AL FIRQATUN NAJIYAH
AL FIRQATUN NAJIYAH Oleh: Syafiq Riza Basalamah
Prolog Melihat keadaan kaum muslimin di era masa kini, hati terasa disayat-sayat, musuh-musuh Islam menggerogoti dari luar dengan segala tipu daya baik lewat infansi militer ataupun dengan serangan pemikiran melalui media masa dan cetak. Ditambah lagi keretakan yang terjadi di tubuh umat Islam, dengan menjamurnya bid’ah-bid’ah, sekte-sekte dan berbagai penyimpangan dari petunjuk syariat, sehingga umat Islam berpecah belah. Akan tetapi pada umumnya musuh-musuh Islam tidak akan dapat menguasai umat Islam kecuali lewat jalur sekte-sekte dan golongan-golongan yang berpayung dengan payung Islam, dan sejarah telah mencatat realita ini, maka meluruskan yang bengkok dan memperbaiki yang salah serta mengembalikan umat kepada Islam yang benar adalah solusi untuk mengalahkan kekuatan asing. Berbicara tentang perpecahan umat Islam menjadi kelompok-kelompok dan golongan-golongan yang saling bertikai, terlintaslah di hati beberapa pertanyaan : Apakah perpecahan yang terjadi ini diridhoi oleh Allah
atau tidak?
Apakah kelompok-kelompok yang berpayung dengan nama Islam itu semuanya benar, sehingga seorang muslim boleh saja bergabung dengan kelompok mana saja, selama masih bernamakan Islam, atau yang benar hanya satu? Kalau yang benar hanya satu siapakah yang satu itu, dan bagaimana kita mengenalnya, agar kita termasuk darinya? Inilah beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam makalah ringkas ini.
Allah Menghendaki Perselisihan dan Perpecahan Terjadi Di dalam beberapa ayat dan hadits, telah dijelaskan bahwa perselisihan adalah sunnatullah dalam ciptaannya, di dalam surah Hud ayat 118-119 Allah berfirman: l]\[ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAm
“Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. Ibnu Katsir dalam penafsiran ayat ini berkata: “Dan perselisihan itu akan senantiasa ada di antara umat manusia, dalam agama-agamanya, akidah-akidahnya, ajaran-ajarannya, sekte-sektenya, madzhabmadzhabnya dan pendapat-pendapat mereka” (Tafsir Al Qur'an Al Adhim, Ibnu Katsir 4/361) Dan Rasulullah telah bersabda, menginformasikan kepada para sahabat akan terjadinya perselisihan yang banyak sekali, sebagaimana dalam hadits ‘Irbadh bin Sariyah : ((
))
“Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan” (Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, dishohihkan al Albani, lihat shohih Al Jami’ as Shoghir, no: 2549). 1
AL FIRQATUN NAJIYAH
Sudah tentu informasi dari Nabi shallallahu 'alahi wa sallam adalah wahyu Ilahi, dan realita telah menyaksikan kebenaran berita ini, di dalam hadits lainnya Rasulullah menjelaskan dengan lebih signifikan perpecahan yang akan terjadi ini: , 7 2 #$% 8 3 9 *+ , - .) / 01 , / 2 ,3 ! " #$% & ' () *+ , - .) / 01 , / 2 ,3 ! " #$% 456 ()
"
. " .) / 01
"Orang Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu kelompok dan Nashrani telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua kelompok dan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok" (HR Abu Dawud no: 4598, Tirmidzi no: 2852 dan Ibnu Majah no: 4126, dishohihkan oleh Al Albani dalam Shohihah no: 203) Kenyataan umat Islam di zaman ini telah membuktikan kebenaran sabda Rasulullah , di Indonesia saja sering bermunculan orang-orang nyeleneh yang mengaku menjadi nabi, padahal tidak ada nabi setelah Muhammad .
Allah Tidak Meridhoi Perselisihan dan Perpecahan Perselisihan dan perpecahan terjadi karena takdir Ilahi, akan tetapi Dia tidak menyukainya, sebagaimana kekufuran terjadi karena kehendaknya namun Dia membencinya. Untuk itulah di beberapa ayat di dalam Al Qur'an Allah melarang umat Islam berselisih dan berpecah belah: l¦¥¤£¢¡
m
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imron: 105). Dan firman-Nya dalam surah Ar Rum 31-32: l
Æm
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." Dan dalam ayat lainnya Allah memerintahkan agar umat bersatu dan tidak berpecah belah: l
gfedcbam
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (Ali Imron:103). Dan Rasulullah pernah memperingatkan umatnya dari perpecahan, Ibnu Mas’ud berkata: -D0
@BC : = ) A - I , H % G5? < , . E F
D 01 BC : = ) A @! ?
$1 ,
%$#$>
=51&
< ))
: N + 5) 3 ) A - " 5%! L ? M $% K" D 01 6 J l }| {zyxwv uts rqpon mlkj m "Rasulullah membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, “Ini jalan Allah yang lurus”. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, "Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalanjalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya". Selanjutnya beliau membaca firman Allah (yang artinya): "Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian
2
AL FIRQATUN NAJIYAH
itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-An'am: 153) (HR Ahmad no: 4437, hadits hasan, lihat Misykatul Mashobih no: 116). Dan Rasulullah telah bersabda tentang kewajiban meluruskan shof dalam sholat, menggambarkan kepada umat akan bahayanya perselisihan, Abu Mas’ud berkata: . U PY ^!TMU3 T_Y5T` S SY UaU b45S Y T 5SU3 U= U) .« Y R S5R$R) T\P$TY[TU 5R*P$TY[T+ UKT, ,S5TY1 » R=5RFTT, PVU W' #P TT0P TT SXT YET
P Q$ R=5S1T& UL U
“Adalah Rasulullah mengusap pundak-pundak kami pada saat akan memulai sholat, dan beliau bersabda: “Luruskanlah shaf dan janganlah kalian berselisih sehingga hati kalian menjadi berselisih”. Abu Mas'ud perawi hadits ini berkata : "Kalian hari ini perselisihannya jauh lebih hebat". (HR Muslim no: 1000). Dan pada kesempatan lain Rasulullah ((.% Ee
$ . e .f0g 4 &3
bersabda: , ! 3 / 2K
5C, ! 5 c L ? d L .) * ,
", .% Ee
$%))
“Wajib atas kalian untuk tetap bersama jama’ah, dan hidarilah perpecahan. Sesungguhnya setan bersama orang yang satu dan dia dari orang yang berdua lebih jauh. Barang siapa yang menginginkan tengah-tengahnya surga, maka hendaklah dia bersama jamaa’ah”. (HR. Tirmidzi no: 2318, Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shohih atTirmidzi, no: 2165). Ayat-ayat dan hadits-hadits di atas adalah dalil yang nyata bahwa perselisihan dan perpecahan tidaklah diridhoi. Meninjau dalil-dalil syara’ dapat disimpulkan bahwa perselisihan berbeda dengan perpecahan, dan perselisihan ada dua macamnya, perselisihan yang haram hukumnya seperti dalam masalah akidah, dan perkara-perkara yang sudah jelas dalilnya. Yang kedua adalah perselisihan yang boleh, yakni dalam masalah yang ada ruang untuk berijtihad.
Kenapa Perselisihan Dibenci? Allah menghedaki terjadinya perselisihan dan perpecahan namun dia membencinya, dan Allah adalah Al hakim, yang tidak berbuat sesuatu yang sia-sia, semua yang dia lakukan pasti berhikmah, diantara hikmah terjadinya perselisihan adalah tampaknya siapa yang benar-benar mengikuti jalan Allah dan siapa yang mengekor kepada hawa nafsu dan akalnya, mungkin seperti orang yang mengkonsumsi sebuah obat yang pahit rasanya, dan dia tetap mengkonsumsinya bukan karena dia menyukainya namun dikarenakan ada hikmah dibaliknya yakni harapan untuk sembuh, wa lillahi al matsalul a’la. Allah membenci perselisihan dikarenakan dampaknya sangatlah buruk, Ia menghancurkan kekuatan, menghilangkan kemampuan, menyia-nyiakan waktu, mematikan hati dan mengisinya dengan berbagai penyakit hati, kebencian, permusuhan, kedengkian dan sebagainya, serta meruntuhkan segala apa yang baik dan lurus di dalamnya, dan terbukti karena perselisihan umat Islam terobek-robek menjadi santapan orang-orang kafir. Ibnu Mas’ud
pernah berkata tentang perselisihan: (( M h i ))
“Perselisihan itu buruk”. (HR. Abu Dawud no: 1962). Al ‘Allamah As-Sa’di rahimahullah berkata tatkala menafsirkan ayat 102-103 dari surah Ali Imran: “Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman dengan hal-hal yang dapat menolong mereka untuk senantiasa bertakwa, yaitu bersatu dan berpegang-teguh dengan agama Allah; yang menjadikan dakwah kaum mukminin adalah dakwah yang satu, menyatu dan tidak saling berselisihan. Sesungguhnya dalam berkumpulnya kaum muslimin di atas agama mereka dan persatuan hati mereka, banyak kebaikan bagi agama dan dunia mereka. Dengan persatuan, mereka dapat mengatasi perkara dari berbagai macam perkara yang ada. Mereka memperoleh banyak kebaikan yang tidak terhitung jumlahnya karena persatuan mereka itu, dari sikap saling tolong-menolong dalam 3
AL FIRQATUN NAJIYAH
ketakwaan dan kebaikan. Seperti halnya perpecahan dan permusuhan akan mengakibatkan aturan (perikehidupan) menjadi rusak, memutuskan tali kekerabatan/persaudaraan, serta menjadikan setiap orang berbuat dan berjalan demi kepuasan syahwat pribadinya semata; meskipun mengakibatkan kerugian bagi masyarakat…” Dan inilah yang terjadi ketika umat Islam tidak bersatu di atas kebenaran.
Siapakah Al Firqatun Najiyah (Golongan Yang Selamat)? Setelah memahami bahwa perpecahan dibenci oleh Allah, dan realitanya umat Islam telah terkotakkotak menjadi golongan-golongan yang banyak, dari sini dapat diketahui bahwa banyaknya golongangolongan yang mengatasnamakan Islam tidaklah benar, pasti yang benar hanya satu. Dalam hadits Abu Hurairah yang menerangkan perpecahan umat menjadi 73 golongan, telah disebutkan tambahan yang shohih dari hadits Anas bin Malik dan ‘Auf bin Malik radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi telah bersabda tentang 73 golongan tersebut: «.% Ee kC, V! , K" &
l 6$ »
“Semuanya di neraka kecuali satu, yaitu Al Jama’ah” (HR Ahmad no: 16979, dan yang lainnya). Dan dalam riwayat lain: « n f>3, _5
$% 3 » : = ) m
=51& kC : D ) - « V! , .$ K" &
l 6$ »
"Semua golongan tersebut neraka, kecuali satu", dikatakan: "Siapakah wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "(Yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya pada hari ini.” (HR. Tirmidzi no: 2853 dan yang lainnya. Hadits ini telah dishohihkan oleh banyak ulama’ diantaranya Al Hakim, Ad Dzahabi, Ibnu Katsir, As Syathibi, Al Iroqi, Ibnu Hajar dan yang lainnya, lihat As Shohihah no: 204). Dalam hadits di atas Nabi telah menerangkan siapakah golongan yang selamat (al firqatun najiyah), yakni Al Jama’ah dan mereka adalah orang-orang yang menjalankan apa yang dijalankan beliau bersama para sahabat, yaitu menjalankan sunnah; oleh karena itu muncullah istilah ahlussunnah wal jama’ah sebagai golongan yang selamat. Asal makna jama’ah adalah sejumlah orang yang mengelompok. Tetapi, yang dimaksud dengan jama'ah dalam pembahasan aqidah ini adalah salaf (pendahulu) dari umat ini dari kalangan shahabat dan orang-orang yang mengikuti kebaikan mereka, sekalipun hanya seorang yang berdiri di atas kebenaran yang telah dianut oleh jama 'ah tersebut. (lihat Ar-Raudah An-Nadiyyah Syarh Al-Aqidah AlWashitiyyah, hal. 14 Zaid bin Fayyadh dan Muhammad Khalil Al-Haras, hal 16), sebagaimana Abdullah bin Mas'ud berkata : (ToT!Y T, T(Y R Lp"T, - qrTfU TrU T, T R.T% TEUe ) “Jama'ah adalah apa yang selaras dengan kebenaran, sekalipun engkau seorang diri”. (HR. Al Lalikai dalam Syarah Usul I’tiqod Ahlissunnah wal Jama’ah no: 160). Secara ringkas golongan yang selamat adalah yang mengikuti kebenaran dan petunjuk Nabi serta para sahabat beliau dengan tanpa mengurangi atau menambahi.
72 Golongan Yang Masuk Neraka Adalah Umat Muhammad Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Dan Barangsiapa berkata bahwa 72 golongan ini semuanya telah kufur dengan kekufuran yang mengeluarkan dari agama, maka dia telah menyelisihi Al Qur'an dan Sunnah dan ijma’ (kesepakatan) para sahabat radhiyallahu 'anhum, bahkan ijma’ imam yang empat dan yang lainnya, tidak ada diantara mereka yang mengkafirkan setiap golongan dari 72 golongan tersebut, namun sebagian diantara mereka mengkafirkan sebagian lainnya dengan beberapa perkataan.” (Majmu’ Fatawa 7/218). 4
AL FIRQATUN NAJIYAH
Ciri-ciri Al Firqatun Najiyah Ada beberapa ciri dan sifat yang dimiliki oleh al firqatun najiyah atau ahlussunnah wal jama'ah atau at thoifatul manshuroh (golongan yang ditolong), yang dengannya mereka teristimewakan dari golongan yang lain, di antaranya: Mereka adalah kelompok pertengahan (ummatan wasathan) dan pilihan. Allah berfirman (yang artinya): "Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu, umat yang pertengahan dan pilihan". [Al-Baqarah : 143]. Sikap moderat ahlussunnah wal jama'ah tampak dalam semua hal, baik dalam hal aqidah, hukum, perilaku, akhlak maupun lainnya. Mereka adalah kelompok pertengahan, antara yang berlebih-lebihan dan yang meremehkan. Hanya bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan Ijma’. Mereka senantiasa menjadikan Al Qur'an dan Sunnah sebagai sumber pengambilan, baik dalam ibadah, akidah, mu'amalah, sikap maupun akhlak, serta memahami keduanya sesuai dengan pemahaman salafus shalih, Rasulullah bersabda: (( x5y k$% 4 w ) *
, -8 1 ,
v
: u! 5$t+
/s M
( +))
"Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya mendatangiku di telaga." (HR. Malik dalam Al Muwattho’ no: 1594, Dishahihkan Al Albani dalam Misykatul Mashobih no:186). Dan Allah telah mengancam mereka yang menentang sunnah Nabi para salaf, dengan firman-Nya:
serta menyelisihi jalan
lsr qponmlkjihgfedcba`_^m
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (QS. An Nisaa’: 115) Apabila terjadi pertentangan pendapat, mengembalikannya kepada kalamullah dan kepada sunnah Rasul , karena menjalankan firman Allah , di surah An Nisa’: 59, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (QS. An Nisa’: 59). Paling mengerti akan Rasulullah . Mereka mengetahui petunjuk, amal, ucapan dan ketetapan-ketetapannya. Karena itu, mereka adalah orang yang paling mencintai beliau dan paling setia mengikuti sunnahnya, dan paling loyal kepada para pengikut sunnah, dan mereka adalah orang yang membenci bid’ah, dalam hadits: Dari Abi Najih, Al ‘Irbad bin Sariyah , ia berkata : “Rasulullah bersabda, "Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertakwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta'at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607 dan At Tirmidzi no: 2678, dishahihkan Al Albani di shahih Abi Dawud no: 4607). Senantiasa menjaga kemurnian tauhid. Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo'a dan memohon pertolongan – baik dalam masa sulit maupun lapang–, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk 5
AL FIRQATUN NAJIYAH
ibadah lain yang semuanya adalah inti dakwahnya para rasul dan menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul alaihimus shalaatu was salam. Allah telah berfirman dalam surah An Nur: 55 yang artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik”. Tidak memiliki imam yang diagungkan, yang mereka ambil seluruh ucapannya kecuali Rasulullah . Adapun selain Rasulullah , maka mereka menimbangnya dengan Al Qur'an dan Sunnah, jika sesuai dengan keduanya maka diterima, dan jika tidak maka ditolak. Ibnu Abbas berkata: "Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan: "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda", sedang mereka mengatakan: "Abu Bakar dan Umar berkata". (HR. Ahmad no: 3121). Meninggalkan perseteruan dalam masalah agama, dan dalam masalah halal dan haram, dan Mereka masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dan beriman kepada Al Qur'an secara keseluruhan pula, sebagai menifestasi dari firman Allah di surah Al Baqarah: 208. Mengagungkan para Salafush Shalih, meneladani dan menjadikan mereka sebagai teladan. Mereka melihat bahwa jalan para Salafush Shalih adalah jalan yang paling selamat, paling mengetahui dan paling bijaksana, karena Allah telah memberikan kesaksian baik untuk mereka (QS. At Taubah: 100) dan Rasulullah juga dalam sabdanya: “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya…” (HR. Bukhori no. 4557). Menolak penakwilan dalam nash-nash syara’ dan menerima sepenuhnya (taslim). Serta tidak menghakimi nash-nash tersebut dengan akal mereka, tetapi mereka menghakimi akal mereka dengan nash-nash syara'. Memadukan antara nash-nash tentang suatu persoalan dan mengembalikan al mustasyabih (nash yang belum jelas) kepada al muhkam (yang telah jelas ketentuannya), yang dengan demikian mereka bisa mencapai kebenaran dalam masalah tersebut. Mereka adalah suri tauladan untuk orang-orang sholeh, menunjukkan kepada kebenaran dan membimbing ke jalan yang lurus. Mereka teguh di atas kebenaran, dan bersepakat dalam masalah akidah. Mereka memadukan antara ilmu dan ibadah, antara tawwakal kepada Allah dengan ikhtiar dan berusaha, antara keluasan dalam dunia dengan sikap zuhud, antara khauf (takut), raja' (harap) dan hubb (cinta), memadukan antara kasih sayang dan lemah lembut dengan sikap keras dan kasar dan mereka tidak akan berubah dengan bergantinya tempat dan masa. Tidak menamakan dirinya mereka kecuali dengan nama Islam dan sunnah serta jamaah, dan yang semakna. “ Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Qur'an) ini”. (QS. Al Hajj: 78). Bersemangat dan sungguh-sungguh dalam menebarkan akidah yang benar dan agama yang lurus, serta mengajarkannya kepada manusia dan membimbing mereka serta memberikan nasehat bagi mereka dan memperhatikan urusan-urusan mereka. Sabar dan tabah dalam mempertahankan perkataan mereka dan akidah serta dakwah mereka. Berusaha untuk menyatukan kalimat umat Islam atas kebenaran. Mereka sangat peduli bagi kesatuan umat Islam, menghilangkan sebab-sebab pertikaian dan perpecahan, dan menjauhkan umat darinya. 6
AL FIRQATUN NAJIYAH
Selamat dari sikap saling mengkafirkan satu sama lain. Dan mereka membantah dan menjelaskan kebenaran kepada orang yang berselisih dengan ilmu dan adil. Saling mencintai dan menyayangi satu sama lain, saling tolong menolong, menutupi kekurangan saudaranya dan mereka tidak membenci dan mencintai kecuali karena Allah. Ringkasnya mereka adalah orang ayang paling mulia akhlaknya, paling bersungguh-sungguh dalam menyucikan diri, dengan ketaan kepada Allah, paling luas wawasannya, paling lapang dadanya mererima perbedaan pendapat dan paling memahami etika dan kaidah-kaidahnya. Namun bukan berarti personil al firqatun najiyah itu maksum. Tetapi manhaj (jalan) dan jama'ah merekalah yang maksum. Jika ahlussunnah memiliki kesalahan maka kelompok lain lebih banyak, dan jika kelompok lain memiliki keutamaan dan ilmu maka keutamaan dan ilmu ahlussunnah lebih sempurna dan lengkap. Rasulullah
telah bersabda tentang golongan yang selamat ini: « T•PUBU Y SCT, P Q$ S Y U3 T#P+`aT #WT C3,
K, Y S6UUBT Y T Y SC^ StT UK zrTf` #U$T% T p PC U{ #PW R3 Y P |.U*P} UG R= T~T+ UK »
“Senantiasa ada dari umatku sekelompok orang yang menegakkan perintah Allah , tidak merugikannya orang yang menghina dan menyelisihi mereka sampai datang hari kiamat dan mereka berada dalam keadaan demikian”. (HR. Bukhari no: 7311 dan Muslim no: 5059) Semoga Allah membimbing kita menuju kepada jalan kebenaran dan menjaga kita di atasnya sampai ajal menjemput, amin. /€
v&
!Ey , /$1 € #$% _ 1, L5*' E% V~ v& • & L f01,
7