Suara alunan piano terdengar begitu lembut mengalun. Beberapa pelayan hilir mudik mengitari para tamu, dengan membawa nampan berisi minuman dengan berbagai macam jenisnya. Beberapa orang berkumpul berkelompok, ataupun menyendiri duduk di bangku yang tersedia di tepian kolam renang yang begitu luas dengan konsep pesta kebun yang mewah. Lampu lampu menyala hampir disetiap sudut taman. Menerangi setiap sudut pesta. Bermacam macam makanan tersedia dalam bentuk sekali makan. Semua orang menikmati pesta peresmian cabang perusahaan baru milik Ayah Wooni. Semua berbahagia, dengan kemajuan yang diharapkan pada perusaan itu. Tetapi rasa bahagia tidak sepenuhnya dirasakan oleh Wooni. Ia tidak sepenuhnya menikmati pesta yang diadakan oleh perusahaan ayahnya. Wajah cantiknya sedikit menyimpan kemuraman. Walaupun ia sekuat tenaga berusaha untuk tersenyum dihadapan ayahnya itu. Dan juga kadang tersenyum jika melihat ada seseorang yang terlihat bening. Dan seperti yang sedang ia lakukan saat ini. Meskipun ia merasa tidak nyaman dengan keadaannya. Namun matanya tidak bisa melapskan diri dari seseorang yang tampak berpakaian begitu rapi. Dengan bentuk tubuh yang terlihat berisi, namun tidak sesuai dengan wajahnya
yang terlihat terlalu manis dengan warnanya yang putih bersih. Namun itu hanyalah sebatas pandangan, cucimata semata. Karena dari keseluruhan Wooni tetaplah merasa bosan dengan pesta yang sedang berlangsung. Hingga akhirnya Wooni memilih untuk mengasingkan diri. Dengan duduk santai di bangku paling pojok yang ada disana. Dengan beberapa makanan ringan dan minuman yang telah ia sediakan. Karena saat ini Wooni sedang memijat mijat ujung tumitnya yang terasa pegal akibat harus berdiri dalam waktu yang lama tadi, dengan menggunakan high heels yang tidak biasa ia gunakan. Dan saat ini Wooni sangat menggunakan sepatu keds miliknya.
ingin
sekali
Disembunyikannya kakinya dibawah meja, sambil dinaikan diatas pangkuannya. Ia tidak peduli dengan keadaannya yang saat ini menggunakan gaun. Yang hanya ingin dia tahu adalah rasa pegal di kakinya segera hilang dan pesta segera berakhir. Ataupun ia ingin sekali pergi dari pesta ini. Pesta yang hanya dihadiri oleh para pengurus perusahaan, kolega kolega, partner. Dan usia mereka sangat jauh diatas usia Wooni yang masih berstatus mahasiswa itu. Adapun orang orang yang seusia dengannya, tetapi mereka tidak saling kenal, dan mereka tampak saling mengasingkan diri, dan memilih untuk
2
bergabung dengan orang orang yang mungkin mereka kenal. Dan mereka adalah anak anak para pejabat yang bekerja sama dengan ayah Wooni. Wooni tidak peduli dengan mereka, yang hanya mau bergaul dengan orang yang sederajat dengan status mereka. Dan Wooni pun tidak peduli dan berharap ayahnya akan mengenalkan dirinya dengan salah satu dari mereka yang bagi Wooni pribadi kedekatan mereka yang mungkin akan tercipta nanti hanyalah kedekatan palsu. “Ayah aku ingin pulang!” seru Wooni dalam hati sambil menatap ayahnya yang berdiri sambil berbincang dengan teman temannya yang tak jauh drai pengamatannya berada. Wooni terus memperhatikan ayahnya yang sudah tua dengan rambut hitam karena semir rambut yang biasa beliau gunakan sebanyak dua kali seminggu. Usianya tidak lagi muda. Tetapi penampilannya selalu ingin terlihat muda. Tetapi Wooni masih merasa beruntung karena ayahnya hanya sedikit genit pada penampilannya. Bukan sifatnya. Karena walaupun ayahnya memiliki fisik yang masih terlihat tampan dan gagah, tidak ada sedikitpun pikirannya untuk mencari pengganti almarhum ibunya yang sudah lama pergi. Walaupun sering kali Wooni meledeknya setiap Ayahnya memperlihatkan sedikit perubahan pada penampilannya. Dan mengenalkannya pada wanita 3
wanita yang menurut Wooni pantas untuk menjadi pendamping ayahnya. Wooni terus memijat kakinya yang pegal. Sehingga ia tidak sadar jika sedang diperhatikan oleh seseorang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk. Ia seroang pria berpenampilan parlente, dengan rambut kelimis karena minyak rambut yang digunaknnya. Dengan stelan jas hitamnya yang membentuk badan, ia tampak begitu gagah dengan bentuk badannya yang tinggi dan berisi. Wajahnya yang tampak imut. Sama sekali tidak sesuai dengan penampilan fisiknya. Tetapi ia terlihat lebih muda dari usianya. “Kau sedang lihat apa?” Tanya Wooni yang sadar sedang diperhatikan oleh orang lain dan dengan cepat ia menurunkan kakinya yang sejak tadi ia pangku. Dan Orang lain itu adalah orang yang sejak tadi diperhatikannya dari jauh. Dari tempatnya berada saat ini. Laki laki itu berjalan mendekat, sambil memperhatikan kesekitar ia memasukan kedua tangannya kedalam kantong celana sampingnya. “Lanjutkan apa yang sedang kau lakukan!. Aku tidak akan mengganggumu!” seru laki laki itu yang suaranya terdengar lembut dan sesuai dengan wajahnya yang imut dan putih. Dengan matanya yang sipit.
4
Laki laki itu lalu duduk di bangku tepat di depan Wooni. Menutupi apa yang sedang dilakukan Wooni. “Oh. Baiklah!. Seru Wooni dan kembali ia menaikan kakinya dan tidak peduli apa pandangan laki laki itu padanya dengan keadaannya. “Hentikan!” seru laki laki itu dengan cepat meralat perkataannya. Dan belum sempat Wooni melakukan niatnya ia kembali menjatuhkan kakinya kelantai. “Apa kau tidak pernah diajari bagaimana caranya bersikap di tempat tertentu?” Tanya laki laki itu menatap Wooni dan menunggu jawaban. Wooni tidak menjawab, ia hanya bisa membalas menatap laki laki itu dan memperhatikannya. Wajah yang bisa dikatakan tampan, dengan setelan jas yang begitu pas ditubuhnya. Tetapi tidak sesuai dengan wajahnya. Dan rambutnya yang membuatnya tampak menjadi tua. “Tampan!” seru Wooni dalam hati memuji laki laki yang ada di hadannya. Wooni memuji karena laki laki itu terlihat lebih tampan dan manis ketika dilihat dari jarak yang begitu dekat. “Harusnya kau mencari tempat yang lebih tertutup untuk melakukan hal pribadi seperti ini!” seru laki laki itu sambil bangkit dari duduknya. “Apa ada tempat lain di sini yang lebih tertutup. Sementara kau harus menunjukan wajahmu dengan 5
senyuman. Sementara kau merasa bosan” seru Wooni mengatakan isi hatinya. “Mungkin aku bisa membantumu!” seru Laki laki itu sambil tersenyum. Menyembunyikan bibirnya yang tipis. “Aku hanya ingin pesta ini segera berakhir!” seru Wooni tanpa eksspresi. Laki laki itu kembali duduk di tempatnya dan menunggu Wooni yang masih pada posisi semula. “Kenapa kau masih disitu. Bukankah kau juga seharusnya berbaur dengan mereka. Menikmati pesta peresmian cabang baru itu. Oh iya ngomong ngmong kau dari mana. Perusahaan dalam atau salah satu pemilik saham. Atau salah satu anak dari mereka?” Tanya Wooni sambil menunjuk para orang tua yang sedang berbicara dengan ayahnya. “Siapapun diriku!. Itu tidak akan berpengaruh apa apa bukan!” “Ya!. Aku setuju denganmu. Walaupun kau anak seorang pemilik perusahaan. Kau tidak akan terlihat hebat jika kau tidak memiliki prestasi di dalamnya!” “Lalu bagaiman dengamu?. Apa kau juga salah satu putri dari mereka?” Tanya laki laki itu sambil terus tersenyum, dan melihat kearah orang tua Wooni. “Anggap saja seperti itu. Karena itu aku ada di pesta ini!”
6
“Oke!” seru laki laki itu sambil tersenyum, dan sedikit tertawa. Menunjukan giginya yang putih. Tanpa sadar mereka terlibat perbincangan yang seru, walaupun tidak begitu serius. “Wooni!. Jun!” kalian sudah saling mengenal?” Tanya sebuah suara. Wooni dan laki laki bernama Jun itu saling berpandangan dan diam tanpa ekspresi dalam waktu yang singkat. Dan Jun menyadari hal itu. Ia segera bangkit dari duduknya. Untuk menyapa orang yang menyapanya. Sementara Wooni tampak gelagapan karena ia tidak sempat memakai High heels nya yang hanya setinggi 7 cm saja. Wooni mencoba untuk memakai sepatunya dengan mudah, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Ia hampir terjatuh karena tidak bisa mengimbanginya. “Apa kau baik baik saja?” Tanya Jun yang dengan cepat bisa menangkap Wooni yang hampir terjatuh. Dengan perasaan malu dan tidak enak. Wooni mencoba untuk melepasan diri dari cengkraman tanagn Jun yang berada diantara lengan dan pinggangnya. Dilihatnya wajah ayahnya yang melihatnya dengan tatapan berbeda. Dan kemudian Jun yang masih sigap dengan keadaannya. “Apa kau baik baik saja?” Tanya Jun lagi.
7
“Ya. Aku baik baik saja!” seru Wooni. Yang merasa telah mempermalukan ayahnya didepan tamunya. “Kau harus sering sering berlatih menggunakan sepatu itu!” seru Ayah Wooni dengan nada sedikit meledek. “Ayah!!!!!” seru Wooni manja. Dan juga tidak terima dengan ledekan itu. Dengan cepat Wooni menutup mulutnya. Karena merasa telah melakukan kesalahan. Dengan cepat ia melihat kearah Jun yang diam tanpa ekspresi. “Putri anda sungguh unik!” seru Jun mencairkan suasana. Dan tawa terdengar diantara mereka. Membuat para tamu undangan memperhatikan mereka. “Kau sudah mengenal putriku?” Tanya ayah Wooni pada Jun. “Ya. Aku baru saja akan memperkenalkan diri!” seru Jun sambil tersenyum dan melirik kearah Wooni dan Ayah Wooni. “Aku yakin kalian sudah saling kenal. Tetapi lupa nama masing masing!” seru ayah Wooni dengan tersenyum. “Ya!” jawab Jun. Sementara Wooni yang merasa tidak tahu apa apa hanya bisa diam dan memperhatikan mereka berdua.
8
“Ayah. Apa ayah bisa menjelaskan sesuatu kepadaku?” Tanya Wooni menuntut penjelasan. “Apa maksudmu. Apa kau sama sekali mengenal Jun?. kalian pernah bertemu sebelumnya. Tapi saat usiamu masih sangat kecil. Mungkin itu yang membuatmu lupa. “Tapi aku masih mengingatnya!” Seru Jun meralat. “Bagaimana mungkin aku bisa mengingat jika hal itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Hal yang terjadi beberapa hari yang lalu saja aku bisa lupa!” seru Wooni yang mengundang tawa dari kedua pria di depannya. “Baiklah. Kalian mungkin perlu pengenalan lebih dekat. Agar kalian bisa mengenal pribadi masing masing!” seru Ayah Wooni sambil terus tersenyum dan itu membuat Wooni makin tak mengerti.
9