Dalam penelitian ini, dipilih sejumlah hotel yang dianggap mimiliki aksesibilitas penelitian tinggi dan representatif bagi kehadiran wisatawan. Hotel-hotel tersebut antara lain: Marbella Anyer Hotel, Ratu Hotel Bidakara, Le Dian Hotel, dan Hotel Mahadria. 3. Objek wisata di Provinsi Banten, sebagai tujuan utama dari kegiatan wisata, objek wisata menjamin ketersediaan data melalui kehadiran subjek penelitian. Objek wisata penelitian ini adalah objek wisata yang tercantum dalam basis data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Pemilihan objek secara convenience
dengan
pertimbangan tingkat brand awareness yang tinggi 7
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
dibandingkan objek-objek wisata yang lain. Objek-objek tersebut antara lain pantai Anyer dan Masjid Banten Lama. 4. Ruang publik maupun privat yang terdapat di wilayah Provinsi Banten; asumsi yang kami gunakan yaitu subjek penelitian yang memenuhi kriteria sebagai responden, juga bisa ditemui di ruang publik seperti taman kota, pasar, mall, sekolah, perguruan tinggi, perkantoran, dll. Selain itu juga bisa ditemui di ruang privat seperti rumah pribadi dan perkampungan. 2.1.2 Ruang Lingkup Substansi Dalam penelitian ini, substansi penelitian yang menjadi subjek adalah wisatawan yang pernah melakukan kunjungan wisata ke objek wisata di Provinsi Banten selama satu tahun terakhir terhitung sampai bulan September 2012. Objek penelitian adalah persepsi responden terhadap enam aspek daya saing pariwisata yang dimiliki Provinsi Banten. Adapun segmentasi pasar wisatawan sebagai langkah awal dalam membuat strategi daya saing, kami lakukan berdasarkan aspek demografi wisatawan. Untuk variabel motivasi kunjungan wisata, penelitian ini mengembangkan pembagian dimensi motivasi berwisata oleh R.W. McIntosh yang terdiri dari 9 dimensi dimana dimensi
pleasure
(bersenang-senang)
diganti
menjadi
pendidikan/pelatihan. Secara eksplisit variabel-variabel yang diteliti antara lain:
Aspek demografi wisatawan
Jenis kelamin Usia Status pernikahan Profesi 8
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Enam aspek daya saing pariwisata
Motivasi berwisata
Pendapatan Pendidikan terakhir Kewarganegaraan Aspek objek wisata Aspek pemasaran Aspek transportasi, telekomunikasi, dan informasi Aspek akomodasi Aspek cenderamata Aspek lingkungan Pendidikan/pelatihan Rekreasi/berlibur Kesehatan Event olahraga/kesenian Kunjungan keluarga/teman Keagamaan Status sosial/prestise Profesi/jabatan/konferensi
2.1.3 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan rentang waktu sekitar tiga bulan, mulai bulan Juii sampai dengan akhir bulan September 2012. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner serta survei lapangan dilaksanakan bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012. Analisis data akan dilakukan pada
bulan
Agustus
sedangkan
seminar
pada
bulan
survei
yang
September. Selengkapnya ada di lampiran.
2.2 Metodologi Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
bertujuan mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, dan pendapat dari sekelompok responden. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menganalisis data kualitatif yang dikuantifikasi. Uji hipotesis dalam penelitian deskriptif tidak dilakukan. Dari sudut
pandang
time
horizon,
maka
penelitian
ini
menggunakan pendekatan cross section (silang tempat). 9
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Artinya dilakukan sebanyak satu kali dalam satu kurun waktu tertentu. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individual. Survei awal berupa literature survey (survei literatur) yaitu survei terhadap karya tulis, buku, jurnal, dan kajian sejenis yang membahas topik yang sama. Eksplorasi dilakukan di kampus, media cetak, media elektronik, dan juga internet. Selanjutnya experienced survey (survei pihak berpengalaman) informasi
yang
berpengalaman
yang
dilakukan
dibutuhkan di
bidang
untuk
dari
mendapatkan
orang/pihak
pariwisata
Banten
yang seperti
pengusaha travel agent, hotel, pemandu wisata, dan sejenisnya. Survei ini berupa FGD yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan sebagaimana disebutkan sebelumnya. Survei inti, yaitu survei yang diselenggarakan terhadap responden untuk mendapatkan data dari mereka. Survei ini dilakukan dengan meminta responden mengisi kuesioner. Kuesioner dapat diisi sendiri oleh responden atau mereka sekedar
menjawab
pertanyaan
dalam
kuesioner
dan
jawabannya ditulis oleh peneliti.
10
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
2.2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Gambar 2.1
Aspek Demografi Wisatawan LUARAN
Daya Saing Pariwisata
ANALISIS
PENELITIAN
Motivasi Berwisata
Strategi Daya Saing Pariwisata
Ket: Strategi Daya Saing Pariwisata adalah variabel yang tidak diteliti
2.2.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah keseluruhan elemen baik subjek ataupun objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah semua orang yang memiliki pengalaman berwisata di Provinsi Banten selama satu tahun terakhir terhitung dari bulan September 2012. Sampel adalah sebagian kumpulan dari elemen yang diambil dari populasi. Penelitian ini mengambil sampel tidak secara acak (nonprobability sampling). Pemilihan elemen sampel dilakukan dengan memadukan metode quota dan purposive sampling, dimana sampel harus memenuhi jumlah tertentu yang disyaratkan dan memenuhi kriteria yang bersesuaian dengan populasi. Pada penelitian ini, anggota sampel harus memenuhi kriteria yang kami tetapkan, yaitu: 11
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
1. Responden harus memiliki pengalaman berwisata ke objek wisata atau atraksi di Provinsi Banten. 2. Terakhir kali melakukan kunjungan wisata, responden melakukannya dalam kurun waktu tidak lebih lama dari 1 tahun. Hal ini ditetapkan untuk menjamin bahwa responden masih memiliki ingatan tentang peristiwa yang dirasakannya saat berwisata. Dengan demikian, jika dikaitkan dengan segmentasi pasar maka pendekatan yang digunakan adalah post hoc. Artinya wisatawan disegmen setelah produk dan jasa wisata Provinsi Banten dikonsumsi oleh para wisatawan. 2.2.3 Ukuran sampel Menurut Roscoe (1975) dalam Sekaran (2003), sebaiknya ukuran sampel adalah lebih besar dari 30 dan kurang dari 500. Oleh karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka
kami
menetapkan
ukuran
sampel
berdasarkan
perpaduan teknik sampling yang kami pilih yaitu purposive dan
quota.
Dengan
kriteria
yang
sudah
disebutkan
sebelumnya tentang pengalaman berwisata di Provinsi Banten paling lama setahun ke belakang; selanjutnya kami menetapkan jumlah responden penelitian kami sebanyak 160 (seratus enam puluh) orang yang terdiri dari 20 (dua puluh) responden dari setiap kabupaten/kota di Provinsi Banten. 2.2.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan
data
dalam
penelitian
survei
bisa
dilakukan dengan menggunakan sejumlah instrumen. Dalam penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang kami gunakan adalah:
12
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
1. Kuesioner/angket dengan konten pertanyaan bersifat terbuka dan tertutup. Kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi sendiri, baik terencana maupun secara accidental. Angket dibuat dua versi yaitu versi berbahasa Indonesia dan versi berbahasa Inggris. 2. Wawancara yang terstruktur terhadap para pengusaha pariwisata
dan
stakeholders
terkait
pariwisata
di
Provinsi Banten.
2.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data Setelah kuesioner dikembalikan oleh responden dan dipisahkan antara kuesioner yang valid dan tidak valid, selanjutnya analisis dan pengolahan data dimulai. Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif seperti frekuensi untuk menampilkan profil responden . demografi, juga
Selain profil
dilakukan pengolahan data terhadap
variabel motivasi berwisata dan perilaku mencari informasi pariwisata melalui media.
2.4 Keterbatasan Penelitian Penelitian segmentasi
ini
membatasi
konsumen
dari
lingkup aspek
bahasan
pada
demografi,
tidak
mendalam sampai ke aspek psikografi dan keperilakuan. Selanjutnya, pengukuran motivasi dalam penelitian ini hanya bersifat eksploratif, tidak mengukur seberapa besar motivasi
yang
dimiliki
wisatawan
dalam
melakukan
kunjungan wisata. Motivasi dieksplorasi sebatas membuat rangking prioritas yang diurutkan oleh wisatawan dimana hasilnya tentu akan sangat beragam. Dalam pengukuran daya saing pariwisata dari sisi demand Provinsi Banten sebagai sebuah destinasi wisata, 13
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
digunakan skala yang dimodifikasi dari Diamond Porter. Alat ukur yang sama juga digunakan oleh peneliti dari LIPI dalam penelitian studi kasus tentang daya saing Provinsi Banten. Pemilihan alat ukur ini didasarkan pada kebutuhan aplikatif dari luaran penelitian yang lebih bisa diakomodasi oleh alat ukur tersebut. Di sisi lain, pengukuran daya saing pariwisata Provinsi Banten dengan pendekatan supply hanya menginventarisasi potensi pariwisata yang ada di Provinsi Banten. Kuantifikasi dilakukan untuk mengetahui potensi keunggulan yang dimiliki dari setiap kabupaten/kota di Provinsi Banten.
2.5 Konsep & Definisi 2.5.1 Wisata Definisi wisata dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang ditetapkan dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yaitu: wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 2.5.2 Wisatawan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) mendefinisikan: “A visitor is a traveller taking a trip to a main destination outside his/her usual environment, for less than a year, for any main purpose (business, leisure or other personal purpose) other than to be employed by a resident entity in the country or place visited. A visitor (domestic, inbound or outbound) is classified as a tourist (or overnight visitor), if his/her trip includes an overnight stay, or as a same-day visitor (or excursionist) otherwise”
14
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Akan
tetapi,
kami
lebih
ditetapkan berdasar UU
memilih
definisi
yang
No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, dimana wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Alasannya karena kondisi di lapangan bersesuaian dengan definisi yang kedua ini. Menurut jenisnya, wisatawan dibedakan menjadi:39 Wisatawan Nusantara
Yang dimaksud dengan wisatawan nusantara adalah Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah teritorial Indonesia bukan untuk ekerja atau sekolah, dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan ke obyek wisata komersial (bertransaksi), menginap di akomodasi komersial (bertransaksi); jarak perjalanan lebih dari 100 km (pulang pergi) yang bukan merupakan lingkungan seharihari. Wisatawan Mancanegara
Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan di luar negara asalnya (Country of Residence), selama kurang dari 12 bulan pada suatu destinasi tertentu, dengan
tujuan
memperoleh
perjalanan
penghasilan.
tidak Dalam
untuk kontek
bekerja
atau
sini
perlu
diperhatikan bahwa (1) Orang yang bekerja di perbatasan negara; (2) Imigran baik yang permanen, sementara, atau nomaden; (3) Pengungsi; serta (4) Diplomat, Konsulat, dan Anggota
Angkatan
Bersenjata
yang
menempati
pos
tugasnya, tidak termasuk ke dalam kategori wisatawan mancanegara. Pelancong/pengunjung
Pelancong atau pengunjung adalah Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial 15
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
selama satu hari pulang pergi (one day trip) tanpa menginap di akomodasi komersial. 2.5.3 Pariwisata Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah 2.5.4 Destinasi Pariwisata Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 2.5.5 Pengusaha Pariwisata Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. 2.5.6 Segmentasi Pengertian
segmentasi
pasar
menurut
Kotler
&
Armstrong (2004) adalah membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok
pembeli
yang
khas
berdasarkan
kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin membutuhkan
produk
atau
bauran
pemasaran
yang
terpisah. Sedangkan menurut Rhenald Kasali dalam Nugroho (2003) segmentasi adalah proses mengkotak-kotakkan pasar yang heterogen ke dalam potensial kostumer yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau kesamaan karakter yang memiliki
respons
yang
sama
dalam
membelanjakan
uangnya. 16
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Kasali (2005) memperjelas segmentasi pasar dengan membagi menjadi dua pendekatan segmentasi yaitu: a. Segmentasi Apriori yaitu segmentasi yang dilakukan sebelum suatu produk/jasa/ide/kampanye diluncurkan kepada pasar. Semua pendekatan berdasarkan variabel demografis,
geografis,
dan
psikografis
merupakan
pendekatan apriori. b. Segmentasi Post-Hoc adalah segmentasi yang dilakukan setelah produk/jasa/ide/ kampanye dijalankan. Setelah konsumen datang, data lalu dikumpulkan, diolah dan Anda meminta agar data itu berbicara siapa mereka, siapa konsumen
Anda.
Dengan
demikian,
pendekatan
segmentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
segmentasi
Post-Hoc.
Pendekatan
ini
dilakukan dengan melakukan survei kepada konsumen wisata
yang
membagi
memiliki
mereka
pengalaman
berdasarkan
berwisata
aspek-aspek
lalu yang
memungkinkan pembuatan tindak lanjut berupa strategi pemasaran pariwisata Provinsi Banten. Agar segmentasi mencapai sasarannya, maka ada syarat yang harus dipenuhi dalam segmentasi . Menurut Kotler & Armstrong (2004 segmen pasar harus 1. Terukur (Measurability) 2. Dapat dijangkau (Accessibility) 3. Substansial (Substantiality) 4. Dapat dibedakan (Diferentiability) 5. Dapat ditindaklanjuti (Actionability). Dengan segmentasi yang baik, segmen-segmen pasar yang terbentuk akan terdefinisi dengan baik. Hal ini akan
17
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
memudahkan proses marketing selanjutnya yaitu targetting. Ada lima keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan segmentasi pasar menurut Kasali (2005) yaitu: a. Mendesain
produk
yang
lebih
responsif
terhadap
kebutuhan pasar b. Menganalisis pasar c. Menemukan peluang d. Menguasai posisi superior dan kompetitif e. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien 2.5.7 Daya Saing Pariwisata Menurut Kotler (1998) daya saing ekonomi suatu bangsa dapat dijelaskan oleh lima faktor, yakni: faktor anugerah, kebudayaan, sikap dan nilai, kondisi sosial, organisasi industri,
dan
kepemimpinan
pemerintah.
Sementara
Michael Porter (1997) dengan analisis daya saing model "diamond"-nya menekankan enam faktor penting yang menentukan daya saing ekonomi suatu bangsa, yakni: kondisi
faktor
(input),
kondisi
permintaan,
strategi,
struktur, dan persaingan perusahaan; industri pendukung dan terkait, peluang, dan peranan pemerintah.
18
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Gambar 2.2 Model Porter’s Diamond
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Diamond_model
Dalam mengukur daya saing pariwisata Provinsi Banten, penelitian
ini
memodifikasi
enam
faktor
keunggulan
bersaing dari Michael Porter yang juga sudah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang menghasilkan enam aspek daya saing pariwisata suatu daerah. Keenam aspek tersebut antara lain: 1. Objek wisata dengan variabel jenis/keberagaman obyek. wisata, daya tarik obyek wisata, akses ke obyek wisata, dan pengelolaannya. Dalam angket, penulisan objek wisata ditambahkan dengan atraksi wisata. 2. Aspek pemasaran wisata meliputi variabel pelayanan biro perjalanan/wisata, paket wisata, promosi wisata, dan pelayanan administrasi 3. Aspek transportasi dan telekomunikasi meliputi variabel ketersediaan sarana transpotasi, ongkos/harga transpotasi, pelayanan tranpotasi, pelayanan telekomunikasi, biaya telekomunikasi, dan pelayanan informasi
19
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
4. Aspek akomodasi menyangkut variabel sewa/hotel/penginapan, pelayanan hotel/ penginapan, kemudahan banyaknya tempat makan, harga makanan, jenis-jenis makanan, dan pelayanan restoran 5. Aspek
cenderamata/suvenir
yang
meliputi
variabel
ketersediaan toko cenderamata, harga cenderamata, pelayanan
penjual
cenderamata,
dan
keberagaman
cenderamata. 6. Aspek lingkungan, kebersihan lingkungan, kenyamanan lingkungan, dan keramahan (hospitality) penduduk lokal. 2.5.8 Jenis Usaha Kepariwisataan Definisi Peraturan
usaha
kepariwisataan
Pemerintah
No.
15
kami
tahun
ambil
2012
dari
tentang
sertifikasi kompetensi dan sertifikasi usaha di bidang pariwisata, antara lain: 1. Bidang usaha daya tarik wisata, meliputi jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata dan subjenis usaha meliputi: a. pengelolaan pemandian air panas alami; b. pengelolaan gua; c. pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala berupa candi, keraton, prasasti, pertilasan, dan bangunan kuno; d. pengelolaan museum; e. pengelolaan permukiman dan/atau lingkungan adat; f. pengelolaan objek ziarah; dan
20
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
g. subjenis usaha lainnya dari jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur. 2. Bidang usaha kawasan pariwisata, belum memiliki jenis maupun subjenis usaha. 3. Bidang usaha jasa transportasi wisata, meliputi jenis usaha: a. angkutan jalan wisata; b. angkutan kereta api wisata; c. angkutan sungai dan danau wisata; d. angkutan laut domestik wisata; dan e. angkutan laut internasional wisata. 4. Bidang usaha jasa perjalanan wisata, meliputi jenis usaha: a. biro perjalanan wisata; dan b. agen perjalanan wisata. 5.
Bidang usaha jasa makanan dan minuman, meliputi jenis usaha: a. restoran; b. rumah makan; c. bar/rumah minum; d. kafe; e. jasa boga; f. pusat penjualan makanan; dan
21
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
g. jenis usaha lain bidang usaha jasa makanan dan minuman yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur. 6. Bidang usaha jasa penyediaan akomodasi, meliputi jenis usaha: a. hotel meliputi subjenis: hotel bintang dan hotel nonbintang. b. bumi perkemahan c. persinggahan karavan d. vila e. pondok wisata f. akomodasi lain meliputi: a) motel; dan b) jenis usaha lain bidang usaha jasa penyediaan akomodasi yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur. 7. Bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, meliputi jenis usaha: a. gelanggang olahraga, yang meliputi subjenis usaha: lapangan golf; rumah bilyar; gelanggang renang; lapangan tenis; gelanggang bowling; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang olahraga yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. b. gelanggang seni, yang meliputi subjenis: sanggar seni; galeri seni; gedung pertunjukan seni; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha
22
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
gelanggang seni yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. c. arena permainan, yang meliputi subjenis usaha: arena permainan; subjenis usaha lainnya dari jenis usaha arena permainan yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. d. hiburan malam, yang meliputi subjenis usaha: kelab malam; diskotek; pub; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha hiburan malam yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. e. panti pijat, yang meliputi subjenis usaha: panti pijat; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha panti pijat yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. f. taman rekreasi, yang meliputi subjenis usaha: taman rekreasi; taman bertema; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha taman rekreasi yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. g. karaoke, yang meliputi subjenis usaha karaoke h. Bidang jasa impresariat/promotor, yang meliputi subjenis usaha jasa impresariat/promotor. 8. Bidang usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran meliputi jenis usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran.
23
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
9. Bidang usaha jasa informasi pariwisata, belum memiliki jenis maupun subjenis usaha. 10. Bidang usaha jasa konsultan pariwisata, belum memiliki jenis maupun subjenis usaha. 11. Bidang usaha jasa pramuwisata, belum memiliki jenis maupun subjenis usaha. 12. Bidang usaha wisata tirta, meliputi jenis usaha: a. wisata bahari, yang meliputi subjenis usaha: wisata selam; wisata perahu layar; wisata memancing; wisata selancar; dermaga bahari; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha wisata bahari yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. b. wisata sungai, danau, dan waduk, yang meliputi subjenis usaha: wisata arung jeram; wisata dayung; dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha wisata sungai, danau, dan waduk yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur. 13. Bidang usaha spa, belum memiliki jenis maupun subjenis usaha. 2.5.9 Motivasi Motif adalah hal yang mendasari tindakan seseorang. Sementara itu, secara umum diterima bahwa maksud dari motivasi adalah sama dengan apa yang dimaksudkan 24
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
dengan motif itu sendiri. Dalam penelitian ini, motivasi melakukan
kunjungan
menggunakan
wisata
pengembangan
akan
dieksplorasi
pembagian
motivasi
berwisata yang dilakukan oleh R.W. McIntosh dalam Antariksa. 1. Leisure 2. Relaxation, rest and recreation 3. Health 4. Participation in sports 5. Curiousity and culture 6. Ethnic and family 7. Spiritual and Religius 8. Status and prestige 9. Professional or business Meskipun demikian, adaptasi kami lakukan dengan melakukan
penambahan
dan
pengurangan
elemen
pengelompokan motivasi berwisata dari McIntosh. Leisure kami ganti dengan pendidikan dan latihan sebab motivasi untuk memperoleh leisure dari melakukan wisata, juga bisa diperoleh di rekreasi/berlibur. Selanjutnya kami menghilangkan motivasi Curiousity and culture karena rasa ingin tahu bisa dimasukkan ke dalam motivasi pendidikan. Dengan demikian, motivasi wisatawan dalam berwisata ke Provinsi Banten akan dieksplorasi menggunakan pengelompokan seperti di bawah ini. 1. Pendidikan/pelatihan 2. Rekreasi/berlibur 3. Kesehatan 4. Event olahraga/kesenian 25
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
5. Kunjungan keluarga/teman 6. Keagamaan 7. Status sosial/prestise 8. Profesi/jabatan/konferensi 9. Lainnya
26
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1
Kondisi Geografis Secara astronomis wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º 7’ 50” - 7º 1’ 11” Lintang Selatan dan 105º 1’ 11” - 106º 7’ 12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.683,48 km2 . Secara geografis wilayah Banten dibatasi oleh daratan dan lautan, antara lain: 1. Sebelah Utara: Laut Jawa 2. Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat 3. Sebelah Selatan: Samudra Hindia 4. Sebelah Barat: Selat Sunda Sementara itu, Topografi wilayah Banten adalah sebagai berikut: 1. Wilayah datar (kemiringan 0 – 2 %) seluas 574.090 Ha 2. Wilayah bergelombang (kemiringan 2 – 15%) seluas 186.320 Ha 3. Wilayah curam (kemiringan 15 – 40%) seluas 118.470,50 Ha Posisi geografis Provinsi Banten di ujung barat pulau Jawa,
telah
memberi
keunggulan
komparasi
berupa
perannya sebagai area penyangga antara pulau Jawa dan Sumatra. Tingginya intensitas lalu lintas baik darat maupun laut melalui Provinsi Banten, jika dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi
Provinsi
Banten,
khususnya
pertumbuhan
melalui
sektor
pariwisata. Hal ini juga menjadi perhatian dalam paradigma 27
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
MP3EI yang terimplementasi dalam kebijakan penetapan Tanjung Lesung sebagai salah satu KEK. Dengan demikian, kesiapan Provinsi Banten dalam kaitannya mengoptimalkan peluang ini semakin dibutuhkan.
3.2 Kondisi Ekonomi Tabel 3.1 Struktur PDRB Banten Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 – 2012 (Persen) Lapangan Usaha
2010
2011
2012 Triwulan Semester II II
A. Kelompok Sektor Primer
8,38
8,06
7,98
8,10
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
8,28
7,95
7,87
7,99
2. Pertambangan dan Penggalian
0,11
0,10
0,11
0,10
B. Kelompok Sektor Sekunder
55,45
54,80
53,63
53,67
3. Industri Pengolahan
48,41
47,69
46,23
46,38
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
3,55
3,55
3,65
3,66
5. Konstruksi
3,48
3,56
3,75
3,64
C. Kelompok Sektor Tersier
36,17
37,14
38,39
38,23
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
18,24
18,51
18,95
18,95
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8,84
9,23
9,49
9,48
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
3,79
3,80
3,88
3,88
9. Jasa-jasa
5,30
5,60
6,07
5,93
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 36/08/36/Th. VI, 6 Agustus 2012, hal. 5 http://banten.bps.go.id/pdf/1236_Pdrb_060812.pdf
Kelompok sektor tersier yang terdiri dari empat sektor, kontribusinya mengalami peningkatan pada semester ini, yaitu dari 37,14 persen pada tahun 2011 menjadi 38,23 persen.
Peningkatan
terjadi
sebagai
dampak
naiknya
kontribusi di semua kelompok sektor tersier. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran naik 0,44 poin dari 18,51 persen pada tahun 2011 menjadi 18,95 persen pada semester
I
tahun
2012.
Sektor
pengangkutan
dan
komunikasi pun mengalami peningkatan kontribusi sebesar 28
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
0,25 poin. Demikian juga untuk sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dimana pada semester I tahun 2012 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,08 poin dan 0,33 poin dibandingkan dengan tahun 2011 (BRS Provinsi Banten 2012) Secara khusus, sektor pariwisata yang dalam struktur PDRB masuk dalam lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, merupakan sektor penting yang menjadi trigger bagi permintaan di banyak sektor lapangan usaha yang lain. Dampak ini akan jelas terlihat dari hasil analisis I-O pada bagian selanjutnya.
3.3 Luas dan Jarak Kabupaten/Kota ke Ibukota Provinsi Tabel 3.2 Luas dan Jarak ke Ibukota Provinsi Luas
Nama Kabupaten/Kota
Ibukota
Kota Cilegon Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Kota Serang Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Kota Tangerang Selatan
Purwakarta Rangkasbitung Pandeglang Serang Ciruas Tigaraksa Tangerang Pamulang
(km²) 176 3.427 2.747 267 1.734 1.012 154 147
Jarak ke Ibukota Provinsi (km) 20 41 21 9 33 65 73
Sumber Data: Banten Dalam Angka 2011 (01-10-2007), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan BPS Provinsi Banten
Dari tabel di atas, tampak bahwa dari titik nol setiap kabupaten/kota
di
Provinsi
Banten, secara
berurutan
kabupaten/kota dengan jarak mulai dari yang terdekat sampai yang terjauh dari Ibukota provinsi adalah sebagai berikut:
Kabupaten
Pandeglang,
Serang,
Kabupaten
Kota
Tangerang,
Cilegon,
Kabupaten
Kabupaten
Lebak,
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tengerang 29
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Selatan. Informasi yang bisa kita simpulkan dari tabel di atas adalah probabilitas adanya pengaruh -dari sisi pilihan wisatawan dalam menentukan lokasi akomodasinya- yang ditimbulkan oleh perbedaan jarak kabupaten/kota tertentu di Provinsi Banten terhadap Ibukota provinsi yaitu Kota Serang.
3.4 Populasi Penduduk Banten Tabel 3.3 Jumlah Penduduk di Banten 1961-2010 Kabupaten/Kota 1. Pandeglang
1961 440,213
1971 572,628
2. Lebak
427,802
546,364
643,647
789,870
648,115
766,410
206,743 72,054
1980 694,759
1990 858,435
2000 1,011,788
2010 1,149,610
682,868
873,646
1,030,040
1,204,095
1,131,199
1,843,755
2,781,428
2,834,376
968,358
1,244,755
1,652,763
1,402,818
276,825
397,825
921,848
1,325,854
1,798,601
93,057
140,828
226,083
294,936
374,559
3. Tangerang* 4. Serang** 5. Kota Tangerang 6. Kota Cilegon
557,785
7. Kota Serang 8. Kota Tangerang Selatan Banten
...
...
...
...
...
1,290,322
2,258,574
3,045,154
4,015,837
5,967,907
8,096,809
10,632,166
Sumber http://banten.bps.go.id/pop1.php diakses 29 September 2012 * Termasuk Kota Tangerang Selatan ** Termasuk Kota Serang pada tahun year 2008
Dari tabel tampak bahwa populasi Banten di setiap dasawarsa selalu mengalami peningkatan di dasawarsa selanjutnya. Kendati demikian, kita perlu mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk dari setiap dasawarsa ke dasawarsa selanjutanya untuk dapat melihat potensi yang dimiliki Provinsi Banten terkait dengan ketersediaan sumber daya manusianya. Oleh karena itu, tabel di bawah ini akan memberi informasi tersebut. 30
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 3.4 Pertumbuhan Penduduk di Banten Tahun 1961-2010 (dalam persen)
Kabupaten/Kota 1. Kabupaten Pandeglang 2. Kabupaten Lebak 3. Kabupaten Tangerang 4. Kabupaten Serang * 5. Kota Tangerang ** 6. Kota Cilegon 7. Kota Serang 8. Kota Tangerang Selatan Banten
1961-1971
1971-1980
1980-1990
1990-2000
2000-2010
2.66 2.48 4.07 2.69 2.96
2.17 2.51 4.07 2.63 4.11
2.14 2.49 5 2.54 8.77
1.71 1.72 4.35 2.98 3.83
1.3 1.58 3.8 1.44 3.12
2.59 ... ... 2.25
4.71 ... ... 3.12
4.85 ... ... 4.04
2.79 ... ... 3.1
2.44 2.88 4.63 2.78
Sumber : http://banten.bps.go.id/pop2.php diakses 29 Septembaer 2012 * termasuk Kota Tangerang Selatan ** termasuk Kota Serang Untuk Tahun 2008
Dari tabel 3.4 di atas, tampak bahwa secara agregrat, Provinsi Banten memiliki tingkat pertumbuhan populasi yang meningkat dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1990. Dalam dekade pertama yaitu dari tahun 1961 s.d. tahun 1971 terjadi peningkatan sebesar 2,25%. Pada dekade kedua, yaitu dari tahun 1971 s.d. tahun 1980 terjadi peningkatan sebesar 3,12%. Selanjutnya pada periode ketiga terjadi peningkatan sebesar 4,04% atau yang terbesar sepanjang periode sensus. Hal yang menarik adalah adanya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk di dua dekade terakhir yaitu 3,1% dan 2,78%. Dengan
asumsi
terdapat
korelasi
positif
antara
pertumbuhan ekonomi yang menjadi daya tarik untuk berdomisili, dengan pertumbuhan populasi disebabkan migrasi
di
suatu
daerah,
dapat
disimpulkan
bahwa
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang memiliki pertumbuhan
ekonomi
yang
kurang
kompetitif
dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Banten. Pertumbuhan ekonomi yang pesat terindikasi terjadi di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. 31
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Titik klimaks dari semua periode sensus terdapat pada periode tahun 1980 s.d. tahun 1990. Ini terjadi karena Tangerang merupakan daerah penyangga Ibukota yaitu DKI Jakarta. Sementara itu, Kota Cilegon adalah salah satu kawasan industri dimana terdapat industri baja nasional PT. Krakatau Steel yang menjadi daya tarik untuk berdomisili.
3.5 Perkembangan Pariwisata Banten Perkembangan
pariwisata
suatu
daerah,
biasa
direpresentasikan dengan bertambahnya jumlah kunjungan wisata
ke
daerah
tersebut.
Oleh
karena
itu,
untuk
mengetahui perkembangan pariwisata Banten, Provinsi Banten perlu mengestimasi secara akurat jumlah kunjungan wisatawan yang masuk ke daerahnya. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan mengingat Provinsi Banten merupakan daerah terbuka dengan banyaknya pintu masuk. Pintu masuk
seperti
pelabuhan
dan
bandara,
tidak
dapat
menjamin bahwa penumpang yang tiba dari luar daerah berniat dan melakukan kegiatan wisata di Provinsi Banten, terkadang
mereka
hanya
terpaksa
mendarat
untuk
melanjutkan ke tujuan akhir di luar Provinsi Banten. Walaupun demikian, jika para pengunjung tersebut melakukan kegiatan menginap di Hotel, pada umumnya mereka melakukan perjalanan wisata di daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, tingkat hunian di Hotel bisa dijadikan indikator perkembangan pariwisata suatu daerah. Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan ke objekobjek wisata juga dapat digunakan.
32
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 3.5 Banyaknya Tamu Hotel Berbintang dan Non-Bintang di Provinsi Banten 2007-2010
Tahun
Wisnus
Pertumbuhan Pertumbuhan (%) Wisman (%)
2007 2008 2009 2010
1.122.533 1.026.168 1.049.274 1.095.999
53.956 91.364 49.967 54.853
Sumber:
-8,58 2,25 4,45
69,33 -45.31 9.78
Banten Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum jumlah kunjungan wisnus lebih tinggi dari pada jumlah kunjungan wisman. Hal ini tampak dari jumlah total wisnus yang menginap di hotel berbintang dan non-bintang di Provinsi Banten, setiap tahunnya selalu lebih banyak dari jumlah total wisman yang mengingap di hotel berbintang dan non-bintang di Provinsi Banten. Lebih jauh lagi, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah tamu menginap di hotel yang berlokasi di Provinsi Banten. Penurunan tersebut terjadi pada periode perhitungan tahun 2008 sebesar 8,58% dari semula 1.122.533 orang wisnus di tahun 2007 menjadi 1.026.168 wisnus di tahun 2008. Penurunan untuk segmen pasar wisman sebesar 45,31%, yaitu dari semula 91,364 orang pada tahun 2008 menjadi 49.967 di tahun 2009. Dilihat dari potensinya, Provinsi Banten memiliki banyak ragam objek wisata yang menjadi daya tarik bagi kunjungan wisata. Untuk wisata pantai terdapat 85 buah, wisata sejarah 185 buah, wisata tirta 115 buah, suaka alam 7 buah, dan objek wisata lainnya sebanyak 134. Dari Nesparda Provinsi Banten 2010, diperoleh informasi bahwa mayoritas wisnus atau sebanyak 55,4 % wisnus memilih wisata pantai sebagai pilihan pertamanya berwisata di Banten. Begitu juga dengan wisman, sebanyak 64,52 % 33
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
wisman yang berkunjung ke Banten memilih objek wisata pantai yaitu pantai Anyer dan Carita. Perkembangan sektor pariwisata tidak terlepas dari perkembangan fasilitas perhotelan, restoran, tempat-tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas penunjang lainnya. Berdasarkan data sekunder dari Banten Dalam Angka 2010/2011, tampak bahwa pertumbuhan hotel berbintang dan nonbintang mencapai 2,35% per tahun, atau meningkat dari 213 hotel pada tahun 2007 yang menjadi 228 hotel pada tahun 2010. Konsentrasi dari fasilitas perhotelan ini berada di Kabupaten Serang, khususnya di Anyer. Dengan berkembangnya jumlah hotel di Provinsi Banten juga terjadi perkembangan jumlah kamar yang tersedia. Selama periode 2008-2010 pertumbuhan jumlah kamar hotel sebesar 2,63% pertahun. Namun dalam periode yang sama, tidak demikian halnya dengan pertumbuhan jumlah tempat tidur yang justru mengalami penurunan sebesar 0,85% pertahun. Adanya perkembangan jumlah wisatawan beberapa tahun terakhir ini, berbanding lurus dengan ratarata lama inap. Selama periode 2007-2010, lama inap wisman naik dari 1,88 hari menjadi 2,13 hari. Sementara untuk Wisnus terlihat sedikit ada peningkatan rata-rata lama tinggal yaitu dari 1,34 hari menjadi 1,38 hari. Jika dilihat dari tingkat hunian kamar hotel rata-rata, juga terdapat peningkatan walau tidak signifikan yaitu dari 35,84 menjadi 36,05. Menurut narasumber, hal ini terjadi karena wisatawan berkunjung ke Banten sebagian besar pelancong yang menghabiskan akhir pekan dengan berwisata. Wisman yang datang ke daerah ini pada umumnya adalah orang asing yang tinggal di Jakarta, baik sebagai pengusaha, pekerja, maupun pegawai perwakilan negara lain, serta wisatawan 34
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
yang datang ke Jakarta. Pada saat weekend harga atau sewa kamar hotel bisa mencapai 2 kali lebih tinggi dari tariff hari biasa. Strategi inilah yang memungkinkan bertahannya sektor pariwisata di Banten, terutama untuk daerah-daerah pariwisata yang bersifat resort seperti daerah Anyer, Cinangka, dan beberapa daerah lainnya. Berbeda dengan kondisi yang dialami hotel-hotel yang berada di daerah pusat kota atau yang dikenal dengan istilah “City Hotel”. Tingkat hunian di city hotel jauh lebih tinggi dibandingkan hotel-hotel di daerah luar kota. Keterangan yang diperoleh dari narasumber mengindikasikan bahwa hotel-hotel di kota terutama di Kota Serang sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten. tingkat huniannya mancapai 60-75% dengan tariff beragam. Lebih lanjut, menurut narasumber kondisi keamanan yang baik juga turut berkontribusi terhadap perkembangan paiwissata di Banten. Selanjutnya, keberadaan restoran, rumah makan, dan kafe juga menjadi faktor penunjang pariwisata Provinsi Banten. Jumlah restoran yang ada di Provinsi Banten selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 8,86% pertahun. Dengan kata lain, selisih dari jumlah restoran, rumah makan, dan kafe adalah sebesar 833 diambil 658 yaitu 175. Secara umum dapat dikatakan bahwa pangsa pasar utama pariwisata Provinsi Banten adalah wisnus. Hal ini diperkuat dengan data jumlah dan komposisi tamu yang menginap di hotel-hotel dan tempat akomodasi lain di Provinsi Banten.
35
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
3.6 Peranan Pariwisata terhadap Perekonomian Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa sektor pariwisata Banten merupakan trigger bagi sektor lainnya. Oleh karena itu, pariwisata merupakan kegiatan multisektor dan mulisupport. Untuk mengetahui seberapa besar peranan pariwisata terhadap perekonomian, dapat dilihat dari: (1) Seberapa
besar
seumbangan
sector
pariwisata
dalam
penciptaan output pendapatan, (2)seberapa banyak tenaga kerja dapat diserap oleh sector pariwasata, (3) seberapa besar sumbangan sector pariwisata terhadap penciptaan PAD masing-masing kabupaten/kota. Salah
satu
menggambarkan
cara
yang
peranan
biasa
sector
digunakan pariwisata
untuk terhdap
penciptaan output, pendapatan, dan lapangan kerja adalah dengan menggunakan analisi input-output (I-O). Dengan menggunakan
model
I-O,
dapat
diketahui
dampak
pengeluaran wisatawan baik wisman maupun wisnus yang datang ke Provinsi Banten akan dapat mempengaruhi berapa output, nilai tambah, pendapatan, dan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh pengeluaran wisatawan tersebut. Alur pikir dampak pengeluaran wisatawan ini dapat dilihat dari flowchart di bawah ini. Konsumsi wisatawan
Permintaan akan barang dan jasa
Meningkatkan output
Meningkatkan jumlah TK, balas jasa, keuntungan
Meningkatkan pendapatan
Gambar 3.1 36
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Pada tahap pertama, dampak pengeluaran wisatawan akan secara langsung menaikkan permintaaan terhadap semua barang dan jasa tersebut. Selanjutnya, pada tahap kedua melalui permintaan di atas akan meningkatkan juga permintaan terhadap output, tenaga kerja, pendapatan, dan pada gilirannya akan meningkatkan permintaan barang dan jasa pariwisata. Demikian seterusnya, sehingga secara keseluruhan
proses
ekonomi
akan
meningkat
akibat
kedatangan wisatawan ke banten. Dalam hal ini tabel I-O yang digunakan adalah I-O Provinsi Banten yang terdapat pada Nesparda
Provinsi Banten
tahun 2010, dengan
menggunakan asumsi bahwa pola konsumsi wisman dan wisnus yang mengunjungi Banten sama dengan pola konsumsi wisatawan di tingkat nasional. Hasil perhitungan dalam nesparda 2010 yang disusun oleh Dinas Budaya dan Pariwisata yang bekerja sama dengan BPS Provinsi Banten adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Rata-Rata Konsumsi Wisnus di Banten Tahun 2009-2010
37
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Dari tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa selama melakukan kegiatan wisata, setiap wisnus menghabiskan Rp 1,64 juta pada tahun 2009 dan Rp 1,78 juta pada tahun 2010. Alokasi pengeluaran pada tabel diurutkan mulai dari pengeluaran terbesar sampai pengeluaran paling kecil. Dengan demikian tampak bahwa sektor restoran, angkkutan jalan, dan industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki adalah 3 sektor teratas yang mendapat alokasi pengeluaran terbesar dari wisatawan nusantara. Tabel 3.6 Rata-Rata Konsumsi Wisman di Banten
Tahun 2009-2010
Berbeda dengan jumlah pengeluaran wisnus ketika melakukan wisata di Banten, setiap wisman mengeluarkan uang sebesar Rp 4,85 juta pada tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp 6,05 juta setahun kemudian. Ada peningkatan sekitar
24,73
persen
pada
periode
tersebut.
Jika
dibandingkan dengan rata-rata konsumsi wisnus, maka besaran konsumsi wisman mencapai sekitar tiga kali lipatnya. Porsi terbesar konsumsi wisman dipergunakan 38
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
untuk mendapatkan jasa penunjang angkutan, diikuti oleh jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga serta angkutan udara. Konsumsi restoran menempati posisi berikutnya sedangkan konsumsi jasa hotel berada pada posisi keenam, khususnya hotel berbintang. Terdapat pola alokasi yang berbeda antara wisnus dan wisman secara umum. Lebih jauh lagi, komparasi dengan data nasional yang menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran wisata seorang wisma yaitu dari US $ 995,9 pada 2009 menjadi US $ 1085,8. Demikian juga dengan rata-rata pengeluaran perhari dan rata-rata menginap, kedua indikator tersebut mengalami peningkatan juga. Fenomena ini mendukung peningkatan konsumsi per kapita wisman yang terjadi di Banten 3.6.1 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Output Dari data sekunder, diperoleh informasi yaitu konsumsi wisnus pada tahun 2010 mencapai Rp 5,70 triliun sedangkan konsumsi wisman mencapai Rp 124,63 milyar. Sementara itu, total konsumsi pemerintah untuk pariwisata mencapai Rp 75,06 milyar dan investasi pada sektor pariwisata mencapai Rp 148,07 milyar. Jika di total, belanja pariwisata di Banten pada tahun 2010 mencapai Rp 6,04 triliun.
39
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 3.7 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Output Menurut Sektor Sesuai Kode I-O Pariwisata Banten, Tahun 2010
Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2010
Berdasarkan hasil perhitungan, maka total belanja pariwisata yang besarnya Rp 6,04 triliun pada tahun 2010 telah berdampak terhadap penciptaan output ekonomi Banten senilai Rp 9,27 triliun atau lebih dari 1,5 kalinya. Sektor yang paling banyak menikmati dampak belanja pariwisata adalah sektor restoran dan angkutan jalan. Kedua sektor ini masing-masing menikmati Rp 1,49 triliun (16,08%) dan Rp 1,44 triliun (15,50%). Kedua sektor ini memang yang paling utama dalam mendukung kegiatan pariwisata di suatu daerah. Tanpa angkutan jalan yang memadai dan ketersediaan restoran, kegiatan pariwisata sulit untuk berkembang, terutama ketersediaan angkutan jalan yang begitu vital bagi penunjang kegiatan pariwisata.
40
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
3.6.2 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Upah/Gaji Dari data sekunder yang ada diperoleh informasi bahwa dari total NTB (Nilai Tambah Bruto) Rp 6,04 triliun, 26,4 persennya atau sekitar Rp 1,60 triliun berupa upah/gaji untuk
pekerja.
Secara
berurutan,
sektor-sektor
yang
menikmati penciptaan upah/gaji sebagai dampak dari pengeluaran pariwisata adalah sebagai berikut: Angkutan jalan Rp 268,6 milyar Restoran Rp 203,5 milyar. Tanaman bahan makanan Rp190,5 milyar Industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki Rp 148,5 milyar Jasa perorangan & rumah tangga Rp124,8 milyar Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik Rp116,8 milyar Perdagangan Rp87 milyar Industri makanan, minuman, dan tembakau Rp85 milyar Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan Rp39,3 milyar Industri kayu, bambo, rotan, furniture Rp 37,9 milyar Lainnya Rp293 milyar Grafik di bawah ini memberi ilustrasi visual tentang komparasi pembagian alokasi jatah upah/gaji sebagai dampak pengeluaran pariwisata tiap sektor. Tampak dari grafik bahwa supporting industries pariwisata yaitu industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik serta industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki, menikmati pembagian yang cukup besar dengan berada pada peringkat 6 dan 4. Lalu bagaimana halnya dengan industri yang terkait langsung dengan proses utama 41
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
berwisata seperti perhotelan, jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga? Hotel berbintang menikmati upah/gaji yang paling besar yaitu Rp 22,07milyar, diikuti oleh sektor jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga mendapatkan upah/gaji sebesar Rp 18,92 milyar. Sementara itu, industri emping menempati posisi berikutnya dengan nilai upah/gaji yang dinikmati sebanyak Rp 18,44 milyar. Sedangkan hotel non bintang hanya menikmati Rp 8,02 milyar, sedikit dibawah industri gula aren dan gula semut yang menikmati Rp 8,03 milyar. Grafik 3.1
Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2010
3.6.3 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Tenaga Kerja Dari data sekunder yang ada diperoleh informasi bahwa konsumsi wisatawan di wilayah Banten telah mendorong terciptanya kesempatan kerja untuk 123.416 orang. Pada tahun 2010, kesempatan kerja tersebut meningkat menjadi 155.187 orang yang tidak hanya didorong oleh konsumsi wisatawan akan tetapi juga oleh konsumsi pemerintah dan investasi pariwisata.
42
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 3.8 Dampak Pengeluaran Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja 2009-2010 (orang)
Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2010
Sektor yang paling banyak menikmati kesempatan kerja sebagai dampak dari aktivitas pariwisata di Banten adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2010, kesempatan kerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tercipta dari aktivitas pariwisata sebanyak 56.415 orang
atau
36,35
%
dari
total
kesempatan
kerja.
Dibandingkan dengan seluruh kesempatan kerja yang ada pada sektor tersebut, porsi pariwisata hanya 4,74 %. Artinya bahwa aktivitas pariwisata dalam penciptaan kesempatan kerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran secara umum masih relatif kecil. Sektor lain yang menikmati kesempatan kerja cukup besar dari aktivitas pariwisata pada tahun 2010 di Banten adalah sektor keuangan dan jasa-jasa dengan porsi 21,14 persen, kemudian diikuti oleh sektor angkutan (15,96%) dan sektor pertanian (15,78%). Porsi yang tercipta pada sektor pertanian umumnya karena adanya efek tidak langsung dari kegiatan pariwisata, karena sektor pertanian mensupport hotel dan restoran yang merupakan sektor pariwisata. Jika dibandingkan antara kesempatan kerja yang tercipta dari 43
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
aktivitas pariwisata dengan total kesempatan kerja pada suatu sektor, maka pada sektor angkutan rasionya paling besar yaitu 6,43 persen. Ini artinya ada 6,43 persen pekerja di sektor angkutan yang hidup dari aktivitas pariwisata. Rasio
terbesar
berikutnya
adalah
pada
sektor
perdagangan, hotel dan restoran (4,74%), sektor keuangan dan jasa-jasa (3,42%) dan sektor pertanian (3,39%). Pada sektor industri pengolahan rasionya hanya 1,32 persen sedangkan pada sektor bangunan 1,06 persen (grafik 4.3). Kedua sektor ini memang tidak terlibat secara langsung kecuali untuk beberapa industri kecil seperti industri emping, kerajinan tangan dan industri gula aren/gula semut. Grafik 3.2 Rasio Kesempatan Kerja dari Pariwisata dan Non Pariwisata Tahun 2010 (%)
44
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Segmentasi konsumen Segmentasi konsumen merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam pembuatan kebijakan strategis. Dalam
penelitian
ini,
pendekatan
segmentasi
yang
digunakan melalui pendekatan post hoc yang artinya konsumen wisata (wisatawan) sudah pernah mengonsumsi produk dan jasa wisata dari Provinsi Banten dalam rentang waktu maksimal 1 tahun. Tabel 4.1 Profil Responden
Item Jenis kelamin Usia
Status pernikahan
Pendidikan
Profesi
Pendapatan
Status kependudukan
Klasifikasi
Frek.
Dalam persen
Laki-laki Perempuan < 20 thn 20-35 thn 36-50 thn 51-64 thn >64 thn Menikah Belum menikah Janda/duda SD/SMP SMA/SMK D3/S1 S2 S3 PNS Peg. Swasta Wiraswasta Profesional Petani/nelayan Pelajar/mahasiswa TNI/POLRI Lainnya
Rp4.999.999,Banten
83 77 26 98 35 1 0 74 83 3 8 73 73 5 1 14 79 21 2 1 23 2 18 29 44 51 14 20 96
51.9 48.1 16.3 61.3 21.9 0.6 0.0 46.3 51.9 1.9 5.0 45.6 45.6 3.1 0.6 8.8 49.4 13.1 1.3 0.6 14.4 1.3 11.3 18.1 27.5 31.9 8.8 12,5 60.0
Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Missing 2 Total 158
Valid
45
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Provinsi lain Negara lain
53 11
33.1 6.9
Valid Valid
Sumber: Diolah dari data primer
Secara teoretis, segmentasi dilakukan berdasarkan sejumlah
aspek
seperti
demografi,
psikografi,
dan
keperilakuan, yang melekat pada diri konsumen. Oleh karena hasil penelitian ini lebih diprioritaskan untuk menyelesaikan masalah-masalah aktual yang customized khusus untuk Banten, maka segmentasi yang dilakukan hanya mendasarkan kepada pembagian 2 kelompok besar segmen pasar wisatawan Provinsi Banten. Hal ini dilakukan agar tidak sulit melakukan sinkronisasi dengan sejumlah hasil pekerjaan dan/atau penelitian yang sudah ada di Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten. Dengan demikian, segmentasi pasar wisatawan Banten dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu wisman dan wisnus. Selanjutnya, pembagian segmen pasar menjadi dua kelompok ini dikaitkan dengan motivasi seseorang dalam melakukan kunjungan wisata. Selain itu, pola pencarian informasi pariwisata juga akan dianalisis berdasarkan dikotomi wisnus dan wisman.
4.2 Motivasi berwisata Motivasi berwisata yang dalam penelitian ini dibagi menjadi 8 kategori, merupakan adaptasi dari konsep motivasi berwisata dari R.W. McIntosh yang mengidentifikasi ada 9 alasan yang mendasari tindakan berwisata seseorang. Terkait dengan format pertanyaan, kami mencoba menguji konsistensi seseorang dalam memilih opsi yang disediakan. Untuk tujuan tersebut, pertanyaan dalam angket dibuat semi tertutup yaitu responden diminta mengurutkan 3
46
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
alasan teratas mereka melakukan kegiatan wisata. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Motivasi Berwisata Wisman Motivasi pilihan pertama Rekreasi/berlibur Kunjungan keluarga
Frekuensi (org) 9 2
(%) 81,8 18,2
Motivasi pilihan kedua Kesehatan Event olahraga/seni Keagamaan
Frekuensi (org) 6 2 3
(%) 54,5 18,2 27,3
Motivasi pilihan ketiga Keagamaan Profesi/jabatan/konferensi Lainnya
Frekuensi (org) 3 5 3
(%) 27,3 45,4 27,3
Sumber: diolah dari data primer
Dari tabel 4.2 dapat kita simpulkan bahwa motivasi
berwisata
wisman
sangat
dipengaruhi
oleh
keinginan lepas dari kesibukan sehari-hari yaitu ingin rekreasi. Terdapat 81,8 persen wisman memilih rekreasi pada pilihan pertamanya. Sisanya sebesar 18,2 persen memilih kunjungan keluarga. Sesuai dengan karakteristik pendidikannya, pilihan kedua oleh mayoritas wisman diisi alasan kesehatan yaitu sebesar 54,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya, wisman adalah orang yang tingkat kesadaran akan kesehatannya tinggi. Yang terakhir, pilihan ketiga oleh para wisman paling banyak diisi alasan jabatan/profesi. Dari wawancara yang kami lakukan dengan narasumber berkewarganegaaan Denmark, didapat temuan yang
menarik
bahwa
ternyata
wisman
juga 47
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
mempertimbangkan tingkat keselamatan berlalu lintas saat melakukan proses searching for alternatives. Narasumber juga membuat gambar ilustrasi yang menunjukkan solusi untuk
memecahkan
masalah
lalu
lintas
di
destinasi
pariwisata. Solusi yang dimaksud adalah perbaikan pada infrastruktur lalu lintas seperti tata jalan raya, rambu-rambu yang terlihat, pemisah jalan besar dan sikap berkendara dari pengguna jalan. Tabel 4.3 Motivasi Berwisata Wisnus Motivasi pilihan pertama Rekreasi/berlibur Pendidikan/Pelatihan Kesehatan Lainnya Motivasi pilihan kedua Kunjungan keluarga/teman Rekreasi/berlibur Pendidikan/Pelatihan Lainnya Motivasi pilihan ketiga Kunjungan keluarga/teman Prestise Keagamaan Lainnya
Frekuensi (org) 90 43 6 10 Frekuensi (org) 40 37 3 69 Frekuensi (org) 39 17 17 70
(%) 60,4 28,8 4 13,4 (%) 26,8 24,8 2 59,7 (%) 26,2 11,4 11,4 53,7
Sumber: diolah dari data primer
Dari tabel 4.3, dapat kita simpulkan bahwa motivasi pilihan pertama mereka dalam melakukan kunjungan wisata adalah ingin lepas dari rutinitas sehari-hari, oleh karenanya jawaban wisnus adalah sama dengan wisman yaitu motivasi rekreasi/berlibur.
Persentase
wisnus
yang
memilih
rekreasi/berlibur sebagai pilihan pertama sebesar 60,4 persen atau 90 orang dari 149 wisnus. Motivasi pilihan kedua dalam berwisata, mayoritas wisnus memilih motivasi 48
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
kunjungan keluarga/teman, sebesar 26,8 persen. Motivasi pilihan ketiga mayoritas juga memilih kunjungan keluarga, sebesar 26,2 persen. Jika kita melihat pada pilihan pertama motivasi berwisata,
di
urutan
kedua
ditempati
oleh
alasan
pendidikan/pelatihan, secara umum bisa kita simpulkan bahwa agenda pendidikan dan pelatihan dari tempat bekerja,
merupakan
sarana
yang
sering
digunakan
wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Hal yang menarik terjadi pada motivasi pilihan kedua dan ketiga dimana
mayoritas
responden
memilih
kunjungan
keluarga/teman. Hal ini mengindikasikan bahwa wisnus memiliki emotional bonding terhadap keluarganya dalam hal yang berhubungan dengan upaya mencari kesenangan (berwisata)
4.3 Pola pencarian informasi pariwisata Pencarian informasi (information search) pariwisata merupakan
bagian
dari
tahapan
proses
pembelian
konsumen. Berikut ini adalah flowchart model lima tahap dalam proses pembelian konsumen. Gambar 4.1
Problem recognitio n
Information search
Evaluation of alternatives
Postpurchase behavior
Purchase decision
49
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Dengan mengetahui bagaimana wisatawan memperoleh informasi
kepariwisataan,
diharapkan
para
pemangku
kepentingan bisa menggunakan informasi ini untuk lebih mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen wisata. Tabel 4.4 Media Informasi Wisman Frekuensi (org) 7 3 1 0 Frekuensi (org) 4 3 2 3 Frekuensi (org) 6 2 2 1
Media informasi pilihan pertama Internet/web Koran Baliho Lainnya Media informasi pilihan kedua Internet/web Majalah Mulut ke mulut Lainnya Media informasi pilihan ketiga Internet/web TV/Radio Baliho Lainnya
(%) 63,6 27,3 9,1 0 (%) 36,4 27,3 18,2 27,3 (%) 54,5 18,2 18,2 9,1
Sumber: diolah dari data primer
Dari tabel 4.31 di atas, dapat kita ketahui bahwa pilihan pertama wisman dalam upaya pencarian informasi pariwisata adalah melalui media internet/web. Mayoritas wisman memilih ini dengan persentase 63,6 persen. Lebih dari itu, untuk pilihan kedua dan ketiga mayoritas wisman juga memilih internet/web. Baik di pilihan pertama, kedua, dan
ketiga,
wisman
memilih
internet/web
sebagai
sarana/media untuk memperoleh informasi pariwisata. Hal ini perlu diperhatikan karena kualitas SDM suatu bangsa akan
berpengaruh
terhadap
perilaku
mereka
dalam
memecahkan masalahnya. 50
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 4.5 Media Informasi Wisnus Frekuensi (org) 72 21 19 37 Frekuensi (org) 42 30 25 52 Frekuensi (org) 35 29 21 64
Media informasi pilihan pertama Internet/web Koran Mulut ke mulut Lainnya Media informasi pilihan kedua Mulut ke mulut Koran Baliho Lainnya Media informasi pilihan ketiga Mulut ke mulut TV/Radio Baliho Lainnya
(%) 48,3 14,1 12,8 31,5 (%) 28,2 20,1 16,8 41,6 (%) 23,5 19,5 14,1 49,7
Sumber: diolah dari data primer
4.4 Daya Saing Pariwisata Dengan keberagaman potensi pariwisata yang ada di Banten, Banten memiliki keunggulan komparasi dalam penyelenggaraan keunggulan
kepariwisataaan.
komparasi
saja
Akan
yang
tetapi,
bukan
diperlukan
untuk
menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor yang bisa diandalkan
dalam
memerlukan
perekonomian,
keunggulan
mengoptimalkan
potensi
melainkan
bersaing
wisata
yang
agar ada
dan
juga bisa pada
gilirannya akan membuat sektor pariwisata sebagai sektor yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Banten. Untuk mengetahui daya saing industri pariwisata Banten, dalam penelitian ini digunakan 6 (enam) aspek daya saing,
yaitu
objek
dan
atraksi
wisata,
pemasaran,
transportasi telekomunikasi dan informasi, akomodasi dan 51
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
restoran, cenderamata, dan lingkungan. Persepsi wisatawan terhadap
keenam
aspek
ini
akan
menjadi
substansi
penelitian. Kategori jawaban responden memiliki bobot 1-4, jawaban terbaik diberi nilai 4 dan terburuk diberi nilai 1. Kemudian jumlah responden yang memilih jawaban sama pada kategori tertentu dikali dengan bobotnya lalu dibagi total responden yang memberikan jawaban pada pertanyaan yang sama. Hasilnya akan diperoleh skor untuk masingmasing variabel yang ditanyakan. Penentuan tingkatan daya saing didasarkan pada skor yang ditentukan sebagai berikut: 1,00-1,99 daya saing variabel sangat rendah; 2,00-2,49 daya saing rendah; 2,52,99 daya saing sedang; 3,00-4,00 daya saing variabel tinggi. Cara ini akan menentukan variabel mana yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap perkembangan pariwisata di Banten. Bila sebuah variabel berdaya saing tinggi maka variabel tersebut merupakan kekuatan dalam pariwisata Banten. Bila sebuah variabel berdaya saing sedang maka variabel tersebut merupakan peluang dalam pariwisata Banten yang harus dikembangkan. Bila sebuah variabel berdaya saing rendah maka variabel tersebut merupakan kelemahan pariwisata Banten dan harus diperbaiki. Terakhir bila variabel tersebut berdaya saing sangat rendah maka dikategorikan sebagai ancaman bagi pariwisata Banten. 4.4.1 Aspek Objek dan Atraksi Wisata Dalam penelitian ini, aspek objek dan atraksi wisata terdiri dari 4 (empat) variabel yang ditanyakan kepada 2 jenis responden yaitu wisnus dan wisman. Keempat variabel tersebut antara lain: keragaman jenis objek dan atraksi wisata Banten; daya tarik objek dan atraksi wisata Banten; 52
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
kemudahan aksesibilitas objek dan atraksi wisata Banten; kualitas pengelolaan objek dan atraksi wisata Banten. Tabel 4.6 memberi kita informasi bahwa antara responden wisnus dengan responden wisman memiliki kesamaan persepsi tentang variabel tingkat keragaman, variabel daya tarik, dan variabel pengelolaan objek dan atraksi wisata Provinsi Banten. Kesamaan persepsi ini bisa kita lihat dari hasil nilai hitung skor yang mangategori tingkat keragaman dengan daya tarik wisata serta kualitas pengelolaan pada pengelompokkan yang sama. Selanjutnya, untuk variabel kemudahan aksesibilitas antara persepsi wisnus dan wisman berada pada pengategorian yang berbeda. Tabel 4.6 Persepsi Responden terhadap Daya Saing Aspek Objek dan Atraksi Wisata Provinsi Banten Tahun 2012 Aspek Objek dan Atraksi Wisata 1. Keragaman Jenis a. Sangat sedikit b. Sedikit c. Banyak d. Sangat Banyak Jumlah persentase Skor 2. Daya tarik a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 3. Aksesibilitas a. Sangat sulit b. Sulit c. Mudah d. Sangat mudah Jumlah persentase Skor 4. Pengelolaan a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor Rata-rata skor
Wisnus
Wisman
0.67 18.79 59.73 20.81 100.00 3.01
0.00 9.10 54.50 36.40 100.00 3.27
2.01 17.45 68.46 12.08 100.00 2.91
0.00 18.18 81.82 0.00 100.00 2.82
2.68 31.54 53.02 12.75 100.00 2.76
0.00 54.55 45.45 0.00 100.00 2.45
4.03 41.61 48.32 6.04 100.00 2.56 2.81
0.00 54.55 45.45 0.00 100.00 2.45 2.75
53
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Sumber: diolah dari data primer
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya terkait skala rating dan cara penghitungannya, maka nilai skor tentang persepsi keragaman objek dan daya tarik wisata dari wisnus yang sebesar 3,01 dan wisman sebesar 3,27, memiliki arti bahwa untuk keragaman objek dan atraksi wisata Provinsi Banten adalah variabel berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, elemen variabel ini merupakan elemen kekuatan pariwisata Banten. Fakta tentang keunggulan komparasi yang dimiliki Banten berupa jumlah objek wisata sekitar 526 buah, telah dinilai positif baik oleh wisnus maupun wisman. Dengan kata lain, hasil skor ini berbanding lurus dengan persepsi wisatawan terhadap keragaman objek wisata Banten. Sementara itu, untuk variabel daya tarik objek dan atraksi wisata Provinsi Banten, baik wisnus maupun wisman juga memberikan persepsi yang serupa walaupun tingkat penilaian mereka berbeda. Nilai skor persepsi wisnus pada variabel ini adalah sebesar 2,91 sedangkan skor persepsi wisman pada variabel ini adalah sebesar 2,82. Kedua hasil skor ini menunjukkan bahwa menurut responden, daya saing variabel ini adalah sedang. Artinya, daya tarik objek dan atraksi wisata Provinsi Banten dikelompokkan dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Perbedaan tingkat penilaian dimana penilaian wisnus lebih tinggi 0,09 dimungkinkan oleh pengetahuan wisnus tentang potensi wisata Banten yang lebih dalam. Logika kedekatan geografis bisa menjelaskan hal ini. Sama dengan dua variabel di atas, variabel pengelolaan objek dan atraksi wisata Provinsi Banten mendapat penilaian yang serupa baik dari wisnus maupun dari wisman. Hasil skor persepsi wisnus untuk variabel ini adalah sebesar 2,81 sedangkan wisman adalah 2,75. Kedua hasil penilaian ini menunjukkan bahwa baik wisnus maupun wisman sama54
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
sama mengategori kualitas pengelolaan berdaya saing sedang dan masuk ke dalam kelompok peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Adapun wisman memiliki penilaian yang lebih rendah untuk kualitas pengelolaan dibandingkan dengan wisnus, perbedaannya sebesar 0,06. Berbeda dengan tiga variabel sebelumnya, walaupun masih dalam aspek objek dan atraksi wisata, variabel aksesibilitas
memiliki
hasil
skor
yang
membuat
pengelompokan variabel ini menjadi berbeda. Bagi wisnus kemudahan aksesibilitas dari objek dan atraksi wisata dikategorikan sebagai peluang yang harus dikembangkan, dengan skor 2,76 yang menunjukkan daya saingnya sedang. Sementara itu, bagi wisman kemudahaan aksesibilitas objek dan atraksi wisata Banten dikategorikan sebagai kelemahan dalam pariwisata Banten karena nilai skornya hanya 2,45, yang juga berarti daya saingnya rendah. 4.4.2 Aspek Pemasaran Dalam situasi persaingan yang ketat dimana tingkat turbulensi sangat tinggi, peran pemasaran sebagai ujung tombak keberhasilan tidak bisa dinafikan peran pentingnya. Ditambah lagi dengan mobilitas yang tinggi dari para wisatawan, membuat kompetisi menjadi semakin sulit diprediksi. Berikut ini adalah hasil pembobotan persepsi responden terhadap daya saing pariwisata Banten dari aspek pemasaran.
55
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 4.7 Persepsi Responden terhadap Daya Saing Aspek Pemasaran Provinsi Banten Tahun 2012 Aspek Pemasaran 1. Pelayanan Biro Perjalanan a. Sangat jelek b. Jelek c. Bagus d. Sangat Bagus Jumlah persentase Skor 2. Paket program wisata a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 3. Promosi wisata a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat Baik Jumlah persentase Skor 4. Administari wisata a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor Rata-rata skor Sumber: diolah dari data primer
Wisnus
Wisman
2.01 38.26 55.70 4.03 100.00 2.62
0.00 54.55 36.36 9.09 100.00 2.55
0.67 38.93 56.38 4.03 100.00 2.64
0.00 45.45 54.55 0.00 100.00 2.55
2.68 37.58 55.03 4.70 100.00 2.62
0.00 27.27 72.73 0.00 100.00 2.73
4.03 38.93 57.05 0.00 100.00 2.53 2.60
9.09 36.36 54.55 0.00 100.00 2.45 2.57
Tabel 4.7 di atas memberi kita informasi bahwa dari aspek pemasaran secara sekilas bisa kita simpulkan, baik responden wisnus maupun wisman sama-sama melihat daya saing pariwisata Banten dari aspek pemasaran sebagai bagian yang harus dikembangkan lagi karena daya saingnya sedang. Rentang skor yang diperoleh semua variabel pada aspek ini, baik dari sudut persepsi wisnus ataupun wisman masuk dalam kategori peluang. Persepsi wisnus terhadap variabel pelayanan biro perjalanan direpresentasikan dengan bobot sebesar 2,62. Sedangkan untuk wisman skor/bobotnya lebih rendah 0,07. Hal ini disebabkan karena lebih banyak wisman yang memilih menilai pelayanan biro perjalanan wisata adalah 56
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
jelek. Hal ini terlihat dari persentase wisman yang memilih penilaian jelek sebesar 54,55 persen, sementara wisman yang menilai pelayanan biro perjalanan adalah bagus sebanyak 36,36 persen. Polanya berkebalikan dengan dengan wisnus yang menilai pelayanan biro perjalanan adalah bagus sebanyak 55,7 persen, sementara wisnus yang menilai pelayanan biro perjalanan adalah jelek adalah sebesar 36,26 persen. Pengalaman mengonsumsi suatu layanan, akan berpengaruh terhadap penilaian terhadap pelayanan yang baru. Hal ini tampak pada pola preferensi penilaian responden. Kendati demikian, hasil skor akhir tetap menunjukkan bahwa baik wisnus maupun wisman sama-sama
menilai
pelayanan
biro
perjalanan
wisata
berdaya saing sedang dan masuk dalam kelompok peluang pariwisata Banten yang harus dikembangkan. Persepsi wisnus dan wisman terhadap variabel paket program direpresentasikan oleh bobot daya saing sedang dengan skor secara berturut-turut sebesar 2,64 dan 2,55. Artinya, variabel ini merupakan elemen peluang pariwisata Banten
yang
perlu
dikembangan.
Dilihat
dari
pola
preferensi, persepsi wisnus dan wisman berbanding lurus satu sama lain. Hal ini tampak dari persentase wisnus yang menilai paket program wisata Banten adalah buruk sebanyak 38,93 persen, sementara yang menilai baik ada 56,38 persen. Begitupun dengan wisman, sebanyak 45,45 persen menilai buruk dan 54,55 persen menilai baik. Polanya sama, artinya secara relatif variabel paket program wisata dinilai positif oleh wisnus dan wisman. Demikian juga halnya, pola yang terjadi pada variabel administrasi wisata, dimana penilaian wisnus dan wisman menghasilkan skor secara berurutan 2,60 dan 2,57
57
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Persepsi wisnus dan wisman terhadap promosi wisata secara simultan memberikan skor daya saing sedang. Secara berurutan, skor persepsi wisnus dan wisman adalah 2,62 dan 2,73. Hal yang menarik adalah persentase wisnus dan wisman dalam memilih jawaban baik terhadap upaya promosi
wisata Banten secara berurutan sebesar 55,03
persen dan 72,73 persen. Hasil skor menunjukkan promosi wisata Banten berdaya saing sedang, dan masuk dalam kelompok
peluang
yang
harus
dikembangkan.
Dari
narasumber asing, kami dapati informasi bahwa pola mereka mendapati upaya promosi wisata adalah di hotel tempat
mereka
menginap.
Pada
umumnya
wisman
menginap di hotel berbintang yang berkualitas layanan baik sehingga promosi wisata akan mudah dijumpai di hotel tersebut dengan konten, media, dan teknik promosi yang profesional. 4.4.3 Aspek Transportasi Telekomunikasi dan Informasi Dari Tabel 4.8 kita bisa mengetahui bahwa aspek transportasi, telekomunikasi, dan informasi pariwisata di Banten sangatlah beragam kondisinya dari sudut pandang wisatawan. Dilihat dari persentase pilihan jawaban dari wisnus dan wisman, kemudian juga dengan dasar hasil skor yang
menentukan
kategorisasi
dari
variabel
sarana
transportasi di Banten. Kita bisa menyimpulkan bahwa dari sudut pandang wisnus dengan skor akhir 2,51, daya saing sarana transportasi Banten adalah sedang, atau ekuivalen dengan peluang. Sementara itu, bagi wisman daya saing sarana transportasi Banten mendapat bobot 2,27. Artinya berdaya saing rendah yang memasukkan variabel sarana transportasi ke dalam kelompok kelemahan yang harus diperbaiki dalam pariwisata Banten. Dari narasumber asing, selain informasi tentang variabel sarana transportasi, kami 58
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
juga dapati dari hasil deep interview bahwa mereka menilai negatif sikap berlalu lintas penduduk Banten karena menurut
mereka
membahayakan
keselamatan
sesama
pengguna jalan. Tabel 4.8 Persepsi Responden terhadap Daya Saing Transportasi Telekomunikasi dan Informasi Provinsi Banten Tahun 2012 Aspek Transportasi, telekomunikasi, dan informasi 1.Sarana transportasi a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 2. Ongkos transportasi a. Sangat mahal b. Mahal c. Murah d. Sangat murah Jumlah persentase Skor 3. Pelayanan transportasi a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 4. Layanan telekomunikasi a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 5. Biaya layanan telekomunikasi a. Sangat mahal b. Mahal c. Murah d. Sangat murah Jumlah persentase Skor 6. Pelayanan informasi a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor Rata-rata skor Sumber: diolah dari data primer
Wisnus
Wisman
8.05 38.26 48.32 5.37 100.00 2.51
18.18 36.36 45.45 0.00 100.00 2.27
2.68 30.20 61.07 6.04 100.00 2.70
0.00 0,00 81,82 18.18 100.00 3,18
8.05 38.26 49.66 4.03 100.00 2.50
18.18 18.18 63.64 0.00 100.00 2.45
5.37 26.85 61.74 6.04 100.00 2.68
0.00 45.45 54.55 0.00 100.00 2.55
2.68 35.57 56.38 5.37 100.00 2.64
0.00 9,09 54,5 36,4 100.00 3,00
3.36 28.86 65.10 2.68 100.00 2.67 2.62
0.00 27.27 45.45 27.27 100.00 3.00 2.67
59
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Variabel ongkos transportasi di lain pihak, dinilai positif oleh wisnus maupun oleh wisman dengan skor berurutan 2,70 dan 3,18. Hasil skor menunjukkan menurut persepsi wisman, ongkos transportasi di Banten sangat kompetitif atau berdaya saing tinggi dengan mayoritas wisman atau 81,82 persen memilih jawaban murah untuk variabel ini. Lebih dari itu, 18,18 persennya memberi jawaban sangat murah. Berbeda dengan wisman, wisnus menilai ongkos transportasi di Banten berdaya saing sedang. Sebanyak 61,07 persen wisnus memilih jawaban bahwa ongkos transportasi di Banten murah, akan tetapi 30,2 persennya memilih jawaban mahal. Sisanya memilih sangat mahal dan sangat murah berurutan 2,68 persen dan 6,04 persen. Tampaknya, dari profil responden penelitian, tingkat
pendidikan
mempengaruhi
dan
persepsi
penghasilan mereka
wisnus tentang
sangat ongkos
transportasi di Banten. Jika kita menghitung ongkos transportasi dari Jakarta ke Serang, dari titik terminal Kampung Rambutan ke terminal Pakupatan, ongkos bis berkisar antara Rp,10.000,- s.d. 18.000,-. Sedangkan ongkos angkutan kota (termasuk ojek) di Kota Serang hanya berkisar antara Rp2.000,- s.d. Rp15.000,-. Selanjutnya, untuk variabel pelayanan transportasi di Banten, skor hasil penghitungan jawaban persepsi wisnus dan wisman secara berurutan adalah 2,50 dan 2,45. Dengan demikian, menurut wisnus pelayanan transportasi di Banten memiliki daya saing yang sedang dan dikelompokkan kedalam elemen peluang. Berbeda dengan wisnus, menurut persepsi
wisman,
pelayanan
transportasi
di
Banten
termasuk kategori rendah dan dikelompokkan sebagai kelemahan yang harus diperbaiki dalam pariwisata Banten.
60
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Selanjutnya, untuk variabel layanan telekomunikasi di Banten, skor hasil penghitungan jawaban persepsi wisnus dan wisman secara berurutan adalah 2,68 dan 2,55. Artinya, menurut wisnus pelayanan transportasi di Banten memiliki daya saing yang sedang dan dikelompokkan kedalam elemen peluang. Begitu pun menurut persepsi wisman, layanan telekomunikasi di Banten termasuk berdaya saing sedang dan dikelompokkan sebagai elemen peluang dalam pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Selanjutnya,
untuk
variabel
biaya
layanan
telekomunikasi di Banten, skor hasil penghitungan jawaban persepsi wisnus dan wisman secara berurutan adalah 2,64 dan
3,00.
Artinya,
menurut
wisnus
biaya
layanan
telekomunikasi di Banten termasuk berdaya saing sedang. Hal ini dikuatkan dengan persentase responden wisnus yang memilih jawaban biaya layanan telekomunikasi di Banten murah sebesar 56,38 persen.
Berbeda dengan wisnus,
persepsi wisman terhadap biaya layanan telekomunikasi sangat positif. Hasil skor menunjukkan bahwa bagi wisman, variabel ini berdaya saing tinggi sehingga masuk dalam kelompok kekuatan dalam pariwisata Banten yang harus dipertahankan. Sebesar 54,5 persen responden wisman memilih jawaban murah untuk variabel biaya layanan telekomunikasi. Terakhir,
untuk
variabel
pelayanan
informasi
pariwisata, hasil perhitungan persepsi wisnus dan wisman memberikan skor 2,62 dan 2,67. Hasil skor menunjukkan bahwa pelayanan informasi pariwisata Banten berdaya saing sedang dan masuk dalam kelompok peluang yang perlu dikembangkan.
Secara
kelembagaan,
pusat
layanan
informasi tentang Provinsi Banten yang ada seperti Kantor Penghubung Daerah Provinsi Banten yang berkedudukan di 61
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Jakarta, tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi wisatawan yang sedang berada di Banten. Kurangnya jumlah titik
layanan
sehingga
informasi
memudahkan
yang
bersifat
wisatawan
terkostumisasi
dalam
memperoleh
informasi pariwisata, disinyalir juga menyebabkan variabel pelayanan informasi dipersepsi responden sebagai elemen kepariwisataan yang perlu dikembangkan. 4.4.4 Aspek Akomodasi dan Restoran Dari informasi
hasil skor
survei yang
terhadap
responden,
menunjukkan
bahwa
diperoleh responden
wisman menilai positif seluruh variabel yang termasuk dalam aspek akomodasi dan restoran. Sementara itu, penilaian wisnus terhadap variabel dalam aspek akomodasi dan restoran seluruhnya menyatakan positif kecuali untuk variabel biaya sewa penginapan/hotel. Hasil perhitungan skor untuk variabel biaya sewa penginapan/hotel dari sisi wisnus adalah 2,43. Artinya, menurut wisnus biaya sewa penginapan/hotel di Banten termasuk dalam elemen kelemahan pariwisata Banten. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori rendah sehingga perlu diperbaiki. Sedangkan wisman menilai variabel biaya sewa penginapan/hotel secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata yang masih perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah
2,82 yang masuk dalam kategori berdaya saing
sedang. Hasil perhitungan skor untuk variabel pelayanan penginapan/hotel dari sisi wisnus adalah 2,81. Artinya, menurut wisnus pelayanan penginapan/hotel di Banten termasuk dalam elemen peluang pariwisata Banten. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk 62
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
dalam kategori sedang, sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi
elemen
kekuatan
dalam
pariwisata
Banten.
perbaiki. Senada dengan hal itu, wisman menilai variabel biaya sewa penginapan/hotel secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata yang masih perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah
2,82 yang masuk dalam
kategori berdaya saing sedang. Hasil perhitungan skor untuk variabel biaya sewa penginapan/hotel dari sisi wisnus adalah 2,43. Artinya, menurut responden wisnus biaya sewa penginapan/hotel di Banten termasuk dalam elemen kelemahan pariwisata Banten. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori rendah sehingga perlu diperbaiki. Sedangkan wisman menilai variabel biaya sewa penginapan/hotel secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata yang masih perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah
2,82 yang masuk dalam kategori
berdaya saing sedang. Hasil perhitungan skor untuk variabel ketersediaan tempat makan di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,81. Artinya, menurut responden wisnus tempat makan di Banten
termasuk
dalam
elemen
peluang
yang
perlu
dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu
ditingkatkan
agar
menjadi
elemen
kekuatan.
Sedangkan wisman menilai variabel ketersediaan tempat makan di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen kekuatan pariwisata Banten yang perlu dipertahankan. Skor untuk variabel ini adalah
3,18 yang masuk dalam kategori
berdaya saing tinggi.
63
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 4.9 Persepsi Responden terhadap Daya Saing Aspek Aspek Akomodasi dan Restoran Provinsi Banten Tahun 2012 Aspek Akomodasi dan Restoran 1.Biaya sewa penginapan/hotel a. Sangat mahal b. Mahal c. Murah d. Sangat murah Jumlah persentase Skor 2. Pelayanan penginapan/hotel a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 3. Ketersediaan tempat makan a. Sangat kurang b. Kurang c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 4. Harga makanan a. Sangat mahal b. Mahal c. Murah d. Sangat murah Jumlah persentase Skor 5. Jenis makanan a. Sangat homogen b. Homogen c. Beragam d. Sangat beragam Jumlah persentase Skor 6. Layanan restoran a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor Rata-rata skor Sumber: diolah dari data primer
Wisnus
Wisman
9.40 42.28 44.30 4.03 100.00 2.43
0.00 18.18 81.82 0.00 100.00 2.82
2.01 17.45 77.85 2.68 100.00 2.81
0.00 18.18 81.82 0.00 100.00 2.82
2.01 22.82 67.11 8.05 100.00 2.81
0.00 9.09 63.64 27.27 100.00 3.18
4.70 26.17 62.42 6.71 100.00 2.71
0.00 18.18 54.55 27.27 100.00 3.09
2.68 14.77 65.77 16.78 100.00 2.97
0.00 36.36 36.36 27.27 100,00 2,91
2.01 24.83 69.13 4.03 100.00 2.75 2.75
0.00 27.27 63.64 9.09 100.00 2.82 2.98
Hasil perhitungan skor untuk variabel harga makanan di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,71. Artinya, menurut responden wisnus harga makanan di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini 64
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan wisman menilai variabel harga makanan di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen kekuatan pariwisata Banten yang perlu dipertahankan. Skor untuk variabel ini adalah 3,09 yang masuk dalam kategori berdaya saing tinggi. Hasil perhitungan skor untuk variabel jenis makanan di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,97. Artinya, menurut responden wisnus jenis makanan di Banten cukup beragam dan termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu
ditingkatkan
agar
menjadi
elemen
kekuatan.
Sedangkan wisman menilai variabel harga makanan di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 2,91 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang. Hasil perhitungan skor untuk variabel layanan restoran di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,75. Artinya, menurut responden wisnus layanan restoran di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan wisman menilai variabel layanan restoran di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 2,98 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang.
65
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
4.4.5 Cenderamata Dari
hasil
survei
terhadap
responden,
diperoleh
informasi skor yang menunjukkan bahwa responden wisnus menilai positif seluruh variabel yang termasuk dalam aspek cenderamata. Sementara itu, penilaian wisman terhadap variabel dalam aspek cenderamata seluruhnya menyatakan positif. Tabel 4.10 Persepsi Responden terhadap Daya Saing Aspek Cenderamata Provinsi Banten Tahun 2012 Aspek Cenderamata 1. Ketersediaan toko conderamata a. Sangat kurang b. Kurang c. Banyak d. Sangat banyak Jumlah persentase Skor 2. Harga cenderamata a. Sangat mahal b. Mahal c. Murah d. Sangat murah Jumlah persentase Skor 3. Keragaman cenderamata a. Sangat monoton b. Monoton c. Beragam d. Sangat beragam Jumlah persentase Skor
Rata-rata skor
Wisnus
Wisman
4.70 38.26 48.99 8.05 100.00 2.60
0.00 9.09 90.91 0.00 100.00 2.91
3.36 38.26 55.70 2.68 100.00 2.58
0.00 9.09 81.82 9.09 100.00 3.00
4.03 30.20 55.70 10.07 100.00 2.72 2.63
0.00 9.09 90.91 0.00 100.00 2.91 2.94
Sumber: diolah dari data primer
Hasil perhitungan skor untuk variabel ketersediaan toko cenderamata di Banten berdasarkan persepsi wisnus adalah 2,60. Artinya, menurut responden ketersediaan toko cenderamata di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan wisman menilai variabel ketersediaan toko cenderamata di Banten secara kumulatif masuk dalam 66
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
elemen peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 2,91 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang. Hasil
perhitungan
skor
untuk
variabel
harga
cenderamata di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,58. Artinya, menurut responden wisnus harga cenderamata di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan dengan cara menurunkan harganya. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan wisman menilai variabel harga cenderamata di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 3,00 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang. Hasil perhitungan skor untuk variabel keragaman cenderamata di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,75. Artinya, menurut responden wisnus layanan restoran di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu
ditingkatkan
agar
menjadi
elemen
kekuatan.
Sedangkan wisman menilai variabel layanan restoran di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 2,98 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang. 4.4.6 Lingkungan Dari
hasil
survei
terhadap
responden,
diperoleh
informasi skor akhir yang fluktutatif pada responden wisman. Sedangkan untuk responden wisnus juga yang 67
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
menunjukkan bahwa responden wisnus menilai positif seluruh Hasil perhitungan skor untuk variabel ketersediaan toko cenderamata di Banten berdasarkan persepsi wisnus adalah 2,60. Artinya, menurut responden ketersediaan toko cenderamata di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan wisman menilai variabel ketersediaan toko cenderamata di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen
peluang
pariwisata
Banten
yang
perlu
dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 2,91 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang. Tabel 4.11 Persepsi Responden terhadap Daya Saing Aspek Lingkungan Provinsi Banten Tahun 2012 Aspek Lingkungan 1. Kebersihan a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 2. Keamanan a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 3. Kenyamanan a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase Skor 4. Keramahan penduduk a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik Jumlah persentase
Wisnus
Wisman
17.45 40.27 37.58 4.70 100.00 2.30
27.27 54.55 18.18 0.00 100.00 2,00
7.38 34.90 54.36 3.36 100.00 2.54
0.00 9.09 90.91 0.00 100.00 2.91
7.38 36.91 50.34 5.37 100.00 2.54
0.00 54.55 45.45 0.00 100.00 2.45
2.68 20.13 63.76 13.42 100.00
0.00 0.00 72.73 27.27 100.00
68
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Skor Rata-rata skor Sumber: diolah dari data primer
2.88 2.56
3.27 2.64
Hasil perhitungan skor untuk variabel kebersihan lingkungan
Banten, berdasarkan persepsi wisnus adalah
2,30. Artinya, menurut responden wisnus kebersihan lingkungan di Banten perlu diperbaiki karena skor akhir menunjukkan bahwa daya saing kebersihan lingkungan Banten rendah. Dengan demikian kebersihan lingkungan Banten termasuk dalam eleimen kelemahan bagi pariwisata Banten. Sedangkan wisman menilai variabel kebersihan lingkungan di Banten secara kumulatif masuk dalam elemen kelemahan pariwisata Banten yang perlu diperbaiki. Skor untuk variabel ini adalah 2,00 yang masuk dalam kategori berdaya saing rendah. Dari hasil indept interview dengan narasumber wisnus, bahwa faktor kebersihan menjadi alasan dirinya dalam menentukan objek wisata mana yang akan dikunjungi. Hasil perhitungan skor untuk variabel keamanan lingkungan di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,54. Artinya, menurut responden wisnus keamanan lingkungan di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu
ditingkatkan
agar
menjadi
elemen
kekuatan.
Sedangkan wisman menilai variabel keamanan lingkungan Banten secara kumulatif masuk dalam elemen peluang pariwisata Banten yang perlu dikembangkan. Skor untuk variabel ini adalah 2,91 yang masuk dalam kategori berdaya saing sedang.
Persentase
wisman
yang
memilih
jawaban aman juga cukup besar yaitu sebesar 90,91 persen. Hasil perhitungan skor untuk variabel kenyamanan lingkungan di Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,54. Artinya,
menurut
responden
wisnus
kenyamanan 69
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
lingkungan di Banten termasuk dalam elemen peluang yang perlu dikembangkan. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan
wisman
menilai
variabel
kenyamanan
lingkungan Banten secara kumulatif masuk dalam elemen kelemahan pariwisata Banten sehingga perlu diperbaiki. Skor untuk variabel ini adalah 2,45 yang ekuivalen dengan tingkat daya saing rendah. Hasil perhitungan skor untuk variabel keramahan penduduk Banten menurut persepsi wisnus adalah 2,88. Artinya, menurut responden wisnus keramahan penduduk Banten dinilai positif dan termasuk dalam elemen peluang. Skor yang ada menunjukkan bahwa daya saing variabel ini masuk dalam kategori sedang sehingga perlu ditingkatkan agar menjadi elemen kekuatan. Sedangkan wisman menilai variabel keramahan penduduk Banten secara kumulatif masuk dalam elemen kekuatan pariwisata Banten sehingga perlu dipertahankan. Skor untuk variabel ini adalah 3,27 yang ekuivalen dengan tingkat daya saing tinggi. Dari hasil uraian pada dua pulut tujuh variabel daya saing pariwisata Banten, dapat dikemukakan bahwa secara umum daya saing industri pariwisata provinsi ini adalah berada dalam kondisi cukup. Kemudian jika hasil uraian tersebut direkapitulasi maka hasilnya akan seperti berikut: Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten tahun 2012. No.
1 2 3 4
Aspek Daya Saing Objek wisata dan atraksi Keragaman Daya tarik Aksesibilitas Pengelolaan
Skor
Tingkat Daya Saing
Wisnus
Wisman
Ratarata
3.01 2.91 2.76 2.56
3.27 2.82 2.45 2.45
3.14 2.86 2.60 2.51
Wisnus
Wisman
Ratarata
Tinggi Sedang Sedang Sedang
Tinggi Sedang Rendah Rendah
Tinggi Sedang Sedang Sedang
Pemasaran
70
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
5 6 7 8
9 10 11 12 13 14
Pelayanan biro perjalanan Paket wisata Promosi wisata Administrasi wisata Transportasi, telekomunikasi, dan informasi Sarana transportasi Ongkos transportasi Pelayanan transportasi Layanan telekomunikasi Biaya layanan telekomunikasi Pelayanan informasi
2.62 2.64 2.62 2.53
2.55 2.55 2.73 2.45
2.58 2.59 2.67 2.49
Sedang Sedang Sedang Sedang
Sedang Sedang Sedang Sedang
Sedang Sedang Sedang Rendah
2.51 2.70 2.50 2.68 2.64 2.67
2.27 3.18 2.45 2.55 2.82 3.00
2.39 2.94 2.48 2.62 2.73 2.84
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Rendah Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi
Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang
15 16 17 18 19 20
Akomodasi dan Restoran Biaya sewa penginapan/hotel Pelayanan penginapan/hotel Ketersediaan tempat makan Harga makanan Keragaman jenis makanan Layanan restoran
2.43 2.81 2.81 2.71 2.97 2.75
2.82 2.82 3.18 3.09 3.18 2.82
2.62 2.82 3.00 2.90 3.07 2.78
Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
21 22 23
Cenderamata Ketersediaan tempat cenderamata Harga cenderamata Keragaman cenderamata
2.60 2.58 2.72
2.91 3.00 2.91
2.76 2.79 2.81
Sedang Sedang Sedang
Sedang Tinggi Sedang
Sedang Sedang Sedang
24 25 26 27
Lingkungan Kebersihan Keamanan Kenyamanan Keramahan penduduk
2.30 2.54 2.54 2.88
2.00 2.91 2.45 3.27
2.15 2.72 2.50 3.08
Sedang Sedang Sedang Sedang
Sedang Sedang Rendah Tinggi
Sedang Sedang Sedang Tinggi
Sumber: rekapitulasi tabel 4.6, 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, 4.11
4.5 Strategi Pengembangan Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten Dalam menentukan strategi yang akan dilaksanakan oleh semua stakeholders dalam upaya pengembangan daya saing pariwisata Provinsi Banten, akan digunakan analisis tentang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) yang ada pada industri pariwisata Provinsi Banten. Terdapat beberapa tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Dari semua variabel yang berjumlah 27 tersebut, dilakukan pemilahan untuk mengelompokkan variabelvariabel manasajakah yang termasuk ke dalam kelompok kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman
bagi 71
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
pariwisata banten. Pengelompokkan ini dilakukan dengan cara melihat tingkat daya saing setiap varibel, jika tingkat daya saing tinggi maka masuk kategori kekuatan; jika tingkat daya saing sedang maka masuk kategori peluang; jika tingkat daya saing rendah maka masuk kategori kelemahan, dan terakhir jika suatu variabel berdaya saing sangat rendah maka dikategorikan sebagai ancaman bagi pariwisata Banten. 2. Setelah
dikelompokkan
saingnya,
langkah
berdasarkan
selanjutnya
tingkat
adalah
daya
menentukan
bentuk problem solving dari setiap variabel daya saing, siapa yang bertanggung jawab melaksanakannya dan karenanya
harus
memiliki
kewenangan
untuk
melaksanakan program penyelesaian masalah tertentu. 3. Bentuk problem solving yang direkomendasikan bersifat general/umum, yaitu memberikan arahan dalam bentuk tujuan utama dari program yang akan dibuat. 4. Berdasarkan pendapat responden yang tertulis dalam jawaban pertanyaan terbuka di angket penelitian, maka pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program terbagi menjadi tiga kelompok, antara lain: pemerintah daerah, swasta/penguasaha, dan masyarakat. Dengan urutan seperti tertera di atas, maka hasil rekapitulasi akhir dalam upaya perumusan rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagaimana tertera pada tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Rekapitulasi Daya Saing, SWOT, Rekomendasi, menurut persepsi wisatawan Provinsi Banten tahun 2012 No.
Aspek Daya Saing
Daya Saing
Kategori SWOT
Tujuan program
Penanggung jawab utama
Objek wisata dan atraksi 1
Keragaman
Tinggi
Streght
2
Daya tarik
Sedang
Opportunity
Dipertahankan
Pemda, swasta
Ditingkatkan
Pemda, swasta
72
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
3
Aksesibilitas
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Pemda
4
Pengelolaan
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
5
Pemasaran Pelayanan biro perjalanan
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
6
Paket wisata
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
7
Promosi wisata
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Pemda, swasta
8
Administrasi wisata Transportasi, telekomunikasi, dan informasi
Rendah
Weakness
Diperbaiki
Swasta
9
Sarana transportasi
Rendah
Weakness
Diperbaiki
Swasta
10
Ongkos transportasi
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
11
Pelayanan transportasi
Rendah
Weakness
Diperbaiki
Swasta
12
Layanan telekomunikasi Biaya layanan telekomunikasi
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
Pelayanan informasi
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Pemda
Akomodasi dan Restoran Biaya sewa penginapan/hotel Pelayanan penginapan/hotel
Sedang
Opportunity
Diturunkan
Swasta
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
17
Ketersediaan tempat makan
Tinggi
Streght
Dipertahankan
Swasta
18
Harga makanan
Sedang
Opportunity
Diturunkan
Swasta
19
Keragaman jenis makanan
Tinggi
Streght
Dipertahankan
Swasta
20
Layanan restoran
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
Cenderamata Ketersediaan tempat cenderamata
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
22
Harga cenderamata
Sedang
Opportunity
Diturunkan
Swasta
23
Keragaman cenderamata
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Swasta
Lingkungan Kebersihan
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Pemda, masyarakat
13 14
15 16
21
24 25
Keamanan
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Pemda, masyarakat
26
Kenyamanan
Sedang
Opportunity
Ditingkatkan
Pemda, swasta
27
Keramahan penduduk
Tinggi
Streght
Dipertahankan
Masyarakat
Selain memberikan output informasi yang berhubungan dengan pembuatan kebijakan program, penelitian ini juga mengidentifikasi kebutuhan atau masalah ataupun sekedar saran dari konsumen pariwisata Provinsi Banten. Sejumlah hal tersebut berhasil kami dapatkan dan berikut ini adalah hasil inventarisasi kami tentang saran wisatawan: 73
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Government: road infrastructure is disaster (opini wisman) Pengusaha perbaiki mall Pengusaha wisata harus tingkatkan kreatifitas Pemda perluas kawasan wisata Pemda dan swasta tertibkan pedagang yang membuat pemandangan ODTW tampak kumuh Buat diskriminasi harga, misalnya diskon untuk pelajar dan mahasiswa Masyarakat harus mendukung program pemda terkait pariwisata Masyarakat harus bisa bahasa Inggris Tambah tempat musholla dan jangan naikkan retribusi Pemda dan pengusaha harus belajar dari provinsi lain Pengusaha pariwisata harus berkoordinasi Prioritaskan perekrutan SDM lokal Adakan pelatihan menyambut wisatawan Perbanyak objek wisata pendidikan Jalur angkot harus disiplin Perbaiki privasi di toilet umum Perbaiki infrastruktur jalan ke Banten selatan Bangun taman kota Pengusaha jangan terlalu profit oriented
4.6 Posisi dan Potensi Kepariwisataan Provinsi Banten Untuk mengetahui posisi kepariwisataaan Provinsi Banten di Indonesia dan juga sekaligus melihat jenis 74
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
potensi kepariwisataaan yang memiliki kontribusi besar terhadap PDRB Banten, maka perlu dilakukan komparasi secara nasional dan pemeringkatan konsumsi wisnus berdasarkan motivasi dan jenis pengeluaran. Hasil olahan dari data sekunder adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Peringkat Banten sebagai Provinsi Tujuan Perjalanan Desember 2010-Mei 2011 No Provinsi
Peringkat Nasional
Jumlah Penduduk yang Melakukan Perjalanan
1
Jawa Barat
2
9.037.484
2
Lampung
9
1.461.416
3
Banten
10
1.321.572
Sumber: Statistik Wisatawan Nusantara 2011
Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa secara nasional Banten berada pada peringkat ke 10 sebagai destinasi wisata di Indonesia. Akan tetapi jika dibandingkan dengan dua provinsi terdekat, maka posisi Banten berada pada peringkat ketiga. Artinya, sebagai provinsi yang baru berumur 12 tahun, Provinsi Banten masih memerlukan pengembangan sektor kepariwisataan agar peringkatnya secara nasional bisa lebih baik. Tabel 4.15. Peringkat Rata-Rata Pengeluaran per Perjalanan Menurut Jenisnya di Provinsi Banten 2011 Jenis pengeluaran
Rp (000)
Makanan, minuman, dan tembakau
144,09
Angkutan
124,25
Akomodasi
69,94
Belanja/cenderamata
64,39
Jasa pariwisata lainnya
13,53
75
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Jasa hiburan, rekreasi, dan budaya
6,80
Sumber: Statistik Wisatawan Nusantara 2011
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa rata-rata pengeluaran wisnus terbesar adalah untuk konsumsi makanan, minuman, dan tembakau dengan nilai Rp144.090,-. Peringkat kedua adalah untuk konsumsi angkuta Rp124.125,-. Sementara itu untuk akomodasi, wisnus mengonsumsi sebesar Rp69.940,-. Menempati peringkat terbawah adalah konsumsi wisnus untuk keperluan jasa hiburan, rekreasi, dan budaya Banten, dengan nilai Rp6.800,-.
Maksud kunjungan
Rp (000)
MICE
4.000,0
Kesehatan
1.557,95
Berlibur/rekreasi
628,44
Profesi/bisnis
331,16
76
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Tabel 4.16 Peringkat Pengeluaran Perjalanan
Berziarah/keagamaan
311,77
Mengunjungi teman/keluarga
246,39
Rata-Rata per Menurut
Maksud Kunjungan di Provinsi Banten 2011
Sumber: Statistik Wisatawan Nusantara 2011
Berdasarkan tabel di atas, secara rata-rata, dapat kita ketahui bahwa penyumbang terbesar penerimaan sektor pariwisata Banten menurut pembagian motivasi kunjungan adalah wisnus yang bertujuan mengikuti acara MICE (Meeting incentive Convention Exhibition), peringkat kedua adalah wisnus yang termotivasi oleh maksud kesehatan, peringkat ketig adalah bermaksud berlibur/rekreasi, dan seterusnya sesuai peringkat yang ada di tabel. Artinya, kendati dalam penelitian ini terbukti bahwa wisnus berwisata untuk tujuan utama berlibur/rekreasi, namun demikian penerimaan terbesar sektor pariwisata Banten adalah berasal dari penyelenggaraan wisata bertujuan MICE.
4.7 Peta Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten (addisional) Sebagaimana telah disebutkan diawal bahwa substansi penelitian adalah persepsi responden penelitian terhadap daya saing pariwisata Provinsi Banten, maka pendekatan yang digunakan sejauh ini adalah pendekatan demand. Oleh karena itu, untuk melengkapi rekomendasi akhir penelitian dan juga
memperoleh sudut pandang baru dalam melihat suatu 77
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
permasalahan, maka kami melakukan pemetaan daya saing pariwisata Provinsi Banten dari sisi supply. 4.7.1 Pemetaan Berdasarkan Jenis Usaha Kepariwisataan Bertumbuhnya usaha kepariwisataan di suatu daerah, mengindikasikan adanya pertumbuhan permintaan akan produk kepariwisataan di daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, pendekatan pemetaan daya saing menggunakan kategorisasi jenis usaha kepariwisataan juga kami lakukan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2012 tentang sertifikasi kompetensi dan sertifikasi usaha di bidang pariwisata, kami mencoba melakukan gathering informasi dari database pariwisata 2011 Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten yang hasilnya tertera pada tabel 4.17 Tabel 4.17 Rekapitulasi Jenis Usaha Pariwisata Provinsi Banten 2012
55 1 1 4 49 35
196 1 0 2 67 57
48 0 0 3 88 92
61 0 3 21 134 7
15 0 5 53 150 27
26 0 0 17 100 25
109 1 0 20 111 21
1 0 0 40 181 10
511 3 9 160 880 274
104
170
37
229
145
98
93
72
948
4
4
10
3
5
5
7
1
39
0 0 6 9 9
0 0 9 8 12
0 0 0 11 4
0 0 0 17 14
0 0 0 16 22
0 0 0 4 33
0 0 15 6 25
0 0 0 19 87
0 0 30 90 206
Total
Tangsel
9 10 11 12 13
Serang
8
Cilegon
7
Tangerang
Daya tarik wisata Kawasan Pariwisata Jasa Transportasi Wisata Jasa Perjalanan Wisata Jasa Makanan dan Minuman Penyediaan akomodasi Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan & Rekreasi Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi & Pameran (MICE) Jasa Informasi Pariwisata Jasa Konsultan Pariwisata Jasa Pramuwisata Wisata Tirta Spa / salon / refleksologi
Tangerang
1 2 3 4 5 6
Serang
Jenis Usaha
Lebak
No.
Kota
Pandeglang
Kabupaten
Sumber: Hasil olahan data sekunder
78
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui diketahui bahwa secara agregat Provinsi Banten memiliki semua elemen usaha kepariwisataan. Pengecualian terjadi pada 2 (dua) jenis usaha pariwisata, yaitu jasa informasi dan konsultan pariwisata dimana Banten belum memilikinya di semua kabupaten/kota. Secara lebih spesifik, jenis usaha kepariwisataan yang tergolong minim adalah jumlah total kawasan pariwisata di Banten yang tercatat hanya ada 3 buah dan terdapat di Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Kota Serang. Hal ini senada dengan opini wisatawan Banten melalui pendekatan demand tentang perlunya pemerintah Provinsi Banten menambah kawasan wisata. Jenis usaha pariwisata Banten yang juga terbilang minim
adalah
pramuwisata.
jasa
transportasi
Berturut-turut
wisata
jumlah
dan
dari
jasa semua
kabupaten/kota di tiap jenis usahanya adalah 9 dan 30. Jasa transportasi Tangerang,
wisata dan
terdapat
Kota
di
Tangerang.
Kabupaten Sedangkan
Lebak, jasa
pramuwisata terdapat di Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Kota Serang. Hal yang menarik adalah jenis usaha kepariwisataan di Kota Tangsel yang hanya memiliki satu usaha jenis daya tarik wisata, tapi memiliki usaha spa/salon/refleksologi terbanyak dibandingkan kabupaten/kota lain di Banten, yaitu sejumlah 87 buah. Selain memetakan potensi daya saing pariwisata Banten menggunakan
13
jenis
usaha
pariwisata,
kami
juga
melakukan inventarisasi daya saing pariwisata terhadap 8 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten menggunakan 6 aspek daya saing pariwisata dalam penelitian ini. Angket tambahan dikembangkan untuk coba memotret kondisi daya 79
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
saing Provinsi Banten dari pendekatan supply. Hasilnya sebagaimana tersaji pada tabel 4.14 Tabel 4.18 Penilaian Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten (supply approach)
1 2 3
4 5 6
Objek dan atraksi wisata Pemasaran Transportasi, telekomunik asi, informasi Akomodasi dan restoran Cenderamat a Lingkungan
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
sedang
Tinggi
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang sedang
Sumber: diolah dari data sekunder dan hasil observasi lapangan.
Penting untuk diketahui bahwa penetapan tingkat daya saing yang ada pada penelitian ini, berbeda pendekatan antara persepsi wisatawan yang bersifat demand dan kondisi aktual di lapangan yang bersifat supply. Pada pendekatan demand data persepsi yang kualitatif dari wisatawan dikuantifikasi untuk selanjutnya dikembalikan kepada kategorisasi yang kualitatif. Sementara pendekatan supply, data yang diperoleh dari database pariwisata Disbudpar
Total
Tangsel
Serang
Cilegon
Tangerang
Tangerang
Kota
Serang
Aspek Daya Saing
Lebak
No.
Pandeglang
Kabupaten
Provinsi
Banten
tahun
2011
adalah
data
kuantitatif. Oleh karena itu, tabulasi di atas dilakukan setelah menghitung jumlah atau eksistensi dari elemen aspek daya saing. Lalu berdasarkan sejumlah temuan observasi di lapangan ditentukan kriteria penilaiannya. Berdasarkan
hasil
rekapitulasi
daya
saing
8
kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tabel 4.18, tampak bahwa elemen daya saing pariwisata Provinsi Banten pada 80
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
aspek objek dan atraksi wisata berdaya saing tinggi. Akan tetapi, Begitu juga dengan aspek akomodasi dan restoran. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah objek wisata, akomodasi, restoran yang ada di Banten. Sementara itu, aspek
pemasaran,
telekomunikasi,
transportasi,
dan
informasi berada pada tingkat daya saing sedang. 4.7.2 Peta Potensi Pengembangan Produk Unggulan Dari hasil penilaian keenam aspek daya saing dari sisi supply, aspek daya saing yang berkorelasi langsung dengan upaya pemetaan potensi pengembangan produk unggulan adalah aspek objek dan atraksi wisata. Oleh karena itu, di tabel 4.19 disajikan secara detail aspek objek dan atraksi wisata yang diperolah dari kunjungan observasi ke 8 kabupaten/kota di Banten.
Pdglg Serang
KABUPATEN
Lebak
Tabel 4.19 Aspek Objek Wisata Jumlah pengunj ung di tiga tahun terakhir
Daya tarik/ keunik an
Jalan akses
Pem buku an
5605, 6469
budaya leluhur
aspal 2 mobil
tidak
14.229, 24.865
pantai
aspal 1 mobil
tidak
Pndidi kan Manaj er
Antri an
Pengaman an dan Penyelama tan
tidak
Swasta
S1/D3
tidak
Swasta
perio dik
S1/D3
tidak
Polisi
perio dik
S1/D3
tidak
Swasta
Objek wisata
Pemilik Objek Wisata
Desa kanekes (baduy)
pemkab
P. Binuangeu n
pemkab
ada
P. Karang sari
pemkab
ada
pantai
jln provinsi
Air panas cisolong
pemkab
ada
air panas
aspal 1 mobil
P. Karang Bolong
gabunga n
ada
5778, 6066, 6267
Karang bolong + Pantai
aspal 2 mobil
tidak
SMA
tidak
P. Pasir Putih Pulorida
gabunga n
ada
5025, 5276, 5549
Pantai
aspal 2 mobil
tidak
SMA
tidak
Tiket
pengelola dan penjaga pantai pengelola dan penjaga pantai
81
Srg Clgn Tgrg Tgsel
KOTA
Tangerang
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
Hutan lindung solear
pemkab
ada
tempat ziarah
aspal 2 mobil
P. Muara
pemkab
jaran g
pantai
aspal 2 mobil
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
perio dik
SMA dan S1
ada
Tim P3K
SMA dan S1
ada
Tim P3K
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
terka dang ada _
Tabel 4.19 di atas merupakan hasil olahan dari data mentah setiap kabupaten/kota yang diringkas dengan cara dipilih 2 objek wisata terbaik dari sejumlah objek wisata yang diusulkan oleh kabupaten/kota yang bersangkutan. Pemilihan dilakukan seobjektif mungkin berdasarkan sejumlah variabel yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada konsep 3A (Atraction, Accesibility, dan Amenities) dimana variabel-variabel ini akan menentukan objek wisata mana yang memiliki kesiapan lebih tinggi untuk dikembangkan
menjadi
produk
unggulan
pariwisata
kabupaten tersebut. Hasilnya, seperti tampak pada tabel adalah untuk kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang, dan Tangerang, secara berurutan dan masing-masing kabupaten ada dua, objek
wisata
yang
terpilih
adalah
: Desa
Kanekes
(masyarakat adat Baduy), Pantai Binuangeun, Pantai Karang Sari, Air Panas Cisolong, Pantai Karang Bolong, Pantai Pasir Putih Pulorida, Hutan Lindung Solear, dan Pantai Muara. Objek wisata yang diarsir merupakan objek wisata yang diprioritaskan.
82
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
4.7.3 Temuan dan Identifikasi Kebutuhan Baru Selama proses pengerjaan proyek analisis daya saing pariwisata, dari hasil observasi lapangan didapati sejumlah hal krusial yang mempengaruhi ketercapaian suatu target pekerjaan. Diantaranya adalah keterlambatan pengumpulan data
yang
terjadi
di
sejumlah
kabupaten/kota
mempengaruhi waktu selesai penulisan laporan penelitan. Diperlukan sebuah kajian khusus terkait sinergitas kebijakan, sinergitas program, dan peningkatan kerjasama internal sektor pariwisata maupun kerjasama eksternal sektor pariwisata dengan para pemangku kepentingan lain di lingkungan pemerintahan Provinsi Banten. Diperlukan penguatan ikatan emosional (emotional bonding) intra SKPD pariwisata resistensi
pelaksanaan
yang akan mengurangi
kebijakan
Provinsi
di
kabupaten/kota. Didapati pemanfaatan
bahwa ICT
kompetensi pada
SKPD
operasional pariwisata
dalam tingkat
kabupaten/kota adalah kurang baik. Hal ini terindikasi dari tidak adanya situs web milik dinas kepariwisataan tingkat kabupaten/kota yang ada di Banten. Dalam
tataran
pragmatis,
untuk
mendongkrak
kedatangan wisatawan ke Provinsi Banten, maka upaya pemaksaan terkoordinasi oleh para stakeholders, secara legal dan halus perlu dilakukan. Oleh karenanya, kajian tentang kekuatan dalam relationship marketing pariwisata menjadi penting untuk dilakukan.
83
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
84
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Peran sektor pariwisata sebagai trigger bagi munculnya sektor-sektor lain di Provinsi Banten, semakin diakui. Hal ini tercatat dalam tabel I-O dalam Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten 2010, dimana sektor pariwisata mampu meningkatkan permintaan, output, kebutuhan tenaga kerja, nilai tambah bruto, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan pemerintah, swasta, dan rumah tangga. 2. Dengan penetapan Tanjung Lesung sebagai salah satu KEK berdasarkan PP no 26 tahun 2012, akan ada peluang yang sangat besar bagi Provinsi Banten terkait letak geografisnya sebagai penyangga antara pulau Jawa dan Sumatra. Peluang ini perlu segera diprediksi wujudnya dan
segera
dieksekusi
segala
persyaratannya
agar
hasilnya efektif. 3. Wisatawan yang datang ke Banten, mayoritas melakukan kunjungan wisata dengan alasan ingin rekreasi/berlibur. Artinya mereka ingin lepas dari rutinitas keseharian di tempat kerja dan tempat tinggalnya. Setelah alasan rekreasi dengan prioritas yang semakin menurun adalah alasan
keluarga.
Selanjutnya
alasan
pendidikan/pelatihan. Sebagiannya lagi memiliki alasan untuk menunjukkan prestise diri.
85
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
4. Wisatawan yang datang ke Banten, mayoritas mencari informasi pariwisata melalui situs/web di internet. Pilihan kedua cara mereka dalam mencari informasi adalah melalui mulut ke mulut atau pendapat orang lain. Menyusul pada prioritas ketiga adalah melalui Koran. 5. Dari penghitungan dan analisis substansi penelitian yaitu persepsi responden, diperoleh hasil komprehensif yang mencakup 6 aspek daya saing dengan 27 variabel. Meskipun dengan tingkat kedalaman terbatas, namun bisa digunakan sebagai dasar pembuatan kebijakan dengan melihat rekomendasi penelitian. Tabel 4.13 pada bab empat adalah esensi dari tujuan dilaksanakannya penelitian ini. Yaitu mengetahui tingkat daya saing pariwisata Provinsi Banten dari sudut pandang pengguna produk pariwisata Banten. 6. Lemahnya ikatan emosional antara instansi pariwisata tingkat provinsi dengan daerah. Hal ini terindikasi dari kurang antusiasnya dinas pariwisata kabupaten/kota dalam merespon pekerjaan/program dari Disbudpar Provinsi Banten 7. Lemahnya kompetensi dalam pemanfaatan teknologi berbasis internet sektor pariwisata kabupaten/kota. Hal ini terbukti dengan sulitnya ditemukan/tidak adanya situs web yang dimiliki/dikelola oleh Dinas Pariwisata tingkat kabupaten/kota. 8. Secara relatif, posisi kepariwisataan Provinsi Banten jika dilihat secara nasional masih perlu ditingkatkan karena 86
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
pada umumnya berada di bawah rata-rata nasional. Akan tetapi jika dibandingkan dengan dua provinsi terdekat, secara kumulatif Provinsi Banten berada di peringkat yang sedang. 9. Dari pembagian 13 jenis usaha kepariwisataan, jenis usaha jasa informasi pariwisata dan jasa konsultan pariwisata belum teridentifikasi. Jasa pramuwisata, jasa transportasi wisata, dan jenis usaha kawasan wisata, adalah tiga jenis usaha kepariwisataan yang kuantitasnya masih perlu untuk ditingkatkan.
5.2 Rekomendasi 1. Motivasi berwisata
Merespon hasil penelitian yang menunjukkan profil konsumen wisata Provinsi Banten dan motivasi mereka melakukan kunjungan wisata. Maka diperlukan kebijakan yang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen wisata yang diderivasi dari motivasinya. Oleh karena mayoritas wisatawan memilih ingin berekreasi, maka kebersihan, keamanan,
kenyamanan,
dan
keramahan
penduduk
Banten perlu ditingkatkan agar wisatawan bisa tinggal lebih lama. 2. Pelatihan mengelola situs web Oleh karena hasil penelitian membuktikan bahwa pola pencarian informasi pariwisata adalah melalui internet/web, dan juga merespon kondisi lemahnya kemampuan memanfaatkan teknologi berbasis internet, 87
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
maka perlu diselenggarakan pelatihan singkat mengelola situs. Selain itu situs web harus selalu di-update dengan info terbaru dengan appearance yang tidak menyulitkan wisatawan
dalam
dibutuhkannya.
mencari
Misalnya,
informasi
dengan
yang
menghilangkan
konten-konten di situs web yang oleh wisatawan tidak dianggap penting. Konsekuensinya harus ada anggaran yang kontinyu untuk maintenance situs web. 3. Appearance website Masih terkait dengan situs web, kelemahan yang sering terjadi dalam bauran pemasaran dari aspek promosi
adalah
sulitnya
konsumen
yang
sudah
terpengaruhi untuk mewujudkan permintaannya akan produk atau jasa tertentu. Jika memungkinkan, situs web sebaiknya dilengkapi informasi tentang produk dan jasa wisata lengkap dengan cara mendapatkannya (jalur transportasi), dan harga yang harus dibayar serta cara membayarnya
agar
wisatawan
bisa
mendapatkan
keinginannya. 4. Forum komunikasi Sinkronisasi hasil analisis daya saing dari dua pendekatan, yaitu pendekatan demand dan supply sulit dilakukan sebelum informasi tentang potensi wisata, program
yang
kabupaten/kota,
berjalan, dan
hal
rencana terkait
strategis lainnya
tiap dapat
dikomunikasikan dengan efektif. Dengan demikian, agar tidak terjadi hambatan dalam eksekusi program-program 88
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
kepariwisataan,
maka
perlu
dibuat
sebuah
forum
komunikasi yang rutin intensitas pertemuannya secara fisik Hal ini perlu dilakukan untuk menyatukan persepsi, tujuan, dan sinergitas kegiatan antara provinsi dengan kabupaten/kota. Forum komunikasi ini representasi dari para
pegiat
pariwisata
seperti
hotel,
restoran,
transportasi, pengelola objek wisata, perguruan tinggi untuk ikut memberikan sumbang saran dalam membuat kebijakan daya saing pariwisata di Provinsi Banten. Dalam
pertemuan
kekeluargaan, presentasi
yang
setiap singkat
kepariwisataannya
diselenggarakan
kabupaten/kota tentang
yang
perlu
rencana
secara
melakukan program
diketahui
oleh
kabupaten/kota lain untuk membuka peluang kerjasama, dan tentunya untuk bahan sinergitas program Disbudpar Provinsi . 6. Festival dan karnaval Kegiatan pawai budaya, festival kuliner, festival budaya, lomba budaya, perlu terus dilakukan dan ditambah intensitasnya untuk menyadarkan masyarakat akan arti penting pariwisata dan menggugah rasa ingin tahu mereka akan kekayaan budayanya. 7. Perlu disusun kebijakan penumbuhan wirausaha bidang kriya, kuliner, atraksi fashion, MICE yang kreatif. 9. Diperlukan integrasi kebijakan kepariwisataan antara kabupaten/kota dengan tingkat Provinsi Banten, untuk 89
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
selanjutnya dilakukan harmonisasi dengan kebijakan nasional. 10.Asosiasi membentuk subordinasi
kepariwisataan tempat
uji
dengan
perlu
didorong
kompetensi
Lembaga
untuk
(TUK)
melalui
Sertifikasi
Profesi
Pariwisata untuk melakukan standardisasi SDM dan SDA pariwisata di Provinsi Banten dengan mengacu pada standar industri atau internasional. Tabel 5.1 Rekomendasi khusus No
Temuan dan Kebutuhan
Rekomendasi
Pelaksanana/ penanggung jawab
1
Masalah sinergitas kebijakan tingkat sesama SKPD tingkat Provinsi maupun sebuah SKPD dengan tingkat kabupaten/kota
Buat kajian sinergitas kebijakan yang komprehensif
Disbudpar Provinsi
2
Peluang untuk optimalisasi dengan kekuatan memaksa
Buat kajian penggunaan kekuatan memaksa dalam relationship marketing
Disbudpar Provinsi
3
Keamananan dan keselamatan wisatawan
Sertifikasi usaha usaha daya tarik wisata, khususnya objek wisata
Disbudpar Provinsi
4
Pengembangan objek wisata yang diunggulkan (setelah verifikasi)
Buat FS objek wisata terpilih hasil penelitian ini
Disbudpar kabupaten/kota
5
Kurangnya intensitas atraksi wisata
Buat masterplan pengembangan atraksi dengan menggunakan market driven strategy
Disbudpar provinsi dan kab/kota
90
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA Antariksa, B., 2011. Penegakan Hukum Pariwisata di DKI Jakarta
sebagai
Destinasi
Pariwisata
Internasional.
Dipresentasikan pada Diklat Kepariwisataan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Dinas Budaya dan Pariwisata dan BPS, NESPARDA 2010 Engel, James F., Roger D. Blackwell, and Paul W. Maniard. 1997. Customer Behavior, 6th ed., Orlndo: The Dryden Press Firmansyah, 2004. Daya Saing Industri Pariwisata: Studi Kasus di Provinsi Banten. Diambil dari http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkat alog/downloadDatabyId/6129/6130.pdf Kotler, Philip, 1997. Marketing Management: Analysis,Planning, Implementation, Control, Eight edition. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliff, New Jersey Kotler,
Philip dan Gary Armstrong.
Pemasaran,
2003.
Dasar-dasar
Ed.9 Jakarta: PT. Indek Kelompok Media
Lamb. Hair, mc Daniel. 2001. Kucukemiroglu, Orsay. 1997. Market segmentation by using consumer lifestyle dimensions and ethnocentrism, An empirical study. Europian Journal of Marketing. 33,5/6 470-487. Kunto, Y.S. dan Peter R.P. SEGMENTASI GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PEMASARAN UNIVERSITAS PETRA. JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 1, NO. 1, APRIL 2006: 13-21 Peraturan Pemerintah no. 26 tahun 2012 tentang KEK Tanjung Lesung 91
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pp%20no% 2026%202012&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CCQQ FjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ekon.go.id%2Fmedia%2F filemanager%2F2012%2F03%2F22%2Fp%2Fe%2Fperpres_ 26_th_2012.pdf&ei=voCIUOiFD4PZigf_yYHIAw&usg=AF QjCNEgIY4QeFvFFYlVRRZ2Q_457NDt2A) diakses 25 Oktober 2012 Plumer, J. 1974. “The Concept and Application of Life Style Segmentation” dalam Journal of Marketing, 38 (January) hal33-37. Sekaran, Uma. 2003. RESEARCH METHODES FOR BUSINESS, A Skill-Building Approach. Ed. 4th. John Wiley & Sons,Inc. Sirdesmukh, D., Jagdip Singh, and Barry Sabol (2002), “Consumer Trust, Value, and Loyalty in Relational Exchanges,” Journal of Marketing, Vol. 66 (January), pp. 15-37 Vyncke, Patrick. 2002. Lifstyle Segmentation: From Attitudes, Interests and Opinions, to Values, Aesthetic Styles, Life Visions and Media Preferences. Europian Journal of Communications;
17;
445
(http://ejc.sagepub.com/cgi/content/abstract/17/4/44 5) UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan. Bisa dilihat di http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=nomor%201 0.tahun%202009......%20tentang%20kepariwisataan&sou rce=web&cd=1&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fw ww.budpar.go.id%2Fuserfiles%2Ffile%2F4636_1364UUTentangKepariwisataannet1.pdf&ei=Ko6eT7LxFsa4rA f2k5Fl&usg=AFQjCNFW854ewpvOLYailj0YgsrO8Pbww&cad=rja 92
Analisis Daya Saing Pariwisata Provinsi Banten, tahun 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata http://media.unwto.org/en/search/google/definition?query= definition&cx=016125288609279991024%3Axpptm3fnmk&cof=FORID%3A9&sitesearch=&hl=en&lr=lang_en (diakses 27 April 2012) http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/geografislj. php?ia=36&is=34
93