JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Analisa Lifting Topside Platform dengan Pendekatan Dinamik Berbasis Resiko Ardian Krisna Novanda, Handayanu, dan Daniel M. Rosyid Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Proses lifting seringkali dilakukan dengan banyak asumsi, salah satunya adalah asumsi beban dan respon dinamik. Pada umumnya, asumsi tersebut diwujudkan dengan analisa statis yang kemudian diberi dynamic factor untuk memodelkan beban dinamik, beban lateral, dan juga beban kejut yang sangat mungkin terjadi pada operasi lifting yang sebenarnya. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini dilakukan riset tentang bagaimana respon dinamik sebuah struktur topside module jika benar-benar diberi beban dinamik. Pada analisa statis untuk model yang digunakan, besar tegangan yang terjadi cukup besar, dengan UC ratio sebesar 1.35. Kemudian pada analisa dinamik, besar UC ratio adalah sebesar 0.297. Begitu juga dengan pengaruh kecepatan angkat crane terhadap tegangan sling. Tegangan yang terjadi adalah 24.18 ksi. Percepatan angkat crane maksimum yang digunakan adalah 5.15 ft/s2. Hal ini menunjukkan bagaimana pengaruh pendekatan dinamik pada analisa lifting. Tugas akhir ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peluang terjadinya kegagalan dan bagaimana resiko yang terjadi selama proses berlangsung (risk based analysis). Peluang terjadinya kegagalan pada member adalah sebesar 0.003 dan pada sling adalah sebesar 0.401. Sehingga proses lifting dapat digolongkan dalam operasi yang beresiko rendah. Kata Kunci—Analisa Lifting, Dynamic Analysis, Monte Carlo, Risk Based Analysis, Sling Analysis, Topside Module.
I. PENDAHULUAN
S
truktur bangunan lepas pantai mempunyai beberapa jenis. Jenis platform ini bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah kaki dengan tipikal pembebanan masing-masing. Seperti pada struktur platform jacket tipikal empat kaki, pembebanan di deck topside disesuaikan dengan kekuatan jacket yang menumpunya. Namun, adanya platform juga biasanya bergantung dari kebutuhan sesuai desain atau target produksi yang ingin didapat. Semua platform memiliki desain dengan standard minimum working area (daerah kerja) yang telah ditentukan dan juga berat minimum yang telah ditentukan pula. Itu semua di desain demi mencapai standard minimum target yang ingin didapatkan [1]. Semua desain tersebut tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan juga nilai ekonomisnya. Nilai ekonomis itu utamanya bergantung pada prosedur instalasi dan kondisi lokasi platform akan diinstal. Lokasi instalasi akan ditentukan sebelumnya dalam basic design sehingga akan berpengaruh pada semua hal yang berkaitan dengan desain, dimana lokasi tanah dapat menentukan kedalaman perairan, kekuatan daya
dukung tanah, dan beban gelombang yang nantinya akan mengenai jacket struktur. Sehingga, kondisi ini akan mempengaruhi desain dari kaki jacket, batter, bentuk bracing dan chord, dan juga desain pile yang akan menjadi penegar kaki jacket. Sebelum platform beroperasi, maka platform harus dibawa dari yard menuju barge yang akan membawa platform menuju site tempatnya diinstal. Proses pemindahan itu disebut dengan proses loadout. Proses loadout ada beberapa macam, salah satunya adalah dengan pengangkatan struktur yang disebut dengan proses lifting. Pada dasarnya, analisa lifting itu sendiri dilakukan untuk menguji kekuatan struktur terhadap beban statis dan beban dinamis ketika proses pengangkatan berlangsung. Namun, pada proses lifting sendiri terkadang masih menemui beberapa kendala, seperti kegagalan atau patahnya member frame struktur. Hal ini seringkali ditemui karena pada saat analisa, yang dilakukan hanya sekedar analisa statis tanpa mempertimbangkan motion dari deck struktur itu sendiri ketika diangkat. Motion tesebut bisa disebabkan oleh beberapa factor. Dalam penelitian ini, yang dipertimbangkan adalah motion yang disebabkan oleh gaya angin dan juga oleh kecepatan gerak crane saat mengangkat module. Gaya angin yang datang secara fluktuatif akan menyebabkan ayunan pada module. Ayunan tersebut akan bertambah kuat jika kecepatan pengangkatan oleh crane tidak diatur secara sempurna. Jika crane digerakkan terlalu cepat, maka dikhawatirkan modul akan terlempar. Namun, jika terlalu lambat, justru akan terlalu lama membebani boom crane. Ayunan pada module tersebut itulah yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada tingkat kegagalan proses pengangkatan. Berdasarkan informasi tersebut, maka diperlukan analisa yang lebih detail untuk proses lifting. Salah satunya adalah dengan cara analisa dengan pendekatan dinamik. Dengan analisa menggunakan pendekatan dinamik, maka akan bisa diketahui secara lebih mendalam kekuatan member dan sling pada proses lifting tersebut. Jika mengalami kegagalan, maka diperlukan juga analisa untuk mengetahui resiko terjadinya kegagalan. Analisa resiko tersebut dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana konsekuensi akibat gagalnya proses pengangkatan. Kegagalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegagalan pada member module dan sling.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
II. URAIAN PENELITIAN
W8 x 31
A. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data pembebanan struktur. Meliputi data beban statis dan beban dinamis berupa data angin dan gust. Berikut adalah tabel data pembebanan statis. Tabel 1. Data beban statis Deck Additional Dead Load Plating on Maindeck Plating and Grating on Cellar Deck Crane Dead Load Sub Cellar Deck Cellar Deck Extension Stairways and Handrails Equipment on Main Deck Bridge to B-Service Platform Bridge to B2C Platform Vessel Below Main Deck - V-9 - V-11 - V-11B Equipment on Cellar Deck Instrument Air Compressor Skid ME-7 Switch Gear Building Utility Building Oily Water Sump - V-10 - P-5 Firewater Pump Skid P-2 Sphere Receiver ME-15 Smart Pig Launcher ME-10 Starting Air Tank V-14 14” Ø Launcher 03-ME-35 14” Ø Launcher 03-L-30 3” Ø Launcher 03-ME-25 Auto Receiver B-R-010 Slug Catcher B-V-300 Piping Load Piping On Maindeck Piping On Cellar Deck Sub Cellar Platform Wal Way Piping Below Maindeck Piping Above Cellar Deck Piping Below Cellar Deck Cellar Deck Extension Total
Load 16.065 kips 71.367 kips 15.0 kips 4.5 kips 12.0 kips 29.24 kips Load 44.0 kips 237.0 kips 2.0 1.0 1.0
winddir
kips kips kips Load
5.0 kips 35.0 kips 5.0 kips 9.0 kips 1.0 kips 7.0 kips 4.0 kips 14.925 kips 1.0 kips 1.5 kips 1.5 kips 1.2 kips 8.2 kips 10.0 kips
2 σ = E mv
E. Analisa Kegagalan Perhitungan keandalan menggunakan simulasi Monte Carlo dengan dua kali simulasi. Simulasi pertama adalah simulasi untuk analisa keandalan struktur, sedangkan analisa kedua adalah keandalan sling. Untuk analisa pertama, persamaan moda kegagalan (MK) adalah sebagai berikut.
Load 156.3 kips 366.73 kips 2.793 kips 35.575 kips 85.775 kips 22.14 kips 69.4 kips 52 kips 1328.207 kips
MK =
wind speed (ft/s)
1
N
2.72
4.59
2
N
2.8
4.73
Dalam analisa ini, modul yang digunakan adalah modul topside dengan beam tipe W-shape dengan yield stress sebesar 36 ksi. Berikut adalah data beam yang digunakan. Tabel 3. Data beam properties modul deck
W24 X 117 W21 x 57
Yield Stress (ksi) 36
(1)
AEL
wind speed (knot)
Wide Flange
C. Desain Padeye dan Pemilihan Sling serta Shackle Padeye didesain sesuai dengan beban yang bekerja pada struktur. Desain padeye meliputi diameter pin, pin hole, dan ukuran cheek serta main plate. Sementara untuk sling dan shackle, desain tidak dilakukan, namun hanya pemilihan berdasarkan beban maksimal yang bekerja. D. Analisa Dinamik pada Proses Lifting Analisa dinamik ini berdasarkan data angin dengan variasi kecepatan angin per jam. Variasi ini juga ditambah dengan beban angin kejut atau gust. Analisa dengan beban dinamik ini dilakukan untuk mengetahui respon tegangan struktur. Respon tegangan struktur ini juga digunakan untuk menghitung tegangan yang terjadi pada sling. Perhitungan tegangan sling dilakukan dengan menggunakan persamaan energy regangan sebagai berikut.
Selain data statis, tugas akhir ini juga menyertakan data angin untuk keperluan analisa dinamik. Data angin ini tidak termasuk gust factor sebesar 124% [1]. Tabel 2. Data Kecepatan Angin No
B. Permodelan dengan Software Analisa Struktur Permodelan menggunakan software analisa struktur baik untuk analisa statis maupun dinamis. Hasil dari permodelan adalah untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada member.
- FAX
(2)
Dengan M adalah moment pada member dengan axial stress terbesar pada deck. Re adalah yield stress, b dan h masingmasing adalah lebar dan tinggi I-beam. Sedangkan Fax adalah tegangan axial yang terjadi pada deck. Pada analisa kedua, persamaan moda kegagalan yang digunakan adalah sebagai berikut.
mv 2 (3) − σ act AEL Dengan E adalah modulus elastisitas = 13×106, A adalah luas area yang diterpa beban angin = 5827.03 ft2, m adalah massa modul deck yang diangkat = 203.95 ton. MK = E
F. Analisa Resiko Dari hasil simulasi Monte Carlo dengan 6000 data untuk simulasi kegagalan pada member, didapatkan nilai PoF. Begitu juga dengan analisa simulasi kegagalan pada sling, akan didapatkan nilai PoF yang nantinya akan menentukan kategori dan konsekuensi apakah yang ada pada struktur setiap dilakukan operasi lifting.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
III. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Statis Permodelan dianalisa dengan bantuan software analisa struktur modul Linear Static Analysis. Analisa dilakukan terhadap struktur deck framing. Terlebih dahulu ditentukan letak dari lifting point. Dari letak tersebut kemudian ditentukan tinggi hook point dan diberi tumpuan 111111. Kemudian permodelan dilakukan dengan memodifikasi fixities dari joint paling bawah untuk memodelkan spring agar ada gaya pengembali. Berikut adalah table pembebanan pada analisa statis. Tabel 4. Pembebanan Statis Software Analisa Struktur Linear Static Analysis Load Condition 1 3 4 6
Description Structural Selfweight including Buoyancy (Software Generated) Deck Additional Dead Load Equipment Load Piping Load
Output dari analisa statis ini adalah static hook point, pemilihan sling dan shackle, desain padeye, dan tentu saja tegangan yang terjadi. Berikut adalah table hasil analisa untuk penentuan static hook point. Table 5. Static Hook Point Sling Hook Point Deck Lifting
X 2.86 ft
Y -0.20 ft
tM tC
(Main Plate Thickness) (Cheek Plate Thickness)
= =
2.5 2
in in
Permodelan dilakukan dengan modul Linear Static Analysis dan struktur dianggap menggantung. Pembebanan yang terjadi hanya beban vertical, sedangkan beban lain seperti beban lateral atau beban dinamik lainnya dimodelkan dengan menggunakan dynamic load factor sebesar 2. Berikut adalah hasil dari permodelan berupa UC ratio. Table berikut ini hanya memuat rangkuman 5 UC terbesar. Table 8. Hasil Permodelan Static Linear Analysis Nomor Member 1030-7003 7039-1146 1146-1145 7037-7039 6951-1026 1155-1146
Member Group DL2 MDB MDB MDB CDB VDT
Max. UC 0.62 1.35 1.33 1.13 0.96 0.88
Berikut disertakan pula gambar permodelan dengan tumpuan hook point 60° terhadap horizontal.
Z 105.72 ft
Dari hasil permodelan, dapat ditentukan pula dimensi dari sling dan shackle. Berikut adalah hasil pemilihan sling dan shackle berdasarkan beban yang bekerja pada modul. Table 6. Pemilihan Dimensi Sling dan Shackle Dimensi
Sling Diameter tali sling 2.50” dengan level beban maksimal 302 ton.
Shackle (Crosby Shackle) Diameter Pin : 5.25 in. Lebar Jaw : 7.28 in. Kedalaman Jaw : 23.62 in.
Setelah pemilihan dimensi sling dan shackle, maka desain padeye bisa dilakukan. Desain ini mengacu pada besar beban dan berat total dari modul yang diangkat. Berikut adalah table desain dan contoh gambar dari padeye.
Gambar 1. Desain Padeye Table 7. Desain Padeye pada Analisa Statis dp
(Pin Diameter)
(used Pin Hole Diameter)
= = = =
5.25 5.25 + 1/8 5.375 5.4
in in in in
dhmin
(Pin Hole Diameter)
dH rH
(Pin Hole Radius)
=
2.7
in
Gambar 1. Layout Permodelan Linear Static Analysis B. Analisa Dinamik Permodelan dianalisa dengan bantuan software analisa struktur modul Forced Response Analysis. Analisa secara umum sama dengan langkah pada analisa statis. Namun, untuk memperoleh tegangan diperlukan beberapa tahap analisa untuk menyusun common solution file agar analisa bisa berjalan. Analisa dilakukan terhadap struktur deck framing. Secara umum, terdapat 4 tahap analisa yang dilakukan. 3 analisa pertama adalah proses analisa dinamik, dan analisa ke empat adalah analisa untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada member. Berikut adalah proses analisa yang dilakukan. • Analisa Modal Static • Analisa Modal Dinamik • Analisa Forced Response • Analisa Post Member Stress Check Analisa terakhir dalam analisa dinamik ini adalah analisa tegangan sling yang berkaitan dengan kecepatan angkat crane dan berpengaruh pada struktur. C. Pembebanan Analisa Dinamik Pembebanan pada analisa lifting dynamic terdiri dari dua
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 tipe beban yaitu beban vertical dan beban lateral. Beban vertical adalah sama dengan analisa statis. Untuk beban dinamik, digunakan beban angin pada deck dengan arah Y. Beban angin dihitung berdasarkan kecepatan dan arah datangnya. Data angin diambil dari daerah Gresik pada tahun 2008 tanggal 19 Nopember. Dalam analisa ini disetakan pula adanya gust yang terjadi pada menit ke-15 dan menit ke-80. Besar angin gust adalah 124% dari beban angin yang terjadi. Analisa dinamik dilakukan tiga pembebanan yang berbeda. Analisa pertama dilakukan dengan memberi beban angin selama dua jam dengan variasi kecepatan per jam. Analisa kedua, beban angin pada analisa pertama ditambah dengan beban gust pada menit ke-15. Sementara analisa ketiga diberi beban angin yang sama dengan analisa pertama dan kedua tapi ditambah dengan beban gust pada menit ke-80. Pemberian gust pada menit ke-15 dan menit ke-80 hanya berdasarkan empiris dari pengukuran data di BMKG Surabaya dan kegiatan lifting bagian-bagian kapal di PT. PAL. Sementara DnV RPC205 menunjukkan bahwa gust bisa saja terjadi selama 10 menit, namun tanpa adanya perubahan kecepatan rata-rata angin. D. Hasil Analisa Dinamik Tanpa Gust Analisa tahap pertama dilakukan dengan beban angin tanpa disertai adanya gust. Beban angin diberikan selama dua jam dengan variasi kecepatan angin yang berubah per jam. Berdasarkan analisa tahap pertama, berikut adalah daftar 5 member dengan UC rasio terbesar. Tabel 9 Hasil Analisa Dinamik Beban Angin Tanpa Gust Nomor Member 1145-1030 1031-6052 1143-1152 1155-1147 1026-1145
Member Group MDB MDB DBM DT2 DT1
Max. UC 0.192 0.168 0.157 0.124 0.089
E. Hasil Analisa Dinamik Dengan Gust Sebagai pembanding, dilakukan analisa dengan beban angin termasuk gust yang terjadi pada menit ke-15. Beban gust ini terjadi pada arah yang sama dan besarnya sebesar 124% dari beban angin yang terjadi. Berikut hasil analisa dari analisa kedua dengan memasukkan 1 beban angin gust. Table 10. Hasil Analisa Dinamik Beban Angin Dengan Gust Menit Ke-15 Nomor Member 1145-1030 1031-6052 1155-1147 7032-7033 1031-6024
Member Group MDB MDB DT2 MDB MDB
Max. UC 0.230 0.203 0.150 0.126 0.117
Analisa ketiga dilakukan untuk lebih memberikan pendekatan terhadap kondisi nyata dimana sesuai empiris terjadi gust selama beberapa kali dalam satu jam. Namun dalam permodelan ini, dengan tujuan untuk mengetahui respon dari struktur yang sedang diangkat, maka dalam pembebanan
4 dinamik diasumsikan terjadi gust sebanyak dua kali. Berikut adalah hasil dari analisa dengan beban gust pada menit ke-15 dan menit ke-80. Table 11. Hasil Analisa Dinamik Beban Angin Dengan Gust Menit Ke-80 Nomor Member 1145-1030 1031-6052 1155-1147 1145-1155 1026-1030
Member Group MDB MDB DT2 DT2 DL
Max. UC 0.297 0.277 0.201 0.181 0.136
F. Analisa Tegangan Tali Sling dan Pengaruhnya Terhadap Struktur Permodelan dengan software analisa struktur tidak menyediakan profil tali untuk menggantung modul. Maka, perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui tegangan dari tali sling yang terjadi. Tegangan dihitung untuk kemudian dijadikan pembanding dengan gaya yang ada pada member yang berhubungan langsung dengan sling. Berikut adalah perhitungannya. Energi regangan dU U
= dU = ½ σ dy dz × ε dx = ½ ∫ σ.ε dV = ½ ∫ σ.ε dx A = ½ ∫ Eε.ε dx A = AE/2 =
Energy Kinetik = ½ mv2 Berdasarkan rumusan di atas, dapat dimasukkan variablevariabel dari struktur dan sling. Tabel 12. Variabel Perhitungan Tegangan Sling m (massa) v (kecepatan angkat crane) A (luas penampang struktur terkena beban angin) E (modulus elastisitas sling) L (panjang sling)
Maka, Energy Kinetik 2
Weight x gravity acc 334.34 x 0.61 = 203.95 ton 0.53 m/min = 0.29 ft/s Panjang x lebar 95.525 x 61 = 5827.03 ft2 13 x 106 ksi 65.286 ft
= Energi Regangan =
½ mv
½ x 203.95 x 0.292 = (5827.03 x 13 x 106 x 65.286)/2 x ε2 ε = 1.86 x 10-6 dengan nilai ε telah diketahui, bisa dihitung besar tegangan yang terjadi pada sling berikut ini. E
=
σ σ
= E.ε = (13 x 106) x (1.86 x 10-6)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 σ = 24.18 ksi Dengan begitu, maka dapat diketahui perbandingan antara tegangan pada keempat sling dan tegangan pada member yang berhubungan langsung dengan sling. Pada member yang berhubungan dengan sling secara langsung, diketahui terjadi gaya arah –Z sebesar 29.18 kips. Diketahui bahwa diameter sling adalah 2.5 inch. Sehingga tegangan yang terjadi adalah: σ = Fz / Area terkena gaya σ = 29.18 / (0.25x3.14x0.21) σ = 177.01 ksi kemudian kedua tegangan yang terjadi dibandingkan menjadi: σsling / σmember = (4 x 24.18) / 177.01 = 0.55 Dengan diketahuinya perbandingan tersebut, hal ini bisa dijadikan dasar untuk mengetahui respon struktur terhadap pengaruh kecepatan angkat crane. Factor hasil perbandingan tersebut digunakan sebagai pengali terhadap berat jenis baja. Berikut adalah 5 member dengan UC terbesar hasil permodelan dengan menggunakan modifikasi berat jenis baja. Table 13. Hasil Pengaruh Kecepatan Angkat Crane Terhadap Struktur Nomor Member 1028-6988 6925-1027 1031-6024 1028-501L 1031-6002
Member Group BDB CDB MDB DL MDG
Max. UC 0.92 0.70 0.70 0.63 0.52
Selain itu, dalam sebuah pergerakan angkat crane tentu tidak akan mencapai kecepatan yang konstan secara langsung. Dibutuhkan waktu untuk mencapai kecepatan yang konstan, artinya akan terjadi percepatan angkat terlebih dahulu. Percepatan angkat (a) ini akan menimbulkan beban kejut yang berlebihan jika tidak diatur. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan simulasi factor beban dimana factor ini adalah factor yang diberikan pada model sampai model mempunyai UC ratio yang kritis. Besar factor ini kemudian dikalikan dengan percepatan gravitasi (g) sehingga dapat diketahui besar percepatan maksimal dalam pergerakan angkat crane. Dari hasil permodelan, diketahui bahwa factor beban yang menyebabkan member sampai kritis adalah sebesar 1.16, sehingga percepatan angkat masksimum bisa dihitung sebagai berikut. a = load factor × g a = 0.16 × 32.17 ft/s2 a = 5.15 ft/s2 Maka, percepatan maksimal dalam operasi angkat crane adalah 5.15 ft/s2. G. Analisa Resiko Analisa resiko pada tugas akhir ini dilakukan pada member deck dan resiko pada tegangan sling. Analisa diawali dengan perhitungan moda kegagalan. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kategori resiko dan juga kategori konsekuensi. Analisa resiko yang pertama dilakukan pada modul deck, dimana banyak ditemukan kegagalan member. Dalam analisa kegagalan, perlu diketahui persamaan moda kegagalan. Moda kegagalan ini menjadi parameter penentuan kesuksesan
5 ataupun kegagalan dalam suatu proyek yang ditinjau. Adapun moda kegagalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan kegagalan ditinjau dari persamaan moment bending member I-beam [2]. M = Rebh2(1-η2) Dimana, M = moment bending Re = yield stress b = lebar material W-shape h = tinggi material W-shape η = parameter axial force Namun karena yang berpengaruh pada kegagalan struktur adalah axial force maka persamaan di atas menjadi: η= Sehingga persamaan moda kegagalan adalah sebagai berikut. MK =
- FAX
Dalam analisa resiko, member dikatakan gagal jika nilai MK < 0 dan MK > 1. Dan dikatakan sukses apabila 0 < MK < 1. Variable acak yang digunakan dalam persamaan moda kegagalan di atas adalah nilai yield stress dan besar moment yang terjadi pada struktur. Dengan menggunakan persamaan moda kegagalan itu, didapatkan peluang kegagalan struktur sebagai berikut. Table 14. Hasil Simulasi Monte Carlo Peluang Terjadinya Kegagalan Jumlah Jam Setahun 8640
PoF 0.0033
Annual PoF 3.81 x 10-7
Kategori 1
Sedangkan untuk analisa resiko pada sling, variabel acak yang digunakan adalah panjang sling dan juga kecepatan angkat crane. Dua hal inilah yang mempengaruhi besarnya tegangan pada sling. Persamaan moda kegagalan yang digunakan adalah sebagai berikut.
Sama halnya dengan analisa kegagalan pada member, sling dianggap gagal jika nilai MK < 0 dan MK > 1. Dan dikatakan sukses apabila 0 < MK < 1. System simulasi pada analisa kegagalan pada sling adalah sama dengan yang digunakan pada analisa kegagalan pada member. Berikut adalah peluang kegagalan hasil simulasi. Table 15. Hasil Simulasi Monte Carlo Peluang Terjadinya Kegagalan pada Sling Jumlah Jam Setahun 8640
PoF 0.401
Annual PoF 4.64 x 10-5
Kategori 1
H. Matriks Resiko Data operasi dan besar moda kegagalan yang disertakan dalam analisa resiko untuk sling dan member mempunyai nilai dan berada dalam kategori yang sama. Sehingga penentuan konsekuensi dalam bidang keamanan (safety) juga sama. Dapat disimpulkan bahwa operasi lifting mempunyai resiko yang rendah mengingat personel dalam operasi lifting adalah
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
sebanyak 3 orang operator dan 2 orang personel pengawas. Berikut adalah matriks resiko pada analisa sling. Tabel 4.23 Matriks Resiko PoF Ranking 5 4 3 2
A
1
B RED YELLOW YELLOW GREEN GREEN
CoF Type of Safety
No injury
CoF Ranking
A
Minor injury Absence < 2 days B
C RED RED YELLOW YELLOW GREEN (member and sling) Major injury Absence > 2 days C
D RED RED RED YELLOW
E RED RED RED RED
YELLOW
YELLOW
Single Fatality
Multiple Fatalities
D
E
terima kasih yang tak berhingga. Terima kasih juga kepada Hendra Prima Ananta selaku kakak penulis yang sabar mengajari fisika dasar. Begitu juga kepada Karlina Rachmasita yang telah rela mendukung dengan segala cara dan memberikan semangat tersendiri bagi penulis. Kepada seluruh anggota The Octopus yang selalu membuka pintu bimbingan informal, penulis ucapkan terima kasih. Dan kepada seluruh anggota Lab. Komputer penulis mengucapkan terima kasih untuk ruang dan kebersamaan yang ada. DAFTAR PUSTAKA [1]
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil analisa pada bagian ke-III, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Kekuatan topside module dengan sudut kemiringan sling 60° terhadap horizontal mempunyai tegangan yang cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya tegangan yang terjadi pada member, sehingga UC ratio mencapai 1,35. Besar tegangan ini bisa dikarenakan adanya dynamic load factor sebesar 2 untuk memodelkan beban yang tak dimasukkan pada analisa statis. 2. Analisa dinamik pada proses lifting yang menggunakan beban lateral berupa beban angin selama dua jam dan gust menimbulkan respon dinamis relative kecil. Pada setiap perubahan kecepatan angin, displacement terjadi pada tiap joint. Hal ini berpengaruh pada tegangan yang terjadi. Besar tegangan itu ditunjukkan pula dengan besar UC ratio yang terjadi. UC ratio yang terbesar bernilai 0.297. Sementara itu, kecepatan angkat crane sebesar 0.28 ft/s menimbulkan tegangan pada sling sebesar 24.57 ksi dan percepatan angkat maksimum adalah 5.15 ft/s2. 3. Resiko dalam operasi lifting dengan analisa ini berada pada level Low Risk mengingat personel yang terlibat dalam operasi lifting tidak mengalami hal yang fatal. Peluang kegagalan dalam analisa operasi ini adalah 3.81 x 10-7 dan sebesar 4.64 x 10-5.
AISC
ASD.
American
Institute
of
Steel
Construction,
Specification for Structural Steel Building – Allowable Stress Design and Plastic Design. [2]
API RP 2A WSD 21th Edition. 2005. Recommended Practice for Planning, Designing and Constructing Fixed Offshore Platforms. American Petroleum Institute. Washington.
[3]
Craig, Roy R. 1981. Structural Dynamics, An Introduction to Computer Methods. John Wiley & Sons. New York.
[4]
Dawson, Thomas H. 1983. Offshore Structural Engineering. Prentice-Hall. Inc.. Englewood Cliffs. New Jersey.
[5]
DNV Pt2 Ch5-Lifting. 1996. Marine Operation. Det Norske Veritas. Norway.
[6]
DNV RP-G101. 2010. Risk Based Inspection Of Offshore Topsides Static Mechanical Equipment.
Det Norske Veritas.
Norway. [7]
HANNES CCISCO Supply. 2002. Wire Rope. USA.
[8]
Ludfianto, Bagus R. 2011. Analisa Konfigurasi Rigging Pada Prosese Lifting Deck Structure. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan-ITS.
[9]
Popov, Egor P. 1983. Mechanics of Materials. Prentice-Hall, Inc. Engelwood Cliffs. New Jersey.
[10] Ramadhani, Luthfi. 2009. In House Training - Lifting Analysis. Tripatra Engineering. Jakarta. [11] Rosyid, Daniel M. 2007. Pengantar Rekayasa Keandalan.
UCAPAN TERIMA KASIH Pengerjaan tugas akhir ini tidak terlepas dari kesalahan dan usaha penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas semua petunjuk yang selalu penulis terima selama penulisan. Terima kasih penulis ucapkan pula kepada Dr. Ir. Handayanu, M.Sc sebagai dosen pembimbing satu dan juga kepada Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D sebagai dosen pembimbing dua sekaligus sebagai dosen wali penulis yang dengan sangat sabar telah membimbing, mengarahkan, dan terus memberi masukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh bapak dosen dan karyawan di lingkungan Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS atas ilmu dan bimbingannya. Kepada kedua orang tua yang begitu mendukung dan mendoakan penyusunan tugas akhir ini, penulis mengucapkan
Airlangga University Press. Surabaya. [12] Soegiono.2004. Teknologi Produksi dan Perawatan Bangunan Laut. Airlangga Universitiy Press. Surabaya.