ANALISIS BIAYA RATA-RATA RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP KELAS I DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN PINRANG
OLEH KARTIKA YUSUF A 311 05 093
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
ANALISIS BIAYA RATA-RATA RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP KELAS I DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN PINRANG
Oleh :
KARTIKA YUSUF A 311 05 093
Skripsi Sarjana Lenkap Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar
Makassar, 10 September 2012
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak NIP. 19660220199412 2 001
Pembimbing II
Drs. M. Achyar Ibrahim, M,Si, Ak NIP. 19601225199203 1 007
ABSTRAK
KARTIKA YUSUF, A 311 05 093, Analisis Biaya Rata-Rata Rumah Sakit terhadap Pasien Rawat Inap Kelas I dan Kaitannya dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang, dibimbing oleh Dra. Hj Sri Sundari, M.Si, Ak (Pembimbing I) dan Drs. M. Achyar Ibrahim, M.Si, Ak. Kata Kunci : Biaya Rata-Rata, Biaya Tetap, Biaya Variabel, dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan / menghitung biaya ratarata yang dikeluarkan rumah sakit pada pasien rawat inap kelas I berdasarkan metode variable costing dengan tarif yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah daerah. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tarif yang dikenakan rumah sakit diatur oleh pemerintah daerah dimana tarif tersebut dimaksudkan agar pasien dapat menjangkau tarif yang diberlakukan sedangkan di satu sisi manajemen rumah sakit mengeluarkan tarif operasional. Rumah sakit sendiri dalam memberikan pelayanan berdasar pada Standar Pelayanan Minimal. Objek penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Lasinrang yang berlokasi di kabupaten Pinrang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data dilakukan dengan mengolah data primer yakni data mengenai semua biaya-biaya operasional rumah sakit yang terjadi pada periode sebelumnya, kemudian diolah berdasarkan pendekatan teoritis, yakni dengan membagi biaya-biaya tersebut berdasarkan perilakunya ke dalam kategori biaya tetap dan variabel. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa hasil dari perhitungan biaya rata-rata rumah sakit umum perpasien adalah sebesar Rp. 158.403,31,-, sedangkan tarif yang diberlakukan rumah sakit sesuai dengan peraturan daerah kabupaten Pinrang sebesar Rp. 100.000,-.
iv
ABSTRACT
KARTIKA YUSUF, A311 05 093, The average cost analysis of hospital to inpatiens of class 1 and it is relation to minimun service standard at Lasinrang General Hospital of Pinrang District , under the guidance of as Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak Primary Advisors and Drs. M. Achyar Ibrahim, M.Si, Ak as Supervising Member. Key words: Average Cost, Fix Cost, Variabel Cost, This research aim to compare and count average cost incurred by hospital for first class patients based on variable costing method with tariff desided by regency goverment. This is very important regarding that the cost is decided by the goverment to keep the cost in payable level for the patients, while in the other side hospital management pays operational cost. Object of this research is General Hospital Lasinrang which is located in Pinrang Regency. In this research, writer uses descriptive quantitative writing methode. Data analysis is conducted by anlyzing primary data which is all of operational cost paid by hospital in previous period, which then analyzed by teoritocal approach, that is deviding those costs according to it iss behaviour into two categories: fix cost and variable cost. Based on anlysis result on the data, we can conclude that average cost paid by hospital for one patient is p. 158.403,31,-, while tariff set by the hospital based on the Pinrang Regency’s goverment rule is Rp. 100.000,-.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah, dan izinNyalah penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Biaya Rata-Rata Rumah Sakit Terhadap Pasien Rawat Inap Kelas I dan Kaitannya Terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang”. Serta salawat dan taslim penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi dan Rasul terakhir yang telah menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga penulis, terkhusus kedua orang tua penulis Ayahanda H. Muh. Yusuf Saide, BA dan Ibunda Hj. Hikmat Syam yang senantiasa mendoakan yang terbaik untuk penulis, yang kasih sayangnya sepanjang masa, tak pernah pudar sedikit pun meski penulis sebagai seorang anak telah banyak mengecewakannya. Bagi penulis, begitu bersyukur dan bangga memiliki orang tua seperti kalian, orang tua terbaik di dunia. Dan betapa penulis bersyukur dilahirkan sebagai anak kalian. Begitu besar dukungan moril dan materi yang telah kalian berikan kepada ananda. Atas semua itu terima kasih seluas samudera yang tak terhingga penulis ucapkan kepada ibunda dan ayahanda. Kedua kakak penulis, dr. Yenni Yusuf yang tidak henti-hentinya memotivasi penulis untuk bisa menyelesaikan strata 1 penulis, yang saat ini berada di negeri Kanguru menangis bahagia mendengar kelulusan penulis, maaf mengecewakan kk dengan kuliah selama ini. Mukarramah Yusuf B.Sc M.Sc yang sejak masih di Jepang sampai balik ke Indonesia senantiasa menelpon penulis, mengingatkan dan begitu mendukung dalam proses penyembuhan penulis yang sempat sakit serta telah mentrasnsletkan abstrak skripsi ini dalam lima menit ( saatnya penulis berkata wow). Adik satu-satunya Nur Inayah Yusuf, ST yang begitu penulis cintai dan ingin lindungi, telah memberikan bantuan waktu dan tenaga untuk penulis serta memberikan begitu banyak ide, masukan, bahkan membantu dalam proses pengetikan. Penulis begitu bangga memiliki kalian, meski sulit penulis akan berusaha menyusul langkah kalian yang telah jauh kedepan. Kedua kakak ipar penulis, Hartono, S.Pd, S.Si, M.Biotech dan Akbar Alwi SKM, M.Ph atas dukungan morilnya dan printnya, serta ponakan satu-satunya, Harun Altsaqif, yang telah memberi warna lain dalam keluarga penulis. Semoga kita semua senantiasa di ridhoi Allah SWT. Selain dari keluarga penulis, ada begitu banyak orang yang berperan dalam kehidupan dan perkuliahan penulis, yang telah membantu penulis sampai ketahap penulisan skripsi ini, memberikan bantuan dan spirit sehingga penulisan skripsi ini dapat terselasaikan. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada : vi
1. Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE, M.Si selaku Pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 2. DR. Darwis Said, SE, M.Si, Ak selaku Wakil Dekan I, Drs A. Baso Siswadarma, M.Si selaku Wakil Dekan II dan Dr. Ria Mardiana Yusuf, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. 3. DR. H. Abdul Hamid Habbe, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. 3. Dra Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak selaku pembimbing I penulis, yang telah menerima penulis sebagai anak bimbingannya dan telah membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi dan ujian penulis, terima kasih untuk waktu yang ibu berikan serta saran-saran dan kesabaran dalam mengarahkan penulis hingga terselasaikannya skripsi ini. 4. Dr. Achyar Ibrahim, M.Si, Ak selaku pembimbing II penulis, terima kasih untuk nasehat dan kesabarannya menjadi pembimbing penulis selama tiga tahun. 5. Ibu Darmawati, SE, M.Si, Ak selaku penasehat akademik penulis. Terima kasih untuk bantuannya selama ini terkhusus ketika penulis mengalami kesulitan dengan judul sebelumnya dan pergantian pembimbing. 6. Drs. H. Harryanto, M.Com, Dra. Aini, Indrijawati, M.Si, Ak, dan Drs. Syamsuddin, M.Si, Ak selaku penguji penulis. Terima kasih telah memberikan kritikan untuk perbaikan skripsi dan pertanyaan yang menambah wawasan penulis serta bantuan selama ujian komprehensif penulis. Terkhusus Pak Syam yang telah memberikan nasehat untuk membantu kesembuhan penulis. 7. Drg. Hj. SITI HASNAH SYAM, MARS selaku direktur Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. Muh. Assidiq, SKM.M.Kes selaku bagian pengembangan SDM beserta seluruh staf RSU Lasinrang yang membantu penulis mendapatkan data yang di butuhkan serta kesediaannya untuk penulis wawancarai terkhusus k Ammi atas waktunya dan kesediaannya untuk direpotkan oleh penulis. 7. Drs. Syahrir, M.Si, Ak, Dra Nurleni, M.Si, Ak yang pernah menjadi pembimbing penulis. Maaf penulis telah mengecewakan kalian. Seluruh dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis terkhusus Pak Drs Agus Bandang, M.Si Ak yang senantiasa memotivasi penulis. Tata usaha dan karyawan yang telah memberi dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi hingga berubah nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 8. K Satoko Kanno dengan emailnya dari Tokyo Jepang, Terima kasih telah jadi kk buat penulis dan selalu ngasih motivasi. Demikian pula dengan Ibu Umeki. Semoga penulis bisa ke Tokyo lagi bertemu kalian :D.
vii
9. Teman-teman di Akuntansi spesial untuk Ema dengan judulnya, Nami yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu skripsi sejak judul terdahulu dan membaca berulang-ulang, Jeny yang menjadi tempat penulis belajar kompre. Masih ingat tidak kenakalan kita di semester semestar awal waktu melarikan diri dari kegiatan??? Diana akan nasehatnya dari jauh, Lisa yang rumahnya jadi basecamp penulis, Vira, Ifa, k Melati, Jabal, Yusri, Serdy serta teman teman po5tink yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Makasih untuk persahabatannya selama ini. Terkhusus saudariku Iswanti yang telah membantu merevisi proposal dan skrpsi penulis menjadi sesuai dengan yang diinginkan penguji penulis. Tanpamu penulis belum bisa wisuda sekarang. 10. Anak-anak Genk_ IGO, Yayuk untuk telponnya tiap minggu sejak di Bandung, Jakarta, bahkan ketika hijrah ke Sengkang tidak pernah menyerah mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi meski penulis tidak mau lagi angkat telponnya (Maaf ya zay...pdhl niatmu sgt baik). Uphe dengan “perreng2nya” dlm logat bugis yang kental. Ummi dgn keyakinnya penulis bisa menyelesaikannya dan menjadi tempat teduh untuk penulis. Mira, Ulfa, Wahyu sdh menjadi tmn curhat selama ini. Makasih untuk telinganya sist. Semoga kita semua kelak menjadi orang sukses. Terima kasih untuk persahabatan yang indah 10 tahun ini. Kebersamaan dalam suka maupun duka. 11. Anak-anak Surabaya dan Malang tempat penulis melarikan diri ketika sakit. Kk Arul, K Adhy, Yuni, Itha, k Chullank, Tuim, dan k Ifha. Makasih untuk tumpangan dan bantuannya. 12. Kk IKA SMUDAMA, k Ippank “Makasih selalu bantu Tika untuk memperbaiki komputer Tika yg slalu rusak, “selamat y k’ buat pernikahannya semoga jadi keluarga SAMARA”, k Keple’ “Masternya akuntansi, “makasih untuk dukungannya k’”,k Yudhi, k Muna, dan k Fidel “makasih untuk perjalannya ke Tator di tengah persiapan ujian proposal Tika, benar2 refresing otak” serta kk2 dan ad2 SMUDAMA yang telah memberikan persaudaraan 13.Teman-teman seperjuangan penghuni terakhir Akuntansi 05, Flor “Tika yakin kamu bisa”, Restmen, Ilho “semoga BKnya berjalan lancar, Ari, dan terkhusus Acil yang bersedia jadi ojeknya penulis. Semuanya SEMANGAT!!! Siapa yang jadi bakal penghuni terakhir po5tink beneran??? Penulis nunggu lanjutan ceritanya. 14. Teman-teman di rumah baca Philosophia terkhusus k Illank dan Ale’. Terima kasih basecampnya jadi tempat penulis mengeluh tentang kuliah dan skrpsi penulis. Cowok berkacamata alias Harpot yg bantu saat penulis bingung akan footnotenya. 15. Kamar penulis yang jadi saksi bisu perjuangan penulis dalam menyelsaikan penulisan skripsi ini, Conan, Naruto, One Piece yang jadi pelarian penulis di saat jenuh dgn tugas dan skripsi serta sederet novel terutama trilogi Laskar Pelangi. Andrea Hirata begitu menginspirasi penulis. 16. Kuda besi penulis, sejak masih 5580 US hingga menjadi 4670 VP dari aturan kepolisian, yang telah setia menemani penulis dalam mengurus segala
viii
sesuatunya. Dengan segala kesibukan penulis, membayangkan hidup tanpa kuda besi penulis.
penulis
tidak
bisa
17. Spesial untuk Jaejong oppa, Yoochun oppa, Junsu oppa. Lagu-lagu kalian senantiasa menemani penulis dalam penulisan skripsi dan kisah hidup kalian sangat menginspirasi penulis. Teruslah berkarya walau hadangan merintang. FIGHTING !!!! Berhasinya penyusunan skripsi ini menandai berakhirnya suatu dimensi perjuangan yang penuh dengan makna dan kenangan dalam menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin dan selanjutnya akan menjadi titik awal bagi penulis untuk dapat berbuat yang terbaik bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Mengutip quotes Andera Hirata “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” Maka penulis belajar untuk bermimpi dan berusaha untuk menggapai mimpi dengan kerja keras dan usaha serta menjauh dari cara hidup let it flow yang membuat penulis tidak mau keluar dalam zona nyaman.. Demikian juga harapan penulis kiranya siapa pun yang membaca skripsi ini berani untuk bermimpi dan berusaha menggapainya. “Tak ada gading yang tak retak” demikian juga dengan skripsi ini. Dengan ketidaksempurnaan penulis, penulis sangat menghargai kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bernilai ibadah di sisi Allah SWT serta memberikan manfaat kepada kita semua. Amien Waalaikumsalam WR.WB Makassar, 10 September 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul Lembar Pengesahan Pembimbing.......................................................................................i Lembar Pengesahan Tim Penguji........................................................................................ii Abstrak...............................................................................................................................iii Abstract..............................................................................................................................iv Kata Pengantar...................................................................................................................v Daftar Isi............................................................................................................................ x Daftar Gambar.............................................................................................................................xii Daftar Tabel......................................................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3
1.4
Latar Belakang.......................................................................................................1 Rumusan Masalah.................................................................................................3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian..........................................................................................4 1.3.2 Manfaat Penelitian......................................................................................4 Sistematika Penulisan............................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................................4 2.1
Pengertian dan Klasifikasi Biaya..................................................................6
2.1.2 Pengertian Biaya.......................................................................................... .6 2.1.2 Klasifikasi Biaya...........................................................................................8 2.2 Biaya dan Hubungannya dengan Volume....... 2.3 Pembebanan Biaya............................................................................................ 2.4 Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variabel Costing.............. 2.4.1 Perbandingan Metode full Costing dengan Metode Variabel Costing ditinjau dari sudut Penetuan HPP....................................................................................14 2.4.2 Perbedaan Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing ditinjau dari sudut penyajian Laporan Rugi Laba................................................................................15 2.5 Manfaat dan Kelemahan Variabel Costing.........................................................16 2.5.1 Manfaat Variabel Costing..........................................................................16 2.5.2 Kelemahan Penentuan Variabel Costing....................................................17 2.6 TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
x
2.6.1 2.6.2 2.6.3 2.6.4 2.6.5 2.6.6 2.6.7 2.7 Indikator
Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit...................................................19 Landasan Hukum Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit..................21 Tujuan Standar Pelayanan Minimal........................................................25 Kerangka Konseptual Penyusunan SPM..................................................25 Pengertian dan Ruang Lingkup................................................................26 Hak dan Kewajiban Rumah Sakit dalam pelaksanaan SPM.....................27 Metodologi Penyusunan SPM.................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan objek penelitian......................................................................................40 3.2 Metode Pengumpulan Data........................................................................................40 3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................................................41 3.4 Metode Analisis...........................................................................................................41
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah singkat tentang Rumah Sakit Umum Lasinrang Kab Pinrang..........................42 4.2 Struktur Organisasi RSU Lasinrang Kab Pinrang..........................................................43 4.3 Struktur Organisasi RSU Lasinrang Pinrang.................................................................45 4.5 Visi Misi RSU Lasinrang Kab Pinrang............................................................................49 4.6 Indikator Penilaian Pelayanan RS Lasinrang Kab Pinrang............................................52
BAB V PEMBAHASAN 5.1 5.2 5.3
Pengklasifikasian Biaya Rumah sakit..........................................................56 Identifikasi Biaya Rata-Rata PerPasien, biaya overhead dan Variabel.......54 Perhitungan Biaya Rata-Rata......................................................................62
BAB VI KSIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.....................................................................................................61 6.2 Saran..............................................................................................................61 LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
2.6.5 Pengaruh dan Ruang Lingkup 2.6.5.1 Hubungan SPM kewenangan wajib bidang kesehatan, SPM Rumah sakit dan Standard Operating Procedure.......................................................................27 2.6.7 Metodologi Penyusunan 2.6.7.1 Pelayanan Rawat Inap...............................................................................30 2.6.7.2 Jalur Pelayanan Rawat Inap ..................................................................... 31 2.6.7.3 Pelayanan Ambulance .............................................................................. 31 2.6.7.4 Rekam Medik..........................................................................................32
xii
DAFTAR TABEL
Pelayanan Rawat Inap Tabel 1 Standar Input Pelayanan Rawat Inap.................................................37 Tabel 2 Standar Input Dokter Penanggung Jawab Pasien Rawat Inap.37 Tabel 3 Standar Input Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap.................38 Tabel 4 Standar Input Jam Visite Dokter Spesialis...................................38 Tabel 5 Standar Input Kejadian Infeksi Pasca Operasi............................39
Sarana
dan
Prasarana
Rumah
Sakit
Umum
Lasinrang
Pinrang
Tabel 6 Sarana Fisik RSU Lasinrang per Desember 31.....................................45 Tabel 7
Data
ketenagakerjaan
RSU
Lasinrang
per
Desember
Tahun
2011.....................................................................................................................47
Pengakumulasian Biaya Tabel 1 Daftar Unsur-Unsur Biaya RSU Lasinrang Kab Pinrang Tahun 2010 ....................................................................................................................58 Tabel 2 Biaya Operasional Rawat Inap Kelas I RSU Lasinrang Kab Pinrang ....................................................................................................................59 Tabel 3 Penggolongan Biaya Overhead..........................................
xiii
61
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, dewasa ini semakin banyak bermunculan penyakit yang bisa menyebabkan terganggunya kesehatan. Di satu sisi, aktivitas manusia yang semakin padat menuntut kondisi fisik yang prima. Oleh karena itu, orang semakin menyadari arti pentingnya kesehatan, disinilah peran sentral rumah sakit sebagai salah satu fasilitas kesehatan seperti yang dipaparkan oleh WHO (World Health Organization) bahwa rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Arti pentingnya rumah sakit juga diatur dalam UU RI No. 44 Tahun 2009 dimana disebutkan bahwa
rumah
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit tidak hanya berfungsi untuk memberikan pelayanan medis tetapi juga menyelenggarakan kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan penunjang medis dan nonmedis, pelayanan kesehatan kemasyarakatan, rujukan, pendidikan, penelitian, pengembangan, administrasi umum dan keuangan. Rumah sakit milik pemerintah, yang lebih dikenal sebagai Rumah Sakit Umum, mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan
1
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Untuk mencapai misi tersebut, rumah sakit perlu menyediakan berbagai macam fasilitas seperti alat-alat kesehatan yang modern, tenaga ahli, kamar rawat inap pasien yang higienis, makanan yang bergizi, obat-obatan, dan barbagai fasilitas penunjang lainnya. Bentuk pelayanan optimal rumah sakit dapat ditentukan melalui indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM bidang kesehatan telah diatur dalam format standar SPM memuat 3 materi pokok yaitu, rincian kewenangan, jenis pelayanan, dan indikator pencapaian atau penyelesaian dan aktivitas pelayanan kesehatan yang dilakukan. Standar pelayanan minimal kesehatan merupakan standar pelayanan publik untuk menjamin minimum pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh masyarakat dari Pemerintah, salah satunya lewat Rumah Sakit Umum Daerah. Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit menetapkan suatu tarif tertentu. Besar tarif biasanya akan berbanding lurus dengan tingkat pelayanan yang diberikan. Tarif rumah sakit sendiri telah ditetapkan oleh pemerintah yang tertuang dalam SK Menteri Kesehatan atau Peraturan Daerah. Adanya otonomi daerah memberikan wewenang bagi pemerintah daerah untuk menetapkan standar rumah sakit umum di daerah tersebut. Penggunaan akuntansi sektor publik diperlukan untuk mengetahui tarif yang seharusnya diberikan kepada masyarakat
atas
jasa
yang
mereka
terima
sehingga
dapat
menutupi
pengeluaran. Rumah sakit mempunyai beberapa sumber pendapatan. Dan pendapatan terbesar rumah sakit berasal dari pelayanan rawat inapnya.
2
Bila ditinjau dari tahun ke tahun, pendapatan Rumah Sakit Umum (RSU) Lasinrang Kabupaten Pinrang mengalami peningkatan, dimana tarif yang digunakan tetap sama yaitu tarif yang berdasarkan Perda No.32 Tahun 2008. Melihat kecenderungan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pola tarif pelayanan rumah sakit sudah tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang, dimana harga kebutuhan alat dan bahan kesehatan serta bahan-bahan untuk kebutuhan operasional rumah sakit terus meningkat sementara tarif pelayanan tetap menggunakan tarif berdasarkan Perda No.32 Tahun 2008. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit perlu diadakan penyesuaian tarif pelayanan rumah sakit yang rasional berdasarkan hasil perhitungan unit cost rumah sakit. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Analisis Biaya Rata-Rata Rumah Sakit terhadap Pasien Rawat Inap Kelas I dan Kaitannya dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan pokok yang penulis teliti adalah: Berapakah seharusnya tarif yang dibebankan pada pasien rawat inap kelas I berdasarkan biaya rata-rata berdasarkan variabel costing Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang bila dikaitkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)?
3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan / menghitung biaya rata-rata yang dikeluarkan rumah sakit pada pasien rawat inap kelas I berdasarkan metode variable costing dengan tarif yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah daerah. 1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
Pihak Rumah Sakit (Internal), sebagai bahan informasi bagi manajemen rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah perbaikan mengenai penentuan tarifnya. a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk membandingkan hubungan antara teori yang diperoleh selama kuliah dengan konteks realita yang
ada.
Sekaligus
sebagai
bahan
masukan
untuk
menambah
pengetahuan peneliti tentang bidang ilmu yang dikaji. b. Bagi Pihak Eksternal lain yang berkepentingan, sebagai media pustaka dan sarana acuan pihak yang berkepentingan dengan masalah yang diteliti serta dapat menjadi bahan perbandingan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
4
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini digunakan sistematika penulisan yang terdiri dari enam bab, yaitu: BAB I
: Pendahuluan Merupakan bab yang memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.
BAB II : Landasan Teori Merupakan bab yang memaparkan kerangka teori penulisan skripsi, yang menguraikan beberapa konsep dasar sebagai landasan teori yang diperlukan sehubungan dengan pembahasan masalah. BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini berisi lokasi dan daerah penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, serta metode analisis. BAB IV : Gambaran Umum Perusahaan Menguraikan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur dan fungsi organisasi perusahaan. BAB V : Pembahasan Bab ini berisi analisis dan pembahasan data yang telah diperoleh sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan pada bab I. BAB VI : Kesimpulan dan Saran Merupakan bab yang berisi kesimpulan atas hasil pembahasan serta saran-saran. DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN-LAMPIRAN.
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, nonbisnis, manufaktur, eceran, dan jasa. Umumnya, macam biaya yang terjadi dan cara klasifikasi biaya tergantung pada tipe organisasi. Biaya merupakan faktor kunci dalam keputusan penentuan harga. Karena itu informasi biaya yang akurat sangat penting. Berikut di kemukakan beberapa pendapat dari para ahli untuk memberikan gambaran mengenai pengertian biaya. Mulyadi (2005:8) mengemukakan biaya dalam arti luas, yaitu: “Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2000:38) bahwa: “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi. Menurut Helmy (1990:15) dalam PAI dinyatakan bahwa “Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa”. Pada pengertian lain tentang biaya atau cost ini dinyatakan “Pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa yang mempunyai manfaat bagi perusahaan lebih dari satu periode operasi dan sebaliknya”. 6
Menurut Suwadjono (2000:45) biaya sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha. Menurut Sofyan (2002:59) biaya menurut Committee on Terminology adalah semua biaya yang telah dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan. APB mendefinisikan biaya sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari laba yang dilakukan perusahaan. FASB mendefinisikan expense sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Selanjutnya menurut Hongren, Foster, dan Datar (2000:28):“Cost as resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective”. Istilah cost acapkali digunakan dalam arti yang sama dengan istilah expense. Untuk dapat membedakan secara jelas antara cost dan expense untuk menghindari kekeliruan yang sering terjadi, maka dikemukakan
dalam SAK (2000), yaitu
menggunakan istilah biaya sebagai padanan cost dan istilah beban sebagai padanan expense. Cost adalah pengorbanan sumber daya ekonomi tertentu untuk memperoleh sumber ekonomi lainnya. Sedangkan expense adalah pengorbanan sumber daya ekonomi untuk memperoleh penghasilan (revenue). Definisi di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa cost merupakan sejumlah nilai yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa, dimana pengorbanan tersebut diukur dengan berkurangnya harta atau bertambahnya kewajiban pada saat perolehan. Expense didefinisikan sebagai harga pokok yang memberikan manfaat ketika manfaat itu digunakan. Dengan
7
kata lain, cost yang telah memberikan manfaat dicatat sebagai expense dan dicantumkan dalam laporan rugi-laba, sedangkan cost yang akan memberikan manfaat di masa akan datang dicatat sebagai aktiva (asset) dan dicantumkan dalam neraca. Jelaslah bahwa antara cost dan expense memiliki perbedaan yang mendasar ditinjau dari segi manfaat yang akan diterima pada masa yang akan datang. Oleh karena itu manajemen perusahaan harus mengerti dan memahami secara tepat perbedaan antara kedua istilah tersebut, sebab bila mana manajemen
tidak
mampu
membedakannya,
maka
akan
mempengaruhi
manajemen dalam membuat perencanaan dan pengendalian.
2.1.2 Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya yang tepat merupakan hakekat bagi manajemen untuk mengumpulkan dan menggunakan informasinya dengan cara selektif mungkin. Menurut Polimeni dan Fanbozi (1991:13), biaya diklasifikasikan sebagai berikut : a. Unsur Produk Unsur biaya suatu produk, atau komponen yang utuh terdiri dari bahanbahan, buruh langsung dan biaya overhead pabrik. Penggolongan ini menyediakan manajemen dengan keperluan informasi untuk mengukur suatu pendapatan dan menetapkan harga suatu produk. Adapun unsur produk di kelompokkan sebagai berikut: 1. Bahan-bahan Ini merupakan unsur yang penting yang dipakai di dalam produksi untuk dirubah menjadi barang jadi dengan penambahan upah langsung dan
8
biaya overhead. Harga pokok dari bahan ini dibagi ke dalam bahan baku dan bahan penolong. 2. Bahan baku Semua bahan yang dapat di kenal dan produksi produk jadi yang dapat dengan
mudah
ditelusuri
kepada
produk
jadi
tersebut
dan
mencerminkan bagian harga pokok utama di dalam memproduksi produk jadi tersebut. 3. Bahan penolong Semua bahan yang melekat di dalam produksi suatu produk selain dari bahan baku (bahan langsung). 4. Upah buruh Buruh merupakan usaha mental dan fisik yang dicurahkan di dalam produksi suatu produk. Biaya upah buruh dibagi ke dalam upah langsung dan upah tak langsung. -
Upah buruh langsung Semua upah buruh yang secara langsung berkaitan dengan produksi barang jadi, yang dapat dengan mudah ditelusuri ke produknya,
dan
merupakan
biaya
buruh
utama
di
dalam
memproduksi suatu produk. -
Upah tak langsung.
Semua upah yang terlibat di dalam memproduksi suatu produk yang bukan merupakan buruh langsung b. Hubungannya dengan produksi Biaya dapat dikelompokkan sesuai dengan hubungannya dengan produksi. Penggolongan ini sangat erat sekali dengan unsur biaya dari suatu produk (bahan-bahan, upah buruh dan biaya overhead pabrik) dan tujuan
9
pengawasan. Dua kategori yang didasarkan atas hubungannya dengan produksi adalah biaya utama dan biaya konversi.. Biaya Utama (Prima Cost). Biaya utama adalah biaya yang terdiri dari bahan baku dan upah langsung yang berhubungan dengan produksi. 1. Biaya Konversi. Biaya konversi adalah biaya yang berkaitan dengan pengolahan bahan-bahan ke dalam produk jadi. c. Hubungannya dengan volume Biaya akan berubah-ubah sejalan dengan perubahan volume produksi. Memahami perilakunya merupakan hal yang sangat penting bagi penyiapan anggaran dan analisa pelaksanaan. Menurut kategori ini, biaya dikelompokan sebagia berikut 1. Biaya variabel. Adalah biaya di mana total biaya cenderung berubah sesuai dengan perubahan volume atau hasil. 2. Biaya tetap. Adalah biaya di mana total biaya relatif tetap sampai dengan tingkat output tertentu. 3. Semi variabel. Biaya ini memiliki sifat tetap dan sifat variabel, karena itu biaya ini sering disebut sebagai biaya campuran (mixed cost) 4. Biaya penutupan. Biaya penutupan terdiri dari biaya tetap yang masih harus dibebankan meskipun tidak ada produksi.
10
d. Departemen di mana dilakukan pembebanan Suatu departemen adalah suatu divisi fungsi utama dari suatu bisnis. Penetapan biaya perdepartemen membantu manajemen mengawasi biaya overhead dan mengukur pendapatan. Berbagai departemen berikut ini dapat di jumpai di berbagai perusahaan industri. 1. Departemen Produksi. Departemen ini secara langsung berhubungan dengan produksi barang dan meliputi berbagai departemen yang terlibat untuk mengkonversi atau memproses barang. 2. Departemen Jasa. Departemen ini berhubungan secara tak langsung dengan produksi suatu barang. Fungsinya memberikan berbagai jasa untuk departemen lainnya. e. Bidang fungsi Biaya yang dikelompokkan menurut fungsi dikumpulkan sesuai dengan aktivitas yang dikerjakan. Semua biaya yang terjadi di perusahaan industri dibagi ke dalam biaya produksi, pemasaran, administrasi, serta keuangan. Dan didefinisikan sebagai berikut: 1. Biaya Produksi. Biaya ini berhubungan dengan produksi dari suatu barang. Biaya produksi terdiri dari jumlah biaya bahan baku, biaya upah langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya Pemasaran. Biaya yang berhubungan dengan pemasaran barang hasil produksi. Biaya pemasaran meliputi sewa kendaraan dan biaya supir.
11
3. Biaya Administrasi. Biaya yang dibebankan dalam rangka pembimbingan, pengawasan dan pelaksanaan kerja suatu perusahaan dan meliputi gaji yang dibayarkan kepada manajemen dan staf tata usaha. 4. Biaya Keuangan (Financial Cost). Biaya yang berhubungan untuk memperoleh dana untuk menjalankan perusahaan. f. Periode pembebanan terhadap pendapatan Cost dapat juga dikelompokkan berdasarkan kapan mereka dibebankan kepada
pendapatan.
Adakalanya
biaya
dicatat
pertama-tama
sebagai
harta/aktiva dan kemudian sebagai biaya sewaktu mereka dipakai atau habis waktunya. Pengelompokan harga perolehan ke dalam kategori yang berkaitan dengan periode mana mereka bermanfaat membantu manajemen di dalam pengukuran pendapatan di dalam membandingkan biaya terhadap penghasilan dalam periode yang wajar. Dua kategori yang digunakan adalah: 1. Biaya produk (Produk Cost). Biaya ini secara tidak langsung dapat diidentifikasikan dengan suatu produk, yang antara lain terdiri dari biaya bahan baku, upah langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak memberikan manfaat sampai produk itu dijual dan karena itu disimpan menurut tingkat penyelesaian dari produk tersebut. 2. Biaya Periode (Period Cost). Biaya yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu produk tidak diinvestarisasi. Bila harga perolehan atas dasar waktu mempunyai manfaat hanya satu periode, ia disebut pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) sebab ia secara langsung diperbandingkan terhadap pendapatan di dalam periode di mana harga perolehan itu di bebankan.
12
g. Biaya kesempatan Karena sumber kekayaan perusahaan sering terbatas, perencanaan yang tepat adalah sangat penting. Biaya dan manfaat diharapkan dari berbagai keputusan melibatkan investasi jangka panjang yang seharusnya di analisa secara hati-hati oleh manajemen. Manajemen sebaiknya memasukkan analisa biaya kesempatan untuk setiap keputusan. Biaya kesempatan (opportunity cost) didefinisikan sebagai nilai manfaat yang dapat diukur yang dapat diperoleh dengan memilih serangkaian tindakan alternatif.
2.2 Biaya dan Hubungannya dengan volume
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan dalam jumlah. Menurut Carter (2002:43) biaya dalam hubungannya dengan volume dibagi atas : -
Biaya Tetap Bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkat manajemen menengah atau manajemen eksekutif dibandingkan dengan supervisor operasi.
-
Biaya Variabel Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biasanya biaya variabel dapat dibebankan ke supervisor pada tingkat operasi tertentu. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
-
Biaya Semivariabel Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Misalnya, biaya listrik biasanya
13
adalah biaya semivariabel. Listrik yang digunakan untuk pencahayaan cenderung menjadi biaya tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa mempedulikan tingkat aktivitas, sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi bergantung pada penggunaan peralatan.
2.3 Pembebanan Biaya - Full Costing Menurut Samryn (2001:63), pendekatan full costing yang biasa juga disebut sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya diorganisir dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi, dan penjualan. - Variabel Costing Sedangkan variabel costing menurut Samryn (2001:64) adalah suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tdak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi, dan penjualan. Pendekatan ini juga dikenal dengan istilah direct costing approach.
2.4 Perbandingan metode Full costing Dengan Metode Variable Costing Metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Menurut Hilton (2008:257) perbedaan pokok yang ada di antara metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga produksi dan penyajian laporan rugi laba.
14
2.4.1 Perbedaan Metode Full costing dengan Metode Variabel Costing Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produksi Hilton (2008:257) memberikan definisi dan perbedaan penentuan harga pokok produksi melalui metode full costing maupun variabel costing. Full costing atau sering pula disebut abssorption atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dalam metode full costing, biaya overhead dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan pada kapasitas normal atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variable saja ke dalam harga pokok produk, metode ini dikenal dengan nama direct costing. Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah direct cost (biaya langsung), langsung atau tidak langsungnya suatu biaya tergantung erat tidaknya hubungan biaya dengan obyek penentuan biaya. 2.4.2 Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Rugi Laba Menururt Hilton (2008:261), ditinjau dari penyajian laporan rugi laba, perbedaan pokok antara metode variable costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi laba tersebut. Laporan rugi laba yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost classification). Dalam laporan rugi laba variable costing tersebut biaya tetap disajikan satu kelompok tersendiri yang harus ditutup dari laba kontribusi yang diperoleh
15
perusahaan, sebelum timbul laba bersih. Dengan demikian semua biaya tetap dalam satu kelompok tersendiri dalam laporan rugi laba.
2.5 Manfaat dan Kelemahan Metode Penentuan Variable Costing
2.5.1 Manfaat Variable Costing Dengan menyajikan informasi biaya yang dikelompokkan sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan perusahaan, Menurut Hilton (2008:263) manfaat laporan keuangan yang disusun berdasarkan metode variable costing bagi manajemen : 1.
Perencanaan laba jangka pendek Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu metode variable costing yang menghasilkan laporan rugilaba yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. 2.
Pengendalian biaya Variable
costing
menyediakan
informasi
yang
lebih
baik
untuk
mengendalikan period cost dibanding informasi yang dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu
16
manajemen kehilangan perhatian terhadap period cost tertentu yang dapat dikendalikan. Di dalam variable costing, period cost yang terdiri dari biaya yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan rugilaba sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi yang lebih relevan, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka waktu pendek dapat dilakukan oleh manajemen. 3.
Pembuatan keputusan Penentuan harga pokok variabel dapat bermanfaat bagi manajemen dalam
menyajikan data relevan untuk pengambilan keputusan dalam jangka pendek. Biaya tetap dalam jangka pendek jumlah totalnya tetap konstan, sedangkan biaya variabel akan terpengaruh oleh alternatif pengambilan keputusan. Oleh karena itu, umumnya dalam jangka pendek biaya variabel merupakan biaya relevan, kecuali beberapa jenis elemen biaya tetap yang dapat dihindarkan juga merupakan elemen biaya relevan.
2.5.2 Kelemahan Penentuan Variabel Costing Setelah diuraikan manfaat informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing, berikut ini diuraikan kelemahan-kelemahan metode tersebut: 1. Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap sebenarnya sulit dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel dan benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai suatu biaya variabel jika asumsi berikut ini dipenuhi:
17
a. Bahwa barang atau jasa tidak berubah. b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah. c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi. Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer produksi, pemasaran, dan keuangan. b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya biaya depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang. 2. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing. Menurut pendukung full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing, harus dibebankan sebagai biaya produksi. Metode variable costing memang lebih ditujukan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan internal perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke dalam full costing. 3. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variable costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam periodeperiode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal.
18
4. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan. 2.6 Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit dan Kaitannya Dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2.6.1 Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan
secara
merata
dengan
mengutamakan
upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilakukan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit menurut Sabarguna (2003:13) adalah: “Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka, dan untuk mereka yang mau melahirkan. Bisa juga di samping itu menyediakan atau tidak menyediakan pelayanan atas dasar berobat jalan kepada pasienpasien yang bisa langsung pulang”. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Departemen Kesehatan (1978), yaitu suatu kompleks atau ruangan yang dipergunakan untuk menampung orang sakit dan atau bersalin atau kamar-kamar untuk orang sakit yang berada dalam satu perumahan khusus, seperti rumah sakit bersalin, rumah sakit khusus, dan rumah sakit lembaga masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu kompleks atau rumah atau ruang untuk menampung orang sakit atau bersalin yang memberikan
19
pelayanan berobat jalan, rawat inap, dengan fasilitas diagnostik dan terapi yang lengkap. Dilihat dari bidang kegiatannya, rumah sakit bergerak di bidang jasa yaitu jasa pelayanan medik. Menurut Sabarguna (2003:19), bahwa: “Fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita melalui pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bersifat spesialistik dan subspesialistik”. Pelayanan medik yang dilakukan oleh rumah sakit mendapatkan imbalan, baik dari masyarakat pemakai jasa rumah sakit maupun melalui pihak ketiga yaitu asuransi, askes, atau perusahaan penjamin lainnya. Rumah sakit pemerintah dapat berupa rumah sakit milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah terdiri dari rumah sakit umum, rumah sakit khusus yang meliputi rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit tuberkulosa, paru-paru, rumah sakit bersalin dan lain-lain. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit dari pelayanan dasar sampai subspesialistik menurut kemampuannya. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang padat karya, padat modal dan padat teknologi maupun waktu. Padat karya karena rumah sakit bergerak di bidang jasa yang melibatkan banyak tenaga kerja, yaitu di bidang medik, paramedik perawatan, paramedik non perawatan, dan tenaga non medis. Padat modal dan teknologi karena rumah sakit yang baik haruslah didukung dengan investasi yang besar dalam mencukupi pengadaan fasilitas pelayanan seperti gedung, peralatan kedokteran yang canggih, obat-obatan, tenaga dokter ahli, serta fasilitas penunjang lainnya (kendaraan, peralatan kantor, dan lainnya). Sedangkan
padat
waktu
dikarenakan
rumah
sakit
dalam
memberikan
pelayanannya berlangsung selama 24 jam sehari dan tidak mengenal hari libur.
20
Sedangkan pengertian rawat inap menurut Departemen Kesehatan (1978), yaitu: “Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik, dan atau pelayanan medik lainnya”. Pelayanan rawat inap merupakan sumber utama pendapatan operasional pengendalian manajemen rumah sakit. Oleh karena itu semakin besar rumah sakit maka semakin kompleks permasalahan biayanya, maka diperlukan pengelolaan
yang
baik
agar
tidak
terjadi
kesalahan-kesalahan
dalam
pembebanan biaya perawatan yang akan mempengaruhi kepuasan pasien dan pada akhirnya membuat citra buruk rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
2.6.2 Landasan Hukum Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang
berhak
memperoleh
pelayanan
kesehatan,
kemudian
dalam
pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah
sakit
sebagai
salah
satu
fasilitas
pelayanan
kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam
mendukung
penyelenggaraan
upaya
kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain.
21
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran yang berkembang sangat pesat dan perlu diikuti oleh standar, membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang penyusunan Standar Pelayanan Minimal BAB 1 ayat (6) menyatakan Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara minimal. Ayat (7) Indikator SPM adalah tolak ukur untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil, dan atau manfaat pelayanan. Ayat (8) Pelayanan dasar adalah jenis jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan. Dalam penjelasan
pasal 39 ayat (2)
PP RI No 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan pencapaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah. Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan
dan
pertanggung-jawaban
penyelenggaraan
standar
pelayanan minimal. Sedangkan tujuan dari standar pelayanan minimal ini adalah
22
untuk menyamakan pemahaman tentang definisi operasional, indikator kinerja, ukuran dan satuan, rujukan, target nasional untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, cara perhitungan/ rumus/ pembilang dan penyebut/ standar/ satuan pencapaian kinerja dan sumber data. Adapun prinsip penyusunan dan penetapan dari SPM yaitu: a. Konsensus. Berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait. b. Sederhana. SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan dipahami. c. Nyata. SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu, dan persyaratan atau prosedur teknis. d. Terukur. Seluruh indikator dan standar di dalam SPM dapat diukur baik kualitatif maupun kuantitatif. e. Terbuka SPM dapat diakses oleh seluruh warga lapisan masyarakat. f.
Terjangkau. SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan dana yang tersedia.
g. Akuntabel SPM dapat dipertanggunggugatkan kepada publik. h. Bertahap. SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM.
23
Landasan hukum Standar Pelayanan Minimal : 1. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah 2. UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 4. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2006 Tentang Pengolahan Keuangan Daerah. 5. Peraturan Pemerintah No 65 tanggal 28 Desember 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum. 6. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis tentang Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal. 8. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 228/Menkes/Sk/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimun Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah. 9. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 10. SK Menteri Kesehatan No 340 Tahun 2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit. 11. Pedoman Selenggara RS 2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit. 12. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No 139 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Penerapan
Standar
Pelayanan
Provinsi Sulawesi Selatan.
24
Minimal
Rumah
Sakit
di
2.6.3 Tujuan Standar Pelayanan Minimal Sebagai instrumen pengendalian rumah sakit, maka Standar Pelayanan Minimum menjadi hal wajib dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan yang ada, dengan tujuan: a. Menjamin hak masyarakat untuk menerima setiap jenis layanan yang disediakan rumah sakit dengan mutu tertentu yang dilakukan masingmasing unit pelayanan. b. Menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan dalam menyediakan suatu layanan ssesuai klasifikasi rumah sakit, sehingga SPM dapat menjadi dasar penentuan kebutuhan pembiayaan dalam mengusulkan anggaran kepada Panitia Anggaran Daerah dan DPRD. c. Menentukan usulan perimbangan keuangan dan/atau bantuan lain fungsi pelayanan kesehatan yang lebih adil dan transparan dari pemerintah pusat atau pihak lain. d. Meningkatkan
akuntabilitas
rumah
sakit
terhadap
masyarakat.
Sebaliknya, masyarakat dapat mengukur sejauh mana rumah sakit dapat memenuhi kewajibannya dalam menyediakan pelayanan. e. Memperjelas tugas pokok rumah sakit dan mendorong terwujudnya checks and balances yng efektif. f.
Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pelayanan rumah sakit.
2.6.4 Kerangka Konseptual Penyusunan Standar Pelayanan Minimum
Kepuasan pasien atas pelayanan rumah sakit terletak pada bagaimana rumah sakit mampu mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik pasien yang
25
dilayani. Kebutuhan dan karakteristik yang telah diidentifikasi tersebut digunakan untuk merencanakan dan merancang suatu produk layanan yang dibutuhkan ke dalam suatu proses yang memenuhi standar-standar teknis dan mutu produk layanan. Standar teknis tersebut dibuat berdasarkan kaidah-kaidah profesi medis yang telah diakui secara nasional dan atau internasional dan diukur pencapaian kinerjanya dengan indikator-indikator keberhasilan. RSUD Pinrang adalah Rumah Sakit Type C yang pembentukannya melalui
proses
identifikasi
kondisi
masyarakat
sebagai
pengguna.
Dengan demikian segala aktivitas yang dilakukan rumah sakit memiliki ruang lingkup sesuai karakteristik type yang dimilikinya. Keberadaan standar peralatan, sumber daya manusia, dan bangunan rumah sakit merupakan titik awal untuk menentukan kemampuan yang dapat dilakukan rumah sakit dalam melaksanakan pelayanannya. Standar tersebut akan dijadikan dasar dalam penetapan standar cakupan minimum layanan yang seharusnya mampu disediakan rumah sakit untuk mencapai mutu layanan yang diinginkan. Sesuai
kerangka
konseptual
input-output
model
maka
standar
penyediaan sumber daya tersebut merupakan unsur input dari pelayanan manajemen rumah sakit untuk mendukung proses layanan baik medis, penunjang medis, maupun keperawatan sebagai core bisnis rumah sakit.
2.6.5 Pengertian dan Ruang Lingkup
Sebagai suatu sub sistem pelayanan kesehatan, target grup pelayanan kesehatan rumah sakit adalah jumlah pasien yang memanfaatkan rumah sakit, pemenuhan SPM terbatas pada cakupan mutu layanan tertentu atas sejumlah masyarakat yang menggunakan jasa layanan rumah sakit.
26
Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yg minimum harus diselenggarakan rumah sakit. SPM sebagai standar kinerja pelayanan atas pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) pada setiap jenis layanan. Gambar 2.6.5.1 Hubungan SPM Kewenangan Wajib Bidang Kesehatan, SPM rumah sakit dan Standard Operating Procedure
Target Grup : Standar kinerja pelayanan dengan ruang lingkup populasi masyarakat di suatu wilayah atas pelayanan kesehatan dasar dan esensial yang disediakan pemerintah
SPM Kewenangan Wajib Bidang Kesehatan
Target Grup : Standar kinerja pelayanan dengan ruang lingkup masyarakat/pasien yang menggunakan jasa layanan yang disediakan rumah sakit
SPM Rumah Sakit
Digunakan sebagai pedoman langkah-langkah kerja pelaksanaan pelayanan yang wajib dipatuhi seluruh petugas pelayanan
Standar Operating Procedure (SOP)
Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011.
2.6.6 Hak dan Kewajiban Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum Standar Pelayanan Minimum berisikan indikator-indikator mulai dari penyediaan sumber daya, cakupan layanan dan mutu layanan, yang digunakan
27
sebagai alat ukur keberhasilan. Bagi rumah sakit, penetapan dan pencapaian indikator-indikator SPM tersebut adalah hak untuk : 1. Rumah sakit berhak membuat peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakit sesuai dengan kondisi atau keadaan yang ada di rumah sakit tersebut (hospital by laws). 2. Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan rumah sakit. 3. Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya. 4. Rumah sakit berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit melalui panitia kredensial. 5. Rumah sakit berhak menuntu pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dan lain-lain). 6. Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum. Sedangkan kewajiban rumah sakit adalah : 1. Rumah sakit wajib mematuhi perundangan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. 2. Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan suku, ras, agama, seks, dan status sosial pasien. 3. Rumah sakit wajib merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (duty of care). 4. Rumah sakit wajib menjaga mutu perawatan dengan tidak membedakan kelas perawatan (quality of care). 5. Rumah sakit wajib memberikan pertolongan pengobatan di unit UGD tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu.
28
6. Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan perawatan umum yang dibutuhkan. 7. Rumah
sakit
wajib
menyediakan
sarana
dan
peralatan
medik
(medical equipment) sesuai dengan standar yang berlaku. 8. Rumah sakit wajib menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai (ready for use). 9. Rumah sakit wajib merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan, dan tenaga yang diperlukan. 10. Rumah sakit wajib mengusahakan adanya sistem, sarana, dan prasarana pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana. 11. Rumah sakit wajib melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapat perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum dari pasien atau keluarganya. 12. Rumah sakit wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut. 13. Rumah sakit wajib membuat standar dan prosedur tetap baik untuk pelayanan medik, penunjang medik, dan non medik.
2.6.7 Metodologi Penyusunan SPM
Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang Pinrang disusun dengan memanfaatkan dokumen-dokumen yang tersedia, pengamatan, wawancara dan menyebarkan formulir-formulir pengumpulan data yang dilakukan oleh tim yang dibentuk dengan surat tugas. Tim tersebut terdiri
29
dari seluruh komponen yang memiliki kompetensi pelayanan yang dimiliki rumah sakit. Seluruh isi materi SPM telah ditelaah dan dibahas secara transparan dengan menggunakan kaidah-kaidah profesi medis serta melalui persetujuan unit layanan yang ditandatangani masing-masing kepala unit, kepala instalasi, dokter penanggung jawab bagian, dan diketahui Direktur RSU Lasinrang Pinrang, sehingga isi dari dokumen SPM tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab seluruh komponen rumah sakit.
Gambar 2.6.5.2 Pelayanan Rawat Inap
PERAWATAN INTERNA
IGD
PERAWATAN BEDAH I
PERAWATAN BEDAH II
TP2RI
POLI PERAWATAN ANAK
PERAWATAN KIA
Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011
30
Gambar 2.6.5.3 Jalur Pelayanan Rawat Inap
Instalasi Gawat Darurat
TP2RI
RAWAT INAP
Poliklinik
PULANG
RUJUK
PINDAH PERAWATAN
Sumber : Standar Pelayanan Minimum RSU Lasinrang Pinrang, 2011
Gambar 2.6.5.4 Pelayanan Ambulance
Pengguna Ambulance
AMBULANCE 118
PENYELESAIAN ADMINISTRASI
PASIEN DIANTAR SESUAI TUJUAN
Sumber : Standar Pelayanan Minimum RSU Lasinrang Pinrang
31
Gambar 2.6.5.5 Rekam Medik
Mulai Rawat Inap
Rawat Jalan
Menerima Formulir Sensus Harian Entry Data Rekam Medik Menerima RM dari Ruangan /Polik Mengevaluasi Rekam Medik
Melengkapi Rekam Medik
Ketepatan dan Kelengkapan
Teguran
Tidak
Ya
Assembling Coding Indeks Pencatatan Dalam Buku Register Penyerahan RM Penyimpanan dan Pengambilan RM Ya
Perumusan Pelaporan
Tidak Pelayanan Medisolegal
Selesai
Sumber : Standar Pelayanan Minimum RSU Lasinrang Pinrang, 2011 32
2.7.
Indikator Standar Pelayanan Minimum Standar Pelayanan Minimal RSUD bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk dapat memberikan layanan paripurna. 2. Memberikan
pemberdayaan
sumber
daya
manusia
untuk
dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana RSUD agar dapat memberikan peningkatan pelayanan kesehatan. Standar
Pelayanan
Minimal
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Kabupaten Pinrang adalah standar pelayanan berdasarkan kewenangan yang telah diserahkan, yang harus dilaksanakan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pinrang dalam penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai instrument pembinaan dan pengawasan pemerintah Kabupaten Pinrang kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pinrang. Standar
pelayanan
berisikan
indikator-indikator
kinerja
yang
penetapannya harus memenuhi empat kriteria sebagai berikut : 1. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai. Dengan demikian, indikator memiliki target pencapaian yang realistis dan dapat dicapai sesuai dengan kemampuan minimum yang dimiliki rumah sakit sesuai dengan kelasnya. 2. Dapat dipercaya (reliable), yaitu didasarkan pada data yang akurat dan didokumentasikan sesuai dengan sistem informasi yang memadai. 3. Sensitif,
yaitu
cukup
peka
terhadap
kebutuhan
pengendalian
dan
pengambilan keputusan perencanaan. 4. Spesifik, yaitu memiliki tujuan tertentu sehingga dapat menunjukkan obyek penilaian yang jelas pada pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi.
33
Setiap indikator ditetapkan standar minimum pencapaiannya. Standar minimum adalah suatu kondisi minimum yang mampu dicapai RSUD Pinrang dalam kurun waktu tertentu. Standar Pelayanan Rumah Sakit Daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Indikator adalah merupakan variabel ukuran atau tolak ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu untuk mengukur kinerja rumah sakit. Ada beberapa indikator, yaitu: a. Input, yang dapat mengukur bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan
pelayanan
misalnya
jumlah
dokter,
kelengkapan
alat,
prosedur tetap, dan lain-lain. b. Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan pelayanan, ketetapan pelayanan, pelayanan yang ramah, dan lain-lain. c. Output, yang dapat menjadi tolak ukur hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan lingkungan. d. Outcome, yang dapat menjadi tolak ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan, misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain. e. Benefit, adalah tolak ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun penerima pelayanan atau pasien, misalnya biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.
34
f.
Impact, tolak ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka kematian ibu dan bayi yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan. Selanjutnya
indikator
tersebut
dijabarkan
menjadi
indikator
kinerja
berdasarkan jenis pelayanan, antara lain : gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, bedah sentral, KIA, ICU, radiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, gizi, UTDRS, rekam medik, pengelolaan limbah, administrasi dan manajemen, ambulance, pemulangan jenazah, IPSRS, laundry, dan PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).
Atas
kelompok-kelompok
pelayanan
tersebut,
ditetapkan
jenis
pelayanan yang merupakan area pengukuran, indikator kinerja sebagai tolak ukur penilaian, standar minimum yang mampu dicapai dan target pencapaian pada tahun dasar dan tahun pencapaiannya. Proyeksi pencapaian pada tahun dasar yang ditetapkan pada RSUD Pinrang didasarkan pada hasil pengukuran tahun 2011 sedangkan tahun pencapaian standar minimum ditetapkan pada tahun 2012 sampai 2016. A. JENIS PELAYANAN Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 14 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, maka klasifikasi Rumah Sakit Umum Type C berdasarkan jenis pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesilis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. 2. Kriteria,
fasilitas,
dan
kemampuan
Rumah
Sakit
Umum
Kelas
C
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan 35
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. 3. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana. 4. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. 5. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. 6. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan. 7. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. 8. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. 9. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen, dan Rekam Medik.
B. STANDAR INPUT Meskipun sumberdaya (input) yang digunakan untuk pelayanan cukup beragam namun dalam menetapkan standar minimum penyediaan sumberdaya pelayanan pada RSUD Pinrang dibatasi pada penyediaan tenaga pelayanan, peralatan medis, dan luasan bangunan. Pertimbangan pembatasan dikarenakan sumberdaya-sumberdaya tersebut adalah paling berpengaruh dalam operasi bisnis
RSU.
Meskipun
demikian,
tidak
menutup
kemungkinan
perlu
pengembangan lebih lanjut terhadap standar penyediaan sumberdaya tersebut
36
sesuai kebutuhan RS berdasarkan pertimbangan profesional. Adapun standar pelayanan rawat inap minimun untuk Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : PELAYANAN RAWAT INAP Tabel 1 Standar Input Pemberi Pelayanan Rawat Inap
Pemberi pelayanan rawat inap Kompetensi tekhnis Tersedianya pelayanan rawat inap oleh tenaga yang kompeten Definisi Operasional Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan tenaga perawat yang kompeten (minimal D3) Frekuensi Pengumpulan Data 6 bulan Periode Analisa 6 bulan Numerator Jumlah tenaga dokter dan perawat yang meberi pelayanan di ruang rawat inap yang sesuai dengan ketentuan Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang bertugas di rawat inap Sumber Data Kepegawaian Standar 100% Penanggung Jawab Pengumpulan Kepala Instalasi rawat inap Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011 Judul Dimensi Mutu Tujuan
Tabel 2 Standar Input Dokter Penanggung Jawab Pasien Rawat Inap
Judul Dimensi Mutu Tujuan
Definisi Operasional
Frekuensi Pengumpulan Data Periode Analisa
Dokter penanggung jawab pasien rawat inap Kompetensi teknis, kesinambungan pelayanan Tersedianya pelayanan rawat inap yang terkoordinasi untuk menjamin kesinambungan pelayanan Penanggung jawab rawat inap adalah dokter yang mengkoordinasikan kegiatan pelayanan rawat inap sesuai kebutuhan pasien 1 bulan 3 bulan
37
Numerator
Denominator
Jumlah pasien dalam satu bulan yang mempunyai dokter sebagai penanggung jawab Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan Rekam medik 100% Pengumpulan Kepala Instalasi rawat inap
Sumber Data Standar Penanggung Jawab Data Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011 Tabel 3 Standar Input Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap
Ketersediaan pelayanan rawat inap Akses Tersedianya pelayanan rawat inap yang minimal harus ada di rumah sakit Definisi Operasional Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit yang diberikan tirah baringdi rumah sakit. Untuk Rumah Sakit Khusus disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tsb. Frekuensi Pengumpulan Data 3 bulan Periode Analisa 3 bulan Numerator Jenis-jenis pelayanan rawat inap spesialistik yang ada (kualitatif) Denominator Tidak ada Sumber Data Register rawat inap Standar Minimal kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan dan bedah (kecuali Rumah Sakit Khusus disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tsb) Penanggung Jawab Pengumpulan Kepala Instalasi rawat inap Data Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011 Judul Dimensi Mutu Tujuan
Tabel 4 Standar Input Jam Visite Dokter Spesialis
Judul Dimensi Mutu Tujuan
Definisi Operasional
Jam visite dokter spesialis Akses, kesinambungan pelayanan Tergambarnya kepedulian tenaga medis terhadap ketepatan waktu pemberian pelayanan Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiap hari kerja sesuai
38
dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjasi tanggung jawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00 Frekuensi Pengumpulan Data 3 bulan Periode Analisa Tiap 3 bulan Numerator Jumlah visite dokter spesialis antara jam 08.00-14.00 yang disurvey Denominator Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang disurvey Sumber Data Survey Standar 100% Penanggung Jawab Pengumpulan Kepala Instalasi Rawat Inap/Komite Data Medik/Panitia Mutu Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011
Tabel 5 Standar Input Kejadian Infeksi Pasca Operasi
Kejadian infeksi pasca operasi Keselamatan, kenyamanan Tergambarnya pelaksanan operasi dan perawatan pasca operasi yang bersih sesuai standar Definisi Operasional Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit yang ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam Frekuensi Pengumpulan Data Tiap bulan Periode Analisa Tiap bulan Numerator Jumlah pasien yang mengalami infeksi paca operasi dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh pasien yang ada dalam satu bulan Sumber Data Rekam medis Standar ≤1,5% Penanggung Jawab Pengumpulan Ketua komite Medik/Komite Mutu/ Data Tim Mutu Sumber : Standar Pelayanan Minimal RSU Lasinrang Pinrang, 2011 Judul Dimensi Mutu Tujuan
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Objek Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, yang menjadi lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum yang terletak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Dan yang menjadi objeknya adalah pelayanan rawat inap kelas I di rumah sakit ini. 3.2 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 13. Penelitian Kepustakaan (library research), adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur, karya ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas. 14. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan perusahaan di lapangan kerja penelitian (Supardi, 2005:34). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data di lapangan sebagai berikut : a.
Pengamatan (observasi), yaitu teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya (Jogiyanto, 2004:89).
b.
Wawancara, yaitu metode untuk mendapatkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan guna mendapatkan data dan keterangan yang menunjang analisis dalam penelitian.
40
15. Dokumentasi, yaitu data dari dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan judul, baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun bersumber dari perpustakaan. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka seperti informasi biaya dan data-data yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. b) Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan seperti struktur organisasi, pembagian tugas, dan lain-lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari objek penelitian. Data jenis ini berasal dari observasi, wawancara dan konsultasi terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis berupa data keuangan serta data pendukung lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan ini. 3.4 Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif komparatif yaitu menggambarkan perhitungan harga pokok kamar rawat inap yang ada pada rumah sakit kemudian membandingkannya dengan perhitungan harga pokok yang dipaparkan oleh penulis dengan menggunakan variable costing. Hasil perhitungan dengan menggunakan variable costing kemudian dikaitkan dengan indikator-indikator yang ada dalam standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
41
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Singkat tentang RSU Lasinrang Pinrang Rumah sakit umum Lasinrang merupakan pelayanan kesehatan yang dibangun pada awal tahun 1960 yang terletak di jalan Lasinrang No. 26 Pinrang. Perubahan status kelas C berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor: 543/Menkes/SK/VI/1996 sejalan dengan meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan sedangkan sarana dan prasarana sudah tidak memungkinkan untuk dikembangkan maka pada tanggal 1 Agustus 1996 mulai dilaksanakan pembangunan di lokasi baru dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Pinrang H.A. Firdaus Amirullah Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang yang baru menempati luas tanah 3 ha. Yang terletak di Jalan Macan No. 22 di Kelurahan Macorawalie Kecamatan Watang Sawitto. Pembangunan rumah sakit dilaksanakan secara bertahap. Baru tahun 2001 – 2004 pembangunan rumah sakit sangat pesat berkat dukungan Pemerintah Daerah dalam hal ini Drs. H.A. Nawir MP, selaku Bupati Pinrang yang mempunyai perhatian besar terhadap pelayanan kesehatan khususnya di RSU Lasinrang Pinrang yang mana Direkturnya adalah Drg. HJ. SITI HASNAH SYAM, MARS. Peresmian secara simbolis bersama Kantor Bupati Pinrang oleh Bapak Gubernur H.Z.B. Palaguna yang mana operasionalnya mulai tanggal 1 Agustus 2002 Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang menempati bangunan 7.463.125 m2 dengan Fasilitas peralatan sudah lebih dari cukup.
42
Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang telah mendapat pengakuan (Terakreditasi)
dari Pusat dengan 5 Pokja Yaitu Pelayanan, Administrasi,
Perawatan, Unit gawat Darurat dan Rekam Medis. Adapun nilai yang diperoleh adalah sangat memuaskan. Dalam hal pelayanan rujukan kesehatan, Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang melayani rujukan dari 14 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pinrang, 2 Rumah Sakit Swasta dalam wilayah Kabupaten Pinrang, Serta RSU lasinrang juga menerima rujukan dari luar kab. Pinrang yang ada disekitar kab. Pinrang. Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang adalah Unit Pelaksana Teknis
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Pinrang
yang
secara
Teknis
Fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Teknis Operasional bertanggung jawab kepada Kepala Daerah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan upaya Pelayanan Kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan
yang
pelaksanaan
dilaksanakan
peningkatan
secara
Pelayanan
serasi
terpadu
Kesehatan
dalam
serta
rangka
pencegahan
penyakit dan melakukan upaya rujukan di wilayah Kabupaten Pinrang.
4.2 Struktur Organisasi RSU Lasinrang Pinrang Kepemimpinan Direktur RSU Lasinrang sejak tahun 1961 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Periode tahun 1961 – 1965
: P.S. TARUK ALLO
2. Periode tahun 1965 – 1971
: Dr. SUTANTYO
3. Periode tahun 1971 – 1975
: Dr. HABAR GARU
4. Periode tahun 1975 – 1979
: Dr. NASARUDDIN RITONGA
5. Periode tahun 1979 – 1984
: Dr. MURSAD ABDI
43
6. Periode tahun 1984 – 1989
: Dr. F.C.S. SOPACUA
7. Periode tahun 1989 – 1993
: Dr. DWI DJOKO PURNOMO, MPH.
8. Periode tahun 1993 – 1999
: Dr. ABDUL RAUF BAJA
9. Periode tahun 1999 – 2001
: Dr. DALLE MAKKARAKA
10. Periode tahun 2001 – 2008
: Dr. H. MAKBUL TAPA, MARS
11. Periode tahun 2008 – Sekarang
: Drg. Hj. SITI HASNAH SYAM, MARS
Struktur
Organisasi
Rumah
Sakit
Umum
Lasinrang
Pinrang
dibentuk berdasarkan PERDA No. 18 Tahun 2008 tentang Organisasi Di Tata Kerja Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Daerah Tk . II Pinrang. Adapun Uraian Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor PP 41 Tahun 2007 (Bagan terlampir) adalah : 1.
Direktur RSU Lasinrang
: Drg. Hj. Siti Hasnah Syam, MARS
2.
Ka. Bagian Kesekretaris
: H. Salman, SKM Ka. Sub. Bag. Kepegawaian :
Hairul, S.Sos Ka. Sub. Bag. Perlengkapan : Andarias Tasarane, S.Sos Ka. Sub. Bag. Keuangan
:
Haruna, S.Kep, M.Kes 3.
Ka. Bid. Perencanaan & Pengembangan : Dr. Syamsir Usman, MARS Sub. Informasi
Bidang
Program
&
: Mahyuddin, SKM S:
ub. Bid. Pengembangan SDM & Remunerasi
Muh.
Assidiq, SKM.M.K es
44
4.
Ka. Bid Pelayanan Medis
: Dr. H. Rifai Umar, MARS Sub.
Medis
Bid.
Pelayanan
: Hj. Zam Zam, SKM
Sub. Bid. Penunjang Medik & Non Medik : Sukarta, SKM, M.Kes 5.
Ka. Bid Keperawatan
: Sunarsih, S.Kep. NS Sub.
Asuhan Keperawatan
Bid.
Bimbingan
: A. Saridah, Bsc Sub. Bid. Logistik & SDM
Keperawatan
: Sahidah, SKM
4.3 Sarana dan Prasarana RSU Lasinrang Pinrang
Upaya Rumah Sakit Umum Lasinrang untuk meningkatkan mutu pelayanan ialah dengan melakukan peningkatan sarana dan prasarana RS. Sejak pindah ke Lokasi yang baru pada Bulan Agustus tahun 2002, RS memiliki kemajuan dalam peningkatan sarana dan prasarana, baik dalam hal desain bangunan, jumlah bangunan dan pengadaan alat-alat kedokteran yang canggih, serta penunjang lainnya baik bersifat medis maupun non medis.
Tabel 6 Sarana Fisik RSU Lasinrang Per Desember 2011
URAIAN Luas tanah Saran Air Bersih Listrik Pengelolaan limah padat Pengelolaan Limbah Cair Kendaraan Roda 4 1 Untuk Jenazah 2 Untuk Pasien 1 Untuk Operasional Telepon Komputer
45
KETERANGAN 30.006 M² PDAM dan sumur Bor PLN & Genzet Incenerator 1 Unit 4 Unit
3 Saluran Unit 7.463.125 M²
Bangunan Dengan Luas yg terdiri dari : 1. Kantor dan Apotik 2. Mushollah 3. Instalasi Gawat darurat 4. Poliklinik Spesialis 5. Laboratorium 6. Radiologi 7. Perawatan Bedah/Mata (Melati) 8. Perawatan Anak (Mawar) 9. Perawatan Obgyn (Asoka) 10. Kamar Bersalin 11. Perawatan Interna I (Cempaka I) 12. Perawatan Interna II (Cempaka II) 13. Perawatan VIP (Anggrek) 14. Perawatan VIP Room. 15. Intensiv Care Unit 16. Rekam Medis / Fisioterapi 17. Asrama Petugas Putri 18. Asrama Petugas Putra 19. Gedung Garasi 20. Rumah Dinas 21. Rumah Dokter 22. Dapur 23. Loundri 24. Gudang 25. MCK 26. Selasar 27. Kamar Mayat 28. Kantin 29. Ruang Tunggu Pasien
640 M² 70 M² 330 M² 324 M² 250 M² 300 M² 577,5 M² 420 M² 172,5 M² 172,5 M² 378 M² 325 M² 271,875 M² 231 M² 168 M² 245 M² 192 M² 124 M² 75 M² 70 M² 70 M² 195 M² 155 M² 40 M² 45 M² 1371.75 M² 40 M² 120 M² 90 M²
Sumber daya manusia Merupakan sesuatu yang sangat vital bagi Organisasi Rumah Sakit. Sumber Daya dikatakan baik bila memiliki kualitas, kuantitas, dan komitmen sejalan dengan tujuan dan fungsi Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum Lasinrang mermiliki sumber daya manusia yang dapat dibagi atas Tenaga Medis, Paramedis Perawatan, Paramedis Non Perawatan dan Tenaga Non Medis. Kondisi Sumber Daya Rumah Sakit Lasinrang, dapat kita lihat sesuai dengan tabel dibawah ini.
46
Tabel 7 Data Ketenagaan RSU Lasinrang Per Desember Tahun 2011
NO A.
B.
C.
JENIS TENAGA
KETENAGAAN
PNS/CPNS PTT/KONTRAK
TENAGA MEDIK Dokter Umum Dokter Ahli Bedah Dokter Ahli Penyakit Dalam Dokter Ahli Penyakit Anak Dokter Ahli Mata Dokter Ahli Kandungan Dokter Spesialis Radiologi Dokter Spesialis Patologi Klinik Dokter Gigi
12 1 2 1 1 1 1 1 3
JUMLAH
23
TENAGA PARAMEDIS KEPERAWATAN 9 S1 Keperawatan 15 D4 Kebidanan 83 DIII Keperawatan 19 DIII Kebidanan 2 DIII Keperawatan Anastesi 3 DIII Kesehatan Gigi 7 SPK 6 Bidan 2 SPRG JUMLAH 146 TENAGA PARAMEDIS NON KEPERAWATAN 2 S2 Kesehatan masyarakat 6 S1 Apoteker S1 Farmasi 8 S1 Kesehatan Masyarakat 2 S1 Gizi 8 DIII Fisiotherapi 6 DIII Radiologi 4 DIII Gizi 7 DIII Farmasi 3 DIII Elektro Medik 6 DIII Kesling 5 DIII Rekam Medik 4 DIII Analis Kesehatan 1 D1 Sanitarian 3
47
-
JUMLAH
12 1 2 1 1 1 1 1 3 23
1 46 9 1 -
10 15 129 28 2 3 8 6 2
57
203
5 5 -
2 6 5 13 2 8 6 4 7 3 6 5 4 1 3
D.
SMF SMAK
5
-
5
JUMLAH
70
10
80
TENAGA NON MEDIS S2 Sarjana Administrasi RS S1 Admministrasi S1 Ekonomi/Akuntansi S1 Komputer S1 Hukum SMA SMP SD Kebawah
3 6 2 2 1 20 3 1
2 3 1 21 -
3 8 5 3 1 41 3 1
JUMLAH
38
27
65
JUMLAH TOTAL
277
94
371
Dari Tabel diatas memberikan gambaran ketenagaan RSU Lasinrang Dari segi Jumlahnya sudah dapat dikatakan cukup dan merupakan kekuatan yang menjamin lancarnya pelayanan Rumah sakit, Baik pelayanan medis maupun Pelayanan administrasi. Jika dilihat dari jenis ketenagaan yang bila dikaitkan dengan kondisi pola penyakit sekarang, maka dapat dikatakan bahwa jenis ketenagaan masih sangat kurang. Hal ini sangat berkaitan dengan jenis pelayanan RSU Lasinrang yang hanya mampu memberikan pelayanan Spesialistik 4 paket dasar ditambah 1 paket tambahan spesialistik. Dalam perencanaan sumber daya manusia perbandingan jumlah jenis ketenagaan RS juga merupakan sesuatu yang vital agar tenaga yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan. Gambaran perbandingan jenis tenaga RSU Lasinrang dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
48
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Persentase perbandingan tenaga RSU Lasinrang per Desember 2011
4.4 Visi Misi RSU Lasinrang Pinrang Mekanisme Penyusunan Visi dan Misi dimulai dengan penyerapan nilai, harapan dan cita-cita Stakeholder. Pengumpulan dan penjaringan aspirasi dilakukan dengan metode Fokus Group Diskusion baik secara internal Rumah sakit maupun dengan pihak eksternal RS. Sehingga hasil rumusan Menjadi suatu Perumusan yang berlandaskan ilmiah dan terukur. Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Dengan mengacu pada batasan tersebut, visi Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang sebagai berikut
49
“Terkemuka Dalam Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah di Sulawesi Selatan”. Proses Penetapan Visi ini dilandasi oleh berbagai alasan yang sesuai dengan kebutuhan kondisi dari lingkungan eksternal dan internal, diantaranya mengandung makna, bahwa untuk menjadikan Rumah Sakit Umum Lasinrang terkemuka dan pelayanan yang berkualitas di Sulawesi Selatan. Rumusan Misi Rumah Sakit Umum Lasinrang berpedoman dengan alat ukur yaitu dengan berlandaskan 4 aspek pokok dari penilaian Balance Scord Card, Yakni dengan melihat Faktor : 1. Pertumbuhan dan pembelajaran 2. Proses Bisnis Internal 3. Kepuasan pelanggan 4. Pertumbuhan pendapatan Berdasarkan ke - 4 hal ini diatas maka Misi RSU Lasinrang dapat dirumuskan sebagai berikut : Melaksanakan Pelayanan Prima Sesuai Kebutuhan Pelanggan dan Standar Pelayanan Kesehatan Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Dan Latihan Berkelanjutan Melaksanakan Proses Kegiatan Secara Efektif dan Efisien yang Didukung oleh Sarana dan Prasarana yang Memadai
Motto RSU Lasinrang “ Kepuasan Anda adalah Harapan Kami”
Nilai RSU Lasinrang
“ Bekerja keras, Jujur, Profesional, Teamwork”
50
4.5 Pelayanan RSU Lasinrang Pinrang Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah sakit kelas C dan pusat rujukan penanganan spesialistik dalam wilayah kabupaten Pinrang dan sekitarnya, maka Rumah Sakit Umum Lasinrang dengan kemampuan sarana dan prasarana serta dukungan sumber daya manusia yang dimiliki memberikan pelayanan sebagai berikut: A.
Pelayanan Rawat Jalan, terdiri dari : - Poliklinik Penyakit Dalam - Polioklinik Penyakit Anak - Poliklinik Kebidanan dan Kandungan - Poliklinik Bedah Umum - Poliklinik Penyakit Mata - Poliklinik Gigi dan Mulut - Poliklinik Umum - Poliklinik Gizi - Poliklinik Infeksi Paru - Poliklinik THT - Poliklinik HIV AIDS
B.
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)
C.
Pelayanan Gawat Darurat, Yang didukung dengan dokter jaga 24 jam.
D. E.
Pelayanan Kamar Jenazah Pelayanan Rawat Inap, yang terdiri dari : - Rawat Inap Interna - Rawat Inap Bedah - Rawat Inap Mata
51
- Rawat Inap Anak - Rawat Inap Obstetri dam Ginekologi - Intensive Care Unit - VIP & VIP Room F.
Pelayanan Kamar Operasi (OKB) - Bedah Umum - Kebidanan & Perinatologi - Mata
G.
Pelayanan Penunjang Medis - Pelayanan Laboratorium - Pelayanan Radiologi - Pelayananan Fisioterapi. - Pelayanan Farmasi. - Pelayanan Gizi. - Pelayanan Ambulance / Mobil Jenazah
H.
Pelayanan Administrasi dan Keuangan -
Pendaftaran Pasien Rawat Inap
-
Loket Pembayaran
4.6 Indikator Penilaian Pelayanan Rumah Sakit
Menurut Direktorat Jenderal pelayanan Medik DEPKES RI pada buku informasi RS Tahun 1998 bahwa untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan di RS biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu : -
Tingkat pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan
52
-
Mutu Pelayanan
-
Tingkat efesiensi pelayanan
Untuk itu diperlukan indikator-indikator yang antara lain sebagai berikut : A.
Bed Occupancy Rate (BOR) Yaitu Prosentase pemakaian Tempat Tidur pada suatu satuan waktu tertenru. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur suatu Rumas Sakit. Jumlah Hari Perawatan RS Rumus
=
x 100 % Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu 36539
=
x 100 % 158 x 365
=
63,36%
Nilai Parameter Dari BOR idealnya adalah 60 – 85 % B.
Average Lenght Of Stay (Av LOS) Yaitu Rata – Rata lama rawat seorang pasien Indikator ini dissampinh memberikan gambarab tingkat efesiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan trcer (perlu pengamatan lebih lanjut) Jumlah lama Perawatan Rumah Sakit Rumus
= Jumlah Pasien Keluar (H+M) 28008 = 9280 =
3 hari
Ideal dari LOS adalah 6 – 9 hari 53
C.
Bed Turn Over (BTO) Yaitu frekuensi pemakaian TT, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu Tempat tidur di Rumah Sakit terpakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efesiensi daripada pemakaian tempat tidur. Jumlah pasien Keluar (H+M) Rumus
= Jumlah Tempat Tidur 9280 = 158 =
59 kali
Ideal BTO selama 1 tahun adalah 40 – 50 Kali D.
Turn Over Interval (TOI) Yaitu Rata – Rata, tempat tidur tidak ditempati saat terisi berikutnya, indikator ini juga memberikan gambaran tentang tingkat efesiensi dari pada penggunaan tempat tidur. Jumlah (TT x Hari) - JHP Rumus
= Jumlah pasien Keluar (H+M) 158 x 365 - 36539 = 9280 =
2 hari
Ideal Tempat Tidur Kosong adalah 1 – 3 Hari
54
E.
Gross Death Rate (GDR) Yaitu angka kematian umum untuk tiap – tiap 1000 penderita keluar Jumlah Pasien mati seluruhnya Rumus
= Jumlah pasien Keluar (H+M) 315 = 9280 =
1 orang
Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar F.
Net Death Rate Yaitu Angka Kematian lebih dari 48 jam setelah dirawat untuk tiap – tiap 1000 penderita keluar, indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah Pasien Mati lebih dari 48 jam dirawat Rumus = Jumlah pasien Keluar (H+M) 123 = 9280 =
1 orang
Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar.
55
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengakumulasian Biaya Unsur-unsur biaya dari kegiatan operasional pasien rawat inap kelas I Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang untuk selanjutnya dijadikan acuan dalam pengakumulasian biaya. Adapun periode data yang penulis gunakan adalah satu tahun 2010. Unsur-unsur biaya rawat inap kelas I Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang adalah : 1. Biaya Makan Pasien Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk makan dan minum pasien rawat inap 2. Biaya Laundry Biaya cucian untuk perlengkapan tempat tidur dan perlengkapan kamar lainnya seperti seprey, gorden, selimut dan lain-lain 3. Jasa Pelayanan Biaya yang dikeluarkan untuk jasa dokter dan para medis dalam melakukan tindakan terhadap pasien. 4. Biaya Rekam Medik Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit dalam memberikan pelayanan berupa dokumentasi hasil pemeriksan pasien. 5. Biaya Karcis Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit sebagai bagian dari proses pendaftaran pasien untuk memperoleh pelayanan medis. 6. Biaya Bahan medis habis pakai Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membeli bahan-bahan medis penunjang pelayanan kesehatan yang masa pakainya relatif singkat.
56
7. Biaya gaji petugas gizi Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membayar gaji kontrak petugas gizi. 8. Biaya gaji petugas kebersihan Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membayar upah harian petugas kebersihan. 9. Biaya Llstrik dan fasilitas dalam kamar perawatan Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membayar pemakaian listrik.
10. Biaya Air Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membayar pemakaian air.
11. Biaya Sarana (fasilitas kamar) Biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk membayar fasilitas dalam kamar rawat inap.
57
Tabel 1 Daftar Unsur-Unsur Biaya Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Tahun 2010
NO
NAMA BIAYA
TOTAL BIAYA
1
Biaya makan pasien
Rp 137.850.000,-
2
Biaya laundry
Rp 2.400.000,-
3
Jasa pelayanan
Rp 94.495.850,-
4
Biaya medis habis pakai
Rp .124.938.000,-
5
Biaya gaji petugas gizi
Rp. 16.229.200,-
6
Biaya gaji petugas kebersihan
Rp. 3.319.150.-
7
Biaya rekam medic
Rp.
7.517.300,-
8
Biaya karcis
Rp.
615.000,-
9
Biaya Listrik
Rp. 127.643.600,-
10
Biaya Air
Rp.1 25.500.000,-
11
Biaya Sarana
Rp. 4. 364.500,-
Total
Rp. 744.872.600,-
Sumber:RSU Lasinrang Kabupaten Pinrang, data diolah kembali
58
5.2. Identifikasi Biaya Rata-Rata Per Pasien, Biaya Overhead Tetap dan Variabel. Untuk menentukan biaya rata-rata rawat Inap kelas I RSU Lasinrang Kabupaten Pinrang dengan metode variabel costing, penulis terlebih dahulu menerapkan klasifikasi biaya dengan mengidentifikasi biaya tersebut apakah termasuk
biaya tetap atau biaya variabel
menurut
perilakunya dalam
hubungannya dengan penambahan volume kegiatan. Biaya rata-rata per pasien Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Biaya ini terdiri dari biaya tenaga keja langsung dan biaya overhead. Total biaya per pasien rawat inap kelas I Rumah Sakit Umum lasinrang Kabupaten Pinrang sebagai Berikut: Tabel 2 Biaya Operasional Rawat Inap Kelas I Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Tahun 2010
NO
NAMA BIAYA
JUMLAH
Biaya tenaga kerja langsung: Jasa Dokter & Perawat
Rp.94.495.850,-
Biaya Overhead: 1
Biaya makanan pasien
Rp. 137.850.000,-
59
2
Biaya Laundry
Rp. 2.400.000,-
3
Biaya bahan medis habis pakai
Rp.124.938.000,-
4
Biaya gaji petugas gizi
Rp.16.229.200,-
5
Biaya gaji petugas kebersihan
Rp. 3.319.150.-
6
Biaya rekam medic
Rp.
7.517.300.-
7
Biaya Karcis
Rp.
615.000.-
8
Biaya Listrik
Rp. 127.643.600,-
9
Biaya Air
Rp. 125.500.000,-
10
Biaya Sarana
Rp. 4.364.500,-
TOTAL
Rp. 644.872.600,-
Sumber: RSU Lasinrang Kabupaten Pinrang, data diolah kembali. Sedangkan penggolongan biaya overhead tetap dan overhead variabel dilakukan berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan penambahan volume kegiatan, apakah biaya overhead tersebut berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau tidak. Apabila biaya overhead tersebut berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan maka dikategori sebagai biaya variabel. Dan jika sebaliknya maka akan dikategorikan sebagai biaya overhead tetap
60
Tabel 3 Penggolongan Biaya Overhead
UNSUR BIAYA-
TOTAL BIAYA
BIAYA
Biaya makanan
BIAYA
BIAYA
OVERHEAD
OVERHEAD
TETAP
VARIABEL √
Rp. 137.850.000,-
pasien Biaya Laundry
Rp. 2.400.000,-
Biaya bahan medis
Rp.124.938.000,-
√ √
habis pakai √
Biaya gaji petugas gizi
Rp.16.229.200,√
Biaya gaji petugas kebersihan
Rp. 3.319.150.-
Biaya rekam medik
Rp.
7.517.300.-
√
Biaya Karcis
Rp.
615.000.-
√
Biaya Listrik
Rp. 127.643.600,-
√
Biaya Air
Rp. 125.500.000,-
√
Biaya Sarana
Rp. 4.364.500,-
Total
√ Rp 26.312.850
61
Rp 524.063.900
5.3. Perhitungan Biaya Rata-Rata. Karena penulis menggunakan variable costing maka biaya yang diperhitungkan ke dalam biaya rata-rata adalah semua biaya yang bersifat variabel. Dengan demikian harga biaya rata-rata menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya sebagai berikut: Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Laporan Biaya Rata-Rata Rawat Inap Kelas I Periode I Januari – 31 Desember 2010
Biaya Tenaga Kerja langsung : - Jasa Pelayanan : Dokter & perawat
Rp. 94.495.850,-
Biaya Overhead Variabel : - Biaya Makan Pasien
Rp. 228.995.500,-
- Biaya Bahan Medis Habis Pakai
Rp. 124.938.000,-
- Biaya Listrik
Rp. 127.643.600,-
- Biaya Air
Rp. 125.500.000,-
- Biaya Rekam Medik
Rp.
7.517.300,-
- Biaya Karcis
Rp.
615.000,Rp. 502.209.400,-
Total Biaya rawat inap kelas I
Rp. 596.705.250,-
62
Dengan mengetahui total biaya rawat inap kelas I, maka kita dapat menghitung biaya rata-rata yang diperlukan untuk operasional sebuah jenis kamar perhari perorang sebagai berikut :
Harga pokok kamar perhari perorang: Harga pokok rawat inap selama setahun Jumlah hari rawat inap selama setahun Rp. 596.705.250 3767 = Rp. 158.403,31 Jadi menurut perhitungan biaya rata-rata berdasarkan variable costing maka harga pokok kamar perhari perorang rawat inap kelas I Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang adalah sebesar Rp.158.403,31 sedangkan tarif yang berlaku di rumah sakit sesuai dengan Perda No.35 Tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 100.000,-. Pola tarif yang ditetapkan oleh pemerintah dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang. Dimana harga kebutuhan alat dan bahan kesehatan serta bahan-bahan untuk kebutuhan operasional rumah sakit terus meningkat sementara tarif pelayanan sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku, yaitu Perda No.35 Tahun 2008. Indikator-indikator yang ditetapkan dalam standar pelayanan minimal sudah diterapkan dengan baik pada rumah sakit ini. Ketersediaan dokter ahli dan tenaga medis lainnya serta fasilitas dan pelayanan rawat inap seperti, pelayanan untuk anak, penyakit dalam, kebidanan, bedah dan lain-lain lengkap. Kejadian infeksi pasca operasi, infeksi nosokomial, kecacatan, bahkan kematian yang diakibatkan oleh kelalaian tenaga medis ( mal praktek) jarang terjadi, bahkan memenuhi standar yang ditetapkan dalam SPM yaitu ≤ 1,5 % kejadian, tingkat
63
kepuasan pelanggan hampir mencapai standar yaitu ≥ 90% (menurut Laporan Kinerja Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang,2010:24 ).
64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan penulis telah dikemukakan sebelumnya maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Dengan melakukan pengelompokan biaya-biaya maka dapat diketahui besarnya biaya rata-rata per pasien kamar rawat inap kelas I Rumah Sakit
Umum
Lasinrang
Kabupaten
Pinrang
adalah
sebesar
Rp. 158.403,31,b) Pelayanan Rumah Sakit Umum Lasinrang
Kabupaten Pinrang telah
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang dibuat oleh rumah sakit tersebut.
6.2.Saran Berkut ini beberapa saran yang diusulkan penulis sehubungan dengan perhitungan biaya rata-rata per pasien berdasarkan metode variable costing di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang sebagai berikut : a) Untuk menghadapi persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat, maka pihak rumah sakit harus meningkatkan pelayanan kesehatan, fasilitas, dan kemudahan agar pasien dapat merasa lebih nyaman. b) Penentuan harga harus benar-benar dilakukan dengan sebaik-baiknya. c) Sebaiknya pihak rumah sakit tidak boleh membeda-bedakan masyarakat dalam pemberian pelayanan sehingga pasien maupun keluarga merasa nyaman dan diperhatikan.
65
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Indonesia; Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; Jakarta; 2008. Garrison, Ray H. and Eric, W Nooren; Akuntansi Manajerial, Alih Bahasa A. Totok Budisantoso; Buku Satu - Edisi Sepuluh; Salemba Empat;. Jakarta; 2000. Hansen, Don R dan Maryanne M Mowen; Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian, Buku Satu - Edisi Pertama; Salemba Empat; Jakarta; 2000. Harahap, Sofyan Syafri; Teori Akuntansi laporan Keuangan-Cetakan Ketiga; Bumi Aksara; Jakarta; 2002. Hilton, Ronald W; Managerial Accounting Seventh Edition; Mc Graw Hill; 2008. Hongren, Carles T. George Foster dan Srikant M. Datar; Cost Accounting: A Manajerial Emphasis Tenth Edition; Prentice Hall Internasional, Inc; New Jerse; 2000. Mulyadi; Akuntansi Biaya; Edisi Kelima-Cetakan Ketiga; STIE YKPN;. Yogyakarta; 1993. Mulyadi. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima-Cetakan Kedelapan; Aditya Media;. Yogyakarta; 2005. Polimeni, Ralph S dan Fanbozi Frank J; Cost Accounting, Third Edition; Mc Graw Hill; 1991 Rony,
Helmy; Akuntansi Biaya Pengantar Untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Jakarta; 1990.
Sabarguna, B. S; Sistem Informasi Rumah Sakit; GAMA Press; Yogyakarta;; 2003. Samryn L.M; Akuntansi Manajerial; PT RajaGrafindo Persada; Jakarta; 2001. Sunarto; Akuntansi Biaya; AMUS & Mahenoko Total Design. Yogyakarta. 2003. Suwadjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Laporan Keuangan- Edisi Ketiga. BPFE; Yogyakarta; 2000. Witjaksono, Armanto; Akuntansi Biaya-Edisi Pertama; Graha Ilmu;. Yogyakarta; 2006. Tupoksi Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang 2010 Profil Revisi Tahun 2011
66
LAMPIRAN
Lampiran 1
DATA PASIEN RAWAT INAP 1. Berdasarkan Cara Pembayaran a.
Ruang VIP Tulip
BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 15 FEBRUARI 13 MARET 11 APRIL 13 MEI 11 JUNI 13 JULI 10 AGUSTUS 11 SEPTEMBER 15 OKTOBER 14 NOPEMBER 13 DESEMBER 19 JUMLAH 158
UMUM 4 3 6 4 5 9 2 5 6 5 6 3 58
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 11 0 0 10 0 0 5 0 0 9 0 0 6 0 0 4 0 0 8 0 0 6 0 0 9 0 0 9 0 0 7 0 0 16 0 0 100 0 0
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN VIP TULIP BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
JAMKESDA
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Kab. Pinrang
b. Ruang VIP ROOM
BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 25 FEBRUARI 25 MARET 27 APRIL 32 MEI 40 JUNI 32 JULI 32 AGUSTUS 29 SEPTEMBER 22 OKTOBER 32 NOPEMBER 39 DESEMBER 36 JUMLAH 371
UMUM 6 6 4 7 12 10 9 7 5 6 5 9 86
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 19 0 0 19 0 0 23 0 0 25 0 0 28 0 0 22 0 0 23 0 0 22 0 0 17 0 0 26 0 0 34 0 0 27 0 0 285 0 0
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN VIP ROOM BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 40 35 30 25 20 15 10 5 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
JAMKESDA
c. Ruang VIP Anggrek BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 46 FEBRUARI 43 MARET 43 APRIL 59 MEI 53 JUNI 46 JULI 49 AGUSTUS 40 SEPTEMBER 34 OKTOBER 49 NOPEMBER 46 DESEMBER 55 JUMLAH 563
UMUM 11 12 10 15 6 16 20 13 15 15 13 25 171
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 35 0 0 31 0 0 33 0 0 44 0 0 47 0 0 30 0 0 29 0 0 27 0 0 19 0 0 34 0 0 33 0 0 30 0 0 392 0 0
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN VIP ANGGREK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
d. Ruang Cempaka 1 BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 119 FEBRUARI 103 MARET 101 APRIL 105 MEI 126 JUNI 127 JULI 109 AGUSTUS 96 SEPTEMBER 109 OKTOBER 107 NOPEMBER 130 DESEMBER 130 JUMLAH 1362
UMUM 13 14 12 10 13 10 14 15 19 29 27 19 195
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 17 7 82 11 7 71 9 9 71 10 18 67 17 9 87 12 12 93 19 8 68 19 10 52 22 12 56 16 9 53 19 17 67 28 8 75 199 126 842
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN CEMPAKA 1 BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
e. Ruang Cempaka 2 BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 103 FEBRUARI 106 MARET 99 APRIL 88 MEI 97 JUNI 115 JULI 110 AGUSTUS 95 SEPTEMBER 116 OKTOBER 103 NOPEMBER 128 DESEMBER 124 JUMLAH 1284
UMUM 23 23 19 18 25 31 28 25 30 28 31 27 308
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 19 11 50 13 8 62 18 8 54 14 8 48 17 14 41 11 14 59 14 9 59 6 8 56 8 14 64 11 7 57 17 11 69 9 13 75 157 125 694
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN CEMPAKA 2 BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 80 70 60 50 40 30 20 10 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
f.Ruang Melati 1 (Bedah)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 117 FEBRUARI 100 MARET 86 APRIL 68 MEI 71 JUNI 89 JULI 81 AGUSTUS 80 SEPTEMBER 62 OKTOBER 81 NOPEMBER 80 DESEMBER 61 JUMLAH 976
UMUM 11 10 15 14 20 16 18 9 13 15 16 11 168
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 12 13 81 7 11 72 11 4 56 8 1 45 12 4 35 11 8 54 10 6 47 8 7 56 11 0 38 6 5 55 14 4 46 7 3 40 117 66 625
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MELATI 1 (BEDAH) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
g. Ruang Melati 1 (Mata) BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 19 FEBRUARI 20 MARET 18 APRIL 6 MEI 8 JUNI 5 JULI 7 AGUSTUS 1 SEPTEMBER 4 OKTOBER 4 NOPEMBER 2 DESEMBER 5 JUMLAH 99
UMUM 2 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 7
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 2 2 13 3 1 15 0 2 16 5 0 1 6 0 1 4 0 0 1 0 5 1 0 0 4 0 0 3 0 1 2 0 0 3 0 1 34 5 53
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MELATI 1 (MATA) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
h.Ruang Melati 1 (THT) BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 0 FEBRUARI 3 MARET 0 APRIL 1 MEI 0 JUNI 0 JULI 2 AGUSTUS 0 SEPTEMBER 0 OKTOBER 0 NOPEMBER 0 DESEMBER 0 JUMLAH 6
UMUM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 4
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MELATI 1 (THT) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
i.Ruang Asoka (Obgyn) BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 110 FEBRUARI 117 MARET 116 APRIL 124 MEI 134 JUNI 146 JULI 154 AGUSTUS 119 SEPTEMBER 118 OKTOBER 160 NOPEMBER 160 DESEMBER 157 JUMLAH 1615
UMUM 11 7 4 8 4 5 6 6 8 8 8 8 83
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 7 6 86 10 11 89 12 6 94 10 15 91 21 6 103 19 12 110 19 16 113 8 8 97 10 8 92 19 14 119 20 14 118 11 6 132 166 122 1244
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN ASOKA (OBGYN) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 140 120 100 80 60 40 20 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
j.Ruang Mawar BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 99 FEBRUARI 71 MARET 89 APRIL 96 MEI 104 JUNI 95 JULI 121 AGUSTUS 72 SEPTEMBER 109 OKTOBER 129 NOPEMBER 137 DESEMBER 150 JUMLAH 1272
UMUM 8 14 15 15 19 15 13 9 10 15 28 21 182
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 12 1 78 7 3 47 8 4 62 14 3 64 7 4 74 11 4 65 12 12 84 2 6 55 12 7 80 17 4 93 15 9 85 16 3 110 133 60 897
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MAWAR BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN
TAHUN 2011 120 100 80
60 40 20
0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
k.Ruang Perinatologi BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 58 FEBRUARI 55 MARET 55 APRIL 61 MEI 81 JUNI 91 JULI 74 AGUSTUS 65 SEPTEMBER 62 OKTOBER 79 NOPEMBER 77 DESEMBER 77 JUMLAH 835
UMUM 5 5 2 4 4 2 4 3 2 4 3 5 43
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 3 3 47 8 3 39 9 2 42 8 2 47 14 1 62 14 4 71 10 3 57 7 5 50 5 4 51 9 3 63 12 4 58 7 3 62 106 37 649
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN PERINATOLOGI BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 80 70 60 50 40 30 20 10 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
l. Ruang Melati 2 (Bedah) BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 0 FEBRUARI 0 MARET 5 APRIL 20 MEI 20 JUNI 28 JULI 30 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 29 OKTOBER 26 NOPEMBER 25 DESEMBER 25 JUMLAH 235
UMUM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 1 19 0 2 18 0 4 24 0 1 29 0 3 24 0 3 26 0 4 22 0 2 23 0 1 24 0 21 214
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MELATI 2 (BEDAH) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 35 30 25 20 15 10 5 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
m. Ruang Melati 2 (Mata) BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 0 FEBRUARI 0 MARET 4 APRIL 14 MEI 25 JUNI 15 JULI 25 AGUSTUS 14 SEPTEMBER 10 OKTOBER 29 NOPEMBER 14 DESEMBER 23 JUMLAH 173
UMUM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 3 11 0 3 22 0 2 13 0 1 24 0 2 12 0 1 9 0 3 26 0 1 13 0 2 21 0 18 155
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MELATI 2 (MATA) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 30
25 20 15 10 5 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
n. Ruang Melati 2 (THT) BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 0 FEBRUARI 0 MARET 0 APRIL 1 MEI 0 JUNI 1 JULI 1 AGUSTUS 1 SEPTEMBER 0 OKTOBER 0 NOPEMBER 0 DESEMBER 0 JUMLAH 4
UMUM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN MELATI 2 (THT) BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
o. Ruang ICU BULAN PASIEN KELUAR JANUARI 38 FEBRUARI 23 MARET 25 APRIL 22 MEI 26 JUNI 23 JULI 33 AGUSTUS 22 SEPTEMBER 26 OKTOBER 22 NOPEMBER 32 DESEMBER 23 JUMLAH 315
UMUM 5 2 3 1 2 2 4 2 2 2 3 3 31
CARA PEMBAYARAN ASKES JAMKESMAS JAMKESDA 1 2 30 1 2 18 1 7 14 4 1 16 2 4 18 7 1 13 2 1 26 3 1 16 5 0 19 3 2 15 4 3 22 1 2 17 34 26 224
GRAFIK JUMLAH PASIEN KELUAR RAWAT INAP RUANGAN ICU BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN TAHUN 2011 35 30 25 20 15 10 5 0
UMUM
ASKES
JAMKESMAS
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
JAMKESDA
2.
Berdasarkan Cara Keluar
a.
Ruang VIP Tulip
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
b.
Ruang VIP ROOM
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
c.
Ruang VIP Anggrek
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
d.
Ruang Cempaka 1
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
e.
Ruang Cempaka 2
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
f.
Ruang Melati 1 (Bedah)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
g.
Ruang Melati 1 (Mata)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
h.
Ruang Melati 1 (THT)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
i.
Ruang Asoka (Obgyn)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
j.
Ruang Mawar
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
k.
Ruang Perinatologi
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
l.
Ruang Melati 2 (Bedah)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
m. Ruang Melati 2 (Mata)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
n.
Ruang Melati 2 (THT)
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
o.
Ruang I C U
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
DATA JUMLAH HARI PERAWATAN PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN KELAS PERAWATAN
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
PERSENTASE PASIEN RAWAT INAP PADA MASINGMASING RUANG PERAWATAN.
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang
Lampiran 2
Tabel 1 PENCAPAIAN SPM PELAYANAN RAWAT INAP NO
INDIKATOR
1
Pemberi pelayanan rawat inap
2
Dokter penanggung jawab pasien Ketersediaan pelayanan rawat inap Jam visite dokter spesialis Kejadian infeksi pasca operasi Angka kejadian infeksi nosokomial Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat cacat/kematian Kematian pasien > 48 jam Kejadian pulang paksa Kepuasan pelanggan rawat inap Pasien rawat inap TBC yang ditangani dengan strategi DOTS
3 4 5 6 7
8 9 10 11
TARGET 2013 2014 dr. dr. spesialis spesialis perawat perawat minimal minimal D3 D3
CAPAIAN 2010 dr. spesialis perawat minimal D3 SPK
STANDAR NASIONAL dr. spesialis perawat minimal D3
PROGNOSIS 2011 dr. spesialis perawat minimal D3
100%
100%
100%
100%
100%
75%
100%
100%
100%
09.00 s.d 14.00
08.00 s.d 14.00
09.00 s.d 14.00
≤ 3,5%
≤ 1,5%
≤ 6,90%
2015 dr. spesialis perawat minimal D3
2016 dr. spesialis perawat minimal D3
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
09.00 s.d 14.00
09.00 s.d 14.00
08.00 s.d 14.00
08.00 s.d 14.00
08.00 s.d 14.00
≤ 3%
≤ 2,6
≤ 2,3
≤2
≤ 1,7
≤ 1,5
≤ 1,5%
≤ 8,7%
≤6
≤5
≤4
≤3
≤2
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
1,4%
0,24%
1,9%
1,71%
1,53%
1,06%
1,73%
0,25%
5,1%
5%
5,5%
5,4%
5,2%
5,1%
5%
5%
68%
≥ 90%
≥ 70,9%
75%
80%
85%
85%
90%
≥ 40%
≥ 60%
40%
45%
50%
55%
60%
60%
Sumber : Rumah Sakit Umum Lasinrang Kab. Pinrang
2012 dr. spesialis perawat minimal D3