AL- MU`TASHIM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran SKI Kelas XI IPS 2
Guru Pembimbing: Ihsan Ibadurrahman S.S.I
Disusun Oleh: Nurfani Indrawati: 0002552372
KEMENTERIAN AGAMA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA BOGOR JALAN RAYA PAJAJARAN NO.6 BOGOR TIMUR( ) JAWA BARAT 2016/1437
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..2 BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………...……….2 A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah……………………………………………………………….2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..2 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………....2 Sistematika Penulisan……………………………………………………………….....2 Metode Penulisan…………………………………………………………………..….2
BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………………………..…...2 A. Biografi Al-Mu’tashim………………………………………………………………...2 B. Sifat Dan Kareakter Al-Mu’tashim……………………………………………………2 C. Kematian Al-Mu’tashim………………………………………………………………2 BAB III. PEMBAHASAN……………………………………………………………………….2 A. Para Menteri AlMu’tashim……………………………………………………………….2 B. Kaum Alawiyin Semasa AlMu’ttashim…………………………………………………..2 C. Tentara………………………………………………………………………………… ….2 D. Pajak…………………………………………………………………………………...2 E. Hubungan-Hubungan Luar Negeri………………………………………………………..2 BAB IV. IMPLEMENTASI……………………………………………………………………..2 A. Di Bidang Keluarga……………………………………………………………………….2 B. Di Bidang Sekolah………………………………………………………………………...2 C. Di Bidang Masyarakat…………………………………………………………………….2 BAB V. PENUTUP………………………………………………………………………………2
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………… …..2 B. Saran…………………………………………………………………………………… …2 PETA KONSEP………………………………………………………………………………….2 SWOT………………………………………………………………………………………… ….2 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….2 LAMPIRAN…………………………………………………………………………………… …2
KATA PENGANTAR Assalamualaikum..........
Puji syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT, yang atas rahmat-nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini berjudul “BANI- MUKTASIM” adalah salah suatu tugas akhir semester satu, materi yang saya ambil adalah materi dari Konsep makalah yang saya susun ini akan menjelaskan suatu biografi, sistem pemerintahan serta penerapan dalam lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, serta keluarga Dalam penyusunan makalah ini bukan hal yang mudah sehingga mengakibatkan saya mengalami kendala dalam penyusunan. Kendala tersebut seperti minimnya informasi yang saya dapatkan dalam biografi BANI-MUKTASIM, sistem pemerintahan dalam masa tersebut, serta implementasi (penerapan) yang dilakukan dalam zaman sekarang melalui kisahya bani muktasim , serta minimnya waktu pada saat pembuatan,dan pembagian waktu di luar pembelajaran yang belum bisa saya atur secara efektif mengakibatkan saya tidak bisa memanfaatkan waktu yang panjang yang telah di berikan oleh pembimbing kepada saya, dan minimnya informasi tentang tata cara penyusunan makalah ini, tetapi alhamdulillahnya kendala-kendala tersebut dapat saya selesaikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan untuk memenuhi tugas individu pelajaran ski. Tak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga karena atas berkat dan bantuan mereka makalah ini dapat terselaikan tepat dengan waktu yang telah di tentukan,khususnya kepada: 1. Bapak Kepala Sekolah, Drs.H.Hawasi.mdl 2. Wali Kelas Saya Ibu Teti Sugiharti S.E Selaku Wali Kelas XI IPS 2 MAN 2 BOGOR 3. Bapak Ihsan Ibadurrahman S.S.I, Selaku Guru Mata Pelajaran SKI yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini. 4. Orang Tua yang telah memberi bimbingan serta dorongan material dan moril maupun materil untuk bisa membuat makalah ini. 5. Rekan- Rekan semua di kelas XI IPS 2 MAN 2 BOGOR Secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yag telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami serta pihak pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.semoga ALLAH swt memberikan imbalan yang seetimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuin ini sebagai ibadah, Aamin…….
Kesempurnaan hanya dimiki ALLAH SWT,saya hanyalah manusia bisa yang tak pernah luput dari kesalahan maka dari itu atas keterbatasan dan kemampuan yang saya miliki, saya memohon kepada pembaca untuk memberika sebuah kritik dan saran atas makalah ini,mohon maaf bila ada kesalahan karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT wassalamualaikum
BOGOR, 17 AGUSTUS 2016
PENULIS
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Pada tanggal 19 maret 2016,baru sekitar beberapa bulan yang lalu, terjadi suatu masalah di derah aceh yaitu ketidak akuratan sensus ekonomi 2016 dalam menghasilkan data yang valid dan akurat sehingga tidak dapat dipertanggung jawabkan. Padahal ke akurattan data sensus ekonomi ini sangat bermanfaat bagi pelaku usaha akan mengetahui posisi,peluang serta daya saing usaha.dan bagi pemerintah akan berfungsi akan menjadi landasan perencanaan,pengambilan kebijakan serta evaluasi kegiatan.Bagi peneliti dan ilmiah dan pengamatan bidang ekonomi,serta bagi masyarakat akan menerima manfaat dari kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pemerintah, tetapi karena ketidak akurattan petugas sensus ekonomi 2016 mengakibatkan fungsi fungsi tersebut tidak berjalan secara semestinya. Berbanding terbalik dengan pada zaman dahulu,lebih khususnya pada zaman AlMu`tasim yang memiliki tingkat keakurattan yang tinggi meskipun ia tidak berkecimpung di bidang pengetahuan ilmu sebagaimana saudaranya tetapi ia bisa mengatasi sistem perekonomiannya meskipun kondisi-kondisi berubah-ubah sementara perilaku tidak mengalami perubahan. Maka dari itu saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang sejarah tokoh Al-Mu`tashim dan mengetahui lebih lanjut tentang keberhasilan keberhasilan yang ia raih dengan semangat juang kepemimpinannya.
B.Rumusan Masalah 1. Apa Biografi Tentang Tokoh Al-Mu`tashim? 2. Bagaimana Laju Pemerintahan Al-Mu`tashim? 3. Bagaimana Implementasi Dari Pemerintahan Al-Mu`tashim ?
C.Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengetahui Pendapat Para Ahli Sejarah Tentang Al-Mu`tashim 2. Untuk Mengetahui Laju Pemerintahan Al-Mu`tashim 3. Untuk Mengetahui Implementasi Dari Pemerintahan Al-Mu`tashim
D. Sistematika Penulisan BAB 1.PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Sistematika Penulisan Metode Penulisan
BAB II. LANDASAN TEORI A. Biografi Al-Mu`tashim B. Sifat dan karakter Al-Mu`tashim C. Kematian Al-Mu`tashim BAB III. PEMBAHASAN A. B. C. D.
Laju Pemerintahan Pada Zaman AL- MUKTASIM Para menteri Al-Mu`tashim Kaum aliwiyin Al-Mu`tashim Hubungan-hubungan luar negeri
BAB IV. IMPLEMENTASI A. Implementasi pada keluarga B. Implementasi pada sekolah C. Implementasi pada masyarakat
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
PETA KONSEP SWOT DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN E.Metode Penulisan
Metode penelitian merupakan dasar dasar dilakukan penulisan yaitu bagaimana dan cara apa dilakukan sebuah penulisan. 1. metode pustaka Metode pustaka adalah metode yang berimplikasika kepada sumber-sumber anilisa baik dari buku,internet,maupun subyek.sumber ini pun berdasarkan fakta-fakta yang ada tidak hanya sebuah karangaan yang tak mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Biasanya metode pustaka ini dilakukan dalam sebuah pencarian analisa tulisan dari berbagai fakta-fakta yang adaa dan dilatar belakangi kepada tujuan dan maksud inti permasalahaan penulisan.Metode ini pun tidak dilakukan dari hanya 1 atau 2 belah pihak saja tetapi dari berbagai pihak saja tetapi dari berbagai pihak sumber yang ada.
BAB II LANDASAN TEORI A. Biografi Al-Muktasim Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Muhammad bin Ar-Rasyid bin Al-Mahdi bin AlManshur. Ibunya seorang ummul walad yang bernama Maridah. Ia lahir pada tahun 179 H.
Umurnya dengan Al-Makmun terpaut sembilan tahun. Semasa kekhalifahan saudaranya, Almakmun, ia menjadi gubernur wilayah syam dan mesir. Al-Makmun menyukainya karena keberaniannya.
Maka Al-Makmun mengangkatnya sebagai putra mahkota pada hari
meninggalnya di negeri Romawi. Ia dibaiat menjadi khalifah dan mendapatkan gelar Al-Mu`tasim Billah pada bulan rajab tahun 218 H / 10 Agustus 833 M. Ia tetap menjadi khalifah hingga meninggal di kota samara pada tanggal 18 Rabiul Awal 227 H / 4 Febuari 842 M.
Dengan demikian, masa
kekhalifahannya berlangsung selama delapan tahun, delapan bulan, dan delapan hari. Ia semasa dengan khalifah di Andalusia, Abdurrahman II bin Al-Hakam bin Hisyam bin Rabi`(206-238). Nama-nama ini merupakan para amir di Andalusia. Ia semasa dengan khalifah Adarisah di Maghrib Al-Aqsha,Muhammad bin Idiris (213-221 H) Kemudian Ali bin Muhammad (221-234 H ). Ia semasa dengan amir aghalibah di Ifriqiya.Zidayatullah bin Ibrahim bin Al-Aghlab (201-223 H ). Kemuadian Al-aghlab bin Zidayatullah (223-226 H ), kemudian Muhammad bin Al-Aghlab bin Hidayatullah (226-242 H). Ia semasa dengan Amir Yaman, Muhammad bin Ibrahim Az-Zayyadi yang di angkat oleh Al-Makmun (213-245 H ). Ia semasa dengan Amir Khurasan. Abdullah bin Thahir yang diangkat Al-Makmun (213230 H).1 Ia semasa dengan penguasa kerajaan romawi di kontaninopel, Tufail bin Michale (829842 M), dan semasa dengan raja perancis Louis I yang dijuluki Lion (814-840 M), kemudian Charles yang dijuluki `si botak ` (840-877 M )2 Setelah Al-Mu`tashim dibaiat menjadi khalifah di negeri Romawi, ia kembali dengan pasukannya menuju Baghdad. Hal ini setelah ia memerintahkan penghancuran apa-apa yang dibangun Al-Mu`tashim di Tawana, mengangkut senjata, alat-alat dan lainnya yang dapat dibawa pergi dan membakar apa-apa yang tidak dapat dibawa pergi. Ia memerintahkan agar orang-orang yang ditempatkan Al-Makmun di sana dikembalikan ke negara asal mereka. 1 Bangkit dan runtuhnya Daulah Abbasiyah 2 Bangkit dan runtuhnya Daulah Abbasiyah hal
Masuknya Al-Mu`tashim ke Baghdad bertepatan dengan hari sabtu, awal Ramadhan tahun 218. B.Sifat Dan Karakter Al-Mu`tashim Sifat Al-Mu`tashim yang paling menonjol adalah berani, mempunyai tekad, pantang mundur, dan memiliki kekuatan yang besar. Ia menyukai pembangunan dan mengatakan, “sesungguhnya
di
dalam pembangunan
terkandung
perkara-perkara yang
terpuji;
pembangunan di muka bumi dapat menghidupkan dunia, memunculkan hasil tanah, memperbanyak harta benda, menghidupkan hewan, memurahkan harta, memperbanyak lapangan pekerjaan, dan memperluas kehidupan.” Ia berkata kepada menterinya, Muhammad bin Abi Abdil Malik, ” Jika kamu menemukan suatu tempat, lalu membiayainya sepuluh dirham, kemudian setelah satu tahun tempat tersebut mendatangkan sepuluh dirham kepadaku, maka janganlah kamu meminta perintah kepadaku tentangnya.” Al-Mu`tashim tidak berkicambung di bidang ilmu sebagaimana saudaranya, Al-Makmun, dan sebagaimana ayahnya, Harun Ar-Rasyid. Perhatian besarnya tertuju kepada pasukan dan meningkatkan kemampuan pasukan. Diantara jasanya adalah membangun kota Samara. Berikut ini saya sebutkan sebagian keterangan tentangnya: Ketika kota Baghdad terasa sempit dengan adanya pasukan Al-Mu`tashim dari kaum turki, ia berkata kepada salah satu sekretarisnya, “Sesungguhnya aku khawatir pasukan itu berteriak, lalu mereka membunuh para pemudaku, jika kamu memberikanku lokasi Samara, maka aku di atas mereka. Jika ada sesuatu yang merugikanku, maka aku mendatangi mereka dalam daratan dan lautan hingga aku mendapati mereka.” Sekretarisnya lantas menuju lokasi Samara yang terletak di dekat sungai Dajlah, di atas kota Baghdad dengan jarak tigak puluh farsakh (150 km). Al-Mu`tashim membeli biara di sana dengan harga lima ribu dirham dan membeli kebun disampingnya dengan harga yang sama. Tatkala proses pembebasan lahan telah sempurna, maka Al-Mu`tashim keluar pada akhir tahun 220 H hingga turun di Al-Qathul, yaitu sungai Samara yang digali oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid, lalu diatasnya istana dibangun. Al-Mu`tashim turun di sana dan mulai melakukan pembangunan pada tahun 221 H.
Ia membangun istana untuk dirinya dan
memerintahkan bangunan tempat untuk pasukannya. Orang-orang mendirikan bangunan-
bangunan di sekitar istananya. Al-Mu`tashim juga membangun masjid jami’ di ujung pasar dan menempatkan Asynas dan para panglima lainnya di Karakh Samara, yaitu Karakh Fairuz. Pembangunan semakin meluas, sehingga Samara menjadi salah satu kota besar islam dan hampir menandingi Baghdad. Perluasan Samara yang paling besar dan paling berperadaban adalah ketika Al-Mutawakil bin Al-Mu`tashim menjadi khalifah C.Kematian Al-Mu`tashim Al- Mu`tashim melakukan bekam pada awal muharram tahun 227 H. Setelah itu ia terkena serangan penyakit yang membuatnya meninggal dunia pada hari kamis, 8 Rabiul awal 227 H. Muhammad bin Abdil Malik Az-Zayyat meratapinya dalam sebuah syair.3
Aku berkata tatkala tangan-tangan menguburmu dengan tanah Pergilah, sungguh kau sebaik-baik penjaga dunia Dan sebaik-baik penolong agama Allah tidak menambah umat yang kehilangan dirimu Kecuali dengan seperti Harun.4
3 Bangkit dan runtuhnya daulah Abbasiyah 4 Bangkit dan runtuhnya Daulah Abbasiyah
BAB III PEMBAHASAN A.Para menteri Al-Mu`tasim -Al-Fadhl bin Marwan bin Masarkhas Ia seseorang nasrani dari kota bardan. Ia memiliki relasi dengan seseorang pejabat dan menjadi seketarisnya. Tulisan tangannya bagus. Kemudian ia bersama dengan sekretaris AlMu`tasim sebelum Al-Mu`tasim menjadi khalifah.
Sekretaris tersebut adalah yahya Al-
Jarmaqani. Setelah Yahya Al-Jarmaqani meninggal dunia, Al-Fadhl menggantikan posisinya. Al-Fadhal tetap dalam jabatannya itu hingga Al-Mu`tasim menjadi khalifah. Ketika AlMu`tasim keluar bersama Al-Makmun dalam perang terakhirnya, Al-Fadhl di Baghdad
melanjutkan urusan-urusannya Al-Mu`Tasim dan menulis atas nama Al-Mu`Tasim sesuka hatinya. Ketika ia mendengar kematian Al-Makmun, ia langsung memberi baiat kepada AlMu`tasim di Baghdad dan mengendalikan urusan-urusan hingga Al-Mu`tasim tiba di Baghdad sebagai khalifah. Al-Mu`tasim mengetahui jasa-jasa Al-Fadhl. Maka Al-Mu`tasim menyerahkan urusanurusan kekhalifahan kepadanya dan memberi pakaian-pakaian kebesaran kepadanya. Karena terlalu lama memegang urusan tersebut, menjadikan dominan, bahkan mandiri dalam hal itu. Keadaan terus demikian hingga dua tahun. Ketika Al-Mu`tashim merasakan kesewenangan Al-Fadhl dalam urusan-urusan negara, maka ia merasa keberatan terhadapnya. Suatu ketika Al-Fadhl datang kepada Al-Mu`tasim, lalu berkata kepada Al-Mu’tashim, “Berilah aku harta sekian dan sekian.” Al-Mu`tashim berkata kepadanya, ”Aku tidak memilikinya.” Al-Fadhl berkata, ”Lakukan cara-cara untuk mendapatkannya!” Al-Mu`tashim berkata, ”Dengan cara apa aku mendapatkannya dan siapa yang akan memberikan jumlah harta sekian padaku?” Tindakan Al-Fadhl ini membuat AlMu`tasim marah yang dapat diketahui dari raut mukanya.5
Al-Mu`tasim memiliki seorang teman yang humoris bernama Ibrahim Al-Hafati. Ia sudah menjadi teman Al-Mu`tasim sebelum menjabat khalifah.
Tatkala menjadi khalifah, Al-
Mu`tasim memerintahkan supaya Al-Fadhl memberikan harta kepada Al-Hafati. Akan tetapi sang menteri tidak memberikan sesuatu apapun kepadanya. Suatu hari Al-Hafati berada di sisi Al-Mu`tashim setelah istananya di Bagdad di bangun bersamaan dengan tamantamannya. Al-Mu`tasim berjalan di dalam taman tersebut sambil melihat bermacam-macam bunga dan tanaman yang ada di dalamnya. Ia ditemani oleh Al-Hafati. Al-Hafati memiliki perawakan yang sedang dan gemuk, sementara Al-Mu`tasim memiliki tubuh yang kurus. AlMu`tasim berjalan dengan cepat sehingga mendahului Al-Hafati. Tatkala Al-Mu`tashim lebih dahulu dan Al-Hafati tertinggal sampai tidak terlihat, maka Al-Mu`tasim berkata kepadanya, ”Kenapa kamu tidak berjalan?” Al-Mu`tasim merasa jalan Al-Hafati terlalu lambat. Tatkala hal ini terjadi berulang kali, maka Al-Hafati berkata kepada Al-Mu`tasim seraya bergurau, ’Aku melihat diriku sedang berjalan bersama khalifah dan aku tidak melihat diriku sedang 5 Daulah Abbasiyah
berjalan bersama vega. Demi Allah, kamu tidak beruntung.” Al-Mu`tashim tertawa dan berkata, ”Celaka kamu, apakah ada suatu keberuntungan yang belum aku temukan setelah aku menjadi khalifah? ” Al-Hafati berkata “ Apakah kamu mengira bahwa kamu telah beruntung sekarang? Sesungguhnya kamu hanya mendapatkn nama khalifah saja. Demi Allah, perintahmu tidaklah melewati telingamu. Khalifah yang sebenarnya adalah Al-Fadhl bin Marwan yang perintahnya langsung terlaksana.” Al-Mu`tasim berkata ”Manakah perintahku yang tidak terlaksana?” Al-Hafati berkata, ’Dua bulan yang lalu kamu telah memerintahkan agar aku diberi uang sekian. Namun sampai sekarang satu sen pun aku belum menerimanya.” Al-Mu`tasim langsung menyalahkan Al-Fadhl bin Marwan, di samping apa yang telah dilakukan Al-Fadhl menghadapnya sebelumnya. Khalifah Al-Mu`tasim mengambil insiatif dengan mengangkat bendahara yang khusus menangani nafkah orang-orang khusus bernama Ahmad bin Umar Al-Khurasani dan bendahara yang menangani masalah pajak dan semua harta benda bernama Nashr bin Manshur. Kemarahan Al-Mu`tasim terhadap Al-Fadhl bin Marwan semakin memuncak setelah memerintahkan pemeriksaan terhadap keuangan, dari segi pemasukan dan belanja negara. AlMu`tasim memerintahkan penangkapan terhadap Al-Fadhl,lalu dibawa ke rumahnya dan dibuang ke suatu desa di mosul yang disebut dengan As-sin. Al-Fadhl tetap seperti itu semasa hidup Al-Mu`tasim.6 Ash-Shuli berkata dalam Akhbar Al-Wuzara, “Sesungguhnya Al-Mu`tasim tatkalaa maarah terhadap Al-Fadhl,ia menyita satu juta dinar dari rumahnya dan perabot dan wadahwadah senilai satu juta dinar.” Al-Fadhl Marwan adalah orang yang sedikit pengetahuan,namun bagus tulisanny. Di antara perkataan yang dinukil darinya,”janganlah kamu mengganggu musuhmu saat dia sedang datang,karena kedatangannya menolong ats dirimu. Dan janganlah kamu menggangu diaa
saat
dia
berpaling,karena
sesungguhnya
keberpalingaan
mencukupimu
dari
perkaranya.”kehidupan Al-Fadhl berlanjut hingga tahun 250 H. Al-Mu`tasim mengganti Al-Fadhl dengan Ahmad bin Ammar Al-Khurasanni yang telah disebutkan. Ahmad bin Ammar tidak memiliki kemampuan dibidang tulisan. Suatu ketika AlMu`tasim mendapat surat dari sebagian pejabat.Sang menteri Ahmad bin Ammar 6 Daulah abbasiyah
membacakannya kepada Al-Mu`tasim. Di dalam surat tersebut tertulis Al-Kala, lantas AlMu`tasim bertanya,”Apakah Al-Kala`?” Ahmad bin Ammar menjawab,”Aku tidak mengetahui.” Al-Mu`tasim berkata ,“khalifahnya buta huruf dan menterinya bodoh.” AlMu`tasim tidak begitu mampu dalam menulis.Kemudian Al-Mu`tasim berkata,”Lihatlah para penulis yang ada di pintu.”mereka menemukan Muhammad bin Abdil Malik AzZayyat,”Apakah Al-Kala?” Az-Zayyat menjawab, “rumput secara umumm.jika rumput tersebut masih basah,maka di sebut dengan Al-Khala’dan jika rumput kering disebut dengan Al-Hasyisy.” Az-Zayyat kemudian menyebutkan pembagiaan macam-macam tumbuhan.Dari situ Al-Mu`tasim mengetahui kelebihan Az-Zayya, lalu mengangkatnya sebagai menteri. -Muhammad bin Abdil Malik bin Abban bin Hamzah (Ibnu Az-Zayyat) Kakeknya bernama Abban adalah seorang yang kuat,berasal dari desa AdDaskarah,pekerjaannya mendatangkan minyak,lalu membawanya ke Baghdad sehingga ia dikenal dengan istilah Az-Zayyat (tukaang minyak). Ibnu Az-Zayyat hidup di Baaghdad.Ia belajar dan menganyam pendidikan disana sehingga mendapatkan ilmu yang banyak.7 Dikatakan bahwa sesungguhnya Abu Utsman Al-Mazini tatkala datang di baghdad pada masa Al-Mu`tasim,murid-muridnya dan orang-orang yang duduk di majelisnya membahas ilmu nahwu.Jika mereka berselisih tentang masalah yang diragukan,maka Abu Utsman berkata kepada mereka,”kirimkanlah utusan kepada pemuda juru tulis ini (maksudnya Ibnu Az-Zayyat). Tanyakanlah kepadanya daan ketahuilah jawabannya,” mereka melakukan perintah Abu Utsman. Ibnu Az-Zayyat memberikan jawaban yang memuaskan Abu Utsman.lalu Abu Utsman memutuskan masalah dengan jawaban tersebut. Ibnu Az-Zayyat semula bekerja sebagai juru tulis di kantor admisnistrasi.kemudian terjadilah peristiwa yang telah kami sebutkan tadi tentan sejarah Ahmad bin Ammar. AlMu`tasim lantas mengangkat sebagi menteri dengan sebaik-baiknya.Ia tetap menjadi menteri hingga Al-Mu`tasim meninggal.ia juga menjadi menteri pada khalifah setelah sebagaimana akan di terangkan nanti. Muhammad
bin
Abdul
Malik
Az-Zayyat
disamping
memiliki
ilmu
pengetahuan,memiliki etika dan pandai melayani para raja,ia juga seorang penyair yang lihai.Da’bal bin Ali memasukkannya ke dalam daftar para penyair.Abu Abdillah Harun bin Al-Munajjim menyebutkannya dalam kitabnya al-bari. 7 Daulah abbasiyah
Sesuatu yang di cela darinya adalah sikap kerasnya terhadap para pejabat yang ia pecat karena berbuat khianat dalam tugas-tugas.Jika salah seorang di antara mereka mengatakan,”Wahai menteri,kasihanilah aku,”maka ia berkata “Kasih sayang adalah watak pengecut.” 3.Ahmad bin Abi Duad Al-Iyadi Ahmad bin Abi Duad bagi Al-Mu`tasim adalah seperti Yahya bin Aktsam bagi AlMakmun.Karena itu,kami menulis beritanya bersama para menteri. Keluarganya berasal dari salah satu desa Qannasrin.Ayahnya melakukan perdagangan ke negeri syam. Adapun dia dilahirkan di Bashrah tahun 160 H. Ia tumbuh dan berkembang di sana seraya menuntut ilmu,khususnya ilmu fikih dan ilmu kalam.Ia menemani Hayaj bin Al-Ala`As-Sullami.Ia termasuk murid Wasil bin Atha `tokoh besar dan pemuka kaum Muktazilah.8 Karena latar belakang tersebut ia condong kepada Muktazilah.Ia menghadiri majelis Yahya bin Aktsam di Baghdad.tatkala Al-Makmun memerintahkan kepada Yahya bin Aktsam agar memilih
kelompok
ahli
fikih
yang
duduk
dan
melakukan
pembahasannya
bersamaannya,maka Ahmad bin Abi Duad termasuk kelompok Fuqaha yang dipilih tersebut. Tatkala Ahmad bin Abi Duad berbicara,Al-Makmun memperhatikannya dengan serius,berusaha
memahami
apa
yang
diucapkannya
dan
menganggapnya
dengan
serius,berusaha memahami apa yang diucapkannya dan menganggapnya baik.Maka AlMakmun memerintahkan kepada Ahmad bin Abi Duad agar selalu datang di majelisnya dan tidak terlambat.Al-Makmun sangat menyukainya sehingga ia berkata kepada saudaranya,AlMu`tasim,dalam wasiatnya,”Hendaklah Abu Abdillah Ahmad bin Abi Duad tidak berpisah darimu,sertakanlah dia dalam musyawarah dalam semua urusanmu karena sesungguhnya dia ahli dalam hal itu.” Al-Mu`tasim
mengangkatnya
sebagai
hakim
agung.
Al-Mu`tasim
mengistimewakannya sehingga tiak melakukan suatu perbuatan yang rahasia maupun yang tidak rahasia,kecuali berdasarkan pendapatnya.Ahmad bin Abi Duad dalam kehidupan AlMu`tasim memiliki tempat yang istimewa tanpa ada yang menyamainya.azun bin ismail mengatakan,”Aku tidak melihat seorang pun yang lebih taat kepada seseorang melebihi AlMu`tasim taat kepada Ibnu Abi Duad.” 8 Daulah abbasiyah
Al-Mu`tasim pernah dimintai sesuatu yang sedikit,namun enggan memenuhi.Lalu Ibnu Abi Duad masuk ke istananya dan berbicara kepadanya tentang keluarganya,tentang tanah Haram Mekkah dan Madinah,wilayah yang jauh dari timur dan wilayahnya yang jauh dari barat. Al-Mu`tasim memenuhi semua yang diingikan Ibnu Abi Duad. Suatu hari,Ibnu Abi Duad berbicara kepada Al-Mu`tasim tentang dana untuk menggali sungai di wilayah jauh di Khurasan..Al-Mu`tasim mengatkan.”Aku tidak bertanggung jawab terhadap sungai ini.” Ibnu Abi Duad berkata,”Wahai Amirul Mukminim,sesungguhnya Allah akan menanyaimu tentang perkara rakyat terjauhmu,sebagaimana akan menanyaimu tentang perkara rakyat terddekatmu.”Ibnu Abi Duad terus memberikan penjelasan kepadanya hingga sang khalifah akhirnya mau mengeluarkan dana besar tersebut.9 Al-Hasan bin Adh-Dhahak sang penyair mengatakan kepada sebagian ahli kalam,”Ibnu Abi Duad bagi kami adalah orang yang tidak mengetahui bahasa,bagi kalian pandai fikih dan bagi Al-Mu`tasim menguasi semua itu.” Ibnu Abi Duad termasuk orang yang menyukai kebaikan untuk manusia.Ia memiliki jiwa yang mulia dan akhlak arab yang baik hingga ia dikenal memiliki kewibawaan.Ia menanggung bebean-beban demi kewibawaan dimana orang lain tak menyanggupinya.Ibnu Abdirrahman Al-Kalbi berkata,”Ibnu Abi Duad seluruhnya adalah ruh dari ujung ujung kepalanya hingga ujung kakinya.” Diantara cerita langkanya di bidang keperwiraan,sesungguhnya Al-Afsyain memiliki sifat dengki terhadap Abu Dalaf Al-Qasim bin Isa Al-Ijili karena unsur arab dan keberanian. Maka Al-Afsyain membuat tipu daya sehingga berhasil mendatangkansaksi bahwa Abu Dalaf telah melakukan kejahatan pembunuhan.Al-Afsyain menangkapnya dan menghadirkan algaojo untuk membunuhnya.Berita ini sampai kepada Ibnu Abi Duad.Ia khawatir jika lapor dulu masalah ini kepada Al-Mu`tasim,maka penyelamatan akan terlambat.Maka ia segera menaiki kendaraan bersama orang-orang adil.Ia datang kepada AlAfsyain yang telah siap mengeksekusi Abu Dalaf.Ia menghadap Al-Afsyain dan berkata,”sesungguhnya aku utusan Amirul Mukminin kepadamu.Ia telah memerintahkanmu agar tidak melakukan suatu apapun kepada Al-Qasyim bin Isa hingga menyerahkannya kepadaku.”Ia
menoleh
kepada
orang-orang
adil
dan
berkata,”saksikanlah
bahwa
sesungguhnya aku telah menyampaikan pesan Amirul Mukiminin tatkala Al-Qasim masih 9 Daulaah abbasiyah
hidup dan sehat.’Mereka berkata “Kami telah menyaksikan.”Ibnu Abi Duad keluar dan AlAfysain tidak mampu melaksanakan keinginannya.Ibnu Abi Duad pergi kepada Al-Mu`tasim secara
langsung.Ia
berkata
kepada
Amirul
Mukminin
,”Wahai
Amirul
Mukminin,sesungguhnya aku telah menyampaikan pesan darimu yang belum kamu ucapkan.Aku menggap tidak ada amalan yang paling baik daripadanya,dan sesungguhnya aku berharap anda mendapatkan surga surga dengannya.”Kemudian Ibnu Abi Duad menceritakan peristiwa tersebut. Al-mu`tasim membenarkan tindakannya,lalu menghadap kepada orang yang mendatangkan Al-Afsyain. Al-Mu`tasim melepaskan dan merangkulnya.Kemudian AlMu`tasim marah kepada Al-Afsyain atas rencanya tersebut.10 Keberadaan Ibnu Abi Duad menyeimbangkan emosi Al-Mu`tasim,karena Al-Mu`tasim dalah seorang pemberani,keras,dan suka tergesa tergesa.Jika Al-Mu`tasim cepat marah,maka Ibnu Abi Duad menurunkan emosinya dan memperlihatkan sisi kesabaran dan pemberian maaf.Tidak ada jalan bagi Al-Mu`tasim selain mengikuti Ibnu Abi Duad. Posisi Ibnu Abi Duad yang tinggi sangat membantu dalam melaksanakan keinginan.Suatu ketika Al-Mu`tasim marah terhadap Khalid bin Yazid bin Mazid AsySyaibani.Al-Mu`tasim memecat dari jabatannya karena ketidakmampuan dalam memuhi dana yang diminta Al-Mu`tasim.Khalid meminta bantuan kepada Ibnu Abi Duad, lalu Ibnu Abi
Duad
menyampaikannya
kepada
Al-Mu`tasim,namun
Al-Mu`tasim
tidak
menggubrisnya.Tatkala Al-Mu`tasim duduk dalam majelisnya,Ahmad bin Abi Duad yang menjabat hakim agung datang.Ia duduk di tempat yang lebih rendah dar tempat biasanya.AlMu`tasim bertanya kepadanya,”wahai Abu Abdillah,kamu duduk di tempat yang bukan tempat biasamu.” Ibnu Abi Duad berkata,”Aku tidak layak duduk kecuali di tempat yang lebih rendah dari tempat biasanya.” Al-Mu`tasim berkata,”kenapa seperti itu?”Ibnu Abi Duad menjawab,”karena orang-orang mengatakan bahwa itu bukanlah tempatku,aku diminta tolong seseorang lalu memberikan pertolongan.”Al-Mu`tasim berkata,”kembalilah ke tempat duduk asalmu.” Ibnu Abi Duad berkata,”Aku dapat memberikan pertolongan atau tidak?”AlMu`tasim berkata,”Dapat memberikan pertolongan.” Ibnu Abi Duad lantas naik ke tempat duduk asanya dan berkata,”Sesungguhnya manusia tidak mengetahui kerelaan Amirul Mukminin jika tidak memberikan baju kebesaran kepadanya (Khalid).”Al-Mu`tasim memerintahkan pemberian baju kebesaran kepada Khalid.Ibnu Abi Duad berkata,”Wahai Amirul Mukminin,sesungguhnya dia telah berhak 10 Daulah abbasiyah
mendapatkan gaji enam bulan yang harus diterimanya.Jika anda memerintahkan pemberian gaji tersebut kepadanya,maka apa yang anda lakukan akan menjadi penyambung hubungan.” Al-Mu`tasim berkata,”Aku telah memerintahkannya.” Khalid keluar dengan memakai baju kebesaran lagi dan membawa uang gaji.Waktu itu orang-orang sedang menunggu keputusan yang seperti ini.Seorang laki-laki berteriak, “ Alhamdulillah,kamu telah selamat wahai pemimpin arab.”Khalid berkata,”Diamlah,demi Allah,pemimpin arab adalah Ahmad bin Abi Duad.”11
Di dalam diri Ibnu Abi Duad terdapat kefanatikan dengan bahasa arab.Barangkali ini yang memberikan faedah kepada arab dan menjaga sebagian posisi mereka pada masa AlMu`tasim yang telah menjadikan kekuatan militernya dari para pemuda Turki,baik panglima maupun prajuritnya. Selain
posisinya
sebagai
hakim
agung,Ibnu
Abi
Duad
adalah
seorang
penyair,sastrawan agung,fasih,dan mencapai puncak keahliannya dalam bahasa. Da’bal menyebutkannya dalam kelompok penyair. Di antara perkataannyayang terkenal adalah,”Tiga orang yang harus diagungkan dan diketahui derajat mereka;ulama,para penguasa yang adil,dan saudara sesama muslim. Barang siapa yang merendahkan ulama,maka ia telah menghancurkan agamanya,barang siapa yang merendahkan penguasa,maka ia telah menghancurkan dunianya,dan barang siapa yang merendahkan saudaranya sesama muslim,maka ia telah menghancurkan kewaajibannya.” B.Kaum alawiyin semasa Al-Mu`tashim Pada awal masa Al-Mu`tasim,Muhammad bin Al-Jawad bin Ali Ar-Ridha,imam kesembilan syiah immamiyah itsna asyariyah meninggal dunia,Muhammad bin Al-Jawad wafat pada yahun 220 H dalam usianya 25 tahun.Ia meninggalkan istri, Ummul Fadhl binti Al-Makmun,maka Ummu Al-Fadhl dibawa keistana pamannya,Al-Mu`tasim. Jabatannya imamah kemudian dipegang oleh putranya,abu Al-Hasan Al-Hadi.umurnya tatkala ayahnya meninggal baru menginjak usia tujuh tahun. Tokoh Zaidiyah yang memberontak kepada Al-Mu`tasim adalah Muhammad bin AlQasim bin Ali bin Umar bin Ali bin al-Husain bin Ali. Ia di tinggal di Kufah,kemudian kelaur ke Thaliqan,Khurasan. Ia mengajak orang orang untuk mendukung Ar-Ridha dari keluarga 11 Daulah Abbasiyah
rasulullah SAW. Maka banyak manusia yang mendukung. Amir Khurasan Abdullah bin Thahir menyelidinya dan mengirimkan utusan-utusannya kepadanya. Keduanya mengalami beberapa perang di Thaliqan dan gunung-gunungnya.Ia dan temaan-temannya kalah. Maka ia melarikan diri menuju sebagian wilayah Khurasan yang mana penduduknya telah menyuratinya.ketika
ia
sampai
di
Nasa,keberadaannya
terdeteksi.
Maka
ia
ditangkap,diikat,lalu dikirim kepada Al-Mu`tasim. Ia di penjara di Samara tahun 219 H.Ia di tinggal di penjara hingga tatkala malam hari idul fitri dan manusi sibuk denga kegiatankegiatan hari raya,ia melakukan tipu daya agar dapat keluar dari penjara.Ia meminta bantuan beberapa orang dari pendukungnya.Ia melarikan diri dan tidak diketahui beritanya.Banyak kaum Zaidiyah yang tunduk kepada pemimpinannya.Banyak dari mereka yang meyakini bahwa ia masih hidup dan diberi rezeki,dan bahwa ia akan keluar untuk memenuhi bumi dan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman.Mereka juga menyakitinya sebagai Imam
mahdi
umat
ini.Kebanyakan
pendukungnya
ada
di
Kufah,gunung
Thabaristan,dailam,dan banyak kota di Khurasan.Keyakinan tersebut bertahan hingga tahun 232 H,sebagaimana di tulis dalam Murawwij Adz-Dzahab. C.TENTARA Kami telah menyampaikan informasi tentang banyaknya unsur-unsur non Arab dalam pasukan Daulah Abbasiyah pada masa Al-Makmun. Demikian karena tuntutan situasi dan kondisi saat itu sebagimana telah saya jelaskan. Ketika Al-Mu’tashim duduk sebagi khalifah, ia memperkuat jalan yang telah ditempuh para pendahulunya dalam hal itu. Al-Mu’tashim adalah seorang pemberani dan suka dengan orang-orang pemberani. Ia melihat pasukandari kalangan Arab tidak dapat dipercaya karena mereka sering berbuat kekacauan dan permusuhan terhadap para khalifah. Ia melihat orang-orang Turki sangat kuat. Maka ia ingin memiliki pasukan Turki yang dapat ia banggakan di hadapan pasukan Arab dan untuk merendahkan mereka. Ia memperbanyak jumlah tentara atau pasukan dari kalangan Turki, lebih besar daipada jumlah mereka semasa Al-Makmun. Ia menempatkan mereka di Baghdad. Sementara pasuka Arab disingkirkan sama sekali dan dihapus dari daftar pasukan resmi negara. Ia juga membentuk pasukan di Mesir, Yaman, dan Qais yang ia namakan dengan Mugharibah. Ia juga mendatangkan jumlah yang besar dari Ferghana dan Asyrusana. Pasukannya menjadi besar. Namun mereka dalah orang-orang ajam (non Arab ) yang berwatak keras. Mereka menunggang kendaraan dan berlalu lalang di jalan-jalan. Mereka menabrak laki-laki,
perempuan dan anak kecil. Maka penduduk pribumi menyikapi mereka dengan merusak kendaraan-kendaraan mereka dan melukai sebagian mereka. Sebagian ada yang terluka dari mereka membuatnya meninggal. Maka orang-orang Turki mengadukan hal ini kepada khalifah Al-Mu’tashim. Mayoritas mereka merasa tersakiti. Al-Mu’tashim melihat bahwa keberadaan orang-oran turki tersebut di tengah-tengah masyarakat Baghdad dan di sisi penduduk pribumi membahayakan mereka. Maka Al-Mu’tashim berpikir untuk membuat kota baru untuk dirinya dan pasukan barunya yang dia kagumi. Ia mendirikan kota Samara. Al-Mu’tashim memberi mereka seragam sutera kepada mereka, alat-alat dari emas dan perhiasan yang dilapisi emas. Al-Mu’tashim membedakan mereka dari yang lain dengan seragam khusu mereka. Beberapa panglima dari mereka telah masyhur dan dibanggakan oleh Al-Mu’tashim. Al-Mu’tashim mengandalkan masa depan khalifah islam dengan tangan mereka. Saya akan menyebutkan sebagiannya: 1. Al-Afsyain Haidar bin Kaus Ia seorang Turki dari Asyurasana, dari negeri Transoxania, Ferghana di sebelah timurnya, Samarkand di sebelah baratnya, Asy-Syasy dan sebagian Ferghana di sebalah utaranya dan sebagian perbatasan Kasy, Dhafayanan dan lainnya di sebelaah selatannya. Kotta yang ditempati para penguasaanya adalah Banjakats. Semasa Al-Makmun hidup, Haidar berada dalam rombongan Al-Mu’tashim. Ia berasal dari putra raja Asyrunah yang bergelar Al-Afsyain, setelah melihat keberanian dan kesopanan Haidar, Al-Mu’tashim meminta bantuannya dan mengurusi wilayah-wilayah kekuasaannya. Ketika itu Al-Mu’tashim ditugasi membawahi wilayah Mesir dan Syam. Al-Mu’tashim mengirim Haidar sebagai ganti dirinya untuk menumpas kekecauan di Riqqah dan Mesir. Haidar sukses dalam menjalankan tugas tersebut. Ketika Al-Mu’tashim menjadi khalifah, Al-Afsyain berada di garda depan panglima pasukan. Tahun 220 H Al-Afsyain ditunjuk untuk memerangi Babek sebagaimana yang telah disebutkan. Dalam peperangan ini ia menampakkan kehebatannya dan kemampuannya dalam mengatur pasukan hingga dapat mengalahkan musuhnya dengan posisi yang kuat. Ketika AlMu’tashim memerntahkn Al-Afsyain supaya kembali ke Samara, Al-Mu’tashim setiap hari mengirimi satu kuda dan pakaian kebesaran kapada Al-Afsyain dalam perjalan dari Barzah hingga sampai Samara.
Tatkala Al-Afsyain sudah dating, Al-Mu’tashim memberikan dua selempang beserta mutiara dan uang sebesar dua puluh juta dirham. Sepuluh juta untuk Al-Mu’tashim secara khusus dan sepuluh jutanya lagi untuk dibagikan kepada pasukannyaa. Al-Mu’tashim kemudian menugasinya sebgai pengawas wilayah Sind. Ketika Al-Mu’tashim memerangi Amuria, Al-Afsyain menjadi salah satu panglima dari tig kelompok pasukan yang memasuki negeri Romawi. Al-Afsyain yang bertugas memrangi Tufail, Raja Romawi, dan berhasil mengalahkan pasukannya. Semua penghormatan itu membuat Al-Afsyain berharap suatu hari nanti ia menjadi raja dan berkuasa secara mandiri di negerinya Asyrusanah. Indikasi awal yang dikenal dirinya adalah ketika memerangi Babek dan ia tidak mendapat hadiah atau harta kecuali mengirimkannya ke Asyurasanah. Hal ini melewati Abdullah bin Tharirb, Amir Khursan. Maka Abdullah bin Tharir menulis surat kepada Al-Mu’tashim untuk memberi kabar kepadanya tentang hal itu. Lalu Al-Mu’tashim menyurati Abdullah bin Tharir agar mencari tahu hadiah-hadiah yang dikirim Al-Afsyain ke Asyrusanah. Abdullah bin Tharir melaksankan perintah sang khalifah. Setiap kali Al-Afsyain mendapatkan harta yang siap untuk dikirimkan, maka teman-temannya membawanya sesuai dengan kemauan mereka. Satu orang saja dapat membawa lebih dari satu dinar. Abdillah bin Tharir melaporkan hal ini kepada Al-Mu’tashim. Suatu hari utusan-utusan Al-Afsyain turun di Naisabur dengan membawa hadiah-hadiah. Mengetahui hal ini Ibnu Tharir menahan mereka dan memeriksannya. Abdullah bin Tharir mendapatkan harta dalam jumlah yang besar dari mereka. Maka Abdullah bin Tharir merampasnya dari mereka dan berkata kepada mereka, “Dari man kalian mendapatkan harta ini? “ mereka mengatakan, “ Ini hadiah-hadiah Al-Afsyain dan harta bendanya.” Abullah bin Tharir berkata, “Kalian berdusta. Jika Al-Afsyain saudaraku ingin mengirimkan harta benda ini, maka ia akan mengirim surat untuk memberitahukan kepaaku tentang hal ini dan aku akan menjaganya, karena ini adalah harta yang besar dan kalian adalah para pencuri.” Abdullah bin Tharir mengambil harta benda itu dan menyerahkannya kepada pasukannya. Kemudian ia menulis surat kepada Al-Afsyain untuk memberitahukan apa yang dikatakan orang-orang tersebut. Abdullah bin Tharir mengatakan, “ Aku mengingkari kamu mengirim harta ini ke Asyrusanah dan kamu tidak akan memberikan kepadaku agar aku menjaganya, jika hata ini bukan milikmu, maka aku menyerahkannya kepada pasukan sebagai ganti dari harta yang
dikirim kepada Amirul Mukminin setiap tahun. Jika harta ini milikmu sebagaimana dikatakan mereka, maka jika harta ini dari Amirul Mukminin, aku mengembalikannya kepadamu dan jika selain itu, maka Amirul Mukminin lebih berhak dengan harta ini. Sesungguhnya aku menyerahkannya kepada pasukan karena aku ingin mengirim mereka ke Turki. “Al-Afsyain lantas menyurati Abdullah bin Tharir bahwa hartany dan harta Amirul Mukminin sama saja. Ia meminta kepada Abdullah bin Tharir agar melepaskan orang-orang yang membawa hartanya tersebut. Abdillah bin Tharir pun melepaskan mereka. Al-Afsyain melhat bahwa keinginannya tak terlaksana selama Ibnu Tharir masih berada di Khurasan. Ia menunggu kesempatan untuk mempengaruhi Al-Mu’tashim agar memecat Abdillah bin Thair dan mengangkat dirinya. Dengan begitu, ia dapat bergerak secara leluasa Di negeri Thabarisan terdapat seorang tokoh dari kalangan anak raja bernam Mazyar bin Qawin bin Wandahahrmuz. Ia tidak suka dengan keluarga Thahir. Ia idak mau menyerahkan upeti kepada keluarga Thahir. Ia menyerahkan langsung kepada Al-Mu’ktashim. Jika upeti yang di kirim telah sampai Hamadzan, Al-Mu’ktashim mengirim seseorang unutuk menerimanya, kemudian menyerahkan nya kepada teman Ibnu Thahir dan meneruskan nya ke Khaursan. Demikianlah keadan dianatara keduanya sehingga kebencian semakn bertambah dan mencapai puncaknya. Al-Afsyain memanfaatkan kesempatan ini. Ia enulis surat kepada Mazayar yang intinya ia mendukungnya dalam memusuhi Ibnu Thahir dan memberitahu kepadanya bahwa AlMu’tashim menyerahkan wilayahnya Khurasan kepadanya. Dengan begitu Al-Afsyain bermaksud membuat Mazayar menampakkan tindakan-tindakan pembangkangan hingga AlMu’tashim memerintahkan dirinya untuk memerangi Mazayar dan dirinya dapat menguasai Khurasan. Mazayar semakin terdorong untuk menampakkan pembangkangan, enggan menyerahkan upet dan berlindung di gunung-gunung Thabaristan. Kabar tingkah lakunya terengar sampai Abdullah bin Thahir. Maka Abdullah bin Thahir mengirim pamannya, Al-Hasan bin AlHusain bin Mush’ab, beserta dengan pasukan besar yang menjaga Jurjan. Semntar AlMu’tashim mengirim Muhammad bin Ibrahim bin Mush’ab bersama pasukan besarnya, ditambah lagi pasukan pimpinan Al-Hasan bin Qari ath- Thabar dan pasukannya yang ada di Al-Bab, Thariah. Penguasa Danbawan, Manshur bin Al-Hasan, juga bergerak menuju kota Rayy agar dapat memasuki Thabaristan dari arah Rayy. Sementara itu Al-Afsyain tidak mendapatkan tugs apa-apa. Pasukan-pasukan tersebut mengepung Thabaristan dari segala
arah dan berhasil mengalahkan pasukan Mazayar. Mazayar dan saudaranya, Qauhayar, meminta perlindungan kepada Al-Hasan bin Al-Husain. Abdullah bin Tharir memerinthkan penyerahan Mazayar dan keluarganya kepada Muhammad bin Ibrahim, lalu Muhammad bin Ibrahmin membawa mereka kepada Al-Mu’tashim di Samara. Al-Mu’tashim lantas memerintahkan supaaya Al-Afsyain dating kepadanya. Tatkala AlAfsyain sudah hadir, Al-Mu’tashim mengambil gelang-gelangnya dan menahannya. Kemudian Al-Mu’tashim menghadirkannya di siding umum untuk menginvestigasinya. Acara ini dipimpin oleh Menteri Muhammad bin Abdil Malik Az-Zayyat. Berdasarkan investigasi, terbukti bahwa Al-Afsyain mash dalam kekafirannya, bahwa ia melakukan berbagai cara untuk mencapai kerajaan negerinya, dan bahwa penduduk Asyurasanah memanggilnya dengan panggilan `Tuhan para tuhan`. Kemudian terbukti juga bahwa saudara Khasy menulis surat kepada Qauhar, saudara Mazayar, “Sesungguhnya tidak ada yang menolong `agama putih` ini selainku, selainmu, selain Babek. Adapun Babek sendiri dengan kebodohannya ia kemudian bunuh diri. Aku telah bersungguh-sungguh menghindarkannya dari kematian, namun kebodohannya memilih apa yang ia telah terjatuh didalamnya. Jika kamu melakukan pembangkangan, maka tidak ada yang dapat kamu andalkan selain diriku. Aku memiliki pasukan berkuda dan orang-orang yang hebat. Jika aku bergabung denganmu, maka tidak ada seorang pun yang memerangi kita kecuali tiga kaum: kaum Maghribi, kaum Arab, kaum Turki. Orang arab adalah seperti anjing. Lemparlah tulang kepadanya, lalu tusuklah kepalanya dengan peniti. Alat-alat itu (orang-orang Maghribi) adalah para pemakan kepala. Adapun anak-anak setan (orang-orang Turki), tunggulah waktunya hingga panah-panah mereka habis, kemudian kuda berputar kepada mereka dan menghabisi mereka sampai akhir. Setelah itu agama kembali sebagaiman agama orang-orang `ajam.” Setlah perkara Al-Afsyain terungkap dengan jelas, Qadhi Ibnu Abi Duad mengatakan, “Perkaranya telah jelas bagi kalian. Wahai pembangkang, kamu bertanggung jawab atas semua ini.” Al-Afsyain lantas dikembalikan ke penjaranya hingga meninggal. Setelah meninggal, ia dikeluarkan dan disalib dipintu umum hingga dilihat orang banyak. Kemudian di bakar bersama kayunya.” 2. Itakh Awalnya dia seorang budak milik salam Al-Abrasy yang ahli memasak. Al-Mu’tashim membelinya pada tahun 199 H. Itaks seorang yang perkasa dan pemberani. Al-Mu’tashim lantas menaikkan derajatnya. Setelah menjadi khalifah, Al-Mu’tashim menunjukkan
menjadi pembantu penjaga Samara bersama Ishaq bi Ibrahim. Jika Al-Mu’tashim ingin membunuh seseorang atau menahan seseorang, maka ia menyerahkan eksekusinya kepada Itakh. Al-Mu’tashim mengangkatnya sebagai panglima salah satu tiga kelompok pasukan yang masuk ke negara Romawi, ke Amuriah. Itakh tetap dalam jabatannya hingga masa kekhalifahan Al-Wasiq. Pada awal kekhalifahan Al-Mutawakil tahun 235 H, ia dibunuh. Tahun 199 H Ia dibeli sebagai manusia budak. Kemudian pada masa Al-Watsiq kejaraan di bawah kendalinya. Dialah yang mengatur pasuka; baik pasuka Maghribi, pasuka Turki maupun pasukan lainnya, uurusan pos, penyambutan tamu, dn lain sebaginya. 3. Asynan Dia adalah pemuda Turki yang dibeli Al-Mu’tashim dan dijadikannya budak karena keberaniannya yang tampak darinya. Dalam perang Amuriah, ia berada di barisan terdepan pasukan. Al-Mu’tashim pernah menunjukanya sebagai wakilnya di Samara tatkala Al-Mu’tashim keluar darinya. Al-Mu’tashim menaikkan pangkatnya tahun 225 H, yaitu mendudukkannya di kursi, memberikan mahkota kepadanya dan memeberinya selempang,sebagaimana
pernah
ia
lakukan
terhadap Al-Afsyain. Al-Mu’tashim
menikahkan putrinya, Atranjah, dengan Al-Hasan bin Al-Afsyain. Dalam pesta perkawinannya, Al-Mu’tashim mengundang masyarakat secara umum. Al-Mu’tashim secara langsung memeriksa siapa aja yang hadir. Posis yang demikian juga didapatkan pada masa khalifahan Al-Wasiq. Pada tahun 288 H, Al-Watsiq memeberikannya mahkota dan pemakaian dua selempang dengan mutiara kepadanya. Ia tetap dalam posisi tingginya hingga wafat tahun 230 H. Para panglima selain mereka adalah Ajif bin Anbasah, Washif, Bagha Al-Kabir Abu Musa dan lain-lain. Mereka adalah para panglima dari bangsa Turki yang telah dipilih Al-Mu’tashim karena keberaniannya. Al-Mu’tashim menyerahi mereka urusan kerajaan yang telah dibangun ayahnya. Sementara orang-orang Arab ia dikesampingkan dari kepemimpinan pasukan dan menghapus nama-nama mereka dari daftar pasukan resmi negara. AlMu’tashim mmerasa bangga dengan pasukan non Arab tersebut. Dengan demikian, ia
menempatkan bangsa Arab sebagi orang-orang yang berada di bawag kekuasaan orangorang non arab yang keras hati dan berbuat terhadap mereka dengan sesuka hartti. Meskipun Al-Mu’tashim tertipu dengan para panglima non Arab tersebut, ia merasa kesalahan pilihan itu. Terutama mayoritas orang-orang non- Arab tersebut tidak diketahui asal usul nasabnya. Ishaq bin Ibrahim telah bercerita bahwa Al-Mu’tashim berkat kepadanya, “wahai Ishaq, dihati ku ada sesuatu yang mengganjal yang telah membuatku berpikir sejenak waktu yang lama. Aku menyampaikannya kepadamu saat ini untuk mengungkapkannya apa yang sebelumnya terpendam. Aku melihat saudaraku AlMakmun telah mengangkat empat orang yang produktif. Sementara aku telah mengangkat empat orang yang tidak produktif sama sekali. Al-Makmun mengangkat Thahir bin AlHusain, aku telah melihat dan mendengarnya, Abdullah bin Thahir laki-laki yang tiada padannya. Kamu, demi Allah, sultan tidak akan menggantikanmu selamanya, dan saudaramu Muhammad bin Ibrahim, manakah ada orang seperti Muhammad bin Ibrahim? Adapun aku mengangkat Al-Afsyain, kamu telah melihat bagaimana kesudahannya. Asynan, orang yang gagal pemikirannya, Itakh tidak ada apa-apanya, dan Washif tidak mencukupi.” Ishaq bin Ibrahim berkata, “Semoga Allah menjaidkanmu tembusanmu. Aku akan menjawab dalam keadaan aman dan amarahmu.” Al-Mu’tashim berkata, “Katakanlah.” Ishaq berkata, “Wahai Amitul Mukminin, semoga Allah memuliakanmu, saudaramu melihat pokok-pokok, lalu menggunakannya sehingga melahirkan cabang-cabang. Sementara Amirul Mukminin (Al-Mu’tashim )menggunakan cabang-cabang yang tidak mampu melahirkan apapun karena mereka tidak memiliki pokok-pokok.” Al-Mu’tashim berkata, ”Wahai Ishaq, penderitaan yang aku alami dalam rentang waktu yang panjang ini lebih mudah bagiku daripada jawaban ini. ” Al-Mu’tashim yang paling bertanggung jawab atas apa-apa yang menimpa kaum Abbasiyah setelahnya berupa kekacauan urusan mereka, lemahnya kesultanan mereka, dan apa yang menimpa bangsa Arab berupa dominasi kaum non Arab terhadap mereka. Al-Mu’tashim bukanlah orang yang memiliki pandangan yang jauh ke depan. Ia hanyalah seseorang pemberani, menyukai para pemberani dan bangga dengan mereka; baik mereka memiliki nasab yang mulia atau tidak memilikinya, punya komitmen untuk menjaga eksistensi negara atau tidak. Ini merupakan kesalahan besar yang merendahkan wibawa negara dan menurunkannya dari keagungannya.
Di antara dampak-dampak yang disebabkan oleh organisasi pasukan non Arab dan ketidaan penghormatan mereka terhadap hak-hak umat adalah pemberontakan Abu Hard Al- Mubarqa` Al-Yamani di Palestina. Kronologi kejadiannya adalah, sebagian pasukan ingin beristirahat di rumah Abu Harb yang saat itu sedang tidak di rumah. Hal ini tidak dikenal dalam negara Arab sebelumnya. Saat itu dirumah ada istri Abu Harb atau saudara perempuan Abu Harb. Istri Abu Harb mencegah pasukan tersebut. Namun mereka malah memukulnya dengan cambuk. Istri Abu Harb menangkis pukulan tersebut dengan tangan sehingga tangannya terkena cambukan dan timbul bekas darinya. Ketika Abu Harb pulang, istrinya mengadukan apa yang telah terjadi kepadanya dan memperlihatkan bekas pukulan di tangannya. Abu Harb menghunus pedang dan pergi menuju prajurit tersebut. Abu Harb telah terbakar oleh rasa cemburu. Abu Harb membunuhnya. Abu Harb kemudian melarikan diri sambal menutup wajah dengan penutup kepala agar tidak dikenal. Ia pergi ke gunung di Yordan. Sultan mencarinya. Beritanya tidak diketahui. Saat siang hari, ia keluar dan duduk di atas gunung sambil menutupi wajahnya. Terkadang ada orang yang melihatnya, lalu mendatanginya, mengingatkannya, mendorongnya, untuk amar makruf dan nahi munkar, mengingatkannya sultan dan apa-apa yang datang kepada manusia dan mencelanya. Demikian terus menjadi kebiasaan, sehingga kaum dari wilayah tersebut dan masyarakat desa-desa menjadi pendukungnya. Tatkla pengikutnya sudah banyak, ia mmengajak masyarakat di sekitar wilayah tersebut untuk mendukungnya. Sekelompok pimpinan Yamaniyah memenuhi ajakannya. Di antara mereka seseorang yang dikenal dengan Ibnu Baishas. Ia orang yang ditaati oleh masyarakat Yaman. Beritanya pun berakhir sampai kepada Al-Mu’tashim. Maka Al-Mu’tashim mengirim raja `bin Ayyub Al-Hadhari bersama dengan pasukan yang jumlahnya sekitar seribu orang. Tatkala sampai ke wilayah Abu Harb, raja` bin Ayyub mendapatinya bersama dengn sekitar serratus ribu orang. Melihat keadaan seperti itu, raja `bin Ayyub mencari waktu yang tepat yaitu ketika para petani kembalik ke lading pertanian mereka sehingga Abu Harb tingga bersama dengan sekitar seribu atau dua ribu orang. Saat itulah raja`melakukan penyergapan dan menangkapnya. Kemudian Raja` membawanya kepada Al-Mu’tashim dalam keadaan tertawan. D.HUBUNGAN-HUBUNGAN LUAR NEGERI
Telah kami sebutkan di awal,bahwa Al-Mu`tasim sezaman dengan raja-raja Romawi, yaitu Tufail bin Michale. Ia mencari kesempatan untuk balas dendam terhadap kaum muslimin yang menundukkan dan mewajibkannya membayar upeti secara paksa. Suatu ketika,Al-Afsyain tengah memerangi Babek.Dalam keadaan terjepit,Babek mengirim surat kepada raja Romawi. Ia mengatakan, “Sesungguhnya raja arab telah mengarahkan sebagian besar pasukannya kepada ku.pintunya tidak ada yang menjaga.Jika kamu ingin keluar yang menyerangnya,maka kamu tidak akan mendapat perlawanan dari siapapun.” Babek berharap jika raja Romawi bergerak,maka ia dapat keluar dari pengepungan pasukan Al-Mu`tasim.Tidak lama kemudian Tufail bersama seratus ribu pasukan keluar hingga sampai Zabtharah.Tufail juga dibantu orang-orang yang telah diusir Ishaq bin Ibrahim dari gunung-gunung sebagimana sudah kami jelaskan dalam perang babekiyah. Ketika memasuki Zabthrah,Tufail membunuh kaum laki-laki,menawan kaum perempuan dan kaum lemah serta membakar seluruh isi kota.Kemudian ia segera menuju Malthiyah,menyerang
penduduknya
dan
kaum
muslimin
yang
berada
dalam
benteng,menawan kaum perempuan yang jumlahnya menurut sebagian riwayat lebih dari seribu peremuan.ia memutilasi tubuh kaum muslimin yang ditangkapnya.mencolok mata mereka dengan paku atau besi yang dipanaskan,memotong leher dan hidung-hidung mereka. Berita-berita ini sampai kepada Al-Mu`tashim di Samara.Al-Mu`tashim marah dan mengumumkan perang di istananya.Kemudian ia menaiki kendaraanya dan membawa perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan.Ia tidak keluar kecuali setelah persiapan sempurna. Akan tetapi ia terlebih dahulu mengirim pasukan depan agar memberi pertolongan kepada penduduk Zabtharah.Tatkala pasukan depan ini telah melihat kota Zabtharah,raja Romawi telah meninggalkannya.Mereka berhenti sejenak sehingga orang-orang kembali ke desa-desa mereka dan merasa tenang. Setelah urusan Babek selesai,Al-Mu`tashim bertanya,”manakah negeri Romawi yang lebih kuat dan lebih kokh bentengnya.” Dikatakan kepadanya,”Amuria.” Amuria adalah kota kelahiran Tufail sebagaimana Zabtharah adalah kota kelahiran Al-Mu`tashim. Kota ini belum pernah diserang musuh sebelum itu. Al-Mu`tashim pun melakukan persiapan yang belum pernah dilakukan khalifah sebelumnya dari segi persenjataan,jumlah pasukan,kendaraan,air,alat besi,dan bahan bakar.
Pasukan depan dipimpin oleh Asynas dan di susul oleh Itakh. Pasukan sayap kiri dipimpin oleh Ja`far bin Dinar bin Abdillah bin Al-Khayyaath. Al-Mu`tashim memerintahkan Al-Afsyain untuk terus berjalan hingga memasuki negeri Romawi melalui jalur Al-Hadats. Al-Mu`tashim memerintahkan agar memasuki benteng tersebut melalui Ankara. Al-Mu`tashim juga memerinthakan kepaada Asynas agar merangsek melalui jalur Tartus.Ketika Asynas sampai Maraj Al- Asqaf,dari surat Al-Mu`tashim dattang kepadanya yang isinya memerintahkan supaya berhenti karena Al-Mu`tashim mendapatkan informasi bahwa raja Romawi berada di sungai Al-Lamis untuk menghadapi Al-Afsyain. Asynas mengirim informasi ini kepada Al-Mu`tashim. Lantas Al-Mu`tashim segera mengirim para utusan kepada al-Afsyain untuk memberitahukan hal itu kepadanya. Al-Mu`tashim memerintahkan supaya berhenti ditempatnya karena waspada serangan raja Romawi sebelum pasukan islam berkumpul. Namun para utusan seblum sampai kepada Al-Afsyain sehingga Al-Afsyain tetap dalam perjalannya hingga bertemu dengan raja Romawi. Peperangan dasyat di antara keduanya tidak dapat dihindarkan. Pada awal hari,AlAfsyain mengalami kekalahan.kemudian Al-Afsyain mengatur ulang strategi perangnya sehingga dapat mengalahkan raja Romawi dengan sangat telak dan membuat pasukan mereka tercerai-cerai. Adapun pasukan Asynas dan Al-Mu`tashim sampai ke Ankara tanpa mendapatkan perlawanan karena pasukan Romawi tercerai-berai. Kemudian Al-Afsyain sampai di Ankara setelah keduanya datang selang satu hari. Ketika Al-Mu`tashim membagi pasukannya menjadi tiga kelompok;pertama,pasukan sayap kiri yang dipimpin Asyanas,kedua ,Pasukan inti yang dipmpin oleh Al-Mu`tashim. Ketiga,pasukan sayap kanan yang dipimpin oleh Al-Afsyain. Jarak antara pasukan yang satu dengan yang lain adalah dua Farsakh.ketiga kelompok ini berjalan dengan rapi hingga menuju Amuria. Jarak antara Amuria dengan Amkara adalah tujuh Marhalah. Pasukan yang pertama kali sampai Ankara adalah pasukan pimpinan Asyanas.ia bersama pasukannya berputar-putar di sekitarmya kemudian turun dalam jarak dua mill dari Ankara.Kemudian Al-Mu`tasim datang dan berputar-putar di sekitarnya.Kemudian AlAfsyain yang terakhir. Melihat kedatangan pasukan islam,penduduk Amuriah berlindung di balik bentengbenteng. Pasukan islam mengepungnya.Masing-masing panglima membawa menara-menara sesuai dengan kapasitas pasukannya. Alat-alat manjaniq(pelontar batu besar) dipasang untuk menghancurkan benteng. Salah satu sisi benteng di bagian al-Mu`tasim berhasil roboh stelah
perjuangan-perjuangan yang melelahkan.Kemudian terjadilah perang di bagian ini setelah parit diberi timbunan-timbunan. Perang terus berlanjut hingga kaum muslimin berhasil menguasai Amuria dan memperoleh rampasan perang dalam jumlah yang besar. Al-Mu`tasim balas dendam terhadap kaum Romawi atas apa yang mereka lakukan di zabtharah dan Malthiyah. Setelah perang selesai Al-Mu`tasim kembali ke Tarsus. Keberhasilannya dalam menguasai Amuria terjadi pada tanggal 6 Ramadhan tahun 223 H. AlMu`tashim meninggalkannya setelah 55 hari disana. Diantara perkara yang aneh dan kejahatan yang paling besar,sesungguhnya Al-Abbas bin Al-Makmun bersama sebagian panglima Al-Mu`tashim dari kalangan turki bersengkongkol untuk membunuh Al-Mu`tashim,agar Al-Abbas bin Al-Makmun menjadi khalifah sebagai ganti darinya.Mereka melakukan konspirasi atas hal itu pada saat menghadapi musuh,padahal baru saja mereka mendapatkan perlakuan-perlakuan yang baik dan kenikmatan-kenikmatan dari Al-Mu`tashim. Namun apa yang mereka rencanakan tidak berhasil. Al-Mu`tashim mengetahui rahasia konspirasi mereka. Al-Mu`tashim langsung menangkap para panglima tersebut,membunuh mereka dan mejajarkan Al-Abbas hingga meninggal karena penyiksaan yang keras. Orang yang menangani hal itu adalah Ajif bin Anbasah. Tatkala Al-Mu`tashim sampai di Samara,kedatangannya disambut banyak orang. Abu Tamam Habib bin Aus memujinya dalam sebuah kasidah yang masyhur,yang awalnya berikut ini, Pedang berita lebih jujur daripada buku-buku Matanya pemisah antara kesungguhan dan permainan. Dalam kasidah tersebut ia mengatakan, Dia telah membuka kemenangan-kemenangan yang tak mampu diurai Bait syair ataupun prosa dalam pidato Kemenangan,pintu-pintu langit terbuka karenanya Bumi muncul dalam pakain barunya Wahai,hari perang Amuria telah pergi darimu Harapan-harapan musuh Kau telah tinggikan umat islam Dan rendahkan umat musyrik dan negeri musyrik.
BAB IV IMPLEMENTASI Di lingkungan keluarga: 1. Selalu menghormati orang tua 2. Saling menghormati sesama anggota keluarga 3. Di lingkungan sekolah 1. Menaati peraturan sekolah 2. Menghormati gur 3. Selalu bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal Di lingkungan masyarakat 1. Saling menghargai satu sama lain 2. Saling membantu jika ada salah satu anggota masyarakat yang sedang kesusahan 3. Berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang raih dari hasil penyusunan makalah ini adalah bahwa AlMuk`tashim mempunyai sifat berani, mempunyai tekad, pantang mundur, dan memiliki kekuatan yang besar. Ia menyukai pembangunan,meskipun ia sangat lemah dalam pengetahuan tetapi ia sangat berjasa bagi islam yaitu dia bisa membangun kota Samara. Meskipun Al-Mu`tashim tidak memperhatikan secara rinci dalam pemilihan menteri-menterinya di masa pemerintahannya sehingga mengakibatkan lemahnya dalam masalah pemerintahannya, tetapi di balik ke tidak selektifannya.ia bisa menutupi nya dengan ke akurattan sistem keuangan di negara pimpinannya ia, maka dapat saya simpulkan dari penulisan makalah saya adalah: 1. Al-Mu’tashim adalah sosok pemberani dan sosok orang yang menyukai orang sekitarnya yang berani 2. Meskipun keterbatasan ilmu tetapi ia sudah bias membedakan penempatan posisi menteri dari orang-orang yang ahli di sekitarnya 3. Ia sangatlah berjasa dalam masa khalifahnya dia karena ia satusatunya yang berhasil membangun kota Samara
B. SARAN Sekarang kita mengetahui bahwa sosok Al-Mu’tashim yang sangat bagus untuk di tiru di era zaman sekarang, tetapi tidak semua sifat nya Al-Mu’tashim yang dapat kita cerminan, jika sifat dan keteladanannya dapat memajukkannya kita, ambilah dan amalkanlah, saya hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan
PETA KONSEP
BIOGRAFI
SIFAT DAN KARAKTER
KEMATIAN para menteri AlMU`TASHIM
AL-MUKTASIM
PEMERINTAHAN
KAUM ALAWIYIN AlMU`TASHIM HUBUNGANHUBUNGAN Al-Mu`tashim DI LINGKUNGAN KELUARGA
IMPLEMENTASI
DI LINGKUNGAN SEKOLAH DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
SWOT NO SWOT STRENGTH 1
POLITIK
EKONOMI
SOSIAL
BUDAYA
Ia dapat
Kelebihan berupa keakuratan
-
Syair sangatlah berkemban
membangun kota di
Samara
2
WEAKNESS
Tidak
teliti
dalam memilih kementerian dan tentaranya,
data yang dnukilkan oleh Qudamah bin Ja’far dalam kitab Al-kHARAJ Tidak tertata dalam sitem pengeluara n
mengakibatkan sebagian
dari
menterinya dan tentaranya ingin menguasai kekuasaan yang dimili Al-
g dan maju pada masa pemerintah an ini
Ia kurang bersosialisas i kepada masyarakat nya sehingga masyarakat yang kurang setuju dengan kebijakanny a di hanya bisa menyampai kan melalui menteri nya saja.
Mu’tashim
No 3
swot OPPORTUNI TY
politik Dapat menguasai dan membangun Romawi lebih
Ekonmi Kestabilan keuangan meskipun keadaan suatu negara
sosioal -
Budaya Kebudayaa n syair ini bisa berkemban g di Romawi
luas lagi bukan sedang hanya
bias
karena pada saat ini AlMu`tashim berhasil menguasai Romawi
tidak baik
membangun di kota Samara
4
NO
THREAT
SWOT
Masih ada sikap mengahmb urhamburkan uang atau boros
AGAMA
IPTEK
Kurang bersosialisas i terhadap masyarakat nya dan lebih sering bersosial dengan menterimenterinya
PENDIDIKAN
PERTAHANAN DAN
1
STRENGTH
-
-
-
KEAMANAN Senjata yang digunakan sudah
modern dan lengkap bahkan pada masa AlMu’tashim adalah masa persenjataan yang paling lengkap 2
WEAKNESS
-
-
Sosok AlMu’tashim sangat lemah dalam pendidikan, berbeda dengan Al-Makmun yang mempunyai kemanpuan dalam bidang pendidikan
NO
SWOT
AGAMA
IPTEK
SOSIAL
PERTAHANAN DAN KEAMANAN
3 4
OPPORTUNITY THREAT
-
-
-
tidak teliti dalam pemilihan tentara sehingga mengakibatkan tentara seperti AlAfsyain
DAFTAR PUSTAKA http://hizbut-tahrir.or.id/2010/12/21/kehormatan-muslimah-di-matakholifah-al-mu%E2%80%99tashim/ http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29024/1/NUR %20MAYASARI-FAH.pdf http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/05/08/lkuod0daulah-abbasiyah-almustashim-korban-pembantaian-tartar
LAMPIRAN 1. Apa judul makalah anda? Al-Mu`tashim 2. Ada berapa halaman di makalah anda? 26 halaman 3. Berapa lama anda mengerjakan makalah ini? 1 bulan 4. Siapa menteri pertama pada saat Al-Mu`tashim? Al-Fadhl Warman bin Masarkhas 5. Pada bulan apa Al-Mu`tashim di baiat menjadi khalifah? Bulan rajab 6. Berapa tahun perbedaan umurnya antara Al- Mu`tashim dengan AlMakmun? Sembilan tahun 7. Al-Mu`tashim berhasil menguasi ? Amuria 8. Pada tanggal berapa keberhasilan dalam menguasai Amuria? 6 ramadhan 9. Sifat Al-Mu`tashim yang paling menonjol? Berani,mempunyai tekad,pantang mundur,dan memiliki kekuatan yang besar
10.Al-Mu`tashim menyita rumah dan wadah-wadahnya yang senilai? Satu juta dinar dari rumah nya dan satu juta dinar dari perabot dan wadah-wadahnya 11.Berlangsung selama berapa bulan kah Al-Mu`tashim menjadi khalifah? Delapan bulan 12.Berlangsung selama berapa hari kah Al-Mu`tashim menjadi khalifah? delapan hari 13.Berlangsung selama berapa tahun kah Al-Mu`tashim menjadi khalifah? Delapan tahun 14.pada hari apakah kematian Al-Mu`tashim? kamis 15.Apa yang di maksud dengan putra mahkota? Telah menunjuk putra-putranya sendiri sebagai putra mahkota dan tidak menunjuk orang lain bersamanya 16.Pada saat menjadi khalifah negeri Romawi,ia kembali dengan pasukannya menuju? Baghdad 17.Siapakah menteri ke 2 dalam masa pemerintahan Al-Mu`tashim? Muhammaad bin Abdil Malik bin Abban bin Hamzah 18.Siapakah menteri ke 3dalam masa pemerintahan Al-Mu`tashim? Ahmad bin duad al-iyadi 19.apa kesalahan menteri ke 2 sehingga ia di gantikan? 20.Apa jasa terbesar dalam pemerintahan Al-Mu`tashim? Membangun kota samara