ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MASALAH PENDING ORDER PRODUK PERSONAL SKIN CARE (PSC) di PT. XYZ1 Priyudi Astrakusuma2, Amzul Rifin3, Imam Teguh Saptono4
ABSTRACT This study was conducted to describe PSC’s product pending order problem in PT. XYZ, analyzing the factors that caused it and then to determine the root cause of this problem. Finally this research was conducted to produce alternative recommendations or solutions to overcome PSC’s product pending order problem in PT. XYZ. Factors that caused the problem of PSC’s pending order are obtained from exploration result or focus group discussion (FGD) of respondents that are selected by using purposive sampling. FGD was conducted with analysis tools such as fishbone diagrams with “6M” framework of thinking (consists with aspects of man, machine, money/ management, method, milieu and aspect of material), which is usually used to find the root cause of problems in manufacturing industry. Then these causative factors of PSC’s product pending order are used by researcher to create a perception questionnaire. Questionnaires in this conformation stage are filled out by respondents of product pending order problem in PT. XYZ. Respondents are selected by using snowball sampling technique. The results of this survey of perception will eventually be processed by using IBM SPSS statistical program version 20, with test of Kendall concordance (W) in order to confirm results of FGD. Finally, researcher concluded that both FGD and questionnaire methods are complementary each other. Both methods are equally suspected that the PSC’s product pending order in PT. XYZ is caused by in accuracy of sales forecasting or demand distributor (DD) forecasting. Related with inaccuracy of sales forecasting or DD forecasting, researcher advised the use of combination of quantitative with qualitative sales or DD forecasting technique and also DD forecasting should be received by SCM of PT. XYZ from its logistic provider (PT. ZZZ) after this provider having coordination with marketing division of PT. XYZ. Keywords: fishbone, pending order, DD forecasting, sales forecasting, Kendall test
1. PENDAHULUAN PT. XYZ adalah perusahaan yang berawal dari sebuah sarana pelayanan kesehatan berupa apotek, yang didirikan pada awal tahun 1960. Pendiri perusahaan ini adalah seorang dokter berkebangsaan Indonesia. Apotek tersebut kemudian berkembang menjadi perusahaan manufaktur yang mulai berproduksi sejak tahun 1962. Awalnya perusahaan berkedudukan di Ja-
1
Makalah (bagian dari tesis) disampaikan pada Seminar Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mahasiswa Program Magister Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor 3 Ketua Komisi Pembimbing 4 Anggota Komisi Pembimbing 2
2 karta. Pada tahun 1994, perusahaan mengakuisisi sebuah fasilitas produksi/pabrik perusahaan asing di Bogor. Akuisisi ini membuat pada tahun 1994 proses pembuatan produk dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pada tahun 2005 di bawah kepemimpinan generasi ke-3 dari pendiri perusahaan, perusahaan ini mengalami pergantian nama. PT. XYZ terletak di Bogor, Indonesia. Perusahaan memiliki target penjualan bernilai 340 milyar rupiah pada tahun 2014. PT. XYZ memiliki visi menjadi perusahaan perawatan kesehatan berkelas dunia yang memiliki daya saing tinggi dalam melayani dan menghasilkan produk bermutu dan aman bagi pasar regional Asia. Untuk mewujudkan visi tersebut PT. XYZ memiliki 3 misi perusahaan yaitu : mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan, memberikan hasil usaha yang maksimal kepada para pemangku kepentingannya, dan menerapkan prinsip pengelolaan usaha yang sehat. Perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai penjualan bernilai 500 milyar rupiah pada tahun 2015 sebagaimana yang tercantum pada pernyataan tujuannya. Sependapat dengan konsep agribisnis Edwards dan Schultz (2005), maka PT. XYZ termasuk usaha hilir dari sektor agrobisnis yang tersertifikasi CPOB, CPKB, OHSAS 18001: 2007, dan ISO 9001:2008. Pada awal penelitian ini diperoleh data sekunder bahwa PT. XYZ hingga saat ini memiliki 53 sku/item produk PSC. Dari data sekunder yang ada diketahui bahwa sepanjang tahun 2013 setiap bulannya terjadi pending order, rata-rata pending order per bulan sebanyak 7 item. Pending order terkecil terjadi di bulan Juli 2013 yaitu sebanyak 1 item, pending order terbesar terjadi di bulan Agustus 2012 yaitu sebanyak 12 item. Adanya masalah inventori berupa pending order produk PSC yang berkelanjutan di manajemen rantai pasok PT. XYZ menjadi topik kajian tesis ini. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan masalah pending order produk PSC yang di PT. XYZ, menganalisis faktor-faktor penyebab permasalahan pending order produk PSC yang dihadapi manajemen rantai pasok di PT. XYZ dan menentukan akar permasalahannya dan merekomendasikan alternatif-alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan pending order produk PSC yang dihadapi manajemen rantai pasok PT. XYZ. Penelitian ini kami lakukan di PT. XYZ karena adanya dampak buruk yang dirasakan PT. XYZ sebagai akibat dari masalah inventori berupa pending order berkelanjutan di PT. XYZ. Efek pending order ini buruk bagi perusahaan, yaitu menyebabkan terjadinya kehilangan penjualan hingga 30 % dari target penjualan (in value) PT. XYZ. Rumusan masalah penelitian ini ialah untuk mengeksplorasi faktor-faktor penyebab munculnya permasalahan pending order produk PSC di PT. XYZ dan untuk menghasilkan alternatif-alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan persediaan pending order produk PSC tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan masalah pending order produk PSC yang dihadapi PT. XYZ, menganalisis faktor-faktor penyebab permasalahan pending order dan menentukan akar permasalahannya dan merekomendasikan alternatif-alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Perbedaan posisi penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian terkait yang telah diinventarisasi oleh peneliti, adalah bahwa pada penelitian ini dikombinasikan alat analisa fishbone diagram dan uji korkondansi Kendall (W) untuk mencari akar penyebab masalah pending order produk PSC di PT. XYZ. Manfaat yang diambil dari mengkombinasi 2 alat analisa tersebut adalah jika pada tahap FGD (fishbone diagram) adalah bertujuan mengeksplorasi faktor penyebab masalah, maka pada tahap kusioner persepsi (uji korkondansi Kendall) bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil dari tahap FGD. Kedua pendekatan diharapkan akan saling melengkapi sehingga kekurangan dari
3 masing-masing pendekatan tertutupi dan menghasilkan hasil yang lebih teruji validitasnya dibandingkan jika hanya menggunakan 1 alat analisa saja.
2. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Perfect Order Terjadinya pending order yang dikarenakan kehabisan persediaan akan berpengaruh terhadap menurunnya kepuasan konsumen. Mellen dan Pujiraharjo (2013) menemukan bahwa kehabisan persediaan obat di objek studinya terjadi dikarenakan perencanaan floor stock di unit pelayanan rumah sakit yang tidak akurat, dan rendahnya kompetensi sumberdaya terkait. Kanyoma dan Khomba (2013) kehabisan persediaan di pusat kesehatan masyarakat di Malawi dikarenakan oleh faktor tata kelola lembaga pemerintahnya yang gagal memenuhi pesanan obat, penundaan pembelian oleh staf pengadaan obat dan pemotongan anggaran oleh lembaga donor. Agar konsumen puas, Eckert (2007) menekankan pentingnya selalu tercipta kondisi yang disebut perfect order. Kondisi Perfect order adalah kondisi yang terjadi saat konsumen memperoleh produk yang tepat keinginannya/produknya, tujuannya, kondisinya, jumlahnya, waktunya, dokumentasinya, dan biayanya (Bowersox et al. 2013; Marien (2007) dalam Eckert (2007)). Ketidakpuasan konsumen akan berdampak pada dapat berkurangnya keuntungan perusahaan. Penelitian terkait respon konsumen pada saat menemukan terjadi kehabisan persediaan suatu produk di suatu tempat adalah sebesar 62.0% konsumen akan mengalihkan pembelian ke produk penggantinya, 15.1 % menunda pembelian, dan 22.9 % tidak jadi membeli di tempat terjadi kehabisan persediaan tersebut (Zinn dan Liu 2001). Manajemen Rantai Pasok Gaspersz (2012) mengemukakan bahwa rapat yang terlalu lama, konflik antar departemen, ketidakmampuan menyerahkan produk tepat waktu, keluhan pelanggan, kehabisan persediaan produk jadi, ketidakseimbangan inventori, selalu mendadak, dan produksi sering terhenti adalah 8 gejala suatu manajemen rantai pasok sedang bermasalah, sehingga membutuhkan tindakan korektif untuk menghilangkan akar penyebab masalahnya. Dari berbagai definisi yang penulis kumpulkan, misalnya dari Gaspersz (2013), Siahaya (2013), The Association for Operation Management (APICS) dictionary (2010), Mentzer et al. (2001), penulis menyimpulkan bahwa menurut mereka rantai pasok adalah jaringan kerja yang digunakan untuk menyerahkan produk (barang atau jasa) mulai dari bahan baku sampai ke pelanggan akhir melalui suatu aliran arus kas, informasi, dan distribusi fisik. Penulis sependapat dengan dengan Liu (2011) dan Arshinder et al. (2008) bahwa hingga kini belum ada definisi seragam mengenai istilah rantai pasok. Fishbone Diagram Fishbone diagram adalah suatu alat analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi akar-(akar) masalah baik terkait kualitas maupun produksi (Paneru 2011; Jacob 1997). Alat analisa ini dinamakan fishbone diagram/ diagram tulang ikan, karena bentuknya seperti tulang ikan. Diagram ini merupakan sebuah diagram yang menggambarkan hubungan sebab-akibat yang diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, karenanya diagram ini disebut juga diagram Ishikawa (Bose 2012; Özdemir 2010). Fishbone
4 diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005). Uji Konkordansi Kendall ( Kendall W) : Widhiawati (2009) , Shaban (2008), Lewis dan Johnson (1971) menjelaskan bahwa uji konkordansi Kendall pada prinsipnya ingin mengetahui apakah ada keselarasan pendapat dari sekelompok subyek (responden) dalam menilai obyek tertentu. Sidney (1988) menjelaskan jika pada uji Spearman dan Kendall T menjabarkan derajat hubungan/ keselarasan antara 2 variabel yang diuji, maka pada Kendall W menjelaskan derajat hubungan/ keselarasan antara 2 atau lebih variabel yang diuji. Keselarasan (konkordansi) diberi nilai seperti halnya korelasi, yakni dari 0 sampai 1. Pada umumnya, angka konkordansi di atas 0,5 bisa dianggap tingkat keselarasan sudah cukup tinggi Santoso (2003). Santoso (2003) dan Widhiawati (2009) menyatakan nilai konkordansi Kendall (W) bisa dicari dengan rumus :
, k adalah jumlah variabel, n adalah jumlah penilai (responden) dan Ri adalah jumlah data penilaian responden. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini diawali dengan mengkonfirmasi keberadaan masalah pending order produk PSC di PT. XYZ. Pada tahap ini dikumpulkan data sekunder yang diperoleh dari observasi lapangan peneliti.
PT. XYZ: Terjadinya masalah pending order Produk PSC berkelanjutan di tahun 2013 pada manajemen rantai pasok
Analisis faktor-faktor penyebab masalah pending order produk PSC
Konfirmasi faktor-faktor penyebab masalah pending order produk PSC
Penentukan akar penyebab pending order produk PSC
Rekomendasi solusi masalah pending order produk PSC
Gambar 1 Kerangka pemikiran konseptual. Proses Penelitian, Proses Analisis, ------- Batasan area yang diteliti.
Analisis: Fishbone, 6M dan 5?
Uji Kendall (W)
5 Tahap selanjutnya dianalisa faktor-(faktor) penyebab masalah pending order. Pada tahap ini dilakukan diskusi kelompok terfokus atau focus group discussion (FGD) oleh sekelompok responden yang dipilih secara purposive sampling. FGD akan menggunakan alat analisa fishbone diagram berdasarkan kerangka pikir 6 M (man, machine, money/ management, method, milieu dan material). Pada tahap ini faktor-(faktor) penyebab masalah pending order akan dieksplorasi. Selanjutnya faktor-(faktor) penyebab yang ditemukan pada tahap eksplorasi, akan dikonfirmasi dengan menggunakan survey persepsi pada narasumber yang dipilih secara snowball sampling. Hasil survey kemudian diolah dengan uji kendall (W). Hasil pada tahap eksplorasi maupun konfirmasi faktor-faktor penyebab pending order produk PSC di PT. XYZ kemudian digunakan untuk menentukan akar permasalahan pending order produk PSC di PT. XYZ. Pada tahap akhir penelitian ini, dilakukan kajian pustaka terkait masalah pending order dan temuan penelitian untuk menghasilkan rekomendasi pemecahan masalah pending order di PT. XYZ.
3. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tesis ini dilaksanakan di PT. XYZ yang beralamat di Bogor, Indonesia. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2013 hingga April 2014. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan desain penelitian deskriptif melalui pendekatan studi kasus di PT. XYZ. Masalah pending order produk PSC diidentifikasi dengan menggunakan pengolahan data sekunder yang terdapat pada manajemen rantai pasok PT. XYZ. Kemudian faktor-faktor penyebab masalah pending order tersebut diperoleh dari hasil focus group discussion (FGD) para responden yang dipilih secara purposive sampling. FGD dilakukan oleh para responden dengan panduan alat analisa fishbone diagram. Faktor-faktor penyebab masalah pending order yang diperoleh dari tahap FGD, kemudian digunakan peneliti untuk membuat kuesioner persepsi. Kuesioner ini akan diisi oleh para responden yang dipilih secara snowball sampling. Hasil survey persepsi tersebut pada akhirnya akan diolah menggunakan program IBM SPSS statistic versi 20, dengan metode statistik nonparametrik yaitu uji keselarasan Kendall (W). Setelah akar permasalahan dari pending order di PT. XYZ ditemukan, dengan menggunakan data sekunder berupa teori-teori dari pustaka terkait dan pendapat ilmiah dari peneliti maupun pakar, kemudian peneliti akan merekomendasikan alternatif solusi untuk mengatasi masalah pending order yang muncul tersebut. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Masalah pending order produk PSC pada PT. XYZ diidentifikasi dengan menggunakan pengolahan data sekunder yang terdapat diinternal maupun eksternal manajemen rantai pasok PT. XYZ. Kemudian faktor-faktor penyebab masalah pending order tersebut dicari dengan mengolah data primer dari hasil FGD, dengan panduan alat analisa diagram tulang ikan. Faktorfaktor penyebab masalah pending order yang diperoleh dari tahap FGD, kemudian digunakan peneliti untuk membuat kuisioner persepsi. Kuesioner ini akan diisi oleh para responden pending
6 order produk PSC di PT. XYZ, yang diperoleh dengan teknik snowball sampling. Hasil survey persepsi tersebut pada akhirnya akan diolah menggunakan program IBM SPSS statistic versi 20, dengan metode statistik nonparametrik yaitu uji keselarasan Kendall (W). Setelah akar permasalahan dari pending order di PT. XYZ ditemukan dari olahan data primer maupun sekunder penelitian ini, dengan menggunakan kajian pustaka terkait temuan penelitian dan pendapat ilmiah dari peneliti maupun pakar, kemudian peneliti akan merekomendasikan alternatif solusi untuk mengatasi masalah pending order yang muncul tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data sekunder yang ada pada Tabel 1, diketahui bahwa sepanjang tahun 2013 setiap bulannya terjadi pending order produk PSC. Rata-rata pending order per bulan sebanyak 7 item. Pending order terkecil terjadi di bulan Juli 2013 yaitu sebanyak 1 item, sedangkan pending order terbesar terjadi di bulan Agustus 2013 yaitu sebanyak 12 item. Pola pada data pending order tersebut jika dihubungkan dengan variabel waktu adalah bersifat bersifat acak. Hal ini menimbulkan dugaan awal bahwa faktor penyebab pending order tidak berhubungan dengan waktu dan faktor penyebab terkait dengan hal yang sifatnya variatif (tidak bersifat sistemis/teratur). Ada sepuluh faktor yang diduga menjadi penyebab pending order produk PSC dari diagram tulang ikan yang dihasilkan pada tahap eksplorasi atau FGD yaitu: kehabisan persediaan produk jadi (FG); tata kelola manajemen/finansial; keterlambatan material produksi; perencanaan penjualan dan operasional (SNOP) yang tidak standar; program kaderisasi sumber daya manusia (SDM) atau pengetahuan SDM terkait fungsi teknik peramalan permintaan pasar; fungsi rantai pasok (SCM) di PT. XYZ dan fungsi sistem manajemen mutu (SMM) yang rendah; akurasi permintaan distributor (DD) atau permintaan penjualan yang rendah; perkembangan regulasi; sistem/ alat perencana kebutuhan material (MRP) yang tidak standar dan lambat; perkembangan pasar yang tidak dapat dikontrol; pembubaran sales operation manager/ fungsi penyedia logistik yang belum optimal.
Tabel 1 Profil pending order Produk PSC di PT. XYZ Bulan Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13
Jumlah SKU pending order PSC 5 7 6 8 9 6 9
Bulan Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13
Jumlah SKU pending order PSC 1 12 4 2 10 10
7 Untuk prioritas pada akar penyebab, maka dari 10 faktor tersebut kemudian diambil 3 faktor yang paling sering muncul pada diagram tersebut. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Modal kerja tidak seimbang yang menimbulkan outstanding payment (account payable). Masalah yang terkait tata kelola manajemen finansial di PT. XYZ, 2. Perencanaan penjualan dan operasional (SNOP) yang tidak standar dan 3. Material requirement planning (MRP) tidak standar. Faktor pertama yang diduga sebagai penyebab memiliki frekuensi kemunculan terbanyak yaitu sebanyak enam kali, sedangkan faktor kedua dan ketiga sama-sama memiliki frekuensi muncul kedua tertinggi pada diagram tulang ikan yang dihasilkan, yaitu masing-masing samasama muncul sebanyak empat kali. Faktor penyebab yang paling sering muncul pada suatu fishbone diagram biasanya adalah akar penyebab dari masalah atau efek yang sedang didiskusikan. Karenanya sebagai kesimpulan sementara penelitian ini diduga faktor tatakelola manajemen finansial di PT. XYZ menjadi akar penyebab dari terjadinya pending order di PT. XYZ untuk produk PSC. Hasil dari FGD atau fishbone diagram kemudian diverifikasi dengan menggunakan survey persepsi terhadap pendapat para narasumber yang mengetahui masalah pending order produk PSC di PT. XYZ. Hal ini akan disajikan peneliti pada bahasan selanjutnya. Apabila kita melakukan 2 tahapan dalam pengambilan keputusan pada fishbone diagram, yaitu setelah memperoleh MK (tatakelola manajemen/keuangan) sebagai faktor paling banyak muncul, kemudian dilakukan pengecekan pada faktor penyebab MK menurut fishbone diagram bisa muncul dikarenakan oleh operational expenditure (OPEX) yang dipakai juga untuk capital expenditure (CAPEX) atau dikarenakan oleh kondisi DD yang tidak akurat. Hal ini berarti bahwa hasil pada tahap kuesioner persepsi yang menyatakan akurasi DD yang rendah menjadi peringkat 1 penyebab pending order produk PSC sesungguhnya tidak bertentangan dengan hasil diagram tulang ikan. Kelemahan dari fishbone diagram dari tahap FGD ini adalah alat ini tidak bisa mengidentifikasi lebih lanjut mana dari 2 faktor akar penyebab tersebut yang lebih utama menyebabkan terjadinya MK. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan hasil dari kuesioner persepsi. Apabila kita perhatikan hasil kuesioner persepsi khususnya pada bagian yang terkait penyebab kurang optimalnya tatakelola manajemen/finansial pada produk PSC, sebagaimana yang tertera pada Tabel 2, maka diketahui penyebab utamanya adalah akurasi ramalan DD/penjualan yang rendah atau tidak akurat.
Tabel 2 Hasil survey persepsi penyebab tatakelola manajemen yang menyebabkan modal kerja tidak seimbang diproduk PSCa Ranking Faktor Mean Rank Stok FG tidak bergerak karena akurasi DD/penjualan 1 1,16 yang rendah/tidak akurat 2 OPEX yang di pakai untuk CAPEX 1,84 a jumlah responden =19, Koefesien korkondansi Kendall (W) = 0,623, derajat kebebasan (df) = 1, Asymtotic significance = 0.001, Chi-square SPSS = 11,842, Chi-square hitung = 11,837, Chisquare tabel (α = 5%) =3,841, maka secara statistik signifikan terdapat keselarasan pendapat para responden survey.
8 Dari Tabel 2, diperoleh kesimpulan bahwa ada keselarasan pendapat responden pada tahap konfirmasi ini mengenai penyebab terjadinya MK. Para responden sepakat MK lebih disebabkan oleh akurasi estimasi DD/penjualan yang tidak akurat dibandingkan karena campur baur pemakaian CAPEX dan OPEX. Kesimpulan yang diperoleh pada akhirnya adalah DD yang tidak akurat meskipun muncul hanya 2 kali dalam diagram fishbone, akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut, ternyata faktor ini menjadi penyebab yang lebih mendalam dari faktor yang paling sering muncul di fishbone diagram, yaitu faktor tatakelola manajemen atau finansial yang menyebabkan modal kerja tidak seimbang (MK). Pada akhir pembahasan ini kami menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan akar masalah pending order produk PSC di PT. XYZ dengan menggunakan FGD berdasarkan alat analisa fishbone diagram maupun dari hasil kuesioner persepsi yang diolah dengan uji korkondansi Kendall (W). Akurasi DD atau akurasi rencana penjualan yang rendah adalah faktor yang menjadi penyebab paling utama dari terjadinya pending order produk PSC di PT. XYZ.
5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pada awal penelitian ini diperoleh data sekunder bahwa PT. XYZ hingga saat ini memiliki 53 sku/item produk PSC (tahun 2013). Dari data sekunder yang ada diketahui bahwa sepanjang tahun 2013 setiap bulannya terjadi pending order, rata-rata pending order per bulan sebanyak 7 item. Pending order terkecil terjadi di bulan Juli 2013 yaitu sebanyak 1 item,sedangkan pending order terbesar terjadi di bulan Agustus 2013 yaitu sebanyak 12 item. Efek pending order ini buruk bagi perusahaan, yaitu menyebabkan terjadinya kehilangan penjualan hingga 30 % dari target penjualan (in value) PT. XYZ. 2. Pada akhir pembahasan ini kami menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan akar masalah pending order produk PSC di PT. XYZ dengan menggunakan FGD berdasarkan alat analisa fishbone diagram maupun dari hasil kuesioner persepsi yang diolah dengan uji korkondansi Kendall (W). Akurasi DD atau akurasi rencana penjualan yang rendah (tidak akurat) adalah faktor yang menjadi penyebab paling utama dari terjadinya pending order produk di PT. XYZ baik pada produk PSC. 3. Untuk mengatasi masalah pending order produk di PT. XYZ, penelitian ini menyarankan dua tindakan pararel sebagai alternatif solusinya. Tindakan pertama yang diusulkan adalah agar tim peramalan penjualan/DD (divisi pemasaran dan PT. ZZZ) mengkombinasi teknik peramalan secara kualitatif yang dijalankan saat ini dengan teknik ramalan secara kuantitatif. Divisi pemasaran produk PSC selaku peramal penjualan saat ini disarankan berkoordinasi dengan penyedia logistik (PT. ZZZ) dalam pembuatan estimasi DD untuk disampaikan pada SCM. Tindakan kedua yang diusulkan adalah agar tim SCM/ pabrik merubah proses operasional menghasilkan rencana pembuatannya, yaitu dengan tidak mengubah peramalan penjualan dari pihak pemasaran langsung menjadi estimasi permintaan distributor (DD). SCM sebelumnya harus mempertimbangkan persediaan yang ada pada saluran distribusi (persediaan pada distributor dan persediaan pada penyedia logistik). Sebaiknya SCM menerima rencana DD dari PT. ZZZ selaku penyedia logistik bukan dari divisi pemasaran.
9 Saran 1. Dari penelitian ini diketahui akar penyebab masalah pending order adalah akurasi DD atau perencanaan penjualan yang rendah/tidak akurat. Karenanya disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mencari akar masalah penyebab akurasi demand distributor/ peramalan penjualan yang rendah di PT. XYZ dengan menggunakan metode yang serupa pada penelitian ini maupun metode sejenisnya. Sejauh ini penyebab rendahnya akurasi DD produk PSC di PT. XYZ dikonfirmasi peneliti hanya dengan observasi lapangan terhadap proses operasionalnya. 2. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap masalah penelitian (pending order produk PSC di PT. XYZ) dengan alat analisa lainnya seperti current reality tree (CRT), diagram Pareto dan proses hierarki analitik (AHP), untuk semakin memantapkan validitas dari hasil penelitian ini. 3. Disarankan bagi manajemen PT. XYZ untuk segera menjalankan alternatif solusi yang di usulkan peneliti pada bagian kesimpulan penelitian ini agar segera diketahui keefektifitasan dan keefesiensiannya dalam mengatasi masalah pending order produk PSC di PT. XYZ.
DAFTAR PUSTAKA APICS. 2010. APICS Dictionary. Ed ke-13. Illinois (US): APICS Assosiation for Operation Management. Arshinder K, Kanda A, Deshmukh SG. 2008. Supply Chain Coordination: Perspectives, Emperical Studies and Research Directions. Int J Prod Econ. 115(2):316-335. Bose TK. 2012. Application of Fishbone Analysis for Evaluating Supply Chain and Business Process : A Case study on The St.James Hospital. IJMVSC. 3(2):17-24. Bowersox DJ , Bowersox CJ, Closs DJ, Cooper MB. 2013. Supply Chain Logistic Management. Ed ke-4. New york (US): The McGraw-Hill Companies,Inc. Eckert GS. 2007. Inventory Management and Its Effect on Customer Satisfaction. Journal of Business and Public Policy. 1(3):1-13. Edwards MR, Schultz CJ. 2005. Reframing Agribusiness: Moving From Farm to Market Centric. Journal of Agribusiness. 23(1):57-73. Gaspersz V. 2012. All-In –One Production and Inventory Management for Supply Chain Profesionals. Cetakan ke-8. Bogor (ID): Tri-Al-Bros Publishing. Gaspersz V. 2013. All-In –One 150 Key Performance Indicators and Balaced Scorecard, Malcom Baldrige, Lean Six Sigma Sigma Supply Chain Management. Cetakan ke-1. Bogor (ID): Vinchristo Publication. Jacob T. 1997. Root Cause Analysis of Low On-Time Delivery Performance at A Computer Manufacturing Plant [tesis]. Massachusetts (US): Massachusetts Institute of Technology. Kanyoma KE, Khomba JK. 2013. The Impact of Procurement Operations on Healthcare Delivery: A Case Study of Malawi’s Public Healthcare Delivery System. Global Journal of Management and Business Research Administration and Management. 13(3):26-36.
10 Lewis GH, Johnson RG. 1971. Kendall’s Coefficient of Concordance for Sociometric Rangking With Self Excluded. Sociometry. 34(4):496-503. Liu S. 2011. Supply Chain Management for The Process Industry [tesis]. London (GB): University College London. Mellen RC, Pujiraharjo WJ. 2013. Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat Stock Out dan Stagnan Obat di Unit Logistik RSU Haji Surabaya. Jurnal Administrasi Indonesia. 1(1):99-107. Mentzer JT, Dewitt W, Keebler JS, Min S, Nix NW, Smith CD, Zacharia ZG. 2001. Defining Supply Chain Management. Journal of Business Logistic. 22(2):1-25. Özdemir M. 2010. A Probabilistic Schedule Delay Analysis In Contruction Projects By Using Fuzzy Logic Incorporated With Relative Importance Index (RII) Method [tesis]. Angkara (TR): Middle East Technical University. Paneru N. 2011. Implementation of Lean Manufacturing Tools in Garment Manufacturing Process Focusing Sewing Section of Men’s Shirt [tesis]. Oulu (FI): Oulu University of Applied Sciences. Santoso S. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta (ID): Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Shaban SSA. 2008. Factor Affecting The Performance of Contruction Projects in The Gaza Strip [tesis]. Gaza (PS): The Islamic University of Gaza Palestine. Siahaya W. 2013. Sukses Supply Chain Management. Jakarta (ID): Penerbit In Media. Sidney S. 1988. Nonparametric System for The Behavioral Sciences. United States (US): McGraw-Hill Book Co. Tague, N. R. .2005. The Quality Toolbox. Ed ke-2. Wiscounsin (US): ASQ Quality Press. Widhiawati RIA. 2009. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Jurnal Teknologi Elektro. 8(2):109-114. Zinn W, Liu PC. 2001. Consumer Response to Retail Stock Out. Journal of Business Logistics. 22(1):49-71.