ANALIS1S DATA BLR DAN EAR DALAM MENGKAJI FENOMENA M]0 DAN KETERKAITANNYA DENGAN CURAH HUJAN Dl ATAS KOTOTABANG DAN SEKITARNYA Eddy Hermawan, Arief Suryantoro*1, Mega Puspawardhany, Tri Wahyu Hadl"' Udflanna S. Pasar1bu*"> dan Flndy Renggono""* ''Nnelltl Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN "'Penelltl Department GeoflsMca dan Meteorologi /TB '"'Peneliti Departemenr Matematika ITB ""'Pene/fti l/nit Pelaksana Tefaifo Hu/an Buatan, BPPT E-mail:
[email protected]. id
ABSTRACT This paper is mainly concerned to the analysis of Madden Julian Oscillation (MJOj p h e n o m e n a crossing over Kototabang, West Sumatera and surrounding areas u s i n g Boundary Layer Radar (BLR) a n d Equatorial Atmosphere Radar [BAR) data taken from September to December 2001 as continuing studied by Indriaty (2005). We are interested to continue, especially on the effects of MJO phenomena on the daily rainfall intensity distribution over Kototabang and surrounding area. We divided data into two steps analysis. First is the vertical profile analysis u s i n g BLR a n d EAR data, and the second step is surface analysis using rainfall intensity d a t a from taken from three meteorological stations in West Sumatera. They are Badan Meteorologi d a n Geofisika (BMG) Sicincin station (0.6° LS; 100.220 BT), B M G . Padangpanjang station (0.5° LS; 100.410 BT) a n d Stasiun Pengamat Dirgantara (SPD) LAPAN Kototabang (0.2° LS; 100.320 BTJ. The vertical profile of zonal-vertical wind vector of EAR d a t a analysis shows t h a t t h e pre-dominant wind moved to east direction, especially in surface layer, while in the u p p e r tropopshere the pre-dominant wind moved to the opposite direction, especially from September to December 2 0 0 1 . This results looks a similar with the schematic theory of the MJO cross section along equator t h a t described by Matthews (2000). A similar result is also shown by t h e BLR d a t a analysis. Both EAR a n d BLR d a t a are similar each other. Since the MJO p h e n o m e n a is expected passing over Kototabang around mid of November to mid of December 2 0 0 1 , we are interested to analysis the power spectral density (PSD) of daily rainfall data on three different locations as already mentioned above using the global wavelet spectrum technique. The result shows t h a t their pre-dominant peak oscillation is about 48 days. This result is consistent with the Outgoing Longwave Radiation (OLR) anomaly taken from infra-red sensor of satellite that already been done by Matthews (2000). While, t h e cross correlation Junction (CCF) analysis between zonal wind 12
and rainfall d a t a shows unsignificant (very small) value- We suspect that the surface rainfall intensity over Kototabang and surrounding area is not mainly dominanted by MJO phenomena. ABSTRAK Perhati&n u t a m a penulisan makalah ini adalah dilakukannya analisis fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang melewati Kototabang dan sekitarnya m e n g g u n a k a n data Boundary Layer Radar (BLR) dan Equatorial Atmosphere Radar (EAR) periode September-Desember 2001 sebagai kelanjutan dari studi yang telah dilakukan oleh Indriaty, T. (2005). Penelitian ini penting dilakukan, mengingat MJO diduga memiliki peran aktif yang c u k u p besar terhadap distribusi c u r a h hujan harian yang terjadi di beberapa wilayah Kototabang d a n sekitarnya. Analisis data dibagi menjadi d u a tahap, yaitu analisis secara profil vertikal menggunakan data BLR dan EAR, dan analisis horizontal p e r m u k a a n menggunakan data curah hujan harian masingmasing u n t u k stasiun BMG-Sicincin (0.6° LS; 100.22° BT), stasiun BMGPadangpanjang (0.5°LS; 100.41<>BT), dan SPD (Stasiun Pengamat Dirgantara)Kototabang (0.2° LS; 100.32° BT). Hasil analisis profil vertikal dari gambar vektor angin zonal-vertikal EAR menunjukkan b a h w a adanya pergerakkan angin dominan ke arah timur di lapisan p e r m u k a a n d a n ke arah barat di lapisan a t a s u n t u k periode September-Desember 2 0 0 1 . Hal ini sesuai dengan teori s k e m a perpotongan MJO sepanjang ekuator. Hasil dari data BLR j u g a menunjukkan konsistensi dengan data BAR. Analisis j u g a menunjukkan a d a n y a fenomena MJO yang melewati Kototabang sekitar pertengahan November hingga pertengahan Desember 2 0 0 1 . Sementara itu, analisis horizontal p e r m u k a a n dengan menggunakan teknik wavelet spektrum p a d a tiga lokasi pengamatan yang berbeda, yaitu stasiun BMG-Sicincin, stasiun BMG'Padangpanjang, dan SPD-Kototabang, hasilnya menunjukkan adanya osilasi sekitar 48 harian, dimana hasil ini konsisten dengan hasil yang telah dilakukan oleh Matthews (2000). Tetapi, ketika dilakukan korelasi silang [cross-coirelation junction, CCF) antara data angin zonal dengan data c u r a h hujan, hasilnya menunjukkan nilai korelasi yang tidak signifikan (nilainya sangat kecil). Maka aktivitas curah hujan di p e r m u k a a n tidak didominasi oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO). Kata k u n c i : 1
MJO, EAR, BLR, Curah hujan
PENDAHUtUAN
Iklim di k a w a s a n tropis tidak m u d a h diprediksi seperti hal nya iklim di kawasan lintang menengah. Hal ini disebabkan variabe! cuaca/iklim di lintang menengah, seperti awan, c u r a h a n (presipitasi), s u h u u d a r a dan tekanan diatur oleh gelombang Rossby {Rossby wave) di lapisan troposfer 13
atas dan berinteraksi dengan cuaca/iklim permukaan dalam suatu proses yang disebut instabilitas baroklinik (barodinic instability). Sedangkan di kawasan tropis, hampir tidak ditemukan adanya kestabilan dominan atau pergerakan gelombang dominan. Oleh karena itu, cuaca di kawasan tropis hanya dapat diprediksi untuk jangka waktu yang relatdf sangat singkat antara 1 hingga 10 hari mendatang. Variasi cuaca di kawasan tropis dalam kurun waktu kurang dari setahun, hingga saat ini umumnya masih dianggap acak/random. Dalam hal ini, Roland Madden dan Paul Julian (1971) menemukan osilasi 30-60 hari ketika mereka menganalisis anomali angin zonal di kawasan Pasifik Tropis yang kemudian dikenal sebagai Madden Julian Oscillation (MJO). Mereka menganalisis data tekanan permukaan Pulau Canton (2.8°LS) yang ada di kawasan Pasifik dengan data angin lapisan atas Singapura selama-10 tahun pengamatan dan menemukan adanya osilasi yang berkisar antara 30-60 hari. Sejak peristiwa El-Nino, khususnya pada tahun 1982/83, variasi frekwensi rendah di kawasan tropis, baik itu untuk rentang waktu kurang dari satu tahun {intra-annual) maupun lebih dari satu tahun (inter-annual) terutama kaitannya dengan fonomena MJO mendapatkan banyak perhatian orang, sehingga kajian MJO berkembang dengan pesat. MJO ternyata juga mempengaruhi seluruh lapisan troposfer tropis yang terlihat dengan lebih jelas di sepanjang Pasifik Barat dan Samudera Hindia yang bergerak ke arah timur pada posisi sekitar 10° LU dan 10° LS seperti terlihat pada Gambar 1-1 berikut (Matthews, 2000).
Gambar 1-1: Skema perpotongan MJO di sepanjang ekuator (Matthews, 2000) 14
MJO j u g a melibatkan variasi angin, s u h u p e r m u k a a n laut (SPL), perawanan, d a n hujan. Oleh k a r e n a c u r a h hujan di kawasan tropis adalah konvektif dan p u n c a k hujan awan konvektif sangatlah dingin {di bawah 50°C) yang ditandai dengan sedikitnya radiasi gelombang panjang (OLR= Outgoing Longwave Radiation), m a k a kajian MJO a k a n terlihat lebih jelas pada variasi OLR harian yang t e r u k u r dari sensor infra-merah yang ada pada satelit. Studi MJO sendiri hingga saat ini belum banyak dilakukan orang, khususnya u n t u k k a w a s a n Sumatera Barat d a n sekitamya apaJagi menggunakan data Boundary Layer Radar (BLR) d a n Equatorial Atmosphere Radar (EAR). Oleh k a r e n a itu tujuan u t a m a penulisan paper ini adalah ingin mengetahui karakteristik fenomena MJO s a a t melintasi k a w a s a n Kototabang (0.2° LS dan 100.32° BT) dan sekitarnya d a n menganalisis perilaku curah hujan di saat MJO tadi melintasi kawasan Kototabang d a n sekitarnya. 2
DATA DAN MBTODOLOGI
2.1 Data 2.1.1. Data EAR dan BLR yang b e r u p a data angin zonal, meridional d a n vertikal selama 4 bulan pengamatan periode September hingga Desember 2 0 0 1 . Kedua jenis d a t a tersebut m e r u p a k a n d a t a rata-rata harian terdapat dalam bentuk format d a t a binary d a n ASCII. 2.1.2. Data c u r a h hujan harian hasil pengamatan menggunakan MAWS [Mini Automatic Weather Station) yang a d a di SPD LAPAN Kototabang periode September hingga Desember 2001 yang didapat dari pihak RISH [Research Institute for Sustainable Humanosphere), Universitas Kyoto, Jepang. 2.1.3. Data c u r a h hujan harian yang didapat dari stasiun BMG Sicincin dan BMG Padang-panjang dengan periode pengamatan yang sama, yakni September hingga Desember 2 0 0 1 . 2.1.4. Data satelit GPCP [Global Precipitation Climatology Project) berupa nilai intensitas curaji hujan global dalam b e n t u k citra (image) yang kemudian dibuat cropping k h u s u s u n t u k kawasan Pulau Sumatera saja p a d a periode pengamatan yang sama, yakni September hingga Desember 2 0 0 1 . J e n i s datanya b e r u p a kontur intensitas curah hujan rata-rata b u l a n a n yang diperoleh dari http://cics.umd.edu/~yin/ GPCP/mam.html 2.2 Metodologi Pengolahan data EAR dan BLR dalam b e n t u k format binary dilakukan dengan m e n g g u n a k a n satu perangkat komputer UNIX SUN Macrosystem dengan software XYGRAPH yang ada di Bidang Pemodelan Iklim LAPANBandung. Untuk data c u r a h hujan p e r m u k a a n dalam b e n t u k format ASCII
diolah dengan menggunakan Microsoft Exceli Sedangkan u n t u k menghitung korelasi silang [Cross Correlation Function - CCF) a n t a r a d a t a angin zonal EAR dengan d a t a curah hujan p e r m u k a a n digunakanlah software SPSS versi 13. Untuk kejelasannya, m a k a dilakukanlah t a h a p a n pengolahan data sebagai b e r i k u t 2.2.1 Data profil vertical 2.2.1.1.Data BLR yang berupa d a t a angin dalam b e n t u k format binary diolah m e n g g u n a k a n program windrow d a n windcnt yang di-set pada ketinggian 1-5 km dengan resolusi waktu d a n tinggi pengamatan masing-masing 1440 menit dan 1 k m . Hasilnya b e r u p a gambar vektor angin t e r h a d a p ketinggian dan waktu, yakni u n t u k angin zonal, meridional, vertikal dan horizontal dengan periode pengamatan September hingga Desember 2 0 0 1 . 2.2.1.2.Hal yang s a m a j u g a dilakukan u n t u k d a t a EAR, n a r a u n di-set p a d a ketinggian 1-21 km dengan resolusi waktu dan tinggi pengamatan masing-masing 7 2 0 0 menit dan 2 km. Hasilnya hampir s a m a dengan data BLR, n a m u n u n t u k ketinggian yang berbeda. 2.2.1.3.Untuk d a t a - d a t a BLR dan EAR dalam b e n t u k format ASCII yang m e r u p a k a n rata-rata setiap 10 menitan, dibuat d a h u l u rata-rata har iannya agar nantinya didapat hasil analisis yang sama. 2.2.1.4. Hasil rata-rata d a t a tersebut kemudian dibuat analisis wavelet-nya u n t u k setiap j a r a k ketinggian pada periode yang s a m a pula yaitu September hingga Desember 2 0 0 1 . 2.2.1.5.Data EAR yang telah diolah dibuatkan korelasi silang-nya dengan data c u r a h hujan dengan b a n t u a n software SPSS versi 1 3 . Korelasi yang dimaksud, adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan h u b u n g a n non-linier a n t a r a d u a p e u b a h atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan h u b u n g a n sebab akibat, tetapi semata-mata hanya menggambarkan keterkaitan antar peubah. 2 . 2 . 2 Data permukaan 2.2.2.1 Membuat grafik distribusi c u r a h hujan u n t u k ketiga lokasi p e n g a m a t a n masing-masing u n t u k stasiun BMG Sicincin, stasiun Padang-panjang d a n SPD LAPAN Kototabang. 2.2.2.2 Hasilnya dibandingkan dengan data GPCP b u l a n a n dengan waktu pengamatan yang sama. 2.2.2.3 Data masing-masing lokasi pengamatan dipisahkan, kemudian dibuat analisis wavelet-nya dengan b a n t u a n software MATLAB 6.5 {Torrence and Compo, 1998).
16
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis MJO Secara Profll Vertikal Analisis ini didasarkan kepada hasil kajian MJO sebelumnya yang dilakukan Indriaty, T (2005) yang mengatakan bahwa selama selang waktu pengamatan September hingga Desember 2001, terlihat adanya aktivitas MJO yang melintasi Kototabang dan sekitarnya, khususnya selama bulan November 2001. Sehubungan dengan eratnya keterkaitan antara fenomena MJO dengan pembentukan cluster awan-awan konvektif yang dicirikan dengan adanya aktivitas penaikan dan penurunan massa udara yakni masalah konvergensi dan divergensi, maka berikut ini ditunjukkan profil angin zonal yang di-overlay dengan angin vertikal hasil pengukuran EAR selama periode September hingga Desember 2001 (Gambar 3-1).
Gambar 3-1: Vektor angin zonal yang di-overlay dengan angin vertikal mulai dari 2 hingga 21 km periode 3 September hingga 31 Desember 2001
17
Gambar 3-1 di a t a s menunjukkan perilaku angin zonal yang dioverlay dengan angin vertikal dari data EAR periode September hingga Desember 2001 mulai dari lapisan 2 hingga 21 km dengan resolusi waktu dan tinggi p e n g a m a t a n masing-masing 5 hari dan setiap 2 km. Dari gambar tersebut terlihat a d a n y a kebalikan {reversal) arah angin p a d a ketinggian sekitar 6 km, d i m a n a p a d a lapisan di bawah 6 km, angin u m u m n y a bergerak ke a r a h timur, sedangkan di atas lapisan 6 km, angin u m u m n y a bergerak ke a r a h barat. Hal ini "tampaknya" sesuai dengan teori s k e m a perpotongan MJO saat melintasi k a w a s a n ekuator (Gambar 1-1). Dengan demikian "diduga" terjadi konvergen di lapisan bawah, s e m e n t a r a divergen p a d a lapisan atasnya. Untuk m e n d a p a t k a n informasi lebih rinci tentang perilaku angin di bawah lapisan 6 km, berikut ini ditunjukkan vektor angin zonal yang dioverlay dengan angin verikal hasil pengamatan BLR p a d a k u r u n waktu yang s a m a (Gambar 3-2).
Gambar 3-2: S a m a dengan Gambar 3 - 1 , tetapi u n t u k data BLR Gambar 3-2 m e r u p a k a n vektor kecepatan angin zonal-vertikal dari data BLR dengan periode yang sama yakni September hingga Desember 2 0 0 1 , dari lapisan 1 hingga 5 km dengan resolusi waktu d a n tinggi pengamatan 18
masing-masing 1 hari d a n 1 k m . Dari gambar ini d a p a t kita lihat b a h w a a r a h angin umumnya bergerak ke arah timur. Ini meminjukkan adanya konsistensi antara data EAR d a n BLR dalam m e m a n t a u perilaku angin, k h u s u s n y a untuk lapisan bawah troposfer. Untuk melihat fenomena ini lebih jelas, m a k a ditunjukkan gambar kontur anomali kecepatan angin zonal hasil p e n g a m a t a n EAR p a d a periode yang sama yakni September hingga Desember 2 0 0 1 seperti terlihat p a d a Gambar 3-3 berikut.
Gambar 3 - 3 : Time-height section d a r i p a d a k o n t u r plot anomali angin zonal EAR periode September hingga Desember 2 0 0 1 mulai dari lapisan 1 hingga 21 km. Gambar 3-3 di a t a s m e m i n j u k k a n perilaku anomali angin zonal p a d a waktu d a n ketinggian p e n g a m a t a n s a m a seperti G a m b a r 3-1 d a n 3-2. Warna merah m e n u n j u k k a n angin b a r a t a n (angin yang menuju ke a r a h timur), sedangkan w a r n a biru m e n u n j u k k a n a r a h kebalikannya yakni menuju barat. Dari gambar ini terlihat jelas b a h w a pergerakan angin b a r a t a n dimulai sekitar p e r t e n g a h a n Oktober 2 0 0 1 hingga akhir Desember 2 0 0 1 . Walaupun m a s i h sulit digambarkan k a p a n d a n d i m a n a fenomena MJO itu terjadi, n a m u n didasari dengan a d a n y a propagasi (penjalaran) a r a h dan kecepatan anomali angin zonal di a t a s terlihat b a h w a fenomena MJO itu memang telah melintasi k a w a s a n Kototabang sekitar pertengahan November 19
hingga pertengahan Desember 2 0 0 1 . Dan hal ini n a m p a k n y a sesuai d e n g a n kajian Indriaty, T. (2005) yang menyimpulkan b a h w a a d a n y a aktivitas MJO sekitar p e r t e n g a h a n November 2 0 0 1 hasil analisis pergerakan awan-awan konvektif dalam b e n t u k cluster di a t a s wilayah Kototabang d a n sekitarnya. 3 . 2 Analisis MJO di Permukaan S e h u b u n g a n fenomena MJO tidak h a n y a terfokus k e p a d a aktivitas pergerakan profil angin vertikal saja, m a k a analisis lebih lanjut ditujukan k e p a d a d a t a time-series c u r a h hujan p e r m u k a a n h a r i a n yang a d a di sekitar k a w a s a n Kototabang d a n sekitarnya, yakni s t a s i u n BMG Sicincin (0.6° LS; 100.22° BT), s t a s i u n BMG Padang-panjang (0.5° LS; 100.41° BT) d a n d a t a MAWS yang a d a di SPD LAPAN Kototabang sendiri (0.2° LS; 100.32° BT). Berikut ditunjukkan gambar c u r a h hujan gabungan ketiga d a t a c u r a h hujan h a r i a n t e r s e b u t (Gambar 3-4).
Gambar 3-4: Grafik distribusi curah hujan harian di atas Sicincin, Padangpanjang dan Kototabang periode September hingga Desember 2001 Dari Gambar 3-4 di a t a s terlihat b a h w a distribusi c u r a h hujan di a t a s stasiun BMG Sicincin, Padang-panjang d a n SPD LAPAN Kototabang sendiri, u m u m n y a memiliki pola y a n g h a m p i r sama, di raana mulai b u l a n Oktober hingga Desember 2 0 0 1 terjadi peningkatan c u r a h hujan, k h u s u s n y a stasiun Padang-panjang hingga mencapai 180 mm p a d a bulan Desember 2 0 0 1 . Hasil ini telah dibandingkan dengan analisis d a t a GPCP (tidak ditampilkan) yang m e n u n j u k k a n b a h w a m e m a n g p a d a s a a t itu terjadi k e n a i k a n intensitas curah hujan di a t a s k a w a s a n S u m a t e r a Barat. 20
Untuk analisis yang lebih tajam, maka dilakukanlah analisis wavelet pada ketiga lokasi curah hujan di atas seperti tampak pada Gambar 3-5.
Gambar 3-5: Analisis wavelet pada ketiga lokasi curah hujan periode September hingga Desember 2001 21
Gambar 3-5 di atas menunjukkan hasil analisis wavelet {Mother wavelet 'Morlet) d a t a curah hujan harian masing-masing u n t u k stasiun BMG Sicincin, Padang-panjang dan data MAWS Kototabang di m a n a u r u t a n periode osilasi yang dihasilkan yakni sekitar 48 harian relatif k u a t terjadi di atas stasiun BMG Sicincin diikuti Padang-panjang dan terakhir Kototabang. Urutan penggambaran ini diperoleh dari hasil analisis peak dominant yang ada p a d a g a m b a r global wavelet spectrum u n t u k masing-masing lokasi pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas c u r a h hujan yang terjadi pada s a a t itu, tidak terpengaruh langsung dengan fenomena MJO saat melintasi k a w a s a n Kototabang. Dari Gambar 3-5, j u g a terlihat adanya d u a garis yang ditarik sejajar u n t u k ketiga lokasi pengamatan cura hujan di atas. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas c u r a h hujan yang terjadi di atas ketiga lokasi tersebut, hampir s a m a (dapat dilihat dari hasil analisis global wavelet spectrumnya) di m a n a hal itu terjadi sekitar hari ke-80 hingga hari ke-90 yakni sekitar akhir November 2 0 0 1 . Sekali lagi hal ini menunjukkan a d a n y a konsistensi dengan hasil kajian Indriati, T. (2005). Analisis wavelet j u g a dilakukan t e r h a d a p data EAR dan BLR masing-masing u n t u k kecepatan angin zonal, meridional d a n vertikal. Secara u m u m dapat disampaikan bahwa ketiga parameter di atas, ternyata j u g a menunjukkan konsistensi yang sama, yakni dengan osilasi sekitar 48 harian, n a m u n hasil tersebut tidak kami tampilkan disini. 3 . 3 Analisis Korelasi Silang Antara Data Angin Zonal BAR Dengan Curah Hujan Untuk mendapatkan analisis yang lebih tajam lagi, m a k a dilakukanlah analisis korelasi silang [cross-correlation} a n t a r a data angin zonal EAR dengan data c u r a h hujan harian, k h u s u s n y a u n t u k data stasiun BMG Padangpanjang p a d a ketinggian 8 km mulai dari tanggal 21 November - 21 Desember 2001 seperti terlihat p a d a T a b e l 3-1 d a n Gambar 3-6. Berdasarkan banyaknya data yang digunakan terhitung sejak 21 November hingga 21 Desember 2001 (n=31), maka nilai selang kepercayaannya adalah 2/(n 0 5 ) yakni sebesar -0.36 hingga 0.36. Dapat dilihat adanya nilai korelasi silang a n t a r a angin zonal EAR dengan curah hujan harian Padangpanjang yaitu selisih waktu (lag-time) 2 hingga 4 (Tabel 3-1) dengan nilai korelasi silang terbesar 0.380 a d a pada selisih waktu +2. Artinya terjadi korelasi positif a n t a r a angin zonal dengan c u r a h hujan. Hal ini sesuai pula dengan Gambar 3-3 d a n 3-4 yang menunjukkan bahwa p a d a s a a t angin zonal bergerak ke a r a h timur (dengan asumsi membawa banyak kandungan uap air yang siap d i t u r u n k a n sebagai hujan), m a k a c u r a h hujan yang a d a di kawasan timur SPD LAPAN Kototabang mengalami kenaikan hingga mencapai 180 mm sekitar tanggal 11-12 Desember 2 0 0 1 .
22
Tabel 3-1: NILAI KORELASI SILANG ANTARA DATA ANGIN ZONAL EAR DENGAN CURAH HUJAN PADANG-PANJANG PADA KETINGGIAN 8 KM
Selisih waktu (hari)
Korelasi silang
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
-0.115 -0.088 -0.214 -0.309 -0.192 -0.064 -0.044 -0.066 0.150 0.380 0.374 0.376 0.269 0.232 0.163
+1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Standard error 0.204 0.200 0.196 0.192 0.189 0.186 0.183 0.180 0.183 0.186 0.189 0.192 0.196 0.200 0.204
Gambar 3-6: Grafik korelasi silang antara angin zonal EAR dengan data curah hujan permukaan stasiun BMG Padang-panjang pada lapisan 8 km
23
4
KESIMPULAN
• Ditemukannya indikasi awal fenomena MJO yang melintasi Kototabang d a n sekitarnya hasil analisis data angin zonal-vertikal EAR periode September-Desember 2 0 0 1 , di m a n a terlihat pergerakan angin dorainan ke a r a h timur p a d a lapisan bawah dan pergerakan angin ke arah b a r a t p a d a lapisan atas. Hasil dari analisis data BLR p u n menunjukkan hal yang s a m a sesuai d e n g a n teori s k e m a perpotongan MJO di d a e r a h ekuator. • Dari gambar kontur anomali angin zonal EAR, p a d a saat yang b e r s a m a a n menunjukkan a d a n y a propagasi (penjalaran) arah d a n kecepatan angin, terlihat bahwa fenomena MJO itu melewati Kototabang sekitar pertengahan November hingga pertengahan Desember 2001 (sesuai dengan hasil kajian Indriaty, T. (2005). • Dengan teknik analisis wavelet terhadap data c u r a h hujan harian pada waktu yang sama, ditemukan pula osilasi yang s a m a dengan fenomena MJO di wilayah Kototabang, Sicincin, d a n Padangpanjang sekitar 48 harian. Hal ini p u n sesuai dengan kajian Matthews (2000). • Walaupun hasil analisis di atas menunjukkan a d a n y a osilasi sekitar 48 harian, tetapi ketika dilakukan korelasi silang (cross-correlation) a n t a r a data angin zonal dengan d a t a curah hujan, hasilnya menunjukkan nilai korelasi yang relatif kecil, yakni sekitar 0.38 dengan lag-time +2. Hal ini dimungkinkan mengingat pergerakan MJO dari arah barat ke timur dari Samudera Hindia tidaklah sejajar s e m p u r n a mengikuti garis ekuator, melainkan sedikit b e r u b a h ke arah tenggara yang diindikasikan dengan adanya propagasi (penjalaran) anomali angin zonal. Ucapan Terima Kaslh Terima kasih k a m i u c a p k a n kepada Drs. Zadrach L. Dupe atas segala kritik, tanggapan d a n s a r a n dalam pembuatan paper ini. J u g a kepada team CPEA J e p a n g yang dimotori oleh Prof. Shoichiro Fukao dan Prof. Toshiaki Kozu masing-masing dari Universitas Kyoto dan Shimane, Jepang. Penelitian ini m e r u p a k a n bagian dari hasil kegiatan penelitian Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN-Bandung di bawah koordinasi Proyek Pengembangan IPTEK (P8). DAFTAR R U J U KAN Global Precipitation Climatology Project (GPCP), h t t p : / / c i c s . u m d . e d u / ~ y i n / GPCP/main.html. Indriaty, Toriqa, 2 0 0 5 . Analisa Aktivitas Skala Meso Di daerah Kototabang dan KaiUmnya dengan MJO berdasarkan data EAR. Tugas akhir program studi Meteorologi. Departemen GM-ITB. Matthews A. J., 2000. Propagation Mechanisms for the Madden-JuHan Oscillation. Quart J. Roy. Meteor. S o c , 126, 2637-2652. Torrence a n d Compo, 1998. A Practical Guide to Wavelet Analysis. Bulletin of American Mateorological Society. 24