ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN KABUPATEN SUKOHARJO Muhammad Fathul Anwar, Darsono, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email :
[email protected] Telp : 085642309732 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis daya saing industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode dasar yang digunakan adalah deskripsi analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan Porter’s Diamond, RCA (Revealed Comparative Advantage) dan OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan konsep Porter’s Diamond dan konsep RCA, industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo telah memiliki kondisi yang cukup baik untuk pengembangan industri furniture rotan dan digolongkan memiliki daya saing yang kuat. Model fungsi daya saing industri furniture rotan Sukoharjo adalah Y = – 42,801 + 5,074X1 + 1,719.10-5X2 + 0,003X3 + 15,850D. Model ini mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,643 yang berarti 64,3% dari variasi variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Hasil uji F menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel harga ekspor furniture rotan Sukoharjo (X1), nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X3) dan kebijakan pemerintah (D) secara individu berpengaruh nyata terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, variabel nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X3) memberikan pengaruh terbesar. Kata kunci : Daya saing, Furniture Rotan Sukoharjo Abstract: The purpose of this research is to identify and analyze of rattan furniture industrial competitiveness in Sukoharjo Regency, to analyze factors that affect the amount of rattan furniture industrial competitiveness in Sukoharjo Regency. The method used is analytical descriptive implementation of records techniques. Data analysis methods used are Porter’s Diamond, RCA (Revealed Comparative Advantage) and OLS (Ordinary Least Square). The results showed, based on the analysis of Porter’s Diamond Theory and the analysis of RCA showed that the Sukoharjo rattan furniture industry has a good condition for the development of rattan furniture industry and classified as having a strong competitiveness. The model function of rattan furniture industrial competitiveness of Sukoharjo is Y = – 42,801 + 5,074X1 + 1,719.10-5X2 + 0,003X3 + 15,850D. This model has a coefficient of determination (R2) of 0,643 which means that 64,3% of the variation of the dependent variable ie rattan furniture industrial competitiveness of Sukoharjo can be explained by the independent variables. Based on the results obtained by the F test showed that all variables studied jointly significant effect on the rattan furniture industrial competitiveness in Sukoharjo Regency at 95% confidence level. T test results showed that variable the export price of Sukoharjo rattan furniture (X1), the exchange rate of the U.S. Dollar against the Rupiah (X3) and the government policy (D) individually significant effect on the rattan furniture industrial competitiveness of Sukoharjo. Based on the standard value of the regression coefficient, variable the exchange rate of the U.S. Dollar against the Rupiah (X3) provide the greatest influence with a positive relationship. Key Words : Competitiveness, Sukoharjo Rattan Furniture
PENDAHULUAN Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan kehadiran perusahaan multinasional (Rahimah, 2012). Indonesia merupakan salah satu negara yang telah lama melakukan perdagangan internasional. Salah satu dari kegiatan perdagangan internasional adalah ekspor. Tabel 1. Nilai Ekspor Migas dan Nonmigas Indonesia pada tahun 2007 – 2011 (Juta US$) Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Migas 22.088,5 29.126,3 19.018,3 28.039,6 41.477,0
Non Migas 92.012,3 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6
Sumber : BPS 2012 Ekspor di Indonesia pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu ekspor migas dan ekspor non migas. Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa nilai ekspor nonmigas selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspor migas dari tahun ke tahun. Nilai ekspor migas memang lebih kecil, mengingat komoditi migas adalah sumberdaya yang tidak dapat diperbarui, dan besarnya nilai ekspor nonmigas menjadi potensi besar untuk dikembangkan. Basri (2001) menyatakan bahwa dalam menghimpun devisa negara melalui sektor nonmigas, sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar. Salah satu komoditas pertanian yang cukup menyumbang pemasukan devisa negara melalui kegiatan ekspor adalah komoditas rotan. Rotan merupakan salah satu komoditas pertanian yang termasuk dalam komoditas hasil hutan nonkayu yang
sangat banyak dijumpai di Indonesia. Rotan Indonesia mempunyai posisi yang dominan di pasar dunia, yaitu menguasai 80 persen bahan baku rotan dunia. Sejatinya Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan industri furniture rotan, dimana selain memiliki pasokan bahan baku yang berlimpah, Indonesia juga memiliki potensi tenaga kerja yang cukup banyak. Salah satu industri furniture rotan yang saat ini masih berkembang adalah industri furniture rotan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Industri rotan yang ada disana menghasilkan berbagai macam produk furniture rotan yang memiliki kualitas dunia. Sebagian besar hasil produksi furniture rotan yang ada di Sukoharjo telah diekspor ke berbagai negara di dunia. Hal tersebut menjadikan industri furniture rotan di Kabupaten Sukoharjo menjadi salah satu sektor industri unggulan dibanding dengan daerah lain yang memiliki sektor industri sama di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya suatu analisa untuk mengetahui sejauh mana tingkat daya saing industri furniture rotan di Kabupaten Sukoharjo serta analisa terkait faktorfaktor yang mempengaruhinya, guna mendukung peningkatan daya saing industri furniture rotan di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik dengan menggunakan data berkala (time series) (Nazir, 2002). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari beberapa instansi yang terkait dengan objek penelitian.
Analisis Daya Saing Porter’s Diamond Metode ini merupakan metode kualitatif yaitu menganalisis tiap komponen dalam Porter’s Diamond, yang antara lainnya adalah Factor Condition, Demand Condition, Related and Supporting Industries, Firm Strategy, Structure, and Rivalry. Selain itu terdapat komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu peran pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri. Analisis Daya Saing RCA (Revealed Comparative Advantage) Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Penelitian ini tidak menggunakan RCA pada umumnya yang membandingkan ekspor suatu komoditi negara tertentu dengan ekspor suatu komoditi negara-negara dunia, melainkan ke dalam cakupan yang lebih kecil yaitu perbandingan ekspor furniture rotan Sukoharjo dengan ekspor furniture rotan Indonesia. Kinerja ekspor furniture rotan terhadap total ekspor dari Kabupaten Sukoharjo ke luar daerah, selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor furniture rotan di wilayah Indonesia terhadap total nilai ekspor di wilayah Indonesia, digunakan rumus RCA : X X total .......................(1)
RCAS = Y
Y total
Dimana, RCAS adalah daya saing industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo, X adalah nilai ekspor furniture rotan Kabupaten Sukoharjo, X total merupakan nilai total ekspor Kabupaten Sukoharjo, Y adalah nilai ekspor furniture rotan Indonesia dan Y total merupakan nilai total ekspor produk Indonesia. Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu jika nilai RCA > 1, berarti suatu daerah memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu daerah memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing yang lemah. Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut : Indeks RCA = RCA t ....................(2) RCA t - 1
Dimana RCA t merupakan nilai RCA tahun sekarang (t), sedangkan RCA t-1 merupakan nilai RCA tahun sebelumnya (t-1), data tahun tersebut merupakan data tahun berkala dari tahun 1993 hingga tahun 2012. Nilai indeks RCA berkisar dari nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor di pasar tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja ekspor di pasar sekarang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor di pasar sekarang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Metode Regresi Linear Berganda Metode analisis yang digunakan untuk melakukan analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi daya saing industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo adalah regresi linear berganda, yang secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : DS = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + D .........................(3) Dimana, DS adalah daya saing industri furniture rotan Sukoharjo (nilai RCA), X1 merupakan harga ekspor furniture rotan Sukoharjo (FOB) (US$/Kg), X2 merupakan volume ekspor furniture rotan Sukoharjo (Kg), X3 merupakan nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (Rp/US$) dan D adalah Kebijakan pemerintah dengan nilai 0 untuk kebijakan pembukaan ekspor bahan baku rotan dan nilai 1 untuk kebijakan pembatasan ekspor bahan baku rotan, sedangkan β0 adalah intercept. Dalam penggunaan alat analisis regresi, beberapa nilai yang perlu diperhatikan meliputi uji koefisien determinasi (R2) yaitu digunakan untuk mengetahui besarnya ukuran ketepatan atau kecocokan suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data observasi. Nilai R2 menyatakan berapa besar proporsi (%) variasi variabel tak bebas bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi (Gujarati, 2010). Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya dengan tingkat kepercayaan dan tingkat signifikansi (α) tertentu. Sedangkan uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada tingkat signifikansi (α) dan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk uji asumsi klasik, digunakan Uji multikolinieritas yaitu pendeteksian adanya multikolinearitas pada SPSS yaitu apabila nilai VIF > 5 (Sarwono, 2012), Uji heteroskedastisitas yaitu jika
titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Nugroho, 2005), lalu Uji autokorelasi yaitu apabila nilai DW yaitu 1.5 > DW > 2.5 maka tidak terjadi autokorelasi (Getut, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Saing Industri Furniture Rotan Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Konsep Porter’s Diamond Industri furniture rotan Sukoharjo pada dasarnya telah memiliki kondisi faktor produksi yang cukup baik untuk pengembangan industri furniture rotan. Hal tersebut terlihat pada besarnya nilai produksi dari industri furniture rotan Sukoharjo pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp 285.062.500.000,00. Besarnya nilai produksi dari industri furniture rotan Sukoharjo tersebut dipengaruhi oleh adanya sumber daya tenaga kerja yang cukup dan pasokan bahan baku rotan yang cukup pula untuk pengembangan industri furniture rotan yang ada disana. Tercatat pada tahun 2012 terdapat 282 unit usaha industri furniture rotan di Sukoharjo, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3.105 orang, serta pasokan bahan baku rotan mentah yang terus masuk ke industri furniture rotan tersebut, yaitu dengan nilai bahan baku sebesar Rp 171.637.500.000,00. Industri furniture rotan Sukoharjo dapat dikatan memiliki perkembangan produksi yang cukup baik di tiap tahunnya, akan tetapi hal tersebut tidak diikuti oleh perkembangan inovasi desain produk furniture rotan dari para produsennya. Kondisi permintaan dalam negeri untuk produk furniture rotan Sukoharjo masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan permintaan ekspornya. Dimana daerah pemasaran produk furniture rotan Sukoharjo di dalam negeri meliputi dua wilayah yaitu dalam kota dan luar kota, untuk wilayah dalam kota
meliputi area Solo dan sekitarnya sedangkan wilayah luar kota meliputi Yogyakata, Magelang, Salatiga, Semarang, Pati, Tuban, Madiun, Ponorogo, Malang, Surabaya, Gresik dan Jakarta. Permintaan di beberapa daerah dalam negeri tersebut hanyalah sekedar permintaan dari beberapa pesanan perorangan pelanggan saja, yang cenderung tidak dalam skala besar. Sebagian besar pengusaha di Industri furniture rotan Sukoharjo sendiri memang tidak terlalu berfokus pada pangsa dalam negeri. Untuk kondisi permintaan pasar luar negeri, produk industri furniture rotan Sukoharjo tergolong cukup banyak diminati terutama oleh negara Amerika Serikat, Eropa serta beberapa negara di daerah Timur Tengah dan ASEAN. Apabila dilihat lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa industri furniture rotan Sukoharjo memang lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri dibandingkan untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Industri terkait dan pendukung dalam hal faktor produksi di industri furniture rotan Sukoharjo diantaranya adalah industri pengawetan rotan, distribusi, dan jasa pelatihan. Dalam hal industri pengawetan rotan, secara lingkup nasional di Indonesia sebenarnya sudah memiliki fasilitas industri yang cukup baik yang terletak di daerah-daerah sentra pengumpul rotan seperti Kalimantan dan Sulawesi. Satu hal yang menjadi permasalahan yaitu dalam hal pendistribusianya masih terbilang belum efisien, dimana jarak yang harus ditempuh antara industri pengolahan rotan mentah ke industri pengrajin berada sangat jauh, yaitu dari daerah luar jawa ke daerah Sukoharjo. Ketidakmampuan industri ini untuk memberikan layanan yang baik dalam penyaluran bahan baku ke industri pengrajin furniture rotan akan berakibat pada kurangnya pasokan bahan baku sehingga produksi akan menurun
bahkan juga dapat berdampak tidak berjalannya industri. Industri pendukung lainnya yang tidak kalah penting adalah industri jasa pelatihan khususnya dalam pelatihan desain produk, dan hal ini adalah masalah yang cukup banyak dikeluhkan oleh para pengusaha industri furniture rotan di Sukoharjo. Industri furniture rotan Sukoharjo sendiri masih memiliki kualitas desain yang standar, dan masih kurang dapat bersaing dengan produsen furniture rotan dari negara lain. Beberapa faktor yang dapat dikategorikan kedalam faktor penentu persaingan adalah diferensiasi produk, identitas merk, dan informasi. Diferensiasi produk sebagai bagian dari strategi merebut pasar nampaknya masih belum begitu diperhatikan dari para perusahaan di industri furniture rotan Sukoharjo. Hal ini tampak dari kurangnya perhatian pengusaha terhadap desain akhir yang digunakan, dan cenderung masih terkesan kurang menarik perhatian pasar. Diferensiasi produk juga bisa ditambahkan melalui sistem pengepakan yang berbeda. Adanya merk tertentu pada suatu kemasan akan ikut mempengaruhi posisi serta kemampuan daya saing suatu perusahaan, dan hal tersebut juga masih kurang mendapat perhatian dari sebagian besar pengusaha industri furniture rotan di Sukoharjo. Dalam era globalisasi sekarang ini, siapa yang mempunyai akses terhadap informasi lebih banyak maka akan mampu memenangkan persaingan. Demikian juga dengan akses pasar terhadap produk industri furniture rotan. Kemungkinan yang berlaku pada permasalahan yang terjadi di industri furniture rotan Sukoharjo adalah importir luar negeri memiliki informasi yang cukup besar mengenai pasar yang ada. Akibatnya, para importir lebih berani untuk menawar lebih murah produk-produk yang di hasilkan oleh industri furniture rotan di Sukoharjo.
Secara hukum pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam mendukung tumbuh kembangnya industri furniture di Indonesia. Ssalah satunya adalah Melalui SK No. 28/MDAG/PER/10/2011 pada tanggal 30 November tahun 2011, yang menyatakan bahan baku rotan mentah, rotan asalan, rotan W/S dan rotan setengah jadi dilarang untuk diekspor keluar negeri. Melalui pemberlakuan kebijakan baru tersebut, seharusnya dapat dijadikan kesempatan oleh industri furniture rotan Sukoharjo dalam meningkatkan daya saing industrinya. Para pengusaha dan para pengrajin di industri furniture rotan Sukoharjo diharapkan dapat lebih memaksimalkan peluang yang ada yaitu dengan lebih memacu produksi serta ekspor furniture rotannya, serta pembenahan di sisi perusahaan maupun infrastrukturnya, sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing kompetitifnya di pasara internasional. Daya Saing Industri Furniture Rotan Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) RCA dalam penelitian ini didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor furniture rotan di dalam total ekspor komoditi dari suatu daerah lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi furniture rotan di dalam total ekspor komoditi di suatu negara, diharapkan daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi furniture rotan. Penelitian ini tidak menggunakan RCA pada umumnya yang membandingkan ekspor suatu komoditi Negara tertentu dengan ekspor suatu komoditi negaranegara dunia, melainkan ke dalam cakupan yang lebih kecil yaitu perbandingan ekspor furniture rotan Sukoharjo dengan ekspor furniture rotan Indonesia. Kinerja ekspor furniture rotan terhadap total ekspor dari Kabupaten Sukoharjo ke luar
daerah, selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor furniture rotan di wilayah Indonesia terhadap total nilai ekspor di wilayah Indonesia. Tabel 2. Perkembangan Nilai RCA dan Indeks RCA Industri furniture rotan Sukoharjo Tahun 19932012 Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total Rata-Rata
Nilai RCA 8,10 7,97 9,48 12,18 24,73 34,57 8,23 10,27 6,40 14,61 15,00 8,12 15,46 19,92 21,45 42,69 42,69 42,69 35,31 38,53 418,49 29,92
Indeks RCA 0,00 0,98 1,19 1,28 2,03 1,40 0,24 1,25 0,62 2,28 1,03 0,54 1,90 1,29 1,08 1,99 1,00 1,00 0,83 1,90 23,02 1,15
Sumber : Data penelitian yang diolah, 2014. Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa dalam periode tahun 19932012, terlihat bahwa rasio RCA untuk komoditi furniture rotan Sukoharjo memiliki nilai di atas 1, yaitu sebesar 29,92. Hal ini memiliki arti bahwa komoditas furniture rotan Sukoharjo mempunyai keunggulan komparatif di pasar internasional dibanding dengan daya saing untuk jenis komoditas yang sama. Industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo digolongkan memiliki daya saing yang kuat. Industri furniture rotan Sukoharjo dapat bersaing di pasar internasional dikarenakan di Indonesia telah memberlakukan proteksi pada industri
dalam negerinya, yaitu dengan menerapkan kebijakan terkait pembatasan ekspor bahan baku rotan di tahun 1993 hingga 1998 serta di tahun 2004 dan 2011. Besarnya nilai daya saing industri furniture rotan Sukoharjo juga cukup dipengaruhi oleh nilai ekspor dan total ekspor furniture rotan, dimana keduanya sangat bergantung pada perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Hal tersebut dapat terjadi karena nilai RCA yang ada dipengaruhi oleh nilai ekspor yang dihitung dalam Dollar AS, sehingga menguat atau melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS sangatlah penting pengaruhnya terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo. Fungsi Regresi Linear Berganda Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS diperoleh persamaan regresi daya saing industri furniture rotan Sukoharjo sebagai berikut: Y=
– 42,801 + 5,074 X1 + 1,719 . 10-5 X2 + 0,003 X3 + 15,850 D
Dari hasil analisis, diperoleh nilai R2 sebesar 0,643. Hal ini menunjukan bahwa 64,3% dari variasi variabel tak bebas yang dalam penelitian ini yaitu daya saing industri furniture rotan Sukoharjo dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya antara lain harga ekspor furniture rotan Sukoharjo (X1), volume ekspor furniture rotan Sukoharjo (X2), nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X3) dan kebijakan pemerintah (D), sedangkan 35,7% lainnya dijelaskan oleh variasi variabel lain di luar model yang digunakan.
Tabel 3. Analisis Varian FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Daya Saing Industri Furniture Rotan Sukoharjo Sumber Varian Regression Residual Total
Jumlah Kuadrat 2207,914 1226,307 3434,222
Derajat Rata-rata Sig. Bebas Kuadrat 4 551,979 0,003** 15 81,754 19
Keterangan: ** : signifikan dimana α = 0,05. Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Signifikansi F yaitu 0,003. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadapat variabel tak bebas yaitu daya saing industri furniture rotan Sukoharjo dengan α sebesar 0.05 (5%). Tabel 4. Analisis Varian FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Daya Saing Industri Furniture Rotan Sukoharjo Model Harga ekspor furniture rotan Sukoharjo (X1) Volume ekspor furniture rotan Sukoharjo (X2) Nilai Tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X3) Kebijakan Pemerintah (D)
Koefisien Regresi
Sig.
5,074
0,009**
1,719.10-5
0,060ns
0,003
0,006**
15,850
0,006**
Keterangan: ** : signifikan dimana α = 0,05. ns : tidak signifikan Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Variabel bebas yang mempunyai signifikansi kurang dari 5% maka secara individu berpengaruh nyata terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo. Variabel bebas yang berpengaruh nyata secara individu terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo yaitu variabel harga ekspor furniture rotan Sukoharjo dengan nilai signifikansi sebesar
0,009, nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 dan kebijakan pemerintah dengan nilai signifikansi sebesar 0,006. Variabel lain yaitu volume ekspor furniture rotan Sukoharjo mempunyai nilai signifikansi melebihi nilai α = 0.05 yaitu sebesar 0,06 maka dapat disimpulkan bahwa tidak berpengaruh secara individu terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo. Terdapat beberapa metode untuk menguji multikolinearitas yaitu diantaranya dengan melihat nilai PC (Pearson Correlation) dan nilai VIF (Varians Inflation factors). Pengujian dengan menggunakan nilai matrik PC (Pearson Correlation) memiliki kriteria apabila nilai PC < 0,8, maka antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Soekartawi, 2001). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai PC tertinggi, yaitu 0,525 sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi multikolinearitas. Menurut Sarwono (2012), cara lain untuk menguji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai VIF (Varians Inflation factors) yang mempunyai kriteria apabila nilai VIF > 5, maka dalam model regresi terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa nilai VIF tertinggi, yaitu 1,571 sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi multikolinearitas.
Gambar 1. Diagram Scatterplot Dari Gambar 1. terlihat bahwa titik-titk tidak menunjukkan adanya pola yang
tidak jelas maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas. Menurut Getut (2011) apabila nilai D-W statistik terletak pada 1,5 sampai 2,5 maka tidak terdapat adanya gejala autokorelasi. Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa nilai D-W sebesar 1,516. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi autokorelasi di dalam model, karena syarat tidak terjadi autokorelasi apabila nilai D-W statistik terletak pada 1,5 sampai 2,5 sesuai dengan pendapat dari Getut tersebut. Faktor Yang Paling Berpengaruh Terhadap Daya Saing Industri Furniture Rotan Sukoharjo Tabel 6. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel Bebas yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Furniture Rotan Sukoharjo Model
Koefisien Regresi Beta
Sig.
Harga ekspor furniture rotan Sukoharjo (X1)
0,529
3
Nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X4)
0,626
1
Kebijakan Pemerintah (D)
0,605
2
Sumber
:
Hasil Analisis Data Sekunder, 2014 Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki nilai standar koefisien regresi terbesar adalah variabel nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X4), yaitu sebesar 0,626 dengan hubungan yang positif. Dimana dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya nilai daya saing industri furniture rotan Sukoharjo lebih disebabkan karena lemah tidaknya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah. Hubungan positif menjelaskan bahwa apabila nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah meningkat sebesar 1 Rupiah, maka akan meningkatkan nilai daya saing industri furniture rotan Sukoharjo sebesar 0,626 dan sebaliknya
SIMPULAN Berdasarkan konsep Porter’s Diamond, industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo pada dasarnya telah memiliki kondisi yang cukup baik untuk pengembangan industri furniture rotan. Hal yang perlu lebih diperhatikan adalah dalam hal persaingan, struktur, dan strategi perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry). Sedangkan berdasarkan konsep perhitungan nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) dalam periode data penelitian tahun 1993 hingga 2012, industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo memiliki rata-rata nilai RCA sebesar 29,92 sehingga digolongkan memiliki daya saing yang kuat serta memiliki spesialisasi pada komoditas furniture rotan. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap daya saing industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo, yaitu harga ekspor furniture rotan Sukoharjo (X1), nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X3) dan kebijakan pemerintah (D). Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor dan nilai tukar Dollar AS, serta diterapkannya kebijakan pembatasan ekspor bahan baku rotan oleh pemerintah, maka akan meningkatkan daya saing industri furniture rotan Kabupaten Sukoharjo. Faktor yang paling berpengaruh terhadap daya saing industri furniture rotan Sukoharjo adalah nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X3), yaitu dengan nilai standar koefisien regresi sebesar 0,626. Dimana dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya nilai daya saing industri furniture rotan Sukoharjo lebih disebabkan karena lemah tidaknya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah. Saran yang ingin diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu Pemerintah diharapkan mampu memacu perkembangan kreativitas dari para produsen yang ada di industri
furniture rotan Sukoharjo, dimana perlu adanya suatu bentuk program pelatihan inovasi desain produk bagi para pengusaha dan pengrajin yang ada di industri furniture rotan Sukoharjo. Produk industri furniture rotan dari Sukoharjo cukup banyak diminati oleh para konsumen dari luar negeri, melihat adanya potensi pengembangan pangsa pasar tersebut, maka perlu adanya suatu bentuk perluasan pangsa pasar melalui promosi produk. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan pameran-pameran di luar negeri (negara importir). Mengingat begitu pentingnya ketersediaan bahan baku bagi kelangsungan dan keberlanjutan industri furniture rotan Sukoharjo di masa yang akan datang, maka diperlukan adanya kekonsistenan dari pemerintah dalam menerapkan kebijakan terkait pembatasan bahan baku rotan. Selain itu diperlukan juga adanya suatu badan penyangga yang dapat berfungsi sebagai stabilisator ketersediaan bahan baku utama bagi industri furniture rotan di Sukoharjo baik dari segi kuantitas, kualitas maupun harga. DAFTAR PUSTAKA Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta. BPS 2012. Statistik Indonesia 2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Basri, F. H. 2001. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Erlangga: Jakarta. Departemen Perdagangan. 2008. Pengembangan Industri Pengolahan Rotan Indonesia. Biro Umum dan Humas, Jakarta. Getut, Pramesti. 2011. Spss 18.0 Dalam Rancangan Percobaan. PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi.
Jilid I. Edisi Ke-10. Binarupa Aksara, Jakarta. Mankiw G. 2006. Principles of Economics “Pengantar Ekonomi Mikro” Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penellitian dengan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta. Porter, M.E. 1998. The Competitive Advantage of Nations. Free Press, New York. Rahimah, A. 2012. Administrasi Kepabeanan & Ekspor Impor. Malang Sarwono, J. 2012. Mengenal SPSS Statistik 20 Aplikasi Untuk Riset dan Eksperimental. PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. Soekartawi. 2001. Agrobisnis, Teori dan Aplikasi. PT Grafindo Perkasa, Jakarta