DIMENSI CERMIN
”Laudya.” Suara Mama terdengar dari bawah. Laudya
masih
asyik
meneka n-nekan
tombol
keyboard. ”Tanggung, Ma.” Sahut Laudya. ”Makan dulu, kamu dari pagi kan tidak sarapan.” Tiba-tiba mama sudah berada di depan pntu ka marnya yang ia biarka n terbuka. Di sudut ruangan, seperti tak peduli Laudya tetap menulis. ”Ayolah, lajutkan menulisnya nanti.” ”Ma, k alau be rhenti nanti imajinasi Laudya buyar.” Mama seperti kecewa mendengar ucapan anak kesayangannya itu. ”Ya, sudah kalau begitu. mama mau menyiram tanaman saja.” Laudya berbalik menatap mama dengan lekat. ”Mama, ngga makan?” ”Ngga, kalau sendirian makannya ngga enak.”
”Nanti Mama sakit.” ”Biarkan saja.” Laudya cemberut. ”Mama kok gitu sih?” ”Sayang, kamu juga membiarkan diri kamu kelelahan dan sakit demi menyelesaikan tulisanmu. Padahal, Mama tidak mau kamu sakit. Makanya mama memaksamu untuk makan.” Mende nga r hal itu Laudya sedih, tak mau mamanya sakit karena dirinya. ”Ayo, Ma. Kita makan.” Laudya menggandeng tangan Mamanya kemudian mereka berjalan keluar. Setelah Laudya dan Mama menutup pintu, tempaklah bayangan dalam cermin seorang wanita yang sudah terlihat tua, mirip Laudya namun dia berwajah pucat dan muram, rambutnya keputih-putihan matanya menggeliat penuh penderitaan. Ruang dimensi cermin, di sanalah dia berada. ***
2
Laudya masuk ke ka marnya duduk di depa n cermin mengelap wajahnya yang basah karena cuci muka seusai makan siang. Laudya terperanjat, tiba-tiba bayangan di dalam cermin itu berubah menjadi pucat, area di sekitar matanya menghitam, rambutnya memutih lebih mirip nenek tua. ”Astaga, hmmm hmmm.” Gumam Laudya tak dapat berkata-kata. ”Aku ada lah kau.” Kata nenek tua bayangan di dalam cermin dengan suara lirih. Laudya menutup wajahnya ketakutan. ”Laudya, tatap wajahku.” Seru Baya ngan di dalam cermin. ”Tidaaak!” ”Ayolah.
Tatap
wajahku,
mataku.”
ke mudian,
seperti dihipnotis Laudya
Sejur us membuka
wajahnya dan menatap ke arah cermin dengan ketakutan. ”Kau perhatika n wajah kita berdua.” Seru Bayangan itu. 3
”A-aku tidak mauuu.” Jawab Laudya Dengan hipnotis ba yanga n itupun mampu membuat Laudya medekat dan akhirnya Laudya dengan jelas dapat menatap ke arah cermin itu. Laudya melihat wajah mereka memang mirip, tadinya dia berfikir kalau itu adalah bayangan dirinya. Tapi setelah ia berfikir dengan jernih. Di dalam cermin bukanlah dirinya,
makhluk
halus
pikirnya,
sehingga
membuatnya ke takutan da n harus melihat wujudnya yang sebenarnya. ”Aku ada lah ka u. Tolong aku!” Pinta bayangan itu yang mengaku dirinya. ”Aku tidak mungkin setua dirimu!” ”Tapi, aku adalah masa depanmu.” ”TIDAAAAAAKKKKKK! TIDAK MUNGKIN!.” Laudya berteriak dan berlari katekutan ke luar dari kamarnya.
4
Mama mendengar teriakannya. ”Ada apa Laudya?” Mama menghampiri Laudya yang bersimbah peluh dan nafas yang tersengal-sengal. ”Ada apa, sayang.” Mama mengulangi, mengelus rambut da n wajah Laudya. Laudya memeluk Mamanya sesekali ia menoleh ke belakang ketakutan. ”D-dia, dia, ada di dalam cermin.” ”Siapa?” ”Mama, aku takut sekali.” Laudya semakin erat memeluk mamanya. *** Semenjak kejadian itu Laudya tidak mau masuk lagi ke kamarnya walaupun ada sebersit rasa penasaran di hatinya rasa penasaran. Mengapa nenek tua mengaku sebagai dirinya.
Murung,
Ia
itu
selalu
terba yang wajah nenek yang mengaku seba gai dirinya. Tapi mengapa dia ada di dalam cermin? ”Ma, apa mama tau tentang ne nek tua itu?” 5
”Nenek yang kamu ceritakan beberapa hari yang lalu?” ”Iya, ma.” ”tidak! tentu saja mama tidak tahu, sayang.” Jawab mama. ”Tapi, kenapa dia mengaku diriku di masa depan?” Laudya pe nasaran. ”Memang ini aneh, kita akan menyelidikinya.” Ujar mama menegaskan. ”Kau setuju?” ”Sama mama ya, Laudy takut.” Mama mengangguk. *** Langkah pertama, mereka berdua harus bertemu langsung dengan bayangan di cermin itu, yang mengaku seba gai Laudya di masa depa n. Mereka masuk dan menutup pintu kamar, mata mereka langsung tertuju pada cermin itu, namun tidak ada bayangan apapun di sana.
Laudya
menghampiri cermin itu, barulah bayangan itu muncul. 6