Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
AN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APPLICATION FOR PRIORITIZING THE GREEN PRODUCTIVITY (GP) OPTIONS OF YOGYAKARTA LEATHER TANNING SMEs Dwi Ningsih1,3, Ono Suparno2,3,*, and Suprihatin2,3 1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta, Indonesia. E-mail:
[email protected]. 2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia. Telepon/fax: +62 251 8621974. 3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
ABSTRACT
Analytical Hierarchy Process (AHP) is one of the most important multi criteria decision making methods. AHP is an effective method when subjectivity exists and suitable to solve problems where the decision criteria can be organized in a hierarchical way. The aim of this study is to prioritize the Green Productivity (GP) options to overcome the environmental problem in the Yogyakarta leather tanning SMEs using the Analytical Hierarchy Process (AHP). The Green Productivity alternatives are identified during the interview with the leather SMEs and the industry experts. This study shows that by using AHP, the selected Green Productivity (GP) options is to optimize process production.
Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP), Leather tanning SMEs, Green Productivity
245
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PILIHAN PRODUKTIVITAS HIJAU DI IKM PENYAMAKAN KULIT YOGYAKARTA Dwi Ningsih1,3, Ono Suparno2,3,*, and Suprihatin2,3 1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta, Indonesia. E-mail:
[email protected]. 2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia. Telepon/fax: +62 251 8621974. 3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor ABSTRAK
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode untuk menentukan keputusan berdasarkan multi kriteria. AHP merupakan metode yang efektif digunakan ketika subjektivitas terjadi dan metode ini sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan dimana kriteria pemilihan keputusan dapat disusun dalam sebuah hierarki. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pilihan produktivitas
hijau
untuk
menyelesaikan
permasalahan
lingkungan
di
IKM
penyamakan kulit di Yogyakarta menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pilihan produktivitas hijau teridentifikasi melalui wawancara dengan sejumlah perwakilan dari IKM dan ahli di bidang penyamakan kulit di Yogyakarta, Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan berbagai kriteria menggunakan AHP, pilihan produktivitas hijau yang terpilih adalah optimalisasi proses produksi penyamakan kulit.
Kata kunci:
Analytical
Hierarchy
Process (AHP),
IKM penyamakan kulit,
produktivitas hijau
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
246
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Yogyakarta, industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri unggulan selain industri tekstil. Namun, di sisi lain industri ini berkontribusi dalam penurunan kualitas lingkungan dikarenakan dampak dari bahanbahan kimia berbahaya yang digunakan selama proses yang belum tertangani dengan baik. Sesuai dengan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta, masih banyak industri penyamakan kulit yang memiliki pengendalian dan pengelolaan lingkungan yang kurang baik. Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) menyatakan bahwa 70-75% dari industri penyamakan kulit yang ada merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memiliki keterbatasan dalam usaha pengelolaan lingkungan yang baik. Keterbatasan IKM dalam melaksanakan usaha pengelolaan lingkungan seringkali dikarenakan IKM cenderung fokus terhadap aktivitas rutin mereka setiap hari (Studer et.al. 2008) dan sumber daya yang ada terbatas untuk menjalankan bisnis utama (Biondi et al. 2000) bukan untuk pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Produktivitas hijau merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada tahun 1992. Konsep ini menawarkan win-win solution bagi pelaku industri yang menganggap bahwa usaha pengelolaan lingkungan identik dengan biaya tambahan yang menjadi beban tersendiri bagi industri, terutama untuk IKM yang memiliki keterbatasan dalam sumber daya yang dimiliki. Beberapa studi menunjukkan manfaat dari penerapan produktivitas hijau seperti meningkatkan kualitas produk, mengurangi limbah, polusi dan resiko perusahaan, penghematan biaya dalam pembelian bahan baku, dll (Darmawan et al. 2014, Logaa and Zailani 2013, Singgih et al. 2010, Sittichinnawing and Peerapattana 2012). Studi terkait dengan produktivitas hijau telah banyak dilakukan di beberapa negara seperti India dan Taiwan yang telah menemukan beberapa opsi-opsi untuk mengurangi
dampak
lingkungan
sekaligus
meningkatkan
produktivitas
dari
perusahaan. Namun, tidak ada studi yang menganalisa peluang produktivitas hijau di industri penyamakan kulit di Indonesia. Banyak IKM yang menyatakan memiliki keterbatasan dalam usaha pengelolaan lingkungan yang baik namun tidak ada bukti
247
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
empiris yang mendukung pernyataan mereka selama ini. Untuk itulah penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi peluang perbaikan untuk meningkatkan performa lingkungan IKM kulit, dan (2) Memprioritaskan opsi produktivitas hijau yang teridentifikasi.
Perumusan Masalah IKM penyamakan kulit memiliki keterbatasan dalam pengelolaan lingkungan yang baik sehingga memerlukan solusi untuk meningkatkan performa lingkungan yang lebih baik melalui penerapan konsep yang seimbang antara produktivitas dan keuntungan ekonomi untuk organisasi.
Tujuan Menentukan prioritas pilihan dalam penerapan konsep produktivitas hijau di IKM penyamakan kulit
Teori Produktivitas Hijau Produktivitas hijau
didefinisikan sebagai strategi untuk
meningkatkan
produktivitas dan kualitas lingkungan untuk pengembangan sosial dan ekonomi (APO 2002). The Asian Productivity Organization (APO) menyatakan bahwa produktivitas hijau merupakan konsep yang fokus pada pemenuhan persyaratan pelanggan terkait kualitas produk dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan antara profit yang dicapai dan lingkungan yang terlindungi. Produktivitas hijau menerapkan teknik dan teknologi untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas organisasi. Serangkaian studi menyatakan tentang keuntungan dari menerapkan produktivitas hijau (Darmawan, Putra & Wiguna 2014; Mohan Das Gandhi, Selladurai & Santhi 2006; Singgih, Suef & Putra 2010; Sittichinnawing & Peerapattana 2012). Penelitian ini dilakukan di beberapa industri seperti industri karet, pengecoran, phenol, lada merah, dll. Keuntungan dalam menerapkan produktivitas hijau adalah meningkatkan kualitas produk, mengurangi buangan limbah, mengurangi polusi serta mengurangi resiko perusahaan (Logaa & Zailani 2013). Keuntungan lain juga mencakup penghematan dalam pembelian
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
248
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
bahan baku proses (Singgih, Suef & Putra 2010) dan yield yang lebih tinggi tanpa mengesampingkan lingkungan (Sittichinnawing & Peerapattana 2012). Keuntungan serupa juga dirasakan oleh industri penyamakan kulit yang menjadi proyek dari APO. Proyek ini berhasil mengidentifikasi alternatif untuk produktivitas hijau di masing-masing industri di negara yang berbeda (Tabel 1).
Tabel 1. Proyek Produktivitas Hijau di Industri Penyamakan Kulit No 1
2
3
GP Details data of the projects industry TANCHEM Location: Northern part Industries of India Products: Nappa, oil pull nappa and other varieties of leather used by the garment and shoe manufacturing industries. Number of worker: 30 Location: Southern part NASSAU TANNERY of India Products: suedes, Company nappa, nubuck and other varieties of leather for garment and golf glove manufacture. Number of worker: 175 SHUI-HUA LEATHER INDUSTRI AL Co. Ltd.
Location: in Tainan Hsein, Taiwan, ROC. Products: all types of leathers for shoe uppers, handbags, cases and many other consumer goods. Number of worker: >200
GP options The experts identified 45 GP options that divided into: 1. Good housekeeping 2. Process modification 3. Material change 4. Elimination & reduction 5. Equipment modification 6. Technology change, and 7. Recycle, reuse and recovery (3R). The experts identified 59 GP options that divided into: 1. Good housekeeping 2. Process modification 3. Material change 4. Elimination & reduction 5. Equipment modification 6. Technology change 7. Recycle, reuse and recovery (3R) The expert proposed 7 main GP options: 1. Process improvement 2. Improve housekeeping 3. Separation of waste water streams 4. Recovery of chrome 5. Desalination 6. Resource recovery 7. Rationalization of water usage
Opsi – opsi yang muncul didasarkan pada analisa penyebab masalah, analisa material and component balance, survey literature, brainstorming antara anggota dan para ahli. Di Indonesia sendiri, studi tentang produktivitas hijau terbatas pada
249
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
beberapa sektor industri seperti karet dan phenol (Darmawan, Putra & Wiguna 2014; Singgih, Suef & Putra 2010). Kedua studi tersebut berhasil mengidentifikasi keuntungan produktivitas hijau dalam mengurangi dampak industri terhadap lingkungan.
Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan keputusan adalah hal penting yang tidak terpisah dari kehidupan manusia. Penentuan keputusan adalah proses menentukan pilihan di antara pilihanpilihan yang tersedia. Komponen dalam penentuan keputusan meliputi data, model keputusan, lingkungan dalam pengambilan keputusan, dan manusia (gambar 1).
Gambar 1. Komponen dalam pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan terdapat dua metode yaitu berdasarkan intuisi (intuitive decision) dan rasional (normative decision). Pengambilan keputusan yang rasional adalah kemampuan kita untuk lebih efektif dalam menerapkan ide kita di dunia nyata dengan segala resiko dan keengganan untuk berubah. Selain itu, dalam pengambilan keputusan kita tidak hanya melihat dari faktor-faktor yang bersifat kuantitatif tetapi juga yang bersifat kualitatif. Karenanya, sangat diperlukan sebuah pendekatan dalam penentuan keputusan yang mempertimbangkan kedua variabel yaitu kualitatif dan kuantitatif yang bisa dimasukkan dalam evaluasi. AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty (1980), dimana pengambil keputusan dapat membuat model dari sebuah masalah yang kompleks dalam struktur hierarki yang menunjukkan hubungan antara goal, tujuan, kriteria, sub kriteria dan alternative (gambar 2). Pengambilan keputusan
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
250
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
menggunakan AHP memberikan peluang penerapan data, pengalaman, insight dan intuisi dalam cara yang logis dan detail.
Gambar 2. Struktur hierarki dalam penentuan keputusan
Menurut Sharma et.al (2008), AHP didefinisikan sebagai teknik pengambilan keputusan multi kriteria yang bisa menggambarkan permasalahan yang kompleks kedalam multilevel struktur hierarki atas tujuan, kriteria dan alternative. Sedangkan berdasarkan Taylor (2004), AHP adalah sebuah metode untuk mengurutkan peringkat dari alternative yang ada dan memilih yang terbaik pada permasalahan yang memiliki multi kriteria. Selanjutnya, Tuzmen dan Sipahi (2011) mendefinisikan AHP sebagai metode pengambilan keputusan yang efektif terutama ketika ada subjektivitas dan sangat cocok untuk menyelesaikan masalah dimana kriteria pemilihan keputusan dapat disusun dalam sebuah hierarki dengan sub kritetianya. Saaty dan Vargas (1996) menyatakan bahwa AHP digunakan untuk menentukan prioritas dalam skala absolut dari perbandingan berpasangan dalam struktur hierarki multi level.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini fokus pada analisa terhadap usaha pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh IKM penyamakan kulit yang ada di Yogyakarta, Indonesia
251
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun dari Mei 2014 sampai Mei 2015 di IKM penyamakan kulit di Yogyakarta, Indonesia.
Metode/Cara Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian eksploratori berbasis studi kasus di sejumlah IKM penyamakan kulit di Indonesia. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah IKM serta perwakilan dari pemerintah, pelaku bisnis dan akademisi. Data dilengkapi dengan hasil observasi lapangan.
Metode analisis data Data dari interview diorganisir dan dikelompokkan berdasarkan daftar pertanyaan utama penelitian. Data dianalisa menggunakan pendekatan descriptive dan interpretive. Dengan menggunakan kerangka produktivitas hijau, peluang-peluang untuk perbaikan diidentifikasi kemudian dicari opsi produktivitas terbaik dengan menggunakan AHP.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rekomendasi untuk produktivitas hijau Penelitian ini menemukan sejumlah peluang peningkatan usaha pengelolaan lingkungan yang sesuai bagi IKM penyamakan kulit di Yogyakarta. Peluang ini diidentifikasi berdasarkan respon dari responden yang dilengkapi dengan observasi di lapangan. a. Good Housekeeping Dalam hal ini, tata kelola yang baik tidak hanya terkait dengan tempat kerja yang bersih dan menghilangkan segala bentuk tumpahan tetapi juga relevan untuk prosedur peningkatan operasional untuk efisiensi konsumsi sumberdaya. Diperlukan juga pengukuran bahan kimia proses yang tepat. Praktik ini bisa mengurangi 20-25% dari total limbah yang dihasilkan. IKM cenderung kurang hati-hati dalam menggunakan bahan kimia.
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
252
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
b.
ISSN:2477-3298
Optimalisasi proses Krom adalah bahan kimia dalam proses penyamakan kulit yang paling berbahaya bagi lingkungan. Optimalisasi proses dianggap sebagai salah satu cara yang bisa meminimalisir kandungannya di dalam limbah terbuang. Kulit hanya mampu menyerap 60-80% dari Cr2(SO4)3 dan sisanya dibuang sebagai limbah (Garg et al. 2007, Belay 2010). Beberapa studi mempelajari teknologi yang dapat mengurangi jumlah limbah krom (Suresh et al. 2001; Morera et al. 2007).
c. Substitusi bahan baku Krom merupakan bahan penyamak yang tidak tergantikan. Hal ini dikarenakan sifat unggul dari krom terkait dengan stabilitas terhadap suhu, karakteristik kekuatan (Ali et al. 2000). Selain itu, krom juga memiliki ketahanan mekanik yang luar biasa dan kemudahan proses pewarnaan yang sempurna (Belay 2010). Beberapa pilihan telah disarankan, namun tidak ada peningkatan dalam praktik di lapangan. IKM perlu difasilitasi dengan teknologi hijau yang rendah biaya yang bisa menggantikan dominasi dari krom sebagai bahan penyamak. d. Reduce, Reuse, and Recycle (3R) Penelitian ini mengungkapkan bahwa IKM lemah dalam praktik 3R. IKM cenderung menolak dalam mengadopsi pelaksanaan praktik 3R tersebut dikarenakan membutuhkan biaya tambahan operasi, membutuhkan tenaga kerja terampil dan teknologi yang canggih. e. Pengendalian penggunaan air Proses penyamakan kulit menghasilkan limbah cair yang melimpah (45-50m3 air limbah per ton kulit mentah) (Kanagaraj 2006). Karena itu, minimalisasi penggunaan air dapat menjadi peluang yang riil untuk mengurangi biaya produksi sekaligus mengurangi jumlah limbah cair yang dihasilkan (Morera et al. 2007). Seperti yang dinyatakan oleh Dandira (2013) bahwa pengelolaan penggunaan air sangat penting bagi industri penyamakan kulit. Idealnya, praktek ini bisa mengurangi 30% atau lebih dari total air yang dibutuhkan. Penerapan AHP untuk memilih opsi terbaik Menurut Taylor (2004), AHP merupakan metode untuk menentukan peringkat serangkaian alternative dan memilih alternative terbaik yang mencakup berbagai
253
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
macam kriteria. Sebuah skenario untuk meminimalisir dampak dari proses penyamakan kulit terhadap lingkungan dibuat berdasarkan pengembangan strategi menggunakan AHP (gambar 3). Perhitungan dari nilai dalam AHP dihitung dengan menggunakan Expert direkomendasikan
Choice
2000.
Dari
adalah optimalisasi
hasil
proses
perhitungan,
strategi
produksi dengan
nilai
yang 0.438
dibandingkan dengan alternative yang lain.
Strategy selection to enhance the environmental performance of Leather SMEs in Yogyakarta based on Green Productivity (GP) approach (1.000)
FOCUS
Human resources competence (0.747)
Knowledge and Technological capability (0.107)
Financial capability (0.146)
Governmen t (0.167)
Research institution (0.436)
CRITERIA Leather SMEs (0.398)
ACTOR
GOAL
Productivity improvement (0.442)
Raw material substitution (0.151)
Environment al protection (0.559)
Minimize water usage (0.161)
Good housekeeping implementation (0.101)
Production process optimization (0.438)
Reduce, Reuse and Recycle (3R) implementation
(0.148)
ALTERNATIVES Gambar 3. Struktur AHP pemilihan alternative produktivitas hijau
Untuk memilih pilihan terbaik, responden memberikan penilaian pada masing-masing kriteria dengan nilai pada table 2 seperti berikut:
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
254
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
Tabel 2. kriteria penilaian AHP Nilai
Arti
1
Kedua elemen sama-sama penting
3
Satu elemen cukup penting dari yang lain
5
Satu elemen sedikit lebih penting dari yang lain
7
Satu elemen lebih penting dari yang lain
9
Satu elemen sangat penting dari yang lain
2,4,6,
Nilai tengah dari nilai dimana bernilai sedikit berbeda
8
dari standar diatas
Contoh penilaian AHP adalah sebagai berikut: Rasio 7:1. Berarti bahwa kompetensi SDM penting dari kemampuan pengetahuan dan teknologi
Elemen kriteria
Kompetensi SDM
Kompetensi SDM Kemampuan pengetahuan dan teknologi Kemampuan keuangan
Kemampuan pengetahuan dan teknologi 7
Kemampuan keuangan
1/5
Rasio 1:5. Berarti bahwa kemampuan keuangan sedikit penting dari kemampuan pengetahuan dan teknologi
Dengan menggunakan expert choice software, hasil dari perhitungan yang didapatkan dapat dilihat pada table 3 berikut:
255
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
Tabel 3. Hasil perhitungan AHP per elemen Level Goal
Criteria
Elements Strategy selection to enhance the environmental performance of Leather SMEs in Yogyakarta based on Green Productivity (GP) approach Human resources competence
Knowledge and technological capability
Financial capability
Actor
Leather SMEs
Government
Research Institution
Focus
Productivity improvement
Environmental protection
Alternatives Raw material substitution
Minimize water usage
Good housekeeping implementation
Production process optimization
Reduce, Reuse, Recycle (3R) program implementation
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Weight 1.000
L: 0.747 G: 0.747 L: 0.107 G: 0.107 L: 0.146 G: 0.146 L: 0.412 G: 0.398 L: 0.165 G: 0.167 L: 0.424 G: 0.436 L: 0.391 G: 0.442 L: 0.609 G: 0.559 L: 0.132 G: 0.151 L: 0.154 G: 0.161 L: 0.108 G: 0.101 L: 0.430 G: 0.438 L: 0.175 G: 0.148
256
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
KESIMPULAN Penelitian ini memetakan usaha pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh IKM penyamakan kulit di Indonesia. Beberapa peluang perbaikan terkait dengan opsi produktivitas hijau telah teridentifikasi dan telah ditentukan pilihan yang paling tepat untuk diterapkan oleh IKM di industri ini. Optimalisasi proses produksi diharapkan dapat meminimalisir dampak lingkungan dari proses
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Perindustrian Indonesia, IPB Bogor dan the University of Adelaide untuk dukungan dan fasilitas yang diberikan untuk menyelesaikan riset ini. Dan terimakasih juga kepada para responden yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam studi ini.
DAFTAR PUSTAKA Ali, SJ, Rao, JR, & Nair, BU 2000, ‘Novel approaches to the recovery of chromium from the chrome-containing wastewaters of the leather industry’, Green Chemistry, 2(6), 298-302. APO 2002, Green productivity: Training manual, viewed 20 February 2014,
. Belay, AA 2010, 'Impacts of chromium from tannery effluent and evaluation of alternative treatment options', Journal of Environmental Protection, 1(01), 53. Biondi, V, Frey, M & Iraldo, F 2000, 'Environmental Management Systems and SMEs', Greener Management International, no. 29, Spring2000, p. 55. Dandira, VS & Madanhire I 2013,'Design of A Cleaner Production Framework to Enhance Productivity: Case Study of Leather Company, International Journal of Science and Research (IJSR), India Online ISSN: 2319-7064 Darmawan, MA, Putra, MPIF & Wiguna, B 2014, 'Value chain analysis for green productivity improvement in the natural rubber supply chain: a case study', Journal of Cleaner Production, vol. 85, pp. 201-211.
257
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
Garg, UK, Kaur, MP, Garg, VK, & Sud, D 2007, 'Removal of hexavalent chromium from aqueous solution by agricultural waste biomass', Journal of Hazardous Materials, 140(1), 60-68. Kanagaraj, J, Velappan, K, Chandra Babu, N & Sadulla, S 2006, 'Solid wastes generation in the leather industry and its utilization for cleaner environmentA review', Journal of scientific and industrial research, vol. 65, no. 7, pp. 541-548. Logaa, S & Zailani, S 2013, 'Motives in implementing Green Productivity among EMS 14001 certified companies in Malaysia', African Journal of Business Management, vol. 7, no. 38, pp. 3914-3922. Morera, JM, Bacardit, A, Ollé, L, Bartolí, E, & Borràs, MD 2007, 'Minimization of the environmental impact of chrome tanning: A new process with high chrome exhaustion', Chemosphere, 69(11), 1728-1733. Saaty, T. J. and Vargas, L. G., (1980), Decision Makingwith the analytic Network process: economics, political, social and technological application with benefits, opportunities, costs and risks, Spring Science + Business, USA Saaty, T. L. and Vargas, L. G. (1996), Decision Making with The Analytic Network Process, Springer, USA Sharma, M. J., Moon, I. and Bae, H. (2008), Analytic hierarchy process to assess
and
optimize
distribution network, Applied Mathematics and
Computation, Vol. 202, pp. 256-265 Singgih, ML, Suef, M & Putra, CA 2010, 'Waste Reduction with Green Productivity Approach for Increasing Productivity (Case Study: PT Indopherin Jaya)', in The 11th Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems Conference, The 14th Asia Pacific Regional Meeting of International Foundation for Production Research. Sittichinnawing, A & Peerapattana, P 2012, 'Green Productivity Index of Cayenne Pepper Production (Case Study in Nongkhai Province)'. Studer, S, Tsang, S, Welford, R & Hills, P 2008, 'SMEs and voluntary environmental initiatives: a study of stakeholders' perspectives in Hong Kong', Journal of environmental planning and management, vol. 51, no. 2, pp. 285-301.
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
258
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
Suresh, V, Kanthimathi, M, Thanikaivelan, P, Rao, JR, & Nair, BU 2001, 'An improved
product-process
for
cleaner
chrome
tanning
in
leather
processing', Journal of Cleaner Production, 9(6), 483-491. Taylor, B. W., (2004), Introduction to Management Science, Pearson Education Inc., New Jersey. Tuzmen, S. and Sipahi, S. (2011), A multi-criteria factor evaluation model for gas station site selection, 2nd International Conference on Business and Economic Research (2nd ICBER 2011) Proceedings, pp. 601-610
259
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam....., Dwi Ningsih
ISSN:2477-3298
260