DlSTRlBUSl KONSUMSI PANGAN ANTAR ANGGOTA RUMAHTANGGA PADA SAAT KRlSlS EKONOMI Dl DUA DESA IDT KABUPATEN SUBANG Sn' Prihatini, Syafrudin, Vita Kattika dan Herman Sudiman ABSTRACT The Distribution Food Consumption among the Family Members at Economic Crisis in Two IDT Villages in Subang District The economic ctises In lndormsia has decreased the purchw'ng power of tho h m l l i u which further affected the household food consumption. The objective of this sfudv is to observe the effect of economic crises on the intra-hwsehbld food distribution, particularly-thepaor families. In other words, the objective of the study is to identify which of the family membem that a m t e d most by the crises. The socioeconomic status and food consumption data was cdlected from 100 h ~ ~ o l ind two s poor villages in the district of Subang, West Java. There were hvo rounds of data collection. The fimt data collection was carried out in August 1998 to represent the "pacekIik"period, and the second data collection was cammedout in November 1998 to merit the "harvest" period. The food consumption data of the individual family member was collected using "Weighing" method for two days. Nutrition intake was calculated based on Indonesian food composition table. The result showed that the energy and protein intake of individual family membem in the periods of "paceklik" and "harvest" was still adequate p90% RDA). The energy intake of all familv members was not sianilicantlv different in two Deriods. However. there was a significant decreise in protein intake o i the aduil members from '"paceklik" period to " & v e s t " period. While, for the underfives and school age children the pmtein intake was relatively stable in both periods. This study conclude that the most protected membem of family in tenn-of protein intake were c h i l d m underfive years of age and school age children, whereas, the adult m e m h wen, the most affected by the changes in the agricultural cycle. [Penel Gizi Makan 1999.22: 16-20]
Key word: food consumption, economic crises PENDAHULUAN ejak tejadinya krisis moneter. sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami kesulitan ekonomi akibat menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Akibatnya, harga semua kebutuhan rumah tangga meningkat, terutama harga sembilan bahan pokok (sembako). Sementara banyak buruh dan karyawan swasta yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), kegagalan panen sering tejadi karena kemarau panjang, banjir dsb. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dan pada akhimya berpengaruh terhadap konsumsi makanan dalam keluarga. Dalam keadaan persediaan pangan keluarga terbatas, ada kemungkinan terjadi ketidakseimbangan dalam distribusi konsumsi antar individu dalam keluarga atau ada yang lebih diprioritaskan. Dari penelitian di 5 daerah pedesaan di lndonesia menunjukkan, prioritas dalam pemberian makanan umumnya diberikan kepada anak-anak terlebih dahulu bila
S
jumlah makanan hanya sediki (1). Kemudian penelitian lainnya di beberapa pedesaan di Jawa menunjukkan, anak-anak akan mendapat bagian yang sama dengan orang tuanya dari persediaan yang terbatas jumlahnya (2). Penelitian yang sama juga pemah dilakukan di Afrika yang menunjukkan, anak balita lebih dilindungi dari jenis-jenis makanan yang tidak biasa dikonsumsi, bila terjadi masalah kekurangan pangan (3,4). Tetapi, penelitian di pedesaan Ethiopia selatan menunjukkan, anak kurang mendapat perhatian dalam soal makan. tepatnya anggota keluarga pria dewasa mendapat bagian terlebih dahulu daripada anggota keluarga lainnya (5). Pada keadaan krisis ekonomi, kemungkinan akan terjadi perubahan konsumsi pangan rumahtangga sebagai akibat menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan. Oleh karena itu studi ini berlujuan mempelajari tentang asupan zat gizi. terutama energi dan protein, serla distribusinya antar anggota Nmahtangga
PGM 1999.22: 16-20
Distribusi KonsumsiPangan
pada saat krisis ekonomi. Pada saat terjadi penurunan konsumsi rumahtangga, siapakah di antara anggota rumah tangga (kelompok umur) yang kurang diprioritaskan dalam distribusi makanan keluarga sehingga yang bersangkutan berisiko kurang energi dan protein
BAHANDANCARA Penelitian lni dilakukan di dua desa IDT, yaitu Desa Ranca Udik dan Desa Wanajaya Kecamatan Binong Kabupaten Subang. Sampel adalah keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan sekurang-kurangnya mempunyai satu anak balita atau anak usia sekolah. Sampel dipilih secara acak masingmasing 50 rumahtangga untuk tiap desa sampel sehingga jurnlah seluruhnya adalah 100 rumahtangga. Tetapi, dalam tulisan ini hanya dianalisis sebanyak 62 rumahtangga yang mempunyai anak balia. Pengumpulan data dilakukan dua kali, yaitu survei pertama saat musim paceklik pada bulan Agustus 1998 dan survei kedua saat musim panen pada bulan November 1998. Data yang dikurnpulkan meliputi data sosial ekonomi dan konsumsi makanan. Data sosial ekonomi dikumpulkan dengan cara wawancara dan data konsumsi makanan dikumpulkan selama dua hari berturut-turut dengan cara menimbang semua makanan yang disiapkan untuk masing-masing anggota rumahtangga serta makanan jajanan yang dibeli dalam sehari. Analisis konsumsi zat gizi dihitung berdasarkan Daflar Komposisi Bahan Makanan dengan menggunakan program Nutrisofl. Konsumsi zat gizi dihitung
Sri Prihatini, dkk
menurut golongan umur dan jenis kelamin. Untuk mengetahui kecukupannya, hasil perhitungan konsumsi zat gizi tenebut dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 (6). Analisis data dilakukan dengan Paired t-test untuk melihat perubahan asupan energi dan protein antara survei pertama dan kedua pada tingkat rumahtangga dan semua kelompok umur. Kelompok umur sampel dibagi menjadi: (1) kelornpok umur 1-5 tahun, (2) kelompok > 5- c 20 tahun, (3) kelompok laki-laki >= 20 tahun, dan (4) kelompok wanita >= 20 tahun. Yang dimaksud kelompok laki-laki dan wanita umur >= 20 tahun adalah kelompok orang tua (kepala keluarga dan istri) sebab sampel yang mempunyai anak balita umumnya adalah pasangan usia muda
HASlL Keadaan Ekonomi Rumhtangga Temyata terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita pada suwei kedua, yaitu dari Rp 78.281,- pada survei pertama menjadi Rp 86.775,- pada survei kedua. Hal ini disebabkan karena pada saat survei kedua di kedua desa sampel panen sedang beriangsung. Walaupun tampaknya terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan pada survei kedua, tetapi bila dilihat persentase pengeluarannya baik untuk pengeluaran pangan rnaupun nonpangan ternyata hampir tidak berbeda antara survei pertama dan kedua (Tabel 1).
label 1 Rata-rata Pengeluaran per Kapita per Bulan Menurut Jenis Pengelwran
Keterangan : I = musirn paceklik II = rnusirn panen
PGM 1999,Z: 16-20
Distribusi Konsumsi Pangan
energi terlihat pada semua kelompok umur pada suwei kedua. Hasil uji beda menunjukkan, penurunan kecukupan energi tidak berbeda bermakna pada semua kelompok umur (p>0.05) (Tabel 2). Rata-rata kecukupan protein pada tingkat rumahtangga juga mengalami penurunan pada suwei kedua, tetapi penurunannya tidak berbeda bermakna. Penurunan ratarata kecukupan protein juga terlihat pada semua kelompok umur. Hasil uji beda menunjukkan, penurunan kecukupan protein berbeda bermakna pada kelompok dewasa 3). laki-laki dan wanita (pc0.05) a (lbel tetapi tidak berbeda bermakna pada kelompok anak balita dan usia sekolah.
Tingkat Asupan Energi dan Protein Anggota RumaMangga Kecukupan energi dan protein anggota rumahtangga dihitung dengan cara menghitung asupan energi dan protein masing-masing anggota rumahtangga menurut kelompok umur dan jenis kelamin kemudian dibandingkan dengan angka dianjurkan pada kecukupan yang Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998. Pada tingkat rumahtangga, tampak teQadi penurunan rata-rata kecukupan energi pada s u ~ e ikedua, tetapi penurunannya taak berbeda bermakna. Demikian juga penurunan kecukupan
Tabel 2 Rata-Rata Kecukupan Energi Menurut Kelompok Umur Rata-rata KecukuP.,, Energi (%) SD
+
Keterangan : I = musim paceklik II = musim panen Tabel 3 RataRata Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur
Keterangan : I = musim paceklik II = musim panen 'p c 0.05
Sri Prihatini, dkk
PGM 19Q9,22: 18-20
Prioritas Pemktrian RumaMangga
Distribusi Konsurnsi Pangan
Makanan
dalam
Bagi ~mahtangga dengan keadaan sosial ekonomi baik, mungkin tidak ada masalah dengan penediaan makanan sehari-hari sehingga semua anggota rumahtangga mendapat makanan secukupnya. Tetapi, bagi rumahtangga miskin dengan penediaan makanan terbatas, ada kemungkinan anggota ~mahtanggayang satu lebih diprioritaskan dalam pemberian makanan dibandingkan dengan anggota Nmahtangga yang lain. Hasil wawancara mengenai prioritas pemberian makanan dalam rumahtangga menunjukkan, separuh (50%) rumahtangga sampel menyatakan bahwa anak-anak lebih diutamakan atau diprioritaskan daripada kedua orangtuanya, bila persediaan makanan terbatas. Sedangkan 40% lainnya menyatakan tidak ada prioritas atau sama saja dan hanya 4% yang mempriofitaskan ayah atau ibu
BAHASAN Keadaan sosial ekonomi sampel dalam penelitian ini dianggap homogen karena 80% kepala keluarga sampel bekerja sebagai buruhtani dan sekiiar 14% sebagai tukang ojeklbecak atau pedagang kecil dan hanya 6% sebagai petani pemilik. Keadaan ini menunjukkan, sebagian besar sampel adalah rumahtangga miskin. Oleh karena itu dalam analisis data tidak dibedakan menurut pekerjaan. Pedu diketahui bahwa kedua desa sampel, walaupun termasuk desa IDT, adalah daerah pertanian padi yang subur, di mana sebagian besar sawah beririgasi teknis. Hasil wawancara tentang pengeluaran ~mahtangga diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan pada survei kedua, yaitu dari Rp.78.281,- meningkat menjadi Rp.86.775,Walaupun terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran pada survei kedua, tetapi bila dilihat persentase pengeluaran yang digunakan untuk pangan dan non-pangan tampak hampir tidak beiteda antara survei pertama dan kedua. Adanya peningkatan pengeluaran pada survei kedua disebabkan
Sri Prihatini, dkk
karena meningkatnya harga-harga, terutama harga bahan pangan. Hasil wawancara juga menunjukkan, sebanyak 88% sampel menyatakan keadaan ekonomi menjadi lebih sulit bila dibandingkan dengan keadaan sebelum terjadi krisis moneter karena harga kebutuhan sehari-hari. terutama pangan, menjadi lebih mahal. Bila dilihat dari tingkat asupan zat gizi, terutama energi dan protein, temyata umumnya terjadi penurunan kecukupan konsumsi energi dan protein pada survei kedua. Padahal saat survei kedua dilakukan di kedua desa sampel panen padi sedang berlangsung, di mana pendapatan petani meningkat dan diharapkan akan terjadi peningkatan konsumsi pangannya. Tetapi, peningkatan pengeluaran di saat krisis ekonomi temyata tidak meningkatkan konsumsi pangan rumahtangga, bahkan terjadi penurunan konsumsi pangan. Padahal hasil penelitian di Boyolali tahun 1994 menunjukkan, pada musim panen terjadi peningkatan yang nyata terhadap konsumsi pangan (7) . Penurunan tingkat asupan energi dan protein pada survel kedua di tingkat ~mahtanggatemyata berbeda bermakna (p>O,O5). Tetapi, bila dilihat pada anggota ~mahtangganya, untuk asupan energi memang penurunannya tidak berbeda bermakna pada semua kelompok umur. Keadaan ini menunjukkan, untuk makanan sumber energi seperti makanan pokok, tidak ada prioritas dalam pembagian untuk semua anggota rumahtangga. Sedangkan untuk tingkat asupan protein, penurunannya berbeda benakna (pc0,05) pada kelompok dewasa >= 20 tahun (orangtua), baik pada wanita maupun laki-laki. Hal ini menunjukkan, dalam keadaan yang sulit ada prioritas dalam pembagian makanan sumber protein, yaau pada anak-anak terutama anak balita lebih diutamakan. sedangkan orangtua (kelompok umur >=20 tahun) tampak mengalah. Hal ini disebabkan selain adanya naluri kasih sayang orangtua kepada anaknya, juga mungkin karena adanya pengaruh penyuluhan gizi bahwa anak-anak, terutama anak balita, lebihmembutuhkan protein untuk periumbuhannya. Pada dudi ini terlihat, walaupun terjadi penurunan kewkupan protein pada semua kelompok
PGM 1999,22: 16-20
DistribusiKonsurnsiPangan
umur, tetapi kecukupannya masih lebih dari 9036. Padahal saat itu kenaikan harga pangan sedang terjadi, terutama pada sumber protein. Untuk memenuhi kebutuhan lauk-pauk (sumber protein) keluarga pada umumnya mereka mencari ikan di sungai atau di sawah, sehingga dapat mengurangi pengeluaran. Hasil wawancara menunjukkan, sebanyak 50% sampel menyatakan bahwa anak balita lebih diutamakan dari anggota ~mahtangga lainnya dan 44% sampel menyatakan tidak ada yang diprioritaskan. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Melly dkk tahun 1970 di 5 pedesaan di lndonesia juga menunjukkan, anak balita lebih dilindungi (l), sedangkan penelitian Freedman tahun 1954 di beberapa pedesaan di lndonesia menunjukkan, anakanak dan orangtua mendapat bagian yang sama atau tidak ada prioritas (2).
Krisis ekonomi telah mengakibatkan menuwnnya daya beli masyarakat. terutama masyarakat ekonomi lemahlmiskin, dan berdampak pada penurunan konsumsi pangan. Pada saat daya beli pangan menurun, anak-anak terutama anak balita masih diutamakan dalam distribusi konsumsi makanan. Kelompok laki-laki dan wanita dewasa >20 tahun (orangtua) adalah kelompok yang kurang diprioritaskan dalam distribusi konsumsi dalam rumahtangga, terutama dalam ha1 sumber protein sehingga kelompok ini berisiko kurang energi dan protein UCAPAN TERIMA KASlH
Terima kasih yang sebesar-besamya kami sampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Puskesmas Kecamatan Binong serta kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Sumber dana penelitian ini adalah dana Rutin tahun 1998-1999
Sri Prihatini, dkk
RUJUKAN
1. Tan, Melly G., dkk. Segi-segi Sosial Budaya, Pola Konsumsi dan Kebiasaan Makan di Lima Pedesaan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Gizi. Departemen Kesehatan R.I.. 1970. 2. Freedman, Maurice A. Report on Some Aspects of Food, Health and Society in Indonesia. WHO, MHlASl219.55. s.1: WHO. 1955. 3. Klemesu. M.A. et al. Household Food Security, Food Consumption Pattern, and The Quality of Children Diet in Rural Nothern Ghana Community. Food and Nutrition Bulletin 1995.1(16): 127-139. The 4. Van Liere. M.J. et al. Consequences of Seasonal Food and for Individual Food Security Consumption Pattern in North Western Benin. Food and Nutrition Bulletin 1995,2(16): 147-154. 5. Begin, F. et al. Household Dietary Adequacy and Individual Nutrition Status: Relationships and Seasonal Effect in a Sahelian Community in Chad. Food and Nutrition Bulletin 1992. 4(14): 304-313. 6. Muhilal. Fasli Jalal dan Hardinsyah. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan. Prosiding Wtdyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta. Februari 1998. Jakarta: Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia, 1998, 7. Prihatini dkk. Metode Kualitatif Untuk Pemantauan Konsumsi Pangan dalam Pemantauan Wilayah Setempat. Penelitian Gizi dan Makanan 1995.18: 92-98.