PANGGILAN DI PERBATASAN KALTIM-MALAYSIA 1965-1966 Written by Max T. Maniku Monday, 08 October 2012 21:16 -
A. ??MENGAJAR DI SMPN LONG BAWAN
1. Hujan bom di Long Bawan.
Sejak DWIKORA dikomandokan Presiden Sukarno untuk menggagalkan dengan ?Mengganyang Malaysia?, wilayah Perbatasan Kaltim menjadi area konfrontasi. Khususnya Kecamatan Krayan dengan ibu negrinya Long Bawan, paling sering di hujani bom dari Markas Gurkha di Bakelalan... mereka menempatkan meriam dan mortir berat di bukit perbatasan persis berseberangan dengan Long Bawan.
Musuh membom Long Bawan utk melindungi gerakan patroli pasukannya. Terkadang dilindungi dengan patroli udara menggunakan pesawat Sabre Jet yang terbang rendah sepanjang perbatasan. Karena kampung porak poranda, penduduk mengungsi, pemerintahan pindah ke Wailaya, dan sekolah-sekolah ditutup selama masa konfrontasi. Menyedihkan memang, tapi itulah resiko awal dari apa yg disebut perang. Pasti rakyat jadi ujung tombak penderitaan. Dan prajurit-prajurit yang mempertaruhkan nyawanya demi integritas bangsa dan negara Republik Indonesia Terc?nta ini. Utk inilah kami digodog di Kawah Candradimuka, melaksanakan Amanah Almamater AMN dalam Hymne Taruna... BIAR BADAN HANCUR LEBUR.......... KITA KAN BERTEMPUR......... ...MEMBELA KEADILAN SUCI.........? KEBENARAN MURNI........ Dekat Kantor Kecamatan Krayan ada MAKO BTP-509 dengan Peleton Zipur kami di BP-kan.
1/6
PANGGILAN DI PERBATASAN KALTIM-MALAYSIA 1965-1966 Written by Max T. Maniku Monday, 08 October 2012 21:16 -
2. Perjanjian Perdamaian Bangkok.
Semakin lama situasi konfrontasi semakin memanas di perbatasan Krayan. Semakin banyak Pasukan Sukwan melewati kami Ton Zipur di Babinuang terus ke Barat melintasi perbatasan ditiap sore sejak awal Juli 1966. Pada tanggal15 Juli 1965 Ton Zipur kami diperintahkan untuk maju ke Wailaya, bergabung dengan Posko BTP 509. Ternyata tersiar issue bahwa ada Rencana Serangan Bersama tanggal 17 Agustus 1965. Semua Pasukan TNI di sepanjang perbatasan, masuk wilayah musuh. Aneh juga issue ini. Tingkat siaga tempur ditingkatkan untuk tiap satpur BTP 509 Brigif 9/Braw. Aku bayangkan, bagaimana nantinya pertempurn ini..tanpa seragam TNI...........karena tak ada Pernyataan Perang. Ternyata..issue Serangan Bersama ditelan Berita Resmi Perjanjian Perdamaian Bangkok yang diprakasai Amerika Serikat pada tanggal 11 Agustus 1966? Tapi, terjadi situasi pertempuran sengit yg mengagetkan. Semua Tentara menembakkan senjatanya tanpa perintah. Spertinya protes keras terhadap Perdamaian, karena sudah seminggu siaga tempur ditingkat kan...tahu-tahu nya, damai. Ada-ada saja.
3. Perintah Mengajar SMPN Long Bawan.
Dalam suasana perdamaian, berangsur-berangsur roda kehidupan pindah dari Wailaya ke Long Bawan. Dimulai dari Posko BTP-509 disusul dengan Kecamatan Krayan, dan selanjutnya sekolah-sekolah SD dan SMP Negeri dibuka kembali. Tapi Tenaga Guru minim sekali. Belum kembali ke Long Bawan, juga Sukwan Guru belum muncul. Akhirnya Para Bintara dan Perwira mendapat perintah mengajar di sekolah-sekolah yang tersebar di Long Bawan, Long Api, Wailaya. Saya, Letda Chb Muti Djadja (CHB ?62) Dan Ton Hub, Peltu Suyono Dan Ton Pal dan lain-lain mengajar SMPN. Aku kebagian Sejarah, Bahasa Inggris dan Administrasi. Untungnya Buku-buku Tuntunannya masih lengkap. Tak terbayang berangkat untuk Operasi Militer, ujung-ujungnya mempraktekkan Mata Kuliah....................CARA MENYAMPAIKAN INSTRUKSI ( CMI )
Yang mengejutkan, semua siswanya besar-besar dan tinggi, juga umur mereka sudah 16 tahun ke atas. TNI serba Orlon (all round). Tugas Mengajar dilaksanakan tiap hari sesuai jadwal.
4. Memperkuat Lapangan Terbang Long Bawan.
2/6
PANGGILAN DI PERBATASAN KALTIM-MALAYSIA 1965-1966 Written by Max T. Maniku Monday, 08 October 2012 21:16 -
Sementara tugas mencerdaskan bangsa, baru seminggu, Ton Zipur-ku mendapat Perintah memperkuat Lapangan Terbang Long Bawan yang tanah asli. Hanya bisa dengan kayu-kayu bulat yg banyak di hutan. Sebab tak ada batu di daerah perbatasan. Kami sudah pernah membuat di Babinuang pada dataran dengan ukuran 300 X 50 meter dengan perkuatan kayu bulat diameter 10 -20 cm dengan areal 250 X15 meter. Persis ukuran itu juga di Long Bawan. Tentara dan Rakyat bergotong-royong tebang kayu di hutan, ramai-ramai bawa ke lapangan terbang. Katanya untuk persiapan Pendaratan Helicopter Besar MI-4. (Pada artikel dulu aku sebut MI-6, karena blo?on. Baru dikoreksi oleh Mantan Dan Pusdik Penerbad Mas H. Moh. Suryono Saleh, baru aku tahu, itu Heli MI-4 milik TNI-AD. Puji Tuhan, lapter OK, dan Heli pertama yg mendarat dengan AMAN, dipiloti Lettu Inf Worang ( AMN-60 )
5. Kowe dari Atekad?
Bangga juga 12 hari lapter siap didarati. Hari H lupa, pagi-pagi prajuritku cek lagi jejeran ribuan kayu bulat itu. Begitu deru Heli terdengar, aku kaget melihat Heli yang begi tu besaaarr......? wah apa kuat, lapterku? Aku tanya sendiri, sambil berdoa. Mendarat dimula? mulus seperti pesawat biasa. Tahu-tahu sampai ditengah stop terhenti. Lalu naik vertikal sedikit, maju turun mendarat kira-kira 30 meter melewati perkerasan. Terima kasih, Tuhanku. Terima kasih Prajurit-prajurit Zipur-ku. Amin. Saya mendampingi Dan BTP-509 Letkol Inf Siswo Hariyoko dan Perwira-perwira mendekati Heli. Ternyata dalam Penerbangan Perdana itu, ada Wapang Kopur-2 Kalimantan Kol. Kav Subagiyo. Begitu Beliau turun, kami semua menghormat, lalu periksa perkerasan lapter yg kacau.
Lalu beliau bertanya kepada Dan BTP ...Siapa yg mengerjakan ini?... Dikerjakan oleh Peleton Zipur-5 BP BTP, Pak. Ini Dan Tonnya... sambil menoleh padaku...Siap, Pak,.aku segera sikap sempurna dan menjawab. Tiba-tiba..tongkat Komando Beliau yang khas Kavaleri sudah di dekat hidungku... ujungnya, sambil berkata...''Kowe dari Atekad?''.. Siap Pak, jawabku...''Apa ada pelajaran di Atekad perkuatan lapter dengan kayu, bukan dengan batu? Dengan nada yang agak tinggi...aku tak sempat menjawab, karena Dan BTP segera menjawab...Pak, disekitar sini tidak ada batu.. batu ada di buk?t itu, Pak..sambil menunjuk bukit di kejauhan sana. Mendengar itu, beliau berucap... Mari kita lanjut kan inspeksi. Saya menghormat, karena mereka menuju Posko. Tinggalah kami memperbaiki kayu-kayu yg diterjang Roda depan Heli tadi, yg tidak kami perkirakan. Aku jadi mikir pertanyaan Sang Kolonel yang tinggi besar tadi..Tapi bangga juga, Almamaterku Atekad diucapkannya di perbatasan Krayan ini. Waah, belum tahu dia, namanya sudah ganti... Akmil Jurtek DUNG.
3/6
PANGGILAN DI PERBATASAN KALTIM-MALAYSIA 1965-1966 Written by Max T. Maniku Monday, 08 October 2012 21:16 -
Salam Darma Sadtri.
Turen Malang 20.09.2012.
Max.T. Manikoe. 19417.
B. MEMIMPIN IBADAH DI GEREJA BABINUANG
1. Peleton Zipur 2/C/9 Braw. bergerak ke Perbatasan. Setelah sebulan lebih di BP BRIGIF-9 Braw. di Tarakan, kami dengan kapal Cairo berlayar menuju Malinau selama 2 hari menyusuri S. Tidung, S. Sesayap dan S. Malinau. Selepas 17 Agustus 1965 kami bergerak ke Tg.Lapang. Lewat 5 Oktober 1965 kami bergerak ke Giram (Jeram) Kayan dengan Perahu Motor Tempel. Di tepi derunya air jatuh 4 meter Giram, kami menyelesaikan Pos Kayan untuk Menginap Pasukan ke Perbatasan yang tadinya ada di Pos Sibinuang. Lepas seminggu kami menembus rimba raya Kalimantan selama 4 hari tanpa jumpa kampung. Empat pemuda Suku Dayak Punan, jadi Penunjuk jalan dan Pembawa Beban (Dragger) Selama Operasi Dwikora Tenaga Draggers/Penunjuk jalan punya peranan menen tukan.
Setelah mendapat 4 Draggers pengganti, kami bergerak ke Payalau selama 4 hari juga. Sejak dari Pos Kayan ke Payalau, kami menyusuri tepi sungai dan berjalan batu-batu di tengah sungai, karena tak ada jalan setapakpun, dan tak ada peta. T?ap malam kami tidur di atas batu-batu besar di tepi sungai. Baru di Payalau kami jumpa kampung dengan sebuah Lamin (Rumah Panjang Adat kira-kira 50 meter dihuni beberapa keluarga. Kami disambut ramah oleh Kepala Kampung yang berbadan kekar putih dan ramah Bapak Lalung Bezar. Esok pagi jam 05.00 kami mulai mendaki G. Batu narik sehari penuh. Dengan hanya ist?rahat makan di puncaknya, jam 16.00 kami tiba di Babinuang Nopember 1965. D? sini Ton Zipur ngepos sampai dimajukan ke Wailaya Jul? 1966.
4/6
PANGGILAN DI PERBATASAN KALTIM-MALAYSIA 1965-1966 Written by Max T. Maniku Monday, 08 October 2012 21:16 -
2. Menjabat Komandan Fak. F
Di Kampung Babinuang ada 3 Lamin Panjang, 1 SDN, 1 Gereja dan beberapa rumah sendiri, serta ada lapangan, gerakan kami dihentikan. Tugas yang diterima adalah membuat Lapangan Pendaratan Helicopter. Karena lapangan di tengah kampung kecil dan ada rumah-rumah tempat murid-murid SDN dari kampung-kampung sekitar Babinuang. Kami dapat daerah dipinggir persawahan luas kira-kira 300 meter dari kampung. Helipad untuk Pasukan yang diangkut lewat udara dan logistik tempurnya. Kami juga menjabat sebagai Dan Wilayah Fak. F, mengkordinir pengadaan Draggers Pasukan yang melintas ke Perbatasan, serta Tempat Bermalam nya. Juga memberi Surat Jalan kepada penduduk yang ke Daerah? Musuh di Bakelalan untuk barter kebutuhan hidup. Dengan surat V?sa ini, mereka diijinkan tembus perbatasan olah Pasukan. BTP-509 di Garis terdepan.. kami di BP kan di BTP-509 Brigif-9 Braw.
3. Mendapat Tugas Istimewa.
Di hari Jumat sore di awal Desember 1965, tiga Pengurus/ Penatua Gereja Babinuang, Pak Tifa Padan Kasek SDN, Pak Daud Melisa Guru dan Gat Menurn naik ke Pos kami yang tinggi, ada kolongnya setinggi orang dewasa berdiri. Mereka menawarkan tugas yang sangat istimewa dan mengejutkan. Memimpin Kebaktian pada Hari Minggu lusa. Wow... Bukan main, aku sampai tertegun. Setahuku, tugas ini adalah Tugas Pendeta yang memimpin Gereja itu atau Para Penatua Gereja. Sedangkan Max ini, seorang Letda lulusan Akmil, bukan lulusan Sek. Tinggi Theologia. Gimana, yaa. Aku betul-betul mikir. Dengan halus aku berucap tersendatsendat...Begini, Bapak2, saya akan lihat kegiatan patroli dan pekerjaan kami. Nanti besok siang aku beri jawaban. Mudah-mudahan Pak Pendeta Jusuf Sibal sudah kembali dari Paupan menengok ayahnya yang sakit.
4. Memimpin Kebaktian Minggu Gereja Babinuang.
Selama ini kami beribadah di Gereja Pemancar Injil Babinuang yg sederhana . Luas kira-kira 10 X 15 meter, atap sirap, dinding papan dan lantai tanah. Bangku-bangku berupa kayu bulat panjang 4 meter kiri kanan dipasang rendah. Kotbah dan Kidung Rohani dalam bahasa Lundayeh Para jemaat ke Gereja membawa beras (Tanah Krayan, limpah beras..semua kampung punya sawah amaat luas), pisang, jagung, ubi kayu, ayam, dsb..langsung diletakkan
5/6
PANGGILAN DI PERBATASAN KALTIM-MALAYSIA 1965-1966 Written by Max T. Maniku Monday, 08 October 2012 21:16 -
disekitar mimbar Gereja...sebagai Persembahan, karena tak ada...uang. Ibadah dimulai jam 07.00 dengan kentongan besi sebagai tanda. Tiap hari ada Ibadah Subuh jam 04.00 masih gelap Tanpa ada Penerangan dengan Liturgi Berdoa dan Menyanyi? Memuji Tuhan dan Kotbah singkat Pendeta.......selesai hari mulai terang.
Hari Sabtu, sesudah Ibadah Subuh bersama, Pak Tifa Padan beri tahu...Pak Max, tahun lalu ada Pak Sersan Mayor Sumaryono yang Pos disini dari Psk 517 yang pernah Pimpin Tebupun ( Ibadah ) Hari Minggu di Gereja ini... sampai 2 X , Pak.. lalu dia berlalu. Seperti disengat tawon telingaku jadi merah. Aku seakan dipecut utk ''bangun'' dari ''tidur'' rohaniku. Entah kenapa, seperti ada harga gengsi yang hinggap di hati ini. Sejujurnya, aku malu terhadap keberanian Seorang Sersan Mayor, berdiri di Mimbar Gereja. Rasa malu dan gengsi yang positip. Terima kasih Pak Sumaryono. Dan Hari Minggu di bulan Desember 1965, terjadilah peristiwa yang Luar Biasa dalam hidupku.. Berkhotbah di Mimbar Gereja. Mulai masuk Gereja, selama di Mimbar, sampai keluar Gereja, kedua lututku tak henti bergetar. Terima kasih ya Tuhan Jesus, Engkau Memberi Kesempatan dan Kekuatan kepada hamba yang berdosa ini untuk melayani umat-Mu. Amin. Itu doaku, ketika turun dari Mimbar Gereja.
Turen 20.09.2012.
max.t.m. 19417.
6/6