1
AMANAT NOVEL MENGETUK PINTU SURGA-MU KARYA HAWARI AKA (Suatu Penelitian Berdasarkan Pendekatan Didaktis) Apriyani. 2014. Amanat Novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka. Prof. Dr. Hj. Sayama Malabar, M.Pd selaku pembimbing I dan Salam, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak: Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yakni; (1) bagaimana amanat eksplisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan; (2) bagaimana amanat implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu SurgaMu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan. Tujuan penelitian ini yakni; (1) mendeskripsikan amanat eksplisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan; (2) mendeskripsikan amanat implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode deskriptif analitik yaitu menggambarkan suatu keadaan atau data sesubjektif mungkin sesuai hasil penelitian. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan demikian metode deskriptif analitik ini digunakan untuk menggambarkan secara objektif bagaimana amanat eksplisit dan implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan. Adapun sumber data yang diperoleh sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka, Penerbit SABIL, Tahun terbit 2010, dan Tempat terbit Jakarta Selatan dengan jumlah 350 halaman. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa amanat eksplisit dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu dilihat dari aspek pendidikan meliputi; (a) raihlah kesuksesan sampai titik darah penghabisan, (b) jangan bosan untuk menuntut ilmu dan menambah wawasan, (c) gunakanlah jilbab sesuai dengan filosofinya, (d) susunlah rencana untuk masa depan yang cerah, (e) gunakan waktu untuk hal-hal yang positif, (f) menuntut ilmu harus dengan ridha Allah, (g) faktor ekonomi jangan dijadikan hambatan dalam menuntut ilmu, (h) perkembangan tekhnologi mempengaruhi studi mahasiswa, (i) semangat dalam meraih cita-cita yang lebih tinggi, (j) jangan berputus asa dengan segala kekurangan, (k) berpangku tangan hanya akan menyebabkan berbagai kerusakan, (l) kebebasan jangan diartikan untuk hal yang tidak baik, (m) pergunakan waktu yang ada untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi, (n) sesama teman harus saling tolong menolong bagi mereka yang sedang dalam kesulitan, (o) jangan berputus asa dengan suatu kegagalan, (p) ilmu dan kemampuan harus selalu diperbarui dan ditingkatkan, dan (q) jangan berhenti untuk meraih mimpi yang lebih tinggi, dan amanat implisit meliputi; (a) kegagalan bukanlah suatu hal untuk menilai diri, (b) jangan hanyut dalam lembah keterpurukan, (c) tanamkan cita-cita mulia dalam benak kita, (d) potensi yang ada di dalam diri kita harus dikeluarkan, (e) jangan sia-siakan waktu yang ada hanya untuk bermalas-malasan, (f) kita harus bangkit, tak ada kata menyerah, (g) bermain-main dengan waktu dapat merugikan diri sendiri, (h) kobarkan semangat untuk menyelamatkan dunia, tetap berjuang meskipun berbagai keprihatinan melanda diri, (i) jangan ada kata malas dan enggan, (j) yakinlah bahwa kita adalah pemenangnya, (k) jangan mudah diperdaya oleh diri sendiri, (l) berbanggalah dengan kemenangan yang kita raih dan bersabarlah jika belum beruntung, dan (m) hanya Allah yang berkuasa atas apa yang akan kita Peroleh Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa dalam menentukan amanat eksplisit dan implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dibutuhkan kejelian agar amanat dapat diteliti dengan sebaik-baiknya dan peneliti menggunakan pendekatan didaktis agar amanat yang dikaji hanya dibatasi pada aspek pendidikan.
2
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya. Sumardjo dan Saini (1997: 5) mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Karya sastra juga disebut sebagai suatu karya yang kreatif, bukan semata-mata imajinatif. Kreatif dalam karya sastra berarti ciptaan dari tidak ada menjadi ada. Karya sastra diciptakan oleh pengarangnya berdasarkan realitas kehidupan sosial. Realitas sosial itu bisa bersumber dari pengalaman pribadi pengarangnya atau dapat juga bersumber dari pengalaman orang lain. Antara karya sastra yang diciptakan dengan realitas sosial mempunyai hubungan yang sangat erat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karya sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia. Salah satu ragam karya sastra yang dikenal adalah novel. Novel merupakan suatu ragam sastra yang memberikan pengalaman bagi manusia tentang kebudayaaan, adat istiadat yang disusun berdasarkan peristiwa, tingkah laku tokoh, plot, suasana dan latar. Sumardjo dan Saini (1997: 29) mengemukakan, dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas disini dapat berarti dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka merupakan salah satu novel yang menggambarkan amanat atau pesan tersebut. Amanat yang digambarkan dalam novel ini berupa amanat moral-religius dan amanat terhadap
3
pendidikan. Amanat dalam novel tersebut menyangkut pesan moral-religius dan pendidikan sebagai makhluk individu, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk Tuhan. Kenney (dalam Nurgiyantoro 2010: 320) mengemukakan amanat seperti halnya tema, dilihat dari segi dikhotomi atau pemisahan bentuk isi karya sastra merupakan unsur isi. Ia merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra, makna yang disarankan lewat cerita. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan didaktis. Menurut Aminuddin (2010: 47) pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkarya kehidupan rohaniah pembaca. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini yakni; (1) Mayoritas pembaca dalam membaca novel hanya ingin menikmati jalan cerita sebuah novel tanpa berusaha memahami atau mengetahui makna yang terkandung di dalamnya; (2) Kurangnya minat masyarakat dalam menemukan amanat novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka; (3) Banyaknya masyarakat yang membaca novel hanya sekedar pengisi waktu luang saja. Berdasarkan identifikasi tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kajian Amanat novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimana amanat eksplisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari
4
Aka dilihat dari aspek pendidikan; dan (2) Bagaimana amanat implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan. Kata-kata dalam judul penelitian secara operasional yaitu; (1) Amanat yang dimaksud dalam penelititan ini adalah amanat yang berupa anjuran, larangan dan perintah baik secara eksplisit maupun implisit yang mengandung aspek pendidikan. Eksplisit adalah cara penyampaian amanat atau pesan secara langsung kepada pembaca dengan menggunakan makna yang sebenarnya. Sedangkan implisit adalah cara penyampaian amanat atau pesan secara tidak langsung dengan menggunakan makna konotatif; (2) Novel adalah cerita atau karangan fiksi yang membahas berbagai masalah secara utuh. Novel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka cetakan pertama yang diterbitkan oleh SABIL. Jadi, yang dimaksud dengan amanat dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dalam penelitian ini adalah pesan eksplisit dan implisit yang terdapat dalam novel tersebut dilihat dari aspek pendidikan yang berupa anjuran, larangan dan perintah. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan amanat eksplisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan dan untuk mendeskripsikan amanat implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan.
5
Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellas, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Istilah novella dan novelle saat ini mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris, novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Nurgiyantoro, (1995 : 9) menjelaskan bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Faruk (2012: 90-91) mendefinisikan novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang problematik dalam sebuah dunia yang juga terdegradasi. Yang dimaksud
dengan
nilai-nilai
yang
otentik
itu
adalah
nilai-nilai
yang
mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit. Nilai-nilai itu hanya ada dalam kesadaran si novelis, tidak dalam karakerkarakter sadar atau realitas yang konkret. Sehubungan dengan definisi Faruk (2012: 91) bahwa novel masih berpikir dalam batas-batas totalitas dalam dunia yang sudah tidak lagi mengandunghal itu, dapat disimpulkan dengan nilai-nilai yang otentik itu adalah totalitas kehidupan. Semua jenis karya sastra akan mengalami degradasi atau perubahan yang akan disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tekhnologi. Faruk (2012: 92) berpendapat bahwa degradasi adalah suatu keadaan yang bersangkutan dengan adanya perpecahan yang tidak terjembatani antara sang hero dengan dunia. Dengan demikian, degradasi menggambarkan sekaligus oposisi konstitutif antara
6
dasar dari perpecahan yang tidak terjembatani itu dengan suatu komunitas yang cocok yang memungkinkan eksistensi bentuk epik, suatu totalitas. Atas dasar itulah Faruk (2012: 92) membedakan novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak diwakili oleh Don Quixote; novel psikologis oleh L. Education sentrimentale; dan novel pendidikan oleh karya Wilhelm Meister. Dalam novel yang terakhir itu sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai yang otentik, tetapi tetap menolak dunia. Dalam novel yang kedua sang hero cenderung pasif karena kekuasaan kesadarannya tidak tertampung oleh dunia konvensi. Dalam novel yang pertama sang hero penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan dengan cara memberikan pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. Sudjiman (dalam Tuloli 2000: 49) mengemukakan bahwa dalam sebuah karya sastra ada kalanya terangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yang disebut amanat. Pesan itu ada yang tersurat seperti pada umumnya dalam sastra lama, tetapi ada pula yang hanya tersirat seperti pada karya sastra modern. Amanat dalam cerita menurut Nurgiyantoro (2010: 321), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan
7
oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Tuloli (2000: 49) mengemukakan bahwa amanat menggambarkan pendirian, sikap, dan pandangan pengarang mengenai masalah yang dikemukakan dalam karyanya. Karya sastra yang baik selalu mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Sastra dianggap sebagai sarana pendidikan moral. Seperti juga filsafat dan agama, sastra juga mempelajari masalah manusia. Dengan cara yang berbeda-beda, sastra, filsafat, dan agama dianggap sebagai sarana untuk menumbuhkan jiwa “humanitat”, yaitu jiwa yang halus, manusiawi, dan berbudaya. Namun harus dipahami bahwa karya sastra sering mengungkakan kenyataan, yang tidak sejalan dengan moral, atau apa yang seharusnya tidak terjadi. Pembaca diharapkan dapat memilih yang terbaik sesuai ajaran moral, dan meninggalkan yang tidak sesuai dengan moral. Amanat yang tertuang dalam suatu karya sastra dapat dirasakan ketika pembaca telah selesai membaca keseluruhan cerita. Dalam menganalisis amanat dalam suatu cerita, pembaca diberikan gambaran seperti apa maksud seorang penulis dalam memberikan pesan-pesan bagi masyarakat melalui karyanya. Hartoko (dalam Tuloli 2000: 50) berpendapat bahwa amanat dibagi dalam dua jenis, yaitu; (1) Amanat eksplisit adalah makna absolut yang langsung diacu oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif. Amanat benar-benar ditulis dalam sebuah cerita
8
sehingga pembaca tidak perlu berpikir lagi untuk mencari amanat yang terkandung dalam sebuah cerita; (2) Amanat implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Amanat tidak ditulis oleh pengarang dalam sebuah cerita sehingga pembaca perlu berpikir lagi, memahami sebuah cerita sehingga menemukan sendiri amanat yang terkandung dalam sebuah cerita. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan didaktis. Aminuddin (2010: 47-48) mengemukakan bahwa pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkarya kehidupan rohaniah pembaca. Cara kerja pendekatan didaktis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. Mula-mula unsur yang akan dianalisis adalah unsur penokohan. Analisis terhadap unsur penokohan dilakukan lebih awal karena melalui unsur penokohan akan diperoleh amanat yang dilihat dari segi pendidikan. Analisis selanjutnya adalah unsur tema, dan terakhir adalah amanat. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Kutha Ratna, (2012: 53) mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif analitik diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak
bertentangan.
Metode
deskriptif
9
analitik
dilakukan
dengan
cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Dengan demikian metode deskriptif analitik ini digunakan untuk mengambarkan secara objektif bagaimana amanat eksplisit dan implisit yang terkandung dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data yang telah terkumpul dengan cara; (1) Mengidentifikasi amanat eksplisit yang terdapat dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka dilihat dari aspek pendidikan; (2) Menganalisis amanat implisit dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka berupa amanat yang berkaitan dengan segi pendidikan; (3) Menganalisis data yang terdiri dari struktur cerita novel, gambaran kehidupan pengarang, dan hasil karyanya dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka; (4) Menyimpulkan hasil pengolahan data; dan (5) Pengorganisasian hasil pengoalahan data secara keseluruhan dan tersistematis. HASIL DAN PEMBAHASAN Sinopsis Cerita Novel Mengetuk Pintu Surga-Mu Siang itu, kegiatan arfan baru saja usai. Menunanaikan kewajibannya mengajar di TPQ Masjid Baitun Nur, Pati. Tangan kirinya meraih tas, kemudian menggendongnya. Sedangkan tangan kanannya menenteng proposal. Kakinya melangkah menuruni tangga. Sampai ditangga nomor tiga, ia berhenti. Duduk menikmati pemandangan kota dan hembusan angin dari pucuk pohon beringin di pojok alun-alun. Sejurus kemudian, pandangan Arfan tertuju pada proposal di tangan kanannya. Proposal pengajuan judul skripsinya yang di kampus kota. Ia tatap penuh harap. Senyumnya makin terurai. Mengembang dan bahagia. Begitu menatapnya, dersiran semangat dalam dada kian membuncah. Setapak lagi, gelar 10
sarjana bakal diraihnya. Jabatan direktur menanti dia. Sungguh mnyenangkan. Meski enam kali sudah arfan mengajukan judul dan enam kali sidang, enam kali pula ia gagal. Enam kali ditolak. Tapi tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. “Kegagalan adalah awal keberhasilan,” hiburnya. “Tidaklah pantas bagi seorang muslim berputus asa. Apalagi menyesali kegagalan. Bila ingin mengukur diri dengan perbuatan yang terkecil, maka sama dengan menakar samudra hanya dengan melihat butiran-butiran buihnya saja. Menilai diri dengan ukuran kegagalan, sama dengan menyalahkan musim-musim karena pergiliran waktu.” Arfan adalah anak yang paling didambakan dari delapan bersaudara. Menjadi tulang punggung keluarga dan sumber motivasi bagi Yanti, adik satusatunya. Maklum, bapaknya telah lama dipanggil oleh Sang Maha Kuasa setelah dua tahun berbaring tiada daya lantaran mengidap stoke. Keenam kakaknya sudah menikah. Mereka tenggelam di pusaran kehidupan masing-masing, sibuk mencari nafkah hidup. Sementara itu, Yanti adiknya baru semester dua di IKIP PGRI. Sebentar lagi Arfan akan menjadi sarjana. Ia berencana melanjutkan sekolahnya ke akademia dakwah di Bogor. Ia menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya sekalian minta izin kepada ibunya tentang melanjutkan studi ke Bogor. Tapi ibunya kaget dengan kabar tersebut, karena jika Arfan pergi siapa yang harus membayar biaya kuliah adiknya. Ibunya sudah tidak mampu bekerja keras, dikarenakan usia yang sudah sangat tua. Arfan berusaha tabah, membesarkan nyali dan kekuatan iman. Ia yakin akan keputusan Tuhan. Allah pasti memberikan jalan kemudahan. Allah tak mungkin menzhalimi hamba-Nya yang beriman. Yakin, pasti ada jalan terbaik buat cita-cita mulia. Ada kepasrahan dan keputusan menyelimuti batin ibu Arfan. Antara rasa syukur dan khawatir akan kepergian anaknya membalut lara di dalam dada. Namun, apa hendak dikata. Ia tidak mungkin memungkiri suara hati dan lubuk yang paling dalam. Tidak mungkin menghalangi tekad menuntut ilmu. Akhirnya, beliau pun memberikan jalan. Suara hatinya membumbung keluar, meringkus kekhawatiran akan kepergian anaknya. Setiap niat baik pastilah ada perlindungan dari Allah Yang Maha Melindungi. Hati Arfan sedikit lega.
11
Derai air mata kian mengering disapu kelembutan dan kebesaran jiwa. Di dalam hati, ibunya merasa bangga punya anak bercita-cita mulia. Sudah beberapa tahun Arfan menggadaikan diri sebagai mahasiswa di Akademi Dakwah Bogor. Semenjak diterima masuk di Akademia Dakwah, Arfan langsung mengamalkan ilmunya kepada masyarakat. Terutama kepada mahasiswa yang kuliah jurusan ilmu umum. Sepekan sekali, ia mengajar di Masjid IPB. Selebihnya, ia manfaatkan untuk membimbing anak-anak TPQ di Masjid an-Nur, Ciapus. Terkadang, ia juga diminta untuk menuntun baca-tulis Al-Qur’an di SDIT Insa Mulia. Sehingga, setiap detik adalah kesempatan untuk beramal kebaikan. Setiap detik yang kita lewati pun akan dituntut pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Setelah Arfan menyelesaikan studi di Akademia Dakwah, ia mendapat beasiswa ke Universitas Islam Madinah. Tapi, ibunya menginginkan agar Arfan segera menikah dengan seorang gadis yang bernama Uzlifa, gadis yang memang didambakan oleh Arfan. Menikah atas dasar perikemanusiaan, sikap empati terhadap masesama manusia. Sebab, ibu Uzlifa sering sakit-sakitan. Ayahnya juga sudah lama meninggal. Tetapi hati Arfan bingung tak karuan. Ia dihadapkan pada dua pilihan, antara idealisme dan takzim kepada orang tuanya. Amanat Eksplisit Amanat eksplisit yang terdapat dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka yaitu raihlah kesuksesan sampai titik darah penghabisan, jangan bosan untuk menuntut ilmu dan menambah wawasan, gunakanlah jilbab sesuai dengan filosofinya, susunlah rencana untuk masa depan yang cerah, gunakan waktu untuk hal-hal yang positif, menuntut ilmu harus dengan ridha allah, faktor ekonomi jangan dijadikan hambatan dalam menuntut ilmu, perkembangan tekhnologi mempengaruhi studi mahasiswa, semangat dalam meraih cita-cita yang lebih tinggi, jangan berputus asa dengan segala
12
kekurangan, berpangku tangan hanya akan menyebabkan berbagai kerusakan, kebebasan jangan diartikan untuk hal yang tidak baik, pergunakan waktu yang ada untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi, sesama teman harus saling tolong menolong bagi mereka yang sedang dalam kesulitan, jangan berputus asa dengan suatu kegagalan, ilmu dan kemampuan harus selalu diperbarui dan ditingkatkan, dan jangan berhenti untuk meraih mimpi yang lebih tinggi. Dari penjelasan di atas, amanat eksplisit yang terdapat dalam novel tersebut sesuai dengan teori Hartoko yang mengatakan bahwa amanat eksplisit adalah makna absolut yang langsung diacu oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif. Amanat benarbenar ditulis dalam sebuah cerita sehingga pembaca tidak perlu berpikir lagi untuk mencari amanat yang terkandung dalam sebuah cerita. Jadi, teori yang digunakan dalam penelitian ini sangat mendukung dan sesuai. Amanat Implisit Dalam novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka, amanat implisit yang ditemukan yaitu kegagalan bukanlah suatu hal untuk menilai diri, jangan hanyut dalam lembah keterpurukan, tanamkan cita-cita mulia dalam benak kita, potensi yang ada di dalam diri kita harus dikeluarkan, jangan sia-siakan waktu yang ada hanya untuk bermalas-malasan, kita harus bangkit, tak ada kata menyerah, bermain-main dengan waktu dapat merugikan diri sendiri, kobarkan semangat untuk menyelamatkan dunia, tetap berjuang meskipun berbagai keprihatinan melanda diri, jangan ada kata malas dan enggan, yakinlah bahwa kita adalah pemenangnya, jangan mudah diperdaya oleh diri sendiri,
13
berbanggalah dengan kemenangan yang kita raih dan bersabarlah jika belum beruntung, dan hanya allah yang berkuasa atas apa yang akan kita peroleh. Dari penjelasan di atas, amanat eksplisit yang terdapat dalam novel tersebut sesuai dengan teori Hartoko yang mengemukakan bahwa amanat implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Amanat tidak ditulis oleh pengarang dalam sebuah cerita sehingga pembaca perlu berpikir lagi, memahami sebuah cerita sehingga menemukan sendiri amanat yang terkandung di dalam sebuah cerita. Jadi, dari hasil penelitian dan teori yang digunakan sudah sesuai dan teorinya mendukung. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan, (1) Novel Mengetuk Pintu Surga-Mu karya Hawari Aka memiliki dua bentuk amanat dilihat dari aspek pendidikan yaitu amanat eksplisit dan implisit; (2) Amanat eksplisit adalah amanat absolut yang langsung diacu oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif dan benar-benar ditulis dalam sebuah cerita sehingga pembaca tidak perlu berpikir lagi untuk mencarinya; (3) Amanat implisit adalah amanat universal yang disembunyikan oleh bahasa. Amanat ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Amanat tidak ditulis oleh pengarang dalam sebuah cerita sehingga pembaca perlu berpikir lagi, memahami sebuah cerita sehingga menemukan sendiri amanat yang terkandung di dalamnya.
14
DAFTAR PUSTAKA Aka, Hawari. 2010. Mengetuk Pintu Surga-Mu. Jakarta Selatan: Jalan Sang Hamba Menempuh CINTA Illahi. Aminuddin. 2010. Pengantar apresiasi karya sastra. Malang: Sinar Baru Algensindo. Buku Bahasa Indonesia Kelas XII. 2009. Unsur-Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik. Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://harri-yaa.blogspot.com/2011/04/analisis-terhadap-novel-autumn-inparis.html (diakses 20 November 2013) http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/4943 (diakses 30 November 2013) http://repository.unand.ac.id/10290/ (diakses 30 November 2013) http://repository.unib.ac.id/697/ (diakses 30 November 2013) Kutha Ratna, Nyoman. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Lindawati, Dwi.2009. Moralitas Sosial Tokoh dan Amanat dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sastrowardoyo, Subagio. 2000. Sekilas Soal Sastra Dan Budaya. Jakarta: Pusat Pelajar. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1998. Sastera dan Ilmu Sastera. Leiden: Pustaka Jaya. Tuloli, Nani. 2000. Kajian sastra. Gorontalo: BMT Nurul Jannah. . 2000. Teori Fiksi. Gorontalo: BMT Nurul Jannah.
15