DIKLAT ACCOUNT REPRESENTATIVE
Bahan Ajar
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
Oleh : TATAN JAKA TRESNAJAYA
KATA PENGANTAR Dengan diiringi doa dan panjatan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan Bahan Ajar Analisa Laporan Keuangan ini Buku ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta Diklat Teknis Substantif Dasar guna menempuh mata diklat Analisa Laporan Keuangan Dengan hadirnya bahan ajar ini diharapkan dapat mempermudah peserta diklat dalam memahami materi secara sistematis, baik secara teoritis maupun secara praktis, sehingga bisa menerapkannya di bidang pekerjaan yang akan diembannya nanti Penulis menyadari bahwa buku bahan ajar ini masih jauh dari sempurna, untuk itu sangat diharapkan adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak Jakarta, Agustus 2011
Tatan Jaka Tresnajaya
DAFTAR ISI BAB I
JENIS LAPORAN KEUANGAN Pendahuluan Pengertian Laporan Keuangan Sifat Laporan Keuangan Tujuan Laporan Keuangan Jenis Laporan Keuangan
BAB II ARTI PENTING DAN KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN Pemakai Laporan Keuangan Keterbatasan Laporan Keuangan BAB III ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN Tujuan Analisa Laporan Keuangan Teknik Analisa Laporan Keuangan Model Analisa BAB IV ANALISA SUMBER DAN PENYUSUNAN DANA Dana Dalam Pengertian Kas Dana Dalam Pengertian Modal Kerja Tujuan Utama Analisa Aliran Dana BAB V ANALISA RASIO KEUANGAN Jenis Analisa Rasio Keuangan Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan BAB VI PENYELESAIAN POTENSI PAJAK Equalisasi Equalisasi Objek Pajak SPT Tahunan PPh Badan SPT PPh Pasal 21 SPT PPh Pasal 23 dan Pasal 26 SPT Masa PPN Benchmarking Laporan Keuangan
Kaitan Penerapan Benchmarking dengan Penerimaan Pajak
BAB I JENIS LAPORAN KEUANGAN
Pendahuluan Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut Dimana kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya Secara periodik, perusahaan selalu mengeluarkan laporan keuangan yang dibuat
oleh
bagian
akunting
dan
diberikan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan, misalnya pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan pihak manajemen sendiri Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan melakukan pengolahan data dengan
melakukan
perhitungan
lebih
lanjut
untuk
mengetahui
apakah
perusahaan telah mencapai standar kinerja yang dipersyaratkan atau belum Biasanya alat yang digunakan untuk mengukur standar pencapaian kinerja perusahaan adalah rasio keuangan Tentu saja rasio keuangan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak tersebut Laporan keuangan yang dibuat oleh bagian akunting secara periodik, biasanya telah mengikuti standar yang ditetapkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan berlaku secara umum Artinya, setiap perusahaan wajib mengikuti kaidah/aturan Namun demikian, bagi perusahaan publik, laporan keuangan ini harus diaudit oleh akuntan publik untuk menjamin konsistensi sistem yang digunakan sehingga perkembangan kinerja perusahaan relatif lebih mencerminkan kondisi sebenarnya Dilihat dari segi prosesnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan Dengan adanya laporan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas, maka akan diketahui atau diperoleh gambaran posisi keuangan suatu
perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut Menurut J Fred Weston & Thomas E Copeland (Sawir, 2001), “Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu” Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No1 (2004:2), Laporan Keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: a.
Neraca
b.
Laporan Laba Rugi
c.
Laporan Arus Kas
d.
Laporan Perubahan Ekuitas
e.
Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Munawir (2002:5), “pada umumnya laporan keuangan itu terdiri
dari neraca dan perhitungan laba rugi serta perubahan modal dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan
pada
tangga
tertentu
sedangkan
perhitungan
laba
rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber-sumber penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal” Dengan melihat batasan di atas mengenai pengertian laporan keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa pada intinya laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan tentang posisi keuangan, tentang hasil operasi perusahaan dan tentang perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan perusahaan Posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu dilaporkan dalam neraca, hasil operasi perusahaan selama satu periode tertentu dilaporkan dalam laba rugi dan perubahan posisi keuangan menjelaskan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam modal perusahaan
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan laporan rugi laba memperlihatkan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan Selain diatas laporan keuangan juga sering mengikut sertakan laporan lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh keterangan lebih lanjut, diantara laporan tersebut adalah laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas (laporan arus kas), laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftardaftar lainnya
Sifat Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan (progress report) perusahaan secara periodik Jadi laporan keuangan bersifat histories serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akutansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan histories dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir Prinsip dan kebiasaan di dalam akutansi, data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsipprinsip akutansi yang lazim, di dalam akutansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang
digunakan antara lain : bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekwensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa itu Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual Pendapat pribadi, dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan akutansi telah diatur oleh dalil-dalil dasar yang telah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan tersbut tergantung oleh akuntan atau pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan missal dalam menentukan nilai persediaan itu tergantung pendapat pribadi manajement serta berdasar pengalaman masa lalu
Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat untuk suatu tujuan dimana tertuang dalam Prinsip akutansi Indonesia 1984 mengenai tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh laba 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akutansi yang dianut
perusahaan Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis
dari suatu
perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisa bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu
Jenis Laporan Keuangan Ada banyak laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, tetapi yang umum digunakan adalah : (a) Laporan Laba Rugi, (b) Neraca, (c) Laporan Saldo Laba, dan (d) Laporan Arus Kas Berikut adalah penjelasan keempat laporan keuangan tersebut beserta contohnya a. Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu menunjukkan posisi keuangan (aktiva, utang dan modal) pada saat tertentu Tujuan neraca adalah menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender (misalnya pada tanggal 31 Desember 200x) Neraca merupakan ringkasan posisi kekayaan perusahaan pada saat tertentu Neraca berisi asset/kekayaan yang dimiliki perusahaan dan sumber dana untuk membiayai asset tersebut, yang berasal dari pihak di luar perusahaan (disebut kewajiban/
liabilities)
dan
dari
pemegang
saham
perusahaan
(disebut
modal/equity) Aset terdiri dari current assets dan fixed assets Pos-pos dalam current asset diharapkan dapat dicairkan menjadi kas dalam satu tahun Liabilities terdiri dari current liabilities dan long term liabilities Pos-pos dalam current liabilities diharapkan dapat dibayar/jatuh tempo dalam satu tahun Fixed assets dan long term liabilities tetap berada dalam perusahaan untuk lebih dari satu tahun Modal adalah sumber dana yang berasal dari pemilik perusahaan/pemegang saham
dan memiliki umur tidak terbatas
b. Laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu Laporan Laba Rugi merupakan laporan/ringkasan kegiatan operasi perusahaan selama satu periode, umumnya adalah satu tahun dan berakhir 31 Desember xx Untuk kepentingan terbatas, misalnya pada perusahaan publik, perusahaan dapat mengeluarkan laporan untuk 3 bulan, 6 bulan atau 9 bulan c. Laporan saldo laba Laporan saldo laba adalah laporan yang menunjukkan perubahan laba ditahan selama periode tertentu Laporan Perubahan Laba Ditahan menunjukkan laba yang diperoleh perusahaan dan dividen yang dibayarkan selama satu periode sehingga menyebabkan perubahan laba ditahan d. Laporan arus kas Laporan arus kas adalah laporan yang menujukkan arus kas selama periode tertentu Laporan Arus Kas merupakan ringkasan arus kas selama satu periode Laporan ini menunjukkan perubahan arus kas yang terjadi karena kegiatan operasi, investasi dan financial sehingga posisi/saldo kas berubah
Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan berisi rincian neraca dan laporan laba rugi, kebijakan akuntansi, dan lain sebagainya
BAB II ARTI PENTING DAN KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN
Analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengethaui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan Analisa keuangan yang mencakup analisa rasio keuangan, analisa kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang
Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya, karena laporan keuangan tersebut sangat diperlukan oleh pihakpihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakni: a. Investor (Investor), para investor berkepentingan untuk mengetahui laporan keuangan untuk menilai resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar deviden b. Pemberi pinjaman atau kreditur (Lenders or Creditors), para investor menarik untuk mengetahui laporan keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat di bayar pada saat jatuh tempo c. Pemasok dan Kreditur Usaha lainnya (Suppliers and other trade Creditors), pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dangan informasi dari laporan keuangan yang dapat memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek d. Para Pemegang Saham (Shareholders), para pemegang saham memerlukan informasi keuangan untuk mengetahui kemajuan perusahaan, perkembangan keuangan perusahaan, dana penambahan modal untuk business plan e. Manajemen
(Management),
manajemen
juga
berkepentingan
untuk
mengetahui informasi dari laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan f.
Pelanggan (Customer), para pelanggan berkepentingan dengan informasi keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan
g. Pemerintah dan berbagai lembaga (Government and their agencies), pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan
untuk
alokasi
sumber
daya
dan
oleh
karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan, selain itu mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya h. Karyawan (Employers), karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat, pensiun, dan kesempatan kerja i.
Masyarakat (Publik), perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk
jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan Arti penting analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Bagi
pihak
manajemen:
untuk
mengevaluasi
kinerja
perusahaan,
kompensasi, pengembangan karier 2. Bagi pemegang saham: untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan, keamanan investasi 3. Bagi kreditor: untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang beserta bunganya 4. Bagi pemerintah: pajak, persetujuan untuk go publik 5. Bagi karyawan: Penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan kerja
Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan Keuangan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu : 1. Laporan keuangan sifatnya sementara dan bukan laporan yang final, karena itu jumlah dan hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuiditas atau realisasi dimana dalam pembuatannya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau management yang bersangkutan 2. Angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya 3. Untuk para investor laporan keuangan hanya bersifat membantu, masih
memerlukan ramalan-ramalan sebabnya adalah bahwa data-data yang disajikan oleh akutansi semata-mata hanya didasarkan atas “cost” (yang bersifat histories) dan bukan atas dasar nilainya, akhirnya timbul jurang (gap) yang cukup besar antara hak kekayaan pemegang saham berupa aktiva bersih perusahaan yang dinyatakan dalam harga pokok historis dengan harga saham yang tercatat dibursa (ikatan akutansi Indonesia, Jakarta 1974,hal 14) 4. Laporan
keuangan
bersifat
konserfatif
dalam
sikapnya
menghadapi
ketidakpastian, peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya Harta, kekayaan bersih, dan pendapatan bersih selalu dihitung dalam nilainya yang paling rendah 5. Laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan tiap-tiap pemakai
BAB III ANALISA PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN
Menurut Munawir (2002;35) pengertian analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut, “analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan” Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan merupakan porses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisa laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
Tujuan Analisa Laporan Keuangan Secara lengkap menurut Harahap (1999:195), kegunaan analisa laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit) 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modalmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating) 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara lain: a. Dapat menilai prestasi perusahaan b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu: 1) Posisi keuangan (Asset, Neraca, dan Modal) 2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Biaya) 3) Likuiditas 4) Solvabilitas 5) Aktivitas 6) Rentabilitas atau Profitabilitas 7) Indikator Pasar Modal d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang
Teknik Analisa Laporan Keuangan Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya Wild, Subramanyam dan Robert (2005:30) menyatakan bahwa ada lima teknik untuk analisa laporan keuangan, yakni: 1.
Analisa Laporan Keuangan Komparatif
2.
Analisa Laporan Keuangan Common Size
3.
Analisa Rasio
4.
Analisa Arus Kas
5.
Penilaian
Kelima teknik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisa laporan keuangan komparatif yang lebih dikenal dengan metode analisa horizontal, yaitu dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih Ada dua teknik analisa yang biasa digunakan yaitu analisa perubahan dari tahun ke tahun dan analisa trend angka index 2. Analisa laporan keuangan common size yang lebih dikenal dengan metode analisa vertikal, yaitu dengan menganalisa laporan keuangan untuk satu periode dengan cara membandingkan pos yang satu dengan pos lainnya Untuk analisa laba rugi, penjualan biasanya ditetapkan 100% sedangkan untuk analisa secara total aktiva ditetapkan 100% 3. Analisa rasio yaitu menggunakan data perusahaan untuk menghitung rasiorasio yang mencerminkan kondisi perusahaan terkini Analisa rasio melibatkan dua jenis perbandingan yaitu: internal (membandingkan rasio saat ini, masa lalu dan masa yang akan datang) dan eksternal (melibatkan perbandingan
rasio perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri dengan titik waktu yang sama) 4. Analisa arus kas merupakan analisa terhadap laporan arus kas perusahaan Analisa arus kas mencerminkan sumber penerimaan dan tujuan pengeluaran kas perusahaan Analisa arus penerimaan dan pengeluaran kas ini akan dilakukan terhadap tiga aktivitas yang ada dalam laporan arus kas yaitu aktivitas operasi, pendanaan dan investasi 5. Penilaian merupakan penilaian atas laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan Jenis analisa ini jarang digunakan namun analisa ini dapat menambah informasi bagi pengguna dan pembaca laporan keuangan perusahaan
MODEL ANALISA Apabila laporan keuangan dianalisa dengan mengadakan perbandingan dari laporan-laporan selama beberapa periode, maka disebut analisa horizontal atau analisa dinamis Apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode saja (hanya memperbandingkan pos-pos yang satu dengan yang lainnya dalam satu laporan keuangan disebut analisa vertikal atau analisa statis Analisa dinamis akan sangat membantu para manajer, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan Dalam metode analisa perbandingan ini dapat ditunjukkan dalam : 1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah 2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah 3. Kenaikan dan penurunan dalam persentase 4. Perbandingan yang dinyatakan dalam ratio 5. Dinyatakan dalam persentase dari total Catatan : 1. Persentase dapat dihitung dengan membagi jumlah pertambahan atau pengurangan dari setiap pos dengan jumlah yang terdapat pada laporan tahun sebelumnya atau tahun yang dijadikan pembanding (tahun dasar)
2. Apabila data tahun pembadingnya kosong (nol) atau negatif, maka perubahan dalam persentase tidak dapat ditentukan, begitu pula kalau data yang diperbandingkan sama-sama negatif, maka persentase perubahannya tidak dapat ditentukan 3. Kalau data pembandingnya ada nilainya sedang data yang diperbandingkan kosong (nol), maka perubahan dalam persentase masih dapat ditentukan Penganalisa harus meninjau perubahan-perubahan ini secara individual atau secara keseluruhan dan menentukan sebab-sebab perubahan tersebut, serta menentukan apakah perubahan itu menguntungkan atau tidak Perubahan-perubahan penting selama tahun 2004 adalah : Dari neraca perbandingan di atas nampak bahwa aktiva tetap telah bertambah sebesar rp 25265000 atau 40,1%, yang menunjukkan adanya ekspansi Dengan bertambahnya aktiva tetap (mesin, gedung dan tanah) sebesar 40,1% mengakibatkan perubahan dalam pos-pos yang lain seperti aktiva lancar berkurang sebesar rp 23009000,- atau 13,9%, berkurangnya investasi
jangka
panjang
sebesar
80%
atau
rp
1203000,-
serta
bertambahnya modal saham biasa (common stock) sebesar rp 5227000,(setelah ditambah surplus) Dapat disimpulkan bahwa ekspansi itu sebagian dibiayai dari aktiva lancar, pengeluaran modal saham, dan sebagian dari penjualan investasi jangka panjang Tetapi sumber-sumber dana itu sebagian juga digunakan untuk melunasi hutang-hutang perusahaan Piutang dan persediaan barang dagangan telah bertambah, masing-masing 3% dan 1,9% Sepintas lalu perubahan ini menunjukkan tendensi yang menguntungkan dimana terdapat peningkatan volume penjualan Dari laporan rugi-laba menunjukkan adanya kenaikan penjualan sebesar 4,1% atau rp 15129000,- telah mengakibatkan bertambahnya operating income sebesar rp 3788000,- atau 16,1% Kenaikan ini mungkin disebabkan adanya penurunan dalam biaya operasi (terutama biaya pemeliharaan dan repasari), atau mungkin penggunaan perlengkapan pabrik yang lebih efisien Dsb
Jadi dengan analisa perbandingan laporan keuangan dapat diketahui perubahan mana yang cukup penting untuk dianalisa lebih lanjut Teknik analisa perbandingan (naik-turun) ini baik dilakukan untuk menganalisa dua atau tiga (periode) laporan keuangan Tetapi kalau sudah lebih dari tahun, maka lebih baik menggunakan angka indeks, dan semua dapa laporan keuangan yang dianalisa dihubungkan dengan angka indeks tersebut yang dinyatakan dalam persentase Analisa ini bertujuan untuk mengetahu kecenderungan atau arah (trend) dari posisi keuangan perusahaan
LATIHAN : Buatlah analisa kesebandingan horizontal dan vertikal
BAB IV ANALISA SUMBER DAN PENYUSUNAN DANA
Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan teknik analisis yang digunakan untukmempelajari bagaimana suatu perusahaan melaksanakan kebijakan investasinya dan melaksanakan kebijakan finansialnya selama periode tertentu,biasanya dalam masa 1 tahun/jangka pendek Dana dalam analisis sumber dan penggunaan dana dapat diartikan secara sempit maupun secaraluas sebagai berikut : 1
Dana arti sempit, dana adalah kas
2
Dalam arti luas, dana adalah modal kerja
Dana Dalam Pengertian Kas Jika dana di artikan kas,perubahan unsur-unsur yang mendukung laporan keuangan akanberpengaruh terhadap kas dengan adanya penambahan atau pengurangan
Jadi laporan sumber danpenggunaan kas di susun untuk
mengetahui perubahan kas selama satu periode
Sumber kas
Penggunaan Kas
1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas 2. Berkurangnya aktiva tetap 3. Bertambahnya setiap jenis utang 4. Bertambahnya modal sendiri 5. Adanya laba dari operasi perusahaan 6. Depresiasi
1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas 2. Bertambahnya aktiva tetap 3. Berkurangnya setiap jenis utang 4. Berkurangnya modal sendiri 5. Adanya kerugian perusahaan
Langkah - langkah Penyusunan Analisis Sumber dan penggunaan Kas Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam penyusunan analisis sumber dan penggunaankas,terdiri atas : 1. Susunan
laporan
perubahan
neraca
untuk
2
(dua)
tahun
terakhir,kemudian identifikasi mana yangmerupakan sumber kas dan pengeluaran kas 2. Klasifikasikan unsur-unsur dalam laporan rugi laba atau laporan laba di tahan mana yang merupakansumber kas dan pengeluaran kas 3. Susun laporan sumber dan penggunaan kas dengan menggabungkan semua informasi yang dapatmenambah kas (sumber kas ) dan mengurangi kas ( penggunaan kas )
Dana Dalam Pengertian Modal Kerja Jika dana dalam pengertian modal kerja,maka yang di maksud adalah model kerja netto yaitu modalkerja yang di hitung dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar, yang dapat menambah ataumengurangi modal kerja netto adalah unsur-unsur yang ada di luar modal kerja Oleh karena ituperubahan unsur modal kerja tidak akan menyebabkan perubahan modal kerja netto Langkah - langkah Penyusunan Analisis Modal Kerja Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam penyusunan analisis modal kerja,terdiri atas : 1. Susunan laporan perubahan modal kerja yang memberikan gambaran mengenai perubahan darimasing-masing unsur modal kerja atau unsure Current account antara dua waktu
2. Klasifikasikan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current account antara dua waktu tersebutke dalam golongan yang menambah atau mengurangi modal kerja 3. Klasifikasikan unsur - unsur
Tujuan Utama : Tujuan utama dari analisa sumber dan penggunaan dana adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibiayai Suatu laporan yang menggambarkan dari mana datangnya dan untuk apa dana itu digunakan disebut : Laporan Sumber-Sumber dan Penggunaan Dana Istilah lain yang digunakan untuk laporan Sumber-Sumber dan Penggunaan Dana adalah: - Statement of Sources and Applications of Funds - Statement of Sources and Use of Funds - Funds Statement - Statement of Financial Changes, - Where-got, where-gone Statements - Statement of Financial benefits Carned and Employed Langkah-Langkah Penyusunan Analisa Sumber-Sumber dan Penggunaan Dana : Penyusunan Laporan Perubahan Neraca (Statement of Balance Sheets Changes) yang disusun atas dasar dua neraca dari dua saat atau titik waktu Dengan bantuan Laporan Laba/Rugi, maka dapat disusu Laporan SumberSumber dan Penggunaan Dana (Kas (dalam artian Sempit) dan Modal kerja (Dalam Artian Luas)
ANALISIS ALIRAN DANA DALAM PENGERTIAN KAS Analisis Aliran Dana Dalam Pengertian Kas, merupakan aliran kas masuk (sumber dana) dan aliran kas keluar (penggunaan dana) yang langsung mempengaruhi besarnya kas yang berasal dari neraca dan laba/rugi Unsur-Unsur yang memperbesar kas
Berkurangnya unsure-unsur aktiva lancar selain kas Berkurangnya aktiva tetap Bertambahnya unsur-unsur dalam hutang lancer Bertambahnya hutang jangka panjang Bertambahnya modal sendiri Bertambahnya keuntungan Unsur-unsur yang memperkecil kas
Bertambahnya unsur-unsur aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva tetap
Berkurangnya hutang lancer
Berkurangnya hutang jangka panjang
Berkurangnya modal sendiri
Adanya pembayaran deviden kas
Adanya kerugian
Langkah-Langkah menyusun Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana dalam artian kas : 1. Penyusunan Laporan Perubahan Neraca (Statement of Balance Sheets Changes) yang menggambarkan masing-masing elemen antara dua titik waktuyang akan dianalisa 2. Mengelompokkan
perubahan-perubahan
tersebut
dalam
golongan-
golongan yang memeperbesar kas dan yang memperkecil kas 3. Mengelompokkan
elemen-elemen
dalam
Laporan
Laba/Rugi
atau
Laporan Laba di tahan ke dalam golongan-golongan yang memeperbesar kas dan yang memperkecil kas 4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam Laporan Sumber-Sumber dan Penggunaan Dana
BAB V ANALISA RASIO KEUANGAN
Jenis Analisa Rasio Keuangan Untuk melihat kinerja perusahaan, maka harus dilakukan pengolahan lebih lanjut atas laporan keuangan perusahaan Analisa Rasio (Ratio Analysis) adalah salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan melihat kinerja perusahaan Rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan Hubungan antara unsur – unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana Secara individual rasio itu dapat dinilai jika dibandingkan dengan suatu standar rasio yang layak dijadikan dasar pembanding
Menurut Satradipoera (2004: 173), disebutkan bahwa: “Analisa rasio adalah pengkajian yang dipergunakan oleh penyelia dan pengguna laporan keuangan (dalam hal ini, bisnis perbankan)untuk menilai kekuatan dan kelemahan keuangan dan kecenderungan operasi sebuah perusahaan Analisa rasio akan menyebabkan pengukuran relative terhadap kondisi dan kinerja perusahaan yang akan mengajukan aplikasi kredit kepada sebuah bisnis perbankan” Analisa laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisa tentang rasio keuangan Berdasarkan sumber analisa, rasio keuangan dapat dibedakan menjadi : a Perbandingan Internal (Time Series Analysis) yaitu membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya b Perbandingan Eksternal (Cross Sectional Approach) yaitu membanding-kan rasiorasio antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan atau membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat yang sama Analisa rasio dapat dilakukan secara cross section (Cross-Sectional Analysis), time series (Time-Series Analysis), ataupun Combined Analysis (menggabungkan analisa cross section dan analisa time series) Dengan CrossSectional Analysis berarti kita membandingkan rasio keuangan perusahaan berbeda untuk waktu yang sama, misalnya membandingkan perusahaan dengan pesaing utama ataupun dengan industri (cara ini disebut dengan benchmarking) Dengan
Time-Series
Analysis,
berarti
kita
melakukan
evaluasi
atas
perkembangan kinerja perusahaan melalui rasio keuangan Jenis rasio laporan keuangan, biasanya dikelompokkan ke dalam lima kelompok rasio, yaitu : 1) Liquidity Ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya Jadi rasio likuiditas mengukur kemampuan tersebut Rasio likuiditas merupakan indikator yang baik apakah perusahaan memiliki masalah dalam arus kas atau tidak Ukuran yang sering digunakan adalah Current ratio (CR) dan Quick (Acid-Test) Ratio (QR)
a) Current Ratio, merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solva-bilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar Formulasinya : Current Assets Current Ratio = -------------------------Current Liabilities Contoh : Current ratio Alpha Products 2003 adalah 322 X ($2,000 juta dibagi $620 juta), artinya setiap $1 hutang jangka pendek dijamin oleh $322 harta lancar Makin tinggi Current ratio makin baik bagi perusahaan Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan mempunyai kondisi likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada industrinya Misalnya rasio 1,0 baik bagi perusahaan publik utility tetapi tidak baik bagi industri manufaktur b) Quick Ratio, merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid Quick (Acid-Test) Ratio adalah ukuran yang sama dengan current ratio, tanpa memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual biasanya dengan kredit/tidak tunai) Formulasinya : Quick Ratio
Current Assets − Inventory = ------------------------------------Current Liabilities
Contoh : Quick Ratio untuk Alpha Products 2003 adalah 12 X ($2,000 juta dikurangi $1,230 juta, hasilnya dibagi dengan $ 620 juta) Quick Ratio = 1,0 atau lebih pada umumnya baik baik perusahaan, walaupun tergantung pada industrinya c) Net Working Capital Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar dan hutang lancar Rumusnya: Net Working Capital = Current Asset – Current Liabilities 2) Activity Ratio merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
menggunakan sumber daya - sumber dayanya Rasio Aktivitas mengukur seberapa cepat perusahaan menghasilkan penjualan atau cash (ditunjukkan dengan seberapa cepat beberapa account dikonversikan menjadi penjualan/cash) Pada prinspnya semakin tinggi rasio aktivitas, maka semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan sumber dayanya Rasio aktivitas yang umum digunakan antara lain: a) Receivable Turn Over Sales Receivable turnover = ----------------------------Account receivable b) Periode Pengumpulan Piutang 360 Average collection period = ------------------------------Receivable turnover c) Inventory Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu Inventory Turn Over mengukur aktivitas persediaan perusahaan, ditunjukkan dengan rumus : Cost of Goods Sold Inventory Turnover = -------------------------Average Inventory 360 d) Average days in inventory = -------------------------Inventory turnover e) Total Assets Turnover, yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan Formulasinya : Sales Total Assets Turnover = ----------------Total Assets 3) Leverage Ratio yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang Hutang menunjukkan adanya dana dari pihak di luar perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan laba Makin besar hutang
perusahaan untuk mendanai asset, maka makin besar financial leverage (financial leverage menunjukkan adanya beban tetap yang berasal dari fixed-cost financing -berupa pembayaran bunga hutang- dalam menghasilkan laba perusahaan) Sehingga dengan kata lain, makin tinggi hutang makin besar risiko perusahaan, dan makin besar pula potensi perolehan labanya (jadi makin tinggi risiko, makin tinggi returnnya) Ada dua jenis pengukuran hutang, yaitu degree of debt indebtedness dan ability to service debt Degree of debt indebtedness mengukur jumlah hutang relative terhadap pos neraca yang signifikan lainnya, misalnya debt ratio Ability to service debt mengukur kemampuan melakukan pembayaran yang dibutuhkan secara tetap selama perusahaan berhutang Jika pembayaran dilakukan untuk beban tetap, maka disebut coverage ratio, misalnya times interest earned dan fixedpayment coverage a) Debt To Total Assets Ratio, yaitu rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang Formulasinya : Total Liabilities Debt To Total Assets Ratio = --------------------Total Assets b) Time Interest Earned Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga Formulasinya : Time interest earned ratio:
Earning Before Interest and Tax ------------------------------------------Interest Expense
Rasio ini mengukur risiko, maka makin kecil Times Interest Earned Ratio makin besar risikonya (tidak mampu membayar bunga hutang) Nilai yang dianggap baik bagi perusahaan berada di antara 3,0 – 5,0 c) Fixed-Payment Coverage Ratio Fixed-Payment Coverage Ratio mengukur kemampuan perusahaan melunasi semua beban tetap yang ada, misalnya pembayaran bunga dan pokok pinjaman, sewa guna, dan dividen saham preferen Earning Before Interest and Taxes + Lease Payment
Fixed-Payment = -------------------------------------------------------------------Coverage Ratio I+ L + (Principal Payment +PS Dividend) x [1/(1-T)] {I=Interest; L=Lease payment; PS=Preferred Stock; T=corporate tax rate} Rasio ini mengukur risiko, maka makin kecil Fixed-Payment Coverage Ratio makin besar risikonya, baik bagi perusahaan maupun bagi kreditor Sebaliknya makin besar rasionya, makin kecil risiko perusahaan tidak mampu menutup beban tetapnya 4) Profitability Ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya Rasio - rasio ini antara lain : a Gros profit margin Gross Profit Margin mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah perusahaan menghasilkan produk Gross profit Gross profit margin = ---------------------Sales b Operating Profit margin Operating Profi Margin mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah perusahaan membayar semua biaya produksi dan biaya operasi (berarti tidak termasuk pembayaran biaya bunga, pajak dan dividen saham preferen) Operating Profi Margin dapat dikatakan sebagai ukuran laba yang sebenarnya EBIT Operating profit margin = ------------------Sales c Net Profit Margin Net Profit Margin mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah perusahaan membayar semua biaya-biaya yang terjadi, termasuk biaya bunga, pajak dan dividen saham preferen EAT Net profit margin = ------------Sales Untuk melihat keberhasilan perusahaan dalam industrinya, Net Profit Margin merupakan ukuran yang baik (walaupun tiap industri mempunyai ukuran yang
berbeda) d Earning per Share Earning Per Share menunjukkan laba per lembar saham yang menjadi hak pemegang saham biasa EPS juga menjadi perhatian manajemen dan menarik minat calon investor Earning available for common stockholders Earning Per Share = --------------------------------------------------------------Number of shares of commonstock outstanding e Return on Total Assets (ROA) Return on Total Assets mengukur keberhasilan manajemen menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba (Dalam beberapa literature, ROA sering disebut sebagai Return on Investment – ROI) Earning available for common stockholders Return on Total Assets = -------------------------------------------------------Total Assets f Return on Common Equity (ROE) Return on Common Equity mengukur presentase laba yang diperoleh atas investasi yang dilakukan pemegang saham Earning available for common stockholders Return on Common Equity = --------------------------------------------------------Common Stock Equity 5) Market Value Ratios Rasio pasar menghubungkan nilai pasar perusahaan dengan beberapa indicator pengukuran akunting, misalnya price earning ratio dan market to book ratio a) Price Earning Ratio (PER atau P/E Ratio) Price Earning Ratio mengukur kesediaan investor untuk membayar setiap uang (dollar) laba yang diperoleh perusahaan Makin tinggi nilai PER makin tinggi kepercayaan investor pada perusahaaan atas kinerja yang kan dating PER juga merupakan indicator atas nilai saham perusahaan Market price per share of common stock Price Earning Ratio = ----------------------------------------------------Earning per Share
b) Market to Book Ratio (M/B) Market to Book Ratio memberikan satu penilaian tentang bagaimana investor melihat kinerja perusahaan, yaitu dengan menghubungkan nilai pasar dengan nilai buku perusahaan Common stock Equity Book Value per Share = ---------------------------------------------------------of common stock Number of shares of commonstock outstanding Market Price per share of Common Stock Market to Book Ratio = ---------------------------------------------------Book Value per share of Common Stock Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan Perbedaan metode akuntansi yang dipakai untuk menyusun laporan keuangan Penjualan perusahaan yang bersifat musiman Kesulitan untuk menentukan jenis industri apabila perusahaan mempunyai berbagai lini produk Perusahaan dapat melakukan “window dressing”
BAB VI PENYELESAIAN POTENSI PAJAK
EQUALISASI Equalisasi atau sinkronisasi adalah upaya mencari kesesuaian atau kecocokan Sering kali Wajib Pajak melaporkan peredaran usaha di SPT Tahunan PPh sama dengan Total penyerahan PPN di SPT PPN masa Pajak Januari sd Desember Padahal dalam kenyataan antara peredaran usaha di SPT Tahunan PPh dengan Penyerahan PPN di SPT Masa PPN berbeda karena adanya
perbedaan
pengakuan penghasilan
si
SPT
dengan
pengakuan
penyerahan (saat terutang PPN) di SPT Masa PPN Perbedaan pengakuan ini menyebabkan perbedaan jumlah peredaran usaha dengan penyerahan PPN
Dalam UU KUP, pengakuan penghasilan yang diakui/diatur ada dua stelsel yaitu: 1 stelsel kas 2 stelsel akrual Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan pada penghasilan yang diterima dan biaya dibayar secara tunai Menurut stelsel kas penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar diterima secara tunai dalam periode tertentu dan biaya dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam periode tertentu Stelsel akrual adalah metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima atau kapan biaya dibayar secara tunai Dalam dunia akuntansi, stelsel akrual yang lazim digunakan Sementara penyerahan PPN terjadi pada saat faktur pajak dibuat yaitu pada saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP), saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP, saat pembayaran per termin dalam penyerahan sebagian tahap pekerjaan, dan saat lain yang diatur Peraturan Menteri Keuangan Jadi dengan perbedaan pengkuan penghasilan (penyerahan) antara SPT TahunanPPh dan SPT Masa PPN berakibat pada jumlah peredaran tidak sama dengan jumlah penyerahan dalam suatu periode pembukuan Disamping
perbedaan
pengakuan
penghasilan,
adalagi
yang
menyebabkan perbedaan antara peredaran usaha dengan penyerahan PPN yaitu : 1 Adanya Nilai Lain sebagai dasar pengenaan PPN 2 PPN dikenakan atas BKP berupa aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP Dalam SPT Tahunan Badan masuk penghasilan diluar usaha Equalisasi peredaran usaha dengan penyerahan PPN sangat penting untuk mendeteksi ketidakbenaran pelaporan Wajib Pajak dan dapat digunakan sebagai alat untuk menggali pajak
Equaliasasi Objek Pajak Laporan keuangan setidaknya menyajikan dua hal, yaitu Neraca dan Laporan Laba Rugi Dua hal itulah yang wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak di Surat Pemberitahuan PPh Badan / OP Neraca menyajikan harta, kewajiban dan ekuitas per tanggal tertentu Sedangkan Laporan Laba Rugi menyajikan hasil kegiatan usaha Wajib Pajak selama satu periode tertentu Sebagian besar Wajib Pajak selalu “menyesuaikan” antara periode akuntansinya dengan tahun kelender atau tahun pajak Hal inilah yang menjadi patokan fiskus untuk mensinkronkan antara laporan keuangan dengan Surat Pemberitahuan PPh Badan Karena periode laporan keuangan sama dengan periode tahun pajak, maka angka-angka yang dilaporkan di Surat Pemberitahuan PPh Badan harus sama dengan laporan keuangan Pada kenyataannya masih banyak Wajib Pajak yang melupakan sinkronisasi atau equalisasi antara Surat Pemberitahuan dengan laporan keuangan Satu hal yang harus diingat adalah bahwa fiskus akan dan harus berpatokan kepada Surat Pemberitahuan Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai laporan pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak kepada kantor pajak Sedangkan Neraca dan Laporan Laba Rugi hanyalah lampiran atau pelengkap dari Surat Pemberitahuan Keduanya (Neraca & Laporan Laba Rugi) bukan laporan Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa fungsi Surat Pemberitahuan sebagai laporan kewajiban perpajakan Inilah yang membedakan antara laporan keuangan dengan Surat Pemberitahuan Begitu juga tentang pemeriksaan Pemeriksaan pajak berbeda dengan pemeriksaan akuntan publik Pemeriksaan pajak bertujuan memeriksa kebenaran kewajiban perpajakan Wajib Pajak berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku sedangkan pemeriksaan akuntan publik, seperti disebutkan dalam laporannya, adalah untuk menguji kewajiban laporan keuangan Akuntan publik bertanggung jawab hanya sebatas pada pernyataan pendapat Oleh karena itu, laporan keuangan saja belum cukup, harus dilengkapi dengan administrasi perpajakan yang baik Direktorat Jenderal Pajak sedang dalam proses menerapkan sistem administrasi perpajakan modern dan bebas kolusi Bila hal tersebut terwujud, maka tidak ada ruang lagi bagi Wajib
Pajak dan pejabat pajak untuk menyembunyikan potensi pajak dan pembayaran pajak ke negara
SPT Tahunan PPh Badan Walaupun pada hakikatnya semua pajak berasal dari penghasilan tetapi Pajak Penghasilan atau Income Tax memiliki kekhasan tersendiri karena cara penghitungannya sangat dekat dengan disiplin ilmu akuntansi Di Indonesia, standar akuntansi ditentukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dan standar tersebut diakui sebagai praktek akuntansi yang paling adil dan lazim digunakan di dunia bisnis Selain diakui oleh institusi pengawas pasar modal (Bapepam), Standar Akuntansi Keuangan Indonesia juga diakui oleh administrator pajak (Direktorat Jenderal Pajak) Artinya, laporan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik sangat berarti bagi SPT Tahunan PPh Badan Tetapi adakalanya penghasilan di laporan keuangan berbeda dengan SPT Tahunan PPh Badan Tidak semua standar akuntansi dapat diterapkan untuk kepentingan pajak penghasilan Sebagai contoh, penghitungan persediaan barang dagangan, peraturan perpajakan di Indonesia yang berlaku sekarang hanya membolehkan metode FIFO (first in first out) dan metode rata-rata (average) Jika Wajib Pajak menggunakan metode persesedian LIFO (last in first out) maka nilai persediaan Wajib Pajak harus dikoreksi Akan ada perbedaan pengakuan antara fiskal dan komersial Wajib Pajak seharusnya membuat equalisasi antara pos-pos di laporan keuangan komersial dan angka-angka di SPT Tahunan PPh Badan Setiap perpedaan angka antara laporan keuangan dengan SPT Tahunan PPh Badan, Wajib Pajak wajib kudu mempersiapkan alasan-alasan yang rasional dan berdasar Berdasar maksudnya, bahwa perbedaan tersebut dikarenakan peraturan perpajakan yang berlaku, baik undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri keuangan maupun keputusan direktur jenderal pajak Equalisasi harus dimulai dari angka-angka komersial, kemudian dikoreksi, baru angka-angka yang disajikan di SPT Cara membuat equalisasi SPT Tahunan PPh Badan sebenarnya mirip dengan membuat Neraca Lajur Jadi ada kolom untuk
nama-nama
perkiraan,
kolom
rupiah
menurut
laporan
keuangan
komersian, kolom koreksi fiskal dan kolom rupiah menurut fiskal Angka-angka yang ada di kolom menurut fiskal adalah angka-angka yang disajikan di SPT Tahunan PPh Badan Selain itu perlu diberikan catatan di bawahnya mengenai peraturan mana yang menjadi dasar koreksi Equalisasi member kemudahan bagi Wajib Pajak dan pemeriksa pajak Dengan melakukan equalisasi maka wajib pajak akan mudah mengingat apabila terjadi perbedaan antara SPT Tahunan berbeda dengan laporan keuangan, dan mampu menjelaskannya
SPT PPh Pasal 21 Jika equalisasi SPT Tahunan PPh Badan bermula dari laporan keuangan komersial, maka equalisasi SPT yang lain bermula dari SPT Tahunan PPh Badan Pos-pos biaya yang ada di Laporan Laba Rugi yang telah dituangkan didalam SPT Tahunan PPh Badan harus disinkronkan dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21, SPT Masa PPh Pasal 23 dan 26 Sedangkan Pos pendapatan (baik pendapatan usaha maupun pendapatan lain-lain) harus disinkronkan dengan SPT Masa PPN PPh Pasal 21 adalah withholding tax yang berkaitan dengan majikan dan buruh
Majikan
akan
memotong
pajak
penghasilan
milik
buruh
dan
menyetorkannya ke kas negara Kemudian kewajiban penghitungan, pemotongan dan pembayaran pajak penghasilan buruh selama satu tahun tersebut dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 Banyak Wajib Pajak yang mencampurkan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 21 Padahal keduanya jenis pajak yang berbeda Menurut Prof R Mansyuri, Phd yang terlibat langsung dalam tax reform tahun 1985, bahwa Pasal 21 UU PPh dimaksudkan sebagai prosedur pelunasan pajak atas penghasilan yang diperoleh “seseorang” karena bekerja Syaratnya : ada majikan dan buruh, hubungan keduanya tidak setara Majikan tentu lebih tinggi daripada buruh Majikan dalam posisi memberi perintah dan buruh dalam posisi yang diperintah Oleh karenanya, maka pembayaran kepada konsultan profesional bukanlah objek PPh Pasal 21 karena tidak ada majikan – buruh dan posisinya setara Apabila sudah dapat dibedakan antara objek PPh Pasal 21 dan objek PPh
Pasal 23, maka dapat disusun SPT Tahunan PPh Pasal 21 dengan benar SPT Tahunan ini menjadi patokan bagi pemeriksa pajak, apakah Wajib Pajak telah melakukan kewajiban perpajakan dengan benar Kadang – kadang Wajib Pajak lupa memasukkan upah buruh lepas dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21, padahal upah buruh tersebut telah dipotong dan dilaporkan di SPT Masa PPh Pasal 21 Atau, Wajib Pajak lupa memasukkan pesangon ke SPT Tahunan padalah di SPT Masa telah dilaporkan Apa pun yang telah dilaporkan di SPT Masa, hendaknya dijumlahkan dan dilaporkan kembali di SPT Tahunan Jika tidak, Wajib Pajak rugi sendiri SPT Tahunan PPh Pasal 21 berfungsi sebagai rekapitulasi dari semua objek-objek PPh Pasal 21 Sedangkan SPT Masa PPh Pasal 21 seperti laporan keuangan interim, dilihat dari teknis perhitungan pajak, hanya sementara Tetapi sementara lebih baik daripada tidak sama sekali Seandainya tidak membuat SPT Tahunan PPh Pasal 21, tetapi taat melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21, maka SPT Masa tersebut tetap diakui dan Wajib Pajak telah melaksanakan sebagian kewajibannya Objek-objek PPh Pasal 21 seharusnya dicatat kedalam perkiraanperkiraan tertentu, tidak bercampur dengan pos, misalnya, pemeliharaan kantor Pencampuran pengeluaran objek PPh Pasal 21 dengan bukan objek PPh Pasal 21 akan menyulitkan menghitung dan melaporkannya dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 Angka-angka yang dicantumkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 harus dapat dijelaskan bersumber dari perkiraan apa saja Saat membuat SPT Tahunan PPh Pasal 21 harus dibuat juga equalisasi antara pos-pos biaya di Laporan Laba Rugi dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21 Equalisasi ini bermanfaat, setidaknya tidak akan terjadi penghitungan ganda (double accounting) objek PPh Pasal 21 Penghitungan ganda bisa dilakukan oleh Wajib Pajak saat membuat SPT Tahunan maupun pemeriksa pajak yang tidak mengerti sumber angka di SPT Tahunan PPh Pasal 21 Pemeriksa menduga objek PPh Pasal 21 belum dilaporkan di SPT Tahunan kemudian menghitung ulang (koreksi positif) Jika terjadi penghitungan ganda seperti itu tentu merugikan Wajib Pajak sendiri
SPT PPh Pasal 23 dan Pasal 26 Seperti diuraikan diatas, perbedaan penting antara PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 adalah kesetaraan Jika hubungan antara pemberi penghasilan dengan penerima penghasilan memiliki kesetaraan, bukan hubungan majikan dan buruh maka penghasilan tersebut adalah objek PPh Pasal 23 Selain itu, objek PPh Pasal 23 hanya untuk jenis-jenis penghasilan tertentu Perhatikan kata-kata dalam Pasal 23 ayat (1) UU PPh berikut, “atas penghasilan tersebut di bawah ini Tidak semua penghasilan menjadi objek PPh Pasal 23 Berikut adalah jenis-jenis penghasilan yang menjadi objek PPh Pasal 23 dan pengertiannya menurut : 1
dividen, penghasilan yang berkaitan dengan investasi atau penanaman modal;
2
bunga, penghasilan yang berasal karena utang piutang;
3
royalty, imbalan sehubungan dengan hak atas kekayaan intelektual;
4
hadiah & penghargaan, kecuali ada hubungan majikan – buruh;
5
sewa, imbalan atas penggunaan aktiva tetap;
6
jasa teknik, jasa pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman dibidang
manufaktur,
industri,
perdagangan,
manajemen
atau
ilmu
pengetahuan; 7
jasa manajemen, pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung (subjek) dalam manajemen sehari-hari Jasa lain adalah jenis-jenis jasa yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak berdasarkan kuasa dari Pasal 23 ayat (2) UU PPh Terhadap jasa lain dikenakan 15% dari penghasilan neto yang ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Pajak Tarif efektif masing-masing jenis jasa berbeda Wajib Pajak seringkali mencampuradukkan pengertian jasa manajemen, jasa teknik dan jasa konsultan berdasarkan pengertian awam Jasa – jasa yang berkaitan dengan manajemen disebut jasa manajemen Kadang disebut jasa konsultan manajemen Padahal peraturan perpajakan membedakan jasa konsultan dan jasa manajemen Begitu juga dengan jasa teknik, seringkali diasosiasikan dengan pekerjaan teknik Jasa teknik penekanannya pada pemberian informasi dan pengalaman
Kadang mirip dengan royalti Salah satu ciri yang membedakan jasa teknik dengan royalti adalah pertanggungjawaban keberhasilan Jasa teknik harus dibayar jika jasanya telah dilaksanakan dan berhasil Sedangkan penjual royalti kadang tidak peduli apakah pembeli royalti berhasil dalam usahanya atau tidak Penjual royalti seperti penjual di pasar tradisional, “barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan” Satu lagi ciri yang membedakan jasa teknik dengan royalti adalah jual putus atau bagi hasil Jasa teknik selalu “jual putus” sedangkan royalti selalu minta bagian (sekian persen dari penjualan) Pemahaman atas istilah-istilah tersebut, menurut pengertian perpajakan, akan sangat bermanfaat bagi Wajib Pajak Setidaknya ada dua manfaat yang diperoleh Pertama, benar menghitung pajak Seandainya ada dua istilah dengan tarif yang berlainan maka kesalahpahaman Wajib Pajak akan berakibat perhitungan pajak terutang salah Bisa lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya Kedua, mungkin penghitungan ganda Ini jelas merugikan Wajib Pajak Seandainya Wajib Pajak telah memotong PPh Pasal 23 atas jasa manajemen sebesar 4,5% tetapi ketika diperiksa oleh kantor pajak, diketahui bahwa jasa tersebut bukan jasa manajemen tapi royalti yang tarifnya 15%, maka Wajib Pajak harus membayar kembali PPh Pasal 23 atas royalti sebesar 15% dari jumlah bruto Kasus ini terjadi karena pemeriksa pajaknya berpendapatan bahwa Wajib Pajak baru membayar PPh Pasal 23 atas jasa manajemen tetapi belum membayar PPh Pasal 23 atas royalti Teknik equalisasi PPh Pasl 21, seperti yang diuraikan diatas, sama dengan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 26 Hanya saja karena PPh Pasal 23 dan Pasal 26 tidak ada SPT Tahunan maka Wajib Pajak tetap harus membuat rekapitulasi SPT Masa Pembayaran PPh Pasal 23 atas royalti, atas sewa, atas jasa teknik selama setahun harus dicatat dengan jelas dan total pembayaran selama setahun masing-masing tahun pajak dapat diperinci Kemudian sandingkan dengan biaya-biaya yang dilaporkan di Laporan Laba Rugi Pasal 26 UU PPh adalah withholding tax atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) Hukum perpajakan mengharuskan adanya kesetaraan antara Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) dengan WPLN (equal treatment) Jika kepada WPDN dikenakan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 maka
kepada WPLN dikenakan PPh Pasal 26 Contoh, pembayaran sewa kepada WPDN adalah objek PPh Pasal 23 sedangkan kepada WPLN adalah objek PPh Pasal 26 Tetapi harus diingat bahwa pembayaran PPh Pasal 23 dan pembayaran PPh Pasal 26 harus dipisah Surat Setoran Pajak (SSP) untuk Pasal 23 dan Pasal 26 harus dipisah Selain itu, tahun pajaknya harus jelas! Penulisan tahun pajak di SSP harus dikaitkan dengan saat terutang Bukan saat pembayaran SSP
SPT Masa PPN Pemeriksa pajak, ketika menerima SPT Masa PPN selalu melihat dulu SPT Masa Desember pada kolom “sd bulan ini” Apabila angka di kolom tersebut tidak sama dengan angka di SPT Tahunan PPh Badan, maka timbul pertanyaan, “kenapa?” Kenapa angkanya berbeda? Itulah yang harus dijawab dengan cara equalisasi SPT Masa PPN dengan SPT Tahunan PPh Badan Sebagian Wajib Pajak, karena bidang usahanya, mengharuskan angka pos peredaran usaha SPT Tahunan PPh Badan sama penyerahan menurut SPT Masa PPN Tetapi sebagian lagi tidak memungkinkan adanya persamaan karena sebab-sebab sebagai berikut : [1] Penjualan dengan mata uang asing Kurs yang dipakai di SPT Tahunan PPh Badan adalah kurs tengah BI Antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan khusus tentang kurs sama, yaitu pengakuan pendapatan dan biaya menggunakan kurs tengah BI Sedangkan SPT Masa PPN harus menggunakan kurs yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap minggunya Kita mengenalnya kurs KMK Selain untuk PPN, kurs KMK juga digunakan untuk pembayaran pajak lainnya Jika pembayaran kita menggunakan mata uang asing, dan pembayaran tersebut terutang PPh Pasal 26 maka akan ada perbedaan angkan antara pengakuan biaya dengan dasar pengenaan pajak PPh Pasal 26 Sekali lagi, penyebabnya adalah kurs KMK dan kurs tengah BI Dasar pengenaan pajak PPh Pasal 26 wajib menggunakan kurs KMK saat (pada) tanggal pembayaran (tanggal SSP, cash basis) sedangkan pengakuran biaya menggunakan kurs tengah BI saat diakui (acrual basis) [2] Penghasilan lain-lain menjadi objek PPN
Mungkin Wajib Pajak selalu menghasilkan produk sampingan Baik karena limbah pabrik maupun karena kualitas produk yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan Contohnya pabrik mebel yang menghasilan kayu-kayu kecil yang dapat dijual Produk seperti ini ketika dijual, hasil penjualannya tentu dimasukkan ke dalam pos penghasilan lain-lain Tetapi penjualan tersebut jelas terutang PPN Jadi harus dilaporkan di SPT Masa PPN [3] Ada penyerahan cabang dan ada SPT Masa PPN lokasi SPT Masa PPN biasanya per lokasi tertentu kecuali ada sentralisasi pelaporan PPN Jika terdapat banyak cabang, tidak serta merta penjumlahan semua SPT Masa PPN lokasi harus sama dengan SPT Tahunan PPh Badan Peredaran usaha adalah penyerahan produk ke konsumen langsung, sedangkan SPT Masa PPN tidak hanya penyerahan produk ke konsumen tetapi penyerahan produk dari pusat ke cabang atau dari cabang ke cabang lainnya Jadi harus hati-hati [4] Ada penghasilan diterima dimuka Saat terutang pajak biasanya saat penyerahan atau saat diterima uang Mana yang lebih dahulu Begitu juga dengan PPN Kita mesti cut-off kapan saat terutang PPN Seandainya ada uang muka penjualan yang penyerahannya mungkin tiga bulan kemudian, pada akhir tahun uang muka tersebut harus dihitung sebagai objek PPN yang harus dibayar [5] Pemakaian sendiri dan bonus Pemakaian sendiri, pemakaian cuma-cuma atau bonus di laporan keuangan adalah biaya Sedangkan di SPT Masa PPN, pemakaian produks sendiri merupakan objek PPN Seperti pabrik minuman, kadang ada produk yang tidak dapat dijual karena dibawah standar mutu yang ditetapkan (produk BS), kemudian produk BS tersebut dibagikan ke karyawan Ini terutang PPN Atau mungkin Wajib Pajak memberikan produknya secara cuma-cuma untuk kegiatan amal Ini juga terutang PPN [6] Beda waktu pelaporan Seringkali pembelian barang dagangan dibayar 30 hari sejak transaksi Dan faktur pajak standar dibuat selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya setelah bulan dilakukan penyerahan Misalnya transaksi tanggal 23 April, mungkin baru dibayar tanggal 23 Mei Dan bisa saja dibuat faktur pajak pada tanggal 31 Mei Transaksi
ini dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 20 Juni Jadi, transaksi bulan Desember dapat dibuatkan faktur pajak bulan Januari tahun berikutnya, SPT Masa PPN bulan Januari Dari contoh ini jelas, bahwa transaksi bulan Desember, secara akuntansi harus diakui pada bulan Desember (tahun yang bersangkutan) sedangkan pelaporan PPN baru dapat dilaksanakan pada SPT Masa PPN bulan Januari tahun berikutnya Tentu akan terjadi perbedaan angka antara peredaran usaha di SPT Tahunan PPh Badan dengan penyerahan barang di SPT Masa PPN Saat diperiksa oleh kantor pajak, Wajib Pajak harus menguraikan perbedaan-perbedaan antara SPT Tahunan PPh Badan dengan SPT Masa PPN Mungkin angka SPT Masa PPN lebih kecil daripada angka SPT Tahunan PPh Badan, kemudian pemeriksa tidak mengetahui penyebab perbedaan tersebut, maka pemeriksa pajak dapat serta merta mengoreksi objek PPN Karena menurutnya, angka di SPT Tahunan PPh Badan harus sama dengan angka di SPT Masa PPN Padahal mungkin saja karena perbedaan kurs saja, atau karena beda waktu pelaporan Satu hal yang berkaitan dengan selisih kurs, Wajib Pajak wajib membuat rekapitulasi perhitungan selisih kurs agar siapa pun yang memeriksa mengetahui asal muasal angka selisih tersebut Dengan kata lain, proses atau tahapannya jelas
BENCHMARKING Benchmarking Laporan Keuangan Benchmarking merupakan suatu proses yang telah secara umum diterapkan dalam dunia usaha Benchmarking dalam dunia bisnis merupakan suatu proses sistematik dalam membandingkan produk, jasa atau praktik suatu organisasi terhadap kompetitor atau pemimpin industri untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mencapai tingkat kinerja yang tinggi Dalam melakukan benchmarking, suatu organisasi membandingkan nilai-nilai tertentu (dari dalam organisasi) dengan suatu titik referensi atau standar keunggulan yang sebanding, Barker (2003) Dengan melakukan pembandingan tersebut, perusahaan dapat melakukan evaluasi dan kemudian menentukan langkah yang
sistematik dan terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Model di atas diadopsi pula oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap wajib pajak Dengan berasumsi bahwa wajib pajak dengan karakteristik yang sama akan cenderung memiliki perilaku bisnis yang sama, kondisi keuangan dan perpajakan masing-masing wajib pajak dapat dibandingkan dengan suatu benchmark yang mewakili karakteristik wajib pajak yang bersangkutan Dengan melakukan pembandingan tersebut, diharapkan Direktorat Jenderal Pajak dapat secara sistematis mendeteksi wajib pajak dengan risiko ketidakpatuhan yang tinggi, untuk kemudian dapat dilakukan tindak lanjut yang sesuai Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasiorasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak Dengan demikian total benchmarking memiliki karakteristik: 1. Benchmark disusun berdasarkan kelompok usaha 2. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan 3. Hubungan keterkaitan antar rasio-rasio diperhatikan 4. Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang memiliki kinerja keuangan yang lebih rendah daripada benchmark, tidak selalu berarti bahwa wajib pajak tersebut tidak melakukan kewajiban pajaknya dengan benar Perlu diagnosa lebih mendalam untuk dapat menentukan apakah wajib pajak tersebut benar-benar tidak patuh atau terdapat factor-faktor lain yang menyebabkan wajib pajak memiliki kinerja yang berbeda dengan benchmark Total benchmarking bukan merupakan suatu proses enforcement di mana wajib pajak diharuskan untuk mengikuti standar yang ditetapkan, melainkan suatu alat bantu (supporting tools) yang dapat digunakan
oleh aparat pajak dalam membina wajib pajak dan menilai kepatuhan perpajakannya Penetapan rasio-rasio benchmark secara teknis dilakukan sebagai berikut: 1. Nilai rasio-rasio benchmark ditetapkan untuk masing-masing kelompok usaha berdasarkan 5 (lima) digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak Klasifikasi Lapangan Usaha dimaksud adalah KLU sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-34/PJ/2003 tanggal 14 Februari 2003 2. Penetapan rasio-rasio benchmark untuk keseluruhan kelompok usaha dilakukan secara bertahap oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak 3. Penetapan rasio benchmark menggunakan data perpajakan tahun 2005 sd 2007 4. Sumber data yang digunakan dalam tahap awal pembentukan benchmark adalah data internal dalam sistem informasi perpajakan DJP, yang terdiri dari: a. Elemen-elemen Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan; b. Elemen-elemen Surat Pemberitahuan Masa PPN; c. Elemen-elemen Transkrip Laporan Keuangan Penghitungan semua rasio selain rasio PPN menggunakan elemen data hasil perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan Data penjualan, HPP, Laba bersih dari Operasi, Laba Sebelum Pajak diambil dari formulir 1771 Lampiran I, sedangkan data PPh terutang diambil dari hasil perekaman induk formulir 1771 Data-data gaji, sewa, bunga, penyusutan, dan biaya-biaya lain diambil dari perekaman formulir 1771 Lampiran II Apabila data perekaman formulir 1771 Lampiran II tidak lengkap, maka data tersebut dilengkapi menggunakan data perekaman transkrip Laporan Keuangan Data Pajak Masukan diperoleh dari perekaman SPT PPN baik formulir 1195 maupun 1107 5 Beberapa wajib pajak dipilih sebagai sampel dari populasi masing-masing kelompok
usaha
Pemilihan
dilakukan
secara
judgemental
dengan
mempertimbangkan sampel tersebut harus memiliki nilai rasio-rasio yang dianggap baik dan wajar dalam kelompok usahanya 6 Penentuan nilai rasio benchmark dilakukan dengan menghitung rata-rata rasio-
rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang diambil sebagai sampel, dengan menggunakan metode penghitungan rata-rata tertimbang (weighted average) Rasio-rasio yang digunakan dalam total benchmarking meliputi 14 rasio yang terdiri dari rasio-rasio yang mengukur kinerja operasional, rasio input, rasio PPN dan rasio aktivitas luar usaha Pemilihan 14 rasio tersebut didasarkan pada pertimbangan memberikan
bahwa gambaran
rasio
yang
secara
digunakan
menyeluruh
sedapat atas
mungkin
kegiatan
mampu
operasional
perusahaan dalam suatu periode dan berkaitan dengan semua jenis pajak yang menjadi kewajiban wajib pajak Rasio-rasio tersebut meliputi: 1.
Gross Profit Margin (GPM)
2.
Operating Profit Margin (OPM)
3.
Pretax Profit Margin (PPM)
4.
Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR)
5.
Net Profit Margin (NPM)
6.
Dividend Payout Ratio (DPR)
7.
Rasio PPN (pn)
8.
Rasio Gaji/Penjualan (g)
9.
Rasio Bunga/Penjualan (b)
10. Rasio Sewa/Penjualan (s) 11. Rasio Penyusutan/Penjualan (py) 12. Rasio Penghasilan Luar Usaha/Penjualan (pl) 13. Rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan (bl) 14. Rasio Input Lainnya/Penjualan (x) Dengan mengukur rasio GPM, OPM, PPM, CTTOR, NPM, pl, dan bl didapatkan gambaran yang utuh mengenai kegiatan/operasi perusahaan dalam suatu tahun pajak sebagaimana tercermin dalam Penghitungan Laba Rugi (income statement) perusahaan Pengukuran secara utuh tersebut diperlukan agar aparat pajak dapat melakukan diagnosa secara tepat dalam menentukan elemen
apa
dari
penghitungan
rugi
laba
perusahaan
tersebut
yang
mengindikasikan ketidakwajaran Pada prinsipnya, rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang dihasilkan dari analisis vertikal suatu Penghitungan Laba Rugi perusahaan)
Kaitan Penerapan Benchmarking dengan Penerimaan Pajak Centre
for
Tax
Policy
and
Administration,
GAP004-Compliance
Measurement, menjelaskan bahwa benchmarking merupakan tolok ukur untuk melihat kinerja masyarakat wajib pajak/kepatuhan wajib pajak dengan terlebih dahulu menentukan homogenitas populasi yang diukur dan area of risk yang difokuskan melalui teori-teori analisis yang mendasarinya Analisis laporan keuangan dengan melihat laporan keuangan komparatif (comparative financial statement analysis), laporan keuangan berukuran sama (common size financial statement) dan analisis rasio (ratio analysis) antar perusahaan dapat menekankan perbedaan komposisi dan distribusi pos sehingga menjadi alat untuk menentukan kinerja suatu perusahaan Oleh karenanya penetapan benchmarking secara garis besar adalah sebagai triger (pemicu) untuk melihat kinerja sekaligus kemungkinan potensi yang belum dilaporkan perusahaan Persentase/rasio yang dihasilkan dari ratarata tertimbang setiap komponen yang dihitung dari akun-akun laporan keuangan wajib pajak hasil sampel, menjadi acuan/benchmarking untuk menghitung apakah ada kelebihan atau kekurangan ketika disandingkan dengan hasil perhitungan rasio-rasio laporan keuangan setiap wajib pajak per-KLU Jika ada kekurangan atau rasio benchmarking lebih tinggi dari hasil perhitungan rasio perusahaan (tax gap) maka ada potensi pajak atau ketidakpatuhan
Wajib
Pajak,
yang
dimungkinkan
dan
apabila
dalam
penelusurannya terbukti ada potensi pajak yang didapat berarti telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan pajak dalam penerimaan negara