ANALISIS BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CIAPUS SEBAGAI BAHAN BAKU PENGOLAHAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA, BOGOR
MUHAMAD RIDWAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus sebagai Bahan Baku Pengolahan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016 Muhamad Ridwan F44120055
ABSTRAK MUHAMAD RIDWAN. Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus sebagai Bahan Baku untuk Pengolahan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh SATYANTO KRIDO SAPTOMO. Sungai Ciapus merupakan sungai yang bersifat ephemeral dan merupakan anak sungai dari Sungai Cisadane yang mengalir melewati beberapa desa. Sungai Ciapus mengalir dari Desa Curug Nangka dan bermuara di Sungai Cisadane. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi kualitas air, status mutu air dan beban pencemaran Sungai Ciapus sebagai bahan baku untuk pengolahan air di Kampus IPB Dramaga. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu persiapan, penentuan titik pengukuran dan lokasi, pengambilan contoh air, analisis di laboratorium, pengolahan data dan analisis beban pencemar. Berdasarkan kriteria baku mutu kualitas air baku Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, semua parameter fisika dan kimia masih memenuhi persyaratan kecuali parameter chemical oxygen demand (COD), fosfat dan nitrit. Mutu air Sungai Ciapus berdasarkan metode indeks pencemaran kondisinya cemar ringan dan dengan metode STORET kondisinya cemar sedang pada stasiun I dan kondisi cemar berat pada stasiun II, stasiun III dan stasiun IV. Beban pencemaran rata-rata terbesar terdapat pada parameter total dissolved solids (TDS) sebesar 448.54 ton/bulan dan parameter COD sebesar 255.41 ton/bulan. Kata kunci: baku mutu air, beban pencemaran, kualitas air, Sungai Ciapus
ABSTRACT MUHAMAD RIDWAN. Analysis of Ciapus River Pollution Load as Raw Materials for Water Treatment Plant in IPB Campus Dramaga, Bogor. Supervised by SATYANTO KRIDO SAPTOMO. Ciapus River is ephemeral river and a tributary of the Cisadane River that flows through several villages. Ciapus River flows from Curug Nangka Village towards Cisadane River. This study aimed to know the variations of water quality, water quality status and the pollution load of Ciapus River as raw materials for water treatment plant in IPB Campus Dramaga. Research stages consisted of preparation, the determination of measurement points and location, water sampling, laboratory analysis, data processing and analysis of pollution load. Based on the criteria of the raw water quality standards stipulated in Government Regulation No. 82/2001, all of the physical and chemical parameters were still be eligible unless chemical oxygen demand (COD), phosphate and nitrite parameters. Water quality of Ciapus River based on pollution index method was classified as light polluted and by STORET method was classified as medium polluted at station I and heavy polluted at station II, station III and station IV. The largest average of pollution load was total dissolved solids (TDS) parameter of 448.54 tons/month and the COD parameter of 255.41 tons/month. Keywords: Ciapus River, pollution load, water quality, water quality standard
ANALISIS BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CIAPUS SEBAGAI BAHAN BAKU PENGOLAHAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA, BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PASCA EKA PRASETYA
Judul Skripsi : Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus sebagai Bahan Baku Pengolahan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga, Bogor Nama : Muhamad Ridwan NIM : F44120055
Disetujui oleh
Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP., M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur diucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena hanya dengan karunia dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus sebagai Bahan Baku Pengolahan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga, Bogor” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih ditujukan kepada: 1. Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Chusnul Arif, STP., M.Si dan Bapak Sutoyo, STP., M.Si selaku dosen penguji ujian skripsi atas kritik dan sarannya. 3. Kedua orang tua tercinta (Bapak Edward Tamimi dan Ibu Yetriza) dan kakakkakak (Rizka Febrianita, S.Psi, Annisa Rahmawati, S.Kpm, Miftahul Jannah, S.Si), atas doa dan dukungan yang diberikan. 4. Staff Tata Usaha Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Staff Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian atas bantuan administrasi yang diberikan. 5. Teman-teman satu bimbingan (Alvi Rohmawati, Pasca Eka Prasetya, Fahhamul Mudaqqiq Adiandri, Teguh Budiaji Setjo dan Leni Safitri) yang telah membantu dan bersama-sama berjuang selama penyusunan karya ilmiah ini. 6. Teman-teman mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 49 (2012) dan semua pihak terkait yang telah memberi bantuan, semangat dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2016 Muhamad Ridwan
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Sungai Pencemaran Perairan Kualitas Air Status Mutu Air dan Beban Pencemaran METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Alat dan Bahan Tahapan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Kualitas Air Sungai Ciapus Status Mutu Air Sungai Ciapus Beban Pencemaran Sungai Ciapus SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ii iii iii iii 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 5 6 6 6 6 9 9 9 15 17 17 17 18 18 21 40
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Penentuan kedalaman pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran Klasifikasi status mutu perairan berdasarkan nilai Indeks Pencemaran Penentuan sistem skor dengan indeks STORET Klasifikasi status mutu perairan berdasarkan nilai Indeks STORET Curah hujan harian rata-rata Hasil perhitungan status mutu air Sungai Ciapus (metode IP) Hasil perhitungan status mutu air Sungai Ciapus (metode STORET) Beban pencemaran rata-rata Sungai Ciapus bulan Maret - Mei 2016
7 8 8 8 10 16 16 17
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir penelitian 2 Hasil pengukuran suhu setiap stasiun 3 Hasil pengukuran TSS setiap stasiun 4 Hasil pengukuran TDS setiap stasiun 5 Hasil pengukuran turbiditas setiap stasiun 6 Hasil pengukuran pH setiap stasiun 7 Hasil pengukuran DO setiap stasiun 8 Hasil pengukuran BOD setiap stasiun 9 Hasil pengukuran COD setiap stasiun 10 Hasil pengukuran fosfat setiap stasiun 11 Hasil pengukuran amonia setiap stasiun 12 Hasil pengukuran nitrit setiap stasiun
6 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Lokasi Penelitian 2 Hasil Pengukuran Lebar dan Debit 3 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 4 Curah Hujan Harian (mm) 5 Perbandingan Hasil Kualitas Air Terhadap Waktu 6 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Ciapus 7 Hasil Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus 8 Indeks Pencemaran (IP) 31 Maret 9 Indeks Pencemaran (IP) 14 April 10 Indeks Pencemaran (IP) 30 April 11 Indeks Pencemaran (IP) 15 Mei 12 Indeks Pencemaran (IP) 28 Mei 13 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun I 14 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun II 15 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun III 16 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun IV
21 22 23 24 25 28 29 31 32 33 34 35 36 37 38 39
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas air adalah kurangnya pemahaman tentang kesadaran lingkungan terutama tata cara penggunaan air dan pembuangan air limbah. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air pada sumber air dan badan air dikarenakan air menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran air yang dimaksud dalam hal ini adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukkannya (PPRI 2001). Beberapa tahun terakhir ini, kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar dalam kondisi tercemar, terutama setelah melewati daerah pemukiman, industri dan pertanian (Simon dan Hidayat 2008). Bagi manusia, kualitas air yang digunakan harus layak untuk dikonsumsi. Salah satu sumber air yang digunakan oleh manusia adalah sungai. Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar (Sofia et al. 2010). Pencemaran air sungai sangat erat kaitannya terhadap kontinuitas aliran air sungai. Hal ini merupakan faktor klimatologis yang juga dipengaruhi musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Variasi debit air dikarenakan musim dan berbagai kondisi lainnya yang menimbulkan perilaku serta variasi dari parameter kualitas air. Sungai Ciapus merupakan sungai yang bersifat ephemeral dan merupakan anak sungai dari Sungai Cisadane yang mengalir melewati beberapa desa. Hulu sungai ini terletak di Curug Nangka dan bermuara di Sungai Cisadane. Sungai ini banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan MCK, irigasi, dan sebagai media pembuangan limbah domestik. Selain itu, dimanfaatkan juga sebagai areal memancing, dan ada yang mengambil pasir dan batu-batu sungai untuk dijual (Fallah 2012). Sungai Ciapus juga dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai bahan baku untuk diolah menjadi air bersih. Air bersih yang telah diolah akan didistribusikan untuk kebutuhan civitas IPB khususnya asrama putra dan asrama putri IPB. Dalam rangka meningkatkan kualitas air yang diambil pada Sungai Ciapus, diperlukan analisis parameter kualitas air dan penilaian status mutu air Sungai Ciapus serta beban pencemaran di perairan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi kualitas perairan pada parameter fisika dan kimia air serta beban pencemaran Sungai Ciapus. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana kualitas air Sungai Ciapus sebelum dilakukan pengolahan di WTP Ciapus? 2. Bagaimana status mutu air Sungai Ciapus? 3. Bagaimana beban pencemaran pada parameter kualitas air di Sungai Ciapus?
2
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui variasi kualitas air Sungai Ciapus. 2. Mengetahui status mutu air Sungai Ciapus berdasarkan indeks pencemaran dan metode STORET. 3. Mengetahui beban pencemaran pada Sungai Ciapus. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian diharapkan dapat: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat dan Institut Pertanian Bogor mengenai kualitas air Sungai Ciapus. 2. Memberikan informasi kepada pihak Institut Pertanian Bogor mengenai beban pencemaran bahan baku pengolahan air bersih di Kampus IPB Dramaga, Bogor. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Penelitian difokuskan pada perbandingan kualitas air Sungai Ciapus terhadap baku mutu dan didasarkan pada variasi spasial dan temporal. 2. Penelitian dilakukan di Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan data hasil contoh uji (sampling) dan pengujian di Laboratorium Limbah Padat dan B3 di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Menurut Ilyas et al. (1990) dalam Meidiana (2003) sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus-menerus pada arah tertentu menuju hilir. Sungai adalah bentuk perairan mengalir dengan sumber air yang berasal dari limpasan satuan-satuan hidrologi di sepanjang daerah alirannya (Praptokardiyo dan Muluk 1986 dalam Meidiana 2003). Suatu sungai dikatakan terjadi penurunan kualitas air, jika air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan status mutu air secara normal. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya (Wiwoho 2005). Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada (Tafangenyasha dan Dzinomwa 2005). Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Saeni (1989) mengungkapkan bahwa pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan bermacam-
3
macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya dapat memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungannya. Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar (Sofia et al. 2010). Pencemaran air permukaan seperti sungai dapat mengakibatkan resiko kesehatan. Kekhawatiran muncul ketika air permukaan tersebut terhubung dengan sumur dangkal yang digunakan untuk minum air. Selain itu, aliran air sungai memiliki peran penting karena sering digunakan masyarakat sekitarnya untuk mencuci, pertanian, perikanan dan rekreasi (Dini 2011). Kualitas Air Kualitas air merupakan istilah yang menggambarkan tingkat kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan / irigasi, rekreasi, dan sebagainya (Yuliastuti 2011). Kualitas air memiliki hubungan langsung dengan produktivitas akuatik (Shrestha dan Kazama 2007). Produktifitas maksimum bergantung pada tingkat / level optimum pada parameter fisika dan kimia (Muniyan dan Ambedkar 2011). Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air seperti pengujian terhadap parameter fisika dan parameter kimia. Uji parameter fisika dapat meliputi suhu, kekeruhan, total suspended solids dan total dissolved solids. Uji parameter kimia dapat meliputi power of hydrogen (pH), dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), fosfat, amonia dan nitrit. Suhu Temperatur atau suhu adalah parameter penting yang mempengaruhi hampir semua parameter fisik, kimia dan sifat biologis air (Devi et al. 2015). Fluktuasi suhu pada air sungai bergantung pada musim dan area geografik, waktu pengambilan contoh uji dan temperatur aliran (Ahipathi dan Puttaiah 2006). Moriber (1974) menyatakan bahwa peningkatan suhu menyebabkan penurunan daya larut oksigen dan dapat menaikkan daya racun polutan terhadap organisme perairan. Total Suspended Solids Total suspended solids (total padatan tersuspensi) adalah bahan tersuspensi dengan diameter >1 μm yang tertahan pada saringan milliphore dengan diameter pori 0.45 μm yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103-105ºC (Saeni 1989). Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Air buangan dari industri makanan dan industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah tinggi (Fardiaz 1992). Total Dissolved Solids Total dissolved solids (total padatan terlarut) adalah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam. Air buangan sering mengandung sabun dan deterjen yang larut air misalnya pada air buangan limbah rumah tangga dan industri pencucian (Fardiaz 1992).
4
Kekeruhan Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air sungai. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan NTU (nephelometric turbidity unit). Kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Umumnya butir-butir koloid terdiri dari bahan tanah liat. Semakin banyak koloid air akan semakin keruh (Sugiharto 1987). Power of Hydrogen Power of hydrogen (pH) merupakan unit pengukuran yang menggambarkan derajat asiditas, alkalinitas suatu larutan, terutama sebagai indikator kualitas air. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air (Cech 2005; Saeni 1989). Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negatif dari ion hidrogen bebas (Wetzel 2001). pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam perairan (Tebbut 1992). Nilai pH sangat mempengaruhi reaksi biokimia dalam air. Sutrisno dan Suciastuti (1996) menyatakan bahwa pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan akibat penyimpangan pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 menyebabkan korosi pada pipa air serta berubahnya senyawa-senyawa menjadi racun bagi kesehatan manusia. Dissolved Oxygen Dissolved oxygen (DO) adalah pengukuran jumlah oksigen yang tersedia di dalam air dan biasaya memiliki konsentrasi dalam satuan mg/L (Naubi et al. 2016). DO bergantung pada temperatur. Semakin rendah temperatur dalam air menyebabkan semakin banyak oksigen yang dapat disimpan. Semakin tingi nilai DO merepresentasikan kualitas air yang bagus dan terbaik untuk kesehatan ekosistem (Kose et al. 2014). Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin 2005). Biological Oxygen Demand Biological oxygen demand (BOD) merupakan ukuran tentang jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan air limbah secara biologi (Saeni 1989). BOD sebagai parameter utama digunakan untuk menentukan derajat polusi dalam effluen (Akilandeswari dan Adline 2013). Effendi (2003) menambahkan BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat terdekomposisi secara biologis. Analisis BOD pada umumnya dilakukan dalam periode 5 hari pada suhu 20ºC, dikarenakan sudah mencapai kesempurnaan oksidasi pada periode 5 hari, yakni mencapai 60-70%. Suhu 20ºC yang digunakan merupakan nilai rata-rata temperatur pada iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil akan berbeda pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu (Cordova 2008). Chemical Oxygen Demand Chemical oxygen demand (COD) sama halnya dengan BOD, yaitu menggambarkan kandungan bahan organik di suatu perairan. Akan tetapi, COD dapat menggambarkan kandungan bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi, baik yang biodegradable maupun yang nonbiodegradable (Ishartanto 2009). Nurdin (2011) mengatakan bahwa chemical oxygen demand menggambarkan seberapa besar air telah tercemar oleh pengotor, khususnya pengotor berupa zat organik.
5
Fosfat Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer (Effendi 2003). Di daerah pertanian, fosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan (Winata et al. 2000). Amonia Amonia merupakan senyawa nitrogen yang diubah menjadi NH4 pada pH rendah. Amonia dalam air limbah terbentuk karena adanya proses kimia secara alami. Amonia juga merupakan produk sampingan dari protein metabolisme yang diekskresikan oleh ikan dan bakteri hasil dekomposisi bahan organik (Bhatnagar dan Devi 2013). Menurut Effendi (2003) amonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air. Nitrit Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam limbah yang segar melainkan dalam limbah sudah basi aau lama. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit di perairan relatif sedikit, tidak tetap dan dapat berubah menjadi amonia atau dioksidasi menjadi nitrat (Ginting 2007). Status Mutu Air dan Beban Pencemaran Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Ali et al. 2013). Penentuan status mutu perairan merupakan salah satu langkah awal dalam proses pemantauan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas suatu perairan (Suwari et al. 2010). Penentuan status mutu air dapat dilakukan dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran dan metode STORET (storage and retrieval of water quality data system). Indeks pencemaran digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Pengelolaan kualitas air atas dasar indeks pencemaran dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas air (Dahlia 2009). STORET sebagai salah satu metode penentuan status mutu air dimaksudkan sebagai acuan dalam pemantauan kualitas kualitas air untuk mengetahui mutu (kualitas) suatu sistem akuatik. Sistem STORET dapat digunakan untuk menentukan baku mutu air berdasarkan wilayah atau satu titik (yang pengambilan per contoh airnya dilaksanakan berulanh dalam kurun waktu tertentu (Matahelumual 2007). Kajian kualitas air tidak hanya dilakukan penentuan status mutu air namun juga dilakukan perhitungan beban pencemaran di suatu perairan (Marganof et al. 2007; Mezuan 2007). Beban pencemaran sungai adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air sungai. Beban pencemaran sungai dapat disebabkan oleh adanya aktivitas industri, pemukiman dan pertanian (Yuliastuti 2011).
6
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Pengumpulan data dilaksanakan selama bulan Maret sampai bulan Juni 2016. Penelitian dilakukan di sepanjang Sungai Ciapus hingga intake WTP Ciapus kampus IPB Dramaga, Bogor. Pengamatan dan analisa dilakukan secara in situ di sepanjang Sungai Ciapus dan ex situ di Laboratorium Limbah Padat dan B3, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah laptop yang dilengkapi software Microsoft Excel, botol winkler, taping, current meter, botol sampel, pH meter, DO meter, turbiditimeter, spektrofotometer, timbangan analitik, oven, gelas ukur, pipet volumetrik, labu Erlenmeyer dan cawan petri. Bahan yang digunakan adalah contoh uji air Sungai Ciapus, akuades, kertas saring, dan bahan-bahan kimia untuk uji parameter kimia. Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu persiapan, penentuan titik pengukuran dan lokasi, pengambilan contoh air, analisis di laboratorium, pengolahan data dan analisis beban pencemar. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1. Mulai Persiapan: 1. Studi literatur 2. Alat dan bahan
Penentuan titik pengukuran dan lokasi
Analisis di laboratorium
Pengambilan contoh air (sampling)
Pengolahan data
Variasi kualitas air dan status mutu air
Kecepatan aliran sungai
Kualitas air
Status mutu air
Analisis beban pencemaran
Beban pencemaran
Selesai Gambar 1 Diagram alir penelitian
Peta lokasi penelitian
7
Pengukuran Profil, Kecepatan Aliran dan Debit Sungai Profil sungai ditentukan melalui pengukuran lebar dan kedalaman sungai. Lebar sungai diukur secara horizontal dengan menggunakan alat ukur taping. Lebar sungai dibagi ke dalam beberapa bagian dengan jarak interval yang sama untuk dilakukan pengukuran terhadap kedalaman aliran sungai. Pengukuran kedalaman aliran sungai diukur di setiap interval dengan menggunakan bambu berskala. Kecepatan aliran pada setiap bagian sungai ditentukan dengan kedalaman tertentu seperti yang disajikan pada Tabel 1 (Suryatmadjo 2007 dalam Fallah 2012). Alat ukur yang digunakan dalam penentuan kecepatan aliran sungai adalah current meter dan rumus yang digunakan berdasarkan persamaan (1). v = a*N + b
(1)
Keterangan: v : Kecepatan aliran (m/det) a : Nilai kalibrasi alat (0.12) b : Nilai kalibrasi alat (0.005) N : Jumlah putaran per detik Tabel 1 Penentuan kedalaman pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran Kedalaman Sungai (m) Kedalaman Pengukuran (d) Kecepatan Rata-rata (V) 0.3 – 0.6 0.6d V = V0.6 0.6 – 3 0.2d dan 0.8d V = 0.5 (V0.2 + V0.8) 3–6 0.2d; 0.6d dan 0.8d V = 0.25 (V0.2 + V0.6 + V0.8) >6 S; 0.2d; 0.6d; 0.8d; B V = 0.1 (VS + 3V0.2 + 2V0.6+ 3V0.8 + VB) Keterangan: S : 30 cm dari permukaan sungai B : 30 cm dari dasar sungai Debit sungai ditentukan dengan menggunakan metode mean section. Metode ini digunakan dengan menghitung debit per bagian sungai dengan kedalaman dan kecepatan tertentu. Penilaian Status Mutu Air dan Beban Pencemaran Penentuan status mutu air Sungai Ciapus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System). Kedua metode tersebut digunakan berdasarkan KEPMEN LH Nomor 115 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa penentuan status mutu air di Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran dan/atau indeks STORET (Argarini 2014). Hasil perhitungan nilai IP digunakan untuk menentukan status mutu perairan (Tabel 2). Nilai IP ditentukan berdasarkan persamaan (2) (KemenLH 2003).
8
(Ci/Lij)2M + (Ci/Lij)2R
IP = √ Keterangan: IP Ci Lij (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R
2
(2)
: Indeks pencemaran : Konsentrasi parameter kualitas air hasil survei : Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air : Nilai Ci/Lij maksimum : Nilai Ci/Lij rata-rata
Tabel 2 Klasifikasi status mutu perairan berdasarkan nilai Indeks Pencemaran Status Mutu Air Nilai Kondisi baik 0 < IP ≤ 1.0 Cemar ringan 1.0 < IP ≤ 5.0 Cemar sedang 5.0 < IP ≤ 10 Cemar berat IP > 10 Indeks STORET menghitung nilai rata-rata, maksimum dan minimum setiap parameter kualitas air yang dianalisis. Ketiga nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu untuk kemudian diberi skor. Tabel 3 menunjukkan penentuan skor dengan indeks STORET dan Tabel 4 menunjukkan kalasifikasi status mutu perairan berdasarkan nilai indeks STORET. Tabel 3 Penentuan sistem skor dengan indeks STORET Parameter Jumlah Nilai Contoh*) Fisika Kimia Biologi Maksimum -1 -2 -3 < 10 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 Maksimum -2 -4 -6 ≥ 10 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18 Sumber: Canter (1977) dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003; *) Jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air Tabel 4 Klasifikasi status mutu perairan berdasarkan nilai Indeks STORET Status Mutu Air Nilai Sesuai baku mutu 0 Cemar ringan -1 s/d -10 Cemar sedang -11 s/d -30 Cemar berat ≥ -31 Analisis beban pencemaran dilakukan terhadap bahan pencemar yang berada di Sungai Ciapus. Beban pencemar dihitung berdasarkan rumus menurut Mitsch & Goesselink (1993) dalam Marganof et al. (2007) pada persamaan (3).
9
BP = Q x C x k
(3)
Keterangan: BP : Beban pencemaran per bulan (ton/bulan) Q : Debit sungai (m3/detik) C : Konsentrasi limbah pada air sungai (mg/L) k : Nilai konversi 10-6 x 3600 x 24 x 30
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan adanya aliran efluen air limbah, aktivitas warga sekitar dan kemudahan akses pengambilan. Lokasi penelitian diawali dengan observasi lapang terhadap pemanfaatan air dan kegiatan yang diperkirakan sebagai sumber pencemaran di lingkungan perairan Sungai Ciapus. Peta lokasi penelitian terlampir di Lampiran 1. Stasiun I terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Ciampea pada 6o39'03.1"S, 106o45'09.3"E. Stasiun I memiliki aliran yang cukup lambat dan jernih serta masih banyak pepohonan di sepanjang aliran sungai. Lahan di sekitar sungai masih didominasi oleh persawahan dan perkebunan namun jumlah penduduk masih cukup sedikit. Stasiun II terletak di Desa Ciomas Rahayu, Kecamatan Ciampea pada 6o36'30.7"S, 106o45'30.3"E. Stasiun II didominasi oleh aktivitas domestik dan pertanian. Stasiun III terletak di Desa Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat pada 6o34'18.1"S, 106o44'26.4"E. Aktivitas domestik pada Stasiun III sudah lebih banyak dibandingkan stasiun sebelumnya. Selain itu, lahan sekitar sungai digunakan untuk sekolah, perbengkelan, rumah makan dan rumah sakit. Stasiun IV terletak di WTP Ciapus, Institut Pertanian Bogor pada 6o33'08.3"S, 106o43'56.0"E. Stasiun IV digunakan sebagai salah satu sumber bahan baku pengolahan air bersih IPB. Kualitas Air Sungai Ciapus Pengambilan contoh uji air Sungai Ciapus dilakukan sebanyak lima kali pada bulan Maret hingga Mei 2016. Pengambilan contoh uji dimulai dari hulu (stasiun I) hingga hilir yaitu WTP Ciapus (stasiun IV). Hasil pengukuran lebar dan debit sungai Ciapus memiliki hasil fluktuatif seperti ditunjukkan pada Lampiran 2. Lebar sungai hasil pengukuran dipengaruhi oleh kondisi masukan yang diterima oleh badan sungai saat pengambilan contoh uji dan fakor musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Debit sungai hasil pengukuran dipengaruhi oleh kecepatan aliran dan luas sungai. Kecepatan aliran sungai pada satu penampang tidak sama dan ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut (Rahayu et al. 2009). Pengambilan contoh uji dilakukan dengan acuan debit yang diukur di lapangan. Contoh uji dianalisis di laboratorium untuk diketahui kualitas air Sungai Ciapus. Klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 sesuai Lampiran 3.
10
Karakteristik air bersih dapat dilihat berdasarkan parameter fisika dan kimia. Karakteristik fisika air dapat meliputi parameter kekeruhan, suhu, total suspended solids (TSS) dan total dissolved solids (TDS). Karakteristik kimia air dapat meliputi parameter power of hydrogen (pH), dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), fosfat, amonia dan nitrit. Suhu Berdasarkan Gambar 2, nilai suhu mengalami peningkatan mulai dari hulu hingga hilir. Hal ini disebabkan adanya perbedaan ketinggian tempat sehingga perbedaan tekanan udara yang rendah dari hulu dan terus meningkat ke hilir menyebabkan terjadinya peningkatan suhu. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun menunjukkan terjadinya peningkatan suhu dari bulan Maret dan semakin mendekati musim kemarau hingga bulan Mei.
Suhu (oC)
30.0 28.0
31 Maret 14-Apr
26.0
30-Apr 24.0
15 Mei 28 Mei
22.0 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 2 Hasil pengukuran suhu setiap stasiun Curah hujan turut mempengaruhi suhu perairan. Curah hujan yang jatuh pada suatu perairan menyebabkan penurunan suhu pada perairan dan sekitarnya. Curah hujan harian rata-rata yang direkam oleh automatic weather station Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Curah hujan harian rata-rata Tanggal Curah Hujan Harian Rata-rata (mm) 31 Maret 2016 0.28 14 April 2016 6.08 30 April 2016 8.28 15 Mei 2016 3.48 28 Mei 2016 0.00 Total Suspended Solids (TSS) Peningkatan TSS dapat dikarenakan akumulasi limbah industri dan limbah domestik di sepanjang sungai. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun menunjukkan kecenderungan penurunan nilai TSS. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan kapasitas air sungai sehingga jumlah TSS yang terbawa dalam aliran sungai berpotensi mengalami pengurangan.
TSS (mg/L)
11
16 14 12 10 8 6 4 2 0
31 Maret 14-Apr 30-Apr 15 Mei 28 Mei 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 3 Hasil pengukuran TSS setiap stasiun Total Dissolved Solids (TDS) Berdasarkan grafik parameter TDS, terjadi peningkatan nilai TDS dari hulu ke hilir sebagai akumulasi limbah industri dan domestik. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun menunjukkan kecenderungan penurunan nilai TDS. Hal ini dapat disebabkan terjadinya penurunan kapasitas air sungai sehingga jumlah TDS yang terbawa dalam aliran sungai berpotensi mengalami pengurangan.
TDS (mg/L)
200 150 31 Maret 14-Apr
100
30-Apr 50
15 Mei 28 Mei
0 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 4 Hasil pengukuran TDS setiap stasiun Turbiditas Kekeruhan menggambarkan sifat optik air berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan yang terdapat di dalam air (Irwanto 2011). Grafik parameter turbiditas menunjukkan bahwa pada stasiun 2 memiliki kekeruhan paling tinggi diakibatkan pada lokasi tersebut memiliki lebar sungai yang lebih kecil dan merupakan daerah yang sedikit tertutup sehingga intensitas penyinaran matahari menjadi berkurang dan meningkatkan nilai turbiditas. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun tidak mengalami perubahan turbiditas yang signifikan.
12
Turbiditas (NTU)
30.00 25.00 20.00
31 Maret
15.00
14-Apr
10.00
30-Apr
5.00
15 Mei 28 Mei
0.00 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 5 Hasil pengukuran turbiditas setiap stasiun Power of Hydrogen (pH) Semakin ke hilir, pH perairan mengalami peningkatan menuju kondisi basa sebagai akibat akumulasi pembuangan limbah domestik seperti deterjen yang dapat meningkatkan nilai pH. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun mengalami penurunan nilai pH. Sunu (2001) menjelaskan bahwa air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Peningkatan volume air juga dapat menambah kandungan ion hidroksida (OH-) yang memiliki sifat basa sehingga pH akan semakin besar pada musim hujan. 7.40 7.20 31 Maret
pH
7.00 6.80
14-Apr
6.60
30-Apr
6.40
15 Mei 28 Mei
6.20 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 6 Hasil pengukuran pH setiap stasiun Dissolved Oxygen (DO) Grafik parameter DO menunjukkan bahwa semakin ke hilir memiliki nilai DO yang semakin rendah sebagai akibat perubahan ketinggian dan peningkatan tekanan atmosfer. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun mengalami penurunan nilai DO. Hal ini dapat dikarenakan berkurangnya pasokan oksigen pada badan sungai sebagai akibat semakin menurunnya kapasitas air sungai.
13
DO (mg/L)
8.00 7.50 31 Maret 14-Apr
7.00
30-Apr 6.50
15 Mei 28 Mei
6.00 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 7 Hasil pengukuran DO setiap stasiun Biological Oxygen Demand (BOD) Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (Priyambada et al. 2008). Nilai BOD pada stasiun 2 dan 3 memiliki nilai yang lebih tinggi dikarenakan sepanjang aliran sungai didominasi oleh lahan pertanian sehingga lebih banyak bahan pencemar organik yang masuk ke dalam badan perairan. Perbedaan waktu pengambilan sampel pada setiap stasiun cenderung mengalami peningkatan nilai BOD. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau dengan curah hujan yang lebih rendah tidak mengalami pengenceran yang baik pada perairan sehingga dibutuhkan lebih banyak oksigen untuk menguraikan bahan-bahan organik di badan perairan. 3.00
BOD (mg/L)
2.50 2.00
31 Maret
1.50
14-Apr
1.00
30-Apr
0.50
15 Mei 28 Mei
0.00 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 8 Hasil pengukuran BOD setiap stasiun Chemical Oxygen Demand (COD) Nilai parameter COD mengalami peningkatan dari arah hulu ke hilir. Parameter COD dapat disebabkan oleh limbah organik (biodegradable) yang sebagian besar terdiri dari kotoran manusia dan hewan. Ketika limbah biodegradable memasuki pasokan air, limbah menyediakan sumber energi (karbon organik) untuk bakteri (Dini 2011). Semakin ke hilir, nilai COD semakin meningkat dikarenakan jumah penduduk yang semakin banyak dan berkontribusi dalam pembuangan limbah domestik ke badan perairan. Berdasarkan perubahan waktu pengambilan sampel, nilai COD mengalami
14
fluktuasi yang dapat disebabkan variasi limbah organik (biodegradable dan nonbiodegradable) yang masuk ke dalam badan perairan.
COD (mg/L)
80 70 31 Maret
60
14-Apr 50
30-Apr
40
15 Mei 28 Mei
30 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 9 Hasil pengukuran COD setiap stasiun Fosfat
Fosfat (mg/L)
Fosfat dalam perairan berasal dari pelapukan batuan dan mineral serta berasal dari buangan domestik dan industri yang menggunakan deterjen berbahan dasar fosfat. Penggunaan deterjen akan mempercepat bertambahnya konsentrasi fosfat dalam badan air buangannya sehingga memicu pertumbuhan alga (Paytan dan McLaughlin 2007). Hal ini ditinjau berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang menunjukkan adanya aktifitas penduduk seperti mencuci pakaian dan mandi di badan air. 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
31 Maret 14-Apr 30-Apr 15 Mei 28 Mei 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 10 Hasil pengukuran fosfat setiap stasiun Amonia Kecenderungan amonia pada semua stasiun adalah stabil namun pada 30 April terjadi peningkatan nilai amonia. Hal ini dapat diduga adanya buangan limbah yang mengandung lebih banyak senyawa amonia dibandingkan hari biasanya. Dugaan dapat berasal dari pembuangan limbah yang memiliki kadar amonia cukup tinggi seperti pupuk pertanian dan limbah ikan. Selain itu, amonia juga dapat berasal dari protein, feses manusia dan hewan serta limbah domestik.
15
Amonia (mg/L)
0.600 0.500 0.400
31 Maret
0.300
14-Apr
0.200
30-Apr
0.100
15 Mei 28 Mei
0.000 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 11 Hasil pengukuran amonia setiap stasiun Nitrit Aktifitas mikroba di air menguraikan nitrogen organik menjadi amonia dan kemudian dioksidasikan menjadi nitrat dan nitrit (Aziz et al. 2013). Jenis nitrogen anorganik utama dalam air adalah ion nitrat, nitrit dan amonia. Sumber utama nitrogen antropogenik di perairan berasal dari limbah pertanian dan perkebunan yang menggunakan pupuk kandang maupun pupuk buatan dan juga berasal dari kegiatan domestik (Effendi 2003). Berdasarkan perubahan waktu pengambilan sampel, nilai nitrit mengalami fluktuasi yang dapat disebabkan variasi limbah yang mengandung senyawa nitrit yang masuk ke dalam badan perairan. Fluktuasi jumlah nitrit dalam badan perairan dapat dipengaruhi buangan amonia dan besar amonia yang terdegradasi secara biologis ataupun kimiawi.
Nitrit (mg/L)
0.250 0.200 31 Maret
0.150
14-Apr 0.100
30-Apr
0.050
15 Mei 28 Mei
0.000 1
2
3
4
Stasiun
Gambar 12 Hasil pengukuran nitrit setiap stasiun Status Mutu Air Sungai Ciapus Status mutu air pada penelitian difokuskan pada indeks pencemaran (IP) dan Indeks STORET dan mengacu pada baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 untuk kelas II. Hasil perhitungan status mutu air menggunakan metode IP ditunjukkan pada Tabel 6. Dari hasil perhitungan status mutu air dengan metode IP terlihat bahwa air Sungai Ciapus termasuk ke dalam kategori cemar ringan berdasarkan persyaratan baku mutu PP No. 82 (PPRI 2001) untuk kelas II (air bersih).
16
Tabel 6 Hasil perhitungan status mutu air Sungai Ciapus (metode IP) Lokasi Tanggal Nilai IP Keterangan 31 Maret 1.95 Cemar ringan 14 April 1.45 Cemar ringan Stasiun I 30 April 1.97 Cemar ringan 15 Mei 2.19 Cemar ringan 28 Mei 2.14 Cemar ringan 31 Maret 2.79 Cemar ringan 14 April 2.68 Cemar ringan Stasiun II 30 April 2.68 Cemar ringan 15 Mei 2.15 Cemar ringan 28 Mei 2.56 Cemar ringan 31 Maret 2.13 Cemar ringan 14 April 2.42 Cemar ringan Stasiun III 30 April 2.39 Cemar ringan 15 Mei 2.45 Cemar ringan 28 Mei 2.19 Cemar ringan 31 Maret 2.31 Cemar ringan 14 April 2.61 Cemar ringan Stasiun IV 30 April 2.58 Cemar ringan 15 Mei 2.33 Cemar ringan 28 Mei 2.26 Cemar ringan Hasil perhitungan status mutu air menggunakan metode STORET ditunjukkan pada Tabel 7. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Ciapus berdasarkan metode STORET termasuk ke dalam kategori cemar sedang pada stasiun I dan tercemar berat pada stasiun II, stasiun III dan stasiun IV untuk persyaratan baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 untuk kelas II (air bersih). Tabel 7 Hasil perhitungan status mutu air Sungai Ciapus (metode STORET) Lokasi Skor Keterangan Stasiun I -28 Cemar sedang Stasiun II -56 Cemar berat Stasiun III -40 Cemar berat Stasiun IV -40 Cemar berat Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pencemaran antara penggunaan metode Indeks Pencemaran dan metode STORET. Perbedaan tingkat pencemaran tersebut diduga adanya perbedaan sistem penilaian status mutu perairan kedua metode tersebut. Perbedaan tersebut adalah perbedaan jumlah data dan rasio data kualitas air hasil pengamatan dengan baku mutu (Argarini 2014). Penentuan status mutu perairan dengan indeks pencemaran dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu data pengamatan kualias air sedangkan dengan STORET dibutuhkan satu seri data dengan sedikitnya dua buah data pengamatan kualitas air (Setyobudiandi et al. 2009). Selain itu, indeks STORET memberikan bobot yang berbeda terhadap parameter kualitas air. Bobot yang lebih besar diberikan kepada parameter kualitas air yang lebih berpengaruh terhadap pencemaran air (biologi, kimia, fisika). Di sisi lain, Suwari et al. (2010) menyatakan bahwa metode Indeks
17
Pencemaran memiliki toleransi yang cukup besar atau kurang sensitif terhadap perbedaan nilai parameter pencemaran. Beban Pencemaran Sungai Ciapus Perhitungan beban limbah bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber pencemaran, jenis pencemar dan besarnya beban pencemar yang masuk ke Sungai Ciapus. Beban pencemaran erat kaitannya dengan jumlah limbah yang masuk ke badan air dan debit sungai. Hasil pengujian beban pencemaran rata-rata dari beberapa contoh uji air Sungai Ciapus disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Beban pencemaran rata-rata Sungai Ciapus bulan Maret - Mei 2016 Beban Pencemaran (ton/bulan) Rata-rata Parameter Satuan Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV (ton/bulan) TSS mg/L 4.27 7.73 98.58 50.31 40.22 TDS mg/L 67.05 107.19 989.66 630.28 448.54 DO mg/L 11.62 8.18 66.41 31.50 29.43 BOD mg/L 0.78 2.03 15.06 5.70 5.89 COD mg/L 83.66 65.43 576.51 296.04 255.41 Fosfat mg/L 0.23 0.51 1.42 0.83 0.75 Amonia mg/L 0.15 0.14 0.47 0.21 0.24 Nitrit mg/L 0.07 0.19 1.14 0.61 0.50 Berdasarkan hasil perhitungan beban pencemaran rata-rata pada Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa parameter TDS adalah penyumbang beban limbah rata-rata terbesar yaitu 448.54 ton/bulan dan parameter COD sebesar 255.41 ton/bulan. Beban pencemaran TDS dan COD yang tinggi sebagai akibat dari adanya berbagai kegiatan dan pembuangan limbah yang dihasilkan ke Sungai Ciapus seperti hasil kegiatan industri, pemukiman dan pertanian.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak lima kali pengulangan, didapat simpulan sebagai berikut. 1. Kualitas air Sungai Ciapus untuk semua parameter fisika masih memenuhi kriteria baku mutu kualitas air baku Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 yang peruntukkannya dapat digunakan sebagai air bersih. Kualitas air Sungai Ciapus untuk semua parameter kimia masih memenuhi kriteria baku mutu kualitas air baku Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 yang peruntukkannya dapat digunakan sebagai air bersih kecuali untuk parameter COD, fosfat, dan nitrit pada beberapa kali pengulangan dan stasiun pengamatan. 2. Status mutu air Sungai Ciapus adalah kondisi cemar ringan berdasarkan metode Indeks Pencemaran untuk semua stasiun pengamatan. Berdasarkan meode STORET, status mutu air Sungai Ciapus adalah kondisi cemar sedang untuk stasiun I dan tercemar berat pada stasiun II, stasiun III dan stasiun IV.
18
3.
Beban pencemaran rata-rata terbesar terdapat pada parameter TDS sebesar 448.54 ton/bulan dan parameter COD sebesar 255.41 ton/bulan. Saran
Diperlukan penelitian kualitas air Sungai Ciapus secara berkala untuk memonitoring besar pencemaran yang masuk ke badan air dan mencegah hal yang tidak diinginkan terutama kesehatan masyarakat sekitar yang mengonsumsi air Sungai Ciapus. Pengujian terhadap parameter biologi juga diperlukan pada penelitian selanjutnya untuk mendapatkan tambahan referensi pencemaran air Sungai Ciapus. Bagi pihak Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat melakukan monitoring kualitas air Sungai Ciapus secara berkala terutama pada intake WTP Ciapus sebagai pengolah air bersih untuk kebutuhan asrama dan lingkungan sekitarnya. Informasi beban pencemaran dapat menjadi acuan bagi IPB dalam pengelolaan air bersih di WTP Ciapus sehingga hasil keluaran berupa air bersih dapat memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.
DAFTAR PUSTAKA Ahipathi MV, Puttaiah ET. 2006. Ecological characteristics of Vrishabhavathi river in Bangalore Indian. Environmental Geology. 49(8):1217-1222. Akilandeswari S, Adline MH. 2013. Prediction of BOD values in engineering work industrial effluent by Anfis modeling. International Journal of Research in Pure and Aplied Physics. 3(2):7-9. Ali A, Soemarno, Purnomo M. 2013. Kajian kualitas air dan status mutu air Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari. 13(2):265-274. Argarini AT. 2014. Kualitas perairan pesisir Cituis kabupaten Tangerang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Aziz T, Pratiwi DY, Rethiana L. 2013. Pengaruh penambahan tawas Al2(SO4)3 dan kaporit Ca(OCl)2 terhadap karakteristik fisik dan kimia air Sungai Lambidaro. Jurnal Teknik Kimia. 19(3):55-65. Bhatnagar A, Devi P. 2013. Water quality guidelines for the management of pond fish culture. International Journal of Environmental Sciences. 3(6):1980-1997. Cech TV. 2005. Principle of Water Resources: History, Development, Management, and Policy 2nd ed. New York (US): John Wiley & Sons, Inc. Cordova MR. 2008. Kajian air limbah domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan pengaruhnya pada Sungai Ciliwung [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Dahlia H. 2009. Studi keterkaitan beban limbah terhadap kualitas perairan (studi kasus kamal muara) [thesis]. Bogor (ID): Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Devi WS, Singh KR, Meitei NS. 2015. Assessment of water quality index of Nambol River, Manipur, India. Universal Journal of Environmental Research and Technology. 5(3):165-172.
19
Dini S. 2011. Evaluasi kualitas air Sungai Ciliwung di provinsi daerah khusus ibukota Jakarta tahun 2000-2010 [skripsi]. Depok (ID): Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Fallah B. 2012. Analisis mutu air dengan metode STORET di Sungai Ciapus [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Fardiaz S. 1992. Polusi air dan polusi udara. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung (ID): Yrama Widya. Irwanto R. 2011. Pengaruh pembuangan limbah cair industri tahu terhadap kualitas air sumur di kelurahan Krobokan kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Ishartanto WA. 2009. Pengaruh aerasi dan penambahan bakteri Bacillus sp. dalam mereduksi bahan pencemar organik air limbah domestik [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. [KemenLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003. Kose E, Tokatli C, Cicek A. 2014. Monitoring stream water quality. Polish Journal of Environmental Studies. 23(5):1637-1647. Marganof, Darusman LK, Riani E, Pramudya B. 2007. Analisis beban pencemaran, kapasitas asimilasi dan tingkat pencemaran dalam upaya pengendalian pencemaran perairan danau Maninjau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 12(1):814. Matahelumual BC. 2007. Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang. Jurnal Geologi Indonesia. 2(2):113-118. Meidiana D. 2003. Kondisi kualitas air Sungai Cimanuk Jawa Barat selama periode tahun 1998-2002 [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Mezuan. 2007. Kajian kapasitas asimilasi perairan Marina Teluk Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Moriber G. 1974. Environmental sciences. New York (US): Allyn-Bacon. Muniyan M, Ambedkar G. 2011. Seasonal variations physicochemical parameters of water collected Kedial river, at Visoor Cuddalore District, Tamil Nadu, India. International Journal of Environmental Biology. 1(2):15-18. Naubi I, Zardari NH, Shirazi SM, Ibrahim NFB, Baloo L. 2016. Effectiveness of water quality index for monitoring Malaysian river water quality. Polish Journal of Environmental Studies. 25(1):231-239. Nurdin M. 2011. Evaluasi respon sensor Chemical Oxygen Demand terhadap surfaktan linier alkil sulfonat. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 15(1):53-56. Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology 2nd ed. Philadhelpia (US):W.B.Sauders Co. Paytan A, McLaughlin K. 2007. Phosphorus in Our Waters. Oceanography. 20(2):200-206. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
20
[PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Priyambada IB, Oktiawan W, Suprapto RPE. 2008. Analisa pengaruh perbedaan fungsi tata guna lahan terhadap beban pencemaran BOD Sungai (studi kasus Sungai Serayu Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi. 5(2):55-62. Rahayu S, Widodo RH, Van NM, Suryadi I, Verbist B. 2009. Monitoring air di daerah aliran sungai. Bogor (ID): World Agroforestry Center – Southeast Asia Regional Office. Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor (ID): Dirjen Pendidikan Tinggi Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB. Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indicator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana. 30(3):21-26. Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusuma C, Hariyadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Dara Perikanan dan Kelautan Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. Bogor (ID): MakairaFPIK. Shrestha S, Kazama F. 2007. Assessment of surface water quality using multivariate statistical techniques, a case study of Fuji river basin, Japan. Environ. Model. Soft. 22(4):464-475. Simon SB, Hidayat R. 2008. Pengendalian pencemaran sumber air dengan ekoteknologi (wetland buatan). Jurnal Sumber Daya Air. 4(2):111-124. Sofia Y, Tontowi, Rahayu S. 2010. Penelitian pengolahan air sungai yang tercemar oleh bahan organik. Jurnal Sumber Daya Air. 6(2):145-160. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta (ID): UI Press. Sunu P. 2001. Melindungi Lingkungan. Jakarta (ID): PT Gramedia. Sutrisno CT, Suciastuti. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta (ID): PT Bina Aksara. Suwari, Riani E, Pramudya B, Djuwita I. 2010. Penentuan Status Mutu Air Kali Surabaya dengan Metode STORET dan Indeks Pencemaran. Majalah Ilmiah Widya. 27(297):59-63. Tafangenyasha C, Dzinomwa T. 2005. Land-use impacts on river water quality in Lowveld Sand river systems in South-East Zimbabwe. Land Use and Water Resources Research. 5(2005):3.1-3.10. Tebbut THY. 1992. Principles of Water Quality Control 4th ed. Oxford (GB): Pergamon Press. Wetzel RG. 2001. Limnology Lake and River Ecosystem 3rd ed. California (US): Academic Press. Winata INA, Siswoyo A, Mulyono T. 2000. Perbandingan kandungan P dan N total dalam air sungai di lingkungan perkebunan dan persawahan. Jurnal Ilmu Dasar. 1(1):24-28. Wiwoho. 2005. Model identifikasi daya tampung beban cemaran sungai dengan QUAL2E [tesis]. Semarang (ID): Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Yuliastuti E. 2011. Kajian kualitas air Sungai Ngringo Karanganyar dalam upaya pengendalian pencemaran air [tesis]. Semarang (ID): Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro.
21
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
22
Lampiran 2 Hasil Pengukuran Lebar dan Debit Stasiun I 31 14 30 Maret April April m 17.1 17 16.9 3 m /det 0.942 0.468 0.901
Parameter Satuan Lebar Debit
Stasiun III Stasiun IV 31 14 30 15 28 31 14 30 15 28 Maret April April Mei Mei Maret April April Mei Mei m 17.95 17.75 17.4 16.53 16.07 16.8 16.5 16.5 15.8 15.5 m3/det 8.906 5.370 1.355 1.325 2.175 2.235 2.982 0.536 1.807 1.205
Parameter Satuan Lebar Debit
Stasiun II 15 28 31 14 30 15 28 Mei Mei Maret April April Mei Mei 14.8 12.3 5.8 5.8 5.5 4.76 4.52 0.187 0.491 0.728 0.442 0.446 0.343 0.305
23
Lampiran 3 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 PARAMETER Temperatur Residu Terlarut Residu Tersuspensi pH BOD COD DO Total Fosfat (P) NO3 sebagai N NH3-N Arsen Kobalt Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI) Sumber: PPRI 2001
SATUAN o
C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
I Deviasi 3 1000 50 6-9 2 10 6 0.2 10 0.5 0.05 0.2 1 1 0.01 0.01 0.05
KELAS II III Deviasi 3 Deviasi 3 1000 1000 50 400 6-9 6-9 3 6 25 50 4 3 0.2 1 10 20 (-) (-) 1 1 0.2 0.2 (-) (-) 1 1 0.05 0.05 0.01 0.01 0.05 0.05
IV Deviasi 5 2000 400 5-9 12 100 0 5 20 (-) 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 0.05
24
Lampiran 4 Curah Hujan Harian (mm) Jam 00:00 01:00 02:00 03:00 04:00 05:00 06:00 07:00 08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 Rataan
31/3/16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28
14/4/16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 94.40 51.40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.08
30/4/16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10.40 92.20 76.80 0.00 0.00 0.00 11.00 0.00 8.28
15/5/16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 83.40 3.48
28/5/16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
25
Lampiran 5 Perbandingan Hasil Kualitas Air Terhadap Waktu 32.00
Suhu (oC)
30.00 Stasiun I
28.00
Stasiun II 26.00
Stasiun III Stasiun IV
24.00 22.00 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
16.00 14.00
TSS (mg/L)
12.00 10.00
Stasiun I
8.00
Stasiun II
6.00
Stasiun III
4.00
Stasiun IV
2.00 0.00 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
200.00
TDS (mg/L)
150.00 Stasiun I Stasiun II
100.00
Stasiun III Stasiun IV
50.00 0.00 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
35.00
Turbiditas (NTU)
30.00 25.00
Stasiun I
20.00
Stasiun II
15.00
Stasiun III
10.00
Stasiun IV
5.00 0.00 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
26
Lampiran 5 Lanjutan 7.40
pH
7.20 7.00
Stasiun I
6.80
Stasiun II Stasiun III
6.60
Stasiun IV 6.40 6.20
DO (mg/L)
31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
8.00 7.80 7.60 7.40 7.20 7.00 6.80 6.60 6.40 6.20 6.00
Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV
31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
3.00
BOD (mg/L)
2.50 2.00
Stasiun I
1.50
Stasiun II Stasiun III
1.00
Stasiun IV 0.50 0.00 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
90
COD (mg/L)
80 70
Stasiun I
60
Stasiun II Stasiun III
50
Stasiun IV 40 30 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
27
Lampiran 5 Lanjutan
0.800
Fosfat (mg/L)
0.700 0.600 0.500
Stasiun I
0.400
Stasiun II
0.300
Stasiun III
0.200
Stasiun IV
0.100 0.000 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
Amonia (mg/L)
0.500 0.400 Stasiun I
0.300
Stasiun II 0.200
Stasiun III Stasiun IV
0.100 0.000 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
0.250
Nitrit (mg/L)
0.200 Stasiun I
0.150
Stasiun II 0.100
Stasiun III Stasiun IV
0.050 0.000 31 Maret
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
28
Lampiran 6 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Ciapus Parameter Satuan Suhu TSS TDS Turbiditas pH DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
o
C mg/L mg/L NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Parameter Satuan Suhu TSS TDS Turbiditas pH DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
o
C mg/L mg/L NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
31 Maret 24.1 1 12 2.04 7.07 7.63 0.31 54 0.220 0.025 0.071
Stasiun I 14 April 30 April 24.3 23.2 4 3 46 74 2.46 3.86 6.97 6.99 7.44 7.55 0.36 0.42 40 55 0.059 0.173 0.028 0.246 0.003 0.055
31 Maret 27.8 10 118 19.54 7.18 6.45 1.56 60 0.193 0.046 0.077
Stasiun III 30 April 27.3 8 148 24.90 6.87 6.94 2.08 70 0.153 0.140 0.116
14 April 29.6 12 100 20.80 7.15 7.3 1.20 50 0.089 0.039 0.173
15 Mei 25 4 44 1.02 6.46 6.60 1.09 63 0.085 0.042 0.065
15 Mei 28.8 8 68 20.63 6.88 6.34 1.46 60 0.093 0.034 0.175
28 Mei 26.1 4 44 1.49 6.38 7.57 0.94 62 0.083 0.038 0.004
28 Mei 28.9 7 14 20.60 6.46 6.28 1.82 62 0.097 0.030 0.088
31 Maret 26.9 6 78 23.50 7.03 7.01 1.88 57 0.704 0.031 0.127
Stasiun II 14 April 30 April 27.7 26.4 8 7 116 104 28.50 28.70 7.05 6.98 7.32 7.11 1.25 1.04 44 62 0.283 0.464 0.022 0.493 0.202 0.196
15 Mei 27.1 6 94 24.16 6.71 6.51 2.03 59 0.249 0.040 0.108
28 Mei 27.4 6 66 25.40 6.44 6.71 2.71 57 0.195 0.034 0.184
31 Maret 28 11 128 8.28 7.17 6.53 1.20 67 0.239 0.044 0.088
Stasiun IV 30 April 28.7 9 144 15.62 7.03 7.22 1.25 78 0.326 0.140 0.116
15 Mei 29.8 9 138 11.99 6.96 6.2 0.94 67 0.136 0.041 0.150
28 Mei 29.4 8 70 10.46 6.57 6.31 1.20 66 0.131 0.031 0.054
14 April 30 14 174 14.00 7.3 7.88 1.51 60 0.164 0.039 0.193
29
Lampiran 7 Hasil Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus Parameter
Satuan
TSS TDS DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Parameter
Satuan
TSS TDS DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Parameter
Satuan
TSS TDS DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Stasiun I 2.44 29.30 18.63 0.76 131.85 0.54 0.06 0.17
Beban Pencemaran (ton/bulan) 31 Maret Stasiun II Stasiun III Stasiun IV 11.32 230.85 63.71 147.19 2724.04 741.41 13.23 148.90 37.82 3.55 36.01 6.95 107.56 1385.11 388.08 1.33 4.45 1.38 0.06 1.05 0.25 0.24 1.78 0.51
Beban Pencemaran (ton/bulan) 14 April Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV 4.85 9.16 167.02 108.20 55.81 132.76 1391.82 1344.83 9.03 8.38 101.60 60.90 0.44 1.43 16.70 11.67 48.53 50.36 695.91 463.73 0.07 0.32 1.24 1.27 0.03 0.02 0.55 0.30 0.01 0.23 2.41 1.49
Stasiun I 7.00 172.74 17.62 0.98 128.39 0.40 0.57 0.13
Beban Pencemaran (ton/bulan) 30 April Stasiun II Stasiun III Stasiun IV 8.09 28.10 12.50 120.14 519.92 200.04 8.21 24.38 10.03 1.20 7.31 1.74 71.62 245.91 108.36 0.54 0.54 0.45 0.57 0.49 0.19 0.23 0.41 0.16
30
Lampiran 7 Lanjutan Parameter
Satuan
TSS TDS DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Parameter
Satuan
TSS TDS DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Beban Pencemaran (ton/bulan) 15 Mei Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV 1.94 5.34 27.48 42.16 21.36 83.62 233.58 646.51 3.20 5.79 21.78 29.05 0.53 1.81 5.01 4.40 30.59 52.48 206.10 313.88 0.04 0.22 0.32 0.64 0.02 0.04 0.11 0.19 0.03 0.10 0.60 0.70 Beban Pencemaran (ton/bulan) 28 Mei Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV 5.09 4.75 39.46 24.99 56.03 52.24 78.92 218.63 9.64 5.31 35.40 19.71 1.20 2.14 10.26 3.75 78.96 45.11 349.51 206.13 0.11 0.15 0.55 0.41 0.05 0.03 0.17 0.10 0.01 0.15 0.50 0.17
31
Lampiran 8 Indeks Pencemaran (IP) 31 Maret Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi
TSS TDS (mg/L) (mg/L) 1 12 6 78 10 118 11 128 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 50 1000 50 1000 50 1000 50 1000 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 0.02 0.01 0.12 0.08 0.20 0.12 0.22 0.13
TSS TDS (mg/L) (mg/L) Sta I 0.02 0.01 Sta II 0.12 0.08 Sta III 0.20 0.12 Sta IV 0.22 0.13 (Ci/Lij) Lokasi maksimal Sta I 2.67 Sta II 3.73 Sta III 2.90 Sta IV 3.14
Hasil pengukuran (Ci) DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 7.07 7.63 0.31 54 7.03 7.01 1.88 57 7.18 6.45 1.56 60 7.17 6.53 1.20 67 Baku mutu (Lij) pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 (Ci/Lij) lama pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.29 -0.21 0.10 2.16 0.31 0.00 0.63 2.28 0.21 0.18 0.52 2.40 0.22 0.16 0.40 2.68 (Ci/Lij) baru pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.29 -0.05 0.10 2.67 0.31 0.00 0.63 2.79 0.21 0.05 0.52 2.90 0.22 0.04 0.40 3.14 Indeks (Ci/Lij) rataan Pencemaran 0.70 1.95 1.29 2.79 0.81 2.13 0.92 2.31 pH
Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.071 0.220 0.127 0.704 0.077 0.193 0.088 0.239 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 1.18 1.10 2.12 3.52 1.28 0.97 1.47 1.20 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 1.37 1.21 2.63 3.73 1.54 0.97 1.83 1.39 Keterangan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan
32
Lampiran 9 Indeks Pencemaran (IP) 14 April Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi
TSS TDS (mg/L) (mg/L) 4 46 8 116 12 100 14 174 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 50 1000 50 1000 50 1000 50 1000 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 0.08 0.05 0.16 0.12 0.24 0.10 0.28 0.17
TSS TDS (mg/L) (mg/L) Sta I 0.08 0.05 Sta II 0.16 0.12 Sta III 0.24 0.10 Sta IV 0.28 0.17 (Ci/Lij) Lokasi maksimal Sta I 2.02 Sta II 3.64 Sta III 3.30 Sta IV 3.54
Hasil pengukuran (Ci) DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6.97 7.44 0.36 40 7.05 7.32 1.25 44 7.15 7.30 1.20 50 7.30 7.88 1.51 60 Baku mutu (Lij) pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 (Ci/Lij) lama pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.35 -0.15 0.12 1.60 0.30 -0.11 0.42 1.76 0.23 -0.10 0.40 2.00 0.13 -0.29 0.50 2.40 (Ci/Lij) baru pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.35 -0.04 0.12 2.02 0.30 -0.03 0.42 2.23 0.23 -0.03 0.40 2.51 0.13 -0.07 0.50 2.90 Indeks (Ci/Lij) rataan Pencemaran 0.37 1.45 1.07 2.68 0.90 2.42 1.04 2.61 pH
Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.003 0.059 0.202 0.283 0.173 0.090 0.193 0.165 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.05 0.30 3.37 1.42 2.88 0.45 3.22 0.83 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.05 0.30 3.64 1.75 3.30 0.45 3.54 0.83 Keterangan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan
33
Lampiran 10 Indeks Pencemaran (IP) 30 April Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi
TSS TDS (mg/L) (mg/L) 3 74 7 104 8 148 9 144 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 50 1000 50 1000 50 1000 50 1000 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 0.06 0.07 0.14 0.10 0.16 0.15 0.18 0.14
TSS TDS (mg/L) (mg/L) Sta I 0.06 0.07 Sta II 0.14 0.10 Sta III 0.16 0.15 Sta IV 0.18 0.14 (Ci/Lij) Lokasi maksimal Sta I 2.71 Sta II 3.57 Sta III 3.24 Sta IV 3.47
Hasil pengukuran (Ci) DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6.99 7.55 0.42 55 6.98 7.11 1.04 62 6.87 6.94 2.08 70 7.03 7.22 1.25 78 Baku mutu (Lij) pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 (Ci/Lij) lama pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.34 -0.18 0.14 2.20 0.35 -0.04 0.35 2.48 0.42 0.02 0.69 2.80 0.31 -0.07 0.42 3.12 (Ci/Lij) baru pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.34 -0.05 0.14 2.71 0.35 -0.01 0.35 2.97 0.42 0.00 0.69 3.24 0.31 -0.02 0.42 3.47 Indeks (Ci/Lij) rataan Pencemaran 0.63 1.97 1.29 2.68 0.98 2.39 1.12 2.58 pH
Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.055 0.173 0.196 0.464 0.116 0.153 0.116 0.326 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.92 0.87 3.27 2.32 1.93 0.77 1.93 1.63 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.92 0.87 3.57 2.83 2.43 0.77 2.43 2.06 Keterangan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan
34
Lampiran 11 Indeks Pencemaran (IP) 15 Mei Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi
TSS TDS (mg/L) (mg/L) 4 44 6 94 8 68 9 138 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 50 1000 50 1000 50 1000 50 1000 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 0.08 0.04 0.12 0.09 0.16 0.07 0.18 0.14
TSS TDS (mg/L) (mg/L) Sta I 0.08 0.04 Sta II 0.12 0.09 Sta III 0.16 0.07 Sta IV 0.18 0.14 (Ci/Lij) Lokasi maksimal Sta I 3.01 Sta II 2.86 Sta III 3.32 Sta IV 3.14
Hasil pengukuran (Ci) DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6.46 6.60 1.09 63 6.71 6.51 2.03 59 6.88 6.34 1.46 60 6.96 6.20 0.94 67 Baku mutu (Lij) pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 (Ci/Lij) lama pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.69 0.13 0.36 2.52 0.53 0.16 0.68 2.36 0.41 0.22 0.49 2.40 0.36 0.27 0.31 2.68 (Ci/Lij) baru pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.69 0.03 0.36 3.01 0.53 0.04 0.68 2.86 0.41 0.06 0.49 2.90 0.36 0.07 0.31 3.14 Indeks (Ci/Lij) rataan Pencemaran 0.73 2.19 1.01 2.15 0.98 2.45 0.98 2.33 pH
Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.065 0.086 0.108 0.249 0.175 0.093 0.150 0.136 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 1.08 0.43 1.80 1.25 2.92 0.47 2.50 0.68 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 1.17 0.43 2.28 1.48 3.32 0.47 2.99 0.68 Keterangan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan
35
Lampiran 12 Indeks Pencemaran (IP) 28 Mei Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi Sta I Sta II Sta III Sta IV Lokasi
TSS TDS (mg/L) (mg/L) 4 44 6 66 7 14 8 70 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 50 1000 50 1000 50 1000 50 1000 TSS TDS (mg/L) (mg/L) 0.08 0.04 0.12 0.07 0.14 0.01 0.16 0.07
TSS TDS (mg/L) (mg/L) Sta I 0.08 0.04 Sta II 0.12 0.07 Sta III 0.14 0.01 Sta IV 0.16 0.07 (Ci/Lij) Lokasi maksimal Sta I 2.97 Sta II 3.43 Sta III 2.97 Sta IV 3.11
Hasil pengukuran (Ci) DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6.38 7.57 0.94 62 6.44 6.71 2.71 57 6.46 6.28 1.82 62 6.57 6.31 1.20 66 Baku mutu (Lij) pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 6-9 4 3 25 (Ci/Lij) lama pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.75 -0.19 0.31 2.48 0.71 0.10 0.90 2.28 0.69 0.24 0.61 2.48 0.62 0.23 0.40 2.64 (Ci/Lij) baru pH DO BOD COD (mg/L) (mg/L) (mg/L) 0.75 -0.05 0.31 2.97 0.71 0.02 0.90 2.79 0.69 0.06 0.61 2.97 0.62 0.06 0.40 3.11 Indeks (Ci/Lij) rataan Pencemaran 0.57 2.14 1.13 2.56 0.85 2.19 0.75 2.26 pH
Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.004 0.083 0.184 0.195 0.088 0.097 0.054 0.131 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 0.06 0.2 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.07 0.42 3.07 0.98 1.47 0.49 0.90 0.66 Nitrit Fosfat (mg/L) (mg/L) 0.07 0.42 3.43 0.98 1.83 0.49 0.90 0.66 Keterangan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan Cemar ringan
36
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun I Parameter Suhu TSS TDS Turbiditas pH DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
Satuan o
C mg/L mg/L NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
31 Mei
14 April
30 April
24.1 1 12 2.04 7.07 7.63 0.31 54 0.220 0.025 0.071
24.3 4 46 2.46 6.97 7.44 0.36 40 0.059 0.028 0.003
23.2 3 74 3.86 6.99 7.55 0.42 55 0.173 0.246 0.055
15 Mei
25 4 44 1.02 6.46 6.60 1.09 63 0.086 0.042 0.065 Jumlah skor Status
28 Mei
Max
Min
Rataan
26.1 4 44 1.49 6.38 7.57 0.94 62 0.083 0.038 0.004
26.1 4 74 3.86 7.07 7.63 1.09 63 0.220 0.246 0.071
23.2 1 12 1.02 6.38 6.60 0.31 40 0.059 0.025 0.003
24.54 3.2 44 2.17 6.77 7.36 0.62 54.8 0.124 0.076 0.040
Baku Mutu PP 82/2001 Kelas II Deviasi 3 50 1000 6-9 >=4 3 25 0.2 0.06
Skor 0 0 0 0 0 0 -20 -4 -4 -28 Cemar sedang
37
Lampiran 14 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun II Parameter Suhu TSS TDS Turbiditas pH DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
Satuan o
C mg/L mg/L NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
31 Mei
14 April
30 April
26.9 6 78 23.50 7.03 7.01 1.88 57 0.704 0.031 0.127
27.7 8 116 28.50 7.05 7.32 1.25 44 0.283 0.022 0.202
26.4 7 104 28.70 6.98 7.11 1.04 62 0.464 0.493 0.196
15 Mei
27.1 6 94 24.16 6.71 6.51 2.03 59 0.249 0.040 0.108 Jumlah skor Status
28 Mei
Max
Min
Rataan
27.4 6 66 25.40 6.44 6.71 2.71 57 0.195 0.034 0.184
27.7 8 116 28.70 7.05 7.32 2.71 62 0.704 0.493 0.202
26.4 6 66 23.50 6.44 6.51 1.04 44 0.195 0.022 0.108
27.1 6.6 91.6 26.05 6.84 6.93 1.78 55.8 0.379 0.124 0.167
Baku Mutu PP 82/2001 Kelas II Deviasi 3 50 1000 6-9 >=4 3 25 0.2 0.06
Skor 0 0 0 0 0 0 -20 -16 -20 -56 Cemar berat
38
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun III Parameter
Satuan
31 Mei
14 April
30 April
TSS TDS Turbiditas pH DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
mg/L mg/L NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
10 118 19.54 7.18 6.45 1.56 60 0.193 0.046 0.077
12 100 20.80 7.15 7.30 1.20 50 0.089 0.039 0.173
8 148 24.90 6.87 6.94 2.08 70 0.153 0.140 0.116
15 Mei
8 68 20.63 6.88 6.34 1.46 60 0.093 0.034 0.175 Jumlah skor Status
28 Mei
Max
Min
Rataan
7 14 20.60 6.46 6.28 1.82 62 0.097 0.030 0.088
12 148 24.90 7.18 7.30 2.08 70 0.193 0.140 0.175
7 14 19.54 6.46 6.28 1.20 50 0.090 0.030 0.077
9 89.6 21.29 6.91 6.66 1.62 60.4 0.125 0.058 0.124
Baku Mutu PP 82/2001 Kelas II 50 1000 6-9 >=4 3 25 0.2 0.06
Skor 0 0 0 0 0 -20 0 -20 -40 Cemar berat
39
Lampiran 16 Hasil Perhitungan Metode STORET Stasiun IV Parameter Suhu TSS TDS Turbiditas pH DO BOD COD Fosfat Amonia Nitrit
Satuan o
C mg/L mg/L NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
31 Mei
14 April
30 April
15 Mei
28 Mei
Max
Min
Rataan
28 11 128 8.28 7.17 6.53 1.20 67 0.239 0.044 0.088
30 14 174 14.00 7.30 7.88 1.51 60 0.164 0.039 0.193
28.7 9 144 15.62 7.03 7.22 1.25 78 0.326 0.140 0.116
29.8 9 138 11.99 6.96 6.20 0.94 67 0.136 0.041 0.150 Jumlah skor Status
29.4 8 70 10.46 6.57 6.31 1.20 66 0.131 0.031 0.054
30 14 174 15.62 7.30 7.88 1.51 78 0.326 0.140 0.193
28 8 70 8.28 6.57 6.20 0.94 60 0.131 0.031 0.054
29.18 10.2 130.8 12.07 7.01 6.83 1.22 67.6 0.199 0.059 0.120
Baku Mutu PP 82/2001 Kelas II Deviasi 3 50 1000 6-9 >=4 3 25 0.2 0.06
Skor 0 0 0 0 0 0 -20 -4 -16 -40 Cemar berat
40
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi Jawa Barat pada tanggal 28 Desember 1994. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudari dari pasangan Bapak Edward Tamimi dan Ibu Yetriza. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Duren Jaya V Bekasi, pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Bekasi pada tahun 2009 dan pendidikan menengah atas di SMAN 2 Bekasi pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan dengan memilih program studi Teknik Sipil dan Lingkungan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama periode 2012-2013 sebagai anggota Biro Kesekretariatan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian periode 2013-2014 sebagai anggota Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian periode 2014-2015 sebagai anggota Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa. Penulis turut aktif dalam beberapa kepanitiaan, seperti TPB Cup pada tahun 2013 sebagai koordinator konsumsi, Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru pada tahun 2013 sebagai staff Komisi Disiplin, Masa Perkenalan Fakultas Teknologi Pertanian sebagai staff Evaluasi Eksklusif pada tahun 2014 dan Pekan Orientasi Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan sebagai staff Tim Kreatif pada tahun 2014. Penulis turut aktif dalam kegiatan non-akademik seperti lomba skala nasional Engineering Physic Week Institut Teknologi Sepuluh November 2014 dengan menjadi semifinalis pada Lomba Karya Tulis Ilmiah, lomba skala fakultas Pandawa Merah 2015 dengan menjadi juara 3 pada Lomba Essay, lomba skala nasional Indonesian Civil and Environmental Festival Institut Pertanian Bogor 2015 dengan menjadi finalis pada Lomba Essay dan mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa Karsa Cipta tahun 2016 yang didanai oleh Dikti. Selain itu, penulis mengikuti acara skala internasional International Workshop on Climate Change, Melaka pada tahun 2015. Penulis juga turut aktif dalam bidang akademik dengan menjadi Asisten Praktikum Polusi Tanah dan Air Tanah pada tahun 2015, Asisten Praktikum Teknik Pengelolaan Kualitas Udara pada tahun 2015, Asisten Praktikum Teknik Sanitasi Lingkungan pada tahun 2016 dan Asisten Praktikum Toksikologi Lingkungan pada tahun 2016. Penulis juga ikut serta dalam beberapa pelatihan, yaitu Environmental Management System Based on ISO 14001:2004 pada tahun 2014, Occupational Health and Safety Management System Based on PP 50 Th 2012 & OHSAS 18001:2007 pada tahun 2015, Uji Kebisingan Lingkungan Sekitar Stasiun Bogor pada tahun 2015 serta Pelatihan Uji Sondir pada tahun 2015. Penulis melakukan Praktik Lapangan pada tahun 2015 dan menyusun laporan berjudul “Analisis Kualitas Air Limbah Waduk Setiabudi sebagai Hasil Pengelolaan Limbah di PD. PAL Jaya” di PD. PAL Jaya, Jakarta. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Beban Pencemaran Sungai Ciapus sebagai Bahan Baku Pengolahan Air Bersih di Kampus IPB Dramaga, Bogor” di bawah bimbingan Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP., M.Si.