ANALISA PRODUKTIFITAS PADA SALAH SATU PELABUHAN MILIK PT. PELINDO I DI ERA KRISIS MONETER Alfansuri Dosen Politeknik Negeri Bengkalis Alamat : Kampus Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin Alam Sungai Alam - Bengkalis – Riau Kode Pos 28751 Mobile Phone 08117505510 Fax 0766 8001000 e-mail :
[email protected]
Abstract : Indonesia has several times of monetary crisis. The toughest financial crisis is perceived Indonesia in early July 1997. This study analyzes the productivity at one of the ports owned by PT. Pelindo I on the range before 1994-1999, which is in the range of initial monetary crisis in Indonesia and very surprising that this increased productivity at the port when the monetary kriris occurs. It indicates that the labor productivity index increased from 140.34 to 648, 23, material productivity of 181, 28 to 377, 36, maintenance productivity of 127.37 to 192.88, so the total productivity for the accumulation of organizational change from 155 to 338.70. Although in terms of ship visits decreased from peak conditions in 1997 to 1998 and 1999, but on the other hand the number and the size TEUs in 1999, up from 181,262 TEUs in 1997 amounted to 204 200 TEUs. The same increase occurred in the performance of services in the port. Time berthing previous highest derived 17.32 to 15.73 in 1999. Keywords: analysis of productivity, productivity index, the monetary crisis, the service port. Abstrak : Indonesia telah beberapa kali mengalami krisis moneter. Krisis moneter terberat dirasakan adalah krisis moneter yang melanda Indonesia pada awal juli 1997. Penelitian ini menganalisa produktifitas pada salah satu pelabuhan milik PT. Pelindo I pada rentang sebelum 1994-1999, dimana ini pada rentang ini awal terjadinya krisis moneter di Indonesia dan sangat mengejutkan bahwa produktifitas pada pelabuhan ini meningkat ketika kriris moneter terjadi, ini di tunjukkan bahwa Indeks Produktifitas tenaga kerja meningkat dari 140,34 menjadi 648,23, produktifitas bahan dari 181, 28 menjadi 377, 36, produktifitas pemeliharaan dari 127,37 menjadi 192,88, sehingga untuk akumulasi produktifitas total organisasi perubahan dari 155 menjadi 338,70. Walaupun dari sisi kunjungan kapal terjadi penurunan dari kondisi tertinggi pada tahun 1997 ke tahun 1998 dan 1999, namun pada sisi lain jumlah mupun ukuran TEUs pada tahun 1999 meningkat dari tahun 1997 berjumlah 181.262 TEUs menjadi 204.200 TEUs. Peningkatan yang sama juga terjadi pada kinerja pelayanan pelabuhan. Berthing Time tertinggi sebelumnya 17,32 diturunkan hingga 15,73 pada tahun 1999. Kata Kunci : analisa produktifitas, Indeks produktifitas, krisis moneter, layanan pelabuhan.
98
`
99 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm 99-109
PENDAHULUAN P.T Pelabuhan Indonesia I (PT. Pelindo I) merupakan salah satu perusahaan plat merah dibawah pem-binaan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan pelabuhan dan perairan di wilayah regional sumatera bagian utara yang terdiri dari propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Saat ini Pelindo I memiliki satu kantor pusat, 14 cabang dan 13 perwakilan cabang diempat propinsi tersebut. Unit terminal peti kemas atau sekarang lebih dikenal Belawan International Container Terminal (BICT) merupakan salah satu cabang kelas I dari P.T Pelindo I yang berlokasi di jalan raya Pela-buhan, Gabion, Belawan Sumatera utara (http://www.inaport1.co.id/?page_id=1 83. BICT Belawan pertama kali dibangun pada tahun 1980 pada area seluas 30 ha, dan diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 17 maret 1987. Terminal Peti kemas ini berdiri sejak 1 september 1984 dan mulai beroperasi pada 10 fabruari 1985. Tanggal 18 April 1986 dimulai penumpukan peti kemas di Gabion. Sejak saat itu unit terminal peti kemas menjadi andalan dari P.T Pelindo I. Pada mulanya Unit terminal ini dibawah naungan P.T Pelindo I cabang Belawan, pada tanggal 16 Januari 1998 ditetapkan struktur baru dengan nama Unit Usaha Terminal Peti Kemas Belawan yang terpisah dari P.T Pelindo I Cabang Belawan atau statusnya cabang tersendiri. Dan pada pada tahun 2003 UTPK Belawan berubah nama menjadi Belawan International Container Terminal me-lalui surat keputusan Direktur Utama P.T Pelindo I No No PR.01/1/4/PI-03 http://bict.inaport1.co.id/index.php?cnt =profile&id=28. BATAS SUNTING
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal juli 1997 merupakan badai besar yang dihadapi bangsa Indonesia ketika itu. Lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyaknya perusahaan yang tutup dan meningkatnya pengang-guran. Kondisi ini diperparah oleh musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi ditengah kesulitan ekonomi saat itu seperti kegagalan panen, hama dan kebakaran hutan dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengah mei 1998 yang melumpuhkan perekonomian dibeberapa kota besar. Krisis moneter yang terjadi, meskipun ekonomi Indonesia dimasa lalu dipandang cukup kuat dan disanjung-sanjung Bank Dunia, namun dibalik itu terdapat beberapa kelemahan struktural seperti peraturan perdagangan domestik yang kaku, monopoli import yang menyebabkan kegiatan ekonomi tidak efesien dan kompetitif. Pada saat yang sama kurangnya transparansi dan kurangnya data menimbulkan ketidakpastian sehingga masuknya dana luar negeri dalam jumlah yang besar melalui sistem perbankan yang lemah. Sebenarnya semua ini masih dapat ditampung oleh perekonomian nasional ketika itu, yang terjadi adalah mendadak datangnya badai besar krisis kepemimpinan yang tidak mam-pu dibendung oleh tembok penahan yang ada, jadi inilah sebenarnya yang menyebabkan krisis moneter terjadi ketika itu (Tarmidi, L.T (1998). Krisis moneter yang melanda indonesia pada tahun 1997-1998 tentunya sangat mempengaruhi seluruh sendi ekonomi Indonesia termasuk ekonomi mikro. Seberapa besar pengaruh krisis tersebut bagi perusahaan yang bersentuhan langsung pada roda ekonomi sangat minim dikaji apalagi pada tingkat operasional perusahaan. Oleh sebab itu pada tulisan ini
Analisa Produktifitas Pada Salah ... 100
membahas dan menganalisa produktifitas sebuah perusahaan pada kondisi krisis moneter tersebut dengan mengambil kasus pada salah satu cabang yang dimiliki oleh P.T Pelindo I yakni Unit Terminal Peti Kemas Belawan (Belawan International Container Terminal) Pengukuran Produktifitas Organisasi Kata produktivitas bermula dicetuskan oleh Francois Quesnay pada tahun 1766 dalah artikel yang berjudul School of psysiocraft. Selajutnya produktiftas sebagai suatu konsep output dan input sebagai eleme utama, pertama kali dicetuskan oleh Davis Ricardo sekitar tahun 1810. Inti konsepya bagaimana output akan berubah apabila besaran outputya berubah (Sumanth, D. J (1984). Tahun 1950, Organization for European Econonomic Corporation (OEEC) mengusulkan definisi lebih formal dari produktifitas, yaitu : “Produktifitas ialah hasil bagi yag diperoleh dari keluara dengan salah satu dari faktor-faktor produksi. Berdasarkan pengertian diatas secara umum dapat dikatakan bahwa produktifitas adalah hasil bagi antara tota keluaran denga total masukan :
Dalam pengukuran produktifitas, untuk ruang lingkup perusahaan, maka yang menjadi elemen nyata adalah : 1. Unit jadi yang diproduksi, unit jadi yang diproduksi dapat diekspresikan dalam bentuk fisik dan jasa. 2. Produk setengah jadi yang diproduksi. Nilai dari produk setengah jadi yang diproduksi = jumlah ½ jadi yang diproduksi x prosentase kelengkapannya x harga penjualan perunit. 3. Pembagian untung dalam saham.
4. Bunga dari obligasi. 5. Pendapatan perusahaan lainnya. Sedangkan elemen masukan nyata perusahaan adalah 1). Manusia, 2) Bahan Baku, 3). Modal, 4). Energi, 5). Masukan lainnya. Menurut Sumanth, D.J (984) , ada tiga tipe dasar produktifitas, yaitu : a. Produktifitas Parsial Produktifitas parsial adalah perbandingan antara keluaran dengan salah satu faktor masukan,
b. Produktifitas Faktor Total Produktifitas faktor total adalah perbandingan antara keluaran bersih dengan masukan tenaga kerja dan masukan capital, dimana keluaran bersih sama pengertiannya dengan nilai tambah, yaitu keluaran total dikurangi jumlah nilai barang dengan jasa yang dibeli.
c. Produktifitas Total Produktifitas total adalah perbandingan antara keluaran total dengan jumlah seluruh masukan, jadi pengukuran produktifitas total mencerminkan pengaruh bersama seluruh masukan dalam menghasilkan keluaran.
Kinerja Operasional Pelabuhan Yang dimaksud dengan kinerja operasional pelabuhan merupakan output dari keberhasilan pelayanan kapal, barang dan peralatan pelabuhan dalam suatu periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran waktu (jam), satuan berat (ton) dan rata-rata perbandingan (persentase). Perhitu-ngan untuk mengetahui kinerja pelabuhan menjadi penting karena mempunyai
101 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm 101-109
fungsi dan tujuan tersen-diri (Salim, Abbas, 1995). Adapun fungsi dari perhitungan kinerja operasional pelabuhan adalah : a. Sebagai alat analisis untuk kepentigan manajemen dalam me-ngelola pelabuhan. b. Untuk menentukan perencanaan operasional. c. Sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan pelabuhan. d. Untuk menetapkan kebijakan-kebijakan (terutama untuk pening-katan pelayanan). Sedangkan tujuan dari perhitungan kinerja operasional pelabuhan adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan produktifitas dan efisiensi penggunaan fasilitas/peralatan pelabuhan pada periode tertentu (bulanan, triwulan atau tahunan). Kinerja operasional pelabuhan dibagi kedalam beberapa kelompok kinerja operasional pelabuhan, kelompok-kelompok tersebut adalah: 1. Kelompok trafik kapal, barang/ peti kemas / penumpang. 2. Kelompok service time (rata-rata wakyu pelayanan kapal) 3. Kelompok produksi B/M : yang yang meliputi gencar, bak / kargo, curah cair, curah kering dan peti kemas. 4. Utilisasi penggunaan fasilitas dan peralatan. Kelompok Service Time Adapun istilah-istilah yang digunakan untuk kelompok service time antara lain : Turn round time adalah jumlah jam bagi satu kapal berada di pelabuhan yang dihitung sejak kapal tiba dilokasi lego jangkar ( anchorage area ) sesuai kesepakatan sampai kapal berangkat meninggalkan lo-
kasi lego jangkar ( batas perairan pelabuhan ). TRT= AT + WT + PT + BT Anchorage area adalah daerah perairan pelabuhan yang sudah dise-pakati mulai dari batas perairan ambang luar (lokasi lego jangkar) sampai tambatan ( kade ). Approach time adalah jumlah jam bagi satu kapal, yang terpakai selama waktu kapal bergerak dari lokasi lego jangkar sampai ikat tali ditambatan (pakai/tanpa pelayanan pandu/tunda) atau sebaliknya, sertajam yang terpakai saat kapal melakukan kegiatan pindah tempat selama kapal berada dipelabuhan / tambatan. Waiting time adalah waktu pelayanan yang tertunda / terkendala bagi satu kapal yang dihitung sejak jam yang ditetapkansampai dilaksanakan pelayanan terhadap kapal yang bersangkutan. Postpone time adalah jumlah bagi satu kapal yang tidak dimanfaatkan selama kapal berada di perairan pelabuhan /ambang luar / lego jangkar, sebelum atau sesudah kapal melakukan kegiatan bongkar muat. Berthing time adalah jumlah jam bagi satukapal selama berada ditambatan. BT = BWT + NOT Berth working time adalah jumlah jam bagi satu kapal yang direncanakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang. BWT = ET + IT Efective time adalah jumlah jam bagi satu kapal yang riel digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang. Idle time adalah jumlah jam bagi satu kapal yang terbuang / tidak terpakai dari jam yang direncanakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat (BWT)
Analisa Produktifitas Pada Salah ... 102
Non operating time adalah hjam satu kapal yang direncanakan tidak bekerja selama berada ditambatan, termasuk jam istirahat. Produktivitas Kecepatan Bongkar Muat Ada beberapa perhitungan produktivitas untuk pengukuran kecepatan bongkar muat : 1. Produktifitas kerja gang buruh adalah jumlah ton yang dibongkar / dimuat dalam satu jam oleh tiap buruh dibedakan menurut jenis kemas barang (general cargo, bag cargo, curah cair, dan curah kering). Dibagi dalam dua perhitungan, yaitu : Ton gang jam kotor adalah berapa ton gang jam dari waktu yang tersedia ditambatan.
Ton gang jam bersih adalah berapa ton gang jam dari waktu efektif ditambatan.
Koefisien Deflator yang digunakan Untuk menghilangkan pengaruh harga pada periode pengukuran digunakan deflator, sehingga diperoleh nilai periode pengukuran dengan harga konstan. Pada penyelesaian ini akan digunakan indeks harga sebagai deflator, tetapi hanya digunakan jika tidak dapat mengalihkan jumlah salah satu keluaran dan masukan dengan harga yang berlaku pada periode dasar. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu ditambahkan deflator untuk mendapatkan harga konstan. Untuk mendapatkan harga kosntan dari harga berlaku, maka dilakukan pendeflasian dengan mengambil indeks harga deflator yang sesuai.
Perhitungan Tingkat dan Indeks Produktifitas Perhitungan tingkat dan indeks produktifitas dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dan tingkat penurunan produktifitas perusahaan, baik untuk produktifitas total maupun produktifitas parsial, dimana ;
2. Produktifitas alat bongkar muat adalah jumlah tonase barang yang dibongkar / dimuat dalam satu jam operasi tiap alat bongkar muat. Dibedakan menurut kemasan sebagai berikut: Peti kemas (box / crane / jam )
Curah kering ( ton / alat / jam )
Curah cair ( ton / jam )
Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang dikumpulkan data laporan keuangan perusahaan yang terdiri data semesteran yang dimulai dari sebelum krisis moneter terjadi hingga krisis moneter berangsur pulih, jadi data yang diambil adalah data mulai tahun 1994-1999.
103 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm 103-109
Untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga pada periode pengukuran digunakan deflator, sehingga diperoleh periode pengukuran dengan harga konstan. Perhitungan untuk mendapatkan harga konstan sebagai berikut :
Selain data laporan keuangan, data operasional juga dikumpulkan sebagai data pendukung dalam proses menganalisa tingkat dan indeks produktifitas karena kinerja operasional sangat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Adapun data dan pengolahan data tingkat produktitas totat/parsial dan Indeks produktifitas total/parsial serta data-data kinerja operasional terlihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Harga deflator didapat dari Indeks harga konsumen kota medan dan diperoleh dari BPS SumateraUtara. 1. Indeks harga peralatan dan sarana pendukung transportasi digunkan untuk mendeflasikan biaya bahan, biaya sewa dan biaya pemeliharaan. 2. Indeks harga upah digunakan untuk mendeflasikan biaya tenaga kerja. 3. Indeks harga modal digunakan mendeflasikan biaya penyusutan dan asuransi. 4. Indeks harga konsumen digunakan untuk mendeflasikan biaya administrasi dan biaya umum. 5. Indeks harga aneka barang dan jasa digunakan untuk mendeflasikan pendapatan.
Tabel 1 : Total keluaran, masukan, tingkat produktifitas total dan Indeks Produktiftas total
Thn
94
95
96
97
98
99
S E m
Keluaran Total
Masukan Total
(Rp. 000)
(Rp. 0000)
1
19.037.987
10.451.132
1,82
100,00
2
27.543.300
13.146.316
2,10
115,01
1
26.333.506
11.873.583
2,22
121,75
2
27.514.706
14.091.186
1,95
107,19
1
24.563.477
10.951.690
2,24
123,13
2
27.133.798
11.235.782
2,41
132,57
1
27.750.889
9.827.420
2,82
155,02
2
30.548.904
11.942.345
2,56
140,43
1
36.560.747
4.243.449
8,62
472,98
2
30.134.983
3.890.417
7,75
425,22
1
32.252.496
3.031.145
10,64
584,12
2
26.204.134
4.247.141
6,17
338,70
TP
IP
Tabel 2 : Tingkat Produktifitas dan Indeks Produktifitas parsial (tenaga kerja, bahan, pemeliharaan, dan biaya sewa Tenaga Kerja
Bahan
Pemeliharaan
sewa
Tahun
Sem
IP
TP
IP
TP
94
1
12,88
100,00
12,36
100,00
13,52
100,00
15,38
100,00
2
13,53
105,07
12,99
105,07
14,21
105,07
16,16
105,07
1
15,99
124,19
13,00
105,13
15,48
114,50
17,92
116,57
2
13,77
106,95
11,19
90,54
13,33
98,61
15,44
100,39
1
14,69
114,12
17,00
137,50
12,85
95,07
17,96
116,76
2
16,09
124,97
18,62
150,58
14,07
104,11
19,66
127,87
TP
95 96
IP
TP
IP
Analisa Produktifitas Pada Salah ... 104
97 98 99
1
18,07
140,34
22,41
181,28
17,22
127,37
21,01
136,64
2
15,69
121,89
19,47
157,45
14,96
110,63
18,25
118,68
1
110,05
854,76
83,56
675,89
20,18
149,27
196,29
1276,50
2
125,24
972,71
80,59
651,80
17,97
132,88
193,12
1255,88
1
95,41
741,03
76,51
618,80
26,08
192,88
228,27
1484,46
2
83,46
648,23
46,66
377,36
14,79
109,39
66,08
429,72
Tabel 3 : Tingkat Produktifitas dan Indeks Produktifitas Parsial (Penyusutan, Asurnasi, Administrasi, dan Biaya Biaya Umum. Tahun
Penyusutan
Sem TP
94 95 96 97 98 99
Asuransi
IP
Administrasi
Umum
TP
IP
TP
IP
TP
IP
1
4,97
100,00
324,73
100,00
181,42
100,00
24,03
100,00
2
6,24
125,51
407,57
125,51
198,75
109,56
26,33
109,56
1
6,07
122,23
2747,65
846,15
178,13
98,19
29,49
122,73
2
5,44
109,41
2459,52
757,42
162,30
89,46
26,87
111,82
1
6,83
137,42
296,07
91,18
222,51
122,65
22,77
94,75
2
7,30
146,95
316,59
97,50
231,96
127,86
23,74
98,78
1
8,70
174,98
359,96
110,85
178,23
98,24
28,34
117,92
2
8,21
165,26
339,96
104,69
162,41
89,52
25,82
107,45
1
35,60
716,23
978,89
301,45
544,83
300,32
106,20
441,93
2
30,30
609,75
941,34
289,89
479,23
264,16
85,35
355,15
1
53,47
1.075,93
602,20
185,45
392,54
216,37
208,74
868,63
2
33,70
678,02
470,44
144,87
186,44
102,77
114,37
475,92
Tabel 4 : Data service time Non Operating time
Tahun
Berthing Time
Operating Time
Efektif Time
Idle Time
1994
20,95
18,37
14,35
2,58
4,02
1995
18,44
16,5
14,44
1,94
2,06
1996
19,66
14,72
13,25
4,94
1,47
1997
17,32
13,72
11,87
3,6
1,85
1998
15,42
11,72
10,71
3,7
1,01
1999
15,73
13,07
11,36
2,66
1,71
Tabel 5 : Kunjungan Kapal & Bongkar Muat Tahun
Kunjungan Kapal
Box
TEUs
1994
609
112.990
161.345
1995
543
118.495
165.277
1996
525
127.394
177.703
1997
651
131.611
181.262
1998
561
150.662
202.790
1999
568
153.957
204.200
Analisa dan Pembahasan Dari data yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa tingkat dan Indeks produktifitas usaha terminal peti kemas senantiasa meningkat setiap tahunnya, bahkan pada tahun 1998 kenaikan tingkat dan indeks produktifitas total sangat signifikan yakni melebihi 100% dari tahun sebelumnya.
105 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm 105-109
Pada tahun 1998 semester I tingkat dan indeks produktiftias total sebesar 8,62 dan 472,98 jika dibandingkan pada semester I tahun 1997 sebesar 2,56 dan 155,02. Kenaikan tingkat dan indeks produktifitas total ini disumbangkan oleh tingkat dan indeks komponen keluaran. Tingkat dan in-deks parsial yang memberikan sumba-ngan terbesar adalah tingkat produk-tifitas (TP) dan indeks produktifitas (IP) tenaga kerja, bahan, sewa, penyusutan, asuransi, administrasi dan biaya umum. Kenaikan TP dan IP total terus terjadi hingga tahun 1999. Kondisi diatas memperlihatkan bahwa krisis moneter tidak mempengaruhi tingkat dan indeks produktiftias pada usaha terminal peti kemas belawan. Dari sisi operasional juga memperlihat kenaikan kinerja pelabuhan ini, ini dapat dilihat bahwa operasional bongkar muat terjadi kenaikan pada krisis moneter ini, pada tahun 1997 jumlah bongkar muat sebanyak 131.611 box dan 181.262 TEUs, pada tahun 1998 meningkat menjadi 150.662 box dan 202.790 TEUs dan terus meningkat pada tahun 1999. Kondisi ini lebih meyakinkan bahwa kriris moneter tidak mempengauhi kinerja terminal peti kemas, bahkan diera krisis moneter terjadi kenaikan tingkat dan indeks produktiftias serta kinerja operasional pelabuhan. Namun data yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa kenaikan operasional untuk jumlah box tumbuh sebesar 114% dan TEUs 111% dari perbandingan 1998 dan 1997. Sedangkan tingkat produktifitas total dan indeks produktiftias total semester I 1998 berbanding semester I 1997 tumbuh masing 336% dan 305%. Tentunya jika dianalisa pertumbuhan TP dan IP total jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan kinerja operasional, kondisi ini menarik untuk
dikaji lebih mendalam mengapa kondisi ini terjadi demikian. Ternyata kenaikan TP dan IP pada era kriris moneter disebabkan ada perubahan struktur organisasi pada pengelolaan terminal peti kemas, dimana sebelum tahun 1998 pengelolaan terminal peti kemas berada di bawah naungan P.T Pelindo I cabang Belawan sedangkan pada 1998 terminal peti kemas berdiri sendiri menjadi sebuah unit usaha setingkat cabang. Dengan demikian struktur yang baru lebih ramping dan efisien dan pembagi keluaran lebih kecil jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga menyebabkan TP dan IP meningkat signifikan pada tahun 1998 tersebut. Ini juga ditandai oleh kenaikan TP dan IP pada tahun 1999 tidak terlalu mencolok seperti yang terjadi pada tahun 1998. Dari analisa diatas menunjukkan bahwa krisis moneter ti-dak berpengaruh terhadap kenaikan tingkat dan indeks produktifitas. Usaha-usaha yang dapat meningkatkan produktifitas perusahaan Semua perusahaan menginginkan agar usahanya dapat tetap eksis dan berkesinambungan serta senantiasa dapat meningkatkan laba dalam kacah persaingan bisnis yanmg semakin pesat. Hal-hal tersebut dapat terwujud apabila perusahaan mampu memanfaatkan kompetensi inti perusahaaan dan meningkatkannya serta berupaya terus meneruis mengadakan perbaikan-perbaikan kinerja perusahaan. Perubahan struktur yang terjadi telah mampu meningkatkan kinerja peru-sahaan. Dan dapat kenyataan seperti ini, unit usaha terminal. Untuk mengadakan perubahanperu-bahan kearah yang lebih baik, unit usaha terminal peti kemas
Analisa Produktifitas Pada Salah ... 106
(UTPK) belawan perlu memikirtkan dan menerapkan model baru, metode kerja baru, inovasi dan bahkan strategi baru dalam menggeluti bisnisnya. Peningkatan produktifitas melalui penerapan strategi global. Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan produktifitas perusahaan adalah meningkatkan output perusahaaan dan upaya untuk dapat meningkatkan output tersebut adalah mengakses pasar yang lebih luas. Kondisi sekarang mengharuskan unit usaha terminal peti kemas (UTPK) belawan bersaing secara global. Dan UTPK harus mampu menangkap peluang-peluang bisnis global tersebut. Keberadaan UTPK belawan saat ini sangat tergantung kepada hinterland pelabuhan dan berfungsi sebagai penyalur dan terminal akhir untuk distribusi peti kemas. Fungsi pelabuhan/terminal peti kemas sebagai pengumpul lebih banyak dimainkan oleh pelabuhan-pelabuhan dinegara tetangga, seperti pelabuhan portklang dan pelabuhan singapore. Kondisi seperti ini dikarenakan pelabuhan belawan hanya disinggahi kapal-kapal yang relatif kecil dan dermaganya belum siap untuk menjadi pelabuhan pengumpul. Posisi pelabuhan unit usaha terminal peti kemas (UTPK) yang strategis, merupakan pelabuhan terminal peti kemas bersetandarkan international terbesar diwilayah sumatra seharusnya sangat memungkinkan untuk menjadi pelabuhan terminal peti kemas pengumpul. Untuk memasuki peluang yang demikian memang mempunyai banyak hambatan diantaranya, modal untuk pengembangan pelabuhan (investasi) dan yang terpenting akses pasar global. Dan untuk itu usaha terminal peti
kemas (UTPK) belawan perlu menerapkan strategi global. Ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan agar unit usaha terminal peti kemas mampu memiliki akses distribusi peti kemas global, diantaranya : Akuisisi unit usaha terminal peti kemas (UTPK) belawan dapat mengakuisisi atau dikusisi dengan perusahaan-perusahaan pelayaran international atau industri jasa kepelabuhan international. Penerapan strategi sangat merubah drastis akses pasar UTPK belawan, akan tetapi perlu biaya yang sngat besar untuk mengakuisisi suatu perusahaan yang bertaraf international. Aliansi strategis unit usaha terminal peti kemas (UTPK) belawan dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan pelayaran international atau industri jasa kepelabuhan dalam meningkatkan daya kompetisi perusahaan untuk memperoleh skala ekonomi yang lebih rendah. Penjualan saham perusahaan (privatisasi) unit usaha terminal peti kemas dapat menjual sebagian sahamnya kepada perusahaan-perusahaan yang mempunyai akses distribusi peti kemas global, sehingga unit usaha terminal peti kemas akan memiliki akses pasar global yang lebih luas. Hal-hal diatas dapat dilakukan oleh unit usaha terminal peti kemas dalam rangka mengakses pasar global. Selain banyak hal lain yang dapat diperoleh dengan penerapan strategi global diantaranya mendapatkan modal sebagai investasi pengembangan, adanya tranformasi teknologi dan transformasi ilmu. Namun demikian untuk menerapkan salah satu strategi, unit usaha Terminal peti kemas harus berhati-hati
107 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm 107-109
dan perlu kajian untuk penerapan strategi tersebut. Peningkatan produktifitas melalui perbaikan dan rekayasa operasi Penerapan strategi terintegrasi (biaya rendah dan pembedaan) yang berorientasi kepada pelayanan dan operasi biaya rendah mengharuskan organisasi senantiasa mampu memperbaiki dan merekayasa operasi seefisien mungkin baik. Didalam operasi unit usaha terminal peti kemas (UTPK) belawan, dapat diidentifikasi beberapa operasional yang masih dapat diperbaiki dan direkayasa kembali, diantaranya : Procedure yang dilalui oleh pelanggan Pengendalian persediaan bahan Kombinasi penggunaan peralatan Penjadwalan perawatan (pemeliharaan) Rekayasa dilapangan penumpukan (sistem penumpukan) Pemborosan lembar kerja dan sistem pelaporan Dan masih banyak lagi yang dapat direkayasa kembali supaya mampu mereduksi biaya dan waktu sehingga dapat memberikan biaya operasi yang rendah dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Akan tetapi kondisi unit usaha terminal peti kemas sekarang ini, tidak mendukung untuk itu . Fungsi penelitian juga dapat mendukung rekayasa operasi dan pengembangan tidak ada mempertangjawabkan, padahal strategi biaya rendah dan pembedaan menuntut keberadaan fungsi ini. Walaupun sebenarnya, dikantor pusat terdapat fungsi penelitian dan pengembangan akan tetapi tidak mampu mewadahi, karena fungsi penelitian dan pengembangan kantor pusat hanya menangani pene-
litian untuk pembangunan cabangcabang di bawah naungan P.T Pelabuhan Indonesia I. Ada beberapa solusi yang dapat diterapkan oleh unit usaha terminal peti kemas (UTPK) belawan dalam rangka memenuhi tuntutan rekayasa oprasi, diantaranya : 1. Membentuk fungsi baru yang menangani permasalahan penelitian 2. Menyewa konsultan untuk menangani setiap penelitian, apabila unit usaha terminal peti kemas (UTPK) belawan tidak memiliki sumber daya yang cukup 3. Mengadakan aliansi strategis dengan perusahaan lain yang memiliki unit usaha yang sama. Solusi yang ketiga merupakan solusi yang banyak digunakan perusahaan perusahaan sekarang ini, karena memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan itu baik dapat diterapkan pada UTPK belawan dan biaya yang dikeluarkan untuk penelitian akan jauh lebih murah karena ditanggung bersama. Peningkatan produktifitas melalui perbaikan proses orang Dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan produktifitas melalui proses orang adalah: (1) merupakan sistem belajar terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan dan (2) membangun tim kerja sama dan partisipasi total dari semua orang dalam organisasi. a. Menetapkan Sistem Belajar Terus Menerus Melalui Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan penelitian merupakan salah satu elemen dalam model peningkatan produktifitas untuk meningkatkan kompetensi dari orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Para karya-
Analisa Produktifitas Pada Salah ... 108
wan dan manajemen seyogyanya belajar terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan dan pelatihan merupakan elemen penting untuk mengembangkan produktifitas modren. Seluruh anggota organisasi mulai manajemen puncak sampai karyawan terendah harus memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk mendidik seluruh anggota organisasi tentang mengapa sesuatu aktifitas dilakukan sedangkan pelatihan bertujuan untuk melatih seluruh anggota organisasi tentang bagaimana melakukan sesuatu aktifitas. Agar pendidikan dan pelatihan dapat menjadi lebih efektif dalam dengan rencana belajar strategis (strategic learning plan). Dengan rencana belajar strategis memberikan outline tentang kebutuhan pendanaan guna mendukung implementasi program perbaikan terusmenerus yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. b. Membangun Tim Kerja Sama dan Partisipasi Total Dalam peningkatan produktifitas, jarang ada orang yang secara mendiri mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dalam proses bisnis berdasarkan kenyataan ini, kebanyakan hasil-hasil peningkatan produktifitas merupakan kerja sama banyak orang yang terlibat. Tim kerja sama merupakan sekumpulan orang-orang yang memiliki keterampilan dan penghetahuan berkaitan dengan proses bisnis itu secara terus menerus agar mampu memberikan kinerja yang lebih baik.
Agar hasil dari tim kerja sama menjadi lebih besar dari penjumlahan hasil kerja individual, yang berarti terjadi sinergi dalam pembentukan tim kerja sama itu. Suatu delegasi yang efektif membutuhkan beberapa hal berikut : Kejelasan tanggung jawab Memprioritaskan tanggung jawab Menetapkan bersama tujuan jangka pendek dan jangka panjang secara tepat Memberikan wewenang sepesifik untuk setiap tanggung jawab Mengijinkan orang-orang untuk bebas mencapai tujuan mereka Mengembangkan pengendalian atas tugas-tugas yang didelegasikan secara tepat Berpartisipasi dengan orang-orang dalam menentukan tanggung jawab, prioritas dan wewenang. Mengembangkan nasihat-nasihat, pelatihan dan dukungan kepada orang-orang dan tim ketika mereka bekerja menuju tujuan-tujuan yang telah ditetapkan Memberikan pengakuan dan penghargaaan kepada individu-individu dan kelompok berdasarkan performansi. KESIMPULAN Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dan tahun 1998 telah meluluhlantakkan ekonomi Indonesia yang menyebabkan banyaknya perusahan yang melakukan pemberhentian operasionalnya atau mengurangi beban perusahaan dengan merumahkan sebagian besar tenaga kerjanya. Namun kondisi ini agak berbeda yang terjadi pada salah satu usaha yang dimiliki oleh PT Pelindo I, yakni Unit Terminal Peti Kemas Belawan. UTPK Belawan pada era krisis moneter tetap menunjukkan
109 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm 109-109
kinerja yang positif baik kinerja keuangan yang dianalisa melalui analisa tingkat produktifitas dan indeks produktifitas. Demikian juga halnya kinerja operasional pelabuhan tetap menunjukkan kinerja yang lebih baik diera krisis moneter. Daftar Pustaka 1. http://www.inaport1.co.id/?page_id =183 (diakses pada tanggal 14 maret 2013). 2. http://bict.inaport1.co.id/index.php? cnt=profile&id=28 (diakses pada tanggal 14 maret 2013). 3. Tarmidi, Lepi T (1998) Krisis Moneter Tahun 1997/1998 dan peran IMF, disampaikan pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Madya FE UI, Jakarta.
4. Sumanth, David J, (1984) Productivity Engineering and Management, Mc Graw Hill Company, Newyork. 5. Salim, Abbas (1995), Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Dunia Pustaka, Jakarta. 6. Daft, Richard L. (1991), Managing Engi-neering and Technology, Pren-tice Hall, New Jersey. 7. Garpers, Vincent, (1998), Manajemen Pro-duktifitas Total (Strategi Produktifitas Bisnis Global, Gramedia Pustaka utama, Jakarta, 1998. 8. Hitt, Michael A, Ireland, R Diande, Hoskinson Robert, (1995) Strategic Manegement (Competitivness and Globalization), West Publishing Company.