alkohol selama sejam karena takut tertular penyakitmu. priscilla begitu murah hati,begitu cantik.ia juga tampak lebih lembut dari yang kubayangkan. Benar-benar seorang wanita terhormat. Tur yang ia berikan merupakan bonus malam itu,aku tidak pernah berpikir kita bisa melihat isi rumah itu.Tadinya sih aku berpikir untuk melihat-lihat ke lantai atas, tapi aku tidak yakin jantungku akan tahan menghadapi kegirangan macam itu. Setelah lima belas menit,mungkin lebih dari itu kita berdiri di pintu menunggu si penjagaa datang untuk menjemput kita. Pada saat yang bersamaan,tiga buah mobil menghampiri.Sudah jelas siapa yang ada di dalam salah satu mobil tersebut. Saat sang raja melangkah keluar dan mencium isterinya aku yakin nyaris melelh terpesona.Priscilla memperkenalkan kita pada sang raja,menjelaskan alasan
www.ac-zzz.blogspot.com kita disana dan bagaimana sekaratnya dirimu.Suara Elvis masih berdering,eh bernyanyi di kepalaku. "Kau datang jauh-jauh ke memphis untuk menemui kami beberapa saat sebelum menemui penciptamu? Seharusnya kau menerima penghargaan Oscar saat itu juga Laurel. "Aku selalau berangan untuk bertemu denganmu tuan,serta,batukbatuk,pengantinmu wanitamu yang indah. Seandainya Samantha bisa melihat ibunya berakting seperti ini! "Semoga tuhan memberkatimu"Elvis memeluk dan mengecup pipimu.Aku lihat kau nyaris pingsan.Aku jadi bertanya-tanya apakah yang akan terjadi jika aku meninjunya di dagu karena telah bermesraan dengan isteriku? Ketika si penjaga datang untuk mengantar kita keluar dari istana kediaman sang Raja.Elvis meminta salah satu asistennya untuk melepaskan selempengan plat mobil dari salah satu kendaraannya.Plat mobil itu dihadiahkan kepada kita.Atas permintaan sang raja asisten yang samaa meraih sebentuk pena dari sakunya agar sang raja dan isterinyaa bisa menandatangi bagian belakang dari plat mobil tersebut. Perjalanan yang luar biasa! Aku tidak ingat benar apa yang terjadi har-hari berikutnya di Tennessee.Apa sih yang perlu diingat dalam perjalanan itu. kecuali lima belas menit yang kita habiskan di kediaman sang Raja dan pengantin wanita terindahnya? Aku tidak sabar ingin menceritakan ini semua pada anak-anak.Mungkin suatu hari,saat kita berdua telah tiada.Mereka akan menemukan surat-surat ini dan tiba-tiba menyadari kenapa ada selempeng plat mobil asal Tenessee tergantung di dinding kamar tidur kita. Salam sayang Jack Cooper Suami dari satu-satunya Penderita penyakit paru-paru asia yang hidup dan selamat NB.mungkin saat kita sampai di rumah dan hadiah pemberian sang raja sudah kita simpan baik-baik.Kita harus menulis surat dan meminta maaf atas kelancangan kita berbohong pada mereka.Bagaimana menurutmu? SEBELUM Samantha selesai membaca bagian N. B. dari surat Jack kepada Laurel, Malcolm dan Matthew sudah mendorong kursi mereka menjauh dari meja dan menghambur ke lantai atas sambil saling mendorong dan menghalangi. Saat mereka mendekati pintu kamar tidur utama, Matthew mengurangi kecepatan langkahnya dan membiarkan Malcolm menyelinap di sampingnya hingga mendahuluinya. Lalu dari belakang, ia mendorong Malcolm di atas ranjang dan buru-buru meraih lempengan plat mobil asal Tennessee dari dinding. "Wow!"
www.ac-zzz.blogspot.com "Pesan apa yang tertulis di situ?" tanya Malcolm, berguling ke sisi ranjang yang lain, menyeimbangkan tubuhnya, dan merebut plat itu dari tangan kakaknya. "Untuk Laurel dan Jack," Malcolm membaca pesan di balik plat tersebut. "Nikmatilah hari-hari terakhir kalian. Elvis dan Priscilla, 1970." "Ayah dan Ibu bilang ini hanya suvenir dari perjalanan mereka, bukan sesuatu yang ditandatangani secara langsung oleh sang Raja. Aku tidak percaya kita tidak pernah melihat ini!" "Perjalanan yang luar brasa,"gumam Malcolm, menggeleng¬kan kepalanya, "Perjalanan hebat." KEDUA kakak beradik itu kembali ke ruang makan dan menemukan Samantha sedang menangis. "Hey, Dik, kau kenapa? Apa yang kautemukan?" tanya Matthew. Ia mengangkat sebuah surat di udara."Ayah menanyakan pada Ibua pakah yang akan terjadi pada penginapan ini saat beliau sudah tiada." Matthew dan Malcolm kembali duduk dikursi masing-masing. "Kapan surat itu ditulis?" tanya Matthew Samantha menilik tanggal yang tertera di atas kertas. "Bulan juni tahun kemarin." "Apa Ayah memang sudah tahu beliau akan meninggal?" tanya Malcolm. Samantha tidak rnenjawab. "Aku dan Ayah sempat membicarakan hal ini waktu liburan dulu," kata Matthew. "Beliau ,mengatakan bahwa Alex Palmer.." "Siapa Alex Palmer?" Malcolm menginterupsi. "Pengacara Ayah. Dia tinggal di Kota Front Royal. Ayah mengatakan padaku bahwa Alex membantu beliau menguedit isi surat warisan beliau tahun lalu, karena itu aku beranggapan bahwa mungkin penyakit beliau sudah tidak tertolong lagi. Ayah dan Ibu memiliki sejumlah uang yang mereka simpan di beberapa rekening tabungan. Tidak banyak, sih Kebanyakan dari uang itu mereka habiskan untuk memelihara penginapan ini, Ayah punya polis asuransi yang menjamin kesejahteraan Tbu jika tiba saatnya beliau pergi." Matthew tampak ragu. "Yah bqgaimana pun masih banyak hal yang harus diurus. Aku akan menghubungi ALex." "Ayah pasti tidak berpikir mereka berdua akan meninggalkan kita pada waktu yang bersamaan," kata Samantha. Mendadak, ketiganya terdiam. "Bagaimana dengan penginapan ini?" tanya Malcolm membuka pembicaraan. "Seharusnya kita membagi semuanya sama rata, termasuk penginapan ini. Tapi proses penjualannya akan makan waktu cukup lama, seperti biasanya. Kecuali .... " Matthew menatap adik perempuannya. "Kecuali ada salah satu di antara kita yang ingin terus mengelolanya. Ayah sangat jelas menginginkan salah satu dari kita untuk meneruskan usaha ini." Samantha dan Malcolm kontan menatap Matthew, "Kau tahu aku tidak bisa tinggal di sini," Matthew menjawab tatapan adikadiknya. Aku tidak bisa meninggalkan Boston. Aku punya, klien dan saham di sana. Kau juga tahu Monica takkan mau tinggal di kota kecil seperti Woodstock."
www.ac-zzz.blogspot.com Samantha dan Malcolm menganggukkan kepala mereka, "Kurasa aku bisa meneruskan usaha ini," Samantha berusaha tersenyum. "Kau kan seorang, polisi," kata Malcolm. "Hasratmu tidak mungkin tiba-tiba berubah menginginkan mengelola sebuah penginapan." Samantha tahu kakaknya benar. "Bagaimana kalau kita teruskan saja?" tanya Malcolm. "Rain bisa mengelola tempat ini." "Mungkin hanya untuk sementara, Mal, tapi tidak lama dia juga akan pergi. Nathan tidak akan tinggal di kota ini untuk waktru yang lama,' Samantha tibatiba menyesal telah membawa-bawa nama Nathan dalam pembicaraan mereka. "Maaf, ya." Ia mengelus lengan Malcolm. Malcolm tersenyum,"Sudah, lupakan." Ia menggenggam tangan adik perempuannya. "Ayo, kita lanjutkan membaca." "Tidak mungkin!" Samantha berseru. "Aku menemukan sebuah surat yang ditulis saat malam pernikahan mereka. Tertanggal 16 Juni 1948." Ia membuka lipatan surat dan menggenggamnya untuk ditelaah oleh kedua kakaknya. "Tidak, tidak, tidak!" Malcolm berteriak, dengan bercanda menutupi kedua telinganya. "Aku tidak mau mendengar cerita te tang malam pengantin mereka! Singkirkan, singkirkan cepat!" "Oh, diamlah. Di dalam surat ini tidak ada hal-hal yang mesum seperti dalam pikiranmu. Ayah adalah seorang pria terhormat." "Apa kauyakin kita diperbolehkan membaca surat-surat ini?" Malcolm bertanya dengan nada yang serius, meski ia sudah membaca tujuh atau delapan surat dari koleksi yang menumpuk di hadapannya. "Ibu takkan menyimpan surat-surat ini jika beliau tidak ingin kita membacanya," balas Samantha. "Sam benar,' Matthew ikut berpendapat, "Mereka pasti tahu, suatu hari kita akan menemukan surat-surat ini. Hanya saja, aku masih sulit percaya kalau Ayah menulis semua ini." "Aku sering sekali melihat beliau menulis," kata Samantha "tapi tadinya kukira beliau sedang membereskan masalah pekerjaan. Kalau kutanya apa yang sedang beliau kerjakan, beliau pasti menjawab bahwa beliau sedang menyusun daftar keperluan penginapan,atau mencatat khotbah yang didengar beliau di gereja, atau menulis buku hariannya. Aku tidak pernah menyangka beliau senang menulis-surat untuk Ibu. Bahkan Ibu sendiri tidak pernah menyinggungnya." "Mungkin karena memang kita tidak seharusnya tahu." Malcolm mendadak berhenti membaca,"Mungkin kita harus menunggu. Rasanya k0k Janggal, ya. Pemakaman mereka saja belum dilaksanakan," "Terserah kalau kau ingin menunggu," kata Samantha. "Aku akan terus membaca." 16 Juni 1948 Teruntuk Ny.Cooper
www.ac-zzz.blogspot.com Percayakah kau bahwa akhirnya kita menikah juga?Kita sudah menikah!Betapa indahnya hari ini.Sekarang pukul 11.50 malam dan di seberang ruangan kau sedang terlelap dalam tidur. Apa kau tahu bahwa malaikat juga bisa mendengkur?Aku baru tahu kalau ternyata mereka bisa mendengkur.Aku mengetahui ini karena kau juga mendengkur,dan kau adalah malaikatku. Aneh sekali.Aku tidak pernah menyangka kalau wanita juga bisa mendengkur.Kau pasti membenciku karena berpikiran seperti ini,tapi apa yang dapat kau lakukan sekarang?Kita sudah menikah dan kau harus menerima ku apa adanya! Aku sudah berjanji hari ini digereja dan aku akan berjanji lagi padamu malam ini.Mulai sekarang,aku akan menulis surat padamu setiap minggu.Dimanapun kita berada,entah di dua sisi benua yang luas ini atau di dalam ruang tamu yang sempit,aku pasti akan menulis surat padamu.Tadinya kau ingin menyimpan sebuah jurnal tapi aku tidak akan bisa konsisten menulisnya.Siapa juga yang ingin membacanya?Surat adalah hal lain.Surat mampu bertahan di tengah perputaran waktu. Aku tidak mungkin mengatakan ini jika kau terbangun sekarang.Tapi berhubung kau sedang tidur..aku akan mengatakan nya disini,terima kasih,terima kasih karena telah menungguku.Terima kasih karena telah membuatku menunggu.Malam ini seindah yang aku bayangkan selama ini.Bukan,malam ini JAUH LEBIH BAIK dari yang aku bayangkan.MAlam ini merupakan sebuah berkah mukjizat. Aku akan membuat sebuah janji lagi.(Percaya tidak percaya aku belum pernah berjanji sebanyak ini dalam satu hari) Laurel aku akan selalu mendampingimu.Tak peduli apa pun yang terjadi,kita akan selalu bersama.Tanpa rahasia.Tanpa kejutan dan aku akan selalu setia kepadamu dalam segala hal. Aku mencintaimu Ny.Jack Cooper. jc N.B. Maaf soal kelakuan saudaraku Joe.Kita akan balas dia di pernikahannya nanti. JC SAMANTHA melipat surat itu-dan menyelipkannya kembali ke dalam amplop. Malcolm dan Matthew saling memandang dari dua sisi meja makan. "Sulit dipercaya," gumam Matthew. "Sulit dipercaya," ulang Malcolm. Tampaknya hanya kalimat itu yang mampu mereka utarakan. Samantha mengambil sepucuk surat lain dari dalam kardus dan mulai membacanya, Malcolm dan Matthew meneruskan bacaan surat yang ada dalam genggaman masing-masing. SELAMA satu jam, putra-putri Jade dan Laurel saling mengoper surat demi surat di sekeliling meja makan. Samantha menangis berkali-kali, hampir setiap ia membuka surat baru tetapi bahkan kedua kakaknya yang memiliki kulit tebal serta kepala sekeras batu juga sempat menitikkan air mata sesekali.
www.ac-zzz.blogspot.com "Oke," kata Samantha memperingati. "Setelah ini kita masing-masing hanya boleh membaca satu surat, karena kita harus segera tidur, Besok kita akan melalui hari yang panjang dan surat-surat ini takkan pergi ke mana-mana;" Ketiganya memasukkan tangan mereka ke dalam salah satu kardus yang dilapisi debu dan meraih sebuah surat terakhir untuk malam itu. 27 November 1957 Teruntuk Laurel Aku tidak tahu kenapa aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mempelajari kata-kata yang sangat sederhana. Maafkan aku. Terkadang aku lupa betapa bahayanya temperamenku jika dibiarkan meledakledak.Apakah dulu kau sempat membayangkan seorang gadis Kristen baik-baik sepertimu bisa jatuh cinta kepada seorang penggemar tim bola kasti chicago cubs dari utara sepertiku? Aku ingin sekali melemparkan seribu alasan kepadamu demi membela harga diriku,tapi alasan apa yangf kumiliki setelah membentak wanita yang aku cintai?Itu bukan sebuah pertanyaan.Dan tidak cukup untuk menjelaskan perbuatanku. Kita berdua tahu bahwa saat ini keuangan kita sungguh pas-pasan.Setidaknya dalam hal kita berdua mengerti.Sejujurnya hal tersebut mungkin takkan berubah selama kau menjadi isteriku. Aku minta maaf kau merasa tertipu.Ternyata suamimu bukanlah seperti yang diharapkan kebanyakan wanita,seorang pria sukses didikan universitasuniversitas kenamaan atau seorang ahli waris yang memiliki kekayaan yang melimpah. Kau berhak mendapatkan pria seperti itu.Kau berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku.Aku hanya berharap kau tidak perlu bekerja.Setidaknya jangan sekarang. Entah bagaimana caranya.Aku yakin kita akan berhasil mengatasi semua ini.Aku sungguh meyakini hal itu.Apakah kau percaya padaku? Ya intinya aku minta maaf.Aku minta maaf karena belum berhasil menjadi seorang suami yang pernah kujanjikan untukmu. Tolong jangan menyerah begitu saja padaku Jack Baru membaca dua paragraf pada surat yang sedang dibacanya,Matthew menyikut Samantha dan berbisik,"Tukarkan suratmu denganku." 9 April 1975 Laurel New York tampak jauh lebih hijau dari yang kubayangkan.Tentunya ada banyak hal di kota ini yang tak terkesan untuk kuceritakan padamu.tapi satu hal yang benar-benar membuatku terkejut adalah warna-warna hijau yang bertebaran di mana-mana.Bahkan juga warna-warna putih di taman serta pot tanaman.Suatu hari,mungkin kita bisa menikmati suasana ini bersama. Aku menginap di sebuah motel yang terletak enam blok jauhnya dari rumah bibimu-Beverly terlihat baik-baik saja.Aku melihatnya dan Beverly sedang
www.ac-zzz.blogspot.com berjalan-jalan di Times Square sore ini.Aku ingin menghampiri dan memeluknya,menguncangnya dan memeluknya lagi.Tapi kuurungkan niatku.Tentu saja menurut Del aku harus menunggu setidaknya seminggu lagi. Berikan Sammie beberapa waktu agar ia merindukan kampung halamannya.Sulit sekali untuk menunggu karena kau merindukannya lebih dari dia merindukanku.Atau mungkin aku salah? (Aku lupa mengabarkan padamu,aku meninggalkan payungku dikereta.Aku membeli payung lain di sini.Aku mengecek nanti saat aku kembali ke Washington.D.C kalau-kalau ada yang menemukan dan menitipkannya ke tempat barang hilang.Siapa tahu?payung itu kan kondisinya payah) BEsok pagi-pagi sekali aku akan pergi ke teater dan mencari seszeorang bernama EB Arthur.Tapi apa mungkin ibu orang itu menamakannya EB?nantilah kutanyakan. Bev menyampaikan padaku bahwa nama teaternya dalah "Curtains."Ironis ya? teater itu memberikan pertunjukan yang dikategorikan sebagai pinggiranpinggiranpinggiran Broadway.Kurasa itu artinya letak teater tersebut sangat jauh dari Broadway hingga kita harus naik taksi untuk mencari pertunjukkan yang sesungguhnya. Bev sangat khawatir,tapi ia akan meleset dari rencana kita malam ini.ia akan memberitahu sammie bahwa teater "Curtains" sedang menggelar audisi untuk pemain baru.Jika si EB ini memiliki sedikit saja akal sehat,maka kita akan berada dalam masalah besar.Tapi mengingat bahwa di kota ini apa saja bisa dihalalkan,maka kurasa kita takkan mengalami banyak kesulitan.Aku yakin bebrapa ratus dolar akan membuatnya melakukan apa yang kita mau.Setidaknya,kuharap begitu.Hanya itu berita yang kumiliki sekarang (Tambah sebuah payung baru) BerdoaLah. JC "AyAH mengikutimu sampai New York?" kedua saudara Samantha berseru pada saat yang bersamaan. Samantha merasa lidahnya kelu, Tidak sanggup menjawab. "Waduh, waduh, tiga kali waduh!" Malcolm menusukkan setiap kata lebih keras dari sebelumnya. "Matt kau menemukan surat itu di kardus mana?" "Tunggu, Malcolm," protes Samantha, "aku adak yakin apa¬kah aku ingin-" "Oh, aku yakin kau pasti menginginkannya," kata Malcolm. Ia segera mengacak-acak tumpukan surat itu dalam kardus yang ditunjukkan Matthew sampai ia menemukan sepucuk surat tertanggal 16 April 1975, ditulis dengan pensil di atas amplop kuning. "Kalau begitu biar aku yang membacanya," kata Samantha, merebut surat itu dari genggaman Malcolm dan membukanya perlahan-lahan. 16 April 1975 Teruntuk LC. TErtanda:New york city.New York USA Aku tidak tahu apakah aku menulisnya dengan benar.Tetapi siapa yang peduli.Aku sadar kita sudah berbicara di telepon semalam,tetapi telepon jarak jauh tidak bisa menandingi surat hari Rabu kan sayang?
www.ac-zzz.blogspot.com Malam ini adalah saatnya SAmmie mendapatkan peran dengan empat baris dialog.Aku yakin aku bisa menghafalkannya lebih cepat dari dia.Aku tertolong Karena EB Arthur memberikan naskah pertunjukkannya padaku (seharga 35 dolar) Dan aku juga telah menonton proses latihannya sejak awal dari atas agar sammie tidak bisa melihatku (tempat spesial ini kudapatkan setelah membayar 50 dolar). Aku bertemu dengan Bev hari ini disebuah restoran dekat teater saat Samantha sedang latihan.Katanya Samantha selalu memaksa Del untuk berlatih dialog dengannya berulang kali. Laurel,puteri kita benar-benar mempesona malam ini.Pertunjukkannya sendiri sih tidak hebat-hebat amat,percayalah,tetapi sammie meberikan penmpilan yang luar biasa.Ia naik panggung tepat setelah rehat kedua.Sebelum ia naik panggung,jantungku berdetak sangat keras sampai aku merasa yakin orangorang juga ikut mendengarnya.Lalu,saat ia naik panggung..wah,jantungku nyaris berhenti.Ia melangkah ke panggung seperti menguasai tempat ini.Inilah adegan perdanya. MELINDA:(diperankan oleh puteri kita) "Aku datang untuk membersihkan karpet." TN.BURNS: "Karpet ini tidak perlu dibersihkan.Pergi sana." MELINDA: "Kalau begitu seseorang pasti merasa karpet ini perlu dibersihkan tuan.Aku mendapat perintah untuk membersihkannya." TN.BURNS: "Mana coba aku lihat surat kerjamu." MELINDA: "Aku meninggalkannya di bawah.Biar aku ambilkan." TN.BURNS" "Aku tidak tahu siapa kau nona,Tapi karpetku tidak perlu dibersihkan.Jangan sampai aku harus mengatakannya sekali lagi." Lalu,sammie,maksudku melinda meraih sebentuk pistol mainan dari dalam tas mainnanya dan menembak TN.BURNS di dada lima kali!!!! MELINDA "Sekarang karpet ini perlu dibersihkan." Aku tidka tahu bagaimana mereka melakukannya LAurel,tapi saat pria itu terjatuh.ia memegang dadanya sendiri dan..tiba-tiba saja darah mengucur menembus jaket yang ia kenakan.Sluruh dadanya basah oleh cairan merah.Pada saat ini seluruh penonton bersorak sorai.Mereka tertawa dan bertepuk tangan dan tertawa lagi. Jumlah penonton yang hadir sekitar tujuh puluh atau delapan puluh orang,tapi mereka semua mengelu-elukan puteri kita seolah ia adalah Audrey Hepburn.Melihat penampilannya malam ini..aku tidak sangsi akan kemampuannya untuk menjadi aktris sehebat Audrey Hepburn. Sejujurnya?aku masih marah dia kabur dari rumah.Aku kesal karena aku harus meninggalkan pekerjaan dan mempertaruhkan jabatanku untuk tinggal di sebuah motel yang penuh kecoa seharga $39/semalam.Aku sedih karena entah
www.ac-zzz.blogspot.com berapa lama waktu harus berlalu sebelum ia sadar bahwa aku ada di tempat ini bersamanya dan kalau kita beruntung..mungkin dalam waktu beberapa puluh tahun,ia akan mengetahui kejadian sebenarnya. Aku benar-benar sedih karena kau serta Matthew dan MAlcolm tidak ada disini malam ini.AKu merasa sedih karena aku tahu ia akan memberontak saat aku datang ke rumha Del dan Bev beberapa hari lagi untuk membawanya pulang. Biar begitu menyaksikan pertunjukkan teater malam ini membuatku sadar akan satu hal,ia mungkin takkan memenangkan piala oscar malam ini,atau piala apala yang mereka berikan untuk pemain teater,tapi puteri kita adalah seorang bintang. Aku sangat sangat mencintainya. Terima kasih karena telah mendukung rencana kecilku.kebanyakan isteri pasti keberatan (Maksudku tidak ada isteri yang mau menyetujui rencana kecilku!) Hari ini Rabu.Sampai bertemu. salam rindu jack N.B. Sebarkan beritanya: putri kita adalah bintang pingiran¬pingiran-pingiran Broadway! "BOLEH tidak aku mengutarakannya sekali lagi?" tanya Malcolm saat adiknya sedang membersit hidung setelah menangis membaca surat ayahnya. "Mengutarakan apa?" tanya Samantha dengan suara bingung, "Waduh!" Malcolm berseru keras sekali di tengah malam yang .sunyi. 'Apa kau menyadari itu .semua, Dik?" "Tidak," kata Samantha pelan. "Aku bakkan tidak tahu harus berkata apa .... " "Mari kita rangkum kejadian di dalam surat," usul Malcolm. Matthew mengangkat jari telunjuknya di udara seolah hendak menekan tombol pause pada sebuah alat perekam. "Biarkan aku yang menjelaskan," pintanya, "Sam, Ayah mengikutimu sampai New York. Beliau merencanakan semua itu dan ia tinggal di motel selama dua minggu. Bagaimana mungkin kau tidak tahu?" "Bagaimana muugkin kau sendiri tidak mengetahuinya?" balas Samantha. "Aku tidak tinggal di rumah saat itu, Aku sedang menyelesaikan tugas kuliahku di Blacksburg." Matthew menoleh pada adik laki-lakinya. "Bagaimana denganmu? Apa alasanmu?" Malcolm mengedikkan bahunya. "Aku hanya ingat Sam kabur ke New York saar berusia 17 tahun dan beberapa hari kemudian Ayah pergi ke acara konvensi perawatan penginapan di Chicago. Aku ingat Ibu memintaku untuk bantu-bantu di sekitar penginapan selama Ayah pergi. Beliau bahkan memberiku upah." Matthew membuat ekspresi konyol di wajahnya. "Konvensi perawatan penginapan? Kau itu benar-benar bodoh." 'Sudahlah," Samantha menghentikan perdebatan sebelum kedua kakaknya mulai adu kepala. "Kalian tidak mengerti inti dari cerita ini. Ayah membayar orang supaya aku bisa masuk ke dalam pertunjukan itu. Beliau seperti membeli aku. Aku mendapatkan peran itu karena beliau membayar untuk itu." "Ya, Sam," Malcolm berseloroh dengan nada yang lebih lembut dari biasanya. "Beliau memang membayar semua itu, Lalu, beliau membiarkanmu tinggal di New York dengan kerabat Ibu, seseorang yang bahkan kau sendiri tidak kenal baik,ya ampun, bahkan Ibu sendiri tidak kenal baik dengan bibinya, Ayah
www.ac-zzz.blogspot.com membiarkanmu berkeliaran di Broadway selama dua minggu sebelum beliau muncul dan berlaku seolah ia tidak tahu apa-apa." "Ya, tapi nyatanya ... beliau selalu mengawasiku." "Benar, beliau selalu mengawasimu." Suara Malcolm terdengar pelan dan ia mulai mengacak-acak tumpukkan surat lainnya. Samantha melipat surat yang baru saja mereka baca, menyelipkannya ke dalam amplop, dan memasukkannya ke dalam saku kemeja birunya, tepat di bawah lencana polisi yang berwarna emas. SABTU PAGI Malcolm dan Matthew tertidur pulas sampai waktu mendekati pukul 9 pagi. Satu-satunya bel yang membangunkan mereka adalah kebiasaan Samantha menggelitik leher mereka saat masih terbuai dalam mimpi di ranjang masingmusing. "Pergi sana," Malcolm mengusir adiknya, mengubur kepalanya di bawah bantal, "Masih terlalu pagi untuk bangun." "Salah, sekarang justru sudah terlambat" Samantha menarik selimut yang menyelubungi tubuh Malcolm dan secara refleks menutup hidung dan mulutnya. "Kau harus mandi. Sekarang. Seluruh penginapan bau seperti monyet yang sedang sakit." "Ah, sementara kau menyinggung monyet sakit,apa Matt sudah bangun?" "Ia sedang mandi di kamar mandi bawah. Cepat mandi."'Malcolm terhuyunghuyung meninggalkan ranjang tidurnya, melalui koridor mernuju kamar tidur orang tuanya. Ia mengenakan celana pendek bermotif macan tutul yang sudah sobek, Setelah berbasuh di bawah pancuran air hangat dan mencukur janggutnya yang menghabiskan dua mata pisau milik ayahnya, Malcolm mengenakan jubah mandi ayahnya yang berwarna biru tua dan melangkah ke dapur. "Bagaimana, penampilanku sudah, lebih baik?" tanya Malcolm. "Jauh lebih baik. Terima kasih." Samantha membalik tiga adonan kue panekuk ke atas piring dan salah satunya jatuh ke tangan Malcolm. "Maaf, aku bukan wanita yang pandai menyajikan makanan." "Semalam aku bermimpi kita semua sedang berenang di KOA. Tapi kolam renangnya dikelilingi oleh pasir, seperti pantai buatan kurasa, dan kita memarkirkan mobil kita tepat di pinggiran pasir." Malcolm menunjuk ke arah Samantha. "Kau dan Monica, ditambah oleh seorang teman penulisku berikut suaminya, kalian mengenakan baju renang ala tahun 1930 an,benar-benar longgar dan kendor, Kalian terlihat konyol." Samantha memutar matanya, tetapi memutuskan untuk tidak memberikan kormentar, Matthew bahkan tidak mengangkat wajahnya dari balik koran Waal Street Journal yang sedang dibacanya, dan malah terus mengunyah sarapan telur orak-arik yang disediakan Samantha.
www.ac-zzz.blogspot.com "Oh, Matt, aku baru teringat," kata Samantha, menjatuhkan sendok spatula ke dalam bak cuci piring. "Monica menelepon tadi saatr kau sedang mandi," "Terima kasih," mata Matthew masih menganalisis laporan saham. "Sebentar lagi aku akan menghubunginya." Ia berharap mendapatkan kabar baik yang sudah lama ia nantikan. "Kapan dia akan datang?" tanya Malcolm. Samantha mengetuk kepala Malcolm dengan garpu dan menggelengkan kepalanya. "Monica takkan datang," kata Matthew santai. "Dia takkan datang?" "Itu maksudku saat aku mengatakan bahwa ia takkan datang." "Maaf Bung, aku cuma tanya. Aku mengira ia akan datang ke pemakaman orang tua kita, Lagipula, kita hanya akan melakukan ini sekali seumur hidup. Benar,kan?" "Diam sajalah," gerutu Matthew, bangkit dari kursinya dan meletakkan piring serta gelas yang dipakainya ke dalam bak cuci piring. "Terima kasih atas sarapannya, Sam. Aku harus pergi menemui Rain di gereja." Ia melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang. Malcolm menjatuhkan pisau dan garpunya, mengangkat kedua tangannya di udara. seolah menyerah, ia menatap Samantha dengan tidak bersalah. "Apa yang aku lakukan hingga dia kesal? Apa karena aku menceritakan perihal baju renang yang dikenakan istrinya? Sejujurnya, Monica tampak lebih menarik daripada kau, Bagian belakang baju renangmu benar-benar kendor." Samantha memunggungi Malcolm dan merendam kedua tangannya ke dalam air sabun di bak cuci piring. "Benar kok, Sammie, niatku hanya ingin ngobrol." "Keadaan sudan banyak bagi Matthew belakangan ini." "Kenapa begitu?" tanya Malcolm. Samantha melanjutkan mencuci piring. "Apa karena masalah anak?" Malcolm menggelengkan kepalanya. "Ya, ampun, sudah lima tahun belakangan ini kan dia tahu kalau mereka tidak bisa punya anak? Kenapa juga masih terus mncoba? Apa mereka pikir kehadiran seorang anak bisa menyelesaikan semua masalah yang dihadapi?" "Bukan itu, Mal, sekarang ini mereka ingin mengadopsi anak. Dan, sayangnya, proses mengadopsi anak itu tidak mudah. Selama dua tahun belakangan ini mereka hampir saja mendapatkan anak untuk diadopsi, pokoknya tinggal selangkah lagi, tapi karena satu dan lain hal, mereka gagal terus, Menurutku, mempunyai anak akan menolong menyelesaikan beberapa masalah. Kehadiran seorang anak akan membuat mereka lebih betah di rumah menhabiskan waktu bersama. Setidaknya, itu yang terlintas di dalam benak mereka, dan hanya itu yang penting bagiku." Samantha mengangkar botol sirop, mentega, dan kotak jus dari atas meja. "Benar juga." "Jangan bilang pada siapa-siapa, ya. Tapi Matt mengatakan bahwa Monica sudah meninggalkan kelab kebugaran tempat ia bekerja, la memulai usaha sendiri sekarang sebagai pelatih pribadi. Eh, bukan,pelatih hidup, menurutnya. Kurasa ia juga menyediakan jasa membantu orang yang ingin menguruskan
www.ac-zzz.blogspot.com badan. Jadi begitulah, menurut Matt bisnisnya itu sangat sukses sehingga membuat rumah tangga mereka sedikit terganggu. Mereka tidak pernah ada di rumah pada waktu yang sama.' "Dan karena itu dia tidak bisa menghadapi pemakaman mertuanya yang super heboh karena dia harus mengawasi beberapa orng gemuk supaya tidak gagal dalam diet mereka?" "Mal-" "Tunggu," Malcolm menyelak. "Dia melakukan hal yang salah. Kau juga tahu itu," Samantha menghela napas. Ia berdiri di belakang Malcolm dan menarik ujung rambutnya yang basah dan menjuntai sampai batas pundak. "Sudah waktunya kau cukur rambut." "Enak saja," "Malcolm Cooper, kau tidak bisa menghadiri pemakaman 0rang tuamu dengan penampilan seperti orang hutan. Kan harus potong rambut. "Lima sentimeter saja," "Sepuluh." "Tujuh," "Ya sudah," Samantha setuju. "Tujuh sentimeter saja." MALCOLM menghabiskan sarapannya dan berganti pakaian. Ia mengenakan salah satu dari tiga pasang celana pendek usang yang dibawanya dari Brazil, berikut sebuah kaus rancangan Milton Nascimento. Ia mengagumi rambut panjangnya yang tebal untuk terakhir kalinya di cermin kamar mandi. Lalu, ia menemui adiknya di beranda belakang rumah. "Apa ada daftar tunggunya untuk potOng rambut?" "Ayo, kita harus cepat-cepat menyelesaikan ini, Mal, A&P akan segera datang untuk memulai makan siang. Tempar ini akan peuuh sesak dengan pengunjung." "Omong-omong, bagaimana keadaan cuaca di sini? Kok terasa panas sekali ya, untuk bulan April?" "Musim dingin kemarin relatif sedang dan begitu juga dengan musim semi, Hangat dan indah." Samantha memakaikan sebuah jas hujan berwarna kuning dengan tema taman bermain Busch Garden. "Maaf, hanya ini yang bisa kutemukan ... Ya, pokoknya, kau harus berterima kasih." "Untuk jas hujan ini?" "Untuk cuaca musim ini. Jika cuacanya baik berarti orang¬orang yang sedang dalam perjalanan kemari akan tiba dengan selamat. Mereka datang dari berbagai tempat, kau tahu itu." Samantha membuka sebuah tas besar berwarna hitam dan memindahkan gunting serta jepitan milik ibunya. "Wow." "Apa?" Malcolm menjulurkan kepalanya lewat bukaan jas hujan yang sempit menggaruk telinganya meoggunakan ujung¬ujung plastik. "Ibu tidak pernah membersihkan peralatan ini dengan baik. Rambut Ayah yang beruban masih tersangkut di mana-mana. Meskipun Ayah tidak memiliki banyak rambut di kepalanya." Samantha mengambil sebuah sisir kasar dari dalam tas dan menggosoknya berkali-kali di atas sarung plastik. Beberapa helai rambut putih berterbangan di udara dan berubah menjadi warna perak begitu disinari matahari pagi. Ia memilih sebentuk sisir dari saku dalam tas, "Tundukkan
www.ac-zzz.blogspot.com kepalamu," perintahnya kepada Malcolm disusul deogan gerakannya menyisir rambut di belakang kepala kakaknya, "Rambutmu juga sudah ditumbuhi sedikit uban. DUa tahun ini kau pasti stres, ya?" "Aku tidak akan menggunakan kata 'stres' untuk menjelaskan pengalamanku dua tahun belakangan ini, Uban-uban itu mungkin turunan dari Ibu." Samantha terus menyisir rambut Malcolm hingga benar-benar lurus dan rata, sebagian terlihat bagai helaian yang meluap turun dari dahinya. Malcolm memiliki porsi tubuh yang lebih tinggi dari Samantha, perbedaan tinggi badan mereka sekitar lima belas inci, sehingga bahkan dalam posisi duduk pun ia masih lebih tinggi dari adiknya. "Kami sempat kebingungan. Mal," ujar Samantha, membuka lembaran masa lalu kehidupan orang tuanya saat Malcolm menghilang. "Ayah didera oleh sakit kepala yang luar biasa. Kata Ibu beliau sering sekali berteriak di tengah malam karena tidak bisa menahan rasa sakitnya." Samantha memotong beberapa senti rambut kakaknya dan menyingkirkan bagian yang telah terpotong dari pundak Malcolm ke atas lantai dengan menggunakan tepi sisir. "Aku tahu bahwa hidup beliau takkan bertahan lama. Enam bulan yang lalu, dokter yang merawat beliau di UVA mengatakan bahwa beliau hanya bisa bertahan selama tiga bulan. Setiap hari rasanya seperri bonus. Aku tahu hal lni mungkin terdengar aneh bagimu. Hubunganmu dengan Ayah selalu saja canggung, apa pun nya. Semua orang tahu kau lebih condog terhadap Ibu. Lagipula, sudah lama kau pergi dari sini," Samantha mengambil langkah mundur sedikit untuk mengamati sudut leher Malcolm, "Kurasa, bagiku semua ini masih seperti mimpi. Aku melihat ke pekarangan ini dan aku lupa bahwa aku sudah tidak berada di Amerika Selatan. Aku sudah pulang. Beberapa hari yang lalu, akU masih mengapung di atas Sungai Amazon, seorang diri, mengambil fOto, menulis di atas buku catatanku. Aku juga rindu tempat ini, dan kalau boleh jujur aku lebih sering merindukanmu. Tapi, setidaknya, di sana aku merasa tenang. Aku berada di suatu tempat di mana orang-orang tidak menggosipkan tetangga mereka atau melacak gerak-gerik satu sama lain. Sepertinya tempat itu adalah dunia lain yang memiliki aturannya sendiri. Entahlah, pokoknya keren." "Keren?" Samantha menarik rambut poni Malcolm dengan sisir, lalu memoteng sebanyak dua senti. "Itu ungkapan terbaik yang bisa kau katakan sebagai seorang penulis?" "Kau harus pergi ke Brazil suatu hari. Kau harus bertemu dengan orang-orang di sana. Warga asli Brazil sangat rendah hati, tulus. Mereka hidup dari hari ke hari tanpa kerumitan yang kita hadapi di sini." "Suatu hari, mungkin aku bisa pergi ke sana. Kenapa tidak?Apa ada restoran McDonald's di sana?" Malcolm segera membayangkan gadis Brazil cantik yang ia temui, lalu tersenym. "Ya, Dik." Senyumnya semakin melebar,"Di sana ada restoran MacDonald's." Samantha mulai meratakan rambut liar di atas telinga Malcolm. Pria itu menyaksikan gumpalan rambut jatuh ke atas jas hujan yang sedang ia kenakan. Gumpalan rambut itu tak lama ditepis angin hingga jatuh ke atas lantai.
www.ac-zzz.blogspot.com "Ayah dan Ibu sudah meninggal," kata Malcolm Ia terdiam sesaat seolah menunggu kata-kata itu hilang dari dalam pikirannya dan digantikan oleh kalimat lain yang lebih masuk akal. 'Aku akan segera bertemu lagi dengan teman lamaku Nathan, serta segerombolan pasukannya yang gila. Dan aku juga akan segera masuk penjara. Untuk berapa lama? Enam bulan? Setahun? Atau lebih dari itu?" Ia ingin tersenyum lagi. namun tidak sanggup. "Dan aku juga akan berada satu ruangan dengan Rain." "Semua ini terasa begitu berat dan tiba-tiba, seolah kita terperangkap dalam sebuah sinetron." Malcolm menghitung tahun-tahun yang telah lewat, seolah tidak mengindahkan perkataan Samantha. "Terakhir kau, aku dan Matt berada di tempat yang sama adalah,kapan?tahun 198;)?" "Sepertinya begitu,Pada saat ulang tahun pernikahan Ayah dan lbu, bukan?" Samantha memandangi sebuah cermin kecil di dalam tas yang tergeletak di samping kakinya sambil terus memotong rambur Malcolm. "Itru akhir pekan yang menyenang¬kan." "Ya, saat itu kau ketahuan sering curang dalam permainan , scrabble." "Aku tidak main curang!" Samantha menyentil telinga kanan Malcolm dengan sisir. "Aduh! Kau tidak Ingat pidato Ayah? Aku meyakinkan beliau bahwa kau merryimpan huruf-huruf lain di pangkuanmu dan beliau menyatakan kekecewaannya padamu. Beliau berkata .. "keluarga Cooper tidak boleh main curang. Edit teks bu nora http://ebukita.wordpress.comkan Matt tertawa mendengarnya. ia tahu aku sudah berhati-hati melempar sejumlah kubus huruf ke aras pangkuanmu di bawah meja. Ketika kau bangkit berdiri unruk menjawab telepon, lima belas huruf segera berjatuhan ke lantai." Malcolm 'tertawa. "ltu adalah masa-masa indah." "Indah bagimu," Samantha dengan gesit mempercepat gerakan mengguntingnya. "Aku hanya akan meratakan rambut belakangmu yang tumbuh liar seperti sarang burung." Potongannya merambah dari belakang ke semua sisi kepala Malcolm sebelum Malcolm mampu protes, potongan rambut barunya tampak seperti seorang perwira angkatan daraat. Ketika Samantha menyapu sisa-sisa rambut Malcolm yang berserakan di lantai, pria itu bergulat untuk melepaskan jas hujan yang melekat di tubuhnya, menggaruk telinganya lagi sembari menarik jas tersebut lewat kepalanya, Ia melepas kaus yang ia kenakan dan mengibasnya berkali-kali agar helaian rambut yang menempel bisa segera terhempas. Malcolm melarikan jemarinya ke rambut-rambut yang tumbuh di atas dadanya dan menemukan beberapa helai uban tumbuh di sana. Dia bediri menghampiri keran air yang sedang menyirami tanaman di pekarangan, membungkuk dan memhiarkan air dingin mengguyur kepalanya. Dengan gusar Malcolm mengacak-acak rambut pendeknya sambil mengoceh panjang lebar tentang kepercayaan antar saudara. "Aku takkan memaafkanmu semudah itu," gerutunya pada Samatha. "Dua tahun kuhabiskan menunggu agar rambutku bisa tumbuh panjang."
www.ac-zzz.blogspot.com "Aku menyesal tidak sempat melihat rambut panjangmu," suara yang familiar tiba-tiba mendekatinya dari belakang. Malcolm menjauh dari semprotan air dan berdiri tegak. Rain. "Sam yang memberitahuku bahwa rambutmu sudah panjang. Seandainya saja aku sempat melihatnya." Rain melempar senyuman yang membuat matanya menari dan dahinya mengerut; seuyum yang menurut Malcolm diimpikan pelukis besar, Van Gogh, tapi yang tidak pernah bisa dilukis karena ia tidak mampu melukis wajah secantik Rain. Selama dua tahun belakangan ini, Malcolm sudah membayangkan ratusan kali di kepalanya tentang pertemuannya kembali dengan Rain. Apakah yang akan dikatakan Rain? Apakah ia akan mengenakan kalung yang diberikan Malcolm saat pesta dansa mereka? Kalung yang membuar Nathan cemburu ketika Rain mengenakannya? Akankah Rain berbicara pada Malcolm? Malcolm juga sering bertanya-tanya apakah yang akan dia katakan kepada Rain jika mereka bertemu kembali setelah dua rahun terpisah. Dua tahun lalu, sejak ia ditolak mentah-mentah setelah pertengkaran hebat di Bar Woody's, Malcolm tidak pernah melihat ke dalam mara Rain. Meski tidak disengaja Malcolm mengamati Rain dari ujung kepala hingga ujung kaki layaknya sebuah karya seni. Rambut Rain masih terlihat begitu hidup seperti yang diingatnya.Walau Malcolm jarang melihat Rain mengacak rambutnya sendiri, rambutyang benwarna cokelat muda itu selalu saja tampak seolah setiap helainya telah ditempatkan di posisinya masing-masing. Mau diapakan saja,berantakan, basah, diikat kuncir kuda, dikonde, atau menempel di dahinya setelah melakukan kegiatan olahraga berkeringat,rambur Rain selalu tampak natural. "Malcolm?'' Pria itu seolah tersesat di dalam tatapan Rain. Bola mata Rain yang berwarna hijau tua tampak sangat menonjol; warna yang sesuai dengan pipi kemerahannya. Selama dua tahun ini, Malcolm berusaha melarikan diri dari tatapan mata Rain, tetapi ia baru sadar sekarang bahwa selama di Amerika Selatan, ia justru dikelilingi oleh bayang-bayang warna mata Rain. "Mal?'' Malcolm buru-buru melepas tatapannya dan menggelengkan kepalanya,"Ya, rambut panjangku memang cukup keren," Dasar tolol, kutuknya pada diri sendiri, tetapi takut kalau-kalau Rain mendengar pikirannya barusan, "Seperti yang kukatakan tadi," senyum Rain semakin mengembang, "aku menyesal tidak sempat melihatnya," Malcolm membungkuk lagi mematikan keran air, mengambil selembar handuk dan mengeringkan kepala serta mengelap tetesan air yang membasahi pundak dan lengannya.la mengambil kaus yang dilemparnya, ke lantai dan mengenakannya di kepala. "Jangan menyesal," kata Malcolm akhirnya bisa bernapas seperti biasa setelah beberapa menit merasakan dadanya sesak menyusul kehadiran Rain di dekatnya. "Dengan rambut seperti itu aku terlihat seperti orang hutan." Senyumdi wajah Rain mendadak hilang, berganti dengan ekspresi sedih. "Aku turut berduka cita atas meninggalnya orang tuamu."
www.ac-zzz.blogspot.com "Terima kasih." "Boleh aku memelukmu?" "Apa Nathan tidak keberatan?" Dasar tolol, katanya lagi pada diri sendiri. Tapi sebelum ia bisa memikirkan hal lain, Rain segera menghampirinya dengan kedua lengan terencang dan air mata yang membasahi mata. Malcolm tridak pernah mengatakan kepada siapa pun bahwa ia mencintai cara air mata Rain membasahi bulu matanya yang lebat, Setelah beberapa detik, air mata itu menetes ke pipinya dan berlomba menggapai dagunya. Keduanya berpelukan dan wangi parfum yang dikenakan Rain membuat bulu kuduk Malcolm berdiri. "Aku turut berduka cita atas meninggalnya 0rang tuamu." Kali ini Rain membisikkan kalimat itu di telinga Malcolm. "Terima kasih," Malcolm balas berbisik dan menjatuhkan lengannya dari tubuh Rain. Tidak lama, Rain pun melakukan hal yang sama. "Aku senang kau ada di sini," Rain menarik sebentuk sapu tangan dari saku depan celana denimnya. Dengan sapu tangan itu, ia menghapus air matanya sendiri yang membasahi pipi dan dagunya. "Aku sudah siap. Aku belajar dari pengalaman. Hari Kamis kemarin, aku menghapus air mata yang membanjiri mata dan hidungku menggunakan lengan kerneja yang kukenakan,aku tidak sabar melihat tagihan dry cleaning ku nanti." Ia setengah tertawa. "Mau masuk?" Malcolm menunjuk dengan anggukan kepala ke arah beranda. "Tidak. Orang-orang sudah mulai berdatangan untuk acara makan siang dan aku ingin sendiri sebentar," "Satu pertanyaan saja?" Malcolm terkejut berapa mudahnya ia jatuh ke dalam rutinitas mereka yang dulu. "Satu pertanyaan." Rain juga tampak merindukan kebiasaan mereka. "Oke," jawab Malcolm. "Mari kita duduk di ayunan." Rain mengikuti langkah Malcolm melintasi halaman belakang menuju sebuah ayunan untuk dua orang yang bergantung di dahan pohon maple, "Samantha dan aku melihat kedua orangtuamu duduk di sini kurang dari serninggu yang lalu. Kalau, tidak salah, Minggu malam. Ayabmu sedang berada dalam kondisi yang baik. Setelah makan malam Laurel mengajak beliau duduk di sini. Mereka duduk selama sejam, mungkin lebih." "Ayah dan Ibu sangat menyukai ayunan ini. Mereka bahkan membawanya jauhjauh dari Chaelottesville." Malcolm mendorong ayunan yang mereka duduki, hingga mereka mulai mengayun pelan. "Benarkah begitu? Aku tidak pernah tahu." "Hadiah dari Paman Joe. Kalau tidak salah, beliau yang membuatnya sendiri." "Serius?" Malcolm mengangguk. Aku yakin ibumu berpikir bahwa suatu hari beliau akan duduk di sini sendirian. Beliau pasti tidak pernah membayangkan kejadiannya akan seperti ini." "Siapa yang bisa membayangkan kalau semuanya akan berakhir seperti ini?" Rain mengangguk "Aku ingin berterima kasih padamu." "Untuk apa?" Malcolm mendorong kakinya sekali lagi, dan keduanya mulai bersandar di atas ayunan. "Untuk apa yang kaulakukan malam itu. Menyelamatkanku."
www.ac-zzz.blogspot.com Malcolm menatap Rain. "Kau tidak perlu berterima kasih padaku untuk itu, Rain. Siapa pun pasti akan melakukan hal yang sama." "Mungkin saja. Tapi harga yang harus kaubayar sangat mahal. Tidak banyak orang yang berani melakukan itu." "Kau benar, Orang lain mungkin tidak akan sebodoh aku hingga berlaku kelewatan." "Kau benar-benar menghabisi pria itu." Malcolm.mengangkat bahunya."Sudah sepantasnya begitu." "Tapi, apa kau juga harus memukuli kekasihku?" Rain tersenyum dan menyikut pinggang Malcolm . "juga sudah sepantasnya." Rain menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau mendengar alasanmu. Kecemburuan bukanlah sesuatu yang bisa kauatasi dengan baik." Mereka berayun dan mendengarkan gesekan tali tambang yang beradu dengan dahan pohon di atas kepala mereka. Dua ekor tupai saling berkejaran menuruni batang pohon, lalu berlarian lagi di atas rumput halaman. Udara bulan April membawa harum musim panas yang akan segera tiba., "Kau tahu, ia mencintaiku." Malcolm mengamati rerumputan di bawah kakinya, "Aku bisa melihat sisi Nathan yang tidak dilihat oleh orang lain. la memang ambisius, Dan aku tahu banyak orang merasa risih karenanya. la juga punya kebiasaan mencampuri urusan orang lain, aku tahu itu,tapi ia tulus dan terikat." "Terikat pada apa?" "Terikat padaku, Pada sebuah keluarga. Pada kehidupan yang baik." Rain menatap ke seberang pekarangan yang rumputnya terpangkas rapi melihat sosok pasangan yang sedang berbincang¬bincang di atas anak tangga."Nathan punya banyak impian dan sebuah rencana pasti. Aku mengagumi tekadnya. Aku senang menjadi bagian dari impian-impian itu. Kurasa, bahkan implannya kini telah menjadi impianku juga." "Bagaimana dengan impianmu sendiri?' tanya Malcolm. "Berikan aku sebuah rumah penuh dengan anak yang memanggilku Ibu, seorang laki-laki yang mencintaiku dan menuliskanku satu atau dua puisi sesekali, atau mungkin yang bisa membuatkanku sebuah ayunan seperti ini,dan impianku akan menjadi kenyataan." "Nathan menulis puisi untukmu?" "Ia berusaha." Rain tersenyum. "Setidaknya, ia berusaha." Rain menolehkan kepalanya untuk melihat profil Malcolm yang tampan dari samping, "Boleh aku menanyakanrnu sesuatu?" tanya Rain. "Hanya satu pertanyaan?" "Sebenarnya, ada dua," "Silakan saja." "Kenapa kau pergi?" Sekali lagi Malcolm mendorong kakinya di atas tanah dan membuat mereka terayun lebih tinggi. Dahan pohon yang menahan berat badan mereka tampak sedikit rnelekuk,
www.ac-zzz.blogspot.com "Pilihan." "Pilihan?" "Kita semua harus menentukan pilihan.Aku telah menentukan pilihanku.Aku memilih kebebasan dan Brazil daripada menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dalam penjara.Dan aku memilih untuk tidak menyaksikan pernikahanmu dnegan Nathan." "Tahunan di penjara?"Rain tidak mengindahkan kalimat terakhir Malcolm. "Dengan catatanku di kepolisian?pasti.:Malcolm bersandar di punggung ayunan."Aku kelewatan.Aku nyaris membunuh laki-laki yang hendak memperkosamu." "Ya,tapi kau tidak membunuhnya." "Aku meninju jaksa penuntut umum." "Dua kali." Malcolm tersenyum."Tunaganmu membangun kasus yang sangat menarik." "Nathan berjanji kau akan dipelakukan dengan adil." Malcolm menengadahkan wajahnya,menatapi ranting-ranting di atas mereka."apakah dia pernah mengatakan padamu bahwa kau pantas dibela?" "APa?" Malcolm merendahkan kakinya dan lama-kelamaan ayunan itu bergerak semakin pelan."katamu kau punya dua pertanyaan." Rain melompat ke atas rumput dan menatap wajah Malcolm. "Kenapa kau tidak pernah menjawab suratku?" Pertanyaan itu tidak mengagetkan Malccolm.Ia tahu isi surat itu.Ia selalu menduga bahwa Rain menuliskan tentang kabar pernikahannya dengan Nathan dan oleh karena itu ingin mengucapkan selamat tinggal pada Malcolm.Malcolm membawa surat itu ke mana-mana,tapi tidak pernah ia buka. "Aku menunggu balsanmu."Rain mempelajari ekspresi Malcolm,lalu menggelengkan kepalanya."Ibumu mengirimkan sebuah paket setelah kau pergi ke Brazil.Beliau mengirim sebuah telepon satelit,aku bahkan pergi ke fairfax bersama beliau untuk membeli telepon itu. Sebelum beliau menutup kardus yang akan dikirim,aku menyelipkan sepucuk surat untukmu." "Aku tidak pernah menerimanya.Aku tidak heran,Disana orang-orang membuka barang kiriman dari luar,terutama paket-paket besar.Mereka mencari oleh-oleh yang bisa mereka makan atau gunakan,permen,perangko,sepatu nike.Seseorang pasti sudah mengambil suratmu sebelum aku menerima paket itu." "Mereka mengambil suratku,dan bukannya telepon satelite yang jelas berharga mahal?" "Itu sudah biasa."Malcolm tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya,bahwa ia selalu merasa takut untuk membaca surat Rain.Bahkan melihat amplopnya saja ia merasa seolah dadanya teriris. Ia membayangkan isi surat itu mengabarkan bahwa Rain dan Nathan sudah menikah,dan ia tahu bahwa melihat tulisan tangan Rain yang melingkar-lingkar akan membuatnya susah tidur selama berbulan-bulan. "Sayang."Rain tersenyum,tapi kali ini senyumnya tidak selebar senyum sebelumnya waktu pertama kali melihat Malcolm."Seandainya saja kau menerima surat itu."Ia membenarkan blusnya agar terlihat rapi."Sebaiknya aku
www.ac-zzz.blogspot.com masuk ke dalam.Samantha dan A&P mungkin membutuhkan bantuanku mempersiapkan makan siang."Ia memutar badannya dan melangkah menuju ke penginapan. "Rain?"panggil Malcolm. "Ya?" "Mengapa kau dan Nathan belum menikah?" Rain menghela napas."Waktunya belum tepast."Ia berbalik dan melanjutkan langkahnya. "Rain?" panggil Malcolm lagi. "Ya?" Malcolm menatap Rain lama-lama."Tidak ada apa-apa." Rain melambai dan berjalan meninggalkannya. Malcolm duduk di atas ayunan,menghirup udara di sekitarnya bahkan ditempat terbukaa seperti ini,dikepung oleh harum parfum yang dikenakan yang dikenakan Rain. Dasar tolol,ia mengutuk diri sendiri. Acara makan siang yang diatur A&P dengan cepat berubah menjadi ajang reuni antar pelanggan penginapan Domus Jefferson,baik itu yang sudah jadi pelanggan tetap maupun yang hanya pernah menginap satu atau dua kali.Lebih dari dua puluh orang tamu menghadiri acara tersebut,kebanyakan dari mereka sudah mengenal satu sama lain karena pernah tidak sengaja bertemu saat menginap di Domus Jefferson pada waktu bersamaan.Jika ada yang belum saling kenal,maka Rain dan Samantha akan memperkenalkan mereka.Terlepas dari tingkat keakraban para tamu dnegan dengan mendiang suami isteri Jack dan Laurel,semuanya merasa berutang budi dan oleh karena itu wajib menghormati anggota keluarga yang ditinggalkan. Sementara gerombolan pengunjung menikmati sajian makan siang yang berupa roti hangat dan irisan daging ham khas Virginia,serta salad kentang buatan Rain, A&P tak henti-hentinya mengulang kenangan yang ia miliki bersama Jack dan Laurel di penginapan itu.Beberapa cerita mengundang tawa,sementara cerita lainnya membuat ruangan tempat mereka berkumpul jadi sunyi senyap, diisi sesekali oleh suara isak tangis dan helaian tisu yang ditarik dari wadahnya, Pada kesempatan ini pula Samantha memperkenalkan putrinya yang berusia sepuluh tahun, Angela, kepada para tamu. "Halo, semuanya," sapa Angela. "Angela pintar seperti ayahnya dan cantik seperti ibunya," Samantha mengumumkan, diiringi oleh senyuman bangga. A&P memperkenalkan pasangan Joy dan Moody Faulkner di kesempatan yang sama, Joy dan Moody pernah menginap di Domus Jefferson selama dua malam saat musim semi tahun 1982. Karena mereka sangat menikmati layanan yang diberikan oleh penginapan itu. Moody mengundurkan diri dari posisinya sebagai rekanan di sebuah firma hukum bergengsi di Washington. Setelah itu, pasangan tersebut membeli sebuah penginapan yang kemudian mereka kelola sendiri di Lembah Canaan yang indah di negara bagian Virginia Barat.
www.ac-zzz.blogspot.com "Jack dan Laurel sangat bermurah hati kepada kami," Joy menjelaskan kepada tamu-tamu lain. "Kami menelepon mereka suatu hari untuk mengabarkan bahwa kami sedang dalam proses membeli sebuah penginapan yang terletak tidak jauh dari Tim¬berline Resort. Sebenarnya, kami hanya ingin tahu lebih banyak tentang harga, promosi, hal-hal. seperti itu lah. Tapi, mereka justru menugaskan Rain untuk mengurus Demus Jefferson. Benar 'kan, Rain?" "Benar," Rain mengangguk dari ambang pintu dapur .. "Sementara Rain bertanggung jawab di sini, Jack dan Laurel datng menghampiri kami. Mereka datang tepat saat kami baru saja selesai mengurus proses pembelian penginapan itu, benar 'kan, Sayang?' Joy menoleh ke arah Moody dan menepuk lutut suaminya dengan penuh kelembutan. Moody meneguk cairan soda 7-Up dari dalam kaleng dan mengangguk. "Jack dan Laurel tinggal di penginapan kami selama dua-tiga hari dan mengajarkan kami semua yang perlu kami ketahui tentang teknik mengelola sebuah penginapan. Kurasa, sepuluh tahun pun takkan cukup bagi kami untuk mempelajari semua itu dari buku petunjuk dan majalah yang membahas teknik-teknik yang diajarkan Jack dan Laurel kepada kami. Bahkan nama penginapan kami; Harmony woods, merupakan usul Laurel. Nama yang sempurna. Kau ingat itu 'kan, Sayang?" Joy menepuk lutut suaminya sekalilagi. "Tuhan benar-benar menciptakan karakter yang luar biasa dalam diri pasangan Cooper. Benar-benar luar biasa. Mana ada pasangan lain yang mau membantu sejauh itu untuk orang asing?" "Mungkin tidak ada orang seperti mereka," sahut Rain. "Tapi kalian bukan orang asing. Kalau kalian sudah menginap sehari saja di Domus Jefferson maka kalian secara otomatis sudah jadi bagian keluarga Cooper." Rain mengangkat gelasnya ke udara untuk menyulang mendiang Jack dan Laurel. "Setuju," seisi ruangan itu bergumam sambil mengangkat gelas mereka tinggitinggi ke udara, Sedangkan A&P mengangkat senter Maglite-nya tinggi-tinggi. Matthew menyambut pasangan Morgan, yang berasal dari Liberia dan tinggal di Kora Reston, Virginia. Mereka adalah pelanggan tetap di Domus Jefferson yang berkunjung setiap tahun di hari Valentine. Pada kesempatan yang sama, mereka memperkenalkan Matthew kepada tiga putra-putri mereka, Tim, Lisa, dan Kimberly. "Sepertinya kita sudah menaikkan populasi minoritas di woodtock sebanyak seratus persen," canda salah seorang tamu. "Mungkin kami harus pindah dan menjadi penduduk di kota ini," Nyonya Morgan balas menggoda."Sedikit keanekaragaman akan mengguncang penduduk di sini." Matthew menimpali bahwa salah satu kekuatan magis penginapan yang dimiliki oleh orang tuanya adalah menarik para tamu dari berbagai latar belakang yang berbeda, Dan pada akhirnya, mereka semua menjadi keluarga instan. "Nyonya Morgan mengangguk setuju. "Karena itulah kami berlangganan di sini. Bertemu dengan Jack dan Laurel sekali setahun sudah cukup membuat kami merasa seperti bagian dari keluarga mereka, meski kami tidak ada hubungan darah dengan Jack dan Laurel." "Keluarga Instan," A&P berkata, "Kau benar sekali." Samantha melangkah ke tengah ruangan dari posisinya yang cukup jauh di sudut, ia mengambil tempat
www.ac-zzz.blogspot.com di samping Kristen Rirch yang duduk di dekat perapian, "Layne ada di mana?" bisiknya. "Dia tidak bisa datang. Sibuk kerja." "Kalian baik-baik saja?" "Ya. Layne dapat promosi di pekerjaannya beberapa bulan yang lalu dan sejak itu ia tidak pernah libur, Tapi kami baik-baik saja, malah lebih baik dari yang kuharapkan selama ini." "Aku senang mendengarnya, Bagaimana kabar Kay?" "Dia sedang kuliah di Universitas Brown, baru mulai bulan September kemarin. Dari nada suaranya yang kudengar setiap maiam lewat telepon, sepertinya dia rindu sekali pada kami dan ingin pulang. Tapi, aku yakin, dia siap untuk maju dan tumbuh menjadi wanita dewasa, Sekarang, rumah kami kosong." "Apa kau juga terjangkit sindrom kesepian?" "Ha! Kalau ini adalah sebuah penyakit, maka aku senamg berada dalam kondisi ini. Aku dan Layne bisa tidur sampai pukul sembilan pagi, sesekali bahkan kami mondar-mandir di dalam rumah hanya mengenakan piyama saja." Kedua wanita itu terkekeh geli. "Kris, apa kau keberatan jika aku membagi kisah hidupmu dengan tamu-tamu di sini?' "Tentu saja tidak, Aku justru merasa bangga." Samantha segera bangkit berdiri di atas tungku bat. "Kawan semuanya, apa kalian mengenal Kristen?" Beberapa kepala mengangguk sejumlah lainnya menatap penasaran. Samantha meletakkan tangannya di atas pundak Kristen. Kristen adalah teman baik keluarga kami. Dia tinggal di Roanoke." "Halo semuanya," sapa Kristen malu-malu. "Sekitar, berapa, sepuluh tahun yang lalu ya?"-Kristen mengangguk dan Samantha lanjut bercerita-"Kristen dan suaminya, Layne, mampir ke WoodstOck bersama putra mereka, Cameron, dan putri mereka, Kay. Cameron sedang melakukan perawatan untuk menyembuhkan penyakit kanker otak yang dideritanya, dan situasinya pada tahap itu benar-benar terlihat tidak menguntungkan." Kristen melingkarkan sebelah lengannya mengelilingi lutut Samantha lalu menyandarkan kepalanya di paha Samantha, "Cameron adalah seorang siswa SMP yang sangat, sangat pintar. Ia bahkan diberi penghargaan sebagai ilmuwan Nasional." "Selamat ya," ujar seseorang dari tengah kerumunan para tamu, Yang kebetulan tahu benar betapa bergengsinya penghargaan tersebut. Kristen mengucapkan terima kasih lewat gerak bibirrrya, sementara matanya mulai basah oleh air mata. "Jika kalian mencari istilah ahli sejarah di dalam kamus, kalian akan melihat foto Cameron yang mengenakan kemeja dan dasi. Ia sangat mencintai era Perang Saudara, Ia amat mengagumi jenderal Stonewall Jackson dan tahu segalanya tentang beliau." "Belnar sekali," gumam Kristen, menganggukkan kepalanya membayangkan masa-masa lampau bersama putranya, seperti yang sering ia lakukan seharihari.
www.ac-zzz.blogspot.com "Setiap kali mereka harus berkunjung ke Washington, D.C. untuk memberikan perawatan kepada Cameron, mereka selalu belok pada Rute 81 dan mampir di penginapan ini, Cameron dan Ayah berbincang selama berjam-jam tentang sejarah lembah dan kota ini, serta sejarah kota-kota kecil yang digambarkan di peta hanya dengan sebuah titik. Cameron juga sering memanggilAyah dengan sebutan kakek. Kurasa, Ayah menyukai panggilan itu. Mereka punya satu ikatan pribadi berdua .... " "Setelah perawatan Cameron yang terakhir, rumah sakit tempat ia dirawat memberikan-dua pilihan kepada Kristen dan suaminya. Putra mereka bisa terus dirawat di rumah sakit, tetapi tanpa barapan untuk keluar, atau membawa putra mereka pulang dan membiarkannya meninggal dengan tenang." Pada titik ini, bahkan sejumlah anak yang sibuk bermain kontan berhenti untuk mendengarkan lebih lanjut..Hanya Malcolm yang tiba-tiba menghilang dari dalam ruangan itu. A&P mengamati sekeliling¬nya dan terkejut melihar padatnya ruangan. "Cameron membuat pilihannya sendiri;" lanjut Samantha. "Tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia menghubungi Ayah dan bertanya apakah ia boleh tinggal di sini selama beberapa hari. Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa ia hanya akan bertahan hidup selama beberapa minggu, paling lama sebulan, tapi Cameron lebih tahu. Iya 'kan, Kris?" "Memang benar. Dan kalau kuingat-ingat, aku pasti sudah memarahinya kalau tahu apa yang ia lakukan.' Ruangan yang dipenuhi dengan ketegangan tiba-tiba menghaturkan tawa singkat. Kristen menyeka air matanya. "Beberapa dari kalian mungkin sudah mendengar cerita ini, dan bagi kalian yang belum pernah ... pasti terkejut jika kalian tahu bahwa kedua orang tuaku membuka tiga kamar dari tujuh kamar yang ada di penginapan ini untuk keluarga Birch selama mereka membutuhkannya, Hari pertama mereka menginap, Ayah mengajak Cameron dan Layne mengelilingi Rute 11 untuk melihat-lihat semua lokasi bersejarah, Cameron ingin pergi ke Manassas untuk melihat medan perang di Bull Run, tetapi sayang kondisinya terlalu lemab untuk bepergian ke sana." Samantha sempat berhenti di tengah-tengah kisahnya, ragu. "Cameron sangat lemah sepertinya, setiap jam tenaganya semakin berkurang. Pada hari ketiga atau keempat, Cameron sudah tidak sanggup bangun dari tempat ridurnya. Ayah dan ibunya .... " Samantha tersedak oleh air mata yang mulai memenuhi tenggoroknya. Ketika ia bersiap untuk melanjutkan ceritanya, mendadak Malcolm muncul di ambang pintu, Dengan hati-hati, ia melangkah di antara barisan tamu yang duduk di kursi lipat atau pun di atas lantai. Malcolm menyerahkan sebentuk kop surat Demus jeferson kepada adiknya dan mengambil tempat duduk di sisi Kristen. Samantha membaca satu,dua paragraf yang tertera di atas kop surat, lalu membungkuk dan berbisik di telinga Kristen. Beberapa saat kemudian, Kristen mengambil alih kop surat tersebut dan bangkit berdiri. Samantha kembali duduk dan bergeser lebih dekat dengan Malcolm. Malcolm merangkulnya dan dengan penuh kasih sayang menarik kepala diknya agar bersandar di pundaknya.
www.ac-zzz.blogspot.com "Saya tahu sore ini penuh dengan cerita-cerita kenangan," Kristen meuarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan kata-kata berikutnya. "SaYa harap kalian juga akan mendengarkan cerita saya." " 11 Februari 1979 Aku menulis uart ini di hari minggu,lain dari biasanya.Rasanya kadang-kadang kita boleh membuat pengecualian.Kalau ada seseorang yang berhak mendapat pengecualian.kalau ada seseorang yang berhak mendapat pengecualian.orang itu adalah Camaeron. Seminggu ini adalah waktu yang sangat membuatku bahagia.Memang situasinya sangat menyayat hati,tetapi aku senang kita mendapat kesempatan untuk melakukannya.Aku senang karena Cameron meminta untuk tinggal bersama kita disini.Eh bukan senang melainkan bangga saat kau sedang keluar jalan-jalan dengan Sammie sore tadi aku menelepon Pastur Braithwaite dan meminta beliau untuk datang mengunjungi Cameron dan orang tuanya. Aku tidak ikut menemani mereka di kamar.tapi ketika beliau turun dan ke lantai bawah..beliau menangis.Beliau memandangku untuk waktu yang lamaa seolah ia tidak tahu harus berkata apa.Lalu beliau mengatakan bahwa ia tidak pernah bertemu sosok manusia yang begitu siap menemui sang pencipta seperti Cameron.Beliau bahkan berharap suatu hari beliau juga bisa siap seperti Cameron. KAu tahu kebanyakan orang dalam kondisi Cameron akan menyalahkan tuhan atas derita yang mereka alami.Kurasa kalau aku berada dalam posisi itu aku akan menyalahkan tuhan. Aku pasti sudah menceritakan semua ini kepdamu secara langsung kalau aku sanggup melakukannya tanpa menitikkan air mata.Kau tahu sendiri bagaimana perasaanku jika tertangkap basah menangis dihadapan orang banyak.Seusai makan malam,saat kau sedang mencuci piring.Layne turun ke bawah dan menyampaikan bahwa Cameron hendak bertemu denganku.Jadi aku menghampiri kamarnya dan duduk disudut ranjangnya.Orang tua Cameron pamit sebentar dari kamar dan meninggalkan kami berdua,meski seharusnya mereka tidak perlu melakukan itu. Cameron berterima kasih padaku untuk waktu yang telah ia lewatkan bersama kita dan untuk hal-hal lainnya.Ia juga berpesan agar aku memberikan ciuman hanggat kepadamu nanti (oh ya senyumnya mengembang sangat lebar saat ia mengatakan itu).Kemudian Cameron menggenggam tanganku dengan sisa tenaga. yang ia miliki.Lalu meteakkan sekeping kuno dari tahun 1965 di atas telapak tanganku.Ia bilang "Kau boleh memiliki koin ini."Koin itu adalah benda keberuntungan yang selalu dibawanya kemana-mana sejak ia didiagnosis mengidap kanker otak setahun yang lalu.Ia membelinya di sebuah toko Roanake sehari sebelum keluarganya membawa dia ke washington DC untuk menjalani tes kesehatan yang pertama. Cameron lalu meletakkan di atas tanganku dan berkata "Tuan Cooper kadangkadang benda keberuntungan tidak ada gunannya."ia tersenyum "Setidaknya begitulah menurutku."
www.ac-zzz.blogspot.com Aku tertawa dan mengecup bocah itu dipipi.Kami berdua menangis,sampaisampai aku ngeri tubuhnya tidak sanggup mengantisipasi emosi yang berlebihan.Akhirnya aku menenangkan diri dan menghapus air mata yang membasahi pipi dan matanya.Aku memeluknya untuk yang terakhir kali dan kukatakan padanya bahwa ia harus menghabiskan waktu bersama keluarganya.Aku beranjak dari tempat tidur dan bergegas untuk keluar.Namun ketika aku menoleh untuk memandanginya,wajah Cameron sedang menoleh ke arah lain.menatapi sebuah lampu di atas meja tidur. Laurel aku juga tidak akan mempercayai apa yang akan kuceritakan kepadamu sekarang jika aku tidak mendengarnya sendiri.Tapi apa yang kudengar begitu nyata. Cameron membuka matanya.Kedua bola matanya tampak jernih dan jauh lebih bersemangat dari hari-hari sebelumnya.Dengan suara serak ia berkata "Stonewell?' SepuLuh menit kemudian Kris,layne dan kay kecil turun ke bawah.Lyne memintaku mulai menelepon orang-orang.Cameron sudha meninggal. Aku tahu bahwa kematian bukanlah sesuatu yang membahagiakan,tapi selagi aku menuliskan surat ini untukmu..aku tidak bisa menyangkal.Kedamaian yang menyelimuti hatiku.Aku bahagia mengetahui sekarang Cameron sudah terbebas dari penderitaannya.Dan walau keluarganya merasakan kekosongan dalam hidup mereka tanpa kehadiran Cameron,aku yakin mereka tahu bahwa Cameron kini berada di tempat yang lebih baik. Aku membayangkan bocah itu sudah melangkah melewati gerbang masuk menelusuri medan perang Bull run yang berkabut di Manassas.Tapi ia tidak sendirian, Stonewall Jakson ada bersamanya. Sekarang aku tahu kenapa tuhan melibatkan dirinya di hari minggu.dihari itu.ia menyambut orang-orang favoritnya. Jack Kristen melangkah turun dari atas tungku batu dan segera dikerumuni oleh tamu lainnya. Satu per satu mereka memeluknya, bahkan yang sebelumnya tidak pernah ia kenal. Ia menyapa satu per satu kawan barunya dengan rasa haru. "Terima kasih .... Terima kasih banyak. Semua ini bukan berkat'Cameron, tapi berkat keluarga Cooper..Senang bertemu dengan Anda ....seandainya saja Layne ada di sini .... Anda baik sekali, terima kasih." Pada akhirnya, para tamu pun berpencar ke berbagai ruangan dalm penginapan dan melanjutkan obrolan mereka. masing-masing. Dua pasangan berbincang dan bergiliran duduk di ayunan di halaman belakang. Setelah berberes, A&P mohon diri kepada keluarga Cooper. "Aku dan Castro ingip jalan-jalan sebentar, Ialu beristirahar sebelum acara berikutnya dimulai. Kalau ada waktu, aku juga ingin membeli beberapa buah senter," Ia menghentikan langkahnya di pintu. "Sampai bertemu beberapa jam lagi, ya." "Aku sayang padamu, Anna Belle," kata Samantha. A&P meniupkan sebuah ciuman jauh kepada Samantha dan pergi dari penginapan itu.
www.ac-zzz.blogspot.com "Dia adalah wanita yang baik hati," kata Malcolm. "Wanita paling baik yang kutahu," jawab adiknya, Ruang tamu yang sebelumnya penuh sesak dengan pelayat kini terlihat lengang. Matthew, Samantha, Malcolm dan Rain berkumpul di sana. Malcolm, dan Rain bermain catur Cina di atas meja. "Mungkin kita harus membicarakan perihal surat-surat itu," kata Matthew. "Aku setuju," sahut Samantha, mendului Malcolm. "Mal?" "Boleh, tadinya memang aku berencana unruk membaca surat-surat itu lagi setelah tamu-tamu pulang." Samantha menangkap ekspresi Rain yang kebingungan. "Semalam kami menemukan setumpuk surat. Entah berapa jumlahnyaa mungkin ratusan..." "Ribuan,'" celetuk Malcolm. "Ha, sekarang aku jadi Raja," kata Malcolm, yang ditujukan kepada Rain, sambil menggeser biji caturnya berwarna merah ke dalam petak merah di sudutr papan catur bagian lawan. "Malcolm benar," tambah Matthew. "Mungkin ada beberapa ribu surat yang kami temukan, Ternyata Ayah menulis surat untuk Ibu setiap hari Rabu." "Setiap han Rabu?" Rain hampir tidak percaya. Matthew mengangguk."Rasanya seperti menemukan harta karun. Memang tidak semua isi surat-surat itu menarik, dan beberapa juga sangat pendek, hanya satu atau dua baris tulisan. Tapi sejauh yang kami tahu, Ayah menulis surat untuk Ibu setiap minggu." "Wow." Rain merasakan kehangatan timbul dari dalam dadanya dan menjalar ke tenggoroknya. "Ya, aku jadi raja lagi," kata Malcolm, sekali lagi menggeser biji caturnya ke atas petak merah di sudut papan. "Curang," bisik Rain. "Setelah kita selesai membaca surat-surat itu, mungkin kita bisa mengumpulkannya dalam satu buku," usul Matthew, "Aku punya teman di percetakkan yang mungkin punya beberapa ide lain. Bagaimana kalau kita gabungkan semuanya dalam satu jilid dan difotokopi agar kita semua bisa menyimpannya?" "Aku suka ide itu, Matt," kata Samantha. "Kedengarannya bagus," kata Malcolm, melempari biji catur hitam milik Rain sebanyak dua kali dan menghabiskan sisa biji catur Rain dari atas papan. "Aku yakin, kau bisa mengirimkan jilid itu kepadaku di penjara," Rain melempar sebentuk biji catur ke arah Malcolm. "Menurutku itu ide yang hebat, Matthew. Aku yakin orang tua kalian pasti menginginkan hal yang sama." Ia bangkit dari Iantai dan meregangkan 0tOt-OtOt tubuhnya. "Yang menang dapar giliran membereskan, ya," katanya kepada Malcolm. 'Akuharus pulang. Nathan dan aku juga ingin jalan-jalan sebentar sebelum pergi ke Rumah Duka Guthrie untuk acara selanjutnya. Kau mau aku yang membawa Alkitab, Sam? Supaya kau tidak perlu repor nantinya? Aku pasti sampai di sana lebih, dulu." "Boleh juga," jawab Samantha. "Kalau tidak ada di atas meja tidur Ayah." Rain segera menaiki tangga. "Alkitab? tanya Malcolm. "Menurut Rain tidak ada salahnya jika kita meletakkan Alkitab di atas meja saat acara melayat jenazah berlangsung. Itu kalau kalian mengizinkan."
www.ac-zzz.blogspot.com "Tentu saja," kata Matthew. Diatas, Rain mengangkat Alkitab milik Jack dari atas meja dan melihat ada sebuah amplop yang terselip di balik sampul. Ia menarik amplop itu dan membaca tulisan tangan berantakan di bagian depan. Kalimat itu ditulis secara vertikal, dari atas ke bawah. HAnya untuk Rain,temanku yang tersayang,tolong jaga ini dan berikan kepada pengacaraku Alex Palmer.Kau adalah permata hati.Aku akan merindukanmu. Jack (Tolong jaga MAlcolm untukku) "WAH," Rain menarik napas. Terburu-burU, ia menyelipkan amplop itu kembali di balik sampul dan turun ke bawah. "Aku pergi dulu, ya," katanya berpamitan. "Terima kasih ya, Rain,acara makan siang tadi takkan mungkin berjalan lancar tanpa bantuanmu." Samantha dan Rain berpelukan. Rain melemparkan sebuah kecupan di udara, "Sampai ketemu nanti." Samantha menekaan jarinya di pundak Malcolm. "Sana, antar dia sampai depan." Malcolm memberikan gerakan salut kepada adiknya dan mengikuti Rain sampai ke pelataran parkin "Terima kasih," kata Rain saat Malcolm membukakan pintu mobil untuknya. Dari dalam mobil, Rain menyalakan mesin dan menurunkan kaca jendelanya, Ia menatapi kedua mata Malcolm dan menemukan sosok Jack di sana. "Aku lupa tanya padamu," kata Rain, "apa kau sudah menyelesaikan bukumu?" "Buku apa?' "Jangan pura-pura lupa. Novelmu. Karya besarmu." "Belum." "Ada kemajuan, Hemingway?' "Oh, bagus. Sekarang kau membandingkan aku dengan orang yang mati bunuh diri, Terima kasih banyak." "Aku membandingkan bakatnya, bukan hidup matinya. Dasar pintar,sok." "Pintar,sok?" 'Sok pintar, kau tahu lah maksudku." Gigi Rain tampak bersinar saat ia tersenyum. "Rain, kau memang orang yang penuh pujian, tapi membandingkan aku dengan pengarang terkenal seperti Ernest Hemingway,sungguh tidak adil bagi beliau. Dia itu kan seorang sesepuh dalam dunia sastra." Rain memiringkan kepalanya ke satu sisi dan membiarkan rambutnya jatuh, terurai dari belakang telinga. "Apa kau akan mengizinkan aku membaca apa yang sudah kau tulis sejauh ini?" "Mungkin saja, kalau kau datang mengunjungiku di penjara.' "Malcolm!" "oh, maaf,aku bercanda. Kau tidak perlu mengunjungiku." "Kau takkan pernah berubah." Rain mencuri pandang ke arah jam tangannya, tapi senyuman yang tergores di wajahnya merupakan sebuah undangan bagi Malcolm untuk melanjutkan perbicangaan mereka.
www.ac-zzz.blogspot.com "Ceritanya klasik kok," kata Malcolm, menawarkan sinopsis novel yang sedang ditulisnya, "Seorang pria bertemu dengan seorang wanita, jatuh cinta sejak kecil, mengejarnya selama bertahun-tahun." "Bertahun-tahun?" Rain mengangkat kedua alisnya, "Bahkan selama puluhan tahun. Pria itu mengejarnya sampai Brazil, di mana si wanita sedang melakukan kegiatan sukarela bersama.sebuah gereja,membangun rumah, mengajarkan bahasa Inggris kepada orang awam, dan berbagi ilmu bermain Pac-Man yang tidak tertandingi oleh siapa pun." "Yang terakhir itu bobong, 'kan?" "Kalau tidak percaya, nanti beli saja bukunya." Malcolm mengedipkan sebelah matanya, "Apa si pria tampan akhirnya mendapatkan si wanita?" Malcolm menunjuk Rain dengan kedua jari telunjuknya. "Siapa bilang pria itu tampan?" Rain tersipu, meski hanya sebentar, Tidak seorang Pun, kecuali Malcolm, bisa mendeteksi reaksi Rain barusan, Rain mengenakan sabuk pengamannya dan berpura-pura membetulkan letak cermin mobilnya. "Pokoknya, pastikan keduanya berakhir bahagia apapun yang terjadi." "Aku ini bukan orang yang suka cerira berakhir dengan keba¬hagiaan. Kau rahu itu.' "Mungkin seharusnya kau mengubah pikiranmu." "Dan mungkin suatu hari aku juga bisa mendapatkan akhir yang bahagia." Malcolm mengedikkan pundaknya. Rain mengulurkan tangannya keluar jendela dan meraih tangan Malcolm. "Akhir yang edit teks bu nora http://ebukita.wordpress.comagia bisa datang dalam bentuk apa saja.ingat itu." Rain menaikkan jendela mobilnya dan melambai pada Malcolm. . Malcolm memandangi mobilnya yang pergi meninggalkan pelataran parkir dan berbelok ke Rute 11. Rain memandangi Malcolm dari cermin di sisi mobil. "TERUS?" Samantha bertanya kerika Malcolm masuk ke ruang tamu, "Terus apa? Ayo. kita lanjutkan membaca." Masing-masing dari ketiga bersaudara itu kembali mengelilingi meja makan yang dipenuhi tumpukan surat. 30 Maret 1988 Laurel aku punya perasaan yang tidak enak.ini mungkin surat terakhir yang ku tulis untukmu.Aku merasa seolah sudah melewati batas kadar luasaku.seperti susu yang disimpan kelamaan di kulkas.Bagaimana kau suka dengan analogiku barusan?sekarang kau tahu apa yang harus kau tulis di batu nisanku nanti. aku jadi sering bertanya-tanya apa lagi yang ahrus kulakuakn di dunia?berapa lama sampai aku akan bertemu lagi denganmu di alam baka?sepuluh dua puluh tahun?ibumu meninggal di usia 101.Aku tidak peduli indahnya surga.aku takkan rela menunggumu selam tiga puluh tahun.mungkin untuk menyesali kematianku.kau harus mulai merokok (tapi tolong jangan di dalam penginapan) pertanyaan lain yang ada di benakku:
www.ac-zzz.blogspot.com kapan aku akan diadili?saat sang pencipta turun lagi ke bumi?apa yang akan kulakukan jika itu terjadi? Bagaimana aku bisa menemukan orang tuaku? Apakah aku akan bertemu dengan seseorang setelah aku pergi?seseorang yang lebih baik hati?lebih tampan?lebih sabar?lebih pandai mencium? dimana aku harus menunggumu? Laurel.berapa lama lagi aku harus menunggumu? selamanya suamimu N.B apakah ada tempat VIP di surga?tempat dimana aku bisa bertemu dengan mendiang pemain tim Chicago cub yang bernama Gobby Hartnett?atau lebih daripada itu dimana aku bisa be