1
KARYA ILMIAH
AKUNTANSI PIUTANG USAHA
O L E H
HALOMOAN SIHOMBING, S.E.
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2013
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Penulis telah berupaya besar untuk menyeesaikan karya ilmiah ini, namun demikian penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan menyambut baik adanya kritik dari saran dari pembaca untuk membangun dan menyempurnakan karya ilmiah ini. Mulai dari rencana penulisan sampai dengan hasil akhir penulisan karya ilmiah ini, penulis memperoleh dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas HKBP Nommensen. 2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen. 3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen. 4. Rekan-rekan dosen di lingkungan Universitas HKBP Nommensen. 5. Kepala
Perpustakaan
dan
pegawai
perpustakaan
Universitas
HKBP
Nommensen. 6. Mahasiswa Program Studi Akuntansi yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas masukan dari mereka ketika penulis membahas topik akuntasi piutang dalam materi perkuliahan.
2
3
Akhir kata, kiranya tulisan sederhana ini memberi manfaat yang sangat berharga untuk menambah kepustakaan yang membahas topik pengendalian intern piutang sebagai bahan pelajaran untuk menambah ilmu pengetahuan yang dapat bernilai ilmiah.
Medan, 24 Mei 2013 Penulis,
Halomoan Sihombing, S.E.
3
4
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ………………………………………………..
i
DAFTAR ISI .........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................
3
1.3. Luas dan Tujuan Penulisan .......................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
4
2.1. Pengertian Akuntasi ....................................................................
4
2.2. Pengertian Piutang ......................................................................
5
2.3. Penggolongan Piutang .................................................................
6
2.4. Pengakuan Piutang .......................................................................
8
2.5. Penilaian Piutang ..........................................................................
8
2.6. Penghapusan Piutang ....................................................................
9
2.7. Penilaian Umur Piutang ................................................................
15
2.8. Pengungkapan Piutang .................................................................
18
BAB III ANALISA DAN EVALUASI .................................................
22
3.1.
Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha ..............................
22
3.2.
Analisa Piutang yang Dijaminkan Perusahaan .............................
24
4
5
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
26
4.1.
Kesimpulan .................................................................................
26
4.2.
Saran ............................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
29
5
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan munculnya perusahaan-perusahaan
besar.
Perusahaan-perusahaan
besar
tersebut
mengakibatkan persaingan antarperusahaan semakin ketat sehingga banyak perusahaan menghadapi masalah-masalah dalam bersaing, diantaranya bersaing dalam memasarkan barang dagangan atau bersaing untuk merebut pangsa pasar itu melalui berbagai kebijaksanaan dalam meningkatkan penjualan demi meraih keuntungan yang sebesar-besarnya agar perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang. Setiap perusahaan ingin meningkatkan volume penjualan serta lancarnya kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan penjualan secara tunai maupun secara kredit. Penjualan secara tunai akan langsung menambah kas perusahaan, sedangkan penjualan yang dilakukan secara kredit akan menimbulkan perkiraan piutang usaha bagi perusahaan tersebut. Perkiraan piutang ini terjadi karena adanya transaksi antara pihak perusahaan yang menjual barang atau jasa secara kredit dengan pihak yang melakukan pembelian barang atau jasa secara kredit. Piutang merupakan salah satu unsure dari aktiva yang cukup material dari suatu
perusahaan.
Dengan
demikian,
kesalahan
dalam
pencatatan,
pengklasifikasian serta ketidakcermatan dalam penaksiran penyisihan piutang tak
6
7
tertagih atau piutang ragu-ragu akan mempengaruhi laporan keuangan yaitu laporan
yang
dibuat
oleh
pimpinan
perusahaan
sebagai
hasil
pertanggungjawabannya kepada berbagai pihak yang memerlukan laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang disajikan pimpinan perusahaan itu merupakan sumber yang paling utama dari informasi yang diperlukan oleh setiap pemegang saham atau calon pemegang saham dan khalayak ramai mengenai jalannya kinerja perusahaan. Untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan harus dilakukan usaha yang efektif dan efisien guna mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat piutang usaha yang tidak tertagih. Usaha tersebut harus sudah dimulai sejak saat melaksanakan penjualan kemudian pencatatannya hingga pada pengawasan piutang itu sendiri. Kita ketahui bahwa pengendalian dan pengawasan piutang merupakan hal yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, dengan pengendalian dan pengawasan piutang yang baik dalam suatu perusahaan diharapkan piutang dapat diterima tepat pada waktunya. Selanjutnya perusahaan dapat memanfaatkan hasil penerimaan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan. Namun perlu diingat, bahwa tidak satupun sistem akuntansi yang baik dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan faktor manusia dan peralatan yang canggih yang dapat bekerja
dengan
tidak
menyimpang
dari
ketentuan,
norma-norma,
dan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
7
8
Melihat pentingnya piutang dalam perusahaan, maka sangat perlu dilakukan penyajian piutang dalam laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta penggolongan dan penyajian piutang dalam neraca harus dilaksanakan secara tetap sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia. Sesuai dengan penjelasan di atas, pentingnya penanganan piutang usaha bagi perusahaan mendorong penulis untuk membuat karya ilmiah dengan judul ”Akuntansi Piutang Usaha”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah yang ditemukan dalam pemahasan akuntansi piutang usaha adalah: Penyajian Piutang Usaha dalam Laporan Keuangan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
1.3. Luas dan Tujuan Penelitian Suatu masalah sangat erat hubungannya dengan masalah lain dan masalah tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Mengingat keterbatasan waktu,, tenaga, biaya, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka luasnya penulisan karya ilmiah ini hanya dibatasi pada penanganan akuntansi piutang usaha. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyajian piutang usaha yang benar dalam laporan keuangan.
8
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Akuntansi Akuntansi bukanlah suatu hukum atau kebenaran yang fundamental, melainkan hanya suatu jembatan yang digunakan secara umum untuk membantu pemimpin mengendalikan masalah keuangan dalam perusahaan. Akuntansi memberikan
andil
yang
cukup
besar
dalam
mencapau
keberhasilan,
mempertahankan komunitas, dan memajukan usaha. Definisi akuntansi sangat banyak dan luas. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi akuntansi yang dikemukakan oileh beberapa ahli seperti Committee on Terminology of The american institute of Certified Public Accountans dalam Belkaoui (1993:4) mengatakan bahwa akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang palig tidak sebagian dan bersifat keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya. Dewan Standar Akuntansi di Amerika Serikat yang dikenal dengan Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 dalam Smith (1996:3) memberikan definisi akuntansi sebagai aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat di antara berbagai alternatif tindakan.
9
10
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapatlah dibuat suatu uraian yang memberikan gambaran tentang akuntansi bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu deskriptif dan analitis, suatu informasi dan merupakan aktivitas jasa. Sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif dan analitis, akuntansi mengidentifikasi sejumlah besar transaksi dan kejadian ekonomi yang merupakan datat-data keuangan dari aktivitas ekonomi suatu perusahaan. Data yang berjumlah banyak tersebut akan diukur, diklasifikasikan, diikhtisarkan (diringkaskan), dan disusun secara tepat menjadi pos-pos yang jumlahnya menjadi relatif sedikit. Kemudian pos-pos ini akan menjadi gambaran dari posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas perusahaan yang disebut laporan keuangan dan dilaporkan pada akhir periode tertentu. 2.2. Pengertian Piutang Piutang merupakan bagian dari tagihan kepada perorangan/individu atau organisasi yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit tanpa disertai janji tertulis secara formal (= Periode Jatuh Tempo) dimana pelunasannya kurang dari 1 (satu) tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar (current asset). Penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995:PSAK No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4) menyatakan bahwa piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan
10
11
usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Definisi piutang menurut Fess (1993:232), istilah piutang (receivable) meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap perorangan, badan usaha atau pihak tertagih lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi dimana yang paling umum ialah dari penjualan barang taupun jasa secara kredit. Sedangkan menurut Jusup (1994:52), piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit. Dari beberapa defini piutang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya piutang itu timbul sewaktu sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan perusahaan itu berhak atas penerimaan kas di masa mendatang. Proses timbulnya piutang ini dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada langganan atau debiturnya, melakukan pengiriman barang, penagihan, dan akhirnya menerima pembayaran piutang tersebut. 2.3. Penggolongan Piutang Penggolongan piutang dalam suatu perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pelaksanaan pencatatan atas transaksi yang mempengaruhi piutang yang ada di perusahaan tersebut. Transaksi ini berasal dari transaksi penjualan kredit, transaksi return penjualan, transaksi penerimaan kas dari piutang, dan transaksi penghapusan piutang.
11
12
Untuk tujuan pelaporan keuangan, perusahaan hendaknya menggolongkan piutang menurut lamanya tanggal jatuh tempo. Penggolongan semacam ini akan menghasilkan piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang diperkirakan dapat ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Sedangkan piutang tidak lancar diperkirakan penagihannya dilakukan lebih dari satu tahun dalam suatu siklus operasi normal perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995: PSAK No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4), penggolongan piutang melipurti menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan menurut Baridwan (1993:124) mengemukakan bahwa piutang terdiri atas tiga golongan yaitu piutang dagang (usaha), piutang bukan dagang, dan piutang penghasilan. Piutang dagang merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual yang penagihannya tidak lebih dari satu periode akuntansi dan pada umumnya penjualan secara kredit biasanya dengan syarat pembayaran (2/10, n/30), seperti piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Sedangkan piutang di luar dagang merupakan adanya transaksi di luar dagang yang mengakibatkan timbulnya tagihan pada masa yang akan datang kepada konsumen, seperti: piutang dividen, piutang bunga, piutang sewa, d.l.l. Jika suatu transaksi yang mengakibatkan piutang, yang mana transaksi tersebut dituangkan dalam sebuah janji tertulis yang periode penagihannya bisa
12
13
kurang dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun periode akuntansi maka hal inilah yang disebut Piutang wesel atau surat piutang (Note Receivable). 2.4. Pengakuan Piutang Dalam banyak transaksi yang terjadi jumlah piutang yang akan diakui tergantung dari harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran tersebut adalah besarnya hutang dari yang berhutang (pelanggan atau peminjam) dan hal ini akan didukung oleh bukti atau faktur atas transaski tersebut. Faktur sering digunakan sebagai alat pengukuran namun hal tersebut sering menjadi kendala dalam penentuan harga pertukaran. Kesulitan yang dihadapi dalam penentuan harga pertukaran terletak pada jika ada potongan dagang dan potongan tunai. Dalam pengakuan piutang dagang terdapat dua metode yang digunakan : a. Metode Kotor (Gross Method) Dicatat total penjualan meski ada syarat potongan penjualan atau diskon jika membayar tidak melebihi waktu yang ditetapkan. b. Metode Bersih (Net Method) Dicatat penjualan bersih setelah dikurangi potongan penjualan nantinya. 2.5. Penilaian Piutang Piutang Usaha dinilai sebesar jumlah piutang usaha yang diiharapkan dapat ditagih / diterima. Setiap akhir periode, saldo piutang usaha harus disesuaikan untuk mengakui adanya Biaya Kerugian Piutang dan memperbaiki penyajian saldo piutang usaha di neraca.
13
14
Nilai piutang yang dapat ditagih = Jumlah piutang – Cadangan kerugian piutang Adjustment Journal: Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt)
xxx
-
-
xxx
Kalau di neraca dapat kita lihat sebagai berikut:
Kas Piutang Cad. Kerugian Piutang Piutang bersih Persediaan
PT. X Neraca Per 31 Desember 2007 XXX XXX (xxx) XXX XXX
2.6. Penghapusan Piutang Piutang dagang yang dimiliki perusahaan merupakan tagihan-tagihan yang tidak disertai dengan janji tertulis antara pihak yang berpiutang (kreditur) dengan pihak yang mempunyai kewajiban (debitur) sehingga kemungkinan terdapat beberapa piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang tidak tertagih terjadi karena adanya usaha untuk memperoleh pendapatan dikelompokkan sebagai Biaya Usaha dimana dalam akuntansi disebut Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense). Oleh sebab itu, perusahaan akan menanggung risiko kerugian akibat tidak tertagihnya piutang tersebut. Berikut ini beberapa alasan yang mengakibatkan tidak tertagihnya piutang, yaitu: 1. Terhentinya usaha pelanggan (debitur) sehingga ia tidak mampu melunasi kewajibannya kepada kreditur;
14
15
2. Debitur melarikan diri; 3. Perusahaan gagal memaksa pembayaran secara sah dari debitur; 4. Belum adanya kesepakatan antara kreditur dengan debitur mengenai jumlah piutang yang masih akan diselesaikan; 5. Debitur meninggal dunia. Risiko tidak tertagihnya piutang merupakan kerugian perusahaan sehingga perusahaan harus melakukan penghapusan terhadap piutang tak tertagih tersebut. Penghapusan piutang ini adalah pengurang jumlah piutang karena debitur diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Dalam menentukan kerugian piutang tak tertagih harus ditangani secara tepat. Kesalahan dalam penanganan piutang tidak jarang berakibat fatal bagi perusahaan sehingga mengakibatkan semakin banyak dana yang tertanam pada piutang sehingga akan menghambat kelancaran operasional perusahaan. Menurut Skousen (2001:307), terdapat dua cara untuk menghitung kerugian dari piutang yang tidak tertagih, yaitu: metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. 1. Metode Penghapusan Langsung Metode ini digunakan pada perusahaan kecil yang tidak dapat menaksir kerugian piutang secara tepat. Pada akhir periode tidak ada taksiran kerugian piutang yang dibebankan, tetapi kerugian piutang baru diakui pada waktu diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih. Bila diketahui adanya piutang tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada rekening Beban Kerugian Piutang. Kerugian piutang dicatat pada saat dinyatakan bahwa langganan tidak sanggup untuk membayar (pailit).
15
16
Kelemahan metode penghapusan langsung adalah tidak mencocokkan biaya yang dikorbankan dengan pendapatn yang diperoleh pada periode yang bersangkutan. Dalam metode ini, piutang yang disajikan di neraca hanya sebesar nilai bruto piutang tanpa adanya pengurangan terhadap piutang yang diakui tidak dapat ditagih kembali. Penggunaan metode penghapusan langsung tidak dapat menunjukkan dalam neraca jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih karena neraca hanya menunjukkan jumlah bruto piutang. Selain itu, menurut metode penghapusan langsung, penjualan yang terjadi mendekati akhir periode akuntansi tidak diakui tidak tertagih atau diakui dapat ditagih sampai periode yang berikutnya. Hal ini mengakibatkan munculnya biaya yang terlalu tinggi pada periode yang berikutnya karena piutang tak tertagih tidak diakui pada periode tersebut. Akibatnya biaya pada periode yang bersangkutan dicatat terlalu rendah sedangkan biaya pada periode berikutnya dicatat terlalu tinggi. Kelebihan dari metode penghapusan langsung ini adalah sederhana dan mudah digunakan khususnya dalam penentuan besarnya kerugian piutang karena metode ini bersifat objektif dimana piutang akan dihapuskan pada waktu terbukti tidak tertagih lagi. Metode penghapusan langsung yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengakui besarnya piutang tak tertagih pada setiap periode akuntansi tidak dapat menaksir kerugian piutang tak tertagih secara tepat. Metode ini bertentangan dengan Standar Akuntansi Keuangan karena metode ini tidak dapat memberikan
16
17
penandingan (matching) pendapatan dengan beban periode berjalan dan tidak melaporkan jumlah piutang dari nilai bersih piutang yang dapat direalisasikan. 2. Metode Cadangan (Penyisihan) Dalam metode cadangan / penyisihan, setiap akhir periode dilakukan penaksiran jumlah kerugian piutang (cadangan kerugian piutang) yang akan dibebankan pada periode yang bersangkutan. Kerugian piutang pada akhir periode akuntansi ditetapkan berdasarkan penaksiran. Berdasarkan metode ini juga jika langganan dinyatakan failit atau tidak dapat membayar maka hal ini tetap akan dilakukan penghapusan piutang. Tujuannya adalah untuk mengurangi nilai piutang usaha sampai sejumlah yang dapat direalisasi dan untuk mengalokasikan biaya kerugian piutang pada periode berjalan. Untuk itu perlu dilakukan penaksiran secara tepat terhadap pencatatan piutang yang tidak dapat ditagih. Dalam hal ini, Hendrikson (1991:272) berpendapat bahwa taksiran besarnya penyisihan untuk piutang ragu-ragu paling akurat jika didasarkan pada umur dan sifat piutang yang masih harus ditagih pada tanggal neraca dan harapan probabilistik mengenai ketertagihannya. Dalam metode cadangan (penyisihan) ini, penaksiran kerugian piutang tersebut dimasukkan sebagai beban dan pengurangan tidak langsung dalam piutang dagang melalui suatu kenaikan dalam perkiraan cadangan atau penyisihan dalam periode saat penjualan tersebut dicatat. Untuk menentukan besarnya taksiran piutang tak tertagih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Penjualan Kredit (Pendekatan Laba Rugi)
17
18
Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase penjualan kredit yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan menandingkan besarnya pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan dengan besarnya biaya yang harus ditanggung akibat adanya kerugian piutang tak tertagih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Pada metode ini, jumlah piutang tak tertagih berbanding akan berbanding lurus sesuai dengan persentase dengan penjualan kredit pada tahun berjalan. Persentase ini merupakan proyeksi berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya yang dimodifikasi dengan perubahan yang diharapkan pada periode berjalan. Kerugian piutang dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut. Hasil perkalian ini merupakan beban kerugian piutang perusahaan pada periode berjalan yang dicatat dengan mendebet rekening beban kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang. b. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Saldo Piutang (Pendekatan Neraca) Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase saldo piutang yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan menimbulkan adanya cadangan kerugian piutang sebagai pengurang dari nilai bruto piutang yang dilaporkan dalam neraca. Dengan adanya cadangan kerugian piutang tak tertagih, maka jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca adalah sebesar nilai netto dari piutang tersebut.
18
19
Dengan cara ini, saldo piutang pada akhir periode dikalikan dengan persentase tertentu. Hasil perkalian ini merupakan cadangan kerugian piutang yang diinginkan. Jumlah kerugian piutang akan diperoleh dengan cara mengurangi atau menambah saldo rekening cadangan kerugian piutang yang diharapkan terhadap saldo rekening cadangan kerugian piutang. Kelebihan dari metode cadangan ini adalah: -
Metode cadangan perhitungannya lebih memuaskan dalam segi penandingan karena metode ini akan menghitung piutang yang tidak tertagih untuk periode yang sama dengan terjadinya penjualan kredit sehingga dapat dilakukan penghitungan terhadap piutang yang diestimasi (diperkirakan) tidak dapat ditagih kembali.
-
Penggunaan estimasi (taksiran) terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan dalam metode ini akan dapat menentukan persentase jumlah taksiran piutang tak tertagih. Persentase ini diramalkan berdasarkan pengalaman masa lalu, kondisi pasar sekarang, dan analisis atas saldo piutang yang benar. Sedangkan kelemahan dari metode cadangan ini adalah bila etimasi tidak
dilakukan secara cermat, maka akan memberikan gambaran biaya kerugian piutang yang tidak tepat sehingga metode ini akan gagal untuk mempertemukan antara biaya penghapusan dengan jumlah penjualan yang menyebabkan penghapusan tersebut.
19
20
2.7. Penilaian Umur Piutang Karakteristik utama yang perlu diperhatikan dari piutang adalah dapat ditentukannya tanggal jatuh tempo dan jumlah uang yang dapat ditagih atas piutang dari para debitur. Hal ini merupakan masalah utama dalam menentukan nilai dari suatu piutang. Jika perusahaan tidak melakukan penilaian terhadap piutang usaha yang telah jatuh tempo, maka penagihan yang dilakukan oleh bagian pemasaran kurang dapat memperhatikan tanggal jatuh trmpo piutang perusahaan tersebut. Penentuan tanggal jatuh tempo piutang yang dilakukan perusahaan merupakan hal penting dalam rangka pelaksanaan operasional perusahaan dan diperlakukan sebagai dasar untuk melakukan penagihan yang berkesinambungan kepada para debiturnya. Penentuan tanggal jatuh tempo piutang dapat juga diperlakukan sebagai dasar dalam menentukan besarnya jumlah piutang tak tertagih pada setiap periode akuntansi. Adapun informasi mengenai analisis umur piutang yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam kerangka operasional adalah untuk melakukan penagihan yang berkesinambungan kepada para debiturnya dengan mengelompokkan piutang perusahaan berdasarkan tanggal jatuh temponya. Penentuan umur jatuh tempo yang dilakukan perusahaan bisa ditetapkan mulai dari piutang yang belum jatuh tempo, piutang yang telah jatuh tempo 1-3 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 4-6 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 7-9 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 10-12 bulan hingga piuatng yang telah jatuh tempo lebih dari 12 bulan.
20
21
Contoh Soal: Piutang Dagang PT Pro Deo et Patria per 31 Desember 2009 Piutang Dagang Rp 150.000.000,- dan Saldo Cadangan Kerugian Piutang = Rp 0,Daftar Umur Piutang: No.
Nama Debitur
1. Grace 2. Cana 3. Yovel 4. Rafael Jumlah Piutang % Taksiran Kerugian Jumlah Kerugian
Jumlah Piutang 25.000.000 40.000.000 35.000.000 50.000.000 150.000.000
9.000.000
Belum Jatuh Tempo 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 50.000.000
Lewat JT 1-30 Hari
Lewat JT 31-60 Hari
Lewat JT 61-90 Hari
Lewat JT 91-180 Hr
Lewat JT > 180 Hari
2.500.000 5.000.000 0 10.000.000 17.500.000
5.000.000 0 10.000.000 10.000.000 25.000.000
2.500.000 10.000.000 5.000.000 0 17.500.000
10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 20.000.000
0 10.000.000 5.000.000 5.000.000 20.000.000
2%
4%
6%
8%
10 %
12 %
1.000.000
700.000
1.500.000
1.400.000
2.000.000
2.400.000
Adjustment Journal: Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) 9.000.000 Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) 9.000.000 Penyajian Piutang Dagang PT Pro Deo et Patria di Neraca: PT Pro Deo et Patria Neraca Per 31 Desember 2009 Piutang Dagang Rp150.000.000,CKP ( 9.000.000 ) Piutang Bersih Rp 141.000.000,Jika terdapat Saldo Kredit Cadangan Kerugian Piutang = Rp 5.000.000,Daftar Umur Piutang No.
Nama Debitur
1. Grace 2. Cana 3. Yovel 4. Rafael Jumlah Piutang % Taksiran Kerugian Jumlah Kerugian Saldo Kredit CKP Penyesuaian CKP
Jumlah Piutang 25.000.000 40.000.000 35.000.000 50.000.000 150.000.000 9.000.000
Belum Jatuh Tempo 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 50.000.000 2%
Lewat JT 1-30 Hari
Lewat JT 31-60 Hari
Lewat JT 61-90 Hari
Lewat JT 91-180 Hr
Lewat JT > 180 Hari
2.500.000 5.000.000 0 10.000.000 17.500.000 4%
5.000.000 0 10.000.000 10.000.000 25.000.000 6%
2.500.000 10.000.000 5.000.000 0 17.500.000 8%
10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 20.000.000 10 %
0 10.000.000 5.000.000 5.000.000 20.000.000 12 %
1.000.000
700.000
1.500.000
1.400.000
2.000.000
2.400.000
(5.000.000) 4.000.000
21
22
Adjustment Journal: Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) 5.000.000 Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) 5.000.000 PT Pro Deo et Patria Neraca Per 31 Desember 2009 Piutang Dagang Rp150.000.000,CKP ( 9.000.000 ) Piutang Bersih Rp 141.000.000,Jika terdapat Saldo Debet Cadangan Kerugian Piutang = Rp 5.000.000,Daftar Umur Piutang No.
Nama Debitur
Jumlah Piutang
1.
Grace
25.000.000
2.
Cana
40.000.000
3.
Yovel
35.000.000
4.
Rafael
50.000.000
Jumlah Piutang % Taksiran Kerugian Jumlah Kerugian Saldo Kredit CKP Penyesuaian CKP
150.000.00 0 9.000.000
Belum Jatuh Tempo 5.000.000
Lewat JT 1-30 Hari
Lewat JT 31-60 Hari
Lewat JT 61-90 Hari
Lewat JT 91-180 Hr
Lewat JT > 180 Hari
2.500.000
5.000.000
2.500.000
0
10.000.00 0 15.000.00 0 20.000.00 0 50.000.00 0 2%
5.000.000
0
10.000.000
0
0
5.000.000
10.000.00 0 17.500.00 0 4%
10.000.00 0 10.000.00 0 25.000.00 0 6%
10.000.00 0 5.000.000
10.000.00 0 5.000.000
0
5.000.000
5.000.000
17.500.00 0 8%
20.000.00 0 10 %
20.000.000
1.000.000
700.000
1.500.000
1.400.000
2.000.000
2.400.000
12 %
5.000.000 14.000.000
Adjustment Journal: Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) 14.000.000 Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) 14.000.000 PT Pro Deo et Patria Neraca Per 31 Desember 2009 Piutang Dagang Rp150.000.000,CKP ( 9.000.000 ) Piutang Bersih Rp 141.000.000,-
22
23
2.8. Pengungkapan Piutang Pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan perubahan modal. Pada neraca, umumnya perincian-perincian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu perkiraan aktiva, perkiraan utang, dan perkiraan modal. Perkiraan harta terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud. Piutang merupakan salah satu unsur yang cukup material dari aktiva lancar sehingga pengungkapannya pada neraca harus dilakukan secara tepat dan jelas agar tidak menyesatkan para pemakai laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Sebagai salah satu unsur yang cukup material dan merupakan bagian dari aktiva lancar, piutang dapat digunakan untuk mendapatkan kas segera. Terkadang perusahaan perlu kas segera dan tidak dapat menungguh tertagihnya piutang hingga pada akhir suatu siklus normal. Pada waktu tertentu, walaupun perusahaan tidak dalam keadaan tekanan finansial, namun ingin mempercepat proses penarikan piutang, mengubah risiko kredit dan mengadakan usaha penarikan piutang dimana perusahaan hanya memakai piutang dari debitur sebagai sumber kasnya. Hal ini terjadi karena
23
24
perusahaan mengalami kesulitan likuiditas sedangkan pinjaman kredit bank tidak dapat diperoleh. Menurut Baridwan (1993:138) ada dua cara dalam menggunakan piutang usaha yang dapat dikonversi untuk memenuhi kebutuhan uang segera, yaitu: piutang dipakai sebagai jaminan dan menjual piutang (anjak piutang). 1. Piutang Dipakai sebagai Jaminan Piiutang yang dipakai sebagai jaminan merupakan bentuk dari pengalihan piutang terjadi diakibatkan karena perusahaan membutuhkan dana (Uang tunai) yang cepat pada waktu sekarang padahal piutang dagang yang dimilikinya baru akan jatuh tempo pada waktu yang akan datang atau tidak lebih dari 60 hari, sehingga untuk memenuhi dana tersebut terpaksa perusahaan mengagunkan piutang dagang yang dimilikinya demi memperoleh dana. Pengagunan piutang tersebut bisa dilakukan pada sektor perbankan atau sektor di luar perbankan. Akibatnya akan terjadi adanya pelepasan piutang dagang yang dimilikinya menjadi piutang dagang yang dijaminkan. Bagi perusahaan yang menggunakan piutang sebagai jaminan untuk memperoleh sejumlah kas atau pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya dilakukan pada piutang yang diestimasi tidak dapat ditagih lagi. Penggunaan piutang ini diikuti dengan penyerahan piutang tak tertagih kepada pihak yang memberi pinjaman sebagai jaminan atas pinjaman tersebut. Jenis Penjaminan (Assigment) a. General Assigment
24
25
Perkiraan jurnal khusus atas piutang yang dijaminkan tidak ada, maka piutang yang dijaminkan tersebut akan dituangkan/dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan yang hanya dicatat hanya terbentuknya surat utang. Contoh: Nilai yang dijaminkan tidak ada dicatat melainkan hanya dijelaskan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Kas Surat utang
70.000.000 -
70.000.000
b. Spesific Assigment Dalam pengagunan piutang ini ada hal-hal khusus yang harus disepakati oleh kedua belah pihak baik pemberi pinjaman dan yang meminjam (yang mengagunkan piutang). Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: a. Uang tunai yang akan diterima < dari nilai piutang yang dijaminkan. b. Yang memberi pinjaman selalu memberikan beban administrasi bank pada awal peminjaman. c. Bank juga akan mengenakan beban bunga atas utang yang dimiliki si peminjam berdasarkan besarnya yang nilai dipinjam (utangnya). d. Dalam hal penagihan piutang ketika jatuh tempo (akhir bulan) maka hal ini akan disepakati kedua belah pihak dan pada umumnya bank akan menghunjuk yang meminjam atau mengagunkan piutanglah yang akan menagih kedebiturnya.
25
26
Menurut Simangunsong (1995:230) ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan piutang sebagai jaminan, yaitu: a. Jika piutang yang digunakan sebagai jaminan tidak dapat ditagih, maka peminjam berkewajiban untuk melunasi/mengganti jumlah yang tak dapat ditagih tersebut. b. Penagihan piutang yang dijaminkan dapat dilakukan oleh peminjam atau pihak yang meminjamkan. c. Piutang yang tertagih digunakan untuk melunasi pinjaman. 2. Menjual Piutang (Anjak Piutang) Pada cara ini, seluruh hak yang melekat pada piutang, pengelolaan, dan administrasi serta seluruh risiko yang kemungkinan timbul dari piutang dagang tersebut dipindahtangankan kepada pembeli. Oleh karena itu, pemberitahuan kepada debitur dibuat agar yang bersangkutan melaksanakan pembayaran langsung kepada pembeli. Penjualan piutang dagang drmikian, menyangkut tingkat diskonto yang tinggi sehingga pada umumnya perusahaan akan berusaha menghindarkannya. Oleh sebab itu, prosedur pencatatan terhadap transaksi penjualan piutang tidak banyak menghadapi persoalan. Pencatatan yang harus dilakukan dalam hal ini adalah menghapuskan semua rekening pembukuan yang berhubungan dengan piutang dagang tersebut dengan mengakui adanya suatu kerugian atau biaya sebesar selisih antara pembayaran yang diterima dan nilai buku piutang dagang pada saat terjadinya transaksi.
26
27
BAB III ANALISA DAN EVALUASI
3.1. Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan banyak melakukan transaksi penjualan baik secara tunai maupun secara kredit kepada para pelanggan atau pemesan. Pada umumnya, transaksi penjualan jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan kepada para langganannya dilakukan secara kredit sehingga menimbulkan piutang dagang bagi perusahaan. Dalam mengelola piutang dagangnya, suatu perusahaan seting mengalami kesulitan dalam menagih piutang-piutangnya dari para debitur sehingga perusahaan melakukan penghapusan langsung terhadap piutang yang diakui tidak dapat ditagih lagi karena para debiturnya mengalami kebangkrutan. Metode penghapusan langsung yang dilakukan perusahaan adalah dengan menghapus piutang para debitur setelah perusahaan mengetahui secara pasti bahwa piutang dari para debiturnya benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Metode penghapusan langsung yang dibuat oleh perusahaan akan mengungkapkan saldo piutang yang terlalu besar di neraca dan hanya menampilkan jumlah bruto dari piutang tersebut. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak menyajikan cadangan kerugian piutang terhadap piutang yang diestimasi tidak dapat ditagih kembali.
27
28
Jika tidak dilakukan cadangan kerugian piutang terhadap piutang tak tertagih, maka biaya kerugian piutang pada periode berjalan akan dibebankan ke periode berikutnya. Akibatnya, biaya kerugian piutang pada periode berjalan dicatat terlalu rendah sedangkan biaya kerugian piutang pada periode berikutnya dicatat terlalu tinggi idak mengakui penghapusan piutang yang dilakukan oleh perusahaan tidak mengakui adanya kerugian piutang tak tertagih pada periode berjalan. Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa metode penghapusan langsung yang dianut suatu perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan bahwa piutang yang diungkapkan di neraca harus diikuti dengan cadangan kerugian piutang yang tidak dapat ditagih lagi. Untuk itu sebaiknya dalam menghapus piutang tak tertagih, perusahaan hendaknya menggunakan metode penghapusan cadangan atau penyisihan sehingga sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Metode cadangan atau penyisihan yang diterapkan suatu perusahaan dalam mengestimasi besarnya kerugian piutang tak tertagih sebaiknya dengan cara melakukan penilaian atas umur piutang tersebut. Metode penilaian umur piutang yang sering digunakan adalah metode analisa umur piutang karena metode ini akan memberikan pendekatan yang paling tepat untuk menilai cadangan kerugiam piutang. Penilaian umur piutang dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengelompokkan piutang menurut umurnya yaitu mulai dari piutang yang belum tanggal jatuh tempo hingga piutang yang telah lewat tanggal jatuh tempo. Untuk
28
29
menentukan besarnya cadangan kerugian piutang tak tertagih untuk akhir tahun berjalan, maka saldo-saldo piutang perusahaan yang belum jatuh tempo hingga saldo piutang yang telah jatuh tempo tersebut harus dievaluasi berdasarkan persentase piutang tak tertagih. Penetapan persentase piutang tak tertagih ini ditentukan berdasarkan pengalaman perusahaan atas piutang yang tidak dapat ditagih dari para debitur pada masa lalu. Besarnya persentase yang ditetapkan perusahaan dalam mengestimasi piutang tak tertagih ditentukan berdasarkan tanggal jatuh tempo piutang tersebut. Biasanya semakin lama jangka waktu jatuh tempo suatu piutang, maka semakin besarlah persentase yang ditetapkan untuk menaksir kerugian piutang tidak tertagih tersebut karena semakin besar pula risiko piutang tersebut tidak dapat ditagih kembali. Dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembebanan kerugian piutang tak tertagih yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis umur piutang adalah lebih wajar dibandingkan dengan metode penghapusan langsung karena jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca adalah sebesar jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapt ditagih kembali dari para debitur perusahaan. 3.2. Analisa Piutang yang Dijaminkan Perusahaan Dalam rangka mengembangkan usahanya, perusahaan akan melakukan peminjaman dana ke bank untuk modal kerjanya. Misalnya suatu perusahaan menjaminkan jumlah piutang usaha yang dimilikinya sebesar Rp 700.00.000,untuk mendapat pinjaman dari bank sebesar Rp 500.000.000,-. Secara manajerial,
29
30
keputusan perusahaan dalam pengadaan dana modal kerja melalui peminjaman piutang usaha adalah sangat tepat karena aktivitas perusahaan dapat beroperasi secara lebih luas dan dana yang tertanam dalam piutang usaha dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menambah modal kerja perusahaan tersebut. Namun dalam perlakuan akuntansi, banyak perusahaan yang tidak membuat catatan di neraca bahwa perusahaan telah menjaminkan piutang usahanya sebesar Rp 700.000.000,- untuk memperoleh pinjaman modal kerja sebesar Rp 500.000.000,- dari bank. Dengan tidak dibuatnya pengungkapan atas catatatan di neraca atas piutang usaha yang dijaminkan perusahaan, maka neraca yang disajikan perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Hal ini akan memberi informasi yang menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan perusahaan karena para pengguna laporan keuangan beranggapan bahwa pos piutang yang diungkapkan di neraca merupakan aktiva secara penuh yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sebaiknya dalam melakukan kebijakan manajerial, perusahaan harus mengungkapkan piutangnya secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Piutang Usaha yang dijaminkan untuk memperoleh pinjaman modal kerja harus diungkapkan secara jelas melalui catatan atas laporan keuangan.
30
31
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan Akuntansi piutang mempunyai hubungan yang erat dalam pengendalian piutang khususnya dalam menagih piutang tersebut dari para debitur dan juga risiko yang dihadapi apabila piutang tersebut tidak dapat ditagih lagi. Untuk itu, setiap perusahaan harus lebih cermat dalam mengelola piutang perusahaan untuk menghindari risiko tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Dalam melakukan penghapusan piutang yang tak tertagih, perusahaan yang menggunakan metode penghapusan langsung mengakibatkan perusahaan tidak dapat memperhitungkan cadangan kerugian piutang yang seharusnya dibebankan sebagai biaya pada periode berjalan. Metode penghapusan langsung yang dilakukan perusahaan mengakibatkan pengungkapan piutang dalam neraca adalah sebesar jumlah bruto piutang tersebut. Pengungkapan piutang di neraca atas penghapusan langsung terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan karena tidak mengungkapkan jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapat diterima.
Rp
Perusahaan
mengadakan
500.000.000,-
dengan
Rp 700.000.000,-
kredit
modal
menjaminkan
kerja piutang
dari
bank
usahanya
sebesar sebesar
tidak diungkapkan dalam neraca perusahaan. Hal ini
31
32
bertentangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan bahwa piutang dagang yang dijaminkan untuk memperoleh pinjaman modal kerja harus diungkapkan secara jelas di neraca melalui catatan atas laporan keuangan. 4.2. Saran Dengan adanya kesimpulan di atas, setelah melakukan analisis dan evaluasi, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan hendaknya diadakan
perbaikan-perbaikan
yang
membutuhkan
pertimbangan
untuk
melaksanakannya. Untuk itu, penulis mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam mengatasi masalah penanganan piutang perusahaan dan sekaligus menjadi bahan tindakan preventif yang dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode cadangan dalam menghapus piutang yang diakui tidak dapat ditagih kembali yaitu dengan memperkirakan cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan sebagai biaya pada periode tahun yang bersangkutan sehingga pengungkapan piutang di neraca lebih dapat dipertanggungjawabkan dalam segi kewajaran laporan keuangan. 2. Pengungkapan piutang di neraca yang memperkirakan adanya cadangan kerugian piutang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan piutang yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah bruto piutang dikurang cadangan kerugian piutang. 3. Sebaiknya daftar umur piutang yang dibuat perusahaan lebih memprioritaskan penagihan terhadap piutang yang telah jatuh tempo dan mengadakan cadangan
32
33
kerugian piutang terhadap piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih lagi dengan membuat persentase kerugian piutang terhadap piutang yang belum jatuh tempo hingga piutang yang telah jatuh tempo. 4. Piutang yang dijaminkan perusahaan untuk memperoleh kredit modal kerja harus diungkapkan dalam neraca dengan membuat catatan pendukung laporan keuangan atas piutang yang dijaminkan oleh perusahaan tersebut. 5. Pengungkapan piutang di neraca harus dicatat sebesar nilai netto piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih yaitu dengan mengurangkan jumlah bruto piutang terhadap cadangan kerugian piutang tak tertagih tersebut.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 1993. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Cetaka Kedua: BPFE, Yogyakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi, 1993. Accounting Theory, Second Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Herman Wibowo, Jilid Satu, Edisi Kedua: Erlangga, Jakarta. Hendriksen, Eldon S., 1991. Accounting Theory, Fourth Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Wim Liyono, Jilid Satu, Cetakan Kelima: Erlangga, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 1995. Standar Akuntansi Keuangan. Buku Satu: Salemba Empat, Jakarta. Jusup, Al. Haryono, 1994. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Satu, Edisi Keempat, Cetakan Kedua: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta. Simangunsong, A.O., 1995. Akuntansi Keuangan Intermediate, Tingkat Dasar Dua, Cetakan Pertama: Dharma Karsa Utama, Jakarta. Skousen, K. Fred, et.al., 2001. Accounting: Concept and Application, Seventh Edition, Akuntansi Keuangan: Konsep dan Aplikasi, Alih Bahasa: Thomson Learning Asia, Buku Satu, Edisi Ketujuh, Cetakan Kelima: Salemba Empat, Jakarata.
34