ANALISIS DAMPAK RUMAH POTONG HEWAN (RPH) TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI CI LUTUNG DI DESA CIKIDANG KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA Oleh : REVI INDIKA 122170014 Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah tentang dampak limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang mempengaruhi kualitas air Sungai Ci Lutung di Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg kabupaten Majalengka. Limbah yang dihasilkan dari Rumah Potong Hewan (RPH) tersebut yaitu berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah padat berupa kotoran hewan sedangkan limbah cair yaitu darah dari hasil pemotongan. Yang menjadi masalah dalam penelitian adalah :Bagaimana penanganan limbah Rumah Potong Hewan (RPH) di Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dan bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya Rumah Potong Hewan (RPH) terhadap kualitas air Sungai Ci Lutung Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka. Metode yang penulis gunakan adalah metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Dengan jumlah sampel pemilik Rumah Potong Hewan sebanyak 5 orang dan sampel masyarakat (KK) 31 orang. Pengambilan sampel menggunakan sampel porposive sampling dengan memperhatikan tempat penelitian yang diduga berpengaruh terhadap kualitas air Sungai Ci Lutung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pembuangan limbah Rumah Potong Hewan (RPH) terhadap Sungai Ci Lutung di Desa Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka mengakibatkan kualitas air sungai menjadi tercemar dengan dibuktikan oleh hasil laboratorium yang parameter air limbahnya melebihi nilai baku mutu air limbah yang disyaratkan oleh pemerintah dalam perundang-undangan. Akibat dari adanya dampak tersebut maka untuk menangani dampak yang terjadi yaitu adanya kepedulian dari pemerintah dan masyarakat agar pemilik rumah potong hewan sadar akan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pemotongan, adanya IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan juga aperbaikan saluran pembuangan limbah. Dampak pembuangan limbah limbah Rumah Potong Hewan (RPH) di harapkan dapat teratasi dan tidak mengganggu terhdap lingkungan khususnya pencemaran air, mengganggu kesehatan masyarakat dan juga mengurangi nilai estetika atau keindahan yang ,mengganggu mayarakat disekitar Desa Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka. Kata Kunci : Rumah Potong Hewan (RPH), Limbah dan Kualitas Air.
ABSTRACT Background this study was about the impact of animal Slaughterhouse waste that affect the water quality of the River in the village of Lutung Ci Cikidang Bantarujeg Kecamatan Majalengka Regency. Waste generated from Slaughterhouse animals (RPH), in the form of liquid waste and solid waste. Solid waste in the form of animal droppings while liquid waste that is the blood of the cutting results. The problem in the research is: How does the waste handling Slaughterhouse animals in the village of the subdistrict Cikidang Bantarujeg Majalengka Regency and how the impact caused of Slaughterhouse animals against the water quality of the river Ci Lutung Cikidang Village Sub-district Bantarujeg Majalengka Regency. The authors use the method is quantitative methods. Data collection techniques are used namely observation, interviews, documentation and study of literature. With the number of home owners Cut Animal samples as many as 5 people and a sample community 31. Sampling using a sample of porposive sampling with attention to place the research allegedly influence on water quality of the river Ci Lutung. As for the sample area that is taken 3 waste water samples such as river water upstream part is Ci Slaughterhouse animals waste water of the river downstream part is ci Slaughterhouse animals da outlet from Slaughterhouse animals . The results showed that the impact of waste disposal Slaughterhouse animals (towards River Ci Lutung Villages in Kecamatan Bantarujeg Cikidang Majalengka Regency resulted in water quality of the river being polluted with evidenced by the results of the laboratory parameters of water discharge exceeds the value of the raw waste water quality required by Government legislation. The result of the presence of such impact then to deal with the impact that happened i.e. the existence of concern from the Government and society so that the owners of the slaughterhouse animals are aware of the impact of the cuts, the IPAL (installation of wastewater treatment) and waste sewer jugaaperbaikan. The impact of waste disposal waste Slaughterhouse animals in expected can be resolved and do not interfere with the terhdap environment in particular water pollution, disturb public health and also reduces the value of aesthetics or beauty that, annoying mayarakat surrounding Villages Cikidang Kecamatan Bantarujeg Majalengka Regency. Keywords : Slaughterhouse animals (RPH), waste and water quality
PENDAHULUAN Perkembangan jumlah penduduk dunia sangat berhubungan dengan perkembangan peradaban manusia dalam hal berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik maupun sosial. Perkembangan peradaban manusia itu dimulai ketika manusia mulai menggunakan alat untuk menanggulangi masalah kehidupannya, zaman ketika manusia mulai mengembangkan usaha pertanian menetap sehingga mengubah penghidupan pemburuan dan
zaman ketika mulainya era industrialisasi yang ditandai dengan tumbuhnya pusat-pusat industri disuatu wilayah dan terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisional. Tumbuhnya pusat-pusat industri di suatu wilayah ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk sehingga permintaan untuk pembangunanpun meningkat sebagai bentuk usaha untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat. Dampak pembangunan ini akan menjadi masalah karena dampak yang ditimbulkan dari pembangunan biasanya bersifat luas daripada yang menjadi sasaraan pembangunan yang direncanakan. Secara umum, dampak pembangunan diartikan sebagai
perubahan yang tidak
direncanakan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan. Untuk melihat bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi perlu adanya bahan bandingan sebagai acuan. Manusia akan terus berpikir dan berinovasi untuk mengahasilkan sesuatu sesuai yang diinginkan (Soemarwotto, 2009: 38) Begitu halnya dengan pembangunan di Indonesia kini sedang ditingkatkan, melaksanakan pembangunan demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur melalui proses industrialisasi. Industri yang salah akan berdampak pada kerusakan lingkungan dibalik kesuksesan Indonesia
dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan seperti peningkatan suhu udara salah satunya. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri yang beraneka ragam sudah barang tentu akan semakin bernaeka ragam pula hasil buangan limbah industri. Dengan adanya air limbah industri ini mau tidak mau akan mengotori sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Kotornya sumberdaya alam ini akan menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan serta degradasi kualitas air khususnya. Bagi manusia air merupakan sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan baik itu dalam hal pemenuhan air domestik, industri, perikanan maupun pertanian. Bukan hanya masalah kuantitas air saja namun kualitasnya juga mesti diperhatikan. Persediaan air bersih di Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka jika dilihat dari segi kuantitas masih tercukupi mengalami masalah hanya ada satu RT saja yang sedikit kekurangan air yaitu RT 10 RW 6 pada musim kemarau hampir 90% penduduk RT 10 RW6 memanfaatkan air Sungai Ci Lutung untuk kebutuhan air domestik untuk sumber air minum,mandi dan mencuci. Namun, disisi lain jika dilihat dari segi kualitas air mungkin kondisi kualitas air Sungai Ci Lutung perlu diteliti atau uji kelayakan. Hal ini dikarenakan banyak sekali zat pencemar yang dibuang ke Sungai Ci Lutung tersebut diantaranya adalah sampah, limbah rumah potong hewan dan limbah padat dari pabrik aren. Keadaan seperti ini, tentunya menyebabkan tingginya kandungan zat padat yang tersuspensi dan terlarut sehingga airnya tampak terlihat keruh dengan warna coklat kekuning-kuningan. Air keruh akan menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan makrofit hal ini menyebabkan rendahnya kandungan oksigen terlarut. Keadaan tersebut mengganggu kehidupan biota air yang memerlukan oksigen terlebih lagi air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pemenuhan air domestik.
Kenyataan diatas, menarik peneliti untuk mempelajari dan meneliti hal penyebab pencemar air Sungai Ci Lutung adalah yang diakibatkan oleh limbah rumah potong hewan (RPH) yang seharusnya tidak melakukan pembuangan limbah tersebut ke sungai namun pada kenyataaannya yang terjadi di Kecamatan Bantarujeg limbah sisa rumah potong hewan ini dibuang sengaja ke sungai. Masalah pembuangan limbah industri rumah potong hewan atau RPH di Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka memerlukan penanganan yang terpadu antara pihak pemerintah, indutri rumah potong hewan atau RPH juga diperlukan teknologi penangan limbah rumah potong hewan atau RPH yang murah dan mudah dalam penanganannya agar limbah rumah potong hewan atau RPH tidak dibuang lagi ke sungai atau tempat-tempat yang semestinya tidak dijadikan pembuangan limbah rumah potong hewan atau RPH tersebut. PEMBAHASAN Daerah penelitian yaitu di Desa Cikidang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan luas wilayah 289,33 Ha. dan ketinggian rata-rata 200 meter dari permukaan laut. Jumlah Dusun di Desa Cikidang sebanyak 3 Dusun yaitu Dusun Cikidang, Dusun Cidomas dan Dusun Cigunung. Tiap dusun terbagi kedalam 10 Rukun Tetangga (RT) dan 6 Rukun Warga (RW). Untuk jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor sekitar 10 menit, jarak ke ibukota kabupaten dengan menggunakan kendaraan bermotor yaitu 1 jam dengan jarak 38km sedangkan jarak ke ibukota provinsi dengan menggunakan kendaraan bermotor yaitu 4 jam dengan jarak 116 km. Adapun batas wilayah Desa Cikidang yaitu: Sebelah Utara
: Desa Haurgelis
Sebelah Timur
: Desa Cinambo
Sebelah Selatan
: Desa Wadowetan
Sebelah Barat
: Desa Gununglarang
Warna tanah di Desa Cikidang sebagian besar yaitu berwarna kuning dengan tekstur tanah lempungan dengan kemiringan tanah 35 0. Secara kebencanaan Desa Cikidang merupakan daerah yang rawan erosi yaitu: Luas tanah erosi ringan
: 36 Ha
Luas tanah erosi sedang
: 24 Ha
Luas tanah erosi berat
:18 Ha
Luas tanah yang tidak tererosi
: 210 Ha
Kondisi geologis Desa Cikidang Kecamataan Bantarujeg Kabupaten Majalengka masuk kedalam zona Bogor. Lebar zona bogor lebih kurang 40 Km. letaknya langsung disebelah selatan dataran rendah Jakarta, berupa daerah berbukit-bukit. Zona ini dimulai dari jasinga di sebelah barat sampai Ci pamali di Bumiayu di Jawa Tengah. Daerah ini merupakan anticlinorium dari sedimen Neogin dengan banyak intrusi berupa volcanic neck, stock, dan lain-lain yang termasuk hypabysal, seperti yang terdapat pada kompleks Sanggabuana di sebelah barat Purwakarta. Bagian barat zona ini arahnya barat-timur, tetapi dibagian timurnya membelok kearah tenggara, jadi agak lengkung, mencembung kearah utara. Pada bagian timurnya terletak vulkan muda seperti kompleks Gunung Sunda disebelah utara Bandung (dengan puncaknya yang tertinggi adalah Bukit Tunggul, 2209 m), Tampoma daerah penelitian termasuk ke dalam zona Bogor. Zona Bogor sekarang terlihat berbukit-bukit rendah disebagian tempat sporadis terdapat bukitbukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi seperti Gunung Parang, Gunung Sanggabuana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan Gunung
Buligir sekitar Majalengka tepatnya di Desa Salawangi. Batas antara zona Bandung dan Zona Bogor adalah Gunung Ciremai di Kuningan-Majalengka dan Gunung Tampomas di Sumedang Penggunaan lahan di Desa Cikidang Kecamataan Bantarujeg Kabupaten Majalengka menurut data Profil Desa dan Kelurahan-BPMDPKB Kabupaten Majalengka sebagian berupa lahan persawahan luas 235,5 Ha (81,49) dan total luas lahan 289,33Ha. Sementara luas lahan permukiman hanya sekitar 34,5Ha atau sekitar 11,92%. Desa Cikidang Kecamataan Bantarujeg Kabupaten Majalengka merupakan desa dengan jumlah 1.104 KK. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata di Desa Cikidang Kecamataan Bantarujeg Kabupaten Majalengka 86 jiwa/km². Sebagian besar penduduk Desa Cikidang Kecamataan Bantarujeg Kabupaten Majalengka sebanyak 23,1% petani, sebanyak 14% adalah buruh tani, sebanyak 3% adalah PNS, sebanyak 7,4% adalah Pengrajin Industri Rumah Tangga, sebanyak 4,6% adalah pedagang, sebanyak 0,37% adalah montir, sebanyak 0,75% adalah Pembantu Rumah Tangga , sebanyak 0,7% adalah TNI dan POLRI, sebanyak 1,62% adalah pensiunan PNS/TNI/POLRI, sebanyak 5,4% adalah Pengusaha kecil dan menengah, sebanyak 0,05% adalah Dukun Kampung Terlatih, sebanyak 2,4% adalah Karyawan Perusahaan Swasta, sebanyak 0,63% adalah Karyawan Perusahaan Pemerintah, sebanyak 36% adalah orang Belum/Tidak bekerja. Objek penelitian disini ialah Rumah Potong Hewan (RPH) di Desa Cikidang Kecamataan Bantarujeg Kabupaten Majalengka yang limbahnya dibuang ke Sungai Ci Lutung. Sungai Ci Lutung di Desa Cikidang ini melewati 3 Dusun yaitu Dusun Cidomas, Dusun Cikidang dan Dusun Cigunung. Di ketiga dusun itu terdapat 3 Rumah Potong Hewan (RPH) yang letaknya berdekatan dengan Sungai Ci Lutung. Responden yang diwawancarai sebanyak 2 jenis responden yaitu responden pemilik Rumah Potong Hewan (RPH)
dan responden Kepala
Keluarga. Responden Kepala Keluarga (KK) sebanyak 31 orang dan responden pemilik Rumah
Potong Hewan (RPH) sebanyak 5orang. Responden Kepala Keluarga (KK) dilihat dari tingkat pendididkan dengan frekuensi terbanyak adalah pada tingkat SMA sebanyak 47%. Responden yang paling banyak yaitu dikelompok usia 25-29 dan 45-49 tahun masing-masing sebanyak 7 orang atau 22%. Sedangkan responden pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) dilihat dari tingkat pendididkan dengan frekuensi terbanyak adalah tingakt SLTP yaitu sebanayak 3 orang (60%). Responden yang paling banyak berdasarkan banyaknya tanggungan keluarga yaitu yang emnangung 1-3 sebanyak 3 orang (60%). Rumah Potong Hewan adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain tertentu yang digunakan sebgaai tempat memotong hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas. (Febrianur, 2012). Dari kegiatan Rumah Potong Hewan (RPH) mengeluarkan limbah baik itu limbah cair ataupun limbah padat. Limbah ini akan menyebabkan masalah bagi lingkungan terutama mengganggu kesehatan masyarakat, mengurangi nilai estetika lingkungan dan mengganggu kualitas air karena dari proses kegiatan Rumah Potong Hewan (RPH) limbahnya dibuang ke Sungai Ci Lutung. Jika dilihat secara kasat mata Sungai Ci Lutung sudah tercemar yaitu dilihat dari warna dan bau yang menyengat. Hal ini diperkuat dengann hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh peneliti dengan menguji 5 parameter air limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yaitu diantaranya BOD, COD, pH, Amoniak dan
TSS. Dari hasil ujia
laboratorium parameter air limbah Rumah Potong Hewan (RPH) ini ada yang melebihi nilai baku mutu air limbah yang dipersyatakan sesuai dnegan Permen Lingkungan Hidup No.5 tentang baku mutu air. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengelolaan limbah ini sangatlah penting agar terciptanya keseimbangan lingkungan dan tidak terjadinya pencemaran yang menimbulkan maslah bagi lingkungan.
PENUTUP Dari uraian diatas dapat dibuktikan bahwa hipotesis penulis sesuai dengan kondisi dilapangan yang mana daripada pembuangan limbah ke Sungai Ci Lutung ini masih menggunkan alat sederhana dan seadanya. Hal ini menyebabkan belum adanya penanganan limbah dan pengelolaan limbah dengan baik dan benar. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya pembuatanan saluran pembuangan limbah dan belum adanya IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) karena penampungan hanya menggunkan drum-drum besar tanpa diolah dan dibairkan setelah itu langsung dialirkan ke sungai, sudah adanya kepedulian dari pemerintah yaitu dengan cara pembuatan peraturan tentang pembuangan limbah, namun belum adnya kesadaran atau kepedulian dari pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) dengan alasan tidak tahu cara mengolah
dan mahalnya biaya pengolahan, sedangkan dari pihak masyarakat yaitu sudah adanya kepedulian dengan cara protes ke pemilik Rumah Potong Hewan (RPH) karena mereka merasa terganggun terhadapa limbha yang di buag ke Sungai Ci Lutung karena air Sungai Ci Lutung tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan domestik yaitu minum, mencuci, dan mandi. Hipotesis selanjutnya yaitu terkait dampak yang ditimbulkan dari pembungan limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang dibuang ke Sungai Ci Lutung adalah berhubungan dengan nilai estetika suatu lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat dan menurunnya kualitas air Sungai Ci Lutung jika dilihat secara fisik dan uji laboratorium dengan 5 parameter air limbah Rumah Potong Hewan (RPH).
DAFTAR PUSTAKA A.
LITERATUR Arsyad, Sitanala. (2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Febrianur, Samti. (2013). Dampak Rumah Potong Ayam terhadap Lingkungan di Kelurahan Sambongjaya Kecamatan Mangkubuni Kota Tasikmalaya. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Gafur, Abdul. (2012). Desain Pembelajaran: Komsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: OMBAK. Indarto. (2012). Hidrologi Dasar Teori Dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jember: Bumi Aksara. Hermanto Desy Rosdiana, (2014). Pola Pembuangan Limbah Domestik Cair di Keluruahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.. Skripsi. Program Studi Pedidikan Geografi FKIP Universitas Silaiwangi. Tasikmalaya.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: ANDI Mulyo, Agung. (2009). Pengantar Ilmu kebuman Pengetahuan Geologi untuk Pemula. Bandung: CV. Pustaka Setia. Safi’i, l. (1999). Cintailah Lingkungan Hidupku. Bandung. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia. Sumarmi. (2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: aditya Media Publishing. Tim Penyusun. (2014). Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Universitas Siliwangi: Tasikmalaya. Tisnasomantri, Akub. (1998). Dasar-dasar Geomorfologi Umum. Bandung: IKIP Bandung Press.
B.
Peraturan Perundang-undangan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Baku Mutu Air Permukaan
C.
Hasil Penelitian Febrinur. Shamti (2012). Dampak RPA terhadap Lingkungan di Kelurahan Sambongjaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Skripsi FKIP Geografi UNSIL: Tidak diterbitkan. Gani, Abdul. (2014). Dampak Pembuangan Limbah Peternakan Ayam Terhadapa Pencemaran Air Sungai Ci Dahu Di Desa Banyurasa Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi FKIP Geografi UNSIL: Tidak diterbitkan. Heryanti, Andini Gina. (2015). Dampak Home Industry Potong Ayam terhadap Kualitas Air Permukaan di Desa Rancapaku Kecamatan Padakembang Kebupaten Tasikmalaya. Skripsi FKIP Geografi UNSIL: Tidak diterbitkan.